Upload
ulsyatama-triiloupha
View
30
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
refrat
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Tumor paru menjadi salah satu tumor yang paling banyak ditemui di
dunia. Tumor paru adalah tumbuhnya benjolan abnormal pada jaringan paru yang
dapat bersifat jinak atau ganas. Bentuk yang ganas berasal dari tumor ganas epitel
primer saluran nafas terutama bronki yang dapat menginvasi struktur jaringan di
sekitarnya dan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan
sistem limfatik. Terdapat sekitar 1,59 miliar orang di dunia meninggal dunia
akibat keganasan pada paru-paru karena tingginya kebiasaan merokok yang
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tumor pada paru.1
Tumor jinak paru jarang di jumpai, hanya sekitar 2% dari seluruh tumor
paru, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, karena tumor
jinak memberikan keluhan dan tumbuh lambat sekali.2.3
Gambar 1.1 : Tumor Paru
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tumor paru merupakan tumbuhnya benjolan abnormal pada jaringan paru
yang dapat bersifat jinak atau ganas.1
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal
dari saluran pernapasan. Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya
peningkatan insiden kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai
akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta kemampuan diagnosis yang lebih
baik, namun karsinoma bronkogenik memang lebih sering terjadi.2.4
Kanker paru Sekunder adalah kanker yang bermetastasis ke paru-paru,
sedangkan primernya berasal dari luar paru-paru. Sedangkan gambaran yang
ditimbulkan bisa sebagai nodul soliter yang sering terdapat pada kanker kolon,
kanker ginjal, kanker testis, kanker payudara, sarkoma dan melanoma.2.4.5
Gambar 2.1 : Tumor Paru
2.2 KLASIFIKASI
3
Klasifikasi tumor ganas menurut Leebow adalah :
1. Tumor ganas epitelial (Primary Malignant Epithelial Tumours)
A. Karsinoma Bronkogen
1. Epidermoid (Squamous cell ca) :45-60%
2. Adenokarsinoma : 15%
3. Karsinoma anaplastik : 30%
4. Campuran (mixed)
B. Karsinoma Bronkial (Alveolar cell carsinoma/pulmonary
adenomatosis)
C. Adenoma Bronkial
2. Sarkoma
A. Differentiated spindle cell sarcoma
B. Differentiated sarcoma
C. Limfosarkoma Primer
3. Mixed Epithelial and Sarcomatous Tumor (Carcinosarcoma)
4. Neoplasma asal sistem retikuloendotelial
5. Metastasis pada paru.3
Klasifikasi histologi menurut WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura
yaitu :
Tumor Epithelial
1. Benign : papiloma, adenoma.
Lesi Pre-invasif : displasia skuamosa/karsinoma in situ, hiperplasia
adenomatosa atipik, hiperplasia sel endokrin pulmona difus idiopatik.
2. Malignant :
4
Karsinoma sel skuamosa : papiler, clear cell, basaloid
Small cell carcinoma : combined small cell carcinoma
Adenokarsinoma
Large cell carcinoma
Karsinoma adenoskuamosa
Carcinoma with pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous element
Carcinoid tumor : typical carcinoid, atypicalcarcinoid
Carcinomas of salicary gland type : mucoepidermoid carcinoma,
adenoid cystic carcinoma.
3. Lain-lain : Tumor jaringan lunak
4. Tumor Mesotelial : Mesotelioma jinak/ganas
5. Penyakit limfoproliferatif
6. Tumor sekunder
7. Tumor yang tidak dapat diklasifikasikan
8. Tumor Like Lesions
9. Tumor lain-lain4
Untuk tujuan pengobatan, pembagian praktis meliputi :
a. Small cell lung cancer (SCLC)
b. NSCLC ( non small cell lung cancer/Karsinoma skuamosa, adeno karsinoma,
karsinoma sel besar).1.5
2.3 EPIDEMIOLOGI
5
Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di Inggris angka
kejadiannya mencapai 40.000/tahun. Di indonesia kanker paru menduduki
peringkat 4 kanker terbanyak dan angka kematian akibat kanker paru di seluruh
dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk tiap tahunnya. Sebagian kanker
paru mengenai pria (65%) dengan life time risk 1:13 sedangkan pada perempuan
1:20.5
Kanker paru-paru sebagai penyebab pertama kematian terkait kanker di
kalangan American dan diperkirakan akan menyebabkan 154.900 kematian di
Amerika serikat. Selain itu, kanker yang paling sering didiagnosis antaranya
adalah kanker paru-paru yang menyerang laki-laki dan perempuan. Bukti bahwa
deteksi kanker paru-paru dapat memungkinkan lebih banyak intervensi
teurapeutik tepat waktu dan prognosis pasien yang lebih menguntungkan dengan
program skrining di seluruh dunia.4.6
Sebagian besar (45-60%) tumor ganas paru termasuk karsinoma
bronkogen jenis epidermoid. Dikatakan Karsinoma Epidermoid ditemukan
terutama pada laki-laki dengan rasio 10-20 : 1 dengan golongan umur terbanyak
pada 60 tahun. Sedangkan Adenoma Bronkial terjadi pada umur relatif muda dan
frekuensi pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki(five years survival rate 90%
atau lebih).3
Insiden kanker paru sekunder 9,7% dari seluruh kanker paru. Diperkirakan
30% dari semua neoplasma akan bermetastasis ke paru-paru. Insiden kanker yang
banyak bermetastasis ke paru-paru berturut-turut adalah, Korio Karsinoma
(80%); Osteosarkoma (75%); kanker ginjal (70%); kanker tiroid (65%);
6
melanoma (60%); Kanker payudara (55%); kanker prostat (45%); kanker
nasofaring (20%); dan kanker lambung (20%).5
Pada tahun 2014, kanker paru-paru menjadi prognosis terburuk dan akan
mengklaim 159.260 jiwa, sementara kanker paru-paru terutama menimpa perokok
10-15 % dari kasus yang muncul pada bukan perokok, dan lebih dari 80% dari
perokok tidak pernah berkembang menjadi kanker paru-paru.7
2.4 ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab pasti kanker paru belum
diketahui, tapi paparan dan inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama selain adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain.5.6
Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok berat
akan menderita kanker paru. Belakangan, laporan beberapa penelitian
mendapatkan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-
anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena
resiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan
perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko
kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari non-perokok
berasal dari perokok pasif.1.5
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan antara lain :
7
1. Paparan zat karsinogen , seperti : Asbestos sering menimbulkan
mesotelioma, Radiasi ion pada pekerja tambang uranium, Radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida.
2. Polusi Udara, pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang
banyak polusi udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural.
3. Genetik, terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam
kanker paru, yakni : Proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene
encoding enzyme.
4. Teori Onkogenesis, Terjadinya kanker paru didasari perubahan tampilnya
gen supresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah
gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi) atau penyisipan
(insersi) sebagian susunan pasangan biasanya. Tampilnya gen erbB1 dan
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk untuk mati
secara alamiah/programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini
menyebabkan sel sasaran , dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel
kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.
5. Diet, beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko
terkena kanker paru.5
Faktor Resiko terjadinya kanker paru-paru yaitu :
Pria
Berumur diatas 40 tahun
Merokok/perokok berat
Bekerja diindustri yang berkaitan dengan bahan karsinogen.4.7
8
2.5 PATOFISIOLOGI
Kanker paru primer biasanya diklasifikasikan menurut jenis histologinya,
walaupun terdapat lebih dari satu lusin jenis tumor paru primer, namun kanker
bronkogenik merupakan 95% dari seluruh kanker paru.8
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik
karsinoma bronkogenik yang berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan
epitel termasuk metaplasia atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara
khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak
sentral disekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang
melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke
kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.8.9
Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul
dibagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan
jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan sering bermetastasis
jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.8
Karsinoma sel bronkial alveolar, secara makroskopis neoplasma ini
mirip konsolidasi uniform pneumonia lobaris. Secara mikroskopis, tampak
kelompok-kelompok alveolus yang dibatasi oleh sel-sel jernih penghasil mukus,
dan terdapat banyak sputum mukoid.
Karsinoma sel besar, adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
9
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.4.5
Karsinoma sel kecil, tidak seperti kanker paru yang lain, jenis tumor ini
timbul dari sel-sel kulchitsky, komponen normal epitel bronkus. Secara
mikroskopis, tumor ini terbentuk dari sel-sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat
dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini sering menyerupai biji oat, sehingga diberi
nama karsinoma sel oat.4.6
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala
klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
a. Lokal (tumor tumbuh setempat)
Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
Hemoptisis
Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
Atelektasis
b. Invasi lokal :
Nyeri dada
Dispnea karena efusi pleura
Invasi ke perikardium, dapat terjadi tamponade atau aritmia
Sindrome Vena kava superior
Sindrome horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
Suara serak, karena penekanan pada nervus Laryngeal recurent
10
Sindrome pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis.
c. Gejala penyakit metastasis :
Pada otak, tulang, hati, adrenal
Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
d. Sindrom Paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :
Sistemik : Penurunan berat badan, anoreksia, demam
Hematologi : Leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
Hipertrofi osteoartropati
Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh.
Renal : Syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
e. Asimptomatik dengan kelainan radiologis
Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
Kelainan berupa nodul soliter.4.5
ANATOMI PARU
11
Apex paru menonjol ke leher. Apex ini dapat dipetakan pada permukaan
anterior tubuh dengan membuat garis melengkung dan konveks ke atas, dari
articulatio strenoclavicularis sampai ketitik yang jaraknya 2,5 cm diatas batas
lateral dari sepertiga bagian medial clavicula.2.3
Margo Anterior pulmo dexter dimulai dari belakang articulatio
sternoclavicularis dan berjalan kebawah sampai hampir mencapai garis tengah
dibelakang angulus sterni. Kemudian dilanjutkan kebawah sampai mencapai
symphysis xiphosternalis. Pinggir anterior paru kiri mempunyai perjalanan yang
sama, tetapi setinggi cartilago costalis IV margo ini berbelok kelateral dan
berjalan menjauhi pinggir lateral sternum dengan jarak yang berbeda-beda untuk
membentuk Incisura cardiaca pulmonis sinistra. Incisura ini dibentuk oleh
jantung yang menggeser paru kekiri. Margo anterior kemudian berbelok kebawah
dengan tajam sampai setinggi symphisis xiphosternalis.3
Margo Inferior pulmo pada pertengahan inspirasi mengikuti garis
melengkung yang menyilang costa VI pada linia medioclavicularis, costa VIII
pada linia axillaris media, dan diposterior mencapai costa X pada Columna
vertebralis. Perlu diperhatikan bahwa ketinggian margo inferior pulmo berubah
selama inspirasi dan ekspirasi.3
Margo posterior pulmo berjalan turun dari procesus spinosus vertebrae
servicalis VII sampai setinggi vertebrae thoracica X dan terletak sekitar 1,5 inci
(4cm) dari garis tengah.
Fissura Obliqua paru dapat ditujukkan pada permukaan tubuh dengan
menggambar garis dari pangkal spina scapulae miring ke bawah, lateral, dan
anterior mengikuti perjalanan costae IV sampai articulatio costae chondralis VI.
12
Pada lobus kiri, lobus superior terletak diatas dan anterior garis ini; lobus inferior
terletak dibawah dan dan posterior garis ini. Pada lobus kanan terdapat fissura
tambahan, Fissura Horizontal, yang dapat dilukiskan dengan menggambarkan
garis horizontal sepanjang cartilago costalis IV sampai berpotongan dengan
fissura obliqua pada linea axilaris media. Diatas fissura horizontalis terletak lobus
superior dan dibawah garis ini terletak lobus medius; dibawah dan posterior
terhadap fissura obliqua terdapat lobus inferior.2.3
Gambar 1.1 : Anatomi Paru
2.7 DIAGNOSTIK
13
Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang tepat, merupakan
kunci untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Selain gejala klinis, beberapa
faktor perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru, seperti faktor umur,
kebiasaan merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, paparan zat
karsinogen atau jamur, dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.4.5
Menemukan kanker pada stadium dini sangat sulit, karena pada stadium
ini tidak ada keluhan dan gejala. Ukuran tumor pada stadium dini relatif kecil (<1
cm) dan tumor masih berada pada epitel bronkus. Foto rontgen dada juga tidak
dapat mendeteksi kanker tersebut. Keadaan ini disebut sebagai tumor in situ (T).
Untuk mendapatkan sel tumor tersebut hanya bisa dengan pemeriksaan sitologi
sputum dengan bantuan bronkoskopi. Angka keberhasilan diagnosis pemeriksaan
sitologi sputum ini pada pasien tanpa gejala klinis dan radiologis relatif kecil, dan
bila ditemukan juga sulit untuk menentukan asal sel tumor tersebut dalam tractus
respiratorius.5.9.10
Untuk mempermudah penemuan dini ini dianjurkan melakukan
pemeriksaan penapisan (screening) dengan cara memeriksa sitologi sputum dan
foto rontgen dada secara berkala. National Cancer Institute (NCI) di USA
mengajarkan penapisan dilakukan setiap 4 bulan dan terutama ditujukan kepada
laki-laki >40 tahun, merokok > 1 bungkus perhari dan atau bekerja di lingkungan
berpolusi yang memungkinkan terjadi kanker paru (pabrik cat, plastik, asbes dan
lain-lain).5
Penelitian yang dilakukan oleh NCI pada 3 pusat riset kanker selama >20
tahun terhadap lebih dari 30.000 sukarelawan laki-laki perokok berat, dimana
setengahnya menjalani penapisan intensif dengan pemeriksaan sitologi sputum
14
tiap 4 bulan dan foto rontgen dada ( PA dan lateral) tiap tahun dan setengah
lainnya sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan angka positif
tumor stadium awal pada kelompok pertama sebesar 45% dan kelompok kontrol
sebesar 15%. Pasien dengan kanker paru tersebut memiliki angka kesintasan 5
tahun sebesar 35% dibandingkan kelompok kontrol 13%.7
Dalam studi ini pemeriksaan sel ganas dengan pemeriksaan sitologi
sputum lebih mudah menemukan Karsinoma sel skuamosa, sedangkan foto
rontgen dada lebih banyak menemukan adenokarsinoma dan karsinoma sel
skuamosa. Small sell caecinoma jarang terdeteksi pada stadium dini ini.
Kesimpulan studi menyimpulkan bahwa terdapat nilai positif (manfaat)
penapisan dalam deteksi dini kanker paru.5
Penentuan stadium yang dibuat oleh The International System For Staging
Lung Cancer, Serta diterima oleh The American Joint Committee On Cancer
(AJCC) dan The Union Internationale Contrele Cancer (UICC), membuat
klasifikasi kanker paru pada tahun 1973 dan kemudian direvisi 1986 dan terakhir
pada tahun 1997.4
Stadium kanker paru dapat ditentukan secara : 1). Diagnosis Klinis (c
TNM), 2). Reseksi Surgikal-patologis (p TNM), 3). Evaluasi surgikal (s TNM) 4).
Retreatment (r TNM), 5).Autopsi (a TNM).4.5.11
Untuk stadium kanker paru, sedikitnya diperlukan pemeriksaan CT-Scan
thoraks, USG abdomen (atau CT-Scan abdomen). CT Scan otak dan bone
scanning. 4.12
Tabel 1.a Staging Sistem TNM
TNM Occult ca Tx No MO baru 1997
15
Stage 0 Tis Carcinoma in situ
Stage I T1-2 N0 Mo Stadium IA T1N0M0
Stage II T1-2 N1 Mo Stadium IB T2N0M0
Stage III A T3 N0-1 Mo StadiumIIA T1N1M0
T1-3 N2 Mo Stadium IIB T2N1M0
Stage IIIB T4 N0-3 Mo StadiumIIIA T1-3N2M0
T3N1M0
T1-3 N3 Mo Stadium IIIB T4AnyNM0
AnyTN3M0
Stage IV T1-4 N1-3 M1 Stadium IV AnyTAnyNM
Keterangan :
Tx :1. Tumor terbukti ganas didapat dari sekret bronkopulmonar,
tapi tidak terlihat secara secara bronkoskopis dan radiologis
2. Tumor tidak bisa dinilai pada Staging retreatment.
Tis : Carcinoma in situ ( pre invasive carcinoma )
T1 : Tumor, diameter < 3 cm
T2 : Tumor, diameter > 3 cm atau terdapat atelektasi pada distal
hilus.
T3 : Tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada,
diafragma, perikardium, <2 cm dari carina, terdapat atelektasis
total.
T4 : Tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum atau terdapat
efusi pleura malignan
16
N0 : tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat
N1 : metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus
N2 : metastasis KGB mediastinal atas sub carina
N3 : metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau
KGB skaleneus atau supraklavikular
M0 : Tidak ada metastasis jinak
M1 : metastasis jinak pada organ ( otak, hati dll).4
2.8 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding dari kanker paru antara lain :
1. Kanker Mediastinum
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam
mediastinum yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri.
Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah
vena, trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening
dan salurannya.2.4
Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat diperluas, maka
pembesaran tumor dapat menekan organ di dekatnya dan dapat
menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa.4.5
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh tumor mediastinum adalah :
Batuk, sesak atau stidor muncul bila terjadi penekanan atau invasi
pada trakea atau bronkus utama
Disfagia muncul bila terjadi penekanan atau invasi ke esofagus
Nyeri dinding dada muncul pada tumor neurogenik.4.5
17
2. Pneumonia
Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru
(alveoli). Gejala penyakit ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena
paru meradang secara mendadak.4
Gambaran pneumonia pada foto thoraks sama seperti gambaran
konsolidasi radang. Jika udara dalam alveoli digantikan oleh eksudat
radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto rontgen.
Gambaran radiologisnya akan memperlihatkan bayangan homogen
berdensitas tinggi pada satu segmen, berbatas tegas dan gambaran kelainan
ini dapat dibedakan dari atelektasis yaitu tidak terdapat pengurangan
volukme dan daerah paru yang terserang.2.13
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil
positif karena ia tergantung dari :
Letak tumor terhadap bronkus
Jenis tumor
Tehnik mengeluarkan sputum
Jumlah sputum yang diperiksa, dianjurkan pemeriksaan 3-5 hari berturut-
turut
Waktu pemeriksaan sputum (sputum harus segar).9
18
Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang
baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma sel
skuamosa. Pemeriksaan sputum dianjurkan sebagai pemeriksaaan rutin dan
penapisan untuk diagnosis dini kanker paru.4.9
Gambar 1.3 : pemeriksaan Sitologi sputum
2. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah baku emas diagnosis kanker paru.
Untuk mendapatkan spesimennya dapat dilakukan biopsi melalui :
Bronkoskopi
Trans torakal biopsy (TTB) biopsi dengan TTB terutama untuk lesi
yang letaknya perifer dengan ukuran >2 cm sensitivitasnya mencapai
90-95%.
Torakoskopi Untuk Biopsi tumor di daerah pleura.
Mediastinoskopi untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
19
Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila berbagai
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel
tumor.5
3. Pemeriksaan Serologi/Tumor Marker
Sampai saat ini belum ada pemeriksaaan serologi penanda tumor
untuk diagnostik kanker paru yang spesifitasnya tinggi. Beberapa tes yang
dipakai adalah: a). CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), b). NSE
( Neuron Spesific enolase), c). Cyfra 21-1 (Cytokeratin fragment 19).
4. Pemeriksaan radiologi
Ahli radiologi menggunakan software visualisasi secara signifikan
untuk mendeteksi kanker paru-paru dan nodul jinak.10
Pemeriksaan radiologik untuk mencari tumor ganas bermacam-macam
antara lain : bronkografi invasif, CT-Scan dengan pesawat yang canggih,
tetapi pemeriksaan radiologik konvensional (thorak PA, lateral, fluoroskopi)
masih tetap memiliki nilai daignostik yang tinggi, meskipun kadang-kadang
tumor itu sendiri tidak terlihat tetapi kelainan sebagai akibat adanya tumor
sangat dicurigai kearah keganasan, misalnya atelektasis, kelainan emfisema
setempat, peradangan sebagai komplikasi tumor dan lain-lain.2.3
Pada kanker paru, pemeriksaaan foto rontgen dada ulang diperlukan
juga untuk menilai doubling timenya. Dilaporkan bahwa, kebanyakan
kanker paru mempunyai doubling timenya antara 37-465 hari. Bila doubling
timenya > 18 bulan, berarti tumornya jinak. Tanda-tanda tumor jinak
20
lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid dan adanya kalsifikasi
yang tegas.5
Tabel 1.b : pola foto rontgen dada berdasarkan gambaran histologi5
Squamous sell Small cell Adeno Large Carcinoma carcinoma cell
Masa hilar atau 40% 78% 17% 32%PerihilarLesi parenkim <4,0 cm 9% 21% 45% 18%>4,0 cm 19% 8% 26% 41%Obstruktif,pneumonitisAtau kontriksi daerah 31% 32% 74% 65%PeripleuraPembesaran 2% 13% 3% 10%mediastinum
Karsinoma bronkogenik tergolong suatu tumor padat, memberikan
gambaran suatu massa yang radio opaque pada foto thoraks, namun
gambaran radiologis secara keseluruhan tergantung dari hubungan tumor
tersebut dengan jaringan sekitar.4.5
Gambar 1.4 : tumor paru-paru
21
Metastasis hematogen tumor ganas paru pada gambaran
radiologiknya dapat bersifat tunggal (soliter) atau ganda (multiple) dengan
bayangan bulat berukuran beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter,
batas tegas. Bayangan tersebut dapat mengandung bercak kalsifikasi.3
Sedangkan metastasis limfogen secara radiologik memberikan
gambaran bronkovaskular yang kasar secara dua sisi atau satu sisi
hemithorak atau gambaran garis-garis berdensitas tinggi yang halus seperti
rambut.4
Gambaran Radiologik : Efusi pleura dan tumor paru
Atelektasis tampak gambaran perselubungan padat akibat hilangnya
aerasi yang disebabkan sumbatan bronkus oleh tumor, gambaran
atelektasisnya sama seperti atelektasis bronkus lainnya.
Pembesaran hilus Unilateral tampak perbedaan besar hilus antara
kedua hilus atau perbedaan dengan foto sebelumnya perlu dicurigai adanya
suatu tumor.
22
Emfisema lokal (setempat) Penyumbatan sebagian lumen bronkus
oleh tumor yang akan menghambat pengeluaran udara sewaktu ekspirasi
sehingga terjadi densitas rendah dan emfisema.
Kavitas atau abses yang soliter, biasanya kavitas tebal dan
irreguler.
Pneumonitis yang sukar sembuh, biasanya terlihat gambaran
massa yang sangat dicurigai sebagai keganasan paru.
Massa Paru, karsinoma bronkogen dimulai dengan adanya
bayangan noduler kecil diperifer paru sebesar 4-12 cm berbentuk bulat atau
oval yang berbenjol.
Nodul soliter pada paru, bayangan nodul berukuran beberapa
milimeter sampai 4 cm dan tidak mengandung kalsifikasi, ada pendapat
mengatakan bahwa sifat nodul yang ganas batasnya tidak jelas, apalagi
berbenjol-benjol atau ada nodul kecil disampingnya sebagai gambaran
satelit atau adanya gambaran kaki-kaki infiltrasi yang berasal dari nodul
tersebut.
Perselubungan dengan nodul disekitarnya, pada tumor primer
ganas akan tampak gambaran destruksi tulang iga atau corpus vertebrae
sekitarnya.2.4
5. Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan Tomografi komputer dapat memberikan informasi lebih
banyak. Penilaian pada massa primer paru berupa besarnya densitas massa
yang dapat memberi gambaran yang inhomogen pada massa sifat ganas
atau homogen pada massa jinak, pinggir massa dapat diperlihatkan lebih
23
jelas, tidak teratur atau spikula/pseudopodi pada massa ganas, batas rata
pada jinak.3
Parameter tekstur berasal dari gambar CT-Scan, untuk gambar
NSCLC memiliki potensi yang bertindak sebagai pencitraan berkorelasi
untuk hipoksia tumor dan angiogenesis.11.13
Gambar 1.5 : CT-Scan Tumor paru
Pembesaran kelenjar hilus terutama didapatkan pada karsinoma sel
kecil akan tampak lebih jelas dengan tehnik pemeriksaan tomografi frontal
atau yang lebih canggih lagi dengan Computer tomografi.4
24
Gambar 1.6 : Tampak Corona
Gambar 1.7 : tampak Sagital
25
Gambar 1.8 : Tampak Axsial
Gambar 1.9 : Tampak tiga dimensi
26
Pemberian bahan kontras i.v dapat menentukan sifat massa yang
menyangat pada massa ganas umumnya dan tidak menyangat pada massa
jinak. Keterlibatan organ sekitarnya atau mediastinum lebih mudah
terdeteksi, sebagai keterlibatan tulang sekitarnya, pembesaran kelenjar
getah bening hilus, bifurkasio, paratrakea dan massa bersinggung dengan
dinding pembuluh darah besar toraks ( aorta, a.pulmonalis) yang
merupakan non operable.3.7
6. Pemeriksaan MRI
Dinamis MRI kontras ditingkatkan lesi paru yang solid telah dibahas
sebagai alat non-invasif untuk mengevaluasi integritas nodul paru soliter,
misalnya untuk menggantikan biopsi. Sebuah studi pertama kali digunakan
dynamic MRI kontras ditingkatkan pada 51 pasien dengan nodul paru
soliter untuk mempelajari perbedaan kinetik dan morfologi di vaskularisasi
dan perfusi dari lesions 10 ganas dan jinak.12
Gambar : Axial MRI menunjukkan nodul.13
2.10 PENATALAKSANAAN
27
Tujuan pengobatan kanker yaitu :
Kuratif : menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup pasien.
Paliatif : mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal : mengurangi dampak
fisik maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
Suportif : menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, growth factors obat
anti nyeri dan obat anti infeksi.4.5
Terdapat perbedaan fundamental perangai biologis Non Small Cell Lung
Cance (NSCLC) dengan Small Cell Lung Cance (SCLC) sehingga
pengobatannya harus dibedakan menurut jenis :
a. NSCLC
Terapi bedah adalah pilihan pertama pada stadium I atau II pada
pasien dengan sisa cadangan parenkim parunya yang adekuat. Reseksi
paru biasanya ditoleransi baik bila prediktif FEV pasca reseksi yang di
dapat dari pemeriksaan spirometri preoperatif dan kuantitatif ventalisasi
perfusi scanning melebihi 1000 ml. Luasnya penyebaran intra thoraks
yang ditemui saat operasi menjadi pedoman luas prosedur operasi yang
dilaksanakan.7.14
Pilihan terapi non-kecil kanker paru-paru sel stadium lanjut (NSCLC)
telah memperluas dalam dekade terakhir untuk memasukkan langit-langit
intervensi yang ditargetkan seperti ablations dosis tinggi yang ditargetkan
termal, radioterapi dan platform tumbuh antibodi dan terapi molekul kecil
28
dan immunoterapi. Meskipun terapi ini memiliki mekanisme bervariasi
aksi, mereka sering menyebabkan perubahan dalam arsitektur tumor dan
mikro sehingga respon tidak selalu disertai dengan penurunan di awal
massa tumor, dan evaluasi dengan kriteria selain ukuran yang dibutuhkan
untuk melaporkan lebih efektif pada respon. teknik pencitraan fungsional,
yang menyelidiki tumor dan mikro melalui Novel tomografi emisi positron
dan teknik magnetic resonance imaging, menawarkan wawasan yang lebih
rinci ke dalam dan kuantisasi respon tumor daripada yang tersedia pada
pencitraan anatomi saja. Penggunaan biomarker ini, atau kombinasi
rasional lainnya sebagai pembacaan respon patologis pada NSCLC
memiliki potensi untuk memberikan prediksi yang lebih akurat dari hasil
pengobatan.4.14
Pada beberapa kasus yang inoperable, Radioterapi dilakukan sebagai
pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvan/paliatif pada
tumor dengan komplikasi seperti mengurangi efek obstruksi / penekanan
terhadap pembuluh darah/ bronkus. Efek samping yang sering adalah
disfagia karena esofagitis pasca radiasi , sedangkan pneumonitis pasca
radiasi jarang terjadi (<10%).4
Prinsip Kemoterapi , dimana sel kanker memiliki sifat perputaran daur
sel lebih tinggi dibandingkan sel normal. Dengan demikian tingkat mitosis
dan proliferasi tinggi.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kegagalan pencapaian target
pengobatan antara lain :
29
Resistensi terhadap sitostatik
Penurunan dosis sitostatika di mana penurunan dosis sebesar 20% akan
menurunkan angka harapan sembuh sekitar 50%.
Penurunan intensitas obat dimana jumlah obat yang diterima selama kurun
waktu tertentu kurang.
Untuk mangatasi hal tersebut, dosis obat harus diberikan secara optimal dan
sesuai jadwal pemberian.5
Pemilihan obat, kebanyakan obat sitostatik mempunyai aktivitas cukup
baik pada NSCLC dengan tingkat respon antarae 15-33%, walaupun demikian
penggunaan obat tunggal tidak mencapai remisi komplit.5
Mula-mula regimen CAMP yang terdiri dari siklofosfamid, doksorubisin,
metotreksat, dan prokarbasin memberikan tingkat respon 26%. Kemudian
protokol regimen lainnya mengembangkan dan membandingkan dengan CAMP,
seperti CAP yang memberikan tingkat respon 26%.
Obat-obat baru saat ini telah banyak dihasilkan dan dicobakan sebagai obat
tunggal seperti paclitaxel, Docetaxsel, Vinorelbine, Gemcitabine, dan Irenotecan
dengan hasil yang cukup menjanjikan.4.5
Kemoterapi ajuvan dengan atau tanpa radioterapi, mula-mula yang
dikembangkan adalah protokol CAP (siklofosfamid, doksorubisin, dan cisplatin).
Kemoradioterapi konkomitan, mula-mula yang digunakan adalah protokol
dengan basis cisplatin misalnya FP(5-Fluorouracil dan cisplatin). Selanjutnya
dikembangkan dengan memasukkan etoposide menjadi protokol EFP. Hasilnya
dengan FP 68% menjadi komplit resectable sedangkan dengan EFP komplit
resectable menjadi 76% sementara dengan FP 68% menjadi komplit resectable.
30
Terapi biologi, BCG, levamisole, interferon dan interleukin, penggunaannya
dengan kombinasi modalitas lainnya hasilnya masih kontroversial.
Terapi gen, akhir-akhir ini dikembangkan penyelarasan gen ( Chimeric) dengan
cara transplantasi stem sel dari darah tepi maupun sumsum tulang alogenik.4.14
b. SCLC
SCLC dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Limited-stage disease yang diobati
dengan tujuan kuratif ( kombinasi kemoterapi dan radiasi) dan angka
keberhasilan terapi adalah 20% , serta 2. Extensive-stage disease yang
diobati dengan kemoterapi dan angka respon terapi komplit sebesar 20-
30%. Median kesintasan untuk limited-stage disease adalah 18 bulan dan
untuk extensive-stage disease adalah 9 bulan.4.5
2.11 PROGNOSIS
1. Small cell lung cancer (SCLC)
Dengan adanya perubahan terapi dalam 15-20 tahun belakangan ini
harapan hidup rata-rata ( median survival time ) yang tadinya <3 bulan
meningkat menjadi 1 tahun.
Pada kelompok limited-disease harapan hidup rata-rata naik menjadi 1-
2 tahun, sedangkan 20% dari jumlah tersebut tetap hidup dalam 2 tahun.
30% meninggal karena komplikasi lokal dari tumor
70% meninggal karena karsinomatosis.
50% bermetastasis ke otak (autopsi).
1 Non small cell lung cancer ( NSCLC)
31
Yang terpenting pada prognosis kanker paru ini adalah menentukan
stadium dari penyakit.
Dibandingkan dengan jenis lain dari NSCLC, karsinoma skuamosa
tidaklah seburuk yang lainnya. Pada pasien yang dilakukan tindakan
bedah, kemungkinan hidup 5 tahun setelah operasi adalah 30%.
Kesintasan setelah tindakan bedah, 70% pada occult carcinoma , 35-
40% pada stadium 1; 10-15 pada stadium II dan kurang dari 10% pada
stadium III.
75% karsinoma Skuamosa meninggal akibat komplikasi torakal, 25%
karena ekstra torakal, 2% diantaranya meninggal karena gangguan
sistem saraf sentral.
40% adenokarsinoma dan karsinoma sel besar meninggal akibat
komplikasi torakal, 55% karena ekstra torakal.
15% adenokarsinoma dan karsinoma sel besar bermetastasis ke otak
dan 8-9% meninggal karena kelainan sistem saraf pusat.
Harapan hidup rata-rata pasien tumor metastasis bervariasi, dari 6 bulan
sampai dengan 1 tahun, dimana hal ini, tergantung pada; 1.
Performance status (skala karnofsky), 2. Luasnya penyakit, 3. Adanya
penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir.4.5.8
PENCEGAHAN
32
Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda.
Berhenti merokok dapat mengurangi resiko terkena kanker paru. Penelitian dari
kelompok perokok yang berusaha berhenti merokok hanya 30% yang berhasil.
Akhir-akhir ini pencegahan dengan chemoprevention banyak dilakukan,
yakni dengan memakai derivat asam retinoid, karotenoid, vitamin c, selenium, dan
lain-lain. Jika seseorang berisiko terkena kanker paru maka penggunaan
betakaroten, retinol, isotretinoin, ataupun N-acetyl-cystein dapat meningkatkan
resiko kanker paru pada perokok. Untuk itu, penggunaan kemopreventif ini masih
memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum akhirnya direkomendasikan untuk
digunakan. Hingga saat ini belum ada konsensus yang diterima oleh semua
pihak.5.15
DAFTAR PUTAKA
33
1. Tandi Meidiyanti, Tubagus Vonny N, Simanjutak Martin L. Ct-scan
Picture Of Lung Tumors. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-
Juni 2016
2. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik ed.2. Departemen Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit dr.Cipto
mangunkusumo, Jakarta; 2013 : 145-59
3. Snell Richard S. Clinical Anatomi For Medical Student ed.6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta ; 2012 : 67-69
4. DAS. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Editor Hood Aisagaff, Abdul
Mukhti cet-5 Surabaya : Erlangga University Press. 2012 : hal 181-207
5. Setiati Siti ,dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 3. Jakarta ; Interna
Publishing : 2014, hal 2998-3006
6. Armato Samuel G. Lung Cancer : Performance of Automated Lung
Nodule Detection Applied to Cancer Missedin a CT-Screening Program,
Vol 225 Number 3. RSNA; 2012: 685-92
7. Simeonov Kamen P, Himmelstein Daniel S, Lung Cancer Insidence
Decreases With Elevation; Evidence For Oxygen as an Inhaled
Carcinogen , Peer J ; 2015 : hal 1-4
8. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M . Patofisiologi ed 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta ; 2006 : 843-51
9. Sjamsuhidajat R, dkk. De Jong Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta ; 2010 : hal 519-21
34
10. Freddman et,al. Lung Nodule : Improved Detection With Software That
Supresses The Rib and Clavicle On Chest Radiograph. Radiology RSNA,
vol 260, number 1; Juli 2011 : hal 265-73
11. Ganeshan et al. Non-Small Cell Lung Cancer: Histopatologic Correlates
For Textur et Parameter at CT. Radiology RSNA. Volume 266, Number
1: Januari 2013
12. Biederer Juergen, Hintze Christia, Fabel Michael. MRI of Pulmonary
Nodules : Tehnique and Diagnostic Value.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2413430/ .Biomed Central,
NCBI . vol 8, number 1; 2011 : 125-130
13. Kurihara Yasuyuki, dkk. MRI of Pulmonary Nodule. American Rontgen
Ray Society. http://www.ajronline.org/doi/abs/10.2214/AJR.13.11618 .
AJR .Volume 202; 2014 :210-216
14. Weller A, dkk. Mechanism and non Mechanism Based Assesing
Biological Response to Treatment in Non-Small Cell Lung Cancer.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27016624 . Pubmed. Volume 59:
mar 2016; hal 65-78
15. Eastman George W, Wald Christoph, Crossin Jane. Radiologi Klinis.
Penerbit Buku EGC, Jakarta :2012 : hal 38-48
35
LAPORAN KASUS RADIOLOGI
Seorang Perempuan berumur 76 tahun datang dengan keluhan sesak nafas hilang timbul sejak beberapa bulan yang lalu, Sesak nafas tersebut dirasakan terutama saat beraktivitas dan setelah batuk , batuknya berdahak dan semakin memberat dalam beberapa hari ini, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri dada terutama sebelah kiri dan di sertai dengan mual , muntah (-) , nafsu makan (+), BAB dan BAK (+) dan pasien mudah lelah.
Pemeriksaan fisik :
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 106 / 73
HR : 93 x/i
Pernafasan : 24 x /i
Suhu : 36,0 c
Lokalis :
Mata : Anemis ( -/- ) Isokor (-/-)
Thorak : ST (+/+) RBK dan RBH
Abdomen : Peristaltik (+) Supel (+) Timpani (+) NT (-)
Extremitas : DBN
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaaan Sitologi Lokasi Pleura Sinistra : C4 ( Suspicious Malignancy )
Pemeriksaan Radiologi :
Rontgen Thorax PA :
Klinis : Sesak
36
Kesannya : Efusi Pleura Sinistra
Saran : foto Lateral Kiri
CT-Scan :
37
1. Tampak lesi mixdensity dengan densitas 41,50 HU HU, tepat irreguler pada segmen posterior lobus inferior paru sinistra disertai efusi pleura sinistra.
2. Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening peratrakeal, peribronkial, subkarina, perihiler, dan suprarenal.
3. Organ-organ mediastinum (jantung dan trakea) kesan tampak dalam batas normal.
Kesannya : Massa Paru Sinistra disertai Pleura Effusion Sinistra
Diskusi :
Pasien Perempuan berumur 76 tahun datang dengan keluhan sesak yang memberat dalam beberapa hari ini dan makin memberat saat beraktivitas dan batuk , batuknya berdahak yang di sertai nyeri dada sebelah kiri dan juga mual , muntah (-) BAB dan BAK dalam batas normal dan pasien juga mengeluhkan mudah lelah.
Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran compos mentis, TD 106/73 mmhg, HR 93 x/i, RR 24 x/i, suhu 36,0 c, pada mata anemis (-/-), thorak ST (+/+) RBK dan RBH, abdomen peristaltik (+), NT (-), Timpani (+), extremitas DBN.
Pada pemeriksaan sitologi lokasi pleura sinistra ditemukan C4 ( Suspicious Malignancy ), pada pemeriksaan rontgen thorak di temukan efusi pleura sinistra, pada CT-Scan ditemukan massa paru sinistra disertai pleura effusion sinistra.
Dari hasil Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bisa ditegakkan diagnosis : Tumor Paru dan Efusi Pleura sinistra