9
PSIKOLOGI KONSUMEN Psikologi Konsumen Psikologi konsumen adalah suatu ilmu dari cabang psikologi dan ilmu ini memiliki cangkupan ilmu lain juga yang cukup luas, contoh yang paling jelas adalah berbau ilmu ekonomi. Karena menurut pandangan filsafat ilmu, bahwa ilmu saling melengkapi dan mengisi. Psikologi konsumen ini juga demikian, agar suatu ilmu semakin sempurna (kompleks) dan bermanfaat bagi manusia. Perilaku Konsumen Dari Sudut Pandang Psikologi Menurut Wikipedia konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Psikologi konsumen = perilaku konsumen, Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen diartikan “Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow this action”. Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang

Psikologi konsumen (Psikologi Industri)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Psikologi konsumen (Psikologi Industri)

PSIKOLOGI KONSUMEN

 

Psikologi Konsumen

Psikologi konsumen adalah suatu ilmu dari cabang psikologi dan ilmu ini memiliki cangkupan

ilmu lain juga yang cukup luas, contoh yang paling jelas adalah berbau ilmu ekonomi. Karena

menurut pandangan filsafat ilmu, bahwa ilmu saling melengkapi dan mengisi. Psikologi

konsumen ini juga demikian, agar suatu ilmu semakin sempurna (kompleks) dan bermanfaat bagi

manusia.

Perilaku Konsumen Dari Sudut Pandang Psikologi

Menurut Wikipedia konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Psikologi konsumen = perilaku konsumen,

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen diartikan “Those actions

directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the

decision processes that precede and follow this action”.

Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam

memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan

yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut.

Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang

barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing

Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan

kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya.

Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan

aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005). Perilaku konsumen

menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku

Page 2: Psikologi konsumen (Psikologi Industri)

konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian,

penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).

Pengertian

1. Konsumsi

Segala kegiatan atau tindakan menghabiskan atau mengurangi kegunaan (daya guna) barang dan

jasa untuk memenuhi kebutuhan. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-

barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang

yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan

barang konsumsi. Contohnya seorang wanita yang menggunakan lipstik atau bedak setiap hari

sehingga lipstik dan bedak tersebut habis karena sering digunakan. Dengan demikian, wanita

tersebut telah mengkosumsi lipstik atau bedak tersebut.

2. Konsumen

Setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali (Jawa: kulakan),

maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi

bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki

prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak

konsumen. Menurut Kamus Advance Oxford Konsumen diartikan sebagai “person who uses

goods those which direcly satisfied human needs and desire” dan dibagi menjadi dua:

a.      Konsumen individual

Konsumen yang membeli barang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, biasanya Konsumen

Individual bebas membeli barang dengan sedikit bahkan tanpa pengaruh dari orang lain,

konsumen jenis ini yang disebut sebagai ultimate konsumen.

b.      Konsumen Institusional

Konsumen jenis ini pembelian barang yang dilakukan bukan untuk menuhi kebutuhannya sendiri

namun untuk memenuhi kebutuhan orang ketiga / orang banyak atau untuk keperluan produksi

dari barang-barang tertentu, pada konsumen jenis ini pengambilan keputusan untuk membeli

suatu barang diambil melalui banyak pertimbangan dan dipengaruhi oleh banyak orang. Dari

Page 3: Psikologi konsumen (Psikologi Industri)

contoh yang telah dijelaskan pada penjelasan mengenai konsumsi diatas, yang dimaksud

konsumen ialah wanita yang melakukan kegiatan konsumsi tersebut.

3.      Konsumtif

Perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, yang mendahulukan

keinginan daripada kebutuhan. Konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk

mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk

mencapai kepuasan yang maksimal. Namun konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada

perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk

barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Misalnya sebagai ilustrasi, seseorang

memiliki penghasilan 500 ribu rupiah. Ia membelanjakan 400 ribu rupiah dalam waktu tertentu

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sisa 100 ribu ia belanjakan sepasang sepatu karena

sepatu yang dimilikinya untuk bekerja sudah rusak. Dalam hal ini orang tadi belum disebut

berperilaku konsumtif. Tapi apabila ia belanjakan untuk sepatu yang sebenarnya tidak ia

butuhkan (apalagi ia membeli sepatu 200 ribu dengan kartu kredit), maka ia dapat disebut

berperilaku konsumtif.

4.      Konsumerisme

Gerakan konsumen (consumer movement) yang mempertanyakan kembali dampak-dampak

aktivitas pasar bagi konsumen (akhir). Dalam pengertian lebih luas, istilah konsumerisme, dapat

diartikan sebagai gerakan yang memperjuangkan kedudukan yang seimbang antara konsumen,

pelaku usaha dan negara dan gerakan tidak sekadar hanya melingkupi isu kehidupan sehari-hari

mengenai produk harga naik atau kualitas buruk, termasuk hak asasi manusia berikut dampaknya

bagi konsumer. Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia kontemporer (Peter Salim, 1996), arti

konsumerisme (consumerism) adalah cara melindungi publik dengan memberitahukan kepada

mereka tentang barang-barang yang berkualitas buruk, tidak aman dipakai dan sebagainya.

Selain itu, arti kata ini adalah pemakaian barang dan jasa. Bila kita telesuri makna kata

konsumtivisme maupun konsumerisme bukan sesuatu hal yang baru. Sebab pada dasarnya -isme

yang satu ini ternyata sudah lama ada dan sejak awal telah mengakar kuat di dalam kemanusiaan

kita (our humanity). Hal ini bisa kita lihat dari ekspresinya yang paling primitif hingga yang

paling mutakhir di jaman modern ini. Contohnya dalam film ataupun sinetron di TV dimana

menceritakan ataupun menampilkan tingkah laku para istri “orang berada” dalam suatu acara

arisan yang masing-masing diantaranya bersaing atau berlomba-lomba memamerkan perhiasan

Page 4: Psikologi konsumen (Psikologi Industri)

baru ataupun barang-barang mahal yang baru dimilikinya. Dari cerita tersebut kita dapat melihat

dimana konsumerisme terjadi.

Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Konsumen

Di dalam perilaku konsumen terdapat pengaruh yang berasal dari lingkungan, yang berasal dari:

a. Faktor-faktor Kebudayaan

Faktor-faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Kita

akan membahas peranan yang dimainkan oleh kebudayaan, sub budaya, dan kelas sosial

pembeli.

Kebudayaan

Adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk

yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian

besar adalah dipelajari.

Anak yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat mempelajari seperangkat nilai dasar, persepsi,

preferensi, dan perilaku melalui sebuah proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan berbagai

lembaga penting lainnya. Karena itu, seseorang anak yang dibesarkan dalam kebudayaan tertentu

akan mempunyai nilai-nilai kebudayaan tertentu pula (seperti nilai prestasi dan keberhasilan,

aktivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kemajuan, kenyataan, kenyamanan material, individualisme,

kebebasan, kenikmatan eksternal, kemanusiaan dan sikap serta jiwa muda).

Sub Budaya

Setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan

identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya.

Kelas Sosial

Sebenarnya, semua masyarakat manusia menampilkan lapisan-lapisan sosial. Lapisan-lapisan

sosial ini kadang-kadang berupa sebuah sistem kasta dimana para anggota kasta yang berbeda

memikul peranan tertentu dan mereka tak dapat mengubah keanggotaan kastanya. Malah lebih

Page 5: Psikologi konsumen (Psikologi Industri)

sering  lapisan sosial itu berbentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah sebentuk kelompok yang

relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah urutan

jenjang dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat dan tingkah laku sama.

b. Faktor-Faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok

referensi keluarga, status, dan peranan sosial.

Kelompok Referensi

Perilaku seseorang amat dipengaruhi oleh berbagai kelompok-kelompok yang memberikan

pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.

Keluarga

Para anggota keluarga dapat mempengaruhi dengan kuat terhadap perilaku membeli. Kita dapat

membedakan dua maaca keluarga dalam kehidupan pembeli. Pertama, keluarga sebagai sumber

orientasi yang terdiri dari orangtua. Kedua, keluarga sebagai sumber keturunan, disani adanya

hubungan yang saling mempengaruhi (suami-istri dan anak).

Peranan dan Status

Sepanjang kehidupan, seseorang terlibat dalam beberapa kelompok, yaitu : keluarga, klub dan

organisasi. Kedudukan seseorang dalam  setiap kelompok dapat diartikan sebagai Peranan dan

Status.

c. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia dan

daur hidupnya, pekerjaannya, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.

d. Faktor Psikologis

Pilihan seseorang membeli juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu :

motivasi, persepsi belajar, kepercayaan dan sikap.

Page 6: Psikologi konsumen (Psikologi Industri)

Motivasi

Seperti yang diterangkan oleh teori Robert Maslow: Dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan

fisiologis (lapar, haus), disusul kebutuhan-kebutuhan keselamatan (perasaan aman,

perlindungan), kemudian kebutuhan-kebutuhan sosial (perasaan menjadi anggota lingkungan dan

dicintai), selanjutnya kebutuhan-kebutuhan untuk dihargai (harga diri, pengakuan, status) dan

mengkerucut ke kebutuhan-kebutuhan pernyataan diri (pengembangan dan perwujudan diri).

Persepsi

Fenomena yang ditangkap oleh panca indera dan dimaknai oleh pikiran.

Belajar

Sewaktu orang berbuat, mereka belajar. Belajar menggambarkan perubahan  dalam perilaku

seseorang individu yang bersumber dari pengalaman.

Kepercayaan dan Sikap

Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap. Kepercayaan adalah

gagasan deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap,  menggambarkan

penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional dan

kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa obyek atau

gagasan.