Upload
dinhnhi
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERCEPATAN PEMBANGUNAN, SARANA DAN PRASARANA LAYANAN DASAR DAN INFRASTRUKTUR PEREKONOMIAN PERDESAAN YANG BERORIENTASI POTENSI UNGGULAN
LOKAL
RANCANGAN AWAL
Rencana Kerja Pembangunan Daerah KABUPATEN TANA TIDUNG TAHUN 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019
merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016-2021. Adanya Perubahan Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016-2021 menuntut untuk penajaman
terhadap prioritas tertuang dalam visi kabupaten yaitu “Meningkatkan Pembangunan
Kabupaten Tana Tidung melalui Harmonisasi dalam Pendayagunaan Potensi
Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, Ekonomi Pro Rakyat, Budaya Lokal dan
IPTEK menuju Kesejahteraan Masyarakat yang berkelanjutan.
Penyusunan RKPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019, dilakukan penajaman
prioritas daerah untuk mengintegrasikan pembangunan antar perangkat daerah dan
desa. Pelaksanaan RKPD Tahun 2019 mengacu pada pembangunan berkelanjutan, tata
kelola pemerintahan yang baik, kerangka kelembagaan dan regulasi yang ada serta
norma-norma pembangunan. Dalam rangka efektivitas pelaksanaan RKPD Tahun 2019
diperlukan sikronisasi perencanaan dan penganggaran sehingga terjadi kesinambungan
antara dokumen perencanaan dan penganggaran serta sebagai upaya pengendalian
pencapaian sasaran pembangunan daerah.
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86
Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah. RKPD disusun dengan tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan Penyusunan RKPD;
2. Penyusunan Rancangan Awal RKPD;
3. Penyusunan Rancangan RKPD;
4. Pelaksanaan Musrenbang RKPD Kabupaten Tana Tidung;
2
5. Perumusan Rancangan Akhir RKPD;
6. Penetapan RKPD Kabupaten Tana Tidung
1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN
Penyusunan Rancangan Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Tana
Tidung Tahun 2019 didasarkan pada beberapa peraturan perundangan yang berlaku,
yaitu :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Pengelolaan
Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4286);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4578);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 22 Tahun 2010;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.
3
1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan hierarki perencanaan pembangunan daerah
dengan kewenangannya. Sehingga dapat dilihat keterkaitan antar dokumen sebagai
berikut :
Gambar 1.1 Keterkaitan Hubungan Antar Dokumen Perencanaan
1.4 MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 disusun
dengan maksud agar tercipta sinkronisasi dan integrasi pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan daerah, sehingga bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat.
Tujuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Tana
Tidung Tahun 2019 adalah :
1. Pedoman perumusan penyempurnaan rancangan Renja Perangkat Daerah Tahun
2019 di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tana Tidung;
2. Acuan dalam Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (KUA-PPAS) Kabupaten Tana Tidung Tahun Anggaran 2019;
3. Pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Tana Tidung Tahun Anggaran 2019.
4
1.5 SISTEMATIKA
Sistematika penulisan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2019 sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN berisikan tentang Latar Belakang,Dasar Hukum
Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen, Maksud dan Tujuan serta
Sistematika Dokumen RKPD.
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH, berisikan tentang Kondisi Umum
Kondisi Daerah, Aspek Geografi dan Demografi, Aspek Kesejahteraan
Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing Daerah.
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI
TAHUN BERJALAN DAN REALISASI RPJMD. PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN DAERAH berisikan tentang permasalahan Daerah yang
berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah,
Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah.
BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH, berisikan
tentang Arah Kebijakan Ekonomi Daerah, Arah Kebijakan Keuangan
Daerah.
BAB IV SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH, berisikan tentang
Tujuan dan Sasaran Pembangunan, Prioritas Pembangunan Tahun 2018.
BAB V RENCANA KERJA DAN PENDANAAN DAERAH, berisikan rencana program
dan kegiatan prioritas daerah dan capaian kinerja yang direncanakan
dalam RPJMD, yang dalam rencana program dan kegiatan tersebut
mewakil aspirasi dan kepentingan masyarakat.
BAB VI KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH, berisikan
Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang bertujuan
sebagai panduan dalam pencapaian Kinerja Tahunan yang ditetapkan
menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) atauapun Indikator Kinerja Kunci
(IKK) pada akhir tahun perencanaan.
BAB VII PENUTUP
5
BAB 2
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
Kondisi geografi dan demografi merupakan dua faktor penting dan mendasar yang
menentukan keberhasilan pembangunan. Kondisi geografi akan memberikan gambaran
tentang ketersediaan sumberdaya alam, mulai dari luas lahan, mineral dan bahan
tambang yang terkadung di dalamnya, hingga fisiografi lahan berserta flora dan fauna
yang berada di atasnya. Sedangkan, kondisi demografi merupakan gambaran tentang
ketersediaan sumberdaya manusia, baik ditinjau dari aspek kualitas maupun
kuantitasnya dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Tana
Tidung.
2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah
A. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Tana Tidung dibentuk sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kabupaten Tana Tidung, dan merupakan kabupaten
pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Kabupaten ini kemudian di sahkan oleh Presiden
RI pada tanggal 10 Juli 2007 dan Kabupaten Tana Tidung resmi menjadi Kabupaten ke-
10 atau Daerah Otonom ke-14 di Provinsi Kalimantan Timur, dengan dilantiknya
Penjabat Bupati Tana Tidung pada tanggal 18 Desember 2007. Setelah lahirnya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 pada tanggal 25 Oktober 2012 tentang
pembentukan Daerah Otonom Baru Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan
pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur, maka Kabupaten Tana Tidung menjadi
salah satu kabupaten pada wilayah pemekaran Provinsi Kalimantan Utara tersebut.
Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten
Tana Tidung, Kabupaten Tana Tidung memiliki luas wilayah administrasi seluas
4.828,58 km2, dengan ibukota kabupaten terletak di Desa Tideng Pale Kecamatan
Sesayap, terdiri dari 3 wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Sesayap, Kecamatan
Sesayap Hilir dan Kecamatan Tana Lia. Seiring dengan perkembangan dan
pertumbuhan pembangunan Kabupaten Tana Tidung, maka dipandang perlu
pemekaran wilayah kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tana Tidung
Nomor 5 Tahun 2011 dan Peraturan Daerah Kabupaten Tana Tidung Nomor 10 Tahun
6
2012, wilayah kecamatan Kabupaten Tana Tidung bertambah menjadi 5 wilayah
kecamatan. Sehingga Wilayah administratif Kabupaten Tana Tidung terdiri dari 5
Kecamatan dan 29 Desa/Kelurahan. yaitu Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir, Tana Lia
Kecamatan Betayau dan Kecamatan Muruk Rian. Melalui peta padu serasi Provinsi
Kalimantan Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan
Sebelah Timur : Laut Sulawesi, Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan
Sebelah Selatan : Kabupaten Bulungan
Sebelah Barat : Kabupaten Malinau
Wilayah administrasi Kabupaten Tana Tidung terdiri dari 5 kecamatan atau 32
Desa, dengan rincian sebagai berikut:
1. Kecamatan Sesayap, luas wilayah sekitar 1.016,92 Km² membawahi 7 Desa, yaitu
Desa Tideng Pale, Limbu Sedulun, Sebidai, Sedulun, Tideng Pale Timur, Gunawan dan
Sebawang.
2. Kecamatan Sesayap Hilir, luas wilayah sekitar 1.317,53 Km² membawahi 8 Desa,
yaitu Desa Sesayap, Sengkong, Bebatu, Badan Bikis, Sepala Dalung, Seludau,
Menjeletung, dan Sesayap Selor.
3. Kecamatan Tana Lia, dengan luas 877,86 Km² membawahi 5 Desa, yaitu Desa
Tanah Merah, Tengku Dacing, Sambungan, Tanah Merah Barat, Sambungan Selatan.
4. Kecamatan Betayau, dengan luas 1.007,65 Km² membawahi 6 Desa, yaitu Desa
Buong Baru, Bebakung, Kujau, Mendupo, Maning, dan Periuk.
5. Kecamatan Muruk Rian, dengan luas 608,62 Km² membawahi 6 Desa, yaitu Seputuk,
Rian, Balayan Ari, Rian Rayo, Kapuak, Sapari
Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Tana Tidung
No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Desa
1 Sesayap 1.016,92 7
2 Sesayap Hilir 1.317,53 8
3 Tana Lia 877,86 5
4 Betayau 1.007,65 6
5 Muruk Rian 608,62 6
Jumlah 4.828,58 32
Sumber: Perda No. 5 Tahun 2011 dan Perda No. 10 Tahun 2012
7
Untuk lebih jelasnya pembagian wilayah administrasi Kabupaten Tana Tidung dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
8
KECAMATAN
KEC. BETAYAU
KEC. MURUK RIAN
KEC. SESAYAP
KEC. SESAYAP HILIR
KEC. TANA LIA
(
(
(
((
!!!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!
!!!!
!! !!
!!
!!
!!!!
!!
!!
!!
!!!!
!!!! KEC. SESAYAP HILIR
KEC. SESAYAP
KEC. BETAYAU
KEC. TANA LIA
KEC.MURUK RIAN
S.
Po
ndo
k
S. Te
rusan Te
lad
an
S. Bikis
S. Betayau
S
. Mengkudu
S.
S
enunuk
S . Siambun
S. B
etu
an
S. Linuang Kayam
S. S
em
bakung
S. Sesayap
S.
S embiling
Besar
S. Bengkaw a
t
S. Linuang Bajau
S. Tanjung Keramat
S. Sesayap
S. Bebatu
Sesayap
Tanah
Merah
Kapuak Sapari
Maning
BelayanAri
Periuk
Linuang
Kayam
TanahMerahBarat
SambunganSelatan
RianRayo
Sesayap
Selor
Sambungan
TanahMerah
Tengku
Dacing
Rian
Seputuk
Bebatu
BandanBikis
Menjelutung
SengkongLimbuSedulun Sebidai
Gunawan
Mendupo
Bebakung
Kujau
BuangBaru
Sebawang
Seludau
Sesayap
Sepala
Dalung
TidengPalaTimur
Sedulun
Gambar 2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Tana Tidung
9
B. Letak dan Kondisi Geografis
Kabupaten Tana Tidung merupakan bagian dari wilayah Propinsi Kalimantan
Utara, secara astronomi terletak diantara 116° 42´ 50” - 117° 49’ 50″ Bujur Timur dan
3°12 ´02” - 3° 46´ 41” Lintang Utara. Kabupaten Tana Tidung berada di tengah-tengah
antara Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten
Nunukan yang merupakan jalur strategis perekonomian. Berada pada jalur poros
tengah wilayah utara yang menghubungkan Tarakan, Bulungan, Malinau, dan
Nunukan. Gambaran karakteristik wilayah Kabupaten Tana Tidung dapat
dideskripsikan berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada. Wilayah Kabupaten
Tana Tidung terbagi menjadi 2 (dua) kawasan, yaitu: kawasan perbukitan dan
kawasan non perbukitan. Kawasan perbukitan termasuk hutan, hutan lindung, dan
kawasan-kawasan lain yang sejenis. Sedangkan kawasan Non perbukitan meliputi
daerah pemukiman penduduk, zona pertanian, dan kawasan-kawasan lain yang
sejenis.
Sedangkan karakteristik dasar Kabupaten Tana Tidung dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Kabupaten Tana Tidung merupakan wilayah yang memiliki sumber daya alam
(minyak bumi) dan gas, batubara, emas, sumberdaya hutan, ketersediaan lahan
perkebunan, dan wilayah perairan yang luas);
b. Kabupaten Tana Tidung berada diantara Kota Tarakan, Kab. Bulungan Kab.
Malinau, dan Kab. Nunukan yang merupakan jalur perekonomian yang strategis;
c. Kabupaten Tana Tidung berada pada jalur poros tengah wilayah utara yang
menghubungkan Tarakan, Bulungan, Malinau dan Nunukan (Serawak-Sabah).
C. Topografi
Kondisi Kabupaten Tana Tidung memiliki beberapa pulau, yang dialiri puluhan
sungai besar dan kecil, serta secara topografi memiliki daratan yang berbuit-bukit,
bergunung-gunung dengan tebing terjal dan kemiringan terjal dan kemiringan yang
tajam. Ibukota Kabupaten Tana Tidung berkedudukan di Tideng Pale Kecamatan
Sesayap.
10
Gambar 2.2 Persentase Kelas Ketinggian
Kabupaten Tana Tidung (Sumber: Analisis Data, 2017)
Adapun pulau yang terluas adalah Pulau Mandul (35.291,76 ha) dan sungai yang
terpanjang adalah sungai Sesayap (576 km). Sedangkan gunung yang tertinggi adalah
Gunung Rian yang berada di Kecamatan Sesayap dengan ketinggian 250 m.
Berdasarkan topografi Kabupaten Tana Tidung berada di ketinggian antara 250
m.dpl - 680 m.dpl di atas permukaan laut. Di Kabupaten Tana Tidung terdapat
dataran tinggi yang terjal yang ditumbuhi hutan belantara, perbukitan dengan
pegunungan dengan ketinggian ± 500 m di atas permukaan laut.
Tabel 2.2
Kelas Ketinggian Kabupaten Tana Tidung
No Ketinggian Kelas Ketinggian Prosentase
1 0-70 m.dpl 11.034 3,57
2 7-25 m.dpl 246.733 79,80
3 25-100 m.dpl 51.029 16,51
4 100-500 m.dpl 22 0,01
5 500-1000 m.dpl 302 0,10
6 >1000 m.dpl 0 0
Sumber: Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2017
Berdasarkan kemiringan
tanah, wilayah Kabupaten
Tana Tidung cukup bervariasi
dari 0-2% sampai lebih dari
40%, dataran rendah hanya
sebagian besar di daerah
Kecamatan Sesayap, Sesayap
Hilir, Bebakung, Muruk Rian
maupun Tana Lia. Wilayah
Kabupaten Tana Tidung
didominasi dengan
kelerengan/ kemiringan tanah
0-8% (datar).
0-70 m.dpl
4%
7-25 m.dpl80%
25-100 m.dpl16%
100-500 m.dpl
0%
500-1000 m.dpl
0%
>1000 m.dpl0%
11
Tabel 2.3
Kelas Kemiringan Lahan (rata-rata) Kabupaten Tana Tidung
No Kemiringan Luas (Km²) Presentase (%)
1 Datar-landai 4.426,578 91,686
2 Berombak 101,395 2,100
3 Bergelombang 25,368 0,525
4 Berbukit 271,192 5,617
5 Bergunung 3,467 0,072
Jumlah 4.828 100,00
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2017
Gambar 2.3 Persentase Kelas Kemiringan di
Kabupaten Tana Tidung
(Sumber: Analisis Data)
D. Geologi
Ditinjau dari aspek geologi, Kabupaten Tana Tidung memiliki beberapa pulau
yang dialiri beberapa sungai besar dan sungai kecil serta topografi memiliki sebagian
daratan yang berbukit-bukit. Terdapat 2 buah gunung di Kecamatan Sesayap, yaitu
Gunung Rian Dan Gunung Aung.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Tana Tidung terutama didominasi oleh
Ultisol, Inceptisol, Entisol dan Spodosol. Ultisol adalah tanah yang sudah tua dengan
tingkat kesuburan tanah yang rendah serta memiliki batuan mudah lapuk yang
miskin hara. Inceptisol adalah tanah sedang berkembang, biasanya berwarna coklat
kemerahan dan relatif agak subur, Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan
Datar-landai 92%
Berombak 2%
Bergelombang
0%
Berbukit 6%
Bergunung 0%
12
merupakan hasil pengendapan dan doposisi longsoran tanah lainnya. Spodosol
adalah tanah yang memiliki horison spodik yang bersifat masam dengan kesuburan
tanah yang rendah.
Tabel 2.4
Pulau-pulau di Kabupaten Tana Tidung
No. Nama Pulau Luas (Ha) No. Nama Pulau Luas (Ha)
1 Baru 92,78 21 Sebidai Selatan 46,08
2 Baru Lumot 81,95 22 Sebidai Utara 18,96
3 Bekaro 102,80 23 Sekabat 51,50
4 Bengkalung 184,65 24 Sekapal 84,46
5 Fani 264,02 25 Sengato 3.484,85
6 Ijap 2.883,18 26 Sengato Tengah 88,47
7 Iting–iting 972,08 27 Sepakang 13,61
8 Kranggasan Barat 355,40 28 Sesayap 119,83
9 Kranggasan Timur 331,24 29 Siambun 74,53
10 Linuang Bujung 1.908,88 30 Sida 4.598,80
11 Lisan 17,72 31 Singa 78,19
12 Mandul 35.291,76 32 Sumbing 76,83
13 Mandul Lumot 3.397,90 33 Tembalang 220,58
14 Mangkudulis Besar 26.127,22 34 Tembangan 1.150,86
15 Mangkudulis Kecil 3.942,14 35 Tempudus 48,91
16 Mengkasak 1.696,90 36 Tengku Dacing 1.760,39
17 Mensatul 851,90 37 Tiga 516,86
18 Saka 19,50 38 Tiram 29,84
19 Sapunti 147,88 39 Umbus 38,2
20 Sebidai 173,16
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2017
Kondisi geologi di Kabupaten Tana Tidung memperlihatkan satuan batuan yang
terdapat dalam beberapa formasi terdiri dari kelompok batuan sedimen, batua
termalihkan dan batuann hasil prodak gunungapi ataupun batuan terobosan dari
yang berumur tua sampai muda. Struktur geologi yang berkembang di wilayah
Kabupaten Tana Tidung adalah lipatan dan sesar. Struktur lipatan, berupa antiklin
dan sinklin, dengan arah utama sumbu lipatan tenggara–barat laut, serta struktur
sesar normal yang dijumpai pada Formasi Sembakung searah dengan sumbu lipatan.
13
Peran struktur geologi sangat signifikan dalam keterdapatan sumber daya mineral.
Proses ini dapat terjadi baik dalam keterdapatan logam seperti emas yang akan
terangkat melalui celah-celah retakan akibat struktur geologi yang terjadi seperti
patahan, kekar dan lipatan. Khusus terhadap akumulasi minyak bumi, peran struktur
lipatan dan patahan sangat penting untuk terakumulasinya minyak dan gas bumi.
Dengan kondisi tersebut Kabupaten Tana Tidung mempunyai potensi adanya indikasi
keterdapatan minyak bumi dengan bentuk struktur bawah permukaan pada lapisan
sedimen di cekungan Tarakan/Sub Tidung.
E. Hidrologi
Berdasarkan kondisi hidrologinya Kabupaten Tana Tidung terdiri dari 3 daerah
aliran sungai utama, yaitu DAS Linuang Kayam, DAS Betayau dan DAS Sesayap
dengan panjang sungai yang bervariasi. Sungai terbesar adalah sungai sesayap yang
mengalir arah hampir Barat-Timur dengan ukuran lebar antara 5–500 m. Kabupaten
Tana Tidung terdapat 3 buah sungai yaitu Sungai Sesayap dengan panjang 270 km
(termasuk yang erada di wilayah Malinau), Sungai Bandan panjang 70 km, dan sungai
Betayau.
F. Klimatologi
Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Kabupaten Tana Tidung
beriklim tropik dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan
Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai dengan
bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim
peralihan pada bulan-bulan tertentu. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di
Stasiun Meteorologi Tanjung Selor pada tahun 2014 mengalami musim hujan
sepanjang tahun denan curah hujan 221 mm dengan rata-rata hari hujan per bulan 18
hari. Untuk penyinaran matahari rata-rata 59 persen/bulan. Rata-rata suhu udara
sepanjang tahun 2014 adalah 27,4 ºC, berkisar antara 21,3ºC- 36,4ºC. Untuk
kelembaban udara tercatat relatif tinggi berkisar antara 44% sampai 100% dengan
rata-rata selama tahun 2016 adalah 84%.
14
Tabel 2.5
Curah Hujan di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2012-2016
Tahun Curah Hujan (mm rata-rata per bulan dalam 1 tahun)
2012 2.738,0
2013 3.154,3
2014 2.654,6
2015 2.473,0
2016 3.598,1
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2017
G. Penggunaan Lahan
Sumberdaya lahan di Kabupaten Tana Tidung berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2012 – 2032, tentang status kawasan hutan,
seluas 4.828,58 Km2 atau 482.858 Ha, secara garis besar terbagi menjadi kawasan
budidaya kehutanan (KBK) dan kawasan budidaya non kehutanan (KBNK). Sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 79/KPTS-II/2001 dan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 554/Menhut-II/2013, Kawasan budidaya
kehutanan (KBK) mencakup luasan 170.340,64 Ha (53%) yang terbagi lagi terdiri
dari hutan produksi (HP) seluas 151.378,24 Ha, hutan produksi terbatas (HPH) seluas
9.058,58 Ha serta hutan produksi konversi (HPK) seluas 9.876,82 Ha. Sedangkan
Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) yang terdri dari areal penggunaan lain
(APL) seluas 163.771,70 Ha (41%) dan Tubuh Air seluas 23.402,22 Ha (7%).
Hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Tana Tidung adalah hutan, karena
itu dari penggunaan lahan di Kabupaten Tana Tidung didominasi oleh sektor
kehutanan. Sekitar 53 % adalah hutan, baik itu hutan lindung, hutan negara, sebagian
digunakan untuk pertanian melalui pola pengelolaan konsesi. Disamping
peruntunkan tersebut, peruntukan lahan digunakan sebagai pemukiman, kawasan
konservasi, buffer zone, pusat pemerintahan, pemukiman desa, hutan lindung, dan
lain-lain. Selain digunakan kawasan pertanian dan perkebunan, lahan di Kabupaten
Tana Tidung juga digunakan sebagai pembangunan infrastruktur dan pemukiman
warga.
15
Tabel 2.6
Penggunaan Lahan di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016
No Tutupan Lahan Luas (Km2) Prosentase
1 Hutan Lahan Kering Primer 158,95 0,47
2 Hutan Lahan Kering Sekunder 897,66 19,00
3 Hutan Mangrove Primer 9,76 0,35
4 Hutan Mangrove Sekunder 102,40 5,86
5 Hutan Rawa Primer 122,49 4,66
6 Hutan Rawa Sekunder 505,00 24,09
7 Hutan Tanaman 5,24 0,11
8 Lahan Terbuka/Kosong 23,33 1,11
9 Pemukiman 24,78 0,08
10 Perkebunan 812,76 0,14
11 Pertambangan 59,86 0,22
12 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 68,18 1,58
13 Semak Belukar 470,16 11,34
14 Semak Belukar Rawa 840,61 20,04
15 Tambak 727,40 10,96
Jumlah 4.828,58 100
Sumber : Interpretasi Citra Landsat 8 OLI/TIRS Tahun 2016
16
Sebagai daerah pemekaran, kondisi awal kabupaten tana tidung masih sangat
terbatas terutama dari segi infrastruktur, sarana dan prasarana yang mendukung
pada pelayanan masyarakat, antara lain belumnya terbangun kantor pemerintahan
yang representatif, sarana dan prasarana transportasi darat dengan status lahan
masih pinjam pakai dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, sulitnya
mendapatkan lahan produktif untuk aktifitas pertanian masyarakat, serta status
kepemilikan lahan yang secara riil dimiliki masyarakat belum mempunyai aspek
legalitas.
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2012-2032, adapun potensi
pengembangan wilayah di Kabupaten Tana Tidung terdiri dari :
1. Sistem Pusat Pelayanan dengan potensi Pusat-pusat pelayanan di Kabupaten
Tana Tidung bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dengan adanya
ketersediaan fasilitas. Pusat pelayanan tersebut yang akan menentukan hierarki
pusat pelayanan sesuai dengan konsepsi perwilayahan dan visi pembangunan
kabupaten. Orientasi pusat pelayanan permukiman adalah ke wilayah Tideng Pale,
Sedulun dan Tideng Pale Timur. Pemekaran Kabupaten Tana Tidung secara
langsung diikuti pembangunan sarana prasarana pendukung dan akan
menarik pertumbuhan permukiman baru.
2. Sistem Perwilayahan Pembangunan dengan potensi Penentuan sistem
perwilayahan pembangunan di Kabupaten Tana Tidung memiliki potensi yang
besar untuk mencapai keseimbangan dan kemerataan pembangunan antar
wilayah. Dengan adanya pembagian Wilayah Pengembangan (WP) yang
tersebar merata mencakup seluruh wilayah Kabupaten Tana Tidung, maka
distribusi fasilitas pelayanan umum tidak hanya akan terpusat di salah satu
wilayah saja, namun dapat merata ke semua Wilayah Pengembangan (WP) yang
melingkupi beberapa kecamatan di dalamnya. Kelengkapan fasilitas sosial
ekonomi di tiap sub satuan wilayah pengembangan berpotensi meningkatkan
aktifitas masyarakat di dalam wilayah tersebut. Pembentukan wilayah
pengembangan (WP) barat mutlak dilakukan mengingat wilayah ini merupakan
17
jantung Kabupten Tana Tidung dengan fungsi utamanya sebagai pusat
pemerintahan serta pusat perekonomian (jasa dan perdangangan).
3. Secara hirarki WP ini terdiri dari kota-kota hiraki I dan hiraki II, yang
diharapkan dapat menjadi pemicu terhadap perkembangan WP lainya, karena
memiliki dukungan infrastruktur yang memadai. Orientasi kegiatan lainya pada
wilayah pengembangan ini adalah pertanian, pertambangan, perkebunan,
kehutanan, dan pariwisata. Untuk pembentukan wilayah Tengah dan Timur
disesuaikan dengan karakteristik wilayah yang berorientasi pada kegiatan
pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan, dan pariwisata.
Penetapan pusat pertumbuhan utama tersebut diharapkan dapat menciptakan
pemerataan perkembangan menuju setiap bagian wilayah (spread effect).
4. Sistem Pusat Permukiman Perdesaan dan Perkotaan dengan potensi Kawasan
Ibukota Kabupaten Tana Tidung merupakan permukiman dengan segala
aktivitasnya. Pusat-pusat permukiman akan membentuk nodes atau simpul
wilayah yang akan menjadi pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan pelayanan
sosial ekonomi. Pusat permukiman di Kabupaten Tana Tidung baik permukiman
perdesaan maupun permukiman perkotaan memiliki potensi sebagai kawasan
permukiman yang berkembang memiliki skala pelayanan dan hirarki tertentu.
Permukiman perdesaan memiliki pusat pelayanan mulai dari Pusat Desa, Desa
Pusat pertumbuhan, dan perkotaan terdapat perkotaan sebagai pusat kegiatan
wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL).
5. Pengembangan prasarana wilayah yang dilihat dari aspek transportasi darat,
sungai/laut, telekomunikasi, prasarana lingkungan, air bersih dan prasarana
irigasi. Adapun potensi tersebut yaitu : Prasarana transportasi Untuk akses masuk
ke dalam dan ke luar Kabupaten Tana Tidung dapat dilakukan dengan dua
alternatif, yaitu melalui jalur darat (jalan raya) dan jalur perairan (sungai).
Transportasi darat dengan potensi : adanya jaringan jalan arteri primer sebagai
Jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan beberapa daerah, yang
terbentang dari perbatasan Kecamatan Sesayap dan Sesayap Hilir, ke arah barat
menuju Kabupaten Malinau-Simanggaris dan ke arah selatan menuju Tanjung
Selor-Samarinda. Adanya jaringan jalan tersebut menjadi penghubung antar
18
wilayah sebagai transformasi aliran barang dan penumpang yang mempunyai
komposisi sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan.
Transportasi Laut/ Perairan dengan potensi : Angkutan laut dan sungai
mempunyai peranan penting dalam hal transportasi di Kabupaten Tana Tidung.
Hal tersebut dikarenakan akses angkutan laut dan sungai lebih mudah
daripada melalui darat. Adanya Pelabuhan Tideng Pale memudahkan penduduk
untuk mengakses daerah lain. Adanya pelabuhan tersebut didukung pula oleh
aktivitas bongkar muat barang di Pelabuhan Tideng Pale cukup tinggi. Adanya
potensi tersebut, maka perlu pengembangan agar akses ke suatu wilayah dengan
transportasi sungai/laut ditingkatkan.
Prasarana Energi/ Listrik dengan potensi : Wilayah Kabupaten Tana Tidung telah
terlayani oleh jaringan listrik, terutama pada kawasan permukiman dan sarana
umum. Prasarana kelistrikan dibutuhkan untuk menunjang berbagai aktivitas dan
kegiatan, seperti penerangan, kegiatan industri, dan lain sebagainya. Sambungan
listrik di Kabupaten Tana Tidung menggunakan listrik PLN dan non-PLN. Selain
itu, adanya PLTD akan membantu dalam pemenuhan kebutuhan listrik
Kabupaten Tana Tidung.
Prasarana Air Bersih dengan potensi : Pemenuhan kebutuhan air bersih di
Kabupaten Tana Tidung dengan memanfaatkan air permukaan (sungai) sebagai
sumber air baku yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Tana Tidung. Potensi
sumberdaya air di Kabupaten Tana Tidung terutama sungai relatif berlimpah. Hal
tersebut memberikan alternatif pemanfaatan sumber daya air yang relatif murah.
Sistem perpipaan yang telah ada membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan air bersihnya, sehingga kuantitas air bersih telah tercukupi. Selain itu,
masyarakat juga menampung air di tandon-tandon untuk mengantisipasi
kekurangan air.
Prasarana Irigasi dengan potensi : Luas tanah sawah di Kabupaten Tana Tidung
relatif kecil yaitu sebesar 335 hektar, dari luas lahan tersebut sebesar 55 hektar
beririgasi setengah teknis. Jenis pengairan yang masih mendominasi adalah
sawah pasang surut. Walaupun jumlah sawahnya yang relatif kecil, prasarana
irigasi tersebut memiliki potensi bagi produksi pertanian sebagai pendukung
19
sektor pertanian di Kabupaten Tana Tidung. Selain itu, adanya sungai di Kabupaten
Tana Tidung membantu untuk mengairi tanah pertanian sawah.
Prasarana Telekomunikasi dengan potensi : Sarana komunikasi yang tersedia di
Kabupaten Tana Tidung yaitu kantor pos dan giro. Selain itu, adanya sambungan
telepon kabel, telepon seluler memudahkan masyarakat untuk melakukan
komunikasi ke daerah lain. Mengingat, kegiatan masyarakat dalam hal bisnis dan
orientasi kegiatan masyarakat pada sektor-sektor tertentu juga tinggi.
Ketersediaan jaringan telekomunikasi tersebut akan berdampak pada aktivitas
masyarakat.
Prasarana Lingkungan dengan potensi : Pengembangan prasarana lingkungan
yaitu dengan peningkatan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Oleh karena
itu, limbah padat berupa persampahan harus ditanggulangi, tidak hanya oleh
pemerintah tetapi juga oleh masyarakat. Seluruh produksi sampahnya harus
dikelola secara terpadu, yaitu melalui mekanisme pewadahan,
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir yang dikoordinasikan oleh
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung dengan peran serta masyarakat. Selain itu
prinsip 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) harus disosialisasikan ke masyarakat
yaitu menggunakan kembali bahan-bahan sisa yang dapat dimanfaatkan kembali
(seperti plastik pembungkus, kertas-kertas untuk pembungkus), mengurangi
penggunaan bahan-bahan yang bisa menimbulkan sampah serta mendaur ulang
sampah (pengolahan sampah organik untuk kompos).
6. Pola ruang Kawasan Lindung memiliki potensi untuk perlindungan, pengawetan,
konservasi dan pelestarian fungsi sumberdaya alam dan lingkungannya guna
mendukung kehidupan secara serasi yang berkelanjutan.
Kawasan Perlindungan Bawahannya Potensi : Kawasan perlindungan bawahan di
Kabupaten Tana Tidung memiliki potensi untuk melindungi atau memperkecil
bahaya tanah longsor atau banjir menuju kawasan bawahannya, melalui peresapan
air ke dalam tanah dapat meningkatkan volume air tanah, dan melindungi flora
dan fauna yang masih berkembang untuk menghindari kepunahan. Adanya
kawasan hutan lindung di Kabupaten Tana Tidung akan memberi perlindungan
pada kawasan bawahannya
20
Kawasan Perlindungan Setempat Potensi : Kawasan perlindungan setempat terdiri
dari perlindungan kawasan kawasan sekitar sempadan sungai, dan sempadan
pantai. Pengamanan sekitar sempadan sungai dan pantai akan mengurangi erosi
dan abrasi yang apabila didiamkan akan menimbulkan bencana bagi wilayah
tersebut.
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Potensi : Kawasan suaka alam dan cagar
budaya di Kabupaten Tana Tidung meliputi kawasan pantai berhutan bakau
(mangrove). Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang
merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan
perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Ekosistem mangrove
mempunyai makna dan peranan dalam perlindungan keanekaragaman hayati,
perlindungan garis pantai, dan sumber daya pantai yang terkait termasuk
perikanan, dan melalui produk yang dihasilkan dari ekosistem tersebut sebagai
suatu sumber pendapatan bagi negara dan masyarakat setempat yang tinggal di
dalam dan di sekitar
Kawasan Rawan Bencana Potensi : Bencana alam di daerah rawan sering terjadi
akibat kurang memperhatikan wawasan lingkungan, potensi bencana di area
kawasan lindung seperti terjadinya banjir atau longsor. Potensi rawan banjir
terjadi pada daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih rendah dari permukaan
sungai jika terjadi luapan sungai yang besar pada musim hujan. Kawasan ini
dijumpai pada kawasan hutan rawa gambut sekitar Desa Tidung Pale Timur dan
daerah bantaran Sungai Sesayap. Kawasan longsor rawan terjadi pada daerah-
daerah yang memiliki kemiringan lahan 40% yang seharusnya merupakan
kawasan non budidaya, seperti pada kawasan perbukitan di Tidung Pale. Apabila
terjadi penebangan hutan akan membawa akibat terhadap lingkungan yang lebih
luas.
Kawasan Budidaya Hutan Produksi Potensi : Potensi kehutanan merupakan
potensi yang amat menonjol di Kabupaten Tana Tidung, disamping potensi
pertambangan. Kabupaten Tana Tidung merupakan salah satu kabupaten yang
mempunyai potensi kehutanan yang cukup besar dan memiliki areal yang sangat
potensial, baik ditinjau dari segi luas maupun dari segi kualitas hasil hutan adalah :
21
Pertanian Potensi : Pengembangan lahan pertanian tanaman dikembangkan sesuai
dengan kondisi jaringan irigasi. Walau, luas lahan pertanian relatif kecil,
Kabupaten Tana Tidung memiliki potensi pertanian untuk pengembangan sektor
pertanian, sehingga memiliki produksi pertanian yang mendukung sektor
pertanian Kabupaten Tana Tidung.
Perkebunan Potensi : Kondisi fisik di Kabupaten Tana Tidung yang terdiri atas
dataran tinggi dan dataran rendah menjadikan Tana Tidung secara alamiah
memiliki potensi besar untuk pengembangan perkebunan, seperti kelapa, kopi,
kakao, dan lada.
Peternakan Potensi : Potensi ternak besar, kecil maupun unggas juga ada di
Kabupaten Tana Tidung. Peternakan ini memiliki potensi untuk diolah menjadi
komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Peran serta masyarakat dan pelaku
ekonomi bidang ternak menjadikan ternak memiliki potensi untuk berkembang di
Tana Tidung.
Perikanan Potensi : perikanan di Kabupaten Tana Tidung mencakup potensi
budidaya air tawar, air payau, budidaya laut, dan perikanan tangkap. Potensi
tersebut tidak terlepas dari kondisi geografis Kabupaten Tana Tidung yang dilalui
sungai yang memiliki lebar permukaan terpanjang di Kalimantan mencapai 2,5 km.
Komoditas perikanan yaitu udang windu, ikan bandeng, dan kepiting bakau.
Pertambangan Potensi : Sektor pertambangan merupakan sektor yang berperan
cukup besar sebagai sumber penerimaan devisa terutama yang datang dari
pendapatan ekspor minyak dan gas, batubara, serta methanol. Kawasan
pertambangan yang terbesar yaitu tambang batu bara yang tersebar.
Permukiman Potensi : Pengembangan permukiman perdesan dan perkotaan
yang terintegrasi dapat mendorong terjadinya keseimbangan
perkembangan wilayah sekaligus mendorong pertumbuhan secara
lebih merata. Kawasan permukiman dikembangkan sesuai potensi masing- masing
akan dapat mempercepat pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan serta
wilayah sekitarnya.
Industri Potensi : Adanya industri pemotongan kayu juga menyumbang kontribusi
bagi PDRB Kabupaten Tana Tidung. Untuk mempercapat petumbuhan ekonomi
Tana Tidung, maka pada dasarnya setiap wilayah akan dikembangkan kawasan
22
industri sesuai dengan potensi setiap kawasan. Sektor industri yang berpotensi
untuk dikembangkan adalah industri pertanian, industri perikanan, dan industri
pertambangan.
Pariwisata Potensi : Kawasan pariwisata di Kabupaten Tana Tidung dikategorikan
menjadi tiga jenis, yaitu wisata pantai, wisata alam, dan wisata budaya. Wisata
pantai terdapat di Kecamatan Tana Lia, wisata alam terdapat di Gunung Rian, dan
wisata budaya di semua kecamatan. Adanya sektor pariwisata tersebut perlu
adanya pengembangan sehingga bisa memberikan masukan bagi pendapatan
kabupaten.
7. Pengembangan Kawasan Strategis meliputi :
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Potensi :
Potensi ekonomi Kabupaten Tana Tidung dapat dilihat dari perkembangan PDRB
dan sektor ekonomi basis. Berdasarkan PDRB Kabupaten Tana Tidung Tahun
2016, lapangan usaha pertanian menjadi sektor unggulan yang memberikan
sumbangan terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Tana Tidung. Pertanian
saat ini merupakan sektor yang masih berperan terhadap pertumbuhan
perekonomian di Kabupaten Tana Tidung, hal ini dari ditinjau sumbangan per
sektor terhadap besaran PDRB Kabupaten Tana Tidung atas dasar harga
berlaku di tahun 2016, sektor pertanian menyumbang nilai Rp 1.290,16 (dalam
milyar) dari total nilai PDRB Kabupaten Tana Tidung. Wilayah potensial
untuk pengembangan pertanian tersebar di masing-masing wilayah kecamatan di
Kabupaten Tana Tidung. Sampai tahun 2014, luas lahan pertanian baik pertanian
lahan basah maupun lahan kering di Kabupaten Tana Tidung adalah sebesar 1.822
Ha.
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya Potensi Di Kabupaten
Tana Tidung terdapat beberapa jenis kesenian daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan. Selain itu, juga masih terdapat upacara-upacara adat yang masih
mengindahkan kearifan lokal.
Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup Potensi : Penataan kawasan
menuju kualitas yang lebih baik sebagai kawasan yang
dikembangkan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dalam jangka waktu
23
20 tahun mendatang. Dengan demikian, program pembangunan fisik maupun
nonfisik secara bertahap diimplementasikan sesuai rekomendasi Kepala
Daerah/Bupati Tana Tidung.
2.1.3 Wilayah Rawan Bencana
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, Kabupaten Tana Tidung termasuk
potensi rawan bencana longsor, banjir dan kebakaran skala ringan. Daerah tertentu
merupakan daerah rawan bencana skala menengah. Longsor kemungkinan terjadinya
berskala kecil terutama pada tebing sungai akibat erosi lateral sungai Daerah rawan
bencana tanahh longsor skala menengah lebih banyak oleh aktivitas manusia seperti
potongan lereng tanpa perhitungan dan perubahan batas peralihan litologi karena
adanya penggundulan hutan dan terjadi di musim hujan diatas normal.
Berdasarkan peta potensi bencana Kabupaten Tana Tidung terdapat kawasan
potensi bencana tanah longsor dan banjir: (perlu peta utuk sebarannya)
a. Kawasan potensi bencana longsor, meliputi kawasan yang berada di sekitar
Kecamatan Sesayap dan Kawasan Gunung Rian dan sekitarnya
b. Kawasan potensi banjir, meliputi Desa Sengkong, Bandan Bikis, Bebatu dan
Menjelutung.
Tabel 2.7
Bencana Alam Kabupaten Tana Tidung Tahun 2014-2015
No. Kecamatan Jenis Bencana Jumlah Korban
Meninggal (jiwa)
Perkiraan
Kerugian (Rp)
1. Sesayap Banjir - -
2. Betayau Banjir - -
3. Tana Lia Gempa Bumi - -
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, Podes 2014-2015
Banjir lebih dominan di landform group gambut dan sebagian group fluviomarin
atau lebih spesifik di daerah delta dengan kejadian di musin hujan (curah hujan
diatas normal).
Gempa bumi sempat melanda Kabupaten Tana Tidung pada akhir Tahun 2015.
Sebelumnya wilayah ini tidak disebutkan termasuk daerah rawan gempa. Pada Senin
dinihari, 21 Desember 2015. Gempa dengan kekuatan 6,1 skala Richter terjadi di
24
sebagian besar wilayah Kalimantan Utara, Terjadi di 3,61 Lintang Utara, dan 117.71
Bujur Timur. Jika lihat di peta terjadi di sekitar wilayah Kecamatan Tanah Lia dengan
kedalaman 10 Kilometer, tepatnya di sekitar perairan dekat Kecamatan Tana Lia
Kabupaten Tana Tidung. Gempa ini dirasakan juga oleh masyarakat Kota Tarakan,
Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Bulungan.
Badan Meteorologi, Klimatalogi dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakan
menyebutkan bahwa gempa bumi yang terjadi merupakan aktivitas gempa bumi
kerak dangkal (shallow crustal earthquake) jenis intraplate dengan hiposenter
dangkal. Itu terjadi karena sesar yang aktif, yang merupakan patahan mendatar
(strike-slip fault). Kondisi tektonik di bagian timur Pulau Kalimantan yang cukup
kompleks, sehingga zona ini merupakan kawasan paling rawan gempa bumi di Pulau
Kalimantan. Selain disebabkan adanya beberapa struktur geologi sesar turun
kerawanan, gempa bumi di zona ini juga terjadi karena adanya beberapa struktur
sesar mendatar. Zona Nunukan-Tarakan dan sekitarnya secara tektonik diapit tiga
sistem sesar mendatar. Di sebelah selatan terdapat dua sistem sesar yang berarah
barat daya-tenggara, yaitu zona Sesar Mangkalihat (Mangkalihat fault zone) dan zona
Sesar Maratua (Maratua fault zone). Zona Sesar Mangkalihat merupakan sesar
kelanjutan dari Sesar Palu-Koro yang melintas dekat Kota Tanjung
Redeb. Keberadaan zona Sesar Maratua juga tidak kalah penting untuk diperhatikan
karena ujung sesar ini terletak di lautan yang lokasinya berdekatan dengan Kota
Tanjung Selor. Adapun di sebelah utara Pulau Tarakan juga terdapat zona Sesar
Sempurna (Sempurna fault zone) yang melintas dari Laut Sulawesi hingga Sabah
Malaysia, dan melintasi kawasan yang berdekatan dengan Pulau Sebatik.
Akibat terjadinya gempa tersebut, menyebabkan kerusakan ringan pada
beberapa bangunan permanen dan semi permanen. Meskipun akibat gempa bumi ini,
tidak menimbulkan kerugian materiil yang relatif kecil dan tidak menimbulkan
korban jiwa, tetapi perlu mendapat perhatian dan cepat tanggap untuk penanganan
pascabencana.
2.1.4 Demografi
Peran penduduk dalam pembangunan adalah sebagai sunjek dan objek
pembangunan, selain itu penduduk juga dapat menjadi potensi dan masalah
25
pembangunan. Jumlah penduduk akan menjadi potensi pembangunan bila disertai
dengan kualitas yang baik dan tinggi, sebaliknya jika memiliki kualitas yang rendah
maka penduduk akan menjadi beban pembangunan. Kabupaten Tana Tidung
memiliki jumlah penduduk yang semakin bertambah seiring dengan berjalannya
waktu. Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan
penduduk yakni kelahiran dan kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah
pentingnya yakni migrasi.
A. Perkembangan Jumlah Penduduk
Indikator perkembangan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah
penduduk sehingga akan diketahui kebutuhan dasar penduduk. Jumlah penduduk
Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2016 tercatat sebesar 23.497 jiwa, meningkat
7,34 persen dibandingkan dengan jumlah penduduk di tahun 2015.
Tabel 2.8
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2012-2016
No Tahun Jumlah (jiwa) Pertumbuhan (%)
1. 2012 17.079 4,42
2. 2013 18.985 11,16
3. 2014 20.400 7,45
4. 2015 21.891 7,31
5. 2016 23.497 7,34
6. 2017 25.084 6,75
Rata-rata Pertumbuhan (%) 7,99
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung
Pertumbuhan penduduk selama 6 tahun terakhir rata-rata adalah sebesar 7,99
persen. Angka ini cukup tinggi, mungkin disebabkan karena Kabupaten Tana Tidung
sebagai daerah otonom baru, yang menyebabkan migrasi masuk ke wilayah ini
meningkat.
26
Tabel 2.9
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Tana Tidung Per Kecamatan
Tahun 2012-2016
No. Kecamatan Jumlah (jiwa) Pertumbuhan
(%) 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1. Sesayap 9.575 7.864 8.226 8.828 9.479 10.118 1,39
2. Sesayap Hilir 5.102 5.279 5.680 6.093 6.536 6.979 8,15
3. Tana Lia 2.402 2.665 2.863 3.073 3.299 3.522 10,04
4. Betayau * 2.072 2.225 2.388 2.563 2.736 9,71
5. Muruk Rian * 1.105 1.406 1.509 1.620 1.729 16,09
Jumlah 17.079 18.985 20.400 21.891 23.497 25.084 8,30
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2017
*data tidak tersedia
B. Kepadatan dan Sebaran Penduduk
Secara demografi penduduk Kabupaten Tana Tidung berdasarkan data BPS
pada tahun 2016 sebanyak 20.400 jiwa, penyebaran penduduk dari lima kecamatan
tidak merata seperti tahun-tahun sebelumnya. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Sesayap sebanyak 8.226 jiwa sedangkan penduduk terendah terdapat di
Kecamatan Muruk Rian sebanyak 1.406 jiwa.
Pola persebaran penduduk Kabupaten Tana Tidung per kecamatan dilihat
berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduknya. Kepadatan rata-rata penduduk
Kabupaten Tana Tidung adalah 4,22 jiwa/km2.
27
Tabel 2.10
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk kabupaten Tana Tidung Menurut
Kecamatan Tahun 2012-2016
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
1. Sesayap 1.016,92 9,42 7,73 8,09 8,68 9,32 9,95
2. Sesayap Hilir 1.317,53 3,87 4,01 4,31 4,62 4,96 5,30
3. Tana Lia 877,86 2,74 3,04 3,26 3,50 3,76 4,01
4. Betayau 1.007,65 0,00 2,06 2,21 2,37 2,54 2,72
5. Muruk Rian 608,62 0,00 1,82 2,31 2,48 2,66 2,84
Jumlah 4.828,58 3,54 3,93 4,22 4,53 4,87 5,19
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung
tad/bt =tidak ada data/belum terbentuk
Sedangkan berdasarkan pemuktahiran data penduduk dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung, jumlah penduduk tahun
2017 per 1 Januari 2018 sebanyak 23.783 jiwa.
Tabel 2.11
Jumlah Penduduk Kabupaten Tana Tidung berdasarkan data Kependudukan
dan Catatan Sipil Tahun 2017
No. Kecamatan Jumlah Jumlah Jiwa
Desa RT KK Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Sesayap 7 28 2.951 5.173 4.685 9.858
2. Sesayap Hilir 8 31 1.896 3.531 3.102 6.633
3. Tana Lia 5 26 933 1.804 1.499 3.303
4. Betayau 6 21 695 1.342 1.234 2.576
5. Muruk Rian 6 12 419 737 676 1.413
Jumlah 32 118 6.897 12.587 11.196 23.783
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung, 31 Desember 2017
Dari data diatas, menunjukkan bahwa sebaran penduduk di Kabupaten Tana Tidung
yang paling banyak adalah di Kecamatan Sesayap yaitu sebesar 41,45 persen dari
total keseluruhan jumlah penduduk. Kecamatan Sesayap merupakan daerah
perkotaan kabupaten dimana ibukota Kabupaten terletak di Desa Tideng Pale,
28
Kecamatan Sesayap. Terdapat pusat pemerintahan dan jasa. Sedangkan proporsi
sebaran penduduk yang terkecil adalah di Kecamatan Betayau dan Muruk Rian. Dua
kecamatan ini merupakan kecamatan baru yang dimekarkan pada tahun 2012 lalu.
C. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data BPS Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016, jumlah penduduk
laki-laki Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2016 sebanyak 10.380 jiwa sedangkan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 8.605 jiwa. Struktur umur penduduk pada
tahun 2016 memperlihatkan penduduk tertinggi terdapat pada usia 25 – 29 tahun
yaitu 2.030 jiwa, dan penduduk terendah terdapat pada usia > 75 tahun yaitu 91 jiwa.
Dilihat dari komposisi penduduk menurut umur, Kabupaten Tana Tidung dapat
dikatakan sebagai daerah dalam transisi komposisi penduduk dari kategori
penduduk usia muda ke arah pada usia tua. Komposisi penduduk tersebut dapat
diasumsikan karena Kabupaten Tana Tidung sebagai daerah terbuka dimana
mobilitas penduduk tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tana
Tidung terus meningkat. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 2.12
Tabel 2.12
Jumlah Penduduk Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan
Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2017
No Kecamatan Penduduk
Rasio L/P Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Sesayap 5.411 4.707 10.118 114,96
2 Sesayap Hilir 4.154 2.825 6.979 147,04
3 Tana Lia 1.908 1.614 3.522 118,22
4 Betayau 1.436 1.300 2.736 110,46
5 Muruk Rian 891 838 1.729 106,32
Jumlah 13.800 11.284 25.084 122,30
Sumber: Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2017
29
D. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut umur menunjukkan bahwa penduduk dengan
kelompok usia 0-4, 5-9 dan 10-14 mempunyai jumlah paling tinggi di Kabupaten
Tana Tidung pada Tahun 2017.
Piramida penduduk Kabupaten Tana Tidung mengembang dibagian atas, yang
berarti penduduk usia muda cukup dominan di Kabupaten ini. Komposisi penduduk
menurut umur ini memperlihatkan bahwa warga usia produktif harus menanggung
warga sudah tidak/belum produktif. Semakin besar proporsi penduduk usia
produktif, maka semakin besar yang ditanggung pemerintah.
Gambar 2.4 Penduduk Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan
Kelompok Umur Tahun 2017
(Sumber : Analisis Data, 2017)
E. Komposisi Penduduk Menurut Agama
Gambaran komposisi peduduk menurut agama diperlukan sebagai bahan untuk
perencanaan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta merencanakan
program pembangunan yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama.
Jumlah penduduk Kabupaten Tana Tidung berdasarkan agama yang dianut pada
Tahun 2016, mayoritas memeluk agam Islam yaitu sebanyak 77,30 persen, kemudian
diikuti pemeluk agama Protestan sebanyak 15,01 persen dan pemeluk Katolik
sebanyak 8,03 persen.
3.331 3.149
2.873 1.664
2.234 2.412
2.044 2.308
1.902 1.299
675 352 326 357
158
- 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
>70
30
F. Komposisi Penduduk Menurut Suku
Keanekaragaman suku di Kabupaten Tana Tidung cukup beragam. Suku Tidung,
Berusu, Lundayeh merupakan penduduk asli, sedangkan suku Jawa, Bugis, Banjar dan
Toraja merupakan penduduk pendatang.
Tabel 2.13
Jumlah Penduduk Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan
Pemeluk Agama Tahun 2016
No Agama Jumlah Penduduk
Jiwa %
1. Islam 18.512 78,52
2. Katholik 1.973 8,40
3. Protestan 3.038 12,93
4. Hindu 3 0,01
5. Budha 33 0,14
Jumlah 23.497 100,00
Sumber: Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung
2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. Kondisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Perekonomian Kabupaten Tana Tidung sangat didominasi oleh sektor‐sektor
ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), terutama dari sektor
pertambangan dan penggalian, serta pertanian. Jumlah seluruh nilai tambah yang
tercipta akibat kegiatan ekonomi (PDRB) harga konstan di Kabupaten Tana Tidung
pada tahun 2016 adalah sebesar 3.262.250,00 juta rupiah.
Sektor perekonomian Kabupaten Tana Tidung pada Tahun 2016 terbesar
sekitar 31,71% berasal dari nilai tambah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Terbesar kedua adalah dari nilai tambah 31,66% berasal dari sektor pertambangan
dan penggalian, selanjutnya disusul oleh sektor konstruksi sebesar 16,82%,
berikutnya sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan social wajib
sebesar 10,08%, dan sektor lainnya secara keseluruhan hanya memberikan
kontribusi dibawah 8%. Struktur ekonomi Kabupaten Tana Tidung Tahun 2014
seperti disajikan pada Gambar 2.5
31
Gambar 2.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016
(Sumber: Analisis Data, 2017)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran kemampuan
suatu daerah mengelola sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM)
yang dimiliki. Kemampuan daerah ini menciptakan nilai tambah untuk berbagai
aktivitas ekonomi. Ada dua jenis penilaian PDRB yaitu atas dasar harga konstan
(adhk) dan atas dasar harga berlaku (adhb). Hasil analisis pertumbuhan PDRB
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2014 disajikan dalam Tabel 2.14 dan Tabel 2.15.
32
Tabel 2.13
Nilai dan Kontibusi Sektor Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Tana Tidung atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014
Sumber: Tinjauan Ekonomi Regional Kabupaten Tana Tidung, 2010-2014
Keterangan: *) = Angka Sementara. **) = Angka Sangat Sementara
33
Tabel 2.15
Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Tana Tidung atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014
Sumber: Tinjauan Ekonomi Regional Kabupaten Tana Tidung, 2010-2014
Keterangan: *) = Angka Sementara. **) = Angka Sangat Sementara
Gambar 2.10 Trend Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Tana Tidung
menurut Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-
2014 (Sumber : Analisis Data, 2017)
34
Tabel 2.16
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tana Tidung Tahun 2011–2014 atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2010
Sumber: Tinjauan Ekonomi Regional Kabupaten Tana Tidung, 2010-2014
Pertumbuhan nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga konstan tahun
2010-2014, masing-masing tumbuh sebesar 6 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa di
Kabupaten Tana Tidung terjadi peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga daya
beli masyarakat juga mengalami peningkatan.
Tabel 2.17
Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Tana Tidung Tahun
2010–2014
Tahun
Dengan Migas (Milyar Rp) Tanpa Migas (Milyar Rp) Laju Pertumbuhan
(%)
Harga
Berlaku
Harga Konstan
2010
Harga
Berlaku
Harga Konstan
2010
Dengan
Migas
Tanpa
Migas
2010 2836.23 2836.23 2829.07 2829.07 0 0
2011 3139.12 2862.19 3124.57 2850.25 0.92 0.75
2012 3198.46 2889.51 3166.52 2867.78 0.95 0.62
2013*) 3617.07 3066.62 3601.45 3056.52 6.13 6.58
2014**) 4074.75 3262.25 4055.74 3251.35 6.38 6.37
Sumber: Tinjauan Ekonomi Regional Kabupaten Tana Tidung, 2010-2016
35
Gambar 2.11 Perkembangan PDRB
Kabupaten Tana Tidung
tahun 2010-2014
(Sumber : Analisis Data, 2017)
Perekonomian Kabupaten Tana
Tidung dalam kurun waktu
2010-2014, menunjukkan
penguatan. Laju pertumbuhan
ekonomi di tahun 2011 hingga
2012 tercatat masing-masing
sebesar 0,91 % dan 0,95 %.
Sedangkan laju pertumbuhan
ekonomi pada kurun waktu
2013 hingga 2014 menguat pada
angka 6,13 % dan 6,38 %. Seperti pada umumnya daerah non perkotaan, penopang
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tana Tidung ini sebagian besarnya ditopang
oleh hasil sumber daya alam. Dengan adanya perubahan tahun dasar perhitungan
yang sebelumnya menggunakan tahun 2000, mulai tahun 2010 menggunakan
perhitungan tahun dasar 2010, sehingga pertumbuhan ekonomi terkesan rendah
akibat penyesuaian perhitungan tahun dasar, dimana pertumbuhan ekonomi tercatat
0,92 % pada tahun 2011, dan 0,95 % pada tahun 2012. Dua tahun berikutnya,
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Tidung kembali
mengalami peningkatan dengan ditandai oleh laju pertumbuhan ekonomi 6,13 %
Gambar 2.12 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Tana Tidung tahun 2010-2014** (Sumber: Analisis Data, 2017)
36
pada tahun 2013. Hingga kini di tahun 2014 perekonomian di Kabupaten Tana
Tidung kokoh dengan pertumbuhan ekonomi sementara sebesar 6,38 %.
B. Laju Inflasi
Laju inflasi merupakan indikator yang berkaitan erat dengan harga barang dan
jasa yang dibutuhkan penduduk dalam suatu wilayah. Kenaikan dan/atau penurunan
laju inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga inidikator ini
merupakan salah satu aspek penting yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat. Hasil analisis nilai inflasi rata-rata, disajikan dalam Tabel
2.18
Tabel 2.18
Nilai Inflasi Rata-Rata Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009-2014
Uraian Nilai Inflasi Rata-Rata Rata-rata
pertumbuhan 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kabupaten Tana Tidung 5,71 5,48 5,20 5,18 5,42 10,35 5,52
Provinsi Kaltim 4,31 7,28 6,35 5,61 9,33 7,44 5,9
Nasional 2,78 6,96 3,79 3,73 3,73 4,3
Sumber : Tinjauan Ekonomi Regional Kabupaten Tana Tidung, 2010-2014
Ket : * Angka sementara
Tingkat laju inflasi di Kabupaten Tana Tidung cenderung menurun seiring
kecederungan penurunan inflasi nasional. Inflasi tertinggi di tahun 2008 sebesar 6,36
persen, dimana saat itu merupakan awal pembentukan daerah otonomi baru di
Kabupaten Tana Tidung, seiring dengan perkembangan daerah inflasi mengalami
penurunan dari tahun ke tahun sampai pada level 5,20 persen di tahun 2013.
Gambar 2.13 Perkembangan Inflasi Kabupaten Tana Tidung dibandingkan dengan Provinsi dan Nasional
(Sumber: Analisis Data, 2017)
37
C. PDRB Perkapita
Nilai PDRB perkapita Kabupaten Tana Tidung setiap tahunnya mengalami
fluktuasi seiring dengan perkembangan nilai PDRB yang tercipta. Kabupaten Tana
Tidung sebagai daerah yang struktur perekonomiannya berbasis ekonomi kerakyatan
dimana sektor yang paling dominan adalah sektor pertanian. PDRB per-kapita
Kabupaten Tana Tidung menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011,
kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012, dan terus mengalami peningkatan
sampai dengan tahun 2014. Sementara itu pertumbuhan PDRB per-kapita secara
“riil” mengalami penurunan. Pada tahun 2014 pertumbuhan PDRB per-kapita sebesar
turun sebesar 0,97 persen. Pertumbuhan PDRB per-kapita ini senantiasa berada di
bawah pertumbuhan penduduk yang ada di Kabupaten Tana Tidung.
Tabel 2.19
Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
Kabupaten Tana Tidung, Tahun 2010-2014
Tahun
Penduduk
Pertengahan
Tahun (Orang)
Nilai PDRB (Milyar Rp) PDRB Per Kapita
(Ribu Rp)
Atas Dasar
Harga Berlaku
(ADHB)
Atas Dasar
Harga
Konstan 2010
(ADHK)
Atas Dasar
Harga Berlaku
(ADHB)
Atas Dasar
Harga
Konstan 2010
(ADHK)
2010 15.200 2.836,23 2.836,23 186.594,08 186.594,08
2011 16.360 3.139,07 2.862,14 191.874,69 174.947,43
2012 17.080 3.200,57 2.889,39 187.387,00 169.168,03
2013 18.990 3.617,07 3.066,62 190.472,35 161.486,04
2014 20.400 4.074,75 3.262,25 199.742,65 159.914,21
Sumber : Tinjauan Ekonomi Regional Kabupaten Tana Tidung, 2010-2014
Pada tahun 2013 angka pendapatan per kapita kabupaten Tana Tidung tercatat
sekitar Rp.190.472.350,- yang mengandung maksud bahwa dari seluruh penduduk
Kabupaten Tana Tidung diperkirakan mempunyai pendapatan sebesar tersebut.
Angka pendapatan per kapita ini naik sekitar 1,65 persen bila dibandingkan dengan
angka pendapatan perkapita tahun 2012, maka artinya dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Tana Tidung sebesar 1,65 persen.
38
2010 2011 2012 2013 2014
ADHB 186,594.08 191,874.69 187,387.00 190,472.35 199,742.65
ADHK 2010 186,594.08 174,947.43 169,168.03 161,486.04 159,914.21
0.00
50,000.00
100,000.00
150,000.00
200,000.00
250,000.00N
ila
i (R
ibu
Rp
.)
PDRB Per Kapita
Gambar 2.14 Grafik Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Tana Tidung Atas
Dasar Harga Berlaku Dan Konstan, Tahun 2010-2014 (Sumber : Analisis
Data, 2017)
D. Indeks Gini
Indeks Gini merupaan hasil perhitungan untuk menggambarkan distribusi
pendapatan penduduk dari suatu kelompok pengeluaran (pengeluaran pangan dan
nonpangan). Rentang angka dalam indeks gini adalah 0-1, semakin mendekati 0 maka
diartikan bahwa pemerataan semakin baik, namun sebaliknya apabila semakin
mendekati angka 1 maka disimpulkan ketimpangan di dalam masyarakat semakin
besar.
Indeks Gini Kabupaten Tana Tidung dari tahun 2011-2014 secara umum
berada di bawah angka 0,27. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan
perekonomian masyarakat di Kabupaten Tana Tidung adalah rendah atau dapat
dikatakan distribusi pendapatan (distribusi pengeluaran) relatif cukup merata.
Tabel 2.20
Perkembangan Indeks Gini
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2014
Uraian Prosentase Gini Rasio
2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Gini Kabupaten Tana Tidung 0,258 0,191 0,296 0,242 0,270
Sumber: Analisis IPM Kabupaten Tana Tidung, 2010-2014
39
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Gini Kabupaten Tana Tidung
Gambar 2.15 Perkembangan Indeks Gini
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2014
(Sumber: Analisis Data, 2017)
E. Persentase Kemiskinan
Salah satu aspek penting dalam indikator kesejahteraan masyarakat adalah data
dan informasi kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran untuk mendukung strategi
penanggulangan kemiskinan. Indikator persentase penduduk dibawah garis
kemiskinan merupakan lanjutan dari analisa kesejahteraan penduduk dari segi
pendapatan. Melalui indikator pemertaan pendapatan, diketahui bahwa terdapat
penduduk dengan pendapatan terendah dan sebagian dari penduduk tersebut
tergolong ke dalam kategori miskin karena pendapatan mereka berada di bawah di
garis kemiskinan.
Tabel 2.22
Perkembangan Persentase Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan Kabupaten
Tana Tidung tahun 2011-2016
No. Tingkat Kemiskinan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Kabupaten Tana Tidung 11,41 9,81 10,21 9,50 6,35 6,11
Sumber : BPS Kabupaten Tana Tidung,
Dari tabel diatas pada tahun 2009, persentase penduduk miskin masih relative
besar yaitu 15,42 persen. Angka ini terus mengalami penurunan dari tahun 2009
sampai 2013 secara signifikan sampai pada angka 10,21 persen di tahun 2013, yang
berarti proporsi penduduk miskin semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan
40
perkembangan PDRB perkapita yang mengalami kenaikan tiap tahunnya. Namun bila
dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Utara, tingkat kemiskinan Kabupaten Tana
Tidung masih lebih besar.
F. Angka Kriminalitas yang Tertangani
Indikator angka kriminalitas yang tertangani digunakan sebagai langkah
mengindetifikasikan permasalahan kesenjangan kesejahteraaan yang dilihat dari
angka kriminal. Berdasarkan data dibawah, dalam beberapa tahun terakhir angka
penanganan tindak kriminal di Kabupaten Tana Tidung cenderung menurun dan
tergolong rendah.
Tabel 2.23
Angka Tindak Kriminal Tertangani dalam 1 Tahun
di Kabupaten Tana Tidung
Kepolisian Resort Jumlah dalam 1 tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Sesayap 0 18 15 29 10
Sesayap Hilir 0 5 3 3 4
Tana Lia 0 0 0 0 3
Betayau 0 1 1 4 0
Muruk Rian 0 1 1 2 0
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung
2.2.2 Fokus Kesejahtaraan Sosial
A. Pendidikan
Tinggi rendahnya pendidikan merupakan cerminan dari kualitas penduduk ,
oleh karena itu pendidikan dapat dijadikan ciri kualitas suatu bangsa dan kualitas
pembangunan serta merupakan ukuran dari derajat kepekaan penduduk terhadap
pembangunan baik sebagai pelaku pembangunan maupun sebagai objek
pembangunan. Aspek pendidikan pada Indeks Pembangunan Manusia dicerminkan
oleh Indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS). RLS
dan HLS adalah indikator yang menggambarkan mutu sumber daya manusia yang
diukur dalam aspek pendidikan.
41
1. Harapan Lama Sekolah (HLS)(Expected Years of Schooling-EYS)
Angka Harapan Lama
Sekolah (HLS) didefnisikan
lamanya sekolah (dalam
tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak
pada umur tertentu di masa
mendatang. Diasumsikan
bahwa peluang anak
tersebut akan tetap
bersekolah pada umur-
umur berikutnya sama
dengan peluang penduduk
yang bersekolah per jumlah
penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung
untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui
kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam
bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap
anak.
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS/EYS) penduduk kabupaten Tana Tidung
meningkat dari 10,84 tahun pada tahun 2010 menjadi 12,14 tahun pada tahun 2014.
Angka ini mempresentasikan bahwa lama sekolah yang diharapkan dapat dicapai
oleh penduduk Kabupaten Tana Tidung usia 7 tahun ke atas pada tahun 2014
berkisar antara 11 sampai dengan 12 tahun.
Gambar 2.18 Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2014 (Sumber : Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung)
42
Tabel 2.24
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS)
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2014
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 UNDP
Harapan Lama Sekolah (HLS)
(Expected Years of Schooling-EYS) 10,84 11,07 11,38 11,54 12,14 18,00
Sumber: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung
2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (Mean Years of Schooling - MYS)
Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan
oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam
kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan
penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah
penduduk berusia 25 tahun ke atas
Gambar 2.19 Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2014 (Sumber: Analisis Pembangunan Manusia
Kabupaten Tana Tidung)
Rata-rata lama sekolah lima tahun terakhir tampak ada peningkatan, hal ini
berarti program pembangunan di bidang pendidikan mengalami peningkatan,
sebagai akibat atas percepatan dalam mengupayakan capaian dari program
43
0
50
100
150
200
250
300
350
2010 2011 2012 2013 2014
115.43 105.91 110.24 113.72 115.24
105.4299.67 93.89 80.32
104.36
45.45 73 73.8270.01
85.47
7 – 12 Tahun / SD 13 – 15 Tahun / SMP 16 – 18 Tahun / SMA
Target MDG's
SD : 119,1
SMP : 110
SMA :85
pembangunan di bidang pendidikan itu sendiri, walaupun masih jauh dari target
yaitu 9-12 tahun.
3. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan perbandingan antara rasio jumlah
siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu
terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan
tertentu. APK merupakan indikator paling sederhana untuk mengukur daya serap
penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
APK Kabupaten Tana Tidung dalam 5 (lima) tahun terakhir untuk tiap jenjang
umur relatif naik. Hal ini diperlihatkan pada Tabel 2.27. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase jumlah anak yang seharusnya bersekolah pada jenjang pendidikan atau
umur usia sekolah pada level masing-masing semakin baik. Angka di atas 100% pada
usia 7 – 12 Tahun menunjukkan murid SD yang tercatat ada yang berusia kurang dari
7 tahun dan ada juga murid berumur lebih dari 12 tahun, dan angka di atas 100%
pada usia 13 – 15 Tahun menunjukkan murid SMP yang tercatat ada yang berusia
kurang dari 13 tahun dan ada juga murid berumur lebih dari 15 tahun.
Tabel 2.25 Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Tana Tidung Tahun
2010-2014
No. Usia Sekolah/ Jenjang
Pendidikan
Tahun Target
MDG’s
2015 2010 2011 2012 2013 2014
1 7 – 12 Tahun / SD 115,43 105,91 110,24 113,72 115,24 119,1
2 13 – 15 Tahun / SMP 105,42 99,67 93,89 80,32 104,36 110
3 16 – 18 Tahun / SMA 45,45 73 73,82 70,01 85,47 85
Sumber: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung
Gambar 2.20 Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2014 (Sumber: Analisis Data)
44
Jika melihat dari data diatas, kecenderungan perkembangan APK Kabupaten
Tana Tidung terjadi penurunan pada tingkat SD dan SMP, sedangkan APK tingkat
SMA cenderung naik. APK SD terjadi penurunan dari 115,43 % di tahun 2010 menjadi
105,91 % di tahun 2011, kemudian mulai naik sebesar 110,24% pada tahun 2012,
dan semakin meningkat hingga sebesar 115,24% pada tahun 2014. Nilai ini masih
dibawah target MDG’s pada tahun 2015 dinyatakan untuk jenjang SD/MI adalah
sebesar 119,1 %. Begitu pula APK SMP turun dari tahun 2010 sebesar 105,42 %
menjadi 80,32% di tahun 2013, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014
menjadi sebesar 104,36%, meskipun pencapaian ini masih dibawah target MDG’s
jenjang SMP/MTs tahun 2015 sebesar 110%. Sedangkan APK SMA naik dari 45,45 %
menjadi 85,47 % di tahun 2014, yang melampaui target MDG’s untuk jenjang SMA
Sederajat tahun 2015 sebesar 85%.
Dari ketiga nilai capaian APK jenjang SD, SMP dan SMA, hanya APK SMA yang
melampaui target MDG’s tahun 2015, sedangkan APK SD dan SMP masih belum
melampaui target MDG’s tahun 2015. Target MDG’s 2015 untuk pendidikan dasar
diharapkan semua anak-anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan dapat
menyelesaikan pendidikan dasar. Dengan berakhirnya program MDG’s 2015, dan
mulai tahun 2016 berganti dan berlanjut dengan nama SDG’s (Sustainable
Development Goals) yang dicanangkan hingga tahun 2030. Salah satu target SDGs
dalam bidang pendidikan adalah memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan
merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua. Tentu
hal ini perlu menjadi perhatian dan dibutuhkan usaha dan kerja keras yang harus
dilakukan oleh semua stakeholders dalam memenuhi standar target tersebut.
4. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah angka yang digunakan untuk mengetahui
banyaknya anak usia sekolah yang seharusnya bersekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai. Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk melihat penduduk usia
sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Pada tabel dibawah, menunjukkan Angka
Partisipasi Murni Kabupaten Tana Tidung dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
yaitu tahun 2010 s.d 2014. Angka dalam tabel tersebut menunjukkan kenaikan angka
yang cukup berarti.
45
0 50 100 150 200 250
2010
2011
2012
2013
2014
95.46
92.41
93.04
94.59
98.17
82.65
67.99
67.8
65.07
77.62
33.22
47.14
48.28
55.84
64.1
7–12 Tahun / SD 13–15 Tahun / SMP 16–18 Tahun / SMA
Tabel 2.26 Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Tana Tidung Tahun
2010-2014
No. Usia Sekolah/Jenjang
Pendidikan
Tahun Target
MDG’s 2015 2010 2011 2012 2013 2014
1 7 – 12 Tahun / SD 95,46 92,41 93,04 94,59 98,17 96
2 13 – 15 Tahun / SMP 82,65 67,99 67,80 65,07 77,62 76
3 16 – 18 Tahun / SMA 33,22 47,14 48,28 55,84 64,10
Sumber : Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung, 2014
Gambar 2.21 Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Tana Tidung Tahun
2010-2014 (Sumber: Analisis Data, 2016)
5. Angka Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (APT)
Angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah indicator untuk menhukur
besaran dan persentase masyarakat pada tahun tertentu yang berada pada jenjang
pendidikan tertentu. Dengan mengetahui angka rata-rata pendidikan tertinggi yang
ditamatkan maka dapat diketahui tingkat partisipasi dan pendidikan masyarakat
pada jenjang pendidikan tersebut.
Pada Tabel 2.29, terlihat bahwa persentase jumlah penduduk yang tidak/belum
pernah sekolah mengalami kenaikan. Di tahun 2014 persentase masyarakat yang
tidak pernah sekolah atau belum tamat SD dengan persentase sebesar 30,79%, ini
berarti terdapat sebanyak 30,79% penduduk yang belum pernah sekolah atau tamat
SD dari total seluruh masyarakat. Hal ini harus menjadi perhatian agar persentasenya
46
menurun. Sedangkan penduduk yang menamatkan SD/sederajat malah mengalami
penurunan dari 29,76% ditahun 2011 menjadi 28,23% di tahun 2014.
Sementara penduduk yang menamatkan SLTP/sederajat mengalami fluktuatif,
pada tahun 2011 tercatat sebesar 12,64%, meningkat menjadi 22,18% di tahun 2013,
kemudian menurun menjadi sebesar 15,04% pada tahun 2014. penurunan dari
29,76% ditahun 2011 menjadi 28,23% di tahun 2014. Yang lain, juga mengalami
kenaikan dan penurunan seperti jumlah yang menamatkan pendidikannya untuk
semua jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat untuk
bersekolah sudah lebih baik.
Walaupun mengalami kenaikan, yang perlu mendapat perhatian adalah
persentasenya yang masih kecil, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Beberapa
alasan penyebab seseorang untuk tidak/belum pernah sekolah atau tidak
melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi diantaranya
adalah karena biaya, bekerja/mencari nafkah, menikah/mengurus rumah tangga,
merasa pendidikan sudah cukup, malu karena ekonomi, sekolah jauh, cacat, dan lain-
lain.
Tabel 2.27
Persentase Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk 10 tahun
keatas di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2011-2014
No. Jenjang Pendidikan Tahun
2011(%) 2012(%) 2013(%) 2014(%)
1 Tidak/Belum Pernah Sekolah 34,23 50,26 51,17 30,79
2 Tidak Punya Ijazah SD
3 SD/MI 29,76 0,42 0,99 28.23
4 SLTP/sederajat 12,64 19,97 22,18 15.04
5 SLTA/sederajat 15,74 19,16 16,80 16.83
6 Perguruan Tinggi (D-I/II/III
DIV/S-I S-2/3) 7,63 10,19 5,62 9,11
Sumber: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung
47
Tidak/Belum Pernah Sekolah
dan Tidak Punya Ijazah SD, 30.79%
SD/MI, 28.23%
SLTP/sederajat, 15.04%
SLTA/sederajat, 16.83%
Perguruan Tinggi (D-I/II/III
DIV/S-I S-2/3), 9.11%
Gambar 2.22 Persentase Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Penduduk Usia 10 Tahun keatas Tahun 2014
(Sumber: Analisis Data)
B. Kesehatan
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. AKB menunjukkan banyaknya kematian bayi
berusia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu. Indikator ini
berguna untuk menggambarkan keadaan social ekonomi masyarakat dimana angka
kematian itu dihitung. Dari data AKB ini dapat digunakanuntuk dasar merencanakan
program-program pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi.
Tabel 2.28
Angka Kematian Bayi
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2009-2013
No Uraian Tahun Target MDG’s
2015 2009 2010 2011 2012 2013
1 AKB 3,72 13,79 20,67 40,20 29,63 23
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tanan Tidung
Angka kematian bayi di Kabupaten Tana Tidung pada kurun waktu 2009-2013
menunjukkan trend yang fluktuatif. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2012
mengalami kenaikan menjadi 40,20 per 1000 kelahiran hidup. Dua tahun terakhir
48
angka kematian bayi di kabupaten Tana Tidung di atas batas MDG’s, peningkatan
yang cukup besar ini perlu menjadi perhatian pemerintah.
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Kematian Balita adalah kematian yang terjadi pada anak sebelum mencapai usia
lima tahun. Angka Kematian Balita menunjukkan banyaknya kasus kematian anak
balita per 1000 kelahiran hidup di suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu
tertentu.
Tabel 2.29
Angka Kematian Balita
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009-2013
No Uraian Tahun Target MDG’s
2015 2009 2010 2011 2012 2013
1 AKABA tad tad 7,75 2,51 n/a 32
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tana Tidung, 2012-2013
Angka kematian balita di Kabupaten Tana Tidung di tahun 2011 tercatat sebesar 7,75
per 1.000 kelahiran hidup, dan menurun angkanya di tahun 2012 menjadi 2,51.
MDG’s Indonesia menargetkan angka kematian balita sebesar 32 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. Berdasarkan data tersebut, AKABA di Kabupaten Tana
Tidung jauh di bawah batas ambang MDG’s.
3. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Angka Kematian Ibu dihitung per 100.000
kelahiran hidup. AKI mnjadi salah satu indicator dalam menetukan derajat kesehatan
masyarakat, khususnya bagi ibu hamil. Indikator ini dapat dipengaruhi status
kesehatan secara umum, pendidikan, pelayanan selama antenatal, dan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
49
Tabel 2.30
Angka Kematian Ibu Melahirkan
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2009-2013
No Uraian Tahun Target MDG’s
2015 2009 2010 2011 2012 2013
1 AKI 372 - 516,8 502,51 - 102
Sumber : IPM Kabupaten Tana Tidung
Angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Tana Tidung, dari data 2009 cenderung
naik menjadi 516 dan 502 per 100.000 kelahiran hidup, namun tahun 2013 menurun
mencapai angka 0 di tahun 2013.
4. Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata pendudukdengan
asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Harapan Hidup
merupakan indicator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya. Variabel dalam meningkatkan angka usia harapan hidup perlu
memperhatikan hal-hal seperti penanganan terhadap kehamilan beresiko, cakupan
pertolongan persalinan, jumlah tenaga medis dan kesehatan lainnya, angka kesakitan,
kondisi geografis tempat tinggal, penyediaan air bersih, akses terhadap sarana
kesehatan hingga latar belakang pendidikan masyarakat.
Tabel 2.31
Angka Harapan Hidup
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2014
No Uraian Tahun Target MDG’s
2015 2010 2011 2012 2013 2014
1 AHH 70,09 70,26 70,47 70,68 70,80 85
Sumber : IPM Kabupaten Tana Tidung, 2010-2014
50
Angka harapan hidup
penduduk Kabupaten Tana
Tidung sejak tahun 2009
hingga tahun 2013 cenderung
selalu meningkat.
Peningkataan Angka Harapan
Hidup ini tidak terlepas dari
berbagai upaya yang selama ini
dilakukan pemerintah dengan
dukungan berbagai
kalangan/instansi terkait yang
memiliki relevansi atas AHH yang relatif baik. Hal ini merupakan salah satu wujud
dari hasil-hasil pembangunan yang dilakukan pemerintah, disertai semakin tingginya
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
5. Persentase Balita Gizi Buruk
Presentase gizi buruk dihitung dari banyaknya balita yang bersttatus gizi buruk
di suatu wilayah tertentu selama satu tahun dibandingkan dengan jumlah balita di
wilayah tersebut pada waktu yang sama.
Tabel 2.32
Persentase Gizi Buruk di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009-2013
No. Uraian
Tahun Target
MDG’s
2015 2009 2010 2011 2012 2013
1 Persentase Gizi Buruk 0 1,40 0,81 0,35 0,30 3,15
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Tana Tidung
Persentase gizi buruk di Kabupaten Tana Tidung berada pada angka yang
rendah yaitu tidak mencapai 1 % di tahun 2011-2013. Kecenderungan dari tahun
2010 sampai 2013 mengalami penurunan, hal ini berarti penanganan pencegahan gizi
buruk di Kabupaten Tana Tidung sudah baik dan terjadi perbaikan.
60
65
70
75
80
85
90
2009 2010 2011 2012 2013 UNDP
72.61
72.64 72.7 72.76 72.76
85
Gambar 2.23 Angka Harapan Hidup Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2014 (Sumber : Analisis Data, 2016)
51
2010 2011 2012 2013 2014
Pertanian 46.49 51.50 42.37 48.69 52.32
Pertambangan 11.21 6.36 8.41 8.48 10.85
Industri Pengolahan 1.04 0.48 0.73 0.67 0.44
Listrik, Gas & Air 0.49 0.54 0.36 0.46 1.11
Bangunan 4.16 6.86 8.15 5.98 1.11
Perdagangan 9.88 6.50 9.11 7.04 10.96
Angkutan & Komunikasi 3.13 3.10 2.91 1.72 0.67
Keuangan 1.02 0.00 1.46 1.8 1.82
Jasa 22.58 24.67 26.5 25.16 20.72
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Pe
ny
era
pa
n te
na
ga
Ke
rja
(%
)
6. Kesempatan Kerja
Pada kurun tahun 2010-2014, tenaga kerja tiap sektor relative stabil. Sektor
pertanian setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sementara, sektor pertambangan,
perdagangan dan jasa relative mengalami fluktuatif.
Gambar 2.24 Grafik Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor Kabupaten Tana
Tidung Tahun 2010-2014 (Sumber : Analisis Data, 2016)
2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Fokus seni budaya dan olahraga dapat diketahui dari pengelolaan kebudayaan
dengan indikator jumlah grup kesenian, jumlah gedung. Data situs yang ditangani
serta pengelolaan pemuda dan olahraga meliputi jumlah olahraga dan jumlah gedung
olahraga. Adapun capaian indikator belum optimalnya pengelolaan grup kesenian
serta belum terkelolanya gedung kebudayaan/balai adat yang ada di Kecamatan
Sesayap Hilir.
2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
A. Pendidikan
Pendidikan merupakan aset social yang strategis dalam upaya meningkatkan
sumberdaya manusia dalam pembangunan. Pendidikan merupakan urusan wajib
52
menjadi kewajiban dan prioritas pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
1. Pendidikan Dasar (SD & SMP)
Angka partisipasi sekolah adalah ukuran daya serap sistem pendidikan
terhadap penduduk usia sekolah. Angka Partisipasi Sekolah menggambarkan
seberapa banyak/besar penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan
sesuai dengan jenjangnya. APS diketahui berdasarkan jumlah murid kelompok usia
penddikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan
dasar per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar.
Tabel 2.35
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Kabupaten
Tana Tidung
Tahun 2011 s.d 2013
No Jenjang Pendidikan Tahun
SPM MDG’s 2011 2012 2013
1 APS SD/MI 96,92 99,58 99,62 90 99
2 APS SMP/MTs 84,02 94,97 97,70 90 95
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2010-2014
Peningkatan APS menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan,
terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan
pendidikan. APS usia 7-12 tahun dan usia 13-15 tahun cenderung meningkat. Hal ini
berarti persentase anak usia sekolah yang mengenyam pendidikan semakin
meningkat. Pada tahun 2013 APS SD sebesar 99,62 persen yang berarti sudah 99,62
persen penduduk usia 7-12 tahun di daerah ini yang bersekolah, namun masih
terdapat sisanya 0,38 persen tidak bersekolah. Begitu pula dengan APS SMP usia 13-
15 tahun 2013 sebesar 97,70 persen yang berarti sudah 97,70 persen penduduk usia
13-15 tahun di daerah ini yang bersekolah dan masih terdapat sisanya 2,3 persen
tidak bersekolah. Jika dibandingkan dengan target SPM dan MDG’s, APS SD dan SMP
di Kabupaten Tana Tidung sudah dapat melampaui target di tahun 2013.
Sedangkan untuk Rasio ketersediaan sekolah terhadap jumlah penduduk usia
sekolah, merupakan perbandinan antara jumlah sekolah dan penduduk dalam usia
53
sekolah. Indicator ini menunjukkan jumlah sekolah yang ada setiap 10.000 penduduk.
Jenjang pendidikan yang digunakan adalah jenjang SD dan SMP dan dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun.
Tabel 2.36
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Pendidikan Dasar
Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010 s.d 2013
No. Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013
1 7-12 TAHUN
1.1 Jumlah Gedung Sekolah 25 25 27 27
1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7
– 12 tahun 2.204 2.222 1.532 2.584
1.3 Rasio SD 113,43 112,51 176,24 104,49
2 13 – 15 TAHUN
2.1 Jumlah Gedung Sekolah 8 8 8 8
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia
13– 15 tahun 922 744 1.838 1.084
2.3 Rasio SMP 86,77 107,53 43,53 73,80
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2011-2014, diolah
Gambar 2.28
Rasio Ketersediaan Sekolah per Penduduk Usia Pendidikan Dasar Sekolah
di Kabupaten Tana Tidung
Sumber : Analisis Data, 2014
0
50
100
150
200
Rasio SD Rasio SMP
2010 2011 2012 2013
54
Rasio Jumlah gedung sekolah dengan Jumlah penduduk usia kelompok 7 -12
tahun untuk jenjang pendidikan SD/MI semakin baik dimana dari tahun 2010 s/d
2012 rasio tersebut semakin naik. Sama halnya dengan jenjang pendidikan SMP/MTs
dimana rasionya semakin naik.
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per
1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga
pengajar dan untuk mengukur jumlah ideal murid untuk saru guru agar tercapai
mutu pengajaran.
Tabel 2.37
Rasio antara Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten
Tana Tidung
Tahun 2010 s.d 2013
No. Usia Sekolah 2010 2011 2012 2013
1 7 – 12 Tahun
1.1 Jumlah Guru 383 313 306 303
1.2 Jumlah Murid 2.286 2.586 2.609 2.503
1.3 Rasio SD 167,54 121,04 117,29 121,05
2 13 – 15 Tahun
2.1 Jumlah Guru 87 97 95 95
2.2 Jumlah Murid 733 846 915 926
2.3 Rasio SMP 118,69 114,66 103,83 102,59
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2011-2014, diolah
Gambar 2.29 Rasio Guru dan Murid JenjangPendidikan Dasar di Kabupaten Tana Tidung (Sumber : Analisis Data, 2014)
0
50
100
150
200
Rasio SD Rasio SMP
2010 2011 2012 2013
55
2. Pendidikan Menengah (SMA)
APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menenagh (16-19 tahun)
yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah penduduk usia
pendidikan menengah.
Tabel 2.38
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Menengah
Kabupaten Tana Tidung
Tahun2011 s.d 2013
No Jenjang Pendidikan Tahun
SPM MDG’s 2011 2012 2013
1 APS SMA 64,66 80,00 62,58 60
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2011-2014
Selanjutnya APS usia 16-18 tahun sebesar 62,58 persen di tahun 2013 yang
berarti sudah 62,58 persen penduduk usia 16-18 tahun di daerah ini yang bersekolah
dan masih terdapat sisanya 37,42 persen tidak bersekolah. Melihat perkembangan
selama tiga tahun terakhir ini, APS SMA di Kabupaten Tana Tidung cenderung
menurun. Semakin turunnya angka pasrtisipasi sekolah mungkin disebabkan
rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai penting pendidikan.
Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah pendidikan
menengah merupakan perbandingan antara jumlah usia sekolah dengan penduduk
dalam usia sekolah 16 – 18 tahun jenjang SMA/SMK, yang mencerminkan jumlah
sekolah yang ada setiap 10.000 penduduk.
Tabel 2.39 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Pendidikan Menengah
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010 s.d 2013
No. Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013
1 16-18 TAHUN
1.1 Jumlah Gedung Sekolah 3 3 3 3
1.2 Jumlah penduduk kelompok usia
16– 18 tahun 590 679 1.234 885
1.3 Rasio SMA 50,85 44,18 24,31 33,90
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2011-2014, diolah
56
Gambar 2.30 Rasio Ketersediaan Sekolah per Penduduk Usia
Pendidikan Menengah Sekolah di Kabupaten Tana
Tidung (Sumber : Analisis Data, 2014)
Rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang SMA/SMK mengalami fluktuasi, pada
tahun 2010, rasio SMA sebesar 50,85, dan menurun di tahun 2013 menjadi 33,90. Hal
ini menjelaskan bahwa jumlah sekolah di Kabupaten Tana Tidung masih cukup
banyak dapat menampung penduduk usia 16-18 tahun, oleh karena penduduk usia
sekolah ini masih relative sedikit.
Rasio guru dan murid tingkat SMA adalah perbandingan jumlah guru
disbanding murid untuk jenjang pendidikan SMA sederajat. Dalam standar pelayanan
minimal, rasio guru dan murid untuk jenjang SMA sederajat adalah 1 : 5, yang berarti
satu guru mengajar 15 murid SMA. Sedangkan di Kabupaten Tana Tidung, nilai rasio
guru dan murid jenjang SMA
Tabel 2.40
Rasio antara Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten
Tana Tidung
Tahun 2010 s.d 2016
No. Usia Sekolah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 16 – 18 Tahun
1.1 Jumlah Guru 70 86 88 87
1.2 Jumlah Murid 369 502 665 871
1.3 Rasio SMA 189,70 171,31 132,33 99,89
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung, 2011-2014, diolah
0
10
20
30
40
50
60
2010 2011 2012 2013
57
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
2010 2011 2012 2013
Gambar 2.31 Rasio Guru dan MuridJenjang Pendidikan Menengah
Sekolah di Kabupaten Tana Tidung (Sumber : Analisis
Data, 2014)
3. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Rasio PAUD merupakan perbandingan jumlah murid yang belajar di taman
kanak-kanak atau lembaga pendidikan anak-anak dalam usia 4-6 taun yang
mendapatkan pendidikan dasar. Rasio PAUD menggambarkan perbandingan antara
jumlah murid pada jenjang TK/RA/Penitipan Anank dengan jumlah penduduk usia 4-
6 tahun. Perkembangan PAUD di Kabupaten Tana Tidung dari tahun 2010 sampai
2013 cenderung meningkat, walaupun di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi
31,13 persen dari 47,63 persen di tahun 2011.
Tabel 2.41
Rasio Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010 s.d 2016
No. Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Rasio PAUD 18,87 47,63 tad 31,13
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
4. Angka Putus Sekolah
Angka putus sekolah merupakan perbandingan antara jumlah murid putus
sekolah pada jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA dengan jumlah murid pada
jenjang pendidikan tertentu. Hasil perhitungan angka putus sekolah ini untuk
mengetahui banyaknya murid putus sekolah di suatu jenjang pendidikan pada
58
wilayah tertentu. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak murid yang putus
sekolah.
Tabel 2.42
Angka Putus Sekolah
Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010 s.d 2016
No. Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014 2015 2016
1. SD 0,45 0,76 0,00 0,1
2. SMP 2,17 9,03 5,05 0,32
3. SMA 36,84 35,25 20,09 0,0
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
5. Angka Kelulusan (AL)
Angka Kelulusan meruupakan perbandingan antara jumlah murid yang lulus
uian akhir nasional dengan jumlah siswa yang mengikuti ujian tersebut. Dari tahun
2012 sampai dengan 2013, angka kelulusan di Kabupaten Tana Tidung relative stabil
yang memiliki capaian 100%.
Tabel 2.43
Angka Kelulusan
Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010 s.d 2016 (%)
No. Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014 2015 2016
1. SD 11,97 100 100
2. SMP 29.08 100 100
3. SMA 18,53 100 100
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
6. Angka Melanjutkan (AM) dari SD ke SMP dan SMP ke SMA
Angka melanjutkan sekolah merupakan perbandingan antara jumlah murid
yang melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya dengan jumlah lulusanpada
tahun sebelumnya pada enjang pendidikan sebelumnya. Angka melanjutkan sekolah
ini merupakan cerminan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang
lebih tinggi.
59
Angka melanjutkan sekolah di Kabupaten Tana Tidung, perkembangan dari
empat tahun terakhir angkanya cukup tinggi. Bila dibandingkan dengan standar SPM
yaitu dari SD ke SMP minimal 95% dan SMP ke SMA minimal sebesar 60%, maka
capaian di Kabupaten Tana Tidung sudah terlampaui. Ini menunjukkan tingat
partisipasi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
cukup besar.
Tabel 2.44
Angka Melanjutkan (AM) dari SD ke SMP dan SMP ke SMA
Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010 s.d 2016 (%)
No. Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014 2015 2016
1. SD ke SMP 100 100 100
2. SMP ke SMA 100 97,41 97,41
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
7. Rasio Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV
Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV merupakan perbadingan jumlah guru
yang berijazah minimal S1/D-IV dengan total seluruh guru yang ada di Kabupaten.
Guru yang memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 tentu akan memiliki
kompetensi dan pemahaman tentang materi yang lebih baik, dan hal ini menjadi salah
satu indicator dalam pencapaian pendidikan yang berkualitas.
Tabel 2.45
Angka Melanjutkan (AM) dari SD ke SMP dan SMP ke SMA
Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010 s.d 2016 (%)
No. Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014 2015 2016
1. Rasio Guru berkualifikasi S1/D-IV 40,91 48,21 87,59 87,59
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
Dari hasil tabel diatas, rasio guru yang memiliki kualifikasi S1/D-IV dari tahun 2010
sampai 2013 makin meningkat. Meningkatnya kecenderungan jumlah guru yang
memenuhi standar minimal S1/D-IV membuktikan komitmen pemerintah untuk
60
meningkatan kompetensi dan keahlian para guru dalam sistem pendidikan di
Kabupaten Tana Tidung.
B. Kesehatan
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk
mencapai keadaan seperti itu maka diperlukan fasilitas serta tenaga kesehatan yang
memadai. Bukan hanya soal kualitas namun juga kuantitas juga sangat menentukan
tercapainya kabupaten yang sehat.
1. Rasio Posyandu per satuan Balita
Rasio posyandu per satuan balita merupakan ukuran pelayanan posyandu
sebagai pelayanan kesehatan dasar masyarakat. Posyandu adalah wadah pelayanan
kesehatan masyarakat dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat
dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan
keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber
daya manusia sejak dini.
Tabel 2.46
Rasio Posyandu per satuan Balita
di Kabupaten Tana Tidung
No. Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Rasio Posyandu per balita 0,81 1,17
Sumber : RPJPD Kalimantan Utara 2005-2025, 2014
Rasio posyandu per satuan balita di Kabupaten Tana Tidung mengalami
kenaikan. Berdasarkan jumlah ideal posyandu yaitu 1 per 100 balita maka rasio di
Kabupaten Tanna Tidung telah mencapai target.
2. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu
Indikator rasio puskesmas per 100.000 penduduk adalah salah satu indicator
yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas.
61
Tabel 2.47
Rasio Puskesmas dan Pustu
di Kabupaten Tana Tidung
No. Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014 2015 2016
1. Jumlah Penduduk 15.202 16.356 17.079 18.985
2. Puskesmas 3 3 3 4
3. Puskesmas Pembantu 11 11 12 11
4. Rasio Puskesmas 19,73 18,34 17,57 21,07
5. Rasio Pustu 72,36 67,25 70,26 57,94
Sumber :Data Pokok Pembangunan 2013, diolah 2014
Berdasarkan data diatas, rasio puskesmas per 100.000 penduduk di Kabupaten Tana
Tidung berada dikisaran 19, yang berarti 1 puskesmas melayani sekitar 5200
penduduk. Tingginya nilai rasio puskesmas per satuan penduduk dapat disebabkan
oleh jumlah penduduk di Kabupaten Tana Tidung yang tidak terlalu banyak. Untuk
meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat, puskesmas
didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (pustu).
Terlihat dari rasio pustu per satuan penduduk di Kabupaten Tana Tidung rata-rata 1
pustu melayani 1700 penduduk. Hal ini sesuai dengan fungsi puskesmas pembantu
yang meluaskan jangkauan pelayanan puskesmas dan mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Selain puskesmas dan puskesmas pembantu, puskesmas keliling (pusling) juga
memiliki peran yang sangat penting bagi Kabpaten dengan wilayah administrasi yang
luas dan daerah yang sulit dijangkau. Pada umumnya puskesmas keliling di
Kabupaten Tana Tidung berupa pusling roda dua, roda empat, dan pusling perairan
yang dapat berupa ketinting maupun speed boat.
Tabel 2.48 Data Puskesmas Keliling
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2011-2016
No. Uraian 2011 2012 2013* 2014 2015 2016
1. Roda 2 6 6 6
2. Roda 4 (ambulance) 26 26 26
3. Perairan 1 1 1
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tana Tidung 2013
62
Namun bila dilihat dari akses menuju sarana kesehatan akan membuat keberadaan
sarana esehatan tersebut kurang efektif.
Tabel 2.49
Jarak Rata-rata Desa Ke Puskesmas
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2011
No. Kecamatan Jarak Rata2
(Km)
Kemudahan Mencapai Sarkes
Terdekat Dari Desa
SM M S SS
1. Sesayap 19,18 3 6 3
2. Sesayap Hilir 13,64 2 6
3. Tana Lia 23,00 2 1
17,63 7 12 3 1
30,43% 52,17% 13,04% 4,35%
Sumber : Podes 2011, Ket : SM = sangat mudah; M = mudah; S = Sulit, SS = sangat sulit
Dari data Podes 2011, rata-rata desa-desa di Kabupaten Tana Tidung harus
menempuh 17 Km untuk mencapai puskesmas terdekat. Desa-desa di Kecamatan
Tana Lia memiliki jarak paling jauh untuk menempuh puskesmas dibandingkan
kecamatan lain. Dari kemudahan mencapai akses, 30,43 % desa di Kabupaten Tana
Tidung dapat mengakses puskesmas dengan sangat mudah dan 52,17 % dengan
akses mudah. Sedangkan untuk Kecamatan Sesayap 13,04% mengalami kesulitan
untuk mencapai puskesmas, dan Kecamatan Tana Lia 4,35% sangat sulit mencapai
puskesmas.
2. Rasio Rumah Sakit per satuan Penduduk
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita pasien.
Kabupaten Tana Tidung sampai tahun 2013, belum memiliki rumah sakit umum
daerah. Saat ini masih dalam proses pembangunan Rumah Sakit Type D yang mana
pembangunannya direncanakan akan selesai pada tahun 2014. Selama
63
beberapatahun terakhir ini, masyarakat yang sakit dirujuk ke rumah sakit di
kabupaten/kota tetangga, baik di RSUD Tarakan, RSUD Malinau dan RSUD Bulungan.
Sehingga bila dilihat dari cakupan kemudahan akses ke sarana kesehatan rumah
sakit, di Kabupaten Tana Tidung masih tergolong sulit untuk mencapai ke rumah
sakit, yakni sekitar 82,61% akses menuju rumah sakit terdekat sulit, dan 17,39%
sangat sulit.
Tabel 2.50
Jarak Rata-rata Desa Ke Rumah Sakit
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2017
No. Kecamatan Jarak Rata2 (km)
Kemudahan Mencapai Sarkes
Terdekat dari Desa
SM M S SS
1. Sesayap 99,8 9 3
2. Sesayap Hilir 83,62 8
3. Tana Lia 76,6 2 1
91,15 0 0 19 4
0% 0% 82,61% 17,39%
Sumber : BPS Kabupaten Tana Tidung, 2016
Ket : SM = sangat mudah; M = mudah; S = Sulit, SS = sangat sulit
3. Rasio Dokter per satuan Penduduk
Berdasarkan jenis profesinya, rasio dokter berdasarkan Indikator Sehat 2010
dibedakan menjadi tiga yaitu dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi. Rasio
dokter per 100.000 penduduk haru mencapai target 40 di tahun 2010, sedangkan
rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk adalah 6, dan rasio dokter gigi per
100.000 penduduk adalah 11.
Tabel 2.51 Rasio Dokter per satuan Penduduk
di Kabupaten Tana Tidung
No. Uraian Rasio Dokter per 100.000 penduduk
2009 2010 2011 2012 2013
1. Dokter Umum 13,68 13,16 67,25 46,84
2. Dokter Spesialis 0,00 0,00 0,00 0,00
3. Dokter Gigi n/a 0,00 24,46 17,57
Sumber: Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2013, diolah 2014
64
Jika dibandingkan dengan terhet Indonesia Sehat 2010 untuk rasio dokter umum dan
dokter gigi, pada tahun 2011 dan 2012 Kabupaten Tana Tidung sudah melampaui
target yang diharapkan., walaupun dari sebarannya masih banyak di perkotaan.
4. Rasio Tenaga Medis per satuan Penduduk
Berdasarkan PP nomor 32 Tahun 1996, tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan
tersebut terdiri dari : Tenaga medis (dokter dan dokter gigi), tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat (epidemiologi, entomlogy,
mikrobiolog, administrator kesehatan dan sanitarian), tenaga gizi, tenaga kesehatan
fisik, tenaga keteknisan medis. Berikut jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang ada di
Kabupaten Tana Tidung dari tahun 2010-2016.
Tabel 2.52
Data Puskesmas Keliling
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2011-2016
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Dokter 10 12 10 10 10 10
2. Bidan 52 52 53 53 53 53
3. Perawat 97 101 97 97 97 97
4. Farmasi 8 8 7 7 7 7
5. Gizi 3 7 3 3 3 3
6. Sanitasi 5 6 6 6 6 6
7. Kesmas 11 7 9 9 9 9
Jumlah 194 193 185 185 185 185
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2017
Keadaan tenaga kesehatan di suatu daerah dapat dilihat dengan indikator rasio
tenaga kesehatan yang dihitumg per 100.000 penduduk. Berdasarkan data yang ada
rasio beberapa tenaga kesehatan 100.000 penduduk adalah sebagai berikut : rasio
65
perawat 117,5, rasio bidan 100, rasio ahli gizi 22, rasio apoteker 10, rasio ahli sanitasi
40, rasio ahli kesehatan masyarakat 40.
Tabel 2.53
Rasio Tenaga Kesehatan per satuan Penduduk
di Kabupaten Tana Tidung
No. Uraian Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Perawat 593 210 510
2. Bidan 324 46 279
3. Farmasi 43 29 36
4. Gizi 18 12 15
5. Sanitasi 37 6 31
6. Kesmas 55 38 47
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2017
Dari data diatas, rasio perawat, bidan, ahli gizi dan ahli kesmas tahun 2013 di
Kabupaten Tana Tidung memenuhi target Indonesia Sehat 2010. Sedangkan rasio ahli
sanitasi masih belum memenuhi target. masih rendahnya rasio ahli sanitasi dapat
berdampak pada kuurangnya kepedulian tentang kesehatan lingkungan.
5. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas yang mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani adalah ibu dengan komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan
definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibandingkan dengan
jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu (hamil
bersalin, nifas) dengan komplikasi pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan
permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
66
Tabel 2.54
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.
Cakupan
Komplikasi
Kebidanan
yang DItangani
n/a 32,61 72,04 73,91
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2016
Komplikasi kebidanan yang berhasil ditangani di Kabupaten Tana Tidung, di tahun
2012 masih sebatas 72,04% dan meningkat menjadi 73,91% di tahun 2013. Jika
dibandingkan dengan SPM bidang kesehatan dalam Permenkes
No.741/Menkes/Per/VII/2008, menargetkan cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani adalah sebesar 80% pada tahun 2015, cakupan di Kabupaten Tana Tidung
masih belum memenuhi target., namun melihat trend yang meningkat dari 4 tahun
terakhir diperkirakan dapat mencapai target SPM.
Belum tercapainya indikator ini dapat menunjukkan masih banyaknya ibu
dengan komplikasi kebidanan yang belum mendapatkan penanganan definitive
sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih. Banyaknya kasus komplikasi
kebidanan berdampak pada kesehatan dan keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya, hal ini dapat menjadi salah satu sebab angka kematian ibu yang masih
tinggi di Kabupaten Tana Tidung.
6. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki
Kompetensi Kebidanan
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki
Kompetensi Kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan persalinan yang professional.
67
Tabel 2.55
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
yang memiliki Kompetensi Kebidanan
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2014
1.
Cakupan
Pertolongan
Persalinan
90,40 103,65 86,46 90,74
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2016
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan di Kabupaten Tana Tidung, semakin membaik, walaupun di tahun 2012
sempat menurun. Jika mengacu pada SPM nasionla, target untuk indikator ini adalah
90% di tahun 2015. Di tahun 2013 Kabupaten Tana Tidung sudah mencapai target
yang diharapkan.
7. Cakupan Desa Universal Child Immunization (UCI)
Cakupan desa/kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana >80% dari jumlah bayi
yang ada I desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap(BCG 1 kali, DPT 3
kali, Hepatitis B 4 kali, Polio 4 kali dan campak 1 kali) dalam waktu satu tahun. SPM
menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada tahun 2010 untuk setiap
kabupaten/kota.
Tabel 2.56
Cakupan Desa UCI
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Cakupan Desa
UCI 21,74 60,87 73,91 52,17
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2016
Cakupan desa UCI di Kabupaten Tana Tidung dari tahun 2010 mengalami
peningkatan, walaupun di tahun 2013 menurun menjadi 52,17%, dari 23 desa hanya
68
12 desa yang mampu mencapai UCI, angka ini mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yaitu 17 dari 23 desa.
8. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan
Balita gizi buruk yang mendapat perawatan merupakan balita gizi buruk yang
dirawat/ditangani disarana pelayanan kesehatan sesuai tata laksana gizi buruk di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Tabel 2.57
Cakupan Desa UCI
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.
Cakupan Balita
gizi buruk yg
mendapat
perawatan
100 100 100 100
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2016
Di Kabupaten Tana Tidung, cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan
telah mencapai target SPM nasional.
9. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+)
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+) adalah
jumlah penderita baru TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati pada satu wilayah
kerja selama 1 tahun disbanding dengan jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA
(+) dalam kurun waktu yang sama.
Tabel 2.58 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+)
di Kabupaten Tana Tidung No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.
Cakupan
penemuan dan
penanganan
penderita TBC
BTA
54,55 25,58 15,79 5,00
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2016
69
Terjadi penurunan yang cukup drastic cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit TBC BTA (+) dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Jika dibandingkan degan
target SPM sebesar 100% di tahun 2010, maka hasil capaian di Kabupaten Tana
Tidung masih jauh belum memenuhi target tersebut.
10. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
Cakupan penemuan dan penangangan penderita penyakit DBD adalah
persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar disuatu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang
ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Tabel 2.59
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.
Cakupan
Penemuan dan
Penanganan
Penderita Penyakit
DBD
100
Tidak
ada
kasus
100 n/a
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2016
Penanganan penyakit DBD di Kabupaten Tana Tidung telah terlaksana 100%
cakupannya, dan telah memenuhi target SPM. Hal inimenunjukkan bahwa
penanganan terhadap penyakit DBD telah berjalan dengan baik dan dapat
dipertahankan hingga sekarang.
11. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah jumlah
kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu. Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat
pelayana kesehatan yang meliputi pusekesma, balai pengobatan pemerintah dan
swasta, praktek bersama dan perorangan.
70
Tabel 2.60
Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.
Cakupan
Pelayanan
Kesehatan Dasar
Pasien
Masyarakat
Miskin
91,77 70,63 82,15 139,42
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2016
Berdasarkan target SPM yang harus dicapai untuk indikator ini adalah 100% di tahun
2015. Tahun 2013, cakupan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin sebesar
139,42%, memenuhi target yang diharapkan.
12. Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi merupkan cakupan kunjungan bayi berumur 29 hari-
11 bulan di saran pelayanan kesehatan maupun dirumah, posyandu, tpa, panti asuhan
dan sebagainya memalui kunjungan petugas disbanding dengan jumlah kelahiran
hidup. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan
kesehatan.
Tabel 2.61
Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Cakupan
Kunjungan Bayi 65,83 60,72 117,84 100,71
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2016
Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Tana Tidung mengalami kenaikan dari
60,72% di tahun 2011 menjadi 117,84% di tahun 2012. Pada tahun 2013, cakupan
kunjungan bayi mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012. Jika
71
dibandingkan dengan target SPM sebesar 100%, sejak tahun 2012 telah mencapai
target dan melebihi 100%.
C. Lingkungan Hidup
1. Persentase Penanganan Sampah
Indikator persentase penanganan sampah adalah perbandingan jumlah volume
sampah yang ditangani dengan volume produksi sampah.
Tabel 2.62
Persentase Penanganan Sampah
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Volume sampah yang
ditangani (m3) n/a n/a 1.413,6 1.413,6
2 Volume produksi sampah
(m3) n/a n/a 1.541,6 1.541,6
3. Persentase penanganan
sampah % n/a n/a 91,69 91,69
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2013
2. Persentase Penduduk Berakses Air Minum
Persentase penduduk berakses air minum adalah perbandingan jumlah
penduduk yang mendapatkan akses air minum dibandingkan dengan jumlah
penduduk keseluruhan pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang sama. Syarat air
minum menurut Kementerian Kesehatan adaah tidak berasa, tidak berbau dan tidak
berwarna, serta tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam
dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh
bakteri atau zat-zat berbahaya.
Sumber air minum yang digunakan di Kabupaten Tana Tidung berasal dari
sumber baik yang terlindungi maupun tidak terlindungi. Berdasarkan data hasil
survey di tahun 2012, jumlah keluarga dengan sumber air minum terlindungi hanya
mencakup 9,81%. Dari data tersebut menunjukkan masih banyak warga yang
mengkonsumsi air dari sumber yang tidak terlindungi yang berarti kemungkinan ada
cemaran mikrobiologi maupun cemaran kimiawi.
72
Tabel 2.63
Persentase Keluarga Menurut Sumber Air Minum yang digunakan di Kabupaten
Tana Tidung Tahun 2017
Jumlah
keluarg
a yang
disurvei
Air
isi
Ula
ng
(%
)
Leden
g
Metera
n (%)
Pomp
a (%)
Sumur
Terlindun
gi (%)
Mata
Air
Terlind
ungi
(%)
Air
Hujan
(%)
Sumur
Tak
Terlindun
gi (%)
Mata Air
Tak
Terlindun
gi (%)
Air
Sung
ai
(%)
Keluarga
dgn
Sumber
Air
Minum
Terlindun
gi (%)
6.933 5,51 4,30 n/a n/a n/a 56,25 6,99 n/a 13,55 9,81
Sumber : Profil Kesehatan, 2017
Berdasarkan Podes tahun 2017, diperoleh juga data desa yang memanfaatkan sumber
air untuk minum dan masak sehari-hari.
Tabel 2.64
Sumber Air Minum/Masak Sebagian Besar Warga
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2017
Air
Kemasan
(%)
PAM/PDAM
(%)
Pompa
Listrik/
tangan
(%)
Sumur
(%)
Mata
Air
(%)
Sungai/
Danau
(%)
Air
Hujan
(%)
Lainnya
(%)
n/a 4,55 n/a 4,55 4,55 13,64 72,73 n/a
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2017
Persentase tersebut menunjukkan banyaknya desa yang mengakses air
minum/masak tertentu dibandingkan jumlah seluruh desa yang ada. Di Kabupaten
Tana Tidung sebagian besar masyarakat sebanyak 72,73% masih menggunakan air
hujan sebagai air minum. Permukimann adalah bagian dari lingkungan hidup diluar
kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung penghidupan.
Persentase luas permukiman yang tertata adalah perbandingan antara luas area
permukiman tertata dengan luas area permukiman keseluruhan. Data luas
permukiman yang tertata di Kabupaten Tana Tidung belum terdata dengan baik.
73
Namun ketersediaan data luas permukiman di kabupaten Tana Tidung belum terdata
dengan baik.
Tabel 2.65
Persentase Luas Permukiman yang Tertata
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Luas area permukiman
tertata n/a n/a n/a n/a
2 Luas area permukiman
keseluruhan n/a n/a n/a n/a
3. Persentase luas
permukiman yang tertata n/a n/a n/a n/a
Sumber :
D. Pekerjaaan Umum
1. Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik
Rasio panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah perbandingan antara
panjang jalan berkondisi baik dan panjang jalan seluruhnya. Rasio ini untuk
mengetahui tingkat pelayanan jalan di Kabupaten Tana Tidung. Rasio panjang
jaringan jalan dalam kondisi jalan.
Tabel 2.66
Rasio Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016 (%)
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Rasio Jalan
dalam Kondisi
Baik
18,47 18,47 14,66 22,24 48,69
Sumber :Kabupaten Tana Tidung dalam Angka, 2010-2013
Rasio panjang jalan dalam kondisi baik memiliki kecenderungan meningkat dalam
kurun tahun 2008-2012. Walaupun belum memenuhi SPM sebesar 60%. Peningkatan
ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah, dalam memprioritaskan
pembangunan infrastruktur wilayah terutama jaringan jalan.
74
2. Rasio Jaringan irigasi
Rasio Jaringan Irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap
luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi meliputi jaringan primer, sekunder,
tersier. Hal ini mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan
budidaya pertanian.
3. Rasio Tempat Ibadah per satuan Penduduk
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk adalah perbandingan dari jumlah
tempat ibadah dibagi dengan jumlah penduduk dikali 1000, sehingga dapat
menjelaskan rasio ketersediaan tempat ibadah per 1.000 penduduk.
Tabel 2.67
Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2008-2012
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Rasio tempat Ibadah 2 2 2 3 3
Sumber : Kabupaten Tana Tidung dalam Angka, 2013
Di Kabupaten Tana Tidung, rasio tempat ibadah menunjukkan peningkatan .
berdasarkan data Kementerian Agama tahun 2010, rasio tempat ibadah di Indonesia
adalah 1 : 812 penduduk, sehingga tempat ibadah di Kabupaten Tana Tidung lebih
dari rata-rata nasional.
4. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi
Persentase rumah tinggal bersanitasi adalah indikator yang menunjukkan
banyaknya rumah tinggal yang telah menguunakan sanitasi layak. Perhitungannya
dari perbandingan dari jumlah rumah tinggal yang telah bersanitasi layak dengan
jumlah seluruh rumah yang ada di Kabupaten Tana Tidung.
75
Tabel 2.68
Persentase Rumah Tingggal Bersanitasi
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2008-2016
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Persentase Rumah
Tinggal bersanitasi 2,60 2,60 53,15 68,55 76,39
Sumber : Database Pembangunan Kalimantan Timur, 2013
Persentase rumah tinggal bersanitasi di Kabupaten Tana Tidung menunjukkan
kecenderungan meningkat, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat perlu akan
kebutuhan sanitasi. Berdasarkan SPM tingkat penyediaan sarana sanitasi terhadap
jumlah penduduk perkotaan adalh 80%, sehingga Kabupaten Tana Tidung masih
belum memenuhi persyaratan ini, maka perlu diadakan peningkatan penyediaan
sarana sanitasi.
5. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan Penduduk
Rasio tempat pembuangan sampah per satuan penduduk adalah indikator
ketersediaan volume tempat pembuangan sampah per satuan penduduk. Indikator
tersebut didapatkan dari rumus tempat pembuangan sampah dibagi jumlah
penduduk dikali 1.000, sehingga menunjukkan ketersediaan tempat pembuangan
sampah per. 1000 penduduk.
Tabel 2.69
Persentase Rumah Tingggal Bersanitasi
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Rasio TPS per satuan
pajak
n/a 9,95 9,95
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung, 2013
76
Rasio tempat pembuangan sampah di Kabupaten Tana Tidung tahun 2012 yaitu 9,95
m3/1.000 penduduk, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap
pembuangan sampah sudah membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
6. Rasio Rumah Layak Huni
Rasio rumah layak huni adalah indikator yang menunjukkan ketersediaan
rumah layak huni di kabupaten. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah
layak huni dibagi dengan jumlah penduduk dikali 1000, sehingga dapat diketahui
ketersediaan rumah layak huni per 1.000 penduduk. Berdasarkan target MDG’s tahun
2015, target rumah sehat ditentukan sebesar 80% atau sebesar 160 rumah/1.000
penduduk. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, persentase rumah
sehat secara nasional sekitar 24,9% atau 50 rumah/1.000 penduduk.
Tabel 2.70
Persentase Rumah Tingggal Bersanitasi
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Rasio Rumah layak huni 24 24
Sumber : LPPD Kabupaten Tana Tidung, 2013
Pada tahun 2012, rasio rumah layak huni di Kabupaten Tana Tidung berada pada
angka 24 rumah per 1.000 penduduk. Apabila rata-rata anggota keluarga 5 orang,
maka diperlukan 200 rumah layak huni untuk memenuhi 1.000 orang penduduk,
sehingga jumlah rumah layak huni di Kabupaten Tana Tidung perlu ditingkatkan.
Berdasarkan target MDG’s tahun 2015, target rumah sehat ditentukan sebesar 80%
atau sebesar 160 rumah/1.000 penduduk.
7. Data Bantuan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Tidak Mampu
Bantuan rumah layak huni di Kabupaten Tana Tidung berasal dari sumber dana
APBD Kabupaten dan APBD Provinsi. Indikator ini menginformasikan penambahan
jumlah bantuan rumah layak huni per tahun.
77
Tabel 2.71
Data Bantuan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Tidak Mampu
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2013
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Data Bantuan
Rumah Layak
Huni
78 120 75 100 80
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2017
Dari data diatas, menunjukkan Pemerintah Daerah turut mendukung banyaknya
masyarakat untuk mendaptkan tempat tinggal layak khususnya bagi masyarakat
tidak mampu di Kabupaten Tana Tidung.
8. Panjang Jalan dilalui Roda 4
Panjang jalan dilalui roda 4 merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
pelayanan jalan berdasarkan rasio panjang jalan yang dapat dilalui roda 4 yang
disediakan oleh Pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melayani per 1.000
penduduk dengan rumus panjang jalan (km) dibagi jumlah penduduk dikali 1.000.
Tabel 2.72
Panjang Jalan dilalui Roda 4
di Kabupaten Tana Tidung
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Rasio panjang
jalan dilalui
roda 4
2,56 6,34 14,46 14,46
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2017
Panjang jalan yang dilalui roda 4 di Kabupaten Tana Tidung cenderung mengalami
peningkatan dalam 5 tahun terakhir yaitu dari 2,56 km/1.000 penduduk pada tahun
2009 menjadi 14,46 km/1.000 penduduk di tahun 2012. Berdasarkan SPM panjang
jalan yang dilalui roda 4 adalah 0,6 Km/1.000 penduduk, sehingga untuk indikator
78
panjang jalan dilalui roda 4 di Kabupaten Tana Tidung masih memenuhi standar
pelayanan minimal.
E. Perhubungan
1. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum (Transportasi Air)
Jumlah arus penumpang transportasi air merupakan indikator untuk mengukur
arus penumpang transportasi air per tahun. Indikator ini merupakan jumlah total
arus penumpang transportasi air datang dan berangkat di Kabupaten Tana Tidung.
Tabel 2.73
Jumlah Arus Penumpang Transportasi Air
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2009-2016
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Arus penumpang keluar 15.811 33.217 24.462 34.739 32.136
2. Arus penumpang
datang 18.271 30.214 26.420 38.577 38.887
3.
Jumlah arus
penumpang Angkutan
Air
34.082 63.341 50.882 73.316 71.023
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2017
Angkutan transportasi air merupakan salah satu angkutan utama masyarakat
Kabupaten Tana Tidung. Jumlah arus penumpang transportasi air di Kabupaten Tana
Tidung dari kurun waktu lima tahun cederung mengalami peningkatan. Hai ini terjadi
karena perkembangan daerah sebagai kabupaten otonom baru yang meningkatkan
arus penumpang dan barang.
2. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus
Jumlah sarana transportasi merupakan indikator yang penting dalam rangka
menunjukkan perkembangan transportasi di daerah. Lajunya perkembangan daerah
biasanya didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik
dan layak.
79
Tabel 2.74
Jumlah Pelabuhan Sungai/Udara/Terimnal Bus
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2009-2016
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pelabuhan Laut/Sungai 1 1 1 1 1
2. Pelabuhan Udara - - - - -
3. Terminal Bus - - - - -
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2017
3. Rasio Ketersediaan Transportasi Air terhadap Penumpang
Rasio ketersediaan transportasi air terhadap penumpang transportasi air
menunjukkan ketersediaan transportasi air terhadap jumlah penumpang dengan
membandingkan jumlah armada transportasi air dibandingkan dengan jumlah
penumpang transportasi air per tahun.
Tabel 2.75
Rasio Keretsediaan Transportasi terhadap penumpang
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2009-2016
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah armada yang
beroperasi 27 30 11 7 8
2. Jumlah penumpang 15.811 33.217 24.462 34.739 32.136
3. Rasio 0,17 0,09 0,04 0,02 0,02
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2017
Rasio ketersediaan transportasi di Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2013 berada
pada angka 0,02%, hal ini menunjukkan bahwa jumlah armada transportasi air belum
memadai jika dibandingkan dengan jumlah penumpang yang ada.
80
2.4.1. FOKUS LAYANAN URUSAN PILIHAN
A. Penanaman Modal
1. Jumlah Investor berskala Nasional (PMDN/PMA)
Jumlah investor PMDN/PMA dihitung dengan menjumlahkan banyaknya
investor PMDN berskala nasional dengan banyaknya investor PMA berskala nasional
yang aktif berinvestasi di daerah dan pada suatu periode tahun pengamatan.Semakin
banyak jumlah investor maka akan semakin menggambarkan ketersediaan pelayanan
penunjang yang dimililiki daerah berupa ketertarikan investor untuk meningkatkan
investasinya di daerah.
Berdasarkan data dari Badan Perijinan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011, perkembangan trend PMA di Kabupaten
Tana Tidung meningkat investasinya, sedangkan investasi PMDN masih belum ada.
Data komoditas produk unggulan indusri menengah besar Kabupaten Tana Tidung
masih belum terinventarisir.
Tabel 2.76
PMDN dan PMA
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2009-2016
Tahun PMDN (Rp.Milyar) PMA (US$.Juta)
2010 - -
2011 - 106,00
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber : Dinas Penanaman Modal, Nakertrans, dan PTSP
Ada 3 (tiga) kendala besar yang seringkali menjadi keluhan para investor dalam
melaksanakan rencana investasi di daerah khususnya di Kabupaten Tana Tidung,
khususnya investor asing (PMA), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan: (1) RTRW yang
belum jelas/belum selesai ditetapkan; (2) Ketidak-siapan infrastruktur; (3) Status
lahan yang tidak jelas.
81
Peranan investasi di daerah sangat penting karena akan menentukan kinerja
ekonomi yang ditandai dengan perkembangan atau penurunan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita, Inflasi dan
lain sebagainya.
Kenaikan atau penurunan investasi daerah dalam bentuk Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di daerah dapat
menggambarkan daya saing atau daya tarik investasi bagi investor untuk
menanamkan modalnya di daerah. Kendala-kendala yang dapat mengurangi minat
investor untuk ber-investasi di Kalimantan Utara khususnya di Kabupaten Tana
Tidung harus di-eliminir, sehingga PMDN dan PMA dapat meningkat secara
maksimal.
B. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
1. Persentase Koperasi Aktif
Koperasi merupakan salah satu sarana perekonomian yang difungsikan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat kalangan menengah
ke bawah. Oleh karena itu, indikator koperasi aktif menjadi salah satu indikator
dalam fokus pelayanan umum. Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun
terakhir mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang dalam tahun
terakhir melakukan kegiatan usaha.
Tabel 2.77 Data Koperasi
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009-2013
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Koperasi 15 18 21 26 35
Koperasi Aktif 30
Koperasi Tidak Aktif 5
Persentase Koperasi
Aktif 86%
Rasio Pelayanan
Koperasi per 1.000
penduduk
1,03 1,18 1,28 1,52
Sumber : RPJPD Provinsi Kaltara, 2016
82
Tabel 2.78 Jenis-jenis Koperasi dan Perkembangannya
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009-2016
No Indikator Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah Koperasi Unit
Desa (KUD)
1 1 1 5
2. Jumlah Koperasi Non
KUD
17 18 18 26
3. Koperasi Sekolah - - - -
Jumlah 18 19 19 31
Sumber: Profil Daerah KabupatenTana Tidung 2009-2017
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2009-2012 terjadi
peningkatan jumlah koperasi. Pada tahun 2011-2012 terjadi kenaikan yang signifikan
pada jumlah koperasi tersebut yang awalnya 19 menjadi 31 koperasi. Hal tersebut
terjadi karena adanya pertumbuhan ekonomi rakyat akibat efek dari adanya
koperasi. Oleh karena itu Pemerintah Daerah kabupaten Tana Tidung terus
membangun Koperasi agar pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat.Untuk ke
depannya pemerintah Kabupaten Tana Tidung di harapkan dapat membangun
Koperasi Sekolah. Selain dapat memberikan penghasilan tambahan lewat keuntungan
sisa hasil usaha kepada sekolah selain itu juga dapat melatih guru dan siswa dalam
menjalankan koperasi.
2. Jumlah UKM non BPR/LKMUKM
Usaha kecil maupun usaha menengah merupakan usaha mandiri yang dilakukan
oleh perorangan atau badan usaha yang tidak ada hubungannya dengan usaha
menengah atau besar. UKM merupakan bentuk kegiatan ekonomi yang potensial
dikembangkan untuk membentuk perekonomian rakyat yang mandiri.
Perkembangan jumah UKM di Kabupaten Tana Tidung selama emapt tahun
terakhir ini mengalami peningkatan yang positif. Semakin banyak jumlah UKM non
BPR/LKM akan menunjukkan semakin besar kapasitas pelayanan pendukung yang
dimiliki daerah dalam meningkatkan ekonomi daerah melalui UKM.
83
Tabel 2.79 Aspek Pelayanan Umum
Dalam Bidang Perindagkop Tahun 2017
No Uraian Jumlah
1. Jumlah UKM / UKM Mitra Binaan 392 UKM (tahun 2011)
417 UKM (tahun 2014)
2. Jenis Usaha UKM / Mitra Binaan 15 UKM
3. Jumlah UKM/Mitra Binaan Yang diberikan akses
promosi/pemasaran produk
7 Jenis produk
4. Jumlah promosi produk lokal yang telah dilakukan 5 pameran
Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Tana Tidung, 2017
3. Jumlah BPR/LKM
Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu lembaga perekonomian
mikro yang memiliki peranan dalam membantu pendanaan/permodalan kegiatan
perekonomian masyarakat. Berdasarkan data Podes Tahun 2011, Kabupaten Tana
Tidung hanya memiliki 1 (satu) unit BPR. Minimnya jumlah BPR ini menunjukkan
Kabupaten Tana Tidung memperlukan perhatian khususnya dari segi pendanaan
sarana keuangan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
C. Kependudukan
1. Rasio Penduduk ber-KTP
Rasio penduduk ber-KTP adalah perbandingan jumlah penduduk usia 17 tahun
ke atas yang ber-KTP terhadap jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas atau telah
menikah.
Tabel 2.80 Rasio Penduduk ber-KTP Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016 Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penduduk > 17 tahun yang
ber-KTP
Jumlah Penduduk > 17 tahun atau
telah menikah / wajib KTP
Rasio Penduduk ber-KTP 0,41* 0,40* 0,29* 0,30*
0,29* 0,30*
Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Tana Tidung, 2014
84
Dari data diatas, Kabupaten Tana Tidung memiliki rasio penduduk ber-KTP yang
masih rendah, tentunya hal ini akan menjadi suatu masalah dalam
mengindentifikasikan kondisi masyarakat dalam perencanaan pembanguna daerah.
2. Rasio Bayi ber-Akte Kelahiran
Rasio bayi berakte kelahiran adalah perbandingan jumlah bayi lahir dalam 1
tahun yang berakte kelahiran terhadap jumlah bayi lahir pada tahun yang sama. Akte
kelahiran adalah sumber data jumlah kelahiran di suatu daerah, data tersebut penting
untuk memproyeksikan penduduk yang berdampak pada tidak maksimalnya
program pembangunan.
Tabel 2.81
Rasio Bayi ber-Akte Kelahiran
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah bayi yang ber-Akte
Kelahiran
Jumlah bayi yang lahir
Rasio Bayi ber-Akte
0,70* 0,68*
0,70* 0,68*
Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Tana Tidung, 2014
Sesuai dengan SPM untuk kepemilikan akte lahir adalah 100 % atau rasio 1
(Permendagri No.62 Tahun 2008). Dari data diatas, rasio bayi ber-akte kelahiran di
Kabupaten Tana Tidung masih belum mencapai target SPM, yang artinya belum
semua bayi memiliki akte kelahiran.
3. Rasio Pasangan berakte Nikah
Rasio pasangan berakte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah
berakte nikah terhadap jumlah keseluruhan pasangan yang telah menikah.
Kepemilikan akte nikah memudahkan dalam administrasi dan identifikasi
kependudukan.
85
Tabel 2.82
Rasio Pasangan berakte Nikah
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2013 2016
Jumlah pasangan nikah berakte
Jumlah keseluruhan pasangan yang
telah menikah
Rasio Pasangan ber-Akte Nikah
0,27* 0,79*
0,79*
Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Tana Tidung, 2014,
4. Rasio Kepemilikan KTP per 1000 penduduk
Rasio kepemilikan KTP per 1000 penduduk adalah perbandingan jumlah
penduduk yang memiliki KTP dengan jumlah penduduk wajib KTP per 1.000
penduduk. Rasio kepemilikan KTP di Kabupaten Tana Tidung masih rendah dan
cenderung perkembangannya fluktuatif.
Tabel 2.83
Rasio Kepemilikan KTP per 1.000 penduduk
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Kepemilikan KTP
per 1.000 penduduk 0,41 0,40 0,29 0,30 0,40 0,29 0,30
Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Tana Tidung, 2014,
5. Kepemilikan Akte Kelahiran per 1000 Penduduk
Rasio kepemilikan Akte Kelahiran per 1000 penduduk adalah perbandingan
jumlah penduduk yang memiliki KTP Akte Kelahiran dibandingkan jumlah penduduk
keseluruhan per 1.000 penduduk.
86
Tabel 2.84
Rasio Kepemilikan Akte Kelahiran per 1.000 penduduk
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Kepemilikan Akte
Kelahiran per 1.000
penduduk*
0,54 0,53 0,50 0,58 0,53 0,50 0,58
Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Tana Tidung, 2014
D. Ketenagakerjaan
1. Angkatan Kerja
Tenaga kerja merupakan seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Angka partisipasi kerja
menunjukkan ketersediaan sumber daya manusia di suatu daerah. Semakin tinggi
tingkat partisipasi angkatan kerja maka sumber daya manusi yang tersedia juga
semakin banyak.
Tabel 2.85
Angka Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2013
No Indikator
Tahun
2010 2011 2012 2013
L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml
1. Angkatan
kerja 5289 1929 7767 5764 2003 7767 5567 1659 7226 6096 1907 7903
2. Bukan
Angkatan
Kerja
948 2628 3301 518 2783 3301 n/a n/a 4227 1574 4036 5610
3. TPAK 84,80
42,3
3 66,87 91,75 41,85 70,18 85,62 33,17 62,82
79,4
8 30,93 58,48
Sumber : Profil Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2011-2017
87
Berdasarkan tabel diatas di Kabupaten Tana Tidung dapat dilihat bahwa jumlah
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja cenderung menurun dan fluktuatif.
Berdasarkan survei angkatan kerja nasional pada tahun 2010 Kabupaten Tana
Tidung mempunyai tingkat partisipasi kinerja sebesar 66,87% dan pada tahun
201358,48%. Secara tidak langsung tergambar bahwa peningkatan jumlah angkatan
kerja tidak seimbang dengan partisipasi angkatan kerja. Hal ini disebabkan
kurangnya lapangan kerja yang tersedia di Kabupaten Tana Tidung.
Oleh karena itu bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung agar dapat mencari
peluang lapangan kerja yang akan menampung seluruh angkatan kerja serta dapat
mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja tersebut dari tahun ke tahun. Sumber
daya manusia yang diperlukan tidak hanya kuantitas teapi juga kualitas
(kemampuan/skill).
2. Produktifitas Kerja
Produktivitas pekerja dapat diukur menggunakan data nilai tambah suatu
daerah, yaitu PDRB dengan jumlah pekerja. Rasio dari kedua data tersebut
menunjukkan produktivitas tenaga kerja.
Tabel 2.86
Produktifitas Kerja
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PDRB 190.503,93 204.706,82 220.428,99 232.676,90 232.676,90 232.676,90 232.676,90
Jumlah Pekerja 6.350 7.249 6.590 7.727 7.727 7.727 7.727
Produktivitas
Kerja 30,00 28,24 33,45 30,11 30,11 30,11 30,11
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2011-2017
3. Tingkat Kesempatan Kerja
Tingkat kesempatan kerja diperoleh dari perhitungan dengan cara jumlah
penduduk yang bekerja dibagi dengan jumlah angkatan kerja. Semakin tinggi angka
TKK maka semakin tinggi pula pemyerapan terhadap angkatan kerja semakin baik,
88
atau pemenuhan dan perluasan kesempatan kerja bagi daerah dapat dikategorikan
berhasil.
Tabel 2.87
Tingkat Kesempatan Kerja
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tingkat Kesempatan Kerja n/a n/a n/a 97,78 97,78 97,78 97,78
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2011-2017
Pada tahun 2013, angka TKK di Kabupaten Tana Tidung tercatat 97,78 persen,
artinya dari setiap 100 orang angkatan kerja yang ada ditemukan 97 sampai 98 orang
diantaranya sedang bekerja.
Tabel 2.88
Jumlah Tenaga Kerja dan Perusahaan per Sektor
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2017
No. Sektor Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja
1. Sektor Perkebunan 4 1.057
2. Sektor Pertambangan 7 940
3. Sektor Migas 1 20
4. Sektor Kehutanan 3 140
5. Sektor Lainnya 403
Jumlah 15 2.560
Sumber : Dinas Penanaman Modal, Nakertrans dan PTSP, 2017
Dari tahun ke tahun sektor pertanian masih tetap merupakan sector yang paling
banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Tana Tidung. Hali ini mungkin tidak
terlepas dari keadaan sumber daya alam Kabupaten Tana Tidung yang memang
potensial untuk pertanian. Tabel 2.4.59 menunjukkan bahwa persentase penduduk
yang bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan tahun
2013 sekitar 47 persen. Sektor lain yang juga menyerap tenaga kerja yakni jasa dan
pertambangan, masing-masing menjadi 26 persen dan 9 persen. Dengan demikian
89
terlihat bahwa sektor yang paling menyerap tenaga kerja didominasi oleh sector
pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan.
Tabel 2.89
Jumlah Penduduk 15 tahun keatas
yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
No. Lapangan Pekerjaan
Utama 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, Perburuan dan
Perikanan
2.952 3.733 2.740 3.661 3.661 3.661 3.661
2 Pertambangan dan
Penggalian 712 461 574 677 677 677 677
3 Industri 66 35 53 56 56 56 56
4 Listrik, gas dan Air Minum 31 39 22 33 33 33 33
5 Konstruksi 264 497 524 467 467 467 467
6 Perdagangan, Rumah
Tangga danJasa Akomodasi 627 471 616 544 544 544 544
7 Transporatsi, Pergudangan
dan Komunikasi 199 225 212 133 133 133 133
8 Lembaga Keuangan, Real
Estate, dan Usaha
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
65 - 106 144 144 144 144
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial
dan Perorangan 1.434 1.788 1.743 2.012 2.012 2.012 2.012
Jumlah 6.350 7.249 6.590 7.727 7.727 7.727 7.727
Sumber : Profil Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2017
4. Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat pengangguran terbuka atau TPT adalah indikator yang mengukur hasil
pembagian antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja. Apabila
semakin rendah angkanya maka semakin baik pula angka pengangguran didaerah
tersebut. Jumlah pengganguran yang semakin meningkat tidak hanya karena jumlah
90
lapangan pekerjaan yang stagnan akan tetapi disebabkan juga oleh rendahnya daya
saing tenaga kerja.
Tabel 2.90
Tingkat Pengangguran Terbuka
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2009-2016
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
TPT 13,89 12,03 6,67 8,80 2,22 2,22 2,22 2,22
Sumber: IPM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2017
Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Tana Tidung selama lima tahun terakhir
secara umum menunjukkan perkembangan yang baik, di tahun 2009 TPT sebesar
13,89% cenderung menurun di tahun-tahun berikutnya, walaupun naik kembali di
tahun 2012 namun di tahun 2013 angka TPT turun di angka 2,22%. Tentunya hal ini
menunjukkan perkembangan daerah melalui pembangunan lapangan kerja dan
peningkatan daya saing tenaga kerja di Kabupaten Tanat Tidung semakin baik.
E. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
Partisipasi perempuan dalam lembaga pemerintah merupakan wujud
keterlibatan perempuan dalam pembangunan serta sebagai sarana untuk
memperjuangkan hak perempuan.
Tabel 2.91
Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Partisipasi Perempuan di Lembaga
Pemerintah (%) 39,56 30,68 35,89 n/a n/a n/a n/a
Sumber: LPPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2016
91
Kabupaten Tana Tidung memiliki persentase keterwakilan perempuan dalam
lembaga pemerintahan sebesar 35,89 % di tahun 2012. Keterwakilan perempuan di
Kabupaten Tana Tidung termasuk dari PNS/CPNS Pemda dan Anggota DPRD
Kabupaten Tana Tidung. Keterwakilan perempuan dalam lembaga pemerintah dapat
menjadi jalan bagi kaum perempuan untuk menyuarakan aspirasinya dalam kegiatan
pemerintahan termasuk dalam perencanaan maupun pengambilan kebijakan.
2. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan
Kesetaraan gender merupakan salah satu isu perempuan dalam era modern,
perempuan berhak mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai akses
terhadap pendidikan, pekerjaan dan aktualisasi diri yang setara dengan laki-laki.
Perempuan harus diberi kesempatan yang sama agar dapat mengembangkan
kemampuan/skill.
Tabel 2.92
Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Partisipasi Angkatan Kerja
Perempuan (%) 72,47 90,16 94,56 n/a n/a n/a n/a
Sumber: LPPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2016
Partisipasi angkatan kerja perempuan di Kabupaten Tana Tidung meningkat selama
tahun 2010-2012. Dari angka 72,47% di tahun 2010 menjadi 94,56% di tahun 2012.
F. Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS)
1. Rasio Akseptor KB
Akseptor KB adalah pasangan usia subur dimana salah seorang menggunakan
salah satu sara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui
program maupun non program. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat
pemanfataan kontrasepsi diantara para PUS. Berdasarkan SPM dari BKKBN, target
92
SPM untuk indikator cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB aktif adalah 65% di
tahun 2014.
Tabel 2.93
Rasio Akseptor KB
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2009-2016
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Akseptor KB terhadap
PUS (%) 53,93 73,85 65,59 59,87 78,27 78,27 78,27 78,27
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2011-2017
Rasio akseptor KB terhadap pasangan usia subur di Kabupaten Tana Tidung selama
tahun 2009-2016 perkembangannya cenderung fluktuatif. Pada tahun 2013, jumlah
peserta KB Aktif di sebanyak 2.690 orang dibandingkan dengan 3.437 PUS sehingga
cakupannya sebesar 78,27%. Banyaknya peserta KB aktif yang meningkat di tahun
2013 sebesar 78,27% terhadap pasangan usia subur merupakan salah satu tolak ukur
keberhasilan program KB di Kabupaten Tana Tidung.
2. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
Bedasarkan UU No.52 Tahun 2009, keluarga sejahtera adalah keluarga yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat
dan lingkungan. Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5(lima)
tahapan, yaitu : Keluarga Pra Sejahtera (KPS), Keluarga Sejahtera Tahap I (KSI),
Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera
III plus.
Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu
atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic nedds) sebagai keluarga sejahtera I,
seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.
93
Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal.
Tabel 2.94
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Keluarga Pra Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera I 37,82 42,99 47,62 n/a
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2011-2017
Berdasarkan kriteria keluarga sejahtera oleh BKKBN, maka dapat disimpulak bahwa
kesejahteraan di kabupaten Tana Tidung mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Hal ini dapat dilihat persentase jumlah keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I yang
semakin meningkat sejak tahun 2010 hingga tahun 2012.
G. Pertanahan
Pemerintah masih harus bekerja keras menuntaskan masalah konflik atau
sengketa lahan. Konflik kebijkan antara pemerintah provinsi dengan kementrian
kehutanan terkait dengan pemanfaatan lahan hutan untuk jalan tol, enclave, dan
infrastruktur lainnya yang dibangun oleh pemerintah daerah. Konflik tumpang tindih
batas-batas kepemilikan lahan antara perusahaan dengan masyarakat, antara
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Permasalahan pengambil alihan lahan
pertanian untuk kepentingan tambang, dimana pengambil alihan tersebut kedepan
berpotensi mengancam program ketahanan pangan di Kabupaten Tana Tidung.
2.5. ASPEK DAYA SAING DAERAH
2.5.1. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur
A. Ketersediaan Air Bersih
1. Persentase Rumah Tangga yang menggunakan Air Bersih
94
Rumah tangga pengguna air bersih menunjukkan indikator jumlah rumah
tangga air bersih di Kabupaten Tana Tidung, dihitung dengan rumus jumlah rumah
tangga pengguna air bersih dibandingan dengan jumlah seluruh rumah tangga di
Kabupaten Tana Tidung.
Tabel 2.95
Rumah Tangga Pengguna Air Bersih
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2008-2012
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.
Rumah tangga
pengguna Air Bersih
(%)
18,45 18,45 19,14 13,11 13,11
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2010-2017
Persentase rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Tana Tidung masih
relatif kecil dan menurun. Penurunan ini dikarenakan meningkatnya jumlah rumah
tangga yang berkembang selama lima tahun terakhir ini yang tidak sebanding dengan
ketersediaan sarana dan produksi air bersih. Sebagian masyarakat masih
menggunakan air tanah dan air hujan sebagai kebutuhan air. Berdasarkan SPM
penduduk yang terlayani akses air bersih adalah 55-75%, sehingga Kabupaten Tana
Tidung masih belum memenuhi standar sehingga perlu peningkatan.
B. Fasilitas Listrik dan Telepon
1. Rasio Ketersediaan Daya Listrik
Kebutuhan listrik di Kabupaten Tana Tidung menjadi salah satu prioritas utaa
dalam pembangunan dalam meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat.
Perkembangan daerah yang makin meningkat menuntut pemenuhan kebutuhan
listrik. Salah satu permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan listrik di Kabupaten
Tana Tidung yaitu letak Geografis Wilayah Kabupaten Tana Tidung dimana sebagian
desa tidak terjangkau akses Jaringan karena berada jauh di seberang sungai, terkait
dengan pembangunan yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Daerah sehingga
95
Jumlah
DesaRasio Desa Rasio Elektrifikasi/
Desa/
KelKK Penduduk PLN Non PLN Jumlah
Belum
BerlistrikPLN Non PLN Jumlah Berlistrik (%)
Rasio KK Berlistrik
(%)1 2 3 4 5 6 7 8 = 6 + 7 9 = 3 - 8 10 11 12 = 10 + 11 13 = (8:3)x 100% 14 = (12 : 4)x 100% 15
1 Kec. Sesayap 7 2.607 9.204 7 0 7 0 2.041 0 2.041 100 0,78 - Mesin genset beroperasi 24 jam
- Sebagian warga menggunakan
genset pribadi
- Sebagian warga menggunakan
PLTS SHS
2 Kec. Sesayap Hilir 7 1.502 5.452 3 4 7 0 474 159 633 100 0,42 - Utk 3 desa Listrik PLN 24 Jam
- Listrik dr perusahaan
- Beroperasi 6 jam (dari pukul
18.00-24.00)
- Sebagian warga menggunakan
PLTS SHS
3 Kec. Betayau 6 566 2.221 0 4 4 2 0 150 150 67 0,27- warga berlistrik masih
menggunakan PLTS SHS
- Desa Periuk dan Desa Maning
pendataan masih bergabung pada
Desa Mendupo dan Desa Buong
Baru
4 Kec. Muruk Rian 6 280 1.070 0 2 2 4 0 240 240 33 0,86- warga berlistrik masih
menggunakan PLTS SHS
- Desa Sapari, Belayan Ari, Kapuak
dan Rian Rayo pendataan masih
bergabung pada Desa Sedulun
(Kec. Sesayap) dan Desa Rian
3 Kec. Tana Lia 3 738 2.845 2 1 3 0 189 90 279 100 37,80
- Sebagian warga menggunakan
PLTS SHS
29 5.693 20792 12 11 23 6 2.704 639 3343 40,13
- Unit Listrik Desa Kab. Bulungan
yang beroperasi 12 jam (18.00-
06.00)
No Kecamatan
Jumlah Desa Berlistrik RT/KK Berlistrik
Keterangan
banyak masyarakat yang bermukim di Daerah yang baru terbuka dan agak sulit
dalam pemenuhan kebutuhan listrik kepada masyarakat yang agak jauh dari
jangkauan jaringan.
Tabel 2.96
Rasio Desa Berlistrik dan Rasio Elektrifikasi
di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2014
Sumber :Dinas Pertambangan dan ESDM, Semester I, 2014
Dari data diatas, sebagian besar masyarakat Tana Tidung sudah teraliri listrik PLN,
sebanyak 12 desa dari 23 desa dengan 2.704 KK. Sedangkan sebagian masyarakat
teraliri listrik non PLN yaitu dari PLTS, genset, dan bantuan perusahaan, sebanyak 11
desa dengan 639 KK.
96
2. Jumlah Produksi Listrik
Jumlah produksi listrik merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
pemakaian listrik di Kabupaten Tana Tidung, Adapun rincian produksi listrik dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 2.97
Produksi Listrik di Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2010-2016 (Juta KWh)
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Persentase
Listrik Terjual 1,23 2,85 3,96 6,01 7,48 9,03 10,58
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2010-2017
3. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik
Rumah tangga pengguna listrik menunjukkan indikator jumlah rumah tangga
yang menggunakan listrik di Kabupaten Tana Tidung, yang dihitung dengan rumus
jumlah rumah tangga pengguna listrik dibagi dengan jumlah rumah tangga
keseluruhan.
Tabel 2.98
Rumah Tangga Pengguna listrik
di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2016
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Rumah Tangga
pengguna Listrik
(%)
10,66 15,99 25,04 32,71 40,13 45 48
Sumber : Data Pokok Pembangunan Tahun 2010-2017
Persentase rumah tangga pengguna listrik cenderung meningkat di 5 tahun terakhir
ini, dari 10,66 persen di tahun 2010 menjadi 48 persen pada tahun 2016. Namun
demikian, tidak semua wilayah di Kabupaten Tana Tidung terlayani listrik, hanya di
bagian kawasan perkotaan pada kecamatan teraliri selama 24 jam dan sebagian
Kecamatan Muruk Rian masih belum teraliri listrik.
97
BAB III
KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH
Dalam bab ini berisikan kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan,
yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber
pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan
perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan
daerah.
3.1 ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
Arah kebijakan ekonomi daerah disusun berdasarkan kajian internal dan
eksternal serta berpedoman pada dokumen perencanaan yang ada Rancangan RPJMD
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016-2021 dan RPJPD Kabupaten Tana Tidung Tahun
2005-2025. Untuk menjamin keberlanjutan arah pembangunan, maka arah kebijakan
ekonomi Kabupaten Tana Tidung harus sejalan dengan kebijakan ekonomi Provinsi
Kalimantan Utara tahun 2019 dan kebijakan ekonomi secara nasional tahun 2019.
3.1.1 Perkembangan Terakhir Perekonomian Daerah
Perekonomian Kabupaten Tana Tidung dalam kurun waktu 2012-2016,
menunjukkan penguatan. Laju pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 hingga 2016
tercatat masing-masing sebesar 0,95%; 5,57%; 5,2%; 0,81%; 0,85%. Seperti pada
umumnya daerah non perkotaan, penopang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tana
Tidung ini sebagian besarnya ditopang oleh hasil sumber daya alam. Struktur
perekonomian di Kabupaten Tana Tidung menunjukkan bahwa dari sisi
Penawaran/Lapangan Usaha, peranan terbesar diberikan oleh kategori Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan sebesar 36,34% pada tahun 2016. Kemudian terbesar kedua
yakni kategori Pertambangan dan Penggalian dengan sumbangan sebesar 25,14% pada
tahun 2016. Kategori ketiga yakni Kategori Konstruksi dengan 16,55%, dan keempat
oleh Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar
10.93%. Sedangkan jika diamati dari sisi pengeluaran/permintaan, peran komponen
ekspor-impor sangat dominan dalam struktur perekonomian. Neraca perdagangan
Kabupaten Tana Tidung menunjukkan surplus meskipun cenderung menurun setiap
tahunnya. Peran ekspor neto pada perekonomian Kabupaten Tana Tidung pada tahun
98
2012 sekitar 42,99% dari total PDRB turun menjadi 27,97% pada tahun 2016.
Sedangkan peranan impor terhadap PDRB menunjukkan kecenderungan yang
meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2012 sebesar 69,15%, tahun 2013 sebesar
72,01%, tahun 2014 sebesar 71,87%, tahun 2015 sebesar 73,13%, dan 77,66% di tahun
2016. Begitu pula dengan pertumbuhannya, terlihat bahwa pertumbuhan impor tidak
jauh berbeda dengan ekspor. Kecuali di tahun 2016, tercatat laju impor Kabupaten Tana
Tidung yang lebih tinggi dibangdingkan tahun-tahun sebelumnya dan juga dari nilai
ekspor yakni sebesar 7,39%.
.Untuk tahun 2016, perkiraan realisasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
mencapai 0,85%. Hal ini sejalan dengan membaiknya perekonomian daerah Kabupaten
Tana Tidung. Sedangkan pendapatan perkiraan realisasi tahun 2016 sebesar Rp.
745.589.054.349,35 miliar yang penyumbang terbesar yaitu pada Dana Perimbangan
sebesar 90,08% dan 7,11% dari Lain-lain Pendapatan yang sah. Dari sisi belanja,
perkiraan terealisasi sebesar Rp. 918.225.737.725,00.
Tabel 3.1 Struktur Perekonomian Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2012-2016 (dalam Persentase)
99
Tabel 3.2 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tana Tidung Tahun 2012-2016
(Milyar Rp)
3.1.2 Sasaran Dan Perkiraan Besaran Ekonomi Daerah Tahun 2019
Perkembangan ekonomi nasional sangat berpengaruh terhadap perekonomian
Kabupaten Tana Tidung di tahun 2019 di antaranya adalah i) perekonomian domestik
yang diperkirakan terus membaik, ii) adanya penambahan pendapatan yang akan
mempengaruhi kondisi belanja daerah yang akan digunakan untuk pembiayaan
pembangunan
Berdasarkan perkembangan terkini dari perekonomian global, domestik, dan
berbagai kebijakan yang telah diambil Pemerintah, maka dipandang perlu untuk
dilakukan penyesuaian terhadap beberapa asumsi dasar ekonomi makro dari RKPD
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah
Kabupaten Tana Tidung mengasumsikan sasaran dan perkiraan besaran dasar ekonomi
makro tahun 2019, sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 3,95%.
2. Inflasi diperkirakan mencapai 116,06%.
100
3. Pendapatan Per Kapita akan diperkirakan mencapai level 184,50 Juta Rupiah.
4. Perkembangan PDRB, akan diperkirakan juga akan meningkat yaitu 453,336 Juta
Rupiah hal ini terdapat pada sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan. Luas lahan yang besar serta banyaknya jumlah
penduduk yang bekerja pada sektor pertanian merupakan modal dasar. Sektor
pertanian mengalami kenaikan sebesar 1,68 persen. Pertumbuhan di tahun ini tidak
terlalu signifikan, hal ini dipengaruhi oleh penurunan produksi sektor perikanan
diantaranya dipengaruhi oleh pencemaran air akibat limbah pupuk perkebunan. Alih
fungsi lahan hutan menjadi pemukiman ataupun jalan serta banyaknya para petani
yang kemudian beralih menjadi pekerja/buruh dengan gaji tetap ditengarai juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Selain daripada itu, potensi
pertanian yang cukup besar di Kabupaten Tana Tidung selayaknya diperhatikan
dengan lebih serius, dengan mengembangkan pola manajemen yang baik seperti
halnya membentuk koperasi-koperasi pertanian, sehingga memudahkan para petani
dalam hal pengelolaan dan pemasaran hasil pertanian.
Berdasarkan tantangan dan prospek perekonomian daerah dan arah kebijakan
dalam Rancangan RPJMD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016-2021 dan RPJPD
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2005-2025, sehingga tahun 2018 lebih menekankan
pada Percepatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Layanan Dasar dan Infrastruktur
Perekonomian yang Berorientasi Potensi Unggulan Lokal di Kabupaten Tana Tidung.
3.2 ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Struktur APBD Kabupaten Tana Tidung mendasari Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja
Daerah dan Pembiayaan Daerah.
Berdasarkan hasil analisis, arah kebijakan keuangan daerah Pemerintah Kabuaten
Tana Tidung memiliki skala perioritas, maka semua kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung dapat diwujudkan dengan dilakukan secara
bertahap sesuai dengan potensi dan kemampuan keuangan daerah. Karena berdasarkan
amanat peraturan-perundangan tentang pengelolaan daerah bahwa kebijakan yang
101
akan ditempuh oleh setiap pemerintah daerah berkaitan keuangan daerah terdiri dari
pendapatan daerah, pembiayaan daerah,dan belanja daerah.
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan
Dalam menentukan besarnya rencana pendapatan daerah, langkah pertama yang
dilakukan adalah melakukan evaluasi dan simulasi pada komponen pendapatan daerah
yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah. Selanjutnya berdasarkan komponen pendapatan tersebut
dibuat perkiraan total pendapatan daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun Anggaran
2019 sebesar Rp. 816.502.928.079,11 selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi
sumber-sumber pendapatan daerah dituangkan kedalam Tabel 3.3
Tabel 3.3 Realisasi Dan Proyeksi/Target Pendapatan
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2017 Sampai Dengan Tahun 2019
NO. URAIAN TAHUN
PERKIRAAN REALISASI 2017
TARGET 2018**
PROYEKSI 2019
1.1 Pendapatan Asli Daerah 46.293.059.365,93 28.510.000.000,00 39.785.083.410,24 1.1.1 Pajak daerah 2.965,000,000,00 2.965.000.000,00 8.930.524.491,85 1.1.2 Retribusi daerah 745,000,000,00 745.000.000,00 334.670.352.00
1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
10,800,000,000,00 8.000.000.000,00 22.363.578.421,58
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
31,783,059,365,93 16.800.000.000,00 8.156.310.144,42
1.2 Dana Perimbangan 561,658,364,254,00 544.077.384.000,00 715.338.278.150,96
1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
121.714.647.702,00 102.167.225.000,00 136.763.382.801,52
1.2.3 Dana alokasi umum 383.419.407.552,00 394.725.005.000,00 249.002.355.634,69 1.2.4 Dana alokasi khusus 56.524.309.000,00 47.185.154.000,00 329.572.539.717,74
1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah
62.326.241.124,19 53.342.115.130,44 54.942.378.584,35
1.3.1 Hibah 0,00 0,00 0,00
1.3.2 Dana darurat 0,00 0,00 0,00
1.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya
10.366.031.124,19 6.382.340.370,44 11.429.501.506,55
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
30.836.210.000,00
34.235.379.000,00 45.640.770.691,76
1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi atau Pemerintah daerah lainnya
21.124.000.000,00
10.000.000.000,00 4.309.294.319,60
JUMLAH
PENDAPATAN DAERAH (1.1 +1.2+1.3)
670.277.664.744,12 625.929.499.130,44 816.502.928.079,11
Sumber : *Data Diolah Bagian Keuangan dan Bappeda dan Litbang, 2018 **Target P-APBD TA.2018
102
3.2.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah daerah
berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah, dan belanja daerah.
a) Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Rencana pendapatan daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun Anggaran 2019
bersumber penerimaan daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan
Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah; 2) Dana
Perimbangan yang meliputi Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi
Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3) Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah sebagai berikut :
1. Semua pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, yaitu jumlah
pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang
digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi
dengan bagian pemerintah pusat/daerah dalam rangka bagi hasil.
2. Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN), PPh Pasal 21 dan BPHTB sebagai bentuk
kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak;
3. Guna meningkatkan intensifikasi pendapatan daerah perlu diefektifkan
penerapan peraturan daerah yang sudah ada serta peningkatan mutu pelayanan
kepada para pengguna jasa layanan pemerintah.
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional dan dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan, dengan berpedoman pada peraturan daerah yang telah ada
5. Rencana Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU), mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan mengenai DAU Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran
2017, sampai dengan keluarnya penetapan alokasi definitif dari Menteri
Keuangan dan Menteri lainnya yang terkait atas hal tersebut ditetapkan.
6. Rencana Alokasi Dana Alokasi Khusus, mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan tentang Alokasi DAK Tahun Anggaran 2016.
7. Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak diasumsikan berkurang dari alokasi
Tahun Anggaran 2017.
103
8. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam (kehutanan, pertambangan
umum, perikanan, minyak bumi, gas bumi,royalty) sebagai dasar perhitungan
pembagian dalam Dana Perimbangan;
9. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
dalam perhitungan lokasi Dana Perimbangan;
10. Untuk kebijakan dana perimbangan ditambahkan: penggalangan pendanaan
pembangunan yang bersumber dari APBN/PHLN (khususnya DAK dan Dana
Infrastruktur Sarana dan Prasarana/DISP) dan Dana Alokasi Umum.
11. Penerimaan pendapatan Tunjangan Sertifikasi Guru dan Tunjangan Profesi Guru
dialokasikan pada jenis Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus.
12. Alokasi Dana Penyesuaian diasumsikan sebagai penerimaan daerah berkaitan
dengan pelaksanaan program kegiatan yang didanai dari pemerintah pusat dan
penetapan alokasi definitifnya disesuaikan dengan penetapan dari Kementerian
Keuangan atau Kementerian teknis lainnya sesuai peruntukannya, termasuk
Dana Insentif Daerah.
13. Alokasi Bantuan Keuangan dari Provinsi Kalimantan Utara mengacu pada
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Utara yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan hal tersebut diatas,target pendapatan terutama dari dana
perimbangan, yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak yang diperoleh
dari bagi hasil minyak dan gas alam dan royalty dari sektor pertambangan umum
diharapkan dapat meningkat, sedangkan Pendapatan Asli Daerah mengandalkan
pada Pajak Asli Daerah, terutama melalui kebijakan pengembangan lapangan usaha
dan kesempatan kerja yang seluas-luasnya pada sektor-sektor potensial dapat
meningkat walaupuntidak begitu besar.
b) Arah Kebijakan Belanja Daerah
Dari jumlah dana sebesar Rp. 816.502.928.079,11 tersebut diperkirakan akan
dibelanjakan sebesar Rp. 342.003.065.323,57 untuk Belanja dan Pengeluaran
Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat. Berdasarkan Permendagri No.54 Tahun 2010
bahwa Belanja periodik yang wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib
dibayar serta tidak dapat ditunda pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh
Pemerintah Daerah seperti gaji dan tunjangan pegawai serta anggota dewan, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan kepada
104
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa atau belanja sejenis lainnya.
Berdasarkan data proyeksi pendapatan dan proyeksi data belanja wajib dan
mengikat maka dapat disusun kapasitas riil keuangan daerah pada tahun 2019 yang
dapat dilihat pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Kapasitas Riil Kemampuan Daerah Untuk Mendanai Pembangunan
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019
NO URAIAN APBD 2018** PROYEKSI 2019 1. Pendapatan 625.929.499.130,44 816.502.928.079,11
2. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran
80.000.000.000,00 72.520.000.000,00
Total Penerimaan 705.929.499.130,44 889.022.928.079,11 3. Belanja Tidak Langsung 313.886.290.530,44 342.003.065.323,57
Total Belanja dan Pengeluaran 313.886.290.530,44 342.003.065.323,57 Pagu Anggaran Belanja Langsung SKPD = (Total Penerimaan - Total Belanja dan Pengeluaraan)
392.043.208.600,00 547.019.862.755,54
Sumber : *Hasil Rencana Bappeda dan Litbang, 2018 **APBD KTT TA.2018 (Murni)
Rencana belanja daerah tahun anggaran 2019 disusun dengan memperhatikan
dan mempertimbangkan potensi dan peluang yang dihadapi. Belanja daerah diarahkan
kepada komponen-komponen penyediaan anggaran dan pembiayaan yang merupakan
kewajiban-kewajiban daerah, dengan harapan dapat mencapai hasil yang optimal pada
setiap bidang kewenangan pemerintahan daerah dalam satu tahun anggaran.
Komponen belanja daerah dan kinerja pelayanan selain berdasarkan aspirasi
masyarakat, juga dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah.
c) Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Rencana Arah kebijakan pembiayaan daerah Kabupaten Tana Tidung mengenai
kebijakan penerimaan pembiayaan dan kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah.
Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan
pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA), pencairan
dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan
pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang
daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah.
Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan
105
Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah
kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman.
Dalam hal ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus diantisipasi
kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan pembiayaan
daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya surplus anggaran, harus
diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos pengeluaran
pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan
modal.
Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri
dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Sedangkan untuk
kebijakan yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Tana Tidung adalah
Penerimaan pembiayaan yang berupa Penggunaan Anggaran (SiLPA) tahun
Dengan penyajian pada tabel 3.5 dapat terlihat komposisi APBD baik realisasi
maupun proyeksi terlihat pos SiLPA yang masih cukup besar yaitu Rp. 80 Milyar,
kebijakan penganggaran pos SiLPA sebesar ini merupakan kegiatan tahun sebelumnya
yang tidak terserap secara maksimal pada tahun anggaran 2017 dapat lebih
dimanfaatkan secara optimal pada tahun anggaran murni 2018. Selanjutnya
berdasarkan kapasitas riil yang diperoleh dapat disusun kerangka pendanaan
berdasarkan prioritas. Berdasarkan Permendagri No.86 Tahun 2017 bahwa :
A. Prioritas I adalah : merupakan prioritas pembangunan daerah tahun rencana dengan
tema atau program unggulan (dedicated) Kepala Daerah sebagaimana diamanatkan
dalam RPJMD (program pembangunan daerah) dan amanat/kebijakan nasional yang
definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk
prioritas pendidikan 20% (duapuluh persen) yang terangkum dalam prioritas dan
sasaran pembangunan tahunan. Suatu prioritas I harus berhubungan langsung
dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki
kepentingan yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya
ungkit yang tinggi pada capaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Di samping itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
106
B. Prioritas II adalah : prioritas program ditingkat SKPD yang berhubungan dengan
pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan daerah yang didalamnya telah
mengandung penghitungan alokasi pagu kewilayahan dan dengan memperhatikan
prioritas I yang berhubungan dengan SKPD terkait. Suatu prioritas II berhubungan
dengan tema/program/kegiatan unggulan SKPD yang paling berdampak luas pada
masing-masing segmentasi masyarakat yang dilayani.
C. Prioritas III adalah : prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja tidak
langsung, seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial
organisasi kemasyarakatan, belanja bantuan keuangan kepada provinsi dan
kabupaten/kota dan pemerintahan desa, serta belanja tidak terduga.
Dari pemahaman Permendagri tersebut, maka disusun kerangka pendanaan
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 sebagaimana tabel berikut :
Tabel 3.5 Proyeksi Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan Daerah
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2018 Sampai Dengan Tahun 2019
NO. URAIAN TAHUN
Target 2018** 2019 A JUMLAH PENDAPATAN 625.929.499.130,44 816.502.928.079,11 B JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 313.886.290.530,44 342.003.065.323,57 Belanja pegawai 215.646.888.530,44 259.926.491.479,95 Belanja bunga 0.00 0.00 Belanja subsidi 0.00 0.00 Belanja hibah 10.464.800.000,00 10.500.000.000,00 Belanja bantuan sosial 1.850.000.000,00 1.500.000.000,00
Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa*
0.00 0.00
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan Desa*
83.924.602.000,00 68.576.573.843,62
Belanja tidak terduga 2.000,000,000.00 1.500.000.000,00 C JUMLAH BELANJA LANGSUNG 392.043.208.600,00 547.019.862.755,54 D TOTAL JUMLAH BELANJA (B+C) 705.929.499.130,44 889.022.928.079,11 Surplus/(Defisit) (80.000.000.000,00) (72.520.000.000,00)
E JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 80.000.000.000,00 72.520.000.000,00
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA)
80.000.000.000,00 72.520.000.000,00
F JUMLAH PENGELUARAAN PEMBIAYAAN 0.00 0.00 Pembiayaan Netto 80.000.000.000,00 72.520.000.000,00
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN
0.00 0.00
Sumber : *Hasil Rencana Bappeda dan Litbang, 2018 **Target P-APBD TA. 2018
107
BAB 4
SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH
Dalam periodesasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah di
Kabupaten Kabupaten Tana Tidung tahun 2019 merupakan tahun ketiga dari RPJMD
Kabupaten Kabupaten Tana Tidung 2016-2021. Dalam kaitan masa transisi rencana
pembangunan daerah tersebut, prioritas beserta fokus pembangunan daerah
Kabupaten Kabupaten Tana Tidun gtahun 2019 disusun berdasarkan evaluasi kinerja
pembangunan Kabupaten Kabupaten Tana Tidung tahun lalu dan proyeksi pencapaian
kinerja tahun 2018, rancangan program indikatif di tahun 2019 yang bersifat lintas
wilayah dan lintas waktu (multiyears) dari RPJMD Kabupaten Kabupaten Tana Tidung
2016-2021, telaah tujuan dan tahapan pembangunan dalam dokumen RPJPD Kabupaten
Kabupaten Tana Tidung 2005-2025, telaah arahan strategis pengembangan
kewilayahan dalam RKPD Provinsi Kalimantan Utara 2016-2021, telaah prioritas
RPJMN 2015-2019 dan isu-isu kebijakan nasional.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bab ini akan dimuat dua hal, yakni 1)
menyangkut tujuan dan sasaran pembangunan (termasuk di dalamnya yang
mencerminkan isu strategis pembangunan) dari berbagai dokumen perencanaan
pembangunan di lingkup nasional, provinsi, maupun kabupaten sebagai dasar
penetapan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Tana Tidung tahun 2019; dan 2)
adalah penetapan prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2019.
4.1 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
Visi pembangunan Kabupaten Tana Tidung yang ditetapkan untuk tahun 2016-
2021 adalah:
“Meningkatkan Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Melalui Harmonisasi
Dalam Pendayagunaan Potensi Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam,
Ekonomi Pro Rakyat, Budaya Lokal Dan Iptek Menuju Kesejahteraan Masyarakat
Yang Berkelanjutan”
108
Dalam rangka mewujudkan visi di atas menjadi ditetapkan Misi pembangunan
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016-2021 , sebagai berikut:
1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas Dan Berdaya Saing.
2. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam Melalui Peningkatan Nilai Tambah
Dan Berwawasan Lingkungan.
3. Mengembangkan Perekonomian Daerah Yang Berorientasi Pada Kepentingan Rakyat.
4. Menjadikan Budaya Lokal Sebagai Fondasi Pemanfaatan Kepariwisataan Dan
Ekonomi Kreatif Serta Konservasi Nilai-Nilai Luhur Budaya Lokal.
5. Meningkatkan Kualitas Dan Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana Serta Infrastruktur
Berbasis Iptek.
6. Mengembangkan Kapasitas, Daya Inovasi Dan Kreativitas.
7. Mengembangkan Kabupaten Tana Tidung Sebagai Pusat Keunggulan Dan Daya Saing
Di Provinsi Kalimantan Utara.
8. Memberikan Pelayanan Publik Yang Cepat, Mudah, Murah, Adil Dan Transparan.
9. Mengembangkan Agroindustri Pertanian.
Berdasarkan visi dan misi yang ditetapkan, maka tujuan dan sasaran umum
pembangunan Kabupaten Tana Tidung untu 5 (lima) tahun ke depan adalah sebagai
berikut:
4.1.1 Meningkatkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas Dan Berdaya Saing
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan yaitu
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dengan sasaran pembangunan :
1. Meningkatnya akses pelayanan bidang pendidikan;
2. Meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan;
3. Meningkatnya akses pelayanan bidang kesehatan;
4. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan;
5. Menurunnya tingkat pengangguran.
4.1.2 Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam Melalui Peningkatan Nilai
Tambah Dan Berwawasan Lingkungan.
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan sebagai
berikut :
Mengoptimalkan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dengan sasaran pembangunan :
109
1) Meningkatnya ketersediaan pangan masyarakat;
2) Meningkatnya nilai tambah hasil produk pertanian;
3) Meningkatnya akses petani dan nelayan terhadap faktor produksi, teknolog,
informasi, pemasaran, dan permodalan sehingga memiliki daya saing;
4) Meningkatnya kualitas lingkungan hidup;
5) Meningkatnya ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana;
6) Menurunnya kesenjangan antar wilayah;
7) Terselesaikannya penetapan batas wilayah desa dan kabupaten dan terintegrasi
dengan tata ruang wilayah kabupaten.
4.1.3 Mengembangkan Perekonomian Daerah Yang Berorientasi Pada
Kepentingan Rakyat.
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan yaitu
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, dengan sasaran pembangunan :
1) Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi;
2) Berkurangnya tingkat kemiskinan;
3) Meningkatnya volume usaha UMKM, dan kualitas kelembagaan koperasi;
4) Meningkatnya investasi PMA dan PMDN;
5) Meningkatnya perlindungan sosial dan masyarakat;
6) Meningkatnya kapasitas pemberdayaan kelompok masyarakat;
7) Meningkatnya keadilan gender dalam berbagai bidang pembangunan.
4.1.4 Menjadikan Budaya Lokal Sebagai Fondasi Pemanfaatan Kepariwisataan
Dan Ekonomi Kreatif Serta Konservasi Nilai-Nilai Luhur Budaya Lokal.
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan yaitu
Pengembangan Budaya, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berbasis kearifan lokal,
dengan sasaran pembangunan :
1) Meningkatnya pemanfaatan potensi pariwisata dan kebudayaan bagi masyarakat;
2) Meningkatnya kontribusi kearifan lokal dalam pelaksanaan pembangunan Tana
Tidung sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah.
110
4.1.5 Meningkatkan Kualitas Dan Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana Serta
Infrastruktur Berbasis Iptek.
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan yaitu
melanjutkan pembangunan infrastruktur , dengan sasaran pembangunan :
1) Meningkatnya kinerja pelayanan dan pembangunan sarana dan prasarana serta
infrastruktur ekonomi dan sosial yang berkualitas;
2) Meningkatnya akses masyarakat terhadap perumahan layak, pelayanan air minum
dan sanitasi;
3) Meningkatnya infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi.
4.1.6 Mengembangkan Kapasitas, Daya Inovasi Dan Kreativitas.
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan yaitu
perkuatan peran kapasitas dalam peningkatan produktivitas daerah, dengan
sasaran pembangunan :
1) Meningkatnya produktivitas daerah pada aktifitas ekonomi dan industri kreatif dan
manufaktur yang didukung peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
2) Meningkatnya pengembangan inovasi dan kreativitas.
4.1.7 Mengembangkan Kabupaten Tana Tidung Sebagai Pusat Keunggulan Dan
Daya Saing Di Provinsi Kalimantan Utara.
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan yaitu
Pengembangan pusat keunggulan daerah, dengan sasaran pembangunan :
1) Terwujudnya sekolah yang menjadi pusat unggulan pendidikan;
2) Meningkatnya kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui sektor unggulan;
3) Meningkatnya daya saing produk berbasis keunggulan local.
4.1.8 Memberikan Pelayanan Publik Yang Cepat, Mudah, Murah, Adil Dan
Transparan.
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan yaitu :
a. Meningkatkan Pelayanan Publik, dengan sasaran pembangunan :
1) Meningkatnya kualitas kelembagaan dan kapabilitas penyelenggaran pemerintah
daerah;
111
2) Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas penyelengaraan pemerintahan
daerah;
3) Meningkatnya kualitas perencanaan, penganggaran dan pengendalian program
serta kegiatan pembangunan;
4) Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan aset daerah.
b. Meningkatkan Jaminan Keamanan, dengan sasaran pembangunan yaitu
Terwujudnya stabilitas keamanan yang akan mendukung keberhasilan
pembangunan Tana Tidung yang di abdikan pada kesejahteraan masyarakat.
4.1.9 Mengembangkan Agroindustri Pertanian.
Dalam rangka pencapaian misi ini, maka tujuan pembangunan ditetapkan yaitu
Mengupayakan Kemandirian Pangan, dengan sasaran pembangunan :
1) Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditi pertanian untuk kesejahteraan
masyarakat;
2) Meningkatnya hasil produksi maupun kualitas pangan komoditi pertanian mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat Tana Tidung dan bahkan dapat disuplai ke
daerah lain (ekspor-impor).
Secara keseluruhan kesesuaian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran dalam RPJMD
menjadi tuntutan yang perlu diperhatikan. Konsistensi antara visi, misi, tujuan dan
sasaran serta indikator sasaran kinerja menentukan pembangunan Kabupaten Tana
Tidung untuk masa 5 (lima) tahun mendatang. Berangkat dari tuntutan tersebut dapat
dijabarkan keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang disajikan pada Tabel 5.1.
112
Tabel 4.1 Matriks Konsistensi Hubungan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran VISI
Meningkatkan Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Melalui Harmonisasi Dalam Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam , Ekonomi Pro Rakyat, Budaya Lokal Dan IPTEK Menuju
Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkelanjutan MISI TUJUAN SASARAN
1. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing
1. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia;
1. Meningkatnya Akses Pelayanan Bidang Pendidikan
2. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Pendidikan
3. Meningkatnya Akses Pelayanan Bidang Kesehatan
4. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan
5. Menurunnya Tingkat Pengangguran
2. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam melalui peningkatan nilai tambah dan berwawasan lingkungan
2. Mengoptimalkan Pengelolaan Sumber Daya Alam;
6. Meningkatnya Ketersediaan Pangan Masyarakat
7. Meningkatnya nilai tambah hasil produk pertanian;
8. Meningkatnya akses petani dan nelayan terhadap
faktor produksi, teknologi, informasi, pemasaran, dan permodalan sehingga memiliki daya saing;
9. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup;
10. Meningkatnya ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana;
11. Menurunnya kesenjangan antar wilayah;
12. Terselesaikannya penetapan batas wilayah desa dan kabupaten dan terintegrasi dengan tata ruang wilayah kabupaten.
3. Mengembangkan perekonomian daerah yang berorientasi pada kepentingan rakyat
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
13. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi
14. Berkurangnya tingkat kemiskinan;
15. Meningkatnya volume usaha UMKM, dan kualitas kelembagaan koperasi;
16. Meningkatnya investasi PMA dan PMDN
17. Meningkatnya perlindungan sosial dan masyarakat
18. Meningkatnya kapasitas pemberdayaan kelompok masyarakat
19. Meningkatnya keadilan gender dalam berbagai bidang pembangunan.
4. Menjadikan budaya lokal sebagai fondasi pemanfaatan kepariwisataan dan ekonomi kreatif serta konservasi nilai-nilai luhur budaya lokal
4. Pengembangan Budaya dan Pariwisata berbasis kearifan lokal;
20. Meningkatnya pemanfaatan potensi pariwisata dan kebudayaan bagi masyarakat;
21. Meningkatnya kontribusi kearifan lokal dalam pelaksanaan pembangunan Tana Tidung sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah.
5. Meningkatkan kualitas dan pemanfaatan sarana dan prasarana serta infrastruktur berbasis Iptek
5. Melanjutkan pembangunan infrastruktur;
22. Meningkatnya kinerja pelayanan dan pembangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur ekonomi dan sosial yang berkualitas;
23. Meningkatnya akses masyarakat terhadap perumahan layak, pelayanan air minum dan sanitasi;
24. Meningkatnya infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi.
6. Mengembangkan kapasitas, daya inovasi dan kreativitas
6. Perkuatan Peran Kapasitas Dalam Peningkatan Produktivitas Daerah;
25. Meningkatnya produktivitas daerah pada aktifitas ekonomi dan industri kreatif dan manufaktur yang didukung peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
26. Meningkatnya pengembangan inovasi dan kreativitas
7. Mengembangkan Kabupaten Tana Tidung sebagai pusat keunggulan dan daya
saing di Provinsi Kalimantan Utara
7. Pengembangan pusat keunggulan daerah
27. Terwujudnya sekolah yang menjadi pusat unggulan pendidikan
28. Meningkatnya kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui sektor unggulan;
29. Meningkatnya daya saing produk berbasis keunggulan lokal
113
VISI
Meningkatkan Pembangunan Kabupaten Tana Tidung Melalui Harmonisasi Dalam Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam , Ekonomi Pro Rakyat, Budaya Lokal Dan IPTEK Menuju
Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkelanjutan MISI TUJUAN SASARAN
8. Memberikan pelayanan publik yang cepat, mudah, murah, adil dan transparan
8. Meningkatkan Pelayanan Publik;
30. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan kapabilitas penyelenggaran pemerintah daerah;
31. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas penyelengaraan pemerintahan daerah;
32. Meningkatnya kualitas perencanaan, penganggaran dan pengendalian program serta kegiatan pembangunan;
33. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan aset daerah.
9. Meningkatkan Jaminan Keamanan;
34. Terwujudnya stabilitas keamanan yang akan mendukung keberhasilan pembangunan Tana Tidung yang diabdikan pada kesejahteraan masyarakat
9. Mengembangkan agroindustri pertanian
10. Mengupayakan Kemandirian Pangan;
35. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditi pertanian untuk kesejahteraan masyarakat;
36. Meningkatnya hasil produksi maupun kualitas pangan komoditi pertanian mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Tana Tidung dan bahkan dapat disuplai ke daerah lain (ekspor-impor).
4.2 ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN
Prioritas Pembangunan daerah Kabupaten Kabupaten Tana Tidung tahun 2019
merupakan periode ketiga pada RKPD Kabupaten Kabupaten Tana Tidung tahun 2016-
2021. Prioritas Pembangunan Kabupaten Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 akan
mengarah pada “Percepatan Pembangunan sarana dan prasarana layanan dasar
dan infrastruktur prekonomian yang berorientasi potensi unggulan lokal” sehingga
segala capaian pembangunan Kabupaten Kabupaten Tana Tidung dalam berbagai
bidang akan terus dilanjutkan untuk mewujudkan kemandirian Kabupaten Tana
Tidung. Pembangunan Berkelanjutan menjadi kata kunci utama dalam menghasilkan
prioritas pembangunan di Kabupaten Tana Tidung. Prioritas pembangunan
berkelanjutan tentunya menjadi salah satu upaya guna menjaga serta dapat
meningkatkan pencapaian-pencapaian besar selama ini.
Permasalahan pembangunan di Kabupaten Kabupaten Tana Tidung yang paling
urgent adalah pada aspek kesejahteraan yaitu upaya peningkatan indeks pembangunan
manusia (IPM) yang terkendala karena minimnya pelayanan dasar baik pelayanannya
maupun infrastruktur penunjang layanan tersebut termasuk ketersediaan tenaga
Sumber Daya Manusia yang memiliki kapasitas yang baik serta jangkauan akses ke
pelayanan tersebut sangat terbatas dan terkendala oleh kualitas infrastruktur jalan
yang rendah. Permasalahan penyediaan infrastruktur dasar, infrastruktur strategis dan
114
infratruktur pedesaan dalam rangka pengungkit ekonomi perlu dicermati. Disamping
itu, isu lingkungan masih cukup mendominasi seperti misalnya persampahan,
pencemaran lingkungan dan polusi. Pengembangan sector unggulan juga perlu
mendapat perhatian, sector pertanian dalam arti luas, sector UMKM dan sector
pariwisata sebagai lokomotif pengungkit ekonomi juga perlu mendapat perhatian.
Secara garis besar permasalahan-permasalahan pembangunan di Kabupaten
Kabupaten Tana Tidungdapat diamati dalam rekapitulasi gambaran umum
permasalahan Kabupaten Kabupaten Tana Tidung berikut ini :
1. Belum optimalnya akses dan kualitas pelayanan Pendidikan
2. Belum optimalnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar
3. Masih kurangnya kualitas layanan kesehatan di Rumah Sakit
4. Peningkatan potensi ancaman budaya asing terhadap budaya lokal
5. Belum optimalnya kualitas dan daya saing sektor UMKM
6. Struktur pelaku usaha didominasi usaha mikro yang informal dengan produktivitas
terbatas
7. Belum terciptanya afirmasi terhadap Usaha Kecil Menengah
8. Belum optimalnya kualitas dan kuantitas SDM dan kurangnya kemampuan dan
kapasitas pelaku usaha
9. Belum optimalnya peran koperasi sebagai pelaku sektor riil
10. Kurangnya pertumbuhan wirausaha baru yang berkualitas
11. Kurangnya kualitas dan kuantitas fasilitas publik
12. Kurangnya kuantitas fasilitas public dan prasarana wilayah pendukung
perekonomian
13. Kurangnya kualitas infrastruktur perdesaan
14. Belum terbangunnya optimalisasi peningkatan pemberdayaan masyarakat di
perdesaan
4.3 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Program prioritas Pemerintah Kabupaten Kabupaten Tana Tidung berisi program-
program, baik untuk mencapai visi dan misi pembangunan jangka menengah maupun
untuk pemenuhan layanan perangkat daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah, serta mengakomodir program prioritas kepala daerah.
Selanjutnya, pagu masing-masing program dipisahkan menjadi pagu indikatif untuk
115
program prioritas yang berhubungan dengan program pembangunan daerah (strategik)
dan pagu indikatif untuk program-program yang berhubungan dengan pemenuhan
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Adapun Prioritas Pembangunan Daerah
dan Program Prioritas Tahun 2019 sebagai berikut :
4.3.1 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Penyediaan Pelayanan
Dasar
Untuk pencapaian prioritas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui
Penyediaan Pelayanan Dasar terdapat 5 (lima) sasaran strategis yang akan menjadi
target di tahun 2019 yaitu
1) Peningkatan Akses Dan Kualitas Pelayanan Pendidikan;
2) Peningkatan Jaminan Kesehatan Dan Akses Serta Mutu Pelayanan Kesehatan;
3) Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat;
4) Peningkatan Kinerja Pelayanan Dan Pembangunan Infrastruktur Yang Berkualitas,
dan
5) Peningkatan Pelayanan Publik Dasar.
Dengan diterjemahkan masing-masing sasaran strategis dengan program prioritas
sebagaimana tersaji pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Program Prioritas pada Prioritas Daerah Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Penyediaan Pelayanan Dasar
116
Secara umum, kebijakan pembangunan dibuatkan arah kebijakan berdasarakan
program prioritas meliputi :
1. Meningkatkan akses pelayanan dan kualitas pendidikan
a. Penurunan kemiskinan
b. Peningkatan indeks pembangunan manusia
c. Meningkatkan sistem pendidikan yang bermutu
d. Memperkuat kelembagaan satuan pendidikan
e. Tersedianya tenaga pendidik yang berkualitas
2. Meningkatkan akses pelayanan dan kualitas kesehatan masyarakat
a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan masyarakat
b. Meningkatkan kesehatan ibu, anak dan KB
c. Meningkatkan fasilitas kesehatan rumah sakit dan puskesmas
3. Mempercepat pengurangan kemiskinan
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
b. Memperkuat pelaksanaan bantuan sosial dan sistem jamsos
c. Mempermudah akses kelola SDA Bagi Masyarakat
4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap insfrastruktur dasar layak
a. Meningkatkan akses perumahan,air bersih, dan air sanitasi yang layak
b. Menyediakan kases infrastruktur yang berkulitas
c. Meningkatkan kualitas lingkungn hidup
5. Meningkatkan tata kelola layanan dasar
a. Memperkuat layanan dan rujukan satu pintu
b. Memperkuat integtrasi sistem administrasi kependudukan dan catatan sipil.
4.3.2 Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja Dan Nilai Tambah Ekonomi Melelui
Pertanian, Industri Dan Jasa Produktif
Untuk pencapaian Prioritas Daya Saing Tenaga Kerja dan Nilai Tambah Ekonomi
melalui Pertanian, Industri dan Jasa Produktif terdapat 5 (lima) sasaran strategis yang
akan menjadi target di tahun 2019 yaitu
1) Peningkatan Produksi Dan Nilai Tambah Pertanian;
2) Peningkatan Pelaku Usaha Melalui Pengembangan Kegiatan Ekonomi Wilayah;
3) Peningkatan Sektor Pariwisata Dan Kebudayaan Secara Integratif;
117
4) Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja Dan Akses Tenaga Kerja Pada Sumber Daya
Produkti, dan
5) Pengembangan Dan Penyediaan Sarana Dan Prasarana Iptek Dan Inovasi.
Dengan diterjemahkan masing-masing sasaran strategis dengan program prioritas
sebagaimana tersaji pada gambar 5.2
Gambar 5.2 Program Prioritas pada Prioritas Daerah
Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja dan Nilai Tambah Ekonomi Melalui, Pertanian, Industri dan Jasa Produktif
Secara umum, kebijakan pembangunan dibuatkan arah kebijakan berdasarakan
program prioritas meliputi :
1. Peningkatan nilai tambah ekonomi dari pemanfaatan hasil pertanian, peternakan dan
perikanan
a. Peningkatan produksi pertanian/perkebunan
b. Peningkatan kesejahteraan petani
c. Peningkatan produksi hasil peternakan
d. Pengembangan budidaya perikanan dan perikanan tangkap
e. Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan/peternakan/perikanan
f. pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan
2. Peningkatan nilai tambah dan daya saing khususnya industri kecil menengah
a. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
b. Peningkatan kesempatan kerja
118
c. Perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan
d. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM
e. peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda
3. Optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan SDA sebagai penciptaan nilai tambah jasa
produktif
a. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
b. Peningkatan efisiensi perdagangan
c. Perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan
d. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM
e. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi
f. Peningkatan partisispasi masyarakat dalam membangun desa
g. Peningkatan kapasitas aparatur desa
h. Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan
4. Peningkatan produktivitas tenaga kerja
a. Pengembangan nilai budaya
b. Pengembangan pengelolaan keragaman budaya
c. Pengembangan pemasaran dan destinasi pariwisata
5. Optimalisasi pemanfaatan iptek dan hasil inovasi untuk peningkatan produktivitas
dan penciptaan nilai tambah.
a. Penelitian dan Pengembangan bidang strategis untuk menunjang produktivitas
b. Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
c. Pengkajian dan penelitian bidang TIK
d. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
4.3.3 Pengembangan Kemandirian Pangan Melalui Peningkatan Ifrastruktur
Dan Konektivitas Ekonomi Lokal
Untuk pencapaian Prioritas Pengembangan Kemandirian Pangan melalui
Peningkatan Infrastuktur dan Konektivitas Ekonomi Lokal terdapat 4 (empat) sasaran
strategis yang akan menjadi target di tahun 2019 yaitu
1) Percepatan Pembangunan Infrastuktur;
2) Pengembangan Dan Penyediaan Sarana Dan Prasarana Infrasttruktur
Telekomunikasi;
119
3) Pengembangan Pusat Kegiatan Ekonomi Pada Wilayah Transmigrasi Dan
Pembangunan Desa, dan
4) Pembangunan Konektivitas Melalui Pengembangan Sektor Unggulan.
Dengan diterjemahkan masing-masing sasaran strategis dengan program prioritas
sebagaimana tersaji pada gambar 5.3
Gambar 5.3 Program Prioritas pada Prioritas Daerah Pengembangan Kemandirian Pangan Melalui Peningkatan Infrastruktur dan Konektivitas
Ekonomi Lokal
Secara umum, kebijakan pembangunan dibuatkan arah kebijakan berdasarakan
program prioritas meliputi :
1. Pembangunan Konektivitas dan jaringan jalan menuju pertumbuhan ekonomi
baru/kawasan sektor unggulan
a. pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan
b. Peningkatan penerapan teknologi pertanian/peternakan/perikanan
c. Pengembangan sentra industri potensial
d. Perencanaan dan pemanfataan tata ruang
e. Pengembangan budidaya dan perikanan tangkap
f. Pengembangan destinasi pariwisata
2. Peningkatan aksesbilitas desa dan kawasan perdesaan termasuk kawasan
transmigrasi
120
a. Pembangunan Jalan dan Jembatan, Saluran Drainase, dan Turap
b. Rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan
c. Pembangunan Infrastruktur perdesaan
d. Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
e. Pembangunan saraa dan prasrana perhubungan
f. Peningkatan Pelayanan Angkutan
3. Peningkatan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika.
a. Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
b. Kerjasama informasi dan media massa
c. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
4. Peningkatan kapasitas SDM di desa dalam meningkatan pertumbuhan ekonomi lokal
a. Pembangunan Infrastruktur perdesaan
b. Pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa
c. Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan
d. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
e. Peningkatan ketahanan pangan dan produksi pertanian
f. Pengembangan wilayah transmigrasi
4.3.4 Penguatan Tata Kelola Pemerintah Dan Reformasi Birokrasi
Untuk pencapaian Prioritas Penguatan Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi
Birokrasi terdapat 4 (empat) sasaran strategis yang akan menjadi target di tahun 2019
yaitu
1) Peningkatan Kualitas Kelembagaan Dan Kapabilitas Penyelenggaraan Pemda;
2) Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas Serta Pengelolaan Keuangan;
3) Peningkatan Kualitas Perencanaan, Penganggaran, Pengendalian Program Serta
Kegiatan Pembangunan, serta
4) Terwujudnya Stabilitas Keamanan.
Dengan diterjemahkan masing-masing sasaran strategis dengan program prioritas
sebagaimana tersaji pada gambar 5.4
121
Gambar 5.4 Program Prioritas pada Prioritas Daerah Pengembangan Kemandirian Pangan Melalui Peningkatan Infrastruktur dan Konektivitas
Ekonomi Lokal
Secara umum, kebijakan pembangunan dibuatkan arah kebijakan berdasarakan
program prioritas meliputi :
1. Meningkatan kualitas kelembagaan dan kapabilitas penyelengaraan pemda
a. Penigkatan sarana dan parasarana serta disiplin aparatur
b. Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan KDF
c. Penataan peraturan perundang-undangan
d. Peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur
e. Penataan dan penyempurnaan kebijakan sisdur
f. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
g. Pembinaan dan pengembangan aparatur
h. Peningkatan kualitas pelayanan informasi
2. Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat
a. Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
b. Pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
c. Pengembangan wawasan kebangsaan
d. Pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
122
e. Pendidikan politik masyarakat
f. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
g. Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
3. Mainingkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran
a. Penigkatan sarana dan parasarana serta disiplin aparatur
b. Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan KDH
c. Penataan peraturan perundang-undangan
d. Peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur
e. Penataan dan penyempurnaan kebijakan sisdur
f. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
g. Pembinaan dan pengembangan aparatur
h. Peningkatan kualitas pelayanan informasi
4. Meningkatakan kinerja keuangan dan akuntabilitas kinerja pemerintahan
a. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
b. Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
c. Pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa
Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
4.4 SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2019
Prioritas Pembangunan Tahun 2019 sebagaimana tersebut merupakan arahan
bagi Perangkat Daerah dalam menjabar program dan kegiatan tahun 2019 dan
berkorelasi dengan pencapaian tujaun dan sasaran pembangunan dalam RPJMD
Kabupaten Tana Tidung 2016-2021. Sasaran Pembangunan Tahun 2019 sebagai berikut
:
123
Tabel 4.1 Sasaran Pembangunan Tahun 2019 yang Mendukung Pembangunan pada Misi
No Indikator Kinerja Satuan Capaian Target
2016 2017 2018 2019 1 Indeks Pendidikan % 0,61 0,64 0,65 0,66
2 Persentase PAUD Formal Berakreditasi A % 0 50 70 80
3 Persentase Pendidikan Dasar Berakreditasi A
% 0 50 70 80
4 Cakupan KB Aktif % 0 100 100 100 5 Cakupan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat % 0 75,5 76 78
6 Indeks Kesehatan Keluarga % 0 0,793 0,796 0,799 7 Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran
hidup Jiwa 0 0 0 0
8 Persentase Fasilitasi Kesehatan Terakreditasi
% 0 80 85 90
9 Tingkat Kesehatan Rumah Sakit Nilai 0 100 100 100 10 Tingkat Pengangguran Terbuka Nilai 2,57 2,56 2,5 2,46 11 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Nilai Tad 93,5 94 94,5 12 Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan
terhadap PDRB Nilai 36,34 38,70 39,96 41,21
13 Persentase Kelompok Tani yang Mengalami Peningkatan Kemampuan kelompok
% 60 100 100 100
14 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Nilai tad 75 76,25 77,50 15 Persentase korban bencana tertangani
secara cepat dan tepat sasaran % 0 100 100 100
16 Indeks Gini Skala 0,26 0,27 0,24 0,21 17 Persentase Penyelesaian Tapal Batas
Wilayah % 0 100 100 100
18 Tingka Pertumbuhan Ekonomi
% 0,85 3,68 3,92 3,95
19 Tingka Kemiskinan % 6,11 5,87 5,63 5,39
20 Persentase Usaha Mikro dan kecil % 92,34 6 8,5 10
21 Persentase koperasi yang aktif % 88,09 60 70 80 22 Realisasi Investasi PMA dan PMDN
Rupiah tad 27
Milyar 28
Milyar 29
Milyar 23 Jumlah Minat Investasi PMA dan PMDN
Rupiah tad 10
Milyar 10
Milyar 10
Milyar 24 Persentase PMKS yang Tertangani % 50 100 100 100 25 Indeks Desa Membangun (IDM) Nilai 0,69 0,7 0,72 26 Jumlah Pemuda Terampil dan Berprestasi Orang 0 5 5 5 27 Indeks Pemberdayaan Gender (IGD) Nilai tad 60,5 62,2 62,6 28 Jumlah Kunjungan Wisata
Orang 0 8.000 8.500 9.000
29 Jumlah penyelenggaraan festival seni dan budaya
Kegiatan 0 1 1 1
30 Persentase Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan
% 0 20 40 60
31 Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik % 0 0,8 0,825 0,85 32 Persentase jalan kabupaten dalam kondisi
baik (> 40 km/jam) % 0 80 82,5 85
33 Persentase kecukupan luasan RTH Publik % 0 20 22 25 34 Persentase Bangunan Layanan Publik
yang berfungsi baik % 0 100 100 100
35 Cakupan ketersediaan rumah layak huni % 0 0 25 50 36 Persentase penduduk berakses air minum % 0 60 70 80
124
No Indikator Kinerja Satuan Capaian Target
2016 2017 2018 2019 37 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi % 0 65 73,75 82,5 38 Persentase Cakupan Jangkauan TIK % 50 75 81,25 87,5 39 Jumlah Usaha Ekonomi dan Industri
Kreatif Unit 0 1 3 5
40 Persentase kebijakan inovasi yang diterapkan
% 0 100 100 100
41 Persentase Kreativitas yang diimplementasikan
% 0 100 100 100
42 Jumlah Sekolah Unggulan Unit 0 1 2 1 43 Persentase wirausaha baru % 0 20 50 50 44 Jumlah produk unggulan Unit 0 2 2 3 45 Indeks Kepuasan Masyarakat Nilai 75,7 77 78,16 46 Nilai Akuntabilitas Kinerja Nilai C C CC B 47 Persentase terpenuhinya aspek kualitas
dalam dokumen perencanaan % 70 90 90 90
48 Opini BPK terhadap LKPD Nilai WDP WDP WDP WTP 49 Indeks Rasa Aman % 0 0,45 0,46 0,47 50 Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai 98 98,4 98,8 51 Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidayaan
Ikan (NTPN) Nilai
115/ 98,2
116/ 98,5
117/ 98,7
52 Jumlah Produksi Pangan dan Divesifikasi Konsumsi Padi Jagung Daging Kelapa Sawit Kelapa Lada Perikanan Tangkap/Budidaya (Ton) Kosumsi Kalori (kkal) Konsumsi ikan (kg/kapita/tahun)
Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Kkal
Kg/kapita/tahun
2.000 50
100 2.000 300
5 2.846 1.875 41,2
2.250 113 125
3.500 350 16
2.953 1.906 41,7
2.500 175 150
5.000 400 28
3.061 1.938 42,1
125
BAB 5
RENCANA KERJA DAN PENDANAAN DAERAH
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Tana Tidung merupakan
dokumen tahunan menurut program dan kegiatan yang merupakan penjabaran dari
RPJMD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016-2021. RKPD Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2019 yang berisi rencana program dan kegiatan priortas daerah yang disusun
berdasarkan evaluasi pembangunan tahun 2017 dan target yang akan dicapai di tahun
2018 dalam bentuk kerangka pendanaan dan sekaligus menjawab isu-isu strategis yang
ada dan menjawab aspirasi masyarakat serta pokok-pokok pikiran DPRD.
Rencana Kerja Perangkat Daerah dan Pendanaan Tahun 2018 untuk mendukung
pencapaian prioritas pembangunan daerah, pemenuhan standar pelayanan minimal,
maupun untuk pemenuhan pelayanan Perangkat Daerah dalam menyelenggarakan
urusan pemerintah daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah serta pendanaannya
dapat dilihat pada tabel berikut :
126
BAB 6
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Pada Dasarnya keberhasilan pencapaian visi dan misi yang telah dicanangkan oleh
Bupati dan Wakil Bupati Tana Tidung pada akhir periode masa jabatan, dapat diukur
melalui indikator kinerja. Indikator kinerja ini merupakan gambaran dari akumulasi
pencapaian indikator program pembangunan daerah setiap tahun sehingga tercermin
pencapaian kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD.
Untuk mengukur keberhasilan program pembangunan, maka telah dipilih dan
ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) pembangunan, baik secara langsung maupun
tidak langsung terkait dengan kesejahteraan masyarakat dan harus menjadi subjek
penerima terbesar maanfat dari pembangunan yang ada di Kabupaten Tana Tidung
sebagaimana yang disajikan dalam tabel 6.1
Sedang untuk penetapan Indikator Kinerja Daerah bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah, khususnya dalam pemenuhan kinerja pada aspek kesejahteraan, layanan umum
dan daya saing. Hal ini bertujuan dalam akumulasi pencapaian indikator rogram
pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap
tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat
dicapai.
Adapun indikator sasaran Pemerintah Kabupaten Tana Tidung dan Indikator
Kinerja Daerah terhadap capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan
kabupaten tana tidung tersebut secara rinci disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 6.1
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016 -2019
No Indikator Kinerja Utama Satuan Capaian Target Akhir RPJMD
2021 2016 2017 2018 2019 1 Indeks Pembangunan Manusia Skala 2 Indeks Gini Skala 3 Tingkat Kemiskinan % 4 Pertumbuhan Ekonomi % 5 Tingkat Pengangguran Terbuka %
127
Tabel 9.2 Proyeksi Capaian Kinerja Daerah terhadap Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016-2021
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Pertumbuhan PDRB (%) 0,85 3,68 3,92 3,95 4,02 1.2. Laju inflasi 122,08 120,08 118,08 116,06 112,08 1.3. PDRB per kapita (Juta) 179,69 180,02 182,56 184,50 188,69 1.4. Indeks Gini 0,26 0,27 0,24 0,21 0,15 Fokus Kesejahteraan Sosial
1 Pendidikan 1.1. Angka melek huruf 94,74 94,74 94,74 94,74 94,74 1.2. Angka rata-rata lama sekolah (tahun) 8,11 8,11 8,11 8,11 8,11 1.3. Angka partisipasi kasar
SD (%) 90,2 94,6 96 98 100 SMP (%) 84,5 86,1 95 98 100 1.4. Angka pendidikan yang ditamatkan
1.5. Angka Partisipasi Murni 1.5.1. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A (%) 80,20 81,4 86,3 91,2 98 1.5.2. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B (%) 57,52 62,2 68,8 75,4 85 2 Kesehatan 2.1. Angka kelangsungan hidup bayi
2.2. Angka usia harapan hidup (tahun) 71,31 71,31 71,31 71,31 71,31 2.3. Persentase balita gizi buruk 0 0 0 0 0 3 Pertanahan 3.1. Persentase luas lahan bersertifikasi (%) 7,23 8 10 12 16 4 Ketenagakerjaan 4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 60,24 (2015) 62 64 65 68
128
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
Fokus Seni Budaya dan Olahraga 1 Kebudayaan 1.1. Jumlah grup kesenian 20 25 25 25 25 1.2. Jumlah gedung 4 4 4 6 6 2 Pemuda dan Olahraga 2.1. a. Jumlah klub olahraga 30 32 35 38 42 2.2. b. Jumlah prasarana olahraga 15 20 25 28 32 ASPEK PELAYANAN UMUM
Fokus Pelayanan Urusan Pemerintahan Wajib
1 Urusan Pemerintahan Wajib berkaitan dengan Pelayan Dasar
1.1. Pendidikan
1.1.1. Angka partisipasi sekolah
1.1.2. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
SD/MI 1 : 115 1 : 115 1 : 115 1 : 115 1 : 115 SMP/MTs 1 : 160 1 : 160 1 : 160 1 : 160 1 : 160 1.1.3. Rasio guru/murid
SD/MI 1 : 8 1 : 8 1 : 8 1 : 8 1 : 8 SMP/MTs 1 : 10 1 : 10 1 : 10 1 : 10 1 : 10 1.1.4. Rasio guru/murid per kelas rata-rata
1.1.5. Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf (tidak buta aksara) (%) 94,74 1.1.6. Persentase Sekolah memiliki sarana dan prasarana sesuai SNP (%) 30 30 40 50 70 SD/MI 82,1 85,7 89,3 92,9 100 SMP/MTs 75,0 87,5 100 100 100 1.1.7. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (%) 60 60 70 80 100 1.1.8. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI (%) 0 0 0 0 0 1.1.9 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs (%) 0 0 0 0 0 1.1.10. Angka Kelulusan (AL) SD/MI (%) 100 100 100 100 100 1.6.11. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs (%) 100 100 100 100 100 1.6.12. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs (%) 90,71 100 100 100 100 1.6.13. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MT ke SMA/SMK/MA (%) 100 100 100 100 100 1.6.14. Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%) 64 65 70 80 100
129
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
1.2. Kesehatan 1.2.1 Rasio posyandu per satuan balita
1.2.2 Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk
1.2.3 Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
1.2.4 Rasio dokter per satuan penduduk
1.2.5 Rasio tenaga medis per satuan penduduk
1.2.6 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (%) 73,33 100 100 100 100 1.2.7 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan (%) 103,48 100 100 100 100
1.2.8 Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (%) 82,75 100 100 100 100 1.2.9 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan (%) 100 100 100 100 100 1.2.10 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (%) 35,71
1.2.11 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD (%) 100 100 100 100 100 1.2.12 Cakupan kunjungan bayi
1.2.13 Cakupan puskesmas
1.2.14 Cakupan pembantu puskesmas
1.3 Pekerjaan Umum 1.3.1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 0,8 0,825 0,85 0,9 1.3.2 Rasio Jaringan Irigasi 1.3.3 Rasio tempat ibadah per satuan penduduk 1.3.4 Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk 1.3.5 Panjang jalan dilalui Roda 4
1.3.6 Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk
(mimal dilalui roda 4) 1.3.7 Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam )
1.3.8 Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air
( minimal 1,5 m) 1.3.9 Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat
1.3.10 Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik
4 Perumahan 4.1. Persentase rumah tangga pengguna air bersih
130
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
4.2. Persentase rumah tangga pengguna listrik 46 48 60 75 90 4.3. Persentase rumah tangga ber-Sanitasi 10 65 73,75 82,5 100 4.4. Persentase rumah layak huni 0 0 25 50 100 5 Penataan Ruang 5.1. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB 5.2. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan 5.3. Ruang publik yang berubah peruntukannya
6 Perencanaan Pembangunan 6.1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA Ada (2012) Ada Ada Ada Ada
6.2. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
Ada (2016) Ada Ada Ada Ada
6.3. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA Ada Ada Ada Ada Ada 6.4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD 7 Perhubungan 7.1. Jumlah arus penumpang angkutan umum 7.2. Rasio ijin trayek 7.3. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 7.4. Angkutan darat 7.5. Pemasangan Rambu-rambu 8 Lingkungan Hidup 8.1. Persentase penanganan sampah 100 100 100 100 100 8.2. Persentase Penduduk berakses air minum 60 70 80 95 8.3. Pencemaran status mutu air 8.4. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air 8.5. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan dokumen lingkungan 100 100 100 100 100 8.6. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk 8.7. Penegakan hukum lingkungan (%) 100 100 100 100 100 9 Pertanahan 9.1. Persentase luas lahan bersertifikat 7,23 10 20 30 50 9.2. Penyelesaian kasus tanah Negara 100 100 100 100 100 9.3. Penyelesaian izin lokasi 100 100 100 100 100
131
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
10 Kependudukan dan Catatan Sipil 10.1. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk 70% 80% 85% 90% 100% 10.2. Rasio bayi berakte kelahiran 40% 80% 85% 90% 100% 10.3. Rasio pasangan berakte nikah 50% 80% 85% 90% 100% 10.4. Cakupan penerbitan KTP 70% 80% 85% 90% 100% 10.5. Cakupan penerbitan akta kelahiran 70% 80% 85% 90% 100% 10.6. Ketersediaan database kependudukan skala kabupaten Ada Ada Ada Ada Ada 10.7. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah 11 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 11.1. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah 46 46 46 46 46 11.2. Partisipasi perempuan di lembaga swasta 10 10 10 10 10 11.3. Rasio KDRT 0 0 0 0 0 11.5. Partisipasi angkatan kerja perempuan 25 25 25 25 25
11.6. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
100 100 100 100 100
12 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 12.1. Rasio akseptor KB 12.2. Cakupan peserta KB aktif 13 Sosial 13.1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi 0 0 0 0 1 13.2. Persentases PMKS yg memperoleh bantuan sosial (%) 100 100 100 100 100 13.3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (%) 100 100 100 100 100 14 Ketenagakerjaan 14.1. Rasio partisipasi angkatan kerja 0,97 0,96 0,96 0,96 0,96 14.2 Tingkat partisipasi angkatan kerja 60,24 59,58 58,93 58,27 59,58 14.3. Tingkat pengangguran terbuka 2,58 2,41 2,26 2,17 2,41 15 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah 15.1. Persentase koperasi aktif 50% 60% 70% 80% 100% 15.2. Persentase Usaha Mikro dan Kecil 12% 14% 16% 18% 22% 16 Penanaman Modal
16.1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) 3 3 3 3 3
132
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
16.2. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
10 Milyar 10 Milyar 10 Milyar 10 Milyar 16.3. Rasio daya serap tenaga kerja 10 20 30 40 60 16.4. Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah) 27 Milyar 28 Milyar 29 Milyar 31 Milyar 17 Kebudayaan 17.1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya 0 1 0 1 1 17.2. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 0 1 0 1 1 17.3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan 20% 20% 40% 60% 100% 18 Kepemudaan dan Olahraga 18.1. Jumlah organisasi pemuda
18.2. Jumlah organisasi olahraga
18.3. Jumlah kegiatan kepemudaan
18.4. Jumlah kegiatan olahraga
18.5. Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) 0 1 1 1 1 18.6. Lapangan olahraga 5 5 5 5 5 19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 19.1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP 1 1 1 1 1 19.2. Kegiatan pembinaan politik daerah 1 1 1 1 1
20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
20.1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk 34 36 38 40 45 20.2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk 67 68 69 70 72 20.3. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan 100 100 100 100 100 20.4. Pertumbuhan ekonomi 0,85 3,68 3,92 3,95 0,85 20.5. Kemiskinan 6,11 5,87 5,63 5,39 4,91 20.6. Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah 1 1 1 1 1 20.7. Penegakan PERDA 0 100% 100% 100% 100% 20.8. Cakupan patroli petugas Satpol PP 100% 100% 100% 100%
20.9. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) 0 100% 100% 100% 100%
20.10. Cakupan Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas)
100% 100% 100% 100% 20.11. Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten
100% 100% 100% 100%
133
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
20.12. Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
100% 100% 100% 100%
20.13. Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik 80 100% 100% 100% 100% 20.14. Sistim Informasi Manajemen Pemda 1 1 1 1 1 20.15. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat 73 75,7 77 78,16 75,7 21 Ketahanan Pangan 21.1. Regulasi ketahanan pangan 1 1 1 1 1 21.2. Ketersediaan pangan utama
100% 100% 100% 100%
22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
22.1. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) 22.2. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK 22.3. Jumlah LSM 22.4. LPM Berprestasi 22.5. PKK aktif 22.6. Posyandu aktif
23 Statistik 23.1. Buku ”kabupaten dalam angka” Ada Ada Ada Ada Ada 23.2. Buku ”PDRB kabupaten” Ada Ada Ada Ada Ada 24 Kearsipan 24.1. Pengelolaan arsip secara baku 0% 20% 30% 40% 60% 24.2. Peningkatan SDM pengelola kearsipan 0% 20% 30% 40% 60% 25 Komunikasi dan Informatika
25.1. Jumlah jaringan komunikasi
25.2. Cakupan Layanan Telekomunikasi 50% 60% 70% 80% 100% 25.3. Persentase penduduk yang menggunakan HP/Telpon 0% 10% 20% 30% 50% 25.4. Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Internet 0% 10% 20% 30% 50% 25.5. Web site milik pemerintah daerah Ada Ada Ada Ada Ada 26 Perpustakaan 26.1. Jumlah perpustakaan 0 0 0 1 1 26.2. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun 0 0 0 30% 90% 26.3. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah 0 0 0 100 500
134
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
Fokus Layanan Urusan Pilihan 1 Pertanian 1.1. Produktivitas padi (ton) 1.678 2.000 2.250 2.500 3.000 1.2. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB 36,34 38,70 39,96 41,21 43,71 1.3. Cakupan bina kelompok petani 10% 10% 20% 30% 50% 4 Pariwisata 4.1. Kunjungan wisata (Orang) 10.500 8.000 8.500 9.000 10.000 5 Kelautan dan Perikanan 5.1. Produksi perikanan (ton) 856,6 2.846 2.953 3.061 3.275 5.2. Konsumsi ikan 39 41,2 41,7 42,1 43 5.3. Cakupan bina kelompok nelayan 10% 10% 20% 30% 50% 5.4. Produksi perikanan kelompok nelayan 20% 30% 40% 50% 70% 6 Perdagangan 6.1. Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB 4,76 4,97 5,18 5,39 5,80 6.3. Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal 20% 21% 22% 23% 25% 7 Perindustrian 7.1. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB 2,40 2,46 2,52 2,58 2,69 7.4. Cakupan bina kelompok pengrajin 10% 20% 30% 40% 60% 8 Ketransmigrasian 8.1. Transmigran swakarsa
ASPEK DAYA SAING DAERAH Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (Rupiah) 633.564 714.166 794.768 875.370 1.036.575 1.2. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (Rupiah) 644.578 676.217 707.856 739.495 802.772 2 Pertanian 2.1. Nilai tukar petani 96 98 98,4 98,8 99,5 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur 1 Perhubungan 1.1. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
135
NO Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian Target Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD (2021)
2016 2017 2018 2019
1.2. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum 1.3. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun 2 Penataan Ruang 2.1. Ketaatan terhadap RTRW 10% 10% 10% 10% 10% 2.2. Luas wilayah produktif 10% 10% 10% 10% 10% 2.3. Luas wilayah industri 10% 10% 10% 10% 10% 2.4. Luas wilayah kebanjiran 10% 10% 10% 10% 10% 2.5. Luas wilayah kekeringan 10% 10% 10% 10% 10% 2.6. Luas wilayah perkotaan 10% 10% 10% 10% 10%
3 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
3.1. jumlah bank dan cabang 3 3 3 3 4 3.2. jumlah perusahaan asuransi dan cabang 0 0 0 1 1 3.3. Jumlah penginapan/ hotel 10 10 12 14 18 4 Lingkungan Hidup 4.1. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih 0 60 70 80 60 5 Komunikas dan Informatika 5.3. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon 0% 10% 20% 30% 50% Fokus Iklim Berinvestasi
1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Lama proses perijinan 1 Hari 1 Hari 1 Hari 1 Hari 1 Hari 1.2. Jumlah pajak dan retribusi daerah 5 5 5 5 5 1.3. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha 0 0 1 0 2 1.4. Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa 0% 10% 12% 13% 15% Fokus Sumber Daya Manusia 1 Ketenagakerjaan 1.1. Rasio lulusan S1/S2/S3 0% 10% 11% 12% 15%
136
BAB 7
PENUTUP
Dengan tersusunnya RKPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 yang berisi
rencana program dan kegiatan priortas daerah yang disusun berdasarkan evaluasi
pembangunan tahun 2017 dan target yang akan dicapai di tahun 2018 serta capaian
kinerja yang direncanakan pada periode RPJMD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016-
2021. Dengan demikian, RKPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 merupakan
dokumen perencanaan tahun ketiga dalam RPJMD Kabupaten Tana Tidung, dah harus
dijadikan pedoman :
1. Penyusunan Rencana Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019;
2. penyusunan Kebijakan Umum APBD dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA
dan PPAS) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019, dan
3. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tana
Tidung Tahun Anggaran 2019, serta
4. Penyelarasan prioritas pembangunan dan sinergitas perencanaan pembangunan
antar wilayah, sektor dan perangkat daerah serta desa yang di Kabupaten Tana
Tidung.
Dalam pelaksanaanya RKPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 menunjukkan
adanya ketidaksesuaian dengan perkembangan keadaan, akan dilakukan penyesuaian-
penyesuaian dalam bentuk Perubahan RKPD dengan tetap berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.