Upload
zulastina-meity
View
89
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
CHAPTER 1
Psikologi industri berkaitan dengan pengelolaan yang efisien dari tenaga kerja/pekerja dan
masalah yang dihadapi oleh tenaga kerja di lingkungan kerjanya. Dahulu, tenaga kerja
diperlakukan sebagai mesin, dan atasan mereka/boss hanya memperhatikan tentang produksi
yang tinggi namun dengan biaya yang rendah tanpa melihat kondisi para pekerja. Namun,
seiring dengan berjalannya waktu, manajemen juga memperhatikan para pekerja. Nyamannya
para pekerja untuk bekerja, mereka juga akan memberikan kontribusi yang maksimal.
Dengan kondisi kerja yang memadai, distribusi yang tepat, kompensasi yang menarik,
pemimpin yang efektif, dll, maka organisasi akan mencapai keberhasilan.
Psikologi industri adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di tempat kerja yang
timbul dalam proses produksi, distribusi, konsumsi barang dan jasa industri.
Menurut Thomas W. Harrell, ‘Psikologi Industri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari manusia secara individual dan berkelompok dan hubungan antara individual dan
berkelompok.’
Menurut Tiffin dan McCormick, ‘Psikologi Industri adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia di beberapa aspek dalam hidup, yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan
lain- lain.
Ada beberapa karakteristik dari ilmu psikologi industri, yaitu
Systematic study/studi sistematis – Psikologi Industri adalah studi sistematis dari
perilaku manusia, yang terkait dengan mengumpulkan informasi mengenai perilaku
manusia di tempat kerja dengan faktor yang berbeda- beda atau kondisi di tempat
kerja, yang mempengaruhi mereka secara personal.
Research/penelitian – Psikologi Industri adalah bagian dari penelitian. Informasi yang
dikumpulkan dari pekerjaan harus dijalankan, dan administrasi para pekerja adalah
aplikasi penerapan penelitian tersebut.
Functional/applied (fungsional/penerapan) – Penerapan aplikasi pada informasi
tentang perilaku manusia yang terkait dengan berbagai macam masalah di industri.
Human engineering – Mempelajari tentang berbagai metode untuk mendapatkan
manfaat yang lebih baik dan mengurangi beberapa gerakan yang tidak diperlukan.
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI INDUSTRI
Scienstific pemilihan tenaga kerja – psikologi industri menawarkakan berbagai test
psikologi seperti wawancara sistematis yang mendalam, test psikologis kecerdasan,
bakat, keterampilan, kemampuan, karakteristik pribadi, dll. Test ini akan menentukan
pekerjaan para kandidat.
Pembagian kerja yang tepat – pekerjaan harus benar- benar sesuai dengan
kemampuan, bakat, keterampilan, karena dapat mempengaruhi para pekerja untuk
bekerja secara nyaman dan puas.
Mengurangi/meminimalkan tenaga/energi manusia – psikologi industri mencoba
untuk meminimalkan tenaga/energi manusia dalam bekerja. Di psikologi industri
dipelajari tentang faktor psikologis yang disebabkan karena kelelahan, kecelakaan,
dan psikologi industri juga memberikan saran/suggestion kepada para pekerja agar
menghindari hal tersebut.
Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja – dengan mengenalkan lingkungan kerja
yang memadai melalui kepuasan kerja, meningkatkan efisiensi kerja, dan menyatakan
insentif yang lebih tinggi.
Peningkatan hubungan manusia – sebagian besar masalahtimbul dalam industri yang
terhubung ke hubungan manusia. Jika pekerja merasa kemudahan dengan keadaan
sekitarnya maka, secara otomatis mereka mendapatkan motivasi dan produktivitas
yang lebih tinggi.
Mengembangkan hubungan industrial - Psikologi industri mempelajari perilaku/sikap
pemberi kerja/majikan dan para pekerjanya/karyawannya. Secara individu, pemikiran
dan perilaku mereka berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, ukuran yang berbeda
dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan masing –
masing individu seperti promosi, keluhan, dll.
Menaikan produksi – agar organisasi mendapatkan output yang terbaik dari sumber
daya yang ada, perlunya kerja yang didistribusikan dengan baik, adanya pencegahan
kecelakaan, dan keselamatan yang disarankan.
Psikolog Asosiasi Amerika, Industri psikolog, menyebutkan tujuh bidang utama
yang terdiri dari area konten psikologi industri. Ini adalah:
(1) Seleksi dan pengujian.
(2) Manajemen pembangunan.
(3) Konseling.
(4) Motivasi karyawan.
(5) Human engineering.
(6) Penelitian Pemasaran.
(7) Penelitian Public Relation/Hubungan masyarakat .
Sejarah Perkembangan Psikologi Industri
Pada tahun 1897, Bryan & Harter menerbitkan makalah pertama mereka tentang studi
dan penerapan psikologi pada kesalahan dalam kegiatan bekerja (kode Morse
telegraphic).
Pada tahun 1901, Amerika menggunakan bantuan psikolog industri untuk menghadapi
sejumlah masalah yag berkaitan dengan produksi, efisiensi dan para pekerja secara
individu. Dan Inggris mulai menggunakan psikolog industri setelah Amerika.
Pada tahun 1913, buku pertama, “The Psychology of Efisiensi Industri”, yang ditulis
oleh Hugo Munsterberg menganalisis berbagai masalah yang dihadapi oleh industri.
Dewan Riset Kelelahan/the Fatigue Research Board menemukan masalah yang
berhubungan dengan jam kerja, kondisi pekerjaan, masalah yang terkait dengan
kelelahan monoton, kecelakaan, kemanan tindakan, dan hal- hal lainnya yang terkait
dengan pekerjaan.
Pada tahun 1925, psikologi sosial dari industri menggunakan industri psikologi untuk
meneliti hubungan interpersenal dan intrapersonal, teori motivasi, dan pentingnya
komunikasi. Pada tahun 1917, Jurnal dari psikologi terapan dikenal sebagai subjek
psikologi terapan. Pada tahun 1927, kelompok Hawthorne mengubah tren dan
pendekatan psikologi industri dari ekonomi sosial, dan dari sikap kerja yang
berorientasi kepada pekerja.
Perhatian difokuskan pada hubungan manusia dan berbagai masalah sosial di industri
dari tahun 1940-an dan di tahun 1950-an. Masalah berkaitan dengan pengawasan,
dinamika kelompok, kepemimpinan, interaksi para pekerja dengan orang lain, sikap,
moral, kepuasan kerja, proses komunikasi dan lain- lain. Pada awal tahun 1960,
organisasi psikologi mulai memasuki bidang psikologi industri. Para psikolog yang
memberikan kontribusi untuk perkembangan psikologi industri adalah Walter, Dill
dan Scott.
Setelah perang dunia keua, psikologi industri mendapat penghargaan khusus dari
Psikolog India, dan di India penelitian psikologi industri dipercepat setelah tahun
1950-an. Pada 1970-an, psikologi industri dibagi menjadi pembagian psikologi
industri dan organisasi.
CHAPTER 2
MANAJEMEN ILMIAH
Peningkatan efisiensi dalam industri adalah tujuan utama dari psikologi industri. Pada
setiap perusahaan, ketika barang diproduksi, peningkatan produksi dengan biaya yang
rendah menjadi pertimbangan utama untuk pertumbuhan perusahaan.
SEKOLAH MANAJEMEN ILMIAH
Frederick Winslow Taylor merencang sistem yang disebut manajemen ilmiah, bentuk
rekayasa industri yang mendirikan organisasi kerja seperti jalur perakitan Ford. Teori
manajemen ilmiah berasal dari kebutuhan untuk meingkatkan produktivitas. Satu-
satunya cara untuk memperluas produktivitas adalah dengan meningkatkan efisiensi
kerja. Karena itu, Frederick W. Taylor, Hrnry Gantt, dan Frank dan Lillian gilberth
menyusun prinsip yang dikenal sebagai teori manajemen ilmiah. Manajemen ilmiah
(juga disebut Taylorisme atau sistem Taylor) adalah teori manajemen yang
menganalisis dan mensitesis alur kerja, dengan tujuan meningkatkan produktivitas
tenaga kerja.
Taylor adalah mandor untuk Midvale Steel Company di Philadelphia (1878-1890).
Taylor mengamati bahwa di bawah pengawasannya para pekerja bekerja lebih lambat.
Manajemen di Midvale Steel memiliki sedikit pengetahuan tentang pekerjaan yang
dilakukan di pabrik. Taylor mengungkapkan filosofinya pada empat prinsip dasar.
1. Perkembangan ilmu sebenarnya dari manajemen bukan aturan yang praktis.
Maka, metode terbaik untuk melakukan tugas masing-masing dapat
ditentukan.
2. Pemilihan para pekerja. Setiap pekerja diberi tanggung jawab untuk tugas
yang paling cocok bagi mereka.
3. Pendidikan dan pengembangan para pekerja.
4. Kerjasama antara manajemen dan tenaga kerja.
Taylor berpendapat bahwa keberhasilan prinsip-prinsip ini memerlukan “jiwa revolusi
yang lengkap” pada bagian dari manajemen dan tenaga kerja. Taylor percaya
keuntungan di kedua belah pihak akan meningkat jika kedua belah pihak
meningkatkan produksi. Employerr/pengusaha/majikan dapat membayar lebih kepada
pekerja yang lebih produktif daripada yang lain. Dengan demikian para pekerja
didesak untuk melampaui standar kinerja mereka sebelumnya untuk mendapatkan gaji
yang lebih. Taylor menyebut rencananya sistem tingkat diferensial. Taylor percaya
bahwa manajemen dan tenaga kerja memiliki kepentingan bersama dalam
meningkatkan produktivitas.
Daripada mengandalkan metode kerja tradisional, beliau menganalisis dan
menghitung gerakan para pekerja baja dalam serangkaian pekerjaan.
Dengan menggunakan studi waktu, Taylor dapat memilah setiap pekerjaan ke dalam
komponen dan merancang metode tercepat dan terbaik .
KETERBATASAN TEORI MANAJEMEN ILMIAH
Waktu adalah yang terpenting dalam sistem Taylor. Metode Taylor menyebabkan
peningkatan dramatis dalam produktivitas dan upah yang lebih tinggi. Namun, para
pekerja mulai menentang dengan metode ini, karena mereka takut bahwa bekerja
lebih keras atau lebih cepat akan menguras pekerjaan apapun yang meneyebabkan
PHK. Mereka keberatan dengan kecepatan yang mencapai tekanan berlebihan pada
karyawan untuk melakukan lebih cepat dalam melakukan pekerjaannya.
Penekanan pada produktivitas dan profitabilitas secara ekstensi menyebabkan
beberapa manajer mengeksploitasi para pekerja dan pelanggan. Akibatnya banyak
pekerja bergabung dengan serikat buruh.
Praktek manajemen ilmiah membawa perbaikan dalam konsistesi dan efisiensi proses
kerja. Namun, praktek manajemen ilmiah ini juga dikritik karena sering melakukan
pekerjaan yang monoton, bahakan kadang-kadang mengakibatkan backlashes. Selain
itu, para pekerja tidak suka dalam penggunaan stopwatch.
HENRY L. GANNT
Henry L. Gannt (1861-1919) bekerja sama dengan Taylor pada beberapa proyek tetapi
ketika ia bekerja sebagai konsultan insinyur industri , Gannt mulai
memikirkan kembali sistem insensitive Taylor.
Setiap pekerja yang selesai lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya, akan
mendapatkan bonus 50 persen.
Kemudian Gannt memberikan motivasi kedua, supervisor akan mendapatkan
bonus untuk setiap pekerja yang mencapai standar harian.
Ditambah bonus jika semua pekerja mencapai standar harian.
alasan Gannt ini memacu para supervisor untuk melatih pekerja mereka untuk
melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Setiap kemajuan pekerja dinilai dan dicatat dalam tabel grafik secara individu.
Dengan tabel ini, mereka merasa dihargai.
THE GILBRETHS
. Gilbreth Frank B. dan Lillian M.Gilbreth menggabungkan metode FW Taylor
dengan studi gerak karya mereka. Lillian dan Franck fokus pada cara- cara untuk
meningkatkan kesejahteraan pekerja secara individu. Tujuan utama dari manajemen
ilmiah adalah untuk membantu para pekerja mencapai potensi penuh atau kemampuan
mereka sebagai manusia. Lillian dan Franck mencoba menghilangkan gerakan yang
tidak perlu agar mengurangi kelelahan. Dengan menggunakan kamera film, mereka
mencoba untuk mengetahui gerakan yang paling ekonomis untuk setiap tugas, agar
meningkatkan kinerja dan mengurangi kelelahan.
CHAPTER 3
Dari studi sebelumnya, ditunjukkan bahwa organisasi memberikan perhatian lebih
pada jumlah produksi, sehingga membayar upah lebih untuk pekerja mereka. Tetapi
disadari bahwa dengan memberikan produksi yang tinggi upah tidak akan pernaha
menjadi tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pekerja untuk bekerja keras
dan membuat produksi yang lebih. Dewasa ini, banyak psikolog (industri dan sosial)
yang berusaha untuk mengetahui faktor- faktor lain yang tidak terkait dengan uang.
Hawthorne Studies
Pabrik Hawthorne dari General Electric Company, Chicago, menghadapi masalah
ketidakpuasan pekerja, meskipun memberikan mereka manfaat seperti skema pensiun,
tunjangan sakit, dan fasilitas lainnya. Maka, diperlukannya investigasi masalah
rendahnya produktivitas dan untuk mengetahui hubungan antara produksi dan faktor
efesiensi lainnya.
Untuk mengetahui hubungan antara produktivitas dan kondisi bekerja, sejumlah studi
dilakukan oleh Profesor Elton Mayo dan peneliti timnya yang dimulai pada tahun
1927. Penelitian Hawthorne terdiri dari empat tahap dan setiap tahap memberikan
jawaban atas pertanyaan muncul di tahap sebelumnya.
TAHAP I (1924-1927)
Percobaan pada Iluminasi. Peneliti melakukan percobaan untuk mengetahui apakah
berbagai tingkat pencahayaan mempengaruhi efesiensi pekerja. Hipotesisnya adalah
dengan pencahayaan yang tinggi terjadi peningkatan produktivitas .
Pekerja dibagi menjadi 2 kelompok. Salah satu kelompok yang disebut kelompok uji,
yang mengalami perubahan lingkungan dan kelompok lainnya yang disebut kelompok
kontrol bekerja dengan kondisi lingkungan yang konstan. Ketika pencahayaan untuk
kelompok uji meningkat, produktivitas mereka meningkat namun produktivitas
kelompok kontrol juga meningkat. Kemudian, para peneliti menurunkan pencahayaan
di workstation kelompok uji. Anehnya, kedua kelompok terus meningkatkan
produktivitas mereka. para peneliti menyimpulkan bahwa cahaya tidak memiliki
dampak yang signifikan terhadap motivasi pekerja produksi.
TAHAP II (1927-1928)
Relay Assembly Test Room Experiment – di perobaan ini, peneliti menguji hipotesis
bahwa produksi akan lebih tinggi jika sistem insentif ditingkatkan, dan minggu kerja
menjadi lebih pendek dengan istirahat dan waktu makan siang. Peneliti menyiapkan
ruang perakitan tes relay dan memilih dua pekerja yang berpengalaman.
Masing-masing relay terdiri dari bagian yang berbeda yang harus dirakit menjadi
produk jadi. Hasilnya tergantung pada kecepatan, kontinuitas dan koordinasi di antara
para pekerja. Diminta pekerja berpengalaman ini adalah empat perempuan sebagai
coworkers. Seluruh percobaan dimulai dari tahun 1927-1932, dan percobaan dimulai
dengan banyak perubahan secara berurutan. Berikut adalah perubahan dan hasil
mereka :
Sistem insentif berubah sehingga harus membayar setiap perempuan
berdasarkan pada kegiatan kelompok semua anggota kelompok kecil tanpa
memandang dari kelompok besar.
Dengan meningkatnya waktu istirahat lima sampai sepuluh menit, dihasilkan
peningkatan produktivitas.
Periode waktu istirahat dikurangi lima menit lagi, tetapi periode frekuensi
waktu istirahat meningkat. Hal ini menyebabkan produktivitas sedikit rendah,
dan mereka sering mengekuh bahwa waktu istirahat sering mempengaruhi alur
kerja mereka.
Lalu, durasi waktu istirahat menjadi 10 menit dan mereka diberi beberapa
makanan ringan dan teh pada pagi dan sore hari. Dan ini juga menunjukan
peningkatan produktivitas.
Beberapa perubahan hari kerja seperti hari minggu diliburkan. Juga jam kerja
yang fleksibel seperti mereka diizinkan untuk pergi sebelum waktu bekerja
selesai. Anehnya, produktivitas meningkat.
Sebagai perubahan, tingkat absensi rendah, dan meningkatkan produktivitas. Peneliti
memutuskan untuk kembali ke posisi semula, namun dengan manfaat lainnya juga.
Setelah itu diciptakan produktivitas meningkat seperti sebelumnya. Jadi produktivitas
meningkat karena para perempuan ini dikembangkan dengan rasa memiliki, tanggung
jawab, stabilitas, dan disiplin diri.
TAHAP III (1928-1930)
Program Wawancara Massa -Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan sikap
karyawan terhadap atasan, perusahaan, upah, fasilitas, promosi, dll, dan hal ini dapat
dilakukan dengan program wawancara massal. Wawancara ini dilakukan secara
langsung dan kemudian langsung pertanyaan. Temuan dari program wawancara
massa:
Seorang pekerja puas atau tidak puas, tidak dipengaruhi bentuk byektif
apapun, melainkan dalam hal bagaimana ia menganggap status sosial dan apa
yang dirasakannya dia berhak menerima dengan cara penghargaan.
Dalam wawancara “non-direktif”, pewawancara pura- pura bahwa informasi
apa pun yang mereka dapatkan dari pekerja adalah rahasia. Mereka dilatih
untuk mendengarkan lebih banyak dan berbicara lebih sedikit, menawarkan
nasihat dalam beragumen.
Keluhan umumnya dari posisi sosial seorang pekerja dalam kelompok dimana
ia bekerja.
Dari program wawancara massal, perilaku pekerja dipengaruhi oeleh perilaku
kelompok. Hasil ini tidak terlalu memuaskan dan peneliti memutuskan untuk
melakukan eksperimen lain.
TAHAP IV (1931-1932)
Bank Wiring Observation Room-Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui informasi yang tepat tentang kelompok informal di pabrik dan apa
faktor atau penyebab yang mempengaruhi output. Sekelompok tiga jenis pekerja
yang terlibat dalam bank di ruang pemasangan kabel : wiremen(orang yang
memasang kabel, soldermen (orang yang menyolder)dan inspektur, yang bersama-
sama merupakan kelompok dari 14 (9 wiremen, 3 solder men dan dua inspektur).
Pekerjaan melibatkan langkah demi langkah dalam memperbaiki switch untuk
perlengkapan kantor pusat. Pembayaran didasarkan pada kinerja kelompok,
diasumsikan untuk alasan ini mereka akan saling membantu untuk menghasilkan
lebih banyak. Tapi, 'pekerja memutuskan target untuk diri mereka sendiri, lebih
rendah dari target pabrik. Para pekerja memberikan alasan berikut untuk
pembatasan output :
Pekerja berpikir, jika mereka menghasilkan lebih dari perhead, beberapa
pekerja akan di-PHK.
Mereka dapat mencapai target dibandingkan dengan standar perusahaan
dalam meningkatkan standar.
Pekerja membentuk kelompok sosial sehingga mereka tahu tanggung
jawab yang mereka miliki untuk keluarganya. Jika setiap pekerja tidak
melakukan dengan baik, mungkin ia akan di-PHK, dengan
mempertimbangkan alasan ini para pekerja bisa melindungi mereka
dengan tidak overproduksi.
Penelitian ini menentukan hubungan informal dalam menentukan perilaku
manusia. Eksperimen para pekerja yang konseling untuk mengembangkan dan
memelihara hubungan manusia yang baik di pabrik. Konseling menekankan pada
hubungan pekerja dengan pekerja lainnya, dengan manajemen, penyesuaian
pribadi, kepuasan, motivasi dan aspek lainnya.
IMPLIKASI STUDI HAWTHORNE
Pabrik adalah suatu sistem sosial dan kelompok informal yang
mempengaruhi perilaku manusia sebagai kelompok formal.
Seorang pekerja tidak hanya merupakan 'manusia ekonomi' yang
termotivasi hanya oleh keuntungan moneter. Non-moneter insentif kadang-
kadang lebih penting dalam mempengaruhi sikap pekerja.
Ada kemungkinan konflik antara perusahaan dan kelompok informal. Ini
mungkin karena tujuan yang tidak sesuai dengan keduanya.
Kadang, pemimpin informal lebih penting dan mengesankan daripada
pemimpin formal dalam mengarahkan perilaku kelompok karena ia
mengidentifikasi sikap kelompok, pendapat, dan tujuan lebih efisien
daripada pemimpin formal.
KRITIK STUDI HAWTHORNE
Behavioural Scientist/ ilmuwan perilaku percaya bahwa percobaan
apapun, kesimpulan yang diambil tidak memiliki objektivitas ilmiah.
Beberapa merasa bahwa ada prasangka dan prakonsepsi pada bagian
penelitian Harvard.
Penelitian mengabaikan keberadaan serikat buruh.
Terlepas dari kritik tersebut, studi Hawthorne menarik hasil dari hubungan
manusia adalah bagian terpenting dari perusahaan. Dan itu menarik perhatian
pada kebutuhan sosial sebagai sumber tambahan motivasi.