Upload
jefri-hussin
View
291
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 1/72
Psikolinguistik dan Pembelajaran Bahasa
Abstrak : Kegiatan berbahasa berlangsung secara mekanistik dan mentalistik, artinya kegiatan
berbahasa berkaitan dengan proses atau kegiatan mental ( otak ) manusia sehingga study linguistik
perlu dilengkapi denagn study antardisiplin antara linguistik dan psikologi yang lazim disebutpsikolinguistik. Obyek psikolinguistik adalah bahasa yakni bahasa yang berproses dalam jiwa manusia
yang tercermin dalam gejala jiwa dan ruang lingkup psikolinguistik yakni bahasa dilihat dari aspek –
aspek psikologi dan sejauh yang dapat dipikirkan oleh manusia. Hubungan bahasa dan pikiran adalah
hubungan timbal balik bahwa bahasa membentuk pikiran dan sebaliknya pikiran membentuk bahasa.
Bahasa merupakan medium paling penting bagi semua intekrasi manusia dan dalam banyak hal bahasa
dapat disebut sebagai intisari dari fenomena social. Bahasa sebagaimana yang dikatakan oleh ahli
sosiologi bahasa, bahwa tanpa adanya bahasa, tidak akan ada kegiatan dalam masyarakat selain dari
kegiatan yang didorong oleh naruni saja. Sehingga bahasa merupakan pranata social yang setiap orang
menguasai, agar dapat berfungsi dalam daerah yang bersifat kelembagaan dari kehidupan social. Dan
bahwa psikolinguistik adalah sebagai sesuatu bidang ilmu yang luas yang turut berperan dalam
memberikan berbagai pertimbangan khususnya dalam proses pembelajaran bahasa.
Kata kunci :Psikolinguistik , bahasa, pikiran, pembelajaran.
A. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatudengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalamsegala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidakdisertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, jika orang bertanya apakah bahasa
itu, maka jawabannya dapat bermacam-macam sejalan dengan bidang kegiatan tempatbahasa itu digunakan. Jawaban seperti, bahasa adalah alat untuk menyampaikan isipikiran, bahasa adalah alat untuk berintekrasi, bahasa adalah alat untukmengekspresikan diri, dan bahasa adalah alat untuk menampung hasil kebudayaan,semuanya dapat diterima.
Sebagai alat intekrasi verbal, bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal. Secarainternal kajian dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu, mulai dari strukturfonology, morphology, sintaksis, sampai stuktur wacana. Kajian secara eksternalberkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan factor-faktor atau hal yang ada diluarbahasa seperti social, psikology, etnis, seni, dan sebagainya.
Dewasa ini tuntutan kebutuhan dalam kehidupan telah menyebabkan perlunyadilakukan kajian bersama antara dua disiplin ilmu atau lebih. Kajian antara disiplin inidiperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam kehidupan manusia yang
semakin kompleks.
Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah komplek manusia, selain berkenaandengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa.Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung mekanistik, tetapi jugaberlangsung secara mentalistik, artinya kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dalamproses atau kegiatan mental ( otak ). Oleh karena itu, dalam kaitannya denganpembelajaran bahasa, study linguistik perlu dilengkapi dengan study antardisiplinantara linguistik dan psikologi. Inilah yang lazim disebut dengan psikol inguist ik .[i]
Dalam makalah sederhana ini akan dipaparkan tentang pengertian psikolinguistik,obyek dan ruang lingkupnya, subdisiplin ilmu psikolinguistik dan secara gamblangakan diungkapkan juga tentang bagaimana hubungan bahasa dengan pikiran ( otak )manusia serta kaitan dengan pembelajaran bahasa terutama dalam bahasa asing dan
kegagalan pendidikan dan pengajaran.
B. PEMBAHASAN
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 2/72
1.Pengertian Psikolinguistik
Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik yakni dua bidang
ilmu yang berbeda, yang masing- masing berdiri sendiri dengan prosedur dan metode yang berlainan.
Namun keduanya sama- sama meneliti bahasa sebagai obyek formalnya. Hanya obyek materinya yang
berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa sedangkan psikologi mengkaji prilaku berbahasa atau
proses berbahasa.[ii]
Robert Lado seorang ahli dalam bidang pembelajaran bahasa mengatakan bahwa psikolinguistik adalah
pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa,
bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang ada kaitannya dengan itu yang tidak
begitu mudah dicapai atau didekati melalui salah satu dari kedua ilmu tersebut secara terpisah atau
sendiri-sendiri.
Emmon Bach dengan singkat dan tegas mengutarakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang
meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara atau pemakai suatu bahasa membentuk atau
membangun atau mengerti kalimat bahasa tertentu tersebut.[iii]
Paul Fraisse menyatakan bahwa :” Psycholinguistics is the study of relations between our needs for
e xpression and communication and the means offered to us by a language learned in one’s childrood
and later”. Psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan antara kebutuhan – kebutuhan kita untuk
berekspresi dan berkomunikasi melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap
selanjutnya.[iv]
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang
jmengucapkan kalimat- kalimat yang didengarkannya pada waktu berkomunikasi dan bagaimanakemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoritis tujuan utama
psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara
psikologi dapat menerangkan hakekat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain psikolinguistik
mencoba menerangkan hakekat struktur bahasa dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada
waktu bertutur dan pada waktu memahami kalimat-kalimat peneturan itu.
Dikaitkan dengan komunikasi, psikolinguistik memusatkan perhatian pada modifikasi pesan selama
berlangsungnya komunikasi dalam hubungan dengan ujaran dan penerimaan atau pemahaman ujaran
dalam situasi tertentu. Berdasarkan batasan- batasan yang disebutkan diatas, terdapat pandangan
sebagai berikut :[v]
a. Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak.
b. Psikolinguistik berhubungan langsung dengan proses mengkode dan menafsirkan kode.
c. Psikolinguistik sebagai pendekatan
d. Psikolinguistik menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa dan perubahan bahasa.
e. Psikolinguistik membicarakan proses yang terjadi pada pembicara dan pendengar dalam kaitannya
dengan bahasa.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 3/72
2.Obyek Dan Ruang lingkup Psikolinguistik
Telah dijelaskan diatas bahwa psikolinguistik sebenarnya gabungan dua disiplin ilmu yakni gabungan
linguistik dengan psikologi. Obyek linguistik adalah bahasa dan obyek psikologi adalah gejala jiwa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa obyek psikolinguistik adalah bahasa juga, tetapi bahasa yang
berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dengan gejala jiwa. Dengan kata lain, bahasa yang
dilihat dari aspek-aspek psikologi. Orang yang sedang marah akan lain perwujudan bahasanya yang
digunakan dengan orang yang sedang bergembira. Titik berat psikolinguistik adalah bahasa, dan bukan
gejala jiwa. Itu sebabnya dalam batasan- batasan psikolinguistik selalu ditonjolkan proses bahasa yang
terjadi pada otak, baik proses yang terjadi diotak pembicara maupun proses yang terjadi diotak
pendengar .[vi]
Dengan mencoba menganalisis obyek linguistik dan obyek psikologi dan titik berat kajian psikolinguistik,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ryang lingkup psikolinguistik mencoba memberikan bahasa dilihat dari
aspek psikologi dan sejauh yang dapat dipikirkan oleh manusia. Itu sebabnya topik-topik penting yang
menjadi lingkupan psikolinguistik adalah :
1. Proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran.
2. Akuisisi bahasa
3. Pola tingkah laku berbahasa
4. Asosiasi verbal dan persoalan makna.
5. Proses bahasa pada orang yang abnormal, misalnya anak tuli.
6. Persepsi ujaran dan kognisi.
3. Subdisiplin Psikolinguistik
Psikolinguistik telah menjadi bidang ilmu yang sangat luas dan kompleks dan berkembang pesat
sehingga melahirkan beberapa subdisiplin psikolinguistik. Diantara subdisiplin psikolinguistik adalah
sebagai berikut :[vii]
a.Psikolinguistik Teoritis
Subdisiplin ini membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses- proses mental manusia
dalam berbahasa. Misalnya dalam rancangan fonetik, rancangan pilihan kata, rancangan sintaksis,
rancangan wacana, dan rancangan intonasi.
b. Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama
maupun pemerolehan bahasa kedua. Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan fonologi, proses
pemerolehan simantik dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap dan terpadu.
c. Psikolinguistik Sosial
Subdisiplin ini berkenaan dengan aspek-aspek social bahasa. Bagi suatu manyarakat bahasa, bahasa
itu bukan hanya merupakan suatu gejala dan identitas social saja, tetapi juga merupakan suatu ikatan
bathin dan nurani yang sukar ditinggalkan.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 4/72
d. Psikolinguistik Pendidikan
Subdisiplin ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di sekolah.
Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran dalam kemahiran berbahasa,
dan pegetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses memperbaiki
kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.
e. Psikolinguistik Neurology ( neuropsikolinguistik )
Subdisiplin ini mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa dan otak manusia. Para pakar neurology
telah berhasil menganalisis struktur biologis otak serta telah memberi nama pada bagian struktur otak
itu. Namun ada pertanyaan yang belum dijawab secara lengkap yaitu apa yang terjadi dengan masukan
bahasa dan bagaimana keluaran bahasa diprogramkan dan dibentuk dalam otak itu.
f. Psikolinguistik Eksperimen
Subdisiplin ini meliputi dan melakukan eksperimen dalam semua kegiatan bahasa dan berbahasa pada
satu pihak dan prilaku berbahasa dan akibat berbahasa pada pihak lain.
g. Psikolinguistik Terapan
Sundisiplin ini berkaitan dengan penerapan dari temuan enam subdisiplin psikolinguistik diatas kedalam
bidang tertentu yang memerlukannya. Yang termaksuk sub disiplin ini ialah psikologi, linguistik,
pertuturan dan pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran membaca neurology,psikistri,
komunikasi dan sastra.
4. Induk Disiplin Psikolinguistik
Karena nama psikolinguistik merupakan gabungan dari psikologi dan linguistik, maka timbul pertanyaan :
apa induk disiplin psikolinguistik itu, linguistik atau psikologi. Beberapa pakar berpendapat,
psikolinguistik berinduk pada psikologi karena istilah itu merupakan nama baru dari psikologi bahasa
yang telah dikenal pada beberapa waktu sebelumnya.
Namun di Amerika Serikat pada umumnya, psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik,
meskipun Noam Chomsky , tokoh linguistik transformasi yang terkenal itu, cenderung menempatkan
psikolinguistik sebagai cabang psikologi. Di prancis pada tahun enam puluhan, psikolinguistik
dikembangkan oleh pakar psikologi. Sedangkan di Inggris psikolinguistik dikembangkan oleh pakarlinguistik yang bekerjasama dengan beberapa pakar psikologi dari Inggris dan Amerika Serikat. Di
Rusia psikolinguistik telah dikembangkan oleh para pakar linguistik pada Institut Linguistik Moskow.
Sebaliknya di Rumania ada kecenderungannya menempatkan psikolinguistik sebagai satu disiplin
mandiri, tetapi penerapannya lebih banyak diambil oleh linguistik.
Bagaimana di Indonesia? Tampaknya psikolinguistik dikembangkan dibidang linguistik pada fakultas
pendidikan bahasa dan belum pada program nono kependidikan bahasa. Psikolinguistik yang
dikembangkan dalam pendidikan bahasa sudah seharusnya diserasikan dengan perkembangan
linguistik dan perkembangan psikologi. Untuk itu dituntut adanya penguasaan yang seimbang akan teori
psikologi. Lalu yang patut dikembangkan dalam pendidikan bahasa adalah subdisiplin psikolinguistikperkembangan dan psikolinguistik pendidikan.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 5/72
5. Pokok Bahasan Psikolinguistik
Didalam Kurikulum Pendidikan Bahasa pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan mata kuliah
psikolinguistik dimasukkan dalam kelompok mata kuliah proses belajar-mengajar , dan bukan pada
kelompok mata kuliah linguistik atau kebahasaan. Hal ini karena pokok bahasan dalam psikolinguistik
itu erat kaitannya denga kegiatan proses belajar mengajar bahasa itu yang mencakup antara lain
masalah berikut antara lain :
1. Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia mampu berbahasa?
Bahasa itu terdiri dari komponen apa saja?
2. Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa ia harus lahir? Dimanakah bahasa itu berada atau disimpan ?
3. Bagaimana bahasa pertama ( bahasa ibu) diperoleh oleh seorang kanak-kanak? Bagaimana
perkembangan penuasaan bahasa itu ? bagaimanakah bahasa kedua itu dipelajari? Bagaimana
seseorang bisa menguasai dua tau tiga atau banyak bahasa.
4. Bagaimana proses penyusunan kalimat atau kalimat-kalimat?. Proses apakah yang terjadi didalam otak
waktu berbahasa.
5. Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati ? bagaimana proses terjadinya sebuah dialek? Bagaimana
proses berubahnya suatu dialek menjadi bahasa baru?
6. Bagaimana hubungan bahasa denngan pemikiran ?. bagaimana pengaruh kedwibahasaan atau
kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang?
7. Mengapa seseorang menderita penyakit atau mendapat gangguan berbicara sepert afasia dan
bagaimana menyembuhkannya ?
8. Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik ?
6. Bahasa Dan Pikiran
Kenyataan menunjukkan bahwa bahasa digunakan untuk mengungkapkan pikiran. Seseorang yang
sedang memikirkan sesuatu kemudian ingin menyampaikan hasil pemikiran itu, ia mengunakan alat
dalam hal ini bahasa. Langacker mengatakan ― berfikir adalah aktifitas mental manusia‖. Aktivitas
mental ini akan berlangsung apabila ada stimulus artinya ada sesuatu yang menyebabkan manusia
untuk berfikir. Dalam kaitan ini Langacker mengatakan bahwa pikiran dikondisi oleh kategorik linguistik
dan pengalaman yang dikodekan dalam wujud konsep kata yang telah tersedia.
Seorang sarjana terkenal yang melihat hubungan bahasa dengan pikiran yakniBenjamin Whorf yang
bersama-sama dengan Edward Sapir mengemukakan hipotesis yang terkenal dengan nama Hipotesis
Whorf-Sapir ( Sapir Whorf Hypouthesis)menyatakan bahwa pandangan dunia suatu masyarakat
ditentukan oleh struktur bahasanya.[viii] Adapun tesis Whorf mengenai hubungan antara bahasa dan
pikiran mencakup dua hal yakni :
1. Masyarakat linguistik yang berbeda, merasakan dan memahami kenyataan dengancara-cara yang
berbeda.
2. Bahasa yang dipakai dalam suatu masyarakat membantu untuk membentuk struktur kognitif para
individu pemakai bahasa tersebut.
Bahasa dapat memperluas pikiran. Dalam hal seperti ini seseorang harus banyak bergaul dan banyak
membaca yang menyebabkan pandangan dan pikirannya bertambah luas. Pergaulan kita dengan para
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 6/72
ilmuwan, kegiatan seseorang banyak membaca pasti akan memperluaskan wawasan dan pikiran
tentang banyak hal. Ketika seseorang mendengar pidato atau ceramah tentu banyak istilah atau konsep
yang ia dengar. Konsep dan istilah-istilah itu menambah pembendaharaan bahasanya sekaligus
memperluas pikirannya. Demikian pula dengan kegiatan membaca, apa yang belum diketahui akan
diketahui, bahkan apa yang telah diketahui akan lebih mendalam dan meluas, dengan kata lain pikiran
bertambah luas karena aktivitas yang berhubungan dengan bahasa, dengan menguasai banyak bahasa
pikiran bertambah luas.
Berbeda dengan pendapat Sapir dan Whorf , Jean piaget sarjana Prancis berpendapat bahwa justru
pikiranlah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Pikiranlah yang menentukan
aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya.[ix] Menurut teori pertumbuhan kognisi,
seorang anak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya
kemudian baru melalui bahasa. Piaget yang mengembangkan teori pertumbuhan kognisi menyatakan
jika seorang anak dapat menggolong-golongkan sekumpulan benda-benda dengan cara yang berlainan
sebelum mereka dapat menggolong-golongkan benda tersebut dengan mengunakan kata-kata yang
serupa dengan benda-benda tersebut, maka perkembangan kognisi telah terjadi sebelum dia dapat
berbahasa.
Biasanya kajian tentang hubungan bahasa dan pikiran dikaitkan dengan tiga nama besar
seperti Boas yang dikenal sebagai Bapak anthropology Amerika , Sapir dan Whorf yang terkenal
dengan teorinya bahwa cara berfikir seseorang sangat ditentukan oleh struktur bahasa ibunya ( native
language ). Teori ini kemudian dikenal sebagaiSapir Whorf Hipothesis ( Hipotesis Sapir Whorf). Ada
juga yang menyebutkan sebagaiTeori Relativitas Bahasa. Menurut Boas, Sapir dan Whorf manusia
merupakan korban struktur bahasa ibunya ( prisoners of the structure native language ).[x]
Sebagai sebuah teori wajar hipotesis Sapir dan Whorf juga mendapatkan sanggahan dari ahli yang lain
antara lain :
1. Jika pikiran manusia itu ditentukan oleh bahasa ibunya, bagaimana mungkin orang dari latar belakang
yang berbeda-beda, tentu dengan struktur bahasa yang berbeda pula, bisa berkomunikasi.
2. manusia didunia ini umumnya bilingual bahkan ada yang multilingual sejak kecil. Apakah kita bisa
mengatakan mereka ini memiliki perangkat pikiran ( thoughat compartment ) yang berbeda karena
struktur bahasanya masing-masing?. Tentu saja tidak.
3. Fakta bahwa kategori tertentu tidak ada dalam bahasa itu tidak berarti bahwa penutur asli bahasa itu
tidak dapat memahami kategori tersebut. Misalnya system gramatikal yang menandai sumber informasi
pada bahasa suku Hopi dapat dijelaskan dalam bahasa Inggris kendati tidak ada dalam sestem
gramatikal bahasa Inggris. Akhirnya system gramatikal semua bahasa didunia memilki pola yang secara
universal sama, walaupun sekilas tampak beda. Disini kelemahan hipotesis Sapir dan Whorf tampak[xi]
Namun demikian, banyak ahli sekarang yang menggunakan hipotesis Sapir dan Whorf ini untuk
keperluan study mereka. Terkait dengan hipotesis ini, banyak ahli bahasa yang berpendapat bahwa
bahasa dapat mempengaruhi pikiran manusia dan sebaliknya pikiran manusia juga bisa mempengaruhi
struktur bahasa. Dengan demikian, pikiran dan bahasa berada dalam hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi, tetapi bukan pada hubungan sebab akibat. Uraian berikut barangkali bisa mempertegas
kembali hubungan antara bahasa dengan pikiran.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 7/72
Disemua budaya terdapat hubungan antara pikiran dan budaya. Ketika anak mulai belajar bahasa orang
tuanya, mereka juga mulai belajar menyesuaikan diri dengan budaya orang tuanya. Ini yang disebut
dengan Proses Inkulturasi. Pada saat ini anak mulai belajar dialek orang tua dan teman bermainnya.
Bagi peminat bahasa memahami hubungan antara bahasa dan budaya dan melihat bagaimana
keduanya berintekrasi tentu sangat penting. Terkait dengan dialek, para ahli sampai kepada
kesepakatan bahwa tidak ada pertanyaan yang begitu menarik pada study linguistik selain sejauh mana
bahasa atau dialek mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir. Dalam dunia pendidikan, orang
berasumsi bahwa bahasa menentukan pikiran seseorang. Bahasa dianggap sebagai factor diterminan
yang menentukan lancar tidaknya nalar atau pikiran seseorang. Sedangkan yang lain berasumsi bahwa
bahasa hanya mempengaruhi atau tidak menentukan pikiran seseorang.
Menurut Vygotsky , ketika anak mulai belajar bahasa pada saat itu pula dia mulai mengembangkan
kemampuan mengunggapkan sesuatu yang menghubungkannya dengan proses berfikir yang disebut
dengan Inner Speech atau Egocentr ic Speech . Kita bisa memperhatikan seorang anak sendiri sambil
menata permainan disekelilingnya. Ini menunjukkan bahwa pikiran mempengaruhi bahasa anak
tersebut. Kemampuan inipun sebenarnya juga dimiliki orang dewasa misalnya ketika sedang
menyelesaikan persoalan matematika, dia sambil berfikir, bicara sendiri seolah ada orang
disekelilingnya. Disini jelaslah bahwa pikiran yang sedang berlangsung karena mengerjakan soal
matematika tersebut berpengaruh pada bentuk ujaran yang diunggapkan.
Dari kedua pendapat ini, jika dikolaborasi maka akan menghasilkan suatu pendapat bahwa
hubungan antara bahasa dan pikiran adalah hubungan timbal-balik, dimana tidak hanya bahasa yang
membentuk atau menentukan pikiran, namun pikiran juga membentuk bahasa. Seseorang memerlukan
bahasa untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang ada diotaknya, begitu juga sebaliknya dalam
berbahasa diperlukan pikiran sehingga proses berbahasa itu dapat berlangsung dengan baik.
Dengan demikian hubungan anrata bahasa dan pola pikiran semakin menarik banyak peminat dari
berbagai disiplin ilmu. Jauh sebelumnya tokoh seperti Bo as, Sapir danWhor f telah memulai
memeloporinya dengan mengajukan teori yang menyangkut masalah hubungan bahasa dan pola piker.
Adalah sebuah kewajaran bahwa teorinya kemudian memperoleh teori tandingan dari ahli yang lain. Ini
semakin menunjukkan persoalan bahasa dalam kaitannya dengan pola piker penuturnya sangat
menarik dan menjadi kajian yang luas bukan hanya bagi ahli bahasa tetapi juga antropologii, psikolog
dan ahli pendidikan.
Kalaupun belum mencapai kata sepakat yang jelas dari uraian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa
perkembangan budaya suatu masyarakat berimplikasi pada perkembangan bahasa masyarakat
penuturnya dengan munculnya kosa kata dan pola kalimat yang baru.
Perkembangan bahasa juga dipandang menyebabkan perkembangan budaya sebab peristiwa
berbahasa dianggap sebagai peristiwa budaya. Karena antara ilmu bahasa ( linguistik ) dan ilmu
budaya ( antropologi) jelas tidak bisa dipisahkan . keduanya saling mempengaruhi dalam hubungan
saling terkait, bukan hubungan sebab akibat. Penutur bahasa idealnya mengetahui budaya masyarakat
pemilik bahasa yang bersangkutan agar tidak terjadi kesalahan komunikasi yang dapat saja
menimbulkan kesalahpahaman, ketersinggungan dan bahkan pertengkaran. Sebab berbahasa bukan
sekedsar mengucapkan kata yang diatur sedemikian rupa menurut kaidah bahasa atau gramatika.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 8/72
Tetapi berbahasa menyiratkan keluhuran makna baik makna social maupun cultural dari kata yang
diucapkan.
7.Pengetahuan Tentang Ilmu Bahasa.
Linguistik ( Latin ; lingua berarti bahasa ) adalah ilmu yang mempergunakan bahasa sebagai obyek
study. Anggapan dasarnya adalah bahwa bahasa itu merupakan gejala atau fenomena alam yang
berdiri sendiri terlepas dari fenomena yang lain. Karena itu bahasa dapat dipelajari secara tersendiri,
tanpa memperhatikan aspek-aspek diluar bahasa. Obyek utama dari linguistik adalah bahasa
sedangkan tujuan adalah untuk mengkaji bahasa sebagai bahasa dan untuk bahasa itu sendiri yaitu
bagaimana sifat-sifat dan tata cara atau perilaku bahasa itu sendiri.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kridalaksana (dalam Nikelas, 1988:10), Ilmu pengetahuan itu
dikelompokkan kedalam tiga bidang besar yaitu :[xii]
1.Ilmu pengetahuan alam termasuk didalamnya ilmu kimia, biologi, botani, geologi,astronomi, dansebagainya.
2.Ilmu pengetahuan social budaya yang juga disebut dengan pengetahuan kemanusiaan termasuk
didalamnya antropologi, sosiologi, ilmu pengetahuan kesusteraan, ekonomi dan sebagainya.
3.Ilmu pengetahuan formal juga disebut dengan pengetahuan apreori, termasuk didalamnya logika dan
matematika.
Berdasarkan kelompok pengetahuan tersebut, linguistik dapat dikelompokkan kedalam ilmu social
budaya ( humanities), selanjutnya Kridalaksana menjelaskan bahwa sekalipun linguistik merupakan
salah satu ilmu social atau kemanusian, namun kedudukannya sebagai ilmu yang atonom maka tidak
perlu diragukan lagi, karena linguistik menyelidiki bahasa sebagai data utama. Dan juga, bahwa
linguistik sudah mengembangkan seperangkat prosedur yang sudah dianggap standar.
Jika kita ingin mempelajari sesuatu obyek, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan
adalah pertama ialah apakah obyek itu ?. dengan perkataan lain orang bertanya tentang apa itu bahasa
atau hakekat bahasa itu ?. dengan istilah ilmu itu dikatakanOntology Bahasa.
Secara ontology, ilmu bahasa mengkaji berbagai gejala bahasa, dan tali-temali bahasa dengan gejala
lain. Wardhaugh (1986: 1) menyebutkan ―…a language is what the members of a particular society
speak‖. Sebelumnya Saussure (1973: 16) mendefinisikan bahasa sebagai ―.. a system of signs that
express ideas‖. Jadi, pada hakikatnya bahasa adalah lisan. Dengan demikian, bahan kajian primer ilmu
bahasa adalah bahasa lisan, sedangkan bahasa tulisan merupakan bahan kajian sekunder (Verhaar,
1976: 3). Mengapa bahasa tulisan menjadi sekunder? Para tokoh hermeneutika kontemporer seperti
Gadamer memandang bahwa menurut kodratnya bahasa adalah ―lisan‖, kemudian disusul bahasa tulis
demi efektivitas dan kelestarian bahasa tutur. Perubahan bahasa dari tutur ke tulis mengandung banyak
kelemahan, misalnya kehilangan konteks dan daya ekspresi penuturnya (Rahardjo, 2005: 84).
Pertanyaan yang kedua ialah bagaimana orang mempelajari bahasa itu atau menganalisis atau
menelaah bahasa itu. Secara ilmiah disebut Epistemologi Bahasa . dalam epistemology bahasa para
penganalisis bahasa mencari dan menentukan metode study bahasa. Maka lahirlah metodologi analisis
bahasa. Secara alamiah dikatakan dengan Aksiolog i Bahasa. Dengan berpedoman pada pengetahuan
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 9/72
akan ontology bahasa, epistemology bahasa dan aksiology bahasa itu barulah orang dapat memulai
study tentang bahasa.
Sebagai alat utama komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manusia, bahasa memiliki ciri dan
kekhasan sendiri yang berbeda dengan bidang pengetahuan yang lain, baik dari aspek ontologik,
epsitemologik maupun aksiologik. Pemahaman ontologik yang mencakup objek dan wilayah kajian,
pemahaman epistemologik yang mencakup cara mengkajinya dan pemahaman aksiologik yang
mencakup tujuan dan manfaat kajian penting dikuasai oleh setiap peneliti atau pengkaji
bahasa. Kekeliruan penetapan objek dan wilayah kajian akan berakibat sangat fatal; bisa jadi penelitian
yang semula dirancang sebagai penelitian bahasa bergeser ke penelitian bidang lain, seperti sosiologi,
antropologi, psikologi dan sebagainya.
Berdasarkan objek kajiannya, bahasa dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Kajian internal
bahasa dilakukan terhadap struktur intern bahasa seperti struktur fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, dan teks atau wacana. Kajian secara internal ini akan menghasilkan perian-perian bahasa itu
saja tanpa ada kaitannya dengan masalah lain di luar bahasa dan menggunakan teori dan prosedur
yang ada dalam disiplin linguistik saja. Orang menyebutnya sebagai disiplin linguistik murni ( pure
linguistics). Karena hanya mencakup wilayah atau objek kajian di dalam bahasa, kajian demikian sering
disebut kajian mikrolinguistik (microlinguistics).[xiii]
Sebaliknya, kajian secara eksternal berarti kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor di luar
bahasa, tetapi berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di masyarakat. Pengkajian
secara eksternal ini akan menghasilkan rumusan-rumusan atau kaidah-kaidah yang berkenaan dengan
kegunaan dan penggunaan bahasa dalam segala kegiatan manusia di masyarakat. Kajian secara
ekternal tentu saja tidak saja menggunakan teori dan prosedur linguistik saja, tetapi juga menggunakan
teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan disiplin lain seperti sosiologi, psikologi,
antropologi dan sejenisnya. Jadi kajian atau penelitian bahasa secara eksternal melibatkan dua disiplin
atau lebih, sehingga wujudnya berupa ilmu antar-disiplin (interdisciplinary studies) seperti sosiolinguistik,
psikolinguistik, neurolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, dan linguistik komputasi.
Karena mencakup objek kajian di luar bahasa, kajian demikian lazimnya disebut makrolinguistik
(macrolinguistics).
8.Pengajaran Bahasa
Pengajaran bahasa disini maksudnya adalah usaha pengajar ( guru, dosen, instruktur ) dan lembaga
untuk membantu orang belajar bahasa. Dalam definisi seperti ini yang menjadi pusat perhatian adalah
― belajar‖ dan semua kegiatan pengajar dan materi pelajaran yang memungkinkan dan membantu
kegiatan belajar itu adalah pemudahan ( bahasa inggris: facilitation). Proses dan hasil dari usaha seperti
ini oleh banyak orang lebih suka disebut dengan pembelajaran daripada pengajaran. Implikasinya ialah
bahwa makin banyak perhatian diberikan pada materi pelajaran dan motivasi pelajar dan makin
berkurang pada metode dan teknik mengajar, dalam arti memanipulasi atau mengatur tindakan pelajar
secara mekanis.
Kalau seseorang belajar, tentu ada yang dipelajarinya. Dalam belajar bahasa, yang dipelajari ialah
suatu ― keterampilan menggunakan unsure-unsur bahasa untuk berkomunikasi‖. Dalam kurikulum 1984,
pandangan dan dasar pemikiran ini diwujudkan dan diterapkan dalam merakit GBPP, khususnya GBPP
Bahasa Indonesia dan GBPP Bahasa Inggris, yang komponen korikulernya terdiri atas dua bagian yaitu
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 10/72
― Unsur -Unsur Bahasa Dan Kegiatan Berbahasa‖ dan yang berakitan materinya dan cara penyajiannya
mengikuti ― pendekatan komunikatif‖. Unsure bahasa yang diberikan ialah: ( 1) lafal dan ejaan, ( 2 ) tata
bahasa, ( 3 ) kosakata. Kegiatan berbahasa diberikan ialah ( 1) membaca / pragmatic dan untu bahasa
Indonesia saja, apresiasi sastra. Pembelajaran bahasa seperti ini adalah usaha membuat pelajar
terampil menggunakan unsure bahasa secara wajar untuk berkomunikasi.[xiv]
9.Psikolinguistik pada pembelajaran Bahasa
Bahasa merupakan cirri khas manusia dan hal itu merupakan hal yang komplek dan merupakan obyek
study bagi kegiatan ilmu yang bermacam-macam sesuai dengan pandangan ilmuwan yang
mempelajarinya. Bagi ahli filsafat, bahasa mungkin merupakan alat untuk berfikir, bagi ahli logika
mungkin suatu kalkulus, bagi ahli ilmu jiwa mungkin jendela yang kabur untuk dapat ditembus guna
melihat proses berfikir dan ahli untuk bahasa suatu system lambang yang arbitrer.
Dengan begitu bahasa juga dapat diselidiki secara berbeda pula misalnya sebagai gejala individu
ataupun gejala social. Dalam hal ini yang pertama penyelidikan bahasa itu merupakan bagian dari ilmu
jiwa umum, sehingga kategori-kategori deskriptif seperti ingatan, keterampilan dan persepsi dapat
dipakai untuk menerangkan tingkah laku yang bersifat kebahasaan maupun non kebahasaan.Sebagai
gejala social, bahasa merupakan bagian dari sosiologi umum, sehingga kategori-kategori deskriptif yang
dipakai untuk menerangkan bahasa adalah istilah sosiologi pula seperti struktur social kebudayaan,
status dan peranan dan sebagainya. Dengan demikian study kebahasaan diwarnai oleh pengaruh dari
luar dan inilah yang menimbulkan dorongan agar tercipta adanya otonomi atau kebebasan ilmu bahasa
( IB) dari ilmu yang lain.[xv]
Di dalam mempertimbangkan penerapan teori-tiori linguistik dalam pembelajaran bahasa, dimungkinkan
teori berasal dari linguistik teoritis dengan aliran yang ada seperti pembelajaran bahasa structural atau
tranformasi, mungkin pula dari psikolinguistik maupun sosiolinguistik. Yang terpenting ialah bahwa teori
itu dapat dimanfaatkan untuk pembenaran pelaksanaan pembelajaran bahasa.
Ilmu bahasa teoritis dengan aliran Ilmu Bahasa ( IBS) misalnya menekankan sifat bahasa yang ada
pada dasarnya diucapkan. Bukti diajukan seperti semua manusia itu berbicara, meskipun tidak
mengenal tulisannya dan anak belajar berbicara dulu dan baru kemudian belajar membaca dan menulis.
Sebagai konsekuensinya, Pembelajaran Bahasa ( PB ) menekankan penguasaan bahasa lisan dalam
bahasa asing. Tulisan bahasa tidak diajarkan pada tingkat permulaan dan ditunda sampai murid
menguasai bahasa lisannya dengan baik. Sebagai dasar pertimbangan memperkenalkan bahasa dan
tulisan dengan waktu yang bersamaanhanyalah menimbulkan kesukaran rangkap karena murid
dihadapkan pada dua kesukaran belajar selakigus.
Ilmu Bahasa Struktural ( IBS) juga menekankan sifat bahasa yang unik, yang mengandung pengertian
bahwa bahasa itu berbeda satu dari yang lain. Implikasinya ialah bahwa orang yang belajar bahasa
asing akan menjumpai kesukaran yang terutama disebabkan oleh adanya unsure yang berbeda antara
bahasa ibu murid dengan bahasa sasaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa ( PB) perlu
dilakukan analisis kontrastif antara kedua bahasa untuk identifikasi unsure yang berbeda agar dapat
dipersiapkan sebelumnya langkah-langjkah untuk mengatasinya.[xvi]
Bahasa terdiri dari dua aspek yakni aspek pengetahuan dan aspek keterampilan, yang keduanya harus
diperhatikan dan dikembangkan dalam Pembelajaran Bahasa (PB). Murid yang telah memahami kaidah,
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 11/72
baik itu melalui penjelasan atau bimbingan guru agar murid menemukan sendiri, segera saja diberi
kesempatan untuk mengunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Guru tidak dianjurkan untuk banyak
berteori mengenai bahasa, karena Pembelajaran Bahasa (PB) lebih ditekankan pada penggunaan
bahasa dalam pergaulan antar manusia, mengingat bahasa adalajh juga suatu gejala social. Inilah
suatu prinsip yang ditekankan oleh Ilmu Psikolinguistik maupun Sosiolinguistik.
Ilmu psikolinguistik mengajarkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan
maksud pikiran atau perasaan. Sehingga pembelajaran bahasa hendaknya bukan dimaksudkan agar
murid hanya menguasai bahasa itu sebagai suatu sestem belaka yang berdiri sendiri, hingga sampai
pada apa yang disebut taraf penguasaan keterampilan memanipulasi bahasa saja. Banyak guru bahasa
yang mengeluh bahwa murid yang telah sampai pada taraf penguasaan keterampilan bahasa ( skill
getting phase ) yakni mengunakan bahasa sebagai alat komunikasi sehari-hari. Mungkin ini disebabkan
oleh perhatian guru yang terlalu menitik beratkan pada kemampuan murid menghasilkan kalimat yang
betul secara gramatikal, sehingga kurang memberi kesempatan pada murid untuk menyatakan
kemampuan atau isis hati dengan kalimat yang telah dipelajari itu.
Berdasarkan pengalaman ini sebaiknya latihan berkomunikasi diberikan sedini mungkin, bila perlu
bersamaan dengan latihan kebahasaan untuk membuat kaliamat yang betul. Munkin sebaiknya guru
jangan terlalu bersifat hiper-korek, yang meminta murid menghasilkan kalimat yang betul saja hingga
mengorbankan arus komunikasi. Ini pun juga tidak berarti bahwa murid dihadapkan pada situasi yang
rumit sehingga titik tolak berkomunikasi, melainkan dipilihkan situasi yang cukup sederhana dan dalam
batas kemampuan murid untuk berkomunikasi. Disinilah letak seninya, guru dituntut untuk dapat kreatif
dan inovatif dalam menciptakan situasi yang serasi dengan kemampuan murid, agar murid terdorong
melatih menggunakan bahasa sasaran sebagai media komunikasi.[xvii]
Seseorang belajar bahasa dan dikatakan mampu berbahasa apabila pertamamempunyai pemilikan
tentang bahasa tersebut yang oleh Noam Chamsky dikatakan “ a speaker’s competence, his
knowledge of the language” .dan kedua mempunyai kemampuan penggunaan bahasa tersebut yang
oleh Noam Chomsky dikatakan “his performance, his actual use of the language in concrete
situation “ .[xv i i i ]
Adapun pertimbangan penerapan psikolinguistik pada pembelajaran bahasa adalah pada :
Ø Kelompok pembuat dan penentu kebijaksanaan bahasa. Selain pertimbangan psikolingusitik juga
pertimbangan sosiolinguistik.
Ø Kelompok pendidik Guru. Pendidik guru harus dapat memberikan informasi tentang metode dan
teknik baru yang efektif dalam pengajaran bahasa.
Ø Kelompok guru. Guru akan melihat konsekuensi pengajaran bahasa. Hasil atau konsekuensi ini
ditentukan oleh interaksi ( a) guru, ( b) siswa,( c ) metode dan teknik, (d ) materi dan isi pengajaran
bahasa.
Ø Kelompok penguasaan alat-alat pendidikan khususnya pengajaran bahasa. Dengan kemajuan
teknologi, alat Bantu pengajaran pun dikembangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
penghasil alat laboratorium bahasa, film bahasa dan lain sebagainya.[xix]
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 12/72
Dengan adanya berbagai pertimbangan diatas, hendaknya dapat kita upayakan bahwa dalam
pembelajaran bahasa diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk merealisasikan sebuah hasil kongkrit
yang mungkin sampai saat ini kurang yakni pertimbangan psikolinguistik sebagai suatu ilmu yang
mengajarkan bagaimana penggunaan bahasa itu secara actual dalam berkomunikasi.
Dari paparan diatas dapat kita garis bawahi bahwa psikolinguistik sebagai bidang ilmu yang
menitikberatkan pada penerapan bahasa secara actual dan komunikasi harus bisa terwujud. Tentunya
dengan dukungan berbagai pihak, sebab dalam belajar bahasa asing perlu diberikan asumsi bahwa
belajar bahasa asing itu mudah. Dan yang harus kita lakukan adalah menerpkan berbagai metode dan
pendekatan yang memungkinkan siswa mudah memahaminya. Satu yang tak dapat kita pungkiri bahwa
bahasa merupakan satu bentuk kebiasaan.
10.Kegagalan Pendidikan Dan Pengajaran
Sebagai salah satu institusi yang paling bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, pendidikan kita tampaknya gagal mengembangkan daya imajinatif peserta didik. Pengajaran
bahasa masih sarat dengan muatan struktur yang mengakibatkan anak didik terbiasa berfikir structural.
Padahal struktur hanya bagian kecil dari bahasa
Sedangkan pengajaran sastra seperti dongeng, drama, roman sejarah dan sejenisnya belum berhasil
membangun watak dan jati diri anak didik dan mengembangkan daya kreatifitas mereka. Padahal lewat
sastra kita bisa mengasah kemahiran bahasa, melalui dongeng bisa dikembangkan kesadaran bahwa
hidup ini tidak mudah dan penuh cobaan dan toh manusia bisa mengatasinya asal memiliki semangat
dan etos kerja yang tinggi. Lewat roman sejarah bisa dikembangkan persoalan kemasyarakatan, sebab
roman sejarah bukan hanya memberi informasi tentang peristiwa atau keadaan social, budaya ekonomi
tentang peristiwa atau keadaan social budaya ekonomi politik masa lalu, melainkan juga menumbuhkan
ikatan bathin suatu bangsa dengan masa lalunya.
Sulit diingkari bahwa kegagalan pengajaran bahasa kepada anak didik kita telah melahirkan pemakai-
pemakai bahasa yang tidak bermatabat, sehingga yang terjadi adalah prilaku berbahasa yang jauh dari
nilai estetika karena mengandalkan emosi dan ambisi pribadi. Bahasa menjadi piranti saling hujat dan
menjatuhkan sebagaimana kita saksikan pada realitas berbahasa masyarakat kita akhir-akhir ini.
Padahal kesatunan, prilaku bahkan tingkat kemajuan kehidupan atau peradaban suatu bangsa terlihat
dari bahasanya. Kekayaan kosakata suatu bahasa memperhatikan kemajuan peradaban bangsa
pemiliknya. Sementara itu, keteraturan dan ketataasasan kaedah berbahasa kita mengalami persoalanyang cukup serius. Kita dapat mencermati dalam masyarakat betapa kata-kata yang ditulis dalam
bahasa Indonesia dengan sangat jelas, tetapi diucapkan dengan salah. Salah satu contoh yang dapat
dikemukakan misalnya psikologi diucapkan saikoloji.
Menghadapi realitas pengunaan bahasa demikian, pengajar bahasa memainkan peran sangat penting,
bukan saja bagaimana mengajar bahasa sesuai kaidah dan aturan sehingga menghasilan anak didik
yang mampu berbahasa dengan baik dan benar tetapi lebih dari itu adalah bagaimana menanamkan
gambaran kebangsaan kepada anak didik.Dalam amanatnya pada Kongres Bahasa Indonesia VIII di
Jakarta ( 17/10/2003) lalu Mendiknas Prof A Malik Fadjar menyatakan bahwa pengajar bahasa harus
kreatif melahirkan karya bagi setiap generasi. Kita harus sadar bahwa bahan dapat melahirkan generasi
yang mampu menunjukkan orang-orang berperadaban.[xx]
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 13/72
Mengutip amanat Malik Fadjar , untuk menyongsong kehidupan kedepan yang sangat kompleks dan
membangun peradaban bangsa dalam arti luas, serta mengantarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
yang ―bermakna “ setidaknya terdapat lima upaya yang harus dilalui oleh para pakar, peminat dan
pengajar bahasa adalah
1. Menanamkan dan menumbuhkan keberaksaraan ( literacy) secara fungsional.
2. Menekankan kemampuan berkomunikasi yang baik.
3. Menjalankan pendekatan keilmuan
4. Memainkan peran pemeliharaan terhadap temuan dan kelayakan bahasa.
5. Memainkan peran pemugaran, pemeliharaan dan perbaikan bahasa sehingga bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang hidup dieraglobalisasi untuk ketahanan nasional.
Persoalan bahasa Indonesia sekarang ini tidak bisa dipandang hanya sebagai sebuah
symbol kebahasaan semata. Agar memperoleh jawaban akar permasalahan secara komprehensif
diperlukan cara pandang linguistik dengan melibatkan analisis multidimensional artinya permasalahanbahasa tidak saja dipandang sebagai persoalan linguistik semata, tetapi juga persoalan social, budaya,
dan politik. Sejauh ini perspektif baik ilmu psikolinguistik maupun sosiolinguistik yaitu ― chaika‖ ( 1982)
tampaknya sangat tepat untuk memahami bahwa wajah dunia kebahasaan kita seperti sekarang ini
tentu tidak lepas dari kondisi masyarakat kita yang dari aspek social, politik, ekonomi dan budaya
memang sedang terpuruk. Dengan gambaran kebahasaan kita saat ini memang sangat sulit untuk
menggali otentisitas kebudayaan dan peradaban kita. Wajar pula kija persoalan keindonesiaan kita
memang mulai ada yang mengungat.
11. Faktor-Faktor Bagi Keberhasilan Pembelajaran Bahasa
Metode dan teknik pengajaran itu bukanlah satu-satunya factor yang menentukan keberhasilan datau
kegagalan pengajaran bahasa. Keberhasilan pengajaran bahasa membutuhkan beberapa hal sebagai
factor penunjang yang antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :[xxi]
1. Fasilitas Fisik, salah satu misalnya ruang belajar yang jumlahnya memadai berdasarkan setiap ruang
kelas sebaiknya memuat hanya maksimum 30 orang pelajar.
2. Textbook, textbook yang sesuai dengan tujuan dan metode pengajaran, sebaiknya sudah tersedia
lengkap sebelum program pengajaran dimulai. Selanjutnya sewaktu-waktu adalah perlu textbooks
tersebut ditinjau kembali untuk disempurnakan dan disesuaikan dengan kebutuhan yang selalu berubah
dalam jangka waktu tertentu.3. Pengajar ( guru ) yang qualified. Pelaksana program pengajaran bahasa adalah para pengajar bahasa
yang kwalitasnya sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu metode yang sudah dianggap
baik. Karena itu pengadaan pengajar yang qualified ( berkelayakan ) mutlak perlu baik melalui program
latihan, penataran atau pendidikan khusus, dan sebagainya.
4. Tujuan yang jelas. Betapapun baik dan sempurna sesuatu metode pengajaran yang dipergunakan dan
meskipun tersedia tenaga pengajar yang berkelayakan, tetapi apabila tujuan program pengajaran
bahasa tidak jelas, maka tidak terjamin hasil dicapai dapat memuaskan. Dari itu tujuan dari program
pengajaran bahsa harus digariskan secara jelas dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pengajaran bahasa.
5. Lingkungan yang favourable. Pengaruh lingkungan terhadap perasaan dan pemikiran seseorang adalah
suatu hal yang tak dapat diingkari, baik itu lingkungan itu berupa pergaulan manusiawi yang dibentuk
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 14/72
oleh sikap mental dan alam pemikiran masyarakat sekeliling prang itu ataupun berupa keadaan tempat
dimana ia itu hidup atau belajar. Mengingat hal tersebut lingkungan yang menyenangkan dan
membantu merupakan factor yang dapat menunjang keberhasilan pengajaran bahasa.
6. Pengaturan penyelenggaraan yang baik. Pembagian tugas yang baik dan pengaturan waktu yang
terkoordinir bagi pelaksanaan masing tugas adalah merupakan factor yang besar pula pengaruhnya
sebagai factor penunjang keberhasilan program pengajaran bahasa.
Demikianlah beberapa hal; yang patut diutarakan sebagai factor penunjang bagi keberhasilan
pelaksanaan pengajaran bahasa, yang sudah tentu pengadaan dan pengaturan factor tersebut
sepatutnya mendapat perhatian dari para penyelengga pengajaran bahasa terutama bahasa arab.
Apabila pengajaran bahasa arab di Indonesia mencapai hasil yang lebih maju dan lebih memuaskan.
C. PENUTUP
Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk
berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu.
Bahasa adalah obyek kajian linguistik, sedangkan berbahasa adalah obyek kajian psikologi.
Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik. Psikolinguistik mencoba menguraikan
proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarkannya
pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Bahasa
merupakan kegiatan yang terus menerus dan selalu berkembang. Bahasa bukan merupakan sesuatu
yang sudah selesai. Bahasa merupakan sesuatu kegiatan yang sedang berulang dengan melalui alat
bicara untuk menyatakan pikiran. Seorang anak yang lahir mempunyai otak yang dirancang untuk dapat
belajar suatu bahasa sehingga mereka dapat diperkenalkan dengan lingkungan sekitar yang sesuai.
Ada suatu pendapat yang terkenal, bahwa pandangan dunia suatu masyarakat ditentukan oleh struktur
bahasa. Pendapat ini sering kali disebut Hipotesis Whorf.Bahasa bukanlah jubah yang harus mengikuti
bentuk pikiran. Bahasa adalah cetakan, wadah pikiran dan akal yang dituangkan. Secara teoritis tujuan
utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara
psikologi dapat menerangkan hakekat bahasa dan bagaimana struktur itu diperole, digunakan pada
waktu bertutur dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam peneturan itu.
Kerjasama antara psikologi dan linguistik setelah beberapa lama berlangsung tampaknya belum cukup
untuk dapat menerangkan hakekay bahasa seperti tercermin dengan definisi diatas. Bantuan dari ilmu-
ilmu lain yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKAChaer, Abdul, Psikolinguistik : Kajian Teoretik, PT Rineka Cipta, Jakarta , 2003.
Chotib, Achmad dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab, Pada Perguruan Tinggi Agama Islam
IAIN, Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama,Jakarta, 1976.
Dardjowidjojo, Soenjono ,Perkembangan Linguistik Di Indonesia, Arcan, Jakarta, 1985.
Daniel, Jos, Parera, Linguistik Edukasional Pendekatan Konsep Dan Teori Pengajaran
Bahasa, Erlangga, Jakarta ,1986.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 15/72
Fuad Effendy Ahmad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,Misykat, Malang, 2004.
Guntur, Herry, Taringan, Psikolinguistik, Angkasa, Bandung, 1986.
Kridalaksana, Harimurti, Pengantar Linguistik Umum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1988.
Majid, Abdul, Said Ahmad Mansur, Ilmu Al-Lughah An-Nafsi, Jami’ah Al-Mulki As-Su’udi, Riyadh, 1982.
Patede, Mansoer, Aspek-Aspek Linguistik, Nusa indah, Yogyakarta,1990 .
——————–, Linguistik Terapan , Nusa Indah, Yogyakarta, 1990.
Rahardjo, Mudjia, Lingkup Dan Paradigma Penelitian Bahasa,( Dalam Makalah Semiloka nasional, Feb,
2005.
———————-, Wacana Kebahasaan, Dari Filsafat Hingga Sosial-Politik Cendekia Paramulya,
Malang, 2004.
———————–, Relung-Relung Bahasa, Bahasa Dalam Wacana Politik Indonesia
Komtemporer, Aditya Media, Yogyakarta, 2002.
Tatlana, Cazacu Slama, Introducation To Psycholinguistics, The hague- Paris, Mouton, 1973.
Yusuf, Tayar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1995.
[i] Abdul Chaer, Psikolinguistik : Kajian Teoretik,( Jakarta ; PT Rineka Cipta, 2003),hal, 1
[ii] Ibid, hal, 5
[iii] Herry Guntur Taringan, Psikolinguistik,( Bandung : Angkasa, 1986 ), hal, 3.
[iv] Cazacu Tatlana Slama, Introducation To Psycholinguistics,( The hague- Paris : Mouton, 1973), hal
39.
[v] Mansoer Patede, Aspek-Aspek Linguistik,( Yogyakarta : Nusa indah, 1990 ), hal, 13.
[vi] Ibid, hal, 18-19.
[vii] Abdul Chaer, Ibid,hal, 6-7.
[viii] Abdul Majid Said Ahmad Mansur, Ilmu Al-Lughah An-Nafsi ( Riyadh: Jami’ah Al-Mulki As-Su’udi,
1982), hal 136-137.
[ix] Abdul Chaer, Ibid,hal, 54.
[x] Mudjia Rahardjo, Relung-Relung Bahasa, Bahasa Dalam Wacana Politik Indonesia
Komtemporer,( Yogyakarta; Aditya Media, 2002), hal 44
[xi] Ibid,hal 45.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 16/72
[xii] Kridalaksana, Harimurti, Pengantar Linguistik Umum,( Yogyakarta; Gajah Mada University Press,
1988), hal, 10
[xiii] Mudjia Rahardjo, Lingkup Dan Paradigma Penelitian Bahasa,( Dalam Makalah Semiloka nasional,
Feb, 2005), hal 14
[xiv] Mudjia Rahardjo, Wacana Kebahasaan, Dari Filsafat Hingga Sosial-Politik , ( Malang; Cendekia
Paramulya, 2004), hal 60.
[xv] Soenjono Dardjowidjojo, Perkembangan Linguistik Di Indonesia,( Jakarta; Arcan, 1985 ), hal, 11
[xvi] Ibid,hal, 12-13.
[xvii] Ibid, hal 16-18
[xviii] Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional Pendekatan Konsep Dan Teori Pengajaran
Bahasa,( Jakarta ; Erlangga, 1986), hal 21.
[xix] Ibid,hal, 133-134.
[xx] Mudjia Rahardjo, Wacana Kebahasaan, Dari Filsafat Hingga Sosial-Politik , ( Malang; Cendekia
Paramulya, 2004), hal 76.
[xxi] Achmad Chotib dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab, Pada Perguruan Tinggi Agama Islam
IAIN, ( Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama ; Jakarta, 1976), hal 2006-2007
HAKIKAT SOSIOLINGUISTIK
HAKIKAT SOSIOLINGUISTIKoleh Diana Mayasari - 12706251068 Pengantar
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 17/72
Manusia dalam kehidupan sehari-hari menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal
untuk memenuhi melaksanakan kehidupan yang selaras dengan manusia yang lainnya. pada
komunikasi verbal manusia dapat menggunakan bahasa lisan yang diucapkan melalui
artikulator, sedangkan vbahasa nonverbal dapat dilakukan melalui mimik dan gesture.
Manusia merupakan makhluk hidup yang heterogen di dalamnya ada berbagai bahasa,
budaya dan suku serta kelas. Berdasarkan hal tersebut maka mereka juga mempunyai
beragam bahasa sebagai wujud dari latar belakang budaya dan lingkungan masyarakat yang
berbeda atau bisa juga disebabkan oleh kelas sosial yang berbeda. Keanekaragaman bahasa
yang dipengaruhi oleh masyarakat sebagai penutur bahasa merupakan fenomena yang akan
dikaji oleh salah satu cabang linguistik yang dikenal dengan sosiolinguistik.
Apa itu sosiolinguistik?
Banyak ahli yang menyebutkan apa arti dari sosiolinguistik. dari etimologi
sosiolinguistik berasal dari dua kata sosio dan linguistik. Sosio berasal dari sosiologi, yakni
ilmu yang menelaah bidang sosial yang mengkaji bagaimana masyarakat itu terbentuk,
bagaimana manusia beradaptasi, bersosialisasi, dan bagaiamana menyelesaikan berbagai
masalah yang timbul dalam masyarakat, sedangkan linguistik diartikan sebagai ilmu bahasa
atau kajian yang mengenai bahasa sebagai sasaran utamanya. Penjelasan lain menyebutkan
sosio adalah masyarakat dan linguistik mengenai kajian bahasa. Sehingga sosiolinguistik
tersebut lahir untuk menjawab berbagai fenomena sosial dan bahasa (Chaer dan Agustina,
2010: 2).
Spolsky (2008: 3) mengartikan sosiolinguistik sebagai ranah kajian diantara bahasa
dan masyarakat sosial, diantara pengguna bahasa dan struktur sosial dimana
penggunaa bahasa itu hidup. Trugill menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah bagian dari
linguistik yang berkaiatan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan gejala kebudayaan.
Implikasi dari pengertian ini menyatakan bahwa bahasa bukan hanya dianggap sebagi gejala
sosial melainkan juga gejala kebudayaan (Sumarsono dan Partana, 2004: 3-4). Hal ini
dikarenakan disamping masyarakat memiliki bahasa juga tak lepasdari budaya yang
diciptakannya. Dengan demikian, sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji
tiga aspek, yakni bahasa, masyarakat, dan bahasa yang dipengaruhi oleh masyarakat yang
tidak terlepas dari budaya dan nilai-nilai kemasyarakatan.
Bagaimanakah hubungan sosiolinguistik dengan cabang ilmu lain?
a. Sosiolinguistik dengan Linguistik Umum
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan
faktor sosiologi. Dengan demikian, sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik. Apa yang
dikaji dalam linguistik dijadikan dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan perbedaan
penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan faktor sosial. Apa yang dikaji dalam linguistik,
meliputi apa yang ditelaah De Saussure, kaum Bloomfieldien (Bloomfield, Charles Fries, dan
Hocket) serta kaum Neo Bloomfieldien dengan deep structure dan surface structurenya,
dipandang oleh sosiolinguis sebagai bentuk bahasa dasar yang ketika dikaitkan dengan
pemakai dan pemakaian bahasa akan mengalami perubahan dan perbedaan.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 18/72
Kajian mengenai fonologi, morfologi, struktur kalimat, dan semantik leksikal dalam
linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk mengungkap struktur bahasa yang digunakan
oleh tiap-tiap kelompok tutur sesuai dengan konteksnya. Karenanya, tidaklah mungkin
seorang sosiolinguis dapat mengkaji bahasa dengan tanpa dilandasi pengetahuan mengenai
linguistik murni itu. Sosiolinguistik mengkaji wujud bahasa yang beragam karena
dipengaruhi oleh faktor di luar bahasa (sosial), yang dengan demikian makna sebuah
tuturan juga ditentukan oleh faktor di luar bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan
makna bahasa sangat diperlukan pengetahuan tentang linguistik murni (struktur bahasa),
supaya kajian yang di lakukan dengan dasar sosiolinguistik tidak meninggalkan objek bahasa
itu sendiri (Sumarsono dan Partana, 2004: 7-9).
b. Sosiolinguistik dengan Dialektologi
Dialektologi merupakan ilmu yang mempelajari variasi bahasa atau berbagai dialek
bahasa yang tersebar di berbagai wilayah dengan tujuan mencari hubungan kekerabatan.
Dialektologi memeiliki persamaan dengan sosiolinguistik. hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sumarsono dan Partana (2004: 9-11) bahwa persamaan tersebut terletak
pada penggunaan metode dalam penelitian keduanya sama-sama menggunakan metode
komparatif. Sedangkan segi perbedannya, sosiolinguitik menelaah tentang pergeseran
bahasa, variasi bahasa, dengan menitikberatkan pada batas-batas kemasyarakatan (usia,
jenis kelamin, status sosial, lapisan sosial dan sebagainya) bukan atas dasar batas-batas
regional, objek dialektologi yang menelaah asal muasal bahasa atau hanya berfokus pada
dialek regional yang didasarkan atas batas-batas wilayah alam.
c. Sosiolinguistik dengan Retorika
Retorika diartikan sebagai kajian tentang tutur terpilih (slected speech), seperti
gaya bahasa (style). Dalam hal ini kaitan antara sosiolinguistik dan retorika penutur dalam
memilihstyle tidak hanya dilihat dari apa yang ingin dikatakan atau bentuk – bentuk bahasa
yang ingin dikeluarkan (seperti yang dikaji retorika) tapi juga dengan siapa ia akan bertutur
pada situasi apa serta atau harus memperhatikan konteks pertuturan. Selain itu kesejajaran
diantara keduanya adalah variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Namun, pada
dimensi sosiolinguistik tidak hanya mengkaji bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja namun
dikaitkan dengan faktor yang menyebabkan munculnya bentuk bahasa tersebut. Hal ini bisa
dikaitkan dengan komponen tutur yang disampaikan oleh Hymes dalam akronim SPEAKING
d. Sosiolinguistik dengan Psikologi
Hubungan Sosiolinguistik dengan Psikologi Pada masa Chomsky, linguistik mulai
dikaitkan dengan psikologi dan dipandang sebagai ilmu yang tidak independen. Lebih jauh
Chomsky mengatakan (1974) bahwa linguistik bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Linguistik
merupakan bagian dari psikologi dalam cara berpikir manusia. Chomsky melihat bahasa
sebagai dua unsur yang bersatu,
yakni competence dan performance. Competence merupakan unsur dalam bahasa (deep
structure) dan menempatkan bahasa dari segi kejiwaan penutur,
sedangkan competence merupakan unsur yang terlihat dari parole (Brown, 2007: 12 ).
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 19/72
Dengan demikian, Chomsky memandang bahwa bahasa bukanlah gejala tunggal, namun
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan penuturnya.
Apa yang dikemukakan Chomsky tentang struktur dalam dan struktur luar
digunakan oleh sosiolinguistik sebagai pedoman bahwa tuturan yang nampak sebenarnya
hanyalah perwujudan dari segi kejiwaan penuturnya. Lebih lanjut sosiolinguistik membukadiri untuk menelaah perbedaan bentuk tuturan itu. Kaitan
antara competence dan performance terlihat dari penggunaan bahasa penutur. Orang
dikatakan mempunyai kompetensi dan performansi yang baik apabila dapat menggunakan
berbagai variasi bahasa sesuai dengan situasi. Orang yang berperformansi baik tentulah
memiliki kompetensi yang baik, dan memungkinkan penggunaan kode luas (elaborated
code). Sebaliknya, orang yang kompetensinya rendah, akan muncul kode terbatas
(restricted code).
Dalam psikologi perkembangan terdapat fase perkembangan. mulai menangis
(tangis bertujuan: lapar, dingin, takut), tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan.
Kesemuanya diikuti atau sejalan dengan perkembangan kebahasaannya (Mackey (1965)
melalui Iskandarwassid dan Sunendar (2010: 85). Dalam sosiolinguistik, hal ini diadopsi
sebagai variasi bahasa dilihat dari segi usia penutur, (orang mempelajari bahasa sesuai
dengan tingkat perkembangannya). Karenanya dikenal juga variasi bahasa remaja dan
manula. Dari sudut psikologi, laki-laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda
dengan wanita. Karenanya, apa yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik
mentransfer konsep ini, sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau
jenis kelamin (Bahasa dan Jenis Kelamin, Sumarsono dan Partana, 2004: 97-130).
e. Sosiolinguistik dengan sosiologi
Sumarsono dan Partana (2004: 5-7) mengemukkan persamaan sosiolingguistik dengan
sosiologi sebagai berikut.
1. Sosiolinguistik memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang individu.
2. Menggunakan metode kuantitaif dengan teknik sampling random atau acak
3. Menggunakan metode wawancara, rekaman, dan pengumpulan dokumen
4. Pengolahan data menggunakan metode deskriptif.
5. Keduanya memiliki hubungan simbiosis mutualisme (timbal balik) sebagai berikut.
a. Data sosiolinguistik yang memberikan ciri-ciri kehidupan sosial, menjadi barometer untuksosiologi.
b. Aspek sikap berbahasa mempengaruhi budaya material dan spiritual suatu Masyarakat.
c. Bahasa yang diteliti secara sosiolinguistik adalah alat utama dari perkembanaganpenegetahuan mengenai sosiologi.
Dengan kata lain, sosiolinguistik membantu sosiologi dalam mengklasifikasi strata sosial,
seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam penelitiannya mengenai tuturan [r] dalam
masyarakat Amerika dalam tingkat sosial yang berbeda.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 20/72
f. Sosiolinguistik dengan Antropologi
Antropologi merupakan kajian mengenai masyarakat, seperti asal usul budaya, adat
istiadat, dan kepercayaan. Antropologi memandang bahwa budaya yang dimiliki masyarakat
memiliki kaitan dengan bahasa. Jika kita menengok linguistik bandingan historis yang di
dalamnya mengkaji asal usul bahasa menyebutkan bahwa suatu daerah yang mempunyaipersamaan bahasa pasti memiliki kesamaan budaya atau terletak dalam daerah yang tidak
saling berjauhan. Misalnya antara Indonesia dengan Malaysia yang mempunyai bahasa yang
sama, yakni bahasa melayu austronesia.
Sosiolinguistik mengkaji ulang apa yang ditemukan oleh antropologi adanya kaitan
antara budaya dan bahasa. Sehingga muncullah berbagai pandangan yang juga
mempengaruhi penggunaan bahasa seperti hipotesis Saphir-Whorf. Kemudian melalui
budaya yang dikaji oleh antropologi akan diketahui sistem kekerabatan yang kemudian
diambil alih oleh sosiolinguistik dalam kaitannya dengan terms of addres atau kata sapaan.
Selain itu, antropologi juga memberikan pengetahuan yang cukup bagaimana seorang
penutur dari daerah lain berkomunikasi dengan warga yang berasal dari daerah yang
berbeda. Hal tersebut merupakan kajian sosiolinguistik (Sumarsono dan Partana, 2004: 13-
14).
g. Sosiolinguistik dengan Pragmatik
Pragmatik merupakan kajian penggunaan bahasa yang dihubungkan dnegan konteks,
yakni topik pembicaraan, tujuan, tempat dan sarana yang digunakan. Fakta ini digunakan
oleh sosiolinguistik dalam menelaah variasi bahasa atau ragam bahasa. Jika pragmatik
melihat tuturan dengan konteks, sosiolinguistik juga meilihat peristiwa tutur dengan
mempertimbangkan konteks namun dilihat dari sisi yang berbeda. Konteks yang ada di
dalam sosiolinguistik berkaitan dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan kelas sosial
pengguna bahasa yang nantinya akan muncul slang, jargon dan register sedangkan
pragmatik melihat konteks dari tempat, tujuan dan penutur. Meskipun demikian, keduanya
harus memiliki dasar pengetahuan bersama “common ground ” untuk memiliki pemahaman
yang sebenarnya.
Penutup
Berdasarkan pemaparan yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa
sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mengkaji fenomena sosial
berkaitan antara bahasa dan pengguna bahasa. Selain itu sosiolinguistik juga
memiliki kaitan dengan cabang ilmu lainnya seperti sosiologi,
dialektologi, psikologi, retorika, linguistik umum, antropologi dan pragmatik serta
masih banyak hubungan dengan cabang ilmu yang lainnya yang dapat memperkaya
kajian sosiolinguistik serta dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya ilmu
pengetahuan tentang bahasa.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 21/72
Daftar Pustaka
Brown. Douglas. 2008: Prinsip Pembelajaran Dan Pengajaran Bahasa Edisi Kelima. Jakarta.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Spolsky, Bernard. 2008. Sosiolinguistics. New York: Oxford University Press.
Sumarsono dan Partana, Paina. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nilai Praktis Sosiol ing uist ik dalam Pengajaran Bahasa
oleh Diana Mayasari S. Pd
12706251068
Pendahuluan
Bahasa dapat diartikan sebagai alat komunikasi, sarana untuk mengekspresikan diri,
dan merupakan bagian yang erat dari budaya serta nilai-nilai masyarakat penuturnya, yakni
masyarakat bahasa. Bahasa mengalami berbagai fenomena sebagai bentuk keberadaan
bahasa tersebut. Adanya berbagai budaya, suku, etnis, pendidikan, gender dan perpindahan
yang ada di Indonesia merupakan salah satu sebab munculnya fenomena-fenomena bahasa.
Seiring perkembangan zaman fenomena bahasa telah banyak dikaji oleh para ilmuan.
Berdasarkan pengkajian tersebut melahirkan berbagai cabang-cabang ilmu bahasa
sepertisosiolinguistik , psikolinguistik , neurolinguistik , antropolinguistik , dan lain sebagainya.
Penelitian feneomena bahasa turut mewarnai pembentukan tujuan pengajaran yang terdapat
dalam kurikulum bahasa. Seperti yang diungkapkan Siahaan (1987: 5) kurikulum
bahasa sebagai sarana terwujudnya tujuan pendidikan dipengaruhi banyak faktor,
seperti politik bahasa, tradisi pengajaran, teori-teori pengajaran bahasa, kemudian hasil-hasil
penelitian dalam kebahasaan yang menjadi dasar keilmuannya. Di samping itu tujuan
penelitian bahasa di Indonesia dapat diarahkan kepada dua sasaran, yakni
untuk kepentingan ilmu pengetahuan bahasa atau linguistik dan untuk kepentingan
pengajaran bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Parera (1986: 9) bahwa
penelitian bahasa dapat dipergunakan untuk mempersiapkan materi pengajaran,
memperbarui metode mengajar, menambah pengetahuan tentang bahasa, dan melakukan
analisis evaluasi tentang pengajaran dan pelajaran bahasa.
Berbicara mengenai pengajaran bahasa maka tidak lepas dari apa yang disebut
linguistik terapan (applied linguistic ). Sosiolinguistik dapat dikatakan sebagai linguistik
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 22/72
terapan. Hal ini dikarenakan kajian sosiolinguistik tidak hanya dari struktur intern saja
melainkan telaah dari struktur ekstern. Salah satu diantaranya digunakan sebagai landasan
pengembangan praktis pengajaran bahasa. Kaitan antara sosiolinguistik, linguistik terapan,
dan pengajaran bahasa akan diulas dalam tulisan ini. Berdasarkan latar belakang tersebut
maka ulasan ini diberi judul Nilai Praktis Sosiol in guis t ik dalam Pengajaran Bahasa .
Sekilas Mengenai Sosiolinguistik
Sosiolinguistik menelaah bahasa yang dipengaruhi oleh masyarakat. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat Spolsky (2010: 1) yang menyebutkan
bahwa sosiolinguistik adalah bidangyang mempelajari hubungan antara bahasa
dan masyarakat sosial, antara penggunaan bahasa dan struktur sosial di mana
pengguna bahasa hidup. Kelebihan sosiolinguistik terletak pada masalah-maslah yang
ditelaah dalam kajian tersebut. Tujuh dimensi sosiolinguistik yang dipaparkan Chaer dan
Agustina (2010: 5) telah dirumuskan pada tahun 1964, di University of California, Los Angeles
sebagai masalah yang dibicarakan dalam sosiolinguistik. Berikut uraian dari ketujuh dimensi
tersebut.
1. Identitas sosial dari penutur.
2. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi.
3. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi.
4. Analisis singkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial.
5. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran.
6. Tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan
7. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.
Salah satu dari beberapa dimensi tersebut yang dipilih oleh penulis untuk ditelaah
adalah penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik . Dimensi masalah ini membicarakan
kegunaan dari penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam
masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat Chaer dan Agustina (2010: 6) yang
menyebutkan bahwa pengajaran bahasa, pembakuan bahasa, penerjemahan, mengatasi
konflik sosial akibat konflik bahasa merupakan aplikasi praktis dari penelitian sosiolinguistik .
Penerapan praktis penelitian sosiolinguisik dalan pengajaran bahasa adalah pokok
permasalahan yang ditekankan dalam ulasan ini.
Nilai Praktis Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa
Pembelajaran bahasa tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa memanfaatkan
jasa ilmu-ilmu lain yang relevan dengannya seperti: psikologi, pedagogik, sosiologi,
antropologi, manajemen, sosiolinguistik, psikolinguistik dan linguistik. Mengutip pemaparan
Parera (1986: 1) bahwa linguistik mengajarakan teori-teori penganalisisan dan
pendeskripsian bahasa sebagai satu objek studi yang mengajarakn komponen-komponen
kebahasaan dan teknik-teknik pendeskripsian bahasa. Selain itusosiolinguistik mengajarkan
bagaimana penggunaan bahasa itu secara aktual dalam komunikasi khususnya dalam
pengajaran. Dengan demikian pengajaran bahasa memiliki kaitan yang erat dengan
sosiolingusitik.
Jika dilihat dari sudut objek kajian pengajaran bahasa erat sekali hubungnnya dengan
linguistik, akan tetapi bila dilihat dari beberapa sudut yang lain keduanya menunjukkan
beberapa titik perbedaan terutama jika ditinjau dari segi tujuan, metode dan sikap. Titik
perbedaan itu terlihat dari uraian Kaseng (1989: 2) sebagai berikut.
1. Tujuan, linguistik bertujuan menemukan kriteria atau teori universal yang akan menerangkan
fenomena bahasa, sedangkan guru bahasa bertujuan membantu murid menguasai
bahasadengan materi yang diberikan melalui pengajaran.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 23/72
2. Metode linguistik menggunakan metode formal dan abstrak, sedangkan guru bahasa
menggunakan metode fungsional dan praktis, seperti pendekatan komunikatif, pendekatan
koordinatif dan lain sebagainya.
3. Sikap, linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem sedangkan guru bahasa melilhat
bahasa sebagai suatu keterampilan, baik itu keterampilan menyimak, berbicara, membaca,dan menulis.
Dengan adanya dua tendensi yang bersifat saling menjauhi antara dua hal yang
kelihatan berbeda, tapi sangat bermanfaat untuk didekatkan terasa penting hadirnya cabang
ilmu yang dikenal dengan nama linguistik terapan (applied Linguistic). Linguistik terapan
berusaha menjembatani dua pandangan yang ada antara teoretis dan praktis yang
disebabkan oleh perbedaan sikap, metode dan tujuan kedua kelompok tersebut. Secara
umum yang dimaksud dengan ilmu terapan adalah pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk
merencanakan dan membuat desain bagi kegiatan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari
(Parera,1987:10). Jika dikatakan sosiolinguistik sebagai ilmu linguistik terapan, maka terapan
yang dimaksud di sini memiliki arti pemanfaatan ilmu sosiolinguistik untuk kepentingan proses pengajaran bahasa.
Pengajaran bahasa pada suatu negara atau suatu daerah merupakan suatu keputusan
politik, ekonomi dan sosial . Ini yang disebut kebijakan pengajaran bahasa. Apabila secara
politis telah ditentukan, bahasa apa yang harus diajarkan, dan kepada siapa bahasa itu harus
diajarkan, maka langkah selanjutnya adalah bahan apa yang harus diajarkan dan bagaimana
cara mengajarkannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Parera (1986: 11) yang
menjelaskan kebijakan pengajaran bahasa melalui bagan berikut.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 24/72
Keterangan:
M= metode dan variabel-variabel bahan
T= variabel guru: apa yang dibuat oleh guru
I= variabel instruksi: apa yang diperoleh pelajar
S= variabel sosiokultural: apa dan bagaimana sikap lingkungan
L= variabel pengajar: apa yang dilakukan oleh pelajar.
Lalu dimanakah fungsi sosiolinguistik dalam pengajaran bahasa? Para ahli
bahasa tidak menjamin bahwa penemuan teoritis mereka akan berguna dalam pengajaran
bahasa. Hal ini tercermin dari kontroversi pendapat mereka tentang peranan teori linguistik
dalam pembelajaran bahasa. Ada dua kubu yang saling bertentangan. Yang pertama kontra
dengan pendapat yang mengatakan bahwa teori mempunyai peranan dalam pengajaran
bahasa. Pendapat ini dipeloporiRobert Stokwell dan Sol saporta sedangkan yang kedua pro
bahwa teori linguistik mempunyai peranan penting dalam pengajaran bahasa tokohnya
adalah S.Pit Corder ( melalui Wahab, 1998: 112-114)
Beralih dari kontroversi ini melalui berbagai kajian menunjukkan bahwa sumber yang
paling kuat dan tepat untuk menentukan silabus pembelajaran bahasa adalah linguistik baik
sebagai ilmu murni ataupun terapan. Melalui kajian ini penulis mendukung bahwa teori
linguistik mempunyai peranan penting dalam pengajaran bahasa. Berawal dari sinilah akan
diketahui nilai praktis seperti apa yang akan diberikan sosiolinguistik. Kita bisa melihatkontribusi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa melalui aplikasi linguistik, yakni
bagaimana sumbangan sosiolinguistik dalam menentukan bahan pembelajaran, silabus dan
pelaksanaan pengajaran bahasa. Merujuk pendapatParera (1989:11-13) bahwa terdapat tiga
tahap aplikasi linguistik berkaitan kontribusi linguistik dalam pengajaran bahasa sebagai
berikut.
Tahap aplikasi pertama adalah tahap deskripsi linguistik . Tahapan ini memberi
jawaban atas pertanyaan general tentang hakekat bahasa yang diajarkan. Tahapan ini tidak
menjawab tentang apa yang akan diajarkan atau bagaimana suatu bahan akan disusun. Hal
ini dikarenakan sumbangan atau kontribusi linguistik kepada pengajaran bahasa bersifat tidak
langsung linguistik hanya memberikan sumbangan tersebut berupa bahan begitu jugasosiolinguistik. Gambaran dari aplikasi tahap pertama ini terlihat dalam bagan berikut.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 25/72
Tahap aplikasi kedua berhubungan dengan soal isi silabus. Kita tidak akan mengajarkan
keseluruhan bahasa. Dalam tahapan ini kita akan melakukan desain hasil. Untuk itu akan
dilakukan pemilihan bahan. Kriteria pemilihan bahan pembelajaran bisa bermacam-
macampandangan Misalnya saja, manfaat bagi pembelajar , apa yang diperlukan pembelajar
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan bahasa yang akan dipelajarinya, perbedaan
antara bahasa ibu dan bahasa yang akan dipelajarinya, kesulitan apa yang dihadapi oleh
pembelajar bahasa asing pada umumnya, variasi dialek perbandingan interlingual, dan perbedaan antara dua bahasa, sepertiantara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa
Indonesia dengan bahasa Arab dan sebagainya (lebih luas lagi baca Richards, 2002: 51-
89). Pemilihan bahan ini sangat erat sekali dengan aplikasi kajian sosiolinguistik terutama jika
bahan pembelajaran ingin menyiapkan bagi pembelajar asing, seluk-beluk variasi dialek
perbandingan interlingual dan perbandingan antara dua bahasa. Aplikasi tahapan kedua ini
tergambar dalam bagan berikut.
Tahap aplikasi ketiga merupakan tahap kegiatan pembelajaran bahasa karena padatahapkedua belum bisa membuat silabus yang lengkap dan utuh tentang bahasa, maka
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 26/72
kaidah-kaidah penyusunan silabus ini harus memperhatikan faktor linguistik,
psikolinguistik maupun sosiolinguistik sebagai bahan pengajaran dan pendekatan proses
belajar mengajar. Gambaran aplikasi ketiga bisa dilihat dalam bagan berikut.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas kontribusi sosiolinguistik dalam pengajaran bahasa memiliki
nilai praktis yang cukup signifikan terutama dalam memberikan informasi tentang hakekat
bahasa dan pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan konteks kemasyarakatan, kondisi
sosial pembelajar bahasa, mengenai apa yang diajarkan, kapan, berapa lama materi tersebut
diajarkan, pembuatan silabus, dan kegiatan pembelajaran bahasa. Oleh karena itu,
tenaga pendidik, disarankanmemahami kajian teori lingustik terutama ilmu-ilmu murni dan
linguistik terapan. Selain itu, juga memperdalam sosiolinguistik mengingat bahwa bahasa
tidak bisa lepas dari gejala dan fenomena sosial yang dalam hal pendidikan pengajar bahasa
perlu memahami tingkat sosial kebahasaan padasiswa dan lingkungan tempat proses
pembelajaran dan pemerolehan bahasa siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Kaseng, Sjahruddin. 1989. Linguistik Terapan: Pengantar Menuju Pengajaran Bahasa yang Sukses.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Parera, Jis Daniel. 1986. Linguistik Edukasional : Pendekatan Konsep dan Teori Pengajaran
Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Spolsky. Bernard. 2010. Sosiolinguistics. New York: Oxford University Press.
Wahab, Abdul. 1998. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga
University Press
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 27/72
PSIKOLINGUISTIK DAN SOSIOLINGUISTIK DALAM PENGAJARAN
BAHASA
Pengajaran
Sajak de Saussure membuat tanggapan dan pencerapan bagi menjalankan
pengkajian bahasa dari segi struktur bentuk, maka linguistik berkembang
dengan majunya. Bidang linguistik berkembang dengan begitu pesat dalam
kurun ke-20 ini. Ini bermakna kajian linguistik telah lama bermula. Sejak
manusia mula berasa kagum terhadap bahasanya, mereka telah mula
mengkaji dan mempelajari bahasa mereka itu. Manusia mula belajar mengkajibahasanya kerana keperluan untuk menguasainya. Oleh itu, Panini, seorang
ahli agama Hindu, telah mula mempelajari bahasa Sanskrit sejak 3000 tahun
dahulu demik kepentingan mengekalkan sebutan dan bacaan yang tepat bagi
kitab suci Veda. Hasil kajian dan pengamatan itu masih dimanfaati oleh
masyarakat Hindu hingga ke hari ini. Sarjana Yunani juga demikian, mereka
berusaha menggolongkan kata-kata mengikut sifat benda-benda di dunia.
Sehingga hari ini pun, penggolongan kata yang dibuat oleh orang Yunani itu
seperti nama, perbuatan, sifat, sendi , dan seruan, masih kita pakai. Begitu juga Al-Khalil dalam kurun ke-7 M telah mengkaji bunyi-bunyi al-Qur’an yang
tersusun pada zaman itu dapat dibakukan sistem sebutan dan ejaannya
sehingga bacaannya masih kekal tidak berubah hingga sekarang.
Daripada apa yang saya perkatakan ini terlihat bagaimana linguistik
am: fonologi, morfologi sintaksis, semantik, danleksikografi berhubung rapat
dengan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Pendek kata tanpa deskripsi
dari segi linguistik, maka sukarlah sesuatu bahasa itu diajarkan secara formal.
Hasil kajian linguistik am terhadap bahasa itu dapat menjadi bahan penting
dalam pengajaran bahasa. Sengaja saya gunakan di sini
istilah pengajaran bahasa kerana istilah pembelajaran mencakupi pengertian
lain. Bidang pembelajaran mencakupi bidang psikologi , iaitu cara
bahasadiperoleh dan dipelajari . Aspek ini lebih lazim dikenali
sebagai psikolinguistik . Memang psikolinguistik danlinguistik gunaan terlibat
dalam pengajaran bahasa, dan bidang-bidang ini telah begitu berkembang
dan penting sehingga setiap satunya menjadi bidang sendiri pula. Dalam bab
ini, saya membincangkan implikasi teori-teori tertentu dalam pembelajaran
dan pengajaran bahasa.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 28/72
Kaedah Pengajaran Bahasa Zaman Yunani
Mungkin manusia telah mula belajar bahasa selain daripada bahasa
kandungnya sejak mereka mula berasa perlu untuk berhubung antara satu
sama lain. Tidak syak lagi bahawa ahli-ahli pelayaran, ketua-ketua angkatan
perang yang menakluki negara-negara lain, telah mempelajari bahasa-
bahasa lain untuk memudahkan kerja mereka. Agaknya sukar untuk kita
menentukan corak kaedah yang mereka gunakan. Satu caranya ialah kita
dapat membuat andaian tentang hal ini dengan melihat cara orang Zaman
Pertengahan mempelajari bahasa. sebenarnya perkembangan dalam
pembelajaran bahasa semenjak zaman Yunani sehinggalah kurun ke-20 ini
tidaklah banyak berubah. Apabila pertembungan antara manusia menjadi
lebih rapat akibat sistem perhubungan antara manusia menjadi lebih rapat
akibat sistem perhubungan antara manusia menjadi lebih rapat akibat sistem
perhubungan antara manusia menjadi lebih rapat akibat sistem perhubungan
yang merapatkan negara-negara, maka pembelajaran bahasa memerlukan
kaedah yang lebih berkesan dan boleh menimbulkan hasil yang baik dalam
masa yang lebih singkat. Sebelum itu, perkembangannya amat perlahan.
Sebenarnya pembelajaran bahasa sehingga itu, hanyalah bergantung pada
kaedah terjemahan; samalah sebagaimana orang mempelajari bahasa Latin
pada masa dahulu. Dalam kaedah ini, terjemahan memainkan peranan yang
amat penting. Bahan-bahan pengajaran mereka hanyalah terbentuk daripadabahan terjemahan semata-mata. Dalam bahagian tatabahasa pula, unsur-
unsur tersebut selalu diajarkan secara formal. Tatabahasa yang diajarkan itu
biasanya menggunakan kerangka dan unsur-unsur tatabahasa Latin yang
disesuaikan di sana sini kepada bahasa yang diajarkan.
Dalam mempelajari bahasa Malaysia, kita juga sentiasa dipengaruhi oleh
unsur-unsur dan keadaan ini. Buku yang dikarang untuk mengajar bahasa
Melayu yang dihasilkan oleh Swettenham (1886), Maxwell (1882), Winstedt
(1927), dan Za’ba (1965) sendiri, terang-terang didasarkan kepada
tatabahasa bahasa Inggeris yang sebenarnya disadur daripada tatabahasa
bahasa Latin. Za’ba pula menerima unsur-unsur bahasa Arab.
Umpamanya deskripsi jenis kata-katanya masih lagi mengikut golongan kata-
kata Yunani, seperti yang ditiru oleh Latin kerana Za’ba menerima adanya
kata-kata jenis nama, perbuatan, sifat, sendi, dan seruan.Swettenham pula
membincangkan unsur kala seolah-olah bahasa Melayu itu adalah suatu
bahasa yang mempergunakan kala seperti bahasa Inggeris. Begitu juga
Winstedt menyebut unsur bilangan Za’ba (1940/1965) pula tidak sunyi
daripada masalah demikian. Dalam bukunyaPelita Bahasa Melayu I , Za’ba
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 29/72
mengatakan bahawa huruf menghasilkan bunyi. Ini tidak berbeza daripada
pendapat Yunani 2000 tahun dahulu, dan konsep ini masih belum berubah
dalam buku Za’ba.
Seperti yang saya katakan tadi, proses pembelajaran bahasa ini berubah
dengan pesat dalam kurun ke-20 ini. Hal ini telah berlaku kerana beberapa
faktor. Negara-negara mula berhubung antara satu dengan lain dan
memerlukan pembelajaran bahasa untuk perhubungan. Perkembangan
linguistik telah memberi pedoman yang baharu kepada bidang ini; dan tidak
juga kurang pentingnya, bahawa dalam masa Perang Dunia Kedua, negara
Amerika Syarikat telah memberi tumpuan kepada pembelajaran bahasa-
bahasa Eropah seperti bahasa Jerman, Perancis, dan Rusia untuk
kepentingan peperangan. Hal ini telah menghasilkan kesan positif yang
banyak terhadap pembelajaran bahasa. di samping itu pada masa yang sama,
kajian psikologi menjadi lebih saintifik. Salah satu daripada bidang yang dikaji,
ialah, bagaimana kanak-kanak belajar menuturkan bahasa. kajian-kajian
seperti ini dijalankan oleh Freud, Piaget, dan ahli-ahli psikologi yang lain,
telah mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap pengajaran bahasa.
mereka mendukung teori behaviorisme. Apa yang mereka anggap
behaviorisme itu ialah gerak-geri binatang, termasuklah manusia, segala-
galanya merupakan dasar dalam pembentukan tabiat. Pembentukan tabiat ini
mestilah berdasarkan rangsangan dan gerak balas. Ramai ahli psikologimenjalankan kajian tentang behaviorisme. Kajian dan hasil kajian ini
digunakan untuk menjelaskan seorang ahli psikologi di Universiti Harvard, B.F.
Skinner, yang menulis buku Verbal Behavior (1957). Dalam buku itu beliau
membincangkan teori bagaimana manusia belajar bertutur. Segala-galanya
ini mempunyai implikasi dalam bidang pengajaran dan pembelajaran bahasa.
Teori Behaviorisme
Salah satu bidang yang kuat mempengaruhi bidang pembelajaran bahasa
ialah psikologi. Teori psikologi ini menyelidik tabiat manusia. Saya tidaklah
mahu membincangkan teori ini satu persatu, tetapi hanyalah sekadar
menyentuh teori behaviorisme ini bersangkutan dengan implikasi
pembelajaran bahasa.
Dalam kurun ke-19, aliran kajian psikologi di Amerika mula bergerak berpisah
daripada pemikiran sarjana di Eropah. J.B. Watson (1878-1958) profesor
psikologi di Universiti John Hopkins mengarang bukunya, Psychology from
the Standpoint of a Behaviorist (1919). Dia hanya mengkaji lakuan dan tidak
mementingkan pengalaman sedar. Lakuan padanya hanyalah gerak-gerak
otot, dan tidak lebih daripada itu. Penafiannya terhadap sesuatu yang
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 30/72
subjektif menyebabkan dia dapat membuat kajian terhadap perkara-perkara
yang sedar. Inilah sumbangannya yang besar, iaitu penolakannya terhadap
pembezaan jasad dan fikiran. Inilah yang dipegang oleh ramai ahli psikologi
lakuan. Walau bagaimanapun, semua ahli psikologi menumpukan perhatian
kepada objektif lakuan ini, selalu mengkaji binatang, suka menganalisis
mengikut rangsangan dan gerak balas, dan memberi penumpuan kepada
pembelajaran sebagai pusat pengkajian.
Di samping itu kita dapati E.R. Guthrie yang menjadi profesor psikologi di
Universiti Washington. Bukunya The Psychology of Learning (1935)
mengandungi pendapat bahawa, pembelajaran itu berlaku dengan
adanya rangsangan dan diikuti dengan gerak balas. Dengan kata lain, yang
dimaksudkannya ialah kalau sesuatu gerak balas itu berlaku dalam satu
keadaan tertentu, maka semasa kita berada dalam keadaan seperti itu pada
masa yang lain, maka kita akan melakukan gerak balas yang sama. Apabila
ada rangsangan dan tindak balas, maka berlakulah pembelajaran. Ternyata
bahawa kenyataan seperti ini ada kurangnya dari segi pembelajaran.
Katakanlah seorang itu diberi teka silang kata, dia membuatnya dengan betul,
mak apabila diberi teka silang kata yang lain dia akan berbuat demikian juga.
Tetapi kalau dia tidak dapat membuatnya, maka teka silang kata itu akan
ditinggalkannya. Pada satu masa lain, di diberi teka silang kata yang sukar
juga, dan tidak dapat dibuatnya, lalu ditinggalkannya. Dia telah memberigerak balas yang sama seperti dahulu. Adakah dia sudah belajar sesuatu
dalam hal ini?
Dalam pembelajaran bahasa, nama ahli psikologi yang masyhur ialah Skinner
seperti yang saya sebut di atas. Skinner ialah seorang ahli behavioris dari
Universiti Harvard. Skinner juga berpegang kepada teori behaviorisme, iaitu
pembelajaran berlaku kalau ada rangsangan dan gerak balas. Dalam hal ini,
beliau menjalankan eksperimen dengan menggunakan binatang. Salah satu
daripadanya ialah dengan menggunakan merpati. Merpati itu dikurung di
dalam kotak. Di dinding kotak itu ada suis. Apabila suis itu dipatuk terbukalah
suatu lubang yang mengeluarkan makanan. Ini bermakna, merpati itu
mematuk sebagai satu rangsangan dan setelah rangsangan dilaksanakan
merpati itu akan mendapat balasanmakanan. Keadaan ini tidak jauh berbeza
daripada yang disebut oleh Watson dan Guthrie, tetapi apa yang berbeza
ialah tentang konsep pengukuhan. Pengukuhan ini dianggap oleh Skinner
sebagai asas dalam proses pembelajaran.
Bagi Skinner ada dua jenis pembelajaran. Kedua-duanya berlainan kerana
ada dua jenis lakuan. Pertama ialah lakuan responden, iaitu gerak balas yang
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 31/72
automatis dan tetap. Misalnya, kita dilahirkan dengan banyak gerak balas,
dan kita mempelajari sesuatu yang baharu itu dengan secara pembiasaan.
Lutut terangkat kalau diketuk oleh doktor. Itu merupakan satu lakuan yang
ada rangsangan (ketuk) dan ada gerak balas (kaki terangkat). Ini adalah
lakuan responden yang berlaku secara automatis.
Kedua ialah lakuan operan. Bagi Skinner kebanyakan lakuan ialah jenis
operan. Lakuan responden tadi ialah gerak balas daripada rangsangan, tetapi
lakuan operan berlaku menurutlingkungan atau keadaan. Rangsangannya
tidak semestinya menerbitkan gerak balas tertentu, seperti berjalan, bercakap,
bekerja, dan sebagainya. Misalnya, lakuan menelan makanan bukan sahaja
kerana rangsangan terlihat makanan, tetapi juga ras lapar, lingkungan sosial,
dan beberapa lingkungan atau suasana yang berlainan. Belajar melalui
lakuan operan itulah yang dikatakan pensyaratan tetapi lain daripada gerak
balas otot secara autonomatis.
Dalam bukunya Verbal Behavior (1957) Skinner telah membincangkan proses
pembelajaran bahasa dengan lebih lanjut dengan menggunakan unsur
rangsangan dan gerak balas, dan suatu suasana pengukuhan yang terlibat
dalam menghasilkan pembelajaran secara maksimum. Pengukuhan
menambah kemungkinan berlaku gerak balas. Menurutnya, ―lakuan bahasa
ialah suatu lakuan yang diperkukuh oleh seseorang pendengar dan
berkembang menurut prinsip yang sama dengan lakuan operan yang lain.Dalam beberapa keadaan tertentu, penutur itu juga menjadi pendengarnya
sendiri dan memperkukuh lakuan bahasanya sendiri‖.
Dari sinilah terbitnya kaedah latih tubi, iaitu rangsangan dan gerak balas
dalam sesuatu pelajaran bahasa itu disenaraikan menurut polanya, iaitu
lakuan yang boleh dikaji dari segi rangsangan dan gerak balas. Latih tubi itu
akan menimbulkantabiat yang dapat dikukuhkan dan akan lekat dipelajari
sebagi tabiat.
Semenjak Skinner, ramai lagi ahli psikologi yang mengkaji bagaimana
pembelajaran bahasa berlaku. Kebanyakan mereka mengkaji bagaimana
kanak-kanak mempelajari bahasa dan implikasinya terhadap pengajaran
bahasa. antara kajian ini ialah usah R. Brown, yang dijelaskan dalam bukunya
A First Language: The Early Stages (1974). Beliau telah mengkaji
perkembangan bahasa kanak-kanak dari segi pembentukan ayat. Bidang lain,
walaupun ada tersebut, hanya disentuh secara sambil lalu. Banyak lagi usaha
lain yang membaiki konsep Skinner dan ada implikasinya terhadap kaedah-
kaedah pengajaran bahasa. sejak Skninner, ramai lagi sarjana lain yang telah
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 32/72
membuat kajian lanjut tentang behaviorisme, sehinggalah terbit golongan
neobehaviorisme.
Chomsky (1967) dengan keras menafikan pendapat behaviorisme ini. Dalam
penafiannya itu, Chomsky menyatakan bahawa teori behaviorisme itu hanya
sebuah dongeng. Baginya, behaviorisme tidak memberi tempat kepada ―taraf
akal yang lebih maju yang ada pada manusia’. Behaviorsme tidak
mengendahkan kemampuan otak manusia terhadap pembelajaran bahasa.
cara kanak-kanak mempelajari bahasa mungkin lebih bermanfaat kepada
pengajaran dan pembelajaran bahasa. dalam mengkaji bagaimana kanak-
kanak banyak mempelajari lakuan berbahasa atau bukan bahasa melalui
―pengamatan atau peniruan secara tidak sedar terhadap apa yang dibuat oleh
orang dewasa dan kanak-kanak lain‖. Kanak-kanak tidak belajar hanya
melalui perancangan bahasa yang rapi daripada ibu bapa mereka.
Pada peringkat majunya kanak-kanak itu pandai mengeluarkan ayat-ayat
yang belum pernah didengarnya dahulu, atau memahami ayat-ayat tersebut.
Kebolehan ini menunjukkan ada proses penting yang tidak bersangkut paut
dengan makluman balik daripada lingkungan atau rangsangan. Jadi, teori
Skinner yang mengatakan pembelajaran itu berlaku mengikut perancangan
lakuan berbahasa melalui pengukuhan itu sama sekali ditolaknya seperti
dalam kutipan ini, ―sebenarnya dalam pemerolehan bahasa, adalah jelas
bahawa pengukuhan, pengamatan secara tidak sedar, dan sifat ingin tahusemula jadi (lengkap dengan kecenderungan kuat untuk meniru) adalah
faktor-faktor penting, samalah juga dengan kemampuan yang istimewa yang
ada pada pelajar itu untuk membuat generalisasi, hipotesis, dan memproses
maklumat dalam beberapa cara yang khusus dan amat kompleks, yang tidak
dapat kita deskripsikan atau cuba memahaminya, yang sebahagian besarnya
mungkin inat, atau mungkin akan berkembang melalui satu cara
pembelajaran melalui pendewasaan sistem sarafnya.‖
Memanglah diakui bahawa dapatan yang masih selalu dipergunakan dalam
pengajaran bahasa kedua dan bahasa asing pada masa ini, ialah, hasil kajian
ahli lakuan tadi. Konsep ini telah disesuaikan oleh W.M. Rivers (1964) untuk
membentuk prinsip pengajaran bahasa asing. Dia telah membuat empat
andaian yang penting:
1. Pembelajaran bahasa asing (sesuai juga untuk bahasa kedua) pada
dasarnya adalah suatu proses mekanikal, iaitu pembentukan tabiat.
2. Kemahiran akan dicapai secara lebih berkesan kalau bentuk pertuturan
dikemukakan dahulu. Dengan kata lain belajar mendengar dan bertutur
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 33/72
itu adalah tabiat yang asas kalau dibandingkan dengan kemahiran
menulis dan membaca.
3 Pelajar dapat menerima pelajaran dengan lebih berkesan dengan
menggunakan iktibar. Ini bermaksud memberi persamaan atau
memberi pelajar kebolehan untuk menerima pelajar dengan secara
melihat persamaan dan pertalian dalam bentuk-bentuk yang diajar.
Umpamanya dalam memberi latih tubi pola Anda sukakah melihat
wayang? Maka dijawab, Ya! Tentu sekali , maka diperkenalkan pula
pola yang sama seperti Anda sukakah melihat televisyen? Dan
jawapannya, Ya! Tentu sekali . Dengan kata lain, pelajar telah dilatih
tubi dalam pola yang sama, bagi membentuk tabiat secara mekanikal.
4. Makna kata pula dipelajari dalam konteks budaya yang hidup dan
penuh. Ini adalah cara yang difikirkan berkesan dalam memberi makna.
Makna kata memanglah terjalin rapat dengan budaya. Misalnya, jam,
kalau kita katakan di luar konteks maka kita menggambarkan segala
macam jam, tetapi jam Melayu akan merujuk kepada konsep ―tidak
mematuhi masa‖, yang telah menjadi amalan setengah-setengah
orang Malaysia. Makna seperti ini hanya wujud dalam konteks budaya
Malaysia.
Aliran Behaviorisme dan Mentalisme
Aliran menentang kaedah pengajaran berdasarkan fahaman behaviorismeyang dijelaskan di atas terbahagi kepada dua jenis. Pertama, guru-guru
bahasa sendiri sentiasa menentang akan sebarang pembaharuan dalam
kaedah pengajaran dan pembelajaran. Hal ini timbul daripada perasaan
terancam oleh perkembangan baharu itu dan ditolak sebelum kaedah baharu
diberi perhatian yang sewajarnya. Penolakan sebarang yang baharu ini
hanyalah satu sikap yang ingin mengekalkan status quo sahaja. Kedua ialah
aliran transformasi yang mempunyai teori yang berlainan tentang sifat bahasa
itu sendiri, dan proses bagaimana bahasa itu berkembang di kalangan kanak-
kanak. Pendapat-pendapat baharu ini banyak memberi sumbangan terhadap
aliran struktur, dalam proses menjadi dwibahasa atau mempelajari bahasa
kedua. Aliran transformasi ini memberi sumbangan yang berkesan dalam
pembelajaran bahasa kalau dibandingkan dengan fahaman struktur. Aliran ini
mempunyai pengaruh yang besar dalam perancangan bahan mengajarkan
bahasa.
Aspek bahasa yang diterangkan dengan lebih berkesan oleh aliran
transformasi ialah sifat kreatif bahasa itu sendiri. Misalnya, dalam
mempelajari bahasa, apa yang berlaku ialah pelajar bukan sekadar
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 34/72
mempelajari senarai panjang ayat-ayat sahaja, tetapi lebih daripada itu.
Bahasa bukan hanya terdiri daripada jumlah rumusan tatabahasa yang boleh
dilihat atau dihafal sahaja. Pelajar itu sebenarnya telah mempelajari suatu
proses daya kreatif yang membolehkan wujudnya perkembangan. Jadi, bagi
aliran struktur, pembelajaran bahasa itu melibatkan kebolehan pelajar
menggunakan rumusan-rumusan tersebut. Aliran transformasi mengatakan
bahawa, pembelajaran bahasa itu ialah proses menyerap rumusan-rumusan
tatabahasa itu bersama-sama kemahiran berbahasa yang sedia ada pada
manusia itu. Kemahiran ini bersifat inat atau tersembunyi dan tercetus apabila
pembelajaran bahasa itu bermula. Ini adalah pendekatan mentalisme yang
bertentangan dengan pendekatan behaviorisme atau mekanikal .
Selama ini belum pernah disentuh perkara yang kita maksudkan dengan
istilah yang bahasa itu kreatif, menyebabkannya boleh dipelajari. Sebenarnya
tidak ada bahasa yang betul-betul sama antara satu sama lain, tetapi adalah
juga betul kalau dikatakan tidak ada dua bahasa yang betul-betul berbeza.
Bagi orang ramai, mereka melihat apa yang nyata iaitu dua bahasa itu adalah
berlainan, iaitu, secara luar dua bahasa itu memanglah berlainan sama sekali.
Apabila dilihat struktur dalaman bahasa itu, maka ternyatalah ada
persamaannya. Persamaan inilah yang meyakinkanlah kita bahawa bahasa
itu boleh dipelajari.
Suatu sifat bahasa yang penting dari segi pengajaran dan pembelajaran ialah,bahawa, bahasa itu bersifat kreatif. Kita boleh menggunakan unsur-unsur
yang terhad yang ada dalam sesuatu bahasa itu, dan menghasilkan
ungkapan yang lebih besar, misalnya, dengan menggabungkan kata-kata,
kita dapat menerbitkan jumlah ayat yang tidak terhingga banyaknya. Seorang
penutur mampu membentuk beribu-ribu ayat baharu yang tidak pernah
diucapkannya atau didengarnya dahulu, semata-mata setelah menguasai
sistem tatabahasanya. Sebagai contoh kita lihat jadual di bawah:
Zaiton Nordin
Rizal
Ali
menghantar membawa
memberi
membaling
buah raga
buku
bola
itu kepada kawannya kakaknya
bapanya
abangnya
Dengan membaca dari kiri ke kanan bagi setiap kemungkinan ayat, kita akan
dapat menerbitkan 256 buah ayat. Dengan menambahkan satu kata lagi
kepada setiap baris dalam jadual di atas, maka bilangan ayat yang boleh
diterbitkan akan menjadi 625 buah. Kalau ditambah satu ruang lagi
dengansemalam, pagi tadi, tadi, dan baru sekejap tadi, maka bilangan ayat
yang boleh diubah bentuknya (aktif menjadi pasif) seperti Ali membaling bola
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 35/72
itu kepada abangnya semalam, menjadi, Bola itu dibaling oleh Ali kepada
abangnya semalam, maka bilangan ayat akan menjadi dua kali ganda
banyaknya, iaitu 6250 buah. Ini adalah satu contoh yang amat kecil, dengan
menggunakan lapan belas buah kata dan dua buah bentuk ayat. Jadi,
pembelajaran bahasa itu bukan sahaja mempelajari tabiat automatis dalam
membentuk aya-ayat tadi, tetapi juga mempunyai kebolehan untuk
mentafsirkan segala macam ayat yang didengar atau dibacanya. Tegasnya
manusia terpaksa mempelajari sistem terhad bahasa itu, iaitu, tatabahasa
sesuatu bahasa itu, supaya membolehkannya mempelajari dan
menggunakan bahasa itu secara kreatif dan hidup.
Jadi, sistem struktur itulah yang dipelajari. Semua bahasa mempunyai sistem
strukturnya. Bentuk struktur itulah yang berbeza daripada satu bahasa
kepada satu bahasa yang lain. Pola struktur yang berlaku itu adalah kecil
jumlahnya dan boleh dipelajari, tetapi kekreatifnya adalah tidak terhad.
Kaedah Mengajar Bahasa
Kadang-kadang kita terlihat iklan di akhbar yang berbunyi BELAJAR BAHASA
Malaysia DALAM TIGA BULAN, LEARN BAHASA IN TWO MONTHS?, dan
sebagainya. Tentu sekali kita berhak bertanya apakah agaknya kaedah yang
dipakai oleh institusi tersebut sehingga dapat memendekkan masa
pembelajaran bahasa sehingga sebegitu singkat, walhal kanak-kanak
terpaksa mengambil masa yang begitu lama, tiga atau empat tahun sebelumdapat menguasai bahasa kandungnya. Demikian juga kaum yang tidak
menuturkan bahasa Malaysia sebagai bahasa kandung, masih ramai yang
tidak dapat menguasai bahasa Malaysia setelah tinggal di negara ini seumur
hidupnya. Sekali imbas kita mungkin terbawa-bawa oleh iklan seperti ini.
Sebenarnya perkara ini boleh berlaku, tetapi peringkat kecapaian dalam
bahasa yang diajarkan itu patutlah dipersoalkan. Memang pembelajaran
bahasa adalah begitu pesat sekali pada peringkat permulaan. Tetapi, setelah
sampai ke peringkat pertengahan, maka pembelajaran yang dapat diserap
mungkin akan mula mendatar dan tidak begitu pesat lagi. Biasanya institusi
ini hanya mengajar sampai ke peringkat permulaan ini sahaja. Mungkin
pembelajaran hingga ke peringkat ini boleh berlaku, dan pengetahuan bahasa
setakat ini tentu sekali dapat membolehkan pelajar ini menggunakan bahasa
yang sudah dan terhad dalam lingkungan percakapan yang terhad. Sekiranya
diperlukan lebih daripada itu, maka perlulah ada pendedahan yang lebih lama,
lebih menyeluruh, dan lebih khusus.
Untuk memperlengkap lagi perbincangan ini maka perlulah saya berikan
ringkasan tentang apa yang dikatakan dengan kaedah mempelajari bahasa
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 36/72
itu. Di sini kita akan hanya membicarakan satu persatu kaedah tersebut
secara ringkas. Sebenarnya kaedah amat bergantung pada pendekatan kita
terhadap bahasa. Ini akan dibincangkan dalam Bab 7.
Kaedah Tatabahasa Terjemahan
Kaedah Tatabahasa Terjemahan ini selalu juga disebut kaedah klasik. Ini
mungkin kaedah yang dipergunakan sebelum kaedah lain timbul. Oleh sebab
dahulunya para sarjana hanya mempunyai bahan sastera tertulis, dan oleh
sebab kemahiran menulis itu dijadikan tujuan yang penting, maka perkara
tersebut menjadi tujuan dalam kaedah tatabahasa terjemahan ini.
Kaedah ini dirancangkan dengan tujuan memberi kemahiran menulis, dan
bukan kemahiran bertutur. Oleh itu kaedah ini tidaklah mementingkan
sebutan. Kaedah ini hanya mementingkan ejaan dan penulisan dalam bahasa
yang diajarkan tersebut. Penggunaan bahasa secara aktif tidak berlaku.
Rumusan tatabahasa dijelaskan dengan panjang lebar supaya menjadi
pedoman pembentukan ayat-ayat melalui terjemahan. Selalunya yang
diutamakan ialah unsur-unsur kekecualian daripada yang lazim dalam bahasa
yang dipelajari itu, ataupun tentang unsur-unsur yang selalu disalahgunakan.
Kosa kata diberi pada peringkat awal pelajaran. Terjemahan adalah difikirkan
cara yang sesuai dan utama dalam mempelajari kosa kata. Kata-kata itu
diberi dalam bentuk terasing daripada konteks. Kata-kata disusun dalam ayat
menurut rumusan tatabahasa. Rumusan-rumusan tatabahasa itu dihafalsebagai cara menguasai bahasa itu. Isi atau kefahaman tidak dipentingkan
sangat, hanya sebagai latihan tatabahasa. Latihan selalu menggunakan
bahan terjemahan daripada bahasa yang diajarkan ke dalam bahasa kandung.
Ayat-ayat yang digunakan mungkin tidak berhubungan antara satu sama lain,
tetapi merupakan bauran struktur yang mungkin sedia wujud dalam bahan
terjemahan tersebut.
Walau bagaimanapun, kaedah ini mempunyai beberapa ciri yang baik.
Kaedah ini mungkin tidak memerlukan pembiayaan yang begitu banyak, jadi
tidaklah sukar digunakan. Sementara itu guru yang tidak begitu fasih dalam
bahasa itu masih boleh digunakan untuk mengajarkan bahasa tersebut.
Demikian juga kaedah ini tidak mengehadkan saiz kelas, berapa ramai
sekalipun bilangan pelajarnya boleh diajarkan melalui kaedah ini. Latihan
yang intensif berjam-jam juga tidak diperlukan. Kalau diperhatikan, kebaikan
kaedah ini bukanlah dari segi pembelajarannya atau dari segi
menguntungkan pelajarnya, tetapi hanya dari segi pengajaran sahaja. Contoh
penggunaan kaedah ini ialah pelajaran bahasa Malaysia oleh G. Soosai dan
Adibah Amin, masing-masing di akhbar Star dan New Straits Times. Mereka
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 37/72
mengajarkan bahasa Malaysia dengan menggunakan kaedah terjemahan,
khususnya daripada bahasa Inggeris kepada bahasa Malaysia. Dalam hal ini,
bilangan pelajarnya ialah seluruh pembaca akhbar tersebut.
Kaedah Terus
Kaedah terus ini merupakan satu tindakan balas awal terhadap kaedah
tatabahasa terjemahan yang dibincangkan di atas tadi. Kalau diperhatikan
kaedah terjemahan itu, tentu terlihat ada beberapa masalah dan kelemahan,
misalnya, tidak ada dua kata yang betul-betul sama ertinya dalam dua bahasa.
Sedangkan kata kereta dan motokar harus mendukung pengertian yang
berlainan menurut latar budaya bahasa Malaysia dan Inggeris. Begitu juga
struktur dua bahasa adalah berlainan. Konsep yang boleh dibentuk dalam
satu kata, mungkin tidak dapat dibuat begitu dalam bahasa Malaysia.
Misalnya, portable hanya satu kata dalam bahasa Inggeris, tetapi dalam
bahasa Malaysia kita akan dapati bahawa maknanya mungkin hanya dapat
dijelaskan dalam satu rangkai kata, seperti ―boleh dibawa ke sana sini.‖
Kaedah terus ini diajarkan dengan menggunakan satu bahasa sahaja
iaitu bahasa matlamat atau yang diajarkan. Bahasa kandung orang yang
mempelajari bahasa itu tidak digunakan. Dengan kata lain, kaedah ini terus
menggunakan bahasa matlamat. Kadang-kadang kaedah ini juga dikenali
sebagaikaedah semula jadi kerana menggunakan apa yang dianggap cara
semula jadi seperti juga kanak-kanak mula belajar bahasa. ini sesuai dengankonsep yang dijelaskan oleh Kaedah Berlitz, yang mengajukan supaya
bahasa matlamat digunakan dengan serta-merta supaya pelajar mula berfikir
dalam bahasa yang dipelajarinya itu. Oleh sebab bahasa lain tidak digunakan,
maka pengajaran kata dijalankan dengan menggunakan benda-benda atau
objek yang konkrit, atau melalui perbandingan dan persamaan sekiranya
benda itu tidak konkrit. Rumusan-rumusan tatabahasa diajarkan melalui
tunjuk cara dengan contoh-contoh yang sesuai, yang telah diserapkan ke
dalam bahan pengajaran.
Pengajaran dimulakan secara lisan, dengan tunjuk cara dan gambar-gambar
atau objek yang konkrit tadi, dan pelajar menghafalnya dan mencuba
mengikutinya. Oleh itu latih tubi menjadi syarat yang terpenting. Untuk tujuan
itu, kelas mestilah kecil saiznya dan pengajaran mestilah intensif, mungkin 5-
6 sehari. Walau bagaimanapun, keintensifan pelajaran boleh dikurangkan
kalau tidak diperlukan. Mereka yang berpegang teguh pada kaedah ini
menolak pengajaran tatabahasa secara formal dalam kaedah ini, kerana bagi
mereka kanak-kanak belajar dengan tidak mempelajari tatabahasa. Pendek
kata ini dianggap sama dengan kaedah mempelajari bahasa pertama.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 38/72
Kaedah ini tentu sekali mempunyai kelebihan berbanding dengan kaedah
tatabahasa terjemahan tadi. Kaedah ini akan dapat memberikan penguasaan
pertuturan yang baik. Dengan itu juga pengajaran tulisan menjadi mudah
dipraktiskan. Oleh sebab bahasa yang datang daripada bermacam-macam
bahasa itu tidak menjadi halangan. Guru tidak akan terpaksa
menterjemahkannya ke dalam banyak bahasa. dalam pada itu ternyata
bahawa, kaedah ini mungkin memerlukan masa yang agak panjang untuk
pengajaran sesuatu bahasa itu kerana penjelasan tidak boleh dijalankan
melalui terjemahan. Oleh sebab kaedah ini menggunakan pertuturan, maka
mereka yang fasih sahaja boleh mengajar bahasa itu. Kaedah ini amat
khusus dan gurunya harus terlatih secara khusus juga.
Kaedah Bacaan
Mungkin membaca adalah suatu kaedah yang mudah sekali. Kaedah bacaan
ini tidak memerlukan penghafalan ataupun penggunaan tatabahasa secara
aktif. Kaedah ini hanya menggunakan bacaan. Membaca hanya memerlukan
pelajar mengenal kata-kata yang tertulis dan membacanya. Kaedah bacaan
ini mementingkan sebutan, dan ini mudah kerana ia memerlukan pengajaran
peringkat pengenalan sahaja dan tidak memerlukan penghafalan rumusan-
rumusan yang rumit. Membaca kuat-kuat hanya perlu untuk latihan sebutan,
dan bukan untuk tujuan lain, dan tidak juga untuk kefahaman. Terjemahan
selalunya tidak dijalankan. Pembelajaran melalui kaedah ini selalunyamenggunakan kosa kata yang dirancangkan dengan teratur menurut
frekuensi penggunaannya. Bahan bacaan dipertingkatkan dengan baik, dan
disusun semula di tempat-tempat yang perlu. Kaedah ini selalu dipergunakan
di dalam bilik darjah sebagai sebahagian daripada kaedah lain, dan mungkin
juga ini berlaku dengan cara tidak disedari.
Kaedah Dengar dan Ajuk
Kaedah dengar dan ajuk ini menggunakan dialog untuk dihafal dan diikuti
secara ajukan, iaitu dimulakan dengan sebutan lisan. Dialog yang digunakan
dianggap realistik dan latih tubi dijalankan secara berseorangan atau
berkumpulan. Latih tubi dialog tersebut dijalankan dengan memberi perhatian
terhadap sebutan dan intonasi yang betul. Yang menjadi matlamat kaedah ini
ialah pencapaian sebutan penutur kandung bahasa itu. Bahan pita rakaman
digunakan dengan sepenuhnya, lebih-lebih lagi kalau gurunya bukan penutur
kandung bahasa yang diajarkan. Alat pandang dengar juga digunakan
dengan luasnya. Ini adalah kaedah yang dipergunakan oleh Alliance
Francaise untuk mengajarkan bahasa Perancis. Latih tubi semuanya dibentuk
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 39/72
dalam keadaan yang sebenar, dan juga sentiasa disertai dengan bahan
pandang dengar yang lengkap.
Hanya selepas pelajar menguasai sebutan, maka barulah mereka diberikan
latihan menulis. Mula-mulanya latihan menulis ini terkawal dan diberikan
hanya bahan yang telah dipelajari, dan hanya selepas itu baru latihan menulis
itu dijalankan secara bebas.
Latihan menyebut dan membaca itu pula dijalankan dengan menggunakan
bahan yang dikawal, disusun, dan peringkatkan. Sistem tatabahasa
diperkenalkan secara induktif dan dengan pemeringkatan yang teratur. Kosa
kata misalnya, diberi sedikit demi pada awalnya dan selalunya dalam konteks
yang bermakna. Kata-kata yang diberikan itu adalah berdasarkan, bukan
sahaja menurut frekuensi tetapi juga menurut gunanya. Ada kata-kata yang
tidak selalu digunakan tetapi amat berguna bagi kanak-kanak. Misalnya,
perkataan gergasi tidak selalu digunakan tetapi berguna kepada kanak-kanak,
dan perlu diajarkan awal-awal lagi, walaupun frekuensinya rendah.
Kaedah Askar
Kaedah askar ini timbul dalam masa Perang Dunia Kedua, apabila anggota
tentera memerlukan kemahiran dalam beberapa bahasa bagi memudahkan
operasi tentera dalam peperangan tersebut. Oleh sebab keperluan itu, maka
hasil yang paling baik perlulah dicapai dalam sesingkat masa yang boleh.
Oleh sebab kemahiran bahasa itu diperlukan untuk operasi tentera, makakemahiran lisan menjadi matlamat utama. Pelajar hendaklah mencapai
peringkat kemahiran berbahasa yang sama dengan kemahiran penutur
kandung bahasa itu, baik dalam sebutan mahupun dalam bidang memahami
bahasa itu. Tulisan tidak menjadi matlamat penting. Oleh sebab matlamat dan
masa yang diberi itu dipengaruhi oleh keadaan peperangan yang sentiasa
mendesak, maka masa belajar diintensifkan sedemikian rupa sehingga
mencapai 6-9 jam sehari pada setiap hari.
Pelajar-pelajar yang dipilih untuk belajar bahasa asing melalui kaedah itu
hendaklah mempunyai semua kualiti yang akan membolehkan pengajaran
dan pembelajaran bahasa dijalankan dengan tidak mengalami kesangsian
dari segi sikap, motif, umur, dan kemampuan. Pencapaian dalam
pembelajaran bahasa itu mestilah semuanya baik. Kemajuan yang dicapai
oleh setiap orang pelajar itu dicatat dan dikawal dengan kepersisan tentera.
Selain itu kaedah yang dipakai adalah sama dengan kaedah terus, iaitu latih
tubi dipergunakan dengan seluas-luasnya, melalui guru yang terdiri daripada
penutur bahasa kandung. Kaedah ini menggunakan teori behaviorisme atau
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 40/72
tanggapan bagaimana kanak-kanak mempelajari bahasa mereka dengan
cara semula jadi.
Kaedah Eklektik
Kaedah eklektik ini adalah suatu kaedah yang menggabungkan segala ciri
yang baik dalam pengajaran bahasa yang terdapat dalam kaedah-kaedah lain.
Jadi, kaedah ini dijalankan dengan mencampurkan unsur-unsur tertentu
daripada semua kaedah di atas. Ini dilakukan misalnya, dengan
menggunakan kaedah terus untuk mengajar makna kata, dan seterusnya
kaedah dengar dan ajuk digunakan pula untuk melatih tubi pola-pola ayat dan
seterusnya kaedah bacaan digunakan pula untuk melatih bacaan dan
sebutan pelajar.
Proses Pembelajaran Bahasa Kedua
Segala kaedah yang dibicarakan di atas telah dipergunakan untuk mengajar
dan belajar bahasa. Saya tidak menafikan tentang kejayaannya dalam
pengajaran bahasa kedua di tempat-tempat lain. Tetapi dalam hal ini
Malaysia mengalami satu keadaan sosiolinguistik yang agak berlainan.
Pengajaran bahasa di sekolah-sekolah atau di sebarang institusi lain,
selalunya didapati tidak mendatangkan hasil yang maksimum, walaupun
gurunya cukup terlatih, bahannya cukup terancang, motif pelajar cukup tinggi
untuk lulus ujian atau untuk kepentingan pekerjaan, dan dasar negara tidak
kurang memberi keutamaan terhadap bahasa Malaysia. Dalam hal inipengajaran bahasa Malaysia masih tidak berkesan, atau kesan yang
diperlukan itu lambat dapat dihasilkan.
Tentu sekali kita bertanya mengapa, dan apakah yang kurang atau cacatnya
sehinggakan pengajaran bahasa Malaysia itu masih kurang berkesan? Bagi
saya, apa sahaja kaedah yang digunakan mungkin tidak menimbulkan
persoalan yang begitu rumit, asalkan kaedah itu sesuai dengan keadaan dan
keperluan. Tujuan haus diutamakan. Kalau masa panjang maka kaedah yang
perlahan seperti terjemahan, boleh digunakan.
Kalau masa singkat harus kaedah terus lebih berkesan, dengan tidak mengira
sangat apakah lata belakang psikologi dalam membentuk kaedah tersebut.
Walaupun demikian, ingin juga saya membuat kepastian, bahawa, memang
ada perbezaan yang besar antara mempelajari bahasa pertama dengan
mempelajari bahasa kedau. Dalam bab ini, tumpuan saya adalah berat
kepada pembelajaran bahasa Malaysia sebagai bahasa kedua, dan tidak
sebagai bahasa pertama kepada kanak-kanak Melayu. Ini mungkin tidak
menimbulkan masalah besar.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 41/72
Dengan kaedah, bahan, guru, dan masa yang diberikan maka adalah aneh
mengapa orang bukan Melayu tidak cepat, dan tidak fasih menguasai bahasa
Malaysia. Walau bagaimanapun, mungkin soal guru itu masih menjadi
masalah, kerana di mana-mana terdapat kekurangan guru bahasa Malaysia.
Juga ada guru bukan Melayu yang masih belum fasih atau baik penguasaan
bahasanya ditugaskan mengajarkan bahasa Malaysia.
Mungkin masalah yang paling besar ialah, bahasa Malaysia yang diajarkan itu
adalah formal, dan tidak ada kegunaan atau persamaannya dengan bahasa
yang digunakan sehari-hari, sehingga para pelajar terpaksa mempelajari
suatu dialek yang berlainan yang tidak boleh mereka praktiskan di luar bilik
darjah. Masalah itu dihadapi baik oleh pelajar Melayu atau bukan Melayu.
Dengan kata lain, bahasa itu diajarkan dalam suatu ruang yang vakum, dan
tidak ada lingkungan budayanya. Saya perhatikan hal ini dan saya yakin
pengajaran dan pembelajaran mana-mana bahasa itu, hendaklah dilakukan
dalam konteks budaya dan sosial yang hidup. Dengan itu dapatlah saya
katakan yang pembelajaran bahasa Malaysia di Malaysia oleh kaum bukan
Melayu itu, hendaklah dengan menggunakan dialek yang hidup supaya
mereka dapat menggunakannya di luar bilik darjah dengan serta-merta.
Dalam proses menjadi dwibahasa ini, yang lebih diutamakan ialah proses
pembelajaran bahasa kedau oleh mereka yang sudah dewasa, atau oleh
mereka yang melebihi umur lima tahun, apabila pembelajaran suatu bahasaasing itu tidak lagi berlaku secara semual jadi. Pembelajaran itu hendaklah
pula berlaku dalam satu lingkungan masyarakat bahasa yang dituturkan itu,
dan dalam kegiatan budaya yang tertentu. Proses menjadi dwibahasa ini
adalah proses menghilangkan keasingan dalam sesuatu budaya tempat
seseorang itu tinggal. Dalam hal ini, bukan hanya perkara tentang bahasa
yang terlibat tetapi juga masalah psikologi. Sebenarnya ini adalah suatu
masalah persepaduan yang amat kompleks, iaitu proses seseorang mencuba
menyerap tabiat budaya bahasa yang baharu itu, tetapi tabiat yang sedia ada
padanya sentiasa mempengaruhi yang lain, sebab kedua-duanya adalah
berlainan. Si pelajar bahasa itu perlu menguasai tabiat yang baharu itu dan
mempergunakan tabiat yang baharu dan yang lama itu mengikut masa dan
konteksnya yang sesuai.
Pada pendapat Chomsky, bahasa itu adalah sesuatu yang mempunyai daya
kreatif seperti yang saya jelaskan di atas tadi. Ini adalah sesuatu yang amat
penting dalam bahasa. walau bagaimanapun, penafian Chomsky terhadap
tabiat tertentu dalam sesuatu bahasa itu mungkin tidak boleh diterima. Ini
dapat kita perhatikan daripada satu contoh dalam mempelajari bahasa
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 42/72
Inggeris. Seorang Melayu harus dipengaruhi oleh tabiat sebutannya dalam
bahasa Malaysia. Misalnya, dalam menyebut bunyi ―t‖ sudah tentu orang
Melayu itu tidak akan menyebutnya dengan letupan yang sempurna,
sebagaimana dalam bahasa Inggeris, dan ini menyebabkan sebutan orang itu
akan menjadi pelat kemelayuan. Umpamanya dia akan menyebut
perkataan hat sebagai [hat ] sahaja dan tidak [hat” ] sebagaimana sebutan
orang Inggeris asli. Sebagai satu contoh lain, proses pembelajaran bahasa itu
adalah satu proses menguasai tabiat baharu, yang sentiasa dipengaruhi oleh
tabiat lama, dapat dilihat apabila seorang penutur bahasa Malaysia terus
mempergunakan partikel penegasan lah, walaupun dia bertutur dalam bahasa
Inggeris. Misalnya, dalam ungkapan I want to go home lah, jelas
menampakkan kepada kita bahawa unsur tabiat dalam struktur ayat bahasa
Malaysia, iaitu, lah telah dipindahkan ke dalam bahasa Inggeris.
Chomsky membuat suatu ketentuan yang penting dalam membincangkan
perkembangan bahasa di kalangan kanak-kanak. Agaknya pendapat
Chomsky memang dapat diterima dalam hal ini, iaitu dia memberi tempat
kepada kebolehan terpendam yang ada pada kanak-kanak dalam
mempelajari bahasa. di menyatakan bahawa proses perkembangan bahasa
di kalangan kanak-kanak dalam lingkungan umur 1 hingga 5 tahun itu,
tidaklah akan dapat dijelaskan dengan sempurnanya dengan hanya mengkaji
syarat-syarat pembentukan dengan sempurna dengan hanya mengkajisyarat-syarat pembentukan tabiat. Orang dewasa semasa mempelajari
bahasa, adalah mempelajari sesuatu pola yang sudah baku. Oleh yang
demikian bagaimanakah agaknya orang dewasa itu mempelajari pola-pola
bahasa kedau yang dipelajarinya itu?
Di sini tidak harus kita membincangkan bagaimana bahasa kandung dikuasai
dan bagaimana kanak-kanak mempelajari bahasa kandungnya. Kita tidaklah
pula bertujuan mengeluarkan teori pembelajaran bahasa. apa yang kita tahu
ialah, bahawa, sebagai seorang dewasa, semasa mempelajari bahasa kedua,
kita terpaksalah berlatih. Kita terpaksa berlatih dengan begitu teliti dan rapi,
lebih-lebih lagi apabila tabiat bahasa kandung kita berbeza dan
mempengaruhi tabiat bahasa yang sedang dipelajari. Oleh itu, mempelajari
bahasa ini mungkin dapat dikatakan sebagai suatu proses mempelajari tabiat
baharu samalah seperti seseorang itu mempelajari memandu kereta di
sebelah kanan jalan dan kemudian terpaksa memandu di sebelah kiri jalan.
Dalam hal ini terdapat kecenderungan untuk mempergunakan tabiat-tabiat
yang lama. Oleh itu, tabiat yang sama perlulah dipergunakan di tempat yang
sesuai dan pemandu itu harus berhati-hati juga supaya mempergunakan
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 43/72
tabiat yang baharu itu di tempat-tempat yang berkenaan sahaja. Dalam
mempelajari sesuatu bahasa yang baharu itu, kita tidak harus menimbulkan
masalah yang rumit, dan oleh itu dalam proses mempelajari bahasa itu, kita
patut menumpukan perhatian kepada proses bahasa itu, kita patut
menumpukan perhatian kepada proses pembelajaran perbezaan antara tabiat
kedua-dua bahasa itu.
Oleh hal yang demikian dapatlah kita perhatikan bahawa perkara yang
penting sekali dalam hal pembelajaran bahasa itu ialah latihan. Walau
bagaimanapun, haruslah diketahui bahawa latihan hanyalah merupakan satu
bahagian sahaja daripada seluruh proses menjadi dwibahasa. Latihan yang
demikian mencakupi latihan mendengar, pendedahan kepada penggunaan
bahasa itu, berfikir, bertutur, sama ada dengan menggunakan bahan yang
dibentuk secara tersusun atau rambang. Tidaklah dapat dipercayai bahawa
sebarang bahasa dapat dipelajari tanpa latihan. Ini tidaklah pula bermakna
bahawa latihan itu sahaja yang penting, kerana sebenarnya ada unsur-unsur
lain yang terlibat. Latihan akan membentuk tabiat. Walau bagaimanapun,
tabiat juga dapat terbentuk tanpa latihan, lebih-lebih lagi dalam kes
pembelajaran bahasa kandung. Pelajar mungkin dapat dibimbing
menggunakan latihan dengan lebih berkesan.
Kita cuba bincangkan mengapa agaknya orang menjadi dwibahasa? Mari kita
lihat beberapa profil penutur bahasa di Pulau Pinang. Seorang penjaja mibangsa India di Pulau Pinang fasih menggunakan bahasa kandungnya, Tamil,
bijak berbahasa Melayu dan Hokkien, dan juga boleh berbahasa Inggeris
sedikit-sedikit. Seorang penjaja ikan bangsa Cina di Pasar Chowrasta,
Georgetown, Pulau Pinang, boleh berbahasa Hokkien, Tamil, Melayu, dan
Inggeris. Ini sebenarnya adalah satu ciri umum bagi ramai penduduk
Georgetown, Pulau Pinang. Seorang pegawai tinggi bangsa Melayu yang
dipelajarinya sebagai bahasa kandung dan secara formal di sekolah. Kalau
kita ke tempat lain, di Balik Pulau misalnya, terdapat penduduk Melayu yang
hanya tahu menggunakan bahasanya sendiri sahaja.
Apakah sebenarnya setengah-setengah manusia perlu menjadi dwibahasa
dan setengah-setengahnya tidak. Keadaan begini timbul kerana mereka
berbilang bangsa dan tidak ada satu bahasa pun yang dominan, jadi, setiap
kaum mengekalkan bahasanya. Di samping itu, mereka juga perlu menguasai
semua bahasa untuk berhubung antara satu sama lain. Ternyata di sini
bahawa, di bandar Georgetown, Pulau Pinang, keadaan adalah kosmopolitan.
Sesiapa sahaja akan dapat mempelajari dua tinga bahasa dengan mudah,
dan di tempat lain mereka tidak diperlukan mengetahui bahasa lain
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 44/72
mengetahui bahasa lain daripada bahasa kandungnya untuk berhubungan.
Hal ini semuanya, walaupun betul, tidaklah menjelaskan kepada kita
mengapa manusia mesti mempelajari sebuah bahasa asing atau bahasa lain
kerana ingin berhubung dengan seorang lain. Seseorang yang tiba dalam
sesebuah masyarakat baharu itu adalah dianggap asing. Selalunya
keasingan ini akan beransur hilang apabila dia telah menjadi semakin fasih
dalam bahasa masyarakat yang didatanginya itu.
Perhubungan dengan masyarakat itulah yang akan dapat menghilangkan
segala sikap keasingannya tersebut. Orang luar itu tadi sentiasa dikelilingi
oleh lingkungan yang asing. Oleh itu dia akan mencuba mengatasi masalah
ini dengan menghilangkan unsur keasingan ini, dan menjadi salah seorang
ahli masyarakat baharu itu pula. Dalam hal ini, memang boleh didapati orang
yang tidak pernah dan tidak perlu mencuba untuk menghilangkan unsur
keasingan ini. Ada kaum asing di Malaysia, yang boleh hidup terasing.
Mereka hidup dalam masyarakat kaum sendiri, bersekolah, bekerja, dan
bergaul dengan tidak sedikit pun memerlukan penggunaan bahasa Malaysia.
Pernah saya temui seorang tua India di Georgetown, Pulau Pinang, yang
bekerja sebagai nelayan, ke laut berseorangan pada tiap-tiap hari, dan
menjual hasil tangkapannya kepada seorang India lain. Walaupun umurnya
sudah 53 tahun, dia tidak tahu menggunakan bahasa Malaysia sepatah pun.
Walau bagaimanapun, saya rasa, tentu diakui ramai, bahawa, keperluanmempelajari sesuatu bahasa itu dan juga peringkat kecapaiannya adalah
bergantung pada dorongannya sendiri. Jelas sekali dorongan ini ada di
kalangan masyarakat Malaysia. Kanak-kanak sekolah amat terdorong
mempelajari bahasa Malaysia sebagai keperluan kelulusan untuk melanjutkan
pelajaran dan menjalankan pekerjaan, ramai pula yang terdorong
mempelajari bahasa Inggeris untuk tujuan yang sama. Bagi ahli politik,
kefasihan dalam bahasa Inggeris memberi kemungkinan yang lebih luas
dalam tindak-tanduknya. Ada pula golongan yang mempelajari bahasa untuk
mengeksploit, misalnya, penjajah Inggeris yang datang ke Semenanjung
Tanah Melayu dahulu, telah mempelajari bahasa Melayu semata-mata untuk
tujuan mentadbir jajahan ini. Tetapi dalam mempelajari sesuatu bahasa, amat
mustahak dikekalkan dorongan pembelajaran itu, dan hanya mereka yang
betul-betul berminat dan berkesanggupan serta yakin bahawa bahasa itu
akan membantunya, akan berjaya dalam usahanya tersebut. Bahasa kedua
itu amat perlu untuk berhubungan, walaupun hubungan secara terhad boleh
berlaku tanpa bahasa. Tetapi, hubungan tanpa bahasa itu pun bergantung
pada budaya bahasa tertentu. Hanya mereka yang ingin terus tinggal sebagai
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 45/72
orang asing dalam sesebuah masyarakat itu, akan terus tidak mempedulikan
keperluan bahasa kedua tersebut. Walaupun kemahiran dalam bahasa kedua
itu berguna tetapi ternyata bahawa hubungan akan terhad, dan pendatang itu
tidak akan dapat menjadi sebahagian daripada masyarakat itu dengan
sepenuhnya. Suatu contoh lain ialah masyarakat Gurkha, yang dahulunya
bekerja sebagai askar upahan Inggeris, telah datang kembali ke Malaysia
berjaja bermacam-macam jenis manik dan batu perhiasan di kaki lima kedai
di bandar-bandar besar. Mereka tidak pernah cuba bercampur, dan tidak
pernah menggunakan bahasa tempatan untuk berhubungan dengan
masyarakat tempatan, selain hubungan berjual beli yang terhad itu. Akibatnya
mereka terus terasing.
Jadi, saya pandang proses pembelajaran itu harus berlaku dalam konteks
masyarakat yang aktif dan memberangsangkan.
Rancangan Pengajaran dan Pembelajaran yang Unggul dan yang Praktis
Setelah meninjau dari segi sosiolinguistik tentang keadaan tertentu, lebih-
lebih lagi tentang pengajaran dan pembelajaran bahasa Malaysia, maka
ternyatalah bahawa apa yang berlaku sekarang adalah sesuatu yang masih
boleh dibaiki untuk mendapatkan hasil yang maksimum, memang seorang
guru bahasa Malaysia akan sentiasa tertanya-tanya, apakah agaknya suatu
kaedah yang unggul untuk digunakan bagi menjamin hasil yang 100% berjaya?
Ada banyak faktor yang terlibat dalam pembelajaran bahasa, dan untukmencapai kepuasan bagi semua faktor itu adalah sesuatu yang mustahil.
Walau bagaimanapun, sekadar untuk berbincang, kita boleh cuba
menggambarkan suatu rancangan pengajaran dan pembelajaran bahasa
yang unggul.
Dalam mempelajari bahasa sebagai bahasa kedua, sebuah rancangan
pengajaran dan pembelajaran yang unggul agaknya harus mengandungi
sifat-sifat dan faktor-faktor yang berikut: rancangan itu harus memberi
pertimbangan yang berat dan tepat sepenuhnya kepada segala implikasi dan
faktor tentang pembelajaran bahasa. Apa yang dimaksudkan di sini ialah
bahasa itu sendiri harus dipertimbangkan, proses pembelajaran dan segala
faktor lain yang terlibat juga mesti diambil kira:
1. Pengetahuan yang terperinci dan menyeluruh tentang bahasa yang
diajarkan itu mestilah sudah wujud, iaitu tentang sifat-sifatnya,
tatabahasanya, dan segala macam ciri bahasa itu perlulah diberi
pertimbangan. Perbezaan sifat-sifat bahasa itu dengan bahasa
kandung si pelajar hendaklah dijelaskan selengkap-lengkapnya.
2. Rancangan itu juga harus disampaikan melalui kaedah yang berkesan.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 46/72
3. Guru yang mengajarkannya mestilah berkebolehan dan terlatih.
4. Pengajaran dan pembelajaran perlu berlaku dalam konteks budaya
bahasa yang diajarkan, dan bukan dalam keadaan budaya kosong.
5. Rancangan itu juga hendaklah disesuaikan dengan segala macam
kemungkinan perkembangan, mengikut latar belakang pelajar, iaitu
rancangan tersebut hendaklah hidup dan anjal untuk diterima oleh
pelajar-pelajar yang mempunyai latar belakang dan perbezaan
perseorangan yang pelbagai itu.
6. Pengajaran dan pembelajaran itu berlaku dalam masyarakat yang
penuh simpati dan menggalakkan, pendek kata tidak ada halangan
dari segi sosial untuk belajar, pendedahan kepada bahasa itu
mudah berlaku.
7. Rancangan itu juga dapat mengatasi segala macam masalah psikologi,
dan sebarang tekanan serta kebosanan tidak harus timbul dalam
proses pengajaran dan pembelajaran itu. Kesukaran tidak timbul.
Malahan rancangan itu harus pula dapat memberi dorongan atau
rangsangan yang penuh untuk membolehkan pelajar menyerap
pengajaran itu mengikut kadar kemampuan sendiri.
Kalau dilihat betul-betul ciri-ciri yang diperakukan ini untuk menerbitkan
sebuah rancangan yang unggul bagi pengajaran dan pembelajaran bahasa
kedua itu, maka sekali imbas kita sudah tahu rancangan sedemikian tidakpernah wujud, dan mungkin mustahil diwujudkan. Apa yang praktis ialah kita
perlulah mengetahui ciri-ciri rancangan yang unggul ini, dan kita bandingkan
pula dengan apa yang boleh ada bagi kepentingan guru dan pelajar, untuk
tujuan menilai dan menganalisis bahan tersebut dengan tujuan menghasilkan
bahan yang terbaik.
Kadang-kadang dengan perancangan yang serba lengkap pelajar masih lagi
gagal mencapai kemahiran yang diharapkan itu. Selalunya pelajar akan
menyalahkan perancangan pelajaran sebagai perkara yang menghalang
mereka daripada mencapai objektif itu. Sebenarnya, perancangan untuk
pengajaran dan pembelajaran, walau bagaimana baik sekalipun, hanya
menjadi panduan untuk mempelajari bahasa itu sahaja dan bukannya sesuatu
yang menjamin akan tumbuhnya tabiat baharu dalam bahasa baharu itu.
Kebanyakan rancangan pengajaran dan pembelajaran bahasa itu berhasil
kerana pelajarnya lebih daripada apa yang diajarkan secara formal. Kalau
pelajar itu tidak berusaha lebih daripada apa yang diajarkan secara formal,
atau kembali ke rumah dan menyambung pembelajaran sebagaimana yang
dipraktiskan oleh kebanyakan ibu bapa, maka pembelajaran bahasa itu
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 47/72
mungkin tidak berhasil. Begitulah keadaannya dengan bahasa Malaysia.
Biasanya kegagalan mencapai objektif pembelajaran bahasa itu, disebabkan
ketiadaan aptitud atau usaha yang gigih.
Kalaulah rancangan pengajaran dan pembelajaran bahasa itu tidak unggul,
maka apakah rancangan yang dipraktiskan itu cukup baik? Saya percaya
semua rancangan itu boleh dibaiki, dan kadang-kadang seseorang pelajar
dapat membaiki rancangan yang sedang dipelajarinya. Contohnya dapat
diambil daripada kasus yang berikut. Seorang pelajar mempelajari bahasa
Perancis di Paris. Kaedah yang digunakan adalah kaedah tradisi. Guru
sahaja yang bercakap sepanjang hari. Tetapi, pelajar itu dapat mencapai
kemahiran yang baik dengan menggunakan masa dia bertembung dengan
penutur-penutur lain di luar darjah untuk mempelajari, atau memperkukuh
pembelajarannya. Memanglah sukar kerana percakapan dan perbualan di
luar darjah itu tidak teratur atau tidak disusun untuk kepentingan pelajar.
Demikian juga halnya dengan mereka yang bukan penutur bahasa Malaysia
di Malaysia, mungkin tidak mendapat pengajaran yang maksimum di dalam
kelas. Tetapi di luar kelas, keadaan itu tidak pula mengizinkan dia
mempelajari bahasa Malaysia dengan teratur. Malah lebih buruk daripada itu,
kerana ada ketiak dia menganggap dapat mencontohi penggunaan bahasa
Malaysia yang baik, tetapi selalu pula dia menghadapi halangan. Tidak ramai
orang Melayu yang menuturkan bahasa Malaysia formal untuk dicontohi olehmereka. Kalau adapun orang yang menggunakan bahasa Malaysia, mungkin
pula mereka bahasa Malaysia pasar, atau dialek bahasa Malaysia tempatan.
Wayang gambar dapat memberi contoh yang agak baik, tetapi mungkin amat
terhad. Televisyen pula agak sama keadaannya. Bahasa bertulis pula
kadang-kadang mengandungi kesalahan yang mengelirukan. Ini merupakan
penghalang kepada penguasaan bahasa yang baik untuk pelajar.
Perkara yang mustahil bagi kita ialah menggambarkan, bagaimana
pembelajaran dan pengajaran itu dapat didasarkan kepada ciri-ciri bahasa
Malaysia yang dideskripsi dengan selengkapnya untuk tujuan ini, apabila kita
sendiri mengetahui deskripsi tatabahasa bahasa Malaysia yang lengkap
masih belum ada. Kita tahu juga, bahawa, pengajaran bahasa patut
didasarkan pada persamaan dan perbezaan antara bahasa yang diajarkan
dengan bahasa kandung pelajar. Dalam hal ini bahasa Malaysia masih belum
diperbandingkan dengan lengkapnya dengan bahasa lain seprti Hokkien,
Kanton, Khek, Tamil, Bengali, Malayalam, Telugu, dan sebagainya. Usaha
membandingkan bahasa Malaysia dengan bahasa Inggeris, tidaklah begitu
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 48/72
berguna kerana bahasa Malaysia itu bukan untuk diajarkan kepada penutur
Inggeris.
Hasrat untuk mempergunakan guru yang cukup mahir dalam bahasa
Malaysia dan terlatih untuk mengajar bahasa Malaysia juga mungkin
merupakan suatu masalah. Sekolah-sekolah kerap bersungut tidak
mempunyai guru bahasa Malaysia yang cukup. Ini bukan soal mereka terlatih
atau tidak, tetapi ialah soal guru tidak ada. Keadaan di sekolah rendah juga
demikian, tetapi ada satu masalah lain yang khusus saya perhatikan di
sekolah-sekolah rendah. Mungkin hal ini akan difikirkan dengan serius oleh
pegawai-pegawai utama bagi mata pelajaran bahasa Malaysia ini. Oleh
sebab usaha kerajaan yang berjalan dengan amat pesat untuk melaksanakan
bahasa Malaysia sebagai bahasa pengantar, maka guru-gurunya telah diberi
latihan singkat. Ada yang dapat mempelajarinya dengan pantas dan ada yang
tidak. Keadaan ini jelas menimbulkan masalah.
Memang menjadi harapan agar bahasa Malaysia itu diajarkan dalam konteks
sosial yang tepat. Implikasinya ialah masalah memilih dialek yang harus
diajarkan. Kalau diajarkan dialek baku yang formal, dalam bentuk tulisan,
maka pelajar tidak dapat menggunakannya dalam konteks lain. Tetapi, kalau
kita semua mengerti apa yang dianggap sebagai baku, harus ini tidak menjadi
masalah besar. Dialek yang diajarkan itu biarlah dialek yang hidup supaya
dapat digunakan dengan serta-merta dalam masyarakat di luar sekolahnya,dan pembelajaran tidak akan menjadi latihan dalam bilik darjah sahaja. Isu ini
amatlah sukar, saya sendiri tidak yakin dapat membuat keputusan muktamad,
tetapi mungkin saya lebih cenderung kepada mengajarkan suatu dialek yang
hidup dan realistik. Konsep baku itu sebenarnya alah satu norma, dan norma
ini adalah satu konsep abstrak yang mungkin berbeza-beza daripada seorang
kepada seorang yang lain.
Diharapkan juga, pembelajaran itu dapat berjalan dalam suasana yang
mementingkan individu, latar belakangnya, serta menurut kesanggupannya.
Tetapi dalam sesebuah darjah di sekolah-sekolah di Malaysia, yang terdiri
daripada 40 orang pelajar, maka tumpuan kepada individu itu amat sukar
dilakukan. Masalah ini bertambah berat lagi kalau difikirkan pula yang para
pelajar itu mungkin terdiri daripada tiga, empat, atau lima rupa kaum yang
berlainan di samping keperluan yang berbeza antara pelajar bahasa kandung
atau bahasa pertama dengan pelajar bahasa kedua, dalam mempelajari
bahasa Malaysia. Kalau pelajar bahasa Malaysia yang sepatutnya diajarkan
bahasa Malaysia sebagai bahasa pertama, diajarkan bahasa Malaysia
sebagai bahasa pertama, diajarkan bahasa Malaysia sebagai bahasa kedua,
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 49/72
harus dia akan bosan kerana dia tidak memerlukan rumusan asas tentang
bahasa itu, sebaliknya dia memerlukan latihan yang boleh memperkaya dan
melicinkan penggunaan bahasanya, dan tidak perlu mempelajari bahasa itu
dari mual. Yang lebih merumitkan lagi ialah cara menguji mereka. Ujian
bahasa pertama berbeza daripada ujian bahasa kedua. Kanak-kanak Melayu
harus gagal dalam ujian bahasa Malaysia kalau ujian itu dilakukan sebagi
bahasa kedua dan bukan bahasa pertama.
Pengajaran bahasa juga harus berlaku dalam suasana yang memberi
dorongan kepada pelajar. Adakah ini berlaku? Mungkin kebanyakan pelajar
betul-betul berminat menguasai bahasa Malaysia, tetapi simpati ibu bapa
mungkin lebih berat kepada bahasa Inggeris. Mungkin juga ada bapa yang
mengetahui anaknya itu lemah dalam bahasa Malaysia, dan akan mencari
seorang munsyi untuk anaknya. Adakah ini jawapannya? Adakah anak itu
diberi dorongan yang betul-betul menggalakkan dalam mempelajari bahasa
Malaysia? Pelajaran di rumah mungkin membosankan dan menambahkan
kebuntuan kanak-kanak itu sahaja. Di sekolah pula mungkin dapat diberi
sokongan terhadap pembelajaran bahasa ini dengan mengadakan kelab
bahasa Malaysia, dan semua pelajar dimestikan bertutur dalam bahasa
Malaysia semasa di sekolah pula, samalah seperti di sekolah Inggeris dahulu
yang mendenda muridnya kalau tidak bertutur bahasa Inggeris.
Akhir sekali haruslah pengajaran itu dapat disampaikan dalam suasana yangtidak mengandungi tekanan dan sebarang masalah psikologi. Semua anggota
masyarakat yang ada dalam kelompok pelajar tersebut hendaklah mahir
dalam bahasa Malaysia dan sentiasa menuturkannya. Mereka hendaklah
sentiasa mendorong dan bertutur dalam bahasa Inggeris. Pelajar itu juga
tidak menanggung sebarang beban sosial atau persendirian yang boleh
mengganggu proses pembelajarannya.
Dalam membincangkan suasana pembelajaran di atas, kita Cuma melihat
suasana yang terbaik, dan ini adalah sesuatu yang agak mustahil dapat
diwujudkan.
Kebangkalian Kejayaan
Selama ini saya telah berbincang tentang keadaan yang membentuk kaedah
pengajaran dan faktor-faktor penting yang mempengaruhi pembelajaran
bahasa Malaysia. Sekarang, saya cuba membutirkan kebangkalian kejayaan
dalam mempelajari bahasa itu. Memang kita tidak dapat membuat ramalan
yang tepat sama ada pembelajaran bahasa itu akan berjaya atau tidak, tetapi
ada beberapa perkara yang akan dapat kita senaraikan untuk mengukur atau
menentukan berjaya atau tidaknya pembelajaran sesuatu bahasa itu.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 50/72
Kebangkalian ini saya pungut dan sesuaikan daripada buku yang bertajuk
Attitudes and Motivation in Second Language Learning, yang dikarang oleh
R.C. Gardner dan W.E. Lambert (1972):
1. Jika pelajar yang mempunyai aptitud yang tinggi, peluang yang baik,
motif yang kuat, serta belajar dalam lingkungan masyarakat yang
mendorong, maka usahanya dalam pembelajaran bahasa itu tentu
sekali akan berjaya.
2. Seorang yang bermotif tinggi dan berpeluang baik, tetapi tidak
mempunyai aptitud yang tinggi terhadap pembelajaran bahasa, akan
juga mencapai kejayaan yang baik, lebih-lebih lagi kalau masyarakat
sekelilingnya itu mendorongnya.
3. Seorang yang bermotif tinggi serta mempunyai aptitud yang baik, tetapi
kurang berpeluang, maka mungkin juga dia akan mencapai kejayaan
yang agak baik, kalaulah ada individu di sekelilingnya yang memberi
sokongan dan dorongan kepada pembelajarannya itu.
4. Kalau seorang pelajar itu berpeluang baik untuk belajar bahasa dan
mempunyai aptitud yang tinggi, maka kejayaannya bergantung pada
motifnya. Motifnya itu pula bergantung pada lingkungan budaya di
sekelilingnya. Keadaan ini mungkin banyak berlaku kepada kanak-
kanak sekolah di Malaysia dalam mempelajari bahasa Malaysia.
Masyarakat dan budaya sekelilingnya selalu tidak memberi sokonganterhadap pembelajarannya, sehingga menyebabkan penguasaan
bahasa Malaysia mereka itu tidak baik. Hanya mereka yang dapat
mengatasi masalah ini dalam setengah-setengah suasana yang
berjaya.
5. Kalau seorang pelajar itu bermotif tetapi tidak mempunyai aptitud dan
peluang untuk belajar, maka kegagalan pasti berlaku. Kalaulah budaya
dan masyarakat sekelilingnya membantu, maka dia akan mempunyai
sedikit harapan untuk mendapat kejayaan.
6. Kalau seorang pelajar itu mendapat peluang yang baik untuk belajar
bahasa, tetapi tidak mempunyai aptitud dan motif, maka dia akan gagal.
Peluang yang diberi kepadanya itu akan menjadi sia-sia sahaja.
Kebudayaan yang menyokong pembelajaran itu juga akan
membosankannya.
7. Pelajar yang beraptitud tinggi, tetapi tidak bermotif dan tidak diberi
peluang dalam pembelajarannya juga akan menghadapi kegagalan.
Walau bagaimanapun, lingkungan yang menyokong mungkin
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 51/72
membantunya menentukan motifnya, kalau tidak hasilnya adalah
kegagalan.
Kesimpulan
Dalam perbincangan di atas jelas bahawa hubungan antara psikologi dan
pembelajaran serta pengajaran adalah amat rapat. Hasil penyelidikan
psikologi memberi beberapa keterangan tentang proses pembelajaran yang
kemudiannya menentukan kaedah pengajaran. Di samping itu pula terdapat
beberapa faktor penting dalam menentukan kejayaan pengajaran dan
pembelajaran tersebut iaitu aptitud, dorongan, dan sokongannya.
Psikolinguistik
Pengertian Psikolinguistik
Psikolinguistik yaitu suatu disiplin ilmu yang bertujuan mencari satu teori bahasa yang
secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan
pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat stuktur
bahasa, bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu
memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.
Tujuan Mempelajari Psikolinguistik
Yaitu untuk membantu menyelesaikan permasalahan kompleks manusia dalam
pembelajaran berbahasa, karena selain berkenaan dengan masalah berbahasa, juga
berkenaan dengan kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya
berlangsung secara mekanistik, tapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan
berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (otak). Oleh karena itu,
dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan
studi antardisiplin antara psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik.
Sejarah Kelahiran Psikolinguistik
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 52/72
Istilah psikolinguistik muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok dan Charles E.
Osgood yang berjudul Psycolinguistics : A Survey of Theory and Research Problems. Namun
sebenarnya sejak jaman Panini, ahli tata bahasa dari India, dan Sokrates, ahli filsafat dari
Yunani, pengkajian bahasa dan berbahasa telah dilakukan. Tentu saja kajian mereka tidakterlepas dari aliran filsafat yang mereka anut, karena memang filsafat merupakan induk
dari semua disiplin ilmu.
Pada awalnya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada
psikologi, dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik. Dilanjutkan
dengan adanya kerja sama antara pakar linguistik dan pakar psikologi, dan kemudian
muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai disiplin ilmu.
Posisi Psikolinguistik dalam Kajian Linguistik
Dalam kajian linguistik, Psikolinguistik berperan sebagai ilmu antardisiplin antara psikologi
dan linguistik yang mengkaji bahasa dan hakikat bahasa sebagai objek formalnya. Karena
berasal dari dua displin yang berbeda; yaitu psikologi dan linguistik, maka objek
materialnya pun berbeda. Linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi
mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa.
Pentingnya Psikolinguistik dalam Studi Linguistik
Psikolinguistik berperan penting karena mencoba menerapkan pengetahuan psikologi dan
llinguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa,
pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan,
penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain
yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa
dan bangsa.
Tujuh Subdisiplin Psikolinguistik, yaitu:
1. Psikolinguistik Teoretis
2. Psikolinguistik Perkembangan
3. Psikolinguistik Sosial
4. Psikolinguistik Pendidikan
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 53/72
5. Psikolinguistik-Neurologi (Neuropsikolinguistik)
6. Psikolinguistik Eksperimen
7. Psikolinguistik Terapan
Fokus Kajian Psikolinguistik Pada Fakultas Pendidikan, yaitu:
a. Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan proses pemerolehan berbahasa, baik pemerolehan bahasa
pertama maupun pemerolehan bahasa kedua. Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan
fonologi, proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara
berjenjang, bertahap, dan terpadu.Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak
ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Sedangkan pembelajaran
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari
bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya,
yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi adalah proses penguasaan
tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses ini menjadi syarat terjadinya
proses performansi yang terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses
penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan
kemampuan memngamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar.
Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan kalimat sendiri. Proses
kompetensi ini apabila telah dikuasai anak-anak akan menjadi kemampuan linguistik anak-
anak. Jadi, kemampuan linguistik terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan
melahirkan kalimat baru yang dalam linguistik transformasi generatif disebut perlakuan,
atau pelaksanaan bahasa, atau performansi.
Teori yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa, diantaranya:
1. Hipotesis Nurani
Terdapat dua macam hipotesis nurani, yaitu hipotesis nurani bahasa (merupakan satu
asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah dipelajari
atau diperoleh tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang khusus dari organisme manusia)
dan hipotesis nurani mekanisme (merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa proses
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 54/72
pemerolehan berbahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan kognitif umum dan
mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman.
2. Hipotesis Tabularasa
Tabularasa secara harfiah berarti ’kertas kosong’, dalam arti belum ditulisi apa-apa. Lalu,hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti
kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.
Menurut Skinner (1957) berbicara merupakan satu respon operan yang dilazimkan kepada
suatu stimulus dari dalam atau dari luar, yang sebenarnya tidak jelas diketahui. Untuk
menjelaskan hal ini Skinner memperkenalkan sekumpulan kategori respon bahasa yang
hampir serupa fungsinya dengan ucapan, yaitu:
a. Mands
Kata Mands adalah akar dari kata command, demand, dan lain-lain. Satu Mand adalah satu
operan bahasa di bawah pengaruh stimulus yang bersifat menyingkirkan, merampas, atau
menghabiskan. Di dalam tata bahasa, Mand ini sama dengan kalimat imperatif.
b. Tacts
Tacts adalah benda atau peristiwa kongkret yang muncul akibat adanya stimulus.
c. Echoics
Yaitu auatu perilaku berbahasa yang dipengaruhi oleh respons orang lain sebagai stimulus
dan kita meniru ucapan itu.
d. Textuals
Yaitu perilaku berbahasa yang diatur oleh stimulus tertulissedemikian rupa sehingga bentuk
perilaku itu mempunyai korelasi dengan bahasa yang tertulis itu.
e. Intra verbal operant
Yaitu operan berbahasa yang diatur oleh perilaku berbahasa terdahulu yang dilakukan atau
dialami penutur.
3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Menurut teori ini, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor.
Srtuktur ini diperoleh anak-anak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang di
sekitarnya.
Dewasa ini, seperti juga dalam linguistik, dalam kognitifisme perhatian juga lebih ditujukan
pada masalah makna (semantik) serta peranannya dalam pemerolehan bahasa.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 55/72
Hipotesis kesemestaan kognitif dalam psikologi ini sejalan dengan hipotesis nurani
mekanisme dalam linguistik. Perbedaannya terletak pada nama saja karena dikemukakan
oleh dua disiplin ilmu yang berbeda yang saling mempengaruhi: hipotesis kesemestaan
kognitif oleh psikologi sedangkan hipotesis nurani mekanisme oleh linguistik modern.
b. Psikollinguistik Pendidikan
Subdisiplin ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di
sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran
berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses
memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.
Ada dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu:
1. Tipe Naturalistik
Bersifat alamiah, tanpa Guru, dan tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam
lingkungan kehidupan bermasyarakat.
2. Tipe Formal
Berlangsung di dalam kelas dengan Guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang sudah
disiapkan.
Hipotesis-hipotesis pembelajaran bahasa diantaranya:
a. Hipotesis Kesamaan antara B1 dan B2
b. Hipotesis Kontrastif
c. Hipotesis Krashen
Adapun faktor-faktor penentu dalam pembelajaran Bahasa kedua diantaranya:
a. Faktor Motivasi
b. Faktor Usia
c. Faktor Penyajian Formal
d. Faktor Bahasa Pertama
e. Faktor Lingkungan
Pokok Bahasan Psikolinguistik, antara lain:
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 56/72
a. Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang ”dimiliki” oleh seseorang
sehingga dia mampu berbahasa? Bahasa itu terdiri dari komponen-komponen apa
saja?
b. Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir? Di manakah
bahasa itu berada atau disimpan?
c. Bagaimanakah bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang kanak-kanak?
Bagaimana perkembangan penguasaan bahasa itu? Bagaimana bahasa kedua itu
dipelajari? Bagaimana seseorang bisa menguasai dua, tiga, atau banyak bahasa?
d. Bagaimana proses penyusunan kalimat atau kalimat-kalimat? Proses apakah
yang terjadi di dalam otak waktu berbahasa?
e. Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati? Bagaimana proses terjadinyasebuah dialek? Bagaimana proses berubahnya suatu dialek menjadi sebuah bahasa
baru?
f. Bagaimana hubungan bahasa dengan pemikiran? Bagaimana pengaruh
kedwibahasaan atau kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang?
g. Mengapa seseorang menderita penyakit atau mendapatkan gangguan
berbicara (seperti afasia), dan bagaimana cara menyembuhkannya?
h. Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik? Dan sebagainya.
Manfaat Mempelajari Psikolinguistik Bagi Guru dan atau Calon Guru Bahasa Indonesia
Manfaat yang bisa diambil diantaranya:
1. Dapat mengetahui sejarah kelahiran dan perkembangan psikolinguistik
sebagai suatu disiplin mandiri.
2. Dapat membantu Guru dalam memahami siswanya yang berbeda dalam hal
kecerdasan.
3. Dapat mengetahui bagaimana bahasa pertama dan bahasa kedua itu
diperoleh.
4. Dapat mengetahui mengapa seseorang bisa menderita penyakit bertutur
dan bagaimana cara menyembuhkannya.
5. Dapat membantu Guru dalam mengajarkan bahasa kedua supaya hasilnya
baik.
6. Dapat mengetahui bagaimana suatu dialek itu tercipta.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 57/72
7. Dapat mengetahui bagaimana proses yang terjadi di dalam otak ketika
berbahasa.
PEMBERDAYAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DENGAN PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN
PENGETAHUAN LINGUISTIK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Posisi ilmu tentang bahasa (linguistik) sangat erat kaitannya dengan kegiatan
pengajaran bahasa. Hal ini ditegaskan oleh Soenardji (1989: 95) yang menyatakan
“Kedudukan linguistik dalam lingkup kegiatan pendidikan (dan dengan sendirinya
tercakup pula kegiatan pengajaran) sudah bersifat aksiomatik”. Aksiomatik berarti pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian (Depdikbud,
1990: 16)
Corder (1974) dalam Pateda (1991: 24) menyatakan “Pengajaran linguistik adalah
pemanfaatan pengetahuan tentang alamiah bahasa yang dihasilkan oleh peneliti
bahasa yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilgunaan tugas-tugas praktis
yang menggunakan bahasa sebagai komponen inti”.
Dalam batasan tersebut terlihat adanya keterkaitan antara pengajaran linguistik
dengan pengetahuan linguistik. Pengetahuan linguistik digunakan untuk kepentingan praktis, tetapi bidang yang tetap berkaitan dengan bahasa.
Penerapan pengetahuan linguistik di dalam berbagai objek adalah suatu aktifitas.
Aktifitas dalam pengajaran bahasa bukanlah studi teoritis, melainkan penerapan
temuan dalam studi teoritis. Orang yang bergerak dalam pengajaran linguistik (guru
bahasa) adalah pengguna teori dan bukanlah penghasil teori bahasa. Mereka hanya
pengguna teori yang dihasilkan oleh pakar bahasa atau ahli bahasa.
Memang, ahli bahasa dengan guru bahasa berbeda dalam beberapa hal, misalnya hal
yang berhubungan dengan tujuan, metode, dan sikap. Tujuan ahli bahasa yakni
menghasilkan teori dan rincian bahasa, sedangkan guru bahasa bertujuan agar siswa
segera terampil berbahasa dalam bahasa yang sedang diajarkan. Dilihat dari segi
metode, metode ahli bahasa bersifat formal dan abstrak, sedangkan metode guru
bahasa bersifat fungsional dan praktis. Dilihat dari segi sikap, seorang ahli bahasa
melihat bahasa sebagai seperangkat sistem, sedangkan guru bahasa melihat bahasa
sebagai seperangkat keterampilan.
Linguistik menghasilkan teori dan rincian bahasa tertentu. Teori dan rincian bahasa
tersebut diterapkan dalam proses belajar mengajar bahasa yang bersangkutan,
termasuk bahasa Indonesia. Untuk mengajarkan bahasa Indonesia dibutuhkan
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 58/72
pengeta-huan linguistik yang cukup. Pengetahuan tentang linguistik tersebut yang
akan membantu pengajar bahasa sehingga teori dan rincian bahasa tadi dapat
diajarkan dengan baik melalui pengajaran bahasa.
Guru bahasa Indonesia yang tidak memiliki wawasan linguistik selalu ragu-ragu, baik
ketika menjelaskan materi yang diajarkan atau menjawab pertanyaan siswa. Guru
tersebut ragu-ragu apakah yang dijelaskan memang betul atau kurang tepat? Misalnya
seorang siswa bertanya “Manakah yang benar, menerjemahkan ataumenterjemahkan?”
Apabila guru tersebut menjawabmenerjemahkan yang benar tentu siswa bertanya lagi
mengapa bukan menterjemahkan karena bentuk itu yang selalu digunakan oleh
mayarakat untuk berkomunikasi? Guru bingung. Guru yang tidak bijaksana akan
marah atau akan menjawab “Ya, dua-duanya benar.” Siswa tidak memperoleh
pegangan. Siswa menangkap kesan bahwa dalam bahasa Indonesia boleh begini,
boleh begitu, tidak ada kaidah yang pasti.
Contoh lain, siswa bertanya, “Apakah kata meja, kata benda?” Guru menjawab “ya”.
Kalau bermeja-meja, misalnya dalam kalimat “Hidangan di pesta itu diatur bermeja-
meja”. Guru bingung lagi. Tadi ia menjawab bahwa bentuk meja adalah kata benda,
tetapi kini ada bentuk bermeja-meja, yang jelas bermeja-meja dan meja masih ada
hubungan bentuk. Guru bingung. Guru yang tidak bijaksana akan marah atau akan
menakut-nakuti siswa yang bertanya tadi. Sikap yang demikian mengakibatkan
wibawanya turun di mata siswa. Guru dikatakan bodoh dan tidak heran kalau siswa
memperolok-olok guru atau tidak mempedulikan guru. Siswa akan ribut, kelas akansulit dikendalikan, tidak jarang ada guru yang lari menghadap kepala sekolah atau
tidak bersedia mengajar di kelas itu.
2. Batasan dan Ruang Lingkup Pokok Bahasan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang
akan dikemukakan pada makalah ini perlu dibatasi pada pemberdayaan pengajaran
bahasa Indonesia melalui peningakatan dan pengembangan pengetahuan linguistik.
Dengan demikian, rumusan masalah pada makalah ini dikemukakan dalam bentuk
pertanyaan, yaitu “Bagaimanakah peningkatan dan pengembangan pengetahuan
linguistik dapat memberdayakan pengajaran bahasa Indonesia?”
3. Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan dan pengem-
bangan pengetahuan linguistik dapat memberdayakan pengajaran bahasa Indonesia.
4. Manfaat Pembahasan
Berdasarkan tujuan pembahasan di atas, maka makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat:
a) sebagai bahan masukan bagi pengajar bahasa Indonesia dalam pemberdayaan
pengajaran bahasa Indonesia; dan
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 59/72
b) untuk memperluas pengetahuan penulis sebagai mahasiswa dan guru mata pelajaran
bahasa Indonesia.
B. Tinjauan Teori
1. Linguistik
a. Linguistik sebagai Suatu Ilmu
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa (Depdikbud, 1990: 527). Ilmu ini mengkaji
tentang bahasa secara ilmiah. Kata linguistik berasal dari bahasa Latin lingua yang
berarti bahasa. Objek utama dari linguistik adalah bahasa. Dari beberapa definisi
linguistik yang dikemukakan oleh para linguis, kelihatan bahwa tujuan dari ilmu ini
adalah untuk mengkaji bahasa sebagai bahasa dan untuk bahasa itu sendiri (Nikelas,
1988: 9).
Linguistik digolongkan ke dalam kelompok ilmu sosial. Ilmu sosial menyatu dengan
ilmu kemanusiaan karena fenomena sosial tergantung sepenuhnya dari ciri-ciri
manusia, sebaliknya, ilmu tentang manusia tidak dapat tidak bersifat sosial. Linguistik
menurut Jean Piage (1970) termasuk ke dalam ilmu nomotik, yaitu ilmu-ilmu yang
berusaha mencari kaidah-kaidah mempergunakan metode aksperimental dan berusaha
untuk memusatkan penelitian pada bidang yang terbatas. Ilmu lain yang tergolong
sebagai ilmu nomotik adalah psikologi, sosiologi, etnologi, ekonomi, dan demografi.
Piage juga mengatakan bahwa beberapa aspek pendekatan bahasa bersifat historis,
dan ada pula beberapa aspek bahasa yang dapat didekati secara filosofis.
Kridalaksana dalam Kencono (1982) menjelaskan bahwa sekali pun linguistikmerupakan salah satu ilmu sosial atau kemanusiaan, namun kedudukannya sebagai
ilmu yang otonom tidak perlu diragukan lagi, karena linguistik menyelidiki bahasa
sebagai data utama. Selain itu, linguistik sudah mengembangkan seperangkat
prosedur yang sudah dianggap standar.
Sebagai suatu ilmu yang otonom, linguistik harus mempunyai dsar disiplin ilmiah.
Dalam ilmu pengetahuan modern, disiplin ilmiah itu telah mengalmi perkembangan
sebagai berikut.
1) Pertama, tahap spekulasi. Pada tahap ini, data yang dibicarakan tidak dikemukakan
berdasarkan suatu teori atau suatu patokan, melainkan haya berdasarkan anggapan
belaka. Misalnya, dalam bidang kebahasaan, dulu orang mengira bahwa semua
bahasa di dunia berasal dari bahasa Ibrani. Orang juga mengira bahwa Adam dan
Hawa juga berbicara dalam bahasa Ibrani. Benarkah semua bahasa bersumber atau
diturunkan dari bahasa Ibrani dan benarkah Adam dan Hawa bercakap-calap dalam
bahasa tersebut? Sukar dibuktikan. Anggapan ini tentu cuma spekulasi belaka.
Dalam legenda suku Dayak Iban di Kalimantan dinyatakan bahwa pada zaman
dahulu manusia hanya mempunyai satu bahasa tetapi karena keracunan cendawan,
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 60/72
mereka jadi berbicara dalam berbagai bahasa. Ini pun hanya spekulasi yang sukar
diterima pada zaman sekarang.
2) Kedua, tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli mengumpulkan dan
menggolong fakta-fakta yang menjadi objek penelitian secara teliti tanpa
memberikan teori apapun. Dalam penyelidikan bahasa tahap ini belum dianggap
tahap yang ilmiah karena ilmu yang matang bukan merupakan kumpulan fakta
semata.
3) Ketiga, tahap perumusan teori. Dalam tahap ini suatu disiplin berusaha memahami
masalah-masalah dasar yang dihadapi lalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai masalah itu. Sesudah itu, dirumuskankanlah suatu hipotesis atau teori
yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan menyusun tes untuk
menguji hipotesis yang sudah diajukan tadi.
Linguistik dewasa ini telah mengalami tahap ketiga ini. Jadi, sebagai suatu
ilmu, linguistik sudah benar-benar melalui prosedur ilmiah. Namun, suatu usaha
penyelidikan dan penelitioan baru dapat dikatakan ilmiah kalau sudah memenuhi tiga
syarat dalam pelaksanaan pekerjaannya. Syarat-syarat tersebut adalah eksplisit,
sistematis, dan objektif. Syarat keeksplisitan dapat dipenuhidengan menyatakan
secara jelas kriteria yang dipakai dalam melakukan penelitian termasuk menyususn
peristilahan yang jelas dan konsisten. Kriteria yang eksplisit diperlukan untuk
menandai apa-apa yang diteliti. Peristilahan yang konsisten pun merupakan syarat
bagi pendekatan ilmiah — harus jelas-- batasan istilah yang dipakai. Antara istilahyang satu dengan yang lain tidak boleh ada kontradiksi.
Syarat kesistematisan dapat dipenuhi dengan tiga hal, yaitu:
1) menyusun prosedur standar yang harus digunakan dalam penelitian. Di sini peneliti
memulai analisisnya dengan melihat berbagai aspek dari data serta hubungannya
dengan aspek-aspek lain. Umpamanya seorang peneliti bahasa akan menyelidiki
bunyi bahasa. Pertama-tama dia harus menentukan dulu apa yang disebut vokal
dan apa yang disebut dengan konsonan; kemudian menyelidiki satuan-satuan yang
lebih besar seperti kata dan kalimat. Setelah itu baru menyelidiki makna dan
akhirnya barulah sampai pada penyelidikan bunyi tersebut. Dalam mmengikuti
prosedur ini yang penting peneliti harus bertindak secara konsisten.
2) menentukan kerangka deskripsi yang dipakai untuk menyesuaikan pandangan
tentang data. Setiap penyelidik harus mengetahui apa yang harus dilihat dan dicari,
sebab dia tidak mungkin memulai penelitiannya dengan pikiran dan pandangan
yang kosong. Kerangka deskripsi ini merupakan suatu versi pendahuluan dari
pemerian akhir yang diharapkan akan disusun setelah kegiatan penelitian itu
selesai. Kerangka deskripsi itu mungkin tidak begitu jelas atau lengkap pada
mulanya tetapi dalam pekerjaan selanjutnya dapat terus-menerus disempurnakan.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 61/72
3) Mengadakan pengujian akhir yang ketat terhadap hipotesis, perkiraan atau
pandangan terhadap bahasa. Pengujian ini dilakukan dengan mengadakan kontrol
terhadap segala kemungkinan yang ada. Semua kemungkinan itu harus dijelaskan
dan adanya saling pengaruh dari setiap kemungkinan itu harus dilihat dan diketahui.
Syarat keobjektifan dapat dipenuhi dengan mengadakan penelitian terhadap
data eksperimen yang terkontrol. Hasilnya harus terbuka terhadap pengamatan dan
penilaian langsung. Apabila eksperimen itu diulangi, hasil penilaiannya akan tetap
sama. Objektifitas menuntut kita tetap selu bersikap terbuka terhadap analisis, kritis
dengan setiap hipotesis sampai dapat dibuktikan secara memadai, hati-hati dengan
prasangka atau dugaan-dugaan, dan berusaha selalu menggunakan prosedur standar
yang telah ditentukan. Dalam merumuskan teori tentang bahasa, linguistik juga
menggunakan metode induktif dan deduktif sekaligus.
Berdasarkan metode yang dipakai ahli bahasa dalam mengkaji dan menjelaskan
tentang bahasa, kita dapat menekankan bahwa linguistik merupakan ilmu sosial yang
kedudukanya sangat otonom dan berdiri sendiri dengan cara dan metoda yang baku
dan sistematika ilmiah. Linguistik adalah ilmu praktis yang objeknya bahasa. Selain
menggunakan pendekatan umum yang dibicarakan di atas, linguistik juga menggukan
pendekatan-pendekatan tertentu dalam bahasa. Kridalaksana dalam Nikelas (1988: 13)
menjelaskan sebagai berikut.
1) Linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara preskriptif, artinya
yang dipentingkan dalam linguistik adalah apa yang sebenarnya diungkapkanseseorang, bukan menurut si penyelidik seharusnya diungkapkan. Bukanlah tugas
linguistik menyusun kaidah-kaidah yang menjelaskan apa-apa yang betul atau yang
salah.
2) Linguistik berbeda daripada pendekatan-pendekatan lain. Dalam hal ini linguistik
tidak berusaha untuk memaksakan sesuatu dalam suatu bahasa ke dalam kerangka
bahasa yang lain. Misalnya, beberapa puluh tahun yang lalu banyak ahli bahasa
yang meneliti bahasa-bahasa di Indonesia dengan menerapkan kategori-kategori
yang berasal dari bahasa Latin, Yunani, atau Arab sehingga kita sekarang mewarisi
konsep-konsep yang tidak cocok untuk bahasa-bahasa Indonesia seperti kata
majemuk, tekanan, pengacauan bunyi, fonem, huruf dan sebagainya. Pendekatan
terhadap bahasa yang sudah-sudah tidak melihat bahwa setiap bahasa itu
mempunyai sistem yang bersamaan. Ini dapat diakui bila telah dibuktikan adanya.
3) Linguistik juga memperlakukan bahasa sebagai suatu sistem dan bukan hanya
sebagai kumpulan dari unsur-unsur yang terlepas. Cara pendekatan semacam ini
disebut pendekatan struktural, sedangkan pendekatan bahasa yang menganggapnya
sebagai kumpulan unsur-unsur yang tidak berhubungan satu sama lain disebut
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 62/72
pendekatan otomatis. Pendekatan terakhir ini menandai ilmu bahasa abad ke-19
dan sebelumnya.
4) Linguistik bersifat dinamis dan bukan bersifat statis. Linguistik selalu berkembang
sejalan dengan perkembangan sosial budaya pemakainya. Oleh sebab itu,
pendekatan kepada bahasa dapat dilakukan secara deskriptif (sinkronis), yaitu
dengan mempelajari berbagai aspeknya pada suatu masa tertentu. Selain itu, dapat
juga dilakukan pendekatan secara historis(diakronis) yaitu dengan mempelajari
perkembangannya dari waktu ke waktu.
5) Linguistik mendekati dan mendekati bahasa sebagai yang diucapkan yang berupa
bunyi; sedangkan bahasa tulisan hanya bersifat sekunder.
b. Bahasa sebagai Objek Linguistik
Bertitik tolak dari definisi linguistik, dapat diambilkesimpulan bahwa objek linguistik
adalah bahasa. Bahasa sebagai objek linguistik yang menyebabkan linguistik
diputuskan menjadi satu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Berkaitan dengan kemajuan teknologi sekarang, kita dapat berbicara langsung dengan
orang lain meskipun orang itu tinggal beratus-ratus kilometer dari tempat tinggal kita.
Kiata dapat menghubunginya dengan jalan menelepon jarak jauh yang berarti kita
telah menggunakan bahasa. Semestinya kita harus berlayar menemuinya, tetapi
dengan menggunakan bahasa melalui jasa telepon, kita dapat meminta — misalnya —
agar ia mengirim uang kepada kita.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berkata, “Toni, ambilkan buku itu!” Tidak beberapa lama kemudian, buku yang kita maksud sudah berada di tangan kita. Ini
berarti dengan menggunakan beberapa patah kata, ada kegiatan manusia yang diganti.
Ini berarti pula bahwa bahasa berfungsi mengganti diri kita dan kegiatan kita.
Menggunakan bahasa mengirimkan lambang-lambang dari pembicara menuju
pendengan. Oleh karena bahasa yang berwujud kata-kata dan kalimat yang digunakan
berasal dari pribadi seseorang, maka dapat dikatakan bahwa bahasa bersifat individual.
Bahasa berfungsi menghubungkan pribadi dengan pribadi. Bahasa bersifat personal
yang berarti berguna untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan kemauan individu.
Sesuatu yang dikatakan oleh pembicara akan ditafsirkan oleh pendengar. Dengan kata
lain, setelah kata atau kalimat yang berwujud bunyi-bunyi itu dihasilkan, orang yang
mendengarnya bisa saja menaatinya. Ini berarti terjadi kerja sama antara pembicara
dengan pendengar. Ini berarti pula bahwa hakikat bahasa yang bersifat individual itu
menjadi kooperatif. Maksudnya, antara pembicara dengan pendengar terjadi kerja
sama dengan jalan menggunakan bahasa.
Tanpa bahasa manusia tidak dapat melaksanakan amanah kehidupannya di dunia ini
secara sempurna. Bahasa menjadi alat yang sempurna untuk menghubungkan dunia
seseorang dengan dunia di luar dirinya. Bahasa sebagai alat mengacu juga sebagai alat
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 63/72
perekam dan penyampai aktivitas kebudayaan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
c. Bidang-bidang Kajian Linguistik
Dewasa ini, perkembangan linguistik sangat pesat sekali. Aspek lain yang berkaitan
dengan bidang-bidang kajian linguistik juga berkembang. Kajian tentang bahasa tidak
hanya meliputi satu aspek saja tetapi telah meluas ke bidang atau aspek-aspek di luar
bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dan kehidupan manusia. Berikut ini
kita lihat pembidangan linguistik.
Pada dasarnya linguistik mempunyai dua bidang besar, yaitu mikrolinguistik dan
makrolinguistik. Mikrolinguistik mempelajari bahasa dari struktur dalam bahasa
tersebut. Bidang-bidang pada ilmu ini secara umum terbagi atas (1) teori linguistik, (2)
linguistik deskriptif, dan (3) linguistik historis komparatif. Bidang-bidang ilmu ini
secara khusus terbagi atas (1) linguistik deskriptif, (2) linguistik historis komparatif,
dan (3) sejarah linguistik.
Makrolinguistik adalah bidang-bidang yang mengkaji bahasa yang
berhubungan dengan faktor-faktor di luar bahasa; termasuk di dalamnya bidang
antardisiplin dan bidang terapan. Bidang-bidang antardisiplin antara lain (1)fonetik, (2)
stilistik, (3) filsafat bahasa, (4) psikolinguistik, (5) sosiolinguistik, (6) etnolinguistik,
(7) filologi, (8) semiotik, dan (9) epigrafi. Bidang terapan terbagi atas (1)
pengajajaran bahasa, (2) penterjemahan, (3) leksikografi (4) fonetik terapan, (5)
sosiolinguistik terapan, (6) pembinaan bahasa internasional, (7) pembinaan bahasakhusus, (8) linguistik medis, (9) grafologi, dan (10) mekanolinguistik.
Teori linguistik adalah cabang linguistik yang memusatkan perhatian pada teori
umum dan metode-metode umum dalam penelitian bahasa. Linguistik deskriptif
adalah bidang linguistik yang menyelidiki sistem bahasa pada masa tertentu. Cabang
ini terbagi atas fonologi, deskriptif, morfologi deskriptif, sintaksis deskriptif dan
leksikologi deskriptif. Fonologi meneliti ciri-ciri dan fungsi bunyi, baik bahasa pada
umumnya maupun pada bahasa tertentu. Morfologi menyelidiki kata seta hubungan
antara satuan-satuan itu. Morfologi dan sintaksis lazim juga disebut tata bahasa atau
gramatika. Leksikologi berkenaan dengan perbendaharaan kata atau kosa kata.
Linguistik historis komparatif (diakronis) menyelidiki perkembangan bahasa dari
suatu masa ke masa yang lain, serta menyelidikiperbandingan bahasa yang satu
dengan bahasa yang lain.
Fonetik adalah ilmu yang mengkaji tentang bunyi. Stilistika adalah ilmu yang
menyelidiki bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk sastra. Stilistika merupakan
ilmu antardisiplin antara linguistik dan kesusastraan.
Filsafat bahasa adalah ilmu yang menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa
sebagai kegiatan manusia, serta menyelidiki dasar-dasar konseptual dan teoritis
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 64/72
linguistik. Jadi, filsafat bahasa merupakan ilmu antardisiplin antara linguistik dengan
filsafat.
Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan
perilaku dan akal budi manusia. Psikolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara
linguistik dan psikologi.
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan
masyarakat. Jadi, sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara linguistik
dengan sosiologi.
Filologi mempelajari naskah-naskah kuno yang yang menjadi bukti
perkembangan budaya manusia. Filologi merupakan ilmu antardisiplin antara
linguistik, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bagsa yang terdapat dalam bahan-
bahan tertulis.
Semiotika mempelajari lambang-lambang atau tanda-tanda lalu lintas, kode
morse, dan sebagainya. Epigrafi mempelajari tulisan kuno yang terdapat pada
prasasti-prasasti.
Pengajaran bahasa merupakan ilmu terapan. Bidang ini mencakup bahan
pengajaran, teknik mengajar, penyusunan bahan dan evaluasi pengajaran bahasa, dan
lain-lain.
Bidang terapan lainnya adalah masalah penterjemahan. Dalam penterjemahan
ini tercakup metode alih bahasa dari satu bahasa ke bahasa lainnya yang berkaitan
dengan linguistik, antara lain leksikografi, yaitu ilmu yang berkenaan dengan metodedan penyusunan kamus. Fonetik terapan merupakan ilmu yang berkenaan dengan
teknik pengucapan bunyi, seperti melatih orang gagap, dan lain-lain. Di samping itu
masalah pembinaan bahasa juga merupakan bidang terapan ilmu bahasa, terutama
dalam pem-binaan bahasa internasional atau bahasa-bahasa khusus yang perlu dibina
dan dikembangkan. Grafologi adalah ilmu yang berkenaan dengan seluk-beluk bahasa
tulis.
Semantik termasuk ke dalam ilmu linguistik umum yang menitikberatkan
kajian bahasa dari segi makna, baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat
deskriptif serta bersifat historiskomparatif. Bidang yang menkaji khusus dalam bidang
penggunaan bahasa lainnya adalah Pragmatik. Pragmatik mengkaji bagaimana makna
dikomunikasikan dengan kata atau kalimat dalam aspek-aspek konteks bahasa.
Pengkomunikasian makna selalu dilihat dari penggunaannya berdasarkan waktu,
tempat, hubungan sosial antara pembicara dan pendengar. Selain itu, juga dikaji
asumsi si pembicara terhadap reaksi pendengar dan pengertiannya.
Bagan berikut menggambarkan bidang-bidang linguistik (Nikelas, 1988: 16)
MIKROLINGUISTIK MAKROLINGUISTIK
umum 1. teori linguistik
2. linguistik deskriptif
1. antardisiplin
a. fonetik
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 65/72
3. linguistik historis komparatif b. stilistika
c. filsafat bahasa
d. psikolinguistik
e. sosiolinguistik
f. etnolinguistikg. filologi
h. semiotik
i. epigrafi
khusus 1. linguistik deskriptif
2. linguistik historis komparatif
2. terapan
a. pengajaran bahasa
b. penterjemahan
c. leksikografi
d. fonetik terapan
e. sosiolinguistik terapan
f. pembinaan bahasa internasinal
g. pembinaan bahasa khusus
h. linguistik medis
i. grafologi
j. mekanolinguistik
sejarah linguistik
3. Pengajaran Bahasa oleh Guru
Tugas utama guru bahasa — kalau dikaitkan dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai — adalah berusaha keras agar siswa menjadi tuntas berbahasa dalam bahasa
yang diajarkan. Tugas guru mengajarkan bahasa dan bukan mengajarkan teori bahasa.
Dewasa ini terdapat kesan bahwa guru lebih banyak mengajarkan teori bahasa dan
tidak mengajarkan bagaimana siswa menggunakan bahasa yang diajarkan.
Tugas guru bahasa dengan tugas ahli bahasa memang berbeda. Perbedaan tersebut
dapat dilihat pada skema berikut (Pateda, 1991: 37).
Linguistik
Pada skema I terlihat pekerjaan guru bahasa, yakni mengajarkan bahasa tertentu.
Untuk mengajarkan bahasa tertentu itu, guru bahasa melaksanakannya melalui
pengajaran materi tertentu setiap kali pertemuan terpogram. Untuk mengajarkan
bahan itu, guru bahasa harus mempunyai wawasan linguistik. Berhubung banyak teori
kebahasaan yang terdapat dalam teori linguistik, guru bahasa harus pandai-pandai
memilih teori mana yang lebih bermakna untuk melandasi pengajaran bahan. Tujuan
pengajaran itu adalah agar siswa menjadi tuntas dalam bahasa yang sedang diajarkan.
Pada skema II terlihat pekerjaan ahli bahasa, yaitu meneliti bahasa tertentu lalu
menganalisisnya, mengambil kesimpulan, dan melaporkannya hasil penelitian itu
dalam bentuk perian bahasa yang diteliti. Untuk mengadakan penelitian itu, ahli
bahasa menggunakan teori tertentu, baik yang digunakan untuk mendukung
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 66/72
metodologi penelitian, latar belakang teori yang digunakan, maupun cara
pelaporannya. Hasil akhir pekerjaan ahli bahasa adalah menyusun suatu perian bahasa
atau mengembangkan teori kebahasaan tertentu. Pekerjaan itu ditujukan untuk
pengembangan teori linguistik, kepentingan bahasa tertentu dan hasilnya ditujukan
kepada sesama ilmuwan yang bergerak dalam bidang linguistik dan praktisi-praktisi
kebahasaan, misalnya guru bahasa. Hal itu berbeda dengan guru bahasa yang
pekerjaannya ditujukan kepada siswa.
Menurut Stevick (1982) dalam Pateda (1991: 38), tugas guru bahasa meliputi tiga hal.
Ketiga tugas itu adalah (1) mengembangkan potensi komunikasi, (2) mengembangkan
potensi linguistik, dan (3) mengembangkan potensi personal.
Tugas guru yang berhubungan dengan upaya mengembangkan kompentensi
komunikasi mengacu pada upaya agar siswa mampu berkomunikas, baik sesama
teman maupun dengan manusia lain. Tugas utama di sini adalah berusaha agar siswa
berani dan tidak ragu-ragu untuk mengemukakan pikiran, perasaan dan kehendaknya.
Ketiga domain itu tentu harus menggunakan bahasa yang benar. Siswa harus
memahami kaidah-kaidah bahasa yang digunakan ketika ia berkomunikasi. Hal itu
perlu agar tidak terjadi salah paham.
Kompentensi berkomunikasi dan kompentensi linguistik bersama-sama akan
memperkuat kemandirian siswa sebagai makluk yang berkembang dan didengar
pendapatnya. Keberanian berkomunikasi menggunakan bahasa yang tepat
menimbulkan rasa kepercayaan pada diri sendiri bahwa ia merupakan pribadi yang berarti. Ia tidak akan ragu-ragu karena ia mengetahui kemampuan dirinya. Dalam
keadaan tertentu ia dapat menentukan sikap terhadap sejumlah alternatif yang
dihadapinya karena kompentensi personalnya telah berkembang sedemikian melalui
interaksi positif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dan siswa dengan
lingkungan.
Kompentensi berkomunikasi dan kompentensi linguistik berkembang secara baik
apabila pada diri siswa sendiri terdapat motivasi. Motivasi yang dimaksud adalah
berkomunikasi, mengembangkan komunikasi linguistik bahkan mengembangkan
komunikasi personal. Dikaitkan dengan motivasi, ada empat faktor utama yang turut
menentukan. Keempat faktor itu adalah (1) sosiolinguistik, (2) siswa, (3) metode,
dan (4) guru.
Faktor sosiolinguistik mengacu kepada hubungan siswa dengan lingkungan sosialnya.
Ini berarti pilihan bahasa siswa dikaitkan dengan fungsi dan situasi. Faktor siswa
mengacu pada upaya sadar yang muncul dari siswa sendiri untuk mengembangkan
poteni yang dimiliki. Faktor metode mengacu pada cara yang dilaksanakan sehingga
siswa secara sadar berkeinginan berkomunikasi. Faktor guru mengacu pada upaya
guru yang mengakibatkan siswa mau berkomunikasi.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 67/72
Mengajarkan bahasa berarti “aktivitas terpogram menyediakan fasilitas yang
memungkinkan siswa mengembangkan potensi dan keterampilannya” (Pateda, 1991:
39). Sebagai guru bahasa Indonesia sebaiknya ia:
1) menguasai semua metode pegajaran bahasa dan dapat menerapkan metode itu
dalam proses belajar mengajar,
2) menguasai bahan yang akan dan sedang diajarkan,
3) melaksanakan semua kegiatan sekolah, misalnya melaksanakan ulangan,
4) menguasai semua jenis dan prosedur penilaian,
5) menguasai semua tipe latihan berbahasa,
6) menguasai pengelolaan kelas, misalnya dapat mengatasi keributan siswa karena
gangguan,
7) menguasai teknik pegajaran individual,
8) dapat menentukan dan menguasai silabi pelajaran,
9) dapat memanfaatkan media pengajaran yang tersedia,
10) menguasai tujuan pengajaran dan aktivitas untuk mencapai tujuan tersebut, dan
11) menguasai teknik-teknik pendidikan.
C. Pembahasan
Tugas guru memang berat karena guru bukanlah manusia yang menghadapi benda
mati, bukan menghadapi tumpukan kertas, guru bukanlah guru tik yang kalau salah
mengetik tersedia tip ex untuk memperbaiki kesalahan itu. Guru adalah manusia biasa
yang penuh keterbatasan. Selain itu, ia menghadapi manusia yang sedang berkembangyang memiliki sejumlah potensi yang harus dilacak dan dikembangkan. Dalam
kegiatannya, guru harus dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan ilmu dasar, misalnya ilmu alamiah dasar, ilmu sosial dasar, dan ilmu budaya
dasar. Guru juga harus dibekali dengan ilmu pendidikan, misalnya dasar-dasar
pendidikan, layanan bimbingan belajar, pengelolaan kelas, interaksi belajar mengajar,
penilaian, dan perencanaan pengajaran bahasa. Tentu saja ilmu yang berhubungan
dengan bidang studi harus mempunyai porsi yang banyak dalam pengalokasian waktu.
Secara ideal, seorang guru bahasa Indonesia adalah seorang ahli bahasa Indonesia,
peneliti, dan penulis bahan pelajaran kebahasaan. Ia juga harus selalu mendalami dan
mengikuti perkembangan ilmu yang diajarkannya. Seorang guru bahasa Indonesia
mau tidak mau harus menguasai linguistik. Sekali pun harapan ideal pertama, yaitu
menjadi ahli bahasa dapat diperlunak, tetapi dengan pengetahuan linguistik yang
dimiliki, guru bahasa Indonesia dapat mengajarkan aspek bahasa Indonesia sehingga
siswa dengan mudah menguasai bahan yang diajarkan. Bagaimanakah seorang guru
bahasa Indonesia menerangkan kata menanamkan dan menanami kalau tidak
menguasai tata bahasa Indonesia. Bagaimana pula guru bahasa Indonesia
mengajarkan pengimbuhan ber + ajar menjadi belajar dan bukan berajar , kalau guru
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 68/72
tersebut tidak menguasai linguistik? Bagaimana guru bahasa Indonesia dapat
mengajarkan pragmatik kalau ia sendiri tidak pernah bergaul dengan sosiolinguistik?
Pendek kata, seorang guru bahasa Indonesia harus menguasai linguistik kalau ia ingin
menjadi guru yang baik. Guru bahasa Indonesia harus menguasai fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan ilmu-ilmu sekerabat dengan linguistik — misalnya
sosiolinguistik dan psikolinguistik — dalam bahasa Indonesia. Tentu saja pengetahuan
linguistik bagi seorang guru bahasa Indonesia lebih bersifat praktis dalam
arti membentengi diri agar dapat menjelaskan gejala bahasa Indonesia yang
diajarkannya. Jelas pula, seorang guru bahasa Indonesia tidak boleh hanya
mengajarkan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dapat
diajarkan untuk menuntun pola penggunaan bahasa Indonesia ketika siswa
berkomunikasi. Guru sebaiknya memahami bagaimana agar kaidah bahasa yang
dianalisis berdasarkan konsep linguistik dapat menampakkan diri dalam pemakaian
bahasa siswa. Hal itu perlu ditekankan karena guru bahasa Indonesia tidak mengajar
siswa menjadi ahli bahasa Indonesia, tetapi berusaha agar siswa mahir berbahasa.
Guru bahasa Indonesia selain memenuhi syarat teknis administratif sebagai guru, juga
harus dilandasi dengan pengetahuan linguistik. Hal itu penting agar wawasannya
tentang pengajaran bahasa Indonesia bertambah luas. Dengan demikian, linguistik
mempunyai kegunaan bagi guru bahasa Indonesia. Kegunaan itu sekurang-kurangnya
dalam tiga hal, yakni (1) kegunaan untuk peningkatan mutu profesi, (2) kegunaan
secara teoritis, dan (3) kegunaan secara praktis (Pateda, 1991: 41)1. Kegunaan untuk Peningkatan Mutu Profesi
Guru bahasa Indonesia merupakan profesi dan tidak semua orang bisa melak-
sanakannya. Memang, banyak guru bahasa Indonesia, tetapi tidak akan pantas disebut
guru bahasa Indonesia kalau profesinya hanya digunakan untuk sekedar memperoleh
nafkah. Kalau seorang guru ingin meningkatkan profesinya sebagai guru bahasa
Indonesia maka seharusnya ia ia membentengai pengetahuan dan keterampilannya
dengan teori linguistik. Mengapa? Secara mudah dijawab bahwa linguistik
berobjekkan bahasa, sedangkan di dalam pengajaran bahasa, bahasalah yang diajarkan
kepada siswa.
Jika guru bahasa Indonesia memahami betul wujud, hakikat,karakteristik, tataran, dan
teori bahasa Indonesia, tentu guru tersebut akan melaksanakan tugasnya lebih baik
jika dibandingkan dengan guru bahasa Indonesia yang tidak mengetahui teori
linguistik. Berdasarkan kenyataan, bahasa Indonesia berwujud berdasarkan apa yang
dilihat, yaitu bahasa tulis dan ada yang berwujud berdasarkan apa yang didengar atau
dituturkan, yaitu bahasa lisan. Guru bahasa Indonesia tentu harus pandai melihat
kenyataan ini. Kenyataan ini yang harus diusahakan agar dipahami dan dapat
dipraktikkan oleh siswa.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 69/72
Dalam kegiatan berbahasa, tugas guru bahasa Indonesia adalah mengelola kebahasaan
kelas sedemikian rupa sehingga siswa yang dihadapi mengalami perubahan dalam
keterampilan berbahasa dari suatu keadaan tertentu menuju keadaan yang lebih
meningkat dari keadaan sebelumnya. Keterampilan berbahasa tersebut adalah (1)
berbicara, (2) mendengar, (3) membaca, dan (4) menulis.
Dalam keterampilan berkomunikasi, dijabarkan tujuan agar siswa dapat melafalkan
kata-kata secara tepat. Guru bahasa Indonesia tentu harus menguasai prinsip-prinsip
fonologi bahasa Indonesia. Demikian juga kalau dirumuskan tujuan belajarnya agar
siswa dapat menyusun kalimat yang benar, guru bahasa Indonesia harus menguasai
prinsip-prinsip sintaksis. Kalau guru dapat menjelaskannya dengan baik dan siswa
dapat memahami dengan baik pola kebahasaan yang diajarkan, niscaya perubahan
tingkah laku berbahasa siswa terlihat setiap hari. Kalau guru bahasa Indonesia dapat
menjawab pertanyaan siswa secara meyakinkan — karena dilandasi teori linguistik —
niscaya keper-cayaan siswa kepada gurunya bertambah kuat. Dengan demikian, hal
tersebut akan meningkatkan wibawa guru di hadapan anak didiknya.
2. Kegunaan secara Teoritis
Setiap ilmu pengetahuan diusahakan berkembang terus oleh ahlinya, termasuk di sini
linguistik. Dewasa ini, linguistik berkembang pesat berkat kegigihan para ahli di
bidang ini. Disiplin ilmu ini makin meluas dan melahirkan subdisiplin baru, misalnya
telah muncul neurolinguistik, biolinguistik, dan linguistik statistik. Guru bahasa
Indonesia seharusnya mengikuti terus perkembangan ilmu ini karena profesinya berkaitan erat dengan linguistik. Guru bahasa Indonesia yang profesional mendalami,
memburu, dan meningkatjan terus mutu pengajaran bahasa Indonesia yang
diajarkannya. Sebagai guru yang bersifat pemburu ilmu, harus membaca, mengikuti
siaran radio, televisi, ceramah, pertemuan ilmiah kebahasaan. Guru sebagai orang
yang bersifat suka mening-katkan mutu pengajarannya, sering mengadakan
pembaharuan, baik yang berhubungan dengan materi yang diajarkannya maupun yang
berhubungan dengan metode mengajar.
Guru bahasa Indonesia yang mendalami bidang studinya selalu bertanya apakah teori
kebahasaan yang diketahuinya masih cocok dengan perkembangan ilmu itu? Seba-gai
seorang pemburu ilmu, guru harus bertanya apakah sudah ada pendapat baru yang
berkaitan dengan bahan yang diajarkan? Apakah ada buku baru? Apakah ada
penemuan baru di negara lain yang berkaitan dengan bahan yang diajarkan? Hal ini
memaksa guru untuk berlangganan majalah kebahasaan, setia mengikuti siaran,
menyisihkan waktu membaca surat kabar, dan selalu berusaha mengikuti pertemuan
ilmiah atau ceramah kebahasaan.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 70/72
Seorang guru bahasa Indonesia bukan menjelaskan teori linguistik tetapi teori
linguistik dimanfaatkannya secara maksimal untuk meningkatkan mutu pengajaran
bahasa Indonesia yang dilaksanakannya.
Pengetahuan tentang teori linguistik belum cukup bagi guru bahasa. Kalau hanya
pengetahuan teori linguistik saja yang diketahui, guru bahasa akan sama dengan
seorang ahli bahasa. Guru bahasa Indonesia, selain harus memahami teori linguistik,
ia harus meningkatkan profesinya dengan jalan mendalami ilmu pendidikan dan
keguruan. Betapa pun ahlinya guru bahasa dalam bidang linguistik, kalau ia sendiri
tidak mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang berdayaguna dan
berhasilguna maka usahanya akan gagal. Guru itu akan lebih banyak berceramah,
berteori, dan akan kurang berhasil mengubah tingkah laku berbahasa siswa. Pendek
kata, seorang guru bahasa Indonesia harus berwawasan luas, baik dalam bidang studi
yang diajarkan, ilmu kependidikan, maupun ilmu bantu lainnya yang akan turut
menunjang proses belajar mengajar.
3. Kegunaan secara Praktis
Kalau berbicara tentang guru bahasa Indonesia, banyak tuntutan aktivitas yang harus
dilaksanakannya. Guru tersebut adalah seorang yang menghadapi sejumlah siswa di
dalam kelas, penulis buku teks, atau seorang yang membuat perencanaan bahan
pengajaran yang siap disajikan.
Selain itu, guru bahasa Indonesia adalah pelayan masyarakat dalam bidang bahasa
Indonesia. Konsekwensinya, guru bahasa Indonesia harus siap menghadapi pertanyaan anggota masyarakat tentang bahasa Indonesia. Untuk itu tidak ada pilihan
lain selain meningkatkan profesi kependidikan dan sekaligus pengetahuannya di
bidang kebahasaan.
Guru bahasa Indonesia harus banyak melaksanakan kegiatan penunjang agar dapat
meningkatkan mutu profesi dan pengetahuan di bidang kebahasaan. Kegiatan
penunjang itu dapat dilaksanakan dengan dua jalur, yakni jalus formal dan jalur
informal. Kalau melalui jalur formal, guru tersebut dapat berusaha menambah
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal. Pendidikan formal ini,
misalnya dapat diikuti melalui Universitas Terbuka. Kegiatan penunjang yang dapat
dilaksanakan melalui jalur informal antara lain:
a) menambah pengetahuan melalui buku baru yang diperoleh dengan membeli atau
meminjam di perpustakaan,
b) membaca surat kabar atau majalah yang ada hubungannya dengan persoalan
pendidikan atau kebahasaan,
c) mengikuti siaran radio dan televisi,
d) mengikuti kegiatan ilmiah berupa seminar, lokakarya, konfrensi, simposium, dan
sebagainya yang berkaitan dengan bahasa,
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 71/72
e) mengadakan penelitian mandiri, baik biaya sendiri maupun biaya sponsor,
f) bertanya atau berdialog dengan pakar pendidikan dan ilmu bahasa,
g) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, misalnya penyuluhan bahasa,
h) mengikuti perlombaan, dan menyiarkan atau menulis hasil penelitian atau
pengalaman melalui media massa.
D. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Guru bahasa Indonesia di kelas tidak menghadapi benda mati tetapi menghadapi
manusia yang kreatif, berpotensi, dan dinamis. Dalam kegiatannya, guru harus
dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu tentang pendidikan maupun
yang bersangkutan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Dalam hal ilmu pendidikan,
guru harus dibekali dengan ilmu pendidikan, misalnya dasar-dasar pendidikan,
layanan bimbingan belajar, pengelolaan kelas, interaksi belajar mengajar, dan
penilaian. Dalam hal peningkatan profesi sebagai guru bahasa Indonesia, guru
tersebut mau tidak mau ha-rus menguasai linguistik. Pengetahuan linguistik sekurang-
kurangnya berguna dalam tiga hal, yakni (1) kegunaan untuk peningkatan mutu
profesi, (2) kegunaan secara teoritis, dan (3) kegunaan secara praktis.
2. Saran-saran
Mengacu pada pembahasan yang dikemukakan, ada beberapa saran yang dapat
dikemukakan sehubungan dengan pemberdayaan guru bahasa Indonesia melalui
peningkatan dan pengembangan pengetahuan linguistik, yaitu:a. guru bahasa Indonesia sebaiknya membekali diri dengan ilmu pendidikan dan
pengetahuan linguistik,
b. guru bahasa Indonesia harus mengikuti terus perkembangan ilmu yang diajarkannya,
dan
c. guru bahasa Indonesia harus berusaha menambah pengetahuan dan keterapilannya,
baik melalui pendidikan formal maupun informal.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyono, Anton M. dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
_______ . 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif di
dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Nikelas, Syhwin. 1988. Pengantar Linguistik untuk Guru Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Pateda, Mansoer. 1991. Linguistik Terapan. Flores: Nusa Indah.
Soenardji. 1988. Sendi-sendi Linguistika bagi Kepentingan Pengajaran Bahasa.
Jakarta: Debdikbud.
Subyakto-N, Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
7/22/2019 Psikolinguistik Dan Pembelajaran Bahasa
http://slidepdf.com/reader/full/psikolinguistik-dan-pembelajaran-bahasa 72/72
BIBLIOGRAFI
Abdullah Hassan, Hasnah Ibrahim dan Mashudi Kader,1989. Kesalahan Bahasa
Dalam Bahasa Malaysia.Kuala umpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Abdullah Yusuf,2010. HBML3403 Linguistik dan Sosiolinguistik . Selangor: Meteor
Doc. Sdn. Bhd.
Arbak Othman,1983. Permulaan ilmu linguistik . Selangor: Sarjana (M) Sdn. Bhd.
Awang Sariyan,1984. Isu-isu Bahasa Malaysia. Petaling Jaya: Fajar Bakti Sdn. Bhd.
Jhn Lyons,1994. Bahasa dan Linguistik . Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Langacker,R.W.(1972). Fundamentals of linguistics .New York: Harcourt, Brace
Jovanich.
Nik Safiah Karim,1980. Bahasa Melayu Teori dan aplikasinya.Kuala Lumpur: Sarjana
Enterprise.
Nor Hisham Osman ,2001. Perancangan Bahasa. Shah Alam : Al-Hikmah
Jurnal
Markus Lim.(2008). Bersangka baik Terhadap Bahasa Kebangsaan.Jurnal Dewan
Bahasa,8,8:56-7