48
BAB I PENDAHULUAN Radiografi kontras merupakan sebuah prosedur sinar X yang menggunakan senyawa khusus, sebuah medium kontras untuk memperjelas jaringan dan organ yang tidak terlihat jelas. Di masa lalu, usaha ini telah dilakukan untuk mendeteksi dan melihat perluasan tumor nasofaring menggunakan radiografi kontras. 1 Agen kontras yang paling berhasil dan banyak digunakan sekarang ini adalah agen kontras teriodinasi (ICA) yang pertama kali diperkenalkan dalam praktik klinis di tahun 1950-an. Namun demikian, radiografi kontras sinar X sebuah lesi kistik tidak pernah dilaporkan sebelumnya. 2 Kista radikuler adalah kista odontogenik yang paling sering ditemukan pada rahang. Kista tersebut sering ditemukan secara kebetulan dalam pemeriksaan radiologis rutin karena biasanya kecil dan tanpa gejala, kecuali 1

Refarat Radio

Embed Size (px)

DESCRIPTION

refarat

Citation preview

Page 1: Refarat Radio

BAB I

PENDAHULUAN

Radiografi kontras merupakan sebuah prosedur sinar X yang

menggunakan senyawa khusus, sebuah medium kontras untuk memperjelas

jaringan dan organ yang tidak terlihat jelas. Di masa lalu, usaha ini telah

dilakukan untuk mendeteksi dan melihat perluasan tumor nasofaring

menggunakan radiografi kontras.1

Agen kontras yang paling berhasil dan banyak digunakan sekarang ini

adalah agen kontras teriodinasi (ICA) yang pertama kali diperkenalkan dalam

praktik klinis di tahun 1950-an. Namun demikian, radiografi kontras sinar X

sebuah lesi kistik tidak pernah dilaporkan sebelumnya.2

Kista radikuler adalah kista odontogenik yang paling sering ditemukan

pada rahang. Kista tersebut sering ditemukan secara kebetulan dalam

pemeriksaan radiologis rutin karena biasanya kecil dan tanpa gejala, kecuali

bila besar atau terjadi infeksi sekunder. Kista radikuler, yang disebut juga

dengan periapikal biasanya tebentuk pada apeks gigi non vital.3

Trauma fisik, bahan kimia atau pulpa nekrosis yang tidak dirawat akan

menjadi lesi periapikal. Salah satunya adalah kista radikuler. Kista yang

terjadi akibat trauma disebut sebagai kista traumatic (traumatic cyst). Trauma

ini biasa terjadi akibat benturan/pukulan keras, terjatuh, dan lain-lain.

1

Page 2: Refarat Radio

Perjalanan penyakit kista ini cukup lama dan tidak menimbulkan gejala

hingga penderita tidak menyadari adanya pertumbuhan kista akibat trauma

yang pernah dialami. Bila kista ini berada pada apeks gigi sebagai lokasi

yang paling banyak ditemukan seringkali diberikan istilah sebagai kista

radikuler. 4,5

Kista radikuler merupakan kista yang sering dijumpai dirongga mulut,

kuarang lebih 60%-70% dari seluruh kista odontogenik, dengan frekuensi

tersering di rahang atas terutama di region anterior lebih kurang sekitar 60%,

sedangkan pada rahang bawah sering terjadi pada region posterior, namun

kista ini dapat terjadi di region mana saja pada rahang. Insidensi pada pria

lebih tinggi dibandingkan perempuan dan umumnya terjadi pada decade

ketiga dan keempat.5

Gambaran radiografi kista radikuler menunjukkan adanya osteolytic atau

lesi radiolusen (berbentuk bulat atau oval) dengan pinggiran radiopak yang

terlihat jelas, kecuali jika daerah tersebut sudah terinfeksi maka gambaran

perifer radiopak tidak akan terlihat.6

2

Page 3: Refarat Radio

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RADIOGRAFI KONTRAS

Radiografi kontras merupakan sebuah prosedur sinar X yang

menggunakan senyawa khusus, sebuah medium kontras untuk memperjelas

jaringan dan organ yang tidak terlihat jelas.1

Injeksi media kontras kontras ke lesi harus diikuti oleh pengisian media

kontras pada satu atau sejumlah kecil lokul. Agen kontras yang paling

berhasil dan banyak digunakan sekarang adalah agen kontras teriodinasi

(ICA) yang pertama kali diperkenalkan dalam praktik klinis di tahun 1950-an.3

Iodin memainkan sebuah peranan penting dalam sinar X. Jarak atom dari

atom iodin dengan ikatan kovalen adalah 133 pikometer yang berada dalam

rentang gelombang sinar X:10 sampai dengan 10.000 pikometer, oleh karena

itu, sinar X mudah diperkuat dengan automiodin.7

2.2 KISTA RADIKULER

Kista radikuler adalah kista yang berhubungan dengan peradangan

(inflammatory cyst). Kista tersebut berasal dari sisa-sisa sel epitel Malassez

di ligament periodontal sebagai hasil periodontitis apikalis yang mengikuti

3

Page 4: Refarat Radio

kematian pulpa. Kista radikuler yang tertinggal di rahang setelah

pengangkatan gigi penyebab disebut sebagai kista residual.5

2.2.1 ETIOLOGI dan PATHOGENESIS KISTA RADIKULER

Kista radikuler dapat terjadi akibat factor trauma fisik, kimia atau bakteri

sehingga terjadi kematian pulpa yang diikuti oleh stimulus sel sisa epitel

Malassez yang normalnya terdapat pada ligamentum periodontal. Kista ini

dapat terjadi pada semua usia, namun jarang terjadi pada anak-anak.8

Secara umum pembentukan kista radikuler terdiri dari tiga tahap, yaitu

tahap inisiasi, tahap pembentukan kista dan tahap pembesaran kista. Pada

tahap inisiasi, sisa-sisa sel Malassez di lagamen periodontal berproliferasi

akibat peradangan di granuloma periapikal. Granuloma periapikal tersebut

merupakan bagian mekanisme pertahanan local tehadap pulpa kronis agar

infeksi tidak meluas. Faktor yang memicu peradangan dan respon imun yang

dapat menyebabkan proliferasi epitel diduga adalah endoktoksin bakteri yang

berasal dari pulpa yang mati. Selanjutnya pada tahap pembentuk kista sisa-

sisa sel Malassez berprolifersi pada dinding granuloma membentuk massa

epitel yang makin membesar. Kurangnya nutrisi terhadap sel-sel epitel di

bagian sentral menyebabkan kematian dan mencairnya sel tersebut sehingga

terbentuk rongga berisi cairan yang dibatasi oleh epitel. Pada tahap

4

Page 5: Refarat Radio

pembesaran kista tekanan osmosis diduga merupakan factor yang berperan

penting. Eksudat protein plasma dan asam hialuronat serta produk yang

dihasilkan oleh kematian sel menyebabkan tinginya tekanan osmosis pada

dinding rongga kista yang pada akhirnya menyebabkan resorpsi tulang dan

pembesaran kista.5,9

2.2.2 TANDA dan Gejala

a. Tanda

1. Gigi non-vital, berubah warna dan goyang

2. Ada sisa akar yang bertahan

3. Terlihat menggelembung, saat ditekan ada cairan

4. Semakin besar kista akan terbentuk pembengkakan yang keras di

intra oral dalam arah bucal maupun lingual

5. Ekspansi lebih lanjut akan menyebabkan erosi pada tulang dan

menimbulkan fluktuasi

6. Gigi yang bersangkutan terasa nyeri saat diperkusi, bila kista

terinfeksi

5

Page 6: Refarat Radio

b. Gejala

1. Kista radikuler tidak memiliki gejala dan ditentukan pada

pemeriksaan radiografi

2. Sakit bila terdeteksi

3. Perubahan warna gigi akibat hilangnya vitalitas

4. Cairan purulent dan bau akan keluar bila ada drainase spontan

pada pembengkakan

2.2.3 PENEGAKKAN DIAGNOSIS

a. Gambaran Klinis Kista Radikuler

Kebanyakan pada penyakit kista radikuler tersebut tidak terdapat

gejala-gejala yang signifikan (asimptomatik), terutama pada kista yang

berukuran kecil. Hal ini baru akan terlihat setelah dilakukannya

pemeriksaan rontgen foto pada pasien, kecuali jika kista tersebut

bernanah, di mana rasa sakit terjadi seperti pada gejala yang biasa

ditunjukkan. Kista yang besar akan menghasilkan pembengkakan pada

bagian bukal dan meluas hingga bagian lingual atau palatal.

Pembengkakan ini terjadi sebagai bentuk perluasan pada dasar kortikal

bukal, yang menyebabkannya menjadi tipis dan dapat menimbulkan

bunyi “cracking” (crepitus). Jika tulang sudah benar-benar hancur

6

Page 7: Refarat Radio

maka kista tersebut akan terhubung dengan periosteum dan mukosa

pada daerah tersebut akan terlihat berwarna merah kebiru-biruan.10

Pada pemeriksaan klinis, hanya kista yang agak besar yang

menimbulkan benjolan intra oral. Mukosa di atasnya berwarna normal.

Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan ekstra pral

bahkan asimetri wajah. Bila dinding kista telah mendesak korteks tulang,

pada palpasi dapat terjdi pingpong ball phenomenon. Apabila telah

menembus korteks tulang, kista tampak berwarna kebiruan dan teraba

lunak bahkan dapat terjadi fraktur patologis. Anastesi atau parastesi pada

bibir dapat terjadi bila kista menekan saraf sensoris perifer yang

berdekatan. Bila terinfeksi bias timbul rasa sakit dan terbentuk fistula

tempat keluarnya cairan kista. Maloklusi dapat ditemukan karena

perubahan letak dan kegoyangan gigi.11,12

b. Gambaran Radiografis Kista Radikuler

Secara radiologi, kista radikuler yang kecil atau sedang

memperlihatkan gambaran radiolusen berbentuk bulat atau oval dengan

batas radioopak yang jelas. Batas radioopak ini bersatu dengan lamina

dura gigi penyebab. Pada kista yang terinfeksi batas radioopak ini menjadi

difus sehingga tidak terlalu jelas terlihat. Kista yang besar akan

memperlihatkan gambaran radiolusen yang tidak teratur dan sering

7

Page 8: Refarat Radio

melibatkan struktur lain seperti sinus maksilaris dan kanalis mandibularis.

Pada defk yang luas dibutuhkan bone graft sebagai perawatan yang

ideal.11,12

Pada pemeriksaan radiografi menggunakan bahan kontras, kistra

radikuler terlihat sebagai gambaran bulat, berbatas halus, densitas

radiografiknya rata.13

8

Page 9: Refarat Radio

9

Page 10: Refarat Radio

c. Aspirasi pada Isi Kantung Kista

Sebagai tambahan dari pemeriksaan klinis dan radiologi, aspirasi

terhadap isi kantung kista tersebut merupakan diagnosis tambahan yang

sangat berharga. Kista dengan ukuran yang lebih besar dari 1,5-2 cm,

sedikit atau banyaknya cairan, tetap dapat diaspirasi untuk mencegah

timbulnya lesi yang lebih padat lainnya.14

2.2.4 PENATALAKSANAAN KISTA RADIKULER

a. Rencana Perawatan pada Kista Radikuler

Terdapat dua teknik pembedahan yang dapat digunakan dalam

pengangkatan kista yaitu enukleasi dan marsupialisasi.15

2.1Inukleasi

Merupakan teknik yang melibatkan seluruh pengangkatan kista dan

10

Page 11: Refarat Radio

penyembuhan luka sebagai tujuan utamanya. Metode ini merupakan

metode yang paling memuaskan pada perawatan kista dan diindikasikan

pada semua kasus yang melibatkan kista, dimana dinding kista akan

diangkat tanpa melukai gigi didekatnya dan struktur anatomi lainnya.

Prosedur pembedahan pada perawatan kista dengan inukleasi terdiri dari

empat tahap, yaitu:

a. Refleksi pada mukoperiosteal flap

b. Mengangkat tulang dan bagian padat pada kista

c. Inukleasi pada kantung kista

d. Perawatan luka dan suturing

Setelah melihat hasil radiografi untuk menentukan lokasi yang

tepat dan ukuran lesi, dibuatlah trapezoidal flap, di mana ukuran kista

dapat menetukan akses yang memadai serta visualisasi luas bidang

bedah. Kemudian setelah refleksi pada mukoperiosteum, tertutupnya

tulang oleh lesi dapat dievaluasi, seperti yang disebutkan di atas,

dapat berbentuk normal, tipis, atau benar-benar sudah hancur.

Pada tulang yang normal, round bur digunakan untuk

mengangkat bagian kortikal bukal yang menutupi kista, dan

tergantung dari besarnya kista tersebut, rongeur dapat digunakan

untuk memperluas pembuatan saluran ke osseous. Pembuatan saluran

ke osseous haruslah cukup lebar agar semua bagian rongga kista dapat

terjangkau dan mencegah kesulitan pada saat pengangkatan.

11

Page 12: Refarat Radio

Jika dinding tulang sudah tipis dan mengalami perforasi, maka

pengangkatan tulang dilakukan dengan cara perifer menggunaka

rongeur hingga mencapai tulang yang padat. Kuret digunakan pada

inukleasi pada kista yang berukuran kecil, sedangkan pada kista yang

berukuran besar,penggunaan broad end pada elevator periosteal banyak

diminati, di mana diletakkan di dalam kavitas dan menekan dengan

lembut diantara dinding kista dan tulang, sementara kista dipegang

dengan hati-hati menggunakan gunting.

Setelah pengangkatan kista, kuret digunakan untuk memeriksa

adanya sisa- sisa kista pada kavitas, dan irigasi yang banyak dengan

menggunakan saline solution lalu penjahitan/suturing dengan mengikuti

bentuk flap.

Teknik pembedahan pada pengangkatan kista mandibular hampir

sama dengan yang dijelaskan di atas.

2.2Marsupialisasi

Metode ini biasanya digunakan untuk mengangkat kista yang

berukuran besar dan memerlukan pembukaan jalur pembedahan yang

tepat di atas lesi. Untuk pembuatan jalur bedah diawali dengan

pembuatan insisi berbentuk circular, dimana termasuk mukoperiosteum,

tulang yang mengalami perforasi, dan dinding respektiv pada kantung

kista. Setelah prosedur ini, isi dari kista lalu dikeluarkan, dan penjahitan

12

Page 13: Refarat Radio

disekitar perifer kista, mukosa periosteum dan dinding kista secara

bersamaan. Setelah itu lubang kista diirigasi dengan saline solution dan

dibungkus dengan iodoform gauze, dimana nantinya akan dibuka satu

minggu kemudian bersama bekas jahitan. Selama periode ini, bekas luka

akan mengalami proses penyembuhan dengan membangun penghubung

yang permanen. Irigasi pada lubang kista dilakukan beberapa kali dalam

sehari untuk menjaganya tetap bersih dari debris makanan dan

menghindari infeksi potensial.

b. Gambar Penatalaksanaan Kista Radikuler

1. Inukleasi

Gambar (1) Gambar (2)

13

Page 14: Refarat Radio

Gambar (3) Gambar (4)

Gambar (5) Gambar (6)

14

Page 15: Refarat Radio

Gambar (7) Gamabr (8)

Keterangan Gambar:

1. Gambar radiografi yang menunjukkan lesi redikuler pada area M1

rahang bawah

2. Gambaran klinis kasus sesuai dengan gambar radiografi pada

gambar (1)

3. Insisi dan refleksi pada mukoperiosteum

4. Pengeboran untuk pembuatan lubang untuk memindahkan bucal

alveolar plate

5. Penyelesaian pembuatan jalur pada osseus, setelah

menggunakan fissure bur pada saat pembuatan lubang

6. Pengangkatan lesi dengan bantuan hemostat dan kuret

7. Bidang pembedahan setelah pemindahan lesi

8. Penjahitan luka dengan interrupted suture

15

Page 16: Refarat Radio

2. Marsupialisasi

Gambar (1) Gambar (2)

Gambar (3) Gambar (4)

16

Page 17: Refarat Radio

Gambar (5) Gambar (6)

Gambar (7) Gambar (8)

Keterangan Gambar:

1. Gambaran radiografi menunjukkan adanya kista pada

mandibula. Perawatan dengan malsupialisasi emrupakan

indikasi kasus ini

17

Page 18: Refarat Radio

2. Insisi mucosa pada daerah di sekitar mukosa dan periosteum

3. Pembukaan buccal cortical plate dan pengambilan bagian

tulang dengan round bur

4. Perluasan jalur pada osseus dengan rongeur

5. Pengangkatan kista setelah pengambilan tulang

6. Penjahitan (suturing) pada daerah luka

7. Membalut lubang kista dengan iodoform gauze

8. Lubang kista setelah insersi gauze

2.3 LAPORAN KASUS

Suatu laporan kasus menunjukkan seorang perempuan berusia 45 tahun

berkunjung ke departemen penyakit mulut dan radiologi, Vasantdada Patil

Dental College and Hospital, Sangli dengan keluhan utama pembengkakan

di regio palatal. Pasien mengamati adanya pembengkakan kecil di palatal 1

bulan lalu yang mengalami pertambahan ukuran secara bertahap. Pasien

tidak merasakan adanya sesuatu yang keluar dari pembengkakan. Pasien

tidak memiliki riwayat rasa sakit dan demam. Pasien mengatakan dia

mengalami trauma di regio anterior rahang pada usia 14 tahun. Riwayat

medis menunjukkan pasien mengalami hipertensi dan sedang menggunakan

medikasi (Atenolol tablet 25 mg O.D.) selama 5 tahun terakhir.

Pada pemeriksaan umum dan ekstraoral tidak menunjukkan abnormalitas.

Pemeriksaan intraoral (Gambar 1) menunjukkan pembengkakan oval soliter

18

Page 19: Refarat Radio

yang terletak di posterior papilla insisivum (palatal) di bagian kanan palatum

durum yang meluas dari raphae mediopalatinal ke medial menuju gigi

premolar pertama dan kedua kanan rahang atas di bagian lateral. Secara

anteroposterior, pembengkakan meluas dari posterior papilla insisivum ke

regio premolar kedua kanan atas. Pembengkakan tersebut berukuran 1,5 cm

x 1 cm. Pembengkakan tersebut memiliki batas jelas. Warna pembengkakan

adalah merah muda yang sama dengan mukosa palatal sekitar. Permukaan

pembengkakan halus. Tidak dirasakan denyut pada pembengkakan. Jaringan

sekitar terlihat normal. Hasil pengamatan yang didapatkan dilakukan melalui

palpasi. Pembengkakan tidak terasa sakit dan memiliki variasi konsistensi,

sebagai contoh lunak di tengah dan sekeras tulang di bagian perifer. Krepitus

dapat dirasakan. Nodus limfe regional tidak dapat dipalpasi. Pemeriksaan gigi

menunjukkan gigi insisivus sentral kanan atas mengalami diskolorasi

sempurna (Gambar 2).

Gambar 1. Pembengkakan dengan batas jelas diamati di anterior palatum

posterior terhadap papilla insisivum.

19

Page 20: Refarat Radio

Gambar 2. Gigi insisivus sentral kanan atas dengan diskolorasi secara

keseluruhan.

Gigi-geligi lain tergolong normal. Uji vitalitas pulpa elektrik dengan alat uji

vitalitas pulpa digital menunjukkan gigi insisivus sentral dan lateral kanan

atas tidak vital. Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan klinis, diagnosis

provisional kista radikuler ditetapkan. Abses ruang palatal, kista

nasopalatinus, kista mediopalatinus, karsinoma mukoepidermoid, dan

mukokel ditetapkan sebagai diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan

adalah radiografi periapikal intraoral, radiografi oklusal, FNAC (fine needle

aspiration cytology) pada pembengkakan, analisis protein dari aspirat, dan

radiografi kontras pada lesi.

Radiografi periapikal intraoral (Gambar 3) di regio yang sama

menunjukkan bayangan radiolusen oval, berbatas jelas dengan kortikasi yang

jelas berukuran 1,9 x 1,2 cm (diukur pada diameter terbesar) di regio

periapikal gigi insisivus sentral dan lateral kanan atas. Garis radiopak yang

20

Page 21: Refarat Radio

melewati bayangan radiolusen di sepertiga superior dapat diamati. Resorpsi

akar internal dan eksternal pada gigi insisivus sentral kanan atas dapat

diamati. Saluran akar gigi insisivus lateral kanan atas nampak mengalami

kalsifikasi secara keseluruhan. Radiografi oklusal anterior maksila (Gambar

4).

Gambar 3. Radiografi periapikal intraoral menunjukkan bayangan radiolusen

oval berbatas jelas, dan cukup terkortikasi berukuran 1,9 x 1,2 cm (diukur

pada diameter terbesar) di regio peripaikal gigi insisivus sentral dan lateral

kanan atas. Garis radiopak yang melewati bayangan radiolusen di sepertiga

superior dapat diamati.

21

Page 22: Refarat Radio

Gambar 4. Radiografi oklusal anterior maksila menunjukkan bayangan

radiolusen oval, berbatas jelas, dan cukup terkortikasi di regio periapikal gigi

insisivus sentral dan lateral kanan atas. Garis radiopak yang melewati

banyan radiolusen di sepertiga posterior merupakan tanda lesi multilokuler.

Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan radiografi periapikal

intraoral dan garis radiopak yang melewati bayangan radiolusel di sepertiga

superior, lesi tersebut merupakan lesi multilokuler.

Aspirasi positif dapat membedakan antara kista dan tumor. Warna dan

kandungan aspirat dapat menjadi alat diagnostik untuk kista tertentu,

sehingga kami memutuskan untuk melakukan FNAC (fine needle aspiration

cytology). Permukaan palatum dianestesi menggunakan spray anestesi

topikal lignokain 4%. Jarum gauge 21 yang dipasang pada syringe 10 ml

sekali pakai diinsersikan melalui fenestrasi yang terdapat di pertengahan

pembengkakan. Cairan yang didapatkan berwarna jerami yang memiliki

22

Page 23: Refarat Radio

sejumlah granul mengkilap yang merupakan tanda kristal kolesterol (Gambar

5).

Gambar 5. Cairan berwarna jerami dengan sejumlah granul mengkilap yang

didapatkan sewaktu melakukan aspirasi.

Cairan ditempatkan pada slide dan diamati menggunakan mikroskop cahaya

dengan lensa 10x dan 40x dan menunjukkan “kristal kolesterol dengan tepi

tidak beraturan” (Gambar 6).

Gambar 6. Foto mikro yang menunjukkan kristal kolesterol dengan tepi tidak

beraturan dalam perbesaran 40x.

Analisis protein aspirat menunjukkan kandungan protein 6,5 m/dl yang

merupakan tanda kista non-keratinisasi. Untuk mengetahui apakah garis

radiopak IOPA dan radiografi oklusal menunjukkan septa dalam lesi atau

superimposisi oleh struktur anatomi normal dan juga untuk menentukan

23

Page 24: Refarat Radio

perluasan lesi, kami memutuskan untuk melakukan radiografi kontras lesi

kistik.

2.3.1 Penggunaan Radiografi Kontras pada Laporan Kasus

Sebelum inisiasi prosedur, pasien diberikan pertanyaan mengenai alergi

terhadap makanan laut dan iodine. Pasien tidak memiliki riwayat gangguan

tiroid dan tidak menunjukkan tanda dan gejala gangguan tiroid. Untuk

prosedur ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan Urografin 76%

(larutan aquaeous 0,1g sodium amidotrizoat dan 0,66 g meglumin

amidotrizoat (sodium diatrizoatdan meglumin diatrizoat) sebagai agen

kontras. Mukosa palatal diberikan larutan antiseptik Betadine oral. Urografin

dihangatkan dalam inkubator dengan suhu 37oC. Sebanyak 1 ml Urografin

diinjeksikan ke lesi menggunakan jarum gauge 26 dan syringe 2 ml sekali

pakai dalam periode 1 menit. Titik pemasukan jarum dilakukan melalui

fenestrasi di pertengahan lesi. Reaksi hipersensitivitas tidak diamati selama

dan setelah prosedur. Radiografi periapikal intraoral dan radiografi oklusal

maksila dilakukan segera setelah injeksi agen kontras. Radiografi dilakukan

pada angulasi vertikal dan horizontal yang sama dengan parameter paparan

yang sama dengan radiografi diagnostik. Seluruh radiografi diproses

menggunakan film processor otomatis Kodak. Kedua radiografi menunjukkan

gambaran uniformis kavitas kistik dari media kontras yang diinjeksikan

melalui tampilan bayangan radiopak homogen (Gambar 7).

24

Page 25: Refarat Radio

Gambar 7. Kedua radiografi menunjukkan kavitas kistik yang terisi secara

uniformis oleh media kontras yang diinjeksi melalui tampilan banyangan

radiopak homogen. Lesi terlihat sebagai lesi unilokuler.

Lesi terlihat sebagai lesi unilokuler. Oleh karena itu, radiografi kontras lesi

mengekslusikan kemungkinan lesi sebagai lesi multilokuler yang sekali yang

berhubungan dengan diagnosis kistaradikuler (tampilan unilokuler paling

umum diamati). Pasien tergolong stabil setelah prosedur dan tidak diamati

komplikasi setelah prosedur. Radiografi setelah prosedur juga dilakukan

untuk memastikan kavitas telah kosong. Setelah itu, pasien dirujuk ke

departemen bedah mulut, lalu pasien menjalani prosedur enukleasi kista, dan

spesimen dikrim untuk menjalani pemeriksaan histopatologis. Hasil

pemeriksaan menegaskan spesimen tersebut sebagai “kista radikuler”

(Gambar 8).

25

Page 26: Refarat Radio

Gambar 8. Foto mikro yang menunjukkan stratified squamous epithelial lining

non-keratinisasi dengan berbagai ketebalan. Susunan epitel mengalami

proliferasi dan menunjukkan adanya sekat.

2.3.2 Perawatan yang Dilakukan pada Laporan Kasus

Gigi insisivus sentral dan lateral kanan atas diekstraksi akibat

ketidakmampuan untuk merestorasi gigi tersebut secara endodontik. Setelah

itu, perawatan saluran akar intensional dilakukan pada gigi kaninus kanan

atas untuk pembuatan gigitiruan. Pasien tidak merasakan gejala selama 9

bulan terakhir. Pemeriksaan radiografi setelah 9 bulan pada waktu

pemantauan menunjukkan penurunan dimensi radiolusensi dan keberadaan

pembentukan tulang baru (Gambar 9).

26

Page 27: Refarat Radio

Gambar 9. Radiografi pemantauan setelah 9 bulan menunjukkan penurunan

dimensi radiolusensi dan adanya pembentukan tulang baru.

2.3.3 Pembahasan

Kista umum terjadi di regio anterior maksila dalam dekade ketiga sampai

dengan kelima, dan lebih umum terjadi pada laki-laki.18 Perkembangan

pembengkakan tulang terjadi secara perlahan atau dapat bersifat

asimptomatik, dan lesi ini dapat diamati secara tidak sengaja pada radiografi

periapikal. Karena kista mengalami peningkatan ukuran, tulang yang

menutupi menjadi sangat tipis walaupun terdapat deposisi tulang

subperiosteal dan pembengkakan menunjukkan “kekenyalan” dan jika kista

telah menyebabkan erosi pada tulang secara keseluruhan, maka akan

terdapat fluktuasi. Di maksila, pembesaran di bukal atau palatal dapat terjadi,

27

Page 28: Refarat Radio

sedangkan di mandibula pembesaran dapat terjadi di labial atau bukal, dan

jarang di lingual.16

Dalam laporan kasus ini, pembesaran palatal dan fenestrasi (bone

window) dapat dipalpasi secara klinis di pertengahan pembengkakan.

Sebuah prasyarat untuk diagnosis kista radikulerr adalah keberadaan sebuah

gigi dengan pulpa non-vital.16

Aspirasi kista radikuler menunjukkan cairan berwarna jerami dengan

granul mengkilap (kristal kolesterool). Kristal tersebut diidentifikasi oleh tepi

kristal yang tidak beraturan. Secara radiografi, sejumlah kista radikuler

terlihat sebagai lesi radiolusen unilokuler berbentuk bulat atau oval di regio

periapikal. Perbedaan di antara granuloma dan kista sulit dilakukan secara

radiografi walaupun sejumlah peneliti mengatakan jika lesi berukuran lebih

dari 2 cm, maka lesi tersebut cenderung merupakan sebuah kista. Gambaran

kista radikuler dan granuloma dengan menggunakan bahan kontras

menunjukkan kista radikuler terlihat sebagai gambaran bulat, berbatas halus,

densitas radiografinya rata, sedangkan pada granuloma periapikal bentuknya

tidak teratur, batas dan densitas radiografinya tidak rata.13,17

Injeksi media kontras ke lesi harus diikuti oleh pengisian media kontras

pada satu atau sejumlah kecil lokul, tetapi tidak pada kavitas secara

keseluruhan. Sebaliknya, radiografi setelah injeksi menunjukkan medium

kontras mengisi kavitas secara keseluruhan.7

28

Page 29: Refarat Radio

Dalam kasus ini, peneliti menggunakan agen kontras teriodinasi.

Urografin 76% (1 ml Urografin mengandung 0,1 sodium amidotrizoat dan

0,66 g meglumin amidotrizoat (sodium diatrizoat dan meglumin diatrizoat)

dalam larutan aquaeous. Larutan tersebut juga digunakan untuk sialografi.

Kontra indikasi Urografin adalah hipertiroidisme, decompensated cardiac

insufficiency. Reaksi berlawanan penggunaan Urografin adalah

hipersensitivitas, disfungsi tiroid. Reaksi berat dapat terjadi pada pasien

lansia. Penggunaan secara intravaskular dapat memperparah gagal ginjal

akut.7

Agen tersebut dapat menyebabkan asidosis laktat pada pasien yang

mengonsumsi biguanida. Urografin tidak untuk digunakan dalam mielografi,

ventrikulografi atau sisternografi karena agen tersebut nampak memicu

gejala neurotoksik dalam pemeriksan tersebut. Selama prosedur intravena,

sebanyak 50 ml media kontras dapat diinjeksikan secara aman.18

Dalam kasus ini, peneliti menginjeksikan sejumlah kecil kuantitas media

kontras yang tidak nampak menyebabkan efek sistemik selain

hipersensitivitas. Walaupun granuloma periapikal dan kista radikuler tidak

dapat dibedakan menggunakan tampilan radiografi saja, jika radiolusensi

berukuran 1,6 mm atau 200 mm atau lebih,maka lesi tersebut lebih

cenderung dikategorikan sebagai kista.Dalam kasus ini, diameter terbesar

lesi yang dinilai berdasarkan radiografi adalah 1,9 mm yang mendukung

diagnosis peneliti.19,20

29

Page 30: Refarat Radio

Abses ruang palatum menyebabkan rasa sakit, lunak dan fluktuan, dan

mengeluarkan pus ketika dilakukan aspirasi. Kista medipalatina merupakan

sebuah kista tulang yang tidak umum terjadi dan berkembang di median

palatum posterior dari papilla palatine. Pasien dengan kista mediopalatina

mengeluhkan pembengkakan tanpa rasa sakit disertai pertambahan ukuran

di palatum. Lesi tersebut terlihat sebagai radiolusensi unilokuler di median

palatum secara radiografi. Aspirasi kista akan menghasilkan sebuah cairan

berwarna kuning. Dalam kasus ini, pembengkakan terjadi di lateral dari garis

median berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografi. Selain itu, aspirasi

kista dalam kasus ini menghasilkan cairan berwarna jerami.21

Kista kanal insisivum dan papilla palatinal merupakan subklasifikasi kista

nasopalatina yang berasal dari epitel yang tetap pada setelah disintegrasi

duktus nasopalatinus. Struktur tersebut merupakan struktur fetal awal yang

terdapat dalam kanal insisivum. Kista kanal insisivus diamati sebagai

radiolusensi berbentuk hati pada radiografi oklusal dan periapikal di area gigi

insisivus sentral maksila. Seringkali, kista tersebut terletak di atas apeks gigi

insisivus sentral. Kista tersebut berhubungan dengan gigi vital.22

Dalam kasus ini, kedua gigi insisivus sentral dan lateral tidak vital. Kista

papilla palatinus terletak dalam jaringan lunak, sehingga tidak dapat diamati

pada radiografi. Karsinoma mukoepidermoid dan mukokel dimasukkan dalam

urutan terakhir dalam diagnosis banding. Kedua kondisi patologis tersebut

tidak mengeluarkan cairan sewaktu dilakukan aspirasi. Karsinoma

30

Page 31: Refarat Radio

mukoepidermoid low grade dapat menghasilkan cairan lengket, kental, dan

bening (mukous terkonsentrasi). Tumor tersebut seringkali diamati di aspek

lateral dari posteror palatum di regio foramen palatina anterior. Dalam kasus

kami, pembengkakan terletak di anterior dan aspirasi menghasilkan sebuah

cairan berwarna jerami.22

31

Page 32: Refarat Radio

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan radiografi kontras pada laporan kasus

tersebut, pasien mengalami kista radikuler. Dimana kista radikuler

merupakan sebuah lesi inflamasi kronis dengan sebuah kavitas patologis

yang tertutup, tersusun secara parsial atau sempurna oleh stratified

squamous epithelium non-keratinisasi. Secara radiografi, sejumlah kista

radikuler terlihat sebagai lesi radiolusen unilokuler berbentuk bulat atau oval

di regio periapikal.

3.2 Saran

Penggunaan radiografi kontras saat ini masih kurang dilakukan

dikarenakan bahan kontras yang digunakan masih dapat menyebabkan efek

samping terhadap pasien. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan menggunakan radiografi kontras tersebut.

32

Page 33: Refarat Radio

DAFTAR PUSTAKA

1. Gordon evison. Contrast radiography of the nasopharynx. Postgrad,

Med.J (November 1968) 44.825-829

2. Christiansen C. X-Ray contrast media-a overview. Toxicology.

2005:209(2). 185-187

3. Ellis E. Surgical management of oval pathologic lesions. Dalam

Paterson LJ. Ellis E, Hupp J, Tucker M : Contemporary oral and

maxillofacial surgery. 4th ed. San Francisco : Mosby Inc. 2003. P.480-

81

4. Nur asmah, Moch richatul, Fadil, Endang S, Milly A. Management of a

radicular cyst of upper lateral incisive by using calcium hydroxide.

Bagian konservasi Unpad. 2012

5. Shear M. Cyst of the oral and maxillary regions. 4 th ed.

Copenhagen:Blackwel Munksgaard:2007.P.123-142

6. E

7. Dean JA, ed. Lange’s Handbook of Chemistry. 14th ed. New York,

NY:McGraw Hill; 1992; 4.18

8. Chung W, Cox DP, Ochs MW. Odontogenic cyst, tumours and related

jaw lesion. In: Baley BJ, Jhonson JT, Head and neck otolaryngology.

Lippincot Williams & Wilkins. Volume 1.2006.P.1570-83

9. Nuryana E, Syafriadi M. Pembentukan kista radikuler dalam

33

Page 34: Refarat Radio

granuloma dental. Jurnal PDGI. Edisi khusus kongres PDGI XXIII

2008. P.61-65

10.Fragiskos FD. Oral surgery. Chapter 12. Heideberg:308-301

11.Laskin D. Oral and maxiilofacial surgery. Vol.2. San Francisco: The

C.V Mosby Company; 1985. P.123-142

12.Pedlar J. Oral and maxillofacial surgery – an objective-based

textbook. New York: Churchill Livingstone; 2001. P.107-115

13.Forsberg A. Hagglund F. Deferential diagnosis of radicular cyst and

granuloma : Use of x-ray contras medium. Dent Radiol. 1982;11; 89-

92

14.Alexandridis C. Surgical Treatment of Radicular Cysts. In :  Oral

Surgery . Fragiskos D. Fragiskos (Ed.) Greece. Springer ; 2007. p.

301- 8

15.Joshi NS. Sujan SG. Rachappa MM. An unusual case report of

bilateral mandibular radicular cyst. Contemp Clin Dent 2011:2: 59-62

16. Shear M. Cysts of the oral regions, 3 edition. Boston. Wright. 1992.

Pp 136-70

17.Cawson RAM Odekk E, Porter S. Cawson’s essentials of oral

pathology and oral medicine. 7th ed. Churchill Livingstone, Edinburgh.

2002; 209(2) 185-187

18.Data sheet provided by manufacturers of Urografin

19.Kizil Z, Energin: An evaluation of radiographic and histopathological

34

Page 35: Refarat Radio

findings in periapical lessions. J Marmara Univ. Dent Fac 1:16-23,

1990

20.Lalonde E R : A new rationale for the management of periapical

granulomas and cyst; an evaluation of histopathologis and

radiographic findings-J Am Dent Assoc-80; 1056-1059, 1970

21.Norman K, Wood, Paul W.Goaz. Defferential diagnosis of oral and

maxillofacial lesion. 5thed. Chapter 19. Pages no,326

22.Norman K, Wood, Paul W.Goaz. Defferential diagnosis of oral and

maxillofacial lesion. 5thed. Chapter 19. Pages no303-305

35