80
i PUSAT PERTUNJUKKAN SENI TARI DI KOTA SEMARANG DENGAN PENEKANAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR Landasan konseptual Perencanaan dan perancangan arsitektur TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Di Susun Oleh : Wahid Lukman Hakim (5112410023) PROGAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TENIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

PUSAT PERTUNJUKKAN SENI TARI DI KOTA SEMARANGlib.unnes.ac.id/30872/1/5112410023.pdf“Pusat Pertunjukan Seni Tari Di Kota Semarang Dengan Penekanan Konsep Arsitektur Neo Vernakular”

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

PUSAT PERTUNJUKKAN SENI TARI DI KOTA SEMARANG

DENGAN PENEKANAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

Landasan konseptual

Perencanaan dan perancangan arsitektur

TUGAS AKHIR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik

Arsitektur

Di Susun Oleh :

Wahid Lukman Hakim

(5112410023)

PROGAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TENIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

ii

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

iii

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penyusunan Landasan

Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 31 Maret 2017

WAHID LUKMAN H

NIM : 5112410006

WAHID LUKMAN

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun

dapat menyelesaikan Laporan Perancangan Arsitek (LPA) PUSAT

PERTUNJUKAN SENI TARI ini dengan baik dan lancar tanpa terjadi suatu

halangan apapun yang mungkin dapat mengganggu proses penyusunan

Laporan Perancangan Arsitek (LPA) PUSAT PERTUNJUKAN SENI TARI

ini.

Laporan Perancangan Arsitek (LPA) PUSAT PERTUNJUKAN

SENI TARI ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan

akademik di Universitas Negeri Semarang serta landasan dasar untuk

merencanakan desain Pusat Pertunjukan nantinya. Judul Tugas Akhir

yang penulis pilih adalah ”PUSAT PERTUNJUKAN SENI TARI Di Kota

Semarang”.

Dalam penulisan Laporan Perancangan Arsitek (LPA) PUSAT

PERTUNJUKAN SENI TARI ini tidak lupa penulis untuk mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing

sehingga penulisan PUSAT PERTUNJUKAN SENI TARI ini dapat

terselesaikan dengan baik antara lain :

1. Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan

kemudahan sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik

2. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri

Semarang

3. Dr. Nur Qudus, M.T, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang

4. Dra. Sri Handayani, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Universitas Negeri Semarang

5. Teguh Prihanto, ST. MT, selaku Kepala Program Studi Teknik

Arsitektur S1 Universitas Negeri Semarang yang memberikan arahan

dalam program Tugas Akhir ini sehingga memperlancar proses

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

vi

penulisan Laporan Perancangan Arsitek (LPA) PUSAT

PERTUNJUKAN SENI TARI ini

6. Ir. Moch Husni Dermawan, MT dan Ir. Eko Budi Santoso, MT selaku

pembimbing yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan

persetujuan dalam penyusunan Laporan Perancangan Arsitek (LPA)

PUSAT PERTUNJUKAN SENI TARI ini dengan penuh keikihlasan

dalam membantu memperlancar Tugas Akhir

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan

bantuan arahan dalam penyusunan Laporan Perancangan Arsitek

(LPA) PUSAT PERTUNJUKAN SENI TARI ini

8. Kedua orang tua, dan saudara-saudara saya, Terima kasih untuk

semua perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah

laku penulis selama pengerjaan Laporan Perancangan Arsitek (LPA)

PP IPTEK

9. Semua teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2011 yang telah

memberikan dukungan

Ucapan terimakasih ini penulis haturkan kepada semua pihak

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

dorongan dan motivasi. Penulis menyadari masih terdapat banyak

kekurangan, maka segala saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan demi sempurnanya penulisan Laporan

Perancangan Arsitek (LPA) PUSAT PERTUNJUKAN SENI TARI ini.

Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan pada umumnya.

Semarang, 31 Maret 2017

Hormat saya

Wahid Lukman H

5112410023

Hormat saya

ahid Lukman H

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

vii

PERSEMBAHAN

� Ketua Jurusan Teknik Sipil, Dra. Sri Handayani, M.Pd yang telah

memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir PUSAT

PERTUNJUKAN SENI TARI ini

� Kaprodi S1 Arsitektur, Teguh Prihanto, ST. MT yang memberikan

arahan dalam program Tugas Akhir ini sehingga memperlancar proses

penulisan Laporan Perancangan Arsitek (LPA) PUSAT

PERTUNJUKAN SENI TARI ini

� Pembimbing Tugas Akhir Ir. Moch Husni Dermawan, MT dan Ir. Eko

Budi Santoso, MT yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan

persetujuan dalam penyusunan Tugas akhir PUSAT PERTUNJUKAN

SENI TARI ini dengan penuh keikihlasan dalam membantu

memperlancar jalannya proses Tugas Akhir

� Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan

bantuan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini

� Kedua orang tua Bapak (alm) & ibu, kakak & adik kandung serta

saudara-saudara saya, Terimakasih untuk semua perhatian dan

kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis selama

pengerjaan Tugas Akhir ini

� Seseorang yang istimewa buat saya yang telah membantu memberi

dukungan secara psikis maupun moril.

� Teman 1 seperjuangan Tugas Akhir, terimakasih atas bantuan dan

kerja samanya selama Tugas Akhir ini.

� Adek angkatan arsitektur yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu

persatu yang telah memberikan kontribusinya dalam membantu Tugas

Akhir.

� Semua teman-teman Keluarga besar UNNES yang telah memberikan

dukungan

� Semua pihak yang telah membantu penyusun dalam pembuatan

Tugas Akhir ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

viii

ABSTRAKSI Wahid Lukman H

5112410023

“Pusat Pertunjukan Seni Tari Di Kota Semarang Dengan Penekanan

Konsep Arsitektur Neo Vernakular”

Dosen Pembimbing :

Ir. Moch Husni Dermawan, MT

Ir. Eko Budi Santoso, MT

Teknik Arsitektur S1 Seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat Jawa Tengah memiliki

dimensi dan fungsi ganda. Pertunjukan seni budaya Jawa selain sebagai ekspresi

estetik manusia, tidak jarang menjadi refleksi berbagai hal, diantaranya adalah

pandangan hidup, cita-cita, dan realita kehidupan.

Jawa Tengah Sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki seni

dan budaya yang beragam dan mempunyai aktivitas seni pertunjukan yang cukup

tinggi sangatlah erat dengan berbagai ketrampilan – ketrampilan yang sangat

beragam antara lain seni tari, berbagai alat musik tradisional seperti gamelan,

gambangan semarangan ketoprak. Dalam perkembangan dunia saat ini yang

semakin pesat, istilah dunia seni hiburan bukan hanya untuk masyarakat golongan

tertentu saja, melainkan digunakan sebagai panutan hidup. Dunia seni hiburan

dalam perkembangannya sudah bermacam-macam jenisnya, tetapi semakin sadar

manusia akan betapa pentingnya kehadiran seni hiburan. Maka pertunjukkan seni

disini akan dibuat suatu wadah pertunjukkan yang nantinya akan menampung

kegiatan seni tersebut dengan fasilitasnya.

Kata Kunci : Pusat Pertunjukan Seni Tari, seni tari, pertunjukan, Kota

Semarang.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................... .............

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... .............

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... .............

KATA PENGANTAR .......................................................................................... .............

PERSEMBAHAN ................................................................................................. .............

ABSTRAKSI ........................................................................................................ .............

DAFTAR ISI ......................................................................................................... .............

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... ........... 1

I.1 Latar Belakang ................................................................................................. ........... 1

I.2 Permasalahan ................................................................................................... ........... 2

I.2.1 Permasalahan Umum ............................................................................... ........... 2

I.2.2 Permasalahan Khusus ............................................................................. ........... 2

I.3 Maksud Dan Tujuan......................................................................................... ........... 2

I.3.1 Maksud ................................................................................................... ........... 2

I.3.2 Tujuan ..................................................................................................... ........... 2

I.4 Manfaat ............................................................................................................ ........... 3

I.5 Lingkup Pembahasan ....................................................................................... ........... 3

I.5.1 Ruang Lingkup Substansial ................................................................... ........... 3

I.5.2 Ruang Lingkup Spasial .......................................................................... ........... 3

I.6 Metode Pembahasan ....................................................................................... ........... 3

I.7 Sistematika Pembahasan .................................................................................. ........... 6

I.8 Alur Pikir ......................................................................................................... ........... 8

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA .............................................................................. ........... 9

2.1 Pengertian Pusat Pertunjukan Seni Drama Tari Dan Musik (Sendratasik) .. ........... 9

2.2 Tinjauan Terhadap Seni Tari ........................................................................... ......... 10

2.2.1 Sejarah Seni Tari .................................................................................. ......... 10

2.2.2 Pengertian Seni Tari ............................................................................. ......... 11

2.2.3 Unsur-unsur Seni Tari .......................................................................... ......... 11

2.2.4 Klasifikasi Seni Tari ............................................................................. ......... 15

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

x

2.3 Perkembangan Lanjut Seni Pentas .................................................................. ......... 20

2.4 Kajian Tentang Arsitektur Neo Vernakular .................................................... ......... 31

2.4.1 Kajian Arsitektur Neo Vernakular ........................................................ ......... 31

2.4.2 Pengertian Neo Vernakular .................................................................. ......... 32

2.4.3 Arsitektur Neo Vernakular ................................................................... ......... 33

2.4.4 Ciri-ciri Arsitektur Neo Vernakular ..................................................... ......... 34

2.4.5 Prinsip-prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular .............................. ......... 35

2.4.6 Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular .................................................... ...... 36

2.5 Studi Kasus ..................................................................................................... ......... 39

2.5.1 Taman Budaya Jawa Tengah ................................................................ ......... 39

2.5.2 The Lowry Visual and Performing Arts Center ............................................................. .............42

2.5.3 Kesimpulan Studi Kasus ....................................................................... ......... 44

BAB 3 TINJAUAN LOKASI .............................................................................. ......... 45

3.1 Tinjauan Kota Semarang ..................................................................................... ..... 46

3.1.1 Kedudukan Grafis dan Wilayah Administrasi .......................................... ..... 46

3.1.2 Tinjauan Kebijakan Pemanfaatan Tata Ruang Kota ................................. ..... 47

3.1.3 Peta BWK Kota Semarang ....................................................................... ..... 49

3.1.4 Pendekatan Pemilihan Lokasi .................................................................. ..... 50

Kriteria Pemilihan Lokasi ......................................................................................... ..... 50

3.1.4.2Pemilihan Tapak....................................................................................... .... 58

3.2.1 Pendekatan Pemilihan Tapak ................................................................. ..... 58

3.2.2 Alternatif Tapak ...................................................................................... ..... 60

BAB 4 PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN PUSAT PERTUNJUKKAN

SENDRATASIK ................................................................................. .......65

4.1 Aspek Konsektual .............................................................................................. . . .. 65

4.1.1 Pendekatan Site Terpilih ....................................................................... .... 65

4.1.2 Site Pusat Pertunjukkan Sendratasik ..................................................... .... 67

4.1.3 Analisa Site Terpilih ............................................................................. .... 68

4.1.3.1 Analisa View ............................................................................. .... 68

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

xi

4.1.3.2 Analisa Klimatologi .................................................................. .... 74

4.1.4.4 Analisa Topografi .................................................................... ..... 77

4.1.3.5 Analisa Pencapaian ................................................................... ..... 79

4.1.3.6 Zoning ...................................................................................... ..... 81

4.2Analisa Fungsional Pada Pusat Pertunjukkan Sendratasik ........................................ 82

4.2.1 Analisa Terhadap Pendekatan Hubungan Ruang dan Organisasi

Ruang pada Pusat Pertunjukkan Sendratasik ............................................. 82

4.2.2 Elemen Pembentuk Ruang. ............................................................... 83

4.2.3 Analisa Sirkulasi Luar ..................................................................... 137

4.2.4Analisa Sirkulasi Dalam ................................................................... 138

4.2.5 Kapasitas Pelaku Kegiatan .............................................................. 139

Analisa Kebutuhan Secara Mikro ................................................ 140

4.3 Analisa Kienerja / Utilitas ................................................................................. 162

4.3.1 Pendekatan Sistem Penghawaan ..................................................... 162

4.3.2 Sistim Elektrikal ....................................................................................... 164

Sistim Audio-Video .................................................................................. 164

4.3.4 Sistim Sanitasi .......................................................................................... 165

4.3.5 Sistim Penangkal Petir .............................................................................. 165

Sistim Sirkulasi ....................................................................................... 166

Sistim Perlindungan Bahaya Kebakaran .................................................. 168

4.3.8 Sistim Security/Pengamanan ..................................................................... 170

Pendekatan sistem pencahayaan .................................................. 171

Analisa Arsitektural ..................................................................... 173

4.4.1 Analisa Dan Pendekatan Penerapan Konsep Arsitektur Neo

Vernakular Dalam Citra Visual Bangunan Pada Pusat Pertunjukkan

Sendratasik ............................................................................................... 173

4.4.2 Analisa Pendekatan Bentuk............................................................. 174

4.4.3 Analisa Pendekatan Interior ............................................................ 177

4.4.4 Analisa Pendekatan Eksterior ......................................................... 177

4.4.4.1 Tata Hijau ............................................................................ 177

4.4.4.2 Ruang Terbuka .................................................................... 179

4.5 Pendekatan Sistem Struktur ................................................................................... 180

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

xii

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PUSAT PERTUNJUKKAN SENDRATASIK.......................................... 185

5.1 Konsep Kontekstual ................................................................................................ 185

5.1.1 Site Terpilih .................................................................................................. 185

5.1.2 Konsep Penzoningan .................................................................................... 185

5.2 Konsep Fungsional .................................................................................................. 186

5.2.1 Konsep Sirkulasi ke Bangunan ..................................................................... 186

5.2.2 Konsep Progam Ruang ................................................................................. 187

5.3 Konsep Utilitas ........................................................................................................ 188

Konsep Penghawaan ................................................................................. 188

Konsep Pencahayaan ................................................................................. 189

Sistim Elektrikal ........................................................................................ 190

Sistim Audio-Video ................................................................................... 191

Konsep Sanitasi ......................................................................................... 191

Sistim Penangkal Petir ............................................................................... 192

Konsep Sistim Sirkulasi............................................................................. 192

Konsep Sistim Perlindungan Bahaya Kebakaran .................................................. 192

Konsep Arsitektural ...................................................................................................... 193

5.4.1 Konsep Bentuk Bangunan ............................................................................ 193

Konsep Interior dan eksterior ........................................................................................ 195

5.5 Konsep Struktural ................................................................................................... 197

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 199

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 BentukPanggung Proscenium ..................................................................... 26

Gambar 2.2 Bentuk Panggung Terbuka………………………………………… ..... 27

Gambar 2.3 Bentuk Panggung Arena.............................................................................. 28

Gambar 2.4 The Lowry Visual and Performing........................................................ ..... 42

Gambar 2.5 Denah & Potongan The Lowry Visual and Performing ........................ ..... 43

Gambar 3.1. Peta Kota Semarang ............................................................................. ..... 45

Gambar 3.2 Peta BWK semarang ............................................................................. ..... 49

Gambar 3.3 BWK I semarang ......................................................................................... 52

Gambar 3.4 BWK II semarang........................................................................................ 54

Gambar 3.5 BWK II semarang........................................................................................ 56

Gambar 3.6 BWK II semarang........................................................................................ 58

Gambar 3.7 Alternatif site ............................................................................................... 60

Gambar 3.8 Atlternatif site 1 ........................................................................................... 61

Gambar 3.9 Atlternatif site 2 ........................................................................................... 62

Gambar 3.10 Atlternatif site 3 ......................................................................................... 63

Gambar 3.11 Site jalan Sriwijaya ............................................................................. ..... 64

Gambar 4.1 Situasi site terpilih ....................................................................................... 65

Gambar 4.2 Site Pusat Pertunjukan Sendratasik ............................................................. 67

Gambar 4.3 Analisa view ................................................................................................ 68

Gambar 4.4 Skyline pada bangunan................................................................................ 69

Gambar 4.5 Zoning pada view ........................................................................................ 69

Gambar 4.6 Analisa klimatologi ..................................................................................... 70

Gambar 4.7 Sun shadiing pada bangunan ....................................................................... 72

Gambar 4.8 Penggunaan kanopi pada bangunan ............................................................ 71

Gambar4.9 Letak bangunan terhadap sinar matahari yang paling menguntungkan ....... 72

Gambar 4.10 Letak bangunan terhadap arah angin yang paling menguntungkan ......... 72

Gambar 4.11 Konstruksi atap lengkung luar melindungi inti gedung dari panas ........... 73

Gambar 4.12 Konstruksi atap datar luar melindungi inti gedung dari sinar panas ......... 73

Gambar 4.13 Pepohonan melindungi bangunan dari sinar matahari .............................. 73

Gambar 4.14 Roof garden atau taman pada atap bisa mengurangi panas matahari ........ 73

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

xiv

Gambar 4.15 Kolam air pada atap datar dapat mengurangi panas matahari ................... 73

Gambar 4.16 Zoning klimatologi .................................................................................... 74

Gambar 4.17 Analisa kebisingan .................................................................................... 75

Gambar 4.18 Penggunaan pager,tanaman perdu dan pohon ........................................... 76

Gambar 4.19 Zoning kebisingan ..................................................................................... 76

Gambar 4.20 Analisa Topografi ...................................................................................... 77

Gambar 4.21 Ramp untuk jalur sirkulasi mobil ............................................................... 78

Gambar 4.22 Penggunaan split level talud dan ramp pada site........................................ 78

Gambar 4.23 Analisa pencapaian .................................................................................... 79

Gambar 4.24 Zoning Pencapaian ................................................................................... 80

Gambar 4.25 Penzoningan akhir ..................................................................................... 81

Gambar 4.26 Analisa pencapaian ruang luar ................................................................. 82

Gambar 4.27. Pengaruh Ketinggian Lantai Terhadap Sumber Suara ............................. 85

Gambar 4.28. Lantai Sistem Hidrolik ............................................................................. 85

Gambar 4.29. Bentuk Lantai Segi Empat........................................................................ 86

Gambar 4.30. Lantai Bentuk Kipas ................................................................................. 87

Gambar 4.31. Lantai Bentuk Tapal Kuda ....................................................................... 87

Gambar 4.32. Lantai Bentuk Melengkung ...................................................................... 88

Gambar 4.33. Bentuk Lantai Tak Tratur ......................................................................... 88

Gambar 4.34. Bentuk Dinding Belakang Auditorium .................................................... 90

Gambar 4.35. Dinding Samping Bentuk Kipas Terbalik ................................................ 90

Gambar 4.36. Bentuk Langit-langit ................................................................................ 92

Gambar 4.37 Reflektor dan Elemen Difusi Cahaya ...................................................... 101

Gambar 4.38. Teknik-teknik Pencahayaan Langsung .................................................. 102

Gambar 4.39. Jenis-jenis Lampu Untuk Pertunjukkan ................................................. 104

Gambar 4.40. Jenis Cacat Akustik dalam Ruang. ......................................................... 115

Gambar 4.41. Komponen Penguat Bunyi. .................................................................... 116

Gambar 4.42. Sistem Penguat Suara Sentral ................................................................. 118

Gambar 4.43 .Sistem Penguat Suara Terdistribusi........................................................ 119

Gambar 4.44. Sistem Penguat Suara Stereofonik ......................................................... 119

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

xv

Gambar 4.45. Rusuk Kayu untuk Selimut Isolai pada Rongga Penyerap Resonator

Celah ................................................................................................................. 121

Gambar 4.46. Tata Letak Kursi ..................................................................................... 123

Gambar 4.47. Tata Letak Kursi ..................................................................................... 123

Gambar 4.48. Perbandingan Penataan Sistem Tempat Duduk ..................................... 124

Gambar 4.49. Penataan Tempat Duduk Berdasar Tipe Baris Tempat Duduk .............. 125

Gambar 4.50. Perbandingan Bentuk Kemiringan Lantai Tempat Duduk ..................... 126

Gambar 4.51. Jenis Penempatan Lorong Sirkulasi Tempat Duduk .............................. 126

Gambar 4.52. Bidang Pandang Garis Horizontal .......................................................... 128

Gambar 4.53. Bidang Pandang Garis Vertical .............................................................. 129

Gambar 4.54. Jangkauan Pandangan Mata Manusia .................................................... 130

Gambar 4.55. Gerakan Kepala pada Bidang Pandang Garis Horizontal ...................... 131

Gambar 4.56. Gerakan Kepala pada Bidang Pandang Garis Vertikal .......................... 132

Gambar 4.57. Jarak Pandang Maxsimum Dan Lebar Maksimum Pola Tempat

Duduk ........................................................................................ 133

Gambar 4.58. Jarak Pandang Antar Baris Tempat Duduk. ........................................... 134

Gambar 4.59. Jarak APS. .............................................................................................. 134

Gambar 4.60. Kemiringan Lantai Iscidomal ................................................................ .135

Gambar 4.61. Beberapa Jenis Tempat Duduk Penonton Pada Auditorium. ................. 136

Gambar 4.62 analisa pencapaian ruang luar ................................................................ 137

Gambar 4.63 penghawaan buatan dengan pipa yang dilubangi .................................... 163

Gambar 4.64 Genset ....................................................................................................... 164

Gambar 4.65 standart kemiringan Ramp ................................................................................ 166

Gambar 4.66 perletakan bangunan yang menguntungkan terhadap cahaya matahari ............ 170

Gambar 4.67 Pencahayaan Tidak Langsung .................................................................... 172

Gambar 4.68 Macam Pencahayaan Alami ...................................................................... 172

Gambar 4.69 Kayon Gapuran........................................................................................ 174

Gambar 4.70 Pendopo........................................................................................................... 175

Gambar 4.71 Ukiran khas jepara ................................................................................... 175

Gambar 4.72 Macam – macam ukiran kayu dari berbagai kota di jawa tengah .......... 176

Gambar 4.73 Lantai parket ............................................................................................ 176

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

xvi

Gambar 4. 74 fungsi vegetasi ......................................................................................... 178

Gambar 4. 75 Pondasi tiang pancang, foot plat & pondasi langsung ................................. 181

Gambar 4.76 Contoh potongan talud ......................................................................................... 183

Gambar 4. 77 Contoh gambar talud .......................................................................................... 183

Gambar 4.78 Contoh detail talud .............................................................................................. 184

Gambar 5.1 Site terpilih ................................................................................................ 185

Gambar 5.2 Penzoningzn akhir ..................................................................................... 186

Gambar 5.3 Sirkulasi ruang luar ................................................................................... 186

Gambar 5.4 Penghawaan buatan dengan pipa yang diluban ......................................... 188

Gambar 5.5 Perletakan bangunan yang menguntungkan terhadap cahaya matahari .... 189

Gambar 5.6 Pencahayaan Tidak Langsung ................................................................... 190

Gambar 5.7 Macam Pencahayaan Alami ...................................................................... 190

Gambar 5.8 Genset ........................................................................................................ 190

Gambar 5.9 Standart kemiringan Ramp ........................................................................ 192

Gambar 5.10 Kayon Gapuran ................................................................................................... 194

Gambar 5. 11 Macam – macam ukiran kayu dari berbagai kota di jawa tengah ......... 194

Gambar 5.12 Lantai parket .......................................................................................... 195

Gambar 5. 13 Gambar atap joglo, limas an dan pelan .................................................. 195

Gambar 5.14 Penataan area teater terbuka .................................................................... 196

Gambar 5.15 Pondasi tiang pancang, foot plat & pondasi langsung ............................ 197

Gambar 5.16 Contoh potongan talud ........................................................................... 197

Gambar 5. 17 Contoh gambar talud ............................................................................. 198

Gambar 5. 18 Contoh detail talud ................................................................................ 198

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fasilitas Perancangan Gedung Pertunjukan Wayang Orang .......................... 23

Tabel 2.2 Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular ........ 37

Tabel 2.3 Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular .................................... 38

Table 2.4 Zoning dan Grouping Gedung Teater Besar ................................................... 41

Table 2.5 Zoning dan Grouping Gedung Teater Besar ................................................... 42

Tabel 3.1 penilaian BWK ................................................................................................ 57

Tabel 3.2 Penilaian Site................................................................................................... 63

Tabel 4.1 Luasan Program Ruang Secara Makro.......................................................... 139

Tabel 4.2 Analisa Kebutuhan Program Ruang Pelatihan dan Ruang Publik ................ 140

Tabel 4.3 Analisa Kebutuhan Ruang Program Teater Besar ....................................... 142

Tabel 4.4 Analisa Kebutuhan Program Ruang Pendukung Auditorium ....................... 143

Tabel 4.5 Analisa Kebutuhan Program Ruang Terater Terbuka .................................. 144

Tabel 4.6 Analisa Kebutuhan Program Ruang Retail ................................................... 146

Tabel 4.7 Analisa Kebutuhan Program Ruang Retail ................................................... 147

Tabel 4.8 Analisa Kebutuhan Program Ruang Eksebisi ............................................... 147

Tabel 4.9 Analisa Kebutuhan Program Ruang Perpustakaan ....................................... 148

Tabel 4.10 Analisa Kebutuhan Program Ruang Pengelola ........................................... 149

Tabel 4.11 Analisa Kebutuhan Progeam Ruang Pendukung ........................................ 150

Tabel 4.12 Analisa Luasan Program Ruang Auditorium .............................................. 151

Table 4.13 Analisa Landasan Program Ruang Pelatihan dan Pendukung Pelatihan .... 154

Tabel 4.14 Analisa Luasan Program Ruang Pendukung .............................................. 156

Tabel 4.15 Analisa Luasan Program Lobby Utama ................................................................... 157

Tabel 4.16 Analisa Program Ruang Pendukung Teater Terbuka ................................. 157

Tabel 4.17 Analisa Luasan Program Ruang Teater Terbuka Dan Pengelola ............... 158

Tabel 4.18 Analisa Luasan Program Ruang Perpustakaan ........................................... 159

Tabel 4.19 Analisa Luasan Program Ruang Retail ...................................................... 160

Tabel 4.20 Analisa Luasan Program Ruang MEP ...................................................... 160

Tabel 4.21 Analisa Luasan Program Ruang Parkiran ................................................... 161

Tabel 5.1 Analisa kebutuhan dan besaran ruang ........................................................... 187

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat Jawa Tengah memiliki

dimensi dan fungsi ganda. Pertunjukan seni budaya Jawa selain sebagai ekspresi

estetik manusia, tidak jarang menjadi refleksi berbagai hal, diantaranya adalah

pandangan hidup, cita-cita, dan realita kehidupan.

Jawa Tengah Sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki seni

dan budaya yang beragam dan mempunyai aktivitas seni pertunjukan yang cukup

tinggi sangatlah erat dengan berbagai ketrampilan – ketrampilan yang sangat

beragam antara lain seni tari, berbagai alat musik tradisional seperti gamelan,

gambangan semarangan ketoprak. Dalam perkembangan dunia saat ini yang

semakin pesat, istilah dunia seni hiburan bukan hanya untuk masyarakat golongan

tertentu saja, melainkan digunakan sebagai panutan hidup. Dunia seni hiburan

dalam perkembangannya sudah bermacam-macam jenisnya, tetapi semakin sadar

manusia akan betapa pentingnya kehadiran seni hiburan. Maka pertunjukkan seni

disini akan dibuat suatu wadah pertunjukkan yang nantinya akan menampung

kegiatan seni tersebut dengan fasilitasnya.

Pertunjukkan seni disini bermacam-macam mulai dari seni drama,tari dan

musik yang sudah menjadi bagian hidup masyarakat kita sejak zaman dahulu,

yaitu pada saat manusia melakukan upacara ritual seperti tari dan nyayian perang.

Sampai sekarang bahkan sudah menjadi suatu pertunjukkan teater yang sangat

megah. Karena itu saya yakin pengembangan lebih lanjut mengenai suatu wadah

pertunjukkan sendratasik terutama di Semarang. Tujuan pengembangan ini

memerlukan suatu wadah dimana para seniman atau seniwati dapat berkumpul

dan mempertunjukkan karya mereka, tetapi wadah itu harus tumbuh dari akar

budaya kita. Maka cukup relevan sekali bagi Semarang untuk memiliki gedung

pertunjukkan sendratasik yang lengkap akan fasilitas pendukung dan dapat

digunakan sebagai panggung pertunjukkan, serta sarana belajar dan latihan yang

saling melengkapi.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

2

I.2 PERMASALAHAN

I.2.1 PERMASALAHAN UMUM

Bagaimana Mendesain Gedung Pertunjukan Seni Tari dengan

pendekatan Arsitektur Neo Vernakular yang modern, terfasilitasi dengan baik,

dapat diterima dan disukai oleh generasi muda, namun tetap memiliki ciri,

nilai dan keindahan kebudayaan tradisional Jawa.

I.2.2 PERMASALAHAN KHUSUS

Bagaimana sebuah Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan

mentranformasikan konsep Arsitektur Neo Vernakular dalam citra visual

bangunan serta sirkulasinya.

I.3 MAKSUD DAN TUJUAN

I.3.1 MAKSUD

Mempertahankan kebudayaan jawa tengah serta mengajarkan kepada

generasi penerus. Tidak hanya itu maksud yang lain disini yaitu konservasi

budaya.

I.3.2 TUJUAN

- Umum

Menghasilkan konsep perencanaan dan perancangan Pusat

Pertunjukan Seni Tari yang dapat mewadahi seluruh aktifitas dengan

sarana dan prasarana yang ada.

- Khusus

Untuk menghasilkan rancangan bangunan Pusat Pertunjukan Seni

Tari sebagai cerminan Arsitektur Neo Vernakular yang bertujuan untuk

menarik generasi muda, agar semakin mengenal dan mencintai

kebudayaan dan kesenian asli dari bangsanya sendiri. Dalam hal ini

kebudayaan dan kesenian tradisional jawa.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

3

I.4 MANFAAT

Pembangunan Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan

Arsitektur Neo Vernakular di Kota Semarang ini dapat mempertahankan

kebudayaan dan melestarikan seni budaya jawa.

I.5 LINGKUP PEMBAHASAN

I.5.1 RUANG LINGKUP SUBSTANSIAL

Lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan

Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular di

Kota Semarang yang merupakan bangunan massa tunggal dengan titik berat

pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal

diluar ke-arsitekturan yang mempengaruhi, melatar belakangi dan mendasari

faktor-faktor perencanaan akan di batasi, dipertimbangkan dan diasumsikan

tanpa dibahas secara mendalam.

I.5.2 RUANG LINGKUP SPASIAL

Daerah perencanaan Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan

Arsitektur Neo Vernakular di semarang ini terletak di kota Semarang.

I.6 METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program dasar

perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul Pusat Pertunjukan

Seni Tari dengan pendekatan sustanable design ini adalah metode deskriptif.

Metode ini memaparkan, menguraikan, dan menjelaskan mengenai design

requirement (persyaratan desain) dan design determinant (ketentuan desain)

terhadap perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukan Sendratasik dengan

pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang .

Berdasarkan design requirement dan design determinant inilah nantinya

akan ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan

dianalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari hasil

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

4

penganalisaan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan, batasan dan juga

anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukan

Seni Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang.

Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang

digunakan dalam perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukkan Seni Tari

dengan pendekatan Neo Vernakular di kota Semarang sebagai landasan dalam

Desain Grafis Arsitektur.

Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan

dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

a. Data Primer

- Observasi Lapangan

Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi dan tapak

perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukkan Seni Tari dengan pendekatan

Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang dan studi banding.

- Wawancara

Wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola sertai berbagai pihak-

pihak yang terkait dalam perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukan Seni

Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang.

b. Data Sekunder

Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai

perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukan Seni Tari di kota semarang, serta

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan

perancangan Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo

Vernakular Di Kota Semarang.

Berikut ini akan dibahas design requirement dan design determinant yang

berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukan Seni Tari

dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular di Kota Semarang :

(a) PEMILIHAN LOKASI DAN TAPAK

Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak, dilakukan dengan

terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penentuan suatu

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

5

lokasi dan tapak yang layak sebagai perencanaan dan perancangan Pusat

Pertunjukan Sendratasik dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular di

semarang di semarang, adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah perencanaan

dan perancangan Pusat Pertunjukan Sendratasik dengan pendekatan Arsitektur

Noe Vernakular Di Kota Semarang.

b) Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan bangunan

yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan juga terhadap lingkungan

sekitarnya yang menunjang terhadap perencanaan dan perancangan sebuah

Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Di

Kota Semarang.

Setelah memperoleh data dari beberapa alternatif tapak, kemudian

dianalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap kriteria lokasi dan tapak

yang telah ditentukan untuk kemudian memberi scoring terhadap kriteria x

nilai bobot, dan tapak yang terpilih diambil dari nilai yang terbesar.

(b) PROGRAM RUANG

Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan terlebih dahulu

mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Pusat

Pertunjukan Sendratasik dengan pendekatan Neo Vernakular di Semarang, yaitu

dilakukan dengan pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu sendiri beserta

kegiatannya, dilakukan dengan observasi lapangan baik studi kasus maupun

dengan studi banding, serta dengan standar atau literatur perencanaan dan

perancangan Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo

Vernakular Di Kota Semarang .

Persyaratan ruang yang didapat melalui studi banding dengan standar

perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukan Sendratasik dengan pendekatan

sustanable design, sehingga dari hasil analisa terhadap kebutuhan dan persyaratan

ruang akan diperoleh program ruang yang akan digunakan pada perencanaan dan

perancangan Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo

Vernakular Di Kota Semarang.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

6

(c) PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR

Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur dilakukan dengan

observasi lapangan melalui studi pertunjukkan seni lain dan rumah budaya serta

dengan standar atau literatur mengenai perencanaan dan perancangan pertunjukan

seni kaitannya dengan persyaratan bangunan tersebut.

Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Aspek konstektual pada lokasi dan tapak terpilih dengan pertimbangan

keberadaan bangunan disekitarnya.

b. Literatur atau standar perencanaan dan perancangan pertunjukan seni

Setelah memperoleh data tersebut, kemudian menganalisa antara data yang

diperoleh dari studi banding dengan standar perencanaan dan perancangan

Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular

Di Kota Semarang sehingga akan diperoleh pendekatan arsitektural yang

akan digunakan pada perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukkan Seni

Tari dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang.

I.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Secara garis besar, sistematika dalam penyusunan Landasan Program

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan

pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat,

ruang lingkup, metode pembahasan, sistematika pembahasan, serta alur bahasan

dan alur pikir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Membahas tinjauan mengenai Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan

pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang, kaitannya dengan

sejarah, perkembangan, pengertian, peraturan perundangan, klasifikasi, sistem

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

7

pengelolaan, dan persyaratan teknis. Selain itu, juga membahas tentang tinjauan

lifestyle, culture, dan studi banding.

BAB III TINJAUAN LOKASI

Membahas tentang gambaran umum kawasan Kota Semarang berupa data

fisik dan non fisik kawasan Kota Semarang, potensi dan kebijakan tata ruang Kota

Semarang, gambaran khusus di berupa data tentang batas wilayah, karakteristik, ,

serta gambaran umum perkembangan Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan

pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang dan tapak terpilih.

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN PUSAT PERTUNJUKAN SENI TARI DI KOTA

SEMARANG

Bab ini menjelaskan tentang uraian dasar-dasar pendekatan konsep

perencanaan dan perancangan awal dan analisis mengenai pendekatan fungsional,

pelaku dan aktivitasnya, kebutuhan jenis ruang, hubungan kelompok ruang,

sirkulasi, pendekatan kebutuhan Pusat Pertunjukan Seni Tari dengan pendekatan

Arsitektur Neo Vernakular Di Kota Semarang, pendekatan kontekstual,

optimaliasi lahan, pendekatan tipe ruang pamer, pendekatan besaran ruang, serta

analisa pendekatan konsep perancangan secara kinerja, teknis dan arsitektural.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT

PERTUNJUKKAN SENI TARI DI KOTA SEMARANG

Berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan Pusat Pertunjukan

Sendratasik sebagai Fasilitas pendidikan non formal yang berbasis budaya Jawa

yang ditarik berdasarkan analisis yang telah dilakukan.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

8

Latar BelakangAktualita

- Anak – anak mulai melupakan kebudayaan jawa, yang sekarang lebih senang dengan

budaya kebarat - baratan

- Minimnya kemauan generasi penerus untuk mempelajari kebudayaan jawa

- Budaya jawa mulai tergerus oleh budaya asing.

- Kurangnya wadah untuk menyalurkan kreasi dan seni budaya.

Urgensi

- Sangat dibutuhkan wadah seperti Pusat Pertunjukan Seni untuk menmpung semua jenis

kebudayaan jawa tengah.

Originalitas

- Perencanaan Pusat Pertunjukan Seni Tari sudah ada , dan kebanyakan yang ada yaitu

sanggar dan kurang memikat minat anak muda.

Tujuan pembahasan

Mengadakan penyusunan data dan menganalisa potensi-potensi lingkungan untuk dijadikan

landasan konseptual dan program dasar perencanaan dan perancangan pusat pertunjukan

seni jawa tengah di Kota Semarang untuk mewujudkan misi mengangkat citra yang sesuai

dengan konteks lingkungan.

Studi Pustaka :

- Kawasan yang

menampung

para generasi

muda untuk

mengenal

berbagai

kebudayaan

jawa

tengah.Tinjauan

pertunjukan

seni.

- Tinjauan

Kawasan Kota

Semarang- Tinjauan Teori

arsitektur neo vernakular

Studi Lapangan

Tinjauan tapak

Tinjauan Kawasan Kota

Semarang

- Kondisi

geografis kota

Semarang

- Jumlah

kegiatan seni

budaya..

Studi Banding

- Taman

budaya

jawa tengah

- The Lowry

Visual and

Performing

Arts Center

Analisis

Analisis antara tinjauan pustaka dan data untuk memperoleh pendekatan aspek

fungsional ,kontekstual ,teknis dan kinerja program perencanaan dan citra (konsep)

perancangan Pusat Pertunjukan Sendratasik.

8Konsep Dasar dan Program Perencanaan dan Perancangan Pusat Pertunjukan Seni Tari di kota semarang

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pusat Pertunjukan Seni Tari

� Pusat adalah semua yang diarahkan atau dikumpulkan pada pokok yang

menjadi pumpunan (berbagi urusan, hal dan sebagainya) (WJS.

Poerwadaminta, 1985:789)

� Kesenian adalah cerminan budaya dan kehidupan masyarakat yang

terjelma dari berbagai bentuk dari pada benda kongkrit hingga kepada

bentuk seni hasil pengucapan dan olah tubuh yang abstrak (Prof. Madya,

2004).

� Seni Drama adalah genre sastra dimana penampilan fisiknya

memperlihatkan secara verbal adanya percakapan atau dialog diantara

para tokoh yang ada (Budianta, dkk, 2002).

� Seni Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan

diberi sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2).

� Seni Musik adalah suatu hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu

atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya

melalui unsur-unsur pokok music yaitu irama, melodi, harmoni, dan

bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan (Jamalus

1988:1).

� Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu

merupakan sinonim dari ilmu. Seni bias dilihat dalam intisari ekspresi

dari kreativitas manusia. Seni juga dapat di artikan dengan sesuatu yang

diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni menurut

media yang digunakan terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Seni yang dapat dinikmati melalui media pendengaran atau

(audio art), misalnya seni musik, seni suara, dan seni sastra

seperti puisi dan pantun.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

10

2. Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual art)

misalnya lukisan, poster, seni bangunan, seni gerak beladiri

dan sebagainya.

3. Seni yang dinikmati melalui media penglihatan pendengaran

(audio visual art) misalnya pertunjukan musik, pagelaran

wayang, film.

� Macam Kesenian

Kesenian dapat dibagi macamnya, sebagai berikut:

1. Seni Rupa, berupa segala macam kesenian yang hanya dapat

dinikmati keindahannya dengan pengindraan mata, seperti seni lukis

dan kriya.

2. Seni gerak, berupa hakekat budi manusia dalm pernyataan

keindahan dan nilai-nilai dengan perantaraan serta sikap seperti seni

tari, seni pentas, seni sandiwara.

3. Seni suara, berupa seni instrumental dan hasil budi manusia dalam

pernyataan keindahan nilai-nilai dengan perantara bunyi, irama

dalam ikatan keselarasan seperti seni vocal instrumental dan opera

(Koentjaraningrat, 1985: 115).

2.2 Tinjauan Terhadap Seni Tari

2.2.1 Sejarah Seni Tari

Tari merupakan unsur kebudayaan yang tidak dapat lepas dalam

kehidupan masyarakat. Sebab merupakan suatu kesatuan yang utuh didalamnya.

Untuk mengetahui secara pasti sejarah tari sangatlah sulit, karena banyaknya

ragam dan jenis yang ada. Tari adalah perwujudan suatu bentuk karya seni yang

konkret serta memerlukan proses panjang untuk mempelajari dan memahaminya.

Secara umum, sejarah perkembangannya dapat dilihat melalui waktu, tahapan dan

masa-masa tertentu yaitu zaman pra sejarah. Pada masa ini masyarakat hidup

berkelompok dan berpindah-pindah dengan bercocok tanam. Pada umumnya

masih menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan ateisme yang kuat. Masa

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

11

zaman perunggu dan zaman besi, pada zaman tersebut sudah mengenal nilai

keindahan dalam tingkat kehidupan . tari-tarian sudah tercipta dengan

menggunakan gerakan tangan dan kali walaupun masih sangat sederhana. Selain

itu telah mengenal adanya instrumen dalam sebagai pengiring tarian. Pada masa

tersebut ditemukan pula instrumen musik karena yang digunakan sebagai

pengiring dalam penyajian tari. Hal ini membuktikan bahwa pada zaman itu seni

tari telah ada. Bentuk sederhana dari gerak yang dikaitkan dengan kepercayaan

waktu itu dapat memberikan kekuatan di luar kemampuan. Sehingga gerakan tari

menjadi magis dan sakral sebagai ungkapan kegembiraan, ksederhanaan dan

upacara-ucapara lain gerakannya cenderung menirukan alam seperti suara, tingkah

laku dan tata kehidupan sehari-hari.

2.2.2 Pengertian seni tari

a. Haukins: 1990, Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi

dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang

simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta.

b. Soeryo diningrat: 1986, Tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan

bunyi music atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari.

c. CurtSach: 1978, Tari merupakan gerak yang ritmis.

d. John Martin dalam The Modern Dance Menyatakan bahwa, tari adalah gerak

sebagai pengalaman yang paling awal kehidupan manusia. Tari menjadi bentuk

pengalaman gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.

f. Jazuli, 1994: M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan

bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi music adalah tari.

Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud

dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari.

g. Sussanne K Langer Tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan

dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu. Apabila ke dua

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

12

pendapat di atas digabungkan, maka tari sebagai pernyataan gerak ritmis yang

indah mengandung ritme.

h. Corry Hamstrong Tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang.

i. Soedarsono Menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang

diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah.

2.2.3 Unsur-unsur Seni Tari

Tari merupakan salah satu bentuk karya seni yang menggunakan media gerak agar

dapat dinikmati nilai keindahannya.Perpaduan unsur tersebut sebagai pendukung

menjadi dasar penilaian dari pantulan logika, estika dan praktik. Unsur-unsur

pendukung tari diantaranya gerak, iringan, tema, rias, busana dan ruang pentas.

A. Gerak

Gerak adalah unsur utama tari. Gerak pada dasarnya merupakan fungsionalisasi

dari tubuh manusia (anggota gerakbagian kepala, badan, tangan dan kaki), ruang

secara umum (ruang gerak yang terdiri dari level, jarak atau cakupan gerak),

waktu sebagai jeda (berhubungan dengan durasi gerak,perubahan sikap, posisi,

dan kedudukan), tenaga untu kmenghayati gerak (kualitas gerak berhubungan

dengan kuat,lemah, elastis dan kaku serta personifikasi gerakan). Gerak sebagai

unsur penting suatu tarian akan selalu berhubungan dengan ruang, waktu dan

tenaga. Reproduksi gerak dimulai dari pengerutan dan peregangan otot, kontraksi

otot dan kapasitas perubahan volume ruang dan perpindahan tempat yang

dipresentasikan melalui waktu gerakan dilakukan. Gerakan tubuh manusia falam

wujud gerak sehari-hari,gerak olahraga, gerak bermain, gerak bekerja, gerakan

pencaksilat serta ferakan untuk berkesenian. Jenis gerakan seperti tersebut, apabila

harus diwujudkan kedalam bentuk gerak tari pada puncaknya harus distilisasi atau

didistorsi..Tari merupakan relaksasi dan penegangan otot yang secara

penghayatan menghasilkan ekspresi gerak untuk berkesenian.Gerakan tari

berwujud jenis gerak yang telah distilisasi ataudidistorsi. Wujud gerakan yang

secara impulsif bersifat lembutdan mengalir, tegas terputus-putus, tagang-kendur

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

13

dan gabungan lemas-kencang, lambat-cepat, patah-patah-mengalir dan sebagainya

adalah bentuk distorsi dan stilisasi gerak yang menjadi ciri pembeda gerakan

sehari-hari dengan gerakan tari. Gerak merupakan unsur yang dominan. Untuk

menimbulkannya harus ada kekuatan yang mampu mengubah suatu sikap dari

anggota tubuh. Seni tari adalah perpaduan jenis gerak anggota tubuh yang dapat

dinikmati dalam satuan waktu dan dalam ruang tertentu. Sehingga dapat

dibedakan antara gerak maknawi, murni dan refleks, untuk mengungkapkannya

tidak dapat terlepas dari aspek berikut :

A.1 Tenaga

Tenaga merupakan hal yang penting untuk mewujudkan suatu gerak. Gerak disini

bukan mengandalkan kekuatan otot,namun berdasarkan pada emosional atau rasa

dengan penuh pertimbangan. Dalam gerak tari yang diperagakan, indikasi yang

menunjukkan intensitas gerak menjadi salah satu factor gerakan tersebut dapat

dilakukan dan dihayati. Tenaga terwujud melalui kualitas gerak yang dilakukan.

Pencerminan penggunaan dan pemanfaatan tenaga yang disalurkan kedalam

gerakan yang dilakukan penari merupakan bagian dari kualitas tari sesuai

penghayatan tenaga. Penghasil gerak dalam hubungannya dengan penggunaan

tenaga dalam mengisi gerak tari sehingga menjadi dinamis, berkekuatan, berisi

dan antiklimatik merupakan cara membangun tenaga dalam menari. Eksistensi

(penegangan) dan relaksasi (pengendoran) gerak secara keseluruhan berhubungan

dengan kualitas, intensitas dan penghayatan gerak tari. Teknik mengakumulasi

kualitas dan intansitas gerak tari seyogyanya dikordinasikan melalui perintah kerja

otak secara kordinatif. Apabila hal ini dapat terkontrol, maka masalah lain

berhubungan dengan kebutuhan tenaga untuk gerakan tari menjadi semakin

terkontrol, terkendali, dan memenuhi harapan. Penyaluran tenaga dan ekspresi

memberi kehidupan watak tari semakin nyata.

A.2 Ruang

Ruang dalam tari mencakup aspek gerak yang diungkapkan oleh seorang penari

yang membentuk perpindahan gerak tubuh, posisi yang tepat, dan ruang gerak

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

14

penari itu sendiri. Ruang tari bersentuhan langsung dengan penari. Ruang gerak

penari merupakan batas paling jauh yang dapat dijangkau penari. Disisi lain,

ruang menjadi salah satu bentukdari imajinasi penari dalam mengolah ruang

gerak menjadi bagian yang digunakan untuk berpindah tempat, posisi dan

kedudukan. Ruang gerak penari tercipta melalui desain. Desain adalah gambaran

yang jelas dan masuk akal tentang bentuk/wujud ruang secara utuh. Bentuk ruang

gerak penari digambarkan secara bermakna kedalam atas desain atas dan desain

lantai (La Mery: 1979: 12). Ruang gerak tari diberi makna melalui garis lintasan

penari dalam ruang yang dilewati penari. Kebutuhan ruang gerak penari berbeda-

beda. Jangkauan gerak yang dimiliki oleh setiap gerakan sesungguhnya juga

dapat membedakan jangkauan gerak penari secara jelas. Bentuk dan ruang gerak

yang dimiliki oleh penari yang membutuhkan jangkauan gerak berhubungan

dengan kebutuhan dan kesanggupan penari dalam melakukan gerakan. Dengan

demikian penari dalam melakukan gerakan sesuai pengarahan koreografer.

Koreografer dalam mendesai ruang gerak penari ditentukan oleh kesesuaian

bagaimana penari bergerak dan tercapainya desain yang sesuai dengan kebutuhan

gerakan tersebut dilakukan oleh penari. Dengan demikian penari sangat

membutuhkan sensitivitas rangsang gerak sebagai bentuk ekspresi keindahan

gerak yang dilakukan. Kebutuhan ekspresi gerak oleh penari berhubungan dengan

kemampuan penari menginterpretasikan kemauan koreografer dalam melakukan

gerakan yang diberikan. Dengan itu terjadi singkronisasi kemauan koreografer

dalam mendesain gerak dengan kepekaan penari dalam menafsirkan gerakan

melalui peta ruang.Penari tidak semata-mata memerlukan ruang gerak yang lebar

saja. kebutuhan ruang gerak yang sempit juga menjadi bagian penerjemahan ruang

gerak tari oleh penari. Ruang gerak penari menjadi alat yang ampuh dalam

menciptakan desain tentang ruang oleh penari maupun koreografer. Ruang gerak

penari yang membutuhkan jangkauan gerak luas untuk dilakukan membutuhkan

teknik dan karakterisasi yang dalam oleh penari. Kebutuhan teknik gerak yang

harus dilakukan penari adalah bagaimana penari mengawali dan harus

menuntaskan harapan gerak yang harus dilakukan. Penari dalam

mengekspresikan jangkauan gerak membutuhkan ekspresi gerak yang sepadan

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

15

dengan jangkauan gerak yang harus dilakukan. Ekuivalensi gerak dan jangkauan

gerak menjadi tuntutan koreografer dalam menciptakan ruang gerak penari serta

penghayatan yang diperlukan penari dalam mencapai tujuan gerakan tersebut.

A.3 Waktu

Waktu dalam hal ini adalah rangkaian yang diperlukan dalam mengungkapkan

bentuk-bentuk gerak dalam ruang tertentu. Sehingga tercapai ungkapan bentuk

dan perpaduan gerak dalam waktu atau tempo tertentu. Tempo dapat

mengungkapkan gerak kapan waktunya harus cepat, lambat, panjang dan pendek

sehingga membuat tari indah di pandang, penggunaan tempo gerak dari masing-

masing anggota tubuh akan dapat menimbulkan kesan dinamis.

A.4 Ekspresi

Ekspresi dalam tari lebih merupakan daya ungkap melalui tubuh kedalam aktivitas

pengalaman seseorang yang selanjutnya dikomunikasikan kepada

penonton/pengamat menjadi bentuk gerakan jiwa, kehendak, emosi atas

penghayatan peran yang dilakukan. Dengan demikian daya penggerak diri penari

ikut menentukan penghayatan jiwa kedalam greget (dorongan perasaan, desakan

jiwa, ekspresi jiwa dalam bentuk tari yang terkendali).

2.2.4 Klasifikasi Seni Tari.

Tari Berdasarkan Penyajiannya

Secara umum tarian berdasarkan penyajiannya dapatdiklasifikasikan menjadi

bagian dibawah ini adalah sebagaiberikut:

skema 1. Tari berdasarkan penyajiannya

Tari

Tari Primitif

Tari Tradisional

Tari Kreasi Baru

Tari Rakyat

Tari Klasik

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

16

sumber: buku seni tari untuk SMK jilid 2

1) Tari Primitif

Tari primitif dikoreografi berorientasi pada segi artistik. Tarian ini berarti digarap

lebih menekankan pada segi estetika seni. Tarian jenis ini secara umum

berrkembang dimasyarakat yang menganut kepercayaan animisme dan

dinamisme. Tari primitif biasanya merupakan wujud kehendak, berupa

pernyataan maksud dilaksanakan dan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian

tarian ini lebih dengan pernyataan maksud masyarakat dalam melaksanakan

keinginan bersama.

Ciri-ciri tari primitif pada dasarnya dalam bentuk koreografi sederhana, bertujuan

untuk kehendak tertentu, sehingga ungkapan ekspresi yang dilakukan

berhubungan dengan permintaan yang diinginkan. Ciri-ciri tersebut seperti: a)

Gerak dan iringan sangat sederhana, berupa hentakankaki, tepukan tangan atau

simbol suara atau gerak-gerak saja yang dilakukan. b) Gerakan dilakukan untuk

tujuan-tujuan tertentu, misalnya:menirukan gerak binatang, karena akan berburu,

prosesinisiasi (pemotongan gigi), pesta kelahiran, perkawinan, keberuntungan

panen, dan sebagainya. c) Instrumen sangat sederhana, terdiri dari tifa, kandang

atau instrumen yang hanya dipukul-pukul secara tetap, bahkan tanpa

memperhatikan dinamika, d) Tata rias masih sederhana, bahkan biasa

berakulturasi dengan alam sekitar, e) Tari ini bersifat sakral, tarian ini untuk

keperluan upacara keagamaan /kepercayaan. f) Tarian primitif tumbuh dan

berkembang pada masyarakat sejak zaman prasejarah yang memiliki kepercayaan

animisme dan dinamisme, keunikan tari primitif walaupungerak, musik, dan

ornamen maupun tata pemanggungan sederhana namun masih tetap menarik.

Budaya ini luntur akibat hilang kebersamaan dengan pola pikir masyarakat

primitive. g) Tarian primtif dasar geraknya adalah maksud atau kehendak hati dan

pernyataan kolektif. h) Tarian primitif berkembang pada masyarakat yang

menganut pola tradisi primitif atau purba dimana berhubungan dengan pemujaan

nenek moyang dan penyembahan leluhur.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

17

2) Tari Tradisional

Tari tradisional adalah tari yang secara koreografis telah mengalami proses garap

yang sudah baku. Tarian tradisional telah mengalami proses kulturasi atau

pewarisan budaya yang cukup lama. Jenis tarian ini bertumpu pada pola-pola

tradisi atau kebiasaan yang sudah ada dari nenek moyang, garapan ari bersifat

pewarisan kultur budaya yang disampaikan secara turun-temurun.

Ciri Kesenian Tradisional

� Cerita tanpa naskah dan digarap berdasar peristiwa sejarah, dongeng,

mitologi atau kehidupan sehari-hari.

� Penyajian dengan dialog, tarian, nyanyian.

� Unsur lawakan selalu muncul

� Nilai dan laku dramatic dilakukan secara spontan dan dalam satu

adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus, yakni tertawa dan menangis

� Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau music tradisional .

� Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab, bahkan

tidak terelakkan adanya dialog langsung pelaku dan publiknya.

� Mempergunakan bahasa daerah

� Tempat pertunjukaan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi

penonton) ( Jakob Sumardjo, 1992: 18-19 ).

Fungsi Kesenian Tradisional

� Pemanggil kekuatan gaib

� Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir ditempat diselenggarakannnya

pertunjukan.

� Memanngil roh roh baik untuk mengusir roh-roh jahat.

� Peringatan kepada nenek moyang, dengan mempertontonkan kegagahan dan

kepahlawanan.

� Pelengkap upacara sehubungan dengan peringtan tingkat-tingkat hidup

seseorang

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

18

� Pelengkapan upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus tertentu (Jakob

Sumardjo, 1992: 17).

Bentuk kesenian tradisional Jawa Tengah diantaranya:

Tari yapong, Wayang boneka, Wayang kulit, Wayang wong, Kuntulan

(magelang), Langendria, Lanngin mandrawa, Ande-ande lumut, Dadu ngawuk,

Wayang topeng, Ketek ogling, Jathilan, Ketoprak, Wayang beber Kesenian non

tradisional, yaitu kesenian yang mengalami perkembangan dan menggunakan

unsur-unsur baru atau modern, seperti musik rock. Budaya adalah suatu pola

hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek

budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Pada sisi lain, tari tradisional

secara jelas dikelompokkan lagi ke dalam dua jenis tarian yang meliputi tari

rakyat, dan tariklasik.

a) Tari Rakyat

Tarian ini berorientasi pada koreografi yang berkembang di masyarakat. Tarian

Pergaulan dapat dilihat di lingkungan masyarakat pendukung yang

bersangkutan.Tari pergaulan ini lahir dan berkembang di lingkungan masyarakat

luas. Konsep koreografi sederhana, berpola pada tradisi yang sudah lama diakui

sebagai bagian kehidupan masyarakat sekitar, menjadi milik masyarakat sebagai

warisan budaya yang sudah ada.

b) Tari Klasik/Istana

Tari ini lahir dan berkembang di lingkungan istana atau kalangan priyayi. Tari ini

telah mengalami proses kristalisasi melalui tata garap secara artistik yang tinggi.

Garapan tarian telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup lama. Konsep

penataan telah terbentuk setelah mengalami perubahan yang matang.

3) Tari Nontradisional / Kreasi Baru

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

19

Tarian nontradisional adalah tarian yang tidak berpijak pada pola tradisi dan

aturan yang sudah baku. Tarian ini merupakan bentuk ekspresi diri yang memiliki

aturan yang lebih bebas, namun secara konseptual tetap mempunyai aturan.Tari

nontradisional yang telah dikoreografi dengan latar budaya tradisional Indoesia

banyak ragam dan variasinya. Penggunaan teknik tariannya tidak berpijak pada

pola tradisi dan aturan yang teratur dan rumit.

Berdasarkan Peran dan Fungsi Tari

Skema 2. Tari berdasarkan peran dan fungsi

Sumber: buku seni tari untuk SMK

1. Tari Upacara

Tari upacara adalah tarian yang digunakan untuk keperluan upacara. Pada daerah

tertentu di Indonesia, tarian jenis ini berhubungan erat dengan masyarakat yang

masih memfungsikan tarian untuk keperluan upacara. Ciri utama tari upacara

antara lain hidup dan berkembang dalam tradisi yang kuat, memelihara / berlatar

belakang agama Hindu, sarana memuja dewa (keagamaan), serta kegiatan/prosesi

tradisi yang menjadi simbol masyarakat maka tarian jenis ini berkembang subur

dan diwariskan.

2. Tari Upacara Adat

Tari

Tari Upacara

Tari Upacara Adat

Tari Religi/ Agama

Tari Pergaulan

Tari Teatrikal

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

20

Tari yang digunakan untuk penyambutan biasanya berhubungan dengan

keperluan adat. Tarian jenis ini biasanya untuk penyambutan tamu agung atau

tamu terhormat.

3. Tari Religi/Agama

Tarian religi atau agama biasanya pada saat dipertunjukan banyak terkait dengan

acara-acara prosesi upacara tertentu. Bentuk-bentuk upacara yang digelar

meliputi arak pengantin, kelahiran, penyembutan tamu agung, injaktelur,

kematian, potong rambut dan beberapa acara prosesi lain yang selalu dipelihara

oleh masyarakat dilingkungan dimana tarian tersebut difungsikan. Dengan

demikian pada pertunjukannya selalu dikaitkan dan disatukan ke dalam ritual atau

prosesi upacara yang dilaksanakan. Kesatuan tari dengan prosesi upacara sangat

dekat dengan mode pertunjukannya. Oleh sebab itu, tarian tertentu dan prosesinya

selalu digelarkan secara menyatu dalam satu pertunjukan.Tarian upacara adat

atau agama ini pada saat tertentu juga dapat dipresentasikan dalam acara-acara

lain yang berhubungan dengan berbagai peristiwa yang sesuai untuk pertunjukan

tarian tersebut. Oleh sebab itu, tarian ini eksis dari jaman dulu hingga sekarang.

4. Tari Pergaulan

Tarian ini mengisyaratkan pergaulan antara muda dan mudi. tarian ini biasanya

dilakukan pada saat bulan purnama sebagai tari pergaulan muda mudi/ kaum

remaja yang merupakan tari sosial yang memiliki latar belakang cerita.Tarian ini

merupakan wujud suka cita warga desa dalam menyambut panen, bersih desa,

atau acara lainnya yang berhubungan dengan berlangsungnya pertemuan antara

kaum muda/laki-laki dan mudi/putri. Ciri yang nampak pada tari-tarian jenis ini

adalah: a) Gerak tari ini dilakukan secara bebas, yang mengikuti adalah muda dan

mudi atau warga masyarakat secara umum. b) Tarian ini sering dilaksanakan pada

saat bulan purnama baik untuk kalangan anak-anak, remaja putra dan putri atau

dewasa maupun orang tua, dapat dilakukan di arena yang luas atau tanah lapang.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

21

Pelaksanaan pertunjukan tarian ditujukan untuk keperluan upacara serta

kebiasaan yang sering digelar, acara tersebut merupakan puncak dari kegiatan

pada waktu siang harinya. c) Tarian ini pada dasanya digunakan sebagai sarana

untuk komunikasi atau pergaulan antara laki-laki / perempuan, anak, remaja dan

orang tua atau kegiatan yang berhubungan dengan hajad orang banyak di suatu

desa.

5. Tari Teatrikal

Ciri tarian jenis ini adalah bahwa tarian ini merupakan bentuk pertunjukan yang

dikemas secara lengkap antara unsur seni rupa, musik teater dan tari. Pertunjukan

digarap komunikasi dengan penonton, sehingga kesan teatrikal nampak. Salah

satu contoh adalah Kesenian Betawi. Pada jaman dahulu hidup dan berkembang

kesenian ini. Kesenian ini memiliki mode penyajian secara teatrikal. Kosumsi

pertunjukan lebih diarahkan untuk cerita rakyat. Unsur cerita dapat digunakan

sebagai media untuk improvisasi diatas panggung. Masalah lain yang dapat

difungsikan adalah unsur dialog atau komunikasi dengan penonton. Oleh sebab itu

pertunjukan ini sangat digemari di kalangan masyarakat luas.

2.2 Perkembangan Lanjut Seni Pentas

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan cepat berdampak pada

kemajuan dunia pertunjukan antara lain pada masa:

1) Renaisance, dengan penampilan secara kuat masih berpegang pada pola

atau bentuk teater Yunani Kuno. Pentas yang diketengahkan masih banyak

dalam bentuk komedi, tragedi, dan drama. Bentuk lain yang sering muncul

farce, mine, dan pantonim. Bentuk dekor menampilkan suasana elit.

2) Neoklasik, teater lebih banyak menjadi monopoli istana, seperti

pertunjukan “Commedia Dell Arte” di Perancis, pertunjukan ini khusus

diperuntukan bagi Raja Louis XIII, merupakan suatu pertunjukan yang

dilakukan oleh gilda-gilda dengan penyajian berupa tragikomedi yang

mengisahkan antara petualangan dan kesatria, penampilan panggung lebih

bersifat glamour. Perkembangan yang cukup besar pada saat itu dengan

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

22

adanya penambahan panggung yang disebut “apron”, berupa suatu

peralatan pada bagian panggung utama, taman dan dekor yang bergambar

perspektif.

3) Romantik, terjadi pada tahun 1800-1950, muncul bentuk meladrama

sampai akhir abad itu. Gerakan ini muncul sejak adanya larangan untuk

golongan Puritan di Inggris, semasa charles I.

Prinsip kaum Romantik telah melahirkan kreatifitas seniman

dimasa itu, diantaranya Johan Wolfang von Goethe, Fredrich von Schiller,

Alexander Dumas.

Bentuk pertunjukan seni di Indonesia diawali dengan

berkembangnya seni pertunjukan primitif. Seni pertunjukan pada jaman

dahulu merupakan bentuk kekuatan gaib yang berhubungan dengan

kekuatan magis religius dan pendidikan di ruang terbuka. Selanjutnya

pertunjukan tidak lagi berfungsi sebagai kekuatan gaib maka pertunjukan

diadakan di pringgitan atau pendopo rumah.

Adanya penjajahan Belanda di Indonesia menjadikan pementasan

berkembang pesat, bentuk teater daerah mengalami akulturasi dari barat,

pementasan tidak lagi dilakukan di pendopo rumah tapi di panggung

proscenium, setelah menjajah usai, kemerdekaan dicapai oleh pemerintah

termasuk seni pertunjukan, dapat dilihat ddapat dibangunnya gedung

pertunjukan kesenian, sekolah seni, dan lain-lain (Wawan Cahyono, 2004:

33).

Pola penanganan bentuk pertunjukan seni mulai

mempertimbangkan segi artistik secara spesifik, sedangkan bentuk

pertunjukan seni masa kini ditinjau dari penggelompokan ruang, masing-

masing mempuyai fungsi dan kedudukan yang berbeda, fasilitas dalam

gedung adalah:

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

23

a. Stage block untuk seni pertunjukan

b. House block untuk penonton

c. Front house untuk pelayanan publik dan komunikasi.

Gambar panggung arena tapal kuda

Sumber : (Sumber. Leslie L. Doelle dan Lea Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993: 75)

Fasilitas yang diperlukan dalam gedung pertunjukan adalah:

Tabel 2.1 Fasilitas Perancangan Gedung Pertunjukan Wayang Orang

JENIS RUANG FASILITAS RUANG

LOBBY ME

R. TUNGGU

R. PENJUALAN TIKET

R. INFORMASI

TOILET

AUDITORIUM R. PEMENTASAN

R. CONTROL CAHAYA

R. CONTROL SUARA

R. MUSIK PENGIRING

R. PERSIAPAN PENTAS R. GANTI

R. RIAS

R. KOSTUM

R. LATIHAN

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

24

R. TUNGGU

R. PENGELOLA R. DIRREKTUR

R. SEKRETARIS

R. ADMINISTRASI

R. HUMAS

R. RAPAT

TOILET

R. KEGIATAN PENUNJUANG R. MESIN AC

R. GENSET

R. PANEL LISTRIK

R. KEAMANAN

R. SERVICE GUDANG

R. PERAWATAN

LOUNDRY

TOILE T

DAPUR

Secara fungsional, organisasi ruang auditorium dikelompokkan menjadi tiga

bagian sebagai berikut:

� Ruang Utama, yaitu ruang yang berfungsi untuk menampung para penonton

� Ruang Penunjuang, berupa reception (bagian penerima) yang terdiri dari

kantor, tempat penyimpanan pakaian dan sebagainya.

� Ruang Perlengakapan, berupa panggung utama, panggung sayap, daerah

belakang panggung, gedung layar pertunjukan, bengkel kerja, ruang latihan,

dan sebagainya.

Adapun kebutuhan ruang pertunjukan secara umum dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

�� Perangkat Ruang Pentas

Perangkat ruang pentas yang terdiri dari:

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

25

�� Ruang Persiapan

(Auxillary Warking Space), ruang yang berfungsi sebagai tempat mengontrol

cahaya dan suara untuk daerah panggung yang biasa digunakan untuk

mengawasi suara pemain dalam pertunjukan yaitu agar pemain tersebut dapat

mengetahui bagaimana suara sesungguhnya diterima oleh penonton, dan

dapat digunakan untuk mengatur cahaya yang ditujukan ke panggung.

� Ruang Tata Rias

yaitu ruang yang dipakai pemain atau aktor untuk berdandan sebelum

bermain.

� Ruang Tunggu Pemain

yaitu ruang yang berfungsi sebagai ruang pengarahan dan dipakai para

pemain untuk berlatih sementara sebelum bermain.

� Ruang Pengiring

yaitu ruang yang disebut panggung yang dipakai pemain atau aktor dalam

pementasan. Panggung ini terpisah dan mempunyai bukaan bertingkat, dari

sinilah penonton melihat pertunjukan yang tengah berlangsung (proscenium),

sedangkan apron adalah penggabungan antara panggung awal, panggung

berbingkai, panggung terbuka (Pramana Patmodamaya,1993:40-44).

Panggung (stage) dalah tempat dimana para pemain mempertunjukan

kelihaiannnya. Hubungan antara daerah panggung (sumber bunyi) dengan daerah

penonton (audience) melupakan salah satu faktor penting dalam mendukung aspek

visual maupun akustik ruang. Fokus dari pertunjukan wayang orang adalah

pementas. Antara penonton sebagai penikmat dengan pemain sebagai fojkus

perhatiannya akan terjalin hubungan yaitu pada titik pertemuan di panggung.

Bentuk panggung tersebut dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:

1.Panggung Proscenium

Panggung Proscenium adalah panggung yang dipakai untuk membatasi

daerah pemeran dan daerah penonton, mengarah kesatu jurusan saja agar

penonton lebih terpusat ke pertunjukan.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

26

Proscenium berasal dari kata bahasa Yunani “proskenion” yang dalam

bahasa Inggris berarti proscenium. Pro dan pra berarti mendahului atau

pendahuluan. Skenion atau skenium berasal dari kata skene atau scene yang

berarti adegan, dalam hubungannya dengan pementasan yaitu memisahkan

auditorium dengan panggung yang dinamakan procenium (Pranama

Patmodayama, 1983:41-44).

Ciri-ciri panggung berbentuk ini adalah:

a). Daerah pentas berada pada salah satu sisi auditorium

b). Merupakan bentuk konvensional. Bentuk panggung ini dikembangkan dari

daerah pentas jaman Yunani dan Romawi kuno.

c). Penonton melihat panggung hanya pada satu sisi saja, sehingga untuk

jumlah penonton banyak ruang akan memanjang ke belakang.

Gambar 2.1

Bentuk Panggung Proscenium

(Sumber. Leslie L. Doelle dan Lea Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993: 75)

2.

3. Panggung Terbuka / Open Stage

Panggung terbuka disebut juga panggung menonjol atau elizabeth,

daerah pentas utama menghadap ke penonton, dan dikelilingi oleh

penonton pada beberapa sisi. (Leslie L. Doello, 1993: 94).

Ciri-ciri panggung berbentuk ini adalah:

� Daerah pentas utama menghadap penonton pada beberapa sisi.

� Bentuk panggung ini menciptakan hubungan erat antara pemain dan

penonton

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

27

� Memungkinkan banyak penonton lebih dekat ke panggung.

Gambar 2.2 Bentuk Panggung Terbuka

(Sumber: Leslie L. Doelle dan Lea Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993: 78)

4. Panggung Arena

Panggung Arena, panggung pusat, tengah, atau teater melingkar

yang berkembang jadi amphiteater klasik dengan bentuk radialseperti pada

panggung terbuka, bentuk ini menghilangkan pemisahan antara pemain

dan penonton. Penempatan panggung arena merupakan kelanjutan dari

panggung terbuka.

Gambar 2.3 Bentuk Panggung Arena

(Sumber: Leslie L. Doelle dan Lea Prasetio, Akustik Lingkungan1, 1993: 73).

5. Panggung yang Bisa Disesuaikan / Fleksibel Stage

Perubahan dalam teater ini dapat dicapai dengan tangan atau alat-

alat elektronik mekanis yang dapat mengatur letak, bentuk dan ukuran

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

28

daerah pentas serta hubungannya dengan daerah penonton dapat diubah

tanpa batas. Perubahan secara akustik (dalam rangkaian bunyi-sumber-

transmisi-jejak-penerimaan) adalah sesering perubahan posisi terjadi

dalam hubungannya antara daerah bermain dan penonton, karena itu

disarankan agar teater berubah, dan dibatasi pada ruang dengan kapasitas

kurang dari 500 penonton (Leslie L. Doelle, 1993: 80).

Ciri-ciri pada bentuk panggung ini adalah:

� Merupakan konsep panggung yang berupa panggung fleksibel .

� Panggung dapat diubah-ubah dengan sistem elektromagnetis yang

dapat mengatur letak, bentuk dan ukuran panggung.

� Perangkat Ruang Penonton

a. Ruang Tunggu

Ruang tunggu dapat pula disebut serambi, ini merupakan ruang

yang menghubungkan pintu masuk dengan ruang utama dalam satu

bangunan, didaerah ini bisa dilengkapi dengan karcis sehingga

berfungsi sebagai daerah sirkulasi. Hubungan dengan ruang yang lain,

serta dipengaruhi jumlah penonton yang dapat ditampung di dalam

auditorium.

b. Pintu Masuk

Pintu masuk berarti gerbang atau lawang yang digunakan untuk

menunjukkan arah keluar atau masuk, dalam hal ini membawa keluar

dan bebas dari halangan dan dapat dilalui dengan cepat untuk

keamanan, darurat / kebakaran.

Lobby digunakan sabagai ruang umum (publik) yang terbuka

untuk semua orang. Lobby berfungsi sebagai berikut:

1) Tempat dimana pengunjung mengawali dan mengakhiri

aktivitas.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

29

2) Tempat informasi mengenai segala sesuatu, yang ada

hubungan dengan pertunjukkan.

3) Tempat tunggu pengunjung.

4) Dapat pula sebagai ruang rekreasi.

5) Mengontrol semua ruang yang ada (friedman, 1977:256).

Sebagai ruang distribusi, lobby memungkinkan pencapaian

ke setiap ruang yang ada di gedung. Penggunaan bahan-bahan yang

menyerap suara akan sangat menguntungkan, penyelesaian semacam

ini sangat diperlukan mengingat lobby banyak pengunjung berlalu-

lalangsehingga cenderung timbul suara bising sehingga kebisingan

tersebut dapat dikurangi.

Pencahayaan dalam lobby hendaknya dapat menciptakan

suasana hangat dan menarik. Secara fungsional pencahayaan masih

cukup terang untuk memungkinkan orang dapat membaca/membeli

karcis dan juga mengetahui ruang-ruang yang akan mereka masuki.

c. Ruang Duduk

Ruang duduk dalam ruang pertunjukan merupakan ruang yang

memungkinkan penonton untuk bersantai, duduk atau berbincang-

bincang dengan santai sambil menunggu pertunjukan dimulai, oleh

karena itu ruang duduk perlu ditampilkan dalam suasana akrab dan

menarik agar penonton dapat bersantai sejenak sambil menunggu

dimulainya pertunjukkan.

d. Ruang Loket Karcis

Ruang loket karcis merupakan sarana pelengkap yang ada

disetiap gedung pertunjukan, hal terpenting yang memungkinkan

loket karcis dapat segera dikenali adalah cara penempatan tergantung

pada keadaan ruang, jumlah dan perilaku para pembeli karcis, serta

pola sirkulasi yang terjadi disekelilingnya. Loket karcis dapat bagian

yang dapat berdiri sendiri, bagian dari pintu masuk atau meja layan

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

30

terbuka. Adapun jenis loket yang digunakan harus memungkinkan

pelayanan yang baik dan cepat. Loket karcis merupakan bagian

pertama dari sebuah gedung pertunjukan yang dilalui penonton, oleh

karena itu loket karcis harus segera dikenal fungsinya (Wawan

Cahyono, 2004:40).

e. Ruang Auditorium

1). Pengertian Auditorium

Auditorium berasal dari kata auditory yang berarti sebagai tempat

menyegarkan bagi para pendengar dan sebagai bagian dari bangunan

yang diperuntukkan bagi pendengar. Auditorium merupakan tempat

bagi para pendengar atau jemaah dalam suatu teater gereja (Lilis

Thejo, 1989).

Auditorium adalah ruang untuk berkumpul, mendengarkan,

ceramah, mengadakan pertunjukan dan sebagainya, di sekolah,

universitas atau gedung lainnya (WJS. Purwadaminta, 1983:65).

2). Macam Auditorium

Menurut aktivitasnya, auditorium terbagi atas dua kategori,

yaitu:

1. Auditorium khusus, yaitu: ruang pertunjukan yang didesain

khusus untuk satu jenis aktivitas, seperti: drama teater, open

house, concer hall, film theatre dan musical theatre.

2. Auditorium Multifungsi, yaitu: ruang pertunjukan yang

dirancang dengan akomodasi dua atau lebih aktivitas dalam

satu tempat (Joseph De Chiara & Michael J Crosbie, 1998:

713).

Untuk dapat menikmati suatu pertunjukkan dengan

kenyamanan audio, harus memenuhi persyaratan:

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

31

a. Auditorium harus dirancang penonton harus sedekat mungkin

dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang

harus ditempuh oleh sumber bunyi.

b. Sumber bunyi harus dinaikkan agar terlihat, sehingga

menjaminaliran gelombang bunyi yang langsung bebas ke tiap

pendengar.

c. Lantai dimana penonton duduk harus dibuat cukup landai atau

miring. (Leslie L. Doelle. Akustik Lingkungan, 1993: 54)

3). Fungsi Auditorium

Auditorium merupakan wadah yang memberikan pelayanan bagi

masyarakat terutama pada para peminat pertunjukan, maka fasilitas

pertunjukan wayang orang mempunyai fungsi sebagai berikut:

� Sebagai sarana pementasan sebagai salah satu karya budaya.

� Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pertunjukkan.

� Salah satu sarana yang melengkapi kurangnya fasilitas untuk

pertunjukkan di mas yang akan datang.

� Sebagai sarana pementasan yang bersifat mendidi, rekreatif, dan

budaya.

� Sebagai wadah untuk mempertemukan buah pikiran seniman

dengan masyarakat, sehingga terjadi suatu apresiasi dan

komunikasi yang terarah.

2.3 Kajian Tentang Arsitektur Neo Vernakular

2.4.1 Kajian Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang

berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada

pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern

timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton

(bangunan berbentuk kotak-kotak). Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu

Post Modern. Ada 6 (enam) aliran yang muncul pada era Post Modern menurut

Charles A. Jenck diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

32

vernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Dimana

menurut (Budi A Sukada, 1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era

Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.

Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.

1. Membangkitkan kembali kenangan historik.

2. Berkonteks urban.

3. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.

4. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).

5. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).

6. Dihasilkan dari partisipasi.

7. Mencerminkan aspirasi umum.

8. Bersifat plural.

9. Bersifat ekletik.

Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus

memenuhi kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki

enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan ke dalam arsitektur

post modern.

Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan

tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu :

1) Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa

batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru

manusia.

2) Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.

3) Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau

daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan

aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional

dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama

dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernakular berada pada

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

33

posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada

masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap

arsitektur modern.

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah

sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim

setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail,

struktur dan ornamen)

2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga

elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang

mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria

perancangan.

3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan

vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

2.4.2 Pengertian Neo Vernakular

Kata Neo atau New berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata

vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka

arsitektur vernakular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh

masyarakat setempat.

Arsitektur Vernakular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat

yang dibangun oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk

memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan

tatanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Dalam pengertian umum,

arsitektur Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjuk

arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau arsitektur

tradisional.

Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur

Tradisional. Joseph Prijotomo berpendapat bahwa secara konotatif tradisi dapat

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

34

diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau

pewarisan budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.

2.4.3 Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik

yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya,

pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.

Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan

dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim

lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier, 1971).

Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur

Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang

mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi

perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan

arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah

normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat

serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

“pada intinya arsitektur Neo-Vernakular merupakan perpaduan antara bangunan

modern dengan bangunan bata pada abad 19”

Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen

arsitektur lokal, baik budaya masyarakat maupun bahan-bahan material

lokal. Aliran Arsitektur NeoVernakular sangat mudah dikenal dan memiliki

kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong,

banyak keindahan dan menggunakan material bata-bata.

2.4.4 Ciri-ciri Arsitektur Neo Vernakular

Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern

Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular

sebagai berikut.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

35

a. Selalu menggunakan atap bumbungan.

Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah

sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan

penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan

yang menyimbolkan permusuhan.

b. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).

Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang

merupakan budaya dari arsitektur barat.

c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan

proporsi yang lebih vertikal.

d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan

ruang terbuka di luar bangunan.

e. Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak

ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada

keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan

jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian

kembali.

a) Pemakaian atap miring

b) Batu bata sebagai elemen lokal

c) Susunan masa yang indah.

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara

unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur

setempat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.

a. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim

setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,

detail, struktur dan ornamen).

b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga

elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

36

mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria

perancangan.

c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan

vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).

2.4.5 Prinsip-prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular

Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara

terperinciadalah sebagai berikut.

a. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif

terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari

bangunan sekarang.

b. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang

dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.

c. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan

seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.

d. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk

ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.

e. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi

yang akan datang.

2.4.6 Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular

Tabel 2.2 Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular.

Perbandingan Tradisional Vernakular Neo Vernakular

Ideologi Terbentuk oleh tradisi

yang diwariskan

secara turun-

temurun,berdasarkan

Terbentuk oleh tradisi

turun temurun tetapi

terdapat pengaruh dari

luar baik fisik maupun

Penerapan elemen

arsitektur yang sudah

ada dan kemudian

sedikit atau banyaknya

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

37

kultur dan kondisi

lokal.

nonfisik, bentuk

perkembangan

arsitektur tradisional.

mengalami pembaruan

menuju suatu karya

yang modern.

Prinsip Tertutup dari

perubahan zaman,

terpaut pada satu

kultur kedaerahan,

dan mempunyai

peraturan dan norma-

norma keagamaan

yang kental

Berkembang setiap

waktu untuk

merefleksikan

lingkungan, budaya

dan sejarah dari

daerah dimana

arsitektur tersebut

berada. Transformasi

dari situasi kultur

homogen ke situasi

yang lebih heterogen.

Arsitektur yang

bertujuan melestarikan

unsur-unsur lokal yang

telah terbentuk secara

empiris oleh tradisi dan

mengembang-kannya

menjadi suatu langgam

yang modern.

Kelanjutan dari

arsitektur vernakular

Ide Desain Lebih mementingkan

fasat atau bentuk,

ornamen sebagai

suatu keharusan.

Ornamen sebagai

pelengkap, tidak

meninggalkan nilai-

nilai setempat tetapi

dapat melayani

aktifitas masyarakat

didalam.

Bentuk desain lebih

modern.

Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo

Tabel 2.3 Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular

Perbandingan Regionalisme Neo Vernakular

Pengertian Region adalah daerah

dan Isme adalah paham,

jadi faham bersifat

Neo berarti baru, masa

peralihan dan vernakular

adalah Native/asli/bahasa

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

38

kedaerahan setempat, jadi peralihan

dari bentuk setempat

Ideologi Menciptakan arsitektur

yang kontekstual yang

tanggap terhadap

kondisi lokal dan

senantiasa mengacu

pada tradisi, warisan

sejarah serta makna

ruang dan tempat

Fokus kepada penerapan

elemen arsitektur yang

sudah ada dari hasil

vernakular dan kemudian

sedikit atau banyaknya

mengalami pembaruan

menuju suatu karya yang

modern.

Prinsip Mengarah pada

pemenuhan

kepuasan dan ekspresi

jati diri yang mengacu

pada masa lalu,

sekarang dan masa yang

akan datang dan masih

tergantung

padavernakularisme

Arsitektur yang bertujuan

melestarikan unsur-unsur

lokal yang telah terbentuk

secara empiris oleh tradisi

dan mengembangkannya

menjadi suatu langgam

yang modern dan

kelanjutan dari arsitektur

vernakular.

Konsep Desain Masih cenderung hanya

meniru bentuk fisik,

ragam dan gaya-gaya

tradisional yang sudah

dimiliki oleh

masyarakat setempat.

Bentuk desain lebih

modern dan mencoba

menampilkan karya baru.

Kriteria Menggunakan bahan

bangunan lokal deengan

teknologi modern.

Tanggap dalam

mengatasi pada kondisi

iklim setempat

Mengacu pada

tradisi, warisan sejarah

serta makna ruang dan

tempat.

Mencari makna dan

substansi cultural,

Bentuk-bentuk

menerapkan unsur budaya,

lingkungan termasuk iklim

setempat diuungkapkan

dalam bentuk fisik

arsitektural (tata letak

denah, detail, struktur dan

ornamen)

Tidak elemen fisik yang

diterapkan dalam bentuk

modern, tetapi juga elemen

nonfisik yaitu budaya pola

pikir, kepercayaan, tata

letak yang mengacu pada

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

39

bukan gaya/style

sebagai produk akhir

makro kosmos, religius dan

lainnya menjadi konsep

dan kriteria perancangan.

Produk pada bangunan

ini tidak murni menerapkan

prinsip-prinsip bangunan

vernakular melainkan

karya baru (mengutamakan

penampilaan visualnya)

Sumber : Aplikasi regionalism dan Neo Vernakular dalam desain bangunan.

Agus Dharma dan Hasan Sadli

2.5 Studi Kasus

2.5.1 Taman Budaya Jawa Tengah

1. Sejarah Singkat Taman Budaya Jawa Tengan

Taman Budaya Jawa Tengan mulai dibangun pada tahun 1978,

sejak ada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No:

0276/0/1978, dahulu Taman Budaya Jawa Tengah bernama Taman

Budaya Surakarta (TBS). Hampir semua provinsi di Indonesia

direncanakan mempunyai Taman Budaya. Berlakunya Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI No: 0221/0/1982 dan No: 0350/0/1984

maka ada penambahan 6 lokasi baru Taman Budaya yaitu di Bandung,

Pekanbaru, Mataram, Palu, Ambon dan Jayapura. Sampai berlakunya

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No: 0221/0/1991

maka di Indonesia ada lokasi Taman Budaya.

Sebelum Tahun 2003, kepengurusan Taman Budaya Jawa Tengah

berada dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia. Semua dana operasional diperoleh dari pusat melalui RAPBN,

setelah adanya otonomi daerah maka semua asset yang ada dalam daerah

tersebut sepenuhnya dikelola oleh pihak pemerintah daerah yaitu Dinas

Pariwisata Seni dan Budaya. Hal tersebut ditandai dengan Keputusan

Gubernur Jawa Tengah No:53 Tahun 2003, tentang Penjabaran Tugas

Pokok dan Fungsi Serta Tata Kerja Taman Budaya Jawa Tengah. Setelah

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

40

adanya keputusan gubernur tersebut maka semua data operasional dari

APBD provinsi Jawa Tengah dan nama Taman Budaya Surakarta diganti

dengan Taman Budaya Jawa Tengah.

2. Lokasi

Bangunan Taman Budaya Jawa Tengah ini dibangun di atas tanah

seluas 51.170 m². Bangunan di Taman Budaya Jawa Tengah pada Gedung

Kesenian termasuk pendopo seluas 3.232 m², gedung sekretariat dan

penunjang seluas 225 m², wisma seni 540 m², dan bangunan lainnya seluas

935 m². Untuk akses masuk lokasi ada jalan setapak / paving / jalan seluas

3.933 m². Lokasi Taman Budaya Jawa Tengah terletak di jalan Ir. Sutami

57, Surakarta 57126 telp 635414.

Gedung Kesenian Taman Budaya Jawa Tengah terdapat tiga bagian

yaitu pendopo, gedung teater arena, galeri seni rupa. Pendopo berfungsi

sebagai ruang pertemuan yang sifatnya formal dan non formal serta

pertunjukkan-pertunjukkan lain yang sifatnya tidak memakai karcis.

Struktur Organisasi Taman Budaya Jawa Tengah

Kepala Taman

Budaya Jawa Tengah

Kepala Bagian

Gedung

Pertunjukkan

Kepala Bagian

Gedung Pelatihan

Administrasi

Staff

Dokumentasi

EO

Staff Pendidikan

& Pelatihan

Staff

Pementasan

Staff

Pengelola

Staff Keamanan &

servis

Kepala Bagian

Ruang Hijau

Satpam CS Pembimbing

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

41

Kompleks Taman Budaya Jawa Tengah

Didalam Taman Budaya Jawa Tengah terdapat bangunan seperti:

- Pendopo Agung

Pendopo agung berfungsi sebagai penerima tamu/penyambutan, tempat

pementasan wayang, dan berbagai pertunjukkan lainnya.

Gambar Pendopo Agung

Sumber : dokumentasi pribadi

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

42

- Pendopo Alit

Berfungsi sebagai tempat pertunjukkan dengan skala kecil dan latihan

Seni musik.

Gambar Pendopo Alit

Sumber : dokumentasi pribadi

- Gedung Teater Arena

Teater arena berfungsi sebagai tempat latihan drama maupun

pementasan drama.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

43

Gambar Gedung Teater Arena

Sumber dokumentasi pribadi

- Galeri Seni Rupa

Didalam gedung galeri seni rupa berfungsi sebagai tempat pameran

karya seni rupa seperti lukisan, fotografi, kriya, seni ukir, dan karya seni

yang lain.

Gambar Galeri Seni Rupa

Sumber: dokumentasi pribadi

- Gedung Pengelola

- Teater Terbuka

Berfungsi sebagai tempat pertunjukkan outdoor.

Gambar Teater Terbuka

Sumber: dokumentasi pribadi

- Wisma Seni

- Ruang Dokumentasi

3. Aktivitas dan Fasilitas

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

44

Aktivitas dan Fasilitas Gedung Teater Arena secara garis besar

terbagi atas:

a. Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung

Aktivitas Fasilitas

Dating/masuk

Membeli karcis

Masuk ke ruang pentas

Paturasan

Keluar

Main Entrance (ME)

Box karcis

Ruang Pertunjukkan

Lavatory

Side Entrance (SE)

Sumber: observasi lapangan

Table 2.4 Zoning dan Grouping Gedung Teater Besar

b. Aktivitas dan Fasilitas Pengelola

Aktivitas Fasilitas

Datang

Menyambut tamu

Kegiatan Manajemen

Mendaftar Jadwal Pertunjukkan

Merawat perawatan

Menyiapkan alat pertunjukkan

Kegiatan paturasan

Rapat

Pulang/keluar

Main Entrrolance (ME)

Kantor Pengelola

Kantor Pengelola

Ruang Administrasi

Ruang Kontrol

Gudang

Lavatory

Kantor Pengelola/ Rapat

Side Entrance (SE)

Sumber: observasi lapangan

Table 2.5 Zoning dan Grouping Gedung Teater Besar

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

45

2.5.2 The Lowry Visual and Performing Arts Center

Nama : The Lowry Visual and Performing Arts Center Lokasi : Manchester,

England.

Arsitek : Michael Wilford Struktur : Stainless stell and glass façade

Gambar 2.4 The Lowry Visual and Performing

ArtSumber:http://www.designboom.com

Berlokasi tepi sungai yang megah di jantung Salford pembangunan kembali dermaga di Greater

Manchester, The Lowry adalah arsitektur dengan bentuk kapal identitas yang unik dan dinamis.

Bangkit dari regenerasi Docklands, itu adalah bangunan yang ramah, yang dirancang untuk

mencerminkan pemandangan sekitarnya, di permukaan kaca dan logam. Bangunan ini selesai

dibangun pada tahun 2000 dan biaya pembangunan nya sebesar 21 milyar poundsterling.

Fasilitas nya adalah sebagai berikut : Gallery untuk pameran dan koleksi seni kota Salford,

Lowry study center, Gallery anak-anak, Teater Lyric dengan kapasitas 1730 kursi dan teater di

luar bangunan yang berkapasitas 450 kursi, ruang latihan, dan sarana penunjang lainnya

seperti bar, retail, ruang medis.

The Lowry Visual and Performing Arts Center adalah kombinasi antara teater dan galeri di

Inggris. Lowry Center berada dipelabuhan kapal bersejarah di Manchester, berdekatan dengan

Stadion tua Trafford. The Lowry Visual and Performing Arts Center memiliki

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

46

panggung terbesar di kawasan Inggris setelah London. Pada entrance bangunan

terdapat kanopi yang terdiri dari kombinasi stainless steel, metal dan kaca

geometris yang berpendar pada malam hari. Stadion tua Trafford. The Lowry Visual

and Performing Arts Center memiliki panggung terbesar di kawasan Inggris setelah

London.Pada entrance bangunan terdapat kanopi yang terdiri dari kombinasi stainless steel,

metal dan kaca geometris yang berpendar pada malam hari.

Gambar 2.5 Denah & Potongan The Lowry Visual and Performing

ArtSumber:http://www.designboom.com

2.5.3KESIMPULAN STUDI BANDING

Dari studi banding pada bangunan-bangunan Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni

Tari baik yang berada di Indonesia maupun yang berada di Negara lain, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa:

Gedung Pusat Pertunjukkan Sendratasik ini sedapat mungkin berlokasi di pusat kota yang

memiliki kemudahan pencapaian dari dan ke luar kota oleh pengunjung.

Gedung Pertunjukkan Pusat Pertunjukkan Sendratasik harus memiliki ruang

yang cukup besar untuk menampung semua jenis kegiatan seni tari/gerak, baik

itu pengunjung maupun pelaku seni.

Pusat Pertunjukan Seni Budaya Jawa Tengah

Di Semarang

47

Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni Tari di semarang harus

memiliki penampilan bangunan yang unik dan menarik, serta memiliki lahan

parkir pengunjung yang luas untuk menampung kendaraan saat adanya even.

Perlunya fasilitas penunjang yang bersifat komersil untuk melengkapi

kegiatan yang ada didalam Gedung Pertunjukkan.

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

185

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT

PERTUNJUKKAN SENDRATASIK

5.1 Konsep Kontekstual

5.1.1 Site Terpilih

Gambar 5.1 site terpilih

sumber : analisa, 2015

5.1.2 Konsep Penzoningan

Dai berbagai macam analisa yang dibuat, maka penzoningan akhir pada

site Pusat Pertunjukkan Seni Tari adalah :

Jalan Rinajni

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

186

Gambar 5.2 Penzoningzn akhir

Sumber : analisa,2015

5.2 Konsep Fungsional

5.2.1 Konsep Sirkulasi ke Bangunan

Konsep sirkulasi ruang luar pada Pusat Pertunjukkan Sendratasik meliputi

pergerakan pengunjung, pengelola dan pengantar / penjemput dalam mencapai

bangunan. Perencanaan zona parkir perlu mempertimbangkan kepentingan pelaku

yang bersangkutan agar sirkulasi kendaraan yang berjalan lancar :

Gambar 5.3 sirkulasi ruang luar

Sumber : analisa,2014

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

187

Konsep sirkulasi ruang luar yang dipilih yaitu pencapaian langsung karena

kondisi site yang hanya memungkinkan untuk pencapaian site secara langsung.

5.2.2 Konsep Progam Ruang

Rekapitulasi Besaran Ruang

Gedung Pertunjukan 1872 m2

Teater Tertutup 92,5 m2

Teater Terbuka 285 m2

Ruang Pendukung Teater 503 m2

Exhibition 96 m2

Ruang Pelatihan 1626 m2

Staff Area 276,5 m2

Ruang Rapat 100,13 m2

Restaurant 132 m2

R. Mekanika Elektrikal 290 m2

Total 5246,13 m2

Fasilitas Parkir 10420 m2

Total Keseluruhan 15666,13

Keterangan :

Keterangan

NAD = Neufret Arcitect’s Data

SP = Studi Pengamatan

BPDS = Building Planning Design Standart

CCEF = Conference Convention and Exhibition Facilities

TSS = Time Saver Standars for Building Types

BAER = Building for Administration Entertaiment and

Tabel 5.1 Analisa kebutuhan

dan besaran ruang

Sumber : analisa

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

188

5.3 Konsep Utilitas

5.3.1 Konsep Penghawaan

a) Penghawaan alami adalah dengan pemanfaatan sirkulasi udara

alami, digunakan pada ruang – ruang yang membutuhkan sirkulasi

udara bebas tanpa menuntut tingkat kenyamanan tinggi. Secara

umum, suhu udara yang memberikan kenyamanan adalah antara 19

– 21 ºC. Untuk mengatasi masalah ini kita bisa menggunakan pipa

– pipa di setiap pinggir bangunan yang menempel pada listplang

dan dilubangi kecil serta dialiri air dengan intensitas kecil, maka

air itu akan tertiup oleh angin dan seolah – olah menjadi embun

pada ruangan tersebut. Dengan cara ini biasanya dapat mengurangi

panas pada ruangan tersebut.

Gambar 5.4 penghawaan buatan dengan pipa yang dilubangi

Sumber : analisa,2014

b) Penghawaan buatan menggunakan kipas dan AC.

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

189

5.3.2 Konsep Pencahayaan

� Pencahayaan alami

Pemecahan efek matahari dapat dilakukan dengan perletakan dan desain

bukaan yang tepat., penanaman, pemilihan dan perletakan vegetasi dengan

tepat serta penggunaan kaca non glare dengan heat reflecting atau material

bangunan lain yang sesuai yang dapat mengatasi panas yang ditimbulkan.

Contoh refleksi cahaya yang dapat menimbulkan cahaya alami pada

bangunan.

3) Pencahayaan langsung

5.5 perletakan bangunan yang

menguntungkan terhadap cahaya matahari

sumber : Dipl. Ing. Y. B. Mangunwijaya,2000

� Pencahayaan buatan

� Pencahayaan langsung

o Wall washer

o Down light

o Track light

o Spot light

� Pencahayaan tidak langsung

o Cove light

o Valance light

o Cornice lighting

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

190

Gambar 5.6 : Pencahayaan Tidak Langsung

Sumber : neufert, ernst, 2002

� Pencahayaan yang dipantulkan

Gambar 5.7 : Macam Pencahayaan Alami

Sumber : neufert, ernst. 2002 (data arsitek)

5.3.3 Sistim Elektrikal

Sistim elektrikal pada Pusat Pertunjukkan Sendratasik ini menggunakan

listrik yang bersumber dari PLN dengan tenaga cadangan dari generator

set (genset). Bila listrik dari PLN padam, selang sembilan detik generator

akan menyala dengan back up listrik 80 % dari kapasitas listrik PLN.

Gambar 5.8 : Genset

Sumber : Guntur Okvianto, 2002

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

191

Peletakan genset dalam hal ini memerlukan suatu perhatian khusus karena

sifat generator yang cenderung berisik, menimbulkan polusi udara atau bau solar

dan getaran yang ditimbulkan pada saat generator bekerja.

5.3.4 Sistim Audio-Video

Sistim audio-video dalam hal ini menerapkan sistim yang sama hanya

dalam bentuk pengeluaran yang berbeda: audio dengan hasil suara sedangkan

dalam bentuk gambar. Semua sistim audio-video dikontrol oleh suatu ruang

control yang bertanggung jawab terhadap penayangan audio-video pada tiap

ruangan ruangan kelas Pusat Pertunjukkan Sendratasik untuk mengontrol kegiatan

belajar mengajar yang ada di dalam kelas.

5.3.5 Konsep Sanitasi

Terbagi atas suplai air bersih dan pembuangan limbah.

c.Suplai air bersih

Kebutuhan air bersih dapat diambil dari saluran air yang bersumber dari

sumur artesis dan PDAM. Air dari sumur artesis dan PDAM akan digunakan

untuk kebutuhan air minum, air pengisi kolam renang, air mandi, air pengisi alat

pemadam kebakaran, kebutuhan penyiraman tanaman pada landscape, dan

sebagainya.

Dalam sistim distribusi air PDAM akan digunakan tangki penampung

(ground resevoir) dengan menganut sistim up-feed system. Untuk ground

reservoir, air yang ada di dalam dihubungkan dengan 2 macam pompa: pompa

untuk menaikkan air keatas bangunan dan pompa khusus hydrant pillar yang

hanya bekerja kala kran hydrant pillar dibuka saat terjadi bahaya kebakaran.

d. Pembuangan Limbah

Sistim pembuangan limbah cair atau air kotor yang berasal dari WC, binatu,

dapur dan lavatory akan langsung dibuang ke bak kontrol untuk menyaring

material yang masih bersifat padatan (seperti: plastik, pembalut wanita dan

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

192

sebagainya) untuk kemudian dialirkan ke dalam STS (Sewage Treatdment

System) dengan bahan kimia yang bersifat menghancurkan dan mengencerkan

limbah. Setelah melewati STS, limbah dianggap sudah layak untuk dibuang ke

riol kawasan yang kemudian berlanjut ke riol kota karena dianggap sudah tidak

banyak mengandung bahan kimiawi yang membahayakan lingkungan.

5.3.6 Sistim Penangkal Petir

Untuk auditorium ini sistim penangkal petir yang akan dipakai adalah sistim

preventor dengan pertimbangan bentuk bangunan yang cenderung tinggi dengan

sekeliling lahan berupa lahan yang kosong.

Sistim ini menggunakan sistim pencairan radioaktif. Pencairan ini terdiri atas

partikel berupa ion-ion yang akan menghantarkan arus listrik ke dalam tanah. Alat

ini cara kerjanya hampir sama dengan sistim franklin hanya radiasinya lebih luas.

5.3.7 Konsep Sistim Sirkulasi

Untuk kelancaran pergerakan baik pengunjung maupun pengelola maka

perencanaan sistim sirkulasi perlu diperhatikan dalam hal ini sistim sirkulasi

terbagi atas tiga jenis yaitu:

d. Tangga

e.Ramp

Gambar 5.9 standart kemiringan Ramp

Sumber : Arsitekisnt.blogspot.com

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

193

f. Tangga Darurat/Kebakaran

5.3.8 Konsep Sistim Perlindungan Bahaya Kebakaran

� Pendeteksian awal terhadap api

Alat yang bekerja dalam pendeteksian awal terhadap api adalah heat +

smoke detector.

� Pemadaman api

Untuk langkah pemadaman diperlukan perangkat sebagai berikut:

� Sprinkler

� Hydrant Box and pillar

� Fire Extinguisher

� Penyelamatan / pengevakuasian pengguna Pusat Pertunjukkan

Sendratasik.

Upaya penyelamatan dilakukan dengan penempatan:

� Pintu darurat

� Tangga darurat

� Sistim Security/Pengamanan

Menggunakan cctv dan dipantau langsung oleh manusia

5.4 Konsep Arsitektural

5.4.1 Konsep Bentuk Bangunan

1. Pengunaan Makna kayon adalah hidup yang melalui mati, atau hidup di alam

fana.Kayon dapat pula diartikan pohon hidup atau pohon budhi tempat Sang

Budha bertapa. Kayon dapat disamakan dengan pohon kalpataru atau pohon

pengharapan. Dapat pula disebut bukit atau gunung yang melambangkan sumber

hidup dan penghidupan. Sebagai figur kosmologi dan ekologi wayang, gunungan

juga mencerminkan pandangan kosmologi Jawa. Pandangan kosmologi Jawa yang

menganut tiga stadia alam (Triloka) yaitu "alam bawah" yang bermakna bumi,

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

194

tanah; tempat hewan, tumbuhan dan segala jenis makhluk primordial bawah

(jin,setan, peri perayangan, brekasaan atau raksasa) bertempat tinggal, "alam

tengah" atau manusia dan lingkungan sosialnya serta "alam atas" tempat tinggal

dewadewi dan makhluk primordial atas lainnya serta apa yang disebut dan

diyakini sebagai Tuhan (teologi), tercermin dalam gunungan.

Gambar 5.10 Kayon Gapuran

Sumber : analisa, 2016

2. Penggunaan ukiran khas Jawa Tengah untuk ornamen pada dinding maupun

pintu.

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

195

Gambar 5. 11 Macam – macam ukiran kayu dari berbagai kota di jawa tengah

Sumber : kampungmebel.com

3. Penggunaan lantai parket pada bangunan Pusat Pertunjukkan

Sendratasik

Gambar 5.12 Lantai parket

Sumber : kiosparket.me

4. Penggunaan atap miring

Disini bisa yang dimaksud atap pelana ,joglo maupun limasan.

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

196

Gambar 5. 13 gambar atap joglo, limas an dan pelana

Sumber : analisa

5.4.2 Konsep Interior dan eksterior

� Konsep Interior

Konsep interior memberikan furniture dengan standart sebuah tempat

pertunjukkan.

Furniture harus aman dan nyaman.

Warna furniture yang sesuai dengan konsep yang sudah direncanakan.

� Konsep Eksterior

Ruang Terbuka

� Menyediakan cahaya dan sirkulasi

� Sebagai area rekreasi dengan bentuk aktivitas yang spesifik

� Memberikan bentuk solid void pada keseluruhan bangunan.

Tata hijau

� Sebagai elemen estetis

� Sebagai peneduh

� Sebagai pereduksi kebisingan

� Sebagai pengarah

Penataan area teater terbuka

� Open space

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

197

� Jalur / track dari elemen keras

� Area bermain dilengkapi dengan permainan terutama :

� Area tenang

� Area duduk

� Area pengawasan

Gambar 5.14 penataan area teater terbuka

Sumber : informasitips.com

5.4.3 Konsep Struktural

1. Penggunaan pondasi footplat dan tiang pancang

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

198

Gambar 5.15 : Pondasi tiang pancang, foot plat & pondasi langsung

Sumber : Struktur Konstruksi 3 , 2013

2. Penggunaan talud untuk menopang agar tanah pada site Java Traditional

Kids Center ini tidak longsor

Gambar 5.16 Contoh potongan talud

Sumber : projectmedias.blogspot.com

Gambar 5. 17 Contoh gambar talud

Sumber : projectmedias.blogspot.com

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

199

Gambar 5. 18 Contoh detail talud

Sumber : projectmedias.blogspot.com

Pusat Pertunjukkan Seni Tari

Di Kota Semarang

200

DAFTAR PUSTAKA

De Chiara, Joseph. 1991. Sejarah Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi

Doelle, Leslie L. dan Leo Prsetio, MSc. 1993. Akustik Lingkungan. Jakarta:

Friedman, Arnold. 1977. Interior Design. New York: Eservier.

Jakob Sumarjdo. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama

Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT.

Gramedia.

Lilis Theja. 1989. Studi Tentang Tata Ruang Dalam Auditorium Bioskop Kodya

Surakarta: Skripsi. Surakarta: UNS.

Madya, Prof. 2001. Unit Pendidikan Malaysia. Malaysia:

Neufert, Ernst dan Syamsul Amril. 1995. Architect Data. Jakarta: Erlangga

Poerwodarminto, Wjs. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Pramana Patmodarnaya, 1983. Tata dan Teknik Pentas. Jakkarta: Balai Pustaka.

Wawan Cahyono. 2004. Perencanaan dan perancangan Interior Gedung

Pertunjukkan pada Pusat Kesenian Jawa Tengah di Surakarta: