Upload
others
View
87
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
RASM DALAM MANUSKRIP
MUSHAF AL-QUR’AN TUA
KAMPUNG BUGIS SUWUNG, DENPASAR, BALI
(Telaah Suntingan Surat Al-Mulk)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh:
Fajar Imam Nugroho
NIM. 53020160012
PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Selalu ikhtiar dan terus berdo’a karena proses tidak akan menghianati hasil
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku, yang tidak henti- hentinya memohonkan do’a terbaik kepada
Allah.
Untuk Guru-guruku yang selalu memberikan ilmunya
Untuk kerabatku, sahabatku yang selalu ada dalam suka maupun duka.
vii
ABSTRAK
Skripsi ini hasil dari penelitian kepustakaan dengan judul “Rasm Dalam
Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali
(Telaah Suntingan Surat Al-Mulk).”, dengan menggunakan metode deskriptif
komparatif yakni pengumpulan data diperoleh melalui kajian teks dan selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan metode perbandingan sehingga dari data yang
dikumpulkan dapat diperoleh informasi dan keterangan mengenai rasm mushaf Al-
Qur’an Tua. Adapun tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui rasm
yang dipakai dalam manuskrip Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung
Denpasar Bali melalui pendekatan filologi khususnya tekstologi.
Bagian penting yang akan dibahas adalah kaidah penulisan rasm dan aspek
‘Ulumul Qur’an meliputi qira’at, D}abt} dan waqaf. Faktanya mushaf kuno biasanya
menggunakan rasm imla’i dibandingkan dengan rasm Utsmani.Untuk Mushaf Al-
Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali, rasm yang digunakan adalah
campuran sehingga ditemukan penulisan yang tidak konsisten dalam pemakain
kaidah rasm. Dalam Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar,
Bali sudah banyak menggunakan simbol – simbol seperti simbol untuk
menunjukkan juz, tanda h}izb, tanda waqaf dan tanda tajwid. Sedangkan qira’at
yang digunakan adalah qira’at Imam Hafsh dari ‘Ashim. Sebagaimana qira’at
tersebut banyak dipakai di Indonesia termasuk mushaf Al-Qur’an Utsmani standar
Indonesia juga memakai qira’at tersebut.
Temuan penelitan ini : Dalam rasm Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung
Bugis Suwung Denpasar Bali, setelah dilakukan perbandingan dengan Al-Qur’an
Utsmani standar Indonesia dan Mushaf standar bahriyah atau sering dikenal
mushaf Kudus atau mushaf pojok. Adapun karakteristik dalam penulisan rasm dan
tanda bacanya lebih condong menyerupai mushaf standar bahriyah meskipun tidak
semuanya. Hasilnya dari penelitian tersebut bahwasannya Mushaf Al-Qur’an Tua
Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali disalin sesuai dengan mushaf standar
bahriyah cetakan Turki. Adapun penulisan kaidah rasm memakai percampuran
rasm utsmani dan imla’i.Terdapat penambahan tanda baca untuk memudahkan
dalam membaca Al-Qur’an dari penyalin yaitu tanda waqaf, d}ab}t meliputi tanda
tajwid dan harokat serta tanda juz dan h}izb. Juga terdapat hadis-hadis tentang
keutamaan membaca surat tertentu di dalam Al-Qur’an.
Kata kunci : Manuskrip Al-Qur’an, Tekstologi, Rasm Utsmani .
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif اtidak
dilambangkan tidak dilambangkan
ba’ B be ب
ta’ T te ت
ṡa ṡ es (dengan titik di atas) ث
Jim J je ج
)ḥa’ ḥ ha (dengan titik di bawah ح
kha’ Kh ka dan ha خ
Dal D de د
Żal Ż zet (dengan titik di atas) ذ
ra’ R er ر
ix
Zal Z zet ز
Sin S es س
Syin Sy es dan ye ش
ṣad ṣ es (dengan titik di bawah) ص
ḍad ḍ de (dengan titik di bawah) ض
ṭa’ ṭ te (dengan titik di bawah) ط
ẓa’ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ‘ koma terbalik (di atas)‘ ع
Gain G ge غ
fa’ F ef ف
Qaf Q qi ق
Kaf K ka ك
Lam L el ل
Mim M em م
x
Nun N en ن
Wawu W we و
ha’ H ha ه
Hamzah ` apostrof ء
ya’ Y ye ي
B. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis Muta’addidah متعددة
Ditulis ‘iddah عدة
C. Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h
a. Bila dimatikan ditulis h
Ditulis Ḥikmah حكمة
Ditulis Jizyah جزية
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal
aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.
`Ditulis Karâmah al-auliyā كرمة الاولياء
xi
c. Bila Ta’ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah ditulis
t.
Ditulis Zakat al-fiṭrah زكاة الفطرة
D. Vokal Pendek
___ Fatḥah Ditulis A
___ Kasrah Ditulis I
___ Ḍammah Ditulis U
E. Vokal Panjang
Fatḥah bertemu Alif
جاهليةDitulis
Ā
Jahiliyyah
Fatḥah bertemu Alif Layyinah
Ditulis تنسىĀ
Tansa
Kasrah bertemu ya’ mati
كريمDitulis
Ī
Karīm
Ḍammah bertemu wawu mati
Ditulis فروضŪ
Furūḍ
xii
F. Vokal Rangkap
Fatḥah bertemu Ya’ Mati
Ditulis بينكمAi
Bainakum
Fatḥah bertemu Wawu Mati
Ditulis قولAu
Qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
Ditulis A`antum أأنتم
Ditulis U’iddat أعدت
Ditulis La’in syakartum لئن شكرتم
H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah
ditulis dengan menggunkan “al”
Ditulis Al-Qiyās القياس
`Ditulis Al-Samā السماء
Ditulis Al-Syams الشمس
xiii
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya
Ditulis Żawi al-furūḍ ذوى الفروض
Ditulis Ahl al-sunnah اهل السنة
xiv
UCAPAN TERIMA KASIH
Assala>mu’alaikum Warah}matulla>hi Wabaroka>tuh
Dengan menyebut nama Allah swt. yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan Rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” Rasm
Dalam Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali
(Telaah Suntingan Surat Al-Mulk)”. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Baginda Nabi Besar Nabi Agung Muhammad صلى الله عليه وسلم. yang akhlaknya patut menjadi suri
tauladan serta syafaatnya yang senantiasa kita nanti-nantikan di Yaumul Qiyamah.
Trimakasih penulis ucapkan kepada orang tua, Bapak dan Ibu yang tidak pernah
berhenti memohonkan do'a terbaik, mendukung dengan materi maupun non-materi
selama penulis menimba ilmu. Dengan segala kerendahan hati, bahwa dalam
penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, masukan, saran dan
bimbingan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor Intitut Agama Islam Negri
Salatiga.
2. Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Humaniora IAIN Salatiga.
3. Ibunda Tri Wahyu Hidayati, M. Ag., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-
Qur'an dan Tafsir beserta jajarannya yang tidak pernah bosan memberikan
motivasi agar segera menyelesaikan skripsi serta ilmu-ilmu yang beliau
ajarkan.
4. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan
kesabarannya berkenan menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
xv
5. Mohamad Nuryansah, M.Hum. selaku dosen pembimbing Akademik yang
selalu memberi motivasi serta ilmu yang bermanfaat.
6. Keluarga, kerabat yang selalu mendo'akan, memberi nasihat, semangat,
dukungan dan motivasi.
7. Teman-teman seperjuangan IAT 2016, terimakasih atas kebersamaan yang
penuh suka duka. Perkuliahan tidak pernah merasa membosankan karena
kalian. Terimakasih untuk kesempatan bertukar pikiran, berbagi ilmu,
semoga Allah memudahkan kalian untuk mencapai semua yang kalian
inginkan. Semoga pertemanan kita kelak sampai di surga-Nya.
8. Konco- konco dolan, Mbak Mila, Mbak Ana, sofia, Sindy, Dheni, Cak
Rizal, Mas Aris (alm), Lutni, dan Afif. Yang slalu siap untuk direpotkan,
semoga semua urusan dimudahkan.
9. Teman-teman dan para pembimbing di PPL BALITBANG Semarang,
terimakasih sudah menjadi partner belajar menulis.
10. Teman-teman KKN Posko 26 dan teman yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Semoga kebaikan- kebaikan dibalas oleh Allah dengan balasan yang
lebih baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
diharapkan dapat membantu kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Wassala>mu’alaikum Warah}matulla>hi Wabaroka>tuh
Salatiga, 1 Juli 2020
Penulis,
Fajar Imam Nugroho
xvi
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN........................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO IAIN SALATIGA................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PUBLIKASI .......................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv
PENGESAHAN KELULUSAN................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................... xiv
DAFTAR ISI ............................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .....................................................................................xviii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
E. Batas Penelitian ................................................................................ 8
F. Landasan teori .................................................................................... 9
G. Kajian Pustaka ................................................................................. 12
H. Sumber Data ..................................................................................... 14
I. Metode Penelitian ............................................................................ 15
J. Sistematika Penulisan ...................................................................... 18
BAB II
A. Rasm Al-Qur’an ............................................................................... 20
B. Rasm yang Dipakai dalam Mushaf Utsmani ................................... 31
C. Kaidah- kaidah penulisan Rasm Al-Qur’an ..................................... 36
xvii
D. Hukum Penulisan Al-Qur'an dengan Rasm Usmani ........................ 47
E. Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia .............................................. 48
BAB III
KAJIAN TEKSTOLOGI MANUSKRIP MUSHAF AL-QUR’AN KUNO
KAMPUNG BUGIS SUWUNG, DENPASAR, BALI ............................... 58
A. Sejarah Singkat Penulisan mushaf Al-Qur’an di Bali. .................... 58
B. Inventarisasi Naskah ........................................................................ 60
C. Deskripsi Naskah ............................................................................. 61
D. Iluminasi ........................................................................................... 64
E. Sisipan Teks ..................................................................................... 69
F. Rasm ................................................................................................. 75
G. Qira’at .............................................................................................. 78
H. Waqaf ............................................................................................... 79
I. D{abt} .................................................................................................. 80
BAB IV
ANALISA RASM MANUSKRIP MUSHAF AL-QUR’AN TUA KAMPUNG
BUGIS SUWUNG, DENPASAR, BALI..................................................... 86
A. Perbandingan Rasm dan D}abt} .......................................................... 86
B. Analisa Rasm Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Tua ........................... 83
BAB V
PENUTUP .................................................................................................... 86
A. Kesimpulan....................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 89
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... 92
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Kaidah H}az\f
Tabel 2.2 : Kaidah Ziya>dah
Tabel 2.3 : Kaidah Hamz
Tabel 2.4 : Kaidah Badl
Tabel 2.5 : Kaidah penulisan Kalimat yang qira’at-nya lebih dari satu
Tabel 4.1 : Persamaan dan perbedaan Musahaf Standar Utsmani Indonesia,
Mushaf Standar Bahriah dan Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung
Bugis Suwung Denpasar Bali.
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Bentuk fisik bagian depan Mushaf Al-Qur’an Tua
Gambar 3.2 : Bentuk fisik bagian isi Mushaf Al-Qur’an Tua
Gambar 3.3 : Bentuk fisik bagian isi Mushaf Al-Qur’an Tua
Gambar 3.4 : Bentuk fisik bagian belakang Mushaf Al-Qur’an Tua
Gambar 3.5 : Iluminasi simbol bunga penanda Juz
Gambar 3.6 : Tanda H}izb
Gambar 3.7 : Penamaan Surat al-Mulk
Gambar 3.8 : Penamaan surat Quraisy
Gambar 3.9 : Iluminasi kaligrafi Mushaf Al-Qur’an Tua
Gambar 3.10 : Penulisan kaidah H}az\f surat al-Mulk ayat 3
Gambar 3.11 : Penulisan kaidah Ziya>dah surat al-Mulk ayat 27
Gambar 3.12 : Penulisan kaidah Hamz surat al-Mulk ayat 8
Gambar 3.13 : Penulisan kaidah Badl surat al-Mulk ayat 2
Gambar 3.14 : Penulisan kaidah Fas}l dan Was}l
Gambar 3.15 : Penulisan sistem Imla’i surat al-Mulk ayat 1
Gambar 3.16 : Penulisan sistem Imla’i surat al-Mulk ayat 29
Gambar 3.17 : Penulisan sistem Imla’i surat al-Mulk ayat 3
xx
Gambar 3.18 : Kesalahan tulis pada surat al-Mulk ayat 13
Gambar 3.19 : Tanda Mad Wajib Mutashil
Gambar 3.20 : Tanda Mad Jaiz Munfashil
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat yang
diturunkan kepada Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم melalaui malaikat jibril yang
diriwayatkan secara mutawwatir dan membaca Al-Qur’an dinilai sebagai
ibadah.1 Keaslian Al-Qur’an dari jaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم sampai sekarang
masih tetap terjaga, karena hal tersebut telah menjadi jaminan Allah
sebagaimana Firman Allah dalam QS Al- Hijr Ayat 9
.إ نا ن ن ن زالن ا الذ كر و إ نا ل ه ۥ ل ف ظ ون
Inna> nah}nu nazzalna> az\z\ikra wa inna> lahu> lah}a>fiz}u>na
Artinya
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti
Kami (pula) yang memeliharanya."
Pemeliharaan Al-Qur’an tidak hanya dihafal dan didokumentasikan
dalam bentuk tulisan semata akan tetapi autentisitasnya terpelihara oleh
kaum muslim melalui kerja keras para sahabat Nabi pada masa Khalifah
Abu bakar dengan dilakukannya kegiatan pengkodifikasian Al-Qur’an,
maka terhimpunlah Al-Qur’an menjadi sebuah mushaf resmi. Pada masa
Khalifah Utsman mushaf resmi itu kemudian di salin secara cermat dan
1 Muhammad Gufron, Rahmawati. Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah(Yogyakarta :
Kalimedia,2017), 1.
2
akurat ke dalam beberapa mushaf dengan menggunakan khat / tulisan Kufi
yang tidak menggunakan titik dan baris dan belum memiliki standar
penulisan yang baku sehingga banyak dijumpai bentuk penulisan kata
dengan huruf yang tidak sama persis dengan pengucapannya sehingga
terjadi perbedaan cara penulisan dengan kaidah bahasa Arab. Kaidah
penulisan bahasa Arab memakai sistem Imla’i yaitu penulisan kata
disesuaikan dengan bunyi kata yang diucapkan tanpa ada tambahan,
pengurangan, penggantian dan perubahan. Bentuk yang dipakai dalam
menulis ayat- ayat Al-Qur’an itulah yang dinamakan Rasm Utsmani. Kaidah
penulisan Rasm Utsmani berbeda dengan sistem Imal’i2 sehingga salinan
mushaf resmi tersebut dinamakan mushaf Utsmani. Mushaf tersebut
dikirim ke berbagai negeri islam dan satu di Madinah. Mushaf- mushaf itu
difungsikan untuk menjadi rujukan bagi kaum Muslim di seluruh negeri
Islam dalam mambaca Al- Qur’an. Selanjutnya penulisan ayat- ayat di
dalam mushaf Utsmani disempurnakan dengan diberi titik dan baris.
Qira’atnya yang absah dan mutawatir juga dikodifikasikan sehingga salah
baca pun dapat dihindari.3
Mushaf Al-Qur’an merupakan Naskah Islam yang paling banyak
disalin. Maka tidaklah mengherankan telah banyak ditemukan Mushaf Al-
Qur’an kuno di berbagai wilayah termasuk di Nusantara. Mushaf Al-Qur’an
merupakan sesuatu yang selalu berhubungan dengan kehidupan umat islam.
2 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2010), 256. 3 Athaillah,Sejarah Al-Qur’an..., 375.
3
Al-Qur’an itu dibaca, dipahami dan diamalkan bahkan sampai menjadi
sebuah tradisi di masyarakat muslim, sama halnya sepeti bangunan masjid
dan peninggalan keislaman lain yang menjadi simbol keagaamaan umat
islam. Mushaf Al-Qur’an yang berbentuk naskah (kuno) selayaknya
menjadi bagian dari perkembangan sejarah di mana ditemukan Mushaf Al-
Qur’an kuno di daerah tersebut. Mushaf dapat disebut sebagai naskah kuno
apabila ditulis dengan tulisan tangan dan sudah berusia lebih dari 50 tahun.
Hal ini berdasarkan pada Monumen Ordonasi STBL 238 th 1931 dan
Undang- undang Cagar budaya No. 5 th 1992, yang mentakan naskah kuno
adalah naskah yang telah berusia minimal 50 tahun.
Penyalinan Al-Qur’an di Nusantara telah dimulai sejak akhir abad
ke-13, ketika Pasai secara resmi menjadi sebuah kerajaan Islam. Hal ini
dicatat dalam Rihlah Ibnu Batutah (1304-1368). Penyalinan tersebut
berlangsung sampai akhir abad 19 di berbagai wilayah yang mayoritas
masyarakatnya Islam seperti Aceh, Padang, Palembang, Banten, Cirebon,
Yogyakarta, Solo, Madura, Lombok, Banjarmasin, Samarinda, Makasar,
dan Ternate.4 Metode yang dipakai adalah tulisan tangan. Sejak awal,
penyalinan mushaf kuno didorong oleh semangat dakwah Islam yang tinggi
dalam mengajarkan Al-Qur’an. Mushaf Al-Qur’an tertua di Indonesia
adalah mushaf yang selesai ditulis pada hari Kamis, 21 Muharram 1035 H
4 A. Hasj, Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia(bandung : Ma’arif,1993), 17.
4
(23 Oktober 1625 M) penulisnya yaitu Abd. as-Sufi ad-Din. Mushaf
tersebut sekarang disimpan oleh Zen Usman Singaraja Bali.5
Bali merupakan kepulauan di Indonesia yang terkenal akan sebutan
pulau seribu pura, karena kentalnya budaya Hindu dalam setiap tatanan
masyarakatnya. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada agama lain selain
Hindu. Sebaliknya, agama lain juga berkembang termasuk Islam. Bahkan
Islam telah dikenal di Bali sejak abad ke-15 bersamaan dengan kejayaan
agama Hindu di Bali pada abad ke-15. Arus islamisasi di Bali berkembang
sejak abad ke-16. Ketika Belanda mulai menguasai beberapa wilayah di
Nusantara, banyak Muslim dari berbagai wilayah yang memilih untuk
bermigrasi seperti yang dilakukan oleh masyarakat muslim Bugis Makassar
yang bermigrasi ke Bali dan menetap serta menyiarkan Islam hingga pada
abad ke-18. Seiring perkembangannya, Islam hadir dan mampu memberi
pengaruh terhadap tatanan masyarakat Bali dengan adanya komunitas
muslim, masjid, lembaga pendidikan Islam (Pesantren), dan akulturasi
budaya Islam dengan Bali.6
Di daerah Bali, tepatnya di Denpasar juga banyak ditemukan
mushaf-mushaf kuno Al-Qur’an. Di antaranya adalah di Kampung Bugis
Serangan, Denpasar ditemukan 3 (tiga) mushaf kuno Al-Qur’an milik H.
Burhanuddin dekat Masjid Asy-Syuhada, dua di antaranya beraksara dan
berbahasa Bugis, dan 1 (satu) mushaf kuno Al-Qur’an milik Bapak Marjui.
5 Zarkasi, “Penelitian Mushaf Kuno 2011”, dalam https://lajnah.kemenag.go.id/berita/81-
penelitian-mushaf-kuno-2011 diakses Sabtu, 20 februari 2020, Pukul 08.10. 6 Nina Diana, “Islam masuk ke Bali dan Dampaknya terhadap Perkembangan Islam di
Bali”, Jurnal Tamaddun (Vol. 4, edisi 2 Juli, Cirebon : IAIN Syekh Nurjati, 2015), 49.
5
Di kampung Bugis Kepaon, Denpasar ditemukan 6 (enam) mushaf kuno Al-
Qur’an milik H. Musthafa Amin, dan 1 (satu) mushaf kuno Al-Qur’an di
Masjid Al-Muhajirin.7 Di Masjid Al-Muawwanatul Khairiyyah juga
tersimpan 3 (tiga) buah mushaf kuno. Ketiga mushaf ini dalam perawatan
keluarga Umar Fatah sebagai pewarisnya. Dua dari ketiga naskah itu disebut
dengan Mushaf Laki- laki dan Mushaf Perempuan. Sedangkan satu mushaf
lagi disebut dengan Mushaf Al-Qur’an Tua.8 Berdasar data yang diperoleh
dari Balai Litbang Semarang mushaf- mushaf yang berada di Masjid Al-
Muawwanatul Khairiyyah tersebut adalah milik Muhammad Nuh Fatah
yang beliau dapatkan dari peninggalan nenek moyang Bone Sulawesi.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian mengenai
aspek- aspek ‘Ulumul Qur’an yaitu tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an
Tua meliputi Ilmu Rasm, Qira’at, Waqaf dan D{abt serta teks tambahan
yang terdapat dalam mushaf tersebut dengan pendekatan kajian filologi
khususnya Tekstologi sebagai ilmu bantu, karena penelitian ini termasuk
penelitian manuskrip. Obyek penelitian adalah Mushaf Al-Qur’an Tua yang
terdapat di Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali. Peneliti memilih
mushaf kuno tersebut dikarenakan keunikan dari mushaf tersebut yaitu
pertama, melihat dari keadaan sosial masyrakatnya bahwasannya tempat
ditemukan mushaf merupakan daerah yang mayoritas penduduknya
beragama Hindu dan masyarakat muslim sebagai kaum minoritas. Kedua,
7 Asep Saefullah dan M. Adib Misbachul Islam, “Beberapa Aspek Kodikologi Naskah
Keagamaan Islam di Bali”, Jurnal Lektur Keagamaan (Vol. 7, No. 1, 2009 : 53 – 90), 59. 8 Anton Zailani dan Enang Sudrajat, “Mushaf Al-Qur’an kuno di bali”, Jurnal Suhuf (Vol.
8 No. 2, Jakarta : Badan Litbang dan diklat kementerian Agama RI, 2015), 306.
6
mushaf Al-Qur’an tersebut memiliki ukuran yang tidak lazim yaitu lebar :
29 cm, panjang : 45 cm. Ketiga, mushaf Al- Quran tersebut disalin tidak
semata menggunakan satu ilmu. Ia terdiri dari beberapa ilmu yang di
gabungkan dalam proses penyalinannya. Keempat, penelitian ini didukung
dengan data yang telah tersedia. Data tersebut diperoleh dari dokumentasi
Mushaf Al-Qur’an Tua yang dilakukan oleh para peneliti dari bidang lektur
khasanah keagamaan dan Manajemen organisasi Balai Penelitian dan
Pengembangan Semarang. Para peneliti tersebut adalah Bisri Ruchani,
Mustolehuddin, Nur Laili Noviani. Pendokumentasian menjadi berbentuk
dokumen foto dari mushaf tersebut dilakukan tanggal 28 April 2019 di
masjid Al-muawwanatul khoiriyah Suwung, Denpasar, Bali menggunakan
kamera Nikon.
B. Rumusan Masalah
Dari perumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tiga permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi naskah Mushaf Al-Qur’an Tua kampung
Bugis Suwung, Denpasar, Bali ?
2. Bagiamana karakteristik teks/tulisan maupun simbol-simbol yang
terdapat dalam Mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis Suwung,
Denpasar, Bali melalui pendekatan tekstologi ?
3. Bagaimana kaidah Rasm, Qira’at, Waqaf dan D{abt} yang terdapat
dalam Mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis Suwung, Denpasar,
Bali ?
7
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang terarah wajib memiliki tujuan yang jelas. Penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan bentuk fisik dan kondisi dari Mushaf Al-Qur’an Tua
kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali.
2. Memaparkan karakteristik teks/tulisan maupun simbol-simbol
melalui pendekatan ilmu tekstologi dalam Mushaf Al-Qur’an Tua
kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali.
3. Menjelaskan aspek Rasm, Qira’at, Waqaf dan D{abt} yang terdapat
dalam Mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis Suwung, Denpasar,
Bali.
D. Manfaat Penelitian
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis
maupun praktis. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoretis
a. Alternatif wawasan tentang penggarapan naskah Al-Qur’an
dengan pendekatan aspek ‘Ulumul Qur’an dan ilmu
Tekstologi
2. Manfaat secara praktis
a. Sebagai bentuk inventarisasi kebudayaan Islam.
b. Menjadi bahan studi dokumentasi mengenai nilai-nilai
budaya, sejarah dan keagamaan Islam.
8
E. Batas Penelitian
Mushaf Al-Qur’an Tua yang tersimpan di Kampung Bugis Suwung
sangat menarik jika dilakukan penelitian lebih mendalam. Banyak hal yang
bisa diteliti dari naskah tersebut seperti gaya tulisan yang dipakai, hiasan-
hiasan yang dipakai, kajian kodikologi, historis dan lain-lain dari naskah
kuno tersebut. Mengingat banyaknya jenis penelitian yang bisa dilakukan,
maka penulis akan menentukan batasan penelitian agar penelitian bisa lebih
terfokus melakukan penelitian.
Batasan penelitian ini adalah mengkaji jenis Rasm, Qira’at, waqaf
dan D{abt dari aspek ‘Ulumul Qur’an. Penelitian Mushaf Al-Qur’an Tua
juga menggunakan pendekatan ilmu filologi khususnya tekstologi, karena
ilmu ini mensyaratkan ‘edisi teks’ dari naskah yang dikaji. Penelitian yang
berkaitan dengan mushaf kuno sering menimbulkan anggapan bahwa
penelitian tentang mushaf adalah hal yang biasa saja dikarenakan bahwa
mushaf Al-Qur’an memiliki kesamaan teks dari surat al-Fātiḥah dan
diakhiri dengan surat an-Nās. Maka dari itu penelitian ini fokus tehadap
tulisan/teks tambahan yang terdapat dalam Mushaf Al-Qur’an Tua kampung
Bugis Suwung, Denpasar, Bali karena tidak terdapat dalam mushaf lain.
Juga mengambil sample dari suntingan surat al-Mulk untuk dilakukan
perbandingan dengan Mushaf Standar Indonesia dalam hal penulisan Rasm,
Qira’at, Waqaf dan D}abt} serta karakteristik dari musahaf tersebut.
9
F. Landasan teori
Landasan teori merupakan konsep dari suatu teori. Landasan teori
digunakan untuk mendekati masalah dalam penelitian. Adapan teori yang
dipakai dalam penelitian ini adalah teori filologi khususnya tekstologi dan
teori mengenai Ilmu Rasm, Qira’at, waqaf dan D{abt mushaf dengan
pendekatan aspek ‘Ulumul Qur’an.
Saifudin, Kepala Seksi Koleksi dan Pameran Bayt Al-Qur’an
Musium Indonesia (BQMI) dalam paparannya dalam kajian tekstual Al-
Qur’an menjelaskan bahwa :
Kajian manuskrip Al-Qur’an dapat melahirkan tiga aspek kajian yaitu
filologi, kodikologi, dan paleografi. Filologi adalah ilmu yang membahas
atau meneliti tentang naskah- naskah lama sebagai hasil karya sastra untuk
mengetahui bahasa, sastra dan budaya bangsa melalui tulisan dalam naskah
itu. Filologi menitik beratkan pada “studi teks” atau isi sebuah naskah, oleh
karena itu filologi juga sering disebut sebagai ilmu tekstologi, yakni ilmu
yang membahas tentang seluk beluk teks sebuah naskah. Tujuan dari kajian
filologi adalah untuk menghadirkan teks yang “ajeg” sedekat mungkin
dengan aslinya. Kajian filologi Al-Qur’an adalah menyangkut aspek Rasm,
Qira’at, Waqaf dan D{abt, tafsir dan terjemahan.9
Ilmu yang digunakan untuk mengungkap produk berupa tulisan
tangan adalah ilmu filologi. Produk tulisan tangan tersebut dalam istilah
filologi disebut dengan naskah atau dalam bahasa latin disebut manuscript,
sedangkan isi dari tulisan tersebut dalam istilah filologi disebut dengan
teks.10 Filologi disebut sebagai studi teks karena penelitiannya berupaya
untuk mengungkapkan hasil budaya masa lampau sebagaimana yang
9Zainal Arifin Madzkur, “Teknik Kajian Tekstual Mushaf Kuno” dalam
http://lajnah.kemenag.go.id/berita/522-teknik-kajian-tekstual-mushaf-kuno diakses Selasa, 16 Juni
2020, Pukul 21.40. 10 Siti Baroroh Baried, et.al., Pengantar Teori Filologi(Yogyakarta : Badan Penelitian dan
Publikasi Fakultas Seksi Filologi, Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada, 1994), 6.
10
terungkap dalam teks aslinya.11 Filologi mempunyai bidang khusus yaitu
tekstologi. Tekstologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk teks, yaitu
meliputi penjelmaan dan penurunan teks sebuah karya sastra, penafsiran,
dan pemahaman. Untuk memahaminya peneliti harus terlebih dahulu
mengetahui karakteristik penurunan teks.12
Ilmu Rasm adalah ilmu tentang penulisan yang dipakai dalam Al-
Qur’an. Kata ‘rasm’ artinya al-as\ar (bekas), peninggalan. Kata lain yang
sama artinya adalah al- khat}, al- kita>bah, az- zabu>r, as- sat}r, ar- raqm, ar-
rasm semuanya berarti tulisan (mazmur Sya’roni (ed.), 1998: 9).Ilmu Rasm
dalam Al-Qur’an adalah memakai kaidah penulisan Rasm Utsmani. Rasm
Utsmani adalah ilmu untuk mengetahui segi- segi perbedaan antara rasm
Utsmani dan kaidah rasm Istilahi/ Imla’i (rasm biasa yang selalu
memperhatikan kecocokan antara tulisan dan ucapan)13
Ilmu Qira’at adalah ilmu tentang membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an
tidak diturunkan dalam satu bacaan, tetapi dalam beberapa bacaan (qira’at).
Varian bacaan ini bukan ciptaan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم atau para sahabat, atau
para tabi’in yang dipengaruhi oleh dialek-dialek kabilah arab
(Fathoni,2009.2). beberapa nama sahabat yang masyhur dalam qiraah antara
lain Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, dan
Abu Musa al-Asyari.
11 Siti Baroroh Baried, et.al., Pengantar Teori Filologi..., 4. 12 Siti Baroroh Baried, et.al., Pengantar Teori Filologi..., 57. 13 Abdul Hakim, ”Metode Kajian Rasm, Qiraat, Wakaf dan Ḍabṭ pada mushaf kuno”,
Jurnal Suhuf (Vol. 11, No. 1, Juni 2018 : 77‒92), 8.
11
Para ulama menyepakati bahwa suatu qiraah atau bacaan Al-Qur’an
baru dianggap sah apabila memenuhi tiga kriteria persyaratan, yaitu 1) harus
memiliki sanad mutawātir, 2) harus sesuai dengan Rasm Utsmani, dan 3)
harus sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab. Kriteria nomor dua itulah yang
ada kaitannya dengan rasm. Ada kaidah, bahwa suatu perbedaan qira’at
(bacaan) selama masih dapat ditulis dengan rasm yang sama, maka harus
ditulis dengan satu rasm.14
Ilmu al-Waqaf wa al-Ibtidā’ dalam membaca Al-Qur’an merupakan
salah satu unsur penting dari kriteria tartil. Menurut Ali bin Abi Ṭālib, yang
dimaksud tartil adalah tajwīdu al-ḥurūf wa ma‛rifatu alwuqūf
(membaguskan makhraj huruf serta mengetahui cara berhenti dan memulai
suatu bacaan). Kriteria ini yang kemudian diterjemahkan oleh para ulama
dalam bentuk tanda waqaf yang tertulis pada mushaf. Berdasarkan temuan
yang ada, tanda wakaf pada mushaf kuno di Indonesia berbeda-beda. Satu
mushaf menggunakan simbol-simbol قلى، ، م . ج، صلى، لا Pada mushaf lain
menggunakan simbol berupa huruf ط، ك، ت، م (Hakim: 2011). Perbedaan
penggunaan tanda waqaf pada mushaf kuno tersebut berdampak pada cara
baca Al-Qur’an. Perbedaan tersebut mengisyaratkan bahwa mushaf kuno
tersebut merujuk pada pola tanda waqaf yang berbeda.15
Ḍabṭ secara bahasa berarti bulūgu al-gāyati fī ḥifẓi asy-sya’i
(kemampuan optimal menjaga sesuatu). Adapun secara istilah yaitu ‛ilmun
14 Abdul Hakim, “Metode Kajian Rasm, Qiraat, Wakaf dan Ḍabṭ pada mushaf kuno”..., 84 15 Abdul Hakim, “Metode Kajian Rasm, Qiraat, Wakaf dan Ḍabṭ pada mushaf kuno”..., 87
12
yu‛rafu bihī mā yu‛raḍu lil ḥarfi min ḥarakatin aw sukūnin, aw syaddin aw
maddin aw gairi żālik’ (ilmu untuk mengetahui apa yang ada pada huruf,
berupa harakat, sukun, tanda tasydid, tanda panjang, dan tanda tajwid). Ilmu
ini digagas oleh Abū al-Aswad ad-Du’ali. Ilmu ini diterapkan pada mushaf
supaya masyarakat non-Arab tidak terjatuh pada kesalahan ketika membaca
Al-Qur’an (Muḥaisin: t.t.)16
G. Kajian Pustaka
Kajian pustaka sangat penting bagi peneliti dalam melakukan
penelitian supaya peneliti dapat mengetahui bagaimanakah obyek penelitian
tersebut, apakah sudah pernah diteliti atau belum, dan apakah ada karya
ilmiah yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Pada pencarian peneliti,
sudah ada kriteria yang membahas obyek penelitian. Adapun penelitian
yang terkait dengan kajian filologi yang kajiannya adalah mushaf kuno al-
Qur’an diantaranya;
“Karakteristik Manuskrip Mushaf Al-Qur'an H. Abdul Ghaffar”
karya Tati Rahmayani. “Sejarah dan karakteristik manuskrip mushaf Al-
Qur’an diponegoro (kajian filologi)” karya Hanifatul Asna.
“Kontekstualisasi filologi dalam teks-teks Islam Nusantara” karya Khabibi
Muhammad Luthfi. “Variasi dan simbol manuskrip Al-Qur’an di Masjid
Agung Surakarta” karya Avi Khuriya Mustofa. yaitu membahas tentang
simbol-simbol dan scholia yang terdapat di dalam manuskrip mushaf Al-
Qur'an di Masjid Agung Surakarta. “kecenderungan kajian manuskrip
16 Abdul Hakim, “Metode Kajian Rasm, Qiraat, Wakaf dan Ḍabṭ pada mushaf kuno”..., 89
13
keislaman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” karya Agus Iswanto.
“Manuskrip Al-Qur’an dari Sulawesi Barat : kajian beberapa aspek
kodikologi” karya Ali Akbar. “Beberapa Karakteristik Mushaf kuno Al-
Qur’an Situs Girigajah Gresik” karya Syaifuddin dan Muhammad Musadad.
“Khazanah Al-Qur'an Kuno Bangkalan Madura : Telaah atas Kolofon
Naskah” karya Abdul Hakim. “Keragaman Qira'at dalam Mushaf Kuno
Nusantara (Studi Naskah Kuno Sultan Ternate)” karya Mustopa. “Beberapa
Karakteristik Mushaf Kuno Jambi : Tinjauan Filologis-Kodikologis” karya
Syaifuddin.“Mushaf kuno Al-Qur’an di Museum Institut PTIQ Jakarta :
Kajian Beberapa Aspek Kodikologi terhadap Empat Naskah” karya Jonni
Syari.
Karya-karya dalam jurnal tersebut semuanya merupakan karya
yang menggunakan objek kajian naskah lebih dari satu. Fokus kajian
Syaifuddin dan Muhammad Musadad sama dengan karya Syaifuddin yang
satunya, yaitu meneliti karakteristik manuskrip dengan pendekatan filologis
dan kodikologis. Sedangkan karya yang lain memiliki fokus kajian yang
berbeda seperti Abdul Hakim fokus pada kajian analisis kolofon naskah,
Mustopa fokus pada qira'at yang ada di dalam manuskrip, dan Jonni Syatri
fokus pada pendekatan tekstologi yang hanya membatasi pada lima aspek
yaitu Rasm, Qira'at, tanda baca, tanda Tajwid, dan tanda pembagian teks.
Dari beberapa literatur tersebut diatas, ada hal yang membedakan
antara penelitian yang sudah ada dengan penelitian ini yaitu :
14
Pertama, karya-karya hasil penelitian yang berkaitan dengan mushaf
kuno Al-Qur’an yang sudah ada masih sedikit yang membahas tentang
aspek ‘Ulumul Qur’an dan belum ada yang membahas aspek tersebut dalam
Mushaf Al-Qur’an Tua yang ditemukan di Kampung Bugis Suwung,
Denpasar, Bali.
Kedua, penelitian ini membahas teks tambahan (scholia) atau teks-
teks yang mengiringi teks utama (ayat-ayat), simbol-simbol dalam Mushaf
Al-Qur’an Tua. Pada penelitian sebelumnya memang sudah ada yang
membahas tentang penelitian mushaf kuno Al-Qur’an dengan menggunakan
kajian filologi, akan tetapi objek kajiannya belum ada yang meneliti tentang
teks tambahan yang mengiringi teks utama (ayat-ayat) dalam Mushaf Al-
Qur’an Tua tulisan tangan yang ditemukan di Kampung Bugis Suwung,
Denpasar, Bali. Dengan demikian, dari beberapa hal tersebut, peneliti
menganggap bahwa penelitian yang akan diteliti ini berbeda dengan
penelitian-penelitian yang sudah ada.
H. Sumber Data
Sumber data penelitian ini berupa Mushaf Al-Qur’an tulisan tangan
yang dikenal dengan Mushaf Al-Qur’an Tua yang ditemukan di Kampung
Bugis Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian ini berdasarkan studi katalog
dilanjutkan dengan penelitian terhadap Mushaf Al-Qur’an Tua. Sumber
data Mushaf Al-Qur’an tersebut merupakan jenis data sekunder yang
diperoleh dari inventarisasi Lektur Khazanah dan Menejemen Organisasi
(Balai Litbang Semarang) dengan kode BLAS/SWG/AQ/MNF01/2019.
15
Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
tim Balitbang Semarang bahwasannya dari sumber yang ada, nama penulis
dan penyalin dari Mushaf Al-Qur’an Tua tidak diketahui karena tidak
terdapat kolofon atau mungkin hilang karena Mushaf Al-Qur’an Tua
tersebut sudah tidak dalam keadaan utuh.
Secara umum, Mushaf Al-Qur’an Tua tersebut dari segi tulisan
masih terlihat jelas, akan tetapi pada sebagian kertasnya terdapat bagian
yang sudah lapuk menyebabkan sebagian tulisan dihalaman tertentu
menjadi terpotong dan pada bagian awal mushaf tersebut sebagian sudah
ada yang hilang yakni pada bagian awal surat al-Fa>tih}ah sampai surat al-
Ba>qarah.
I. Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan model penelitian kualitatif, yang
dimaksudkan untuk mengungkap suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
kata (bentuk verbal baik tertulis maupun terucap).17 Penelitian ini bersifat
deskriptif komparatif yakni meneliti tulisan guna mengungkap identifikasi
rasm pada suatu mushaf kuno dengan menonjolkan sisi konsistensi penyalin
dalam penggunaan rasm dengan cara membandingkannya dengan Mushaf
Al- Qur’an Standar Indonesia18 dan Mushaf Al-Qur’an Qudus dengan rasm
Utsmani.19
17 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah
(Jakarta, Prenadamedia Group, 2014), 34. 18 Cetakan PT karya Toha Putra Semarang tahun 2009 19 Cetakan PT Buya Barokah Kudus
16
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
Menurut Abdul Rahman Sholeh, metode library research (penelitian
kepustakaan) ialah penelitian yang menggunakan cara untuk mendapatkan
data informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di perpustakaan,
seperti buku, majalah, dokumen, catatan kisah-kisah sejarah. Atau
penelitian kepustakaan murni yang terkait dengan obyek penelitian.20
Jika dilihat dari sudut pandang filologis penelitian menggunakan
metode edisi penelitian naskah tunggal, karena peneliti hanya meneliti satu
buah naskah, namun segala usaha perbaikan harus disertai
pertanggungjawaban dengan metode rujukan yang tepat. Metode ini
digunakan apabila hanya ada naskah tunggal dari suatu tradisi sehingga
perbandingan tidak mungkin dilakukan.21
Dalam penelitian ini, maka diperlukan langkah- langkah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data
a. Observasi
Pengumpulan data berupa observasi (pengamatan) yaitu
melakukan penelitian terhadap Mushaf Al-Qur’an Kuno
kampung Bugis Suwung, Denpasar yaitu meneliti tulisan
yang terdapat dalam mushaf kuno tersebut kemudian
20 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan(Bandung: Pustaka Setia, 2011), 13.
21 Nabilah Lubis, Naskah Teks dan metode penelitian Filologi(Jakarta : Forum Kajian
Bahasa dan Sastra Arab Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah,1996), 88.
17
melakukan pencatatan. Teknik yang digunakan adalah
melalui pendekatan ilmu tekstologi.
b. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mencari informasi tentang
silsilah mushaf. Mushaf kuno biasanya minim informasi dan
di simpan oleh ahli waris, nama penyalinnya juga jarang
dituliskan. Terkait penelitian ini, peneliti mewawancarai
bukan dari pemilik naskah, akan tetapi peneliti
mewawancarai para peneliti dari bidang lektur khasanah
keagamaan dan Manajemen organisasi Balai Penelitian dan
Pengembangan Semarang, yang mereka telah mewawancara
langsung dengan pemilik naskah yang bertempat tinggal di
Bali. Data wawancara ini untuk memperkuat penelitian.
2. Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis dan interprestasi terhadap
data- data yang objektif dan relevan dengan masalah yang erat
kaitannya dengan penelitian ini. Teknik yang digunakan adalah
metode deskriptif komparatif antara Mushaf Al-Qur’an Tua
kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali dengan Mushaf Al- Qur’an
Standar Indonesia yang telah di tashih oleh lajnah pentashihan
mushaf Al-Qur’an Departeman Agama Republik Indonesia
konsentrasi suntingan surat al-Mulk dan karakteristiknya.
18
J. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
Bab I pendahuluan. Menjelaskan secara umum penelitian yaitu
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batas penelitian, landasan teori, kajian pustaka, sumber
data, dan metode penelitian.
Bab II berisi tentang rasm mushaf meliputi pengertian rasm,
Perkembangan penulisan rasm dalam Al-Qur’an, rasm yang dipakai dalam
mushaf Utsmani, kaidah- kaidah penulisan rasm Utsmani, Hukum memakai
rasm Utsmani dan Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia.
Bab III berisi pembahasan mengenai sejarah singkat manuskrip
mushaf Al-Qur’an Indonesia khususnya di Bali, deskripsi naskah Mushaf
Al-Qur’an Tua kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali. Kemudian
memaparkan dari tinjaun filologis khususnya dari aspek tekstologi yaitu
pembahasan tentang tulisan/teks (scholia) maupun simbol-simbol
(iluminasi) yang mengiringi teks utama (ayat- ayat Al-Qur’an) serta aspek-
aspek ‘Ulumul Qur’an dalam mushaf Al-Qur’an Tua yang ditemukan di
Kampung Bugis Suwung, Denpasar meliputi Rasm, Qira’at, Waqaf dan
D{abt}.
Bab VI analisis penelitian. Menjelaskan analisis dari penelitian
Mushaf Al-Qur’an Tua yang ditemukan di Kampung Bugis Suwung,
Denpasar. Menggunakan metode deskriptif komparatif.
19
Bab V penutup. Penelitian ini akan diungkap penelitian mushaf Al-
Qur’an tua yang ditemukan di Kampung Bugis Suwung, Denpasar untuk
kajian mushaf masa sekarang. Kemudian menjelaskan kesimpulan
penelitian dan penerimaan saran-saran serta kritik.
20
BAB II
RASM UTSMANI
A. Rasm Al-Qur’an
1. Pengertian Rasm
Kata Rasm berasal dari kata رسما –يرسم –رسم (rasama – yarsumu –
rasman) yang mempunyai arti menggambar atau melukis.22 Kata
Rasm ini juga bisa berarti menulis sebagaimana dalam kata رسم الكتاب
yang artinya menulis buku.23 Secara etimologi Rasm juga berarti الاثر
yang bermakna bekas, peninggalan. Kata tersebut dalam bahasa
Arab memiliki beberapa sinonim, seperti ; ,بور dan الخط, ألرسم, الز
yang semuanya memiliki arti sama yaitu tulisan.24 Secara السطر
terminologi rasm Al-Qur’an adalah metode penulisan huruf Al-
Qur’an yang sesuai dengan kaidah- kaidah dalam penulisan Mushaf
Utsmani yang telah ditetapkan pada masa khalifah Utsman bin
Affan. rasm Al-Qur’an juga diartikan sebagai pola penulisan Al-
Qur’an yang digunakan Utsman bin Affan dan empat sahabat ketika
menulis dan membukukan Al-Qur’an.25 Dalam penulisan rasm Al-
Qur’an tersebut sahabat Utsman bin Affan memilih 4 orang yang
handal dalam pengerjaannya. Mereka adalah Zaid ibn Tsabit,
22 Muhammad Gufron dan Rahmawati, ‘Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah(Yogyakarta
: Kalimedia,2017), 35. 23 Ahmad Warson Munawir, AL Munawir Kamus Arab- Indonesia(Surabaya : Pustaka
Progressif,1997), 497. 24 Ibrahim bin Ahmad al-Maraginy,Dalil al-Hairan Syarh Maurid az-Zam’an(Kairo : Dar
al-Qur’an,1974),hal 38. 25 Anshori, Ulumul Qur’an : Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, Cet. III (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), 155.
21
‘Abdullah ibn al-Zubair, Sa’id ibn al-‘Ash, dan ‘Abd al-Rahman ibn
al-Harits ibn Hisyam. Zaid ibn Tsabit merupakan sahabat dari
golongan Anshar dan tiga sahabat lainnya merupakan suku Quraisy
golongan Muhajirin.26 Mushaf hasil pengerjaan dari empat sahabat
tersebut dikenal dengan Rasm Mushaf Utsmani.
Az-Zarqany mendefinisikan Rasm Mushaf Utsmani sebagai
berikut :
Pola penulisan Al-Qur’an yang digunakan oleh Utsman bin
Affan bersama para sahabat yang lain dalam menuliskan Al-
Qur’an dan bentuk- bentuk tulisan huruf (rasm)-nya. Pada
dasarnya, pola penulisan bahasa Arab yang tertulis adalah
sesuai dengan apa yang telah diucapkan, tanpa terjadi
pengurangan (nuqs}) dan penambahan (ziyadah), begitupun pergantian (badal) dan perubahan (tagyir), akan tetapi pola
penulisan Al-Quran dalam mushaf- mushaf Utsmani terdapat
beberapa penyimpangan (ihmal) dari pola penulisan bahasa
Arab konvensional, sehingga di dalamnya terdapat banyak
huruf- huruf yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kaidah
pengucapannya, dan itu dilakukan oleh Utsman bin Affan dan
para sahabat yang lain untuk sebuah tujuan yang mulia.27
2. Perkembangan Rasm Utsmani
Pada masa pemerintahan Utsman juga telah diupayakan
pengumpulan Al-Qur’an sebagaimana yang telah dilakukan pada
masa Abu Bakar. Akan tetapi pengumpulan Al-Qur’an pada masa
Utsman lebih ke dalam bentuk menstandardisasikan
(menyeragamkan) bacaan kaum Muslim kepada satu bacaan Al-
Qur’an yang resmi. Hal tersebut yang membedakan dengan masa
26 Muhammad Gufron dan Rahmawati, ‘Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah..., 32. 27 Muhammad Abdul Azim az-Zarqany, Tahqiq Ahmad bin Ali,” manahil ar-Irfan fi
‘Ulum al-Qur’an”, (Kairo : Dar Al-Hadis,1442H/2001M), 311.
22
Abu Bakar yang pengumpulan Al-Qur’an hanya sebatas
mengumpulkan catatan- catatan Al-Qur’an yang asli dan yang telah
ditulis dihadapan Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم ke dalam satu mushaf
resmi.28
Dalam upaya penyeragaman bacaan Al-Qur’an khalifah
Utsman melakukan hal berikut :
a. Membuat mushaf Standar Utsmani
Ada beberapa langkah yang ditempuh oleh khalifah Utsman
untuk merealisasikan ide penyeragaman mushaf Al-Qur’an.
Pertama, meminjam mushaf resmi yang telah dikerjakan
oleh Zaid pada masa Abu Bakar dari Hafsah29 untuk disalin
ke dalam beberapa mushaf.30
Kedua, membentuk sebuah panitia yang terdiri dari empat
orang, yaitu Ketua adalah Zaid ibn Tsabit dan Abdullah ibn
Zubair, Sa’id ibn Al-Ash, Abdurrahman ibn Harits ibn
Hisayam sebagai anggotanya. Empat anggota inti tersebut
dibantu oleh delapan orang yaitu Malik ibn Amir, Katsir ibn
Alflah, Ubai ibn Ka’ab, Anas ibn Malik, Abdullah ibn
Abbas, Abdullah ibn Umar, Abdullah ibn Amr ibn Ash dan
Muhammad ibn Sirin.31
28 Abd al-Shabur Syahrin, Tarikh Al-Qur’an(Mesir : Dar al-Qalam,1966), 111. 29 Putri dari Abu Bakar yang mendapat amanah untuk menyimpan mushaf Al-Qur’an
setelah Abu Bakar wafat. 30 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2010), 242. 31 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an..., 243.
23
Tugas – tugas yang harus dilaksanakan oleh panitia adalah
sebagai berikut :
1) Menyalin kembali mushaf resmi yang telah dipinjam
dari hafsah kedalam beberapa buah mushaf.
2) Panitia terlebih dahulu meneliti kelengkapan dari isi
mushaf resmi untuk menegtahui adakah ayat- ayat
yang tercecer dan sudah hilang atau tidak sesuai
dengan logat Qurasy, perlu diingat bahwa tujuan
mengumpulan mushaf Al-Qur’an pada masa Abu
Bakar bukanlah untuk menyeragamkan bacaan Al-
Qur’an, melainkan untuk memelihara keaslian
teksnya.
3) Apabila muncul perbedaan pendapat di antara para
anggota panitia tentang bacaan suatu kata atau ayat
Al-Qur’an maka rujukannya harus kembali ke logat
Quraisy karena Al-Qur’an diturunkan kepada orang
Quraisy yaitu dalam logat Quraisy.32
Ketiga, setelah panitia selesai melaksanakan tugas- tugasnya,
maka mushaf – mushaf yang telah diselesaikan oleh panitia
dikirim ke berbagai pusat negeri Islam. Dalam kitab Al-
Muqni, menurut Ibn Amrin al-Dhani para ulama
berpendirian bahwa jumlah mushaf yang disalin berjumlah
32 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an..., 244.
24
empat. Salah satunya disimpan di Madinah sedangkan yang
lainnya dikirim ke Kuffah, Bashrah dan Syam. Menurut Ibn
Abi Dawud dari Abi Hatim al-Sijastani, jumlah mushaf yang
disalin sebanyak tujuh buah. Salah satunya disimpan di
Madinah sedangkan yang lainnya dikirim ke Kuffah, Basrah,
Syam, Mekah, Yaman dan Bahrain. Tentang perbedaan
periwayatan tersebut tersebut kemungkinan penyalinan
mushaf dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama
disalin sebanyak 4 buah diselesaikan oleh 4 orang anggota
inti, tahap kedua karena masih perlu membutuhkan salinan
mushaf lagi untuk negeri- negeri Islam yang lain yaitu
Mekkah, Yaman dan Bahrain maka ditambahlah menjadi 7
buah dengan jumlah anggota menjadi 12 orang seperti yang
diriwayatkan oleh Ibn Sirin.33
Keempat, memerintahkan kaum muslim di seluruh negeri
Islam untuk membakar semua mushaf dan catatan- catatan
Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan Mushaf Imam nama lain
dari Mushaf Utsmani yang telah mereka terima.34
b. Penyeragaman Qira’at.
Dilihat dari latar belakang sejarah, Al-Qur’an diturunkan di
tengah- tengah bangsa Arab dan menggunakan bahasa Arab.
33 Athaillah.Sejarah Al-Qur’an..., 245. 34 Athaillah.Sejarah Al-Qur’an..., 246.
25
Bangsa Arab terkenal dengan komunitas yang terdiri dari
berbagai suku yang menyebar secara seporadis di sepanjang
jazirah Arab. Setiap suku mempunyai bentuk dialek atau
lahjah yang berbeda. Perbedaan dialek tersebut disebabkan
oleh letak geografis dan sosiokultural dari masing- masing
suku, tetapi dari suku- suku tersebut masih menjadikan
bahasa Arab Quraisy sebagai bahasa bersama dalam berbagai
hal. Hal itulah yang menjadikan bacaan atau qira’at Al-
Qur’an berbeda- beda. Fenomena ini muncul secara alamiah
maka perbedaan tersebut tidak dapat dihindari karena setiap
bangsa, suku, tetap memiliki dialek yang berbeda. Maka
untuk menyeragamkan bacaan Al-Qur’an oleh khalifah
Utsmam bin Affan dilakukan pengumpulan dan salah satu
sarat yang ditetapkan adalah bacaan Al-Qur’an tersebut
harus sesuai dengan bahasa Arab Quraisy.35 Bacaan Al-
Qur’an atau qira’at tersebut tidak hanya sebatas pengucapan
kata- kata, kalimat- kalimat melainkan juga yang
berhubungan dengan variasi pembacaan yang berdasar pada
periwayatan yang asli dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم melalui riwayat
yang sohih. Rasa kepedulian khalifah Utsman untuk menjaga
keaslian Al-Qur’an dan persatuan umat adalah dengan cara
35 Suarni, “Ahruf Sab’ah dan Qiraat Sab’ah”, Jurnal Al- Mu’ashirah (Vol. 15. No. 2, juli
2018). 172.
26
menyeragamkan bacaan Al-Qur’an melalui penulisan-
penulisan Al-Qur’an kemudian mushaf – mushaf tersebut
dikirim keberbagai daerah perkembangan islam beserta para
hafidz dan para Qari dengan qira’at yang sesuai dengan
Mushaf Utsmani.36Akan tetapi mereka juga mengajarkan
qira’atnya sendiri meskipun berbeda dari sahabat lainnya.
Oleh karena itu kalangan tabi’in yang mendapatkan
pengajaran dari gurunya tersebut memiliki qira’at- qira’at
yang bervariasi akan tetapi masih sesuai dengan rasm
Mushaf Utsmani dalam ruang lingkup tujuh huruf (sab’ah
ahruf) yang dengan itu Al-Qur’an diturunkan. Hal ini telah
dinyatakan dalam beberapa hadis shahih yang diriwayatkan
oleh lebih dari 20 orang sahabat melalui 46 sanad37 salah satu
contoh hadis tentang tujuh harf yang diriwayat kan dari Ubay
bin Ka’ab dari riwayat Tirmidzi yang mengatakan bahwa :
ي ر س ول اللا ص لاى اللا ع ل يه و س لا عب ق ال ل ق ب يل ف ق ال ع ن أ ب بن ك م ج
ن ه م الع ج وز و الشايخ ال ي ين م ب يل إ ن ب ع ثت إ ل أ ماة أ م م ي ج ر و ال ك
إ نا الق رنن أ نز ل ع ل ى ي قر أ ك ت ابا ق ط ق ال ي م ماد و ال ار ي ة و الراج ل الاذ ي ل
ع ة أ حر ف .س
36 Athaillah.Sejarah Al-Qur’an..., 333. 37 Abd al- Shabur Syahin, Tarikh Al-Qur’an(Qairo : Dar al- Qalam,1996), 25.
27
”Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bertemu dengan jibril di gundukan
batuan marwah, kenudian beliau berkata kepada jibril :
sesungguhnya aku ini diutus kepada umat yang ummi,
diantaranya terdapat kakek yang sudah tua, nenek yang
sudah renta dan anak- anak”. Jibril berkata : “perintahkan
kepada mereka, niscaya mereka membaca Al- Qur’an dalam
tujuh harf.38
Hadis-hadis mengenai tujuh harf memberikan beberapa
isyarat penting yang masih dapat dijadikan dasar untuk
menganalisis pengertian tujuh harf diantaranya yaitu :
Pertama, kebolehan pembacaan Al-Qur’an dengan tujuh
harf, baru dimulai pada periode madinah. Sebab pada
umumnya hadis- hadis ini menyatakan bahwa perselisihan
dari para sahabat dalam membaca Al- Qur’an terjadi di
Masjid setelah melaksanakan Shalat.
Kedua, untuk mememudahkan orang- orang tertentu dalam
membaca Al-Qur’an, orang- orang yang ummi, kanak- kanak
dan orang- orang yang sudah tua renta.
Ketiga, kebolehan pembacaan Al- Qur’an dengan tujuh harf
tidak bersifat mutlak yaitu setiap orang boleh membaca Al-
Qur’an menurut yang diajarkan gurunya. Baik itu gurunya
adalah Rasulullah atau salah seorang dari sahabat beliau.
38 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an..., 170.
28
Nabi telah membenarkan sahabat-sahabat berbeda dalam
membaca Al-Qur’an dan juga melarang meragukan
kebenarannya.39
c. Perbaikan Rasm Utsmani
Mushaf Rasm Utsmani pada awal penulisannya tidak
memakai tanda baca, seperti adanya titik dan syakal (baris).
Karena rasm (tulisan) tersebut didasarkan pada keberadaan
orang-orang Arab murni, sehingga mereka tidak memerlukan
adanya tanda syakal, titik dan tanda baca lainnya seperti yang
kita kenal sekarang ini. Pada saat itu tulisan hanya terdiri atas
beberapa simbol dasar, yang melukiskan struktur konsonan
dari sebuah kata yang sering menimbulkan kekaburan, sebab
hanya berbentuk garis lurus.40
Ketika daerah kekuasaan Islam semakin meluas,
bahasa Arab pun mulai mengalami percampuran dengan
bahasa-bahasa non Arab, maka para penguasa mulai
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap tata cara membaca
yang benar. Seperti yang dilakukan khalifah 'Ali ibn Abi
Thalib yang memerintahkan Abu aI-Aswad aI-Duali (w. 69
H/638M) untuk memberikan syakal (tanda baris). Abu aI-
Aswad memberi tanda fath}ah dengan titik di atas huruf,
39 Athaillah.Sejarah Al-Qur’an..., 177 40 Ahmad Von Denfer, “ulum Al-Qur’an : An Introduction to the Sciensce of the Qoran,
terjemahan Ahmad Nasir Budiman, Ilmu Al-Qur’an, Pengenalan Dasar (Cet. I, Jakarta: Rajawali,
1988), 57.
29
tanda kasrah dengan titik di bawah huruf dan tanda
dhummah dengan titik di samping huruf serta tanda sukun
dengan dua titik.41
Selanjutnya terjadi perubahan terhadap tanda-tanda
tersebut pada masa aI-Khalil. Beliau berpendapat bahwa asal
usul fath}ah adalah dari alif (ا), kasrah dari ya' (ي) dan
dhummah dari wawu (و). Kemudian al-Khalil
melambangkan tanda fath}ah dengan tanda sempang (huruf
alif kecil yang dimiringkan) di atas huruf ( ا), kasrah dengan
tanda sempang (huruf alif kecil yang dimiringkan) di bawah
huruf ( ا) dan dhummah dengan wawu kecil di atas huruf ( ا),
huruf sin kecil sebagai tanda tasydid ( ا) dan lambang kepala
huruf ‘ain untuk tanda sukun, sedangkan tanwin dengan
menggandakannya. Beliau juga memberi tanda pada tempat
alif yang dibuang dengan warna merah, pada tempat hamzah
yang dibuang dengan hamzah warna merah tanpa huruf.
Pada nun dan tanwin yang berhadapan dengan huruf ba'
diberi tanda iqlab dengan warna merah. Nun dan tanwin
berhadapan dengan huruf halqiyah diberi tanda sukun
dengan warna merah. Akan tetapi tanda warna-warni ini
belum efektif untuk mengatasi kesulitan membaca al-Quran
41 Manna’ Al-Qaththan, Mahabits fi Ulum Al-Qur’an (Beirut: al-Syarikah al-Muttahidah
al-Tawzi, 1973), 147-148.
30
karena dengan perjalanan waktu ia akan menghilang dan
memudar.42
Huruf Arab kuno memang tidak memiliki tanda-
tanda tersebut di atas, melinkan hanya bentuk-bentuk dasar
saja. Penambahan dan pemberian tanda-tanda khusus seperti
yang sekarang ini dilakukan pada masa pemerintahan
Khalifah kelima Bani Umayyah, Abdul Malik ibn Marwan
(6686 H,/685-705M.) dan pada masa pemerintahan al-
Hajjaj, gubernur Irak.“
Dengan demikian tampak bahwa perbaikan rasm
Utsmani itu terjadi melalui tiga proses:
1) Pemberian syakal yang dilakukan oleh Abu aI-
Aswad aI-Duali atas perintah 'Ali ibn Abi Thalib
pada tahun 40 H.
2) Perubahan syakal pemberian Abu al-Aswad al-Duali
menjadi seperti sekarang yang dilakukan oleh al-
Khalil.
3) Pemberian tanda dalam bentuk titik yang dilakukan
oleh Abdul Malik Ibnu Marwan dan al-Hajjaj.43
42 Abdul Wahid dan Muhammad Zaini, Pengantar Ulumul Quran dan Ulumul Hadis
(Banda Aceh: PeNA, 2016), 34. 43 Abdul Wahid dan Muhammad Zaini, Pengantar Ulumul Quran dan Ulumul Hadis..., 35.
31
B. Rasm yang Dipakai dalam Mushaf Utsmani
1. Bentuk Penulisan
Penulisan rasm mempunyai banyak cara dan ilmu untuk
mempelajari penulisan rasm adalah dengan belajar ilmu rasm. Ilmu
rasm ini muncul dari sejarah perkembangan mushaf Utsmani dalam
mengakomodir seluruh pola tulisan dalam Al-Qur’an. Secara teoritis
ilmu rasm merupakan ilmu yang mempelajari tentang penulisan
mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam
penulisan lafadz-lafadznya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakan.44 Ilmu rasm dalam penulisan mushaf Utsmani dapat juga
didefinisikan sebagai ilmu untuk mengetahui segi-segi perbedaan
antara Rasm Utsmani dan kaidah-kaidah rasm Qiyasi atau Imla’i
(rasm biasa yang selalu memperhatikan kecocokan antara tulisan
dan ucapan).45
secara umum dari spesifikasi cara penulisan kalimat-kalimat
Arab, maka rasm dibagi menjadi 3 macam yaitu46 :
a. Rasm Qiyasi/ Imla’i
Cara menuliskan kalimat sesuai dengan ucapannya dengan
memperhatikan waktu memulai dan berhenti pada kalimat
44Djamilah Usup,“Ilmu Rasm Al-Quran”, Jurnal
(Journal.iainmanado.ac.id/index.php/JIS/article), 1. 45 Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf Al-Quran
dengan Rasm Usmani, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Puslitbang Lektur
Agama, 1998/1999), 10 46 Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan..., 9-11
32
tersebut. Kecuali nama huruf hija’iyyah, seperti huruf qaf (
.saja ( ق) tapi dengan (قاف) tidak ditulis (ق
b. Rasm ‘Arudi
Cara menuliskan kalimat-kalimat arab disesuaikan dengan
wazan (timbangan) dalam sya’ir-sya’ir Arab. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui “bahr” (nama macam sya’ir)
dari sya’ir yang dimaksud, contohnya seperti:
سدوله أرخى الحر كموج وليل
Sepotong sya’ir Imri’il Qais tersebut, jika ditulis akan
berbentuk:
و سدو أرخى ر ال ج كمو وليلنله
Hal ini sesuai dengan bentuk wazan: مفاعلين, فعولن, مفاعلين,(
sebagai timbangan sya’ir yang mempunyai “Bahar (فعلون
Ta’wil”.
c. Rasm Utsmani
Sebagaimana definisinya telah dijelaskan sebelumnya.
Yakni cara penulisan al-Qur’an yang disepakati khalifah
Utsman bin ‘Affan pada waktu penulisan mushaf. Jika
dibandingkan dengan dua rasm sebelumnya, terlebih rasm
Qiyasi/ Imla/i, rasm Utsmani memiliki perbedaan dari
beberapa segi. Adanya perbedaan-perbedaan inilah yang
33
menjadikan rasm Utsmani menjadi bagian dari salah satu
cabang ilmu pengetahuan, yakni “ilmu rasm Utsmani”.
Adapun Tulisan yang dipakai dalam penulisan mushaf Imam
atau Mushaf Utsmani adalah tulisan Kufi yang tidak menggunkan
titik dan baris. Tradisi penulisan tersebut sebenarnya juga sudah
dipakai pada zaman Rasulullah dalam menuliskan Al- Qur’an. Para
sahabat dalam menulis Al-Qur’an pada masa Rasulullah belum
memiliki standar penulisan yang baku hal tersebut juga terjadi dalam
penulisan Al-Qur’an dalam mushaf Utsmani. Maka dari itu bentuk
penulisan yang terdapat dalam mushaf banyak dijumpai bentuk
penulisan kata dengan huruf yang tidak sama persis dengan
pengucapannya dan berbeda dengan penulisan huruf Arab dengan
sistem Imla’i yaitu penulisan kata sesuai dengan bunyi kata yang
diucapkan tanpa ada penambahan, pengurangan, penggantian, dan
perubahan.47
Berikut perbedaan penulisan dengan cara rasm Utsmani dan
rasm Imlai. Sebagai contoh :
Rasm Utsmani المستقيم صرطالهد ن ا Pada kata صرطال terdapat
pembuangan alif setelah huruf ra yaitu mengikuti cara Abu Dawud.
Rasm Imla’i المستقيم صرا طالاهد ن
47 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an..., 256.
34
Penulisan tersebut sesuai dengan kata yang diucapkannya dengan
memperhatikan waktu memulai dan berhentinnya kalimat tersebut,
cara penulisan ini disebut rasm Imla’i.48
2. Kedudukan Mushaf Utsmani
Setelah khalifah Utsman bin Affan membuat segala
pengumpulan dan pembukuan Mushaf Al-Quran, kemudian
memberikan beberapa anjuran kepada semua umat Muslimin agar
mengikuti beberapa anjuran berikut ini:
a. Mushaf Imam menjadi Mushaf pemersatu daripada pemicu
perselisihan kembali. Anas bin Malik menyatakan, bahawa:
“Mengirimkan setiap pasukan tentara Muslim dengan satu
Mushaf, lalu Utsman menginstruksikan mereka agar
membakar semua naskah Mushaf yang berbeda dengan
Mushafnya (Utsmani).
b. Mushaf standar baru sebagai perintah khalifah Utsman agar
tidak membaca sesuatu yang bertentangan dengan skrip
Mushaf Utsmani. Sejak saat itu setiap Muslim yang belajar
Al-Qur’an harus sesuai dengan teks Mushaf Utsmani.
c. Mushaf yang meyakinkan bahawa Al-Qur’an adalah
Kalamullah, dan sebagai sumber utama hukum perundang-
48 Anshori, Ulumul Qur’an : Kaidah- kaidah memahami firman Tuhan.(Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada,2014), 156.
35
undangan serta petunjuk untuk semua makhluk, merupakan
dasar kepercayaan setiap Muslim.
d. Mushaf Malik bin Abi 'Amir al-Asbahi mempunyai pemisah
surat dan ayat, sedangkan Mushaf Utsmani tidak.
Kekurangan ini mungkin dengan sengaja sebagai teknik bagi
Khalifah, mungkin untuk meyakinkan bahawa teks al-Qur’an
boleh diberi lebih daripada satu cara pemisahan ayat, atau
sebagai masalah tambahan dalam menghadapi orang yang
mau membaca dengan sendiri tanpa ada bimbingan seorang
guru yang mengajarnya.
e. Mengenai hukumnya bahwa penulisan mushaf Utsmani
adalah tauqifi (sudah ketentuan tetap Rasul-Nya) yang wajib
diikuti (dipakai) dalam penulisan Al-Qur’an maka mereka
(para Ulama) berlebih- lebihan dalam mensucikannya
(mengagungkannya), dan mereka menyandarkan bahwa hal
itu adalah tauqifi daripada Nabi صلى الله عليه وسلم. Dengan dalil bahawa
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda kepada Mu’awiyah ra salah seorang
penulis wahyu: ”Tuangkan tinta, goreskan pena, tegakkan
huruf Ya’, bedakkan huruf Si>n, jangan miringkan huruf Mi>m,
perbagus lafazh Allah, panjangkan lafazh al-Rah}ma>n, dan
perindah ar-Rah}i>m, dan letakkan penamu di telinga kirimu
karena hal itu lebih mengingatkanmu.”
36
f. Sedangkan kalangan Ulama yang berpendapat bahawa
Utsmani bukanlah taufiqi dari Nabi صلى الله عليه وسلم, namun ia hanyalah
istilah yang disetujui oleh Utsman, diterima oleh seluruh
ummat, wajib berpegang teguh dengannya dan
menggunakannya serta tidak boleh berselisih dengannya.
Dengan dalil daripada Imam Ahmad ra berkata, bahwa:
”Haram menyelishi rasm mushaf Utsman dalam penulisan
huruf Waw, atau Ya’ atau Alif, atau yang selainnya.” (Imam
al-Suyuti dan al-Zarkasyi, 25).
g. Sementara sekelompok Ulama yang lain berpendapat
bahawa Utsmani adalah istilah, tidak mengapa (tidak
dilarang) untuk menyelisihinya, jika manusia menyepakati
suatu rasm (metode) khusus untuk penulisan dan rasm itu
sudah tersebar di kalangan mereka.49
C. Kaidah- kaidah penulisan Rasm Al-Qur’an
Setelah dibentuknya mushaf Utsmani tersebut maka muncullah
disiplin ilmu tentang rasm Utsmani.
Abu bakar ismail mendefinisikan ilmu rasm Al-Quran sebagai berikut :
Ilmu yang membahas tetantang tata cara penulisan Al-Qur’an yang
dilakukan pada masa pemerintahan khalifah Utsman r.a., yaitu tulisan yang
berbeda dengan aturan- aturan penulisan tang telah disepakati oleh para ahli
bahasa, setelah penulisan mushaf utsmani dilakukan, karena perkembangan
masa.50
49 Makmur Haji Harun, et.al.. Sejarah Penulisan Mushaf Nusantara(Tanjung Malim :
Uneversiti Pendidikan Sultan Idris,2016), 10. 50 Usman.Ilmu tafsir,(Yogyakarta : Teras,2009),113- 114
37
Upaya merumuskan kaidah rasm Utsmani sebenarnya sudah dimulai
sejak masa sebelum ad-Dani, tepatnya pada era Abil-‘Abbas Ahmad bin
‘Ammr al-Mahdawi (w. 440 H/1048 M) dalam kitabnya Hija' Masahifil-
Amsar. Dalam pengantarnya ia memformulasikan 8 kaidah ilmu rasm yang
mencakup (1) pembahasan penulisan ha' dan ta' terkait bentuknya sebagai
ta' ta'nis, (2) pembahasan tentang al-maqtu‘ dan mausul, (3) pembahasan
tentang zawatul-ya' dan waw, (4) pembahasan tentang hamzah, (5)
pembahasan tentang h}az\f dan ziyadah, (6) pembahasan tentang bertemunya
dua hamzah, (7) pembahasan tentang alif wasal, dan (8) pembahasan
tentang huruf-huruf yang diperselisihkan dalam mushaf penduduk Hijaz,
Irak, dan Syam.51 kemudian berlanjut pada masa Ibnu Wasiq al-Andalusi
(w. 654 H) dengan karyanya al-Jami‘ lima Yuhtaju ilaihi minar-Rasmil
Mushaf yang mencoba meringkasnya dari 8 menjadi 5 pembahasan, yaitu
(1) membuang huruf (ma waqa‘a minal-ha}z\f), (2) menambah huruf (ma
waqa‘a minaz-ziya>dah), (3) mengganti huruf (ma waqa‘a min qalbi h}arfin
ila> h}arf), (4) memutus dan menyambung kata (ma waqa‘a minal-qatl wal-
was}l), dan (5) penulisan hamzah (ah}kamul hamazah).52 Adapun kaidah-
kaidah dalam penulisan mushaf al-Qur’an dalam mushaf Utsmani menurut
mayoritas ulama termasuk Al-Suyuti ada enam kaidah-kaidah yang
digunakan dalam penulisan Al-Qur’an. Secara detailnya sebagai berikut53 :
51 Abil-‘Abbas Ahmad bin ‘Ammar al-Mahdawi, Hija' Masahifil-Amsar (Uni Emirat Arab,
1428 H/2007 M), 7. 52 Ganim Qadduri al-Hamd, Muwazanah Baina Rasmil-Mushahaf wan Nuqusy al-
‘Arabiyyah al-Qadimah (al-Maurid, 1986. 15 (4), 1-31. 53 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an..., 256- 266.
38
1. H}az\f (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf)
H}az\f huruf merupakan salah satu dari enam kaidah utama rasm
Utsmani. H}az\f dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar h}az\f yang
berarti membuang atau menghilangkan (sesuatu). Adapun dalam
ilmu rasm, istilah h}az\f berarti menggugurkan salah satu dari lima
huruf hijaiyyah yaitu alif, waw, ya’, la>m, dan nu>n. Dari kelima huruf
tersebut, kasus yang sering muncul dipermukaan sering berlaku
pada tiga huruf, diantaranya alif, waw, ya’. Adapun pada
pembahasan ini peneliti mengacu pada kaidah al-Suyuthi dalam al-
Itqan, bahwa h}az\f. ada empat huruf, yakni alif, waw, ya’ dan lam.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
39
Tabel 2.1 : kaidah h}az\f (membuang, menghilangkan, atau
meniadakan huruf)
Huruf
yang
dibuang
Surat/
Ayat
Penulisan
kaidah rasm
Utsmani
Penulisan
rasm sistem
Imla’i
Tempat
Alif 4/1 ييهاالناس
اتقواربكم
يهاالناس اي
اتقواربكم
Ya nida
هانتم 3/66
هؤلاءحججتم
نتم اها
هؤلاءحججتم
Ha tanbih
وإذنجينكم من أل 2/49
فرعون
كم من أل ا وإذنجين
فرعون
Kata نا
diikuti isim
dhomir
ذاجا ء نص ر إ 111/1
والفت
إذاجا ء نص ر
والفت
Dari lafal الله
اله Dari kata واحد هإلاقال إنما قال إنما إله واحد 6/19
Dari kata ن الرحيماالرحم ن الرحيمالرحم 1/3
نالرحم
40
Lanjutan tabel 2.1
ن عما س ح 37/159
يصفون
ن عما اس ح
يصفون
Dari kata
نسبح
وج ع ل ن ا ه م ئفوجعلنا هم خل 10/72
ئفخ
Terletak
setelah lam
ي ف ت ي ك م 4/176
لةالكل
ي ف ت ي ك م
لةالك
Terletak
diantara dua
lam
Setiap نقال رج نقال رجل 40/28
bentuk
tatsniah
Setiap jamak للكذب عوناسم للكذب عونسم 5/42
mudzakar
Setiap jamak تاوالمؤمنين والمؤمن توالمؤمنين والمؤمن 33/5
muanas
salim
Setiap jamak جدللهاوأن المس جدللهوأن المس 72/18
dengan
wazan مفاعل
41
Lanjutan Tabel 2.1
رىاوقالت النص رىوقالت النص 2/113
Dari kata ثث عورات لكم ث عورات لكمثل 24/58
bilangan
نم الرحمبس 1/1
الرحيم
س م الرحمان ب
الرحيم
Dari lafad
bismillah
Dari kata لك يوم الدينام لك يوم الدينم 1/4
maliki
Ya 2/173 ىولا عاد ىغربغ غربغ ولا عاد Setiap
Manqus
yang
bertanwin
Dari kata نىفاتقو وأطيعو فاتقو وأطيعون 3/175
اطيعون
وات ق ون 2/11
ياولىالألاب
نىوات ق و
ياولىالألاب
Dari kata
اتقون
ف اف وه م 3/175
وخافون
ف اف وه م
نىوخافو
Dari kata
خافون
42
Lanjutan Tabel 2.1
Dari kata نىفارسلو فارسلون 12/45
فارسلون
وان رب ك م 12/92
فاعدون
Dari kata نىوان ربكم فاعدو
أعبدون
Waw 9/19 ن عند و لا يستو ن عند لا يستو Bersama
huruf waw
yang lain
Waw yang الزبنيةو سندع الزبنية سندع 96/17
terhimpit
bacaannya
Lam 92/1 ليل إذايشىلوا ليل إذايشىوا Huruf lam
yang
diidghamkan
dengan yang
sejenis
43
2. Ziya>dah (penambahan)
a. Penambahan huruf alif apabila terletak pada posisi :
1) Setelah huruf waw pada seriap akhir kata yang
berbentuk jamak atau yang disamakan dengan jamak
2) Setelah huruf hamzah yang di tandai dengan waw
3) Pada kata مانتين, الظنون,الرسولا, السيئةما ,
Tabel 2.2 : kaidah Ziya>dah (penambahan)
Huruf
yang
ditambah
Surat/
Ayat
Penulisan
kaidah
rasm
Utsmani
Penulisan
rasm
sistem
Imla’i
Tempat
Alif 2/46 انهم مقوربهم ربهماانهم مقو Akhir kata
jamak
اؤ ق الوا لله تفت 12/85
تذكر يوسف
ؤ ق الوا لله تفت
تذكر يوسف
hamzah
yang
ditandai
dengan
waw
ئ ة اف ام ات ه م 2/259
عام ثم بعثه
ف ام ات ه مئ ة
عام ثم بعثه
44
b. Penambahan huruf waw pada lafadz (لئكو أ)لئك, أ(لاءو أ)لاءأ ,
(لاتو أ)لات, أ(لوو ا)لوأ
c. Penambahan huruf ya pada kata , (ىإن)ناء, (ىبأيد), بأيد
,(ىمنتلقاء), منتلقاء(ىأنء)أنء
3. Hamz (hamzah)
Terkait penulisan hamzah dalam rasm Utsmani, dikategorikan
dalam beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
a. hamzah berbaris sukun (sakinah) seperti أؤتمن
b. hamzah berharakat (mutaharrikah). Hamzah mutaharrikah
dibagi lagi menjadi mutaharrikah di awal, tengah dan akhir
kalimat.
Tabel 2.3 : kaidah hamz (hamzah)
Cara
penulisan
Penulisan
kaidah rasm
Utsmani
Penulisan
rasm sistem
Imlai
keterangan
Hamzah ها ش ط ش طئ ه Penulisan
hamzah nibrah
Penulisan الرءي الرؤي
hamzah di atas
waw
45
4. Badl (penggantian)
Pergantian huruf dalam disiplin rasm Usmani meliputi beberapa
ketentuan yaitu :
a. Huruf alif yang biasanya di tulis )ا( maka ditulis dengan waw
.)و(
b. Huruf alif ditulis dengan ya )ى(
c. Huruf alif diganti dengan nun taukid (penguat) khafifah
(lembut)
d. Ha taknis diganti dengan huruf Ta maftuhah.
Tabel 2.4 : kaidah badl (penggantian)
Huruf
yang
diganti
Penulisan
kaidah rasm
Utsmani
Penulisan
rasm sistem
Imlai
keterangan
Alif الصة ةو الصل Diganti dengan
waw
Alif الياة وةالي Diganti dengan
ya
Alif إذا إذن Diganti dengan
nun taukid
Ha
Taknis
Diganti dengan رحمة رحمت
Ta maftuhah
46
5. Was}l dan Fas}l (penyambungan dan pemisahan)
Dalam rasm Utsmani, kaidah menyambung dan memutus pada
umumnya menyangkut bentuk-bentuk kalimat kata sambung,
sebagai berikut :
a. Jika أن bertemu dengan لا menjadi ألا terdapat pengecualian
seperti pada firman Allah أن لاتقولوا,أن لاتعبدوا إالاالله
b. Jika أن bersambung denan ما menjadi مما tetapi terdapat
pengecualian seperti dalam surat An-Nisa : 25 dan Ar-Rum
: 28 yang berbunyi من ما ملكت أيمانكم dll.
c. Jika من bersambung dengan من menjadi ممن .
d. Jika عن bersambung dengan ما menjadi عما . Akan tetapi
penulisan ini tidak terjadi di dalam surat Al-A’raf : 166.
e. Jika إن bersambung dengan ما menjadi إما kecuali pada surat
Al-An’am : 134.
f. Jika أن bersambung dengan ما menjadi أما .
g. Jika lafad كل bersambung dengan ما menjadi كلما .
6. Kaidah Penulisan kalimat yang Qira’at bacaannya lebih dari
satu
Dalam kaidah ini, disepakati oleh para pakar studi ilmu-ilmu Al-
Qur'an, bahwa bila terdapat kalimat yang memiliki varian qira’at
berbeda, maka boleh dituliskan dengan salah satunya, selama qira’at
yang dimaksud bukan qira’at syadz.
47
Tabel 2.5 : Kaidah Penulisan kalimat yang Qira’at bacaannya
lebih dari satu
No Qira’at Qalun
dari Nafi
Qira’at H}afs
dari ‘Ashim
keterangan
Beda cara bacanya ي د ع ون ي اد ع ون 1
Beda cara bacanya و و صاى و ا وص ى 2
Penulisan rasm Utsmani berbeda dengan bentuk penulisan
Imlai akan tetapi perbedaan tersebut tidak sampai mengubah
pengucapan lafad- lafad atau teks- teks yang terdapat di dalam Al-
Qur’an. Penulisan huruf Arab dengan sistem Imlai lebih dahulu
muncul dibanding penulisan dengan rasm Utsmani bahkan
penulisan dengan sistem Imlai tersebut merupakan penyempurna
dari cara penulisan terhadap bentuk- bentuk tulisan Arab
sebelumnya.54
D. Hukum Penulisan Al-Qur'an dengan Rasm Usmani
Al-Qaththan dalam bukunya berpendapat bahwa tidak ada suatu
riwayat dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang dijadikan alasan bahwa rasm Utsmani
bersifat tauqifi. Rasm Utsmani mempakan kreatif panitia yang telah di
bentuk Utsman sendiri atas persetujuannya. Begitu juga dalam penulisan
54 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an..., 272.
48
Al-Qur'an, tidak terdapat nash yang jelas untuk mewajibkan penulisan Al-
Qur'an dengan rasm Utsmani. Oleh karena itu dibolehkan menulisnya
dengan tulisan yang dikenal di kalangan umat Islam untuk memudahkan
dalam membaca dan menjauhkan kesalahan. Namun demikian, memelihara
kemumian rasm Utsmani harus dipelihara dari perubahan dan penggantian
hurufnya sebagai warisan dan rujukan yang sangat berharga.55 Adapun
ulama-ulama yang mengharuskan penulisan dengan rasm Utsmani, di
antaranya adalah Imam Malik dan Imam Hanbali.
Menurut Salim Muhaisin,56 ulama yang banyak dimasukkan dalam
kelompok “taufiqi” adalah Malik bin Anas (w. 179 H/ 795 M), Yahya al
Naisaburi (w. 226 H/ 840 M), Ahmad bin Hanbal (w. 241 H/ 854 M), Abu
Amr al-Dani (w. 444 H/ 1051 M), Ahmad bin Husain al-Baihaqi (w. 450 H/
1065 M), Ali bin Muhammad al-Sakhawi (w. 643 H/ 1244 M), dan Ibrahim
bin, Umar al-Jabiri (w. 732 H/ 1331 M).
E. Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia
Berdasarkan dokumen hasil Muker Ulama Al-Qur`an, ada tiga definisi
tentang mushaf Al-Qur`an Standar57, yaitu :
1. definisi yang ditulis dalam frame (bingkai iluminasi teks Al-Qur`an)
cetak perdana Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia pada 1983.
55 Muhammad Gufron dan Rahmawati, ‘Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah..., 37. 56 Madzkur, “Legalisasi Rasm”; Muhammad Salim Muhaisin, al-Fath al-Rabbanii fii Ala
qaat al-Qira’at bi al-Rasm al-Utsmani (Mamlakah al-„Arabiyyah al-Su’udiyah: Jami’ah al-Imam
Muhammad bin Su‟ud al-Islamiyah, 1418 H/ 1998 M) 222. 57 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013), 9.
49
Dalam frame ini tertulis “Mushaf Standar hasil penelitian Badan
Litbang Agama dan Musyawarah Ahli Al-Qur`an dikeluarkan oleh
Departemen Agama Republik Indonesia tahun 1403 H/1983 M.”58
2. Mushaf Standar didefinisikan sebagai “Mushaf Al-Qur`an yang
dibakukan cara penulisannya dengan tanda bacanya (harakat),
termasuk tanda waqafnya, sesuai dengan hasil yang dicapai dalam
Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Ahli Al-Qur`an yang
berlangsung 9 tahun, dari tahun 1974 s.d. 1983, dan dijadikan
pedoman bagi Al-Qur`an yang diterbitkan di Indonesia.”59
3. Berdasarkan petikan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 25
Tahun 1984 terkait penetapan Mushaf Al-Qur`an Standar. Di sana
disebutkan bahwa “Mushaf Standar adalah Al-Qur`an Standar
Usmani, Bahriyah, dan Braille hasil penelitian dan pembahasan
Musyawarah Ulama Al-Qur`an I s.d. IX.”60
Berdasarkan dokumen hasil Musyawarah Kerja Ulama Al-Quran,
Mushaf Standar adalah mushaf Al-Quran yang dibakukan cara penulisan,
harakat, tanda baca dan tanda waqaf-nya sesuai dengan hasil yang dicapai
dalam Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Ahli Al-Quran yang berlangsung
sembilan tahun, dari tahun 1974 sampai dengan 1983 dan menjadi pedoman
58 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia..., 9. 59 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia ..., 10. 60 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013), 10.
50
bagi Al-Qur’an yang diterbitkan di Indonesia.61 Adapun proses pembahasan
Musyawarah Kerja (Muker) menuju Mushaf Standar indoensia,
perinciannya sebagai berikut :62
1. Muker ke-1 dilaksanakan pada 5-9 Februari 1974 M di Ciawi,
Bogor. Musyawarah ini dihadiri oleh delapan orang utusan ulama
dari berbagai provinsi, 15 anggota Lajnah dan peserta Muker
lainnya, hingga berjumlah 45 orang. Adapun hasil dari Muker ke-1,
yaitu 1) Mushaf Bahriyah cetakan Istanbul, Turki dengan
menggunakan qira’at Imam H}afs dijadikan pegangan (referensi)
guna penyalinan Mushaf Al-Quran di Indonesia; 2) Dilarang
menyalin Mushaf Al-Quran menggunakan rasm selain rasm
Utsmani kecuali darurat; dan 3) naskah pedoman penulisan dan
pentashihan Al-Qur’an yang disusun oleh Lembaga Lektur
Keagamaan Departemen Agama menurut rasm Utsmani dijadikan
sebagai pedoman penulisan dan pentashihan Al-Quran di Indonesia.
2. Muker ke-2 dilaksanakan pada 21-24 Februari 1976 di Cipayung,
Bogor. Pembahasan dalam Muker ke-2 meliputi tanda-tanda baca
pada mushaf Al-Quran bagi orang awas, tanda baca pada Mushaf
Braille, pentashihan terhadap audio rekaman Al-Quran di kaset atau
pringan hitam, serta ketentuan pentashihan ulang terhadap mushaf
Al-Quran yang dicetak ulang.
61 http://lajnah.kemenag.go.id/artikel/316-tiga-mushaf-al-quran-standar-indonesia//
diakses pada Kamis , 7 mei 2020, pukul 23.55 62http://lajnah.kemenag.go.id/artikel/318-dinamika-musyawarah-kerja-ulama’-al-quran-x-
dalampenetapan-mushaf-standar-indonesia// diakses pada kamis, 13 November 2019, pukul 00.30
51
3. Pokok pembahasan pada Muker ke-3 (1397 H/1977 M di Jakarta)
dan ke-4 (1398 H/1978 M di Ciawi, Bogor) adalah 1) pembahasan
tentang mushaf Bahriyah, seperti penetapan penggunaan mushaf Al-
Quran terbitan Departemen Agama tahun 1960 sebagai referensi
serta penambahan tanda baca yang dipandang perlu, sebagai upaya
memudahkan pembaca; 2) Pembahasan tentang tanda baca mushaf
Braille diperdalam dan sebagai bahan acuan penulisan digunakan
mushaf Braille tiga negara, Mesir, Yordania, dan Pakistan; 3)
Pembahasan tentang rekaman bacaan Al-Quran yang mengacu pada
bacaan Syekh Mahmud Khalil al-Husary; 4) Dibentuknya tim
penyeragaman mushaf Al-Quran Braille yang berjumlah 6 orang dan
masing unsur terdiri dari 3 orang. Melalui tim ini mushaf Braille
berhasil dirumuskan hingga juz 10 di Muker ke-4. Maka, tanggung
jawab penyempurnaan mushaf Al-Quran Braille hingga juz 30
diserahkan pada tim tersebut.
4. Pembahasan Muker ke-5 (1399 H/1979 M di Jakarta) dan ke-6 (1400
H/1980 M di Ciawi, Bogor) fokus pada tanda waqf dalam mushaf
Al-Quran Standar Indonesia. Pada Muker ke-5 muncul usulan
pembentukan tim ahli untuk meneliti terjemahan Al-Quran, sedang
pada Muker ke-6 terdapat penyetujuan terhadap Pedoman Membaca
Al-Quran Braille. Pada Muker ke6 juga dibahas penyeragaman dan
penyederhanaan tanda waqaf yang sebelumnya pada mushaf Depag
berjumlah 12 menjadi 7 tanda waqaf, hal ini diberlakukan untuk
52
Mushaf Standar Umani dan Bahriyah. Adapun Mushaf Standar
Braille ada pengecualian tanda waqaf yaitu )صلى( menggunakan
tanda waqaf )ص( dan tanda waqaf )قلى( menggunakan tanda waqaf
.)ط(
5. Muker ke-7 (1401 H/1981 M di Ciawi, Bogor), Muker ke-8 (1402
H/1982 M di Tugu, Bogor) dan Muker ke-9 (1403 H/1983 M di
Jakarta) memiliki topik pembahasan utama yakni tentang rasm,
syakl dan tanda baca pada ketiga varian Mushaf Al-Quran Standar
Indonesia. Pada Muker ke-9 dibubuhkan tanda tasih untuk Mushaf
Al-Quran Standar Indonesia versi Utsmani dan Bahriyah, serta
penyerahan Mushaf Al-Quran Standar Braille Indonesia juz 30
kepada Menteri Agama.
6. Muker ke-10 telah mencapai kesepakatan atas persetujuan Mushaf
Al-Quran Standar Indonesia. Implementasi dari hasil Muker tersebut
adalah hadirnya Mushaf Standar Indonesia (Utsmani, Bahriyah, dan
Braille) di tengah masyarakat Indonesia.
Adapaun rasm yang dipakai hampir semua teks dalam Mushaf Al-
Qur`an Standar Indonesia telah mengacu pada kaidah rasm Usmani.
Akan tetapi terdapat catatan khusus bahwasannya pilihan rasm dalam
Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia tidak melalui tarjihur-riwayat,
sehingga dalam satu tempat terkadang bersesuaian dengan mazhab Abu
Amr ad-Daniy (w. 444 H) dan di tempat lain dengan mazhab Abu
Dawud Sulaiman bin Najah (w. 496 H), atau bahkan terkadang tidak
53
mengacu pada keduanya.63dengan demikian, penulisan Al-Qur`an
Standar Indonesia tidak berkiblat kepada salah satu Imam Rasm
tersebut.64
Maka ketentuan tersebut di atas menjadi ketentuan umum
Mushaf Al-Quran Standar Indonesia yang tertuang dalam peraturan
menteri Agama Nomor 44 Tahun 2016 tentang penerbitan, pentashihan,
dan peredaran Mushaf Al-Quran.
Sesuai hasil Muker maka Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia
terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1. Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani yang diperuntukkan bagi
khalayak umum.
Dari aspek penulisan, mushaf standar Usmani mengambil bahan
baku (model) dari Al-Qur`an terbitan Departemen Agama tahun
1960 (Mushaf Al-Qur`an Bombay) yang sekaligus menjadi
pedoman tanda baca. Mushaf ini ditelaah akurasi rasm Ustmaninya
berdasarkan rumusan as-Suyuthi (w. 911 H). secara garis besar,
rumusan as-Suyuthi dalam bidang rasm Usmani dapat
dikelompokkan ke dalam enam kaidah : (a) membuang huruf (al-
h}az\f); (b) menambah huruf (az-ziya>dah); (c) penulisan hamzah (al-
hamz); (d) penggantian huruf (al-badal); (e) menyambung dan
63 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia..., 12 64 Mazmur Sya`roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalam Al-Qur`an Standar Indonesia”,
Jurnal Lektur( Vol. 5 no.1), 4.
54
memisah tulisan (al-fas}l wal-was}l); (f) menulis kalimat yang
memiliki versi bacaan (qira`at) lebih dari satu sesuai dengan salah
satu darinya (ma fihi qara`atani wa kutiba `ala ihdahuma).65
Dari aspek harakat, Mushaf Al-Qur’an Standar Indoneisa
mengacu pada hasil Muker II tahun 1976, yakni komparasi bentuk-
bentuk harakat dari berbagai Negara dan memilih bentuk yang sudah
familiar dan diterima luas di Indonesia. Menurut Mazmur Sya`roni,
bentuk-bentuk harakat tersebut berjumlah 7, yakni fath}ah,
dhummah, kasrah, sukun, fath}atain, kasratain, dan dhummatain.
Sukun ditulis dengan setengah lingkaran agar tidak serupa dengan
sifir mustadir. Selain tujuh bentuk di atas, Mushaf Standar Usmani
memiliki dua bentuk harakat lagi yang menunjukkan bacaan
panjang, yakni dhummah terbalik dan fath}ah tegak/berdiri. Dengan
demikian, harakat Mushaf Standar Usmani terdiri dari 9 bentuk.66
2. Mushaf Standar Bahriyah untuk para penghafal Al-Qur’an.
Mushaf Standar Bahriyah adalah mushaf “Al-Qur`an Sudut” – setiap
halaman mushaf ini diakhiri dengan penghabisan ayat – yang biasa
dipakai oleh para penghapal Al-Qur`an. mushaf ini disebut juga “Al-
Qur`an Bahriyah”, Al-Qur`an Pojok”, atau “ Al-Qur`an lil-Huffaz\”.
Penamaan Bahriyah diambil dari nama penerbit pertama kali yang
berlokasi di Istambul Turki, karena yang biasa mencetak Al-Qur`an
65 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia..., 92. 66 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia..., 93.
55
ini adalah CV Menara Kudus dengan menyalin dari mushaf Turki
maka disebut juga dengan Mushaf Kudus “Al-Qur`an Kudus”.
Adapun ciri-ciri Mushaf Standar Bahriyah adalah sebagai berikut :
a. Setiap halaman Al-Qur`an (kecuali surat al-Fa>tih}ah dan awal
surat al-Baqarah) terdiri dari 15 baris.
b. Ayatnya selalu diakhiri pada setiap sudut pojok halaman
sebelah kiri.
c. Setiap akhir ayat tidak diberi nomor namun diberi tanda
khusus (namun dewasa ini diberi nomor)
d. Setiap mad tabi`i tidak diberi tanda sakin.
e. idzgham tidak diberi tanda tasydid, juga iqlab tidak diberi
mim kecil.
f. Rasmnya ditulis menurut rasm Usmani dan Imla`I
(campuran).
g. Terdapat potongan Ayat di pojok kiri paling bawah untuk
menunjukkan ayat selanjutnya
h. Ha` dhammir belum menggunakan kasrah tegak dan
dhummah terbalik.67
Mushaf Bahriyah dianggap sebagai perpaduan antara rasm
Usmani dan rasm Imla`i di satu sisi ada lafal-lafal tertentu yang
ditulis dengan rasm Usmani dan tidak berbeda dengan mushaf
67 Abdul Aziz Sidqi, “ Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia”, Katalog dalam Pameran
pada Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats (Mufakat) terbitan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an
Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 7.
56
standar Usmani. Di sisi lain, ada juga lafal yang berbeda dengan
rasm Utsmani karena ditulis dengan rasm Imla`i. dalam aspek
harakat, mushaf bahriyah menggunakan harakat yang sama dengan
mushaf usmani. Sedang dalam aspek tanda baca, sebagian besar
mushaf standar bahriyah menganut tanda baca yang sesuai dengan
mushaf standar usmani, walaupun ada perbedaan pada tanda baca
idgam dan iqlab. Sementara itu,dari segi tanda waqaf tidak ada
perbedaan antara mushaf standar bahriyah dengan mushaf standar
usmani. Keduanya sama-sama menggunakan 7 tanda yang
merupakan penyederhanaan dari 12 tanda waqaf.68
3. Mushaf Standar Braille untuk para tunanetra.
Al-Qur`an Standar Braille adalah Al-Qur`an yang ditulis
berdasarkan symbol Braille, sejenis tulisan yang digunakan oleh
para tunanetra atau orang-orang yang mengalami gangguan
penglihatan. Symbol Braille terbentuk dari berbagai formasi 6 titik
timbul yang tersusun dalam dua kolom seperti susunan titik pada
kartu domino69.
Ketiga jenis Mushaf Standar tersebut ditulis berdasarkan qira’at
riwayat Hafs bin Sulaiman bin al-Mughirah al-Asadi al-Kufi dari Imam
‘Ashim bin Abi an-Najud al-Kufi at-Tabi’i dari Abu Abdirrahman
68 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia..., 98-100. 69 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia...,l 104.
57
Abdillah bin Habib as-Sulami dari Usman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Tasbit dan Ubay bin Ka’ab, semuanya bersumber dari
Rasulullah صلى الله عليه وسلم . Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia digunakan sebagai
dasar dalam pentashihan Al-Qur’an yang beredar di Indonesia,
didasarkan pada Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 25 Tahun
1984 tentang penetapan Mushaf Al-Qur’an Standar yang dikuatkan
dengan Instruksi Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1984 tentang
penggunaan Mushaf Al-Qur’an Standar sebagai pedoman dalam
mentashih Al-Qur’an di Indonesia.70
70 https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/316-tiga-mushaf-al-qur-an-standar-indonesia
diakses pada Kamis , 7 mei 2020, pukul 00.49
58
BAB III
KAJIAN TEKSTOLOGI MANUSKRIP MUSHAF AL-QUR’AN KUNO
KAMPUNG BUGIS SUWUNG, DENPASAR, BALI
A. Sejarah Singkat Penulisan mushaf Al-Qur’an di Bali.
Bagian ini memberikan gambaran sejarah ringkas perkembangan
proses penulisan dan penyebaran mushaf Al-Qur’an di Nusantara khusunya
di Bali. Perkembangan penulisan mushaf sejak masa awal akan
memperjelas tentang keberadaan mushaf di Nusantara. Kepulaun Bali
termasuk daerah yang juga terdapat manuskrip mushaf Al- Qur’an. Pada
masa awal sekitar akhir abad ke-13 mushaf Al-Qur’an masih disalin satu
per satu secara manual oleh para penyalin mushaf. Mereka menulis dengan
cara mereka sendiri-sendiri atau tulisan tangan. Akan tetapi para penyalin
mushaf tersebut kebanyakan tidak mencantumkan namanya di dalam
mushaf hasil karya mereka. Dari kolofon yang ada, tidak terlalu banyak
nama penyalin yang dapat dicatatkan sampai berakhirnya tradisi manuskrip
pada akhir abad ke-19.71
Bali merupakan gugusan kepulauan di Indonesia yang terletak di
antara Jawa dan Lombok dikenal sebagai museum hidup budaya Hindu
Jawa di tengah negeri yang mayoritas penduduknya beragama islam tidak
luput dari penyebaran manuskrip mushaf Al-Qur’an. Kehidupan
masyarakatnya juga sebagian besar masih mengikuti tradisi Hindu.
71 Makmur Haji Harun, et.al.,Sejarah Penulisan Mushaf Nusantara..., 11.
59
Meskipun demikian, masyarakat Bali selalu bersifat terbuka dan mudah
untuk berinteraksi dengan budaya lain. Pada abad ke-17, Bali merupakan
salah satu tempat persinggahan kapal-kapal yang berlayar dari sebelah barat
Indonesia menuju Maluku dan Nusa Tenggara. Singgahnya kapal-kapal
tersebut disebabkan pelabuhan Bali yang strategis sehingga baik untuk
mengisi air minum dan mengangkut bahan makanan serta kain-kain yang
berlimpah ruah dan murah. Posisinya sebagai pelabuhan ini, menjadikan
Bali sebagai daerah yang banyak disinggahi oleh banyak pelaut, termasuk
saudagar-saudagar muslim yang pada kemudian hari menyebarkan Islam di
daerah tersebut. Suku Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan adalah salah
satu kamunitas muslim yang banyak mewarnai budaya Islam di Bali.
Berkaitan dengan hal itu, keberadaan komunitas suku Bugis dan Makassar
menjadi bukti sejarah dengan adanya kampung-kampung muslim di Bali
diantaranya adalah adalah Kampung Suwung, Serangan, Gelgel, Kusamba,
Kajanan Buleleng, dan Loloan Jembrana/Negara. Daerah-daerah inilah
yang banyak menyimpan peninggalan-peninggalan sejarah Islam termasuk
mushaf Al-Qur’an kuno.72
Penyalinan Al-Qur’an di Nusantara dimulai sejak akhir abad ke-13
sebagaimana yang telah disinggung di atas. Penyalinan tersebut
berlangsung di berbagai wilayah yang mayoritas masyarakatnya Islam
seperti Aceh, Padang, Palembang, Banten, Cirebon, Yogyakarta, Solo,
72 Anton Zailani dan Enang Sudrajat, “Mushaf Al-Qur’an kuno di bali”..., 304.
60
Madura, Lombok, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, dan Ternate.73
Metode yang dipakai adalah tulisan tangan. Sejak awal, penyalinan mushaf
Al-Qur’an kuno didorong oleh semangat dakwah Islam yang tinggi dalam
mengajarkan Al-Qur’an. Mushaf Al-Qur’an tertua di Indonesia adalah
mushaf yang selesai ditulis pada hari Kamis, 21 Muharram 1035 H (23
Oktober 1625 M) penulisnya yaitu Abd. as-Sufi ad-Din. Mushaf tersebut
sekarang disimpan oleh Zen Usman Singaraja Bali.74
B. Inventarisasi Naskah
Sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, subjek
penelitian ini adalah manuskrip tunggal yang diwariskan secara turun
temurun yang mana data tersebut diperoleh dari inventarisasi dan
digitalisasi naskah keagamaan di bali balai litbang agama semarang dengan
kode BLAS/SWG/AQ/MNF01/2019.
Di dalam mushaf tersebut tidak ditemukan nama pengarangnya dan
dari informasi yang telah didapatkan bahwasannya mushaf tersebut
berjumlah satu dikenal dengan sebutan Mushaf Tua. Mushaf tersebut
tersimpan di Masjid Al-Muawwanatul Khairiyyah. Di Masjid tersebut juga
tersimpan 2 (dua) buah mushaf kuno. Ketiganya mushaf ini dalam
perawatan keluarga Umar Fatah sebagai pewarisnya. Dua dari ketiga naskah
itu disebut dengan mushaf laki- laki dan mushaf perempuan. Bahkan selain
73 A. Hasj, Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia,(bandung : Ma’arif,1993), 17. 74 Zarkasi, Penelitian Mushaf Kuno 2011...,di akses pada Sabtu, 20 Juli 2019, Pukul 08.10.
61
itu manuskrip- manuskrip mushaf Al- Qur’an serupa banyak di temukan di
daerah Bali.
Di daerah Bali, tepatnya di Denpasar banyak ditemukan mushaf-
mushaf kuno Al-Qur’an. Di antaranya adalah di Kampung Bugis Serangan,
Denpasar ditemukan 3 (tiga) mushaf kuno al-Qur’an milik H. Burhanuddin
dekat Masjid Asy-Syuhada, dua di antaranya beraksara dan berbahasa
Bugis, dan 1 (satu) mushaf kuno Al-Qur’an milik Bapak Marjui. Di
kampung Bugis Kepaon, Denpasar ditemukan 6 (enam) mushaf kuno al-
Qur’an milik H. Musthafa Amin, dan 1 (satu) mushaf kuno Al-Qur’an di
Masjid Al-Muhajirin.75
C. Deskripsi Naskah
Manuskrip mushaf Al-Qur’an Tua kampung bugis suwung
ditemukan dalam keadaan terawat tetapi kondisinya kurang baik.ada bagian
kertasnya berlubang-lubang kecil karena dimakan rayap. Mushaf ini
memuat 30 juz, namun beberapa lembar bagian depan hilang yaitu pada
surat al-Fa>tih}ah, sebagian Surat al-Baqarah, An-Naml, al-Qas}as} dan
sebagian surat al-‘Ankabut. Jenis alas naskah yang dipakai adalah Kertas
Dluwang. Al-Qur’an tersebut mempunyai ukuran Panjang 45 cm, lebar 29
cm. Panjang dan lebar teksnya adalah 22 cm x 18 cm. Jumlah halamannya
adalah 310 halaman dengan Jumlah baris per halaman 5 smpai 15 baris.
Penomoran halaman menggunakan angka Latin sedangkan untuk tulisan
75 Asep Saefullah dan M. Adib Misbachul Islam, Beberapa Aspek Kodikologi Naskah
Keagamaan Islam di Bali..., 59.
62
yang di pakai adalah Aksara Arab. Warna tulisan adalah Hitam dan warna
merah seperti penulisan awal surat dan tanda d}abt\. Di dalam Al-Qur’an juga
terdapat beberapa gambar seperti terdapat dalam surat al-Falaq dan an-Na>s.
Gambar yang terlihat adalah hiasan bunga-bunga pada pinggir dan menjadi
bingkai dalam surat tersebut. Pada setiap awal juz terdapat gambar sulur-
sulur bunga. Kitab ini berisi tentang bacaan Al-Qur’an mulai surat al-
Fa>tih}ah sampai surat an-Na>s. Namun demikian, selain berisi tentang bacaan
Al-Qur’an juga terdapat catatan pinggir pada beberapa bagian surat. Seperti
pada setiap awalan surat terdapat catatan pinggir berupa hadis tentang
keutamaan membaca surat.
Gambar 3.1 :
Bentuk fisik bagian depan Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis
Suwung, Denpasar, Bali.
63
Gambar 3.2 :
Bentuk fisik bagian isi Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung,
Denpasar, Bali.
Gambar 3.3 :
Bentuk fisik bagian isi Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung,
Denpasar, Bali.
64
Gambar 3.4 :
Bentuk fisik bagian belakang Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis
Suwung, Denpasar, Bali.
D. Iluminasi
Dalam mushaf Al-Qur’an biasanya terdapat iluminasi yaitu gambar,
tulisan, simbol yang berfungsi untuk menujukkan suatu hal yang terdapat
dalam mushaf tersebut misalnya tanda berakhirnya suatu ayat, awalan surat,
pembagian juz, dan lain- lain. Untuk mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis
Suwung, Denpasar Bali iluminasinya adalah sebagai berikut :
1. Juz
a. Awalan Juz
Gambar 3.5 : Iluminasi simbol bunga penanda Juz
65
Simbol di atas digunakan untuk menandai awalan juz pada
Mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis Suwung, Denpasar Bali
dengan motif bunga yang mekar dan di tengahnya bertulisakan
ؤالز . Motif bunga yang sedang mekar menurut masyarkat bugis
merupakan simbol kesejahteraan dan kesenangan.76
b. Pembagian Juz
Gambar 3.6 : Tanda h}izb
Simbol bermotif daun dengan tulisan ثمن menunjukkan tanda tiap
seperdelapan juz, tulisan ربع menunjukkan tanda tiap seperempat
juz dan simbol bermotif bunga dengan tulisan نصف menunjukkan
tanda tiap pertengahan juz. Dari ketiga simbol tersebut apabila
digabungkan menjadi kesatuan menjadi bunga yang sempurna
yang memiliki dedaunan sebagaimana simbol untuk menandai
tiap- tiap juz dalam Mushaf Al-Qur’an Tua tersebut.
2. Tanda Ayat
Tanda pergantian ayat pada mushaf Al-Qur’an Tua menggunakan
gambar lingkaran kecil dengan garis tepi merah berwarna coklat
76 Pangeran Paita Yunus, “Makna Simbol Bentuk Seni Hias Pada Rumah Bugis Sulawesi
Selatan”, Jurnal Seni Budaya dan Panggung (Vol.22, N0.3, Juli- September), 227.
66
tanpa penomoran ayat, untuk ayat khusus disertai dengan hiasan
sebagai tandanya.
3. Penamaan Surat
Penamaan surat ditulis menggunakan tinta warna merah
menggunakan khat Naskhi77 ditulis di dalam bingkai kotak persegi
panjang. Penulisan penamaan surat dituliskan dengan format “nama
surat, jumlah ayat dan tempat turunnya surat”. Dalam mushaf
tersebut untuk surat al-fa>tih}ah, sebagian surat al-baqarah, an-Naml,
al-Qas}as} dan sebagian surat al-‘Ankabut hilang sehingga penulis
tidak bisa memastikan bagaimana penulisan nama surat pada kedua
surat tersebut, akan tetapi kemungkinannya adalah sama, karena
dilihat dari surat-surat yang lain penulisannya sama semua.
Gambar 3.7 : Penamaan surat al-Mulk
Tetapi ada Hal yang menarik terdapat dalam penulisan akhir ayat
yaitu apabila ayat terakhir tidak cukup dituliskan pada baris terakhir,
maka akan dituliskan di tengah- tengah nama surat setelahnya
dengan menggunakan tinta warna hitam. Seperti dalam surat al-
77 Mengenai penggunaan khat penulis merujuk pada buku dengan judul “Mengenal Mushaf
Al-Qur’an Standar Indonesia” Proyek Penelitian Keagamaan Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama Departemen Agama RI 1984- 1985, halaman 13-14 bahwasannya menurut opini penulis
terdapat kemiripan dengan khat naskhi tersebut sehingga penulis berasumsi bahwa khat yang
digunakan dalam menuliskan nama-nama surat memakai khat naskhi.
67
Maidah terdapat sebagian ayat terakhir dari surat an-Nisa. surat al-
Jumu’ah terdapat sebagian ayat terakhir dari surat as-Saff. surat al-
Muddasir terdapat sebagian ayat terakhir dari surat al-Muzzammil.
surat at-Takwir terdapat sebagian ayat terakhir dari surat ‘Abasa.
surat al-Balad terdapat sebagian ayat terakhir dari surat al-Fajr.
surat al-Fi>l terdapat sebagian ayat terakhir dari surat al-Humazah.
surat al-Quraish terdapat sebagian ayat terakhir dari surat al-Fi>l.
surat an-Nasr terdapat sebagian ayat terakhir dari surat Al-kafirun.
Gambar 3.8 : Penamaan surat al-Quraisy
Untuk membedakan mana akhir ayat dan mana nama surat bisa
diperhatikan dari tinta yang digunakan. Penulisan akhir ayat
menggunakan tinta hitam. Kemudian di beberapa surat nama surat
berbeda dengan nama surat pada umumnya di dalam Al-Qur’an
yaitu Surat al-Mu’minun didalam mushaf Al-Qur’an Tua kampung
Bugis Suwung, Denpasar Bali dinamai dengan al-Mu’minin, surat
gafir dinamai dengan Mu’min.
4. Hiasan Kaligrafi
Untuk menambah keindahan dari Al-Qur’an Tua kampung Bugis
Suwung, Denpasar Bali serta motivasi bagi pembaca, pengarang
menambahkan hiasan- hiasan bunga serta tulisan kaligrafi yang
68
mengelilingi surat al-Falaq dan surat an-Na>s berbentuk kelopak
bunga yang simetris dengan menggunakan tulisan/ khat Tsulut.78
Gambar 3.9 :
Gambar iluminasi Kaligrafi Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung
Bugis Suwung, Denpasar, Bali.
Adapun isi tulisan kaligrafi tersebut adalah sebagai berikut :
ا للاه ما ش ف عه ف ي ن ا ب اه ه ع ند ك
“Alla<<<<<<<<<<<<<<<<<<< <<<<>humma Syaffi‘hu fi<>na> bija>hihi <’indaka”
Artinya
Ya Allah berikanlah syafaatnya kepada kami di sisi-Mu.
ات أ يا ا ك ل م ات ا ح ر وف ه ا ت نز ي ل ه
“ Ayya>tuha> kalima>tuha> h{uru>fuha> tanzi>luha>”
78 Mengenai penggunaan khat penulis membandingkannya dengan khat Tsulus yang mana
ciri- cir khat Tsulus yaitu lebih tinggi dibanding khat yang lainnya. Maka menurut opini penulis ada
kemiripan antara khat Tsulus dan khat yang digunakan dalam kaligrafi tersebut sehingga penulis
berasumsi bahwa khat yang digunakan dalam menuliskan kaligrafi memakai khat Tsulus.
69
Artinya
Ayatnya, katanya, hurufnya, turunnya.
للا م ن الشايط ان الراجيم ف إ ذ ا ق ر أت الق رنن ف ست ع ذ ب
“ Faiz\a> qara<<<’t al-qura>na fasta‘iz\billa>hi min al-syait}a>nirraji>m”
Artinya
Apabila kamu membaca Al-Qur’an hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari Syaitan yang terkutuk.
ل الل لا ا له ا لا الل م ماد ر س و
“La>ila>ha Illalla>hu Muh{ammadurrasu>lulla>hi”
Artinya
Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah.
E. Sisipan Teks
Sisipan teks adalah teks tambahan yang terdapat pada mushaf Al-
Qur’an yang biasanya terletak di tepi sebagai bentuk koreksi, terjemahan,
penafsiran atau tulisan lain yang membicarakan masalah yang sama yang
ada dalam sebuah naskah.79 Dalam ilmu filologi sisipan teks tersebut
dinamakan Scholia. Istilah Scholia ini muncul bermula pada saat telaah teks
Yunani di Romawi Barat tampak mundur, tampak mulai bermunculan
pusat-pusat teks Yunani di Romawi Timur. Pada masa ini, mulai muncul
kebiasaan menulis tafsir (catatan) di bagian tepi sebuah naskah, yang di
79 Tati Rahmayani, “Karakteristik Manuskrip Mushaf H. Abdul Ghaffar Di Madura”,
Jurnal Nun (Vol.3, No.2, 2017), 72.
70
sebut scholia.80 Dalam Mushaf Al-Qur'an Tua ini, Scholia adalah teks
tambahan yang dicantumkan oleh penulis mushaf sebagai keterangan
tambahan terhadap ayat-Ayat Al-Qur’an berupa hadis keutamaan membaca
surat- surat tertentu, penomoran halaman dan catatan lain. Teks tersebut ada
yang terletak di setiap permulaan surat maupun di setiap halaman.
Adapaun teks- teks yang terletak di setiap permulaan surat adalah
teks yang berhubungan dengan hadis- hadis Nabi dari penelitian yang
diporoleh bahwasannya Penulis mengambil hadis- hadis tersebut dari kitab
tafsir Qad}i karya Baidhawi.
1. Sisipan teks hadis
a. Salinan teks tambahan (scholia) yaitu hadis pada mushaf
Bugis Suwung halaman 292 yaitu pada surat al-Mulk
memakai aksara Arab.
قال النبي صلي عليه وسلم من قراء سورة الملك فكانما احيا ليلة القدر
في تفسر قاضي
Qa>la al-nabi< s{allallahu ‘alaihi wa sallam man Qara’a su>rata
al-Mulk faka'annama> ahya<lailatu al-qadri. fi> tafsi>r qa>dhi
Artinya
Dari Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم : Barang siapa membaca surat al-
Mulk seperti menghidupkan malam kemuliaan (laitalut
qadr).
80 Alfian Rokhmansyah, Teori Filologi (Edisi Revisi)(Samarinda : Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Mulawarman,2018), 16.
71
Hadis tersebut menerangkan keutamaan membaca surat al-
Mulk yang dinukil dari kitab tafsir Qadi Baidawi.
b. Salinan teks tambahan (scholia) yaitu hadis pada mushaf
Bugis Suwung halaman 148 Memakai aksara Jawi (Bahasa
Melayu).
قال النبي صلي عليه و سلم من قراء سورة الكهف اداله بكيث جهيا
كفث داتغ كفد كاكيث برغسياف مماج سكليث اداله بكيث درفد
سمفي كغة حديث برغسياف مماج سورة الكهف فد درفد بوم هك
هاري جمعة نسجيا دترغكن بكين درفد نور براغ انتار دو جمعة اية حديث
بكيث درفد نور برغيغ نسجيا دترغ كن الكهف اج سورةبرغسياف مم
رغسياف مماج بانتاراث دان انتار بيت الرام حديث نبي عليه السم
لله اكندي سورة الكهف فد مال جمعة اتو فد سيغ هاريث نسجاي بري
نوراكن اورغيغ مماج اكندي هك كنكري مكة يغ مليا دان امفون بكيث
ث درفد ساتو جمعة كفد جمعة يغ لاين ث دان د ليه درفدا سكل دوسا
ث تيك هاريدان موجف صلوة هك وقت ص دان دسمهكن اكندي
اورغيغ مماجث اية درفد سكل فياكيت دان درفد فياكيت بيله يئت فياكة
لوك ددال فرة اتو فياكيت يغ ددال لمغ دان درفد فياكيت سوفوء دان درفد
دان دلفسكن درفد فتنة دجال حديث مرفوع في تفسر فياكيت بودق
قاضي.
72
“Qa>lan nabiyyu sh}allalla>hu ‘alaihi wasallam man qaraa’
su>rata al kahfi adalah baginya cahaya dari pada kepalanya
datang kepada kakinya. Barang siapa membaca sekalinya
adalah baginya dari pada bumi hingga sampai kelangit,
hadis. Barang siapa membaca surat al kahfi pada hari jum’at
niscaya diterangkan baginya dari pada nur barang antara dua
jum’at ayat, hadis. Barang siapa membaca surat al kahfi
niscaya diterangkan baginya dari pada nur barang yang
antaranya antara baitullah al haram, hadis nabi ‘alaihis
salam. Barang siapa membaca surat al kahfi pada malam
jum’at atau pada siang harinya niscaya beri Allah akan di
nur akan orang yang membaca akan di hingga ke negeri
Makkah yang mulia dan ampuni baginya segala dosanya dari
pada satu jum’at kepada jum’at yang lainnya dan dilebih dari
padanya tiga hari dan mengucap sholawat hingga waqtu
subuh dan disembuhkan akan di orang yang membacanya
ayat dari pada segala penyakit dan dari pada penyakit bilih
yaitu penyakit luka di dalam perut atau penyakit yang di
dalam lambung dan dari pada penyakit supuk dan dari pada
penyakit budek dan dilepaskan dari pada fitnah dajjal, hadis
marfu’ fi>tafsi>r qa>dhi>.”
Artinya
73
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda : barang siapa membaca surat
al-Kahfi adalah baginya cahaya dari kepala sampai ke
kakinya. Siapapun yang membaca setiapkali baginya bumi
dan langit serta seisinya. Hadis, barang siapa membaca surat
Al-kahfi pada hari jum’at niscaya mendapat cahaya terang
diantara dua jumat, Ayat, hadis. Barang siapa membaca surat
al-Kahfi pada hari jum’at niscaya mendapat cahaya terang
antara baitullah al haram, hadis dari Nabi a’laihi salam.
Barang siapa membaca surat al kahfi pada malam jum’at atau
pada siang harinya niscaya Allah akan memberi cahaya
kepada orang yang membacanya sampai ke negeri Makkah
yang mulia dan mengampuni seluruh dosanya dari satu
jum’at ke jum’at yang lainnya dan melebihkannya tiga hari
ketika mengucap sholawat hingga waktu subuh dan Allah
memberikan kesebuhan bagi yang membaca ayat tersebut
dari penyakit bilih yaitu penyakit luka di dalam perut atau
penyakit yang di dalam lambung dan dari pada penyakit
supuk dan dari pada penyakit tuli serta dihindarkan dari
fitnah dajjal, hadis marfu’ fi>tafsi>r qa>dhi>.”
Hadis-hadis tersebut di atas bersumber dari satu
kitab tafsir yaitu Anwar al-tanzil wa asrar al ta’wil karya
al-Imam al-Qadhi al-Mufassir Nashiruddin Abu Sa’id Abu
al-Khair Abdullah bin Abi al-Qasim Umar bin Muhammad
74
bin Abi al-Hasan Ali al-Badhawi . Teks hadis berupa
keterangan tentang keutamaan membaca surat terdapat di
hampir semua surat dalam Mushaf Al-Qur’an Tua dan
terletak di samping awalan dari surat tersebut. Penulisan
aksara arab dan jawi menggunakan khat Naskhi.
2. Penomoran Halaman
Penomoran halaman berfungsi untuk mempermudah
pencarian atau menentukan sampai mana ayat yang telah dibaca
sehingga memudahkan dalam pencarian ayat maupun surat. Dalam
Mushaf Al-Qur’an Tua bahwasannya penomoran halaman tidak
menggunakan angka arab melainkan angka latin. Nomor halaman
tersebut di tulis menggunakan tinta bewarna hitam, merah dan
tertletak di tengah- tengah, adapun teknik penulisannya yaitu 2 muka
halaman sebelah kanan dan kiri ditulis dengan angka yang sama.
3. Kata kunci
Kata kunci yang dimaksud adalah potongan awal dari ayat
Al-Qur’an pada halaman kiri yang terletak di halaman kanan paling
bawah. Seperti contoh yang terdapat dalam mushaf Al-Qur’an Tua
yaitu pada surat al-Mulk halaman 292 bahwasannya terdapat kata
رو terletak di halaman kanan pojok kiri paling bawah yang و أ س
memberikan isyarat bahwasannya untuk ayat di halaman kiri adalah
ayat yang berbunyi روا ق ول ك م أ و جه ر وا ب ه ....و أ س .
75
F. Rasm
Supaya dapat mengetahui jenis rasm yang digunakan dalam penulisan
Mushaf Al-Qur’an Tua kampung bugis suwung Denpasar, penulis
mencocokkannya dengan kaidah–kaidah dalam Rasm Utsmani yaitu dengan
melakukan perbandingan dengan 6 kaidah dasar Rasm Utsmani, yaitu
kaidah h}ażf, ziyādah, hamz, badl, fas}l dan waṣl.
Berikut adalah beberapa kata dalam manuskrip mushaf Al-Qur’an
Kuno kampung bugis suwung, yang menggunakan kaidah penulisan rasm
utsmani :
1. lafal ن الراحم pada surat al-Mulk ayat 3 termasuk dalam kaidah hadżf
sebab terdapat pembuangan huruf alif pada lafal ن االراحم secara
penulisan Imla’i.
Gambar 3.10 : Penulisan kaidah h}ażf
2. Lafal ف ر وا pada surat al-Mulk ayat 27 termasuk dalam kaidah ك
ziyādah yaitu terdapat tambahan huruf alif setelah huruf waw pada
setiap kata yang berbentuk jamak pada lafal ف ر و ك secara penulisan
Imla’i.
Gambar 3.11 : Penulisan kaidah ziyādah
76
3. Lafal س أ له م pada surat al-Mulk ayat 8 termasuk dalam kaidah hamz
sebab terdapat huruf hamzah terletak di tengah , sesuai huruf
barisnya. Dalam lafal tersebut berbaris fath}ah maka hamzah ditulis
diatas alif pada lafal .secara penulisan Imla’i س ئ ل ه م
Gambar 3.12 : Penulisan kaidah hamz
4. Lafal وة ال ي pada surat al-Mulk ayat 2 termasuk dalam kaidah badl
sebab alif setelah huruf ya’ diganti dengan waw pada lafal ة اال ي
secara penulisan Imla’i.
Gambar 3.13 : Penulisan kaidah badl
5. Kaidah fas}l dan waṣl pada lafal ك لام ا pada surat al-Mulk ayat 8
secara penulisan Imla’i adalah م ا ك لا .
Gambar 3.14 : Pemulisan kaidah fas}l dan waṣl
Dalam Penulisan rasm Mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis
Suwung Denpasar, Bali tidak hanya menggunakan rasm Ustmani
seperti yang sudah disebutkan di atas, Akan tetapi ada juga yang
menggunakan rasm Imla’i. Berikut adalah beberapa contoh penulisan
77
rasm dengan cara Imal’i pada Mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis
Suwung, Denpasar, Bali :
1. Penulisan lafal ت ار ك pada surat al-Mulk ayat 1, secara kaidah rasm
Utsmani ditulis ك ت ب .
Gambar 3.15 : Penulisan sistem Imla’i
2. Penulisan lafal ل ل ض ل seharusnya ض menurut kaidah rasm
Utsmani yaitu pembuangan huruf alif apabila terletak di antara dua
la>m yaitu pada surat al-Mulk ayat 29.
Gambar 3.16 : Penulisan sistem Imla’i
3. Penulisan lafal ات و سم secara kaidah penulisan rasm Ustmani adalah
ت و سم yakni membuang alif setelah waw. Alasan pembuangan huruf
alif dalam lafal و ات سم adalah karena setiap jamak muannas salim alif
setelah waw dibuang seperti lafal dalam surat al-Mulk ayat 3.
Gambar 3.17 : Penulisan sistem Imla’i
78
Adapun lafal lain dalam surat al-Mulk yang ditulis dengan sistem
Imla’i adalah lafal- lafal sebagai berikut :
, ص ال, أ صح ط ين , ض اب ي , ل لشاي او ت, ب ص ات ف ر اب , الا ب افاات, ص ,اص ط ر
, الك اص . اد قين ف ر ين
Setelah dilakukan penelitian, penulisan dalam manuskrip mushaf
Al-Qur’an Tua kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali tidak konsisten.
Penggunaan rasm yang tidak konsisten juga dipakai dalam mushaf Timur
Tengah dan Persia. Rasm yang digunakan dalam mushaf Timur Tengah
menggunakan kaidah Imla’i, dan kadang– kadang menggunakan rasm
Ustmani dalam kata– kata tertentu seperti kata salat dan zakat. Hal tersebut
juga digunakan dalam Mushaf Banten,81 Mushaf Lombok82 dan Mushaf Al-
Qur’an H Abdul Ghaffar.83
G. Qira’at
Dalam usaha mengetahui qira’at yang digunakan dalam manuskrip Al-
Qur’an yang penulis teliti. Penulis meneliti ayat – ayat pada Al-Qur’an yang
digunakan dalam manuskrip mushaf Al-Qur’an Kuno kampung Bugis
Suwung, Denpasar, Bali yaitu pada surat al-Mulk dengan membandingkan
81 Ali Akbar, “Mushaf – Mushaf Banten: Mencari Akar – Akar Pengaruh”, dalam Fadhal
AR. Bafa-dhal dan Rosehan Anwar(edt), Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia,(Jakarta: Puslitbang
Lek-tur Keagamaan, 2005), 103. 82 Syatibi, “menelusuri Alquran di Lombok”, dalam dalam Fadhal AR. Bafa-dhal dan
Rosehan Anwar(edt), Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia,(Jakarta: Puslitbang Lek-tur Keagamaan,
2005). 83 Tati Rahmayani, “Karakteristik Manuskrip Mushaf H. Abdul Ghaffar Di Madura”,
Jurnal Nun,( Vol. 3, No. 2, 2017)
79
beberapa contoh kata–kata yang berbeda dengan mushaf Al-Qur’an
Utsmani Standar Indonesia. Berdasarkan dari hasil Muker ke-1 yang
dilaksanakan pada 5-9 Februari 1974 M di Ciawi, Bogor bahwasannya
mushaf Al-Qur’an Utsmani Standar Indonesia adalah menjadikan qira’at
Imam H}afs dari ‘Ashim sebagai pegangan (referensi) atau pedoman
penyalinan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia.84 Hasil dari penelitian
bahwasannya perbedaan hanya terjadi dalam kaidah penulisan yang dipakai
tetapi tidak menimbulkan perbedaan qira’at-nya. Sebab biasanya dalam
satu mushaf hanya akan menggunakan satu qira’at, kecuali seseorang yang
menulis mushaf tersebut menguasai tujuh atau sembilan qira’at. Menurut
penulis qira’at yang digunakan dalam manuskrip mushaf Al-Qur’an Tua
kampung Bugis Suwung Denpasar Bali adalah qira’at imam H}afs dari
‘Ashim.
H. Waqaf
Waqaf artinya berhenti disuatu kata ketika membaca Al-Qur’an baik di
akhir ayat maupun di tengah- tengah ayat.85 Penggunaan tanda waqaf pada
manuskrip mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali
menggunakan tanda waqaf diatas, yakni ,ت ک ج dan لازم , . Dari ketiga
waqaf yang digunakan keterangannya adalah sebagai berikut :
84 http://lajnah.kemenag.go.id/artikel/318-dinamika-musyawarah-kerja-ulama’-al-quran-
x-dalampenetapan-mushaf-standar-indonesia// diakses pada kamis, 13 November 2019, pukul
00.30. 85 Abdul Aziz Abdur Ra’uf al-Hafiz, pedoman Dauroh Al-Qur’an(Jakarta : Dzilal Press,
94.
80
1. Tanda huruf ت untuk menunjukkan waqaf tam. Tam adalah waqaf
pada lafal yang tidak berhubungan sedikitpun dengan lafal
sesudahnya. Waqaf tam banyak terdapat pada penghujung ayat.86
2. Tanda Huruf ک untuk menunjukkan waqaf kafin yaitu waqaf yang
digunakan pada suatu lafal yang dari segi lafal telah terputus dari
lafal sesudahnya, tetapi maknanya masih tetap tersambung.87
3. Tanda huruf ج untuk menunjukkan waqaf jaiz artinya boleh
berhenti/ waqaf dan boleh terus/ washal.88
4. Kata لازم untuk menunjukkan waqaf lazim artinya harus berhenti/
waqaf .89
I. D{abt}
D}abt} adalah ketika Al-Qur’an tersebut bisa dibaca dengan baik dan benar
dari segi penulisan dan cara bacanya. Kajian tentang harakat dan tanda baca,
dalam diskursus ‘Ulumul-Qur’an (studi ilmu-ilmu Al-Qur’an) lazimnya
masuk dalam pembahasan tentang ilmu D{abt}. Terdapat kaidah umum dalam
penempatan harakat dan tanda baca dalam Mushaf Al-Qur’an Tua kampung
Bugis Suwung, Denpasar, Bali khususnya pada surat al-Mulk adalah sebagai
berikut :
86 Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir dan Qur’an(Yogyakarta : Aura Pusaka,2014), 136. 87 Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir dan Qur’an...,hal 136. Abdul Majid khon, Praktikum
Qiraat(Jakarta : Sinar Grafika Offset,2008), 74. 88 Abdul Majid khon, Praktikum Qiraat(Jakarta : Sinar Grafika Offset,2008), 76. 89 Abdul chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid(Jakarta : Rineka Cipta,2013), 96.
81
1. Suntingan Teks
Dalam penyalinan suatu kitab kuno atau Al-Qur’an sangat mungkin
terjadi corropt atau kesalahan. Kesalahan- kesalahan ini dapat
berupa pengulangan penulisan pada kata yang sama (ditografi),
kurang huruf dalam komposisi kata (haplografi), penyalinan maju
dari perkataan ke perkataan yang sama (saut dua meme au meme).90
Berikut adalah beberapa corrupt atau kesalahan yang di temukan
pada Mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis Suwung, Denpasar,
Bali :
a. Surat al-Mulk ayat 13
Terdapat kesalahan dalam haplografi yaitu kurangnya kata
Namun kesalahan , ...أ و جه ر وا ب ه إناه ع ل يم ... pada komposisi lafal إناه
tersebut sudah diperbaiki dengan menyisipakan kata إناه diatas
lafal tersebut.
Gambar 3.18 : Kesalahan Tulis
b. Surat al-Mulk ayat 20
Terdapat kesalahan dalam haplografi yaitu kurangnya
harokat tasydid di atas huruf mim pada lafal ا الاذى . أ مان ه ذ
90 Siti Baroroh Baried, et.al., Pengantar Teori Filologi..., 6.
82
2. Harakat
Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung Denpasar
menggunakan tanda harakat fath}ah, kasrah, dhummah,
tanwin,sukun, mad, tasydid seperti konsep yang dikenalkan oleh al-
Khalil bin Ahmad al-Farahidi(718-788).91 Dhummah dilambangkan
dengan waw kecil di atas huruf (ـ), fath}ah berbentuk baris miring
lurus melintang di atas huruf (ـ ), dan kasrah berbentuk garis miring
lurus di bawah huruf(ـ). Sedangkan untuk fath}ah tanwin berbentuk
dua baris miring lurus melintang di atas huruf(ـ), dhummah tanwin
dilambangkan dengan dua waw( ) kecil di atas huruf dan kasrah
tanwin berbentuk dua garis miring lurus di bawah huruf( ) untuk
tanda sukun berbentuk lingkaran kecil diatas huruf (ـ)sedangkan
tasydid berbentuk kepala huruf sin kecil diatas huruf(ـ).
3. Tanda baca/ Tajwid
Tanda tajwid merupakan cara penulisan yang berguna untuk
memudahkan dalam membaca Al-Qur’an secara tartil
dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu yaitu ilmu
tajwid. Ilmu Tajwid adalah pengetahuan mengenai kaidah-
kaidah dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
91 Zaenal Arifin Madzkur,” Harakat dan Tanda Baca Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia
dalam Perspektif Ilmu D{abt” Jurnal suhuf (Vol. 7, No. 1, Juni 2014),hal 5-8. Abdul chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid..., 5.
83
yaitu ketepatan melafalkan huruf- huruf yang di rangkaikan
dengan huruf lain. tujuannya adalah untuk memperbaiki cara
membaca Al-Qur’an.92 Adapun Penggunaan tanda tajwid
dalam manuskrip mushaf Al-Qur’an Tua kampung Bugis
Suwung, Denpasar, Bali yang menonjol adalah tanda sebagai
berikut :
a. Tanda Mad
Mad berfungsi untuk memudahkan dalam membaca Al-
Qur’an yang berkaitan dengan panjang pendeknya bunyi
dalam pembacaannya karena dalam bacaan Al-Qur’an ada
bunyi (huruf) yang harus dilafalkan panjang, ada pula yang
harus dilafalkan pendek. Akan tetapi jika hal tersebut terbalik
maka makna kata kalimat tersebut memunculkan makna
yang berbeda dari yang seharusnya dan hal tersebut
merupakan kesalahan yang fatal dalam membaca Al-Qur’an.
Istilah Mad dalam ilmu tajwid adalah pemanjangan bunyi
atau suara bacaan menurut kadar dan ukuran tertentu. Istilah
untuk ukuran tertentu dalam pemanjangan bacaan ini ada dua
yaitu harakat dan alif.93 Dalam manuskrip mushaf Al-Qur’an
Tua kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali, 2 tanda mad
yang digunakan adalah sebagai berikut :
92 Abdul chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid..., 12. 93 Abdul chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid..., 81.
84
a) Mad Wajib Mutashil
Huruf mad thabi’i diikuti oleh hamzah dalam satu
kata dalam Mushaf Al-Qur’an Tua menggunakan
tanda seperti alis dua yang bertumpuk dengan warna
merah diatas dan warna hitam dibawahnya di atas
lafal ن ت م م ن في السام اء ...ء أ م pada surat al-Mulk ayat 16.
Gambar 3.19 : Tanda Mad Wajib Mutashil
b) Mad Jaiz Munfasil
Huruf mad thabi’i diikuti oleh hamzah di kata yang
lain. Dalam Mushaf Al-Qur’an Tua menggunakan
tanda seperti alis bewarna merah diatas lafal ا ذ ا أ الق وا...
pada surat al-Mulk ayat 7.
Gambar 3.20 : Tanda Mad Jaiz Munfasil
c) Penulisan harokat fath}ah berdiri
Penulisan harakat fath}ah pada lafal Alla>h, dza>lika,
ha>dza, ha>dzihi dalam mushaf pada umumnya
menggunakan fath}ah berdiri. Namun, ada pula
mushaf Alquran yang menuliskan harakat fath}ah
85
pada lafal tersebut dengan menggunakan fath}ah
miring. Dalam manuskrip Mushaf Al-Qur’an Tua
kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali penulisan
lafal Alla>h, dza>lika, ha>dza, ha>dzihi menggunakan
harakat fath}ah miring disertai dengan fath}ah berdiri
dengan warna merah.
b. Tanda Idzhar, ghunnah, Idzgham, Ikhfak,
Tanda Idzhar (nun/mim mati) ditandai dengan ظ , tanda
idzgham bighunnah ditandai dengan غنه , tanda idzgham
bilaghunnah ditandai dengan غم , ghunnah (nun/mim
tasydid) ditandai dengan غنه, tanda ikhfak ditandai dengan خ.
86
BAB IV
ANALISA RASM MANUSKRIP MUSHAF AL-QUR’AN TUA KAMPUNG
BUGIS SUWUNG, DENPASAR, BALI
A. Perbandingan Rasm dan D}abt}
Dalam kenyataannya kajian rasm akan selalu berkaitan dengan kajian
‘Ulumul Qur’an khusunya aspek Qira’at, Waqaf dan D}abt}. Karena mushaf
Al-Qur’an yang telah beredar dan yang kita kenal sampai sekarang ini tidak
lagi seperti pada masa pra Ustman hingga Ustman yang penulisannya tanpa
titik dan harokat akan tetapi sudah lengkap dan saling berkontribusi antara
rasm dan aspek Qira’at, Waqaf dan D}abt }. Keberadaan rasm tanpa adanya
hal-hal tersebut maka akan menyulitkan pembaca yang tidak memahami
bahasa Arab dalam membaca Al-Qur’an khususnya bagi orang- orang non
Arab.
Maka dari itu untuk memperjelas dalam menganalisa Rasm
Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar,
Bali penulis akan membandingkannya dengan rasm Mushaf Al-Qura’an
Ustmani Standar Indonesia dan Mushaf Standar Bahriyyah (Mushaf Qudus)
sebagai tolak ukur kecenderungan dipakai dalam Mushaf Al-Qur’an Kuno
Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali. Alasannya adalah kedua mushaf
tersebut adalah Mushaf resmi hasil Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Ahli
Al-Qur’an yang berlangsung sembilan tahun, dari tahun 1974 sampai
dengan 1983.
87
Sebagai langkah awal dalam menganalisa kecenderungan rasm yang
dipakai dalam Mushaf Al-Qur’an Kuno Kampung Bugis Suwung,
Denpasar, Bali penulis akan memaparkan bentuk rasm yang digunakan
dalam ketiga Al-Qur’an tersebut yaitu Mushaf Standar Ustmani Indonesia,
Mushaf Standar bahriyah (Mushaf Kudus dengan rasm Ustmani) dan
Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali
berdasarkan pendekatan ilmu rasm dan ‘Ulumul Qur’an. Penulis
menganalisa dengan cara mencari titik tengah dari perbedaan maupun
persamaan dengan mengambil sampel dari beberapa potongan surat al-
Mulk. Adapaun penyajiannya berupa informasi dari tabel berikut ini :
83
Tabel 4.1 : Persamaan dan Perbedaan ketiga Mushaf
No Surat/Ayat Mushaf Cuplikan Ayat Lafal Persamaan/perbedaan
1 Al-Mulk : 1 Mushaf Al-Qur’an Tua
Rasm Mushaf Al-Qur’an Tua ت بارك
memiliki bentuk rasm yang berbeda
dengan kedua mushaf lainnya yaitu
dengan kaidah Imla’i sedangkan
mushaf lainnya memakai kaidah
Ustmani yaitu kaidah h}az\f (pembuangan alif)
Untuk d}abt} Mushaf Al-Qur’an Tua memiliki sedikit kesamaan dengan
Mushaf Qudus pada huruf ba’ ب
dengan harkat fath}ah, tetapi untuk mushaf kudus terdapat harokat
tambahan fath}ah berdiri.
Mushaf Al-Quran
Standar Indonesia
ك تب
Mushaf Qudus
ك تب
2 Al-Mulk : 2 Mushaf Al-Qur’an Tua
ي Rasm Mushaf Al-Qur’an Tua وة والح
memiliki bentuk rasm yang sama
dengan kedua mushaf lainnya yaitu
dengan kaidah penulisan rasm
Utsmani kaidah badl (mengganti
huruf alif menjadi waw)
Mushaf Al-Quran
Standar Indonesia ي وة والح
84
Mushaf Qudus
ي Untuk d}abt} Mushaf Al-Qur’an Tua ة و والح
memiliki kesamaan dengan Mushaf
Qudus pada huruf ya’ ي dengan
harkat fath}ah biasa dan fath}ah berdiri.
3 Al-Mulk : 3 Mushaf Al-Qur’an Tua
Rasm Mushaf Al-Qur’an Tua ن ح ر ال
memiliki bentuk rasm yang sama
dengan kedua mushaf lainnya yaitu
dengan kaidah penulisan rasm
Utsmani kaidah h}az\f (pembuangan
alif setelah mi>m).
Untuk d}abt} Mushaf Al-Qur’an Tua memiliki kesamaan dengan mushaf
Qudus pada huruf mim م dengan
harkat fath}ah biasa dan fath}ah berdiri.
Mushaf Al-Quran
Standar Indonesia ن ح ر ال
Mushaf Qudus
ن ح ر ال
4 Al-Mulk : 4 Mushaf Al-Qur’an Tua
ئا وهو Penulisan tanda baca/ d{abt} ketiga خا س
musahaf memiliki perbedaan.
Untuk Mushaf Al-Qur’an Tua
idzgham bighunnah di tandai
dengan عنه, Mushaf Al-Qur’an
standar Indonesia ditandai dengan
tasydid di atas huruf waw و ,
sedangkan mushaf Qudus tidak ada
tandanya.
Mushaf Al-Quran
Standar Indonesia ئا و و ه خا س
Mushaf Qudus
ئا وهو خا س
85
Lanjutan Tabel 4.1
5 Al-Mulk : 7 Mushaf Al-Qur’an Tua
Untuk d}abt} Mushaf Al-Qur’an Tua ألحقوا
memiliki kesamaan dengan mushaf
Qudus dalam penulisan hamzah
diatas huruf alif pada lafal tersebut
yaitu menggunakan hamzah qatha’ ,
sedangkan Mushaf Al-Qur’an
Standar Indonesia hamzahnya tidak
ditulis.
Mushaf Al-Quran
Standar Indonesia الحقوا
Mushaf Qudus
ألحقوا
6 Al-Mulk : 9 Mushaf Al-Qur’an Tua
Untuk D}abt} dalam penulisan lafal الل Allah Mushaf Al-Qur’an Tua
memiliki kesamaan dengan mushaf
Qudus yaitu menggunakan fath}ah
biasa dan ditambah dengan fath}ah berdiri pada huruf lam ل, sedangkan
Mushaf Al-Qur’an Standar
Indonesia cukup dengan fath}ah berdiri.
Mushaf Al-Quran
Standar Indonesia
الل
Mushaf Qudus
الل
86
Lanjutan Tabel 4.1
7 Al-Mulk : 13 Mushaf Kuno kampung
Bugis Suwung <Penggunaan dhamir ha lafal bihi ا ن ه ب ه
ketiga mushaf mengalami
perbedaan yaitu Mushaf Al-Qur’an
Tua menggunakan kasroh.
Mushaf Al-Quran Standar Indonesia
menggunkan kasroh berdiri dan Mushaf Qudus memakai tanda
kasroh diiringi tanda ۦ .
Mushaf Al-Quran
Standar Indonesia
ا ن ه ب ه
Mushaf Qudus
ۥا ن ه ۦب ه
8 Al-Mulk : 20 Mushaf Kuno kampung
Bugis Suwung Untuk d}abt} dalam penulisan lafal ذا, جنحد ه
ha>za>\, Mushaf Al-Qur’an Tua memiliki kesamaan dengan Mushaf
Qudus yaitu menggunakan fath}ah
biasa dan ditambah dengan fath}ah berdiri pada huruf ha’ , sedangkan
Mushaf Al-Qur’an Standar
Indonesia cukup dengan fath}ah berdiri.
Pada lafal jundun Mushaf Al-
Qur’an Tua menggunakan tanda
yang sama dengan Mushaf Qudus
yaitu dhummah ganda.
Mushaf Al-Quran
Standar Indonesia
ذا, جنحد ه
Mushaf Qudus ذا, جنحد ه
83
B. Analisa Rasm Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Tua
Dari hasil penelitian dari Bab III dan pemaparan perbandingan
ketiga mushaf , dapat ditemukan perbedaan yang nampak dominan antara
Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali dan
Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia serta kesamaan antara Mushaf Al-
Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali dengan Mushaf
Qudus. Setiap masing- masing mushaf memiliki tambahan tanda baca untuk
memudahkan dalam membaca Al-Qur’an, tidak terlebih Mushaf Al-Qur’an
Tua Kampung bugis Suwung Denpasar Bali. Oleh karenanya Mushaf Al-
Qur’an Tua tersebut memiliki karakteristik sendiri dalam hal penambahan
tanda baca. Dalam Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung,
Denpasar, Bali terdapat tanda baca yang dicantumkan penyalin. Akan tetapi
penulisan seperti tanda waqaf berbeda dengan apa yang ada pada Mushaf
Al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Qudus selama ini, menurut
pendapat penulis tanda tersebut merupakan kreatifitas sendiri dari penyalin
Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali. Mengenai
halamannya permulaan juz dimulai dari halaman kanan dan setiap juz
terbagi menjadi 8 bagian yang ditandai dengan hizb. Di bawah halaman
terdapat potongan ayat yang menunjukan ayat selanjutnya hal tersebut juga
terdapat dalam Mushaf Qudus. Sesuai data diatas bahwanya Mushaf Al-
Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali pada dasarnya
bersumber pada mushaf yang sama dengan Mushaf Qudus yaitu Mushaf
Standar Bahriyah.
84
Adapun yang termasuk kedalam ciri- ciri Mushaf Standar Bahriyah
dari Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar, Bali
adalah kategori ciri- ciri bagian fisik yaitu
1. Setiap halaman Al-Qur`an terdiri dari 15 baris.
2. Ayatnya selalu diakhiri pada setiap sudut pojok halaman sebelah
kiri.
3. Setiap akhir ayat tidak diberi nomor namun diberi tanda khusus.
4. Terdapat potongan Ayat di pojok kiri paling bawah untuk
menunjukkan ayat selanjutnya.
Dan untuk kategori ciri-ciri bagian tata cara penulisan yaitu :
1. idzgham tidak diberi tanda tasydid, juga iqlab tidak diberi mim
kecil.
2. Rasm-nya ditulis menurut rasm Usmani dan Imla`I (campuran).
3. Ha` dhammir belum menggunakan kasrah tegak dan dhummah
terbalik.
Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa Mushaf Al-Qur’an Tua
Kampung Bugis Suwung Denpasar Bali dipakai untuk kegiatan belajar Al-
Qur’an khususnya penghafal Al-Qur’an. Berdasarkan data pada Bab III
dan IV penulisan rasm Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung
Denpasar Bali tidak konsisten sebagian menggunakan rasm penulisan
Imla’I dan sebagian menggunakan rasm kaidah Ustmani. Adapun tujuan
penulisan teks- teks tambahan yaitu peneliti berasumsi bahwasannya
85
motivasi penyalinan mushaf tersebut bertujuan untuk mengajarkan serta
memberikan semangat bagi masyarakat yang ingin belajar tentang islam
dan belajar membaca Al-Qur’an bahkan menghafalkan Al-Qur’an di
daerah tersebut yang mempunyai latar belakang masyarakat Hindu sebagai
mayoritas dan masyarakat Islam sebagai kaum minoritas. Alasannya
disetiap surat terdapat hadis- hadis keutamaan membaca surat tertentu
yang diambil dari kitab tafsir qadhi baidawi, di halaman paling akhir
terdapat tuntunan dalam membaca Al-Qur’an dan do’a pendek serta
kalimat tauhid yang ditulis menggunakan khat tsulut. Sedangkan tanda-
tanda tajwid untuk membantu memudahkan dalam membaca Al-Qur’an.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh uraian pada pembahasan di bab-bab sebelumnya dapat
diambil beberapa kesimpulan :
1. Dalam Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar,
Bali menggunakan kertas Dluwang, Panjang 45 cm, lebar 29 cm.
Jumlah halamannya adalah 310 halaman dengan Jumlah baris per
halaman 5 smpai 15 baris. Penomoran halaman menggunakan angka
Latin sedangkan untuk tulisan yang di pakai adalah Aksara Arab.
Warna tulisan adalah hitam dan merah. Pada setiap awal juz terdapat
gambar sulur-sulur bunga dan setiap awalan surat terdapat catatan
pinggir berupa hadis tentang keutamaan membaca surat. Disurat an-
Na>s dan al-Falaq terdapat tulisan kaligrafi dengan khat Tsulus
2. Dalam Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar,
Bali disetiap awal surat terdapat hadis membaca keutamaan surat.
Setiap juz terbagi atas 8 bagian yang ditandai dengan tanda h}izb
yaitu 1/8 = ثمن juz, 1/4 = ربع juz, 1/2 = نصف juz. Mushaf Al-Qur’an
Tua juga beracuan pada Mushaf Standar Bahriyah dengan ciri-
cirinya yaitu setiap halamannya terdiri dari 15 baris, ayatnya selalu
diakhiri pada setiap sudut pojok halaman sebelah kiri, setiap akhir
ayat tidak diberi nomor namun diberi tanda khusus, terdapat
potongan Ayat di pojok kiri paling bawah untuk menunjukkan ayat
87
selanjutnya, idzgham tidak diberi tanda tasydid, juga iqlab tidak
diberi mim kecil, rasm-nya ditulis menurut rasm Usmani dan Imla`I,
Ha` dhammir belum menggunakan kasrah tegak dan dhummah
terbalik.
3. Dalam Mushaf Al-Qur’an Tua Kampung Bugis Suwung, Denpasar,
Bali rasm yang dipakai adalah campuran antara rasm Usmani dan
Imla`I memakai khat Naskhi dalam penulisannya, untuk qira’at-nya
mengikuti qira’at imam H}afs dari ‘Ashim. Mushaf Al-Qur’an Tua
memiliki empat tanda waqaf yaitu tanda huruf ت untuk
menunjukkan waqaf tam, tanda huruf ک untuk menunjukkan waqaf
kafin, tanda huruf ج untuk menunjukkan waqaf jaiz , kata لازم untuk
menunjukkan waqaf lazim. Untuk d}abt} Mushaf Al-Qur’an Tua
menggunakan tanda baca yaitu Dhummah dilambangkan dengan
(ـ fath}ah ,(ـ) ), kasrah (ـ), fath}ah tanwin (ـ), dhummah tanwin
( ) , kasrah tanwin ( ), sukun (ـ), tasydid (ـ), Idzhar untuk
nun/mim mati (ظ) , idzgham bighunnah (غنه) ,idzgham bilaghunnah
(غم) , ghunnah untuk nun/mim tasydid (غنه) dan ikhfak (خ) .
B. Saran
Setelah dilakukannya penelitian, terdapat beberapa saran terhadap para
peneliti selanjutnya yang ingin meneliti manuskrip mushaf :
88
1. penelusuran awal menjadi kunci utama dalam penelitian yaitu
mencari sumber data yang valid apakah manuskrip tersebut milik
lembaga, seperti museum dan perpustakaan atau koleksi pribadi.
Sehingga, sehingga dalam prosedur perizinan akan lebih mudah .
2. Perlu adanya penelitian lanjutan terhadap manuskrip mushaf Kuno
Al-Qur’an Kampung Bugis Suwung Denpasar Bali seperti sejarah
asal usul mushaf dari latar belakang penulis maupun yang berfokus
pada sosial-historis pada masa msuhaf ini disalin. Penelitian lanjutan
juga bisa membidik aspek kodikologi.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Arifuddin. 2005. Paradigma baru memahami hadis Nabi. Jakarta:
Reniasan.
Akbar, Ali. 2014. Manuskrip al-Qur’an dari Sulawesi Barat: kajian beberapa
aspek kodikologi. Jakarta: Jurnal Suhuf kajian al-Qur’an vol. 7, No.2.
Asna, Hanifatul. 2017. SKRIPSI: Sejarah dan karakteristik manuskrip mushaf al-
Qur’an diponegoro (kajian filologi). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Athaillah.2010. Sejarah Al-Qur’an.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Baried, Siti Baroroh dkk.,1994. Pengantar Teori Filologi.Yogyakarta : Badan
Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi, Fakultas Sastra Universitas
Gajah Mada.
Chaer, Abdul.2013.Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid.Jakarta : Rineka Cipta.
Diana, Nina. 2015. Islam masuk ke Bali dan Dampaknya terhadap Perkembangan
Islam di Bali. Jurnal Tamaddun, Vol. 4, edisi 2 Juli. Cirebon: IAIN Syekh
Nurjati.
Gufron, Muhammad dkk.2017.Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah,Yogyakarta :
Kalimedia.
Goldziher, Ignaz. 2006. Mazhab Tafsir dari Klasik Hingga Modern, Terjemah.
Yogyakarta: eLSAQ Press.
Hakim, Abdul. 2015. Khazanah Al-Qur'an Kuno Bangkalan Madura : Telaah atas
Kolofon Naskah. Jakarta: Jurnal Suhuf kajian al-Qur’an vol. 8, No.1.
Hakim. Abdul. 2018. Metode Kajian Rasm, Qiraat, Wakaf Dan Ḍabṭ Pada Mushaf
Kuno.Jakarta: Jurnal Suhuf Kajian Al-Qur’an, Vol. 11, No. 1.
90
Iswanto, Agus. 2015. kajian manuskrip keislaman di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.
Lubis, Nabilah. 1996. Naskah Teks dan metode penelitian Filologi. Jakarta: Forum
Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah.
Luthfi, Muhammad Khabibi. 2016. Kontekstualisasi filologi dalam teks-teks Islam
nusantara. Pati: Institut Pesantren Mathali’ul Falah. Vol. 14, No. 1, Januari-
Juni.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mass, Paul. 1949. Textual Criticisme. oxford: the Clarendon press.
Munandar. 2015. Penelitian: Aplikasi metode takhrij hadis sistem digital. Medan:
UIN Sumatera Utara.
Musadad, Muhammad dan Syaifudin. 2015. Beberapa Karakteristik Mushaf kuno
al-Qur’an Situs Girigajah Gresik. Jakarta: Jurnal Suhuf kajian al-Qur’an
vol. 8, No.1.
Mustofa, Khuriya Avi. 2013. SKRIPSI: Variasi dan simbol manuskrip al-Qur’an
di masjid agung Surakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Mustopa. 2017. Keragaman Qira'at dalam Mushaf Kuno Nusantara (Studi Naskah
Kuno Sultan Ternate. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Rahmayani, Tati. 2017. Karakteristik Manuskrip Mushaf Al-Qur'an H. Abdul
Ghaffar di Madura. Dalam jurnal Nun (Studi al-Qur’an dan Tafsir di
Nusantara). Vol.3, No.2.
91
Saefullah, Asep dan M. Adib Misbachul Islam. 2009. Beberapa Aspek Kodikologi
Naskah Keagamaan Islam di Bali. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 7, No.
1,: 53 – 90.
Syatibi. 2005.“menelusuri Alquran di Lombok”, dalam dalam Fadhal AR. Bafa-
dhal dan Rosehan Anwar(edt), Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia,(Jakarta:
Puslitbang Lek-tur Keagamaan).
Syaifuddin. 2014. Beberapa Karakteristik Mushaf Kuno Jambi : Tinjauan
Filologis-Kodikologis. Jakarta: Bayt al-Qur’an dan Museum Istiqlal.
Syatri, Jonni. 2014. Mushaf kuno al-Qur’an di Museum Institut PTIQ Jakarta :
Kajian Beberapa Aspek Kodikologi terhadap Empat Naskah. Jakarta: Jurnal
Suhuf kajian al-Qur’an vol. 7, No. 2.
Tim Puslitbang Lektur Keagamaan. 2003. Pedoman Transliterasi Arab-Latin.
Jakarta : Proyek pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama.
Undang- undang Cagar budaya No. 5 th 1992
Zarkasi. 2011. Penelitian Mushaf Kuno .https://lajnah.kemenag.go.id/berita/81-
penelitian-mushaf-kuno-2011 diakses pada Sabtu, 20 Juli 2019, Pukul
08.10.
92
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Fajar Imam Nugroho
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kab Semarang, 8 Juni 1991
3. Agama : Islam
4. Jenis Kelamin : Laki- Laki
5. Email : [email protected]
6. Phone : 0821-3515-0228
7. Alamat : Kab Semarang, Kec Banyubiru, Desa Kebondowo
RT 02/ RW 10
8. Nama Orang Tua
a) Ayah : Darto Arifin
b) Ibu : Suparti
9. Hobby :
10. Motto : Selalu Ikhtiar dan Perbanyak Do’a.
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
TK al- Ikhlas Kebondowo : 1995-1997
SDN Kebondowo 1 : 1997-2003
SMPN 2 Ambarawa : 2003-2006
SMKN 2 Salatiga : 2006-2009
S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Salatiga : 2016-202