Upload
anak-ceria-paud-terpadu
View
240
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
1/33
Psikologi & Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus (Jilid 1)
Price Rp 73.000
Description
Penulis: Dr. Frieda Mangunsong
(dosen fakultas Psikologi, Universitas Indonesia)Cetakan Pertama (2009, LPSP3 UI)
ISBN: 978-602-8137-03-4
DAFTAR ISI
BAB I Pengantar
BAB II Isu-Isu dan Arah Pendidikan KhususBAB III Strategi/Tehnik Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus
BAB IV Psikologi dan Pendidikan Anak TunanetraBAB V Psikologi dan Pendidikan Anak TunarunguBAB VI Psikologi dan Pendidikan Anak Tunawicara
BAB VII Psikologi dan Pendidikan Anak TunagrahitaBAB VIII Psikologi dan Pendidikan Anak AutisBAB IX Anak dengan Kesulitan Belajar Khusus
Komentar tentang buku ini:
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
2/33
Buku Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang merupakanbuku kesatu dari seri pemikir Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus merupakan upaya yang sangat terpuji dalam menguak tabirkehidupan anak manusia yang sejak lahir merupakan mahluk yang unik dan
berbeda masing-masing bakat, sifat maupun kemampuannya. Buku yangdikarang Ibu Frieda Mangunsong ini bermanfaat dibaca oleh mahasiswa,
dosen, penulis dan ahli pendidikan dalam rangka memahami berbagaidimensi penting fungsi kemanusiaan anak, terutama anak berkebutuhankhusus. Saya sangat menganjurkan bacaan ini untuk memperdalampengetahuan dan pemahaman anak berkebutuhan khusus.
(Prof. Dr. Conny R.Semiawan, Pakar Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta)
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
3/33
{Mei 29, 2010} KARAKTERISTIK DAN PENDIDIKAN ANAK TUNA RUNGU
Pengertian dan Klasifikasi, Penyebab serta Cara Pencegahan Terjadinya Tunarungu
1. Istilah tunarungu digunakan untuk orang yang mengalami gangguan pendengaran yang
mencakup tuli dan kurang dengar. Orang yang tuli adalah orang yang mengalamikehilangan pendengaran (lebih dari 70 dB) yang mengakibatkan kesulitan dalam
memproses informasi bahasa melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami
pembicaraan orang lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar.Orang yang kurang dengar adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran
(sekitar 27 sampai 69 dB) yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa
pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa sehingga dapatmemahami pembicaraan orang lain.
2. Ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
1.
Tunarungu Ringan (Mild Hearing Loss)2. Tunarungu Sedang (Moderate Hearing Loss).
3. Tunarungu Agak Berat (Moderately Severe Hearing Loss)4. Tunarungu Berat (Severe Hearing Loss)
5. Tunarungu Berat Sekali (Profound Hearing Loss)
1.
1. Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.1. Ketunarunguan Prabahasa (Prelingual Deafness)
2. Ketunarunguan Pasca Bahasa (Post Lingual Deafness)
1.
1. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat
di-klasifikasikan sebagai berikut.
1. Tunarungu Tipe Konduktif2. Tunarungu Tipe Sensorineural
3. Tunarungu Tipe Campuran
1.
1. Berdasarkan etiologi atau asal usulnya ketunarunguan diklasifikasikan sebagai
berikut.1.
Tunarungu Endogen
2.
Tunarungu Eksogen
1. Penyebab Terjadinya Tunarungu
1. Penyebab Tunarungu Tipe Konduktif:
1. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkanantara lain oleh:
http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-pendidikan-anak-tuna-rungu/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-pendidikan-anak-tuna-rungu/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-pendidikan-anak-tuna-rungu/8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
4/33
tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus
akustikus externus), dan
terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis externa).
1.
1.
1. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah, yang dapat
disebabkan antara lain oleh hal-hal berikut:
Ruda Paksa, yaitu adanya tekanan/benturan yang keras padatelinga seperti karena jatuh tabrakan, tertusuk, dan sebagainya.
Terjadinya peradangan/inpeksi pada telinga tengah (otitis media).
Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang
stapes.
Tympanisclerosis, yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur pada
gendang dengar (membran timpani) dan tulang pendengaran.
Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak
terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir. Disfungsi tuba eustaschius (saluran yang menghubungkan rongga
telinga tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor padanasopharynx.
1.
1.1.
1. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural
1. Disebabkan oleh faktor genetik (keturunan),2.
Disebabkan oleh faktor non genetik antara lain:
Rubena (Campak Jerman)
Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak.
Meningitis (radang selaput otak )
Trauma akustik
1. Cara Pencegahan Terjadinya Tunarungu
1. Pada saat sebelum nikah (pra nikah) antara lain: menghindari pernikahan sedarah
atau pernikahan dengan saudara dekat; melakukan pemeriksaan darah; dan
melakukan konseling genetika.2. Upaya yang dapat dilakukan pada waktu hamil,antara lain: menjaga kesehatan
dan memeriksakan kehamilan secara teratur; mengkonsumsi gizi yang
baik/seimbang; tidak meminum obat sembarangan; dan melakukan imunisasi
tetanus.3. Upaya yang dapat dilakukan pada saat melahirkan, antara lain: tidak
menggunakan alat penyedot dan apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simplek
pada daerah vaginanya,maka kelahiran harus melalui operasi caesar.4. Upaya yang dapat dilakukan pada masa setelah lahir antara lain: melakukan
imunisasi dasar serta imunisasi rubela yang sangat penting, terutama bagi wanita;
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
5/33
mencegah sakit influenza yang terlalu lama (terutama pada anak); dan menjaga
telinga dari kebisingan.
Kegiatan Belajar 2
Karakteristik Anak Tunarungu
1. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu
cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dancenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal
seusianya.
2. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:1. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan
dalam kemampuan berkomunikasi.
2. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya
mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya
menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada aku/ego, sehinggakalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
3. Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan iatergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
4. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu
benda atau pekerjaan tertentu.
5. Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpabanyak nuansa.
6. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami
kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisanataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.
3. Karakteristik tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut.
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga
bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lincah;dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama
dengan orang yang normal lainnya.
Kegiatan Belajar 3
Kebutuan Pendidikan dan Layanan Anak Tunarungu
1. Sebagaimana anak lainnya yang mendengar, anak tunarungu membutuhkan pendidikan
untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik, kemampuan, danketidakmampuannya. Di samping sebagai kebutuhan, pemberian layanan pendidikan
kepada anak tunarungu, didasari oleh beberapa landasan, yaitu landasan agama,
kemanusiaan, hukum, dan pedagogis.
2. Ditinjau dari jenisnya, layanan pendidikan terhadap anak tunarungu, meliputi layananumum dan khusus. Layanan umum merupakam layanan yang biasa diberikan kepada
anak mendengar/normal, sedangkan layanan khusus merupakan layanan yang diberikan
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
6/33
untuk mengurangi dampak kelainannya, yang meliputi layanan bina bicara serta bina
persepsi bunyi dan irama.
3. Ditinjau dari tempat sistem pendidikannya, layanan pendidikan bagi anak tunarungudikelompokkan menjadi sistem segregasi dan integrasi/terpadu. Sistem sgregasi
merupakan sistem pendidikan yang terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak
mendengar/normal. Tempat pendidikan bagi anak tunarungu melalui sistem ini meliputi:sekolah khusus (SLB-B), SDLB, dan kelas jauh atau kelas kunjung. Sistem Pendidikanintergrasi/terpadu, merupakan sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
anak tunarungu untuk belajar bersama anak mendengar/normal di sekolah umum/biasa.
Melalui sistem ini anak tunarungu ditempatkan dalam berbagai bentuk keterpaduan yangsesuai dengan kemampuannya. Depdiknas (1984) mengelompokkan bentuk keterpaduan
tersebut menjadi kelas biasa, kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, serta kelas
khusus.
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan strategipembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak mendengar/normal, akan
tetapi dalam pelaksanaannya, harus bersifat visual, artinya lebih banyak memanfaatkan
indra penglihatan siswa tunarungu.5.
Pada dasarnya tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran siswa tunarungu sama
dengan siswa mendengar atau normal, yaitu untuk mengukur tingkat penguasaan materi
pelajaran, serta untuk umpan balik bagi guru. Kegiatan evaluasi bagi siswa tunarungu,
harus memperhatikan prinsip-prinsip: berkesinambungan, menyeluruh, objektif, danpedagogis. Sedangkan alat evaluasi secara garis besar dibagi atas dua macam, yaitu alat
evaluasi umum yang digunakan dalam pembelajaran di kelas biasa dan alat evaluasi
khusus yang digunakan dalam pembelajaran di kelas khusus dan ruang bimbingankhusus.
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=282
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=282http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=282http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=2828/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
7/33
{Mei 29, 2010} Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
Hiperaktivitas adalah salah satu aspek dari Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas(GPPH) atau yang dikenal dengan istilah Attention Deficit with/without Hyperactivity Disorder
(ADD/HD). GPPH mencakup gangguan pada tiga aspek, yaitu sulit memusatkan perhatian,
hiperaktif, dan impulsivitas. Apabila gangguan hanya terjadi pada aspek yang pertama, makadinamakan Gangguan Pemusatan Perhatian (ADD), sedangkan bila ketiga aspek terkena imbas
gangguan barulah disebut GPPH (ADHD).
Anak-anak yang sulit memusatkan perhatian biasanya menampilkan ciri-ciri, seperti ceroboh,
sulit berkonsentrasi, seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara, gagal menyelesaikan tugas,
sulit mengatur aktivitas, menghindari tugas yang memerlukan pemikiran, kehilangan barang-barang, perhatian mudah teralih, dan pelupa.
Sedangkan, ciri-ciri dari hiperaktivitas adalah terus-menerus bergerak, memainkan jari atau kakisaat duduk, sulit duduk diam dalam waktu yang lama, berlarian atau memanjat secara berlebihan
yang tidak sesuai dengan situasi, atau berbicara berlebihan. Sementara itu, impulsivitasditampilkan dalam perilaku yang langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan, sulit
menunggu giliran dan senang menginterupsi atau mengganggu orang lain.
Bukan penyakit
Sydney Walker III, Direktur Institut Neuropsikiatris California Selatan, dalam bukunya
Hyperactivity Hoax, menyatakan bahwa kesalahan mendasar dalam penanganan GPPH adalahmemandangnya sebagai suatu diagnosa. GPPH bukanlah suatu penyakit, melainkan sekumpulan
gejala yang dapat disebabkan oleh beragam penyakit dan gangguan.
Ambillah contoh, pusing. Pusing bukanlah penyakit tetapi suatu gejala. Pusing bisa merupakangejala influenza. Juga bisa disebabkan terlambat makan, tekanan darah yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Atau, bahkan bisa merupakan gejala tumor otak. Memberikan satu obat yangsama untuk semua gejala pusing, jelas tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan dapat
memperburuk kondisi pasien.
Demikian pula halnya dengan GPPH. Tidaklah tepat bila memberikan obat atau pendekatan yang
sama kepada semua anak yang mengalami GPPH, tanpa memahami terlebih dahulu penyakit
atau gangguan yang melatarbelakanginya.
Faktor penyebab
GPPH dapat muncul sebagai efek dari adanya infeksi bakteri, cacingan, keracunan logam dan zat
berbahaya (Pb, CO, Hg), gangguan metabolisme, gangguan endoktrin, diabetes, dan gangguan
pada otak. Dengan mengatasi penyakit atau gangguan yang melatarbelakanginya, makahiperaktivitas pun dapat tertanggulangi.
Penyakit keturunan seperti Turner syndrome, sickle-cell anemia, fragileX, dan Marfan syndromejuga dapat menimbulkan GPPH. Itulah sebabnya mengapa GPPH juga dapat ditemukan dalam
http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-pemusatan-perhatian-dan-hiperaktivitas-gpph/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-pemusatan-perhatian-dan-hiperaktivitas-gpph/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-pemusatan-perhatian-dan-hiperaktivitas-gpph/8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
8/33
garis darah keluarga turun-temurun. Dalam kasus seperti ini, GPPH dapat dikurangi dengan
menghindari hal-hal yang menjadi keterbatasan mereka.
Selain itu, masalah dalam integrasi sensorik serta gangguan persepsi dapat melatarbelakangi
timbulnya GPPH. Terkait dengan masalah ini diperlukan terapi khusus yang terfokus pada
kekurangan tiap individu.
GPPH juga dapat bersumber pada gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi minuman berkafein
(kopi, teh, coklat, cola, dan lain-lain) yang berlebihan, pola makan dengan gizi tak seimbang,serta kuantitas dan kualitas tidur yang kurang memadai disebut-sebut sebagai faktor yang turut
menyumbang munculnya masalah ini.
Terkadang GPPH hanyalah dampak dari pola kehidupan yang kurang disiplin. Tanpa
kedisiplinan yang konsisten, akhirnya mereka tumbuh menjadi anak-anak yang malas, sembrono,
sulit mengendalikan diri, dan mematuhi peraturan. Untuk menanganinya diperlukan modifikasiperilaku dan kesediaan orangtua untuk mengubah pola asuh mereka. Dalam hal ini, psikolog
memegang peranan yang penting untuk merancang program modifikasi perilaku dan memotivasiorangtua dalam menciptakan pola asuh yang lebih tepat.
Stimulan
Sebagian besar anak-anak yang mengalami GPPH mendapat perawatan medis berupa obat-
obatan stimulan. Stimulan dipercaya dapat meningkatkan produksi dopamine dan
norepinephrine, yaitu neurotransmiter otak yang penting untuk kemampuan memusatkanperhatian dan mengontrol perilaku. Ritalin dengan kandungan methylphenidate adalah salah satu
stimulan yang paling banyak diresepkan.
Sementara mengonsumsi stimulan, anak akan mengikuti terapi dan modifikasi perilaku. Setelahterapi dan modifikasi perilaku membuahkan hasil, dosis stimulan akan dikurangi secara bertahap
sampai akhirnya lepas obat sama sekali. Demikian pendekatan yang paling banyak digunakanselama ini. C Keith Conners PhD membuktikan efektivitas pendekatan ini melalui penelitiannya
yang disponsori oleh Institut Kesehatan Mental Nasional Amerika (NIMH).
Di sisi lain, banyak juga pihak yang menentang pendekatan ini. Salah satunya adalah gerakan
Alternative Mental Health di Amerika. Mereka memandang stimulan lebih banyak
mendatangkan kerugian daripada manfaat. Para pakar yang bergabung dalam gerakan ini dengan
giat melakukan penelitian tentang peranan nutrisi, diet, dan herbal untuk mengatasi GPPH. Hasilpenelitian mereka dapat dipantau melalui situs www.alternativementalhealth.com.
Alasan yang lebih masuk akal dikemukakan oleh Sydney Walker III yang juga menentangpenggunaan stimulan. Sydney mengingatkan, bahwa GPPH adalah sekumpulan gejala yang
dilatarbelakangi beragam penyakit dan gangguan, sehingga tidaklah tepat menyamaratakan
penanganannya. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa belum ada penelitian tentang efek jangkapanjang stimulan. Penelitian Conners yang dianggap terhebat sekalipun hanya berlangsung
dalam waktu 14 bulan.
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
9/33
Bahkan, Sydney mulai melihat kecenderungan anak-anak yang mengonsumsi stimulan tertentu
lebih mudah menjadi pecandu narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) di usia dewasa.
Selain struktur biokimia-nya yang mirip dengan kokain, konsumsi stimulan membuat anak-anakterbiasa mencari jalan keluar yang instan. Kurt Cobain-penyanyi grup Rock Nirvana yang tewas
bunuh diri-diangkat oleh Sydney sebagai contoh anak hiperaktif yang mendapatkan penanganan
yang salah. Ia terjerat narkoba sampai akhir hayatnya.
Penanganan
Apa pun bentuk penanganan yang Anda pilih, dengan atau tanpa obat, hal utama yang perlu
diperhatikan adalah menerima dan memahami kondisi anak. Orangtua dan pendidik perlu
memahami bahwa tingkah laku si anak yang tidak pada tempatnya didasari oleh keterbatasan dangangguan yang ia alami.
Bukan berarti orangtua dan pendidik lantas mengabaikan kedisiplinan, melainkan anak dibantuuntuk memenuhi peraturan. Misalnya, agar anak dapat menyelesaikan tugas pada waktunya,
bagilah tugas ke dalam beberapa bagian kecil (beberapa nomor), tetapkan pula batas waktunyadengan jelas. Usahakan agar ruang belajar bebas dari gangguan, seperti suara, pernak-pernik
maupun orang-orang yang hilir mudik. Menempatkan anak di barisan paling depan danmemberikan tepukan lembut juga dapat membantunya untuk memusatkan perhatian.
Berbagai tips praktis di atas, tentu saja tidak akan bermanfaat, apabila penyebab dasarnya belumteridentifikasi. Untuk itu diperlukan kerja sama tim yang terdiri dari dokter, dokter spesialis,
psikolog, psikiater, guru dan orangtua dalam proses identifikasi. Sesudah masalah teridentifikasi
dengan jelas, program penanganan dapat dirancang dengan akurat.
Pada beberapa kasus, anak-anak dengan gangguan ini membutuhkan terapi, seperti terapi
remedial, terapi integrasi sensori, maupun terapi lain yang sesuai dengan kebutuhannya. Pusat-pusat terapi semacam ini telah banyak berdiri, meskipun terbatas di kota-kota besar di Indonesia.
Ketekunan, konsistensi, kerja sama dan sikap mau mengubah diri sangatlah dituntut dari pihak
orangtua dan pendidik. Dengan kasih sayang yang tulus, telah banyak orangtua dan pendidik
yang berhasil membantu anak-anaknya mengatasi masalah mereka. Jadi, hiperaktif bukanlah
masalah tanpa jalan keluar.
http://www.childcare-center.com/masalah/gpph.html
ochamutz91 @ 5:45 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} Retardasi Mental
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental,RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18tahun.
http://www.childcare-center.com/masalah/gpph.htmlhttp://www.childcare-center.com/masalah/gpph.htmlhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-pemusatan-perhatian-dan-hiperaktivitas-gpph/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-pemusatan-perhatian-dan-hiperaktivitas-gpph/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-pemusatan-perhatian-dan-hiperaktivitas-gpph/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/retardasi-mental/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/retardasi-mental/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/retardasi-mental/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-pemusatan-perhatian-dan-hiperaktivitas-gpph/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://www.childcare-center.com/masalah/gpph.html8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
10/33
Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan
kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta
adaptasi sosial.3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan mental.
PENYEBABTingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan.
Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki
penyebab yang spesifik.Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)- Perdarahan intrakranialsebelum atau sesudah lahir
- Cedera hipoksia(kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
- Cedera kepala yang berat
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)-Rubella kongenitalis
-Meningitis- Infeksisitomegalovirusbawaan
-Ensefalitis
- Toksoplasmosis kongenitalis-Listeriosis
- InfeksiHIV
3. Kelainan kromosom
- Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
-Defekpada kromosom (sindroma X yang rapuh,sindroma Angelman,sindroma Prader-Willi)- Translokasikromosom dansindroma cri du chat
4. Kelainangenetikdan kelainan metabolik yang diturunkan- Galaktosemia
- Penyakit Tay-Sachs
-Fenilketonuria- SindromaHunter
- SindromaHurler
- Sindroma Sanfilippo
-Leukodistrofi metakromatik-Adrenoleukodistrofi
- SindromaLesch-Nyhan
- SindromaRett
- Sklerosis tuberosa
5. Metabolik- SindromaReye
-Dehidrasi hipernatremik
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
11/33
-Hipotiroid kongenital
-Hipoglikemia(diabetes melitusyang tidak terkontrol dengan baik)
6. Keracunan
- Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
- Keracunan metilmerkuri- Keracunan timah hitam
7. Gizi-Kwashiorkor
-Marasmus
-Malnutrisi
8. Lingkungan
- Kemiskinan- Status ekonomi rendah
- Sindroma deprivasi.
GEJALA
Tingkatan Retardasi Mental
TingkatKisaran
IQ
Kemampuan UsiaPrasekolah
(sejak lahir-5
tahun)
Kemampuan Usia
Sekolah
(6-20 tahun)
Kemampuan Masa Dewasa
(21 tahun keatas)
Ringan 52-68
-Bisa membangun
kemampuan sosial
& komunikasi
-Koordinasi otot
sedikit terganggu
-Seringkali tidak
terdiagnosis
-Bisa mempelajari
pelajaran kelas 6
pada akhir usiabelasan tahun
-Bisa dibimbing kearah pergaulan sosial
-Bisa dididik
Biasanya bisa mencapai
kemampuan kerja &bersosialisasi yg cukup,
tetapi ketika mengalami
stres sosial ataupunekonomi, memerlukan
bantuan
Moderat 36-51
-Bisa berbicara &belajar
berkomunikasi
-Kesadaran sosial
kurang
-Koordinasi otot
cukup
-Bisa mempelajari
beberapa
kemampuan sosial &pekerjaan
-Bisa belajarbepergian sendiri di
tempat-tempat yg
dikenalnya denganbaik
-Bisa memenuhikebutuhannya sendiri
dengan melakukan
pekerjaan yg tidak terlatih
atau semi terlatih dibawahpengawasan
-Memerlukan pengawasan& bimbingan ketikamengalami stres sosial
maupun ekonomi yg ringan
Berat 20-35 -Bisa mengucapkan -Bisa berbicara atau -Bisa memelihara diri
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
12/33
beberapa kata
-Mampu
mempelajari
kemampuan untuk
menolong dirisendiri
-Tidak memiliki
kemampuanekspresif atau
hanya sedikit
-Koordinasi ototelek
belajarberkomunikasi
-Bisa mempelajari
kebiasaan hidup
sehat yg sederhana
sendiri dibawahpengawasan
-Dapat melakukan
beberapa kemampuan
perlindungan diri dalamlingkungan yg terkendali
Sangat
berat
19 atau
kurang
-Sangat terbelakang
-Koordinasiototnya sedikit
sekali
-Mungkin
memerlukan
perawatan khusus
-Memiliki beberapakoordinasi otot
-Kemungkinan tidak
dapat berjalan atau
berbicara
-Memiliki beberapa
koordinasi otot & berbicara
-Bisa merawat diri tetapi
sangat terbatas
-Memerlukan perawatankhusus
Anak dengan MR ringan (IQ 52-68) bisa mencapai kemampuan membaca sampai kelas 4-6.Meskipun memiliki kesulitan membaca, tetapi mereka dapat mempelajari kemampuan
pendidikan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Mereka memerlukan pengawasan dan bimbingan serta pendidikan dan pelatihan khusus.Biasanya tidak ditemukan kelainan fisik, tetapi mereka bisa menderita epilepsi.
Mereka seringkali tidak dewasa dan kapasitas perkembangan interaksi sosialnya kurang.
Mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru dan mungkin
memiliki penilaian yang buruk.Mereka jarang melakukan penyerangan yang serius, tetapi bisa melakukan kejahatan impulsif.
Anak-anak dengan RM moderat (IQ 36-51) jelas mengalami kelambatan dalam belajar berbicara
dan keterlambatan dalam mencapai tingkat perkembangan lainnya (misalnya duduk danberbicara). Dengan latihan dan dukungan dari lingkungannya, mereka dapat hidup dengan
tingkat kemandirian tertentu.
Anak-anak dengan RM berat (IQ 20-35) dapat dilatih meskipun agak lebih susah dibandingkandengan RM moderat.Anak-anak dengan RM sangat berat (IQ 19 atau kurang) biasanya tidak dapat belajar berjalan,
berbicara atau memahami.
Angka harapan hidup untuk anak-anak dengan RM mungkin lebih pendek, tergantung kepadapenyebab dan beratnya RM. Biasanya, semakin berat RMnya maka semakin kecil angka harapan
hidupnya.
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
13/33
DIAGNOSASeorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat
dibandingkan dengan anak lain yang sebaya.Tingkat kecerdasan yang berada dibawah rata-rata bisa dikenali dan diukur melalui tes
kecerdasan standar (tes IQ), yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD(standar deviasi) dibawah
rata-rata (biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan yang utama adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin.Sedini mungkin diberikan pendidikan dan terapi khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan
kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin.
Pendekatan perilaku sangat penting dalam memahami dan bekerja sama dengan anak RM.
http://www.childcare-center.com/masalah/retardasi-mental.html
ochamutz91 @ 5:44 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi
akan dapat menyebabkan gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat
menetap.
Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari
proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun
beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainanorgan bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif,
keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri
dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguanbicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem
tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer
dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan
penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang salingberhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang
kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Bila penyebabnya karena
lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental,
gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga
disebut keterlambatan bicara fungsional.
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagiananak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau
http://www.childcare-center.com/masalah/retardasi-mental.htmlhttp://www.childcare-center.com/masalah/retardasi-mental.htmlhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/retardasi-mental/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/retardasi-mental/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/retardasi-mental/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-bicara-dan-bahasa/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-bicara-dan-bahasa/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-bicara-dan-bahasa/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/retardasi-mental/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://www.childcare-center.com/masalah/retardasi-mental.html8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
14/33
keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena
keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dansering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan
keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara
akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkanpenderita dengan keterlambatan ini, kemampuan bicara saat masuk usia sekolah akan normalseperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah
visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan
ringan dalam fungsi ekspresif. Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan
neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.
http://www.childcare-center.com/masalah/ganguan-bicara.html
ochamutz91 @ 5:42 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} Multiplex Developmental Disorder
Developmental Disorder Multiplex
Sejak pertama kali diakui autisme, kontinuitas dengan skizofrenia telah menjadi bahan
perdebatan. Bahkan, sampai akhir 1970-an, anak-anak dengan autisme sering dicap sebagai
memiliki skizofrenia masa kanak-kanak. Dalam tiga puluh tahun terakhir, bagaimanapun,
istilah skizofrenia masa kanak-kanak telah mengungsi. kriteria diagnostik untuk autisme telahditetapkan bahwa hanya mengandalkan sosial, komunikatif dan gejala sensorimotor, tanpa
mengacu pada gangguan pemikiran khas skizofrenia.
Namun demikian, ada beberapa anak yang menampilkan defisit sosial dan komunikatif parah,
awal-muncul karakteristik autisme yang menampilkan beberapa JUGA ketidakstabilan
emosional dan proses berpikir beraturan yang menyerupai gejala skizofrenia. Cohen, et al.(1986) yang menciptakan istilah Developmental Disorder Multiplex (MDD) untuk
menggambarkan anak-anak, walaupun mereka sering diberi diagnosis PDD-NOS oleh dokter
yang mungkin belum terbiasa dengan terminologi ini. Tidak seperti skizofrenia, gejala MDDmuncul di awal masa kanak-kanak, sering di tahun-tahun pertama kehidupan, dan bertahan
sepanjang pembangunan. Diagnostik kriteria untuk MDD meliputi:
1. Gangguan perilaku sosial / sensitivitas, mirip dengan yang terlihat pada autisme, seperti:* Tertarik Sosial
* Detasemen, menghindari orang lain, atau penarikan
* Hubungan peer Gangguan* Sangat ambivalen lampiran
* Terbatas kapasitas untuk berempati atau memahami apa yang dipikirkan orang lain atau
perasaan
http://www.childcare-center.com/masalah/ganguan-bicara.htmlhttp://www.childcare-center.com/masalah/ganguan-bicara.htmlhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-bicara-dan-bahasa/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-bicara-dan-bahasa/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-bicara-dan-bahasa/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/multiplex-developmental-disorder/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/multiplex-developmental-disorder/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/multiplex-developmental-disorder/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/gangguan-bicara-dan-bahasa/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://www.childcare-center.com/masalah/ganguan-bicara.html8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
15/33
2. Afektif gejala, termasuk:
* Gangguan regulasi perasaan
* Intense kecemasan, tidak pantas* Berulang panik
* Emosional lability, tanpa penyebab yang jelas
3. Pemikiran gejala gangguan, seperti:* Mendadak, gangguan yang tidak rasional pada pikiran normal* Magical berpikir
* Kebingungan antara realitas dan fantasi
* Delusions seperti pikiran paranoid atau fantasi kekuasaan khusus
Anak-anak yang menunjukkan bukti gejala dari TIGA SEMUA kategori ini dapat
diklasifikasikan sebagai memiliki MDD.
Saat ini, MDD adalah kategori penelitian, tanpa implikasi pendidikan atau pengobatan khusus.
Karena kita tahu begitu sedikit tentang gangguan ini, terlalu dini untuk menyarankan intervensi
khusus. Anak-anak dengan gejala MDD harus ditangani dengan individual program pendidikankhusus dikembangkan dalam kerjasama dengan orangtua, guru, dan tim multidisiplin untuk
mengatasi kekuatan yang unik dan kebutuhan mereka. Orang tua harus berkonsultasi denganpsikiater anak lokal untuk menentukan apakah obat mungkin berguna dalam mengobati gejala-
gejala gangguan afektif terlampir dan berpikir.
http://4yu8.wordpress.com/2010/04/26/multiplex-developmental-disorder/
ochamutz91 @ 5:39 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah InklusiTuna Rungu
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran.Agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah inklusi secara umum sama dengan
prinsip-prinsip pembelajaran yang berlaku bagi anak pada umumnya. Namun demikian, karena
di dalam kelas inkulsi terdapat anak luar biasa yang mengalami hambatan baik fisik, intelektual,sosial, emosional dan/atau sensoris neurologis dibanding dengan anak pada umumnya, maka
guru yang mengajar di kelas inklusi di samping menerapkan prinsip-prinsip umum pembelajaran
juga harus menerapkan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan hambatan yang dimiliki oleh anakluar biasa.
A. Prinsip-prinsip Pembelajaran Secara Umum
1. Prinsip motivasi
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar
tetap memiliki gairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran.
http://4yu8.wordpress.com/2010/04/26/multiplex-developmental-disorder/http://4yu8.wordpress.com/2010/04/26/multiplex-developmental-disorder/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/multiplex-developmental-disorder/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/multiplex-developmental-disorder/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/multiplex-developmental-disorder/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/multiplex-developmental-disorder/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://4yu8.wordpress.com/2010/04/26/multiplex-developmental-disorder/8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
16/33
1. Prinsip latar/konteks
Guru harus mengenal dan mngetahui latar belakang siswa secara lebih mendalam, dalam prosespembelajaran penggunaan contoh-contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan
sekitar, serta menghindari pengulangan yang tidak diperlukan jika anak sudah mampu
memahami sesuatu yang dipelajari.
1. Prinsip keterarahan
Sebelum melakukan pembelajaran guru diharuskan untuk merumuskan lalu menjelaskan tujuan
yang akan dicapai setelah pembelajaran selesai dilakukan, kemudian menyiapkan bahan dan alatyang sesuai dengan materi yang diberikan serta menggunakan strategi pembelajaran yang dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan.
1. Prinsip hubungan sosial
Interaksi antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan dan seterusnyasangat dibutuhkan dalam mengoptimalkan pembelajaran yang diberikan sehingga tercapai tujuanyang diharapkan.
1. Prinsip belajar sambil bekerja
Dalam melakukan pembelajaran siswa harus banyak diberikan kesempatan untuk melakukanpercobaan atau praktek sesuai dengan materi yang ada, siswa diharapkan dapat menemukan
pengertiannya dalam psoses pembelajaran sehingga hasil belajar yang dicapai dapat lebihbermakna.
1.
Prinsip Individualisasi
Kemampuan guru dalam mengenali dan memahami siswa secara individu baik kelebihan ataupu
kelemahan siswa dapat diketahui oleh guru,sehingga dalam melakukan pembelajaran guru tidak
menyamakan kemampuan siswa sehingga masing-masing siswa mendapatkan perhatian danperlakuan yang sesuai dengan kemampuannya.
1. Prinsip menemukan
Guru diharuskan mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing danmelibatkan siswa untuk aktif, baik secara fisik, mental, sosial, dan emosional.
1. Prinsip pemecahan masalah
Hendaknya pembelajaran yang dilakukan mengandung unsur pemecahan masalah sehingga
siswa dilatih untuk berfikir, merumuskan, mengumpulkan data dan menganalisis sertamenyelesaikan permasalahan yang ada.
1. Prinsip kasih sayang
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
17/33
Pembelajaran yang dilakukan hendaknya tidak mengesampingkan prinsip kasih sayang sehingga
siswa merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam belajar, tanpa merasa takut dan tertekan.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Secara Khusus Bagi Anak TunarunguPembelajaran yang dilakukan bagia siswa mendengar berbeda dengan pembelajaran bagi anak
tunarungu, anak tunarungu lebih mengandalkan visualnya serta pembelajaran dapat mudahdipahami jika guru melakukan prinsip-prinsip di bawah ini:
1. Prinsip keterarahwajahan
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru harus berdiri di depan sehingga wajah gurukhususnya mulut guru dapat dilihat oleh anak tunarungu tanpa terhalang apapun, sehingga anak
tunarungu dapat memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.Hindari memberikan penjelasan
sambil berjalan baik di depan kelas maupun ke belakang kelas.Ketika berbicara dengan
tunarungu harus berhadapan langsung (face to face) sehingga pesan yang disampaikan dapatdipahami dan pembelajaran dapat lebih dimengerti.
1. Prinsip keterarahsuaraan
Bagi anak tunarungu suara tidak perlu keras dan kencang, namun guru harus berbicara jelas
dengan artikulasi yang tepat sehingga dapat dipahami oleh tunarungu. Dengan demikianpembelajaran yang dilakukan tidak sia-sia.
1. Prinsip Intersubyektifitas
Dalam pembelajaran guru dan siswa tunarungu sebagai unsur yang penting harus dapat
membangun suatu kesamaan dalam proses pengamatan, apa yang akan diucapkan oleh anak
dengan perantara visualnya harus segera direspon dan dibahasakan kembali oleh guru.
1. Prinsip kekonkritan
Dalam memberikan pembelajaran kepada anak tunarungu harus konkrit hal ini dikarenakan anaktunarungu daya abstraksinya rendah dibandingkan anak mendengar karena minimnya bahasa
yang dimiliki. Segala sesuatu yang diajarkan hendaknya disertai dengan contoh-contoh nyata dan
yang mudah dipahami.
1. Prinsip Visualisasi
Pendengaran anak tunarungu tidak dapat berfungsi maka melalui indera penglihatannya anaktunarungu berusaha memperoleh informasi, untuk itu semua pembelajaran yang diberikan oleh
guru hendaknya dapat diilustrasikan dalam bentuk gambar yang bercerita tentang materi yangdiberikan atau lebih dikenal dengan visualisasi yang berguna untuk memudahkan anak tunarungu
mengerti akan maksud dan isi pembelajaran.
1. Prinsip Keperagaan
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
18/33
Setiap kata yang keluar dari mulut guru hendaknya diulas lebih lanjut hingga anak tunarungu
betul-betul paham maksud dari kata tersebut, kemudian memperagaan atau mempraktekkannya
akan lebih memudahkan anak tunarungu untuk mengerti apa yang diajarkan serta upayakansemua pembelajaran yang dilakukan dapat diperagakan secara pengalaman oleh anak sehingga
anak mudah memahami dan mengerti apa yang diajarkan guru.
1. Prinsip pengalaman yang menyatu
Pengalaman visual cenderung menyatukan informasi yang diterima, Mengajak anak tunarunguuntuk mengalami secara nyata dapat memudahkan anak untuk mengerti akan hubungan-
hubungan yang ada.
1. Prinsip belajar sambil melakukan
Pembelajaran hendaknya dapat bermakna bagi semua siswa tidak terkecuali bagi anak tunarungu,untuk itu segala sesuatu yang dipelajari harus dapat dipraktekkan dan dilakukan oleh anak
tunarungu. Penggunaan strategi pembelajaran yang langsung melibatkan anak lebih bermanfaatdibandingkan anak hanya mendengarkan saja.
http://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-
rungu
ochamutz91 @ 5:37 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} Penempatan Anak Tunarungu di Kelas Inklusi
Sebelum melakukan penempatan anak berkebutuhan khusus di dalam kelas inklusi, sebaiknyadilakukan identifikasi dan asesmen terlebih dahulu. Istilah identifikasi dan asesmen seringdipergunakan secara bergantian. Identifikasi merupakan tahapan awal yang masih bersifat
global/kasar, identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan anak berkebutuhan khusus yang
mengalami penyimpangan, kelainan, hambatan baik secara fisik, intelektual, sosial, emosionaldan tingkah laku dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai.
Hasil dari identifikasi adalah ditemukannya anak-anak berkebutuhan khusus yang memerlukanlayanan pendidikan khusus melalui program pendidikan inklusi. Selanjutnya jika sudah
diidentifikasi lalu ditemukan anak tunarungu dengan derajat ketulian misalnya 90 dB, barulah
dilanjutkan dengan asesmen.
Dengan asesmen akan diketahui kelemahan/kesulitan anak dalam hal tertentu, serta diketahui
pula kekuatan/potensi/kemampuan yang masih dapat dikembangkan juga kebutuhan layanan
khusus yang diperlukan untuk mengatasi hambatan yang dimiliki anak. Setelah dilakukanasesmen dan diketahui kelebihan serta kelemahan anak, barulah guru dapat menempatkan anak
tunarungu berdasarkan kemampuan bahasa yang dimilikinya, selain itu dengan hasil asesmen
guru dapat membuat program pembelajaran yang sesuai dengan potensi yang dimiliki anak.
http://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-runguhttp://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-runguhttp://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-runguhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-runguhttp://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
19/33
Dengan program tersebut diharapkan pembelajaran yang dilakukan anak tunarungu dapat
bermakna.
Setelah dilakukan asesmen barulah dilakukan penempatan dengan program pembelajaran
individual (PPI).Penempatan anak tunarungu di sekolah inklusi di Indonesia pada dasarnya lebih
sama dengan model mainstreaming seperti pendapatVaughn,Bos & Schumn (2000),yaitu:
1. Kelas regular (inklusi penuh)
Anak tunarungu belajar bersama dengan anak mendengar sepanjang hari di kelas regular dengan
menggunakan kkurikulum yang sama.
1. Kelas regular dengan cluster
Anak tunarungu belajar bersama dengan anak mendengar di kelas regular dengan kelompok
khusus.
1. Kelas regular dengan pull out
Anak tunarungu belajar bersama anak mendengar di kelas regular namun dalam waktu-waktu
tertentu anak tunarungu ditarik dari kelas regular ke ruang sumber untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
1. Kelas regular dengan cluster dan pull out
Anak tunarungu belajar bersama dengan anak mendengar di kelas regular dalam kelompok
khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas regular untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
1. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Anak tunarungu di dalam kelas khusus pada sekolah regular, namun dalam bidang-bidang
tertentu dapat belajar bersama dengan anak mendengar di kelas regular.
1. Kelas khusus penuh
Anak tunarungu belajar di dalam kelas khusus pada sekolah regular.
Anak tunarungu di kelas inklusi hendaknya duduk dalam posisi tidak terhalang pandangannyauntuk melihat mulut guru saat menjelaskan, sehingga prinsip keterarahwajahan dan
keterarahsuaraan dapat dilakukan. Guru dalam memberi penjelasan tidak harus bersuara keras,
yang paling penting adalah ujaran yang keluar dari mulut guru dapat jelas dan mudah ditangkap
oleh anak tunarungu.
http://www.bintangbangsaku.com/content/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi
http://www.bintangbangsaku.com/content/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusihttp://www.bintangbangsaku.com/content/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusihttp://www.bintangbangsaku.com/content/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
20/33
ochamutz91 @ 5:35 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} Konsep Sekolah Inklusi
Pendidikan Luar Biasa (Special Education) telah berkembang dari sistem segregasi (Sekolah
Luar Biasa atau Sekolah Khusus) dimana layanan pendidikan bagi anak luar biasa
diselenggarakan di sekolah luar biasa atau sekolah khusus yang terpisah dari teman sebaya padaumumnya, dengan layanan pendidikan yang sama bagi semua tanpa membedakan perbedaan
individual. Secara berangsur-angsur sistem berkembang sampai sesepenuhnya integrasi (terpadu)
yaitu dimana anak luar biasa diterima di sekolah regular dengan keharusan anak menyesuaikan
kurikulumyang digunakan oleh sekolah tersebut, pada mata pelajaran tertentu anak luar biasa adadi kelas khusus hingga anak luar biasa berada di dalam kelas biasa dengan bimbingan khusus
untuk mata pelajaran tertentu.
Layanan pendidikan bagi anak luar biasa mengalami banyak perubahan . Perubahan-perubahan
dalam pendidikan bagi anak luar biasa ini termasuk perubahan dalam kesadaran dan sikap,
keadaan, metodologi, penggunaan konsep-konsep terkait dan sebagainya. Layanan pendidikan
bagi anak luar biasa terus berkembang dan diperjuangkan agar anak luar biasa mendapatkan hakyang sama dengan anak pada umumnya dalam pendidikan. Muncullah pendidikan inklusi yang
merupakan perkembangan terkini dari model bagi anak luar biasa yang secara formal kemudian
ditegaskan dalam pernyataan Salamanca pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan Berkelainanpada bulan Juni 1994 bahwa prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah selama
memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan
ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Pendidikan inklusi memiliki pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback (1990)
mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelasyang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menentang, tetapi sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa maupun bantuan dan dukungan yang dapat
diberikan oleh para guru agar siswa-siswanya berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi jugamerupakan tempat setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling
membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi.
Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua
anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa di sekolah atau
lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak) bersama denganteman-teman sebayanya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh
anak.(Tim Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4)
Pendapat lain mengatakan Pendidikan Inklusi adalah pendidikan yang memberikan layanan
kepada setiap anak tanpa terkecuali. Pendidikan yang memberikan layanan terhadap semua anak
tanpa memandang kondisi fisik, mental, intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku,budaya, tempat tinggal, bahasa dan sebagainya. Semua anak belajar bersama-sama, baik di kelas/
sekolah formal maupun nonformal yang berada di tempat tinggalnya yang disesuaikan dengan
http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/konsep-sekolah-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/konsep-sekolah-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/konsep-sekolah-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/penempatan-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
21/33
kondisi dan kebutuhan masing-masing anak. (Pendidikan yang Terbuka Bagi Semua, Djuang
Sunanto, 2004:3)
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah:
1)Pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual,
emosional, sosial maupun kondisi lainnya.2)Pendidikan yang memungkinkan semua anak belajar bersama-sama tanpa memandang
perbedaan yang ada pada mereka.
3)Pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kemampuannya.4)Pendidikan yang dilaksanakan tidak hanya di sekolah formal, tetapi juga di lembaga
pendidikan dan tempat lainnya.
http://www.bintangbangsaku.com/content/konsep-sekolah-inklusi
ochamutz91 @ 5:33 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} Implementasi Model Pembelajaran Anak Tunarungu di Kelas Inklusi
Pembelajaran anak tunarungu di kelas inklusi tidaklah mudah. Sebelum menempatkan anaktunarungu di kelas inklusi, sebaiknya persyaratan dibawah ini dapat dipenuhi, yaitu:
1. Anak tunarungu harus memiliki bahasa yang cukup. Artinya sebelum anak tunarungudimasukan dalam kelas inklusi terlebih dahulu harus memiliki bahasa yang dapat
menjembatani pembelajaran yang dilakukan dikelas inklusi dan mampu berkomunikasi
dengan baik. Hal ini sangat diperlukan agar anak tunarungu mampu mengikuti
pembelajaran dengan anak regular lainnya tanpa harus menjadi penonton di dalam kelas.Tanpa bahasa yang cukup anak tunarungu hanya sebagai hiasan di kelas inklusi tanpa
bisa mencerna dan memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru.
2. Sekolah yang di dalamnya menyertakan anak berkebutuhan khusus harus memiliki gurupendamping yang berlatarbelakang PLB, lebih baik lagi jika guru pendamping tersebut
berlatarbelakang dari sekolah luar biasa dengan bidang kajian yang sama dengan anak
berkebutuhan khusus yang ada di kelas inklusi.
3. Guru regular hendaknya memahami karakteristik anak tunarungu serta sedapat mungkinmampu berempati terhadap anak tunarungu agar pembelajaran yang diberikan dapat
dipahami dengan mudah.
4. Guru regular mampu menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran bagi anak tunarunguseperti prinsip keterarahwajahan, keterarahsuaraan, prinsip intersubyektivitas dan prinsip
kekonkritan.
5.
Lingkungan di sekolah inklusi harus kondusif dan dapat menerima keberadaan anak
berkebutuhan khusus.6. Sarana dan prasarana yang mendukung bagi anak berkebutuhan khusus.
Jika persyaratan diatas telah dipenuhi, maka selanjutnya pembelajaran di kelas inklusi bagi anak
tunarungu dapat dilakukan. Pembelajaran tunarungu yang paling utama dan terutama adalah
pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa ini diperoleh melalui percakapan. Untuk mencapai
http://www.bintangbangsaku.com/content/konsep-sekolah-inklusihttp://www.bintangbangsaku.com/content/konsep-sekolah-inklusihttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/konsep-sekolah-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/konsep-sekolah-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/konsep-sekolah-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/konsep-sekolah-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://www.bintangbangsaku.com/content/konsep-sekolah-inklusi8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
22/33
kepada pembelajaran yang bermakna bagi tunarungu dibutuhkan pendekatan khusus
yaitu metode maternal reflektif.(MMR).
Pembelajaran bagi tunarungu berbeda dari pembelajaran yang ada pada umumnya. Hal ini
dikarenakan tunarungu tidak dapat menerima informasi melalui pendengarannya dan untuk itu
maka diperlukan adanya visualisasi untuk lebih memudahkan tunarungu menyerap informasi.
Melalui metode maternal reflektifini tunarungu diolah bahasanya. Mulai dari mengeluarkan
suara, mengucapkan kata dengan benar sesuai dengan artikulasinya, hingga tunarungu mampuberkomunikasi dengan menggunakan beberapa kalimat yang baik dan benar.Secara garis besar,
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ini terdiri atas kegiatan percakapan,
termasuk di dalamnya menyimak, membaca dan menulis yang dikemas secara terpadu dan utuh.Dengan ini anak memahami dan dapat menemukan sendiri kaidah-kaidah percakapan.
1. Kegiatan Percakapan
Kegiatan percakapan menjadi ciri utama dalam menggunakan metode maternal reflektif, karenapenyampaian materi ajar semua bidang studi dilakukan melalui percakapan. Dalam metode inidikenal dua jenis percakapan, yaitu percakapan dari hati ke hati atau conversation form heart to
heartdan percakapan linguistik atau linguistic conversation (Uden, 1977).
Percakapan dari hati ke hati merupakan percakapan yang spontan, fleksibel untuk
mengembangkan empati anak. Ungkapan yang dimaksud anak melalui kata-kata atau suara yang
kurang jelas, gesti atau gerakan-gerakan lainnya dan isyarat ditangkap oleh guru (seizingmethod)dan dibahasakan sesuai dengan maksudnya kemudian meminta anak untuk
mengucapkannya kembali (play a double part). Namun dalam kegiatan ini guru tetap menjaga
lajunya percakapan dan pertukaran yang terjadi di antara anggota yang bercakap (anak dengan
anak atau anak dengan guru) misalnya berupa persetujuan, penyangkalan, imbauan, ataukomentar atau pertanyaan untuk memperjelas pesan komunikasi.
Membaca dan menulis penyandang tunarungu dikembangkan melalui percakapan. Pada awalnya
perilaku berbahasa mereka berada pada taraf pengungkapan diri melalui gesti atau gerakan-
gerakan lainnya, isyarat, dan suara-suara yang kurang jelas maknanya yang kemudian
dibahasakan oleh guru melalui seizing method dan play a double part. Anak menerima masukanbahasa tersebut melalui membaca ujaran dan atau melalui pemanfaatan sisa pendengarannya.
Ungkapan-ungkapan bahasa yang belum ditangkap secara sempurna dari diucapkannya dalam
kegiatan percakapan itu dituliskan atau divisualkan dalan bentuk tulisan yang kemudiandibacanya.
Bacaan visualisasi hasil percakapan dipahami anak secara global intutif karena apa yang ditulisi
dan dibacanya merupakan ide-ide mereka sendiri. Oleh karena itu membaca merupakan ide-idemereka sendiri. Oleh karena itu membaca permulaan pada anak tunarungu menurut MMR
merupakan membaca ideo visual. Pengenalan bunyi fonem (vokalisasi dan konsonan) diberikan
menyatu dalam kata dan pengucapannya sehingga lebih bermakna yang pada akhirnya anakmengenal huruf, kata, cara pengucapan, dan cara penulisannya. Dengan demikian dapat
diaktakan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa anak berlangsung secara serempak.
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
23/33
Pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi bagi guru reguler hendaknya mengikuti teknik atau
kaidah-kaidah guru sekolah luar biasa dalam membelajarkan anak tunarungu, prinsip-
prinsip MMRharus dipahami oleh guru reguler, sehingga sekalipun di dalam kelas regular anaktunarungu tetap dilibatkan dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Kemampuan
guru dalam melibatkan anak tunarungu dalam proses pembelajaran memang tidak semudah
membelajarkan anak-anak yang mendengar, dikarenakan setiap kata yang diucapkan oleh guruharus dimengerti dan dipahami anak terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam substansi materiyang akan diberikan.
Pembelajaran anak tunarungu di kelas inklusi haruslah benar-benar terprogram dan selalu
berbasis pada pengembangan bahasa anak yang dilakukan secara berkesinambungan, karena
tanpa bahasa yang dikuasai anak tunarungu, maka pembelajaran di kelas inklusi tidak akan
bermanfaat.
1. BKPBI dan Bina Wicara Sebagai Pendukung dalam Pembelajaran Tunarungu di
Sekolah Inklusi
Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI)ialah pembinaan dalam penghayatan
bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, sehingga sisa-sisa pendengaran danperasaan vibrasi yang dimiliki anak-anak tunarungu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk
berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang penuh bunyi.
Pembinaan secara sengaja yang dimaksud adalah bahwa pembinaan itu dilakukan secara
terprogram; tujuan, jenis pembinaan, metode yang digunakan dan alokasi waktunya sudah
ditentukan sebelumnya. Sedangkan pembinaan secara tidak sengaja adalah pembinaan yangspontan karena anak bereaksi terhadap bunyi latar belakang yang hadir pada situasi pembelajaran
di kelas, sepeti bunyi motor, bunyi helikopter atau halilintar, kemudian guru membahasakannya.
Misalnya, Oh kalian dengar suara motor ya ? Suaranya brem brem brem benar begitu?.Kemudian guru mengajak anak menirukan bunyi helikopter dan kembali meneruskanpembelajaran yang terhenti karena anak bereaksi terhadap bunyi latar belakang tadi
Secara singkat tujuan BKPBIadalah sebagai berikut :
Agar anak tunarungu dapat terhindar dari cara hidup yang semata-mata tergantung padadaya penglihatan saja, sehingga cara hidupnya lebih mendekati anak normal.
Agar kehidupan emosi anak tunarungu berkembang dengan lebih seimbang.
Agar penyesuaian anak tunarungu menjadi lebih baik berkat dunia pengalamannya yanglebih luas.
Agar motorik anak tunarungu berkembang lebih sempurna.
Agar anak tunarungu mempunyai kemungkinan untuk mengadakan kontak yang lebih
baik sebagai bekal hidup di masyarakat yang mendengar.
Dalam hal kemampuan berbicara, BKPBIdapat membantu agar anak tunarungu dapat
membentuk sikap terhadap bicara yang lebih baik dan cara berbicara yang lebih jelas. SaranaBKPBI mencakup :
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
24/33
1. Ruang Khusus untuk kegiatan pembelajaran yang sebaiknya dilengkapi dengan medan
pengantar bunyi (sistem looping).
2. Perlengkapan terdiri atas perlengkapan nonelektronik dan perlengkapan elektronik.3. Alat-alat penunjang yaitu perlengkapan bermain.
4. Tenaga khusus pelaksana BKPBIhendaknya memenuhi beberapa persyaratan, antara lain
memiliki latar belakang pendidikan guru anak tunarungu, memiliki dasar pengetahuantentang musik, dan memiliki kreativitas dalam bidang seni tari dan musik.
Sekolah yang di dalamnya terdapat anak tunarungu,hendaknya memiliki ruang BKPBIsebagaipendukung dalam membelajarkan anak tunarungu dalam mengolah bahasanya. Sehingga
kemampuan berbahasa anak tunarungu dapat ditingkatkan dan semakin berkembang. Guru
berlatarbelakang pendidikan luar biasa kajian tunarungu, sangat diperlukan dalam
mengembangkan bahasa anak tunarungu melalui BKPBIdan Bina Wicara.Untuk itu sekalipunberada di kelas inklusi namun anak tunarungu tetap mendapatkan latihan strong>BKPBI
dan Bina Wicara. strong>BKPBI danBina Wicaraini sebaiknya diberikan secara rutin dan
terus menerus hingga kosa kata anak bertambah banyak dan pada akhirnya mampu
berkomunikasi dengan baik dan benar.
Pembelajaran anak tunarungu di kelas inklusi yang dipaparkan diatas adalah salah satu contohbentuk pembelajaran yang memasukan anak tunarungu di kelas regular untuk bersama-sama
belajar dengan anak mendengar lainnya namun dalam waktu tertentu anak tunarungu tersebut
diberikan latihan-latihan yang mampu membantu anak untuk memperoleh bahasa dan mengolah
bahasa yang sudah dimilkinya melalui pendekatan MMRlalu ditunjang dengan latihanstrong>BKPBI dan Bina Wicara.
Memasukan anak tunarungu ke dalam kelas inklusi tanpa memberikan layanan yang sesuai
dengan kebutuhan anak tersebut hanyalah sia-sia dan menambah penderitaan anak tunarungu
saja. Untuk itu agar tidak menjadi penderitaan anak tunarungu sebaiknya sekolah harus benar-benar memberikan semua kebutuhan anak tunarungu dalam proses pembelajarannya melaluikegiatan-kegiatan pembelajaran dengan pendekatan MMRmelalui percakapan dengan didukung
strong>BKPBI dan Bina Wicara. Dengan demikian pembelajaran anak tunarungu yang
dilakukan di kelas inklusi dapat bermakna, sehingga anak tunarungu keberadaanya di sekolahinklusi bukan hanya sekedar diterima namun juga terlayani secara kebutuhannya yang terkait
dengan kemampuannya untuk berbahasa dan berkomunikasi tanpa harus
mendiskriminasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bunawan, Lani dan C. Susila Yuwati (2000),Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu,
Yayasan Santi Rama, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional (2000),Pengajaran Bina Persepsi Bunyi dan Irama
untuk Anak Tunarungu, Jakarta
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2004),Pedoman Pendidikan Terpadu/Inklusi Alat
Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta
Dardjowidjoyo, Soenjono (2003),Psikolinguistik Pengantar Pemahaman BahasaManusia, Yayasan Obor Indonesia, Unika Atmajaya, Jakarta
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
25/33
Gatty (1994),Mengajarkan Wicara kepad anak-anak Tunarungu, Alih bahasa
Hartotanojo, Yayasan Karya Bakti, Wonosobo
Griffey, Nicholas (1981),A Survey of Present Metods of Developing Language in Deaf
Children
Hargrove, Linda and James Poteet (1984),Assessment in Special Education (the
education evaluation), Prentice Hall. Inc, New Jersey Nugroho Bambang (2004),Pentingnya Intervensi Dini Secara Edukatif Bagi Anak
Tunarungu, Makalah Pelatihan Teknis Tunarungu,Jakarta
http://www.bintangbangsaku.com/content/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-
di-kelas-inklusi
ochamutz91 @ 5:30 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} KESULITAN BELAJAR MENULIS (DISGRAFIA)HANDWRITING
A. LATAR BELAKANG
Kesulitan belajar (learning disabilities)pada anak, bila tidak dideteksi secara dini dan tidakdilakukan terapi secara benar, bisa menyebabkan kegagalan dalam proses pendidikan anak.
Kepedulian orang tua yang tinggi dapat membantu dalam deteksi dini kesulitan belajar ( learning
disabilities)pada anak. Ada dua jenis kesulitan belajar (learning disabilities), yaitu yangbersifat developmentaldan yang bersifat akademis. Komponen utama dari developmentallearning disabilities adalah perhatian, memori, persepsi, dan kerusakan persepsi motori, selain
kerusakan berpikir dan kekurangan bahasa. Di dalam kelompok ini, sejumlah anak yang
memiliki kesulitan belajar khusus (specific learning difficulty, SpLD) atau kesulitan belajar
akademis dideskripsikan sebagai mereka yang memiliki kesulitan dalam aspek bahasa, membaca,mengeja, dan matematika. Meskipun fungsi inteligensinya normal dalam arti intelektual, mereka
mengalami kesulitan yang signifikan sekalipun tingkat kinerjanya secara umum baik.
Untuk selanjutnya,paperini relatif banyak akan menjelaskan mengenai kesulitan menulis
(disgrafia) terutama handwritingkarena kecenderungan yang terjadi saat ini, dimana banyak
siswa-siswa Sekolah Dasar (permulaan SD, kelas IIII) yang mengalami kesulitan dalammenulis, bukan karena tulisan mereka yang buruk, mungkin cara dan strateginya yang belum
tepat diterapkan pada siswa-siswa tersebut sehingga mereka mengalami kesulitan sewaktu
menulis. Padahal, kemampuan menulis sangatlah diperlukan, baik dalam kehidupan di sekolahmaupun di masyarakat guna keperluan penyelesaian tugas-tugas sekolah. Sedangkan, di dalam
kehidupan bermasyarakat, orang memerlukan kemampuan menulis untuk keperluan berkirim
surat, mengisi formulir, ataupun membuat catatan. Jadi, menulis bukan hanya kegiatan menyalin
tetapi juga mengekspresikan pikiran, ide, dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.
B. PEMBAHASAN
1. PENYEBAB
http://www.bintangbangsaku.com/content/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusihttp://www.bintangbangsaku.com/content/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusihttp://www.bintangbangsaku.com/content/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusihttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://www.bintangbangsaku.com/content/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusihttp://www.bintangbangsaku.com/content/implementasi-model-pembelajaran-anak-tunarungu-di-kelas-inklusi8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
26/33
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan
disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau
belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap sianak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya. Namun, kita dapat mengenali ciri-ciri
ataupun gejala-gejala yang muncul pada anak yang mengalami disgrafia, antara lain:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau
pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan
tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8.
Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudahada.
Setelah melihat adanya gejala, maka kita dapat mengidentifikasi untuk mengetahui penanganan
selanjutnya karena menulis merupakan suatu proses dimana proses belajar menulis ini
melibatkan rentang waktu yang panjang. Selain itu, proses belajar menulis tidak dapat dilepaskan
kaitannya dengan proses belajar berbicara dan membaca.
2. ASESMEN
Tujuan utama dalam pengajaran menulis adalah keterbacaan. Untuk dapat mengkomunikasikan
pikiran dalam bentuk tertulis, pertama-tama anak harus dapat menulis dengan mudah dan dapatdibaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan asesmen. Asesmen itu sendiri dapat dilakukan secaratidak langsung dan asesmen langsung.
a) Asesmen Tidak Langsung
Untuk melakukan asesmen tidak langsung terhadap anak, kita dapat mengumpulkaninformasi-informasi penting mengenai kemampuan mengeja dan menulis melalui
asesmen secara langsung.
Analisa yang dilakukan harus relevan antara data yang ada dengan observasi langsungatau tidak teridentifikasi melalui observasi langsung yang didapat dan telah memenuhi
informasi-informasi penting sebagai hipotesa akhir.
Persepsi Guru
Data yang ada: Sumber data bisa didapat dari berbagai sumber, antara lain: data darisekolah, latihan yang diberikan, tanggapan guru, dan contoh tugas harian.
Mengatur dan mengklasifikasikan informasi yang didapat melalui asesmen secara tidak
langsung, hasilnya akan valid dan menjadi hipotesa apabila telah melalui asesmen secaralangsung.
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
27/33
Lakukanlah pencatatan untuk menganalisa kesalahan dalam penulisan huruf yang
dilakukan oleh siswa.
b) Asesmen Langsung
Asesmen secara langsung terdiri dari 3 bagian tugas yang harus dipenuhi, yaitu:
Melakukan observasi terhadap siswa dalam melakukan pembelajaran di dalam kelas.
Melakukan interview pada siswa.
Mengatur dan menjelaskan tes secara individual.
Form: Asesmen Handwriting
Tanggal
AsesmenTahap Perkembangan Tanggal
Dicapai
Anak memasukkan krayon ke mulut dan meremas kertas
Anak menusukkan krayon ke kertasAnak dapat mencoretscribblessecara acak
Anak dapat membuat coretanscribblesecara spontan dengan arah
vertikal
Anak dapat membuat coretanscribblesecara spontan dengan arah
vertikal
Anak dapat membuatscribblesecara spontan dengan arah memutar
Anak dapat mengimitasiscribbledengan arah horisontal
Anak dapat mengimitasiscribbledengan arah vertikal
Anak dapat mengidentifikasikan posisi: kanankiri
Anak dapat mengidentifikasikan posisi: atasbawahAnak dapat mengidentifikasikan posisi: tengah
Anak mampu mengimitasi garis horisontal
Anak mampu mengimitasi garis vertikal
Anak mampu mengimitasi garis melingkar
Anak mampu mengkopi garis horizontal
Anak mampu mengkopi garis vertical
Anak mampu mengkopi lingkaran
Anak mampu mengimitasi tanda plus
Anak mampu mengkopi tanda plus
Anak mampu mengimitasi garis diagonal ke bawah dan ke atasdengan arah ke kanan
Anak mampu mengkopi garis diagonal ke bawah dan ke atas denganarah ke kanan
Anak mampu mengimitasi bentuk kotak
Anak dapat mengkopi bentuk kotak
Anak mampu mengimitasi garis diagonal ke bawah dan ke atas
dengan arah ke kiri
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
28/33
Anak mampu mengkopi garis diagonal ke bawah dan ke atas denganarah ke kiri
Anak mampu mengimitasi tanda X
Anak dapat mengkopi tanda X
Anak mampu mengimitasi bentuk segitiga
Anak dapat mengkopi bentuk segitigaAnak mampu mengimitasi bentuk belah ketupat
Anak dapat mengkopi bentuk belah ketupat
Tanggal Asesmen:
Komentar:
____________________________________________________________________________________________________________________________________
3. STRATEGI
Untuk para orang tua/guru/orang-orang yang dekat dengan anak, kesulitan belajar menulis(disgrapia) sering terkait dengan beberapa hal di bawah ini, antara lain :
Positioning => Untuk mendukung pada tulisan anak, ingatkan agar duduk dengan posisi
yang benar karena kestabilan trunk akan mendukung pada kontrol lengan yang baik pula.
Ukuran Kursi yang Tepat => Ingatkan anak agar duduk dengan posisi:
1. 1. kaki flat di lantai dan posisi paha paralel dengan lantai.
2. 2. Pergelangan kaki, lutut, dan paha membentuk sudut 900.
3.
3. Pastikan tempat duduk tidak terlalu lebar, sehingga anak dapat bersandar dengannyaman. Lebar lutut belakang ke kursi sekitar 2. Kita harus dapat meletakkan satu jari
atau dua jari di sela paha dan kursi.
4. 4. Pastikan sudut kursi tidak membuat anak mengarah ke belakang.
Posisi Kursi yang Benar => Pastikan anak duduk secara nyaman dan agak condong ke
depan dan ke arah depan. Lengan saat diletakkan di atas meja berada di sudut 300.
Modifikasi => Pemberian alat Bantu bidang miring akan membantu anak supaya duduk
lebih tegak, sehingga tidak banyak menekuk lehernya dan ketika sedang mengerjakan
tugas pada bidang miring itu akan membuat secara otomatis ekstensi pergelangan
tangannya sehingga mampu menulis.
Posisi kertas
o Saat duduk dengan tepat, anak seharusnya meletakkan kertas di atas meja dan di
bawah yang menulis membentuk formasi segitiga.
o Sudut kertas seharusnya:
1. 200-45
0, bagi anak yang tangan kanannya dominan.
2. 300-45
0, bagi anak yang tangan kirinya dominan.
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
29/33
C. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Menulis adalah salah satu komponen sistem komunikasi yang menggambarkan pikiran, perasaan,
dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang dan bahasa grafis. Menulis tidak dapat dilepaskankaitannya dengan proses belajar bicara dan membaca. Oleh sebab itu, untuk dapat
mengkomunikasikan pikirannya dengan mudah dalam bentuk tertulis, anak harus dapat menulis
dengan benar dan dapat dibaca.
Dengan demikian, pengajaran menulis pada tahap awal haruslah difokuskan pada caramemegang alat tulis dengan benar, menulis huruf cetak dan huruf bersambung dengan benar, dan
menjaga jarak serta proporsi huruf secara benar dan konsisten.
Untuk itu, hal yang perlu diingat dalam mengajarkan menulis adalah kemampuan anak dalamketerampilan berbahasa lainnya, yaitu mendengarkan, berbicara, dan membaca haruslah
ditingkatkan penguasaannya karena untuk dapat menulis dengan baik, seorang anak harus dapatberpikir, membaca, dan memahami bahasa orang lain secara logis dan rasional.
2. SARAN
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua/guru untuk membantu anak yang mengalami
gangguan ini, diantaranya:
1. Memahami keadaan anak/siswa.Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan
yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu
dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orangtua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-
tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua2. Meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan
gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
3. Menyajikan tulisan cetakBerikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan
ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk
menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan
komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahuikesalahannya.
4. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali
menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri danfrustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap
dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
5. Latih anak untuk terus menulisLibatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya
untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya,
8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
30/33
seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk
orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak
disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalambentuk tulisan konkret.
D. BAHAN BACAAN
1. Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta
2. Gunadi, Tri. Pelatihan Terapis di Hotel Marcopolo, Jakarta.3. http://www.bintangbangsaku.com/
4. http://ld-online.com/
5. http://members.aol.com/signwrite2/kids/6. Yusuf, Mumawir (2005). Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta
http://www.bintangbangsaku.com/kumpulan-paper-dan-makalah/kesulitan-belajar-menulis
ochamutz91 @ 5:28 pm [disimpan dalampsikologi anak khususTinggalkan sebuah Komentar
{Mei 29, 2010} Mengenal Anak Tunalaras dan Variasinya
Istilah gangguan emosi dan kelainan perilaku sebenarnya lebih banyak digunakan oleh parapsikiater dan psikolog. Perilaku menyimpang (behavioral impairment)merupakan istilahberkaitan dengan kelainan perilaku yang banyak dibicarakan oleh para pendidik. Variasi istilah
ini berkaitan dengan perbedan pandangan terhadap aspek dan kelainan, seperti aspek emotional,
social, behavior dan personal.
Rhoidesmenganjurkan pendekatan ekologi dalam memaknai gangguan gangguan perilaku. Ia
menggambarkan ketidakstabilan emosi dan perilakulebih merupakan suatu produk budaya,
masyarakat, dan lingkungan keluarga di mana orang itu ada sebagai individu hasil darilingkungan tersebut. Para antropolog budaya telah mengenali bahwa perilaku normal dalam
suatu budaya mungkin dianggap tidak normal oleh budaya lainnya. Dalam konteks Amerika,
misalnya PL 94-142 mengajukan istilah ketidak stabilan emosi yang serius diambil untukkategori ketidakmampuan ini. Istilah ini dipilih, paling tidak sebagian adalah untuk menegaskan
bahwa ketidak stabilan emosi saja merupakan bagian pengalaman yang normal dari setiap orang.
Kelainan perilaku anak yang menyimpang dari perilaku normal, diakibatkan adanya
pertentangan dengan orang dan masyarakat sekitarnya. Kebanyakan dari mereka mempunyai
skor rendah dalam belajar dan tes inteligensi. Prevalensi terjadinya anak-anak dengan hendaya
perilaku menyimpang bervariasi, namun diperkirakan berkisar antara dua hingga 22 persen darianak-anak usia sekolah, dan diidentifikasikan banyak terjadi pada anak-anak laki-laki daripada
anak perempuan.
Pendapat lain, bahwaprivalensi dari anak dengan hendanya perilaku menyimpang berkisar lima
hingga 20 persen atau bahkan lebih dari populasi anak usia sekolah,em>(Kauffman, J.M.,1985:25). Adanya tekanan-tekanan yang sering terjadi di masyarakat terhadap anak, ditambah
http://bintangbangsaku.com/http://bintangbangsaku.com/http://ld-online.com/http://ld-online.com/http://members.aol.com/signwrite2/kids/http://members.aol.com/signwrite2/kids/http://www.bintangbangsaku.com/kumpulan-paper-dan-makalah/kesulitan-belajar-menulishttp://www.bintangbangsaku.com/kumpulan-paper-dan-makalah/kesulitan-belajar-menulishttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/mengenal-anak-tunalaras-dan-variasinya/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/mengenal-anak-tunalaras-dan-variasinya/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/mengenal-anak-tunalaras-dan-variasinya/http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/#respondhttp://ochamutz91.wordpress.com/category/psikologi-anak-khusus/http://www.bintangbangsaku.com/kumpulan-paper-dan-makalah/kesulitan-belajar-menulishttp://members.aol.com/signwrite2/kids/http://ld-online.com/http://bintangbangsaku.com/8/10/2019 Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Use
31/33
dengan ketidakberhasilan anak bersangkutan dalam pergaulan lingkungannya seringkali menjadi
penyebab perilaku-perilaku yang menyimpang. Dapat juga terjadi, bila seorang anak kurang
memahami akan aturan-aturan yang ada dalam kehidupan masyarakat atau juga dapat terjadi olehkarena adanya suatu pendangan yang keliru terhadap sekelompok minoritas tertentu, dapat
menjadi sebab anak yang suka melawan hukum atau aturan-aturan tertentu dan selalu
memberontak untuk melawan orang yang berkuasa.
Perilaku sosio-adaptif perlu dipertimbangkan dalam memberikan reaksi dan melakukan
penyesuaian oleh seseorang saat merespon terhadap pengalaman-pengalaman hidup yangdiperoleh dalam lingkungannya. Faktor-faktor sosio-adaptif antara lain perkembangan
kedewasaan, penyesuaian sosial, dan kemampuan belajar. Jika seseorang mempunyai
penyimpangan tingkat penyesuaian normal secara kronologis, dapat dipastikan menjadi anak
yang kurang dapat menyesuaikan diri dan berperilaku menyimpang.
Identifikasi terhadap kasus kelainan perilaku menyimpang dapat juga dipakai sebagai patokan
untuk menggunakan program penyembuhan. Sebagai contoh, jika seorang anak mempunyai
masalah psikologis maka diperlukan model psikoanalitis yang lebih menekankan padapsikodinamis. Di sisi lain, jika seorang anak menunjukkan penyimpangan perilaku dalam
bermasyarakat maka diperlukan penanganan dengan model perilaku, yaitu dengan caramemodifikasi untuk belajar berperilaku yang benar daripada membetulkan kasus-kasusnya.
Tipe perilaku yang tampak, merupakan refleksi-refleksi dari perasaan diri seperti marah, merasasering menemui kegagalan, takut, frustasi, ketakutan tanpa sebab, konsep diri yang kurang, tidak
merasa aman, penerimaan terhadap dirinya yang kurang, masalah-masalah identitas, merasa
diacuhkan oleh orang lain. Perilaku semacam ini sering diikuti dengan masalah-masalah lainberkaitan dengan kegagalan dalam belajar dan berbicaranya gagap.
Ada tiga perilaku utama yang tampak pada seorang anak dengan kelainan perilaku menyimpang,yaitu: agresif, suka menghindar diri dari keramaian, dan sikap bertahan diri.
Sikap bertahan diri, merupakan perilaku yang dilakukan untuk melindungi diri dari situasiberbahaya secara psikologis. Mekanisme ini selalu digunakan oleh semua orang dalam populasi
secara umum tetapi bila digunakan secara berlebihan oleh seseorang maka ia mempunyai
hendaya kelainan perilaku salah suai, karena cara-cara perlindungan diri sendiri yangdilakukannya dilakukan secara tidak wajar. Contohnya, suka menyalahkan orang lain bila dirinya
melakukan kesalahan atau kekurangan, berperilaku kekanak-kanakan, suka melamun atau
berfantasi untuk lari dari kenyataan yang sebenarnya, tindakan-tindakannya selalu menggunakan
alasan-alasan yang tidak masuk akal, adanya hambatan atau kelangkaan ingatan disebabkansering mendapatkan kejadian-kejadian yang penuh ketegangan, suka mengembangkan
keterampilan khusus atau bakat tertentu untuk penyesuaian terhadap kekurangan dirinya,
menganggap dirinya seperti seseorang yang ia kagumi
Penggolongan anak tunalarasdapat ditinjau dari segi gangguan atau hambatan dan kualifikasi
berat ringannya kenakalan, dengan penjelasan sebagai