36
PROPOSAL KULIAH KERJA PRAKTIK LAPANG (K2PL) PENDAPATAN BURUH DIHITUNG DARI KINERJA DI PTPN VII (PERSERO) UNIT USAHA GUNUNG DEMPO PAGAR ALAM SUMATERA SELATAN DISUSUN OLEH : Nama :DINA RISNIATI NPM : 01021000008 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSI RAWAS LUBUKLINGGAU

Punya Dina

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Punya Dina

PROPOSAL KULIAH KERJA PRAKTIK LAPANG (K2PL)

PENDAPATAN BURUH DIHITUNG DARI KINERJA DI

PTPN VII (PERSERO) UNIT USAHA GUNUNG DEMPO PAGAR ALAM

SUMATERA SELATAN

DISUSUN OLEH :

Nama :DINA RISNIATI

NPM : 01021000008

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSI RAWAS

LUBUKLINGGAU

2013

Page 2: Punya Dina

HALAM PENGESAHAN

PROPOSAL KULIAH KERJA PRAKTEK LAPANG (K2PL)

PENDAPATAN BURUH DIHITUNG DARI KINERJA DI

PTPN VII (PERSERO) UNIT USAHA GUNUNG DEMPO PAGAR ALAM

SUMATRA SELATAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing

Pada tanggal……………………………

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir Zaini Amin,MS Wartono,SP,M.Si

Mengetahui

Ketua Prodi

Ir.H.My Phariyanto,M.Pd

Page 3: Punya Dina

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, Karena berkat rahmat dan karunia-Nya

sehinnga penulis dapat menyelesaikan proposal laporan K2PL ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk melaksanakan K2PL pada Fakultas Pertanian prodi

Agribisnis Universitas Musi Rawas (UNMURA) Lubuklinggau.

Dalam penulisan ini penulis berusaha untuk menampilkan yang penulis memiliki

dan dengan bimbingan dosen pembimbing yang sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan laporan ini.

Dalam kesempatan ini penulis sangat mengucapkan terimakasih yang tak

terhingga kepada Bapak Dr.Ir Zaini Amin, MS selaku pembimbing I dan Bapak

Wartono, SP, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan pembuatan proposal kuliah K2PL ini. Terimakasih kami

sampaikan ke pada Dosen, Karyawan,Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa

UNMURA Fakultas Pertanian. Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang

membangun dari semua pihak demi perbaikan di waktu mendatang dan Semoga

segala bimbingan,arahan,dan dorongan yang telah diberikan akan dibalas dengan

pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT hendaknya.

Lubuklinggau, Juni201

Penulis

Page 4: Punya Dina

DAFTAR ISI

Halaman

KATAPENGANTAR ..................................................................................… iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iv

BAB.I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. LatarBelakang………………..………………………………….. 1

1.2. Masalah………………………..…………………………………. 8

1.3. Tujuan…………...……………………………………………….. 8

1.4. Manfaat…………………………………………………………... 8

BAB.II. DASAR TEORI .................................................................................. 10

2.1. Tijauan Pustaka............................................................................... 10

2.1.1 Aspek Agronomi Tanaman Teh.................................................... 10

2.1.2 Teh Hitam Orthodox.................................................................... 13

BAB.III. PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK LAPANG ....... 15

3.1.1 Waktu dan Tempat........................................................................ 15

3.1.2 Metode......................................................................................... 15

3.1.3 Alat dan Bahan.............................................................................. 16

3.1.4 Cara Kerja..................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

Page 5: Punya Dina

BAB.I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Usaha Gunung Dempo

Pagaralam Sumatera Selatan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang

bergerak dalam bidang perkebunan teh, agroindustri dan agrowisata. Perkebunan

teh ini pada tahun 1963 – 1968 di kelolah oleh PPN antaraVII Bandung, lalu

dikelolah dibawah PNP X Bandar Lampung antara tahun 1968 – 1980. Perusahan

lalu dikelolah oleh PT.Perkebunan X (PERSERO) pada tahun 1980 -

1996,kemudian dari tahun 1996 sampai dengan sekarang dikelolah oleh

Perusahaan Perseroan (persero) PT.Perkebunan Nusantara VII yang merupakan

konsolidasi PTP XI, XXIII, XXXI (Persero) dengan wilayah kerja meliputi

provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. PT. Perkebunan Nusantara

VII (Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan dengan

ketingin tempat 900 – 1.850 dpl dan luas areal tanaman teh 1.438 Ha yang berada

di lereng gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan yang sudah memiliki

manajemen yang diatur secara sistematis, sehingga dalam setiap kegiatan yang

dilakukan berjalan dengan baik.Berdasarkan hal tersebut penulis terdorong untu

dapat mengetahui teteng manjemen produksi pengolahan teh hitam pada PT.

Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar alam

Sumatera Selatan.

Prouktivitas tanaman teh terus meningkat dengan pelaksanaaan culture teknis

secara benar dan dengan pengaturan pangkas dalam, pangkas intermediete dan

Page 6: Punya Dina

pangkas produksi.perkebunana the gunung dempo didukung oleh satu unit pabrik

the hitam.sebelum tahun 2009 kapasitas 40 ton PTS/hari dan tahun 2001

dinaikkan lagi menjadi kapasitas 80ton PTS/hari.pemasaran the gunung dempo

selain lokal juga diekspor keluar negeri meliputi negara malaysia,india,timur

tengah,hongkong,inggris,belanda,rusia dll.

Teh hitam biasa disebut juga sebagai teh merah, hal tersebut dikarenakan

kebiasaan orang timur menyebutnya teh merah karena larutan teh yang dihasilkan

dari teh ini akan berwarna merah, sedangkan  orang barat menyebutnya teh hitam

karena daun teh yang digunakan untuk penyeduhan biasanya berwarna hitam. Teh

hitam  merupakan jenis teh yang paling banyak di produksi di Indonesia, dimana

Indonesia sendiri merupakan pengekspor teh hitam ke-5 terbesar di dunia.

Teh hitam merupakan daun teh yang paling banyak mengalami pemrosesan

fermentasi, sehingga dapat dikatakan pengolahan teh hitam dilakukan dengan

fermentasi penuh.  Tahap pertama, daun diletakkan di rak dan dibiarkan layu

selama 14 sampai 24 jam. Kemudian daun digulung dan dipelintir untuk

melepaskan enzim alami dan mempersiapkan daun untuk proses oksidasi, pada

tahap ini daun ini masih berwarna hijau. Setelah proses penggulungan, daun siap

untuk proses oksidasi. Daun diletakkan di tempat dingin dan lembab, kemudian

proses fermentasi  berlangsung dengan bantuan oksigen dan enzim. Proses

fermentasi memberi warna dan rasa pada teh hitam, dimana lamanya proses

fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir. Setelah itu, daun dikeringkan

atau dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi untuk mendapatkan rasa dan

aroma yang diinginkan Visi dan misiPT. Perkebunan Nusantara VII (Persero).

Page 7: Punya Dina

Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung

pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada

kualitas sumber daya manusia (tenaga kerja). Tenaga kerja salah satu sumber daya

yang mempunyai peranan penting danperlu dihargai untuk menjamin kelancaran

aktifitas di perusahaan. Mereka merupakan salah satu komponen penting untuk

melaksanakan fungsi produksi yang akan mempengaruhi efisiensi dan efektifitas

operasional perusahaan.

Tenaga kerja adalah kekayaan paling berharga dan merupakan faktor produksi

yang paling dominan dalam perusahaan, baik tenaga kerja wanita maupun tenaga

kerja laki-laki. Mereka menjadi faktor penting dalam suatu perusahaan, begitu

juga di perusahaan perkebunan, tenaga kerja menjadi ujung tombak dalam

keberhasilan perkebunan itu sendiri. Di perkebunan, khususnya perkebunan teh

jumlah tenaga kerja wanita lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja laki-

laki. Keikutsertaan wanita untuk bekerja di luar rumah mengindikasikan adanya

kesetaraan gender walaupun masih dalam wujud yang sederhana.

Lahirnya konsep kesetaraan gender sebenarnya lebih dikarenakan keinginan kaum

wanita untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya dengan tidak bergantung

kepada apakah ia (secara biologis) wanita atau laki-laki. Wanita, selayaknya

menikmati status yang sama dengan laki-laki, dimana keduanya berada dalam

kondisi dan mendapat kesempatan yang sama untuk merealisasikan 2 potensinya

sebagai hak-hak asasinya, sehingga sebagai wanita, ia dapat menyumbang secara

Page 8: Punya Dina

optimal pada pembangunan politik,ekonomi, sosial, budaya dan mempunyai

kesempatan yang sama dalam menikmati hasil pembangunan (Tapi Omas Ihromi,

2000: 8). Kondisi kehidupan tenaga kerja wanita di perkebunan, khususnya

diperkebunan teh pada kurun waktu 1979-1990 menjadi salah satu kajian yang

menarik untuk mengangkat isu mengenai kesetaraan gender. Keikutsertaan wanita

di sektor publik ini tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah dengan

dikeluarkannya undang-undang yang menyiratkan keadilan gender, yaitu UU

80/1958. Undang-undang tersebut menentukan prinsip pembayaran yang sama

untuk pekerjaan yang sama. Wanita dan laki-laki tidak dibedakan dalam sistem

penggajian. Keluarnya UU inimerupakan salah satu contoh dari keberhasilan

perjuangan kaum wanita ketika itu. Selain itu ada juga UU No.12 tahun 1948

yang inti isinya yaitu pelarangan wanita bekerja di malam hari. Tetapi ada

beberapa perusahaan yang mengijinkan tenaga kerja wanita bekerja dalam jumlah

yang banyak dan di waktu malam, sesuai dengan peraturan Staatsblad 1925 No

648. Perusahaan tersebut diantaranya Pabrik teh, perusahaan kopi, perusahaan

tembakau,Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak

dalam bidang agribisnis dengan unit usaha yang tersebar di beberapa wilayah, PT.

Perkebunan Nusantara VII (Persero), selanjutnya untuk lebih mempermudah

disingkat penulisannya menjadi perkebunan gunung dempo. Perkebunan ini

membuka lapangan kerja baru bagi penduduk yang berada di sekitarnya. Sebagian

besar dari tenaga kerja yang terdapat di perkebunan ini adalah wanita, baik

sebagai buruh lepas maupun buruh tetap. Tenaga kerja wanita kebanyakan bekerja

sebagai pemetik teh. Pihak perkebunan lebih mengutamakan tenaga kerja wanita

pada proses pemetikan karena pekerjaan memetik teh dianggap pekerjaan ringan,

Page 9: Punya Dina

selain itu pekerjaan wanita lebih baik, rapi, telaten, dan disiplin dibandingkan

dengan tenaga kerja laki-laki, sedangkan pekerjaan yang lebih berat diserahkan

kepada tenaga kerja laki-laki seperti penggilingan. Mereka umumnya bekerja di

daerah perkebunan karena tidak memiliki keterampilan lain untuk bekerja di luar

perkebunan Karakteristik kehidupan masyarakat di perkebunan cenderung statis.

Hampir apat dipastikan bahwa kehidupan masyarakat perkebunan dipertaruhkan

dari dan untuk perkebunan. Mereka lahir, dewasa, kawin, menjadi tua dan

meninggal di perkebunan yang menyebabkan mobilitas sosial mereka sangat

lambat.

Hal ini merupakan kondisi yang wajar di lingkungan perkebunan dan

mencerminkan suatu komunitas yang terpisah dari dunia luar. Tenaga kerja di

perkebunan teh pagar alam, hampir keseluruhan berasal dari daerah sekitar dan

hampir 75% adalah wanita baik itu sebagai pemetik buruh lepas ataupun buruh

tetap. Proses pemetikan dianggap ringan maka diserahkan kepada tenaga kerja

wanita sedangkan untuk pekerjaan yang lebih berat seperti penggilingan

diserahkan kepada tenagakerja laki-laki. Adanya perbedaan ini menandakan

adanya steorotip dalam masyarakat bahwa wanita itu lemah dan laki-laki lebih

kuat dan berkuasa, hal ini berpengaruh pula pada jenis pekerjaan yang dilakukan.

Stereotip inilah yang memberikan identitas gender antara pria-wanita. Gender

tidak hanya menunjukkan perbedaan jenis kelamin tetapi melalui proses

konstruksi sosial budaya, yang bisa diartikan sebagai realitas yang terbentuk

berdasarkan persepsi masyarakat dan dibentuk secara sengaja untuk tujuan-tujuan

Page 10: Punya Dina

tertentu. Pembagian kerja secara seksual ini telah berlangsung selama puluhan

tahun (semenjak dibangunnya PTPN VII) oleh karena itu orang cenderung

menganggapnya sebagai sesuatu yang alamiah.

Tenaga kerja wanita di perkebunan sebagian besar hanya lulusan Sekolah Dasar

(SD) bahkan ada yang tidak lulus. Hal ini tidak menjadi masalah karena tingkat

pendidikan bukan merupakan syarat utama untuk menjadi seorang pemetik. Untuk

keterampilan memetik teh para pemetik belajar terus menerus selama bertahun-

tahun. Mereka hanya membutuhkan bimbingan langsung di lapangan dari mandor

atau ibunya yang telah bekerja di perkebunan. Semakin sering mereka bekerja,

maka akan semakin mahir dalam memetik. Pemetikan dianggap pekerjaan yang

ringan makanya menjadi pekerjaan buruh wanita sedangkan pekerjaan yang lebih

berat diserahkan kepada buruh laki-laki. Dari sini dapat terlihat bahwa konsep

gender telah digunakan untuk membenarkan adanya pemisahan kerja antara laki-

laki dan wanita.Namun tidak sedikit buruh laki-laki yang mengambil lahan

pekerjaan untuk buruh wanita, seperti memetik teh. Hal ini memberikan indikasi

bahwa di perkebunan terjadi diskriminasi kerja dan ketidakadilan gender dalam

hal pekerjaan. Adanya pencanangan pembangunan yang mengikutsertakan wanita

mungkin tidak terlalu berdampak pada tenaga kerja di perkebunan, karena mereka

memang sudah berperan aktif dalam pekerjaan dengan tujuan menambah

penghasilan keluarga. Hal ini terutama didorong oleh keinginan untuk

meningkatkan kesejahteraan, terutama ketika bertambahnya anggota keluarga

serta keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak mereka.

Page 11: Punya Dina

Masalah tingkat pendidikan buruh wanita di perkebunan yang kebanyakan adalah

lulusan SD mempengaruhi produktivitas kerja mereka. Manusia adalah faktor

produksi utama selain modal, teknologi, dan sumber daya. Peningkatan

produktivitas dan efisiensi dapat dicapai bila kualitas manusia meningkat.

Oleh karena itu, pendidikan dianggap sebagai variabel penting dalam menentukan

produktivitas dan efisiensi. Berdasarkan pendekatanini angkatan kerja wanita

dipandang sebagai human capital berkualitas rendah karena pendidikannya

cenderung rendah. Hal ini dikarenakan perempuan tidak memegang peranan

utama dalam rumah tangga maka kesempatan untuk mendapatkan pendidikan juga

rendah. Sebagai akibatnya mungkin mereka tidak mendapat posisi yang baik

dalam bidang pekerjaan dan upah yang sama dengan laki-laki. Letak perkebunan

yang umumnya terdapat di pedesaan dan jauh dari kota menyebabkan mereka

tidak ada pilihan untuk bekerja selain di perkebunan, walaupun ada keinginan

untuk bekerja keluar mereka tidak memiliki keterampilan lainnya apalagi

kebanyakan dari mereka hanya lulusan SD. Hal inilah yang menyebabkan

kehidupan sebagai pekerja perkebunan seakan-akan statis.Murahnya tenaga kerja

wanita cukup menguntungkan perusahaan karena produksi akan meningkat

dengan biaya yang cukup murah. Wanita adalah ibu rumah tangga yang

mendominasi dalam pekerjaan rumah tangga sehingga fungsi wanita dalam

pendapatan keluarga hanyalah sebagai pembantu dalamperekonomian keluarga

walaupun pekerjaannya hampir sama beratnya dengan pekerjaan suami. Nilai-nilai

gender ini mempengaruhi sikap dan prilaku wanita sehari-hari termasuk dalam

lapangan pekerjaan. Di satu sisi, wanita pemetik teh selain sebagai pekerja mereka

Page 12: Punya Dina

juga sebagai ibu rumah tangga. Mereka dituntut untuk bisa menjalankan kedua

perannya baik itu sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pekerja

diperkebunan. Di rumah tangga, mereka bekerja setiap hari mulai dari memasak,

mencuci dan pekerjaan lainnya. Pulang dari perkebunan harus kembali

menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga berbakti kepada suami dan anak.

Wanita sudah sewajarnya hidup di lingkungan rumah tangga,melahirkan dan

membesarkan anak, memasak serta memberikan perhatian kepada suaminya agar

kehidupan rumah tangga menjadi tentram dan sejahtera (Arif Budiman, 1982, 01).

Walaupun mereka telah bekerja yang sama dengan laki-laki, tetapi ketika

dihadapkan pada pilihan antara pekerjaan dengan keluarga, mereka harus lebih

mementingkan keluarga. Hal tersebut dikarenakan masih melekatnya pandangan

orang tua yang dikuatkan oleh ajaran agama, bahwa wanita seharusnya mengurus

rumah dan suami sebagai pemimpin bekerja mencari nafkah untuk keluarga.

Pandangan tersebut mengakibatkan suami terkadang memiliki perasaan gengsi

apabila harus ikut membantu pekerjaan rumah tangga istrinya. Pada akhirnya,

peran kaum wanita semakin sulit, karena beban peran ganda yang disandangnya

menuntut mereka untuk menjalaninya secara seimbang. Dari uraian di atas,

mengenai kondisi tenaga kerja wanita perkebunan.

Page 13: Punya Dina

I.2. Masalah

1. apa yang mempengaruhi pendapatan petani tersebut ?

2. bagaimana mengetahui kondisi tenaga kerja dan system upah petani

tersebut ?

3.kontribusi apa yang didapat oleh petani dalam mingkatkan taraf hidup ?

I.3. Tujuan

1. Adapun tujuan dari kuliah kerja praktek lapang (K2PL) adalah untuk

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis mengenai apa saja

yang mempengaruhi pendapatan dan sistem upah yang didapat oleh petani

the itu sendiri di PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha

Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan.

2. untuk mengetahui kontribusi apa saja yang diberikan oleh petani the itu

untuk meningkatakan taraf hidup petani teh PT. Perkebunan Nusantara

VII (Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan.

I.4. Manfaat

Manfaat bagi mahasiswakuliah kerja praktek lapang (K2PL) ini yaitu

menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja. Dengan adanya praktik

kerja lapang ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

Page 14: Punya Dina

mempraktikan teori dan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah dengan

kenyataan yang ada dilapangan.

Bagi lembaga objek penelitian dapat memberikan sumbangsih dan masukan

informasi kepada berbagai pihak dan secara khusus bagi pimpinan PT.

Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar

alam Sumatera Selatan.

Bagi perguruan tinggi sebagai bahan untuk menambah bahan kajian koleksi

khazanah perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan bagi studi

penelitian-penelitian yang akan dilakukan berikutnya.

Page 15: Punya Dina

BAB.II. DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Aspek Agronomi Tanaman Teh

Tanaman teh atau bahasa kerennya camellia  pertama kali ada di Indonesia sejak

tahun 1684 yang dibawa oleh seorang Jerman yang bernama Andreas Cleyer dari

Jepang yang berupa biji dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta.

Kemudian baru pada tahun 1694 perdu teh muda yang berasal dari Cina tumbuh

di Taman Istana Gubernur Jenderal Champhuys  di Jakarta berdasarkan laporan

dari Valentijn, perdu teh muda yang berasal dari Cina ini biasa di sebut dengan

bahasa kerennya Camellia Sinensis. Semenjak itu maka di budidayakanlah teh

asal cina ini atau biasa disebut Camellia Sinensis di  Perkebunan Teh Indonesia.

Baru pada tahun 1877 seorang Insinyur asal Belanda yang bernama Ir.Rudolp

Eduard Korkhoven membawa Teh jenis Asam atau bahasa latin Camellia

Assamica ke Indonesia dari Srilangka dan menanamnya di Kebun Gambung,

Jawa Barat.

Teh Asam atau Camellia Assamica inilah secara berangsur-angsur menggantikan

tanaman Teh asal Cina di Indonesia dan sejak saat itu tanaman Teh Asam atau

Camellia Assamica menjadikan perkebunan Teh Indonesia berkembang makin

luas Kata teh berasal dari Cina. Masyarakat Cina daerah Amoy menyebut teh

dengan tay sementara masyarakat daerah Kanton menyebut nya cha. Nama ini

kemudian menyebar ke mancanegara dengan penyebutan yang sedikit berbeda.

Page 16: Punya Dina

Orang Inggris menyebutnya tea, di daerah Spanyol diucapkan te, dan di Jerman

teh disebut dengan tee. Keanekaragaman nama tersebut menunjukkan bahwa teh

sudah banyak dikenal di dunia. Teh, minuman yang paling banyak dikonsumsi di

dunia setelah air, diproduksi dari daun tanaman teh (Camelia sinensis). Daun teh

yang diambil biasanya adalah dua sampai tiga pucuk daun yang paling ujung

(terminal leaves) beserta batang muda (growing apex) kemudian diperlakukan

dengan proses pengolahan tertentu (Setiawati dan Nasikun 1991). Tanaman teh

(Camelia sinensis) tumbuh dengan baik pada kondisi beriklim hangat dan lembab

dengan curah hujan yang cukup tinggi dan juga terdapat banyak paparan sinar

matahari, tanah berasam rendah serta drainasi tanah yang baik (Wan et al.

2009).Kusumaningrum (2008) juga menyatakan bahwa tanaman teh dapat tumbuh

dengan optimum di daerah pegunungan beriklim sejuk dengan ketinggian lebih

dari 1800 meter di atas permukaan laut. Pertumbuhan tanaman teh yang baik akan

menghasilkan produk teh dengan kualitas yang tinggi, dimana akan berbeda-beda

sesuai dengan teknik budidaya teh dan kondisi lingkungan, seperti jenis tanah,

ketinggian, dan iklim dari perkebunan teh tersebut.

Pucuk daun teh (Yadi 2009) Menurut Nazaruddin dan Paimin (1993), jenis teh

berdasarkan botaninya dibedakan menjadi teh Sinensis dan Assamica.Teh Sinensis

memiliki ciri-ciri ukuran daun yang lebih kecil, warna daun yang lebih tua, serta

produktivitas yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan teh Assamica.

Meskipun demikian, keduanya memiliki kualitas teh yang samabaiknya.Selain itu,

menurut Wan et al. (2009), teh digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan

perbedaan cara pengolahannya, khususnya tingkat fermentasi, yaitu teh hijau

Page 17: Punya Dina

(tanpa fermentasi), teh oolong (fermentasi sebagian), dan teh hitam (fermentasi

penuh). Tidak seperti proses pengolahan teh hijau yang dilakukan dengan

inaktivasi enzim, pada pengolahan teh hitam aktivitas enzim secara optimum

justru sangat diperlukan untuk membentuk pigmen (theaflavin dan thearubigin).

Proses fermentasi tersebut merupakan proses yang paling kritis dalam penentuan

kualitas produk akhir teh hitam. Gondoin et al. (2010) menambahkan bahwa

terdapat jenis teh lain, yaitu teh putih. Daun teh yang dipetik pada pengolahan teh

putih hanya daun paling ujung yang belum terbuka atau masih kuncup dan masih

mengandung bulu-bulu halus, sedangkan pengolahan yang dilakukan menyerupai

pengolahan teh hijau.

Pengklasifikasian tanaman teh sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Parietales

Family : Theinae

Genus : Camelia

Spesies : Cameliasinesis

Teh hitam merupakan salah satu jenis teh yang namanya diambil dari warnanya

yang hitam atau gelap akibat fermentasi sempurna dari daun teh segar. Setelah

dipanen dan dibersihkan, daun teh segar dilayukan agar tidak putus saat

penggulungan dan proses kimia berlangsung dengan baik saat fermentasi

Page 18: Punya Dina

(Adisewojo,1982). Pelayuan daun teh biasanya dilakukan pada ruangan bersuhu

30-40oC selama 16-20 jam untuk mengurangi kadar air dari 70-85% menjadi 55-

65% (Ullah,1991). Pelayuan terjadi karena air-air dalam daun secara perlahan

akan menguap dan lambat laun daun akan menjadi layu. Proses pelayuan akan

berpengaruh terhadap kualitas dari teh kering yang dihasilkan. Jika daun terlalu

cepat layu, teh kering yang dihasilkan akan memiliki karakteristik aroma yang

kurang harum. Sebaliknya jika daun terlalu lama layu, teh kering akan memiliki

karakteristik rasa yang kurang sedap. Daun teh layu yang baik memiliki ciri

kering namun tidak putus dan tidak ada suara retak jika digenggam.

2.1.2. Teh Hitam Orthodox

Teh hitam orthodox adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling

lama sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat. Teh hitam

merupakan jenis teh yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia

(khususnya oleh bangsa inggris). Teh Orthodox adalah teh yang diolah melalaui

proses pelayuan selama 16 jam, penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi,

terbentuk teh jadi.

Teh hitam termasuk salah satu dari jenis teh yang ada, teh hitam diproduksi dari

pucuk daun teh muda tanaman teh, teh hitam biasa disebut juga dengan teh merah

karena larutan teh yang dihasilkan dari teh ini akan berwarna merah dan

penyeduhan teh ini berwarna hitam. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling

banyak diproduksi di Indonesia , Indonesia merupakan pengekspor teh hitam ke-5

di dunia.

Page 19: Punya Dina

PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero)perkomitmen untuk terus meningkatkan

produk teh hitam orthodox yang dihasilkan. Ptpn VII yakin produknya dengan

merk gunung dempo, mampu bersaing karena memiliki banyak kelebihan.Teh

hitam gunung dempo memiliki cirri berbeda dibandingkan teh-teh pabrikan yang

banyak beredar luas dipasaran Indonesia. Warna coklat mengingat,.Aromah yang

tajam dan rasa yang lebih sepat adalah cirri teh hitam asal gunung dempo, kota

pagar alam , sumatera selatan, dibandingkan dengan teh yang beredar luas di

pasaran Indonesia. Posisi tanaman teh yang berada di lereng timur gunung,

sehingga mendapat sinar matahari langsung, membuat rasa teh gunung dempo

sangat khas.

Teh hitam orthodox gunung dempo diproduksi dikota pagar alam, sumatera

selatan. Selain itu teh yang diproduksi oleh PTPN VII ini berkualitas tinggi.

Pengolahannya dilakukan secara higenis, tanpa bahan pengawet serta tanpa bahan

pewarna. Selain itu, posisi ketinggian teh gunung dempo juga paling sesuai, yaitu

berkisar antara 1000 sampai 1200 m. Jika terlalu tinggi, warna teh akan pekat.

Jika terlalu rendah rasa dan aromanya akan berkurang. Luas perkebunan teh

dilereng gunung tertinggi di SUM_SEL mencapai 1.478 hektar. Perkebunan

tersebut dikelolah oleh PTPN VII unit pagar alam. Produksi daun teh hitam rata-

rata menghasilkan 40 ton teh pucuk basah stiap hari dan cenderung meningkat

dalam setahun, produk teh gunung dempo rata-rata mencapai 14000-17000 ton teh

pucuk basah atau setara 3600-4250 ton teh kering

Page 20: Punya Dina

BAB.111. PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK LAPANG

3.1.1. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan kuliah kerja praktek lapang (K2PL) ini akan dilaksanakan

Selama dua bulan di mulai dari bulan Juli hingga bulan Agustus 2013 Di

PT.Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Usaha Pagar Alam yang terletak

di kaki gunung dempo. Jalan Raya Gunung Dempo km 10, Kelurahan Gunung

Dempo. Kecamatan Pagar Alam Selatan yang berjarak 9 km dari Kota Pagar

Alam provinsi sumatera selatan

3.1.2. Metode

Metode yang digunakan dalam K2PL ini adalah metode observasi langsung,yaitu

suatu metode yang dilakukan untuk mendapat data secara langsung dan aktual

melalui pengamatan dilapangan di PT. Perkebunan Nusantara VII (Peresero)

Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan.

3.1.2.2. Metode Pengambialan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan dalam praktik lapang ini adalah :

Pengambilan data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mengdakan

wawancara dengan pekerja di perkebunan teh di PT. Perkebunan Nusantara VII

(Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam terutama dengan pemetik teh.

Page 21: Punya Dina

Mencari data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan dan dokumen

perusahaan atau literatur yang berkaitan dengan manajemen pengolahan produksi

pada PT. Perkebunan Nusantara VII ( Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar

Alam.

3.1.3. Alat dan Bahan

Kendaraan,yang dipakai adalah mobil untuk melakukan survei lokasi K2PL di

PTPN VII Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam

Alat-Alat tulis untuk mengambil data dari hasil pemaparan menejer PTPN VII

Unit usaha Gunung Dempo Pagar Alam

Laptop untuk mengetik proposal yg akan di ajukan kepada pihak kampus sbagai

syarat untuk melakukan k2pl di PTPN VII Unit Usaha Gunung Dempo

Pagaralam.

3.1.4. Cara Kerja

1. Survei Pendahuluan

pada tanggal 1 mei 2013 kami melakukan survei yang pertama untuk

melaksanakan kuliah kerja praktek lapang (K2PL) untuk mengetahui situasi dan

kondisi yang ada pada perusahaan yang akan dijadikan tempat kuliah kerja

praktek lapang.

Page 22: Punya Dina

2. Tinjauan Lokasi

Pemberangkatan yang kedua yaitu tepatnya pada tanggal 3 juni 2013 ,pada

kunjungan yang kedua ini kami terjun langsung ke perkebunan teh PT.

Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Usaha Gunung Dempo untuk

melihat realita yang ada dilapangan.

3. Observasi Lapangan

Untuk observasi lapangan ini mahasiswa melakukan penelitian sesuai dengan

metode penelitian yang dipakai.

4. Pemberangkatan

Pemeberangkatan ke pagar alam akan dilaksanakan pada tanggal 5 juli 2013

untuk melaksanakan kuliah kerja praktek lapang (K2PL).

5. Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek Lapang

Pelaksanaan kuliah kerja praktek lapang ini akan dilaksanakan selama dua bulan

selaama dua bulan mahasiswa wajib melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan

oleh pihak fakultas pertanian maupun pihak perusahaan sesuai dengan devisi

masing-masing.

Page 23: Punya Dina

DAFTAR PUSTAKA

Adisewodjo. 1982. Bercocok Tanam Daun Teh. Aditya Media. Yogyakarta.

http://teh2tea. /2010/10/asal-mula-tanaman-teh-di-indonesia. Tuminah (2004)

http://google.com Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2001. 

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan,

Jakarta.

http://google.com sumber Hendry (Perpustakaan Universitas Indonesia)