16
RANGKUMAN MATERI UJIAN ILMU UKUR TANAH 2 MATERI : 1. KERANGKA DASAR PEMETAAN 1.1 Poligon 1.2 Pemotongan ke Muka 1.3 Pemotongan ke Belakang 2. SIPAT DATAR 2.1 Sipat Datar 2.2 Syarat-syarat Pemakaian Alat Ukur Penyipat Datar 2.3 Pengukuran Beda Tinggi Antara Dua Buah Titik 2.4 Pengukuran Sipat Datar Berantai 2.5 Pengukuran Sipat Datar Teliti 2.6 Perataan Beda Tinggi Ukuran Sipat Datar 2.7 Sumber Kesalahan dan Cara Mengatasi 3. PENGUKURAN DETIL 3.1 Metode Koordinat Kutub 3.2 Metode Pemotongan ke Muka 3.3 Reduksi Takhimetri 4. PLOTTING (PENGGAMBARAN) 4.1 Plotting Titik-titik Kerangka Pemetaan 4.2 Plotting Detil 4.3 Penarikan Garis Kontur 4.4 Editing 4.5 Simbolisasi 4.6 Langkah-langkah Pemetaan Teristris 4.7 Arti Penting Garis Kontur 5. PENGUKURAN BEDA TINGGI CARA TRIGONOMETRIK 5.1 Pendahuluan 5.2 Jarak Titik Pengamatan ke Obyek Dapat Diukur 5.3 Jarak Titik Pengamat ke Obyek Tidak Dapat Diukur, Titik- titik Pengamat dan Obyek pada Bidang Vertikal yang Sama 6. PENENTUAN AZIMUTH ASTRONOMIS 6.1 Waktu 6.2 Penentuan Azimuth dengan Pengamatan Matahari 6.3 Metode-metode Membidik matahari 6.4 Koreksi-koreksi Hasil Pengamatan 6.5 Langkah-langkah Perhitungan Data Pengamatan 7. PEMETAAN DENGAN ALAT PLANE TABLE (MEJA LAPANGAN) 7.1 Alat Ukur Plane Table 1 | Rangkuman Materi

Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

  • Upload
    jajuli

  • View
    262

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

RANGKUMAN MATERI UJIAN ILMU UKUR TANAH 2

MATERI :

1. KERANGKA DASAR PEMETAAN1.1 Poligon1.2 Pemotongan ke Muka1.3 Pemotongan ke Belakang

2. SIPAT DATAR2.1 Sipat Datar2.2 Syarat-syarat Pemakaian Alat Ukur Penyipat Datar2.3 Pengukuran Beda Tinggi Antara Dua Buah Titik2.4 Pengukuran Sipat Datar Berantai2.5 Pengukuran Sipat Datar Teliti2.6 Perataan Beda Tinggi Ukuran Sipat Datar2.7 Sumber Kesalahan dan Cara Mengatasi

3. PENGUKURAN DETIL3.1 Metode Koordinat Kutub3.2 Metode Pemotongan ke Muka3.3 Reduksi Takhimetri

4. PLOTTING (PENGGAMBARAN)4.1 Plotting Titik-titik Kerangka Pemetaan4.2 Plotting Detil4.3 Penarikan Garis Kontur4.4 Editing4.5 Simbolisasi4.6 Langkah-langkah Pemetaan Teristris4.7 Arti Penting Garis Kontur

5. PENGUKURAN BEDA TINGGI CARA TRIGONOMETRIK5.1 Pendahuluan5.2 Jarak Titik Pengamatan ke Obyek Dapat Diukur5.3 Jarak Titik Pengamat ke Obyek Tidak Dapat Diukur, Titik-titik Pengamat dan Obyek pada

Bidang Vertikal yang Sama6. PENENTUAN AZIMUTH ASTRONOMIS

6.1 Waktu6.2 Penentuan Azimuth dengan Pengamatan Matahari6.3 Metode-metode Membidik matahari6.4 Koreksi-koreksi Hasil Pengamatan6.5 Langkah-langkah Perhitungan Data Pengamatan

7. PEMETAAN DENGAN ALAT PLANE TABLE (MEJA LAPANGAN)7.1 Alat Ukur Plane Table7.2 Syarat-syarat Pemakaian dan Cara Pengaturan Plane Table7.3 Pelaksanaan Pemetaan dengan Alat Plane Table7.4 Penggambaran Detil dan Konturing

1 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 2: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

1. KERANGKA DASAR PEMETAAN1.1 POLIGON

1.1.1 Macam-macam Poligona. Atas dasar titik ikat :

- Terikat sempurna- Terikat tidak sempurna- Terikat sepihak- Bebas (tanpa ikatan)

b. Atas dasar bentuk :- Terbuka- Tertutup- Bercabang

c. Atas dasar alat yang digunakan :- Poligon teodolit- Poligon kompas

d. Atas dasar penyelesaianya :- Poligon numeris- Poligon grafis

e. Atas dasar ketelitiannya :- Tingkat I- Tingkat II- Tingkat III- Tingkat IV (Rendah)

f. Atas dasar hirarkinya :- Poligon Utama- Poligon Anakan

1.2 PEMOTONGAN KE MUKA1.2.1 Metode Perpotongan Sudut

Xc =

Yc =

1.2.2 Metode Perpotongan Azimut

Xc =

2 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 3: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

=

Yc =

=

1.2.3 Metode Jarak dan Sudut Arah

Dari dua perhitungan diatas, didapat dua koordinat titik P, yang kemudian di rata-rata.

1.3 PEMOTONGAN KE BELAKANG1.3.1 Cara Collins

a. Mencari

b. Mencari koordinat H dengan pemotongan ke mukaDari titik B :

Dimana ,

=

Mencari α +ϒ

3 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 4: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

c. Mencari koordinat P dengan pemotongan ke mukaDari titik A:

Dimana ,

=

Dari titik B:

Dimana ,

=

1.3.2 Cara Cassinia. Hitung koordinat titik R dengan segitiga BRA yang siku-siku di A,

maka dan

b. Hitung koordinat titik S dengan segitiga BSC yang siku-siku di C,

maka dan

c. Setelah R dan S didapat, maka dapat ditentukan jurusan RS. Kemudian dihitung koordinat titik P dengan rumus:

:

:

Disini :

n = tg

4 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 5: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

2. SIPAT DATAR2.1 Sipat Datar

Beda tinggi di atas permukaan bumi dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain :a. Sipat datar (spirit levelling) paling telitib. Takhimetrik (tachymetric levelling)c. Trigonometrik (trigonometric levelling)d. Barometrik (barometric levelling)

Alat Ukur penyipat datar ada berbagai tipe, secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Tipe semua tetap- Tanpa sekrup ungkit- Dengan sekrup ungkit

b. Tipe otomatisc. Tipe sinar laserd. Tipe elektronik

2.2 Syarat-syarat Pemakaian Alat Ukur Penyipat Datara. Syarat dinamis : sumbu I vertikalb. Syarat statis :

- Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo- Garis arah nivo tegak lurus sumbu I (sumbu vertikal)- Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

2.3 Pengukuran Beda Tinggi Antara Dua Buah Titik2.4 Pengukuran Sipat Datar Berantai2.5 Pengukuran Sipat Datar Teliti

Ciri – ciri penyipat datar yang teliti :a. Sensitivitas nivo atau pendulum tinggi (harga sudut nivonya kecil)b. Perbesaran bayangan teropong lebih besar ( 20 s/d 30 kali )c. Dilengkapi dengan plat planparalleld. Menggunakan rambu invar, sepatu rambu dan nivo rambu

2.6 Sumber Kesalahan dan Cara Mengatasia. Bersumber dari alat ukur, antara lain:

- Garis bidik tidak sejajar garis arah nivo- Kesalahan titik nol rambu- Rambu tidak betul-betul vertikal- Penyinaran pada alat tidak merata

b. Bersumber dari si pengukur, antara lain:- Kurang paham tentang pembacaan rambu- Mata cacat atau lelah

5 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 6: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

- Kondisi fisik yang lemah- Pendengaran yang kurang

c. Bersumber dari alam, antara lain:- Kelengkungan permukaan bumi- Refraksi sinar- Undulasi- Kondisi tanah tidak stabil

2.6.1 Garis bidik tidak sejajar garis arah nivoPengaruh garis bidik yang sejajar dengan garis arah nivo akan hilang dengan membuat jarak alat ukur ke rambu muka sama dengan jarak alat ukur ke rambu belakang

2.6.2 Kesalahan titik nol rambuKesalahan titik nol rambu akan hilang apabila jumlah slag dibuat genap.

3. PENGUKURAN DETIL3.1 METODE KOORDINAT KUTUB

3.1.1 Penentuan arah dengan azimuth

Jarak mendatar (D) = AS h

Naik / turun (V) = AS sin 2h

Beda tinggi ( = t

Dalam hal ini :A : konstante pengali teropong (100)S : selisih bacaan benang atas (BA) dan benang bawah (BB)h : heling t : tinggi alat ukur Posisi titik detil dihitung dengan rumus :

Dalam hal ini:a : titik detil

6 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 7: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

P : titik poligon yang telah diketahui koordinatnya

: azimut sisi Pa

3.1.2 Penentuan arah dengan sudut

3.2 METODE PEMOTONGAN KEMUKA3.3 REDUKSI TAKHIMETRI

Cara untuk mempercepat perhitungan jarak datar dan vertikal (yang umumnya terdapat banyak sekali pengukuran) dapat diukur dengan metode takhimetri disebut reduksi takhimetri. Adapun macam-macam alat reduksi sistem takhimetri antara lain adalah :

a. Bacaan takhimeter langsung dari jeffcottb. Bacaan takhimeter langsung dari Szepessyc. Stadia altimeter dari Ewingd. Busur stadia Beamane. Reduksi takhimeter otomatis dari Hammer – Fennelf. Reduksi takhimeter dari Wild RDS

4. PLOTTING (PENGGAMBARAN)4.1 Plotting Titik-titik Kerangka Pemetaan

Posisi absis dan ordinat tengah kertas gambar diberi angka sebesar :Absis = Harga absis minimum + ½ panjangn gambar pada sumbu XOrdinat = Harga ordinat minimum + ½ panjang gambar pada sumbu Y

4.2 Plotting Detil4.3 Penarikan Garis Kontur

Sifat garis kontur :- Tidak berpotongan- Tidak bercabang- Tidak bersilangan- Semakin rapat menunjukan daerah semakin curam- Semakin jarang menunjukan daerah semakin datar- Tidak berhenti didalam peta

Metode penarikan garis kontur

a. Metode langsungb. Metode tidak langsung :

- Metode matematis atau interpolasi linier

7 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 8: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

- Metode semi matematis - Metode grafis

4.4 EditingPekerjaan Editing antara lain :1. Pemberian nama – nama (jalan, desa, bangunan, sungai dll)2. Pembuatan simbol-simbol untuk detil atau obyek-obyek yang tertentu3. Keterangan tepi, yang berisi antara lain:

a. Judul petab. Skala peta dalam angka dan garisc. Arah orientasi (arah utara)d. Indeks dan nomor lembare. Keterangan legendaf. Keterangan si pembuat dan waktu pembuatannyag. Kolom pengesahan

4.5 Simbolisasi4.6 Langkah-langkah Pemetaan Teristris

1. Persiapan, yang meliputi: peralatan, perlengkapan, personil, dan logistik2. Survey pendahuluan, maksudnya peninjauan lapangan lebih dahulu untuk

melihat kondisi medan secara menyeluruh, sehingga dari hasil survey ini akan dapat ditentukan :a. Teknik pelaksanaan pengukurannyab. Penentuan posisi titik-titik kerangka peta yang representatif dalam arti

distribusinya merata, intervalnya seragam, aman dari gangguan, mudah didirikan alat ukur, mempunyai kapabilitas yang baik untuk pengukuran detil, saling terlihat dengan titik sebelum dan sesudahnya,dll.

3. Survey pengukuran, meliputia. Pengukuran kerangka petab. Pengukuran detilc. Pengukuran khusus (bila diperlukan)

4. Pengolahan Dataa. Perhitungan kerangka peta (X, Y, Z)b. Perhitungan detil (X, Y, Z) atau cukup sudut arah/azimuthnya, jarak

datar, dan beda tinggi dari titik ikat.5. Plotting ata penggambaran

a. Plotting kerangka petab. Plotting detilc. Konturingd. Editing

4.7 Arti Penting Garis KonturArti penting garis kontur bagi perencanaan rekayasa antara lain :

- Penentuan rute jalan atau saluran irigasi- Bentuk irisan atau tampang pada arah yang dikehendaki

8 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 9: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

- Gambar isometrik dari galian / timbunan- Besar volume galian/ timbunan tanah- Penentuan batas genangan pada waduk- Arah drainase

5. PENGUKURAN BEDA TINGGI CARA TRIGONOMETRIK5.1 Pendahuluan

Pengukuran beda tingggi dengan cara trigonometrik, adalah suatu proses penentuan beda tinggi dari titik-titik pengamatan dengan cara mengukur sudut miring atau sudut vertikalnya dengan jarak yang diketahui, baik jarak dalam bidang datar maupun jarak geodetik.Untuk memperoleh perbedaan tinffi antara stasiun pengamat dengan obyek yang diamati ada beberapa kemungkinan sebagai berikut :1. Jarak titik pengamat sampai dasar obyek yang diamat dapat diukur2. Jarak titik pengamat ke obyek yang diamati tidak dapat diukur, namun titik-

titik pengamat dan obyek yang diamati masih dalam satu bidang vertikal yang sama

3. Jarak titik pengamat ke obyek tidak dapat diukur, dan titik-titik pengamat ke obyek tidak terletak dalam bidang vertikal yang sama

5.2 Jarak Titik Pengamatan ke Obyek Dapat Diukur

h= D tg

ketinggian Q = tinggi P + h’ + D tg

apabila teropong dibuat mendatar dan membidik ke rambu yang berdiri tegak di titik BM dengan bacaan rambu S, maka :

ketinggian Q = tinggi BM + S + D tg

koreksi refraksi (apabia D relatif jauh)= C = 0,06735 D2 meter, D dalam kilometer (km)dengan demikian :

ketinggian Q = tinggi BM + S + D tg + C

5.3 Jarak Titik Pengamat ke Obyek Tidak Dapat Diukur, Titik-titik Pengamat dan Obyek pada Bidang Vertikal yang Sama5.3.1 Pada ketinggian alat yang sama

ketinggian Q = tinggi BM + S + h

5.3.2 Pada ketinggian alat yang berbeda

9 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 10: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

=

Tanda + (plus) untuk apabila tinggi alat di A lebih rendah,

dan tanda – (minus) apabila lebih tinggi dari alat di B

ketinggian Q = tinggi BM + + h1

5.3.3 Pada ketinggian alat yang sangat berbeda

=

Tinggi Q = tinggi A + h1

= tinggi B + s + h1

= tinggi BM + t + s + h1

Disini s = b tg – r + h’

5.3.4 Jarak pengamat obyek tak dapat diukur, titik-titik pengamat dan obyek tidak dalam satu bidang vertikal yang sama

Jadi ketinggian titik Q = tinggi BM +s +

6. PENENTUAN AZIMUTH ASTRONOMIS6.1 Waktu

Untuk beberapa tujuan dibuat sistem-sistem waktu matahari yaitu :1. Waktu matahari sejati2. Waktu matahari menengah3. Waktu matahari sejati setempat4. Waktu matahari menengah setempat5. Waktu standar6. Waktu wilayah

6.2 Penentuan Azimuth dengan Pengamatan Matahari6.2.1 Metode tinggi matahari

10 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 11: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

Pada metode tinggi matahari data yang dibutuhkan adalah tinggi

matahari saat pengamatan (h), deklinasi matahari dan lintang

pengamat adapun rumus dasar yang digunakan adalah :

6.2.2 Metode sudut waktuPada metode ini diperlukan pula peta topografi untuk menentukan

lintang dan bujur pengamat.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

Sudut waktu (t) = GMT +PW + – 12 jam

Dimana :GMT = WIB – 7 jamPW = Perata Waktu (dari tabel)

= bujur pengamatan (dari peta topografi)

sudut waktu (t) dapat pula dicari dengan rumus:

Kadang untuk menghindari harga PW yang negatif, kemudian PW diganti dengan E yang besarnya PW + 12 jam.

6.3 Metode-metode Membidik matahariPembidikan dapat dilakukan dengan beberapa metode, tergantung ketersediaan alat, antara lain :1. Memakai filter gelap di okuler, sehingga dapat langsung membidik matahari2. Tanpa filter (bayangan ditadah dengan kertas dibelakang okuler)3. Memakai prisma roelofs (pusat matahari dapat langsung dibidik)

6.4 Koreksi-koreksi Hasil Pengamatan

11 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 12: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

Untuk pengamatan matahari, ada empat macam koreksi yang harus diberikan pada data ukuran untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya , yaitu :1. Koreksi refraksi2. Koreksi paralak3. Koreksi tinggi tempat4. Koreksi setengah diameter matahari6.4.1 Koreksi Refraksi

r = 58’’ tan hukoreksi ini selalu bertanda (-) minus

6.4.2 Koreksi Paralakp = 8’’,8 cos hukoreksi ini selalu (+) pada sudut vertikal (hu) dan (-) pada sudut zenit

6.4.3 Koreksi Tinggi Tempat

d: tinggi tempat pengamat dalam feetR: jari-jari bumi (dalam feet)Koreksi ni selalu bertanda minus (-)

6.4.4 Koreksi Setengah Diameter Matahari

½ dh = ½ d sec huBesarnya berkisar antara 15’45’’ sampai 16’18’’ dirata-rata = 16’Koreksi ini bisa bertanda plus atau minus tergantung tepi mana yang dibidik:a. Untuk sudut vertikal apabila yang dibidik tepi atas, koreksinya

minus. Sebaliknya jika yang dibidik tepi bawah, koreksinya plusb. Untuk sudut horizontal, koreksi minus diberikan apabila yang dibidik

tepi matahari yang jauh dari arah titik acuan, sebaliknya plus apabila yang dibidik sisi yang dekat dengan titik acuan

6.5 Langkah-langkah perhitungan data pengamatanLangkah-langkah perhitungan azimut matahari, sebagai berikut :1. Menghitung tinggi (sudut vertikal) matahari yang sebenarnya2. Menghitung waktu pengamatan3. Menghitung deklinasi matahari4. Menghitung lintang dan bujur pengamatan5. Menghitung azimut matahari6. Menghitung sudut horizontal antara matahari dan acuan7. Menghitung koreksi setengah diameter untuk horizontal8. Menghitung azimut acuan9. Menghitung azimuth acuan rata-rata

7. PEMETAAN DENGAN ALAT PLANE TABLE (MEJA LAPANGAN)

12 | R a n g k u m a n M a t e r i

Page 13: Rangkuman Materi Ujian Ilmu Ukur Tanah 2

7.1 Alat Ukur Plane TableAlat ukur plane table terdiri dari empat macam komponen, yaitu :1. Badan Ukur2. Meja Gambar3. Penghubung meja gambar dengan statif4. Statif

7.2 Syarat-syarat Pemakaian dan Cara Pengaturan Plane TableSyarat dinamis :1. Meja gambar harus mendatar. Hal ini bisa dipantau denga tabung pada meja

gambar.2. Sentering. Maksudnya titik stasiun pengukuran dipermukaan tanah harus

terletak dibawah (segaris dengan gaya berat) gambar titik tersebut yang ada pada meja gambar

3. Orientering (terorientasi), maksudnya sudut jurusan antara dua buah titik diatas peta (meja gambar) dan jurusan yang sebenarnya dipermukaan bumi terletak dalam bidang tegak yang berimpit atau sejajarMetode orientering :

- Metode lehman- Metode kalkir

Syarat statis :1. Sumbu perputaran teropong(sumbu II) mendatar2. Benang silang tegak, tegak lurus dengan sumbu teropong (sumbu II)3. Mistar harus lurus4. Garis bidik tegak lurus teropong (sumbu II)5. Tidak ada kesalahan indeks vertikal6. Tepi mistar sejajar dengan bidang bidang vertikal yang melalui garis bidik

7.3 Pelaksanaan Pemetaan dengan Alat Plane TableUrutan pelaksanaan pengukuran plane table adalah sebagai berikut :1. Pengukuran kerangka peta2. Pengukuran detil :

- Dengan cara menyebar atau radial (x, y, z)- Dengan cara pemotongan ke muka (x, y)- Dengan cara pemotongan ke belakang (x, y, z)

13 | R a n g k u m a n M a t e r i