12
Jurnal Euclid, vol.1, No.2 Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon 70 PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 oleh : Anggita Maharani Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Swadaya Gunung Jati [email protected] A. Pendahuluan Hasil studi PISA (Program for International Student Assessment ), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada Abstrak Untuk mengatasi masalah belajar, guru perlu mengadakan pendekatan pribadi disamping pendekatan instruksional dalam berbagai bentuk yang memugkinkan guru dapat lebih mengenal dan memahami siswa serta masalah belajarnya. Dalam proses pelaksanaannya, Kurikulum 2013 memiliki pola pikir dimana peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama melalui pola pembelajaran interaktif antara guru-peserta didik- masyarakat-lingkungan alam dan sumber/media lainnya. Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Kegiatan pendidikan seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Salah satu ciri dari pembelajaran matematika yang diusung oleh Kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik sangat relevan dengan teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Kata Kunci: Psikologi, Pembelajaran di SMK, Kurikulum 2013

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

70

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMKUNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

oleh :

Anggita Maharani

Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Swadaya Gunung Jati

[email protected]

A. PendahuluanHasil studi PISA (Program for

International Student Assessment), yaitustudi yang memfokuskan pada literasibacaan, matematika, dan IPA,menunjukkan peringkat Indonesia barubisa menduduki 10 besar terbawah dari 65negara. Keikutsertaan Indonesia didalam studi International Trends in

International Mathematics and ScienceStudy (TIMSS) dan Program forInternational Student Assessment(PISA) sejak tahun 1999 jugamenunjukkan bahwa capaian anak-anakIndonesia tidak menggembirakan. Hasilstudi TIMSS (Trends in InternationalMathematics and Science Study)menunjukkan siswa Indonesia berada

Abstrak

Untuk mengatasi masalah belajar, guru perlu mengadakan pendekatan pribadidisamping pendekatan instruksional dalam berbagai bentuk yang memugkinkan gurudapat lebih mengenal dan memahami siswa serta masalah belajarnya. Dalam prosespelaksanaannya, Kurikulum 2013 memiliki pola pikir dimana peserta didik harusmemiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensiyang sama melalui pola pembelajaran interaktif antara guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam dan sumber/media lainnya. Pendidikan tidak bisadilepaskan dari psikologi. Kegiatan pendidikan seperti pengembangan kurikulum,Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konselingmerupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisadilepaskan dari psikologi. Salah satu ciri dari pembelajaran matematika yang diusungoleh Kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatansaintifik sangat relevan dengan teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teoriVygotsky.

Kata Kunci: Psikologi, Pembelajaran di SMK, Kurikulum 2013

Page 2: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

71

pada ranking amat rendah dalamkemampuan1. memahami informasi yang komplek,2. teori, analisis dan pemecahan masalah,3. pemakaian alat, prosedur dan

pemecahan masalah dan4. melakukan investigasi.

Hal ini disebabkan antara lainbanyaknya materi uji yang ditanyakan diTIMSS dan PISA tidak terdapat dalamkurikulum Indonesia. Hasil studi inilah yangmelandasi lahirnya Kurikulum 2013 sebagaibentuk perubahan orientasi kurikulumdengan tidak membebani peserta didikdengan konten namun pada aspekkemampuan esensial yang diperlukan semuawarga negara untuk berperanserta dalammembangun negara pada masa mendatang.

Kurikulum 2013 telah diluncurkansecara resmi dan beberapa sekolah telahdijadikan percontohan termasuk sekolah-sekolah kejuruan (SMK). Guru-gurunyadilatih secara khusus dan mendapatpenunjang berupa buku ajar yangdisediakan oleh pemerintah. Dalampengembangannya, pemerintahmemberikan keleluasaan bagi SMK untukmengembangkan kejuruannya. Namunsampai saat ini masih belum tampak adanyapeningkatan mutu pendidikan SMK sejalandengan pemetaan mobilisasi lulusan SMK.Kebijakan pemerintah justru ditanggapioleh pengelola SMK dengan euforia. Izinpembangunan SMK dipermudah sehinggaSMK-SMK baru bermunculan. “Banyakpengelola yang mengutamakan sekolah ituberdiri tanpa memperhatikan bagaimanamengutamakan mengelola sumber dayamanusia dan mutu pendidikan di dalamnya”kata Samsudi dalam pidato padapengukuhanna sebagai Guru Besar seperti

dikutip Harian Kompas (Selasa, 15Desember 2009).

Sejalan dengan bermunculannyaSMK-SMK baru, maka peningkatankualitas lulusannya akan sangatdiperhitungkan. Industri dapat lebih leluasaselektif menerima lulusan SMK karenakuantitas lulusan yang semakin meningkat.Lebih lanjut Samsudi mengatakan bahwapendidikan SMK masih buruk. Banyakperusahaan yang lebih senang merekrutlulusan SMA karena dianggap lebihmemiliki kreativitas ketimbang lulusanSMK. Oleh karenanya, dalam kesempatanyang sama, Kartono selaku Kepala BidangPendidikan Menengah Dinas PendidikanJateng mengatakan kalau lulusan SMKtidak hanya dididik untuk mencaripekerjaan, tetapi juga dibekali dengankemandirian. Dengan demikian, lulusanSMK punya bekal untuk membuka usaha.Selain itu, lulusan SMK juga dibekalidengan kemampuan untuk mengikutipendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Guru merupakan salah satu elemenyang penting dalam sistem pendidikan disekolah. Seperti diungkapkan olehAunurrahman (2009) bahwa keberhasilanbelajar siswa disamping ditentukan olehfaktor-faktor internal, juga turutdipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktorekstern yang mempengaruhi asil belajarsiswa adalah:1. guru;2. Lingkungan Sosial (teman sebaya);3. Kurikulum Sekolah; dan4. Sarana dan Prasarana.

Tugas seorang guru adalahmembantu siswanya untuk mendapatkaninformasi, menggali ide-ide, keterampilan,nilai dan cara berfikir serta mengemukakanpendapat. Begitu pentingnya peran guru

Page 3: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

72

sebagai transformer, sehingga dapatdikatakan bahwa tidak akan ada perubahandan peningkatan kualitas siswa jika tidakdidahului dengan perubahan danpeningkatan kualitas gurunya.

Salah satu kompetensi yang harusdimiliki guru adalah kompetensipedagogik termasuk didalamnyakompetensi yang terkait dengan tugasguru sebagai pembimbing. Selama prosespembelajaran berlangsung, seyoganyaseorang guru dapat membimbingsiswanya tentang bagaimana belajar yangsesungguhnya (learning how to learn)dalam rangka memecahkan masalah(learning how to solve problem). Untukmengatasi masalah belajar, guru perlumengadakan pendekatan pribadidisamping pendekatan instruksionaldalam berbagai bentuk yangmemugkinkan guru dapat lebih mengenaldan memahami siswa serta masalahbelajarnya. Demikian pula berupaya terusmenerus mengkaji dan mencoba berbagaibentuk pendekatan dan teknik-teknikinovatif guna mengatasi keadaan yangdapat menghambat tercapainya tujuanbelajar.

Kurikulum 2013 bertujuan untukmempersiapkan manusia Indonesia agarmemiliki kemampuan hidup sebagaipribadi dan warga negara yangberiman, produktif, kreatif, inovatif,dan afektif serta mampu berkontribusipada kehidupan bermasyarakat,berbangsa, bernegara, dan peradabandunia. Dalam proses pelaksanaannya,Kurikulum 2013 memiliki pola pikirdimana peserta didik harus memilikipilihan-pilihan terhadap materi yangdipelajari untuk memiliki kompetensiyang sama melalui pola pembelajaran

interaktif antara guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam dansumber/media lainnya. Kurikulum 2013menganut: (1) pembelajaan yangdilakukan guru (taught curriculum)dalam bentuk proses yangdikembangkan berupa kegiatanpembelajaran di sekolah, kelas, danmasyarakat; dan (2) pengalaman belajarlangsung peserta didik (learned-

curriculum) sesuai dengan latarbelakang, karakteristik, dan kemampuanawal peserta didik. Pengalaman belajarlangsung individual peserta didikmenjadi hasil belajar bagi dirinya,sedangkan hasil belajar seluruh pesertadidik menjadi hasil kurikulum.

Khususnya bagi siswa SMKuntuk setiap rumpun keahlian, umumnyamenganggap bahwa belajar di SMKadalah belajar produktif, yaitu belajarbagaimana mereka dapat meningkatkanketerampilan produktifnya agar diterimadi Industri. Ketika mempelajarimatematika, kebanyakan siswamenganggap dirinya tidak memilikikemampuan untuk memecahkan masalah-masalah matematis. Matematika dianggapsebagai pelajaran yang tidak pentingbahkan tidak wajib dipelajari di SMK.Matematika dianggap tidak memilikirelevansi terhadap mata pelajaranproduktif. Anggapan-anggapan semacamitu tentunya tidak dapat dibiarkan. Ketikasiswa dibiarkan menganggap matematikatidak berguna bagi kehidupannya, makasiswa tidak akan termotivasi untukmemperoleh pengalaman langsung yangdapat berpengaruh kepada kehidupannyadi masa datang. Oleh karena itu, sangatlahpenting bagi guru untuk mempelajaripsikologi Pembelajaran Matematika di

Page 4: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

73

SMK agar permasalahan-permasalahanpmbelajaran yang muncul, dapat teratasi.

B. Pembelajaran Matematika di SMKJika dilihat dari aspek kompetensi

yang ingin dicapai, pelajaran matematikadi SMK bertujuan agar peserta didikmemiliki kemampuan1. memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsepdan mengaplikasikan konsep ataualgoritma, secara luwes, akurat, efisien,dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2. menggunakan penalaran pada pola dansifat, melakukan manipulasimatematika dalam membuatgeneralisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan gagasan dan pernyataanmatematika;

3. memecahkan masalah yang meliputikemampuan memahami masalah,merancang model matematika,menyelesaikan model dan menafsirkansolusi yang diperoleh;

4. mengkomunikasikan gagasan dengantopik, tabel, diagram, atau media lainuntuk memperjelas keadaan ataumasalah;

5. menghargai kegunaan matematikadalam kehidupan, yaitu memiliki rasaingin tahu, perhatian, dan minat dalammempelajari matematika, serta sikapulet dan percaya diri dalam pemecahanmasalah;

6. menalar secara logis dan kritis sertamengembangkan aktivitas kreatifdalam memecahkan masalah danmengkomunikasikan ide.

Di samping itu mata pelajaranmatematika memberi kemampuan untukmenerapkan matematika pada setiapprogram keahlian dan membekali peserta

didik kemampuan bekerjasama.Kompetensi tersebut diperlukan agarpeserta didik dapat memiliki kemampuanmemperoleh, mengelola, danmemanfaatkan informasi untuk bertahanhidup pada keadaan yang selalu berubah,tidak pasti, dan kompetitif. Ruang lingkupmata pelajaran matematika meliputi aspek-aspek :1. Operasi Bilangan;2. Persamaan, Pertidaksamaan, dan

Matriks;3. Trigonometri;4. Barisan dan Deret;5. Geometri Dimensi Dua;6. Vektor;7. Statistika;8. Kalkulus

Salah satu pertanyaan yangpaling menantang yang dihadapi olehguru matematika adalah “apa manfaatmateri yang dipelajari?” Sobel &Maletsky (2003: 53) mengatakan bahwaakan sangat menumbuhkan motivasi bilakita bisa menjelaskan aplikasi dari materiyang akan dipelajari. Namun sebagaicatatan, Sobel & Maletsky (2003: 54)mengatakan bahwa apa yang difikirkansebagai aplikasi murni bagi seorang gurutidak perlu aplikasi yang dipakai olehmurid-murid. Seorang murid akan merasapuas jika melihat bagaimana matematikadigunakan untuk menguji sebua rik ataujalan pintas. Bagi mereka, hal tersebutmerupakan aplikasi dari materi yangdipelajari. Terlebih bagi siswa SMK yangsebetulnya banyak aplikasi matematikayang bisa diintegrasikan oleh guru sesuaidengan persepsi aplikasi yang difikirkansiswa. Salah satu contoh aplikasi yang bisadisampaikan guru matematika kepada siswaSMK misalnya menghitung persentase

Page 5: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

74

kekuatan pelat (Q pelat) pada kelingan yangberimpit satu garis dengan rumus

Q Pelat =%100

T

DT

Jika jarak kedua paku keling dandiameternya diketahui.

Sebagai upaya untukmengoptimalkan proses dan hasilpembelajarannya, seorang guru seyogyanyamemiliki kemampuan dalam merancangskenario pembelajaran seperti pemilihanmetode pembelajaran, pemilihan alat/sumberbelajar, dan merancang bentuk evaluasi yangtepat serta memiliki kemampuan dalammengorganisasikan kelas termasukpengalokasian waktu dan pemilihan materibaik sesuai kurikulum maupun yang tidaktercantum secara eksplisit dalam kurikulum.

C. Pengertian Psikologi PembelajaranPentingnya pemahaman psikologi

diuraikan oleh Hill (2010:2) tentangbagaimana siswa mencari metode yangpembelajaran yang baik, guru yang inginmemperbaiki teknik pngajarannya di kelas,orang-orang di industri yang mencari carapelatihan bagi para pekerja mereka yangbaru, orangtua yang mencari cara terbaikdalam membesarkan anak-anaknya, parakonselor yang membatu kliennya secarasosial dan emosi, para pelatih binatang, danpara agen iklan yang berusahamemperknalkan produk kliennya kpadakonsumen.

Psikologi pembelajaran berasaldari kata “psikologi” dan “pembelajaran”.Asrori (2007:6) mendefinisikan psikologipembelajaran sebagai ilmu yang mengkajitentang mengapa, bilamana, dan bagaimanaproses pembelajarn berlangsung sebagaisuatu organisme. Siswa sebagai organisme

yang tumbuh dan berkembang memilikikarakteristik yang beragam dan amatkompleks. Ketika pembelajaran di kelasberlangsung, siswa memperoleh pengaruhdari beraneka ragam aspek yang ada didalam kelas. Sebagai buah dari apa yangdipelajarinya di dalam kelas, siswa memilikiperubahan pengetahuan, keterampilan, sikap,emosi, prilaku sosial dan berbagai reaksilainnya. Oleh sebab itu peran guru di dalamkelas tidak hanya sebagai pengajar, tetapisebagai pendidik sekaligus psikolog yangbertugas menganalisis situasi kompleks yangdihadapi siswa untuk kemudian memahamidan mencarikan solusi sesuai dengan prinsippembelajaran.

Sebuah kisah seorang siswabernama Alex yang suka denganmatematika, dikisahkan oleh Hill ketikapembelajaran matematika berlangsungmungkin dapat menginspirasi kita mengenaiperan psikologi bagi siswa. Topik yangdipelajari adalah mencari luas persegipanjang.Guru: bagaimanakah cara mencari luas

segitiga?(guru menggambar sebuahsegitiga dengan panjang salahsatusisi 4 cm dan satu sisi lagi 3 cm disebuah papan tulis lalu bertanyakepada siswa)

Alex : mencoba menerapkan aturanpersegi panjang tetapi dia tidaktahu bagaimana menerapkannya.

Guru: menggambar dua garis lagi,membuat sebuah persegi panjangdengan sisi miring dari segitigatersebut sebagai diagonalnya.

Alex: Luasnya 6, luas keseluruhanpersegi panjang adalah 12, danada dua segitiga dimana masing-

Page 6: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

75

masing segitiga adalah setengahdari persegi panjang tersebut.

Guru: Bagus Skali! Luasnya adalahsetengah dari 4 dikali 3.Matematika sangat mudahdipahami apabila kalianmenelesaikannya dengan carademikian.Kisah tersebut nampak sederhana

dan dapat dilakukan oleh setiap guruterhadap siswanya termasuk guru SMK.Aspek psikologis yang dapat ditemukantelah melibatkan motivasi, prilaku, sukses,dan kegagalan yang dapat berlangsungdalam situasi sosial yang dialami seorangsiswa bersama teman-temannya di dalamkelas. Komponen sinergi yang dibangunoleh guru, siswa, dan lingkungan (richenvironment) akan sangat mendukungkonstruktivism.

D. Psikologi Pembelajaran Matematikadalam Perspektif Kurikulum 2013

Hubungan psikologi danmatematika adalah hubungan psikologisebagai (1) kognisi studi matematika yaituperkembangan otak, akuisisi, danpenerapan kemampuan matematika; (2)perasaan dan sikap terhadap matematika;dan (3) penggunaan matematika dalampsikologi. Dalam hal hubungan psikologisebagai kognisi, mempelajari teori-teoribelajar atau disebut juga dengan psikologibelajar merupakan hal yang berkaitandengan perkembangan intelektual (mental)siswa.

Teori-teori dalam pembelajaranmenjadi perlu diketahui dan dipahami olehpara guru agar dapatmengimplementasikannya dalam prosespembelajaran.

Guru dalam menjalankanperannya sebagai pembimbing, pendidikdan pelatih bagi siswanya dituntutmemahami tentang berbagai karaktersiswa, sehingga dapat menjalankan tugasdan perannya secara efektif, yang padagilirannya dapat memberikan kontribusinyata bagi pencapaian tujuan pendidikandi sekolah. Di sinilah arti pentingPsikologi Pendidikan bagi guru.Penguasaan guru tentang psikologipendidikan merupakan salah satukompetensi yang harus dikuasai guru,yakni kompetensi pedagogik.

Lebih dari sepuluh dekade, paraprofesional pendidikan menyusun sebuahsistem untuk mengukur kualitasmengajar dan bagaimana menyediakanguru yang berkualitas melalui beberapakelompok seperti National Council for

Accreditation of Teacher Education

(NCATE), the Interstate New Teacher

Assesment and Support Consortium

(INTASC), dan the National Board for

Proffesional Teaching Standards

(NBPTS). Salah satu standar calon guruyang efektif sesuai NCATE adalahpengetahuan konten pedagogik. Dimanaguru memiliki pengetahuan dasar tentangstrategi mengajar dengan melibatkan isi,pengetahuan pedagogik, danketerampilan sesuai standar lembagauntuk membantu seluruh siswa dalambelajar. Mereka dapat memfasilitasisiswa mempelajari mata pelajaran danmempresentasikannya secara bermaknadan terintegrasi dengan teknologi (Martin& Loomis, 2007: 32). Lalu, apa yangdikatakan oleh para psikolog tentang guruyang efektif? Menurut William Glasser(Martin & Loomis, 2007: 29) setiapmanusia memiliki lima kebutuhan dasar:

Page 7: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

76

cinta, kekuatan, perlindungan,kebahagiaan, dan keberlangsungan hidup.Glasser mengidentifikasikan 6 kondisidasar kualitas mengajar di sekolah:1. sekolah harus hangat dan membangun

kelas yang sportif;2. siswa harus diminta untuk melakukan

hal-hal yang bermakna;3. siswa selalu diminta melakukan yang

terbaik yang dapat mereka lakukan;4. siswa diminta untuk mengevaluasi

pekerjaan mereka dan memperbaikinya;5. kualitas bekerja yang selalu baik;6. kualitas bekerja yang tidak pernah

destruktif.Persepsi psikologi lain tentang

pendidikan dikemukakan oleh Combs(Martin & Loomis, 2007: 29) mengenaibeliefs. Beliefs merupakan pembawaanlahir dan terintegrasi dalam kepribadianseseorang. Guru yang baik memeriksakeyakinannya dan merubahnya secarajelas. Teacher beliefs sangat pentinguntuk perkembangan proffesional.Immanuel Kant (Mason, 2002: 29)menunjukkan bahwa suksesi pengalamantidak menambahkan hingga pengalamansuksesi itu dan menunjukkan mengapamemperhatikan nilai disengajadiperlukan. Noticing nampak merupakangagasan yang sederhana dan tidak jelas.Namun pada kenyataannya untukmengubah tindakan kita, maka masukakal untuk bekerja dan memperdalamkepekaan kita untuk melihat aspek yangberbeda dari praktek profesional.

Pendidikan tidak bisa dilepaskandari psikologi. Kegiatan pendidikanseperti pengembangan kurikulum, ProsesBelajar Mengajar, sistem evaluasi, danlayanan Bimbingan dan Konselingmerupakan beberapa kegiatan utama

dalam pendidikan yang di dalamnya tidakbisa dilepaskan dari psikologi. Berbagaialiran psikologi yang mewarnaipendidikan pada intinya merupakan kajianpsikologis yang memberikan kontribusipada dunia pendidikan agar dapat berjalandengan tidak mengabaikan aspek perilakudan kepribadian siswa. Kajian psikologisdalam pengembangan kurikulumseyogyanya memperhatikan keunikanyang dimiliki oleh setiap individu, baikditinjau dari sisi intelektual, kemampuan,sikap, motivasi, perasaan sertakarakterisktik-karakteristik individulainnya. Kurikulum seyogyanya mampumemberikan kesempatan kepada setiapindividu untuk dapat berkembang sesuaidengan potensi yang dimilikinya, baikdalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.

Salah satu ciri dari pembelajaranmatematika yang diusung oleh Kurikulum2013, adalah pembelajaran denganmenggunakan pendekatan saintifik sangatrelevan dengan teori belajar yaitu teoriBruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.

E. Teori Presentasi BrunerTeori Bruner dikenal dengan

“belajar penemuan” atau “discoverylearning”. Jeromi Bruner dalam teorinyamengatakan bahwa belajar matematikaakan berhasil jika proses pengajarandiarahkan kepada konsep-konsep danstruktur-sruktur yang terbuat dalam pokokbahasan yang diajarkan, disampinghubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur (MKPBM2001: 44). Discovery termasuk ke dalamtpe penalaran induktif karena siswa belajardari contoh yang spesifik ke formula yang

Page 8: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

77

lebih umum dalam bentuk konsep danprinsip. Discovery learning seringkali jugadisebut dengan nama lain seperti problembased, inquiry, experiental, dankonstuktivist. Situasi discoverydigambarkan dengan siswa yang belajarpengetahuan baru yang relevan dengandomain dan kemampuan pemecahanmasalah secara umum sebagai rumusumum, pengujian hipotesis danmenemukan informasi (Scunk, 2009: 280).

Pada lampiran iv PeraturanMenteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 81A Tahun2013, untuk mencapai kualitas yang telahdirancang dalam dokumen kurikulum,kegiatan pembelajaran perlu menggunakanprinsip yang:1. berpusat pada peserta didik,2. mengembangkan kreativitas peserta

didik,3. menciptakan kondisi menyenangkan

dan menantang,4. bermuatan nilai, etika, estetika, logika,

dan kinestetika, dan5. menyediakan pengalaman belajar yang

beragam melalui penerapan berbagaistrategi dan metode pembelajaran yangmenyenangkan, kontekstual, efektif,efisien, dan bermakna.

Kurikulum 2013 menganutpandangan dasar bahwa pengetahuan tidakdapat dipindahkan begitu saja dari guru kesiswa. Siswa merupakan subjek yangmemiliki kemampuan secara aktifmencari, mengolah, mengkonstruksi, danmenggunakan pengetahuan. Untuk itupembelajaran harus memberikankesempatan siswa untuk mengkonstruksipengetahuan dalam proses kognitifnya.Ketika proses pembelajaran berlangsung,siswa didorong untuk menemukan sendiri

dan mentransformasikan informasikompleks, mengecek informasi barudengan yang sudah ada dalamingatannya, dan melakukanpengembangan menjadi informasi ataukemampuan yang sesuai denganlingkungan dan jaman tempat dan waktuia hidup.

Bruner mengemukakan bahwadalam proses belajarnya, anak melewati3 tahap yaitu:a. Tahap Enaktif

Dalam tahap ini anak secara langsungterlihat dalam memanipulasi

b. Tahap IkonikDalam tahap ini anak tidak langsungmemanipulasi objek seperti yangdilakukajn siswa pada tahap enaktif

c. Tahap SimbolikPada tahap ini anak tidak lagi terikatdengan objek-objek pada tahapsebelumnya.

Dalil yang dihasilkan Brunerberdasarkan pengamatannya (MKPBM,2001: 45) adalah dalil-dalil penyusunan(construction theorem), dalil notasi(notation theorem), dalil kekontrasan dandalil keanekaragaman (contras and

variation theorem), dan dalil pengaitan(connectivity theorem).

Berikut ini langkah Langkah-

langkah Operasional Implementasi dalam

Proses Pembelajaran:

1. Menentukan tujuan pembelajaran

Melakukan identifikasi karakteristik

peserta didik (kemampuan awal, minat,

gaya belajar, dan sebagainya)

2. Memilih materi pelajaran.

Menentukan topik-topik yang harus

dipelajari peserta didik secara induktif

(dari contoh-contoh generalisasi)

Page 9: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

78

3. Mengembangkan bahan-bahan belajar

yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,

tugas dan sebagainya untuk dipelajari

peserta didik

4. Mengatur topik-topik pelajaran dari

yang sederhana ke kompleks, dari yang

konkret ke abstrak, atau dari tahap

enaktif, ikonik sampai ke simbolik

5. Melakukan penilaian proses dan hasil

belajar peserta didik

Menurut Syah (Kmendikbud

2013: 30) dalam mengaplikasikan strategi

discovery learning di kelas, ada beberapa

prosedur yang harus dilaksanakan dalam

kegiatan belajar mengajar secara umum

sebagai berikut:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian

rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini

pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian

dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk

menyelidiki sendiri. Disamping itu guru

dapat memulai kegiatan PBM dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca

buku, dan aktivitas belajar lainnya yang

mengarah pada persiapan pemecahan

masalah. Stimulasi pada tahap ini

berfungsi untuk menyediakan kondisi

interaksi belajar yang dapat

mengembangkan dan membantu peserta

didik dalam mengeksplorasi bahan.

2. Problem statement (pernyataan/

identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulation

langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin

agenda-agenda masalah yang relevan

dengan bahan pelajaran, kemudian salah

satunya dipilih dan dirumuskan dalam

bentuk hipotesis (jawaban sementara atas

pertanyaan masalah) (Syah dalam

kemndikbud 2013: 30). Memberikan

kesempatan peserta didik untuk

mengidentifikasi dan menganalisa

permasalahan yang mereka hadapi,

merupakan teknik yang berguna dalam

membangun peserta didik agar mereka

terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

3. Data collection (pengumpulan data).

Ketika eksplorasi berlangsung

guru juga memberi kesempatan kepada

para peserta didik untuk mengumpulkan

informasi sebanyak-banyaknya yang

relevan untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesis (Syah dalam

kmendikbud, 2013: 31). Pada tahap ini

berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar tidaknya hipotesis,

dengan demikian anak didik diberi

kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang

relevan, membaca literatur, mengamati

objek, wawancara dengan nara sumber,

melakukan uji coba sendiri dan

sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini

adalah peserta didik belajar secara aktif

untuk menemukan sesuatu yang

berhubungan dengan permasalahan yang

dihadapi, dengan demikian secara tidak

disengaja peserta didik menghubungkan

masalah dengan pengetahuan yang telah

dimiliki.

4. Data processing (pengolahan data)

Page 10: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

79

Menurut Syah (kmendikbud 2013:

31) pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi yang telah

diperoleh para peserta didik baik melalui

wawancara, observasi, dan sebagainya,

lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah,

diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan

bila perlu dihitung dengan cara tertentu

serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan

tertentu (Djamarah dalam kemendikbud,

2013: 31). Data processing disebut juga

dengan pengkodean coding/kategorisasi

yang berfungsi sebagai pembentukan

konsep dan generalisasi. Dari generalisasi

tersebut peserta didik akan mendapatkan

pengetahuan baru tentang alternatif

jawaban/ penyelesaian yang perlu

mendapat pembuktian secara logis

5. Verification (pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik

melakukan pemeriksaan secara cermat

untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis yang ditetapkan tadi dengan

temuan alternatif, dihubungkan dengan

hasil data processing (Syah dalam

kemendikbud 2013: 31). Berdasarkan hasil

pengolahan dan tafsiran, atau informasi

yang ada, pernyataan atau hipotesis yang

telah dirumuskan terdahulu itu kemudian

dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah

terbukti atau tidak.

6. Generalization (menarik

kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik

kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip

umum dan berlaku untuk semua kejadian

atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi (Syah

dalam kemendikbud, 2013: 32).

Berdasarkan hasil verifikasi maka

dirumuskan prinsip-prinsip yang

mendasari generalisasi. Setelah menarik

kesimpulan peserta didik harus

memperhatikan proses generalisasi yang

menekankan pentingnya penguasaan

pelajaran atas makna dan kaidah atau

prinsip-prinsip yang luas yang mendasari

pengalaman seseorang, serta pentingnya

proses pengaturan dan generalisasi dari

pengalaman-pengalaman itu.

F. Psikologi Perkembangan Kognitif

Piaget

Teori Piaget (Kemendikbud. 2013:

2) menyatakan bahwa belajar berkaitan

dengan pembentukan dan perkembangan

skema (jamak skemata). Skema adalah

suatu struktur mental atau struktur kognitif

yang dengannya seseorang secara

intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi

lingkungan sekitarnya (Baldwin dalam

kemendikbud 2013: 2). Skema tidak pernah

berhenti berubah, skemata seorang anak

akan berkembang menjadi skemata orang

dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya

perubahan skemata disebut dengan adaptasi.

Proses terbentuknya adaptasi ini dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan

akomodasi. Asimilasi merupakan proses

kognitif yang dengannya seseorang

mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa

persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun

pengalaman baru ke dalam skema yang sudah

ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat

berupa pembentukan skema baru yang dapat

Page 11: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

80

cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada

atau memodifikasi skema yang telah ada

sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang

ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya

penyeimbangan atau ekuilibrasi antara

asimilasi dan akomodasi.

Berdasarkan hasil penelitinannya,Piaget (MKPBM, 2001: 39) mengemukakan 4tahap perkembangan kognitif dari setiapindividu sesuai dengan perkembanganusianya, yaitu:1. Tahap Sensori Motor (lahir – 2 thn)

Pada tahap ini pengalaman yangdiperoleh anak berasal dari perbuatan fisik.2. Tahap Pra Operasional ( 2 – 7 thn)

Pada tahap ini anak sudah mngalamipengorganisasian oprasi konkret brupatindakan-tindakan kognitif sprtimengklasifikasikan (classifying), menatabenda (seritation), dan membilang(counting).

3. Tahap Operasi Kongkret (7 – 11 thn)Pada tahap ini anak sudah memahamioperasi logis dengan bantuan bendakongkret

4. Tahap Operasi Formal (11 – dewasa)Anak pada tahap ini sudah mampumelakukan penalaran denganmenggunakan hal-hal yang abstrak.

G. Psikologi Sosial Vygotsky

Vygotsky (kemendiknas, 2013: 3)

dalam teorinya menyatakan bahwa

pembelajaran terjadi apabila peserta didik

bekerja atau belajar menangani tugas-tugas

yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu

masih berada dalam jangkauan kemampuan

atau tugas itu berada dalam zone of proximal

development daerah terletak antara tingkat

perkembangan anak saat ini yang

didefinisikan sebagai kemampuan

pemecahan masalah di bawah bimbingan

orang dewasa atau teman sebaya yang lebih

mampu. Terdapat dua buah konsep penting

dalam teori Vygotsky yaitu Zone of

Proximal Development (ZDP) dan

Scaffolding.

Teori Vygotsky menekankan pada

interaksi sosial yaitu kerjasama, saling

bertukar pendapat antara sesama siswa

ataupun antara siswa dengan guru dalam

pembelajaran. Rusman (2010: 244)

menjelaskan perkembangan intelektual

terjadi pada saat individu berhadapan dengan

pengalaman baru dan menantang serta ketika

mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang dimunculkan. Dalam upaya

mendapatkan pemahaman, individu

berusaha mengkaitkan pengetahuan baru

dengan pengetahuan awal yang dimilikinya

kemudian membangun pengertian baru.

Menurut Vygotsky jalan pikiran

seseorang harus dimengerti dari latar sosial-

budaya dan sejarahnya. Artinya bahwa untuk

memahami jalan pikiran seseorang harus

dilihat dari asal-usul tindakan sadarnya, dari

interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah

hidupnya. Vygotsky meyakini bahwa

interaksi sosial dengan teman lain memacu

terbentuknya ide baru dan memperkaya

perkembangan intelektual siswa.

H. Kesimpulan

Pada akhirnya yang menjadi

tujuan dalam strategi discovery learning

menurut Bruner (Kemendikbud, 2013: 28)

adalah hendaklah guru memberikan

kesempatan kepada muridnya untuk

menjadi seorang problem solver, seorang

scientist, historin, atau ahli matematika.

Page 12: PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …

Jurnal Euclid, vol.1, No.2

Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

81

Dan melalui kegiatan tersebut peserta didik

akan menguasainya, menerapkan, serta

menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi

dirinya. Karakteristik yang paling jelas

mengenai discovery sebagai strategi

mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-

tingkat inisial (pemulaan) mengajar,

bimbingan guru hendaklah lebih berkurang

dari pada strategi-strategi mengajar lainnya.

Hal ini tak berarti bahwa guru

menghentikan untuk memberikan suatu

bimbingan setelah problema disajikan

kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang

diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya

melainkan pelajar diberi responsibilitas

yang lebih besar untuk belajar sendiri.

Proses pembelajaran pada

Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-

langkah pendekatan ilmiah (scientific

appoach) dalam proses pembelajaran

meliputi menggali informasi melaui

pengamatan, bertanya, percobaan,

kemudian mengolah data atau informasi,

menyajikan data atau informasi, dilanjutkan

dengan menganalisis, menalar, kemudian

menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata

pelajaran, materi, atau situasi tertentu,

sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak

selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.

Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses

pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-

nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari

nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.[

I. DAFTAR RUJUKAN

Aunurrahman. (2009). Belajar danPembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran.Bandung: CV Wacana Prima

Hill, W. F. (2010). Theories of Learning.Bandung: Nusa Media

Kementrian Pendidikan Nasional. (2013)Kemendikbud. Pendekatan danStrategi PembelajaranSD/SMP/SMA/SMK. Jakarta.

Loomis, K.S & Martin, D. J. (2007).Building Teachers A ConstructivictApproach to Introduction Education.USA: Wadsworth.

Mason, J. (2002). Researching Your OwnPractice The Discipline of Noticing.New York: Routledge

Rusman. (2010). Model-modelPembelajaran MengembangkanProfesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sobel, M. A & Maletsky, E. M. (2003).Mengajar Matematika. Jakarta:Erlangga