32
REFARAT ORAL RANULA Pembimbing : dr. H. R. Krisnabudhi, Sp.THT-KL Disusun Oleh : Eva Octavia 1161050072 KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER PERIODE 11 MEI – 13 JUNI 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA 1

REFARAT ORAL RANULA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

REFARATORAL RANULA

Pembimbing :dr. H. R. Krisnabudhi, Sp.THT-KL

Disusun Oleh :Eva Octavia1161050072

KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHERPERIODE 11 MEI 13 JUNI 2015FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIAJAKARTA 2015

BAB IPENDAHULUANRanula merupakan kista yang berisi mukus yang terjadi pada dasar rongga mulut dan berasal dari ekstravasasi mukus dari kelenjar sublingual akibat trauma atau obstruksi.1 Ekstravasasi mukus dapat meluas melalui otot milohioid , membentuk plunging ranula , dengan gambaran pembengkakan submental . Prevalensi ranula adalah 0,2 per 1000 kasus di Amerika Serikat. Angka kejadian ranula memiliki kecenderungan terjadi pada perempuan dengan rasio 1 : 1.4 (laki-laki : perempuan) , dibandingkan dengan plunging ranula yang lebih sering terjadi pada laki-laki. Ranula lebih umum terjadi pada anak-anak dan remaja awal dan puncak pada dekade kedua kehidupan . Pada plunging ranula , sering terjadi pada usia dekade ketiga.2Ranula berasal dari bahasa latin yaitu Rana yang berarti Frog (katak). Pembengkakan menyerupai tembus katak di bawah perut atau kantung udara. Pertumbuhan ranula progresif, tanpa rasa sakit , berfluktuasi , dengan warna massa kebiruan dan terdapat pada sisi lateral dasar rongga mulut. Ranula dapat diukur dalam sentimeter untuk menentukan ukuran ranula.3 Ranula memiliki karakteristik ukuran > 2 cm dan timbul pada sisi lateral dasar rongga mulut.4 Ranula jarang mengakibatkan obstruksi jalan napas akut.5

BAB IIANATOMI CAVUM ORISRongga mulut merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan. Fungsi utamanya adala sebagai pintu masuk dari saluran pencernaan dan memulai proses pencernaan dengan air liur lalu mendorong bolus ke faring. Rongga mulut juga berfungsi sebagai saluran pernapasan sekunder, dan tempat modifikasi suara pada proses bicara.6 Rongga mulut terletak di depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah.7Rongga mulut dibagi menjadi cavum oris propium dan vestibulum oris. Atap cavum oris dibentuk oleh palatum yang terdiri dari palatum mole dan palatum durum. Batas anterior dan lateral dibentuk oleh permukaan lingual arcus dentalis rahang atas dan bawah. Batas posterior cavum oris adalah palatum mole, arcus palatoglosus, dan dorsum linguae. Cavum oris dengan faring dipisahkan oleh isthmus faucium. Dasar cavum oris propium dibentuk oleh m. digastrius venter anterior, m. Mylohyoideus, dan m. Geniohyoldeus.7PalatumPalatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum dibagian depan dan sebagian besar dari otot palatum mole dibagian belakang. Palatum durum dibentuk oleh processus palatinus ossis maxilaris dan pars horisontalis lamina horizontalis ossis palatini, yang dilapisi oleh tunica mucosa. Processus maxilaris membentuk 2/3 depan palatum durum, sementara pars horisontalis lamina horizontalis ossis palatini membentuk 1/3 permukaan palatum durum. 7Palatum mole merupakan bagian belakang palatum durum yang menyusun 1/3 bagian dari palatum dan berakhir di posterior sebagai tepi bebas dengan tonjolan yang disebut uvula. Palatum mole dapat diangkat untuk faring bagian nasal dari rongga mulut dan orofaring. Palatum mole dibentuk oleh aponeurosis palatinus, m. palatoglossus dan m. uvulae, yang dilapisi oleh tunica mucosa. 7Aponeurosis palatinus ialah tendo m. tensor veli palatini yang melebar, melekat pada margo dorsalis palatum durum. Di linea media ia menjadi dua lembar. Palatum mole ditopang dibagian posterior oleh dua buah arcus yakni, arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus. Arcus palatoglossus meluas dari palatum mole ke bawah permukaan lateral lingua. Arcus ini terletak lebih anterior dari arcus palatopharyngeus.Arcus palatopnaryngeus merupakan tepi belakang palatum mole yang berjalan ke lateral untuk bergabung dengan dinding lateral faring.7Aponeurosis palatine dilekati oleh lima pasang otot yakni; 1. M. Palatopharyngeus Muskulus ini berorigo pada aponeurosis palatina, dan berjalan ke belakang dan ke bawah untuk berinsersi di dinding lateral pharynx dan tepi posterior cartilago tiroidea. Muskulus ini menyusun arcus palatopharyngeus. Bila berkontraksi akan menyebabkan terangkatnya faring dan laring, dan menutupnya isthmus faucium. 2. M. Palatoglossus berorigo pada dataran bawah aponeurosis palatinus. Serabut -serabut yang kanan dan kiri bersilangan di linea mediana. Otot ini berinsersi pada lateral lidah. Otot ini dilapisi oleh tunika mukosa dan merupakan otot penyusun arcus palatoglossus. Otot ini bekerja dengan m. palatopharyngeus untuk menutup isthmus faucium dengan melekatkan lingua ke palatum mole. 3. M. palatopharyngeus berorigo pada aponeurosis palatina, dan berjalan ke belakang dan ke bawah untuk beninsersi di dinding lateral pharynx dan tepi posterior cartilago tiroidea. Muskulus ini menyusun arcus palatopharyngeus. Bila berkontraksi akan menyebabkan terangkatnya faring dan laring dan menutupnya isthmus faucium. 4. M. palatoglossus berorigo pada dataran bawah aponeurosis palatinus. Serabut -serabut yang kanan dan kiri bersilangan dilinea mediana. Otot ini menuju ke lidah dan sebagian serabut - serabutnya berjalan ditepi lidah ke frontal, sebagian lagi berjalan ke medial masuk ke dalam lidah. Muskulus ini merupakan penyusun arcus palatoglossus. 5. M. levator velli palatini origonya terletak pada permukaan medial dan dasar tuba auditiva pada dasar kepala. Berjalan ke bawah, ke anterior, dan ke medial sebagai lapisan serabut yang tebal untuk langsung melekat pada aponeurosis palatina. Kontraksi pada otot ini akan mengakibatkan terangkatnya palatum molle pada waktu menelan, dan menguap. 6. M. tensor veli palatini keluar dari permukaan lateral tuba auditiva Dan fossa shapoidea. 7. M. Uvulae berorigo pada spina nasalis posterior dan berinsersi diantara dua lembar aponeurosis palatinus. Otot ini bila berkontraksi akan menyebabkan terangkatnya uvula.7Vestibulum orisVestibulum oris ialah ruangan yang dibatasi disebelah luar oleh bibir dan pipi, sebelah dalam oleh procesus alveolaris dan arcus dentalis. Bila gigi - gigi lengkap, antara vestibulum oris dan cavum oris propium hanya terhubungan pada bagian distal pada dens molaris ketiga. Pipi dan buccal dibentuk oleh m. Buccinator. Bibir atau labium dibentuk oleh m. orbicularis oris, m. triangularis, m. incicivus labii superioris, m. quadratus labii inferioris, m. incisivus labli superioris, m. quadratus labii superioris, m,caninus, m. zygomaticus dan m. risorius. Labium terbagi menjadi dua yaitu labium superior dan inferior, keduanya membatasi rima oris. Pada labium superior dan interior di linea mediana terdapat alur dari basal ke oral yang disebut phitirum. Masing - masing labium dihubungkan dengan gingiva di linea mediana dengan lipatan tunica mucosa disebut frenulum labiorum otis. Bila labium superior terdapat celah disebut Iabioschisis (sumbing). Bibir dan pipi disebelah dalam dilapisi oleh tunica mucosa Pertemuan antara bibir atas dan bibir bawah dinamakan komisura labialis. Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Vermilion berwarna merah karena ditutupi oleh lapisan tipis epitel skuamosa. Ruangan antara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Muara duktus kelenjar parotis menghadap gigi molar kedua atas. Gigi ditunjang oleh procesus alveolaris mandibula dibagian bawah dan krista alveolar maksila dibagian atas. Pipi adalah struktur musculomembranous dan dibatasi oleh vestibulum pada bagian superior dan inferior, pada bagian anterior dibatasi oleh komisura labial, dan posterior oleh trigonum retromolar dan komisura intermaxila. Permukaan bagian dalam bibir terhubung dengan bagian tengah gingiva yang disebut frenulum linguae.8

LINGUA (Lidah)Lidah (lingua) merupakan organ muskular aktif yang ditutupi oleh selaput lendir. Dua pertiga bagian depan dapat digerakan, sedang pangkalnya terfiksasi. Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah dibagi menjadi 4 bagian yaitu apex lingua, dorsum lingua(permukaan ini kasar, karena terdapat tonjolan yang disebut papila), facies inferior( Frenulum lingua lipatan pada permukaan inferior lidah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut) dan radix lingua. Lidah terdiri otot ekstrinsik dan intrinsik . Otot intrisik adalah otot - otot yang ada dalam lidah, terdiri dari m. longitudinalis superior, m. longitudinalis inferior, m. transversus dan m. verticakli. M. longitudinalis superior dan inferior, masing - masing adalah sepasang dan berjalan memanjang sepanjang lidah. M. transversus berjalan transversal diantara atas dan bawah mm. longitudinalis. Bila berkerut, lidah menjadi sempit dan memanjang. M. verticalis berjalan vertikal disebelah lateral dan diantara mm. Longitudinalis. Otot ekstrinsik adalah otot otot yang menghubungkan lidah dengan tulang tulang disekitarnya dan dengan palatum mole, terdiri dari m. genioglossus, m. hyoglossus, m.styloglossus dan m. palatoglossus. M. genioglossus berorigo di spina mentalis dan insersinya di lidah, dimana serabutnya menyebar ke arah occipital. Otot lidah dipersarafi oleh nervus hipoglosus. Perasaan dua pertiga lidah bagian depan dipersarafi oleh nervus lingualis dan nervus glosofaringeus pada sepertiga lidah bagian belakang. Lingua dibagi menjadi tiga bagian yaitu apex, corpus, radix linguae. Corpus linguae dipisahkan oleh sulcus medianus linguae. Akhir dari sulcus medianus linguae yang terdapat pada radix linguae berbentuk V yang memisahkan corpus dan radix linguae. Pada pangkal lidah terdapat tonsila palatina, yang membentuk cinicin Waldeyer.7

GLANDULA SALIVASistem kelenjar ludah (glandula saliva) manusia terbagi menjadi dua kelompok eksokrin yang berbeda. Glandula saliva mayor yaitu sepasang glandula parotis,glandula submandibula, dan sepasang glandula sublingual. Selain itu , mukosa dari saluran aerodigestive atas dilapisi oleh ratusan gladula saliva minor.7Glandula ParotisBerada di fossa parotis. Fossa ini dibatasi disebelah posterior :m. sternocleidomastodeus. Anterior : ramus mandibulae. Superior : meatus acustius externus. Sekresinya disalurkan melalui ductus parototidicus, ductus ini menyilang m. masseter kemudian bermuara di cavum oris setinggi molar 2 atas. Innervasi dilakukan oleh n.glossopharyngeal (IX).

Glandula SublingualisBerada di fossa sublingualis, di sebelah medial permukaan interna mandibulae. Kelenjar ini megeluarkan sekresinya ke cavum oris melalui banyak ductus kecil2 yang bermuarake krista plicasublingualis. Innervasi dilakukan oleh n.chorda tympani (VII).

Glandula SubmandibularisTerletak di fossa submandibularis pada sisi medial mandibulae disebelah inferior m. mylohyoid. Salurannya bermuara di dasarcavum oris disebelah kanan kiri frenlum lingue. Innervasi dilakukan olehn.chorda tympani (VII).Glandula saliva minor (kelenjar saliva minor)Kelenjar saliva minor sangat banyak jumlahnya, berkisar antara 600 sampai 1000 kelenjar. Di antaranya ada yang memproduksi cairan serosa, mukoid, ataupun keduanya. Masing-masing kelenjar memiliki duktus yang bermuara di dalam rongga mulut. Kelenjar ini tersebar di daerah bukal, labium, palatum, serta lingual. Kelenjar ini juga bisa didapatkan pada kutub superior tonsil palatina (kelenjar Weber), pilar tonsilaris serta di pangkal lidah. Suplai darah berasal dari arteri di sekitar rongga mulut, begitu juga drainase kelenjar getah bening mengikuti saluran limfatik di daerah rongga mulut.9

Persarafan Cavum OrisNervus yang masuk kedalam cavum oris ialah arcus n. hipoglossus, n. lingualis, n. glosopharingeus dan nn. Palatini. Arcus n. hypoglossi, antara m. hypoglossi Dan m. mylohyodeus. Ia berjalan frontal, memberi cabang-cabang motoris ke m. hypoglossus, m. hyoglossus, m. geniohyoldeus, m. genioglossus m.styloglossus. dan otot-otot intrinsik dan lidah.N lingualisN. Ingualis, ialah cabang n. mandibularis. Masuk ke dalam mulut medial corpus mandibulae, cranial m. mylohyoideus. Ia berjalan frontal, lateral ductus submandibularis, kemudian menyilang disebelah kaudal datang disebelah medialnya. Kemudian keluar di selaput lendir lidah disebelah frontal sulcus terminalis. Ia memberi cabang sensibel ke tunica mucosa, cabang-cabang sensoris ke calyculi gustatorii dan cabang-cabang eferen parasimpatis ke ganglion linguale. Cabang-cabang sensoris tersebut ialah dendrit-dendrit sel-sel yang ada di dalam ganggion geniculi n. fasialis yang berjalan di dalam chorda tympani menghubungkan n. lingualis dan n. fasialis. Pada ketika menyilangi ductus submandibularis, n. fasialis mempercabangkan r. sublingualis yang pergi ke glandula sublingualis, dan tunica mucosa di kranialnya. R. sublingualis mengandung serabut eferen simpatis, parasimpatis dan sensibel.N. glossopharyngeusN. glossopharyngeus mencapai radix linguae medial insertio m. styloglossus. Tepat sebelum mencapai lidah ia memberi cabang-cabang rr. tonsilares yang pergi ke tunica mucosa tonsila palatina dan arcus palatoglossus. Setelah datang di radix linguae Ia memberi cabang rr. Lingualis yang pergi ke tunica mucosa lidah di dorsal sulcus terminalis. Mereka membawa serabut-serabut viscerosensibel dan tunika mucosa, serabur-serabut sensoris dan calyculi gustatoril dan serabut-serabut parasimpatis untuk suatu ganglion bagi glandula lingualis posterior.Nn.palatiniNn.palatini dikenal 3 buah yaitu n. palatinus posterior, n. palatinus medius, dan n. palatinus anterior. Ketiganya merupakan cabang ganglion sphenopalatinum yang terdapat didalam ossa terygopalatina. Setelah berjalan ke kaudal di dalam kanalis pterygopalatinus, n. palatines anterior melalui foramen palatinum anterior pergi diantara processus palatinus dan processus alveolaris maksilaris ke frontal, memberi cabang-cabang sensibel ke tunica mucosa palatum durum dan cabang-cabang efferent parasimpatis dan simpatis glandula palatina. N. palatinus medius dan n. palatinus posterior melalui foranmen palatinum minus dan tunica mucosa palatum molle dan tonsila palatina.N.nasopalatinusNervus ini keluar dari ganglion pterygopalatinum Dan berjalan melewati cavum nasi serta membantu mensuplai cavum nasi. Nervus ini berjalan ke bawah dan ke depan sepanjang vomer Dan keluar dari cavum nasi melalui foramen incisivum dan mensuplai gingiva sisi palatal didepan caninus rahang atas. M.mylohyodeus dan venter anterior m. digastricus yang ikut membentuk dasar mulut di inervasi n. mylohyodeus. Musculus yang ikut membentuk bibir dan pipi di inervasi oleh n. fasialis.

Vaskularisasi Arteri lingualis merupakan arteri utama yang memperdarahi linguae dan struktur dasar mulut. Arteri lingualis merupakan cabang kolateral a. carotis eksterna tepat diatas ujung cornu majus ossis hyodei. Berjalan melewati trigonum submandibularis dan berjalan ke anterior antara m. genioglossus yang lebih dalam dan hyoglossus yang lebih superficial. Arteri ini berjalan berliku-liku terbagi dalam tiga cabang; 1. Rami dorsalis linguae keluar mensuplai sepertiga belakang lingua. 2. Arteri sublingualis berjalan ke dalam untuk mensuplai glandula sublingualis dan dasar mulut. 3. Bagian terminal dari a. lingualis yang melingkar ke atas untuk mensuplai 2/3 lingua.Selain a. lingualis adalah v. profunda linguae, berjalan dari apex linguae lateral m. hyoglossus ke occipital keluar antara m. hyoglossus dan m. mylohyoideus menjadi v. hnguahs. Vena yang lain mengikuti kembali arteri. Duktus submandibularis setelah melingkari tepi occipital m. mylohyoideus berjalan ke frontal medial cranial m. mylohyoideus. Pada permulaan terdapat medial n. lingualis kemudian bersilang di sebelah kaudal, dan berakhir di curuncula subhngualis yang terletak tepat pada median kaudal apex linguae.

BAB IIIFISIOLOGI Cavum OrisFungsi cavum oris ; 1. Merupakan pintu masuk ke saluran cerna, dan berperan dalampencernaan awal makanan yang dibantu kelenjar saliva. 2. Memanipulasi suara yang dihasilkan laring sehingga bentuk bicara menjadi sempurna. 3. Dapat digunakan sebagai jalan nafas.10

Lingua (lidah)Lidah merupakan salah satu organ di rongga mulut yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum. Lidah sebagai indera pengecap mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa, mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong makanan ke dalam pharynx (pada waktu menelan), pembersihan mulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat bantu dalam berbicara.11Glandula SalivaAir liur (saliva) adalah sekresi kelenjar campuran yang terus-menerus menggenangi gigi dan mulut mukosa. Sekresi saliva dihasilkan dari tiga pasangan kelenjar ludah utama (mayor) ; parotis, submandibula dan sublingual. Sekersi saliva juga dihasilkan melalui sekresi kelenjar ludah minor yang berjumlah ratusan, glandula saliva minor terdapat pada submukosa dari mukosa mulut.10Saliva terdiri atas 99,5% air dan 0,5% substansi lainnya. Komposisi saliva terdiri dari komponen organik dan anorganik. Kelenjar parotid menghasilkan saliva yang serus sedangkan kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis menghasilkan saliva yang bercampur yaitu mukus dan seros. Saliva dapat membantu proses digestif (pencernaan makanan) dengan mencerna polisakarida menjadi monosakarida dengan bantuan enzim amilase. lubrikasi yang terdapat dalam saliva memfasilitasi proses pengunyahan, formasi bolus makanan, menelan dan berbicara, juga melindungi permukaan mukosa yang lunak dari makanan yang keras.12 Aksi pembersih dan anti bakteri dari saliva menghilangkan sel epitel mulut deskuamasi, koloni bakteri dan debris makanan. Saliva berperan penting bagi proses pengecapan. Saliva dapat melarutkan substansi pengecapan dari berbagai macam bentuk sifat fisik makanan baik padat maupun larutan. Substansi ini kemudian dibawa oleh saliva ke tempat sel reseptor pengecapan yang terdapat pada taste buds. 12Komposisi saliva yang mengandung 99% air dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kekeringan dalam rongga mulut terutama pada saat proses mastikasi dan berbicara. Cairan akan kembali normal dengan minum dan adanya cadangan dari cairan yang disimpan.12

BAB IVORAL RANULADefinisiOral ranula adalah lesi kistik yang terletak pada dasar rongga mulut akibat obstruksi duktus ekskretoris kelenjar sublingual yang membesar secara progresif dan meluas ke jaringan lunak sekitarnya. Oral ranula merupakan ekstravasasi mukosa yang diakibatkan oleh ruptur duktus kelenjar saliva. manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah pembengkakan jaringan lunak submukosa pada dasar rongga mulut.13EtiologiEtiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka.14PatofisiologiOral ranula merupakan ekstravasasi mukokel yang terjadi pada kelenjar sublingual, diakibatkan oleh ruptur duktus utama dan ruptur duktus acini yang terjadi akibat obstruksi. Kelenjar sublingual adalah sekretor spontan yang menghasilkan aliran mukus secara terus menerus bahkan tanpa adanya stimulasi saraf. Ekstravasasi mukus yang terjadi pada kelenjar sublingual menghasilkan reaksi inflamasi dimana makrofag akan memecah komponen organik yang menyebabkan air dan komponen anorganik keluar dari saluran limfatik, dan jaringan granulasi membentuk jaringan fibrosis yang membatasi ektravasasi dan kadang terjadi kebocoran. Namun, aktivitas sekresi dari kelenjar sublingual tetap terjadi walaupun terdapat jaringan fibrosis, sedangkan aktivitas sekresi dari kelenjar submandibula akan berkurang dan ektravasasi saliva akan berhenti akibat fibrosis.15 Terdapat dua konsep pembentukan ranula ; a.obstruksi parsial saluran sublingual dapat menyebabkan pembentukan retensi kista berlapis epitel. Proses ini jarang terjadi , hanya terdapat 10 % dari semua kasus ranula. b. Trauma dapat menyebabkan pembentukan ranula, yaitu akibat ruptur parsial dari duktus sublingual., Trauma pada duktus sublingual dapat terjadi akibat obstuksi pada duktus yang membentuk tekanan balik pada duktus dan menyebabkan asinus pecah , menyebabkan ekstravasasi mukus. Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada duktus atau asinus , yang menyebabkan ekstravasasi mukus sehingga membentuk pseudokista. 15

Ekstravasasi mukus pada glandula sublingual menjadi penyebab ranula servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mukus mengalir ke arah leher melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan fasial sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau submental leher. Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi pembesaran massa servikal secara konstan. 15

DiagnosisAnamnesis dan pemeriksaan fisikanamnesis dan mencatat riwayat pasien. Pada pasien anak dilakukan aloanamnesis yaitu anamnesis yang diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.16Pemeriksaan penunjangpemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional. 16Pemeriksaan ultrasonografi pada glandula sublingual kurang meyakinkan. Pemeriksaan dengan menggunakan CT-Scan tampak ranula superficial dengan gambaran telur bulat berbentuk lesi kistik kasar. Dinding ranula terlihat sangat tipis atau tidak terlihat sama sekali. Ranula sublingual terletak di atas m. milohioid dan disisi lateral m. Genioglossus. Kasus plunging ranula tampak infiltrasi dari lesi ke jaringan sekitar. 16Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) adalah pemeriksaan paling sensitif pada pemeriksaan oral ranula. Metode pemeriksaan pada glandula sublingual. Pada MRI , penampilan karakteristik ranula didominasi oleh kadar air yang tinggi. Plunging ranula terlihat mirip dengan kista saluran triglosus lateral, lymphagioma dan inflamasi pada kelenjar getah bening. Teknik radiografi (rontgen) sederhana dapat dilakukan untuk diagnosis preoperatif plunging ranula. Teknik ini melibatkan pemberian media kontras dalam ruang sublingual. 16

Pemeriksaan histopatologi ranula tampak ruang kistik yang berisi musin dan dinding pseudokista yang terdiri dari jaringan ikat longgar. Tampak histiosit dalam dinding pseudokista . Gambaran penting pad pemeriksaan histopatologi untuk menegakan diagnosis pada ranula adalah tidak adanya jaringan epitel pada dinding ranula. Biopsi dari dinding kistik ranula ditujukan untuk menyingkirkan diagnosis karsinoma sel skuamosa yang timbul dari dinding kista dan kistadenokarsinoma papiler kelenjar sublingual yang menyerupai ranula. 16Diagnosis bandingSama halnya dengan mukokel, ada beberapa penyakit mulut yang memiliki kemiripan gambaran klinis dengan ranula, diantaranya kista dermoid, sialolithiasis, thyroglossal duct cyst, cystic hygroma, neoplastic thyroid disease, dan lain-lain.Untuk dapat membedakan ranula dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan riwayat timbulnya massa atau pembengkakan yang jelas, gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri khas ranula yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi. 16TatalaksanaPerawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Biasanya ranula yang etiologinya trauma akibat trauma lokal atau mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi ranula. 16Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Marsupialisasi dengan atau tanpa kauterisasi lesi lapisan , eksisi bagian oral ranula dilakukan bersama dengan pengangkatan kelenjar sublingual atau kelenjar submandibula, sayatan dan drainase lesi melalui pendekatan intraoral , eksisi lesi melalui pendekatan ekstraoral, dikombinasikan dengan eksisi kelenjar sublingual dalam kasus-kasus tertentu. Pengobatan yang disebutkan diatas masih banyak dilaporkan terjadi kekambuhan dan kadang timbul lesi yang lebih besar dibandingkan dengan lesi pertama. Eksisi ranula bersama dengan kelenjar sublingual yang terlibat akan meminimalisasi kekambuhan. 16

Morton dan Bartley menyatakan bahwa penanganan ranula dapat dilakukan dengan menempatkan jahitan sutra pada atap kista [28]. Delbem et al. memanfaatkan teknik micromarsupialisasi untuk pengobatan ranula. Teknik ini melibatkan anestesi topikal lesi selama 3 menit dan penggunaan jahitan sutra melewati bagian internal dari lesi sepanjang diameter terlebar lesi. Jahitan akan dilepaskan setelah 7 hari. 16Sandrini et al. melakukan modifikasi mikro-marsupialisasi untuk pengobatan ranula. Modifikasi dilakukan termasuk pada peningkatan jumlah jahitan, penurunan jarak antara pintu masuk dan keluar dari jarum diikuti dengan pemeliharaan jahitan lebih lama yaitu dengan durasi sekitar 30 hari. Prinsip dasar dari mikro-marsupialisasi adalah untuk membangun drainase air liur dan membentuk saluran epithelized permanen yang baru di sepanjang jahitan. Mereka menyatakan bahwa kesederhanaan eksekusi, prosedur invasif yang rendah, dan tidak ada perawatan khusus diperlukan selama pemulihan membuat teknik ini menjadi pilihan pengobatan yang baik terutama pada pasien anak-anak. 16Baurmash menganjurkan operasi radikal dilakukan pada pengobatan dari plunging ranula dan kasus kekambuhan pada ranula. Baurmash merekomendasikan pengangkatan glandula sublingual sebagai pengobatan primer dari ranula. Ia menganjurkan tindakan marsupialisasi diikuti dengan kasa tekan sebagai pengobatan utama. Prosedur marsupialization menyebabkan evakuasi mukus. 16 Kasa tekanan dalam rongga tidak hanya menutup kebocoran awal, tetapi juga membangkitkan respon inflamasi untuk memulai fibrosis secara permanen untuk menutup kebocoran, yang menyebabkan atrofi asinar dan proses penyembuhan. Tindakan ini menurunkan tingkat kekambuhan menjadi 10% sampai 12%. 16Pengobatan lain yaitu ; 1. Sclerosing agents, Bleomycin dan OK-432 telah digunakan untuk pengobatan ranula. [12, 13] Dalam sebuah penelitian, 31 dari 32 pasien (97%) mencapai hilangnya atau pengurangan ditandai dengan ukuran ranula yang diberikan suntikan OK-432. Hampir setengah dari semua pasien mengalami nyeri lokal atau demam dan menurun selama beberapa hari. [12] 2.Carbon dioxide laser , laser karbon dioksida telah digunakan pada pasien yang terbatas dengan hasil yang baik untuk menghilangkan kista dan bekas luka pada kelenjar cukup untuk mengurangi risiko kekambuhan. Biopsi jaringan dianjurkan pertama untuk mengkonfirmasi diagnosis ranula. 3.Terapi radiasi, dilakukan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi pembedahan, terapi radiasi adalah alternatif. 16

PrognosisPrognosis dari oral ranula bervariasi sesuai dengan pengobatan yang dilakukan. Kekambuhan yang terjadi juga ditentukan oleh pengobatan. Tingkat kekambuhan yang dilaporkan setlah dilakukan berbagai pengobatan adalah : insisi dan drainase ( 70 % - 100 % ) , marsupialisasi( 36,4 % - 80 % ) , eksisi ranula hanya ( 18,7 % - 85 % ) , dan eksisi ranula bersama dengan sublingual kelenjar ludah ( 0 % - 3,8 % ). 16

BAB VRESUME

DAFTAR PUSTAKA1. Effat KG. Acute presentation of plunging ranula causing respiratory distress: case report. J Laryngol Otol. 2012;126:861-863.2. Flaitz CM. Mucocele and ranula differential diagnoses. http://emedicine.medscape.com/article/1076717-differential. Published February 6, 2012. Accessed March 31, 20143. Barnes L, Verbin S. Cysts of the oral and paraoral structures. In: Barnes L, ed. Surgical Pathology of the Head and Neck. 2nd ed. New York, NY: Marcel Dekker, Inc; 2001.4. Jaishankar S, Manimaran, Kannan, Mabel C. Ranula A Case Report. Journal of Indian Academy of Dental Specialists. 2010;1(3):52-3.5. Zhao Y, Jia Y, Chen X, Zhang W. Clinical review of 580 ranulas. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2004;98:281-287.6. Gray H et al. Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th ed. Edinburgh ; New York: Elsevier Churchill Livingstone; 2005.7. Boeis8. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. 6th ed. Clinically Oriented Anatomy. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2010.9. Kontis TC, Johns ME. Anatomy and physiology of the salivary gland. In: Baily BJ, ed. Head and neck surgery-otolaryngology. Philadelphia: Lippincott; 2001. p. 429-36.10. Snow JB, Wackym PA, Ballenger JJ. Ballenger's Otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 17th. Shelton, Conn. ; Hamilton, Ont. ; London: People's Medical Pub. House/B C Decker; 2009.11. Hector MP, Linden RWA. Reflexes of salivary secretion. In: Neural Mechanisms of Salivary Gland Secretion, Garrett JR, Ekstrm J, Anderson LC, Eds. 1999, Karger: Basel. p. 196217.12. Melvin JE, Yule D, Shuttleworth T, Begenisich T. Regulation of fluid and electrolyte secretion in salivary gland acinar cells. Ann Rev Physiol2005; 67: 445-469.13. Coloma,Cristina Bonet et al. Pediatric oral ranula: Clinical follow-up study of 57 cases. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2011 Mar 1;16 (2):e158-6214. Steelman R, Weisse M, Ramadan H. Congenital ranula. Clin Pediatr (Phila). Mar 1998;37(3):205-6. 15. MODERN MANAGEMENT AND PATHOPHYSIOLOGY OF RANULA: LITERATURE REVIEW John D. Harrison, PhD, FDSRCSEng, FRCPath Department of Oral Pathology, Kings College London Dental Institute at Guys, Kings College and St Thomas Hospitals, London, United Kingdom. E-mail: [email protected] Accepted 21 October 2009 Published online 6 January 2010 in Wiley Online Library (wileyonlinelibrary.com). DOI: 10.1002/hed.2132616. Archives of CraniOroFacial Sciences, October-November 2013;1(3):44-49

1