28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan binaan terbentuk melalui proses perencanaan dan perancangan melalui analisis kebutuhan manusia yang terstruktur, tidak seperti lingkungan alami yang terbentuk begitu saja langsung dari tangan sang Pencipta. Dalam penciptaan lingkungan binaan peran ilmu arsitektur sangatlah besar untuk menentukan seperti apa lingkungan binaan tersebut akan berwujud. Apakah cukup nyaman bagi ruang gerak manusia dalam beraktifitas atau sebaliknya. Bangunan pendidikan merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam lingkungan binaan. Pendidikan sendiri merupakan proses pembentukan tingkah laku dan karakter manusia menuju arah yang lebih baik . Dalam merencanakan bangunan pendidikan seperti Sekolah formal, tentu saja sarana yang diperlukan untuk mendukung terlaksnanya tujuan pendidikan harus sangat diperhatikan secara seksama. Proses penciptaan ruang yang terjadi harus memperhatikan kebutuhan peserta didik maupun tenaga kependidikan yang ada. Selain itu unsur yang perlu diperhatikan yaitu psikologi perkembangan peserta didik. Tentu saja psikologi siswa Sekolah dasar akan sangat berbeda dengan siswa di tingkat menengah, untuk itu tentu saja perihal standarisasi ruang dan perabot serta pembentukan 1

Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan binaan terbentuk melalui proses perencanaan dan perancangan melalui

analisis kebutuhan manusia yang terstruktur, tidak seperti lingkungan alami yang

terbentuk begitu saja langsung dari tangan sang Pencipta. Dalam penciptaan lingkungan

binaan peran ilmu arsitektur sangatlah besar untuk menentukan seperti apa

lingkungan binaan tersebut akan berwujud. Apakah cukup nyaman bagi ruang gerak

manusia dalam beraktifitas atau sebaliknya.

Bangunan pendidikan merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam lingkungan

binaan. Pendidikan sendiri merupakan proses pembentukan tingkah laku dan karakter

manusia menuju arah yang lebih baik . Dalam merencanakan bangunan pendidikan

seperti Sekolah formal, tentu saja sarana yang diperlukan untuk mendukung

terlaksnanya tujuan pendidikan harus sangat diperhatikan secara seksama. Proses

penciptaan ruang yang terjadi harus memperhatikan kebutuhan peserta didik maupun

tenaga kependidikan yang ada. Selain itu unsur yang perlu diperhatikan yaitu psikologi

perkembangan peserta didik. Tentu saja psikologi siswa Sekolah dasar akan sangat

berbeda dengan siswa di tingkat menengah, untuk itu tentu saja perihal standarisasi

ruang dan perabot serta pembentukan ruang juga akan mengalami perbedaan yang

signifikan. Akan sangat tidak manusiawi apabila unsur psikologi tersebut tidak menjadi

salah satu bahan yang perlu dikaji dalam proses penciptaan bangunan pendidikan.

Fenomena yang berkembang saat ini, pembentukan ruang-ruang yang terdapat dalam

bangunan pendidikan khususnya Sekolah menengah masih kurang memperhatikan

kebutuhan peserta didik dan tidak jarang ada yang masih kurang memperhatikan

standar. Adapun para siswa yang berada di sekolah hampir 7 jam setiap harinya,

merasakan bahwa tempat mereka menimba ilmu tersebut terasa menjenuhkan dan

1

Page 2: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

tidak nyaman untuk berlama-lama. Kemudian tidak jarang pula yang mengeluhkan

kurangnya sarana pendukung dalam mengembangkan minat dan bakat siswa. Hal

tersebut dapat menjadi indikasi bahwa perancangan Sekolah yang kurang baik dapat

menjadi faktor yang mempengaruhi gairah belajar para siswa, yang berimplikasi padi

hasil dari pendidikan itu sendiri.

Berdasarkan pada pemaparan di atas, maka pembahasan mengenai psikologi arsitektur

pada bangunan Sekolah menengah umum sekiranya perlu untuk dikaji secara teoritis

mengingat pentingnya dalam suatu perancangan bangunan sekolah untuk

memperhatikan unsur psikologis penggunanya.

B. Maksud dan tujuan Dalam pembuatan makalah ini penulis bermaksud untuk mengkaji sejauh mana unsur psikologi pada peserta didik diperhatikan oleh pemerintah berkaitan dengan standarisasi yang telah dikeluarkan dalam peraturan . Adapun tujan pembuatan makalah ini yaitu :- Menambah pengetahuan dan bahan refernsi dalam melakukan perancangan- Melatih menganalisis suatu permasalahan untuk dicarikan solusi- Melatih kepekaan terhadap lingkungan binaan

C. Rumusan masalahPada makalah ini maka dirumuskanlah masalah tersebut ke dalam poin-poin berikut:- Apa saja yang menjadi kebutuhan psikologis mendasar pada siswa SMA yang

berkaitan dengan prasarana sekolah?- Apakah bangunan SMA saat ini sudah mendukung kegiatan belajar dan mengajar

yang efektif?- Bagaimana kaitan standarisasi yang dibuat oleh pemerintah mengenai

pembanguanan Sekolah dengan pskologi arsitektur?

D. Batasan masalahPembahasan dalam makalah ini dibatasi kedalam cangkupan materi yang telah dirumuskan pada poin rumusan masalah . Adapun objek kajian yang dibahas pada makalah ini terbatas pada pembahasan psikologi siswa SMA negeri yaitu usia 15 – 18

2

Page 3: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

tahun yang berada di kota bandung dikaitkan dengan arsitektur dalam perancangan Sekolah menengah atas.

BAB II

3

Page 4: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Psikologi dan kaitannya dengan arsitektur

Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Purba, yaitu dari kata Psyche (jiwa) dan logos

(kajian mengenai sesuatu). Jadi kata psikologi bisa diartikan sebagai suatu kajian mengenai

sesuatu yang memberikan kesan kepada jiwa seseorang. Dengan kata lain, psikologi adalah

kajian mengenai jiwa atau aspek rohani manusia dan hewan secara saintifik.

Bruno (1987); membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling

berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua,

psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah

ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.

Psikologi adalah suatu ilmu yang mengkaji tingkah laku dan proses mental secara saintifik

dan bersistematik. Psikologi ini bertujuan untuk mengurai, menjelaskan, meramal, dan

mengawasi tingkah laku dan proses mental manusia kearah peningkatan kualitas

kehidupan.

Ilmu arsitektur merupakan ilmu yang tidak bisa berdiri sendiri. Dalam hal ini erat kaitannya

dengan Psikologi karena dalam arsitektur terdapat suatu proses merancang yang

membutuhkan pendekatan psikologi. Vitruvius mengungkapkan bahwa sebuah bangunan

akan berbeda tampilan dan kesannya bila dilihat dari jarak-jarak yang berlainan, baik dari

sisi interior maupun eksteriornya Ini mengindikasikan bahwa pandangan - pandangan yang

memperlihatkan peranan psikologi dalam karya-karya arsitektur secara tertulis sudah

ditemui sejak awal.

Akan tetapi pada masa periode arsitektur modern awal, untuk konsep ‘ruang’ ada sedikit

perbedaan antara Arsitektur Modern dan Psikologi. Arsitektur Moderen hanya mengenal

4

Page 5: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

satu pengertian tentang arti ruang, yaitu sebagai sesuatu yang sifatnya volumetris,

sementara Psikologi mendefinisikannya dalam bentuk wujud yang belum tentu sama

Konsep ‘ruang’ ini dalam Psikologi kemudian dirinci lagi menjadi isu ‘teritorial’, ‘crowding’

dan ‘privacy’ , yang oleh para arsitek dianggap suatu hal yang sama saja. Bila dalam

arsitektur ungkapan ‘teritorial’ hanyalah dimaksudkan sebagai batas wilayah fisik atau

administrasi, di psikologi hal ini dimaksudkan sebagai kemampuan diri dalam mengontrol

prilaku di dalam ruang terhadap subjek lain baik berupa benda, orang lain ataupun

kelompok orang, tanpa ada batasan fisik yang dapat dijadikan sebagai suatu patokan.

Arsitektur merupakan sebuah produk dengan subjek fisik berupa benda, posisi psikologi

dalam arsitektur merupakan sebuah nyawa yang memberi makna pada bangunan. Dimana

unsur kejiwaan yang berkaitan dengan kenyamanan manusia sebagai pengguna arsitektur

perlu untuk menjadi bahan kajian dalam merancang bangunan.

B. Karakteristik Perkembaangan Anak Usia Remaja (SMP/SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak

dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati

diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

1. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

2. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat.

3. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.

4. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

5. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan

kemampuannya.

6. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki

anak.

5

Page 6: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

7. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai

warga negara.

8. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

9. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

10. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiositas.

C. Standar Desain Bangunan Sekolah

Menurut manual pembangunan Gedung Sekolah yang dikeluarkan oleh Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan dasar dan menengah,

desain bangunan ruang-ruang kelas sekolah dengan biaya efektif telah dipersiapkan yang

secara umum mudah dikerjakan oleh masyarakat untuk dibangun (lihat ilustrasi1.2-1.5).

Walaupun serupa dengan desain tradisional, namun rancangan tersebut telahmengalami

berbagai perubahan, baik untuk mempermudah pengerjaan konstruksi, maupun untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang sering terjadi pada desain sebelumnya.

Perubahan ini diantaranya:

. Memperendah jarak antara ring balok dengan kusen jendela/pintu dengan maksud dapat

berfungsi sebagai lintel dan juga ring balok, sekaligus mencegah keretakan dari dinding.

. Menambah jarak daerah kanopi pada bagian belakang bangunan untuk memperluas area

yang terlindungi dari hujan dan panas.

. Menambah dimensi ukuran pada semua kolom dan balok beton (kecualibalok lantai untuk

daerah teras) menjadi 20cm x 20cm yang diperkuat dengan 4 tulangan besi dengan

diameter No. 12mm. Ini akan mempermudah proses penuangan semen, mendapatkan

daerah tulangan yang tertutup semen secara memadai, serta kualitas beton yang lebih

baik secara keseluruhan.

6

Page 7: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

7

Page 8: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

Ruang-ruang kelas standar dapat dikombinasikan dalam berbagai cara untuk memenuhi

kebutuhan yang spesifik dari masing -masing sekolah. Dua buah variasi dari bangunan

ruang kelas standar dapat dilihat pada ilustrasi. Pada ilustrasi pertama (1.2) dengan tiga

ruang kelas dan toilet pada bagian belakang. Pada ilustrasi kedua (1.3) dengan tiga ruang

kelas tanpa toilet.

3

Untuk membimbing komite sekolah dalam pembangunan unit-unit ruang kelas, terdapat

daftar bahan-bahan bangunan yang diperlukan untuk pembangunan ruang kelas standar,

tiga ruang kelas dengan toilet, dan tiga ruang kelas dengan ruang kantor. (lihat lampiran)

Beberapa bahan bangunan yang berbeda yang dapat dipergunakan, antara lain :

. Bata atau block ( concr et e block, batako, dsb) untuk dinding.

. Genteng tanah liat, genteng metal berprofil, atau genteng asbes untuk atap.

. Beton , keramik berglazur, atau slab beton untuk lantai .

D. Standar Bangunan gedung menurut Peraturan menteri pendidikan nasional

No tahun 2007

1. .Bangunan gedung untuk satuan pendidikan SMP/MTs memenuhi ketentuan rasio

minimum luas lantai terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik

No

Banyak

rombongan

belajar

Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap

peserta didik

(m2/peserta didik)

Bangunan

satu lantai

Bangunan dua

lantai

Bangunan

tiga lantai

1 3 6,9 - -

8

Page 9: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

2 4-6 4,8 5,1 -

3 7-9 4,1 4,5 4,6

4 10-12 3,8 4,1 4,2

5 13-15 3,7 3,9 4,1

6 16-18 3,6 3,8 3,9

7 19-21 3,5 3,7 3,8

8 22-24 3,4 3,6 3,7

2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak peserta

didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga memenuhi

ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Luas Minimum Lantai Bangunan

No

Banyak

rombongan

belajar

Luas minimum lantai bangunan (m2)

Bangunan

satu lantai

Bangunan dua

lantai

Bangunan

tiga lantai

1 3 430 - -

2 4-6 550 610 -

3 7-9 690 750 780

4 10-12 830 900 930

5 13-15 990 1060 1090

6 16-18 1160 1260 1300

7 19-21 1300 1390 1440

8 22-24 1460 1560 1600

3. Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:

9

Page 10: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

a. koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;

b. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan gedung yang

ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

c. jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis sempadan bangunan gedung

dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan

tegangan tinggi, jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak

antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

4. Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut.

a. Memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan

maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta

untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan

alam lainnya.

b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan

menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

5. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut.

a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang

memadai.

b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan

air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan tempat sampah,

serta penyaluran air hujan.

c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

6. Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan

nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

7. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.

a. Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu

kegiatan pembelajaran.

b. Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi kondisi di

luar ruangan.

10

Page 11: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.

8. Bangunan gedung bertingkat memenuhi persyaratan berikut.

a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.

b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan,

dan kesehatan pengguna.

9. Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan berikut.

a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jika

terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.

b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk arah

yang jelas.

10. Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.

11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi

secara profesional.

12. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19

Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.

13. Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.\

14. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah adalah sebagai berikut.

a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun

jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,

dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.

b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka kayu,

kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20 tahun.

15. Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Kelengkapan sarana dan prasarana

11

Page 12: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. ruang kelas,

2. ruang perpustakaan,

3. ruang laboratorium biologi,

4. ruang laboratorium fisika,

5. ruang laboratorium kimia,

6. ruang laboratorium komputer,

7. ruang laboratorium bahasa,

8. ruang pimpinan,

9. ruang guru,

10. ruang tata usaha,

11. tempat beribadah,

12. ruang konseling,

13. ruang UKS,

14. ruang organisasi kesiswaan,

15. jamban,

16. gudang,

17. ruang sirkulasi,

18. tempat bermain/berolahraga.

BAB III

DESKRIPSI OBJEK KAJIAN

12

Page 13: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

A. Kebutuhan sarana dan prasarana sekolah berdasarkan Kakarkteristik psikologi siswa

SMA

Karakteristik psikologi siswa SMA pada umumnya ialah sedang terjadinya proses

pencarian jati diri, yang mengakibatkan emosi yang labil. Mengembangkan keterampilan

intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara serta mencapai

tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial, merupakan karakteristik lain dari

siswa usia tersebut. Karakteristik tersebut tentunya perlu di fasilitasi dengan

dibentuknya ruang-ruang yang memudahkan mereka untuk berinteraksi sehingga

proses Sosialisasi dapat berlangsung.

Siswa SMA juga memiliki kemampuan untuk mengembangakan keterampilannya.Pada

usia SMA, siswa telah diberikan kepercayaan untuk mengembangkan dirinya dan di

berikan tanggung jawab untuk dapat mengorganisisr suatu kegiatan. Keberdaan ekstra

kurikuler tentu akan membantu mereka dalam proses pencarian jati diri. Untuk itu

sangat diperlukan untuk dibangunnya ruangan ekstrakurikler.

Pada masa-masa SMA para siswa sangat senang sekali berkumpul. Suatu ide maupun

gagasan yang kreatif datang melalui kebiasaan berkumpul tersebut. Hal tersebut tentu

bisa menjadi hal postif dan tidak menutupi kemungkinan pula dapat menjadi hal yang

negatif. Akan tetapi suatu proses kreatif dapat terbentuk dari sini secara tidak langsung,

hal tersebut pun merupakan proses mereka dalam bersosialisasi menjalin relasi dan

Kerjasama dengan teman-temannya. Keberadaan ruang-ruang untuk berkumpul secara

masal ini terkadang menjadi hal yang dinilai Sebelah mata dan tidak begitu diperhatikan

keberadaannya. Bahkan keberadaan tempat-tempat duduk di kantin hanya di desain

secara sederhana dan seadanya untuk memfasilitasi kebutuhan makan saja padahal bisa

lebih didesain untuk sarana berkumpul para siswa. Sebetulnya para pemimpin disekolah

13

Page 14: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

harus dapat mencermati kebiasaan berkumpul tersebut untuk dijadikan sebagai potensi

yang baik, karena selain dapat digunakan untuk bertukar pikiran dapat pula digunakan

untuk kegiatan belajar bersama. Gagalnya suatu Sekolah menciptakan ruang-ruang

untuk berkumpul bagi para siswa, sama saja dengan membunuh karakter dan kreatifitas

siswa.

B. Efektifitas ruang di Sekolah sebagai sarana pendukung kegiatan belajar mengajar

Salah satu ruang yang paling di soroti dalam hal ini yaitu kondisi ruangan kelas. Sebagai

ruangan utama di Sekolah, ruang kelas seharus nya dapat menjadi ruang yang nyaman

untuk digunakan dalam belajar. Mengingat waktu yang dihabiskan siswa dalam ruangan

ini cukup lama. Desain ruangan yang nyaman dapat menjadi salah satu faktor yang

dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. Karena kondisi ruangan yang nyaman

tentu saja dapat membangkitkan gairah dalam belajar, maka proses penyampaian

materi dari guru pun dapat diserap dengan baik.

Secara psikologis kondisi kelas yang nyaman dapat didukung secara fisik dengan

penataan furniture maupun pemberian warna dinding. Selain itu pencahayaan yang baik

juga diperlukan, kondisi ruang yang lembab hanya akan membuat siswa tidak nyaman

begitupun jiga terlalu banyak cahaya masuk siswa akan merasa kepanasan. Kondisi yang

sering dijumpai dibnyak Sekolah, bahwasanya ruangan kelas di desain sedemikian rupa

seperti halnya dibanyak Sekolah, agar lebih sederhana dan mengefisiensikan biaya.

Tentu saja ada hal lain yang perlu diperhatikan tidak hanya anggaran semata.

Desain ruangan-ruangan secara keseluruhan dibuat dengan begitu kaku, tidak ada

analisis yang terstruktur untuk menjawab kebutuhan siswa secara umum. Desain

ruangan yang kaku akan sangat berpengaruh pada psikologis siswa yang terbentu secara

tidak sadar Namun berlangsung terus menrus, sehingga membentuk karakter siswa yang

kaku dan individualis, tidak ada berbaur dengan yang lain.

14

Page 15: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

15

Page 16: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

Dari beberapa literatur yang didapatkan mengenai pskilogi dengan kaitannya pada arsitektur

dalam bangunan Sekolah menengah, memang sedikit sekali ditemukan poin-poin yang

membahas secara mendetail mengenai ha tersebut. Sehingga menimbulkan persepsi bahwa

pendekatan pskologi dalam merancang menjadi bukan sesuatu yang penting dalam sakolah

menengah atas khususnya.

Menurut Bruno (1987); membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya

saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua,

psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu

pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme. Dari pendapat tersebut kita bisa melihat

bahwa kehidupan mental dan tingkah laku merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan

pendidikan. Adapun ingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perubahan

perilaku manusia tersebut, sehingga lingkungan binaan tentu memerlukan perancangam yang

dapat membawa pada perubahan yang lebih baik.

Pada lampiran peraturan menteri pendidikan pada tahun 2007 ada satu poin yang

menerangkan bahwa “Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,

aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat”. Kemudian terdapat satu poin lagi yang

membicarakan mengenai persyaratan kenyamanan yang berbunyi “Bangunan gedung

memenuhi persyaratan kenyamanan berikut. (a) Bangunan gedung mampu meredam getaran

dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran; (b) Setiap ruangan memiliki

temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi kondisi di luar ruangan. (c) Setiap ruangan

dilengkapi dengan lampu penerangan.” Kedua poin tersebut memiliki pendekatan psikologi

yang masih cukup lemah, karena hanya membicarakan mengenai kenyamanan yang lebih pada

hal fisik. Jika dikaitkan dengan mentalitas serta dapat merubah perilaku siswa masih agak

sedikit kurang berpengaruh.

Dari literatur yang ditemukan mengenai standarisai dalam merancang bangunan Sekolah

menengah atas. Tentu saja jika diperhatikan secara seksama, dasar standarisasi tersebut tidak

16

Page 17: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

banyak yang membicarakan prasyarat pembangunan yang mengarahkan pada upaya untuk

memfasilitasi kebutuhan psikologi pada ruang-ruang tersebut.

Berbicara mengenai pskologi arsitektur tentu kita akan menitik beratkan pada bagaimana suatu

ruang itu dapat menjadi tempat yang nyaman sesuai dengan kebutuhan pengguna yang

berdampak pada psikologi penggunanya sendiri. Belum lagi jika kita berbicara mengenai

pendidikan, bagaimana mungkin siswa dapat merasa nyaman dan dapat menerima informasi

pelajaran apabila ruangan tempat dia belajar misalnya pengap, bangku yang digunakan terlalu

kecil dan pola perletakan ruang begitu monoton. Dan bagaimana pula siswa dapat belajar

dengan penuh konsentrasi apabila jendela ruangan terbuka lebar sehingga aktifitas sekecil

apapun dapat terlihat dari ruangan. Kemudian dengan jumlah bangku yang cukup banyak,

bagaimana siswa dapat memperhatikan guru apabila posisi guru kurang terlihat oleh peserta

didik.

Hal-hal sederhana seperti itu ternyata masih belum mendapatkan posisi yang layak pada

standarisasi yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan. Padahal pengaruh cukup banyak dapat

dapat terakumulasi sehingga menimbulkan kejenuhan pada peserta didik.

Dilain sisi karakter siswa SMA yang dinamis (implikasi proses pencarian pada jati diri)

mengaharuskan siswa mendapatkan fleksibilitas ruang yang besar. Selain ruang-ruang yang di

desain khusus untuk belajar, mereka pun memerlukan cukup ruang untuk berkreatifitas. Ruang-

ruang inilah yang terkadang masih sulit ditemukan dalam Sekolah. Kalaupun fasilitas tersebut

ada terkadang masih sering dibatasi dengan waktu penggunaan, sehingga siswa merasa

ekspresi mereka terbatas dan menjadikannya sedikit demi sedikit kreatifitas dapat terkikis.

Padahal pada usia seperti itu siswa Seharusnya sudah mulai diberikan tanggung jawab, sehingga

memberi cukup ruang di Sekolah dan diberikan kebebasan dalam berekspresi.

BAB V

PENUTUP

17

Page 18: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

A. Kesimpulan

Dari pemaparan makalah ini, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya standarisasi

pembangunan Sekolah yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan masih belum banyak

menyentuh pada ranah psikologi siswa yang dikaitkan dengan arsitektur pada

bangunan Sekolah menengah atas. Analisis dengan pendekatan psikologi siswa

sebaiknya diperlukan untuk menciptakan lingkungan binaan yang humanis dan dapat

mendukung pada tujuan nasional pendidikan.

B. Saran dan penutup

Demikian makalah ini disusun dengan penuh rasa tanggung jawab secara moral sebagai

bentuk kontribusi mahasiswa arsitektur dalam upaya memberi pandangan mengenai

isu permasalahan arsitektur. Tentu saja dalam hal ini penulis tidak memiliki kapasitas

untuk dapat memeperbaiki permasalahan tersebut secara total dengan memberi usulan

yang konkrit untuk langsung diaplikasikan. Di sini penulis hanya dapat memberi saran-

saran sebagai berikut

- Perancangan Sekolah harus menitikberatkan pada analisis perilaku dan kebutuhan

siswa baik secara fisik maupun psikologi agar kegiatan belajar mengajar dapat lebih

efektif dan efisien.

- Riset –riset mengenai psikologi arsitekur harus terus dikembangkan guna

menciptakan lingkungan binaan yang humanis.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

http://dikdas.kemdiknas.go.id/docs/dok_26.pdf

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/lampiiran-standar-sarana-dan-prasarana.pdf

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_tb_0707031_chapter2.pdf

http://ebookbrowse.com/teori-perkembangan-anak-sma-dari-segi-psikologi-perkembangan-

pdf-d368178852

http://jokosarwono.files.wordpress.com/2010/03/akbar-aidil-sardi-13306003.pdf

19

Page 20: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA BANGUNAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI KOTA BANDUNG

DENGAN OBJEK KAJIAN DESAIN RUANG Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas

Ujian akhir semester mata kuliah permasalahan arsitekturDosen : Lilis Widianingsih, S.Pd, MT / Nuryanto S.Pd, MT

Makalah

Disusun oleh :Reina Ayulia Rosadiana

1005211

20

Page 21: Psikologi Arsitektur Pada Bangunan Sekolah Dasar

PROGRAM STUDI S1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUANUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

21