1
H ARI masih pagi, tetapi suasana Desa Persiapan Pemekaran Wa- nasari Sebamban, Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Ta- nah Bumbu, sudah ramai. Minggu (29/8), ribuan umat Hindu Bali dari berbagai pen- juru menggelar ritual adat aben atau ngaben. Ngaben adalah upacara pelepasan roh-roh yang su- dah meninggal untuk diantar menuju alam baka. Melalui upacara ini diharapkan para ar- wah dapat diterima di sisi Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan),” kata I Putu Swarne, tokoh masyarakat Hindu di sana. Warga yang umumnya ber- asal dari Kabupaten Tanah Bumbu, Kotabaru, Barito Kuala, dan Banjar telah me- ngenakan pakaian adat untuk memulai upacara yang digelar setiap lima tahun sekali itu. Kali ini, peserta aben seba- nyak 219 jenazah terdiri dari 39 anak-anak dan 180 orang dewasa. Prosesi aben sendiri berlang- sung dalam beberapa tahapan. Bahkan, awal upacaranya telah dimulai sejak tiga pekan berse- lang yang disebut prosesi matur piuning nanceb surya atau proses penetapan waktu ngaben. Dengan dipimpin para pen- deta, aben dimulai dengan doa bersama sebagai tanda peng- hormatan kepada manusia dan Tuhan. Kegiatan pun berlanjut de- ngan penggalian kubur dan pengumpulan tulang belulang yang akan dibakar. Setelah disucikan, tulang belulang tersebut diarak menuju an- jungan patung lembu. Tulang- tulang itu akan digendong dengan selendang menuju lokasi aben. Api berkobar membakar anjungan yang terbuat dari bambu dan bade (kertas ber- warna berbentuk lembu) sesaat setelah para pendeta selesai membaca mantra. Pembakaran tujuh bade yang diletakkan di alun-alun desa tersebut merupakan puncak dari ritual aben. Perlu waktu cukup lama hingga tulang-tulang yang dibakar berubah menjadi abu. Selanjutnya abu sisa pemba- karan dilarung ke laut. Aben massal itu sudah ketiga kalinya diselenggarakan di Kalimantan Selatan. Besarnya biaya dan prosesi aben yang memakan waktu lama menjadi alasan kegiatan itu diseleng- garakan secara massal. Untuk melaksanakan aben, keluarga paling sedikit harus mengeluarkan biaya Rp5 juta per jenazah. Aben dilakukan sebagai ben- tuk pengabdian terakhir se- orang anak, cucu, atau keluarga kepada kerabat mereka yang telah tiada. Baik orang tua, kakek, nenek, ataupun saudara mereka. Pemerintah Kabupaten Ta- nah Bumbu belakang hari me- masukkan upacara adat aben itu menjadi agenda kepariwisataan daerah. Komunitas umat Hindu Bali Kabupaten Tanah Bumbu termasuk yang terbesar di Ka- limantan Selatan. Adapun jumlah umat Hindu di Kalsel yang sebagian besar berasal dari Bali mencapai 18.000 jiwa. “Selain sebagai agenda wisa- ta, Tanah Bumbu juga akan di- jadikan pusat Hindu terbesar di luar Bali,” tutur Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanah Bumbu, Abdul Karim. Adat istiadat dan suasana Kampung Bali dinilai memiliki nilai jual sebagai objek wisata bagi daerah tersebut, selain wisata kampung nelayan Bugis Pagatan. (N-4) denny_susanto @mediaindonesia.com Melestarikan Tradisi di Tanah Rantau Minoritas Hindu Bali dari sejumlah kabupaten di Kalimantan Selatan menggelar ritual penyucian roh, biasa disebut aben massal. Denny Susanto Adat istiadat dan suasana Kampung Bali dinilai memiliki nilai jual sebagai objek wisata bagi Kalimantan Selatan.” RABU, 1 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Nusantara | 7 NGABEN: Umat Hindu Bali yang ada di Kalimantan Selatan, Minggu (29/8), menggelar upacara ngaben massal yang dipusatkan di Kecamatan Sungai Loban, Tanah Bumbu (atas). Kertas berwarna yang dibentuk menyerupai lembu atau bade diletakkan di atas anjungan bambu. Selanjutnya masyarakat Hindu Bali mengarak bade menuju alun-alun desa untuk dibakar, sebagai puncak dari prosesi ngaben di Kalimantan Selatan. FOTO-FOTO:MI/DENNY SUSANTO K ARENA terletak di kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan dianugerahi sumber alam yang sangat berlimpah. Mulai dari hu- tan dengan pepohonan hijaunya serta hawa pengunungan yang sangat sejuk. Kekayaan alam inilah yang disadari betul oleh Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda. Sebagai seorang pemimpin tertinggi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Aang bertekad untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan. “Kelestarian lingkungan sangat penting. Bukan untuk kita, melainkan untuk anak cucu kita kelak,” katanya. Karena itu, pembangunan di daerah ini sangat peduli lingkungan. ‘’Langkah ini dimulai dengan program Pengantin Peduli Lingkungan (Pepeling). Setiap pengantin wajib memberikan 5-10 bibit tanaman untuk ditanam,’’ ujar Aang. Program lainnya adalah Siswa Baru Peduli Lingkungan (Seruling). Tidak mengherankan jika saat ini daerah ini memiliki sedikitnya 12 hutan kota. Selain itu, memiliki satu area kebun raya yang berdampingan dengan area Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Tidak hanya itu, Kabupaten Kuningan pun memiliki potensi sumber daya air yang sangat potensial. Tercatat daerah ini memi- liki 43 sungai dan 156 sumber mata air yang potensial. Prestasi itu menjadikan Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda mendapatkan peng- hargaan sebagai bupati peduli lingkungan. Penghargaan Adipura telah diterima tiga kali berturut-turut. ‘’Karena kepedulian pada lingkungan itu DPD RI menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai pilot project ka- bupaten konservasi di Indonesia,’’ ucapnya. Kini, di usia ke-512, Kabupaten Kuningan terus bertambah maju. Pembangunan di se- luruh bidang kehidupan, mulai kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan pun terus dilakukan. Semua prinsip pembangunan itu sejalan dengan visi Kuningan lebih sejahtera berbasis pertanian dan pariwisata yang maju dalam ling- kungan lestari dan agamais 2013. (UL/N-25) Kabupaten Kuningan Pilot Project Konservasi

RABU, 1 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Melestarikan ... · Adat istiadat dan suasana Kampung Bali dinilai memiliki nilai jual sebagai objek wisata bagi daerah tersebut, selain wisata

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RABU, 1 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Melestarikan ... · Adat istiadat dan suasana Kampung Bali dinilai memiliki nilai jual sebagai objek wisata bagi daerah tersebut, selain wisata

HARI masih pagi, te tapi suasana Desa Persiapan Pemekaran Wa-

nasari Sebamban, Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Ta-nah Bumbu, sudah ramai.

Minggu (29/8), ribuan umat Hindu Bali dari berbagai pen-juru menggelar ritual adat aben atau ngaben.

“Ngaben adalah upacara pelepasan roh-roh yang su-dah meninggal untuk diantar menuju alam baka. Melalui upacara ini diharapkan para ar-wah dapat diterima di sisi Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan),” kata I Putu Swarne, tokoh masyarakat Hindu di sana.

Warga yang umumnya ber-asal dari Kabupaten Tanah Bumbu, Kotabaru, Barito Ku ala, dan Banjar telah me-ngenakan pakaian adat untuk memulai upacara yang digelar setiap lima tahun sekali itu. Kali ini, peserta aben seba-nyak 219 jenazah terdiri dari 39 anak-anak dan 180 orang dewasa.

Prosesi aben sendiri berlang-sung dalam beberapa tahapan. Bahkan, awal upacaranya telah dimulai sejak tiga pekan berse-

lang yang disebut prosesi matur piuning nanceb surya atau proses penetapan waktu ngaben.

Dengan dipimpin para pen-deta, aben dimulai dengan doa bersama sebagai tanda peng-hormatan kepada manusia dan Tuhan.

Kegiatan pun berlanjut de-ngan penggalian kubur dan pengumpulan tulang belulang yang akan dibakar. Setelah disucikan, tulang belulang tersebut diarak menuju an-jungan patung lembu. Tulang-tulang itu akan digendong dengan selendang menuju lokasi aben.

Api berkobar membakar anjungan yang terbuat dari bambu dan bade (kertas ber-warna berbentuk lembu) sesaat setelah para pendeta selesai membaca mantra. Pembakaran tujuh bade yang diletakkan di alun-alun desa tersebut merupakan puncak dari ritual aben.

Perlu waktu cukup lama hingga tulang-tulang yang dibakar berubah menjadi abu. Selanjutnya abu sisa pemba-karan dilarung ke laut.

Aben massal itu sudah ketiga kalinya diselenggarakan di Kalimantan Selatan. Besarnya biaya dan prosesi aben yang memakan waktu lama menjadi alasan kegiatan itu diseleng-garakan secara massal.

Untuk melaksanakan aben, keluarga paling sedikit harus mengeluarkan biaya Rp5 juta per jenazah.

Aben dilakukan sebagai ben-tuk pengabdian terakhir se-orang anak, cucu, atau keluarga kepada kerabat mereka yang telah tiada. Baik orang tua, kakek, nenek, ataupun saudara mereka.

Pemerintah Kabupaten Ta-nah Bumbu belakang hari me-masukkan upacara adat aben itu menjadi agenda kepariwisataan daerah. Komunitas umat Hindu Bali Kabupaten Tanah Bumbu termasuk yang terbesar di Ka-limantan Selatan.

Adapun jumlah umat Hindu

di Kalsel yang sebagian besar berasal dari Bali mencapai 18.000 jiwa.

“Selain sebagai agenda wisa-ta, Tanah Bumbu juga akan di-jadikan pusat Hindu terbesar di luar Bali,” tutur Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanah Bumbu, Abdul Karim.

Adat istiadat dan suasana Kampung Bali dinilai memiliki nilai jual sebagai objek wisata bagi daerah tersebut, selain wisata kampung nelayan Bugis Pagatan. (N-4)

[email protected]

Melestarikan Tradisi di Tanah RantauMinoritas Hindu Bali dari sejumlah kabupaten di Kalimantan Selatan menggelar ritual penyucian roh, biasa disebut aben massal.

Denny Susanto

Adat istiadat dan suasana Kampung Bali dinilai memiliki nilai jual sebagai objek wisata bagi Kalimantan Selatan.”

RABU, 1 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Nusantara | 7

NGABEN: Umat Hindu Bali yang ada di Kalimantan Selatan, Minggu (29/8), menggelar upacara ngaben massal yang dipusatkan di Kecamatan Sungai Loban, Tanah Bumbu (atas). Kertas berwarna yang dibentuk menyerupai lembu atau bade diletakkan di atas anjungan bambu. Selanjutnya masyarakat Hindu Bali mengarak bade menuju alun-alun desa untuk dibakar, sebagai puncak dari prosesi ngaben di Kalimantan Selatan.

FOTO-FOTO:MI/DENNY SUSANTO

KARENA terletak di kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan dianugerahi sumber alam yang sangat berlimpah. Mulai dari hu-

tan dengan pepohonan hijaunya serta hawa pengunungan yang sangat sejuk. Kekayaan alam inilah yang disadari betul oleh Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda.

Sebagai seorang pemimpin tertinggi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Aang bertekad untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan. “Kelestarian lingkungan sangat penting. Bukan untuk kita, melainkan untuk anak cucu kita kelak,” katanya.

Karena itu, pembangunan di daerah ini sangat peduli lingkungan. ‘’Langkah ini dimulai dengan program Pengantin Peduli Lingkungan (Pepeling). Setiap pengantin wajib memberikan 5-10 bibit tanaman untuk ditanam,’’ ujar Aang.

Program lainnya adalah Siswa Baru Peduli Lingkungan (Seruling). Tidak mengherankan jika saat ini daerah ini memiliki sedikitnya 12 hutan kota. Selain itu, memiliki satu area

kebun raya yang berdampingan dengan area Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).

Tidak hanya itu, Kabupaten Kuningan pun memiliki potensi sumber daya air yang sangat potensial. Tercatat daerah ini memi-liki 43 sungai dan 156 sumber mata air yang potensial.

Prestasi itu menjadikan Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda mendapatkan peng-hargaan sebagai bupati peduli lingkungan. Penghargaan Adipura telah diterima tiga kali berturut-turut. ‘’Karena kepedulian pada lingkungan itu DPD RI menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai pilot project ka-bupaten konservasi di Indonesia,’’ ucapnya.

Kini, di usia ke-512, Kabupaten Kuningan terus bertambah maju. Pembangunan di se-luruh bidang kehidupan, mulai kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan pun terus dilakukan.

Semua prinsip pembangunan itu sejalan dengan visi Kuningan lebih sejahtera berbasis pertanian dan pariwisata yang maju dalam ling-kungan lestari dan agamais 2013. (UL/N-25)

Kabupaten Kuningan Pilot Project Konservasi