Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PUTUSAN HAKIM DALAM MENGABULKAN TUNTUTAN CERAI
SEORANG ISTRI KARENA SUAMI TERPIDANA KASUS PEMERKOSAAN
(Studi di Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Hukum Keluarga Islam
Pada Fakultas Syariah
Oleh:
HELDA YANTI SHK.141608
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
i
ii
iii
iv
MOTTO
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan
bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.1
1QS. An-Nisa (4): 21
v
ABSTRAK
Perceraian merupakan solusi terakhir yang dapat ditempuh oleh suami-
isteri dalam mengakhiri ikatan perkawinan setelah mengadakan upaya perdamaian
secara maksimal. Maksud Cerai Gugat adalah permintaan istri kepada suaminya
untuk menceraikan (melepaskan) dirinya dari ikatan perkawinan dengan disertai
iwadh berupa uang atau barang kepada suami dari pihak istri sebagai imbalan
penjatuhan talaqnya. Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap putusan hakim
dalam mengabulkan tuntutan cerai seorang istri karena suami terpidana di
Pengadilan Agama Sengeti.
Skripsi ini merupakan jenis penelitian yuridis normatif di mana mengkaji
ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya di
masyarakat dengan metode kualitatif di mana untuk mengetahui atau
menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti dengan metode
pengumpulan data melalui wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data
melalui mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan
sebagai berikut: (1) Propses permohonan perceraian terhadap gugatan cerai
seorang istri karena suami terpidana kasus pemerkosaan diantaranya; Mengajukan
dan Mendaftarkan Permohonan, di mana penggugat melengkapi semua persyaratan
dan mengajukan ke bagian pendaftaran perkara, Mempelajari Perkara dan
Menyiapkan Panitera Sidang, di mana dengan menelaah persayaratan yang telah
diajukan dan Penetapan Mejelis Hakim dan Memberi Putusan, di mana
pembentukan tim siding dan juga pemberian keputusan berdasarkan perkara yang
ada.; (2) Dasar hakim dalam memutuskan perkara gugatan cerai seorang istri
karena suami terpidana adalah dengan menelaah perkara tersebut dan sungguh-
sungguh mencoba mendamaikan dengan menasihati Penggugat agar tetap
mempertahankan rumah tangganya dengan Tergugat di setiap persidangan, akan
tetapi usaha tersebut tetap tidak berhasil sampai putusan dijatuhkan.
Kata Kunci: putusan hakim, cerai seorang istri, suami terpidana
vi
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang…
“dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang
berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” Qs. Yusuf : 87
“dan Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
Qs. Al-Baqarah : 286
Yang Utama Dari Segalanya…
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan cinta dan kasih sayang Mu telah memberikan ku kekuatan
Membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkan dengan cinta
Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan, Akhirnya tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Tak lupa sholowat dan salam kita ucapkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW.
Ayahanda dan Ibunda Tersayang…
Tampak garis kelopak mata yang dah mulai bekerut
Tersadar bahwa dia selalu memperhatikan ku dari kecil hinga kini
Tampak rambutnya yang hitam dah mulai memutih
Dan aku sadar dia selalu memikirkan keadaan ku lagi waktu aku kecil hinga kini
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan karunia, taufiq dan hidayah-Nya. Semoga shalawat serta salam
selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Putusan Hakim Dalam Mengabulkan
Tuntutan Cerai Seorang Istri Karena Suami Terpidana Kasus Pemerkosaan
(Studi di Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi)”.
Meskipun skripsi ini penulis susun dengan segenap kemampuan yang ada,
namun penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti.
Dan berkat adanya bantuan dari para pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang
diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali
kepada yang Terhormat:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik.
viii
4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan.
5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama di Lingkungan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Ibu Siti Marlina, S. Ag., M. HI selaku Ketua Jurusan dan Ibu Dian Mustika S.
HI., MA, selaku Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam.
7. Bapak Dr. Fuad Rahman, S. Ag., M. Ag selaku Pembimbing I dan Ibu
Maryani, S. Ag., M. HI. selaku Pembimbing II.
8. Bapak dan Ibu dosen, Asisten dosen dan Seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syari‟ah UIN STS Jambi.
9. Para Hakim dan staf pegawai di lingkungan Pengadilan Agama Sengeti Kelas I
B Muaro Jambi yang telah memberikan data dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Semua pihak yang terlibat dalam Penyusunan skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Disamping itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
layaknya sebuah karya tulis ilmiah, oleh karena itu diharapkan pada semua pihak
untuk dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun dan positif
guna kesempurnaan skripsi ini. Kepada Allah SWT penulis memohon ampunan
atas semua kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini dan kepada sesama
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 6
C. Batasan Masalah .................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ........................ 7
E. Kerangka Teori .................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 19
BAB II METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitan .............................................. 22
B. Jenis Penelitian .................................................................... 22
C. Pendekatan Penelitian ......................................................... 23
D. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 23
E. Unit Analisis ........................................................................ 24
F. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 25
G. Teknik Analisis Data ........................................................... 27
H. Sistematika Penulisan .......................................................... 29
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Pengadilan Agama Sengeti ..................................... 31
B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sengeti ........................... 34
C. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti .................. 40
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Dasar Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara Gugatan Cerai Seorang Istri Karena Suami Terpidana ........ 43
B. Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan Perkara Gugatan Cerai Seorang Istri Karena Suami Terpidana ........ 53
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….……... 62
B. Saran-Saran..............…...……………………............……... 63
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR SINGKATAN
KHI :Kompilasi Hukum Islam
PA : Pengadilan Agama
RT : Rukun Tetangga
SD : Sekolah Dasar
STS : Sulthan Thaha Saifuddin
SWT : Subhanahu Wata‟ala
SAW : Shallallahu Alaihi Wasallam
UIN : Universitas Islam Negeri
UUP : Undang-Undang Perkawinan
xiii
DAFTAR TABEL
Table 1.1 Putusan hakim dari tahun 2015-2018 Tentang Cerai Gugat ......... 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cerai adalah terputusnya perkawinan antara suami dan isteri, dengan
tekanan terputusnya hubungan ikatan perkawinan antara suami isteri.Sedang talak
adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan Agama.2 Dengan demikian,
bahwa cerai talak adalah terputusnya tali perkawinan (akad nikah) antara suami
dengan isteri dengan talak yang diucapkan suami di depan siding pengadilan
Agama. Al-Qur‟an menyerukan bahwa laki-laki dan perempuan tidak dibeda-
bedakan, laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan tanggung jawab dan balasan
amal, ada keseimbangan (timbal balik) antara hak dan kewajiban suami dan isteri.
Meskipun demikian, ada kesan seruan keseimbangan ini diikuti dengan adanya
diskriminasi terhadap perempuan, misalnya disebutkan bahwa suami memiliki
kelebihan satu derajat dibanding isteri, dan suami mempunyai status pemimpin.
Sedangkan perempuan tidak cocok memegang kekuasaan ataupun memiliki
kemampuan yang dimiliki laki-laki.3
Ketika suami istri yang tidak dapat lagi meneruskan perkawinan, dalam arti
adanya ketidakcocokan pandangan hidup dan percekcokan rumah tangga yang
tidak bisa didamaikan lagi, maka Islam memberikan jalan keluar yang dalam
istilah fiqh disebut dengan Thalaq (perceraian). Agama Islam membolehkan suami
2Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2013),
hlm. 7. 3Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, (Jakarta: Perpustakaan Nasional KDT, 1999), hlm. 235.
2
istri bercerai, tentunya dengan alasan-alasan tertentu, kendati perceraian itu
(sangat) dibenci Allah SWT. Perceraian merupakan solusi terakhir yang dapat
ditempuh oleh suami-isteri dalam mengakhiri ikatan perkawinan setelah
mengadakan upaya perdamaian secara maksimal.4 Perceraian dapat dilakukan atas
kehendak suami atau permintaan si isteri, perceraian yang dilakukan atas
permintaan isteri disebut Cerai Gugat.
Maksud Cerai Gugat adalah permintaan istri kepada suaminya untuk
menceraikan (melepaskan) dirinya dari ikatan perkawinan dengan disertai iwadh
berupa uang atau barang kepada suami dari pihak istri sebagai imbalan penjatuhan
talaqnya.5 Cerai Gugat adalah pemberian hak yang sama bagi wanita untuk
melepaskan diri dari ikatan perkawinan yang dianggap sudah tidak ada
kemaslahatan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada
pasa 19 menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-
alasan; a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b) Salah satu pihak meninggalkan
pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa
alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; c) Salah satu pihak
mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung; d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau
penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain; e) Salah satu pihak
mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
4Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka
Bru Press, 2016), hlm. 141. 5Rindang Resita Rizki, “Peran Kearifan Dalam Pengambilan Keputusan Untuk Istri Yang
Mengajukan Cerai Gugat Di Pengadilan Agama”, Jurnal Psikologi, 2011, hlm. 4.
3
kewajibannya sebagai suami/isteri; f) Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi
perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.6 Sebagaimana dapat dilihat dalam alquran surat An-Nisa ayar 21,
sebagai berikut:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan
bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.7
Dari ayat di atas menunjukkan ancaman yang sangat keras bagi seorang
laki-laki melakukan perbuatan yang keji terhadap wanita, melainkan bila wanita
tersebut yang berbuat keji, jangan sekali-kali meminta perceraian tanpa ada sebab
yang diizinkan oleh syariat. Artinya dalam situasi tertentu istri atau suami yang
sangat tersiksa akibat ulah pasangannya mempunyai hak menuntut cerai dengan
imbalan sesuatu.
Dari observasi awal yang penulis lakukan di Pengadilan Agama Sengeti
Kelas I B dapat diketahui bahwa perceraian tersebut terjadi karena suami terpidana
6Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
7QS. An-Nisa (4): 21
4
disebabkan suami terjerat kasus kasus pemerkosaan dan juga suami yang suka
ringan tangan kepada istri. Dalam skripsi ini penulis memfokuskan pada perceraian
karena suami terpidana disebabkan suami terjerat kasus pemerkosaan, di mana
penulis menemukan lima kasus cerai gugat pada tahun 2017 dan yang diterima
hanya dua kasus dan yang ditolak tiga kasus.8 Sedangkan putusan hakim yang
telah diputuskan terhitung dari tahun 2015 sampai 2017 dapat dilihat pada table
berikut:
Table 1.1
Putusan hakim dari tahun 2015-2018 Tentang Cerai Gugat
No Tahun Pemohon Dikabulkan Ditolak
1 2015 5 1 4
2 2016 7 2 5
3 2017 5 3 2
4 2018 2 1 1
Sumber: Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi
Dari tabel di atas dapat dicermati bahwa terhitung dari tahun 2015 hingga
2018 kasus gugat cerai yang telah dikabulkan hakim Pengadilan Agama Sengeti
Kelas I B Muaro Jambi sebanyak sembilan kasus Cerai Gugat dan yang ditolak
sebanyak sepuluh kasus. Ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya mengalami
penurunan, ini dikarenakan peran serta BP4 dalam memberikan pengarahan
terhadap pasangan yang ingin melakukan perceraian. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bapak Sutan Maulana selaku pegawai di Kantor Pengadilan
Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi sebagai berikut:
“Dalam tahun 2017 kita menerima permohonan gugat cerai dari istri
kepada suami yang berada terpidana dikarenakan terjerat kasus
pemerkosaan. Tentunya kami proses dengan prosedur hokum yang benar,
8Observasi Kasus Cerai Gugat, di Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Kabupaten Muaro
Jambi, 27 Februari 2018
5
kami hadirkan penggugat, tergugat dan juga saksi. Setelah menjalai proses
persidangan beberapa kali, maka ada delapan kasus gugat cerai istri di sini,
sedangkan yang kami kabulkan gugatannya itu hanya tujuh kasus, ini
dikarenakan sangsuami sudah tidak bisa lagi menafkahi sang istri. Namun
ada yang tidak kami kabulkan dikarenakan bukti-buki yang menguatkan
tidak dapat kami terima.9
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa keberadaan suami
terpidana, sudah tentu suami tidak lagi memberikan nafkah wajib yaitu nafkah
lahir maupun batin kepada sang istri, karena dituntut untuk memenuhi kebutuhan
isteri meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan rumah tangga pada
umumnya. Nafkah tersebut adalah kebutuhan pokok isteri berkaitan dengan
manfaat suatu benda yang keberadaananya sangat penting. Dari permasalahan ini
kemudian timbul berbagai pertimbangan yang berujung pada perceraian.
Oleh karena itu penulis ingin meneliti tentang bagaimana pandangan
hakim terhadap masalah cerai gugat istri karena suami terpidana serta dasar
yang dijadikan pertimbangan Majelis Hakim dalam mengambil putusan untuk
menyelesaikan perkara gugatan cerai seorang istri. Dikarenakan keterbatasan
biaya dan sulitnya untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian
dikalangan masyarakat dikarenakan mereka sangat sulit ditemui dan juga tidak
ingin diminta keterangan seputar masalah privasinya, maka peneliti memilih
untuk melakukan penelitian dilingkungan Pengadilan Agama Sengeti dengan
kasus yang sejenis.
Meninjau dari pembahasan di atas, penulis tergugah untuk meneliti tentang
perkara Cerai Gugat karena suami terpidana ataupun istri tidak ridho karena sudah
diterlantarkan dan tidak diberikan nafkah lahir maupun bathin, dan terjadilah Cerai
9Wawancara Bapak Sutan Maulana selaku pegawai di Kantor Pengadilan Agama Sengeti
Kelas I B Muaro Jambi, 27 Februari 2018, Dokumentasi catatan lapangan.
6
Gugat, maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Putusan
Hakim Dalam Mengabulkan Tuntutan Cerai Seorang Istri Karena Suami
Terpidana Kasus Pemerkosaan (Studi di Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B
Muaro Jambi)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan
sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses permohonan perceraian terhadap gugatan cerai seorang istri
karena suami terpidana kasus pemerkosaan?
2. Apa yang menjadi dasar hukum hakim dalam memutuskan perkara gugatan
cerai seorang istri karena suami terpidana kasus pemerkosaan?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang
telah penulis buat sebelumnya, maka penulis memberikan batasan masalah ini
hanya membahas mengenai putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai
seorang istri karena suami terpidana yang beragama Islam, khususnya dibatasi di
Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi pada putusan Nomor
90/Pdt.G/2017/PA Sgt.
7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu
kejelasan yang dijelaskan dan dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses permohonan perceraian terhadap gugatan cerai
seorang istri karena suami terpidana kasus pemerkosaan.
b. Untuk mengetahui dasar hukum hakim dalam memutuskan perkara gugatan
cerai seorang istri karena suami terpidana kasus pemerkosaan.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai
seorang istri karena suami terpidana, ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
sebagai berikut:
a. Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap putusan hakim dalam mengabulkan
tuntutan cerai seorang istri karena suami terpidana pada Kantor Pengadilan
Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi, serta menjadi bahan bacaan yang
menarik bagi siapapun yang akan membacanya.
b. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
8
c. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk di Fakultas Syari‟ah
khususnya jurusan Hukum Keluarga dan dosen-dosen Fakultas Syari‟ah
lainnya.
d. Sebagai sumber referenci dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermamfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan menurut istilah hukum islam sama dengan kata nikah dan kata
zawaj. Nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya (haqiqat) yakni dham
yang berarti menghimpit, menindih atau berkumpul.10
Nikah mempunyai arti
kiasan yakni wathaa yang berarti setubuh atau aqad yang berarti mengadakan
perjanjian pernikahan. Dengan begitu perkawinan adalah aqad antara calon suami
istri untuk memenuhi hajad jenisnya menurut yang diatur oleh syariat. Itu artinya
perkawinan adalah suatu persekutuan antara seorang pria dengan seorang wanits
yang diakui oleh negara untuk bersama /bersekutu yang kekal.11
Pasal 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
memberikan batasan pengertian perkawinan, yaitu sebagai berikut : “ Perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sebagai kesimpulan bahwa perkawinan
10
Muhammad Syaifuddin, Pluralitas Hukum Perceraian, (Bandung: Tunggal Mandiri
Publishing, 2012), hlm. 4 11
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, hlm. 184
9
adalah suatu aqad (perjanjian) antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya sebagai manusia . Selain itu
juga merupakan suatu anjuran dari agama agar kebutuhan jasmani dan rohaninya
itu tersalur dengan jalan yang halal dan suci, sehingga menghasilkan keturunan
yang baik disamping mendapat tempat yang terpandang dalam masyarakat dengan
berlandaskan kepada ketentuan syara‟ dan ketentuan- ketentuan umum yang
berlaku.
2. Pengertian Cerai Gugat
Di dalam perkawinan masalah putusnya hubungan perkawinan (perceraian,
talak). Dalam hal putusan untuk bercerai tidak tergantung kepada seorang laki-laki
(suami), perempuan (istri) bisa mengajukan gugatan perceraian apabila si istri
sudah merasa tidak cocok dan tidak tahan lagi dengan keadaan suaminya, yang
dikarenakan suami kasar, pemabuk pezinar; dan pejudi.12
Oleh karena itu
perceraian bukan hanya milik bagi kaum laki-laki saja melainkan perempuan pun
(istri) bisa menggugat cerai suaminya bilamana tidak ada kecocokan dari
keduanya.
Gugat cerai khulu‟ terdiri dari lafazd kha-la-„a yang berasal dari bahasa
arab, secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka pakaian.13
Dihubungkan kata khulu‟ dengan perkawinan karena dalam Al-Qur‟an disebutkan
suami itu sebagai pakaian bagi istrinya dan istrinya merupakan pakaian bagi
suaminya. Gugatan cerai yang dilakukan istri kepada suaminya disebut dengan
khulu‟. Khulu‟ ialah perceraian yang dilakukan pihak istri kepada suami, dengan
12
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, hlm. 145. 13
Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, hlm. 134.
10
iwadh/ fidyah (uang pengganti/ tebusan) kepada suami, dalam hal ini tetap
diucapkan oleh suami dan keputusannya tetap berada ditangan laki-laki (suami).14
Khulu‟ menurut bahasa berarti tebusan.15
Dari beberapa definisi dapat ditarik
kesimpulan bahwa khulu‟ ialah permintaan cerai oleh pihak istri kepada suami
dengan mernberi kembali mahar yang telah diberikan suami.
3. Hukum Cerai gugat (khulu’)
Cerai gugat khulu‟ merupakan salah satu jalan bagi istri untuk menentukan
arah dan tujuan hidupnya, apakah perkawinannya mau dilanjutkan atau diputuskan,
cerai gugat khulu‟ adalah kehendak istri. Dasar kebolehan khulu‟. Jika pasangan
suami istri saling berselisih, dan membenci karena keburukan akhlak, ketaatannya
terhadap agama, atau karena kesombongan yang menyebabkan istri khawatir tidak
dapat rnenunaikan hak-hak Allah SWT, maka diperbolehkan baginya mengkhulu‟
dengan cara memberikan ganti berupa tebusan untuk menebus dirinya dari
suaminya.16
Menurul imam Syafi‟i khulu‟ dibolehkan pada waktu terjadi
perselisihan dan pada saat rukun dengan cara yang lebih baik dan tepat. Adapun
hukum dari khulu‟ adalah mubah (boleh).17
Sesuai dengan firman Allah dalarn
surat Al-Bagarah ayat 229:
14
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta Timur: Sinar Garafika,
2015), hlm.. 230. 15
Mustafha Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi‟i, (Jakarta Selatan: PT Mizan
Publike, 2009), hlm. 204. 16
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, hlm. 146. 17
Mustafha Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi‟i, hlm. 205.
11
Artinya: … jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah
hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa
yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang
zalim.18
Dengan adanya khulu‟ maka si istri akan terhindar dari kesulitan yang ia
rasakan, tanpa merugikan pihak si suami karena kebun yang dijadikan mahar telah
dikembalikan kepada suami. Apabila seorang istri menggugat cerai tanpa suatu
alasan, lalu ia meminta tebusan dari suaminya.19
Banyak ulama salaf dan para
imam khalaf yang menyatakan, bahwa tidak boleh khulu‟ kecuali jika terjadi
perselisihan dari pihak istri. Maka pada saat itu, bagi suami diperbolehkan untuk
menerima fidyah (tebusan). Berdasarkan dalil-dalil Al-Qur‟an di atas cukuplah
menjadi fakta kekuatan pengadilan dalam menangani kasus khulu‟ sehingga untuk
melindungi hak wanita dalam perkawinan, pemberian hak khulu‟ kepada wanita
sangat diperlukan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
4. Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat cerai gugat
a. Rukun Cerai Gugat
Suatu akad dilakukan sah apabila akad tersebut dilaksanakan dengan rukun-
rukun dan syarat-syarat yang sempurna dan sesuai dengan ketentuan agama. Begitu
pula clengan khulu‟. Untuk tejadinya khulu‟ ada rukun dan syarat. Adapun rukun
khulu‟ sebagai berikut: 20
1) Istri sebagai yang mengajukan khulu‟
18
QS. Al-Baqarah, (2): 229 19
Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, hlm. 138. 20
Ibid,, hlm. 216.
12
Para ulama sepakat bahwa istri yang mengajukan khulu‟ kepada suaminya itu
wajib sudah baligh, dan berakal sehat, mereka juga sepakat bahwa istri yang
safih (idiot) tidak boleh mengajukan khulu‟ tanpa izin walinya.
2) Suami sebagai penerima „Iwadh
Seluruh mazhab, kecuali mazhab Hambali sepakat bahwa baligh dan berakal
merupakan syarat yang wajib dipenuhi oleh laki-laki yang melakukan khulu‟.
Sedangkan hambali mengatakan khulu‟, sebagaimana halnya dengan talak,
dianggap sah bila dilakukan oleh orang yang mumayyiz (telah mengerti
sekalipun belum baligh).
3) Adanya uang ganti („iwadh), „iwadh berupa suatu yang berharga dan dapat
dinilai sebanding dengan mahar yang diterimanya waktu akad nikah, ganti rugi
ini diberikan oleh istri sendiri atau oleh pihak ketiga atas persetujuan suami
istri.
Bentuk barang ganti rugi menurut Imam mazhab bahwa segala sesuatu
yang bisa dijadikan mahar (maskawin), boleh pula dijadikan tebusan itu harus
diketahui sccara rinci mana kala benda-benda terscbut cenderung bisa diketahui
dengan mudah. Dan mengenai kadar barang ganti rugi yang harus diberikan, imam
Malik, Syafi‟i dan golongan fuqaha berpendapat bahwa seorang istri boleh
melakukan khulu‟ dengan memberikan harta yang lebih banyak dari mahar yang
diterimanya dari suaminya. Ini berdasarkan Firman Allah SWT Surat Al-Baqarab
ayat 229:
13
Artinya: Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.21
Bentuk barang ganti rugi menurut Imam mazhab bahwa segala sesuatu
yang bisa dijadikan mahar (maskawin), boleh pula dijadikan tebusan itu harus
diketahui sccara rinci mana kala benda-benda tersebut cenderung bisa diketahui
dengan mudah. Dan mengenai kadar barang ganti rugi yang harus diberikan, imam
Malik, Syafi‟i dan golongan fuqaha berpendapat bahwa seorang istri boleh
melakukan khulu‟ dengan memberikan harta yang lebih banyak dari mahar yang
diterimanya dari suaminya. Ayat di atas yang menjadi dasar hukum khulu‟ dan
penerimaan „iwadh. Khulu‟ yaitu permintaan cerai kepada suami dengan
pembayaran yang disebut „iwadh. Akan tetapi segolongan Ulama seperti Imam
Ahmad, Abu ubaid, dan Ishak bin Rawaih mengatakan, Suami tidak boleh
menerima tebusan istri lebih dari pada mahar yang diberikan dulu. Demikian juga
pendapat Said bin Musayyah Atha‟, Amr bin Syu‟aib az-Zuhri, Thawus, hasan al-
Basri, sya‟bi, Hamad bin abi Sulaiman, Rabi Bin Anas.22
Shigat, yaitu ucapan cerai yang disampaikan oleh suami yang dalam
ungkapan tersebut dinyatakan dengan uang ganti (i„iwadh). Adapun lafaz khulu‟
terbagi menjadi dua, yaitu sharih dan kiasan. Khulu‟ sharih itu terdapat tiga lafaz
yaitu :
a) Khalaluki (aku meng-khulu‟-mu) seperti saya khulu‟ kamu dengan „iwadh
sebuah sepeda motor.
b) Mufadah (tebusan) seperti saya bercerai denganmu dengan tebusan sekian.
21
Al-Baqarah, (2): 229 22
Mustafha Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi‟i, hlm. 205.
14
c) Fasakhtu nikahaki, seperti “saya faskh kamu dengan iwadh sebuah kitab suci
Al-Qur‟an”.
b. Syarat-syarat khulu‟
Syaikh Hasan Ayyub menyatakan bahwa syarat-syarat khulu‟ itu ada tiga yaitu:
1) Seorang istri boleh meminta kepada suaminya untuk melakukan khulu‟ jika
tampak adanya bahaya yang mengancam dan ia akuttidak akan menegakkan
hukum Allah Azza wa jalla.
2) Khulu‟ itu hendaknya dilakukan sarnpai selesai tanpa dibarengi dengan
tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh suarni. Jika pihak suarni
rnelakukan penganiayaan, maka tidak boleh mengambil sesuatu pun dari
istrinya.
3) Khulu‟ itu berasal dari pihak istri dan bukan dari pihak suami.23
Adapun alasan-alasan dalam perceraian sebagaimana terdapat dalam
Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 adalah sebagai berikut:24
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung
23
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, hlm. 149. 24
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Kompilasi Hukum Islam
15
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
g. Suami melanggar taklik talak.
h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan
dalam rumah tangga.
5. Penyebab Perceraian
Ikatan perkawinan sebenarnya dapat putus dan tata caranya telah diatur di
dalam fikih maupun di dalam Undang-Undang Perkawinan (UUP). Meskipun
perkawinan tersebut dipandang mutlak atau tidak boleh dianggap tidak dapat di
putuskan. Perkawinan Islam tidak boleh dipandang sebagai sebuah sakramen
seperti yang terdapat di dalam Agama Hindu dan Kristen, sehingga tidak dapat
diputuskan. Ikatan perkawinan harus dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, bisa
bertahan dengan bahagia dan bisa juga putus di tengah jalan.25
Para Ulama klasik juga telah membahas masalah putusnya perkawinan ini di
dalam lembaran kitab-kitab fikih. Menurut Imam Malik sebab-sebab putusnya
perkawinan adalah thalak, khulu‟, khiyar atau fasakh, syiqoq, nusyuz, ila‟ dan
zihar. Imam syafi‟i menuliskan sebab-sebab putusnya perkawinan adalah thalak,
khulu‟ khiyar atau fasakh, syiqaq, nusyuz, ila‟ dan zihar. Islam mendorong
25
Nurhasana dan Rozalinda, “Persepsi Perempuan Terhadap Perceraian:Studi Analisis
Terhadap Meningkatnya Angka Gugatan Cerai di Pengadilan Agama Padang”, Jurnal Ilmiah
Kajian, Gender Vol. 4 No. 2 Tahun 2014, hlm. 183.
16
terwujudnya perkawinan yang bahagia dan kekal dan menghindarkan terjadinya
perceraian (talak). Dapatlah dikatakan, pada hal-hal yang darurat.26
Ada empat
kemungkinan yang dapat terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang dapat
memicu terjadinaya perceraian, yaitu.
a. Terjadinya Nusyuz dari Pihak Istri
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap
suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran perintah, penyelewengan
dan hal-hal yang dapat menggangu keharmonisan rumah tangga. Berdasarkan
firman Allah SWT memberi opsi sebagai berikut:
1) Istri diberi nasihat dengan cara ma‟ruf agar ia segera sadar terhadap kekeliruan
yang diperbuatnya.
2) Pisah ranjang, cara ini bermakna sebagai hukuman psikologis bagi istri dan
dalam kesendirianya tersebut ia dapat melakukan koreksi terhadap
kekeliruanya.
3) Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah memberi
hukuman fisik dengan cara memukulnya, penting untuk dicatat yang boleh
dipukul adalah bagian yang tidak membahayakan si istri, seperti betisnya.
b. Nusyuz Suami Terhadap Istri
Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi dapat juga
datang dari seorang suami. Selama ini sering disalah pahami bahwa nusyuz datang
dari seorang istri saja, padahal Al-Quran juga menyebutkan adanya nusyuz dari
suami sebagaimana yang tercantum pada firman Allah SWT An-nisa ayat 128.
26
Mustafha Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi‟i, hlm. 209.
17
Artinya: dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian
yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul
dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan
sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.27
Adapun nusyuznya suami dapat terjadi dalam bentuk kelalaian dari pihak
suami untuk memenuhi kewajibannya terhadap istri, baik nafkah lahir ataupun
bathin.
c. Terjadinya Syiqoq
Jika kedua kemungkinan di atas disebutkan di muka menggambarkan satu
pihak yang melakukan nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal,
maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam
Syiqoq (percekcokan), misalnya disebabkan karena faktor ekonomi, sehingga
keduanya sering bertengkar. Tampaknya alasan untuk terjadinya perceraian lebih
disebabkan oleh alasan Syiqoq. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 dinyatakan bahwa Syiqoq adalah perselisihan yang tajam dan terus
menerus antara suami istri. Untuk sampai kesimpulan bahwa istri tidak dapat lagi
di damaikan harus di lalui beberapa proses. Sebagaimana firman Allah SWT Q.S.
An-nisa: 35.
27
QS. Annisa, (4): 128.
18
Artinya: dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.28
d. Salah Satu Pihak Melakukan Perbuatan Zina yang Menimbulkan Saling Tuduh
Menuduh Antar Keduanya.
Cara menyelesaikan adalah dengan cara membuktikan tuduhan yang di
dakwakan dengan cara li‟an seperti telah di singgung di muka. Li‟an sesungguhnya
telah memasuki “gerbang putusnya” perkawinan, dan bahkan untuk selama
lamanya. Karena akibat Li‟an adalah terjadinya talak ba‟in kubro.29
Jika diamati
aturan-aturan fiqh yang berkenaan dengan talak, terkesan seolah-olah fikih
memberi aturan yang sangat longgar bahkan dalam tingkat tetentu memberikan
kekuasaan yang terlalu besar pada laki-laki. Seolah-olah talak menjadi hak laki-
laki sehingga bisa saja seorang suami bertindak otoriter. Misalnya, mencerai istri
secara sepihak. Jika fikih terkesan mempermudah terjadinya perceraian, maka,
UUP dan aturan-aturan lainya terkesan mempersulit terjadinya perceraian ini untuk
dapat terwujudnya sebuah perceraian harus ada alasan-alasan tertentu yang
dibenarkan Undang-undang dan ajaran agama. Jadi semata-mata diserahkan
kepada aturan-aturan agama.
28
QS. An-nis, (4): 35. 29
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, hlm. 153.
19
F. Tinjauan Pustaka
Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu;
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hendrix, mahasiswa Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar Program Studi
Hukum Keluarga Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negerisyarif
Hdayatullah Jakarta, ditulis pada tahun 2013, dengan judul “Cerai Gugat Karena
Suami Pengguna Narkoba (Analisis Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa
Nomor 0154/Pdt.G/2013/PA)”.30
Penelitian ini berfokus pada permasalahan dalam
KHI yang tidak tertera alasan perceraian karena faktor narkoba. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa setelah melihat dan menganalisa putusan
Pengadilan Agama Tigaraksa ada beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
pembahasan gugat cerai karena suami pemakai narkoba, yaitu: Dalam memutuskan
perkara tersebut, hakim berusaha objektif dan berhati - hati dengan teliti karena
tidak sedikit juga kasus yang timbul bukan murni dari faktor narkoba, tetapi dari
unsur lain seperti masalah ekonomi, komunikasi pasif, perselingkuhan, bahkan
kekerasan dalam rumah tangga yang menjadikan unsur narkoba, sebagai alasan
tambahan dalam pengajuan gugatan perceraian.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Anda Faridah, mahasiswi Program
Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Al-Ahwal
Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, ditulis pada tahun 2012, dengan judul “Gugatan Perceraian
30
Hendrix, “Cerai Gugat Karena Suami Pengguna Narkoba (Analisis Putusan Pengadilan
Agama Tigaraksa Nomor 0154/Pdt.G/2013/PA), Skripsi: Program Studi Hukum Keluarga Fakultas
Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negerisyarif Hdayatullah Jakarta, 2013, hlm. 4
20
Dikarenakan Suami Seorang Homoseksual (Studi Terhadap Putusan
Pengadilan Agama Yogyakarta No. 0542/Pdt.G/2009/PA.Yk.)”.31
Penelitian ini
berfokus pada gambaran tentang dasar dan pertimbangan hukum yang digunakan
Hakim dalam memutuskan Perkara No: 0542/ Pdt.G/ 2009/ PA. Yk dan bagaimana
tinjauan hukum Islam terhadap dasar dan pertimbangan hukum Hakim dalam
memutuskan perkara tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pertimbangan yang digunakan majelis Hakim dalam memutuskan perkara
perceraian ini adalah bahwa keadaan rumah tangga penggugat dan tergugat yang
sedang dalam kondisi yang tidak baik dikarenakan perilaku tergugat yang seorang
homoseksual sehingga ia melalaikan kewajibannya sebagai seorang suami dalam
memberikan nafkah lahir maupun batin. Hukum Islam membenarkan pertimbangan
dan putusan yang diambil oleh majelis Hakim, karena perilaku homoseksual
memang merupakan perilaku menyimpang yang tidak dibolehkan dalam Islam.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Suni, mahasiswi UIN Raden Fatah
Palembang, ditulis pada tahun 2016, dengan judul“Cerai Gugat Istri Akibat
Suami Masuk Penjara Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif (Studi Kasus
di Pengadilan Agama Kelas IA Palembang)”.32
Penelitian ini bertujuan
mengetahui pemahaman dan pengetahuan tentang cerai gugat istri akibat suami di
penjara menurut hukum islam dan hukum positif. Hasil analisis dan dan
pembebahasan dapat disimpulkan bahwa menurut hukum islam perceraian yang
31
Anda Faridah “Gugatan Perceraian Dikarenakan Suami Seorang Homoseksual (Studi
Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta No.0542/Pdt.G/2009/PA.Yk.)”, Skripsi: Program
Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah
Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012, hlm. 4 32
Suni “Cerai Gugat Istri Akibat Suami Masuk Penjara Menurut Hukum Islam Dan Hukum
Positif (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas IA Palembang)”, Skripsi: UIN Raden Fatah
Palembang, 2016, hlm. 4.
21
diajukan oleh istri kepada suami dibolehkan, namun tetapi mengucapkan kepada
syarat dan rukun cerai sesuai sariat islam. Hal ini dibolehkan selama keduabelah
pihak memiliki dasar yang atau alasannya yang kuat untuk bercerai menurut
hukum islam di mana salah satu pihak tidak memberikan nafkah lahir dan batin
dalam pernikahan selama tiga bulan berturut turut dan kekerasan rumah tangga dan
juga baik suami atau istri masuk penjara lebih dari 5 tahun dalam hukum islam
cerai halal atau diolehkan baik yang mengugat adalah istri atau suami namun
dibenci allah SWT sedangkan menurut hukum positif bahwa perceraian yang
diajukan istri kepada suami karena suami masuk penjara di bolehkan selama
keduabelah pilahak memiliki dasar yang kuat untuk bercerai sesuai dengan undang
undang No.1 Tahun 1974 tetang Perkawinan dan perceraian hal ini istri mengugat
cerai menjadi halal apabila memang suami tidak dapat memenuhi tanggung jawab
sebagai kepala rumah tangga untuk memberikan nafkah lahir dan batin..
Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsi ini dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya adalah pada pendekatan penelitain deskriptif kualitatif
dengan mengunakan metode wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan, perbedaan
antara skripsi ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada fokus
penelitian dan lokasi penelitian, di mana dalam skripsi ini kajian lebih difokuskan
untuk menjelaskan secara deskriptif mengenai penulis menfokuskan pada putusan
hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai seorang istri karena suami terpidana pada
Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi.
22
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tentang putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai
seorang istri karena suami terpidana pada Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas
I B Muaro Jambi terhitung dati mulai tanggal 11 Mei 2018 sampai 18 Mei 2018.
Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya penelitian ini. Pemilihan lokasi
ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi telah memutuskan
cerai gugat istri karena suami terpidana sehingga penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimana putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai
seorang istri karena suami terpidana.
2. Adanya kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai
keterangan yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk
mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.33
Sehingga
memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka
mengetahui putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai seorang istri karena
suami terpidana. Menurut Sugiyono menyatakan bahwa “Metode penelitian
33
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 22.
23
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah
sebagai instrument kunci”.34
Kualitatif adalah suatu rencana dan cara yang akan
digunakan peneliti untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi
C. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang dengan
kata lain adalah mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi
dalam kenyataannya di masyarakat.35
Atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian
yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di
masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta- fakta dan
data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju
kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian
masalah Penelitian ini termasuk kedalam penelitian Empiris, karena hendak
mengetahui putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai seorang istri karena
suami terpidana pada Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi.
D. Jenis dan Sumber Data
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 9. 35
Ibid, hlm. 39.
24
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun
jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan
secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat
dipercaya.36
Data yang penulis ambil dari informasi dilapangan melalui
observasi dan wawancara dilokasi penelitian, data primer yang dimaksud dalam
penelitian ini hasil wawancara dan juga berdasarkan pada putusan Nomor
90/Pdt.G/2017/PA Sgt.
2. Data skunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data.37
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah segala data
yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan
melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan obyek penelitian baik
yang berbentuk buku, karya tulis, dan tulisan maupun artikel yang berhubungan
dengan objek penelitian.
E. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.
Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta atau sekelompok orang.38
Unit analisis juga menjelaskan kapan
waktu (tahun berapa, atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian
tidak secara jelas menggambarkan mengenai batasan waktu tersebut. Dalam skripsi
36
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, hlm. 16. 37
Ibid, hlm. 18 38
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari‟ah IAIN STS
Jambi, (2012), hlm. 62.
25
ini penulis menggunakan unit analisis dengan analisis judul: “Putusan Hakim
Dalam Mengabulkan Tuntutan Cerai Seorang Istri Karena Suami Terpidana
pada Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi.” Penelitian
ini, unit analisisnya adalah putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai
seorang istri karena suami terpidana pada Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas
I B Muaro Jambi. Penetapan unit analisis tersebut, karena penelitian yang
dilakukan tidak menggunakan populasi dan sampel, namun hanya menggunakan
dokumen-dokumen dari Penjara pada Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B
Muaro Jambi. dan informasi-informasi yang berasal dari karyawan atau pegawai di
sana saja. Maka yang menjadi informannya adalah: 2 (dua) Hakim dan 2 (dua),
pegawai Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi, jadi
keseluruhan informannya berjumlah 4 orang.
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi
terstruktur (semistructure interview) di mana pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan.
Bedanya dengan semi terstruktur di sini adalah tidak memakai alternatif jawaban,
namun pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
26
Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah buku catatan,
laptop, tape recorder dan camera karena penulis menggunakan wawancara catatan
lapangan. Hal ini bermanfaat untuk mencatat dan mendokumentasikan semua
percakapan dengan sumber data, di mana kesemuanya telah digunakan setelah
mendapat izin dari sumber data. Karena wawancara yang digunakan adalah semi
terstruktur. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode wawancara yang
dilakukan kepada subyek dengan menggunakan dokumentasi catatan lapangan.
Adapun pedoman wawancara yang telah disusun sebagai berikut:
a. Latar belakang, lingkungan dan aktivitas dalam putusan hakim dalam
mengabulkan tuntutan cerai seorang istri karena suami terpidana pada Kantor
Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi.
b. Kegiatan dan aktivitas putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai
seorang istri karena suami terpidana pada Kantor Pengadilan Agama Sengeti
Kelas I B Muaro Jambi.
c. Kondisi sarana dan sumberdaya
d. Hasil pencapaian dan harapan
2. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
terpidana pada Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi, dari
arsip dan dokumen baik yang berada di Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I
B Muaro Jambi, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam hal ini
dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga
yang di teliti. Menurut Martinis, “dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-
27
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainy.”39
Dokumentasi dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Teknik
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun di dalam skripsi ini
penulis mengumpulkan data mengenai sejarah, visi-misi, profil, serta bukti-bukti
putusan hakim dalam mengabulkan tuntutan cerai seorang istri karena suami
terpidana pada Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan
mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak
relevan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi akan
39
Ibid., hlm. 219.
28
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam
penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara, kemudian
data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga akan memberikan gambaran yang
jelas kepada penulis.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau
menyajikan data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel. Penyajian data juga
dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat antara kategori dan sejenisnya.
Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang paling sering
digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalam skripsi ini peneliti
menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah
didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.40
Kesimpulan dalam
penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 252.
29
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti. Dari ketiga metode analisis
data di atas penulis menyimpulkan bahwa, ketiga metode ini yang meliputi reduksi
data, penyajian data dan kesimpulan akan penulis lakukan setelah semua data telah
diperoleh melalui wawancara catatan lapangan, dan juga memudahkan penulis di
dalam mengetahui dan menarik kesimpulan terhadap putusan hakim dalam
mengabulkan tuntutan cerai seorang istri karena suami terpidana pada Kantor
Pengadilan Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam penulisan
skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan. BAB ini pada hakiatnya
menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background, pemikiran
tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batsan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,
Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka.
BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan
Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Unit Analsis dan
Alat Analisis Data, Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian. Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Sarana dan Prasarana
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
30
BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu BAB V penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan
Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae.
32
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Pengadilan Agama Sengeti
Eksistensi PA Sengeti didasarkan pada Keputusan Presiden Indonesia
Nomor 62 Tahun 2002 tanggal 28 Agustus 2002 . PA Sengeti sebelumnya
merupakan bagian dari PA Muara Bulian. PASengeti diresmikan oleh Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji rs. H. Taufiq
Kamil pada tanggal 23 April 2003 di Kantor Bupati Muaro Jambi. Pada periode
awal Kantor PA Sengeti menempati rumah penduduk Desa Sengeti yang bernama
Drs. Thohri Yasin dan Endrawati. Pada tahun 2004 Kantor PA pindah dan
memakai gedung Dinas Perkebunan Kabupaten Muaro Jambi.41
Pada tahun 2005
mulailah dibangun Gedung PA Sengeti yang permanen dan selesai pada tahun itu.
Gedung PA Sengeti terletak di komplek perkatoran Bukit Cinto Kenang
Pemerintahan Daerah Kabupaten Muaro Jambi yang diresmikan pada hari Senin
tanggal 20 Februari 2006 M bertepatan dengan tanggal 21 Muharram 1427 H oleh
Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Bidang Non Yudisial dan
ditanda tangani oleh Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, SH.,MH. Pada saat yang sama
diresmikan pula Gedung PA Tebo dan Sabak yang juga masuk Wilayah
Pengadilan Tinggi Agama Jambi.
Ketua PA Sengeti yang pertama dijabat oleh Drs. Usman Karim dan
wakilnya adalah Drs. H. Wachid Ridwan. Panitera/Sekretaris dijabat oleh Drs.
41
Profil Pengadilan Agama Sengeti, di Pengadilan Agama Sengeti pada 14 Mei 2018,
dokumetasi catatan lapangan.
33
Thohri Yasin. Setelah Ketua memasuki masa purnabakti tahun 2004, jabatan Ketua
dilaksanakan oleh wakil ketua sebagai PLH Ketua PA Sengeti. Sejak tanggal 1
Desember 2005 hingga sekarang PA Sengeti dipimpin oleh Drs. S. Syekhan Al
Jufri selaku Ketua PA Sengeti. Sedangkan untuk jabatan wakil ketua telah
mengaami tiga kali pergantian, yaitu: Drs. H. Wachid Ridwan, Drs. Nuryahya
MH., dan sekarang dijabat oleh Drs. Faizal Kamil, SH., MH. Terhitung sejak 28
Oktober 2010 tongkat kepemimpinan PA Sengeti beralih dari Drs. HS Syekhan Al
jufri kepada Drs. Azwar, SH., M.Ei. Sebelum menjabat sebagai Ketua PA Sengeti,
Drs. Azwar, SH., M.Ei adalah Ketua PA Muara Tebo. Sedangkan Drs. H. S.
Syekhan Al jufri saat ini menjabat sebagai Ketua PA Jambi. Untuk jabatan
Panitera/Sekretaris yang pertama dijabat oleh Drs. Thohri Yasin sampai dengan 31
Desember 2007. Kemudian digantikan oleh Drs. Pitir Ramli terhitung mulai
tanggal 03 Januari 2008 . Jabatan Panitera Sekretaris saat ini dipegang oleh Drs.
Zubir Ishak (sebelumnya Panitera/Sekretaris PA Sarolangun).
Akses menuju PA Sengeti melalui Angkutan Kota (angkot): Dari Pasar
Angso Duo Jambi naik angkot jurusan Sengeti, turun di Pasar Sengeti dengan
ongkos sekitar Rp 10.000,-. Dari Pasar Sengeti naik ojek ke Kantor PA Sengeti
dengan biaya sekitar Rp 5.000, Naik taksi: Dari Bandara Sultan Thaha Jambi atau
tempat lain di kota Jambi naik taksi (taksi sedan atau taksi kijang plat hitam) tujuan
Kantor PA Sengeti dengan biaya sekitar Rp. 150.000. Jarak Kota Jambi ke Sengeti
sekitar 35 KM. 42
Jam kerja: hari senin s/d kamis : 08. 00 wib s/d 12.00 wib :
pelayanan 12.00 wib s/d 13.00 wib : istirahat/sholat/makan 13.00 wib s/d 16.30
wib : pelayanan hari jum'at : 07. 30 wib s/d 12.00 wib : pelayanan 12.00 wib s/d
42
Ibid
34
13.30 wib : istirahat/sholat/makan 13.30 wib s/d 16.30 wib : pelayanan contact pa
sengeti: call centre: 0852.6711.0843. Yurisdiksi Pengadilan Agama Sengeti
meliputi wilayah Kabupaten Muaro Jambi yang terdiri dari 8 kecamatan sebagai
berikut:
Sumber: Pengadilan Agama Sengeti 2018
1. Kecamatan Sekernan
2. Kecamatan Jambi Luar Kota
3. Kecamatan Maro Sebo
4. Kecamatan Mestong
5. Kecamatan Kumpeh
6. Kecamatan Kumpeh Ulu
7. Kecamatan Sungai Gelam
8. Kecamatan Sungai Bahar
9. Kecamatan Bahar Utara
10. Kecamatan Bahar Selatan
11 Kecamatan Taman Rajo
35
B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sengeti
1. Visi pengadilan Agama Sengeti
Terwujudnya Pengadilan Agama Sengeti yang Agung.
2. Misi Pengadilan Agama Sengeti
a. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan jujur.
b. Menciptakan aparat peradilan yang professional, berakhlak serta bermartabat.
c. Menjungjung tinggi akuntabilitas dan transparansi biaya perkara kepada pihak-
pihak yang menceri keadilan yustiabelen.
d. Menciptakan aparat pengadilan yang memiliki disiplin, loyalitas dan dedikasi
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas kedinasan.
e. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada semua pencari
keadilan. 43
3. Fungsi dan Tugas Pokok Pengadilan Agama Sengeti
Pengadilan Agama Sengeti melaksanakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara tertentu antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang: 44
a. Perkawinan
b. Waris
c. Wasiat
d. Hibah
43
Ibid 44
Ibid
36
e. Wakaf
f. Zakat
g. Infaq
h. Shadaqah
i. Ekonomi syari'ah.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah hal -hal yang diatur dalam
atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang
dilakukan menurut syari'ah, antara lain:
1) izin beristri lebih dari seorang;
2) Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh
satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis lurus ada
perbedaan pendapat;
3) dispensasi kawin;
4) pencegahan perkawinan;
5) penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6) pembatalan perkawinan;
7) gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8) perceraian karena talak;
9) gugatan perceraian;
10) penyelesaian harta bersama;
11) penguasaan anak-anak;
37
12) ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak
yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;
13) penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas
istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
14) putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
15) putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16) pencabutan kekuasaan wali;
17) penunjukan orang lain sebagai wall oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wall dicabut;
18) penunjukan seorang wall dalam hal seorang anak yang belum cult-up umur 18
(delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
19) pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di
bawah kekuasaannya;
20) penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak
berdasarkan hukum Islam;
21) putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran;
22) pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang- Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan
yang lain. 45
a) Yang dimaksud dengan “waris” adalah penentuan siapa yang menjadi ahli
waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-
masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalap tersebut,
45
Ibid
38
serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan
siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing- masing ahli waris.
b) Yang dimaksud dengan “wasiat” adalah perbuatan seseorang memberikan
suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang
berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.
c) Yang dimaksud dengan “hibah” adalah pembe gan suatu benda secara sukarela
dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau
badan hukum untuk dimiliki.
d) Yang dimaksud dengan “wakaf'”adalah perbuatan seseorang atau sekelompok
orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harts benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syari'ah.
e) Yang dimaksud dengan “zakat” adalah harta yang wajib disisihkan oleh
seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai
dengan ketentuan syari'ah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
f) Yang dimaksud dengan “infaq” adalah perbuatan seseorang memberikan
sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan,
minuman, mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau menafkahkan
sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu
Wata'ala.
g) Yang dimaksud dengan “shadaqah” adalah perbuatar seseorang memberikan
sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan
39
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap
ridho Allah Subhanahu Wata'ala dan pahala semata.
h) Yang dimaksud dengan “ekonomi syari'ah” adalah perbuatan atau kegiatan
usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari'ah, antara lain meliputi:
bank syari'ah; 46
(1) lembaga keuangan mikro syari'ah.
(2) asuransi syari'ah
(3) reasuransi syari'ah
(4) reksa dana syari'ah
(5) obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah syari'ah;
(6) sekuritas syari'ah;
(7) pembiayaan syari'ah;
(8) pegadaian syari'ah;
(9) dana pensiun lembaga keuangan syari'ah; dan k. bisnis syari'ah. 47
Di samping tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan Agama mempunyai
fungsi, antara lain sebagai berikut :
(a) Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama
dalam tingkat pertama (vide : Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006).
(b) Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk
kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik
menyangkut teknis yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi
46
Ibid 47
Ibid
40
umum/ perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan. (vide : Pasal
53 ayat (3) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006 jo. KMA Nomor
KMA/080/VIII/2006).
(c) Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan
tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan
Jurusita/ Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan
diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya (vide : Pasal 53 ayat (1) dan
(2) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006) dan terhadap pelaksanaan
administrasi umum kesekretariatan serta pembangunan. (vide: KMA Nomor
KMA/080/VIII/2006).
(d) Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum
Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. (vide :
Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006).
(e) Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis
dan persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian, keuangan, dan
umum/perlengakapan) (vide : KMA Nomor KMA/080/ VIII/2006). 48
48
Ibid
41
C. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti
STRUKTUR ORGANISASI
PENGADILAN AGAMA SENGETI KELAS 1 B
K
Ketua Pengadilan
Drs. Abbdan Khubban, SH., MH
Hakim
1. Mohaman Syafii, SH., MH
2. Apip Fsrid, MH
Hakim
Yunizar Hidayati, SH
Rahmatullah, S. D., SH
Dra. Emaneli, MH
Panitera Drs. Idwal
Maris, SH
Sekretaris Youstra Adi
Pinto, SH
Wakil Panitera
Dakardi, S. Ag., M. Sy
Panitera Muda Permohonan
Sandi Hasan, SH
Panitera Muda Gudatan
Siti Amriah, SH
Panitera Muda Hukum
Enda Herian, MH
Wakil Ketua Pengadilan
Rizlan Hasanudin, Lc
Kasubbag Kepegawaian
M. Solihi, S.Sos., MH
Kasubbag Umum
Jangga Setiyawan, SH.,
MH
42
Dengan mengetahui struktur organisasi Pengadilan Agama Sengeti
tersebut, langkah selanjutnya melakukan penyesuaian dan menetapkan prosedur
kerja secara proporsional sesuai dengan urutan kedudukan/jabatan yang ada. Oleh
karena itu dalam memanfaatkan struktur organisasi sebagai alat untuk menetapkan
pembagian tugas atau job description dari suatu jabatan. Hal ini dapat dilihat dari
tugas pokok dan fungsinya pejabat di Pengadilan Agama Sengeti seperti pada
bagan struktur di atas yaitu: 49
1. Ketua Pengadilan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin pelaksanaan
tugas Pengadilan Agama Jambi dalam melaksanakan, mengawasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan dan menurut peraturan
Perundang- Undangan yang berlaku.
2. Wakil Ketua, tugas pokok dan fungsinya adalah mewakili Ketua Pengadilan
Agama Sengeti dalam hal merencanakan dan melaksanakan tugas-tugas pokok
dan fungsi sebagai wakil Ketua Pengadilan Agama Sengeti serta
mengkoordinir dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada ketua Pengadilan
Agama Sengeti.
3. Hakim, tugas pokok dan fungsinya adalah menerima, dan meneliti berkas
perkara serta bertanggung jawab atas perkara yang diterima yang menjadi
wewenangnya baik dalam proses penyelesaiannya sampai dengan minutasi,
bekerja sama dengan pejabat terkait dalam penyusunan program kerja
Pengadilan Agama Sengeti.
4. Panitera, tugas pokok dan fungsinya adalah berkoordinasi dengan Ketua
Pengadilan Agama Sengeti dalam merencanakan dan melaksanakan pelayanan
49
Ibid
43
tekhnis di bidang administrasi perkara, yang berkaitan dengan penyiapan
konsep rumusan kebijakan dalam menggerakkan pelaksanaan tugas kegiatan
Kepaniteraan dalam menyusun program kerja jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek serta bertanggung jawab kepada Ketua
Pengadilan Agama Sengeti.
5. Sekretaris, tugas pokok dan fungsinya adalah berkoordinasi dengan Ketua
Pengadilan Agama Sengeti dalam melaksanakan tugas dan memimpin
pelaksanaan tugas pada bagian Kesekretariatan dan bertanggung jawab sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen/Penanggung Jawab Kegiatan yang menggerakkan
dan menyiapkan konsep serta memecahkan masalah yang muncul di bidang
Kesekretariatan dan menyusun program kerja jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek ; serta bertanggung jawab kepada Ketua
Pengadilan Agama Sengeti.
6. Panitera Muda Gugatan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin dan
mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada kepaniteraan
gugatan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan
mengevaluasi dan membut laporan / bertanggung jawab kepada Panitera.
7. Panitera Muda Permohonan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin dan
mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada kepaniteraan
permohonan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan
mengevaluasi dan membut laporan/bertanggung jawab kepada panitera.
8. Panitera Muda Hukum, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin dan
mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada kepaniteraan
44
Hukum serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan
mengevaluasi dan membut laporan / bertanggung jawab kepada Panitera.
9. Kasubbag Kepegawaian dan Ortala, tugas pokok dan fungsinya adalah
memimpin dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh aktifitas pada
urusan kepegawaian dan Ortala serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan
dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan/ bertanggung jawab
kepada Sekretaris.
10. Kasubbag Umum dan Keuangan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin
dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada urusan umum
(rumah tangga) dan Keuangan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan
dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan/ bertanggung jawab
kepada Sekretaris.50
50
Ibid
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Permohonan Perceraian Terhadap Gugatan Cerai Seorang Istri
Karena Suami Terpidana Kasus Pemerkosaan
Berdasarkan Bentuk perkara di pengadilan ada 2 (dua) macam, yaitu perkara
gugatan (kontentius) dan perkara permohonan (voluntair). Prosedur pengajuan
perkara permohonan sama dengan prosedur mengajukan gugatan. Berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara di lapangan dan berdasarkan perkara Nomor
90/Pdt.G/2017/PA Sgt enulis menemukan bahwa mekanisme proses permohonan
perceraian terhadap gugatan cerai seorang istri karena suami terpidana kasus
pemerkosaan di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
1. Mengajukan dan Mendaftarkan Permohonan
Mengakhiri sebuah pernikahan tentu bukanlah hal yang mudah. Ada begitu
banyak aspek yang perlu diperhatikan. Namun, yang terpenting adalah kesiapan
dan kemantapan seseorang saat mengambil keputusan untuk bercerai. Tak jarang,
keputusan cerai diambil dengan tergesa-gesa dan penuh emosi. Rasa menyesal pun
hadir belakangan. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Amran selaku Jurusita di
Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Untuk mengajukan cerai gugat, maka perlu dilakukan pemenuhan
persyaratan yang telah ditentukan di sini. Walaupun persyaratanya agak
rumit, biasanya penggugat tetap mengajukan permohonan tersebut guna
terpenuhi keinginannya dalam perceraian. Jadi kami terus berupaya dalam
memberikan pemahaman dan perlengkapan administrasi yang harus
46
ditempuh. Kalau ada yang tidak meu mengurus tapi melimpahkan kepada
pengacara juga bisa.51
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa banyak sekali pasangan
yang mengurus sendiri perceraian mereka. Meskipun prosesnya sedikit lebih rumit,
namun hal ini tidak mustahil dilakukan. Kuncinya, bekali diri dengan pengetahuan
yang cukup dan jangan malu bertanya. Jika memutuskan tidak menggunakan
bantuan dari pengacara maupun (Lembaga Bantuan Hukum) LBH di pengadilan,
penggugat tetap dapat berkonsultasi kepada pegawai tentang tata cara perceraian.
Peran konsultan hukum juga akan sangat membantu, kalau penggugat memutuskan
mewakili diri sendiri di depan hakim. Cara yang paling mudah adalah mendatangi
pengadilan agama atau pengadilan negeri di wilayah penggugat, dan tanyakan tata
cara mengurus perceraian kepada petugas yang berjaga. Ibu Rohaini selaku
pegawai administrasi di Pengadilan Agama Sengeti menambahkan, sebagai
berikut:
Dalam pemenuhan surat cerai maka penggugat tentu harus memenuhi
persyaratannya, dengan permohonan untuk bercerai, pengasuhan anak atau
juga mengenai harta gono-gini yang telah didapatkan selama hidup
berkeluarga. Setelah semua persyaratan telah terpenuhi maka akan kita
lanjutkan untuk memnuhi, dari identitas penggugat dan bukti-bukti
pernikahan.52
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa umumnya ada tiga poin
yang biasa digugat, yaitu status untuk bercerai, hak pemeliharaan anak, dan hak
mendapatkan harta gono-gini. Sebagai contoh, surat gugatan cerai biasanya berisi:.
Identitas para pihak (Penggugat dan Tergugat) Terdiri atas nama suami dan istri
51
Wawancara bersama Bapak Amran selaku Jurusitas di Pengadilan Agama Sengeti, pada
21 Maret 2018. 52
Wawancara bersama Ibu Rohaini selaku pegawai administrasi di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 21 Maret 2018.
47
(beserta bin/binti), umur dan tempat tinggal. Identitas para pihak juga disertai
dengan informasi tentang agama, pekerjaan, dan status kewarganegaraan. Hal ini
diatur dalam pasal 67 (a) Undang-Undang Nomor. 7/1989. Posita (dasar atau
alasan gugat) Atau istilah hukumnya adalah Fundamentum Petendi, berisi
keterangan berupa kronologis sejak mulai perkawinan Anda dengan suami,
peristiwa hukum yang ada (misal, lahirnya anak-anak), hingga munculnya
ketidakcocokan antara pasangan yang mendorong terjadinya perceraian. Alasan-
alasan yang diajukan dan uraiannya kemudian menjadi dasar tuntutan (petitum).
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Bapak Darwansyah
selaku pegawai administrasi di Pengadilan Agama Sengeti menambahkan, sebagai
berikut:
Permohonan biasanya mengajukan petitum ke sini dengan melengkapi
persyaratannya, banyak sekali yang bisa kita berikan guna mencari solusi
tebaik dalam sebuah permasalahan. Penggugat tentu berharap majelis
hakim dapat mengabulkan permohonannya, tentu semua itu harus melewati
proses yang panjang dan pembuktian yang menyatakan bahwa keputusan
yang diambil nanti dapat memberikan putusan yang baik.53
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa petitum (tuntutan hukum)
Yaitu tuntutan yang diminta oleh istri sebagai Penggugat agar dikabulkan oleh
hakim. Bentuk tuntutan itu misalnya: Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka
dengan ini Penggugat memohon kepada Majelis Hakim berkenan memutus sebagai
berikut: 1. Menerima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya. 2.
Menyatakan perkawinan antara penggugat dan tergugat sah putus karena
perceraian. 3. Menyatakan pihak Penggugat berhak atas hak pemeliharaan anak
dan berhak nafkah dari tergugat 4. Mewajibkan pihak Tergugat membayar biaya
53
Wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 21 Maret 2018.
48
pemeliharaan anak (jika anak belum dewasa) 5. Menyatakan bahwa harta berupa
yang merupakan harta bersama (gono-gini) menjadi hak Penggugat. Setelah
gugatan cerai selesai dibuat, fotokopi berkas tersebut sebanyak lima buah.
Keenam berkas tersebut akan dibagikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengadilan nanti. Satu berkas akan dikirim oleh pengadilan
kepada si suami (Tergugat), tiga berkas untuk para hakim, satu berkas untuk
panitera pengadilan (pegawai yang bertugas mencatat jalannya sidang), dan satu
berkas yang tersisa menjadi pegangan milik penggugat. Pendaftaran gugatan
dilakukan di ruang administrasi oleh pegawai pengadilan yang bertugas untuk
menerima gugatan. Petugas akan memberikan cap atau pengesahan kepada keenam
berkas yang diserahkan. Dengan begitu, surat gugatan sudah sah didaftarkan.
Selanjutnya disebut sebagai Tergugat. Setelah berkas terdaftarkan maka pengadilan
agama akan mempelajari surat-surat yang berkaitan dengan perkara ini, telah
mendengar keterangan penggugat dan saksi-saksi di muka sidang. Sebagaimana
yang disampaikan Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama
Sengeti, sebagai berikut:
Benar adanya Perkara 90/Pdt.G/2017/PA Sgt enulis menemukan bahwa
mekanisme proses permohonan perceraian terhadap gugatan cerai seorang
istri karena suami terpidana kasus pemerkosaan yang telah diputuskan,
semuanya melalui proses yang benar dan juga pertimbangan yang matang,
karena inikan permasalahannya adalah suami terpidana kasus pemerkosaan.
Dan setelah melalui proses panjang maka keputusan itu telah diberikan54
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Perkara 90/Pdt.G/2017/PA
Sgt telah diputuskan melui proses panjang berdasarkan ketentuan yang berlaku,
54
Wawancara bersama Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
pada 21 Maret 2018.
49
dengan memanggil penggugat dan tergugat guna dimintai keterangannya, dan juga
beberapa saksi pun dipanggil agar membuktikan kebenaran dari perkara di atas.
2. Mempelajari Perkara dan Menyiapkan Panitera Sidang
Setiap perkara yang hendak diselesaikan, maka Pengadilan Agama Sengeti
melihat dalil-dalil gugatan yang digunakan sebagai acuan dalam membarikan
putusan, dengan mengetahui bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri
sah, dan telah tercatat di Kantor Urusan Agama. Sebagaimana dapat dilihat dari
hasil wawancara bersama Ibu Rohaini selaku pegawai administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti menambahkan, sebagai berikut:
Benar memang penggugat dalam putusan Perkara 90/Pdt.G/2017/PA Sgt
mengajukan gugat cerai kepada suaminya yang dengan itu menunjukkan
surat sah menikah yang dicatat di kantor urusan agama dikarenakan
terpidana pemerkosaan, maslah ekonomi dan pekerjaan menjadi faktor
utamanya.55
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tergugat memang benar
telah mengalami gangguan jiwa yang menyebabkan kehidupan rumah tangga tidak
bisa berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Dengan berbagai permasalahan
yang dihadapi untuk itu penggugat mengajukan permohonan perceraian dengan
tergugat. Seorang hakim dalam memutuskan perkara haruslah mempunyai sebuah
landasan, agar putusan yang dihasilkan pun dapat dipertanggungjawabkan, baik
kepada para pihak yang berperkara, masyarakat, negara maupun Allah SWT.
Selain itu pula dasar hakim dalam memutuskan tentu memastikan bahwa
Penggugat dan Tergugat adalah suami istri sah, menikah pada tanggal 10 April
2013, dan telah tercatat di Kantor Urusan Agama Sekernan, Kabupaten Muaro
55
Wawancara bersama Ibu Rohaini selaku pegawai administrasi di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 21 Maret 2018.
50
Jambi sesuai Kutipan Akta Nikah Nomor 138/19/IV/2013, tanggal 12 April 2013.
Dengan begitu perkara tersebut dapat dilanjutkan untuk ditinjau dan
dipersidangkan.
Setelah menikah, Penggugat dan Tergugat tinggal bersama di rumah
orangtua Penggugat di Desa Pematang Jering, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi selama 1 tahun, hingga terjadi pisah dan selama
pernikahan tersebut, Penggugat dengan Tergugat telah melakukan hubungan
layaknya suami istri (ba'da dukhul), dan dikaruniai satu orang anak bernama Sutan
bin Sutris, umur 4 tahun, dan saat ini seluruh anak tersebut diasuh oleh Penggugat.
Sejak awal pernikahan pada tahun 2013 keluarga penggugat berjalan harmonis,
namun diakhir tahun 2014 mengalami permasalahan, di mana tergugat tersangkut
kasus kriminal. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Rijlan Hasanudin selaku
Hakim di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Betul, tersangkut kriminal di tergugat, lagian perempuan mana yang mau
bertahan kalau kasusnya adalah seperti itu, yang membawa tergugat
kepenjara itu adalah melakukan pemerkosaan anak di bawah umur, tentu itu
akan mencoreng nama baik keluarga dan membuat keluarga menjadi
berantakan. Dengan begitu kita telaah bukti-bukti yang ada dan juga dasar
hukumnya juga, setelah itu diputuskan bersama terkait perkara ini.56
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pada awalnya rumah tangga
Penggugat dan Tergugat harmonis, namun sejak bulan November 2014, rumah
tangga sudah tidak harmonis lagi akibat sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran yang disebabkan Tergugat tersandung kasus pemerkosaan yang mana
sekarang Tergugat di tahan oleh pihak yang berwajib. Sebagaimana yang
56
Wawancara bersama Bapak Rijlan Hasanudin selaku Hakim di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 14 Mei 2018
51
disampaikan oleh Bapak Zulkarnain Selaku Pegawai Administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, sebagai berikut:
Ketika tergugat ditahan oleh pihak kepolisian tentu penggugat merasa tidak
nyaman dengan itu, ditambah lagi kasusnya yang menjerat tergugat
pemerkosaan di bawah umur, sehingga penggugat memutuskan untuk
bercerai, ditambah lagi memang sebelum itu, penggugat dan tergugat sering
tejadi pertengkaran yang menyebabkan penggugat pulang kerumah
orangtuanya, dan setelah dua tahun tidak ada nafkah lahir dan batin maka
penggugat mengajukan permohonan cerai gugat, yang hasilnya sekarang
putusan ini.57
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa puncak ketidakharmonisan
Desember 2014, akibatnya antara Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah,
Tergugat di tahan oleh pihak kepolisian. Penggugat merasa tidak bisa lagi
menerima dan melanjutkan rumah tangga bersama dengan Tergugat, Penggugat
dan Tergugat pun telah pisah rumah selama lebih dari dua tahun hingga sekarang.
Selama itu sudah tidak ada lagi hubungan baik lahir maupun batin. Bahwa pihak
keluarga belum pernah "mendamaikan Penggugat dan Tergugat dan penggugat
tidak mampu membayar biaya yang timbul akibat perkara ini, karena miskin.
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat bermohon
kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Sengeti Cq. Majelis Hakim untuk
membuka sidang guna memeriksa dan mengadili perkara ini dengan menjatuhkan
putusan dengan mengabulkan gugatan Penggugat, menceraikan perkawinan
Penggugat (lea Lestari binti Idrus) dengan Tergugat (Sutris bin Marsani) dan
membebankan biaya perkara kepada Penggugat.
57
Wawancara bersama Bapak Zulkarnain Selaku Pegawai Administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 16 Mei 2018
52
3. Penetapan Mejelis Hakim dan Memberi Putusan
Penetapan Mejelis Hakim PMH disebut sebagai pelaksana dalam
pengambilan keputusan yang telah ditetapkan membuat Penetapan Hari Sidang
PHS. Memanggil para pihak melalui juru sita dan menyidangkan perkara, dengan
menerima berkas dari majelis hakim, memberitahukan isi putusan kepada pihak-
pihak lewat jurusita memberitahukan ke meja II dan kasir yang berkaitan dengan
tugas mereka, menetapkan kekuatan hakim, menyerahkan salinan putusan kepada
penggugat dan instansi terkait, menyerahkan berkas kepada panitera muda.
Panitera muda, mendata perkara, melaporkan dan mengarsipkan.
Seorang hakim dalam memutus suatu perkara harus mempertimbangkan
kebenaran yuridis (hukum) dengan kebenaran fisolofis (keadilan). Seorang Hakim
harus membuat keputusan-keputusan yang adil dan bijaksana dengan
mempeertimbangkan implikasi hukum dan dampaknya. Dalam permohonan yang
diajukan Penggugat telah mengajukan permohonan untuk berperkara seraca cuma-
cuma (prodeo), dan telah dikabulkan oleh Ketua Pengadilan Agama Sengeti
dengan Nomor W5-A10/262/HK.05/II/2017, tertanggal 20 Februari 2017, tentang
Pembebasan Biaya Perkara (Prodeo). Bahwa, pada hari persidangan yang telah
ditetapkan, Penggugat telah hadir sendiri, sedang Tergugat tidak pernah hadir dan
tidak pula menyuruh orang lain untuk hadir sebagai wakil atau kuasanya, meskipun
menurut Relaas Panggilan Nomor 90/Pdt.G/2017/PA.Sgt, tanggal 07 Maret 2017
dan 30 Maret 2017, Tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut. Sehingga
Tergugat tidak dapat didengar keterangannya dan persidangan dilanjutkan dengan
53
tanpa hadirnya Tergugat. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Rahmatullah
Ramadan selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Tentunya pihak Pengadilan sudah menghubungi tergugat agar berkenan
hadir atau pun yang mewakili, dengan begitu akan mendengarkan tuntutan
di pemngugat, namun tidak hadir maka dari itu persidangan dilanjutkan
dengan melihat bukti-bukti yang ada sehingga layak untuk dikabulkan.58
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hakim atas gugatan
Penggugat tersebut, Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan pihak yang
berperkara di persidangan dengan menasihati Penggugat agar tetap
mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan Tergugat, tetapi usaha
tersebut tidak berhasil. Bahwa, upaya mediasi tidak dapat dilaksanakan, karena
Tergugat tidak pernah hadir ke persidangan, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
membacakan gugatan Penggugat yang isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat.
Untuk meneguhkan dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan bukti
surat berupa: Fotokopi Kutipan Akta Nikah atas nama Penggugat dan Tergugat,
yang aslinya dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, Nomor 138/19/IV/2013, tanggal
12 April 2013, yang telah di-nazzege/en, dicocokkan dengan aslinya dan sesuai,
diberi tanda P.1. Fotokopi Petikan Putusan atas nama Aris Sutris alias Tenok bin
Marsani, Nomor 114/Pid.SUS/2014/PN.Sgt, tanggal 02 September 2014, yang
aslinya dikeluarkan oleh Panitera Pengadilan Negeri Sengeti, yang telah di-
nazzege/en, dicocokkan dengan aslinya dan sesuai, diberi tanda P.2. Bahwa,
Penggugat mencukupkan dengan alat bukti tersebut dan menyatakan tidak akan
mengajukan sesuatu apa pun lagi dengan memberikan kesimpulan bahwa
58
Wawancara bersama Bapak Rahmatullah Ramadan selaku Hakim Anggota di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 14 Mei 2018
54
Penggugat tetap dengan gugatan semula dan mohon kepada Majelis agar
menjatuhkan putusan yang mengabulkan gugatan Penggugat, karena Penggugat
telah membuktikan segala dalil gugatan Penggugat di persidangan. Bahwa, untuk
mempersingkat uraian putusan ini, maka ditunjuk segala hal sebagaimana
tercantum dalam berita acara sidang perkara ini, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari putusan ini.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dasar hukum hakim dalam
memutuskan perkara gugatan cerai seorang istri karena suami terpidana
diantaranya; Permohonan Penggugat ke Pengadilan Agama Sengeti, di mana
hakim sebagai pelaksana melihat, menilai dan memutuskan atau membenarkan
telah terjadinya peristiwa yang diajukan pemohon atau membuktikan benar atau
tidaknya peristiwa/fakta yang diajukan para pihak melalui alat-alat bukti yang sah
menurut hukum pembuktian yang diuraikan dalam duduk perkara dan setelah
menerima, memeriksa permohonan Penggugat telah dipenuhi dan kemudian
mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan padannya, Seringkali
Terjadi Perselisihan, di mana Tergugat sudah tidak lagi memberikan nafkah lahir
dan batin dan Tergugat Ditahan Pihak Kepolisian, di mana Tergugat di tahan oleh
pihak kepolisian akibat Tergugat tersandung kasus pemerkosaan. Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Ibu Rohaini selaku pegawai
administrasi di Pengadilan Agama Sengeti menambahkan, sebagai berikut:
Pihak pengadilan di sini telah mengeluarkan surat pemberitahuan pada
tergugat untuk berkenan hadir atau dengan diwakili, tertera telah
diberitahukan selam tiga kali untuk menghadiri persidangan. Namun
dengan suatu alsan maka persidangan terus melanjutkan.59
59
Wawancara bersama Ibu Rohaini selaku pegawai administrasi di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 21 Maret 2018.
55
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa majelis Hakim telah
memberi nasehat kepada Penggugat agar rukun kembali dengan Tergugat, namun
usaha tersebut tidak berhasil karena Penggugat tetap pada dalil-dalil gugatannya
untuk bercerai dengan Tergugat. Sebagaimana yang disampaikan Ibu Baihna
Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Tentu kita sudah memberikan saran kepada penggugat untuk rukun kembali
dala keluarga, namun rupanya tekat penggugat telah bulat ingin berpisah,
dengan begitu kami tidak berhasil dalam membuat keluarga rukun kembali,
karena dia tetap dengan pilihannya.60
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa perkara ini tidak dapat
dimediasi karena Tergugat/ Wali pengampu tidak pernah datang menghadap
meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut, selanjutnya dimulai pemeriksaan
dengan membacakan surat gugatan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permohonan perceraian
terhadap gugatan cerai seorang istri karena suami terpidana kasus pemerkosaan
diantaranya; Mengajukan dan Mendaftarkan Permohonan, di mana penggugat
melengkapi semua persyaratan dan mengajukan ke bagian pendaftaran perkara,
Mempelajari Perkara dan Menyiapkan Panitera Sidang, di mana dengan menelaah
persayaratan yang telah diajukan dan Penetapan Mejelis Hakim dan Memberi
Putusan, di mana pembentukan tim siding dan juga pemberian keputusan
berdasarkan perkara yang ada.
60
Wawancara bersama Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
pada 29 Maret 2018.
56
B. Dasar Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara Gugatan Cerai
Seorang Istri Karena Suami Terpidana
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah agar
hakim mengabulkan gugatan Penggugat; menceraikan perkawinan Penggugat (lea
Lestari binti Idrus) dengan Tergugat (Sutris bin Marsani) dan membebankan biaya
perkara kepada Penggugat. Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha
dengan sungguh-sungguh mendamaikan dengan menasihati Penggugat agar tetap
mempertahankan rumah tangganya dengan Tergugat di setiap persidangan quod est
Pasal 82 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang
Nomor 50 Tahun 2009 Jo. Pasal 31 Peraturan Pemerintah. Sebagaimana yang
disampaikan Bapak Rahmatullah Ramadan selaku Hakim Anggota di Pengadilan
Agama Sengeti, sebagai berikut:
Kita sudah melakukan pengadilan berdasarkan ketentuan yang ada, agar
semuanya bisa dipertanggungjawabkan putusan tersebut. Sehingga apa
yang sudah diberikan bisa menjadikan pelajaran kepada Pengguagat dan
juga Tergugat, sehingga semuanya dapat dirasakan keputusan ini memang
betul dan benar adanya dengan hukum yang sudah ada.61
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan Undang-
Undang Nomor 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan,Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan, akan tetapi usaha tersebut tetap tidak berhasil
untuk mendamaikan sampai putusan ini dijatuhkan. Menimbang, bahwa sesuai
ketentuan Pasal 154 R.Bg. Jo. Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur
61
Wawancara bersama Bapak Rahmatullah Ramadan selaku Hakim Anggota di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 14 Mei 2018
57
Mediasi di Pengadilan, oleh karena Tergugat tidak hadir selama proses
persidangan, maka mediasi tidak dapat dilaksanakan.
Hakim harus mendasarkan putusannya dalam mengadili kepada peraturan
perundang-undangan. Dalam hal perkara yang diadili tidak ada atau tidak jelas
dasar hukumnya, hakim pun tetap wajib untuk mengadili perkara tersebut.
Sehingga pada prinsipnya, asas legalitas harus dijadikan pedoman awal bagi hakim
untuk mengadili kasus yang sedang ditangani. Hakim diartikan sebagai pelaksana
Undang-Undang atau hukum dari suatu Negara. Kebebasan kekuasaan kehakiman
sering kali diidentikkan dengan kebebasan hakim. Demikian halnya, keputusan
pengadilan diidentikkan dengan keputusan hakim. Oleh karena itu, pencapaian
penegakan hukum dan keadilan terletak pada kemampuan dan kearifan hakim
dalam merumuskan keputusan yang mencerminkan keadilan.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis di kantor Pengadilan
Agama Sengeti terkait dasar hukum hakim dalam memutuskan perkara gugatan
cerai seorang istri karena suami terpidana pada putusan Nomor 90/Pdt.G/2017/PA
Sgt, Bahwa, Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 20 Februari 2017, yang
telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Sengeti Nomor
90/Pdt.G/2017/PA.Sgt, tanggal 20 Februari 2017, telah mengemukakan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri sah, menikah pada tanggal
10 April 2013, dan telah tercatat di Kantor Urusan Agama Sekernan,
Kabupaten Muaro Jambi sesuai Kutipan Akta Nikah Nomor 138/19/IV/2013,
tanggal 12 April 2013;
58
2. Bahwa setelah menikah, Penggugat dan Tergugat tinggal bersama di rumah
orangtua Penggugat di Desa Pematang Jering, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi selama 1 tahun, hingga terjadi pisah;
3. Bahwa selama pernikahan tersebut, Penggugat dengan Tergugat telah
melakukan hubungan layaknya suami istri (ba'da dukhul), dan dikaruniai satu
orang anak bernama Sutan bin Sutris, umur 4 tahun, dan saat ini seluruh anak
tersebut diasuh oleh Penggugat;
4. Bahwa pada awalnya rumah tangga Penggugat dan Tergugat harmonis, namun
sejak bulan November 2014, rumah tangga sudah tidak harmonis lagi akibat
sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan Tergugat
tersandung kasus pemerkosaan yang mana sekarang Tergugat di tahan oleh
pihak yang berwajib;
5. Bahwa puncak ketidakharmonisan Desember 2014, akibatnya antara
Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah, Tergugat di tahan oleh pihak
kepolisian. Penggugat merasa tidak bisa lagi menerima dan melanjutkan rumah
tangga bersama dengan Tergugat, Penggugat dan Tergugat pun telah pisah
rumah selama lebih dari dua tahun hingga sekarang. Selama itu sudah tidak ada
lagi hubungan baik lahir maupun batin;
6. Bahwa pihak keluarga belum pernah "mendamaikan Penggugat dan
Tergugat;
7. Penggugat tidak mampu membayar biaya yang timbul akibat perkara ini,
karena miskin
59
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas Penggugat bermohon
kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Sengeti Cq. Majelis Hakim untuk
membuka sidang guna memeriksa dan mengadili perkara ini dengan
menjatuhkan putusan sebagai berikut: Primer: Mengabulkan gugatan Penggugat;
Menceraikan perkawinan Penggugat (lea Lestari binti Idrus) dengan
Tergugat (Sutris bin Marsani); dan Membebankan biaya perkara kepada
Penggugat. Tugas pokok hakim adalah menerima, memeriksa, dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadannya. Peradilan Agama sebagai
salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman mempunyai tugas pokok untuk
menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadannya guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila
demi terselenggaranya Negara hukum Republik Indonesia (pasal 1 dan 2 UU No.
4/2004). Hakim menerima perkara, jadi dalam hal ini sikapnya adalah pasif atau
menunggu adanya perkara. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Rijlan
Hasanudin selaku Hakim di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Tentu semua sudah ada mekanismenya, kalau ada seseorang yang ingin
menggugat sesuatu, tentu harus sesuai dengan prosedur yang ada di sini,
dari mulai pengisian formulir sampi penyerahan bukti-bukti pemohon
dalam perkara yang dia ajukan, jika tidak adanya bukti-bukti pemohon
maka itu bisa menyulitkan untuk bisa sampai persidangan. Tapi tetap
dengan alasan tertentu.62
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hakim sebagai pelaksana
melihat, menilai dan memutuskan atau membenarkan telah terjadinya peristiwa
yang diajukan pemohon atau membuktikan benar atau tidaknya peristiwa/fakta
62
Wawancara bersama Bapak Rijlan Hasanudin selaku Hakim di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 14 Mei 2018
60
yang diajukan para pihak melalui alat-alat bukti yang sah menurut hukum
pembuktian yang diuraikan dalam duduk perkara dan berita acara. Hakim juga
melihat dan memeriksa identitas para pihak dan memeriksa kuasa hukum para
pihak. Selain itu pula hakim dituntut untuk mendamaikan pihak-pihak dan juga
memeriksa seluruh fakta / peristiwa yang dikemukakan para pihak dan memeriksa
alat-alat bukti sesuai tata cara pembuktian serta memeriksa jawaban, sangkalan,
keberatan dan bukti-bukti pihak lawan hingga menetapkan pemeriksaan sesuai
hukum acara yang berlaku.
Pengadilan Agama Sengeti yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara
tertentu pada tingkat pertama, dalam persidangan Majelis Hakim telah
menjatuhkan putusan dalam perkara cerai gugat antara: lca Lestari binti Idrus,
umur 21 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), pekerjaan
Ibu Rumah Tangga (IRT), tempat tinggal di Rukun Tetangga (RT) 02, Desa
Pematang Jering, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, sebagai
Penggugat yang diarahkan kepada saudara Sutris bin Marsani, umur 30 tahun,
agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Tidak Bekerja, tempat tinggal di Lembaga
Pemasyarakatan Kota Jambi, sebagai Tergugat. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Bapak Nurdin Selaku Pegawai Administrasi di Pengadilan Agama Sengeti,
sebagai berikut:
Benar adanya saudari lca Lestari binti Idrus telah melakukan gugatan cerai
terhadap suaminya Sutris, sebagaimana dapat dilihat di putusan ini. Itu
artinya penggugat telah merasakan ketidaknyamanan untuk bersama
kembali dengan tergugat, sehingga penggugat mengajukan cerai terhadap
suaminya. Itu disebabkan karena tergugat berada ditahanan kepolisian
61
dengan kasusnya, sehingga tidak ada lagi nafkah lahir dan batin terhadap
penggugat. Itulah sebabnya penggugat mengajukan permohonannya.63
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Penggugat dalam surat
gugatannya tertanggal 20 Februari 2017, yang telah terdaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Agama Sengeti Nomor 90/Pdt.G/2017/PA.Sgt, tanggal 20 Februari
2017, dengan masuknya permohonan Penggugat maka pihak pengadilan menilai
peristiwa itu termasuk menemukan dalam kemudian dituangkan dalam
pertimbangan hukum dengan merumuskan pokok-pokok perkara,
mempertimbangan beban pembuktian, mempertimbangkan keabsahan peristiwa /
fakta sebagai peristiwa atau fakta hukum. Mempertimbangkan secara logis,
kronologis, dan yuridis fakta-fakta hukum menurut hukum pembuktian dan
menemukan hukumnya baik tertulis maupun yang tak tertulis dengan menyebutkan
sumber-sumbernya serta mempertimbangkan biaya perkara.
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok perkara, Majelis
Hakim akan mempertimbangkan terlebih dahulu legal standing Penggugat dalam
mengajukan perkara a quo). Dalam mengajukan perkara a quo Penggugat
mendalilkan bahwa Penggugat dan Tergugat adalan pasangan suami istri sah, yang
telah melaksanakan pernikahan sesuai dengan aturan perundang-undangan tentang
perkawinan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk menguatkan dalil gugatan tersebut Penggugat mengajukan alat bukti
tertulis berupa bukti P.1 yang aslinya merupakan akta autentik yang mana alat
bukti tersebut telah dicocokkan dengan aslinya, maka sesuai dengan ketentuan
Pasal 285 R.Bg., alat bukti tersebut memiliki kekuatan pembuktian yang mengikat
63
Wawancara bersama Bapak Nurdin Selaku Pegawai Administrasi di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 16 Mei 2018
62
dan sempurna. Oleh karena itu berdasarkan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Jo. Pasal 4, 5 dan 6 Kompilasi Hukum
Islam harus dinyatakan terbukti bahwa Penggugat dan Tergugat telah terikat dalam
pernikahan sah, sehingga Penggugat memiliki legal standing untuk mengajukan
perkara a quo;
Berdasarkan bukti P.1 yang telah dipertimbangkan di atas, terbukti bahwa
Penggugat telah melangsungkan pernikahan dengan Tergugat menurut aturan
pernikahan yang berlaku dalam agama Islam, sehingga berdasarkan ketentuan
Pasal 49 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Pengadilan Agama Sengeti memiliki
kompetensi absolut untuk mengadili perkara a quo.
Dalam hal kompetensi relatif Penggugat telah mendalilkan bahwa
Penggugat tinggal di wilayah hukum Pengadilan Agama Sengeti, dan hal tersebut
tidak dibantah oleh Tergugat, sehingga telah terbukti Penggugat bertempat tinggal
di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Sengeti. oleh karena itu sesuai dengan
ketentuan Pasal 73 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Pengadilan Agama Sengeti memiliki
kompetensi relatif untuk mengadili perkara a quo;
Dari posita yang telah dikemukakan oleh Penggugat dapat disimpulkan
bahwa Penggugat dalam mengajukan gugatan cerai terhadap Tergugat, dengan
dalil kurang lebih sejak bulan November 2014, ketenteraman rumah tangga
63
Penggugat dengan Tergugat mulai goyah, antara Penggugat dan Tergugat telah
terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan Tergugat tersandung kasus
pemerkosaan, dan sekarang Tergugat ditahan oleh pihak berwajib. Puncaknya
terjadi pada bulan Desember 2014, yang akibatnya Penggugat dan Tergugat
berpisah rumah selama lebih dari dua tahun hingga sekarang.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan menjawab petitum gugatan
Penggugat berdasarkan fakta hukum yang terbukti di persidangan dengan
pertimbangan bahwa terhadap petiturr gugatan Penggugat poin 1 tentang
mengabulkan gugatan Penggugat, karena berkaitan dengan petitum yang lain, akan
Majelis Hakim pertimbangkan kemudian setelah mempertimbangkan petitum
berikutnya, menjawab petitum gugatan Penggugat poin 2 tentang menceraikan
perkawinan Penggugat dengan Tergugat, Majelis Hakim mengemukakan
pertimbangan hukum sebagai berikut dan atas gugatan Penggugat tersebut,
Tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut sesuai dengan ketentuan Pasal 26
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, namun Tergugat tidak pernah hadir,
dan tidak pula menyuruh orang lain untuk menghadap di persidangan sebagai
wakil atau kuasanya yang sah, sedang ketidakhadirannya tersebut bukan
disebabkan oleh suatu halangan yang sah, sehingga patut dinyatakan Tergugat
tidak hadir ke persidangan.
Dengan ketidakhadiran Tergugat di persidangan sebagaimana tersebut di
atas, maka Tergugat dianggap telah mengakui seluruh dalil gugatan Penggugat,
sehingga dalil gugatan Penggugat dianggap benar dan terbukti, namun demikian
64
karena perkara ini merupakan perkara perceraian yang mengarah ke alasan salah
satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun maka Majelis Hakim cukup
menerima salinan putusan pengadilan yang memutuskan perkara, sesuai dengan
pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo Pasal 74 Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peadilan Agama yang telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009.
Untuk menguatkan gugatan Penggugat, Penggugat telah mengajukan alat
bukti P.1 dan P.2, yang akan Majelis Hakim pertimbangkan merupakan satu
kesatuan pertimbangan dan tak terpisahkan dari pertimbangan alat bukti surat dan
Penggugat mengajukan alat bukti P.2 yang aslinya merupakan akta autentik yang
mana alat bukti tersebut telah dicocokkan dengan aslinya, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 285 R.Bg alat bukti tersebut memiliki kekuatan pembuktian yang
mengikat dan sempurna. Oleh karena itu telah terbukti bahwa Tergugat telah
dihukum penjara di atas lima tahun.
Hakim menghubungkan surat gugatan Penggugat dan alat bukti di
persidangan, Majelis Hakim menemukan fakta hukum Penggugat dan Tergugat
adalah pasangan suami istri yang terikat perkawinan yang sah dan Tergugat telah
dihukum penjara selama 13 (tiga belas) tahun lamanya. Sebagaimana yang
disampaikan Bapak Rijlan Hasanudin selaku Hakim di Pengadilan Agama Sengeti,
sebagai berikut:
Dengan kondisi tergugat di penjara, otomatis penggugat tidak lagi bisa
menghidupi keluarganya, dan selama itu pula mereka telah lama pisah
65
dikarenakan permasalahan yang timbul dari terkecil menjadi besar.
Sehingga tergugat mendekam di penjara selama 13 tahun.64
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tujuan perkawinan adalah
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa atau dalam bahasa lainnya rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warahmah (Vide Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan Jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam). Tujuan berumah tangga
menurut ajaran Islam adalah sebagaimana termuat dalam ayat al-Qur'an surat ar-
Rum ayat 21, sebagai berikut:
Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.65
Dari ayat di atas dicermati bahwa melihat keretakan rumah tangga antara
Penggugat dengan Tergugat, Majelis Hakim berpendapat, melanjutkan dan
mempertahankan rumah tangga keduanya Jebih besar kemudharatannya dibanding
mashlahatnya, karena di antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak ada lagi
rasa saling cinta mencintai, sehingga kalaupun Penggugat dan Tergugat tetap
dipaksa melanjutkan hubungan rumah tangga tentu rumah tangga mereka menjadi
rumah tangga yang hampa, tanpa rasa saling sayang dan mencintai. Menimbang,
64
Wawancara bersama Bapak Rijlan Hasanudin selaku Hakim di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 14 Mei 2018 65
QS. Ar-Rum: 21
66
bahwa selanjutnya Majelis Hakim mengemukakan sebuah dalil syar'/ berupa Hadis
Nabi Muhammad SAW yang berbunyi sebagai berikut: Artinya: Janganlah kamu
berbuat mudarat (kerusakan) dan jangan pula kamu sampai dimudarati
(dicelakai). Majelis Hakim juga mengemukakan dalil syar‟i yang lain, berupa
kaedah fiqhiyah yang terdapat dalam kitab al-Asybah wa al-Nazhair yang
selanjutnya diambil alih sebagai pendapat Majelis Hakim sebagai berikut: Artinya :
Apabila terjadi dua mudharat harus diambil mudharat yang lebih ringan.
Berdasarkan fakta hukum dan pertimbangan hukum yang telah Majelis
Hakim kemukakan, quod est Penjelasan Pasal 39 ayat (2) huruf (c) Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Jis. Pasal 19 huruf (c) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 116 huruf (c) Kompilasi Hukum Islam,
Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan Penggugat terbukti dan tidak melawan
hukum, sehingga petitum gugatan Penggugat poin 2 patut untuk dikabulkan;
Penggugat dan Tergugat diceraikan berdasarkan putusan pengadilan, maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 119 ayat (2) huruf (c) Kompilasi Hukum Islam,
Penggugat dan Tergugat diceraikan dengan menjatuhkan talak satu bain sughra
Tergugat terhadap Penggugat. Untuk memenuhi ketentuan Pasal 84 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun
2009, secara ex officio Majelis Hakim memerintahkan kepada Panitera Pengadilan
Agama Sengeti untuk mengirim salinan putusan ini yang telah berkekuatan hukum
tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Sekenan,
67
Kabupaten Muaro Jambi, dan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, serta Pegawai Pencatat
Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi, untuk dicatat
dalam daftar yang disediakan untuk itu.
Penggugat telah mengajukan permohonan untuk berperkara secara cuma-
cuma, dan berdasarkan Surat Penetapan Ketua Pengadilan Agama Sengeti Nomor
W5-A10/262/HK.05/II/2017, tanggal 20 Februari 2017, yang menyatakan
mengabulkan permohonan Penggugat untuk berperkara secara cuma-cuma, maka
biaya perkara dibebankan kepada DIPA Pengadilan Agama Sengeti tahun 2017.
Pertimbangan Majelis Hakim atas masing-masing petitum gugatan
Penggugat di atas, maka menjawab petitum gugatan Penggugat poin 1, gugatan
Penggugat dikabulkan seluruhnya dan Tergugat tidak pernah hadir di persidangan
dan tidak pula mewakilkan kepada orang lain sebagai wakil atau kuasanya yang
sah, maka quod est ketentuan Pasal 149 dan Pasal 150 R.Bg. gugatan Penggugat
dikabulkan dengan verstek. segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan hukum syara' yang berkaitan dengan perkara ini.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertimbangan hakim dalam
memutuskan perkara gugatan cerai seorang istri karena suami terpidana adalah
dengan meninjau perkara tersebut dan sungguh-sungguh mencoba mendamaikan
dengan menasihati Penggugat agar tetap mempertahankan rumah tangganya
dengan Tergugat di setiap persidangan, akan tetapi usaha tersebut tetap tidak
berhasil sampai putusan dijatuhkan. Tergugat tidak hadir selama proses
68
persidangan, maka mediasi tidak dapat dilaksanakan dan Penggugat mengajukan
alat bukti-bukti tertulis yang menguatkan Penggugat dengan dalil mengajukan
gugatan cerai terhadap Tergugat yang bermula sejak bulan November 2014,
ketenteraman rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai goyah, antara
Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang
disebabkan Tergugat tersandung kasus pemerkosaan, dan sekarang Tergugat
ditahan oleh pihak berwajib. Puncaknya terjadi pada bulan Desember 2014, yang
akibatnya Penggugat dan Tergugat berpisah rumah selama lebih dari dua tahun
hingga sekarang, dengan begitu putusan hakim dalam mengabulkan perkara ini
telah sesuai dengan dalil yang telah ditetapkan.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang putusan hakim dalam
mengabulkan tuntutan cerai seorang istri karena suami terpidana di Pengadilan
Agama Sengeti Kelas I B Muaro Jambi sudah berjalan baik, untuk itu secara
khusus dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Permohonan perceraian terhadap gugatan cerai seorang istri karena suami
terpidana kasus pemerkosaan diantaranya; Mengajukan dan Mendaftarkan
Permohonan, di mana penggugat melengkapi semua persyaratan dan
mengajukan ke bagian pendaftaran perkara, Mempelajari Perkara dan
Menyiapkan Panitera Sidang, di mana dengan menelaah persayaratan yang telah
diajukan dan Penetapan Mejelis Hakim dan Memberi Putusan, di mana
pembentukan tim siding dan juga pemberian keputusan berdasarkan perkara
yang ada.
2. Dasar hakim dalam memutuskan perkara gugatan cerai seorang istri karena
suami terpidana adalah dengan melihat perkara tersebut dan sungguh-sungguh
mencoba mendamaikan dengan menasihati Penggugat agar tetap
mempertahankan rumah tangganya dengan Tergugat di setiap persidangan, akan
tetapi usaha tersebut tetap tidak berhasil sampai putusan dijatuhkan. Tergugat
tidak hadir selama proses persidangan, maka mediasi tidak dapat dilaksanakan
dan Penggugat mengajukan alat bukti-bukti tertulis yang menguatkan
70
Penggugat dengan dalil mengajukan gugatan cerai terhadap Tergugat yang
bermula sejak bulan November 2014, ketenteraman rumah tangga Penggugat
dengan Tergugat mulai goyah, antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi
perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan Tergugat tersandung kasus
pemerkosaan, dan sekarang Tergugat ditahan oleh pihak berwajib. Puncaknya
terjadi pada bulan Desember 2014, yang akibatnya Penggugat dan Tergugat
berpisah rumah selama lebih dari dua tahun hingga sekarang, dengan begitu
putusan hakim dalam mengabulkan perkara ini telah sesuai dengan dalil yang
telah ditetapkan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disajikan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Pengadilan Agama Sengeti diharapkan melakukan pemeriksaan dengan adil
dan tidak memihak sesuai dengan fakta-fakta dan dengan menerapkan
prinsip-prinsip hukum yang baik dan benar, serta menjadi gambaran bagi
Peradilan Agama lain agar senantiasa menjalankan aturan yang telah
diberikan oleh Instansi Peradilan Tertinggi Negara dalam pemeriksaan
terhadap masyarakat pencari keadilan.
2. Hendaknya para keluarga tidak mengambil jalur perceraian selagi masih
dapat diperdamaikan.
3. Hendaknya pihak keluarga ikut serta mendamaikan agar terhindar dari
dampak perceraian terhadap salah seorang suami atau isteri karena dipenjara.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Departemen Agama, Qur‟an Tafwid dan Tejermahan, Jakarta: Magfirah Pustaka,
2008.
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta Timur: Sinar
Garafika, 2015.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, Jakarta: Perpustakaan Nasional KDT, 1999.
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, Yogyakarta:
Pustaka Bru Press, 2016.
Djam‟an Satori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2013.
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.
Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, Jakarta Timur: Sinar Grafika,
2013.
Muhammad Syaifuddin, Pluralitas Hukum Perceraian, Bandung: Tunggal Mandiri
Publishing, 2012.
Mustafha Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi‟i , Jakarta Selatan: PT
Mizan Publike, 2009.
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Fakultas Syari‟ah IAIN STS
Jambi, 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2009.
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
B. Jurnal
Anda Faridah “Gugatan Perceraian Dikarenakan Suami Seorang Homoseksual
(Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta
No.0542/Pdt.G/2009/PA.Yk.)”, Skripsi: Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Al-Ahwal Asy-
Syakhsiyyah Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Farhatul Muwahidah “Pandangan Hakim Terhadap Gugat Cerai Seorang Istri
Dalam Keadaan Hamil (Studi Perkara Pengadilan Agama Malang
No.789/Pdt.G/2008/PA.Mlg), Skripsi: Program Studi Al-Ahwal Al-
Syakhsiyyah Fakultas Syariahuniversitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2010.
Hendrix, “Cerai Gugat Karena Suami Pengguna Narkoba (Analisis Putusan
Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor 0154/Pdt.G/2013/PA), Program Studi
Hukum Keluarga Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam
Negerisyarif Hdayatullah Jakarta, 2013.
Nurhasana dan Rozalinda, “Persepsi Perempuan Terhadap Perceraian:Studi
Analisis Terhadap Meningkatnya Angka Gugatan Ceraidi Pengadilan
Agama Padang”, Jurnal Ilmiah Kajian Gender, Vol. 4 No. 2 Tahun 2014.
Rindang Resita Rizki, “Peran Kearifan Dalam Pengambilan Keputusan Untuk Istri
Yang Mengajukan Cerai Gugat di Pengadilan Agama”, Jurnal Psikologi,
2011.
Suni “Cerai Gugat Istri Akibat Suami Masuk Penjara Menurut Hukum Islam Dan
Hukum Positif (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas IA Palembang)”
Skripsi:UIN Raden Fatah Palembang, 2016.
Suhaimi, “Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental Islam”, Jurnal
RISALAH, Vol. 26, No. 4, Desember 2015.
C. Lainnya
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pelaksanaan Peradilan Agama
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama
DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan
1 Bapak Rahmatullah Ramadan Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti
2 Bapak Rijlan Hasanudin Jurusita di Pengadilan Agama Sengeti
3 Bapak Nurdin Pegawai administrasi di Pengadilan Agama Sengeti
4 Bapak Zulkarnain Pegawai administrasi di Pengadilan Agama Sengeti
DOKUMENTASI