30
Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol pada Laki-laki 35 Tahun Fergie Merrywen Tamu Rambu 102011227 Kelompok : C1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Email : [email protected] Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sudah banyak sekali orang yang menderita penyakit ini. Diperkirakan sekitar 14,57% kelompok pada usia 45-54 tahun meninggal akibat DM. Angka ini menduduki ranking kedua penyebab kematian di daerah perkotaan. Indonesia adalah dengan jumlah penderita DM tertinggi di dunia. Tingginya angka penderita DM ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah pola hidup dan pola makan yang tidak teratur. Selain karena faktor pola makan dan gaya hidup yang tidak diatur dengan baik, DM bisa timbul karena kelainan yang terjadi pada sistem tubuh yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran insulin. Sistem tubuh yang mengalami kelainan tersebut adalah pada reseptor hormon insulin. Selain itu, kelainan juga bisa terjadi pada sel pankreas. Jika kelainan ini terjadi, maka organ tubuh tidak akan bisa melakukan tugasnya sebagai pengatur kadar gula dengan baik. Jika pengaturan ini tidak

Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dm 2

Citation preview

Page 1: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol pada Laki-laki 35 Tahun

Fergie Merrywen Tamu Rambu102011227

Kelompok : C1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email : [email protected]

Pendahuluan

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Sudah banyak sekali orang yang menderita penyakit ini. Diperkirakan sekitar 14,57%

kelompok pada usia 45-54 tahun meninggal akibat DM. Angka ini menduduki ranking kedua

penyebab kematian di daerah perkotaan. Indonesia adalah dengan jumlah penderita DM

tertinggi di dunia. Tingginya angka penderita DM ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah

satunya adalah pola hidup dan pola makan yang tidak teratur. Selain karena faktor pola

makan dan gaya hidup yang tidak diatur dengan baik, DM bisa timbul karena kelainan yang

terjadi pada sistem tubuh yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran insulin.

Sistem tubuh yang mengalami kelainan tersebut adalah pada reseptor hormon insulin.

Selain itu, kelainan juga bisa terjadi pada sel pankreas. Jika kelainan ini terjadi, maka organ

tubuh tidak akan bisa melakukan tugasnya sebagai pengatur kadar gula dengan baik. Jika

pengaturan ini tidak berjalan baik, orang akan bisa mengalami DM. Sesuai dengan skenario,

seorang laki-laki 35 tahun datang untuk berkonsultasi karena ia merasa makin lemah sejak 2

minggu lalu. Pasien memiliki riwayat diabetes sejak 5 tahun lalu. Maka dari itu, untuk

mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang diabetes melitus mulai

dari anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.

Anamnesa

Menanyakan riwayat penyakit disebut ‘Anamnesa’. Anamnesa berarti ‘tahu lagi’,

‘kenangan’. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta

bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan

yang berkaitan dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.

Page 2: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Mencatat (merekam) riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian

perkembangan gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu

khas untuk penyakit bersangkutan.1 Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan

fisik adalah mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat

diagnosis banding. Selain itu, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal

pasiennya, juga sebaliknya, serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan

latar belakang sosial pasien.

Anamnesa yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama, alamat, pekerjaan,

keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan), keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit dalam keluarga. Anamnesa yang

dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:

1. Anamnesa Umum

Seorang laki-laki, umur 35 tahun, alamat, pekerjaan.

2. Keluhan Utama: gangguan atau keluhan yang terpenting, yang dirasakan penderita

sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta

menjelaskan tentang lamamnya keluhan tersebut. Keluhan utama merupakan dasar

untuk memulai evaluasi pasien.

Merasa makin lemah sejak 2 minggu lalu

3. Riwayat Penyakit Sekarang: apakah ada keluhan lainnya seperti

Poliuria. Apakah pasien merasakan volume urin yang meningkat. Biasanya

sering disertai dengan adanya nokturia yang membangunkan pasien dari

tidurnya dan sering menganggu kualitas tidur

Polidipsi. Tanyakan apakah pasien sering merasa haus. Polidipsi disebabkan

oleh banyaknya volume urin yang dikeluarkan

Poliphagia. Tanyakan apakah pasien sering merasa lapar

Penurunan berat badan

Neuropati. Tanyakan apakah pasien mengalami kesemutan, hilang rasa pada

bagian distal tubuh seperti kaki.

Infeksi. Tanyakan apabila pasien mendapat luka, apakah luka tersebut sukar

sembuh, terutama pada bagian kaki

Retinopati. Tanyakan pada pasien apakah ia mengalami gangguan

penglihatan.1

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Diabetes Melitus sejak 5 tahun lalu

5. Riwayat Penyakit Keluarga:

Page 3: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama.

6. Riwayat Pengobatan: Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat

pengobatan apa dan apakah keadaan membaik atau tidak, sedang mengkonsumsi suatu

obat atau tidak

Sedang mengkonsumsi metformin dan glibenklamid1

Pemeriksaan

Diagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemukan

pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik.

Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak

memiliki gejala klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan

pemeriksaan laboratorium (diagnosis laboratorium).1,2

Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan – keterangan yang

menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik dilakukan

dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-

tanda vital (TTV), pemeriksaan mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak

yaitu kaki. Pada pemeriksaan fisik ditemukan beberapa hal berikut:

Keadaan umum pasien baik

TTV: TD 120/ 80, nadi 88x/ menit, suhu afibris, RR 16x/ menit

Inspeksi: hiperpigmentasi pada daerah leher dan ketiak (merupakan salah satu ciri khas

dari resisten insulin)

IMT: 22,4 (normal)

Pemeriksaan fisik lain yang seharusnya dapat dilakukan adalah :

Inspeksi.1

- Warna kulit dan kondisi kulit (kering, normal, lembab)

- Atrofi / hipotrofi otot

- Lesi kulit ( infiltrate, ulkus, abses, gangren)

- Gerakan yang terbatas dan kontraktur

Palpasi.1

Page 4: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

- Pemeriksaan suhu raba

- Pemeriksaan pulsasi a.dorsalis pedis dan tibialis posterior

- Pemeriksaan sensibilitas dengan monofilament

- Pemeriksaan refleks fisiologis (APR, KPR) dan patologis (babinsky)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Glukosa Darah

Nilai normal glukosa darah puasa bervariasi antara 60 hingga 110 mg/dL (3,3-6,1

mmol/L). Kadar plasma atau serum adalah 10-15% lebih tinggi karena komponen-komponen

struktural sel darah dihilangkan, sehingga akan lebih banyak glukosa per unit volume. Jadi,

nilai normal glukosa plasma atau serum puasa adalah 70-120 mg/dL (3,9-6,7 mmol/L).

Nilai normal glukosa plasma atau darah yang sudah diterima memerlukan koreksi usia

sebesar 1 mg/dL (0,056 mmol/L) per tahun usia di atas 60 tahun. Jadi kadar glukosa plasma

puasa pada orang tua non-diabetes berkisar antara 80 hingga 150 mg/dL (4,4-8,3 mmol/L).2,3

Sampel Darah Vena

Sampel Darah Kapiler

Kadar Glukosa Plasma Puasa

Kadar glukosa plasma puasa diatas 140 mg/dL (7,8 mmol/L0 pada lebih dari satu

pemeriksaan memastikan diagnostik DM. Sampel untuk pemeriksaan kadar glukosa paling

baik diamnbil pada pagi hari sesudah puasa semalaman.2,3

Uji Toleransi Glukosa Oral

Tes ini digunakan untuk mendiagnostik DM awal secara pasti, namun tes ini tidak

dibutuhkan untuk penapisan dan sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan manifestasi

klinik DM dan hiperglikemia. 2,3

Interpretasi

Pada keadaan sehat, kadar glukosa puasa individu yang dirawat jalan dengan toleransi

glukosa normal adalah 70 hingga 110 mg/dL. Setelah pemberian glukosa, kadar glukosa akan

meningkat pada awalnya namun akan kembali ke keadaan semula dalam waktu 2 jam atau

dengan kata lain glukosa plasma pu8asa kurang dari 115 mg/dL dan setelah 2 jam kadarnya

Page 5: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

akan turun dibwah 140 mg/dL dan nilai – nilai dari sampel lainnya tidak ada yang melampaui

200 mg/dL (National Diabetes Data Group Criteri).2

State Glukosa Darah Puasa

(GDP)

TTGO HbA1C

Normal < 100mg/dL < 140mg/dL < 5.7 %

Pre-

diabetes

100-125mg/dL 140-199mg/dL 5.7 – 6.4%

Diabetes ≥ 126mg/dL ≥ 200mg/dL >6.5%

Tabel 1. Diagnosis DM Tipe 2 (ADA, 2011)

Selain berdasarkan kriteria dari ADA, DM bisa dilihat dari hasil glukosa darah

sewaktu (GDS) dan glukosa darah puasa (GDP). Kriteria DM tipe 2 ini bisa ditegakan

berdasarkan:

- Gejala klasik DM + GDS ≥ 200mg/dL (cukup u/ menegakan WD)

- Gejala klasik DM + GDP ≥ 126mg/dL (mudah dilakukan)

- TTGO ≥ 200mg/dL (TTGO dilakukan jika gejala klasik tidak terlihat)

Berdasarkan skenario didapatkan hasil pasien sebagai berikut:

GDS = 252mg/dL, HbA1C = 10%

Kadar Insulin

Untuk mengukur kadar insulin saat melakukan uji toleransi glukosa, maka serum atau

plasma perlu dipisahkan dalam waktu 30 menit sesudah pengambilam spesimen sebelum

diassay. Kadar insulin imunoreaktif normal berkisar antara 5 - 20µU/mL dalam keadaan

puasa, dan mencapai 50 – 130 µU/mL sesudah satu jam, dan biasanya turun kembali dibawah

30µU/mL sesudah 2 jam. Kadar insulin selama TTGO jarang memiliki manfaat klinis karena

alasan-alasan berikut ini : bila kadar glukosa puasa melampaui 120 mg.dL, hiperinsulinemia

dapat timbul secara terlamabat sebagai akibat resistensi insulin pada penderita DM II; akan

tetapi juga dapat terjadi pada bentuk ringan ataupun fase-fase awal dari DM I dimana

pelepasan insulin dini yang lambat dapat menyebabkan hiperglikemia tertunda yang dapat

merangsang pelepasan insulin berlebihan setelah 2 jam.3,4

Homeostasis Model of Assessment - Insulin Resistance (HOMA-IR):

Merupakan parameter untuk mengukur kualitas / mutu insulin. Jika Homa IR dibawah

nilai normal, berarti kualitas insulin bagus, maka otomatis HbA1C turun sehingga Gula darah

2 jamPP pasti TURUN. Artinya Homa IR dikatakan baik jika hasilnya < Nilai normal (2,77)

Page 6: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

International Formula: fasting glucose (mmol/L) x fasting insulin (mU/L) / 22.5

US Formula: fasting glucose (mg/dL) x fasting insulin (µU/mL) / 4053

Working Diagnosis

Working Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa

hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Berdasarkan gejala-gejala

yang timbul dan hasil dari pemeriksaan fisik serta penunjang, dapat ditarik kesimpulan kalau

pasien tersebut menderita diabetes melitus tipe 2.

Diabetes melitus (DM) mengacu pada sekelompok kelainan metabolik dengan gejala

hiperglikemia. Terdapat beberapa jenis DM dan disebabkan oleh interaksi antara faktor

genetic dan lingkungan. Berdasarkan etiologi yang menyebabkan DM, faktor yang ikut

berperan dalam terjadinya hiperglikemia adalah berkurangnya sekresi insulin, pengurangan

kemampuan menggunakan glukosa, dan peningkatan produksi glukosa. Kelainan metabolik

yang menyertai DM dapat menyebabkan perubahan patofisiologik sekunder pada berbagai

sistem organ. Di US, DM adalah penyebab utama terjadinya End-Stage Renal Disease

(ESRD), amputasi ekstremitas bawah non-trauma, kebutaan pada orang dewasa. DM juga

merupakan faktor predisposisi terjadinya kelainan kardiovaskular.5,6

Diagnosis sesuai dengan kriteria ADA untuk orang dewasa yang tidak hamil, diagnosis

diabetes melitus ditegakkan berdasarkan penemuan :2

1. Gejala-gejala klasik diabetes dan hiperglikemia yang jelas.

2. Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl (7 mmol/L) pada sekurang-kurangnya dua

kesempatan.

3. Kadar glukosa oral (OGTT) ≥200 mg/dl pada 2 jam dan paling sedikit satu kali antara

0 sampai 2 jam sesudah pasien makan glukosa.

Kadar glukosa puasa yang ditentukan adalah 126 mg/dl karena kadar tersebut merupakan

indeks terbaik dengan nilai setelah 2 jam pemberian glukosa adalah 200 mg/dl dan pada

kadar tersebut retinopati diabetik, yaitu suatu komplikasi diabetes muncul untuk pertama

kalinya.2,5

Pasien dengan gangguan toleransi glukosa (IGT) tidak dapat memenuhi kriteria diabetes

melitus yang telah dijelaskan diatas; tetapi, tes toleransi glukosanya memeprlihatkan

kelainan. Pasien-pasien ini asimptomatis. Dipandang dari sudut biokimia pasien dengan IGT

menunjukkan kadar glukosa plasma puasa (≥110 dan <126 mg/dl/ 100ml) namun nilai-nilai

Page 7: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

selama diadakan OGTT adalah ≥200 mg/dl pada menit ke-30, 60, atau 90, dan mencapai 140

sampai 200 mg/dl setelah 2 jam.2,3

Etiologi

Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis yang lebih sering terjadi, tetapi jauh lebih

sedikit yang telah dipahami karena bersifat multifaktorial. Defek metabolik karena gangguan

sekresi insulin atau karena resistensi insulin di jaringan perifer.7 Agaknya, diabetes melitus

tipe 2 terjadi ketika gaya hidup diabetogenik (yaitu, asupan kalori berlebihan, pengeluaran

tidak memadai obesitas, kalori) yang ditumpangkan di atas genotipe rentan. Indeks massa

tubuh di mana berat badan berlebih meningkatkan risiko untuk diabetes bervariasi dengan

kelompok-kelompok ras yang berbeda. Sekitar 90% pasien yang mengidap diabetes mellitus

tipe 2 adalah obesitas.4,5

Faktor risiko utama untuk diabetes mellitus tipe 2 adalah sebagai berikut:

Umur lebih dari 45 tahun (meskipun, seperti disebutkan di atas, diabetes mellitus tipe

2 terjadi dengan frekuensi yang meningkat pada orang muda)

Bobot yang lebih besar dari 120% dari berat badan yang diinginkan

Riwayat keluarga diabetes tipe 2 pada seorang saudara tingkat pertama (misalnya,

orang tua atau saudara)

Sejarah toleransi glukosa terganggu sebelumnya (IGT) atau glukosa puasa terganggu

(IFG)

Hipertensi (> 140/90 mm Hg) atau dislipidemia (high-density lipoprotein [HDL]

tingkat kolesterol <40 mg / dL atau tingkat trigliserid> 150 mg / dL)

Sejarah diabetes mellitus gestasional atau melahirkan bayi dengan berat lahir ≥ 4000

gram

Sindrom ovarium polikistik (yang mengakibatkan resistensi insulin)

Epidemiologi

Prevalensi DM di dunia meningkat secara dramatis dalam dua dekade terakhir,

diperkirakan dari 30 juta kejadian pada tahun 1985 menjadi 285 juta kasus pada tahun 2010.

Berdasarkan pada trendnya, International Diabetes Federation memperkirakan bahwa pada

tahun 2030 akan ada 438 juta individu yang terkena diabetes. DM tipe 2 prevalensinya

meningkat lebih cepat daripada tipe 1. Mungkin disebabkan oleh peningkatan obesitas,

pengurangan aktivitas fisik dan usia harapan hidup yang meningkat.4,5

Page 8: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

gambar 1. Prevalensi DM di Indonesia

Patofisiologi

Insulin resistensi dan kelainan sekresi insulin berperan utama pada perkembangan

DM tipe 2. Meskipun efek utama masih menjadi kontroversi, kebanyakan studi mendukung

pandangan bahwa resistensi insulin mendahului defek insulin sekresi tetapi diabetes mulai

terjadi hanya ketika sekresi insulin menjadi inadekuat. DM tipe 2 dicirikan dengan kelainan

insulin sekresi, resistensi insulin, produksi glukosa oleh hati yang berlebihan dan kelainan

metabolisme lemak.

Kegemukan, terutama visceral atau sentral sangat sering menderita DM tipe 2. Pada

kelainan tahap awal, toleransi glukosa cukup normal, meskipun terjadi resistensi karena cell

beta pankreas mengkompensasi dengan meningkatkan pengeluaran insulin. Ketika insulin

resistensi dan kompensasi hiperinsulinemia terus terjadi, sel beta pankreas pada beberapa

individu tidak dapat menopang keadaan hiperinsulinemia. Hal tersebut menyebabkan

terjadinya IGT, ditandai dengan meningkatnya glukosa post prandial. Pada keadaan yang

lebih lanjut, penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa oleh hati

menyebabkan diabetes yang jelas dengan hiperglukosa pada saat keadaan puasa. Yang paling

terakhir adalah terjadi kerusakan cell beta.

Page 9: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Gambar 2. Patofisiologi DM tipe 2

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis diabetes klasik adalah rasa haus yang berlebihan yang

mengakibatkan banyak minum (polidipsi), sering kencing (poliuria) terutama pada malam

hari (nokturia) yang dapat mengganggu kehidupan, banyak makan (poliphagi) tapi berat

badan menurun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan

pada jari tangan dan kaki (neuropati), cepat lapar, penglihatan jadi kabur, gairan seks

menurun, infeksi dan luka yang sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di

atas 4 kg.4

Differential Diagnosis

Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang

dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis

penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien

bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:

Diabetes Melitus Tipe-1

Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenile-onset dan tipe dependent insulin;

namun kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insidens diabetes tipe 1 sebanyak

Page 10: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtipe: (a) autoimun, akibat

disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta; dan (b) idiopatik, tanpa bukti adanya

autoimun dan tidak diketahui sumbernya.4 Penderita diabetes mellitus tipe I (diabetes yang

tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan

insulin. Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun. Para ilmuwan

percaya bahwa faktor lingkungan (mungkin berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa

kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel

penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik.

Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen.

Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin

secara teratur. Biasanya orang yang mengalami DM tipe ini di haruskan menggunakan insulin

( Injeksi pastinya) sebagai pengobatannya, penggunaan insulin ini, agar jumlah gula yang

menumpuk tadi, jadi berkurang akibat penambahan insulin ini.4,5

Diabetes Awitan Dewasa Muda (MODY)

Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) adalah kelainan genetik dan klinik

yang heterogen dan merupakan salah satu tipe dari DM yang ditandai dengan onset yang

cepat, kelainan genetik autosomal dominan dan defek utama pada sekresi insulin - Genetic

defects of beta cell function. Mutasi pada pada enam gen merupakan penyebab MODY

terbanyak. Kelainan gen tersebut adalah :

  1. Hepatocyte nuclear transcription factor (HNF) 4 (MODY 1)

         2. Glucokinase (MODY 2)

         3. HNF-1 (MODY 3)

         4. Insulin promoter factor-1 (IPF-1; MODY 4)

         5. HNF-1 (MODY 5)

      6. NeuroD1 (MODY 6)

MODY seperti DM tipe 2 yang disebabkan oleh kelainan gen autosomal dominan dan

terjadi pada usia muda dengan riwayat DM dalam keluarga. MODY merupakan kelainan

genetik diwariskan melalui keturunan. MODY sering dibandingkan dengan DM tipe 2 dan

memiliki beberapa kesamaan gejala. Tetapi bagaimanapun, MODY tidak ada hubungannya

dengan obesitas, penderitanya biasanya muda dan tidak ada kaitannya dengan kelebihan berat

badan. Onset terjadi sebelum usia 25 tahun. Dapat terjadi dari satu generasi ke generasi

berikutnya dalam keluarga. MODY tidak selalu membutuhkan pengobatan insulin.

Manifestasi klinis yang digunakan untuk menegakkan diagnosis MODY :

Page 11: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Hiperglikemik ringan sampai sedang (tpically 130–250 mg/ dl, atau 7–14

mmol/ l) dan ditemukan sebelum usia 30 tahun. Tetapi bagaimanapun,

MODY masih dapat berkembang sampai dibawah usia 50 tahun.

Gejala awal sama seperti gejala DM pada umumnya.

Tidak ada autoantibodi atau kelainan autoimun lainnya.

Kadar insulin yang Persita rendah.

Tidak ada obesitas atau kelainan lainnya yang berhubungan dengan DM tipe

2.

Resistensi insulin jarang terjadi.

Adanya kista pada ginjal pasien juga sering ditemukan.

Non-transient neonatal DM5,6.

Diabetes Autoimun Laten pada Dewasa (LADA)

Latent Autoimmune Diabetes of Adults (LADA) adalah sebuah konsep yang

diperkenalkan pada tahun 1993 untuk menggambarkan slow-onset autoimun DM tipe 1 pada

dewasa. Biasanya individu dewasa yang menderita LADA sering salah didiagnosa menderita

DM tipe 2 karena mungkin pengaruh dari umur tetapi bukan etiologi. Pasien dengan LADA

memiliki gejala lebih sedikit dibanding DM tipe 2. Ciri khas lainnya adalah pada pasien

LADA ada kesulitan untuk mengontrol kadar glukosa darah menggunakan obat standar

hipoglikemi oral.

Pasien LADA memiliki marker autoimmun dalam darahnya seperti marker pada DM

tipe 1 tetapi bisanya pada awal diagnosis, pasien LADA tidak membutuhkan terapi insulin –

bukan insulin dependen. Tetapi ketika kelainan metaboliknya terus berlanjut, maka pasien

dengan LADA akan membutuh terapi insulin (insulin dependen) seperti pada DM tipe 1.

Gejala ketoasidosis juga mulai timbul pada keadaan lanjut pasien dengan LADA yang tidak

terkontrol.5

Berdasarkan The UK Prospective Diabetes Study menemukan bahwa antibodi

spesifik LADA dapat ditemukan pada 6% - 10% pasien yang didiagnosis menderita DM tipe

2. Diagnosis LADA ditegakkan ketika ditemukan peningkatan kadar marker autoantibodi

dalam darah pasien seperti pada DM tipe 1.

Karakteristik LADA yang mungkin dapat digunakan pada diferensial diagnosis :

Onset biasanya umur 25 tahun atau lebih tua.

Page 12: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Bergejala awal seperti DM tipe 2 pada orang yang bukan obese. (pasien

LADA biasanya memiliki berat badan yang ideal.

Sering tetapi tidak selalu, pasien LADA jarang memiliki riwayat DM tipe 2

dalam keluarganya.

Individu dengan LADA kelihatannya seperti resisten insulin.

HLA gen berhubungan dengan DM tipe 1 bukan DM tipe 2.

Biasanya sekitar 12 tahun setelah salah didiagnosa sebagai DM tipe 2, pasien

LADA akan dependen insulin.5,6

Penatalaksanaan

Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obat–obat yang di

minum) dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).

A. Macam-macam Obat Hipoglikemik Oral:

1) Golongan Insulin Sensitizing2

Biguanid

Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin.

Glitazone

Golongan Thiazolidinediones atau glitazone adalah golongan obat yang juga

mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas insulin.

2) Penghambar Alfa Glukosidase2

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam

saluran cerna sehingga dengan demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak

menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.

3) Golongan Sekretagok Insulin2

Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi

insulin oleh sel beta pancreas. Golongan ini meliputi sulfonylurea dan glinid.

Sulfonilurea

Sulfonylurea sering digunakan sebagai terapi kombinasi karena kemampuannya untuk

meningkatkan atau mempertahankan sekresi insulin.

Glinid

Repaglinid dapat menurunkan glukosa darah puasa walaupun mempunyai masa paruh

yang singkat karena lama menempel pada kompleks sulfonylurea sehingga dapat

menurunkan ekuivalen A1C pada SU. Sedang nateglinid mempunyai masa tinggal

lebih singkat dan tidak menurunkan glukosa darah puasa. Sehingga keduanya

Page 13: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

merupakan sekretagok yang khusus menurunkan glukosa postprandial dengan efek

hipoglikemik yang minimal.2

B. Insulin7

Insulin diberikan melalui subkutan dan digunakan pada semua pasien dengan diabetes

tipe 1 dan sebagian pasien dengan diabetes tipe 2. Obat hipoglikemik oral (misalnya

metformin) terkadang diberikan bersama terapi insulin untuk penderita diabetes tipe 2

untuk memperbaiki sensitivitas terhadap insulin.

Tabel 2. Mekanisme Kerja, Efek Samping Utama dan Pengaruh Terhadap A1C.

Non-medica mentosa

Modalitas yang ada pada penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari: terapi non

farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan

yang dikenal sebagai terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi berbagai

masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes yang dilakukan secara terus menerus.

kedua terapi farmakologis, yang meliputi pemberian obat ati diabetes oral dan injeksi

insulin.6,7

Page 14: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Terapi Gizi

Terapi gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang

didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan

individual.5

Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini antara lain:

1. menurunkan berat badan

2. menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik

3. menurunkan kadar glukosa darah

4. memperbaiki profil lipid

5. meningkatkan sensitivitas reseptor insulin

6. memperbaiki system koaguasi darah

Gambar 3. Rekomendasi nutrisi untuk pasien diabetes dewasa.

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :5

Karbohidrat

- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan

- Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi

- Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan sama

dengan makanan keluarga yang lain

- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi

- Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas

aman konsumsi harian (Accepted Dialy Intake)

Page 15: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

- Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan karbohidrat dalam sehari. Kalau

diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian

dari kebutuhan kalori sehari.

Lemak

- Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.Tidak diperkenankan

melebihi 30% total asupan energi.

- Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori

- Lemak tidak jenuh ganda < 10% , selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal

- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh

dan lemak trans antara lain : daging berlemak dan susu penuh (whole milk)

- Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari

Protein

- Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.

- Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging tanpa

lemak,ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, tempe

- Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB

perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

Natrium

- Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk

masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1 sendok

teh) garam dapur.

- Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam dapur.

- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet

seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

Serat

- Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi

cukup serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang

tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat dan bahan lain yang baik

untuk kesehatan

- Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/1000 kkal/hari

Page 16: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

Pemanis Alternatif

- Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan pemanis tak bergizi. Termasuk

pemanis bergizi adalah gula alkohol dan fruktosa.

- Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol.

- Dalam penggunaannya, pemanis bergizi perlu diperhitungkan kandungan kalorinya

sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

- Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek samping

pada lemak darah.

- Pemanis tak bergizi termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose,

neotame.

- Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily

Intake / ADI )

Kebutuhan Kalori

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang diabetes.

Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30

kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yai tu jenis

kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.2,5

Komplikasi

Komplikasi akut sebagai penyulit pada diabetes melitus adalah :

1. Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik

yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh

defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi

akut diabetes melitus (DM) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat.

Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat

sampai menyebabkan syok. Pada pasien KAD dijumpai pernapasan cepat dan dalam

(Kussmaul), berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir

kering), kadang-kadang disertai hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari hawa

napas tidak terlalu mudah tercium. Bila dijumpai kesadaran koma perlu dipikirkan

penyebab penurunan kesadaran lain (misalnya uremia, trauma, infeksi, minum

alkohol). Infeksi merupakan faktor pencetus yang paling sering.5

Page 17: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

2. Hiperosmolar Hiperglikemik non ketotik

Sindrom HHNK ditandai oleh hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai adanya

ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat, hiperglikemia berat dan seringkali

disertai gangguan neurologis dengan atau tanpa adanya ketosis. Perjalanan klinis

HHNK biasanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu (beberapa hari sampai

beberapa minggu), dengan gejala khas meningkatnya rasa haus disertai poliuri,

polidipsi dan penurunan berat badan. Koma hanya ditemukan kurang dari 10% kasus.

HHNK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM, yang mempunyai penyakit

penyerta yang mengakibatkan menurunnya asupan makanan.5

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia pada pasien diabetes tipe 1 (DMT 1) dan diabetes tipe 2 (DMT 2)

merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah

normal atau mendekati normal. Tidak ada definisi kendali glukosa darah yang baik

dan lengkap tanpa menyebutkan bebas dari hipoglikemia. Risiko hipoglikemia timbul

akibat ketidaksempurnaan terapi saat ini, di mana kadar insulin di antara dua makan

dan pada malam hari meningkat secara tidak proporsional dan kemampuan fisiologis

tubuh gagal melindungi batas penurunan glukosa darah yang aman. Faktor paling

utama yang menyebabkan hipoglikemia sangat penting dalam pengelolaan diabetes

adalah ketergantungan jaringan saraf pada asupan glukosa yang berkelanjutan.5

Penyulit Menahun :

1. Makroangiopati :

a. Pembuluh darah jantung

b. Pembuluh darah tepi

c. Pembuluh darah otak

Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes. Biasanya terjadi

dengan gejala tipikal intermittent claudicatio, meskipun sering tanpa gejala.

Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul.2

2. Mikroangiopati :

a. Retinopati diabetik

Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko dan

memberatnya retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah timbulnya retinopati.2

b. Nefropati diabetik

Page 18: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

- Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko

nefropati.2

- Pembatasan asupan protein dalam diet (0,8 g/kg BB) juga akan mengurangi

risiko terjadinya nefropati.2

3. Neuropati

a. Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer,berupa hilangnya

sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinyaulkus kaki dan amputasi.2

b. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan

lebih terasa sakit di malam hari.2

c. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining

untuk mendeteksi adanya polineuropati distal dengan pemeriksaan neurologi

sederhana, dengan monofilamen 10 gram. Dilakukan sedikitnya setiap tahun.2

d. Apabila diketemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang

memadai akan menurunkan risiko amputasi.2

Pencegahan

Pencegahan terdiri dari :2,5

1. Pencegahan primer

2. Pencegahan sekunder

3. Pencegahan tersier

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor

risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan

kelompok intoleransi glukosa. 2,5

Pencegahan sekunder upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien

yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan

tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. Dalam upaya

pencegahan sekunder program penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan

kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan dan dalam menuju perilaku sehat.

Penyuluhan untuk pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Penyuluhan

dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu diulang pada setiap kesempatan

pertemuan berikutnya. Salah satu penyulit DM yang sering terjadi adalah penyakit

kardiovaskular, yang merupakan penyebab utama kematian pada penyandang diabetes. Selain

pengobatan terhadap tingginya kadar glukosa darah, pengendalian berat badan, tekanan

Page 19: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

darah, profil lipid dalam darah serta pemberian antiplatelet dapat menurunkan risiko

timbulnya kelainan kardiovaskular pada penyandang diabetes. 2,5

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami

penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Pada pencegahan tersier ini

upayanya adalah dengan melakukan penyuluhan. 2,5

Prognosis

Sepanjang dapat dikontrol dengan baik, prognosis DM dapat memuaskan. Selain itu

juga ketaatan pasien sangat menentukan juga prognosis kelainan ini. Kadar glukosa darah

harus dijaga agar selalu optimal; tidak berlebihan ataupun kekurangan. Pencegahan atau

penanganan komplikasi yang cepat juga dapat menurunkan angka mortalitas dari penyakit ini.

Kesimpulan

Diabetes melitus terutama yang tipe 2 merupakan kelainan metabolik gabungan dari

penurunan sekresi insulin, peningkatan resistensi insulin dan pembentukan glukosa

berlebihan. Manifestasi utamanya adalah kadar glukosa darah yang sangat tinggi. Diagnosis

DM 2 ditegakkan berdasarkan klasifikasi ADA dengan melihat kadar GDS ataupun GDP dan

juga gejala klasik DM. Maka berdasarkan keluhan utama, pemeriksaan fisik dan penunjang

dapat disimpulkan bahwa pasien menderita DM tipe 2.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gleadle J. At a glance : anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h.

99

2. Karam JH, Forsham PH. Hormon-hormon pankreas dan diabetes melitus. Dalam:

Greenspan FS, Baxter JD, editor. Endokrinologi dasar dan klinis. Edisi ke-4. Jakarta:

EGC; 2008.h.754-72.

3. Nelson WE, Behrman ER, Kliegman R, Arvin MA. Nelson ilmu kesehatan anak.

Volume 2. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2012.h.1658-63, 1455-8.

4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Volume 2. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;

2006.h.1261-70.

5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam; 2009.h.1880-82, 1900-13.

Page 20: Rambu Fergie Makalah DM Tipe 2

6. Powers AC. Diabetes melitus. In: Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th ed.

USA: McGraw-Hill; 2008.p.2293.

7. Achmad T, Sutisna H, Kurniawan A.N. Diabetes melitus. Buku saku dasar patologi

penyakit. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2004.h.557- 8.