Rahayu Septianingsih

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    1/139

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    2/139

    i

    ABSTRAK

    Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam ini dibangun

    dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Sedangkan dalam perancangannya

    digunakan pemodelan sistem antara lain, diagram use case, class diagram, diagram

     sequence, dan diagram aktifitas.

    Dengan dimanfaatkannya aplikasi perhitungan harta waris dibidang komputer

    maupun internet maka akan lebih memudahkan dalam proses perhitungan harta waris

    yang dapat dilakukan secara cepat daripada perhitungan ilmu waris yang terdapat

    dalam buku dan melakukan perhitungan secara manual.

    Maka dengan aplikasi perhitungan harta waris ini orang yang awam dengan

    ilmu waris dapat dengan mudah menggunakannya.

    Kata Kunci  : Ilmu waris, perhitungan, dan PHP.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    3/139

    ii

    ABSTRACT

    This report of calculation heir wealth follow law islam with PHP. Althought,

    modeling systems design are use case diagram, class diagram, sequence diagram and

    activities diagram.

    With used application calculation heir wealth computer or internet field, then

    more easy process inside calculation heir wealth the thing which can fast manner

    from in the book and calculation manual.

    Then with application calculation heir wealth this is user friendly.

    Keyword : Heir Knowledge, Calculation, PHP

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    4/139

    iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan tugas akhir

    dari mahasiswa berikut ini:

     Nama : Rahayu Setianingsih

     NIM : 01502-046

    Fakultas : Ilmu Komputer

    Jurusan : Teknik Informatika

    Judul : Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam

    Menggunakan PHP

    Telah disidangkan, diperiksa, dan disetujui sebagai laporan tugas akhir.

    Jakarta, Agustus 2009

    Menyetujui,

    (Drs. Achmad Kodar, ST., MT) 

    Pembimbing I Tugas Akhir

    Menyetujui,

    (Nur Ani, ST, MMSI)

    Pembimbing II Tugas Akhir

    Mengesahkan,

    (Abdusy Syarif, ST., MT)

    Ketua Program Studi

    Teknik Informatika 

    Mengetahui,

    (Devi Fitrianah, SKom, MTI)

    Koordinator Tugas Akhir

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    5/139

    iv

    LEMBAR PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

     Nama : Rahayu Setianingsih

     NIM : 01502-046

    Fakultas : Ilmu Komputer

    Program Studi : Teknik Informatika

    Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul :

    Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP

    Adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri, dan bukan

    merupakan jiplakan, kecuali kutipan-kutipan yang berasal dari sumber-sumber yang

    tercantum pada Daftar Pustaka.

    Jakarta, Agustus 2009

    Rahayu Setianingsih

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    6/139

    v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirobbil „Alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan

    kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya, sehingga laporan

    Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada

    Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang tetap

    istiqomah hingga yaumil akhir nanti.

    Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Aplikasi Perhitungan Harta Waris

    Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP” ini dibuat untuk memenuhi salah satu

    syarat kelulusan pada Program Studi Strata 1 (S1) Teknik Informatika Universitas

    Mercu Buana.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas

    Akhir ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

    sangat diharapkan.

    Dalam proses penulisan laporan Tugas Akhir ini juga banyak terdapat

    hambatan dan kesulitan-kesulitan penulis alami. Namun, meskipun demikian berkat

    usaha dan niat yang kuat serta usaha penulis dan juga dorongan dari berbagai pihak

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    7/139

    vi

    yang diberikan kepada penulis, laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud sehubungan

    dengan hal tersebut, maka sudah sepatutnya apabila ada kesempatan ini penulis

    menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1.  Kedua orangtuaku yang tercinta beserta kakak dan adikku, atas segala

    dukungan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini.

    2.  Bapak Abdusy Syarif, ST, MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik

    Informatika dan Ibu Devi Fitrianah, SKom, MTI. Selaku Koordinator Tugas

    Akhir

    3. 

    Bapak Drs.Achmad Kodar, ST, MT. Selaku Pembimbing I dan Ibu Nur Ani,

    ST, MMSI. Selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu penyusun

    dalam membuat laporan Tugas Akhir ini sampai selesai.

    4.  Bapak Raka Yusuf, ST, MKom. Selaku Koordinator Angkatan 2002 yang

    telah banyak memberikan masukan, juga dukungan moril.

    5.  Dosen-dosen beserta para Staf yang telah memberikan ilmunya dan arahan

    dalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini.

    6.  Sepupu-sepupuku, khususnya Yuni Anggrarini yang terus memberi semangat

    untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

    7.  Sahabat terbaikku : Indri Siti Nurjanah dan Siti Rubi Adni, S.Kom yang telah

     banyak membantu serta penyemangat dalam menyelesaikan laporan Tugas

    Akhir ini.

    8.  Akbar, Pandu Handoko, ST, Dede Sulaeman, S.Kom dan teman-teman

    ikhwan lainnya yang telah membantu dalam coding , buku, serta memberikan

    tausyiah kepada saya untuk tetap semangat dalam mengerjakan laporan Tugas

    Akhir ini.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    8/139

    vii

    9.  Teman-teman seperjuangan Teknik Informatika angkatan 2002 : Rapiah

     Nurkholifah, S.Kom, Ria Angelia, Rohani, S.Kom, Ika Puji Astuti, S.Kom,

    dan yang lainnya… 

    10. Teman-teman akhwat 2002 : Fadhilatul Ilmi, SE, Listya Kurniati, ST,

    Maryati, SE dan Eka Novianti, SE yang telah memberikan tausyiahnya.

    11. Semua pihak yang banyak membantu dalam penulisan Tugas Akhir dan tidak

    dapat disebutkan satu persatu.

    Semoga Allah membalas kebaikannya, dan semoga apa yang telah saya

    tuangkan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi pada khususnya

    dan para pembaca pada umumnya.

    Jakarta, Agustus 2009

    Rahayu Setianingsih

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    9/139

    viii

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ................................................................................................ i

    ABSTRACT ............................................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii

    LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ............................................................................... v

    DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    1.1  Latar Belakang ................................................................................. 1

    1.2 

    Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

    1.3 

    Ruang Lingkup .................................................................................. 2

    1.4  Batasan masalah ............................................................................... 4

    1.5  Metodologi Penelitian ...................................................................... 4

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    10/139

    ix

    1.6  Sistematika Penulisan ....................................................................... 5

    BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 7

    2.1 Sekilas Tentang Ilmu Waris ……………………………………….. .. 7

    2.2 Dasar-dasar Pewarisan Islam ………………………………………...  8

    2.2.1 Rukun dan Syarat Kewarisan ………………………………… . 10

    2.2.2 Hal-Hal Yang Menggugurkan Hak Mewarisi ………………….  11

    2.2.3 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi ……………………………  12

    2.3 Para Ahli Waris dan Bagian-Bagiannya ……………………………..  13

    2.3.1 Para Ahli Waris…………………………………………………  13

    2.3.2 Hijab dan Mahjub ………………………………………………  15

    2.3.3 Ahli Waris Yang Menjadi Ashobah ……………………………  19

    2.3.4 Bagian Masing-Masing Ahli Waris ……………………………  21

    2.3.5 Masalah „ Aul  dan Radd  ………………………………………..  26

    2.3.5.1 Masalah „ Aul  …………………………………………..  26

    2.3.5.2 Masalah Radd  ………………………………………….  26

    2.3.6 Kakek Bersama Saudara ……………………………………….  27

    2.4 Metodologi Rekayasa Perangkat Lunak ……………………………..  28

    2.5 Unified Modelling Language ………………………………………...  30

    2.5.1 Diagram Use Case ……………………………………………...  32

    2.5.2 Diagram Sequence ……………………………………………...  33

    2.5.3 Pemodelan Diagram Aktifitas …………………………………..  34

    2.5.4 Class Diagram …………………………………………………..  35

    2.6 Interaksi Manusia dan Komputer ……………………………………..  36

    2.7 Pengujian ……………………………………………………………...  38

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    11/139

    x

    2.7.1 Pengujian White Box ……………………………………………  38

    2.7.1.1 Pengujian Basis Path …………………………………….  38

    2.7.1.2 Kompleksitas Siklomatis ………………………………..  40

    2.7.2 Pengujian Black Box ……………………………………………  41

    2.8 Konsep Dasar PHP ……………………………………………………  42

    2.8.1 Struktur Program PHP …………………………………………..  43

    BAB III ANALISA DAN RANCANGAN ………………………………  45

    3.1 Analisis ………………………………………………………………..  45

    3.1.1 Analisa Masalah …………………………………………………  45

    3.2 Pemecahan Masalah …………………………………………………...  60

    3.3 Perancangan Aplikasi ………………………………………………….  61

    3.3.1 Pemodelan Diagram Use Case …………………………………..  61

    3.3.2 Class Diagram …………………………………………………...  63

    3.3.3 Pemodelan Diagram Sequence …………………………………..  63

    3.3.4 Pemodelan Diagram Aktifitas ……………………………………  67

    3.4 Perancangan Antarmuka Pemakai ……………………………………..  73

    BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

    4.1 Implementasi …………………………………………………………..  80

    4.1.1 Implementasi Antarmuka ………………………………………..  81

    4.2 Pengujian ………………………………………………………………  87

    4.2.1 Hasil Pengujian …………………………………………………..  89

    4.2.2 Analisis Hasil Pengujian ………………………………………….  90

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan ………………………………………………………….  91

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    12/139

    xi

    5.2 Saran …………………………………………………………………  92

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 93

    LAMPIRAN LISTING PROGRAM ..................................................... L-1

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    13/139

    xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Model Waterfall  …………………………………………….  30

    Gambar 2.2 Notasi Diagram Aliran ……………………………………...  39

    Gambar 2.3.(a) Bagan Alir ……………………………………………….  39

    Gambar 2.3.(b) Grafik Alir ……………………………………………….  40

    Gambar 3.1 Diagram Use Case Aplikasi Untuk User  …………………….  61

    Gambar 3.2 Class Diagram ............................................…………………...  63

    Gambar 3.3 Diagram Sekuensial Sub Menu About Us .…………………..  64

    Gambar 3.4 Diagram Sekuensial Sub Menu Terms Of Use ………………  65

    Gambar 3.5 Diagram Sekuensial Sub Menu Contact Us ………………….  65

    Gambar 3.6 Diagram Sekuensial Sub Menu Perhitungan Waris ………….  66

    Gambar 3.7 Diagram Sekuensial Sub Menu Keterangan Ilmu Waris ……..  66

    Gambar 3.8 Diagram Sekuensial Sub Menu Studi Kasus ………………….  67

    Gambar 3.9 Diagram Aktifitas Pada Menu Utama ………………………...  68

    Gambar 3.10 Diagram Aktifitas Pada Menu About Us ……………………  68

    Gambar 3.11 Diagram Aktifitas Pada Menu Terms Of Use ………………  69

    Gambar 3.12 Diagram Aktifitas Pada Menu Contact Us ………………….  70

    Gambar 3.13 Diagram Aktifitas Pada Menu Perhitungan Waris ………….  71

    Gambar 3.14 Diagram Aktifitas Pada Menu Keterangan Ilmu Waris ……..  72

    Gambar 3.15 Diagram Aktifitas Pada Menu Studi Kasus ………………….  73

    Gambar 3.16 Perancangan Antarmuka Home ……………………………..  74

    Gambar 3.17 Perancangan Antarmuka About Us …………………………  75

    Gambar 3.18 Perancangan Antarmuka Term Of Use……………………...  75

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    14/139

    xiii

    Gambar 3.19 Perancangan Antarmuka Contact Us ………………………..  76

    Gambar 3.20 Perancangan Antarmuka Perhitungan Warisan …………….  77

    Gambar 3.21 Perancangan Antarmuka Pilih Ahli Waris ………………….  77

    Gambar 3.22 Perancangan Antarmuka Bagian Ahli Waris ……………….  78

    Gambar 3.23 Perancangan Antarmuka Studi Kasus ………………………  79

    Gambar 4.1 Halaman Home ……………………………………………….  81

    Gambar 4.2 Halaman About Us ……………………………………………  82

    Gambar 4.3 Halaman Terms Of Use ……………………………………….  83

    Gambar 4.4 Halaman Contact Us …………………………………………..  83

    Gambar 4.5 Halaman Perhitungan Waris …………………………………..  84

    Gambar 4.6 Halaman Pilih Ahli Waris …………………………………….  85

    Gambar 4.7 Halaman Bagian Warisan …………………………………….  85

    Gambar 4.8 Halaman Keterangan Ilmu Waris …………………………….  86

    Gambar 4.9 Halaman Studi Kasus …………………………………………  87

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    15/139

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Jenis Diagram Resmi UML ……………………………………..  31

    Tabel 2.2 Notasi Pemodelan Diagram Use Case …………………………..  32

    Tabel 2.3 Notasi Pemodelan Diagram Sequence …………………………..  33

    Tabel 2.4 Simbol-Simbol Pada Activity Diagram …………………………  34

    Tabel 3.1 Kasus Pertama …………………………………………………..  46

    Tabel 3.2 Kasus Kedua ……………………………………………………  47

    Tabel 3.3 Kasus Ketiga ……………………………………………………  47

    Tabel 3.4 Kasus Keempat ………………………………………………..  48

    Tabel 3.5 Kasus Kelima …………………………………………………..  48

    Tabel 3.6 Kasus Keenam …………………………………………………..  49

    Tabel 3.7 Kasus Ketujuh …………………………………………………..  49

    Tabel 3.8 Kasus Kedelapan ………………………………………………..  50

    Tabel 3.9 Kasus Kesembilan………………………………………………..  50

    Tabel 3.10 Kasus Kesepuluh………………………………………………..  51

    Tabel 3.11 Kasus Kesebelas………………………………………………..  51

    Tabel 3.12 Kasus Kedua Belas……………………………………………..  51

    Tabel 3.13 Kasus Ketiga Belas……………………………………………..  52

    Tabel 3.14 K asus Keempat Belas…………………………………………..  52

    Tabel 3.15 Kasus Kelima Belas……………………………………………  53

    Tabel 3.16 Kasus Keenam Belas………………………………………….. 53

    Tabel 3.17 Kasus Ketujuh Belas…………………………………………….  54

    Tabel 3.18Kasus Kedelapan Belas…………………………………………..  54

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    16/139

    xv

    Tabel 3.19 Kasus KesembilanBelas…………………………………………  55

    Tabel 3.20 Kasus Keduapuluh………………………………………………  55

    Tabel 3.21 Kasus Keduapuluh Satu…………………………………………  55

    Tabel 3.22 Kasus Keduapuluh Dua…………………………………………  56

    Tabel 3.23 Kasus Keduapuluh Tiga……………………………………….. 56

    Tabel 3.24 Kasus Keduapuluh Empat ……………………………………..  57

    Tabel 3.25 Kasus Keduapuluh Lima ………………………… ..………….. 57

    Tabel 3.26 Kasus Keduapuluh Enam ………………………………………  58

    Tabel 3.27 Kasus Keduapuluh Tujuh ………………………………………. 58

    Tabel 3.28 Kasus Keduapuluh Delapan …………………………………….  59

    Tabel 3.29 Kasus Keduapuluh Sembilan …………………………………..  59

    Tabel 3.30 Kasus Ketigapuluh ..…………………………………………….  60

    Tabel 4.1 Skenario Pengujian …………………………………………… .. 88

    Tabel 4.2 Hasil Pengujian ………………………………………………….  89

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    17/139

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pemanfaatan komputer semaksimal mungkin dengan menggunakan program

    aplikasi akan dapat memberikan hasil pengolahan data yang lebih terfokus pada

    objek yang sangat tergantung pada perhitungan matematis, sehingga ketepatan dan

    ketelitian angka dapat terpenuhi.

    Setidaknya terdapat 2 (dua) buah keuntungan yang mendasar mengenai

    sistem komputerisasi ini, yaitu pertama akurasi data. Akurasi data dalam pencatatan

    secara manual, besar kemungkinan terjadinya kesalahan akibat kelalaian manusia

    yang bersifat teknis. Sedangkan dengan cara komputerisasi dapat meminimalkan

    kesalahan tersebut bahkan dapat lebih sempurna.  Kedua, ketepatan dan kecepatan

    dalam proses teknik pemasukan data. Disisi lain bila terjadi kesalahan, proses

     perbaikan dan koreksi data lebih cepat.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    18/139

      2

    Penulis berkeinginan untuk membuat sebuah Aplikasi Perhitungan Harta

    Waris Menurut Hukum Islam  yang dapat memecahkan persoalan dengan cepat

    dan akurat. Sehingga dengan diterapkannya sistem perhitungan harta warisan

    tersebut dengan aplikasi komputer, maka tidak hanya para ahli ilmu waris saja yang

    mengetahui tentang proses hasil perhitungan harta warisan, namun bagi kalangan

    awampun dapat juga melakukan perhitungan harta warisan yang tentunya orang

    tersebut mempunyai pengetahuan dasar tentang operasional komputer.

    .Dalam pelaksanaannnya program ini dirancang dan dibuat dengan bantuan

     bahasa pemrograman PHPTriad.

    1.2 Tujuan Penulisan

    Tujuan perancangan Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum

    Islam adalah untuk membuat suatu aplikasi yang dapat mempermudah perhitungan

     pembagian harta warisan. Aplikasi perhitungan harta waris menurut hukum islam ini

    dapat juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai media pembelajaran

    dan aplikasi ini juga dapat digunakan pada lembaga pengambil keputusan tentang

    harta warisan seperti Lembaga Peradilan Agama.

    1.3 

    Ruang Lingkup

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup

     permasalahan pada menerapkan ilmu  faraidh  ke dalam aplikasi komputer dengan

     batasan sebagai berikut:

    1.  Proses perhitungan harta warisan berdasarkan hukum islam dengan

    menginformasikan jumlah bagian pihak-pihak ahli waris dengan batasan:

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    19/139

      3

    a.  Hierarki ke atas adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal yaitu

    Kakek/Nenek (Orang Tua)

     b. 

    Hierarki ke bawah adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal Cucu

    (keturunan)

    c.  Hierarki ke samping adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal yaitu

    Saudara/Paman

    2.  Dalam hal pembagian harta warisan ini penulis lebih mengacu pada

     petunjuk/paham para Ulama, Sahabat Nabi, Nabi Muhammad, dan ketentuan

     pokok yang sudah ditentukan dalam Al-Quran dan Hadits. Diantara rujukan atau

    acuan dari Ulama dan Sahabat Nabi Muhammad SAW adalah:

    a.  Masalah Al-Gharawain, yaitu ketentuan pembagian harta warisan jika ahli

    warisnya terdiri dari bapak, ibu dan suami/istri, merujuk kepada pendapat Ali

     bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.

     b. 

    Masalah Musyarokah/Musyarikah yaitu apabila ahli waris terdiri dari suami,

    ibu, saudara sekandung, dan saudara seibu, maka bagian saudara-saudara

    yang 1/3 dibagi diantara mereka, merujuk kepada pendapat Umar, Usman

    Zaid dan Imam Tsauri serta Imam Syafi’i. 

    c.  Masalah ‘Aul (kekurangan) yaitu jika jumlah harta warisan mengalami

    kekurangan sesuai dengan jumlah bagian yang harus diterima setelah melalui

     perhitungan, hal ini merujuk kepada sahabat Umar bin Khattab dengan Zaid

     bin Tsabit dan Abbas bin Abdul Muthalib.

    d. 

    Masalah Rodd (kelebihan) yaitu kebalikan dari masalah ‘Aul yaitu dengan

    tetap menyertakan ahli waris suami/istri, hal ini mengacu pendapat sahabat

    Utsman bin Affan.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    20/139

      4

    e.  Masalah kakek dengan saudara sekandung/sebapak, yaitu dengan lebih

    mempertimbangkan bagian kakek lebih diuntungkan dari bagian saudara

    sekandung/sebapak, hal ini mengacu pendapat Ali bin Abu Thalib, Ibnu

    Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin

    Hambal.

    1.4 Batasan Masalah

    Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu bagaimana

    mengintegrasikan konsep ilmu faraidh (ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian

    harta warisan) ke dalam bahasa pemrograman komputer sehingga dapat membantu

    masyarakat menyelesaikan perhitungan harta waris menurut hukum islam

     berdasarkan 30 contoh-contoh kasus yang terdapat dalam buku hukum waris penerbit

    senayan, dengan menggunakan PHP sebagai program aplikasi interface. Pada

    aplikasi ini tidak menggunakan database.

    1.5 Metodologi Penelitian

    Dalam penelitian ini ada kegiatan utama, yaitu:

    1.  Metode pengumpulan data

    Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data yang dipergunakan

    sebagai bahan pembuatan sistem:

    a. 

    Studi Literatur

    Yaitu dengan melakukan pencarian data lewat literatur misalnya buku-

     buku, artikel-artikel dan lain-lain.

    2.  Jenis dan sumber data yang digunakan

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    21/139

      5

    a.  Data Sekunder

    Merupakan data tentang pokok-pokok ilmu faraidh yang dikumpulkan

    secara tidak langsung dari narasumber dimana data tersebut diperoleh dari

     buku-buku, artikel-artikel, laporan-laporan yang dibaca oleh penulis.

    3.  Metode perancangan Program

    Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan

    model Waterfall   sebagai metodologi penyelesaian masalah.  Model tersebut 

     berisi rangkaian aktifitas proses yang disajikan dalam proses yang terpisah.

    Rangkaian aktifitas proses tersebut adalah penentuan dan analisis spesifikasi

    kebutuhan, sistem dan desain perangkat lunak, impementasi dan uji coba

    unit, integrasi dan uji sistem, Operasi dan pemeliharaan (Arief Hamdani,

    1999:1). Berikut di bawah ini rangkaian aktivitas proses dalam model

    Waterfall :

    a. 

    Penentuan dan analisis kebutuhan

     b.  Sistem dan desain perangkat lunak

    c.  Implementasi dan uji coba unit

    d.  Integrasi dan uji sistem

    e.  Operasi dan pemeliharaan

    1.6 Sistematika Penulisan

    BAB I Pendahuluan

    Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan

    masalah, ruang lingkup, tujuan penulisan, metodologi penelitian dan

    sistematika penulisan.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    22/139

      6

    BAB II Landasan Teori

    Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang harta warisan

     berdasarkan hukum islam, dasar-dasar pewarisan islam, para ahli

    waris dan bagian-bagiannya, metodologi rekayasa perangkat lunak,

    konsep dasar PHPTriad, dan gambaran umum tentang teori yang

    dipakai dalam pembuatan aplikasi ini.

    BAB III Analisis dan Perancangan

    Pada bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

    analisa masalah, analisis kebutuhan sistem, rancangan proses

    implementasi, dan perancangan antarmuka

    BAB IV Implementasi dan Pengujian

    Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi sistem aplikasi dan

     prosedur aplikasi yang telah dibuat.

    BAB V Penutup

    Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap

    rancangan aplikasi yang dibuat. Kesimpulan dan saran-saran ini

    dibuat dari hasil pembahasan yang telah dilakukan bahwa aplikasi ini

    dapat digunakan secara maksimal dan efektif.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    23/139

     

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Sekilas Tentang Ilmu Waris

    Kata warisan  yang sudah populer didalam bahasa Indonesia asanya dari

     bahasa arab yaitu “waratsa” yang mengandung pengertian perpindahan berbagai hak

    dan kewajiban tentang kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada orang lain

    yang masih hidup. (Drs. Muslich Maruzi : 1981).

    Oleh karena ilmu ini lebih banyak membicarakan hak-hak ahli waris yang

    telah di tentukan kadarnya secara pasti maka di kalangan  fuqoha  (ahli fiqh) lebih

     populer dengan nama faraidh yaitu “ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian

    harta warisan. Pengetahuan tentang cara perhitungan, yang dapat menyampaikan

    kepada pembagian harta warisan dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang

    wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak waris”. Ini mengandung

     pengertian bahwa bagian masing-masing ahli waris telah di tetapkan secara pasti oleh

    nash Al-Qur‟an dan hadits. 

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    24/139

      8

    Harta warisan atau maurutsun  kadang-kadang di artikan sama dengan harta

     peninggalan atau tirkah. Namun oleh kalangan ulama tirkah mempunyai pengertian

    yang lebih luas yaitu segala apa yang di tinggalkan oleh simati, yang mencakup

    seluruh harta dari tanggungan yang berpautan dengan orang lain, termasuk yang

    digunakan untuk perawatan kematiannya, untuk pelunasan hutang-hutang dan

     pelaksanaan wasiatnya. Sedang maurust   hanya sisa peninggalan setelah digunakan

    untuk membayar tanggungan-tanggungan tersebut. Sisa inilah yang kemudian

    dibagikan kepada ahli warisnya.

    2.2 Dasar-dasar Pewarisan Islam

    Didalam ajaran agama Islam masalah pewarisan telah ditetapkan diantaranya

    didalam kitab suci al-Qur‟an surat al-ahzab ayat 6 yang artinya: “...dan orang-orang

     yang mempunyai hubungan darah sebagiannya adalah lebih berhak daripada

     sebagian yang lain didalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin muhajirin

    kecuali kalau kamu ingin berbuat baik kepada saudara-saudaramu...” (Q.S. Al-

    Ahzab :6)

    Adapun dasar-dasar kewarisan menurut hukum islam atau yang disebut juga

    ashabul Mirats yaitu:

    1. Qarabah

    Pertalian hubungan darah adalah dasar pewarisan yang utama atau sanak

    kerabat. Pertalian lurus keatas disebut ushul , yaitu leluhur yang menyebabkan adanya

    simati, termasuk ibu, bapak, kakek, nenek dan seterusnya. Pertalian lurus kebawah

    disebut  furu’ , yaitu anak keturunan dari simati, termasuk anak-anak, cucu, cicit dan

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    25/139

      9

    seterusnya. Pertalian menyamping disebut hawasyi, yaitu saudara-saudari, paman,

     bibi, keponakan, sepupu dan seterusnya.

    Ahli waris sebagai akibat hubungan kerabat, bila ditinjau dari segi bagian

     penerimaannya dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam yaitu :

    a.   Ashabul Furudhil Nasabiyyah

    Yaitu golongan ahli waris yang mendapatkan bagian-bagian tertentu, misalnya

    1/2, 1/3, dan seterusnya.

    b. 

     Ashabah Nasabiyyah

    Yaitu golongan ahli waris yang tidak memperoleh bagian tertentu, tetapi

    mendapatkan sisa bagian ashabul   furudh. Bila ashabul furudh tidak ada, ashobah

    mendapatkan seluruh harta warisan. Tetapi bila harta warisan habis dibagi oleh

    ashabul furudh, ashabah tidak mendapatkan apa-apa.

    Ada golongan yang mendapatkan ashabul furudh dan ashabah bersama-sama.

    c. 

     Dzawil Arham

    Yaitu kerabat yang agak jauh hubungan nasabnya dengan simati. Golongan ini

    tidak termasuk golongan tersebut di atas.

    1.  Semenda ( Mushoharoh)

    Perkawinan yang syah menurut syariat, menyebabkan adanya saling mewarisi

    antara suami dan istri, apabila diantara keduanya ada yang meninggal pada

    waktu perkawinannya masih utuh atau dianggap utuh (talak raj’i yang dalam

    masih iddah). Suami dan istri mendapat  furudhul maqoddaroh yang telah

    ditetapkan oleh  syara’   yakni 1/2 (setengah), 1/4 (seperempat), 1/8

    (seperdelapan)

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    26/139

      10

    2.  Wala’  

    Yang dimaksud dengan wala’   disini adalah kerabat menurut hukum yang

    timbul karena membebaskan buduk-budaknya, berarti ia telah merubah status

    hukum orang yang semula tidak baik bertindak menjadi bertindak baik,

    termasuk memiliki dan mengelola harta bendanya sendiri. Oleh karena

    kenyataannya tidak ada perbudakan lagi maka sudah barang tentu hak wala’  

    tersebut diatas tidak ada.

    2.2.1 Rukun dan Syarat Kewarisan

    Adapun rukun atau sesuatu yang harus ada dari kewarisan ada 3 (tiga) yaitu:

    1.   Al-Muwarits, yaitu orang yang meninggal dunia, baik haqiqi maupun mati hukini

    yaitu suatu kematian yang dinyatakan oleh hakim karena adanya beberapa

     pertimbangan.

    2.   Al-warits, yaitu orang yang akan mewarisi harta warisan simati karena memilki

    dasar atau sebab kewarisan, seperti karena adanya hubungan nasab atau

     perkawinan atau hak perwalian dengan simati.

    3.   Mauruts, yaitu harta peninggalan simati yang sudah bersih setelah dikurangi

    untuk biaya wasiatnya yang tidak lebih dari 1/3 dari harta warisan.

    Adapun syarat-syarat kewarisan yaitu agar ahli waris berhak menerima

    warisan ada 3 (tiga), yaitu:

    1.  Matinya Muwarrits (orang yang mewariskan)

    Sebagai akibat kematian muwarrits ialah bahwa warisannya beralih dengan

    sendirinya kepada ahli warisnya degan persyaratan tertentu.

    2.  Hidupnya ahli waris disaat kematian muwarrits

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    27/139

      11

    Ahli waris yang akan menerima harta warisan disyaratkan ia harus benar-benar

    hidup pada saat muwarritsnya meninggal dunia. Persyaratan ini penting artinya

    terutama pada ahli waris yang mafqud  (hilang tidak diketahui beritanya) dan anak

    yang masih dalam kandungan ibunya, apakah ketika muwarritsnya meninggal

    dunia dia sudah hidup didalm kandungan muwarrits atau belum.

    3.  Tidak adanya penghalang-penghalang mewarisi

    Ahli waris yang akan menerima warisan harus diteliti dahulu apakah dia ada

    yang menggugurkan haknya yang berupa salah satu dari “mawani’il irsyi” yakni

     perbudakan, pembunuhan, berbeda agama.

    2.2.2 Hal-Hal Yang Menggugurkan Hak Mewarisi

     Mawani’il irsyi  atau penghalang hak mewarisi adalah hal-hal yang dapat

    menggugurkan hak ahli waris untuk mewarisi harta warisan pewarisnya, ada tiga

    macam, yaitu:

    1.  Pembunuhan

    Para ulama sepakat pendapatnya bahwa tindakan pembunuhan yang dilakukan

    oleh ahli waris terhadap pewarisnya.

    2.  Berlainan agama

    Dasar hukum berlainan agama sebagai mawani’il irsyi adalah hadits Rasul yang

     berbunyi “orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang

    kafirpun tidak dapat mewarisi harta orang muslim”. Yang dimaksud kafir adalah

     berlainan agama.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    28/139

      12

    3.  Perbudakan

    Seorang budak statusnya tidak bisa menjadi ahli waris, karena dipandang tidak

     baik mengurusi harta dan telah putus hubungan kekeluargaan dengan kerabatnya.

    Bahkan ada yang memandang budak statusnya sebagai harta milik tuannya. Dan

    ia juga tidak dapat mewariskan harta peninggalannya, sebab ia sendiri dan segala

    harta yang ada pada dirinya adalah milik tuannya.

    2.2.3 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi

    Harta peninggalan seseorang yang mati sebelum di bagikan kepada ahli

    warisnya, terlebih dahulu harus dibersihkan dari keperluan tertentu yaitu:

    1.  Biaya perawatan jenazah (tahjiz )

    Biaya-biaya yang diperlukan untuk perawatan jenazah mulai dari saat

    meninggalnya sampai penguburannya seperti biaya untuk memandikan, kafan,

    mengusung dan menguburkannya diambilkan dari harta peninggalan simati.

    2.  Hak-hak yang terkait dengan harta waris

    Termasuk dalam hak-hak ini adalah hutang yang digadaikan, diyah jinayah 

    (denda tindakan kriminal) seorang budak, dan zakat yang diwajibkan pada harta

     benda sebelum menjadi tirkah

    3.  Pelunasan hutang-hutang simati

    Pelunasan hutang-hutang simati yang belum sempat dibayar sampai saat

    meninggalnya, maka harta peninggalannya harus digunakan untuk melunasi

    hutang-hutangnya. Hutang harus segera dibayar setelah selesai biaya tahjiz

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    29/139

      13

    4.  Pelaksanaan wasiatnya

    Yang dimaksud wasiat disini adalah pemberian sesuatu secara kebaikan yang

     pelaksanaannya ditangguhkan setelah sipemberi meninggal dunia. Sesuatu itu

     berupa harta atau manfaat yang diambilkan dari harta peninggalannya setelah

    tahjiz   selesai dan hutang-hutangnya dilunasi. Pelaksanaan wasiat tersebut

     jumlahnya tidak boleh lebih dari 1/3 hartanya, meskipun barangkali simati

    menghendaki lebih dari itu.

    2.3 Para ahli waris dan bagian-bagiannya

    2.3.1 Para ahli waris

    Para ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan orang yang

    meninggal dunia. Tetapi tidak seluruh ahli waris yang ada menerima harta warisan

    sebab para ahli waris yang lebih dekat kepada simati, dan ada yang lebih jauh.

    Para ahli waris jumlahnya ada 25 orang. Lima belas laki-laki dan sepuluh

    orang perempuan

    Lima belas orang ahli waris laki-laki urutannya adalah sebagai berikut:

    1.  Anak laki-laki

    2.  Bapak

    3.  Suami

    4.  Cucu laki-laki

    5.  Kakek

    6.  Saudara laki-laki sekandung

    7.  Saudara laki-laki sebapak

    8.  Saudara laki-laki seibu

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    30/139

      14

    9.  Anak laki-laki dari saudara (keponakan) sekandung

    10. Anak laki-laki dari saudara (keponakan) seayah

    11. Saudara laki-laki bapak (paman) yang sekandung

    12. Saudara laki-laki bapak (paman) sebapak

    13. Sepupu (misan) laki-laki sekandung, yaitu anak laki-laki paman yang sekandung

    14. Sepupu (misan) laiki-laki sekandung yaitu anak laki-laki paman yang sebapak

    15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak

    Jika ahli waris yang tersebut diatas semuanya ada, yang mendapat warisan

    dari mereka hanya tiga saja, yaitu:

    1.  Anak laki-laki

    2.  Bapak

    3.  Suami

    Ahli waris perempuan jumlahnya ada sepuluh orang, dengan urutan sebagai

     berikut:

    1.  Anak perempuan

    2.  Cucu perempuan dari garis anak laki-laki

    3.  Ibu

    4.  Istri

    5.  Saudara perempuan sekandung

    6.   Nenek dari garis ibu

    7.   Nenek dari garis bapak

    8.  Saudara perempuan sebapak

    9.  Saudara perempuan seibu

    10. Orang perempuan yang memerdekakan budak

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    31/139

      15

    Jika ahli waris perempuan yang tersebut diatas semuanyaada, maka yang

    mendapatkan warisan dari mereka hanya lima orang, yaitu:

    1.  Anak perempuan

    2.  Cucu perempuan

    3.  Istri

    4.  Ibu

    5.  Saudara perempuan sekandung

    Dan jika seluruh ahli waris yang jumlahnya 25 orang semuanya ada, maka

    hanya lima orang saja yang mendapat bagian sebagai ahli waris utama, yaitu:

    1.  Suami/Istri

    2.  Anak lelaki

    3.  Anak perempuan

    4.  Bapak

    5.  Ibu

    2.3.2 Hijab dan Mahjub

     Hijab  artinya dinding atau penutup atau penghalang bagi ahli waris yang

    semestinya mendapat bagian warisan menjadi tidak mendapat atau berkurang dari

     bagian warisan menjadi tidak mendapat atau berkurang dari bagian yang semestinya,

    karena masih ada ahli waris yang lebih dekat pertaliannya dengan orang yang

    meninggal itu.

    Orang yang menjadi penghalang disebut hajib, yaitu ahli waris yang lebih

    dekat dengan simati daripada yang terhalang. Orang yang menjadi terhalang di sebut

    nahjab.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    32/139

      16

     Hijab ada 2 (dua) macam, yaitu:

    1.   Hijab Nuqson

    Yaitu dinding yang mengurangi bagian ahli waris tertentu, karena ada ahli waris

    yang lain. Misalnya: bagian suami menjadi berkurang karena ada anak. Suami

     berhak mendapat bagian 1/2 harta almarhum istrinya, tetapi karena ada anak yang

    ditinggalkan bagian suami hanya 1/4 saja.

    2.   Hijab Hirman

    Yaitu dinding yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak mendapat bagian

    sama sekali karena ada ahli waris yang lebih dekat. Misalnya: cucu laki-laki tidak

    mendapat bagian sama sekali selama masih ada anak laki-laki.

    Ahli waris yang menjadi mahjub karena adanya hijab hirman adalah:

    1.  Kakek mahjub oleh bapak

    2.   Nenek garis ibu, mahjub oleh ibu

     Nenek garis bapak, mahjub oleh ibu dan juga bapak

    3.  Cucu laki-laki mahjub oleh anak laki-laki

    Cucu perempuan mahjub oleh anak laki-laki dan oleh anak perempuan lebih

    dari seorang (jika tidak bersama cucu laki-laki)

    4.  Saudara kandung (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh:

    a.  Anak laki-laki

     b.  Cucu laki-laki

    c.  Bapak

    5.  Saudara sebapak (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh:

    a.  Anak laki-laki

     b.  Cucu laki-laki

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    33/139

      17

    c.  Bapak

    d.  Saudara kandung laki-laki

    e.  Saudara sekandung perempuan beserta anak atau cucu perempuan

    6.  Saudara seibu (lak-laki atau perempuan) mahjub oleh:

    a.  Anak (laki-laki atau perempuan)

     b.  Cucu (laki-laki atau perempuan)

    c.  Bapak

    d.  Kakek

    7.  Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung mahjub oleh:

    a.  Anak laki-laki

     b.  Cucu laki-laki

    c.  Bapak

    d.  Paman

    e.  Saudara laki-laki sekandung

    f.  Saudara laki-laki sebapak

     g.  Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al

     ghoir

    8.  Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak mahjub oleh:

    a.  Anak laki-laki

     b.  Cucu laki-laki

    c.  Bapak

    d.  Paman

    e.  Saudara laki-laki sekandung

    f.  Saudara laki-laki sebapak

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    34/139

      18

     g.  Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al

     ghoir

    9.  Paman sekandung mahjub oleh:

    a.  Anak laki-laki

     b.  Cucu laki-laki

    c.  Bapak

    d.  Kakek

    e.  Saudara laki-laki sekandung

    f.  Saudara laki-laki sebapak

     g.  Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al

     ghoir

    10. Paman sebapak mahjub oleh:

    a.  Anak laki-laki

     b.  Cucu laki-laki

    c.  Bapak

    d.  Kakek

    e.  Saudara laki-laki sekandung

    f.  Saudara laki-laki sebapak

    g.  Anak laki-laki saudara sekandung

    h.  Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak

    i.  Paman sekandung (dengan bapak)

     j.  Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al

     ghoir  

    11. Anak laki-laki dari paman sekandung mahjub oleh:

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    35/139

      19

    a.  Anak laki-laki

     b.  Cucu laki-laki

    c.  Bapak

    d.  Kakek

    e.  Saudara laki-laki sekandung

    f.  Saudara laki-laki sebapak

    g.  Anak laki-laki saudara sekandung

    h.  Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak

    i.  Paman sekandung

     j.  Paman sebapak

    k.  Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al

     ghoir

    12. Anak laki-laki dari paman sebapak mahjub oleh:

    Sebelas orang tersebut diatas ditambah dengan anak laki-laki dari paman

    sekandung

    2.3.3 Ahli Waris Yang Menjadi Ashobah

     Ashobah menurut pengertian adalah ahli waris yang berhak menerima harta

    warisan sisa dengan tidak ditentukan bagiannya. Dengan demikian ia mungkin dapat

    menerima seluruh harta warisan bila tidak ada ahli waris lainnya atau mungkin hanya

    sisanya atau tidak mendapat sama sekali karena harta benda telah habis dibagikan

    oleh ashabul furudh.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    36/139

      20

     Ashobah ada 3 (tiga) macam, yaitu:

    1.   Ashobah binafsihi

    Yaitu orang yang karena dirinya sendiri berhak menerima warisan selaku

    ashobah, terdiri dari 14 (empat belas) orang, yaitu:

    a.  Anak laki-laki

     b.  Cucu laki-laki

    c.  Bapak

    d.  Kakek (dari pihak bapak)

    e.  Saudara laki-laki sekandund

    f.  Saudara laki-laki sebapak

    g.  Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

    h.  Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak

    i.  Paman yang sekandung dengan bapak

     j.  Anak laki-laki dari paman yang sekandung

    k.  Anak laki-laki dari paman sekandung

    l.  Anak laki-laki dari paman sebapak

    m.  Mu’tiq atau mu’tiqoh (orang yang memerdekakan hamba)

    n.   Ashobah dari mu’tiq atau mu’tiqoh 

    2.   Ashobah bilghoiri

    Yaitu orang yang menjadi ashobah beserta orang lain yang telah menjdi ashobah.

    Kalau orang lain tidak ada maka ia tidak menjadi ashobah. Kalau orang lain

    tidak ada maka ia tidak menjadi ashobah, melainkan menjadi ashabul furudh 

     biasa, diantaranya:

    a.  Anak perempuan beserta anak laki-laki

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    37/139

      21

     b.  Cucu perempuan beserta cucu laki-laki

    c.  Saudara perempuan sekandung beserta saudara laki-laki sekandung

    3.   Ashobah ma’al ghoiri 

    Yaitu orang yang menjadi ashobah  disebabkan ada orang lain yang bukan

    ashobah. Orang lain tersebut tidak ikut menjadi ashobah. Tetapi kalau orang lain

    tadi tidak ada, maka ia menjadi ashabul furudh biasa, yaitu:

    a.  Saudara perempuan sekandung

    Apabila ada ahli waris perempuan sekandung bersamaan dengan anak

     perempuan atau cucu perempuan, maka saudara perempuan sekandung tadi

    menjadi ashobah ma’al ghoir . Sesudah ahli warislain mengambil bagian

    masing-masing, sisanya menjadi bagian saudara perempuan tersebut.

     b.  Saudara perempuan sebapak

    Apabila ada ahli waris saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih)

     bersamaan dengan anak perempuan atau bersamaan dengan cucu perempuan

    maka saudara perempuan sebapak menjadi ashobah ma’al ghoir. 

    2.3.4 Bagian Masing-Masing Ahli Waris

    1.  Anak kandung bagiannya adalah:

    a.  1/2, jika anak perempuan sendirian tanpa laki-laki

     b.  2/3, jika anak perempuan 2 atau lebih dan tidak ada anak laki-laki

    c.   Ashobah, jika ada anak laki-laki

      Jika anak laki-laki lebih dari seorang maka seluruh ashobah  dibagi rata

    diantara mereka.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    38/139

      22

      Jika anak laki-laki lebih dari seorang dan anak perempuan maka bagian

    seluruh ashobah  dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian untuk

    seorang laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan

    2.  Cucu bagiannya sebagai berikut:

    a.  1/2 , jika cucu perempuan sendirian tanpa cucu laki-laki

     b.  2/3, jika cucu perempuan 2 orang atau lebih dan tidak ada cucu laki-laki

    c.  1/6, jika cucu perempuan bersama dengan seorang anak perempuan (sebagai

     penyempurnaan jumlah bagian 1/2), tanpa cucu laki-laki. Jika bersamaan

    dengan dua orang anak perempuan maka cucu perempuan tidak mendapat

     bagian.

    d.   Ashobah, jika ada cucu laki-lakinya

      Jika cucu laki-laki sendirian maka ia mendapat bagian ashobah

    seluruhnya

      Jika cucu laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh ashobah dibagi

    rata diantara mereka

      Jika ada cucu laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh ashobah 

    dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang cucu laki-laki

    sama dengan bagian dua orang cucu perempuan

    3.  Suami dan istri

    Bagian suami adalah:

    a.  1/2, jika tidak ada anak atau cucu

     b.  1/4, jika ada anak atau cucu

    Bagian istri adalah:

    a.  1/4, jika tidak ada anak atau cucu

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    39/139

      23

     b.  1/8, jika ada anak atau cucu

    4.  Bapak dan ibu

    Bagian bapak adalah:

    a.  1/6, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki

     b.  1/6 + ashobah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa ada anak

    laki-laki

    c.   Ashobah, jika tidak ada anak atau cucu

    Bagian Ibu adalah:

    a.  1/6, jika ada anak atau cucu

     b.  1/6, jika ada saudara lebih dari seoarang

    c.  1/3, jika tidak ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang

    Bagian bapak bersama ibu adalah:

    a.  Masing-masing 1/6, jika ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang

     b.  Ibu 1/3 dan bapak ashobah, jika tidak ada anak atau cucu atau saudara lebih

    dari seorang

    c.  Merupakan kekecualian dan ketentuan utama, yaitu apabila ahli warisnya

    terdiri dari bapak, ibu dan suami atau istri, dalam hal ini setelah di kurangi

    oleh bagian suami 1/2 atau bagian istri 1/4, maka ibu mendapat bagian 1/3

    dari sisa dan bapak 2/3 dari sisa, masalah ini dinamakan al-gharawain artinya

    dua yang sangat terang.

    5.  Saudara sekandung

    Jika tidak mahjub, maka bagian saudara sekandung adalah:

    a.  1/2, jika saudara sekandung sendirian tanpa saudara sekandung laki-laki

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    40/139

      24

     b.  2/3, jika saudara sekandung perempuan 2 orang atau lebih tanpa ada saudara

    sekandung laki-laki

    c.   Ashobah, jika ada saudara sekandung laki-laki. Jika saudara sekandung laki-

    laki sendirian maka ia menerima seluruh bagian ashobah

      Jika saudara sekandung laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh

    ashobah dibagi diantara mereka

      Jika ada saudara sekandung laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh

    ashobah, dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang

    saudara laki-laki sekandung sama dengan bagian dua orang saudara

     perempuan sekandung.

    6.  Saudara sebapak

    Kedudukan saudara sebapak adalah dibawah kedudukan saudara sekandung

    (sebagaimana kedudukan cucu dibawah anak, sehingga bagiannyapun serupa),

    yaitu jika tidak mahjub:

    a.  1/2, jika saudara sebapak perempuan sendirian tanpa saudara sebapak laki-

    laki

     b.  2/3, jika saudara sebapak perempuan dua orang atau lebih tanpa ada saudara

    sebapak laki-laki

    c.   Ashobah, jika ada saudara sebapak laki-laki. Jika saudara sebapak laki-laki

    sendirian maka ia menerima seluruh bagian ashobah

      Jika saudara sebapak laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh

    ashobah dibagi diantara mereka

      Jika saudara sebapak laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh

    ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang saudara

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    41/139

      25

    sebapak laki-laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan

    sebapak

    d.  Saudara sebapak permpuan menjadi ashobah ma’al ghoir   jika ada anak

     perempuan atau cucu perempuan tanpa laki-laki

    e.  Saudara sebapak perempuan (tanpa ada yang laki-laki) mendapat 1/6, jika ada

    seorang saudara sekandung perempuan (tanpa ada yang laki-laki). Ini

    dimaksud sebagai pelengkap mencapai bagian 2/3 sebagaimana cucu

     perempuan bersama dengan seorang anak perempuan. Jika saudara

     perempuan lebih dari seorang maka saudara perempuan sebapak tidak

    mendapat bagian

    7.  Saudara seibu

    Saudara seibu yang laki-laki maupun yang perempuan kedudukan dan bagiannya

    sama saja. Kalau tidak mahjub saudara seibu mendapat:

    a.  1/6, jika hanya seorang

     b.  1/3, jika ada dua orang atau lebih

    c.  Merupakan pengecualian apabila ahli warisnya terdiri dari suami, ibu,

    saudara sekandung dan saudara seibu, maka bagian suami 1/3, ibu 1/6 dan

    sisa (1/3). Menurut sahabat Umar dan sebagian fuqoha sisa tersebut dibagi

    rata diantara saudara-saudara tersebut.

    8.  Kakek dan Nenek

    Bagian kakek jika tidak mahjub oleh bapak adalah:

    a.  1/6, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki

     b.  1/6 + ashobah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa ada nak

    laki-laki

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    42/139

      26

    c.   Ashobah, jika tidak ada anak atau cucu

    d.  Merupakan pengecualian dalam masalah muqosamah dengan saudara

    sekandung atau sebapak

    Adapun bagian nenek apabila tidak mahjub adalah:

    a.  1/6, jika nenek seorang diri

     b.  1/6 dibagi rata, apabila nenek lebih dari seorang dan sederajat kedudukannya

    9.  Anak-anak saudara (keponakan laki-laki), paman-paman dan anak-anak paman

    (saudara sepupu laki-laki) sekandung maupun sebapak sampai jauh keatas

    mendapatkan ashobah jika tidak termahjub atau terhalang.

    2.3.5 Masalah ‘Aul dan Rodd 

    2.3.5.1 Masalah ‘Aul

    ‘Aul  maksudnya meningkatkan (membesarkan) angka asal masalah sehingga

    menjadi sama dengan jumlah angka pembilang dari bagian-bagian ahli waris yang

    ada. Masalah ‘aul   terpaksa dilakukan dalam keadaan dimana jumlah bagian yang

    harus diterima oleh para ahli waris adalah lebih banyak daripada jumlah harta

    warisan yang ada.

    2.3.5.2 Masalah Radd

    Masalah Radd adalah kebalikan dari masalah ‘aul  yaitu terjadi dalam keadaan

    dimana jumlah semua bagian ahli waris ternyata lebih sedikit daripada jumlah harta

    warisan yang ada (harta warisan lebih banya daripada jumlah bagian-bagian ahli

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    43/139

      27

    waris). Sisa harta harus dikembalikan kepada ahli waris sehingga harta warisan

    menjadi habis tak tersisa.

    Antara permasalahan ‘aul   dan radd   mempunyai penyelesaian yang sama

    yaitu semua bagian ahli waris jika dijumlahkan harus sama dengan jumlah harta

    warisan. Jika tidak sama (kurang atau lebih) maka dengan menambah bilangan angka

    asal masalah menjadi sama seperti jumlah bilangan pembilang dari bagian-bagian

    ahli waris.

    2.3.6 Kakek bersama saudara

    Dikemukakan oleh Ali bin Abi Tholib, Ibnu Mas‟ud, Zaid bin Tsabit, Imam

    Syafi‟i, Imam Malik, Imam Hambal bahwa kakek tidak dapat menghijab saudara

    sekandung atau sebapak, karena statusnya dianggap setaraf dengan saudara-saudara

    tersebut, alasannya:

    a.  Kakek adalah cabang atas dari bapak dan saudara-saudara adalah cabang dari

     bawah bapak. Jadi kedudukannya setaraf dari ayah.

     b.  Tidak ada nash  maupun „ijma yang menetapkan bahwa saudara-saudara

    sekandung atau sebapak terhijab oleh kakek. Sedangkan hak mereka telah

    ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Oleh karena itu, Zaid bin Tsabit telah

    menempatkan cucu laki-laki sebagaimana anak laki-laki, tetapi tidak

    menempatkan kakek sebagaimana bapak.

    Untuk itu beberapa rumusan tentang bagian kakek bersama saudara yaitu:

    1.  Apabila ahli waris hanya terdiri dari kakek dan saudara sekandung atau sebapak

    (tanpa ada ahli waris lain) maka kakek diberi bagian yang lebih menguntungkan

    daripada:

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    44/139

      28

    a.  Kakek diberi 1/3 dari jumlah warisan

     b.  Kakek diberi bagian sama (muqosamah) dengan saudara-saudara.

    2.  Apabila ahli waris terdiri dari kakek, saudara-saudara sekandung atau sebapak,

    dan lain-lain ahli waris selain bapak, maka kakek diberi bagian yang lebih

    menguntungkan daripada tiga macam pembagian dibawah ini:

    a.  Diberikan kepada kakek 1/6 bagian dari jumlah seluruh harta warisan

     b.  Diberikan kepada kakek 1/3 dari sisa setelah dibagikan kepada ahli waris lain

    selain bukan saudara

    c.  Atau sisa tersebut dibagikan sama antara kakek dengan saudara sekandung

    atau sebapak.

    2.4 Metodologi Rekayasa Perangkat Lunak

    Pemodelan dalam perangkat lunak merupakan suatu yang harus dikerjakan di

     bagian awal dari rekayasa, dan pemodelan ini akan mempengaruhi pekerjaan-

     pekerjaan dalam rekayasa perangkat lunak tersebut. Model proses perangkat lunak

    masih menjadi objek penelitian, namun pada saat ini terdapat banyak model umum

    atau paradigma yang berbeda dari pengembangan perangkat lunak. Salah satu model

    yang digunakan dalam pengembangan rekayasa lunak adalah model Waterfall .

    Pendekatan model Waterfall   berisi rangkaian aktivitas proses yang disajikan

    dalam proses yang terpisah, seperti spesifikasi kebutuhan, implementasi desain

     perangkat lunak, uji coba dan sebaganya. Setelah setiap langkah didefinisikan,

     pengembangan dilanjutkan pada langkah berikutnya (Arief Hamdani, 1999:1).

    Berikut di bawah ini rangkaian aktivitas proses dalam model Waterfall :

    a.  Penentuan dan analisis kebutuhan

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    45/139

      29

    Dalam pelayanan sistem, pembatasan masalah dan hasil tidak bisa dihindari dari

    konsultasi dengan pengguna sistem. Mereka mendefinisikan cara apa yang dapat

    dimengerti oleh kedua belah pihak yaitu pengguna dan staf pengembang untuk

    menghasilkan perangkat lunak yang diinginkan.

     b.  Sistem dan desain perangkat lunak

    Proses desain sistem membagi kebutuhan-kebutuhan menjadi sistem perangkat

    lunak atau perangkat keras. Proses tersebut menghasilkan sebuah arsitektur

    sistem keseluruhan. Desain perangkat lunak termasuk menghasilkan fungsi

    sistem perangkat lunak dalam bentuk yang mungkin diubah ke dalam satu atau

    lebih program yang dapat dijalankan.

    c.  Implementasi dan uji coba unit

    Selama tahap ini desain perangkat lunak disadari sebagai sebuah program

    lengkap atau unit program. Uji unit termasuk pengujian bahwa setiap unit sesuai

    spesifikasi. 

    d.  Integrasi dan uji sistem

    Unit individual program atau program-program yang digabungkan

    (diintegrasikan) dan pengujian dengan sistem komplit untuk memastikan bahwa

     perangkat lunak telah dilakukan, kemudian sistem perangkat lunak dikirim ke

     pengguna.

    e.  Operasi dan pemeliharaan

    Biasanya operasi ini adalah fase putaran pengujian yang cukup lama. Sistem

    dipasang dan digunakan. Pemeliharaan meliputi pengoreksian kesalahan yang

    yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan implementasi unit

    sistem dan peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru ditemukan. Masalah

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    46/139

      30

    yang ada dalam penggunaann model Waterfall  ini adalah partisi yang tidak dapat

    diubah dari proyek ke tingkat yang berbeda. Pengiriman sistem terkadang tidak

    dapat dipaksakan. Meskipun begitu, model Waterfall   ini menggambarkan teknis

    yang praktis. Untuk lebih jelas, berikut di bawah ini Gambar 2.1 model

    Waterfall .

    Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1) 

    Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1) 

    2.5 Unified Modelling Language

    Menurut Fowler (2005:1) Unified Modelling Language  (selanjutnya disebut

    UML) adalah keluarga notasi grafis yang didukung oleh meta-model tunggal, yang

    membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya sistem yang

    dibangun menggunakan pemrograman berorientasi objek. Selain itu UML juga dapat

    diartikan sebagai sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam industri untuk

    visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak Dharwiyanti

    dan Wahono (2003:2). UML menawarkan sebuah standar untuk merancang model

    sebuah sistem.

    Requirementsdefinition

    System and

    software design

    Implementationand unit testing

    Integration andsystem testing

    Operation andmaintenance

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    47/139

      31

    Dengan menggunakan UML kita dapat membuat model untuk semua jenis

    aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras,

    sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun.

    Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep dasarnya,

    maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa berorientasi objek.

    Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan sintaksis

    ( syntax)  atau semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk

    menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna

    tertentu, dan sintaksis ( syntax)  UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk

    tersebut dapat dikombinasikan. UML terdiri atas 13 jenis diagram resmi seperti

    tertulis dalam Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Jenis diagram resmi UML

     No. Diagram Kegunaan

    1.  Activity Behavior prosedural  dan parallel

    2. Class Class, fitur , dan hubungan-hubungan

    3. Communication Interaksi antar objek; penekanan pada jalur

    4. Component Struktur dan koneksi komponen

    5.Composite

     structureDekomposisi runtime sebuah class 

    6.  Deployment Pemindahan artifak ke node

    7. Interaction

    overviewCampuran sequence dan activity diagram

    8. Object Contoh konfigurasi dari contoh-contoh

    9.  Package Struktur hirarki compile-time 10. Sequence Interaksi antar objek; penekanan pada sequence 

    11. State machihne Bagaimana even mengubah objek selama aktif

    12. Timing Interaksi antar objek; penekanan pada timing  

    13. Use caseBagaimana pengguna berinteraksi dengan sebuahsistem

    Dalam laporan tugas akhir ini, diagram UML yang akan dibahas adalah

    diagram use case, diagram sequence, dan diagram aktifitas.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    48/139

      32

    2.5.1  Diagram Use Case

    Menurut Suhendar dan Gunadi (2002:49) diagram  Use Case adalah

    menjelaskan manfaat sistem jika dilihat menurut pandangan orang yang berada di

    luar sistem (actor ) diagram ini menunjukkan fungsionalitas suatu sistem atau kelas

    dan bagaimana sistem berinteraksi dengan dunia luar.

    Diagram use case  dapat digunakan selama proses analisis untuk menangkap

    requirements sistem dan untuk memahami bagaimana sistem seharusnya bekerja.

    Selama tahap desain, diagram use case menetapkan perilaku (behavior ) sistem saat

    diimplementasikan. Dalam sebuah model mungkin terdapat satu atau bebrapa use

    case diagram. Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan use case  (lihat tabel

    2.2)

    Tabel 2.2 Notasi pemodelan diagram use case 

    Notasi Keterangan

    Aktormerupakan sebuah peran yang dimainkanseorang pengguna dalam kaitannya dengansistem

    Use case

    adalah rangkaian/uraian sekelompok yangsaling terkait dan membentuk sistem secarateratur yang dilakukan atau diawasi olehsebuah aktor. use case  digunakan untukmembentuk tingkah-laku benda/ things dalam sebuah model serta di realisasikanoleh sebuah collaboration.

    Generalization

    adalah menggambarkan hubungan khususdalam obyek anak/child yang menggantikanobyek parent / induk

     Dependency

    adalah hubungan semantik antara dua benda/things yang mana sebuah benda berubah mengakibatkan benda satunya

    akan berubah pula.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    49/139

      33

     Realization

    merupakan hubungan semantik antara pengelompokkan yang menjamin adanyaikatan diantaranya. Hubungan ini dapat

    diwujudkan diantara interface dan kelasatau elements.

    2.5.2  Diagram Sequence

    Menurut Fowler (2005:81) sebuah  diagram  sequence secara khusus 

    menjabarkan aktivitas sebuah skenario tunggal. Diagram tersebut menunjukkan

    sejumlah objek contoh dan pesan-pesan yang melewati objek-objek di dalam use

    case diagram. Diagram Sequence menunjukkan interaksi dengan menampilkan setiap

     partisipan dengan garis alir secara vertikal dan pengurutan pesan dari atas ke bawah.

    Diagram Sequence  biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau

    rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah kejadian

    (event )  untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger

    aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan

    output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline

    vertikal. Pesan digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya.

     Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan sequence diagram (lihat tabel 2.3)

    Tabel 2.3 Notasi pemodelan diagram sequence 

    Notasi Keterangan

    Aktormerupakan sebuah peran yangdimainkan seorang pengguna dalamkaitannya dengan system

     Activation

    menggambarkan waktu yang dibutuhkansuatu objek untuk menyelesaikan suatuaktifitas.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    50/139

      34

    Kelas boundary adalah yang memodelkan interaksiantara satu atau lebih aktor dengansistem.

    Kelas kontroldigunakan untuk memodelkan “perilakumengatur”, khusus untuk satu atau

     beberapa use case saja.

    Kelas entitasmememodelkan informasi yang harusdisimpan oleh sistem

     Lifeline

    digambarkan dengan garis putus-putus,yang menggambarkan bahwa hadirnya

    objek terhadap waktu

    Aliran pesandigambarkan dengan tanda panah, yangmenggambarkan komunikasi antar objek

    2.5.3  Pemodelan Diagram Aktifitas

    Diagram aktifitas adalah teknik untuk mendeskripsikan logika prosedural,

     proses bisnis dan aliran kerja dalam banyak kasus. Diagram aktifitas mempunyai peran

    seperti halnya diagram alur   ( flowchart ), akan tetapi perbedaannya dengan  flowchart  

    adalah diagram aktifitas bisa mendukung perilaku paralel sedangkan  flowchart   tidak

     bisa.

    Berikut pada Tabel 2.4 adalah simbol-simbol yang sering digunakan pada saat

     pembuatan diagram aktifitas.

    Tabel 2.4 Simbol-simbol pada activity diagram

    No Simbol Keterangan

    1 Titik awal 

    2 Titik akhir  

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    51/139

      35

    3  Activity 

    4 Pilihan untuk pengambilan keputusan 

    5  Fork ; digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang

    dilakukan secara paralel atau untuk menggabungkan dua

    kegiatan paralel menjadi satu 

    6  Rake; menunjukkan adanya dekomposisi 

    7 Tanda waktu 

    8 Tanda pengiriman 

    9 Tanda penerimaan 

    10 Aliran akhir ( flow final ) 

    2.5.4 Class Diagram

    Class  adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan

    sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek.

    Class  menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus

    menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class 

    diagram juga menggambarkan struktur dan deskripsi class, package  dan objek

     beserta hubungan satu sama lain seperti isi, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain

    (Dharwiyanti dan Wahono, 2003:5).

    Class memiliki tiga area pokok :

    1.   Nama (dan stereotype)

    2.  Atribut

    3.  Metoda

    Atribut dan metoda dapat memiliki salah satu sifat berikut :

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    52/139

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    53/139

      37

    interface). Antarmuka pemakai adalah bagian sistem komputer yang memungkinkan

    manusia berinteraksi dengan komputer. Ada tiga kategori pedoman desain HCI,

    yaitu: (Pressman: 2002:471-474)

    1.  Interaksi umum. Pedoman interaksi umum diantaranya meliputi:

    a.  Konsisten: Gunakan format yang konsisten untuk misalnya pada pemilihan

    menu, masukan perintah, tampilan data.

     b.  Mintalah verifikasi terhadap sembarang aksi destruktif yang siginifikan.

    Misal berikan pertanyaan kepada pemakai ketika ia meminta penghapusan

     file.

    c.  Ijinkan kemudahan pembatalan sebagian besar aksi.

    d.  Kurangi jumlah informasi yang harus diingat di antara aksi-aksi.

    e.  Usahakan adanya efisiensi dalam dialog, gerakan, dan pemikiran.

    f.  Memaafkan kesalahan: Sistem harus melindungi dirinya sendiri dari

    kesalahan yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem.

    g.  Kategorikan aktivitas menurut fungsi dan atur geografi layar secara sesuai.

    h.  Sediakan fasilitas help.

    2.  Tampilan informasi. Pedoman tampilan informasi diantaranya meliputi:

    a.  Hasilkan pesan kesalahan yang berarti.

     b.  Gunakan huruf besar dan kecil untuk membantu pemahaman.

    c.  Jangan membanjiri pemakai dengan data, gunakan format yang representasi.

    3.   Input  data. Pedoman-pedoman yang fokus pada input  data diantaranya meliputi:

    a.  Minimalkan jumlah aksi input yang dibutuhkan dari pemakai.

     b.  Jagalah konsistensi di antara tampilan informasi dan input  data.

    c.  Sediakan help untuk membatu semua aksi input .

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    54/139

      38

    2.7 Pengujian

    Pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas

     perangkat lunak dan merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan

     pengkodean (Pressman, 2002:525).

    2.7.1 Pengujian White Box

    Pengujian white box  adalah metode desain test case  yang menggambarkan

    struktur kontrol desain prosedural untuk memperpoleh test case. Dengan

    menggunakan merode pengujian white box, perekayasa sistem dapat melakukan test

    case yang: (Pressman, 2002:533)

    1.  memberikan jaminan bahwa semua jalur yang independ pada suatu modul telah

    digunakan paling ridak satu kali;

    2.  menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false;

    3.  mengeksekusi semua loop  pada batasan mereka dan pada batasan operasional

    mereka;

    4.  menggunakan struktur data internal untuk menjamin validitasnya.

    2.7.1.1 Pengujian Basis Path

    Pengujian basis path adalah teknik pengujian white box dimana test case yang

    dilakukan untuk menggunakan basis set tersebut dijamin untuk menggunakan setiap

    elemen statemen di dalam program paling tidak sekali selama pengujian (Pressman,

    2002:534). Notasi pengujian basis path untuk representasi aliran kontrol disebut

    diagram alir (atau grafik program). Notasi diagram alir dapat dilihat pada Gambar

    2.2 berikut:

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    55/139

      39

    sequence   if while until

    case

     

    Gambar 2.2. Notasi diagram aliran

    Untuk menggambarkan grafik alir, perhatikan representasi desain prosedural

     pada Gambar 2.3 (a) dan Gambar 2.3 (b) berikut.

    1

    2

    3

    6 4

    587

     

    Gambar 2.3. (a) Bagan alir

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    56/139

      40

    1

    2,3

    7 8

    9

    6 4,5

    10

    11

     

    Gambar 2.3. (b) Grafik alir

    Pada Gambar 2.3(a), diagram alir digunakan untuk menggambarkan struktur

    kontrol program. Gambar 2.3(b). memetakan bagan alir tersebut ke dalam grafik alir.

    Pada Gambar 2.3(b), masing-masing lingkaran yang disebut simpul grafik alir,

    merepresentasikan satu atau lebih statemen prosedural.

    Urutan kotak proses dan permata keputusan dapat memetakan simpul

    tunggal. Anak panah pada grafik alir tersebut yang disebut edges  atau  links,

    merepresentasikan aliran kontrol dan analog dengan anak panah bagan alir. Area

    yang dibatasi oleh edge dan simpul disebut region.

    2.7.1.2 Kompleksitas Siklomatis 

    Kompleksitas siklomatis adalah mertik perangkat lunak yang memberikan

     pengukuran kuantitatif terhadap kompleksitas logis suatu program. (Pressman,

    2002:538). Nilai kompleksitas siklomatis dihitung untuk menentukan jumlah jalur

    independent dalam basis set suatu program dan memberi batas atas bagi jumlah

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    57/139

      41

     pengujian yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua statemen telah

    dieksekusi sedikitnya satu kali.

    Jalur independen adalah jalur yang memulai program yang mengintroduksi

    sedikitnya satu rangkaian proses baru atau kondisi baru. Sebagai contoh, serangkaian

     jalur independen untuk grafik alir yang ditunjukkan adalah:

    Jalur 1: 1-11,

    Jalur 2: 1-2-3-4-5-10-1-11

    Jalur 3: 1-2-3-6-8-9-10-1-11

    Jalur 4: 1-2-3-6-7-9-10-1-11

     Nilai kompleksitas siklomatis dihitung dalam salah satu dari tiga cara berikut:

    1.  Jumlah region grafik alir sesuai dengan kompleksitas siklomatis

    2.  Kompleksitas siklomatis, V(G), untuk grafik alir G ditentukan sebagai V(G) = E

     –  N + 2 dimana E adalah jumlah edg e grafik alir dan N  adalah simpul grafik alir.

    3.  Komplelsitas siklomatis, V(G), untuk grafik alir G  juga ditentukan sebagai V(G)

    = P + 1 dimana P  adalah jumlah simpul presikat yang diisikan dalam grafik alir

    G.

    2.7.2 Pengujian Black Box 

    Pengujian black box berusahan menemukan kesalahan sebagai berikut:

    1.  Fungsi-fungsi yang hilang atau tidak benar

    2.  Kesalahan interface 

    3.  Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data eksternal

    4.  Kesalahan kinerja

    5.  Inisialisasi dan kesalahan terminasi

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    58/139

      42

    Salah satu bentuk pengujian black-box adalah metode Partisi ekivalensi yaitu

    metode pengujian black box  yang membagi domain input   dari suatu program ke

    dalam kelas data dari mana test case dapat dilakukan (Pressman, 2002:556).

    2.8 Konsep Dasar PHP 

    PHP  ( Hypertext Preprocessor ), selanjutnya disebut PHP, dikenal sebagai

     bahasa  scripting   yang menyatu dengan tag-tag HTML ( Hypertext Markup

     Language), dieksekusi di server, dan digunakan untuk membuat halaman web yang

    dinamis (Azis, 2001:1).

    PHP termasuk dalam open source product , yang memungkinkan pengguna

    dapat merubah kode-kode program dan mendistribusikannya secara bebas. PHP juga

    diedarkan secara gratis. PHP juga dapat berjalan di berbagai web server semisal IIS,

    Apache, PWS, dan lain sebagainnya.

    Di awal Januari 2001, PHP telah dipakai lebih dari 5 juta domain diseluruh

    dunia, dan akan terus bertambah karena kemudahan aplikasi PHP ini dibandingkan

    dengan bahasa server side yang lain. Untuk informasi mengenai berapa banyak

     pengguna PHP saat ini kita dapat melihat di http://www.php.net/usage.php

    Adapun kelebihan-kelebihan dari PHP yaitu :

    1.  PHP diterbitkan secara gratis.

    2.  PHP dapat berjalan dalam web server yang berbeda dan dalam sistem operasi

    yang berbeda pula. PHP dapat berjalan di sistem operasi UNIX, Windows 98,NT

    dan Macintosh.

    3.  PHP mudah dibuat dan akses kecepatanya tinggi.

    http://www.php.net/usage.phphttp://www.php.net/usage.php

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    59/139

      43

    4.  PHP juga dapat berjalan pada web server Microsoft Personal Web Server,

    Apache, IIS dan sebagainnya.

    5.  PHP adalah termasuk bahasa yang embedded   (bisa ditempel atau ditempatkan

    dalam tag HTML).

    Untuk melakukan pemograman pada situs web dinamis, minimal dibutuhkan

    tiga buah program, yaitu:

    1.  PHP,

    2.  Apache sebagai web server,

    3.  MySQL sebagai basis data.

    Konsep kerja dari PHP adalah ketika seseorang mengetikkan alamat di web

    browser , maka browser akan mengirimkan perintah tersebut ke web server . Jika yang

    diminta adalah berkas ( file) yang mengandung program server-side maka web server  

    akan menjalankan terlebih dahulu program tersebut dan mengirimkannya hasilnya ke

    browser . Jika yang diminta adalah  file  HTML maka web browser   akan langsung

    mengirimkan ke browser  apa adanya (Purwanto, 2001:2).

    2.8.1 Struktur Program PHP

    Kode program PHP menyatu dengan tag-tag HTML dalam satu  file.  Kode

    PHP diawali dengan tag .  File yang berisi

    tag HTML dan kode PHP ini diberi ekstensi .php. Berdasarkan ekstensi ini, pada saat

     file  diakses,  server   akan tahu bahwa  file  ini mengandung kode PHP. Server   akan

    menterjemahkan kode ini dan menghasilkan keluaran (output ) dalam bentuk tag

    HTML yang dikirim ke browser client  yang mengakses file tersebut (Azis, 2001:5).

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    60/139

      44

    PHP bersifat case sensitive yang artinya PHP membedakan huruf kecil dan

    huruf besar untuk penulisan variabel. Misalnya variabel $p beda dengan variabel $P.

    Sedangkan untuk penulisa fungsi-fungsi, PHP tidak membedakan huruf besar dan

    huruf kecil. Ada tiga cara dalam penulisan script PHP yaitu:

    1. 

    2. 

    3.   Script PHP

    Sedangkan untuk penulisan komentar program, ada tiga macam cara

     penulisan komentar program yang dapat digunakan, yaitu:

    1.  C style, komentar diawali dengan tag /* dan diakhiri */,  style ini digunakan untuk

    komentar yang lebih dari satu baris.

    2.  C++ style, komentar ini diawali dengan tag // dan hanya berlaku untuk satu bari

    komentar, untuk baris berikutnya harus diawali dengan tag // lagi.

    3.  Bourne Shell style, diawali dengan tag # untuk satu baris komentar.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    61/139

     

    BAB III

    ANALISA DAN RANCANGAN

    3.1 Analisis

    Seperti langkah-langkah yang dilakukan pada salah satu model proses

    rekayasa perangkat lunak yaitu model waterfall , maka pada bab ini akan dibahas

    tentang tahap-tahap dalam membangun perangkat lunak. Proses analisis merupakan

    salah satu tahapan yang harus dilalui rekayasa piranti lunak karena melalui analisis

    definisi masalah menjadi lebih jelas, kebutuhan sistem dapat dispesifikasi sehingga

    kriteria yang harus dipenuhi sistem dapat ditentukan supaya sistem yang dihasilkan

    nantinya dapat menjadi solusi dari masalah tersebut.

    3.1.1 Analisa Masalah 

    Pemanfaatan komputer semaksimal mungkin dengan menggunakan program

    aplikasi akan dapat memberikan hasil pengolahan data yang lebih terfokus pada

    objek yang sangat tergantung pada perhitungan matematis, sehingga ketepatan dan

    ketelitian angka dapat terpenuhi.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    62/139

      46

    Berikut ini adalah kasus-kasus yang terkait dengan ahli waris, berikut kasus-

    kasus yang terkait dengan ahli waris:

    1. 

    Masalah Pertama

    Jika seorang wanita (istri) meninggal dunia, meninggalkan seluruh ahli waris

    laki-laki, maka yang dapat mewarisi hanyalah 3 orang, yaitu : suami, ayah, dan

    anak laki-laki. Sisanya dari 15 ahli waris terhalang oleh anak laki-laki dan ayah.

    Dalam kasus ini suami mendapatkan 1/4 dari harta waris, ayah mendapatkan 1/6

    karena bersama dengan waris laki-laki, sedangkan bagian untuk anak laki-laki

    adalah sisa harta waris menurut bagian lunak.

    Asal masalah yaitu kelipatan bilangan terkecil yang dapat dibagi dengan setiap

     pembagian pembagian warisan tetap berdasarkan perkiraan dari para ahli waris.

    Pada kasus tersebut adalah 12 karena suami mendapatkan bagian 1/4 dan ayah

    mendapatkan bagian 1/6. Dengan demikian kelipatan bilangan terkecil yang bisa

    dibagi habis 1/4 dan 1/6 adalah 12. Untuk memperjelas hal tersebut, perhatikan

    tabel 3.1 pada kasus pertama.

    Tabel 3.1 Kasus Pertama

    Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 12

    Suami

    Ayah

    Anak laki-laki

    1/4

    1/6

    Sisa

    3

    2

    7

    2. 

    Masalah Kedua

    Jika seorang wanita (istri) meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli

    waris perempuan, maka yang dapat mewarisi harta si mayit hanya 4 orang, yaitu:

    ibu, anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, dan saudara

     perempuan sekandung. Asal masalah dalam kasus ini adalah 6, yaitu ibu

    mendapatkan bagian 1/6, anak perempuan mendapatkan bagian 1/2, cucu

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    63/139

      47

     perempuan dari anak laki-laki yang mendapatkan bagian 1/6, dan sisa harta waris

    dibagikan kepada saudara perempuan sekandung sebanyak 1/6. Perhatikan tabel

    3.2 pada kasus kedua.

    Tabel 3.2 Kasus Kedua

    Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6

    Ibu

    Anak perempuan

    Cucu perempuan dari jalur laki-laki

    Saudara perempuan sekandung

    1/6

    1/2

    1/6

    Sisa

    1

    3

    1

    1

    3. 

    Masalah Ketiga

    Jika seorang suami meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli waris

     perempuan, maka ahli waris perempuan yang dapat mewarisi hanya 5 orang,

    yaitu: anak perempuan mendapatkan 1/2, cucu perempuan dari anak laki-laki

    mendapatkan 1/6, ibu mendapatkan 1/6, istri mendapatkan 1/8, sedangkan anak

     perempuan sekandung mendapatkan sisa harta secara lunak yakni 1/24. Asal

    masalah pada kasus ini adalah 24. Berikut adalah tabel 3.3 dari kasus ketiga

    tersebut.

    Tabel 3.3 Kasus Ketiga

    Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 24

    Anak perempuan

    Cucu perempuan dari anak laki-laki

    Ibu

    Istri

    Saudara perempuan sekandung

    1/2

    1/6

    1/6

    1/8

    Sisa (1/24)

    12

    4

    4

    3

    1

    4.  Masalah Keempat

    Jika seorang laki-laki meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli

    waris laki-laki, maka yang dapat mewarisi harta peninggalannya adalah ayah dan

    anak laki-laki saja, selebihnya terhalang oleh kedua ahli waris tadi. Pada kasus

    ini, ayah mendapatkan bagian 1/6, karena asal masalah kasus ini adalah 6 maka

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    64/139

      48

    anak laki-laki mendapatkan bagian 5/6 sebagai sisa harta yang diwariskan secara

    lunak. Di bawah ini adalah tabel 3.4 dari kasus keempat.

    Tabel 3.4 Kasus KeempatAhli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6

    Ayah

    Anak laki-laki

    1/6

    Sisa

    1

    5

    5.  Masalah Kelima

    Jika seorang istri meninggal dunia, meninggalkan ahli waris laki-laki dan

     perempuan, maka yang berhak mendapatkan harta peninggalan si mayit hanyalah

    5 orang, yaitu ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, dan suami. Asal

    masalah pada kasus ini adalah 12, dan beralih menjadi 36 dengan perincian:

    ayah mendapatkan bagian 1/6, ibu mendapatkan bagian 1/6, suami mendapatkan

     bagian 1/4. Adapun anak laki-laki mendapatkan sisa yakni 15, anak laki-laki

    mendapatkan 10 dan perempuan 5. untuk lebih jelas bisa di lihat dalam tabel 3.5

    dari kasus kelima.

    Tabel 3.5 Kasus Kelima

    Ahli Waris Bagian WarisAsal Masalah:

    12/3

    Asal Masalah:

    36

    Ayah

    Ibu

    Suami

    Anak laki-laki

    Anak perempuan

    1/6

    1/6

    1/4

    Sisa

    Sisa

    2

    2

    3

    5

    5

    6

    6

    9

    10

    5

    6.  Masalah Keenam

    Jika seorang suami meninggal dunia, meninggalkan seluruh ahli waris laki-laki

    dan perempuan, maka ahli waris yang berhak mendapatkan harta peninggalannya

    hanyalah 5 orang, yaitu: ayah, ibu, istri, anak laki-laki dan anak perempuan. Asal

    masalah dari kasus ini adalah 24, karena bagian masing-masing untuk ayah dan

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    65/139

      49

    ibu 1/6, istri mendapatkan bagian 1/8, sedangkan sisanya dibagikan untuk anak

    laki-laki (2 x 13) dan untuk anak perempuan (1 x 13). Dengan demikian, jumlah

    yang 3 kita kalikan kepada asal masalah yang 24, hasilnya menjadi 72. Berikut

    adalah tabel 3.6 dari kasus keenam.

    Tabel 3.6 Kasus Keenam.

    Ahli Waris Bagian WarisAsal Masalah:

    24/3

    Asal Masalah:

    72

    Ayah

    Ibu

    Istri

    Anak laki-laki

    Anak perempuan

    1/6

    1/6

    1/8

    Sisa

    Sisa

    4

    4

    3

    13

    13

    12

    12

    9

    26

    13

    7. 

    Masalah Ketujuh

    Seseorang meninggal dunia, meninggalkan anak permpuan, ibu, dan ayah, maka

    anak perempuan mendapatkan bagian 1/2, ibu mendapatkan bagian 1/6, dan ayah

    mendapatkan bagian 1/2 secara  fardh serta sisanya secara ta’shib. Berikut ini

    adalah tabel 3.7 dari kasus ketujuh.

    Tabel 3.7 Kasus Ketujuh

    Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6

    Anak perempuan

    Ibu

    Ayah

    1/2

    1/6

    1/6 + Sisa

    3

    1

    1 secara fardh + 1 secara ta’shib = 2

    8. 

    Masalah Kedelapan

    Seseorang meninggal dunia, meninggalkan 2 orang anak perempauan, ibu, dan

    ayah. Asal masalah dari kasus ini adalah 6. dengan demikian 2 orang anak

     perempuan mendapatkan bagian 2/3, ibu mendapatkan bagian 1/6, dan ayah

    hanya mendapatkan bagian 1/6 karena memang tidak ada harta yang tersisa

    kecuali sebesar itu. Berikut adalah tabel 3.8 dari kasus kedelapan.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    66/139

      50

    Tabel 3.8 Kasus Kedelapan

    Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6

    2 orang anak perempuan

    Ibu

    Ayah

    2/3

    1/6

    1/6

    4

    1

    1

    9. 

    Masalah Kesembilan

    Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, 2 orang anak perempuan, dan

    ayah, maka bagian untuk suami adalah 1/4 dengan hasil pembagian 3, 2 orang

    anak perempuan mendapat bagian 2/3 dengan hasil pembagian 8, dan ayah

    mendapatkan bagian 1/6 dengan hasil pembagian 2. Dengan demikian, asal

    masalah pada kasus ini adalah 12, lalu di ‘aul   kan (dinaikkan) menjadi 13.

    Berikut adalah tabel 3.9 dari kasus kesembilan.

    Tabel 3.9 Kasus Kesembilan

    Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 12/13

    Suami

    2 orang anak perempuan

    Ayah

    1/4

    2/3

    1/6

    3

    8

    2

    10. Masalah Kesepuluh

    Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, 2 orang anak perempuan, ibu

    dan ayah. Asal masalah pada kasus ini adalah 12, kemudian di naikkan menjadi

    15, yakni dinaikkan sesuai dengan bagian 1/6 ayah secara utuh. Dengan

    demikian, suami mendapatkan bagian 1/4 dengan hasil pembagian 3, 2 orang

    anak perempuan mendapatkan bagian 2/3 dengan hasil pembagian 8, ibu

    mendapatkan 1/6 dengan hasil pembagian 2, dan ayah mendapatkan bagian 1/6

    dengan hasil pembagian 2. Berikut adalah tabel 3.10 dari kasus kesepuluh.

  • 8/15/2019 Rahayu Septianingsih

    67/139

      51

    Tabel 3.10 Kasus Kesepuluh

    Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 12/15

    Suami

    2 orang anak perempuan

    IbuAyah

    1/4

    2/3

    1/61/6

    3

    8

    22

    11. Masalah Kesebelas

    Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, ibu, dan paman. Dalam hal ini,

    suami memperoleh bagian 1/2 karena suami tidak bersama-sama dengan ahli

    waris keturunan si mayit, ibu mendapat bagian 1/3, dan paman mendapatkan sisa

    harta waris secara lunak, yakni dengan hasil pembagian 1. Asal masalah pada

    kasus ini adalah 6. Berikut adalah tabel 3.11 kasus kesebelas.

    Tabel 3.11 Kasus Kesebelas

    Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6

    Suami

    Ibu

    Paman

    1/2

    1/3

    Sisa

    3

    2

    1

    12. Masalah Kedua Belas

    Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, ayah, dan saudara laki-laki

    sekandung, maka suami mendapatkan bagian 1/2 karena tidak bersama-sama

    dengan ahli waris keturunan si mayit (istri), ayah memperoleh sisa harta waris,

    sedangkan saudara laki-laki sekandung tidak mendapatkan apa-apa, karena ia

    terhalang oleh ayah. Asal masalah pada kasus ini adalah 2. Dengan demikian,

    suami dan ayah mas