14
1 A. Pendahuluan Stilistika adalah suatu kajian yang menyelidiki seluruh fenomena bahasa mulai dari tataran fonologi hingga persoalan semantik. Tetapi pada umunya, kajian stilistika dibatasi pada teks tertentu, dengan memperhatikan preferensi kata atau struktur bahasa, mengamati hubungan antar pilihan kata tersebut untuk mengidentifikasi ciri-ciri stilistik yang ada, seperti sintaksis, leksikal, retoris, atau deviasi. 1 Analisis stilistika sebenarnya dapat ditujuakan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja, tetapi biasanya stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra. 2 Sedangkan menurut Syukri Muhammad ‘Ayya>d, stilistika mengkaji seluruh fenomena bahasa mulai dari fonologi (bunyi bahasa) hingga semantik (makna dan arti dari bahasa). 3 Dalam pembahasan ini akan dipaparkan beberapa ranah analisis stilistika yang meliputi, al-Mustawa> al-S{auti ( ranah fonologi), al-Mustawa> al-S{arfi ( ranah morfologi), al-Mustawa> al-Nahwi aw al-tarkibi (ranah sintaksis), al-Mustawa> al- Dalali (ranah semantik), dan al-Mustawa> al-Tashwir (ranah imageri) berikut beberapa contoh terkait analisis tersebut. 1 Panuti Sudjiman, Bunga Rampai Stilistika, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1993), hlm. 37 2 Burhan Nurgiyantoro, Teori Penganalisis Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2000), hlm. 279 3 Syukri Muhammad Ayya>d, Madkhal ila> ‘Ilmil Uslu>b, (Riyad} : Dar al-‘Ulu>m, 1982), hlm. 48

Ranah Analisis Stilistika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Stilistika dalam kajian Bahasa Arab

Citation preview

Page 1: Ranah Analisis Stilistika

1

A. Pendahuluan

Stilistika adalah suatu kajian yang menyelidiki seluruh fenomena bahasa

mulai dari tataran fonologi hingga persoalan semantik. Tetapi pada umunya, kajian

stilistika dibatasi pada teks tertentu, dengan memperhatikan preferensi kata atau

struktur bahasa, mengamati hubungan antar pilihan kata tersebut untuk

mengidentifikasi ciri-ciri stilistik yang ada, seperti sintaksis, leksikal, retoris, atau

deviasi.1

Analisis stilistika sebenarnya dapat ditujuakan terhadap berbagai ragam

penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja, tetapi biasanya stilistika lebih

sering dikaitkan dengan bahasa sastra.2 Sedangkan menurut Syukri Muhammad

‘Ayya>d, stilistika mengkaji seluruh fenomena bahasa mulai dari fonologi (bunyi

bahasa) hingga semantik (makna dan arti dari bahasa).3

Dalam pembahasan ini akan dipaparkan beberapa ranah analisis stilistika

yang meliputi, al-Mustawa> al-S{auti ( ranah fonologi), al-Mustawa> al-S{arfi ( ranah

morfologi), al-Mustawa> al-Nahwi aw al-tarkibi (ranah sintaksis), al-Mustawa> al-

Dalali (ranah semantik), dan al-Mustawa> al-Tashwir (ranah imageri) berikut

beberapa contoh terkait analisis tersebut.

1 Panuti Sudjiman, Bunga Rampai Stilistika, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1993), hlm. 37

2 Burhan Nurgiyantoro, Teori Penganalisis Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,

2000), hlm. 279 3 Syukri Muhammad Ayya>d, Madkhal ila> ‘Ilmil Uslu>b, (Riyad} : Dar al-‘Ulu>m, 1982), hlm. 48

Page 2: Ranah Analisis Stilistika

2

B. Pembahasan

Seperti yang dipaparkan S{ala>h Fad{al, karena uslu>b terkait dengan jiwa

seseorang, maka uslu>b adalah orang itu sendiri (al-na>s nafsuh), sehingga wajar bila

masing-masing orang memiliki obyek kajian stilistika yang berbeda. Namun,

analisis teks dengan menggunakan pendekatan stilistika tidak bisa terlepas dari tiga

unsur pokok, yaitu: 1) al-uns}u>r al-lughawai> (unsur bahasa), 2) al-uns}u>r al-nafi>,

seperti pengarang, pembaca, konteks historis, dan sebagainya, dan 3)al-uns}u>r al-

adabi> (unsur keindahan sastra). Namu demikian, ketiga unsur-unsur tersebut sama-

sama mengkaji persoalan bahasa yang meliputi: pertama, susunan huruf yang

terangkai dalam kata (fonologi), dan kedua, pemilihan kata dan kalimat.4

Penggunaan ranah analisis stilistika ini tergantung pada objek analisis. ‘Ali

‘Izzat membagi ranah analisis stilistika ke dalam empat bagian yaitu, al- mustawa>

al-s{auti ( ranah fonologi), al- mustawa> al-nahwi (ranah sintaksis), al-mustawa> al-

lafdzi (ranah preferensi kata), dan al-mustawa> al-dala>li (ranah semantik).5 Adapun

ranah analisis stilistika menurut Qalyubi, meliputi:

1. Al-Mustawa> al-S{auti ( ranah fonologi)

2. Al-Mustawa> al-S{arfi ( ranah morfologi)

3. Al-Mustawa> al-Nahwi aw al-tarkibi (ranah sintaksis)

4. Al-Mustawa> al-Dalali (ranah semantik)

5. Al-Mustawa> al-Tashwir (ranah imageri)6

Penggunaan ranah analisis uslubiyyah ini tergantung pada genre obyek

analisis. Sebagai contoh pada genre syi’ir (puisi) ranah analisis yang dominan

adalah al-mustawa> al-S{auti, sedangkan dalam genre nas{r (prosa) ranah analisis

tersebut jarang digunakan.

4 S{ala>h Fad}al, ‘Ilm al-Uslub: Maba>di’uh wa Ijra>atuh (Kairo: Muassasah al-Mukhta>r, 1998), hlm.115

5 ‘Ali> ‘Izzat, Al-Ittija>ha>t al-Hadi>tsah fi> ‘Ilmi al-Asa>li>b wa Tahli>li al-Khita>b (Kairo: Syirkah Abu> al-

Haul an-Nasyr, 1996), hlm. 15-46 6Syiha>buddin Qalyubi, ‘Ilm Uslu>b: Stilistika Bahasa dan Sastra Arab (Yogyakarta: Karya Media,

2013), hlm. 70

Page 3: Ranah Analisis Stilistika

3

1. Al-Mustawa> al-S{auti ( ranah fonologi)

Secara sederhana fonologi disebut dengan ilmu bunyi yang fungsional atau

bidang linguistik yang menyelidiki bunyi bahasa menurut fungsinya.7 Dalam ranah

kajian stilistika, fonologi memberikan analisis terhadap efek keserasian bunyi dan

hakikat makna. Analisis ini berorientasai pada mencari pengaruh yang mungkin

ditimbulkan dari bunyi tertentu, seperti pada ayat-ayat al-Qur’an, qa>fiyah (sajak),

tawa>fuqul’arud} wa al-d}arb (kesejajaran bait), bah}r (ritme), tikra>r (repetisi), taja>nus

s}awti (asonasi), s{awt nawwa>h (intonasi sedih), dan as}wat as}s}afir (suara

bergemerincing).8 Adapun efek yang ditimbulkan meliputi :

a) Efek Fonologis Terhadap Keserasian

Menurut az-Zarqa>ni, yang dimaksud dengan keserasian dalam tata bunyi al-

Qur’an adalah keserasian dalam pengaturan harakah, suku>n, madd, dan ghunnah

sehigga enak didengar dan diresapi.9 Keteraturan dan keserasian bunyi huruf dalam

suatu kata sangat menopang keteraturan dan keserasian dalam kalimat, surah dan al-

Qur’an secara keseluruhan. Keserasian dalam keberagaman bunyi yang indah juga

menimbulkan efek dari aspek psikologis bagi pendengar, karena sejatinya manusia

senang dengan keindahan. Contoh dalam pengulangan bunyi huruf yang sama, yaitu

huruf ha dalam surat al-Syams (ayat 11-15). Pengulangan bunyi lafal an-na>s dalam

surat an-na>s (ayat 1-6).

b) Efek Fonologis Terhadap Makna

Bahasa terdiri atas lambang – lambang, yaitu tanda yang digunakan untuk

menyatakan sesuatu yang lain. Di dalam bahasa, tanda terdiri atas rangkaian bunyi

yang pada ragam tulis dialihkan ke dalam tanda – tanda visual, yaitu huruf dan

tanda baca. Hubungan antara rangkaian bunyi tertentu dan makna yang dinyatakan

7 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 102

8 Kamal Mustafa>, Syarh Diwa>n Syi’rul Hallaj (Bagda>d: Maktabah Nahd}ah, 1973), hlm. 33-93

9Syiha>buddin Qalyubi, ‘Ilm Uslu>b…, hlm. 205

Page 4: Ranah Analisis Stilistika

4

bersifat arbitrer semata, tidak ada hubungan yang wajar antara lambang dan objek

yang dilambangkannya.10

Pembahasan terkait efek fonologis terhadap makna pernah dikaji oleh Rasyid

Salim Al-Khu>ri. Ia membahas keterkaitan antara huruf dengan maknanya.

Contohnya huruf awal fa berkaitan dengan makna kejelasan seperti lafal fattah{a,

farih{a, fajara yang mengandung arti membuka, gembira, membelah (cahaya fajar)

dan menerangkan (menafsirkan). Selain itu, huruf awal ha berkaitan dengan makna-

makna yang mulia seperti hub, haqq, hayah, hasan dan hikmah, yang mengandung

arti cinta, kebenaran, kehidupan, baik dan kebijaksanaan.11

Pengulangan ‘ain fi’l

(huruf kedua kata kerja) juga berimbas kepada pengulangan makna, contohnya kata

qatta’a dan kassara memiliki arti pengulangan yaitu memotong-motong dan

memecah-mecah.

2. Al-Mustawa> al-S{arfi (ranah morfologi)

Dalam literatur Arab, morfologi disebut dengan ‘ilm al-s{arfi merupakan

kajian atau peninjauan bahasa melalui aspek kata, perkembangan kata dan wujud

kata itu sendiri. Pada studi morfologi, sebuah kata secara alamiah akan terus

berkembang sesuai kebutuhan makna, proses morfologi bisa melalui pergantian dan

perubahan. Kemudian dari morfologi ini muncul kata baru dan pemahaman baru

dalam bahasa.12

Dan dalam kajian stilistika, morfologi memiliki nilai yang urgent

karena aplikasinya yang bisa memberikan pemaknaan tertentu. Adapun terkait

analisis dalam ranah ini meliputi dua aspek, yaitu:

a. Ikhtiya>r al-S{ighah ( Pemilihan Bentuk Kata)

Aspek ini mengacu pada pemilihan kata dan pengaruhnya terhadap

pemaknaan.

10

Panuti Sudjiman, Bunga Rampai Stilistika (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1993), hlm. 9 11

Mahmud Ahmad Najlah, Lughah al-Qur’a>n fi> Juz ‘Amma > (Beirut: Da>r al-Nahda>h al-‘Arabiyyah,

1981), hlm. 340 12

Jos Daniel Parera, Morfologi Bahasa, cet. Ke-3 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010),

hlm. 14

Page 5: Ranah Analisis Stilistika

5

b. Al-‘Udu>l bi al-S{ighah ‘an al-As}l al-Siya>qi

Merupakan perpindahan satu bentuk kata ke bentuk kata lainnya dalam

konteks yang sama. Contohnya, bentuk kata kasabat dan iktasabat dalam surat al-

Baqarah: 286 yang mengalami perubahan bentuk kata, kasabat berarti ‚mendapat

pahala‛ (dari kebajikan) dan kata iktasabat berarti ‚mendapat siksa‛ (dari

kejahatan). Melalui analisis stilistika, akan diketahui sebab dari perubahan bentuk

kata tersebut pada ayat yang sama dan apa pengaruhnya dalam pemaknaannya.13

3. Al-Mustawa> al-Nahwi au al-Tarki>bi (ranah sintaksis)

Pada ranah analisi ini banyak sekali yang harus diteliti. Antara lain, pola

struktur kalimat, al-tikra>r (pengulangan) baik pengulangan kata, kalimat, maupun

secara lebih luas pengulangan kisah, serta bagaimana pengaruhnya terhadap makna.

pada analisis ranah ini tidak dimaksudkan untuk membahas i’rab atau kedudukan

kata karena hal ini sudah dibahas dalam ilmu al-Nahwu. Namun, yang diteliti adalah

rahasia dari penggunaan struktur kalimat tertentu. Penggunaan pengulangan kalimat

misalnya, banyak sekali dijumpai dalam al-Qur’an, namun pengulangan tersebut

selalu mengalami sedikit perubahan dan dalam nuansa yang berbeda.

Seperti dalam surah al-Baqa>rah ayat 120:

Kemudian dalam surah Ibra>him ayat 35 :

Sepintas terlihat kalimat yang terdapat dalam kedua surah diatas merupakan

sebuah pengulangan. Namun jika ditelisik lebih dalam, ada perbedaan diantara ke

dua ayat tersebut. Lafal balad pada ayat pertama dalam bentuk nakirah sebagai

maf’ul tsa>ni >, lafal al-balad pada ayat kedua dalam bentuk ma’rifah sebagai ‘athaf

13

Syiha>buddin Qalyubi, ‘Ilm Uslu>b…, hlm.81

Page 6: Ranah Analisis Stilistika

6

baya>n dari lafal hadza. Perbedaan ini membawa konsekuensi pada makna. Pada ayat

pertama, nabi Ibra>him berdoa : ‚Ya Tuhanku, jadikanlah (lembah yang tandus) ini

negeri yang aman.‛ Dan pada ayat kedua Ia berdoa, ‚ Ya Tuhanku, jadikanlah negeri

ini aman‛. Nabi Ibra>him berdoa dengan doa yang pertama ketika ia berada di suatu

lembah yang belum ada penghuninya, dan nabi Ibra>him berdoa dengan doa yang

kedua ketika lembah yang tandus itu sudah berupa negeri.14

4. Al-Mustawa> al-Dala>li (ranah semantik)

Adalah ranah analisis tentang makna yang bahasannya mencakup seluruh

ranah linguistik (fonologi, leksikal, morfologi, dan sintaksis), namun agar tidak

bercampur dengan bahasan lainnya akan dibatasi pada aspek – aspek sebagai

berikut:

a. Dala>lah al-Lafz{i al-Mu’jami (makna leksikal)

Leksikal adalah sesuatu yang berkaitan dengan banyak hal, di antaranya

bersangkuatan dengan leksem (satuan leksikal dasar), kata dan leksikon. Sedangkan

makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam

bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti

yang dapat dibaca di dalam kamus.15

b. Al-Musytarak al-Lafz}i (polisemi)

Al-Suyu>t}i> berpendapat bahwa al-Musytarak al-Lafz}i adalah satu kata yang

mempunyai dua makna yang berbeda atau lebih. Berkaitan dengan hal ini, para

ulama us}ul terpecah menjadi 3 kelompok; 1) kelompok yang mendukung adanya al-

Musytarak al-Lafz}i, dengan argumen andaikata al-Musytarak al-Lafz}i tidak terjadi

dalam sebuah bahasa, niscaya kebanyakan benda yang diberi nama akan tidak

wujud, 2) kelompok yang mengingkari, dengan argumen bahwa rusaknya

pemahaman terhadap sesuatu yang dikehendaki adalah akibat dari sebuah bahasa

yang telah disepakati karena tidak adanya qari>nah (indikator), 3) kelompok

14

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an: Makna di Balik Kisah Ibrahim (Yogyakarta: PT LKIS

Pelangi Aksara, 2009), hlm. 58-59 15

Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 119

Page 7: Ranah Analisis Stilistika

7

mayoritas yang menyatakan al-Musytarak al-Lafz}i sangat mungkin terjadi dalam

bahasa, karena secara akal tidak adanya sesuatu yang menghalangi, bahkan tidak

bisa dihindari munculnya al-Musytarak al-Lafz}i dalam pengungkapan bahasa.16

Misalnya, dalam surat al-Ma>idah ayat 38 :

‚Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan

dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‛

Kata yad di atas mengandung tiga kemungkinan makna, yakni hasta, telapak

tangan sampai siku, dan telapak tangan. Akan tetapi, perbuatan Rasulullah

menunjukkan bahwa tangan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah ‚telapak

tangan yang kanan‛. Perbuatan Rasulullah ini menjadi suatu qa>rinah, sehingga

walaupun yad adalah musytarak, namun makna yan dikehendaki sangat jelas. 17

c. Al-Tara>duf (sinonim)

Kridalaksana mengartikan sinonim dengan sebuah bentuk bahasa yang

memiliki kemiripan makna dengan bentuk lain. Kemiripan itu berlaku pada kata,

kelompok kata dan kalimat. Umumnya sinonim hanya berbentuk kata.18

Dalam

kajian linguistik Arab, sinonim dikenal dengan istilah at-taraduf, untuk menyebut

kata yang berdekatan maknanya. Menurut Imel Badi’ Ya’qub, seorang guru besar

linguistic pada Universitas Libanon, mengatakan bahwa sinonim adalah fenomena

bahasa yang wajar dan berkembang pada setiap bahasa. Terlebih bahasa Arab

Fushh}a merupakan himpunan dari dialek kabilah-kabilah pada masa Jahiliah.19

16

Akhmad Muzakki, Stilistika Al-Qur’an; Gaya Bahasa Al-Qur’an dalam Konteks Komunikasi (Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm. 54-55 17

Ibid, hlm. 55 18

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001), hlm. 198 19

Imel Badi’ Ya’qub, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyah wa Khasa>isuha > (Beirut: Dar ats-Tsaqa>fah al-

Isla>miyyah, t.t.), hlm. 176

Page 8: Ranah Analisis Stilistika

8

Dalam kajian bahasa Arab banyak ditemukan kasus-kasus taraduf, bahkan

seringkali satu kata memiliki sinonim yang sangat banyak. Seperti leksem unta

memiliki sinonim lebih dari 200 kata, madu memiliki kurang lebih 80 sinonim.20

Contoh lain, baitun (rumah) memiliki kedekatan makna dengan khayyamun dan

daarun, as-saif memiliki sinonim as-shafihah, al-khalil, al-mufaqqir dsb.

d. Al-Tiba>q (antonim)

Al-tiba>q atau disebut juga at-tud}ha>d untuk penyebutan kata yang

berlawanan, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan antonimi (lawan kata). Namun

ada perbedaan substansi antara antonimi dan at-tud}ha>d, antonimi membahas kata-

kata yang berlawanan maknanya seperti kata siang-malam, pana –dingin, dan cinta-

benci. Sementara at-tud}ha>d membahas setiap kata yang memiliki dua makna yang

berlawanan, contoh kata hani>f berasal dari kata al-hana>f, yang artinya belok dari

sesat ke lurus dan belok dari lurus ke sesat. Dengan demikian , terjadi kontradiksi

makna dari sebuah kata.21

5. Al-Mustawa> al-Tas}wi>ri (ranah imageri)

Al-Tas}wi>ri adalah cara pengungkapan konsep yang abstrak, kejiwaan

seseorang, peristiwa yang terjadi, pemandangan yang dapat dilihat, tabiat manusia,

dan lainnya dalam bentuk gambaran yang dapat dilihat, tabiat manusia, dan lainnya

dalam bentuk gambaran yang dapat dirasakan dan dikhayalkan.22

Al-Tas}wi>ri

meliputi :

a. Al-Tas}wi>r bi al-Tasybi>h

Secara bahasa tasybi>h berarti penyerupaan, sedangkan secara terminologi

adalah menyerupakan dua perkara atau lebih yang memiliki kesamaan dalam hal

tertentu.23

Menurut Ahmad Badawi, tashbih berfungsi memperjelas makna serta

20

Fahmi Gunawan, “Analisis Komponen Makna Kata Unta Berdasarkan Penyakit dalam Bahasa Arab”, ADABIYYAT: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta., Vol 4. No. I, Maret 2005, hlm. 2 21

Syiha>buddin Qalyubi, ‘Ilm Uslu>b…, hlm. 59 22

Ibid., hlm. 83 23

Ahmad Muzakki. Stilistika…, hlm.137

Page 9: Ranah Analisis Stilistika

9

memperkuat maksud dari sebuah ungkapan. Sehingga orang yang mendengarkan

pembicaraan bisa merasakan seperti pengalaman psikologis si pembaca.24

Contoh tashbih dalam al-Qur’a>n, surat an-Nu>r ayat 39:

‚Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana

di tanah yang datar, yang disangka air oelh orang-orang yang dahaga, tetapi bila

didatanginya air itu dia tidak mendapat sesuatu apapun. Dan didapatinya

(ketetapan)Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-

amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.‛

Melihat kondisi geografis tanah Arab yang sulit untuk mendapatkan air,

maka dalam ayat di atas Allah mempersamakan amalan orang-orang kafir seperti

kasara>bin bi qi>’atin, yaitu fatamorgana di tanah datar. Kemudian orang-orang yang

haus menyangka itu adalah air, dan apabila didatangi, maka mereka tidak

menumakannya. Mempersamakan amalan orang-orang kafir dengan fatamorgana,

karena di tempat mereka tinggal sangat sulit untuk mendapatkan air, di mana air

merupakan sumber kehidupan masyarakat Arab.

b. Al-Tas}wi>r bi al-Maja>z

Maja>z merupakan kaidah kebahasaan dapat dilakukan akibat adanya satu

dari du hal berikut : a) terdapat persamaan antar makna yang dikandung kosakata

atu ungkapan dalam arti literalnya dengan makna yang dikandung oleh pengertian

metaforis yang ditetapkan; b) adanya perkaitan atau hubungan antara dua hal dalam

ungkpana, sehingga mengakibatkan terjadinya penisbahan satu kalimat kepada

sesuatu yang seharusnya bukan kepadanya.25

c. Al-Tas}wi>r bi al-Isti’a>rah\

Isti’a>rah adalah peminjaman kata untuk dipakai dalam kata yang lain karena

ada beberapa faktor. Karena lazimnya, orang Arab sering meminjam kata dan

24

Ahmad Badawi, Min Bala>gah al-Qur’a>n (Kairo: Da>r Nahah, 1950),hlm. 190 25

Ahmad Muzakki. Stilistika …, hlm. 145

Page 10: Ranah Analisis Stilistika

10

menempatkannya untuk kata lain tatkala ditemukan alasan-alasan yang

memungkinkan.26

Contoh pada surat al-A’ra>f ayat 157:

….

Dalam ayat di atas kata al-nu>r (cahaya) dipinjam untuk memperjelas misi

dan pesan kenabian, karena keduanya memliki fungsi untuk meyakinkan,

menghilangkan, serta menepis keraguan atas kebenaran misi yang dibawa

Muhammad SAW bersama misinya yang membawa keselamatan dan kebahagiaan

hidup manusia. Dalam gaya bahasa kiasan, isti’a>rah hampir semakna dengan gaya

bahasa jenis hipalase, yaitu sebuah kata yang dipergunakan untuk menerangkan

suatu kata yang seharusnya dikenakan pada kata yang lain.27

d. Al-Tas}wi>r bi al-Kina>yah

Al-Mubarrad seperti yang telah dipaparkan Muzakki, menguraikan tiga

model kina>yah beserta fungsinya, yaitu 1) menjadikan sesuatu lebih umum, 2)

memperindah ungkapan, dan 3) untaian pujian. Namun al-Mubarrad lebih menitik

beratkan pada model yang kedua, yaitu kina>yah sebagai penyempurna keindahan

ungkapan, khususnya yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’an.28

Contoh, dalam surat

al-Baqarah ayat 223, di mana seorang perempuan disimbolkan dengan kata harth

(ladang tempat bercocok tanam) ketika perempuan dalam keadaan suci:

‚Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka

datangilah tanah tempat bercocok –tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.‛

26

Ibid, hlm. 142 27

Gorys Keraf, Diksi dan gaya Bahasa.,(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 142 28

Ahmad Muzakki. Stilistika …, hlm. 148

Page 11: Ranah Analisis Stilistika

11

Analisis stilistika pada kelima aspek ini tidak hanya terpaku pembahasan

bala>ghah-ny saja, tetapi juga pembahasan bagaimana pengarang mengeksploitasinya

menjadi gambaran yang dilukiskan dalam pikiran, ada gerakan, ada suasana hidup,

sehingga merubah pembaca atau pendengar menjadi penonton. Pembahasan ke lima

aspek ini dalam stilistika Barat dimasukkan pada pembahasan gaya bahasa retoris

dan gaya bahasa kiasan.

6. Langkah Analisis ‘Ilmu Uslu>b

Wellek & Warren mengajukan dua cara analisis stilistika, yaitu :

a) Dimulai dengan analisis secara sistematik terhadap sistem

linguistik, kemudian diinterpretasikan sebagai satu keseluruhan

makna. Disini gaya akan muncul sebagai sistem linguistik yang

khas dari karya atau sekelompok karya.

b) Dilakukan dengan mengkaji semua bentuk khusus linguistik yang

menyimpang dari sistem yang berlaku umum, mengobservasi

berbagai bentuk deviasi yang terdapat pada sebuah karya, dan

disoroti dari pemakaian bahasa yang wajar (baku).29

Sedangkan menurut Fathullah Ahmad Sulaiman, ada 3 langkah analisis

stilistika.

a) Peneliti meyakini bahwa objek analisis layak untuk dianalisis.

Keyakinan ini muncul setelah adanya observasi awal yang

intensif yang dilakukan

b) Peneliti memperhatikan unsur-unsur teks, lalu mencatatnya,

dengan tujuan untuk diketahui banyak sedikitnya fenomena gaya

dalm teks tersebut. Dalam analisis ini, dikaji bentuk – bentuk

deviasi, pengulangan suara, pemutarbalikan susunan kata – kata,

dan kohesi struktur kalimat.

29

Wellek & Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta : PT Gramedia, 1990), hlm. 226

Page 12: Ranah Analisis Stilistika

12

c) Peneliti membuat kesimpulan dari semua yang pernah dianalisis,

yaitu berupa karakteristik gaya penulis (penutur) dalm

karyanya.30

Dalam tradisi Arab dikenal juga dua prinsip dalam analisis al-Uslu>biyyah,

yaitu al-Ikhtiya>r wa al-Inhira>f. Al-Ikhtiya>r adalah kreatifitas penutur atau sastrawan

dalam menggunakan kosakata atau kalimat dari sekian banyak opsi yang ada yang

sesuai dengan situasi dan konteks. Sedangkan al-Inhira>f adalah kreatifitas penutur

atau sastrawan keluar dari pola aturan yang dipakai secara umum dengan cara

mengeksploitasi berbagai macam opsi yang ada pada bahasa.

C. Penutup

Analisis stilistika sebenarnya dapat ditujuakan terhadap berbagai ragam

penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja, tetapi biasanya stilistika lebih

sering dikaitkan dengan bahasa sastra. Adapun ranah analisis stilistika meliputi, al-

Mustawa> al-S{auti ( ranah fonologi), al-Mustawa> al-S{arfi ( ranah morfologi), al-

Mustawa> al-Nahwi aw al-tarkibi (ranah sintaksis), al-Mustawa> al-Dalali (ranah

semantik), dan al-Mustawa> al-Tashwir (ranah imageri). Penggunaan ranah analisis

uslubiyyah ini tergantung pada genre obyek analisisnya.

30

Syiha>buddin Qalyubi, ‘Ilm Uslu>b…, hlm. 84

Page 13: Ranah Analisis Stilistika

13

Daftar Pustaka

Ayya>d, Syukri Muhammad. 1982. Madkhal ila> ‘Ilmil Uslu>b. Riyad} : Dar al-‘Ulu>m

Badawi, Ahmad. 1950. Min Bala>gah al-Qur’a>n . Kairo: Da>r Nahah

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta

Fad}al, S{ala>h. 1998. ‘Ilm al-Uslub: Maba>di’uh wa Ijra>atuh. Kairo: Muassasah al-

Mukhta>r

‘Izzat, ‘Ali. 1996.> Al-Ittija>ha>t al-Hadi>tsah fi> ‘Ilmi al-Asa>li>b wa Tahli>li al-Khita>b.

Kairo: Syirkah Abu> al-Haul an-Nasyr

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik . Jakarta: Gramedia Pustaka

Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan gaya Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Mustafa>, Kamal. 1973. Syarh Diwa>n Syi’rul Hallaj . Bagda>d: Maktabah Nahd}ah

Muzakki, Akhmad. 2009. Stilistika Al-Qur’an; Gaya Bahasa Al-Qur’an dalam

Konteks Komunikasi . Malang: UIN-Malang Press

Najlah,Mahmud Ahmad. 1981. Lughah al-Qur’a>n fi> Juz ‘Amma >. Beirut: Da>r al-

Nahda>h al-‘Arabiyyah

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Penganalisis Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press

Parera,Jos Daniel. 2010. Morfologi Bahasa, cet. ke-3. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal . Jakarta : Rineka Cipta

Qalyubi, Syiha>buddin. 2013. ‘Ilm Uslu>b: Stilistika Bahasa dan Sastra Arab.

Yogyakarta: Karya Media

_______. 2009. Stilistika al-Qur’an: Makna di Balik Kisah Ibrahim. Yogyakarta: PT

LKIS Pelangi Aksara

Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti

Wellek & Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta : PT Gramedia

Ya’qub, Imel Badi’.t.t. Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyah wa Khasa>isuha > . Beirut: Dar

ats-Tsaqa>fah al-Isla>miyyah

Page 14: Ranah Analisis Stilistika

14

Fahmi Gunawan, ‚Analisis Komponen Makna Kata Unta Berdasarkan Penyakit

dalam Bahasa Arab‛, ADABIYYAT: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta., Vol 4. No. I. Maret 2005