Upload
ahmad-mahbubi-rawi
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
1/139
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
2/139
i
ABSTRAK
Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam ini dibangun
dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Sedangkan dalam perancangannya
digunakan pemodelan sistem antara lain, diagram use case, class diagram, diagram
sequence, dan diagram aktifitas.
Dengan dimanfaatkannya aplikasi perhitungan harta waris dibidang komputer
maupun internet maka akan lebih memudahkan dalam proses perhitungan harta waris
yang dapat dilakukan secara cepat daripada perhitungan ilmu waris yang terdapat
dalam buku dan melakukan perhitungan secara manual.
Maka dengan aplikasi perhitungan harta waris ini orang yang awam dengan
ilmu waris dapat dengan mudah menggunakannya.
Kata Kunci : Ilmu waris, perhitungan, dan PHP.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
3/139
ii
ABSTRACT
This report of calculation heir wealth follow law islam with PHP. Althought,
modeling systems design are use case diagram, class diagram, sequence diagram and
activities diagram.
With used application calculation heir wealth computer or internet field, then
more easy process inside calculation heir wealth the thing which can fast manner
from in the book and calculation manual.
Then with application calculation heir wealth this is user friendly.
Keyword : Heir Knowledge, Calculation, PHP
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
4/139
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan tugas akhir
dari mahasiswa berikut ini:
Nama : Rahayu Setianingsih
NIM : 01502-046
Fakultas : Ilmu Komputer
Jurusan : Teknik Informatika
Judul : Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam
Menggunakan PHP
Telah disidangkan, diperiksa, dan disetujui sebagai laporan tugas akhir.
Jakarta, Agustus 2009
Menyetujui,
(Drs. Achmad Kodar, ST., MT)
Pembimbing I Tugas Akhir
Menyetujui,
(Nur Ani, ST, MMSI)
Pembimbing II Tugas Akhir
Mengesahkan,
(Abdusy Syarif, ST., MT)
Ketua Program Studi
Teknik Informatika
Mengetahui,
(Devi Fitrianah, SKom, MTI)
Koordinator Tugas Akhir
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
5/139
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rahayu Setianingsih
NIM : 01502-046
Fakultas : Ilmu Komputer
Program Studi : Teknik Informatika
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul :
Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP
Adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri, dan bukan
merupakan jiplakan, kecuali kutipan-kutipan yang berasal dari sumber-sumber yang
tercantum pada Daftar Pustaka.
Jakarta, Agustus 2009
Rahayu Setianingsih
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
6/139
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil „Alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya, sehingga laporan
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang tetap
istiqomah hingga yaumil akhir nanti.
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Aplikasi Perhitungan Harta Waris
Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP” ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan pada Program Studi Strata 1 (S1) Teknik Informatika Universitas
Mercu Buana.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas
Akhir ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan.
Dalam proses penulisan laporan Tugas Akhir ini juga banyak terdapat
hambatan dan kesulitan-kesulitan penulis alami. Namun, meskipun demikian berkat
usaha dan niat yang kuat serta usaha penulis dan juga dorongan dari berbagai pihak
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
7/139
vi
yang diberikan kepada penulis, laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud sehubungan
dengan hal tersebut, maka sudah sepatutnya apabila ada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtuaku yang tercinta beserta kakak dan adikku, atas segala
dukungan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini.
2. Bapak Abdusy Syarif, ST, MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik
Informatika dan Ibu Devi Fitrianah, SKom, MTI. Selaku Koordinator Tugas
Akhir
3.
Bapak Drs.Achmad Kodar, ST, MT. Selaku Pembimbing I dan Ibu Nur Ani,
ST, MMSI. Selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu penyusun
dalam membuat laporan Tugas Akhir ini sampai selesai.
4. Bapak Raka Yusuf, ST, MKom. Selaku Koordinator Angkatan 2002 yang
telah banyak memberikan masukan, juga dukungan moril.
5. Dosen-dosen beserta para Staf yang telah memberikan ilmunya dan arahan
dalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini.
6. Sepupu-sepupuku, khususnya Yuni Anggrarini yang terus memberi semangat
untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
7. Sahabat terbaikku : Indri Siti Nurjanah dan Siti Rubi Adni, S.Kom yang telah
banyak membantu serta penyemangat dalam menyelesaikan laporan Tugas
Akhir ini.
8. Akbar, Pandu Handoko, ST, Dede Sulaeman, S.Kom dan teman-teman
ikhwan lainnya yang telah membantu dalam coding , buku, serta memberikan
tausyiah kepada saya untuk tetap semangat dalam mengerjakan laporan Tugas
Akhir ini.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
8/139
vii
9. Teman-teman seperjuangan Teknik Informatika angkatan 2002 : Rapiah
Nurkholifah, S.Kom, Ria Angelia, Rohani, S.Kom, Ika Puji Astuti, S.Kom,
dan yang lainnya…
10. Teman-teman akhwat 2002 : Fadhilatul Ilmi, SE, Listya Kurniati, ST,
Maryati, SE dan Eka Novianti, SE yang telah memberikan tausyiahnya.
11. Semua pihak yang banyak membantu dalam penulisan Tugas Akhir dan tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah membalas kebaikannya, dan semoga apa yang telah saya
tuangkan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi pada khususnya
dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Agustus 2009
Rahayu Setianingsih
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
9/139
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2
Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
1.3
Ruang Lingkup .................................................................................. 2
1.4 Batasan masalah ............................................................................... 4
1.5 Metodologi Penelitian ...................................................................... 4
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
10/139
ix
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 7
2.1 Sekilas Tentang Ilmu Waris ……………………………………….. .. 7
2.2 Dasar-dasar Pewarisan Islam ………………………………………... 8
2.2.1 Rukun dan Syarat Kewarisan ………………………………… . 10
2.2.2 Hal-Hal Yang Menggugurkan Hak Mewarisi …………………. 11
2.2.3 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi …………………………… 12
2.3 Para Ahli Waris dan Bagian-Bagiannya …………………………….. 13
2.3.1 Para Ahli Waris………………………………………………… 13
2.3.2 Hijab dan Mahjub ……………………………………………… 15
2.3.3 Ahli Waris Yang Menjadi Ashobah …………………………… 19
2.3.4 Bagian Masing-Masing Ahli Waris …………………………… 21
2.3.5 Masalah „ Aul dan Radd ……………………………………….. 26
2.3.5.1 Masalah „ Aul ………………………………………….. 26
2.3.5.2 Masalah Radd …………………………………………. 26
2.3.6 Kakek Bersama Saudara ………………………………………. 27
2.4 Metodologi Rekayasa Perangkat Lunak …………………………….. 28
2.5 Unified Modelling Language ………………………………………... 30
2.5.1 Diagram Use Case ……………………………………………... 32
2.5.2 Diagram Sequence ……………………………………………... 33
2.5.3 Pemodelan Diagram Aktifitas ………………………………….. 34
2.5.4 Class Diagram ………………………………………………….. 35
2.6 Interaksi Manusia dan Komputer …………………………………….. 36
2.7 Pengujian ……………………………………………………………... 38
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
11/139
x
2.7.1 Pengujian White Box …………………………………………… 38
2.7.1.1 Pengujian Basis Path ……………………………………. 38
2.7.1.2 Kompleksitas Siklomatis ……………………………….. 40
2.7.2 Pengujian Black Box …………………………………………… 41
2.8 Konsep Dasar PHP …………………………………………………… 42
2.8.1 Struktur Program PHP ………………………………………….. 43
BAB III ANALISA DAN RANCANGAN ……………………………… 45
3.1 Analisis ……………………………………………………………….. 45
3.1.1 Analisa Masalah ………………………………………………… 45
3.2 Pemecahan Masalah …………………………………………………... 60
3.3 Perancangan Aplikasi …………………………………………………. 61
3.3.1 Pemodelan Diagram Use Case ………………………………….. 61
3.3.2 Class Diagram …………………………………………………... 63
3.3.3 Pemodelan Diagram Sequence ………………………………….. 63
3.3.4 Pemodelan Diagram Aktifitas …………………………………… 67
3.4 Perancangan Antarmuka Pemakai …………………………………….. 73
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
4.1 Implementasi ………………………………………………………….. 80
4.1.1 Implementasi Antarmuka ……………………………………….. 81
4.2 Pengujian ……………………………………………………………… 87
4.2.1 Hasil Pengujian ………………………………………………….. 89
4.2.2 Analisis Hasil Pengujian …………………………………………. 90
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 91
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
12/139
xi
5.2 Saran ………………………………………………………………… 92
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 93
LAMPIRAN LISTING PROGRAM ..................................................... L-1
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
13/139
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Waterfall ……………………………………………. 30
Gambar 2.2 Notasi Diagram Aliran ……………………………………... 39
Gambar 2.3.(a) Bagan Alir ………………………………………………. 39
Gambar 2.3.(b) Grafik Alir ………………………………………………. 40
Gambar 3.1 Diagram Use Case Aplikasi Untuk User ……………………. 61
Gambar 3.2 Class Diagram ............................................…………………... 63
Gambar 3.3 Diagram Sekuensial Sub Menu About Us .………………….. 64
Gambar 3.4 Diagram Sekuensial Sub Menu Terms Of Use ……………… 65
Gambar 3.5 Diagram Sekuensial Sub Menu Contact Us …………………. 65
Gambar 3.6 Diagram Sekuensial Sub Menu Perhitungan Waris …………. 66
Gambar 3.7 Diagram Sekuensial Sub Menu Keterangan Ilmu Waris …….. 66
Gambar 3.8 Diagram Sekuensial Sub Menu Studi Kasus …………………. 67
Gambar 3.9 Diagram Aktifitas Pada Menu Utama ………………………... 68
Gambar 3.10 Diagram Aktifitas Pada Menu About Us …………………… 68
Gambar 3.11 Diagram Aktifitas Pada Menu Terms Of Use ……………… 69
Gambar 3.12 Diagram Aktifitas Pada Menu Contact Us …………………. 70
Gambar 3.13 Diagram Aktifitas Pada Menu Perhitungan Waris …………. 71
Gambar 3.14 Diagram Aktifitas Pada Menu Keterangan Ilmu Waris …….. 72
Gambar 3.15 Diagram Aktifitas Pada Menu Studi Kasus …………………. 73
Gambar 3.16 Perancangan Antarmuka Home …………………………….. 74
Gambar 3.17 Perancangan Antarmuka About Us ………………………… 75
Gambar 3.18 Perancangan Antarmuka Term Of Use……………………... 75
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
14/139
xiii
Gambar 3.19 Perancangan Antarmuka Contact Us ……………………….. 76
Gambar 3.20 Perancangan Antarmuka Perhitungan Warisan ……………. 77
Gambar 3.21 Perancangan Antarmuka Pilih Ahli Waris …………………. 77
Gambar 3.22 Perancangan Antarmuka Bagian Ahli Waris ………………. 78
Gambar 3.23 Perancangan Antarmuka Studi Kasus ……………………… 79
Gambar 4.1 Halaman Home ………………………………………………. 81
Gambar 4.2 Halaman About Us …………………………………………… 82
Gambar 4.3 Halaman Terms Of Use ………………………………………. 83
Gambar 4.4 Halaman Contact Us ………………………………………….. 83
Gambar 4.5 Halaman Perhitungan Waris ………………………………….. 84
Gambar 4.6 Halaman Pilih Ahli Waris ……………………………………. 85
Gambar 4.7 Halaman Bagian Warisan ……………………………………. 85
Gambar 4.8 Halaman Keterangan Ilmu Waris ……………………………. 86
Gambar 4.9 Halaman Studi Kasus ………………………………………… 87
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
15/139
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Diagram Resmi UML …………………………………….. 31
Tabel 2.2 Notasi Pemodelan Diagram Use Case ………………………….. 32
Tabel 2.3 Notasi Pemodelan Diagram Sequence ………………………….. 33
Tabel 2.4 Simbol-Simbol Pada Activity Diagram ………………………… 34
Tabel 3.1 Kasus Pertama ………………………………………………….. 46
Tabel 3.2 Kasus Kedua …………………………………………………… 47
Tabel 3.3 Kasus Ketiga …………………………………………………… 47
Tabel 3.4 Kasus Keempat ……………………………………………….. 48
Tabel 3.5 Kasus Kelima ………………………………………………….. 48
Tabel 3.6 Kasus Keenam ………………………………………………….. 49
Tabel 3.7 Kasus Ketujuh ………………………………………………….. 49
Tabel 3.8 Kasus Kedelapan ……………………………………………….. 50
Tabel 3.9 Kasus Kesembilan……………………………………………….. 50
Tabel 3.10 Kasus Kesepuluh……………………………………………….. 51
Tabel 3.11 Kasus Kesebelas……………………………………………….. 51
Tabel 3.12 Kasus Kedua Belas…………………………………………….. 51
Tabel 3.13 Kasus Ketiga Belas…………………………………………….. 52
Tabel 3.14 K asus Keempat Belas………………………………………….. 52
Tabel 3.15 Kasus Kelima Belas…………………………………………… 53
Tabel 3.16 Kasus Keenam Belas………………………………………….. 53
Tabel 3.17 Kasus Ketujuh Belas……………………………………………. 54
Tabel 3.18Kasus Kedelapan Belas………………………………………….. 54
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
16/139
xv
Tabel 3.19 Kasus KesembilanBelas………………………………………… 55
Tabel 3.20 Kasus Keduapuluh……………………………………………… 55
Tabel 3.21 Kasus Keduapuluh Satu………………………………………… 55
Tabel 3.22 Kasus Keduapuluh Dua………………………………………… 56
Tabel 3.23 Kasus Keduapuluh Tiga……………………………………….. 56
Tabel 3.24 Kasus Keduapuluh Empat …………………………………….. 57
Tabel 3.25 Kasus Keduapuluh Lima ………………………… ..………….. 57
Tabel 3.26 Kasus Keduapuluh Enam ……………………………………… 58
Tabel 3.27 Kasus Keduapuluh Tujuh ………………………………………. 58
Tabel 3.28 Kasus Keduapuluh Delapan ……………………………………. 59
Tabel 3.29 Kasus Keduapuluh Sembilan ………………………………….. 59
Tabel 3.30 Kasus Ketigapuluh ..……………………………………………. 60
Tabel 4.1 Skenario Pengujian …………………………………………… .. 88
Tabel 4.2 Hasil Pengujian …………………………………………………. 89
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
17/139
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan komputer semaksimal mungkin dengan menggunakan program
aplikasi akan dapat memberikan hasil pengolahan data yang lebih terfokus pada
objek yang sangat tergantung pada perhitungan matematis, sehingga ketepatan dan
ketelitian angka dapat terpenuhi.
Setidaknya terdapat 2 (dua) buah keuntungan yang mendasar mengenai
sistem komputerisasi ini, yaitu pertama akurasi data. Akurasi data dalam pencatatan
secara manual, besar kemungkinan terjadinya kesalahan akibat kelalaian manusia
yang bersifat teknis. Sedangkan dengan cara komputerisasi dapat meminimalkan
kesalahan tersebut bahkan dapat lebih sempurna. Kedua, ketepatan dan kecepatan
dalam proses teknik pemasukan data. Disisi lain bila terjadi kesalahan, proses
perbaikan dan koreksi data lebih cepat.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
18/139
2
Penulis berkeinginan untuk membuat sebuah Aplikasi Perhitungan Harta
Waris Menurut Hukum Islam yang dapat memecahkan persoalan dengan cepat
dan akurat. Sehingga dengan diterapkannya sistem perhitungan harta warisan
tersebut dengan aplikasi komputer, maka tidak hanya para ahli ilmu waris saja yang
mengetahui tentang proses hasil perhitungan harta warisan, namun bagi kalangan
awampun dapat juga melakukan perhitungan harta warisan yang tentunya orang
tersebut mempunyai pengetahuan dasar tentang operasional komputer.
.Dalam pelaksanaannnya program ini dirancang dan dibuat dengan bantuan
bahasa pemrograman PHPTriad.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan perancangan Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum
Islam adalah untuk membuat suatu aplikasi yang dapat mempermudah perhitungan
pembagian harta warisan. Aplikasi perhitungan harta waris menurut hukum islam ini
dapat juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai media pembelajaran
dan aplikasi ini juga dapat digunakan pada lembaga pengambil keputusan tentang
harta warisan seperti Lembaga Peradilan Agama.
1.3
Ruang Lingkup
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup
permasalahan pada menerapkan ilmu faraidh ke dalam aplikasi komputer dengan
batasan sebagai berikut:
1. Proses perhitungan harta warisan berdasarkan hukum islam dengan
menginformasikan jumlah bagian pihak-pihak ahli waris dengan batasan:
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
19/139
3
a. Hierarki ke atas adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal yaitu
Kakek/Nenek (Orang Tua)
b.
Hierarki ke bawah adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal Cucu
(keturunan)
c. Hierarki ke samping adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal yaitu
Saudara/Paman
2. Dalam hal pembagian harta warisan ini penulis lebih mengacu pada
petunjuk/paham para Ulama, Sahabat Nabi, Nabi Muhammad, dan ketentuan
pokok yang sudah ditentukan dalam Al-Quran dan Hadits. Diantara rujukan atau
acuan dari Ulama dan Sahabat Nabi Muhammad SAW adalah:
a. Masalah Al-Gharawain, yaitu ketentuan pembagian harta warisan jika ahli
warisnya terdiri dari bapak, ibu dan suami/istri, merujuk kepada pendapat Ali
bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.
b.
Masalah Musyarokah/Musyarikah yaitu apabila ahli waris terdiri dari suami,
ibu, saudara sekandung, dan saudara seibu, maka bagian saudara-saudara
yang 1/3 dibagi diantara mereka, merujuk kepada pendapat Umar, Usman
Zaid dan Imam Tsauri serta Imam Syafi’i.
c. Masalah ‘Aul (kekurangan) yaitu jika jumlah harta warisan mengalami
kekurangan sesuai dengan jumlah bagian yang harus diterima setelah melalui
perhitungan, hal ini merujuk kepada sahabat Umar bin Khattab dengan Zaid
bin Tsabit dan Abbas bin Abdul Muthalib.
d.
Masalah Rodd (kelebihan) yaitu kebalikan dari masalah ‘Aul yaitu dengan
tetap menyertakan ahli waris suami/istri, hal ini mengacu pendapat sahabat
Utsman bin Affan.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
20/139
4
e. Masalah kakek dengan saudara sekandung/sebapak, yaitu dengan lebih
mempertimbangkan bagian kakek lebih diuntungkan dari bagian saudara
sekandung/sebapak, hal ini mengacu pendapat Ali bin Abu Thalib, Ibnu
Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin
Hambal.
1.4 Batasan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu bagaimana
mengintegrasikan konsep ilmu faraidh (ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian
harta warisan) ke dalam bahasa pemrograman komputer sehingga dapat membantu
masyarakat menyelesaikan perhitungan harta waris menurut hukum islam
berdasarkan 30 contoh-contoh kasus yang terdapat dalam buku hukum waris penerbit
senayan, dengan menggunakan PHP sebagai program aplikasi interface. Pada
aplikasi ini tidak menggunakan database.
1.5 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini ada kegiatan utama, yaitu:
1. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data yang dipergunakan
sebagai bahan pembuatan sistem:
a.
Studi Literatur
Yaitu dengan melakukan pencarian data lewat literatur misalnya buku-
buku, artikel-artikel dan lain-lain.
2. Jenis dan sumber data yang digunakan
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
21/139
5
a. Data Sekunder
Merupakan data tentang pokok-pokok ilmu faraidh yang dikumpulkan
secara tidak langsung dari narasumber dimana data tersebut diperoleh dari
buku-buku, artikel-artikel, laporan-laporan yang dibaca oleh penulis.
3. Metode perancangan Program
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan
model Waterfall sebagai metodologi penyelesaian masalah. Model tersebut
berisi rangkaian aktifitas proses yang disajikan dalam proses yang terpisah.
Rangkaian aktifitas proses tersebut adalah penentuan dan analisis spesifikasi
kebutuhan, sistem dan desain perangkat lunak, impementasi dan uji coba
unit, integrasi dan uji sistem, Operasi dan pemeliharaan (Arief Hamdani,
1999:1). Berikut di bawah ini rangkaian aktivitas proses dalam model
Waterfall :
a.
Penentuan dan analisis kebutuhan
b. Sistem dan desain perangkat lunak
c. Implementasi dan uji coba unit
d. Integrasi dan uji sistem
e. Operasi dan pemeliharaan
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, ruang lingkup, tujuan penulisan, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
22/139
6
BAB II Landasan Teori
Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang harta warisan
berdasarkan hukum islam, dasar-dasar pewarisan islam, para ahli
waris dan bagian-bagiannya, metodologi rekayasa perangkat lunak,
konsep dasar PHPTriad, dan gambaran umum tentang teori yang
dipakai dalam pembuatan aplikasi ini.
BAB III Analisis dan Perancangan
Pada bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
analisa masalah, analisis kebutuhan sistem, rancangan proses
implementasi, dan perancangan antarmuka
BAB IV Implementasi dan Pengujian
Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi sistem aplikasi dan
prosedur aplikasi yang telah dibuat.
BAB V Penutup
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap
rancangan aplikasi yang dibuat. Kesimpulan dan saran-saran ini
dibuat dari hasil pembahasan yang telah dilakukan bahwa aplikasi ini
dapat digunakan secara maksimal dan efektif.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
23/139
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sekilas Tentang Ilmu Waris
Kata warisan yang sudah populer didalam bahasa Indonesia asanya dari
bahasa arab yaitu “waratsa” yang mengandung pengertian perpindahan berbagai hak
dan kewajiban tentang kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada orang lain
yang masih hidup. (Drs. Muslich Maruzi : 1981).
Oleh karena ilmu ini lebih banyak membicarakan hak-hak ahli waris yang
telah di tentukan kadarnya secara pasti maka di kalangan fuqoha (ahli fiqh) lebih
populer dengan nama faraidh yaitu “ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian
harta warisan. Pengetahuan tentang cara perhitungan, yang dapat menyampaikan
kepada pembagian harta warisan dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang
wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak waris”. Ini mengandung
pengertian bahwa bagian masing-masing ahli waris telah di tetapkan secara pasti oleh
nash Al-Qur‟an dan hadits.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
24/139
8
Harta warisan atau maurutsun kadang-kadang di artikan sama dengan harta
peninggalan atau tirkah. Namun oleh kalangan ulama tirkah mempunyai pengertian
yang lebih luas yaitu segala apa yang di tinggalkan oleh simati, yang mencakup
seluruh harta dari tanggungan yang berpautan dengan orang lain, termasuk yang
digunakan untuk perawatan kematiannya, untuk pelunasan hutang-hutang dan
pelaksanaan wasiatnya. Sedang maurust hanya sisa peninggalan setelah digunakan
untuk membayar tanggungan-tanggungan tersebut. Sisa inilah yang kemudian
dibagikan kepada ahli warisnya.
2.2 Dasar-dasar Pewarisan Islam
Didalam ajaran agama Islam masalah pewarisan telah ditetapkan diantaranya
didalam kitab suci al-Qur‟an surat al-ahzab ayat 6 yang artinya: “...dan orang-orang
yang mempunyai hubungan darah sebagiannya adalah lebih berhak daripada
sebagian yang lain didalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin muhajirin
kecuali kalau kamu ingin berbuat baik kepada saudara-saudaramu...” (Q.S. Al-
Ahzab :6)
Adapun dasar-dasar kewarisan menurut hukum islam atau yang disebut juga
ashabul Mirats yaitu:
1. Qarabah
Pertalian hubungan darah adalah dasar pewarisan yang utama atau sanak
kerabat. Pertalian lurus keatas disebut ushul , yaitu leluhur yang menyebabkan adanya
simati, termasuk ibu, bapak, kakek, nenek dan seterusnya. Pertalian lurus kebawah
disebut furu’ , yaitu anak keturunan dari simati, termasuk anak-anak, cucu, cicit dan
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
25/139
9
seterusnya. Pertalian menyamping disebut hawasyi, yaitu saudara-saudari, paman,
bibi, keponakan, sepupu dan seterusnya.
Ahli waris sebagai akibat hubungan kerabat, bila ditinjau dari segi bagian
penerimaannya dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam yaitu :
a. Ashabul Furudhil Nasabiyyah
Yaitu golongan ahli waris yang mendapatkan bagian-bagian tertentu, misalnya
1/2, 1/3, dan seterusnya.
b.
Ashabah Nasabiyyah
Yaitu golongan ahli waris yang tidak memperoleh bagian tertentu, tetapi
mendapatkan sisa bagian ashabul furudh. Bila ashabul furudh tidak ada, ashobah
mendapatkan seluruh harta warisan. Tetapi bila harta warisan habis dibagi oleh
ashabul furudh, ashabah tidak mendapatkan apa-apa.
Ada golongan yang mendapatkan ashabul furudh dan ashabah bersama-sama.
c.
Dzawil Arham
Yaitu kerabat yang agak jauh hubungan nasabnya dengan simati. Golongan ini
tidak termasuk golongan tersebut di atas.
1. Semenda ( Mushoharoh)
Perkawinan yang syah menurut syariat, menyebabkan adanya saling mewarisi
antara suami dan istri, apabila diantara keduanya ada yang meninggal pada
waktu perkawinannya masih utuh atau dianggap utuh (talak raj’i yang dalam
masih iddah). Suami dan istri mendapat furudhul maqoddaroh yang telah
ditetapkan oleh syara’ yakni 1/2 (setengah), 1/4 (seperempat), 1/8
(seperdelapan)
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
26/139
10
2. Wala’
Yang dimaksud dengan wala’ disini adalah kerabat menurut hukum yang
timbul karena membebaskan buduk-budaknya, berarti ia telah merubah status
hukum orang yang semula tidak baik bertindak menjadi bertindak baik,
termasuk memiliki dan mengelola harta bendanya sendiri. Oleh karena
kenyataannya tidak ada perbudakan lagi maka sudah barang tentu hak wala’
tersebut diatas tidak ada.
2.2.1 Rukun dan Syarat Kewarisan
Adapun rukun atau sesuatu yang harus ada dari kewarisan ada 3 (tiga) yaitu:
1. Al-Muwarits, yaitu orang yang meninggal dunia, baik haqiqi maupun mati hukini
yaitu suatu kematian yang dinyatakan oleh hakim karena adanya beberapa
pertimbangan.
2. Al-warits, yaitu orang yang akan mewarisi harta warisan simati karena memilki
dasar atau sebab kewarisan, seperti karena adanya hubungan nasab atau
perkawinan atau hak perwalian dengan simati.
3. Mauruts, yaitu harta peninggalan simati yang sudah bersih setelah dikurangi
untuk biaya wasiatnya yang tidak lebih dari 1/3 dari harta warisan.
Adapun syarat-syarat kewarisan yaitu agar ahli waris berhak menerima
warisan ada 3 (tiga), yaitu:
1. Matinya Muwarrits (orang yang mewariskan)
Sebagai akibat kematian muwarrits ialah bahwa warisannya beralih dengan
sendirinya kepada ahli warisnya degan persyaratan tertentu.
2. Hidupnya ahli waris disaat kematian muwarrits
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
27/139
11
Ahli waris yang akan menerima harta warisan disyaratkan ia harus benar-benar
hidup pada saat muwarritsnya meninggal dunia. Persyaratan ini penting artinya
terutama pada ahli waris yang mafqud (hilang tidak diketahui beritanya) dan anak
yang masih dalam kandungan ibunya, apakah ketika muwarritsnya meninggal
dunia dia sudah hidup didalm kandungan muwarrits atau belum.
3. Tidak adanya penghalang-penghalang mewarisi
Ahli waris yang akan menerima warisan harus diteliti dahulu apakah dia ada
yang menggugurkan haknya yang berupa salah satu dari “mawani’il irsyi” yakni
perbudakan, pembunuhan, berbeda agama.
2.2.2 Hal-Hal Yang Menggugurkan Hak Mewarisi
Mawani’il irsyi atau penghalang hak mewarisi adalah hal-hal yang dapat
menggugurkan hak ahli waris untuk mewarisi harta warisan pewarisnya, ada tiga
macam, yaitu:
1. Pembunuhan
Para ulama sepakat pendapatnya bahwa tindakan pembunuhan yang dilakukan
oleh ahli waris terhadap pewarisnya.
2. Berlainan agama
Dasar hukum berlainan agama sebagai mawani’il irsyi adalah hadits Rasul yang
berbunyi “orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang
kafirpun tidak dapat mewarisi harta orang muslim”. Yang dimaksud kafir adalah
berlainan agama.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
28/139
12
3. Perbudakan
Seorang budak statusnya tidak bisa menjadi ahli waris, karena dipandang tidak
baik mengurusi harta dan telah putus hubungan kekeluargaan dengan kerabatnya.
Bahkan ada yang memandang budak statusnya sebagai harta milik tuannya. Dan
ia juga tidak dapat mewariskan harta peninggalannya, sebab ia sendiri dan segala
harta yang ada pada dirinya adalah milik tuannya.
2.2.3 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi
Harta peninggalan seseorang yang mati sebelum di bagikan kepada ahli
warisnya, terlebih dahulu harus dibersihkan dari keperluan tertentu yaitu:
1. Biaya perawatan jenazah (tahjiz )
Biaya-biaya yang diperlukan untuk perawatan jenazah mulai dari saat
meninggalnya sampai penguburannya seperti biaya untuk memandikan, kafan,
mengusung dan menguburkannya diambilkan dari harta peninggalan simati.
2. Hak-hak yang terkait dengan harta waris
Termasuk dalam hak-hak ini adalah hutang yang digadaikan, diyah jinayah
(denda tindakan kriminal) seorang budak, dan zakat yang diwajibkan pada harta
benda sebelum menjadi tirkah
3. Pelunasan hutang-hutang simati
Pelunasan hutang-hutang simati yang belum sempat dibayar sampai saat
meninggalnya, maka harta peninggalannya harus digunakan untuk melunasi
hutang-hutangnya. Hutang harus segera dibayar setelah selesai biaya tahjiz
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
29/139
13
4. Pelaksanaan wasiatnya
Yang dimaksud wasiat disini adalah pemberian sesuatu secara kebaikan yang
pelaksanaannya ditangguhkan setelah sipemberi meninggal dunia. Sesuatu itu
berupa harta atau manfaat yang diambilkan dari harta peninggalannya setelah
tahjiz selesai dan hutang-hutangnya dilunasi. Pelaksanaan wasiat tersebut
jumlahnya tidak boleh lebih dari 1/3 hartanya, meskipun barangkali simati
menghendaki lebih dari itu.
2.3 Para ahli waris dan bagian-bagiannya
2.3.1 Para ahli waris
Para ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan orang yang
meninggal dunia. Tetapi tidak seluruh ahli waris yang ada menerima harta warisan
sebab para ahli waris yang lebih dekat kepada simati, dan ada yang lebih jauh.
Para ahli waris jumlahnya ada 25 orang. Lima belas laki-laki dan sepuluh
orang perempuan
Lima belas orang ahli waris laki-laki urutannya adalah sebagai berikut:
1. Anak laki-laki
2. Bapak
3. Suami
4. Cucu laki-laki
5. Kakek
6. Saudara laki-laki sekandung
7. Saudara laki-laki sebapak
8. Saudara laki-laki seibu
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
30/139
14
9. Anak laki-laki dari saudara (keponakan) sekandung
10. Anak laki-laki dari saudara (keponakan) seayah
11. Saudara laki-laki bapak (paman) yang sekandung
12. Saudara laki-laki bapak (paman) sebapak
13. Sepupu (misan) laki-laki sekandung, yaitu anak laki-laki paman yang sekandung
14. Sepupu (misan) laiki-laki sekandung yaitu anak laki-laki paman yang sebapak
15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak
Jika ahli waris yang tersebut diatas semuanya ada, yang mendapat warisan
dari mereka hanya tiga saja, yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Bapak
3. Suami
Ahli waris perempuan jumlahnya ada sepuluh orang, dengan urutan sebagai
berikut:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari garis anak laki-laki
3. Ibu
4. Istri
5. Saudara perempuan sekandung
6. Nenek dari garis ibu
7. Nenek dari garis bapak
8. Saudara perempuan sebapak
9. Saudara perempuan seibu
10. Orang perempuan yang memerdekakan budak
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
31/139
15
Jika ahli waris perempuan yang tersebut diatas semuanyaada, maka yang
mendapatkan warisan dari mereka hanya lima orang, yaitu:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan
3. Istri
4. Ibu
5. Saudara perempuan sekandung
Dan jika seluruh ahli waris yang jumlahnya 25 orang semuanya ada, maka
hanya lima orang saja yang mendapat bagian sebagai ahli waris utama, yaitu:
1. Suami/Istri
2. Anak lelaki
3. Anak perempuan
4. Bapak
5. Ibu
2.3.2 Hijab dan Mahjub
Hijab artinya dinding atau penutup atau penghalang bagi ahli waris yang
semestinya mendapat bagian warisan menjadi tidak mendapat atau berkurang dari
bagian warisan menjadi tidak mendapat atau berkurang dari bagian yang semestinya,
karena masih ada ahli waris yang lebih dekat pertaliannya dengan orang yang
meninggal itu.
Orang yang menjadi penghalang disebut hajib, yaitu ahli waris yang lebih
dekat dengan simati daripada yang terhalang. Orang yang menjadi terhalang di sebut
nahjab.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
32/139
16
Hijab ada 2 (dua) macam, yaitu:
1. Hijab Nuqson
Yaitu dinding yang mengurangi bagian ahli waris tertentu, karena ada ahli waris
yang lain. Misalnya: bagian suami menjadi berkurang karena ada anak. Suami
berhak mendapat bagian 1/2 harta almarhum istrinya, tetapi karena ada anak yang
ditinggalkan bagian suami hanya 1/4 saja.
2. Hijab Hirman
Yaitu dinding yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak mendapat bagian
sama sekali karena ada ahli waris yang lebih dekat. Misalnya: cucu laki-laki tidak
mendapat bagian sama sekali selama masih ada anak laki-laki.
Ahli waris yang menjadi mahjub karena adanya hijab hirman adalah:
1. Kakek mahjub oleh bapak
2. Nenek garis ibu, mahjub oleh ibu
Nenek garis bapak, mahjub oleh ibu dan juga bapak
3. Cucu laki-laki mahjub oleh anak laki-laki
Cucu perempuan mahjub oleh anak laki-laki dan oleh anak perempuan lebih
dari seorang (jika tidak bersama cucu laki-laki)
4. Saudara kandung (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
5. Saudara sebapak (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
33/139
17
c. Bapak
d. Saudara kandung laki-laki
e. Saudara sekandung perempuan beserta anak atau cucu perempuan
6. Saudara seibu (lak-laki atau perempuan) mahjub oleh:
a. Anak (laki-laki atau perempuan)
b. Cucu (laki-laki atau perempuan)
c. Bapak
d. Kakek
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Paman
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al
ghoir
8. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Paman
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
34/139
18
g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al
ghoir
9. Paman sekandung mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al
ghoir
10. Paman sebapak mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Anak laki-laki saudara sekandung
h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
i. Paman sekandung (dengan bapak)
j. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al
ghoir
11. Anak laki-laki dari paman sekandung mahjub oleh:
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
35/139
19
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Anak laki-laki saudara sekandung
h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
i. Paman sekandung
j. Paman sebapak
k. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al
ghoir
12. Anak laki-laki dari paman sebapak mahjub oleh:
Sebelas orang tersebut diatas ditambah dengan anak laki-laki dari paman
sekandung
2.3.3 Ahli Waris Yang Menjadi Ashobah
Ashobah menurut pengertian adalah ahli waris yang berhak menerima harta
warisan sisa dengan tidak ditentukan bagiannya. Dengan demikian ia mungkin dapat
menerima seluruh harta warisan bila tidak ada ahli waris lainnya atau mungkin hanya
sisanya atau tidak mendapat sama sekali karena harta benda telah habis dibagikan
oleh ashabul furudh.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
36/139
20
Ashobah ada 3 (tiga) macam, yaitu:
1. Ashobah binafsihi
Yaitu orang yang karena dirinya sendiri berhak menerima warisan selaku
ashobah, terdiri dari 14 (empat belas) orang, yaitu:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek (dari pihak bapak)
e. Saudara laki-laki sekandund
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
i. Paman yang sekandung dengan bapak
j. Anak laki-laki dari paman yang sekandung
k. Anak laki-laki dari paman sekandung
l. Anak laki-laki dari paman sebapak
m. Mu’tiq atau mu’tiqoh (orang yang memerdekakan hamba)
n. Ashobah dari mu’tiq atau mu’tiqoh
2. Ashobah bilghoiri
Yaitu orang yang menjadi ashobah beserta orang lain yang telah menjdi ashobah.
Kalau orang lain tidak ada maka ia tidak menjadi ashobah. Kalau orang lain
tidak ada maka ia tidak menjadi ashobah, melainkan menjadi ashabul furudh
biasa, diantaranya:
a. Anak perempuan beserta anak laki-laki
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
37/139
21
b. Cucu perempuan beserta cucu laki-laki
c. Saudara perempuan sekandung beserta saudara laki-laki sekandung
3. Ashobah ma’al ghoiri
Yaitu orang yang menjadi ashobah disebabkan ada orang lain yang bukan
ashobah. Orang lain tersebut tidak ikut menjadi ashobah. Tetapi kalau orang lain
tadi tidak ada, maka ia menjadi ashabul furudh biasa, yaitu:
a. Saudara perempuan sekandung
Apabila ada ahli waris perempuan sekandung bersamaan dengan anak
perempuan atau cucu perempuan, maka saudara perempuan sekandung tadi
menjadi ashobah ma’al ghoir . Sesudah ahli warislain mengambil bagian
masing-masing, sisanya menjadi bagian saudara perempuan tersebut.
b. Saudara perempuan sebapak
Apabila ada ahli waris saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih)
bersamaan dengan anak perempuan atau bersamaan dengan cucu perempuan
maka saudara perempuan sebapak menjadi ashobah ma’al ghoir.
2.3.4 Bagian Masing-Masing Ahli Waris
1. Anak kandung bagiannya adalah:
a. 1/2, jika anak perempuan sendirian tanpa laki-laki
b. 2/3, jika anak perempuan 2 atau lebih dan tidak ada anak laki-laki
c. Ashobah, jika ada anak laki-laki
Jika anak laki-laki lebih dari seorang maka seluruh ashobah dibagi rata
diantara mereka.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
38/139
22
Jika anak laki-laki lebih dari seorang dan anak perempuan maka bagian
seluruh ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian untuk
seorang laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan
2. Cucu bagiannya sebagai berikut:
a. 1/2 , jika cucu perempuan sendirian tanpa cucu laki-laki
b. 2/3, jika cucu perempuan 2 orang atau lebih dan tidak ada cucu laki-laki
c. 1/6, jika cucu perempuan bersama dengan seorang anak perempuan (sebagai
penyempurnaan jumlah bagian 1/2), tanpa cucu laki-laki. Jika bersamaan
dengan dua orang anak perempuan maka cucu perempuan tidak mendapat
bagian.
d. Ashobah, jika ada cucu laki-lakinya
Jika cucu laki-laki sendirian maka ia mendapat bagian ashobah
seluruhnya
Jika cucu laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh ashobah dibagi
rata diantara mereka
Jika ada cucu laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh ashobah
dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang cucu laki-laki
sama dengan bagian dua orang cucu perempuan
3. Suami dan istri
Bagian suami adalah:
a. 1/2, jika tidak ada anak atau cucu
b. 1/4, jika ada anak atau cucu
Bagian istri adalah:
a. 1/4, jika tidak ada anak atau cucu
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
39/139
23
b. 1/8, jika ada anak atau cucu
4. Bapak dan ibu
Bagian bapak adalah:
a. 1/6, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki
b. 1/6 + ashobah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa ada anak
laki-laki
c. Ashobah, jika tidak ada anak atau cucu
Bagian Ibu adalah:
a. 1/6, jika ada anak atau cucu
b. 1/6, jika ada saudara lebih dari seoarang
c. 1/3, jika tidak ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang
Bagian bapak bersama ibu adalah:
a. Masing-masing 1/6, jika ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang
b. Ibu 1/3 dan bapak ashobah, jika tidak ada anak atau cucu atau saudara lebih
dari seorang
c. Merupakan kekecualian dan ketentuan utama, yaitu apabila ahli warisnya
terdiri dari bapak, ibu dan suami atau istri, dalam hal ini setelah di kurangi
oleh bagian suami 1/2 atau bagian istri 1/4, maka ibu mendapat bagian 1/3
dari sisa dan bapak 2/3 dari sisa, masalah ini dinamakan al-gharawain artinya
dua yang sangat terang.
5. Saudara sekandung
Jika tidak mahjub, maka bagian saudara sekandung adalah:
a. 1/2, jika saudara sekandung sendirian tanpa saudara sekandung laki-laki
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
40/139
24
b. 2/3, jika saudara sekandung perempuan 2 orang atau lebih tanpa ada saudara
sekandung laki-laki
c. Ashobah, jika ada saudara sekandung laki-laki. Jika saudara sekandung laki-
laki sendirian maka ia menerima seluruh bagian ashobah
Jika saudara sekandung laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh
ashobah dibagi diantara mereka
Jika ada saudara sekandung laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh
ashobah, dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang
saudara laki-laki sekandung sama dengan bagian dua orang saudara
perempuan sekandung.
6. Saudara sebapak
Kedudukan saudara sebapak adalah dibawah kedudukan saudara sekandung
(sebagaimana kedudukan cucu dibawah anak, sehingga bagiannyapun serupa),
yaitu jika tidak mahjub:
a. 1/2, jika saudara sebapak perempuan sendirian tanpa saudara sebapak laki-
laki
b. 2/3, jika saudara sebapak perempuan dua orang atau lebih tanpa ada saudara
sebapak laki-laki
c. Ashobah, jika ada saudara sebapak laki-laki. Jika saudara sebapak laki-laki
sendirian maka ia menerima seluruh bagian ashobah
Jika saudara sebapak laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh
ashobah dibagi diantara mereka
Jika saudara sebapak laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh
ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang saudara
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
41/139
25
sebapak laki-laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan
sebapak
d. Saudara sebapak permpuan menjadi ashobah ma’al ghoir jika ada anak
perempuan atau cucu perempuan tanpa laki-laki
e. Saudara sebapak perempuan (tanpa ada yang laki-laki) mendapat 1/6, jika ada
seorang saudara sekandung perempuan (tanpa ada yang laki-laki). Ini
dimaksud sebagai pelengkap mencapai bagian 2/3 sebagaimana cucu
perempuan bersama dengan seorang anak perempuan. Jika saudara
perempuan lebih dari seorang maka saudara perempuan sebapak tidak
mendapat bagian
7. Saudara seibu
Saudara seibu yang laki-laki maupun yang perempuan kedudukan dan bagiannya
sama saja. Kalau tidak mahjub saudara seibu mendapat:
a. 1/6, jika hanya seorang
b. 1/3, jika ada dua orang atau lebih
c. Merupakan pengecualian apabila ahli warisnya terdiri dari suami, ibu,
saudara sekandung dan saudara seibu, maka bagian suami 1/3, ibu 1/6 dan
sisa (1/3). Menurut sahabat Umar dan sebagian fuqoha sisa tersebut dibagi
rata diantara saudara-saudara tersebut.
8. Kakek dan Nenek
Bagian kakek jika tidak mahjub oleh bapak adalah:
a. 1/6, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki
b. 1/6 + ashobah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa ada nak
laki-laki
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
42/139
26
c. Ashobah, jika tidak ada anak atau cucu
d. Merupakan pengecualian dalam masalah muqosamah dengan saudara
sekandung atau sebapak
Adapun bagian nenek apabila tidak mahjub adalah:
a. 1/6, jika nenek seorang diri
b. 1/6 dibagi rata, apabila nenek lebih dari seorang dan sederajat kedudukannya
9. Anak-anak saudara (keponakan laki-laki), paman-paman dan anak-anak paman
(saudara sepupu laki-laki) sekandung maupun sebapak sampai jauh keatas
mendapatkan ashobah jika tidak termahjub atau terhalang.
2.3.5 Masalah ‘Aul dan Rodd
2.3.5.1 Masalah ‘Aul
‘Aul maksudnya meningkatkan (membesarkan) angka asal masalah sehingga
menjadi sama dengan jumlah angka pembilang dari bagian-bagian ahli waris yang
ada. Masalah ‘aul terpaksa dilakukan dalam keadaan dimana jumlah bagian yang
harus diterima oleh para ahli waris adalah lebih banyak daripada jumlah harta
warisan yang ada.
2.3.5.2 Masalah Radd
Masalah Radd adalah kebalikan dari masalah ‘aul yaitu terjadi dalam keadaan
dimana jumlah semua bagian ahli waris ternyata lebih sedikit daripada jumlah harta
warisan yang ada (harta warisan lebih banya daripada jumlah bagian-bagian ahli
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
43/139
27
waris). Sisa harta harus dikembalikan kepada ahli waris sehingga harta warisan
menjadi habis tak tersisa.
Antara permasalahan ‘aul dan radd mempunyai penyelesaian yang sama
yaitu semua bagian ahli waris jika dijumlahkan harus sama dengan jumlah harta
warisan. Jika tidak sama (kurang atau lebih) maka dengan menambah bilangan angka
asal masalah menjadi sama seperti jumlah bilangan pembilang dari bagian-bagian
ahli waris.
2.3.6 Kakek bersama saudara
Dikemukakan oleh Ali bin Abi Tholib, Ibnu Mas‟ud, Zaid bin Tsabit, Imam
Syafi‟i, Imam Malik, Imam Hambal bahwa kakek tidak dapat menghijab saudara
sekandung atau sebapak, karena statusnya dianggap setaraf dengan saudara-saudara
tersebut, alasannya:
a. Kakek adalah cabang atas dari bapak dan saudara-saudara adalah cabang dari
bawah bapak. Jadi kedudukannya setaraf dari ayah.
b. Tidak ada nash maupun „ijma yang menetapkan bahwa saudara-saudara
sekandung atau sebapak terhijab oleh kakek. Sedangkan hak mereka telah
ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Oleh karena itu, Zaid bin Tsabit telah
menempatkan cucu laki-laki sebagaimana anak laki-laki, tetapi tidak
menempatkan kakek sebagaimana bapak.
Untuk itu beberapa rumusan tentang bagian kakek bersama saudara yaitu:
1. Apabila ahli waris hanya terdiri dari kakek dan saudara sekandung atau sebapak
(tanpa ada ahli waris lain) maka kakek diberi bagian yang lebih menguntungkan
daripada:
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
44/139
28
a. Kakek diberi 1/3 dari jumlah warisan
b. Kakek diberi bagian sama (muqosamah) dengan saudara-saudara.
2. Apabila ahli waris terdiri dari kakek, saudara-saudara sekandung atau sebapak,
dan lain-lain ahli waris selain bapak, maka kakek diberi bagian yang lebih
menguntungkan daripada tiga macam pembagian dibawah ini:
a. Diberikan kepada kakek 1/6 bagian dari jumlah seluruh harta warisan
b. Diberikan kepada kakek 1/3 dari sisa setelah dibagikan kepada ahli waris lain
selain bukan saudara
c. Atau sisa tersebut dibagikan sama antara kakek dengan saudara sekandung
atau sebapak.
2.4 Metodologi Rekayasa Perangkat Lunak
Pemodelan dalam perangkat lunak merupakan suatu yang harus dikerjakan di
bagian awal dari rekayasa, dan pemodelan ini akan mempengaruhi pekerjaan-
pekerjaan dalam rekayasa perangkat lunak tersebut. Model proses perangkat lunak
masih menjadi objek penelitian, namun pada saat ini terdapat banyak model umum
atau paradigma yang berbeda dari pengembangan perangkat lunak. Salah satu model
yang digunakan dalam pengembangan rekayasa lunak adalah model Waterfall .
Pendekatan model Waterfall berisi rangkaian aktivitas proses yang disajikan
dalam proses yang terpisah, seperti spesifikasi kebutuhan, implementasi desain
perangkat lunak, uji coba dan sebaganya. Setelah setiap langkah didefinisikan,
pengembangan dilanjutkan pada langkah berikutnya (Arief Hamdani, 1999:1).
Berikut di bawah ini rangkaian aktivitas proses dalam model Waterfall :
a. Penentuan dan analisis kebutuhan
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
45/139
29
Dalam pelayanan sistem, pembatasan masalah dan hasil tidak bisa dihindari dari
konsultasi dengan pengguna sistem. Mereka mendefinisikan cara apa yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak yaitu pengguna dan staf pengembang untuk
menghasilkan perangkat lunak yang diinginkan.
b. Sistem dan desain perangkat lunak
Proses desain sistem membagi kebutuhan-kebutuhan menjadi sistem perangkat
lunak atau perangkat keras. Proses tersebut menghasilkan sebuah arsitektur
sistem keseluruhan. Desain perangkat lunak termasuk menghasilkan fungsi
sistem perangkat lunak dalam bentuk yang mungkin diubah ke dalam satu atau
lebih program yang dapat dijalankan.
c. Implementasi dan uji coba unit
Selama tahap ini desain perangkat lunak disadari sebagai sebuah program
lengkap atau unit program. Uji unit termasuk pengujian bahwa setiap unit sesuai
spesifikasi.
d. Integrasi dan uji sistem
Unit individual program atau program-program yang digabungkan
(diintegrasikan) dan pengujian dengan sistem komplit untuk memastikan bahwa
perangkat lunak telah dilakukan, kemudian sistem perangkat lunak dikirim ke
pengguna.
e. Operasi dan pemeliharaan
Biasanya operasi ini adalah fase putaran pengujian yang cukup lama. Sistem
dipasang dan digunakan. Pemeliharaan meliputi pengoreksian kesalahan yang
yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan implementasi unit
sistem dan peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru ditemukan. Masalah
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
46/139
30
yang ada dalam penggunaann model Waterfall ini adalah partisi yang tidak dapat
diubah dari proyek ke tingkat yang berbeda. Pengiriman sistem terkadang tidak
dapat dipaksakan. Meskipun begitu, model Waterfall ini menggambarkan teknis
yang praktis. Untuk lebih jelas, berikut di bawah ini Gambar 2.1 model
Waterfall .
Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1)
Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1)
2.5 Unified Modelling Language
Menurut Fowler (2005:1) Unified Modelling Language (selanjutnya disebut
UML) adalah keluarga notasi grafis yang didukung oleh meta-model tunggal, yang
membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya sistem yang
dibangun menggunakan pemrograman berorientasi objek. Selain itu UML juga dapat
diartikan sebagai sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam industri untuk
visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak Dharwiyanti
dan Wahono (2003:2). UML menawarkan sebuah standar untuk merancang model
sebuah sistem.
Requirementsdefinition
System and
software design
Implementationand unit testing
Integration andsystem testing
Operation andmaintenance
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
47/139
31
Dengan menggunakan UML kita dapat membuat model untuk semua jenis
aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras,
sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun.
Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep dasarnya,
maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa berorientasi objek.
Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan sintaksis
( syntax) atau semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk
menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna
tertentu, dan sintaksis ( syntax) UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk
tersebut dapat dikombinasikan. UML terdiri atas 13 jenis diagram resmi seperti
tertulis dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jenis diagram resmi UML
No. Diagram Kegunaan
1. Activity Behavior prosedural dan parallel
2. Class Class, fitur , dan hubungan-hubungan
3. Communication Interaksi antar objek; penekanan pada jalur
4. Component Struktur dan koneksi komponen
5.Composite
structureDekomposisi runtime sebuah class
6. Deployment Pemindahan artifak ke node
7. Interaction
overviewCampuran sequence dan activity diagram
8. Object Contoh konfigurasi dari contoh-contoh
9. Package Struktur hirarki compile-time 10. Sequence Interaksi antar objek; penekanan pada sequence
11. State machihne Bagaimana even mengubah objek selama aktif
12. Timing Interaksi antar objek; penekanan pada timing
13. Use caseBagaimana pengguna berinteraksi dengan sebuahsistem
Dalam laporan tugas akhir ini, diagram UML yang akan dibahas adalah
diagram use case, diagram sequence, dan diagram aktifitas.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
48/139
32
2.5.1 Diagram Use Case
Menurut Suhendar dan Gunadi (2002:49) diagram Use Case adalah
menjelaskan manfaat sistem jika dilihat menurut pandangan orang yang berada di
luar sistem (actor ) diagram ini menunjukkan fungsionalitas suatu sistem atau kelas
dan bagaimana sistem berinteraksi dengan dunia luar.
Diagram use case dapat digunakan selama proses analisis untuk menangkap
requirements sistem dan untuk memahami bagaimana sistem seharusnya bekerja.
Selama tahap desain, diagram use case menetapkan perilaku (behavior ) sistem saat
diimplementasikan. Dalam sebuah model mungkin terdapat satu atau bebrapa use
case diagram. Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan use case (lihat tabel
2.2)
Tabel 2.2 Notasi pemodelan diagram use case
Notasi Keterangan
Aktormerupakan sebuah peran yang dimainkanseorang pengguna dalam kaitannya dengansistem
Use case
adalah rangkaian/uraian sekelompok yangsaling terkait dan membentuk sistem secarateratur yang dilakukan atau diawasi olehsebuah aktor. use case digunakan untukmembentuk tingkah-laku benda/ things dalam sebuah model serta di realisasikanoleh sebuah collaboration.
Generalization
adalah menggambarkan hubungan khususdalam obyek anak/child yang menggantikanobyek parent / induk
Dependency
adalah hubungan semantik antara dua benda/things yang mana sebuah benda berubah mengakibatkan benda satunya
akan berubah pula.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
49/139
33
Realization
merupakan hubungan semantik antara pengelompokkan yang menjamin adanyaikatan diantaranya. Hubungan ini dapat
diwujudkan diantara interface dan kelasatau elements.
2.5.2 Diagram Sequence
Menurut Fowler (2005:81) sebuah diagram sequence secara khusus
menjabarkan aktivitas sebuah skenario tunggal. Diagram tersebut menunjukkan
sejumlah objek contoh dan pesan-pesan yang melewati objek-objek di dalam use
case diagram. Diagram Sequence menunjukkan interaksi dengan menampilkan setiap
partisipan dengan garis alir secara vertikal dan pengurutan pesan dari atas ke bawah.
Diagram Sequence biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau
rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah kejadian
(event ) untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger
aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan
output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline
vertikal. Pesan digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya.
Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan sequence diagram (lihat tabel 2.3)
Tabel 2.3 Notasi pemodelan diagram sequence
Notasi Keterangan
Aktormerupakan sebuah peran yangdimainkan seorang pengguna dalamkaitannya dengan system
Activation
menggambarkan waktu yang dibutuhkansuatu objek untuk menyelesaikan suatuaktifitas.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
50/139
34
Kelas boundary adalah yang memodelkan interaksiantara satu atau lebih aktor dengansistem.
Kelas kontroldigunakan untuk memodelkan “perilakumengatur”, khusus untuk satu atau
beberapa use case saja.
Kelas entitasmememodelkan informasi yang harusdisimpan oleh sistem
Lifeline
digambarkan dengan garis putus-putus,yang menggambarkan bahwa hadirnya
objek terhadap waktu
Aliran pesandigambarkan dengan tanda panah, yangmenggambarkan komunikasi antar objek
2.5.3 Pemodelan Diagram Aktifitas
Diagram aktifitas adalah teknik untuk mendeskripsikan logika prosedural,
proses bisnis dan aliran kerja dalam banyak kasus. Diagram aktifitas mempunyai peran
seperti halnya diagram alur ( flowchart ), akan tetapi perbedaannya dengan flowchart
adalah diagram aktifitas bisa mendukung perilaku paralel sedangkan flowchart tidak
bisa.
Berikut pada Tabel 2.4 adalah simbol-simbol yang sering digunakan pada saat
pembuatan diagram aktifitas.
Tabel 2.4 Simbol-simbol pada activity diagram
No Simbol Keterangan
1 Titik awal
2 Titik akhir
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
51/139
35
3 Activity
4 Pilihan untuk pengambilan keputusan
5 Fork ; digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang
dilakukan secara paralel atau untuk menggabungkan dua
kegiatan paralel menjadi satu
6 Rake; menunjukkan adanya dekomposisi
7 Tanda waktu
8 Tanda pengiriman
9 Tanda penerimaan
10 Aliran akhir ( flow final )
2.5.4 Class Diagram
Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan
sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek.
Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus
menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class
diagram juga menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek
beserta hubungan satu sama lain seperti isi, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain
(Dharwiyanti dan Wahono, 2003:5).
Class memiliki tiga area pokok :
1. Nama (dan stereotype)
2. Atribut
3. Metoda
Atribut dan metoda dapat memiliki salah satu sifat berikut :
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
52/139
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
53/139
37
interface). Antarmuka pemakai adalah bagian sistem komputer yang memungkinkan
manusia berinteraksi dengan komputer. Ada tiga kategori pedoman desain HCI,
yaitu: (Pressman: 2002:471-474)
1. Interaksi umum. Pedoman interaksi umum diantaranya meliputi:
a. Konsisten: Gunakan format yang konsisten untuk misalnya pada pemilihan
menu, masukan perintah, tampilan data.
b. Mintalah verifikasi terhadap sembarang aksi destruktif yang siginifikan.
Misal berikan pertanyaan kepada pemakai ketika ia meminta penghapusan
file.
c. Ijinkan kemudahan pembatalan sebagian besar aksi.
d. Kurangi jumlah informasi yang harus diingat di antara aksi-aksi.
e. Usahakan adanya efisiensi dalam dialog, gerakan, dan pemikiran.
f. Memaafkan kesalahan: Sistem harus melindungi dirinya sendiri dari
kesalahan yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem.
g. Kategorikan aktivitas menurut fungsi dan atur geografi layar secara sesuai.
h. Sediakan fasilitas help.
2. Tampilan informasi. Pedoman tampilan informasi diantaranya meliputi:
a. Hasilkan pesan kesalahan yang berarti.
b. Gunakan huruf besar dan kecil untuk membantu pemahaman.
c. Jangan membanjiri pemakai dengan data, gunakan format yang representasi.
3. Input data. Pedoman-pedoman yang fokus pada input data diantaranya meliputi:
a. Minimalkan jumlah aksi input yang dibutuhkan dari pemakai.
b. Jagalah konsistensi di antara tampilan informasi dan input data.
c. Sediakan help untuk membatu semua aksi input .
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
54/139
38
2.7 Pengujian
Pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas
perangkat lunak dan merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan
pengkodean (Pressman, 2002:525).
2.7.1 Pengujian White Box
Pengujian white box adalah metode desain test case yang menggambarkan
struktur kontrol desain prosedural untuk memperpoleh test case. Dengan
menggunakan merode pengujian white box, perekayasa sistem dapat melakukan test
case yang: (Pressman, 2002:533)
1. memberikan jaminan bahwa semua jalur yang independ pada suatu modul telah
digunakan paling ridak satu kali;
2. menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false;
3. mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batasan operasional
mereka;
4. menggunakan struktur data internal untuk menjamin validitasnya.
2.7.1.1 Pengujian Basis Path
Pengujian basis path adalah teknik pengujian white box dimana test case yang
dilakukan untuk menggunakan basis set tersebut dijamin untuk menggunakan setiap
elemen statemen di dalam program paling tidak sekali selama pengujian (Pressman,
2002:534). Notasi pengujian basis path untuk representasi aliran kontrol disebut
diagram alir (atau grafik program). Notasi diagram alir dapat dilihat pada Gambar
2.2 berikut:
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
55/139
39
sequence if while until
case
Gambar 2.2. Notasi diagram aliran
Untuk menggambarkan grafik alir, perhatikan representasi desain prosedural
pada Gambar 2.3 (a) dan Gambar 2.3 (b) berikut.
1
2
3
6 4
587
Gambar 2.3. (a) Bagan alir
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
56/139
40
1
2,3
7 8
9
6 4,5
10
11
Gambar 2.3. (b) Grafik alir
Pada Gambar 2.3(a), diagram alir digunakan untuk menggambarkan struktur
kontrol program. Gambar 2.3(b). memetakan bagan alir tersebut ke dalam grafik alir.
Pada Gambar 2.3(b), masing-masing lingkaran yang disebut simpul grafik alir,
merepresentasikan satu atau lebih statemen prosedural.
Urutan kotak proses dan permata keputusan dapat memetakan simpul
tunggal. Anak panah pada grafik alir tersebut yang disebut edges atau links,
merepresentasikan aliran kontrol dan analog dengan anak panah bagan alir. Area
yang dibatasi oleh edge dan simpul disebut region.
2.7.1.2 Kompleksitas Siklomatis
Kompleksitas siklomatis adalah mertik perangkat lunak yang memberikan
pengukuran kuantitatif terhadap kompleksitas logis suatu program. (Pressman,
2002:538). Nilai kompleksitas siklomatis dihitung untuk menentukan jumlah jalur
independent dalam basis set suatu program dan memberi batas atas bagi jumlah
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
57/139
41
pengujian yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua statemen telah
dieksekusi sedikitnya satu kali.
Jalur independen adalah jalur yang memulai program yang mengintroduksi
sedikitnya satu rangkaian proses baru atau kondisi baru. Sebagai contoh, serangkaian
jalur independen untuk grafik alir yang ditunjukkan adalah:
Jalur 1: 1-11,
Jalur 2: 1-2-3-4-5-10-1-11
Jalur 3: 1-2-3-6-8-9-10-1-11
Jalur 4: 1-2-3-6-7-9-10-1-11
Nilai kompleksitas siklomatis dihitung dalam salah satu dari tiga cara berikut:
1. Jumlah region grafik alir sesuai dengan kompleksitas siklomatis
2. Kompleksitas siklomatis, V(G), untuk grafik alir G ditentukan sebagai V(G) = E
– N + 2 dimana E adalah jumlah edg e grafik alir dan N adalah simpul grafik alir.
3. Komplelsitas siklomatis, V(G), untuk grafik alir G juga ditentukan sebagai V(G)
= P + 1 dimana P adalah jumlah simpul presikat yang diisikan dalam grafik alir
G.
2.7.2 Pengujian Black Box
Pengujian black box berusahan menemukan kesalahan sebagai berikut:
1. Fungsi-fungsi yang hilang atau tidak benar
2. Kesalahan interface
3. Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data eksternal
4. Kesalahan kinerja
5. Inisialisasi dan kesalahan terminasi
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
58/139
42
Salah satu bentuk pengujian black-box adalah metode Partisi ekivalensi yaitu
metode pengujian black box yang membagi domain input dari suatu program ke
dalam kelas data dari mana test case dapat dilakukan (Pressman, 2002:556).
2.8 Konsep Dasar PHP
PHP ( Hypertext Preprocessor ), selanjutnya disebut PHP, dikenal sebagai
bahasa scripting yang menyatu dengan tag-tag HTML ( Hypertext Markup
Language), dieksekusi di server, dan digunakan untuk membuat halaman web yang
dinamis (Azis, 2001:1).
PHP termasuk dalam open source product , yang memungkinkan pengguna
dapat merubah kode-kode program dan mendistribusikannya secara bebas. PHP juga
diedarkan secara gratis. PHP juga dapat berjalan di berbagai web server semisal IIS,
Apache, PWS, dan lain sebagainnya.
Di awal Januari 2001, PHP telah dipakai lebih dari 5 juta domain diseluruh
dunia, dan akan terus bertambah karena kemudahan aplikasi PHP ini dibandingkan
dengan bahasa server side yang lain. Untuk informasi mengenai berapa banyak
pengguna PHP saat ini kita dapat melihat di http://www.php.net/usage.php
Adapun kelebihan-kelebihan dari PHP yaitu :
1. PHP diterbitkan secara gratis.
2. PHP dapat berjalan dalam web server yang berbeda dan dalam sistem operasi
yang berbeda pula. PHP dapat berjalan di sistem operasi UNIX, Windows 98,NT
dan Macintosh.
3. PHP mudah dibuat dan akses kecepatanya tinggi.
http://www.php.net/usage.phphttp://www.php.net/usage.php
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
59/139
43
4. PHP juga dapat berjalan pada web server Microsoft Personal Web Server,
Apache, IIS dan sebagainnya.
5. PHP adalah termasuk bahasa yang embedded (bisa ditempel atau ditempatkan
dalam tag HTML).
Untuk melakukan pemograman pada situs web dinamis, minimal dibutuhkan
tiga buah program, yaitu:
1. PHP,
2. Apache sebagai web server,
3. MySQL sebagai basis data.
Konsep kerja dari PHP adalah ketika seseorang mengetikkan alamat di web
browser , maka browser akan mengirimkan perintah tersebut ke web server . Jika yang
diminta adalah berkas ( file) yang mengandung program server-side maka web server
akan menjalankan terlebih dahulu program tersebut dan mengirimkannya hasilnya ke
browser . Jika yang diminta adalah file HTML maka web browser akan langsung
mengirimkan ke browser apa adanya (Purwanto, 2001:2).
2.8.1 Struktur Program PHP
Kode program PHP menyatu dengan tag-tag HTML dalam satu file. Kode
PHP diawali dengan tag . File yang berisi
tag HTML dan kode PHP ini diberi ekstensi .php. Berdasarkan ekstensi ini, pada saat
file diakses, server akan tahu bahwa file ini mengandung kode PHP. Server akan
menterjemahkan kode ini dan menghasilkan keluaran (output ) dalam bentuk tag
HTML yang dikirim ke browser client yang mengakses file tersebut (Azis, 2001:5).
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
60/139
44
PHP bersifat case sensitive yang artinya PHP membedakan huruf kecil dan
huruf besar untuk penulisan variabel. Misalnya variabel $p beda dengan variabel $P.
Sedangkan untuk penulisa fungsi-fungsi, PHP tidak membedakan huruf besar dan
huruf kecil. Ada tiga cara dalam penulisan script PHP yaitu:
1.
2.
3. Script PHP
Sedangkan untuk penulisan komentar program, ada tiga macam cara
penulisan komentar program yang dapat digunakan, yaitu:
1. C style, komentar diawali dengan tag /* dan diakhiri */, style ini digunakan untuk
komentar yang lebih dari satu baris.
2. C++ style, komentar ini diawali dengan tag // dan hanya berlaku untuk satu bari
komentar, untuk baris berikutnya harus diawali dengan tag // lagi.
3. Bourne Shell style, diawali dengan tag # untuk satu baris komentar.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
61/139
BAB III
ANALISA DAN RANCANGAN
3.1 Analisis
Seperti langkah-langkah yang dilakukan pada salah satu model proses
rekayasa perangkat lunak yaitu model waterfall , maka pada bab ini akan dibahas
tentang tahap-tahap dalam membangun perangkat lunak. Proses analisis merupakan
salah satu tahapan yang harus dilalui rekayasa piranti lunak karena melalui analisis
definisi masalah menjadi lebih jelas, kebutuhan sistem dapat dispesifikasi sehingga
kriteria yang harus dipenuhi sistem dapat ditentukan supaya sistem yang dihasilkan
nantinya dapat menjadi solusi dari masalah tersebut.
3.1.1 Analisa Masalah
Pemanfaatan komputer semaksimal mungkin dengan menggunakan program
aplikasi akan dapat memberikan hasil pengolahan data yang lebih terfokus pada
objek yang sangat tergantung pada perhitungan matematis, sehingga ketepatan dan
ketelitian angka dapat terpenuhi.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
62/139
46
Berikut ini adalah kasus-kasus yang terkait dengan ahli waris, berikut kasus-
kasus yang terkait dengan ahli waris:
1.
Masalah Pertama
Jika seorang wanita (istri) meninggal dunia, meninggalkan seluruh ahli waris
laki-laki, maka yang dapat mewarisi hanyalah 3 orang, yaitu : suami, ayah, dan
anak laki-laki. Sisanya dari 15 ahli waris terhalang oleh anak laki-laki dan ayah.
Dalam kasus ini suami mendapatkan 1/4 dari harta waris, ayah mendapatkan 1/6
karena bersama dengan waris laki-laki, sedangkan bagian untuk anak laki-laki
adalah sisa harta waris menurut bagian lunak.
Asal masalah yaitu kelipatan bilangan terkecil yang dapat dibagi dengan setiap
pembagian pembagian warisan tetap berdasarkan perkiraan dari para ahli waris.
Pada kasus tersebut adalah 12 karena suami mendapatkan bagian 1/4 dan ayah
mendapatkan bagian 1/6. Dengan demikian kelipatan bilangan terkecil yang bisa
dibagi habis 1/4 dan 1/6 adalah 12. Untuk memperjelas hal tersebut, perhatikan
tabel 3.1 pada kasus pertama.
Tabel 3.1 Kasus Pertama
Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 12
Suami
Ayah
Anak laki-laki
1/4
1/6
Sisa
3
2
7
2.
Masalah Kedua
Jika seorang wanita (istri) meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli
waris perempuan, maka yang dapat mewarisi harta si mayit hanya 4 orang, yaitu:
ibu, anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, dan saudara
perempuan sekandung. Asal masalah dalam kasus ini adalah 6, yaitu ibu
mendapatkan bagian 1/6, anak perempuan mendapatkan bagian 1/2, cucu
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
63/139
47
perempuan dari anak laki-laki yang mendapatkan bagian 1/6, dan sisa harta waris
dibagikan kepada saudara perempuan sekandung sebanyak 1/6. Perhatikan tabel
3.2 pada kasus kedua.
Tabel 3.2 Kasus Kedua
Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6
Ibu
Anak perempuan
Cucu perempuan dari jalur laki-laki
Saudara perempuan sekandung
1/6
1/2
1/6
Sisa
1
3
1
1
3.
Masalah Ketiga
Jika seorang suami meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli waris
perempuan, maka ahli waris perempuan yang dapat mewarisi hanya 5 orang,
yaitu: anak perempuan mendapatkan 1/2, cucu perempuan dari anak laki-laki
mendapatkan 1/6, ibu mendapatkan 1/6, istri mendapatkan 1/8, sedangkan anak
perempuan sekandung mendapatkan sisa harta secara lunak yakni 1/24. Asal
masalah pada kasus ini adalah 24. Berikut adalah tabel 3.3 dari kasus ketiga
tersebut.
Tabel 3.3 Kasus Ketiga
Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 24
Anak perempuan
Cucu perempuan dari anak laki-laki
Ibu
Istri
Saudara perempuan sekandung
1/2
1/6
1/6
1/8
Sisa (1/24)
12
4
4
3
1
4. Masalah Keempat
Jika seorang laki-laki meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli
waris laki-laki, maka yang dapat mewarisi harta peninggalannya adalah ayah dan
anak laki-laki saja, selebihnya terhalang oleh kedua ahli waris tadi. Pada kasus
ini, ayah mendapatkan bagian 1/6, karena asal masalah kasus ini adalah 6 maka
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
64/139
48
anak laki-laki mendapatkan bagian 5/6 sebagai sisa harta yang diwariskan secara
lunak. Di bawah ini adalah tabel 3.4 dari kasus keempat.
Tabel 3.4 Kasus KeempatAhli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6
Ayah
Anak laki-laki
1/6
Sisa
1
5
5. Masalah Kelima
Jika seorang istri meninggal dunia, meninggalkan ahli waris laki-laki dan
perempuan, maka yang berhak mendapatkan harta peninggalan si mayit hanyalah
5 orang, yaitu ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, dan suami. Asal
masalah pada kasus ini adalah 12, dan beralih menjadi 36 dengan perincian:
ayah mendapatkan bagian 1/6, ibu mendapatkan bagian 1/6, suami mendapatkan
bagian 1/4. Adapun anak laki-laki mendapatkan sisa yakni 15, anak laki-laki
mendapatkan 10 dan perempuan 5. untuk lebih jelas bisa di lihat dalam tabel 3.5
dari kasus kelima.
Tabel 3.5 Kasus Kelima
Ahli Waris Bagian WarisAsal Masalah:
12/3
Asal Masalah:
36
Ayah
Ibu
Suami
Anak laki-laki
Anak perempuan
1/6
1/6
1/4
Sisa
Sisa
2
2
3
5
5
6
6
9
10
5
6. Masalah Keenam
Jika seorang suami meninggal dunia, meninggalkan seluruh ahli waris laki-laki
dan perempuan, maka ahli waris yang berhak mendapatkan harta peninggalannya
hanyalah 5 orang, yaitu: ayah, ibu, istri, anak laki-laki dan anak perempuan. Asal
masalah dari kasus ini adalah 24, karena bagian masing-masing untuk ayah dan
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
65/139
49
ibu 1/6, istri mendapatkan bagian 1/8, sedangkan sisanya dibagikan untuk anak
laki-laki (2 x 13) dan untuk anak perempuan (1 x 13). Dengan demikian, jumlah
yang 3 kita kalikan kepada asal masalah yang 24, hasilnya menjadi 72. Berikut
adalah tabel 3.6 dari kasus keenam.
Tabel 3.6 Kasus Keenam.
Ahli Waris Bagian WarisAsal Masalah:
24/3
Asal Masalah:
72
Ayah
Ibu
Istri
Anak laki-laki
Anak perempuan
1/6
1/6
1/8
Sisa
Sisa
4
4
3
13
13
12
12
9
26
13
7.
Masalah Ketujuh
Seseorang meninggal dunia, meninggalkan anak permpuan, ibu, dan ayah, maka
anak perempuan mendapatkan bagian 1/2, ibu mendapatkan bagian 1/6, dan ayah
mendapatkan bagian 1/2 secara fardh serta sisanya secara ta’shib. Berikut ini
adalah tabel 3.7 dari kasus ketujuh.
Tabel 3.7 Kasus Ketujuh
Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6
Anak perempuan
Ibu
Ayah
1/2
1/6
1/6 + Sisa
3
1
1 secara fardh + 1 secara ta’shib = 2
8.
Masalah Kedelapan
Seseorang meninggal dunia, meninggalkan 2 orang anak perempauan, ibu, dan
ayah. Asal masalah dari kasus ini adalah 6. dengan demikian 2 orang anak
perempuan mendapatkan bagian 2/3, ibu mendapatkan bagian 1/6, dan ayah
hanya mendapatkan bagian 1/6 karena memang tidak ada harta yang tersisa
kecuali sebesar itu. Berikut adalah tabel 3.8 dari kasus kedelapan.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
66/139
50
Tabel 3.8 Kasus Kedelapan
Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6
2 orang anak perempuan
Ibu
Ayah
2/3
1/6
1/6
4
1
1
9.
Masalah Kesembilan
Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, 2 orang anak perempuan, dan
ayah, maka bagian untuk suami adalah 1/4 dengan hasil pembagian 3, 2 orang
anak perempuan mendapat bagian 2/3 dengan hasil pembagian 8, dan ayah
mendapatkan bagian 1/6 dengan hasil pembagian 2. Dengan demikian, asal
masalah pada kasus ini adalah 12, lalu di ‘aul kan (dinaikkan) menjadi 13.
Berikut adalah tabel 3.9 dari kasus kesembilan.
Tabel 3.9 Kasus Kesembilan
Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 12/13
Suami
2 orang anak perempuan
Ayah
1/4
2/3
1/6
3
8
2
10. Masalah Kesepuluh
Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, 2 orang anak perempuan, ibu
dan ayah. Asal masalah pada kasus ini adalah 12, kemudian di naikkan menjadi
15, yakni dinaikkan sesuai dengan bagian 1/6 ayah secara utuh. Dengan
demikian, suami mendapatkan bagian 1/4 dengan hasil pembagian 3, 2 orang
anak perempuan mendapatkan bagian 2/3 dengan hasil pembagian 8, ibu
mendapatkan 1/6 dengan hasil pembagian 2, dan ayah mendapatkan bagian 1/6
dengan hasil pembagian 2. Berikut adalah tabel 3.10 dari kasus kesepuluh.
8/15/2019 Rahayu Septianingsih
67/139
51
Tabel 3.10 Kasus Kesepuluh
Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 12/15
Suami
2 orang anak perempuan
IbuAyah
1/4
2/3
1/61/6
3
8
22
11. Masalah Kesebelas
Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, ibu, dan paman. Dalam hal ini,
suami memperoleh bagian 1/2 karena suami tidak bersama-sama dengan ahli
waris keturunan si mayit, ibu mendapat bagian 1/3, dan paman mendapatkan sisa
harta waris secara lunak, yakni dengan hasil pembagian 1. Asal masalah pada
kasus ini adalah 6. Berikut adalah tabel 3.11 kasus kesebelas.
Tabel 3.11 Kasus Kesebelas
Ahli Waris Bagian Waris Asal Masalah: 6
Suami
Ibu
Paman
1/2
1/3
Sisa
3
2
1
12. Masalah Kedua Belas
Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, ayah, dan saudara laki-laki
sekandung, maka suami mendapatkan bagian 1/2 karena tidak bersama-sama
dengan ahli waris keturunan si mayit (istri), ayah memperoleh sisa harta waris,
sedangkan saudara laki-laki sekandung tidak mendapatkan apa-apa, karena ia
terhalang oleh ayah. Asal masalah pada kasus ini adalah 2. Dengan demikian,
suami dan ayah mas