53
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KESEIMBANGAN Telinga: pendengaran dan keseimbangan Telinga terdiri dari tiga bagian : telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebu t. Telinga dalam berisi dua system sensor ik yang berbeda : kokle a, yang meng andun g resep tor-r esepto r untuk menguba h gelombang suara menjadi impu ls-imp uls saraf , sehing ga kita dapat mendengar, dan apparatus vestibularis y ang penting untuk sensasi keseimbangan . Apparatus estibularis mendeteksi p!sisi dan gerakan kepala" serta penting untuk keseimbangan dan k!!rdinasi gerakan kepala" mata" dan tubu# Sel ain per annya dal am pen dengar an ya ng ber gan tung pad a kok lea , tel inga dal am memilik i komponen khusus lain, yakni apparatus vestibularis, yang memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseim banga n dan untuk koord inasi gerakan- gerak an kepal a denga n gerak an –gerak an mata dan postu r tubuh. ppara tus vesti bulari s terdir i dari dua struk tur yang terle ta di dalam tulang tempralis dekat koklea, kanalis semisirkularis dan rgan otolit, yaitu utrikulus an sakulus. pparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Seperti di koklea, semua komponen apparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. !uga, serupa dengan organ "orti, komponen vestibula masing-masing mengandun g sel-se l ramb ut yang berespons terhadap  perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakan-gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel-sel rambut auditorius, reseptor vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan caian. #amun, tidak seperti system pendengaran, sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh system vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran. $anali s semisirkul aris mend eteksi aksele rasi atau deselar isasi angule r atau rotasiona l kepala, misalnya ketka memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap-tiap telinga memiliki tiga kanalis semisirkulais yang secara tiga dimensi tersusun dalam biang-bidang y ang tegak lurus satu sama lain. Sel-sel rambut re septif di setiap kanalis semisrkularis terletak di atas suatu bubungan yang terletak di ampula, suatu pembesaran di pangkal kanalis. %ambut-rambut terbenam dalam suatu lapisan 1

Rangkuman Modul 3 Blok 15

Embed Size (px)

DESCRIPTION

thank you

Citation preview

MENIERRE DISEASE

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KESEIMBANGAN

Telinga: pendengaran dan keseimbangan

Telinga terdiri dari tiga bagian : telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi dua system sensorik yang berbeda : koklea, yang mengandung reseptor-reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar, dan apparatus vestibularis yang penting untuk sensasi keseimbangan.

Apparatus vestibularis mendeteksi posisi dan gerakan kepala, serta penting untuk keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala, mata, dan tubuh

Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea, telinga dalam memiliki komponen khusus lain, yakni apparatus vestibularis, yang memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan-gerakan kepala dengan gerakan gerakan mata dan postur tubuh. Apparatus vestibularis terdiri dari dua struktur yang terleta di dalam tulang tempralis dekat koklea, kanalis semisirkularis dan rgan otolit, yaitu utrikulus an sakulus.

Apparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Seperti di koklea, semua komponen apparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Juga, serupa dengan organ Corti, komponen vestibula masing-masing mengandung sel-sel rambut yang berespons terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakan-gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel-sel rambut auditorius, reseptor vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan caian. Namun, tidak seperti system pendengaran, sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh system vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselarisasi anguler atau rotasional kepala, misalnya ketka memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap-tiap telinga memiliki tiga kanalis semisirkulais yang secara tiga dimensi tersusun dalam biang-bidang yang tegak lurus satu sama lain. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis semisrkularis terletak di atas suatu bubungan yang terletak di ampula, suatu pembesaran di pangkal kanalis. Rambut-rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi di atasnya, yaitu kupula, yang menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan, seperti ganggang laut yang mengikuti arah gelombang air.

Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak, di salah satu kanalis semsirkularis karena susunan tiga dimensi kanalis tersebut. Ketika kepala mulai bergerak, saluran tulang dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun, cairan di dalam kanalis, yang tidak melekat ke tngkorak, mula-mula tdak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal dibelakang karena adanya inersia. Ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan degan arah gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong ke arah yang berlawanan. Dengan arah gerakan kepala, membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam didalamnya. Apabila gerakan kepala berlanjut alam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyususul dan bergerak bersama dengan kepala, sehingga rambut rambut kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan berhenti, keadan yang sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala. Sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupuladan rambut-rambutnya secara sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula yaitu, berlawanan dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespon jika keala tidak bergerak atau ketika bergerak secara sirkular dengan kecepatan tetap.

Rambut-rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh stereosilia dan satu kinosilia. Setiap sel rambut berorientasi sedemikian rupa, sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi ketika stereosilia membengkok ke arah kinosilia; pembengkokan ke arah yang berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk saraf vestibularis. Saraf ini bersatu dengan saraf auditoris dari koklea untuk membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di serat-serat aferen; sebaliknya, ketika sel-sel rambut mengalami hiperpolarisas, frekuansi potensial aksi di serat aferen menurun.

Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai perubahan rotasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relative terhadap gravitasi dan juga mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier (bergerak dalam garis lurus tanpa memandang arah). Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat diantara canalis semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada sel-sel reseptif di organ-organ ini juga menonjol ke dalam suatu lembar gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak Kristal halus kalsium karbonat -ototlit (batu telinga)- yang terbenam didalam lapisan gelatinosa, sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lebih lembam (inert) daripada cairan di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut di dalam utrikulus berorientasi secara vertical dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

Masa gelatinosa yang mengandung otolit berubah posisi dan membengkokkan rambut-rambut dalam dua cara:

1. Ketika kepala digerakkan ke semua arah selain vertical (selain tegak dan menunduk), rambut-rambut membengkok sesuai arah gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan gelatinosa yang berat. Di dalam utrikulus tiap-tiap telinga, sebagian berkas rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala posisi selain tegak lurus. Dengan demikian SSP menerima pola-pola aktivitas saraf yang berlainan bergantung pada posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi.

2. Rambut-rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linier horizontal (misalnya bergerak lurus ke depan, ke belakang atau ke samping). Ketika seseorang mulai berjalan ke depan, bagian atas membrane otolit yang berat mula-mula tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan demikian rambut-rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan dipertahankan, lapisan gelatinosa segera menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus bergerak ke depan ketika kepala melambat dan berhenti, membengkokkan rambut-rambut ke arah depan. Dengan demikian, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linier horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan.

Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespon secara selective terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi linier vertical (misalnya meloncat-loncat atau berada dalam elevator).

Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen apparatus vestibularis dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nucleus vwstibularis, suatu kelompok badan sel saraf di batang otak, dank e serebelum. Di sini informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dai permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk: (1) mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan; (2) mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfiksasi ke titik yang sama walaupun kepala bergerak; dan (3) mempersepsikan gerakan dan orientasi.

Beberapa individu, karena alas an yang tidak diketahui, sangat peka terhadap gerakan-gerakan tertentu yang mengaktifkan apparatus vestibularis dan menyebabkan gejala pusing dan mual; kepekaan ini disebut mabuk perjalanan. Kadang-kadang ketidakseimbangan cairan di telinga dalam yang sama, timbul gejala keseimbangan dan pendengaran. Penderita mengalami serangan sementara vertigo yang hebat disertai suara berdenging di telinga dan gangguan pendengaran. Selama serangan itu, penderita tidak dapat berdiri tegak dan melaporkan perasaan bahwa dirinya atau benda-benda di sekitarnya terasa berputar-putar.

Reseptor/ Indera Posisi Tubuh

Indra posisi sering disebut juga indra proprioseptif. Indra ini dapat dibagi dalam dua sub tipe :

1. Indra posisi statis : dengan sadar mampu melakukan persepsi oientasi bagian-bagian tubuh satu sama lainnya.

2. Indra kecepatan gerakan : disebut juga kinesthesia atau propiosepsi dinamik.

Kesadaran/ pengetahuan kita mengenai posisi tubuh, baik yang statis maupun yang dinamik, bergantung pada pengetahuan mengenai derajad sudut semua sendi pada semua posisi dan kecepatan perubahannya. Oleh karena itu, bebagai jenis reseptor multiple yang berbeda membantu untuk menentukan sudut sendi dan digunakan bersama-sama untuk indera posisi. Reseptor raba kulit dan reseptor dalam disekitar sendi digunakan pula. Pada jari-jari, yang memiliki reseptor kulit sangat banyak, sebagian pengenalan posisi di duga dilakukan oleh reseptor kulit. Sebaliknya, pada kebanyakan sendi besar, reseptor dalam bersifat lebih penting.

Untuk menentukan sudut sendi pada rentang gerakan yang sedang, diduga reseptor yang paling penting adalah gelendong otot. Mereka juga penting dalam membantu mengendalikan gerakan otot. Bila sudut sendi berubah, beberapa otot teregang sementara yang lain mengendur, dan informasi regangan dari gelendong memasuki system komputasional medula spinalis dan yang lebih tinggi pada system kolumna dorsalis untuk menguraikan hubungan yang kompleks dari sudut sendi.

Pada sudut sendi yang ekstem, regangan ligament dan jaringan dalam di sekitar sendi adalah faktor tambahan penting dalam menentukan posisi. Jenis ujung-ujung sensorik yang digunakan untuk hal ini adalah korpuskel pacini, ujung-ujung Ruffini, dan reseptor yang serupa dengan reseptor tendo Golgi yang ditemukan pada tendon otot.

Korpuskel pacini dan gelendong otot terutama di adaptasikan untuk mengenali perubahan dengan kecepatan tinggi. Oleh karena itu, ada keccenderungan bahwa ini adalah reseptor yang paling bertanggung jawab untuk mengenali kecepatan pergerakan.

Pengolahan Informasi Indera Posisi Dalam Jaras Kolumna Dorsalis-Lemnikus Medialis. Walaupun ada ketepatan pejalaran sinyal dari bagian perifer menuju korteks sensorik dalam system kolumna dorsalis-lemnikus medialis, namun sebelum mencapai korteks serebri tampaknya ada beberapa pengolahan sinyal indera posisi. Neuron talamik yang berespon terhadap rotasi sendi ada dua macam :

1. neuron yang secara maksimal terangsang bila sendi diputar dengan sempurna.

2. neuron yang secara maksimal terangsang bila sendi diputar minimal.

Selanjutnya, intensitas eksitasi neuron berubah di atas sudut 40 sampai 60 derajat putaran. Ternyata, untuk masing-masing reseptor sendi, setiap respon ini hanya memberi 20 sampai 30 derajat putaran, dan sudut putaran maksimum untuk perangsangan ini seringkali berada dalam tingkat menengah gerakan dibandingkan pada satu atau putaran ekstrem lainnya. Jadi, sewaktu sinyal-sinyal yang berasal dari reseptor individual dalam sendi sampai di neuron talamik, sudah diintegrasikan dalam ruang yang semestinya, ini memperlihatkan adanya beberapa tingkat pengolahan sinyal baik medula spinalis maupun di thalamus.

Pengaturan Keseimbangan Oleh Telinga

Komponen khusus pada telinga dalam, yaitu aparatus vestibularis memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan-gerakan kepala dengan gerakan mata dan postur tubuh. Aparatus vestibularis memiliki 2 set struktur, yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus. Semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Masing-masing mengandung sel-sel rambut yang berespons terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakan-gerakan spesifik endolimfe.

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar. Tiap-tiap telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang tersusun dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu ridge yang terletak di ampula, suatu pembesaran di pangkal kanalis. Rambut-rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi di atasnya, yaitu kupula, yang menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan.

Percepatan atau perlambatan selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe. Ketika kepala mulai bergerak, saluran tulang dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun cairan di dalam kanalis mula-mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia (kelembaman). Endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong ke arah yang berlawanan, membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala, sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala melambat dan berhenti, endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala.

Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan juga mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier. Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Ketika seseorang berada pada posisi tegak, rambut-rambut di dalam utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal. Massa gelatinosa yang mengandung otolit berubah posisi dan membengkokkan rambut-rambut dalam 2 cara :

1. ketika kepala digerakkan ke semua arah selain vertikal, rambut-rambut membengkok sesuai arah gerakan kepala. Di dalam utrikulus tiap-tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala posisi selain tegak lurus.

2. rambut-rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linier horizontal, misalnya bergerak lurus ke depan. Ketika seseorang mulai berjalan ke depan, bagian atas membran otolit yang berat mula-mula tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut. Rambut-rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan dipertahankan, lapisan gelatinosa segera menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus bergerak ke depan ketika kepala melambat dan behenti, membengkokkan rambut-rambut ke arah depan. Sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linear horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konsan.

Sakulus berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal dan terhadap akselarasi atau deselerasi linear vertikal. Sinyal-sinyal yang berasal dari komponen aparatus vestibularis dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis. Informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan; mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfiksasi ke titik yang sama; dan mempersepsikan gerakan dan orientasi.

Serebelum Dalam Pengaturan Motorik dan Keseimbangan

Serebelum terdiri dari 3 bagian yang secara fungsional berbeda, diperkirakan terbentuk secara berurutan selama masa evolusi.

1. vestibuloserebelum. Penting untuk mempertahankan keseimbangan dan mengatur gerakan mata. Fungsi vestibuloserebelum yang lain adalah menghitung kecepatan dan pada arah apa berbagai bagian tubuh akan berada selama beberapa milidetik yang akan datang.

2. spinoserebelum. Bagian ini terutama merupakan lintasan untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan bagian distal, khususnya tangan dan jari-jari. Spinoserebelum mengatur tonus otot dan gerakan volunter yang terampil dan terkoordinasi. Daerah ini menerima masukan dari reseptor perifer yang memberitahu apa yang sebenarnya terjadi berkaitan dengan gerakan dan posisi tubuh. Spinoserebelum bahkan tampaknya mampu memperkirakan posisi bagian tubuh dalam sepersekian detik kemudian dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan. Penyesuaian ini memastikan agar gerakan terarah, tepat, dan mulus, terutama penting untuk aktivitas yang cepat berubah, seperti mengetik.

3. serebroserebelum. Berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter dengan memberi masukan ke daerah motorik korteks. Bagian ini juga terlibat dalam ingatan prosedural.

Fungsi serebelum berkaitan dengan semua tingkat pengatur motorik. Bersama medula spinalis, serebelum terutama berfungsi untuk menguatkan refleks regang, sehingga bila otot yang berkontraksi lalu mendapat beban yang berlebihan, maka sinyal refleks regang yang panjang dijalarkan ke semua arah melalui serebelum dan kembali lagi ke medula yang dengan kuat mempermudah efek penahan beban pada refleks regang dasar.

Pada tingkat batang otak, serebelum berfungsi untuk membuat gerakan sikap tubuh, terutama gerakan cepat yang dibutuhkan oleh sistem keseimbangan, untuk kelancaran gerakan yang berlangsung terus-menerus tanpa disertai osilasi yang abnormal.

Pada tingkat korteks serebri, serebelum berfungsi untuk menghasilkan banyak perintah motorik asesorius, terutama untuk menimbulkan tenaga motorik ekstra yang kemudian mengkontraksikan otot secara cepat dan kuat pada saat dimulainya gerakan. Dan ketika mendekati akhir pergerakan, serebelum kemudian mengaktifkan otot-otot antagonis pada saat yang tepat dan dengan kekuatan yang sesuai untuk menghentikan gerakan pada titik yang diinginkan.

Selain itu, bersama korteks serebri, serebelum berfungsi pada tingkat perencanaan pengaturan motorik. Hal ini membantu untuk merencanakan kontraksi otot yang luas, yang diperlukan untuk kelancaran kemajuan gerakan, dari gerakan saat ini yang berlangsung cepat dan dalam arah tertentu ke gerakan cepat berikutnya pada arah yang lain. Lintasan neural untuk perjalanan ini berjalan dari korteks serebri ke hemisferal lateral yang luas pada serebelum dan kemudian kembali ke korteks. Tanpa keikutsertaan serebelum, gerakan yang lambat dan diperhitungkan masih dapat terjadi, tetapi hal ini menjadi sulit bagi sistem kortikospinal untuk mencapai gerakan yang diinginkan dan terkontrol baik menuju sasaran tertentu atau untuk kelancaran perpindahan dari satu gerakan cepat ke gerakan berikutnya.

SARAF OTAK KEDELAPAN ATAU NERVUS OKTAVUS

Saraf otak kedelapan terdiri dari 2berkas saraf yang menyalurkan dua macam impuls. Yang pertama ialah nervus koklearis yang menghantarkan impuls pendengaran. Dan yang kedua ialah nervus vestibularis yang menyalurkan impuls keseimbangan.

Alat penangkap rangsangan pendengaran dan keseimbangan dari mana serabut kedua bagian nervus oktavus berasal merupakan juga satu bangunan yang terdiri dari dua bagian koklea dan vestibula. Bagian kokles berbentuk rumah keong.

Baik rangsangan pendengaran maupun rangsangan keseimbangan bersifat gelombang. Gelombang suara diteruskan oleh kendang telinga, tulang maleus, unkus dan stapes melalui fenestra vestibularis ke perilimfe. Perilimfe ini ialah cairan yang merupakan bantalan bagi labirintus membranekus. Dengan demikian di bagian koklea terdapat 3 ruangan. Ruang vestibular atau skala vestibule, ruang koklear atau duktus koklear atau skala media dan ruang timpani atau skala timpani. Mengingat bentuk keong dari koklea, maka dapat dimengerti bahwa di puncak rumah keong, skala timpani dan skala vestibule bertemu satu dengan yang lain. Dinding di antara ketiga skala itu dibentuk oleh membrana vestibule atau membran Reissner dan membrane basilaris. Gelombang suara membangkitkan goncangan di perilimfe di dalam skala vestibule. Kejadian tersebut menggerakan membrane Reissner yang mengakibatkan timbulnya gelombang di dalam endolimfe. Gelombang ini merangsang organ Corti. Di situ membrane tektoria seolah-olah bertindak sebagai pecut yang menggalakan sel-sel yang bersambung dengan serabut aferen sel ganglion spirale. Impuls yang dicetuskan oleh sel-sel tersebut tadi ialah impuls pendengaran. Tergantung pada frekuensi gelombang suara, sel-sel yang dipecut oleh membrane tektoria terletak di bagian puncak atau bagian bawah dari koklea. Suara bernada tinggi menggalakan sel di basis dan yang bernada rendah di bagian puncak. Serabut-serabut eferen ganglion spirale menyusun nervus koklearis. Ia menuju ke bagian rostral medulla oblongata dan berakhir di nucleus koklearis. Penghantaran impuls pendengaran selanjutnya dilakukan oleh juluran eferen sel-sel yang menyusun inti koklearis.

Serabut-serabut melalui daerah di bawah ventrikel keempat dan serabut-serabut yang berasal dari koklearis ventralis menyilang melalui daerah langsung di atas wilayah piramid. Yang tersebut terakhir menyusun korpus trapezoids. Di samping serabut yang menyilang terdapat juga serabut saraf eferen inti koklearis yang tidak menyilang. Kedua jenis serabut itu berakhir di nucleus lemniskus lateralis yang terdapat di sepanjang pons. Serabut-serabut inti lemniskus lateralis yang meneruskan penghantaran impuls pendengaran ke kolikulus inferior dinamakan lemniskus lateralis. Dari situ impuls pendengaran dikirim secara ipsilateral kepada korpus genikulatum medial. Dan pemancaran terakhir terjadi melalui serabut-serabut korpus genikulatum mediale yang berakhir di girus temporalis superior.

PERAN BATANG OTAK DALAM MENGATUR FUNGSI MOTORIK

Batang otak terdiri dari medulla, pons dan mesenfalon. Batang otak ini bertindak sebagai tempat simpangan (way station) untuk sinyal perintah dari pusat-pusat syaraf yang lebih tinggi, yang memerintahkan batang otak untuk memulai atau memodifikasi fungsi pengaturan spesifik ke seluruh tubuh. Yang terutama penting adalah nuclei reticular dan nuclei vestibular.

Nuclei reticular terbagi menjadi dua kelompok utama; (1) nuclei reticular pontin, yang terletak sedikit ke arah posterior dan lateral dari pons dan meluas ke mesenfalon, (2) nuclei reticular medulla, yang meluas ke seluruh medulla, terletak di sebelah ventral dan medial mendekati garis tengah. Kedua rangkaian ini bersifat secara antagonistic satu sama lain, nuclei pontin merangsang otot-otot antigravitasi dan nuclei medulla menghambatnya. Nuclei reticular pontin menjalarkan sinyal-sinyal eksitasi ke bawah menuju medulla melalui traktus retikulospinal pontin. Serat jaras ini berakhir pada neuron-neuron motorik bagian medial dan anterior yang merangsang otot-otot aksial tubuh unntuk mendukung tubuh melawan gravitasi, artinya otot-otot kolumna vertebra dan otot-otot ekstensor dari anggota tubuh.

Nuclei reticular pontin memeiliki derajat eksitabilitas alami yang tinggi. Selain itu, mereka khususnya menerima sinyal-sinyal eksitatorik yang kuat dari nuclei vestibular seperti juga dari nuclei dalam pada serebelum. Oleh karena itu harus dilawan dengan system reticular medulla agar otot-otot antigravitasi tidak terlalu kuat.

Nuclei reticular medulla terutama menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron-neuron motorik anterior antigravitasi yang sama melalui traktus yang berbeda, yaitu reticulospinal medulla. Nuclei reticular medulla menerima input kolateral yang kuat dari traktus kortikospinal dan traktus rubrospinal. Semua ini secara normal mengaktifkan system inhibitorik reticular medular untuk menyeimbangbalikkan sinyal eksitasi dari system reticular pontin, sehingga dalam keadaan normal, otot-otot tubuh berelaksasi. Ternyata dalam kondisi lain, sinyal-sinyal yang berasal dari area otak yang lebih tinggi dapat mengadakan disinhibisi system medullar bila otak menginginkan eksitasi oleh system reticular pontin dapat menghasilkan keadaan berdiri. Atau pada waktu lain, perangsangan system reticular medular dapat menghambat otot-otot antigravitasi pada posisi tubuh tertentu untuk memungkinkan bagian-bagian ini membentuk aktivitas motorik lainnya, yang tidak akan mungkin dilakukan jika otot-otot antigravitasi melakukan gerakan-gerakan tersebut.

Oleh karena itu, nuclei reticular eksitasi dan inhibisi membantu system yang terkendali yang dimanipulasi oleh sinyal-sinyal motorik dari korteks dan tempat mana saja untuk menimbulkan kontraksi otot-otot yang diperlukan untuk melawan gravitasi, dan tentunya untuk menghambat sekelompok otot-otot tertentu sesuai yang diinginkan sehingga fungsi-fungsi lainnya dapat dilakukan sebagaimana yang diperlukan.

Nuclei vestibular fungsinya berkaitan denga nuclei reticular pontin untuk merangsang otot-otot antigravitasi. Nuclei vestibular lateral terutama menjalarkan sinyal eksitasi yang kuat melalui traktus vestibulospinal medial dan lateral dalam kolumna anterior-medula spinalis. Kenyataannya tanpa dukungan nuclei vestibular system reticular pontin akan kehilangan banyak perangsangannya dari otot-otot antigravitasi aksial. Namun, peran spesifik nuclei vestibular adalah untuk mengatur selektivitas sinyal-sinyal eksitatorik berbagai otot antigravitasi untuk menjaga keseimbangan. Sebagai responnya terhadap sinyal dari apparatus vestibular.

Respon Listrik

Potensial membrane sel rambut adalah sekitar -60 mV. Apabila stereosilia terdorong menuju kinosilium, maka potensial membrane menurun menjadi sekitar -50 mV. Sewaktu berkas prosesus terdorong dengan arah berlawanan, maka sel mengalami hiperpolarisasi. Pergerakan prosesus dengan arah diantara kedua arah tersebut menumbulkan depolarisasi atau hiperpolasisasi yang setara dengan besar derajat arah menuju atau menjauhi kinosilium. Dengan demikian, prosesus rambut membentuk mekanisme untuk menimbulkan perubahan potensial membrane yang setara dengan arah pergeseran.

Terjadinya Potensial Aksi pada serat saraf Aferen

Prosesus sel-sel ambut menonjol ke dalam endolimfe sementara dasarnya terendam dalam perilemfe. Susunan ini penting untuk pembentukan potensial generator normal, walaupun tidak diketahui secara pasti mengapa demikian. Perilimfe terutama terbentuk dari plasma. Masuknya manitol dan sukrosa dari plasma ke dalam perilimfe di skala timpani lebih lambat daripada masuknya ke dalam perilimfe di skala vestibule, dan terdapat perbedaan kecil dalam komposisi antara cairan-cairan dalam kedua skala ini, tetapi keduanya mirip dengan cairan ekstrasel. Di pihak lain, endolimfe dibentuk oleh stria vaskularis dan memiliki konsentrasi K+ yang tinggi dan konsentrasi Na+ yang rendah. Sel-sel di stria vaskularis memiliki konsentrasi Na+-K+-ATPase yang tinggi. Selain itu, tampaknya terdapat pompa K+ elektrogenik yang unik di stria vaskularis, yang merupakan penyebab mengapa skala media secara elektrik bermuatan positif relative terhadap skala vestibule dan skala timpani.

Bukti ini sekarang terdapat menunjukan bahwa stereosilia memiliki saluran-saluran mekanosensitif di apeksnya, dengan sekitar satu saluran per stereosilium. Pergeseran prosesus-prosesus ini menuju kinosilium meningkatkan lama saluran terbuka dan pergeseran menjauhi kinosilium menurunkan lama saluran tersebut terbuka. Saluran-saluran yang memiliki garis tengah yang paling sedikit 0,7 nm adalah saluran kation yang relative nonspesifik, tetapi karena terendam dalam endolimfe yang memiliki konsentrasi K+ tinggi, maka K+ menimbulkan depolarisasi. Ca2+ juga masuk ke dalam sel, dan terjadi pelepasan transmitter sinaps yang menyebabkan depolarisasi neuron afferent atau neuron yang berkontak dengan sel rambut. Identitas transmitter ini belum diketahui, tetapi terdapat bukti-bukti kuat mengenai keberadaannya. Sebaliknya, pergeseran steroesilia menjauhi kinosilium menurunkan permeabilitas istirahat. Influks K+ menurun, sel mengalami hiperpolarisasi, dan transmitter yang dilepaskan berkurang.

Diagram respon sensorik dari berbagai reseptor diseluruh tubuh.

Vestibulosereblum; Berfungsi Bersama Batang Otak dan Medulla Spinalis untuk Mengatur Keseimbangan dan Gerakan Sikap Tubuh

Vestibulosereblum secara filogenetik dimulai pada saat yang sama dengan saat terbentuknya aparatus vestibular (alat keseimbangan). Bila lobus flokulonodular dan bagian vermis sereblum di dekatnya, yang membantu vestibulosereblum, hilang, maka akan timbul gangguan keseimbangan dan gerakan tubuh yang ekstrem.

Sebenarnya kita masih harus mempertanyakan, apa peran serta vestibulosereblum pada keseimbangan yang tak dapat dilaksanakan oleh mesin neuron lainnya dalam batak otak? Petunjuk yang nyata adalah bahwa seseorang dengan disfungsi vestibulosereblum, keseimbangannya jauh lebih terganggu selama melakukan gerakan cepat daripada sewaktu dalam keadaan diam, terutama sekali bila gerakan tersebut melibatkan perubahan arah gerakan tubuh yang merangsang kanalis semisirkularis. Hal ini memberikan kesan bahwa vestibuloserebelum sangat berguna untuk mengatur keseimbangan antara kontraksi otot agonis dan antagonis pada punggung, pinggul, dan bahu sewaktu posisi tubuh berubah cepat seperti yang diperlukan oleh apparatus vestibular.

Salah satu masalah utama dalam pengaturan keseimbangan ini adalah berapa waktu yang diperlukan untuk menjalarkan sinyal posisi dan berapa kecepatan sinyal gerakan dari berbagai bagian tubuh ke otak. Bahkan bila digunakan jaras penghantar sensorik yang paling cepat sekalipun, yakni 120 m/detik pada traktus aferen spinoserebelar, tetap masih ada perlambatan yang diperlukan untuk penjalaran impuls dari kaki sampai otak, yakni antara 15 sampai 20 milidetik. Selama waktu ini, kaki seseorang yang sedang berlari cepat dapat bergerak selebar 10 inci. Oleh karena itu, sinyal-sinyal kembali yang berasal dari bagian perifer tubuh tidak mungkin mencapai otak pada saat yang bersamaan dengan gerakan yang sedang terjadi. Selanjutnya, bagaimana otak mengetahui kapan harus menghentikan gerakan untuk membentuk urutan gerak selanjutnya, terutama bila gerakan dibentuk secara cepat? Jawabannya adalah, bahwa sinyal-sinyal dari daerah perifer tidak hanya memberi tahu otak mengenai posisi berbagai bagian tubuh, tetapi juga berapa cepat dan dalam arah apa tubuh ini bergerak. Diduga, inilah yang kemudian menjadi fungsi vestibuloserebelum untuk menghitung kecepatan dan pada arah apa berbagai bagian tubuh akan berada selama beberapa milidetik yang akan dating. Hasil dari perhitungan ini adalah kunci untuk kemajuan otak bagi urutan gerak selanjutnya.

Jadi, selama ada pengaturan keseimbangan, diperkirakan bahwa informasi dari aparatus vestibular digunakan oleh lingkaran pengaturan umpan balik yang khusus guna menjalarkan sinyal motorik untuk koreksi sikap yang cepat, seperti yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan sewaktu ada gerakan yang sangat cepat, termasuk perubahan arah gerakan yang cepat, termasuk perubahan arah gerakan yang cepat. Sinyal umpan balik dari daerah perifer tubuh dapat membantu proses ini. Bantuannya terutama di perantai melalui vermis serebelar yang fungsinya berkaitan dengan otot-otot aksial dan pinggang tubuh; ini adalah kerja vestibulosereblum dalam membantu nuclei vestibular dan reticular batang otak untuk menentukan posisi yang dibutuhkan untuk bagian-bagian tubuh setiap saat, meskipun terjadi perlambatan yang panjang dari bagian perifer ke serebelum.

SARAF OTAK KETUJUH ATAU NERVUS FASIALIS

Nervus fasialis sebenarnya terdiri dari serabut motorik saja. Tapi pada perjalanannya ke tepi nervus intermedius menggabung padanya. Nervus intermedius itu tersusun oleh serabut sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang menghantarkan impuls pengecap dari 2/3 bagian depan lidah.

Inti motorik nervus fasialis terletak di bagian ventrolateral tegmentum pontis. Akarnya menuju ke dorsomedial dahulu, kemudian melingkari inti nervus abdusens dan setelah itu baru membelok ke ventrolateral kembali meninggalkan perrmukaan lateral pons. Di situ ia berdampingan dengan nervus oktavus dan nervus intermedius. Bertiga mereka masuk ke dalam liang os petrosum melalui meatus akustikus eksternus.

Nervus fasialis keluar dari os petrosum kembali dan tiba di kavum timpani. Kemudian ia turun dan sedikit membelok ke belakang dan keluarr dari tulang tengkorak melalui foramen stilomastoideum. Pada waktu ia turun ke bawah dan membelok ke belakang di kavum timpani, di situ ia tergabung dengan ganglion genikulatum. Ganglion tersebut merupakan sel induk dari serabut penghantar impuls pengecap, yang dinamakan korda timpani. Juluran sel-sel tersebut yang menuju ke batang otak ialah nervus intermedius. Di samping itu ganglion tersebut memberikan cabang-cabang kepada ganglion otikum dan sfenopalatinum yang menghantarkan impuls sekretomotorik untuk kelenjar lender. Liang os petrosum yang mengandung nervus fasialis dinamakan akuaduktus Fallopi atau kanalis fasialis. Di situ nervus fasialis memberikan cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia menerima serabut-serabut korda timpani. Berkas saraf ini menuju ke tepi atas kendang telinga dan membelok ke depan. Melalui kanalikulus anterior ia keluar dari tengkorak dan tiba di bawah muskulus pterigodeus eksternus. Di situ korda timpani menggabungkan diri pada nervus lingualis yang merupakan cabang dari nervus mandibularis. Korda timpani menghantarkan impuls pengecap dari dua pertiga bagian depan lidah.

Sebagai saraf motorik mutlak nervus fasialis keluar dari foramen stilomastoideum dan memberikan cabang-cabang kepada otot stilohioid dan venter posterior muskulus digastrikus dan otot oksipitalis. Pangkal sisanya menuju ke glandula parotis.. di situ ia bercabang-cabang lagi untuk menyarafi otot wajah dan platisma.

Patofisiologi nervus fasialis

Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuclear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer.

PENYAKIT MENIERE

Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada 1861, dan dia yakin bahwa penyakit ini berada dalam telinga, sedangkan pada waktu itu para ahli banyak menduga bahwa penyakit itu berada pada otak. Dan pernyataan Meniere dibenarkan oleh Hallpike dan Cairn dengan ditemukannya hidrops endolimfe, setelah memeriksa tulang temporal pasien meniere.

Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, dan berkurangnya pendengaran secara progresif.Pengertian vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.

Pengertian vertigo adalah: sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.

Sedangkan tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.

Pada kebanyakan kasus-kasus hanya satu telinga yang terlibat, namun kedua telinga mungkin dipengaruhi pada kira-kira 10% sampai 20% dari pasien-pasien. Penyakit Meniere secara khas mulai antara umur 20 dan 50 tahun (meskipun telah dilaporkan pada hampir semua kelompok umur). Pria-pria dan wanita-wanita sama-sama dipengaruhi. Gejala-gejala mungkin hanya gangguan minor, atau dapat menjadi melumpuhkan, terutama jika serangan-serangan dari vertigo berat/parah, seringkali, dan terjadi tanpa peringatan. Penyakit meniere juga disebut idiopathic endolymphatic hydrops.

Penyebab

Penyebab penyakit meniere tidak diketahui namun terdapat berbagai teori, termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin, gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi, dan gangguan autoimun.

Penyakit meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere.

Patofisiologi

Penyebab pasti dari penyakit Meniere masih kontroversial. Diperkirakan, mekanisme yang mendasari penyakit ini adalah distorsi dari labirin pars membranosa, yang mengakibatkan akumulasi berlebih dari endolimfa. Endolimfa sendiri dihasilkan oleh stria vascularis dalam koklea dan juga oleh planum semilunatum dan dark cells dalam labirin vestibularis. Aliran endolimfa digambarkan sebagai lake-river-pond model. Endolimfa mengalir dari endolymphatic fluid space (lake) melalui vestibular aqueduct (river), menuju ke endolymphatic sac (pond). Bila terdapat obstruksi dari bagian-bagian tersebut, maka hidrops endolimfatik akan terjadi.

Frekuensi

Tidak ada mortalitas langsung yang berasosiasi dengan penyakit Meniere, tetapi penyakit ini menyebabkan drop attacks yang dapat menyebabkan kematian oleh karena kecelakaan. Morbiditas utama yang disebabkan oleh penyakit Meniere adalah vertigo yang melemahkan dan progresivitas dan kemungkinan kehilangan pendengaran permanen. Angka statistik menunjukkan lebih banyak penderita wanita daripada pria, namun perbedaannya tipis dan mungkin bias karena kebiasaan lebih banyak wanita yang mencari bantuan medis daripada pria. Usia terbanyak penderita penyakit Meniere adalah 40-60 tahun. Prevalensinya berbeda pada tiap-tiap negara.

Manifestasi Klinis

AAO-HNS (American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Foundation) mengeluarkan guideline pada tahun 1995 tentang diagnosis klinis dari penyakit Meniere. Berdasarkan guideline, definisi dari penyakit Meniere adalah : Reccurent spontaneous episodic vertigo; hearing loss; aural fullness; and tinnitus. Tinnitus dan aural fullness harus muncul pada sisi yang terkena untuk membuat diagnosis.

A. Vertigo

a. Vertigo adalah sensasi subjektif tentang pergerakan di saat diam.

b. Paling sedikit harus ada 2 episode vertigo yang definitif, selama paling kurang 20 menit durasinya, untuk membuat diagnosis.

c. Durasi biasanya beberapa jam.

d. Nystagmus horizontal atau rotatori selalu muncul pada saat serangan vertigo.

e. Gejala seringkali disertai nausea, muntah dan anxietas.

f. Serangan akut mungkin disertai jatuh tiba-tiba tanpa kehilangan kesadaran (drop attack).

g. Pada pasien dengan gejala vertigo, 10 persennya disebabkan oleh penyakit Meniere.

B. Penurunan fungsi pendengaran

a. Penurunan fungsi pendengaran sensorineural harus diperiksa dengan audiometri pada telinga sisi yang terkena paling sedikit sekali.

b. Mungkin terdapat fluktuasi pada derajat penurunan pendengaran superimposed pada penurunan bertahap pada fungsi pendengaran itu sendiri.

c. Penurunan fungsi pendengaran akan dimulai dari frekuensi yang rendah terlebih dahulu.

C. Tinnitus dan aural fullness

a. Tinnitus biasanya nonpulsatil dan digambarkan sebagai bunyi siulan atau gemuruh.

b. Dapat terus-menerus atau intermitten.

Gejalanya berupa serangan vertigo tak tertahankan episodic yang sering disertai mual dan/atau muntah, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.

Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga.

Kehilangan pendengaan sensorineural progresif dan fluktuatif. Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan vertigo.

Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.

Terdapat trias atau sindrom meniere yaitu vertigo, tinitus, dan tuli saraf. Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual, dan terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu meskipun keadaannya berangsur baik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan gejala penyakit bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan yang pertama kali. Pada penyakit Meniere vertigonya periodik yang makin mereda pada serangan-serangan berikutnya.

Selain vertigo, biasanya pasien juga mengalami keluhan di telinga berupa tinitus, tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah, dan sensasi rasa penuh di telinga.

Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit meniere, yaitu:

Derajat I :

Gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.

Derajat II :

Gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.

Derajat III :

gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang

Pada setiap serangan disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah tinitus kadang-kadang menetap meskipun di luar serangan. Gejala yang lain menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh di dalam telinga.

Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit yang lainnya yang juga mempunyai gejala vertigo seperti penyakit Meniere, tumor N. VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibuler, atau benign paroksismal positional vertigo (BPPV).

Pada tumor N. VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan makin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel, vertigo periodik tetapi intensitas serangan sama pada setiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama makin menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah menderita influenza. Vertigo hanya didapatkan pada permulaan penyakit. Penyakit ini akan sembuh total bila tidak disertai dengan komplikasi.

Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh :

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri.

2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler.

3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler.

4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa.

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media di mulai dari daerah apeks koklea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit meniere.

Perubahan posisi dari tegak menjadi telentang dengan kepala menggantung dan telinga di bawah, menyebabkan pergeseran hebat pada kupula kanalis posterior. Timbulnya vertigo memerlukan waktu beberapa detik, karena untuk pergeseran massa tersebut diperlukan waktu. Besarnya sensasi vertigo dan nistagmus dipengaruhi oleh besarnya pergeseran kupula. Vertigo yang cepat hilang dapat disebabkan karena massa telah bergeser dan kupula kembali ke posisi normal.

Tipe

a. Penyakit Meniere vestibular

Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.

Tanda dan gejala:

Vertigo hanya bersifat episodic

Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang sakit

Tak ada gejala koklear

Tak ada kehilangan pendengaran objektif

Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear

b. Penyakit Meniere klasik

Tanda dan gejala:

Mengeluh vertigo

Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi tinitus

c. Penyakit Meniere koklea

Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.

Tanda dan gejala:

Kehilangan pendengaran berfluktuasi

Tekanan atau rasa penuh aural

Tinnitus

Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji

Tak ada vertigo

Uji labirin vestibuler normal

Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler

Evaluasi Diagnostik

Diperlukan pemeriksaan fisik neurologis lengkap untuk membedakan penyakit Meniere dengan kelainan lain yang serupa.

A. Evaluasi vertigo :

a. Tes posisi Dix-Hallpike (manuver Nylen-Barany)

b. Tes berjalan Romberg (pada saat serangan vertigo untuk menunjukkan kehilangan keseimbangan)

c. Adanya Henneberts Sign (Nystagmus pada peningkatan tekanan kanalis auditorius eksternal)

d. Adanya fenomena Tullio.

B. Evaluasi penurunan fungsi pendengaran

a. Dengan tes kasar (tanpa alat) dengan menggesek-gesekkan kedua jadi pemeriksa. Catat jarak terjauh yang masih bisa didengar oleh pasien.

b. Tes Rinne dengan garputala 256 MHz.

c. Tes Weber dengan garputala 256 MHz.

d. Tes audiometri.

Pemeriksaan fisik biasanya normal kecuali pada evaluasi nervus cranial ke VIII. Garputala (uji weber) akan menunjukkan lateralisasi ke sisi berlawanan dengan sisi yang mengalami kehilangan pendengaran (sisi yang terkena penyakit Meniere).

Audiogram biasanya menunjukkan kehilangan pendengaran sensorineural pada telinga yang sakit. Kadang audiogram dehidrasi dilakukan di mana pasien diminta meminum zat penyebab dehidrasi, seperti gliserol atau urea, yang secara teoritis dapat menurunkan jumlah hidrops endolimfe.

Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere. Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler. Selanjutnya juga dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI kepala, elektroensefalografi, dan stimulasi kalorik.

Pemeriksaan laboratorium

Tidak ada pemeriksaan lab yang spesifik untuk penyakit ini. Yang biasa dilakukan hanya untuk membedakan penyakit lain dari penyakit Meniere ini, yaitu :

a. Hitung darah lengkap

b. Level elektrolit

c. LED

d. C-reactive protein

e. Urinalisis

f. Thyroid panel

g. Fluorescent treponemal antibody

Untuk penunjang lain kadang dilakukan MRI atau CT scan meskipun sangat jarang.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan meliputi :

a. Audiometri

b. Brainstem auditory evoked potentials

c. Electronystagmography

d. Otoscopy

e. Caloric testing/electronystagmogram (ENG)

Diagnosis Diferensial

a. Barre-Lieou syndrome

b. Basilar meningitis

c. Benign Paroxysmal Positional Vertigo

d. Brainstem tumors

e. Cerumen impaction

f. Foreign body in ear canal

g. Headache, migraine

h. Hypothyroidism and mixedema coma

i. Labyrinthe otosclerosis

j. Labyrinthitis

k. Multiple sclerosis

l. Neoplasma

m. Otitis media

n. Perilymphatic fistula

o. Stroke, ischemic

p. Subarachnoid hemorrhage

q. Temporal lobe seizure

r. Toxic or pharmaceutical injury to the vestibular apparatus

s. Toxicity, salicylate

t. Transient ischemic attack

u. Trauma (labyrinthhine concussion)

v. Infections

w. Vascular infarction of the labyrinth

x. Vasculitis

y. Vestibular neuronitis

z. Wernicke encephalopathy

Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit Meniere bertujuan untuk menghilangkan simptomnya, berupa vertigo yang dirasakan merupakan manifestasi yang paling mengganggu bagi pasien. Pengobatan kausatif masih diperdebatkan, karena mekanisme yang mendasari penyakit ini masih belum diketahui pastinya.

Diet. Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupaka salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan ciran dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.

Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat atau vetsin, Natrium Bikarbonat atau soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef.

Makanan yang diperbolehkan adalah:

1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti :

Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.

Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.

Minyak goreng, margarin tanpa garam.

Sayuran dan buah-buahan.

Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.

2. Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas.

3. Minuman seperti the, sirup, sari buah.

Makanan yang perlu dibatasi:

1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :

Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.

Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.

Keju, Keju kacang tanah (pindakas).

Margarin, mentega.

Acar, asinan sayuran dalam kaleng.

Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.

Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.

2. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.

Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya.

Farmakologis

Pengobatan simptomatis, dapat diberikan :

a. Antihistamin

b. Antikolinergik

c. Benzodiazepines

d. Phenothiazines

e. Antagonis adrenergik

f. Kortikosteroid

g. Antiemetik; bila muntah-muntah tak terkendali tanpa pemberian medikamentosa

Tindakan pengobatan untuk vertigo terdiri atas antihistamin, seperti meklizin (antivert), yang menekan sistem vestibuler. Tranquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti supositoria prometazin (phenergan) tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigo karena efek antihistaminnya. Diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan-makanan yang mengandung kalium, seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.

Penatalaksanaan Bedah

Tindakan bedah dipertimbangkan bila pemberian medikamentosa tidak menghasilkan perbaikan keadaan. Tindakan bedah dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Injeksi medikamentosa intratimpanic, sebagai contoh gentamisin atau steroid

b. Dekompresi endolymphatic sac atau pembuatan shunt

c. Labyrinthectomy

d. Vestibular nerve resection

Dekompresi sakus endolimfatikus atau pintasan secara teoritis akan menyeimbangkan tekanan dalam ruangan endolimfe. Pirau atau drain dipasang di dalam sakus endolimfatikus melalui insisi postaurikuler.

Obat ortotoksik, seperti streptomisisn atau gentamisisn, dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.

Prosedur labirinektomi dengan pendekatan transkanal dan transmastoid juga berhasil sekitar 85% dalam menghilangkan vertigo, namun fungsi auditorius telinga dalam juga hancur.

Pemotongan nervus nervus vestibularis memberikan jaminan tertinggi sekitar 98% dalam menghilngkan serangan vertigo. Dapat dilakukan translabirin (melali mekanisme pendengaran) atau dengan cara yang dapat mempertahankan pendengaran (suboksipital atau fosa kranialis medial), bergantung pada derajat hilangnya pendengaran. Pemotongan saraf sebenarnya mencegah otak menerima masukan dari kanalis semisirkularis.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Data Subyektif:

mengeluh telinga kanan sering berdenging

perasaan penuh di bagian dalam telinga.

Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri

saat vertigo sampai mual dan muntah.

Data Obyektif:

Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri

auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.

Analisa Data

NoDataEtiologiMasalah

1Data subjektik: Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri

mengeluh telinga kanan sering berdenging

perasaan penuh di bagian dalam telinga

Data Obyektif:

Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri

auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.Gangguan pendengaranGangguan pola tidur

2Data subjektik: Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri

Saat vertigo sampai mual dan muntahMual dan muntahResiko kekurangan volume cairan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran

2. Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah

C. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran

Tujuan:

Gangguan pola tidur dapat teratasi

Kriteria Hasil

- klien tidak terbangun di malam hari

- Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak

Intervensi

Kaji tingkat kesulitan tidur

Rasional: Membantu menentukan pengobatan atau intervensi selanjutnya

Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut

Rasional:perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.

Arahkan dengan melakukan rela,ksasi, contoh: mendengarkan musik

Rasional: Tehnik relaksasi dapat membantu mengalihkan perhatian terhadap tinnitus

Kolaborasi dalam pemberian obat untuk vertigo

Antihistamin, seperti meklizin

Tranquilizer, seperti diazepam

Rasional

Menekan sistem vestibular

Digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo

Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur

Rasional: membantu memenuhi kebutuhan istirahan

1. Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah

Tujuan:

Kebutuhan cairan tubuh dapat terjaga

Kriteria hasil:

- Elektrolit tubuh dalam batas normal

- Mual dan muntah tidak terjadi

- Membran mukosa lembab

- Turgor kulit elastis

- Tidak tampak lemas

Intervensi

Kaji atau minta pasien mengkaji masukan dan haluaran (termasuk emesis, tinja cair, urin dan diaforesis). Pantau hasil lab

Rasional:

Pencatatan yang akurat merupakan dasar untuk penggantian cairan.

Kaji indikator dehidrasi, termasuk tekanan darah (ortostatik), denyut nadi, turgor kulit, membran mukosa, dan tingkat kesadaran.

Rasional: pengenalan segera adanya dehidrasi memungkinkan intervensi segera

Dorong konsumsi cairan oral sesuai toleransi, hindari minuman yang mengandung kafein(stimulasi vestibular)

Rasional: penggantian cairan oral harus di mulai sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan. Kafein dapat meningkatkan diare.

Kolaborasi pemberian obat

- Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan)

- Antidiare

Rasional

- Mengurangi mual dan muntah, mengurangi kehlangan cairan dan memperbiki masukan per oral

- Menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan.

VERTIGO

Vertigo Gejala Awal Serangan Stroke Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seorang yang menderita vertigo perasaannya seolah-olah dunia sekeliling berputar (vertigo objektif) atau penderita sendiri merasa berputar dalam ruangan (vertigo subjektif). Bagi masyarakat awam vertigo disebut juga sebagai tujuh keliling.

Perasaan pusing ini selain disertai rasa berputar kadang-kadang disertai mual dan muntah. Bila gangguan ini berat, penderita bahkan tak mampu berdiri atau bahkan terjatuh. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

Pada dasarnya keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan.

Gangguan pada otak kecil yang mengakibatkan vertigo jarang sekali ditemukan. Namun, pasokan oksigen ke otak yang kurang dapat pula menjadi penyebab. Beberapa jenis obat, seperti kina, streptomisin, dan salisilat, diketahui dapat menimbulkan radang kronis telinga dalam. keadaan ini juga dapat menimbulkan vertigo.

Gangguan ini diatasi dengan menangani penyebabnya. Biasanya pemberian vitamin B12, B1, antihistamin, diuretika, dan pembatasan konsumsi garam dapat mengurangi keluhan.

Ada beberapa jenis vertigo berdasarkan penyebabnya. Vertigo epileptica yaitu pusing yang mengiringi atau terjadi sesudah serangan ayan, vertigo laryngea yaitu pusing karena serangan batuk, vertigo nocturna yaitu rasa seolah-olah akan terjatuh pada permulaan tidur, vertigo ocularis yaitu pusing karena penyakit mata khususnya karena kelumpuhan atau ketidakseimbangan kegiatan otot-otot bola mata, vertigo rotatoria yaitu pusing seolah-olah semua di sekitar badan berputar-putar.

Definisi

Berbagai macam definisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dianut ialah yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1983: Vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan system keseimbangan (ekuilibrium).

Sedikit berbeda definisi yang dikemukakan oleh penulis-penulis lain, misalnya:

Vertigo adalah disorientasi (gangguan pengamatan) terhadap ruangan atau halusinasi gerakan, yang dapat berupa rasa berputar atau rasa gerakan linier.

Vertigo adalah suatu kesadaran subyektif gangguan system ekuilibrium, terutama bilamana system vestibular yang terganggu, vertigo yang timbul akan berupa rasa seperti diputar atau dimiringkan, dan sering seakan-akan obyek disekitarnya bergerak.

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.

Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah)dan pusing.Etiologi

Menurut burton, 1990:

1. Lesi vestibular

a. Fisiologik : motion sickness

b. Labirinitis

c. Meniere disease

d. Intoksikasi : quinine, salisilat, gentamisin, alcohol, dll.

e. Otitis media

f. BPPV

2. Lesi saraf vestibularis

a. Neuroma akustik

b. Obat : streptomisin

c. Neuronitis vestibular

3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal

a. Infark atau perdarahan pons

b. Insufisiensi vertebra-basilar

c. Tumor

d. Siringobulbia

e. Epilepsy lobus temporal

Ada pula yang membagi menjadi :

1. Otology (24 61 % kasus)

a. BPPV

b. Meniere disease

c. Parese N. VIII

d. Otits media

2. Neurologic ( 23 30 % kasus)

a. Gangguan serebrovaskular atau batang otak

b. Ataksia karena neuropati

c. Ganguan visus

d. Gangguan serebelum

e. Gangguan sirkulasi LCS

f. multiple sklerosis

g. malformasi chiari

h. vertigo servikal

3. interna (33 % kasus karena gangguan kardiovaskular)

a. peningkatan atau penurunan aliran darah

b. aritmia kordis

c. penyakit koroner

d. infeksi

e. hipoglikemia

f. intoksikasi obat : nefedipine, benzodiazepine, xanax, dll.

4. Psikiatrik ( > 50% kasus)

a. Depresi

b. Fobia

c. Anxietas

d. Psikosomatis

5. Fisiologik

a. Motion sickness

b. Melihat dari ketinggian

c. Dll

Berdasarkan anatomi penyebab vertigo dapat dibedakan atas 2 bentuk vertigo :

1. Vertigo non-sistematis, yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem saraf pusat, bukan oleh kelainan sistem vestibular perifer. Kelainan ini dapat terletak di:

Mata

Paresis otot mata

Kelainan refraksi

Glaucoma

Proprioseptik

Pellagra

Anemia pernisiosa

Alkoholisme

Tabes Dorsal

Sistem saraf pusat

Hipoksia serebri

Hipertensi kronis

Arterosklerosis

Anemia

Hipertensi kardiovaskular

Fibrilasi atrium paroksismal

Stenosis aorta & insufisiensi

Sindrom sinus karotis

Sinkope

Hipertensi ortostatik

Blok jantung

Infeksi

Meningitis

Ensefalitis

Abses

Lues

Trauma

Tumor

Migren

Epilepsy

Kelainan endokrin

Hipotiroidi

Hipoglikemi

Hipoparatiroid

Tumor medulla adrenalis

Keadaan menstruasi hamil menopause

Kelainan psikoneurosis

2. Vertigo yang sistematis, yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem vestibular (yaitu labirin, nervus VIII tau inti vestibular)

Telinga

Bagian luar

Serumen

Benda asing

Bagian tengah

Retraksi membrane timpani

Otitis media purulenta akuta

Otitis media dengan efusi

Labirintitis

Kolesteatoma

Rudaoaksa dengan perdarahan

Bagian dalam

Labirintitis akuta toksika

Trauma

Serangan vaskuler

Alergi

Hidrops labirin

Mabuk gerakan

Vertigo postural

Nervus VIII

Infeksi

Meningitis akuta

Meningitis TB

Meningitis basilaris luetika

Trauma

Tumor

Batang otak

Infeksi

Meningitis

Encephalitis

Abses otak

Trauma

Perdarahan

Thrombosis arteri serebeli postero-inferior

Tumor

Sklerosis multipleks

Klasifikasi

Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu :

1. Vertigo spontan. Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah ke jurusan lirikan kedua bola mata.

2. Vertigo posisi. Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.

3. Vertigo kalori. Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.

Vertigo berdasarkan penyebabnya yaitu :

1. Vertigo epileptica : Pusing yang mengiringi atau terjadi sesudah serangan ayan.

2. Vertigo Laryngea : pusing karena serangan batuk.

3. Vertigo Nocturna : Rasa seolah-olah akan terjatuh pada permulaan tidur.

4. Vertigo Ocularis : pusing karena penyakit mata, khususnya karena kelumpuhan atau ketidakseimbangan kegiatan otot-otot bola mata.

5. Vertigo Rotatoris : pusing seolah-olah semua di sekitar badan berputar-putar

Berdasarkan distribusi anatominya, vertigo dibagi menjadi :

1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.

2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

Berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan:

a. vertigo peripheral

terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).

b. vertigo sentral.

Terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak )

Adapula klasifikasi yang lain :

1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :

Telinga bagian luar : serumen, benda asing.

Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.

Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.

Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.

Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.

2. Penyakit SSP :

Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.

Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.

Trauma kepala/ labirin.

Tumor.

Migren.

Epilepsi.

3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.

4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.

5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.

6. Intoksikasi.

Berdasarkan gejala klinis

a. Vertigo paroksismal

Yaitu vertigo yang serangannya mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang; tapi suatu ketika serangan tersebut bisa muncul lagi. Dibedakan menjadi :

Yang disertai keluhan telinga : morbus meniere, arakhnoiditis pontoserebelaris, sidrome lermoyes, kelainan gigi.

Yang tanpa disertai keluhan telinga : epilepsy, migren ekuivalen, vertigo pada anak, labirin picu.

Yang dipengaruhi oleh perubahan posisi : BPPV, LPPV

b. Vertigo kronis

Menetap, keluhan konstan tanpa serangan akut, dibedakan menjadi :

Yang disertai keluhan telinga : otitis media kronik, meningitis TB, labirinitis kronis, lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontine.

Yang tanpa disertai keluhan telinga : kontusio serebri, ensefalitis pontis, hipoglikemia, intoksikasi obat, kelainan psikis.

Yang dipengaruhi oleh perubahan posisi : hipotensi ortostatik, vertigo servikalis.

c. Vertigo yang serangan mendadak / akut, kemudian berangsur angsur mengurang, dibedakan menjadi

Yang disertai keluhan telinga : trauma labirin, herpes zoster, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n. VIII, cedera pada auditiva interna..

Yang tanpa disertai keluhan telinga : neuronitis vestibularis, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, hematobulbi, sklerosis multipleks.

Patogenesa

Vertigo timbul jika terapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang berfungsi dalam pembentukan keseimbangan tubuh meliputi :

Impuls visual : berasal dari retina dan satu proproseptif dari otot ocular yang berfungsi menentukan jarak suatu benda dengan tubuh kita.

Impuls dari labirin : yang berfungsi sebagai spatial proprioseptor dan memberi info perubahan kecepatan gerakan dan posisi tubuh. Crista kanalis semisirkularis merasakan akselerasi angular dari kepala, sedangkan macula dari sakkulus dan utrikulus merasakan akselerasi linear dan gravitasi.

Impuls proprioseptiv yang ada di sendi dan otot yang penting untuk semua reflex, postur dan keinginan bergerak.

Dalam kondisi fisiologis, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh beral dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan dibandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, respon yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh saat bergerak. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer dan sentral dalam keadaan tidak normal,atau ada rangsang gerakan berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, maka akan terjadi gejala vertigo.

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :

1. Teori rangsang berlebihan ( overstimulation)

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah2. Teori konflik sensorik

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.3. Teori neural mismatchTeori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala. 4. Teori otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.5. Teori neurohormonal

Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo6. Teori sinaps

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis. Patofisiologi

Setiap orang tinggal di ruangan dan mampu berorientasi terhadap sekitarnya berkat adanya informasi-informasi yang dating dari indera. Didalam orientasi ruangan ini indera yang penting peranannya adalah system vestibular (statokinetik), sistem penglihatan (visual/optik) dan rasa dalam (proprioseptik).

Ada yang menambah lagi satu indera yaitu : rasa raba (taktil). Indera-indera tersebut di atas membentuk satu unit fungsional yang bertugas mengadakan orientasi terhadap ruangan, atau satu unit yang berfungsi mengatur keseimbangan/ekuilibrium.

Untuk bekerja secara wajar, unit ini memerlukan normalitas fungsi fisiologi indera-indera tersebut sehingga informasi yang ditangkap dari sekitarnya adalah proporsional dan adekuat. Informasi ini dari sisi kanan dan dari sisi kiri masing-masing indera dipertukarkan dan diproses lebih lanjut di dalam oleh suatu unit pemeroses sentral dan selanjutnya proses yang berlangsung didalam system saraf pusat akan bekerja secara reflektorik.

Apabila segalanya berjalan dengan normal, hasil akhir yang didapat ialah timbulnya adaptasi tonus otot-otot, yaitu :

Otot mata menyesuaikan diri, menyesuaikan lapangan pandang (visual field) agar bayangan benda yang dilihat selalu berada di bintik terang mata bilamana kepala dalam keadaan bergerak.

Otot ekstremitas menyesuaikan diri mempertahankan keseimbangan tubuh bilamana tubuh bergerak atau berdiri.

Tetapi bila oleh sesuatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, maka unit pemeroses sentral tidak lagi dapat memperoses informasi-informasi secara wajar/biasa, melainkan menempuh jalan luar biasa. Hasil akhir yang didapat selain ketidaksempurnaan adaptasi otot-otot tersebut diatas juga akan memberikan tanda/peringatan kegawatan. Tanda ini dapat dalam bentuk yang disadari ataupun yang tidak disadari oleh penderita.

Yang disadari :

Bersumber dari pusat vestibular ialah vertigo

Bersumber dari system saraf otonom ialah mual, muntah, berpeluh, dll.

Bersumber dari system motorik ialah rasa tidak stabil

Yang tidak disadari : terutama bersumber dari otot mata yaitu timbulnya nistagmus.

Penyimpangan proses yang wajar tersebut diatas dapat sebagai akibat abnormalitas fungsi

fisiologik salah satu atau lebih indera, atau akibat informasi yang tidak harmonis, atau tidak terkoordinasinya informasi-informasi yang dating dari indera-indera ekuilibrium. Biasanya bila abnormalitas itu bersumber dari system visual akan menimbulkan rasa ringan di kepala, sedangkan bila bersumber dari system vestibular, menimbulkan rasa gerakan. Dikatakan dari semua indera itu, system vestibularlah pegang andil paling besar terhadap ekuilibrium. Di samping ikut andil dalam orientasi ruangan, system vestibular merupakan organ penting yang bekerja otomatis mempertahankan dan menstabilkan posisi dan penglihatan. Sistem ini dapat membangkitkan reflex otomatis, involuntar, gerakan paksaan yang hanya bergantung pada kesadaran (wakefullness) seseorang. Termasuk gerakan bolamata involuntary/nistagmus dan reflek penyesuaian terhadap posisi miring (tilting refleks).

Didalam praktek memang kita lebih mudah membandingkan gejala-gejala nistagmus, mual, muntah dan rasa tidak stabil dan lain-lain dengan jalan merangsang system vestibular daripada merangsang indera yang lain. Misalnya memutar tubuh kita sendiri dengan tubuh sebagai sumbunya, dengan alat pemusing atau di dalam peristiwa mabuk karena gerakan (motion sickness). Didalam hal yang terakhir ini diduga timbulnya peringatan kegawatan tersebut bersangkutan dengan serat-serat diformasio retikularis batang otak yang bersangkutan dengan aktivitas system kolinergik dan adrenergic di situ. Peningkatan kegawatan sesuai dengan peningkatan aktivitas system kolinergik, sedang penurunan tanda kegawatan bersangkutang dengan aktivitas system adrenergic. Meskipun data itu diperoleh terutam dari percobaan/kondisi di laboratorium yaitu dengan alat pemusing, tetapi banyak data farmakologik dan histologik mendukung dugaan tersebut.

Manifestasi Klinik

Gejala yang dirasakan antara lain : tempat berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak, benda di sekitar bergerak atau berputar, mual, muntah, sulit berdiri atau berjalan, sensasi kepala terasa ringan, tidak dapat memfokuskan pandangan.

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.Diagnosis

Anamnesis Tentukan apakah keluhan itu benar-benar vertigo, dan ini harus dibedakan dengan ringan kepala, sukar berdiri/jalan, atau syncope.

Apakah ada hubungan dengan posisi kepala/gerakan kepala.

Apakah berhubungan dengan otalgia, otorrhoe, kekurangan pendengaran, rasa penuh di telinga, tinnitus, vomitus,

Apakah pernah menjalani operasi telinga.

Apakah pernah mendapat trauma kepala.

Apakah pernah minum obat-obat seperti kina, aspirin, atau golongan streptomycin.

Pemeriksaan Fisik Mencai adanya strabismus Mencari adanya nistagmus Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi kepala dan tubuh Maneuver Hallpike Tes Gerakan Halus Mata Tes Nistagmus optokinetik Pemeriksaan dengan ENG(Elektronistagmografi) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Keseimbangan Pemeriksaan Pendengaran Pemeriksaan Neurologi Rutin1. Anamnesa

Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik, Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik.2. Pemeriksaan fisik

Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.

Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada: Fungsi vestibuler/serebelera. Uji Romberg : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.

c. Uji Unterberger :Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany) :Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi

e. Uji Babinsky-Weil:Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang selama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

Pemeriksaan Khusus Oto-NeurologisPemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

Fungsi Vestibulera. Uji Dix-Hallpike :Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring - kan ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

b. Tes Kalori : Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.

c. Elektronistagmogram : Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif

Fungsi Pendengaran 1. Tes garpu tala : Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach memendek.

2. Audiometri . Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay. Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran, dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebeler (tremor, gangguan cara berjalan). Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan meliputi: (1) pemeriksaan nystagmus, (2) test fungsi vestibular, dan (3) test fungsi pendengaran.

1. Nystagmus : nystagmus merupakan gejala utama dari vertigo. Nystagmus yang spontan biasanya patologik, disebabkan oleh penyakit yang menyerang sistem vestibular. Induced nystagmus yang ditimbulkan oleh pengaruh suhu (caloric test), rotasi, posisi, aan rangsang pada retina oleh benda yang bergerak, dapat juga terdapat pada orang yang normal. Arah nystagmus dapat horizontal/rotary bila disebabkan oleh lesi di vestibular-end-organ di labyrinth atau N VIII, lekas lelah. Nystagmus yang vertikal disebabkan oleh lesi sentral dari system vestibular, sering tidak disertai vertigo, tidak pernah lelah.

2. Test vestibular :Head movement test. -- Kepala digerakkan dengan cepat kebelakang sampai extensi penuh; dalam keadaan normal tidak ada nystagmus. Kalau ada, berarti abnormal. Lesi perifer pada N VIII atau N IX. Pada lesi sentral, tetap ada nystagmus selama kepala extensi. Kontraindikasi untuk test ini ialah adanya tekanan intrakranial yang meninggi.

head test. -- Nystagmus akan timbul bila kepala berada pada posisi tertentu, biasanya ke belakang atau ke salahsatu sisi. Biasanya nystagmus ini timbul sesudah 20 30 detik, kemudian hilang lagi dan tidak timbul pada posisi yang sama selama 30 menit. Ini dianggap lesi perifer. Pada lesi sentral, positional nystagmus sering tanpa vertigo dan timbul l