36
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS DAN REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN ENDOFTALMITIS Oleh : Anastrinia Syafiqah Hanun C111 11 364 PEMBIMBING dr. Dian Hidayati SUPERVISOR dr. Sitti Soraya Taufik, Sp.M, M.Kes DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

refarat endof

Embed Size (px)

DESCRIPTION

endoftalmitis

Citation preview

Page 1: refarat endof

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS DAN REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2015UNIVERSITAS HASANUDDIN

ENDOFTALMITIS

Oleh :Anastrinia Syafiqah Hanun

C111 11 364

PEMBIMBING dr. Dian Hidayati

SUPERVISORdr. Sitti Soraya Taufik, Sp.M, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2015

Page 2: refarat endof

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. MTS

Umur : 75 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Bugis

RM : 049516

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jeneponto

Tgl. Pemeriksaan : 20 November 2015

Rumah Sakit : Poliklinik Mata RSP Universitas Hasanuddin

Dokter Pemeriksa : dr. JS, Sp.M

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Bengkak pada mata kanan

Anamnesis Terpimpin:

Bengkak pada mata kanan dialami sejak 1 hari yang lalu. Awalnya pasien

mengeluh mata merah sejak kurang lebih 4 hari yang lalu disertai demam. Nyeri

ada, kotoran mata berlebih ada, air mata berlebih ada. Riwayat DM tidak ada,

riwayat hipertensi tidak ada, riwayat operasi katarak pada mata kiri 3 bulan lalu.

Riwayat di rawat di RSP Unhas satu minggu sebelumnya dan mendapat

suntikan intravitreal.

A. PEMERIKSAAN FISIS

STATUS GENERALIS

Tekanan darah : 130/70 mmHg

2

Page 3: refarat endof

Nadi : 96 kali/menit

Pernafasan : 20 kali/menit

Suhu : 36,5 ‘C

B. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

Foto Pasien

PEMERIKSAAN OD OS

INSPEKSI

Palpebra Hematoma (-)

Edema (+)

Hematoma (-)

Edema (-)

Apparatus lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)

Silia Sekret (+) Sekret (-)

Konjungtiva Hiperemis (+)

Mixed Injectio (+)

Hiperemis (-)

Bola mata Normal Normal

Kornea Keruh di seluruh Jernih

3

Page 4: refarat endof

permukaan

Bilik mata depan Sulit dievaluasi Normal

Iris Sulit dievaluasi Coklat, Kripte (+)

Pupil Sulit dievaluasi Bulat, sentral, RC(+)

Lensa Sulit dievalusi Jernih

Mekanisme Muskular Ke segala arah Ke segala arah

PALPASI

Tensi Okular Tn+1 Tn

Nyeri Tekan Ada Tidak ada

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Glandula PreAurikuler Tidak ditemukan

pembesaran

Tidak ditemukan

pembesaran

C. TONOMETRI

TOD : Errol, palpasi Tn+1 TOS: 15 mmhg

D. VISUS

VOD: 1/∞

VOS: 20/25 f

E. CAMPUS VISUAL : Tidak dilakukan pemeriksaan

F. COLOUR SENSE : TIdak dilakukan pemeriksaan

G. LIGHT SENSE : Tidak dilakukan pemeriksaan

4

Page 5: refarat endof

H. PENYINARAN OBLIK

OD OS

Konjungtiva

Kornea

Bilik mata depan

Iris

Pupil

Lensa

Hiperemis (+), Sub

konjungtiva bleeding (-),

Keruh di seluruh

permukaan

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Hiperemis(-), Sub

konjungtiva bleeding (-)

Jernih

Normal

Coklat, kripte (+)

Bulat, sentral, RC (+),

RAPD (+)

Jernih

I. DIAFANOSKOPI : Tidak dilakukan pemeriksaan

J. OFTALMOSKOPI : Tidak dilakukan pemeriksaan

K. SLIT LAMP :

SLOD: Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh diseluruh permukaan,

bilik mata depan, iris, pupil dan lensa sulit dinilai

SLOS: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, bilik mata depan normal,

iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+), lensa jernih.

L. RADIOLOGI

USG B-scan: pada OD, echo baik, lensa kesan keruh, sclera dan koroid

kesan normal, retina intak, korpus vitreus kesan keruh. Pada OS, echo

baik, sclera dan koroid kesan normal, retina intak, korpus vitreus kesan

normal.

M. RESUME

Seorang laki-laki, umur 75 tahun, datang ke poliklinik mata RSUH dengan

keluhan bengkak pada mata kanan yang dialami sejak 1 hari yang lalu. Awalnya

5

Page 6: refarat endof

pasien mengeluh mata merah sejak kurang lebih 4 hari yang lalu disertai demam.

Nyeri ada, kotoran mata berlebih ada, air mata berlebih ada. Riwayat DM tidak

ada, riwayat hipertensi tidak ada, riwayat operasi katarak pada mata kiri 3 bulan

lalu. Riwayat di rawat di RSP Unhas satu minggu sebelumnya dan mendapat

suntikan intravitreal.

Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan dari inspeksi OD edema pada palpebra,

ada lakrimasi berlebih, pada silia terdapat sekret, konjungtiva hiperemis dan

didapatkan mixed injectio, kornea keruh di seluruh permukaan. Pemeriksaan visus

didapatan visus mata kiri 20/25f dan mata kanan 1/∞.

N. DIAGNOSIS

D/ OD Endoftalmitis

O. RENCANA TINDAKAN

R/ LFX EDMD 1 tetes/3jam/OD

Tobro EDMD 1 tetes/3jam/OD

Tropin ED 1 tetes/8jam/OD

Hyalub ED 1 tetes/12jam/OD

Trimol ED 0,5% 1 tetes/12jam/OD

Azopt ED 1 tetes/12jam/OD

Natrium diclofenac 50mg/8jam/oral

Ranitidine 150mg/8jam/oral

P. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad Sanationam : Dubia et Bonam

Quo ad Visam : Dubia et Malam

Quo ad Cosmeticum : Dubia et Malam

6

Page 7: refarat endof

ENDOFTALMITIS

I. Pendahuluan

Endoftalmitis dikarakteristikkan dengan adanya inflamasi pada segmen

anterior dan posterior bola mata, terjadi oleh karena adanya infeksi dari

bakteri ataupun jamur. Beberapa penelitian mendefinisikannya sebagai

infeksi bakteri atau jamur yang melibatkan corpus vitreus dan humor

aqueous.(1) Beberapa kasus yang terjadi merupakan endoftalmitis exogen yang

terjadi setelah menjalani operasi mata, setelah penetrasi trauma okuli, atau

komplikasi dari infeksi kornea. Jumlah kasus juga meningkat pada kasus yang

terkena setelah injeksi intravitreus obat anti-vascular endothelial growth

factor (VEGF). Endoftalmitis juga bisa berupa endoftalmitis endogen, terjadi

dari bacteraemic atau fungaemic dari mata.(2)

Beberapa kasus endoftalmitis yang muncul bersifat akut, dengan gejala

yang baru muncul beberapa jam atau beberapa hari. Kasus ini memerlukan

pengobatan yang segera, karena penundaan pengobatan dapat mengakibatkan

hilangnya penglihatan secara permanen.(2) Peradangan yang disebabkan

bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak

merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,

kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disertai hipopion.(3)

Komponen yang paling penting dari pengobatan adalah injeksi antibiotik

pada intravitreus, bersama dengan vitrectomy pada kasus berat. Antibiotik

sistemik digunakan pada kasus endoftalmitis endogen dan endoftalmitis

eksogen yang disebabkan oleh jamur, namun efektifitasnya pada

endoftalmitis eksogen yang disebabkan oleh bakteri belum diketahui secara

pasti.(2) Prognosis endoftalmitis juga bergantung pada durasi dari

endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri,

dan keparahan trauma.(3)

II. Anatomi dan Fisiologi(4)

7

Page 8: refarat endof

Kornea terletak pada aspek anterior dari bola mata; bersama dengan film

air mata, yang merupakan media pembiasan utama dari mata. Pada bagian

posterior dari kornea terdapat chamber anterior, ruang berisi cairan (yang

berisi humor aqueous) di mana darah, sel darah putih, atau fibrin dapat

berkumpul saat terjadi cedera, penyakit inflamasi, dan atau infeksi. Iris adalah

struktur berpigmen yang terletak tepat di anterior lensa kristal dan merupakan

batas posterior dari ruang anterior. Terdiri dari otot sfingter dan otot dilator,

jaringan ikat, dan epitel berpigmen. lensa dikelilingi oleh kapsul yang tipis.

Dalam operasi katarak (ekstraksi lensa kristal), kapsul biasanya dibiarkan

utuh pada posterior dan mengimplan lensa intraokular. Lensa didukung oleh

zonula filamen kecil yang menempel pada pinggiran kapsul lensa dan terkait

pada proses silia dari tubuh silia.

Posterior lensa adalah tubuh vitreous, gel bening yang melekat erat pada

bagian dalam mata di daerah ora serrata (perhentian anterior retina) dan saraf

optik (disc optik). Dinding mata (posterior kornea) terdiri dari tiga lapisan:

sclera, koroid, dan retina. Sclera adalah bentukan lapisan kolagen yang

melindungi struktur intraokular, memberikan bola mata berbentuk, dan

merupakan tempat perlekatan otot ekstraokular. Koroid adalah lapisan yang

sangat bervaskular yang membentuk bagian dari saluran uveal (iris, tubuh

ciliary, dan koroid) yang terletak hanya di dalam sclera. Tubuh ciliary

berfungsi mengontrol akomodasi, merupakan tempat produksi aqueous, dan

terletak pada posterior dan lateral dari iris. Retina terletak anterior ke koroid

dan posterior tubuh vitreous; terdiri dari fotoreseptor dan jaringan saraf. Saraf

optik terkumpul sekitar 1,2 juta akson dari seluruh yang retina, dan keluar

dari bola mata pada bagian posterior dan sedikit pada bagian nasal.

8

Page 9: refarat endof

Gambar 1. Gambaran dari bola mata. Menunjukkan struktur anatomi dari bola mata (Sumber: Primary

Care Ophtalmology Textbook)

III. Epidemiologi

Endoftalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua

kasus endoftalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000

pasien yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih

mungkin terinfeksi sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih

proksimal untuk mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan. Sejak

tahun 1980, infeksi Candida dilaporkan pada pengguna narkoba suntik telah

meningkat. Jumlah orang yang beresiko mungkin meningkat karena

penyebaran AIDS, sering menggunakan obat imunosupresif, dan lebih banyak

prosedur invasif (misalnya, transplantasi sumsum tulang).(3)

Kasus endoftalmitis endogen biasanya disebabkan oleh infeksi jamur

(62%), infeksi bakteri biasanya lebih banyak terjadi oleh karena infeksi

bakteri gram postif (33%) dibandingkan bakteri gram negatif (5%).(1)

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari kasus endoftalmitis

berasal dari endoftalmitis eksogen, yaitu terjadi oleh konsekuensi dari operasi

intaokular (62%), setelah cedera terbuka/tembus pada mata (20%), dan

sebagai komplikasi setelah operasi filtrasi anti-glaucoma (10%), sedangkan

jumlah yang lebih kecil kasus telah dideskripsikan terjadi setelah menjalani

operasi lainnya (keratoplasti, vitrectomi, implantasi lensa okular sekunder).(1)

Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi, endoftalmitis

biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat,

endoftalmitis postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan

sekitar 0,1-0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah

9

Page 10: refarat endof

meningkat selama beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase

kecil, sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap tahun

memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi.(3)

IV. Etiologi

Patogen yang paling sering menyebabkan endoftalmitis bervariasi

berdasarkan kategorinya. Coagulase-negative staphylococci merupakan

penyebab terbanyak dari kasus endoftalmitis post-katarak, dan juga bakteri

dan viridan streptococci menjadi penyebab sebagian besar kasus

endoftalmitis pasca injeksi anti-VEGF intravitreus, Bacillus cereus meruakan

penyebab utama dari endoftalmitis post trauma, dan Staphylococcus aureus

dan Streptococci merupakan penyebab penting dari kasus endoftalmitis

endogen yang berhubungan dengan endokarditis. Di Taiwan dan negara Asia

timur lainnya, Klebsiella pneumoniae merupakan penyebab terbanyak kasus

endoftalmitis endogen, dan berhubungan dengan abses hati. Endoftalmitis

endogen yang disebabkan oleh jamur pada pasien rawat inap biasanya

disebabkan oleh spesies Candida, terutama Candida albicans.(2)

Organisme yang menyebabkan endoftalmitis kronis pasca operasi

cenderung berbeda dari patogen bentuk akut. Biasanya berupa bakteri

indolent atau jamur dengan virulensi rendah. Endoftalmitis kronis pasca

operasi awalnya dianggap sebagai reaksi terhadap jaringan lensa asli yang

tersisa dan oleh karena itu disebut sindrom lensa beracun atau endoftalmitis

phacoanafilaktik. Namun, penelitian dari kapsul lensa yang dihilangkan

menunjukkan batang gram-positif kecil, konsisten dengan Propionibacterium

acnes, melekat pada sisa-sisa kapsul. Berbagai organisme telah dikaitkan

dengan endoftalmitis kronis pasca operasi, dengan spesies Propionibacterium

menjadi etiologi pada sebagian besar kasus (41-63%) diiikuti oleh coagulase-

negative Staphylococcus dan jamur. Meninjau dari 3 kasus terbesar dari

endoftalmitis kronis pasca operasi menunjukkan 48% dari kasus disebabkan

oleh P.acnes, diikuti oleh organisme jamur 21% dari kasus dan spesies gram

positif sebanyak 16% dari kasus. Beberapa kasus juga melaporkan spesies

10

Page 11: refarat endof

Actinomyces, Nocardia, Achromobacter, Cephalosporium, Acrenonium,

Paecilomyces, Ochrobactrum dan Aspergillus merupakan penyebab dari

endoftalmitis kronis pasca operasi.(5)

V. Patogenesis

Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier)

memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam

endophthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus

sawar darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau

oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat

yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga

disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator

inflamasi dari respon kekebalan. Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih

yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat

timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada eksudat

purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke

jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas

bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen.(6)

Secara rinci, patofisiologi dari endoftalmitis dapat diakibatkan dengan

mekanisme sebagai berikut(7):

1. Endoftalmitis eksogen

Infeksi purulent yang terjadi disebabkan karena infeksi eksogen yang

diikuti oleh cedera yang mengakibatkan perforasi, perforasi dari ulkus kornea

yang terinfeksi atau akibat infeksi luka post-operasi diikuti oleh operasi

intraokuler. Organisme yang biasanya terdapat pada konjungtiva, palpebra

atau pada alis mata biasanya merupakan penyabab pada endoftalmitis post-

operatif. Sebagian besar kasus dari endoftalmitis eksogen terjadi paska

operasi atau setelah trauma terhadap mata. Bakteri gram positif merupakan

penyabab utama, dengan angka kejadian hampir 90% dari setiap kasus dan

merupakan flora normal dari konjungtiva.

11

Page 12: refarat endof

2. Endoftalmitis endogens

Dalam endophthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah

(terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis)

menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli

septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh

substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat

juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan / atau dari

mediator inflamasi dari respon kekebalan. Hal-hal bakteremia tersebut dapat

terjadi pula pada infeksi caries gigi dan perperal sepsis.

Individu yang mempunyai faktor resiko menjadi endoftalmitis endogen

biasanya memiliki faktor komorbid seperi diabetes mellitus, gagal ginjal

gangguan katup jantung, SLE, AIDS, leukemia dan kondisi keganasan lainya.

Prosedur invasif dapat menyebabkan bakteremia seperti hemodialisis, kateter

urin, endoskopi gastrointestinal, tindakan kedokteran gigi juga dapat

menyebabkan endoftalmitis. Infeksi jamur dapat terjadi sampai dengan 50%

pada semua kasus endoftalmitis endogen, C.albicans merupakan salah satu

patogen yang tersering. Pada penyebab bakteri, S.aureus merupakan bakteri

gram positif yang biasanya diikuti oleh penyakit sistemik yang kronis, seperti

diabetes mellitus atau gagal ginjal.(6,8)

VI. Diagnosis(3)

Anamnesis

Anamnesis difokuskan pada hal-hal serta prosedural yang meningkatkan

resiko endoftalmitis eksogen maupun endogen (misalnya penggunaan obat

suntik, resiko lain untuk sepsis dan endokarditis, prosedur invasif oftalmologi

yang baru-baru saja dilakukan. Endoftalmitis bakterial biasanya memberikan

gejala nyeri, kemerahan, pembengkakan kelopak mata, dan penurunan

ketajaman visual. Juga, beberapa bakteri (misalnya Propionibacterium acnes)

dapat menyebabkan inflamasi kronik dengan gejala ringan. Organisme ini

12

Page 13: refarat endof

merupakan tipikal flora kulit dan biasanya di inokulasi pada saat operasi

intraocular.

Endoftalmitis jamur dapat muncul dengan gejala indolen selama beberapa

hari sampai beberapa minggu. Gejala yang muncul biasanya berupa

pandangan kabur, nyeri, dan penurunan ketajaman visual. Riwayat dari

cedera pada mata yang terkena kontak dengan substansi tanaman atau

masuknya benda asing pada mata yang terkontaminasi tanah sering juga perlu

ditanyakan karena sering menimbulkan endoftalmitis jamur.

Pasien dengan infeksi candida biasanya memberikan gejala demam tinggi,

diikuti beberapa hari kemudian muncul gejala okular. Fever of unknown

origin (FUO) yang persisten dapat dikaitkan dengan occult retinochoroidal

fungal infiltrate.

Riwayat dari operasi mata, trauma okuli, memalu baja dengan baja,

bekerja dengan kawat, dan bekerja pada daerah industri juga bisa menjadi

faktor resiko. Pada kasus endoftalmitis pasca operasi, infeksi paling sering

muncul sekitar 1 minggu setelah operasi tapi juga bisa muncul beberapa bulan

atau beberapa tahun kemudian pada kasus yang disebabkan oleh P.acnes.

Gejala yang timbul dapat berupa gejala visual pada pasien rawat inap atau

pasien yang mengkonsumsi obat-obatan immunosupresan, hilangnya

penglihatan, nyeri pada mata serta iritasi, nyeri kepala, fotofobia, sekret pada

mata, inflamasi okular dan periokular yang intens.

1. 2.

13

Page 14: refarat endof

Gambar 2. Pada gambar pertama menunjukkan Severe postoperative endophthalmitis with wound gape;

gambar kedua menunjukkan Endoftalmitis akut pasca operasi (Sumber: Comprehensive

Ophthalmology Textbook)

Pemeriksaan fisik

Temuan fisis berkolerasi dengan struktur yang terlibat dan tingkat infeksi

dan peradangan. Sebuah pemeriksaan mata menyeluruh harus dilakukan

mencakup ketajaman penglihatan, pemeriksaan luar, pemeriksaan funduskopi,

dan pemeriksaan slit lamp. Perlu dicari juga tanda-tanda uveitis dan temuan

fisis lainya seperti yang dijelaskan di paragraf selanjutnya. Rujukan ke dokter

spesialis mata untuk pemeriksaan yang lebih lanjut, termasuk pemeriksaan

fisis yang lebih lengkap, diindikasikan jika terjadi endoftalmitis berat.

Tanda-tanda fisis yang didapatkan berupa pembengkakan kelopak mata

dan eritema, injeksio konjungtiva dan sklera, hipopion, vitreitis, chemosis,

penurunan atau hilangnya refleks merah, proptosis (temuan akhir dari

panophthalmitis), papillitis, cotton-wool spots, edema kornea dan infeksi, lesi

putih di koroid dan retina, uveitis kronik, massa vitreus dan debris, sekret

purulen, demam, serta sel dan flare pada chamber anterior pada pemeriksaan

slit lamp.

Pemeriksaan Penunjang(3)

Laboratorium

14

Page 15: refarat endof

Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dalam endoftalmitis adalah

pewarnaan gram dan kultur dari aqueous humour atau vitreous humour yang

dilakukan oleh spesialis mata.

oEndoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti

mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.

oEndoftalmitis endogen:

1. Cek darah lengkap dengan hitung jenis sel darah putih untuk mengevaluasi

tanda dari infeksi.

2. Laju Endap Darah ( Erythrocyte Sedimentation Rate) : mengevaluasi adakah

tanda-tanda keganasan atau infeksi kronis. Pada umumnya LED normal pada

kasus endoftalmitis.

3. Kimia darah, seperti kreatinin dan kadar ureum darah untuk mengevaluasi

adanya gangguan ginjal yang menjadi faktor resiko terjadinya endoftalmitis

endogen.

Radiologi

• B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini

juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya

penting dalam pengelolaan dan prognosis.

• Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi

• USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi.

15

Page 16: refarat endof

VII. Klasifikasi

Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

Ini adalah bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu

disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu

satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus

mereka muncul di minggu pertama pasca operasi.Sekitar 56-90% dari bakteri

yang menyebabkan akut Endoftalmitis adalah gram positif, dimana yang paling

sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan

Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui

Injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata,

fotofobia, penurunan visus dan kekeruhan vitreus.(2)

16

Page 17: refarat endof

Gambar 3. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

Endoftalmitis Pseudofaki Kronik biasanya berkembang empat minggu

hingga enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan atau sedang dengan tanda-

tanda mata merah, penurunan ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan

tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous dari

berbagai derajat dapat diamati di segmen anterior adanya hipopion dan tanda-

tanda moderat blur dan opacity dalam tubuh vitreous. Salah satu yang khas dari

Endoftalmitis Pseudofaki Kronik adalah adanya plak kapsul putih dan tingkat

yang lebih rendah secara proporsional kabur di vitreous body dibandingkan

dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab Endoftalmitis

Pseudofaki Kronik adalah adanya beberapa bakteri memiliki virulensi yang

rendah, dengan tertunda tanda-tanda penyebab paling sering inflammation. (2)

Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Anti-Glaukoma

Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi

pasca operasi filtrasi anti-galukoma yang terjadi sebanyak 10% kasus. Dari total

17

Page 18: refarat endof

jumlah kasus dengan operasi filtrasi glaukoma, Endoftalmitis terjadi dalam

persentase yang sama seperti di Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan

trepanotrabeculectomy, sebagai yang metode yang tersering, pembentukan fistula

filtrasi yang mengarahkan cairan ruang bawah konjungtiva. Akumulasi cairan ini

berdiri untuk mungkin situs peradangan yang dapat disebabkan dengan inokulasi

bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-

tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi di 19% dari pasien, atau

bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu

tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip

dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda akumulasi nanah di area

fluida dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi efek beracun.

Bakteri penyebab paling biasa ini adalah jenis Streptococcus dan Staphylococcus

aureus disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah satu

penyebabnya.(2)

Endoftalmitis Pasca Trauma

Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase

tinggi (20%), terutama jika cedera ini terkait dengan kehadiran benda asing

intraokular. Dengan temuan klinis dari perforantes cedera, infeksi berkembang

pesat. Tanda-tanda infeksi biasanya berkembang segera setelah mempertahankan

cedera, tapi biasanya diikuti oleh post-traumatic reaksi mata rusak jaringan.

Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal dari

pedesaan atau perkotaan lingkungan, seperti cedera di lingkungan pedesaan lebih

sering diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari

perkotaan. Lingkungan (11%). Klinis, Endoftalmitis pasca-trauma adalah ditandai

dengan rasa sakit, ditandai hiperemi ciliary, tampilan hypopyon dan kabur di

vitreous tubuh. Dalam kasus endoftalmitis pasca-trauma, agen casative paling

biasa adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan Staphylococcus. Dalam

Endoftalmitis post-traumatic, khususnya dengan msuknya benda asing, sangat

18

Page 19: refarat endof

penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda

asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat. (2)

Endoftalmitis Endogen

Dalam bentuk endoftalmitis ini tidak adasejarah operasi mata atau mata

ataupun trauma. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi,

baik melalui penurunan mekanisme pertahanan host atau kehadiran fokus sebagai

situs potensial infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah kehadiran

dari septicaemia, pasien dengan kekebalan lemah kronis, penggunaan catethers

dan Kanula intravena. Agen bakteri yang biasanya menyebabkan endoftalmitis

endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan spesies

Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis

endogen adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif

bakteri dalam 5% dari kasus.(2)

Endoftalmitis Jamur

Endoftalmitis jamur dapat berkembang melalui mekanisme endogen

setelah beberapa trauma atau bedah prosedur dengan inokulasi langsung ke

anterior ruang atau badan vitreous, atau dengan hematogenoustransmisi dalam

bentuk candidemia Chorioretinitis Tidak seperti jamur yang disebabkan oleh

kandidiasis, yang disertai dengan minimaltanda-tanda peradangan tubuh vitreous,

jamur. Endoftalmitis singkatan dari penyakit serius dengan karakteristik tanda-

tanda endoftalmitis akut(2)

Berdasarkan buku Comprehensive Ophtalmology, klasifikasi endoftalmitis

dapat dibagi menjadi:

a. Infective endophthalmitis

19

Page 20: refarat endof

1. Endoftalmitis bakterial. Patogen yang paling sering menyebabkan

endoftalmitis bakterial akut adalah kokus gram positif, yaitu

Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Bakteri lainnya

termasuk streptococcus, pseudomonas, pneumococcus, dan

corynebacterium. Propionibacterium acnes dan actinomyces merupakan

organisme gram positif yang mampu menyebabkan endoftalmitis dengan

penjalaran lambat.(7) Endokarditis, yang biasanya disebabkan oleh S.aureus

atau streptococcus, menunjukkan presentase 40% terkait dengan kasus

endoftalmitis endogen di USA, dan kasus lainnya terkait dengan infeksi

saluran kemih, tersumbatnya kateter vena sentral, penggunaan suntikan

obat-obatan terlarang, dan beberapa prosedur seperti misalnya endoskopi

yang dapat menyebabkan bakteremia transien Di Taiwan, Singapura, dan

negara-negara Asia Timur lainnya, abses hati yang disebabkan oleh

Klebsiella pneumoniae adalah sumber dari 60% kasus endoftalmitis

endogen.Banyak pasien datang dengan gejala mata (nyeri dan penglihatan

kabur) daripada gejala infeksi yang mendasarinya; ini didapatkan dari

setengah dari pasien dalam satu studi. Kultur darah positif di 75% kasus,

dan juga pada kultur cairan vitreous.(2)

2. Endoftalmitis fungal. Endoftalmitis yang disebabkan oleh jamur jarang

terjadi. Biasanya disebabkan oleh aspergillus, fusarium, candida, dan lain-

lain.(7) Endoftalmitis jamur dapat berkembang melalui mekanisme endogen

setelah terjadi trauma atau prosedur operasi dengan inokulasi langsung ke

dalam chamber anterior atau corpus vitreus, atau dengan transmisi

hematogen dalam bentuk candidemia.(1)

b. Non-infective (sterile) endophthalmitis(7)

Sterile endophthalmitis mengacu peradangan dalam struktur bola mata yang

disebabkan oleh toksin tertentu/substansi beracun. Hal ini dapat terjadi pada:

1. Endoftalmitis steril pasca opersai dapat muncul sebagai akibatan adanya

reaksi toxic dari:

- Bahan kimia yang melekat pada lensa intraokular (IOL) atau

- Bahan kimia yang melekat pada alat-alat

20

Page 21: refarat endof

2. Endoftalmitis steril pasca trauma dapat muncul sebagai reaksi toxic untuk

mempertahankan benda asing pada intraokular

3. Nekrosis tumor intraokular dapat muncul sebagai endoftalmitis steril

(sindrom masquerade)

4. Endoftalmitis phacoanaphylactic diinduksi oleh protein lensa pada pasien

dengan katarak Morgagnian

VIII. Penatalaksanaan

Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan secara

intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil. Pemberian

antibiotik dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan

antibiotik yang sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada.

Antibiotik yang dapat diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja

terhadapa membran set, seperti golongan penicilin, Cephalosporin dengan

antibiotik yang dapat menghambat sintesa protein dengan reseptor

ribosomal, seperti golongan Chloramphenicol, Aminoglycosida yang dapat

terlihat pada tabel di bawah ini(9)

21

Page 22: refarat endof

Antibiotik tersebut dapat diberikan secara tunggal ataupun kombinasi.

Kombinasi-kombinasi tersebut merupakan yang terbaik, karena:

· Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan ocular

· Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan pemberian

antibiotik tunggal maupun kombinasi lainnya.

· Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan

intraokular yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi

dari endoftalmitis.

Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila respon pasien setelah

pemberian antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak ada. Ataupun

ditemukan faktor-faktor predisposisi seperti, pasien sedang dalam

pengobatan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, pasien

menderita keganasan ataupun dalam keadaan imunitas yang buruk. Obat-

obatan yang dapat diberikan antara lain(9):

Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi yang

disertai eksudat dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini

penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi,

22

Page 23: refarat endof

dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut.

Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi

walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari

pemberian Dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun

abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata. Dexamethason

dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400ug dan 1 mg secara

intraokular sebagai profilaksis.(9)

Sebagai terapi suportif dapat diberikan: 1. Cycloplegics, biasanya digunakan

obat tetes mata atropine 1% atau sebagai alternatif hematropine 2%; 2. Obat

antiglaucoma, pada pasien dengan peningkatan tekanan intraocular diberikan

obat oral berupa acetazolamide (250mg TDS) dan timolol (0,5% BD).(7)

Operasi vitrectomy perlu dilakukan jika pasien tidak menunjukkan perbaikan

dengan ppengobatan-pengobatan diatas secara intensif selama 48-72 jam atau

jika pasien menunjukkan infeksi berat dengan penurunan ketajaman visual dan

persepsi cahaya. Vitrectomy membantu dalam menghilangkan organisme yang

mnyebabkan infeksi, toxin, dan enzim yang muncul di massa vitreous yang

terinfeksi.(7)

IX. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah meluasnya peradangan

sehingga mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, sklera) dan badan

kaca sehingga terjadilah panoftalmitis. Selain itu komplikasi lainnya dapat

berupa vitreous hemoragik, endoftalmitis rekuren, ablasio retina, dan

glaukoma sekunder.(10)

X. Prognosis

Prognosis endoftalmitis bervariasi tergantung pada tingat keparahan

infeksi, organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari

peradangan dan jaringan parut. Kasus ringan endoftalmitis dapat memiliki

hasil visual yang sangat baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak

23

Page 24: refarat endof

hanya dalam kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilang seluruh mata.

Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada

kecepatan diagnosis dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi

tergantung penyebab. Prognosis endoftalmitis sangat buruk terutama bila

disebabkan jamur atau parasit. Faktor prognosis terpenting adalah visus pada

saat diagnosis dan agen penyebab. Prognosis endoftalmitis endogen secara

umum lebih buruk dari eksogen karena jenis organisme yang menyebabkan

endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.(11)

24

Page 25: refarat endof

DAFTAR PUSTAKA

1. Veselinovic D, Veselinovic A. Endoftalmitis. Acta Medica Medianae.

2009.

2. Durand, M L. 2013. Endophthalmitis. Clinical Microbiology and Infection

19(3): 227-234.

3. Miller, J.W. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal

22 November 2007

4. Aaron Maria, Solley Wayne A., Broocker Geoffrey. Primary Care

Ophthalmology. General Eye Examination.2005.

5. Maalouf F, Abdulaal M, Haman R. N. Chronic Postoperative

Endophthalmitis: A Review of Clinical Characteristics, Microbiology,

Treatment Strategies, and Outcomes. International Journal of

Inflammation. 2012.

6. Kalamalarajah S, Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis

following cataract surgery in the UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.

7. Khurana AK. Ocular Injuries. In: Khurana AK, editor. Comprehensive

Ophthalmology. New Delhi: New Age International; 2007.

8. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit

FKUI, 2006. hal.175-8.

9. Ilyas, S.H., Mailangkay, T.H. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter dan

Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2, Jakarta, CV. Sagung Seto, 2002.

hal.98-101.

10. Ojaimi Elvis and David T Wong. Endophthalmitis, Prevention and

Treatment.University of Toronto.2013.64-9.

11. Vaughan DG. Vitreus. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:

Widya Medika; 2002.h. 182-3.

25