Upload
trinhhuong
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kontruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang
I Gede Oeinada Universitas Udayana
Abstract
The aim of this study is to identify and describe types of kanji structures and
meaning relation of the kanji which are frequently and commonly used in Japanese
newspaper, magazines, essay, and fiction. Through this study, some information
about types of kanji structures and meaning relation of the kanjis that exist as well
as their real usage examples created by the original Japanese authors in Japanese
newspaper, magazines, essay, and fiction are revealed. The research method used in
this study is descriptive quantitative and quantitative method. This study is also a
synchronous study. By synchronous, it means that the source of the data used only
cover the existing phenomena of a language. The data sources used in this study are
taken from articles in Japanese newspaper, magazines, essay, and fiction. The
analysis of the data that has been done shows that the most used kanji structure is⏬
⏬ + 㤋 . As for the meaning relation that is found the most is the modifiying
relationship.
Key words: Kanji Structure, Meaning Relation, Japanese Written Discourse
1. Pendahuluan
Kemampuan berbahasa Jepang tidaklah lengkap apabila tidak ditunjang dengan
kemampuan menulis (hyouki) huruf Jepang. Dalam prakteknya, huruf Jepang yang
digunakan oleh orang Jepang dalam kehidupan sehari-hari mereka merupakan
campuran dari huruf hiragana, katakana, dan kanji. Berbeda dengan huruf hiragana
dan katakana yang hanya melambangkan bunyi dan jumlahnya masing-masing
hanya 46 karakter, kanji yang selain melambangkan bunyi juga melambangkan arti
yang harus dikuasai agar dapat berkomunikasi secara tulisan dengan baik berjumlah
sekitar 2.000 kanji. Kanji yang ditemukan dalam penggunaannya sehari-hari lebih
banyak berupa kata majemuk berunsur kanji (kanji jukugo/kan’go) yang terdiri atas
minimal dua karakter kanji. Tanpa mengetahui konstruksi yang digunakan untuk
membentuk kan’go akan sulit untuk memahami makna dari sebuah kan’go.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan konstruksi
kan’go serta relasi makna dari unsur-unsur kanji yang membentuk kan’go tersebut
yang ditemukan pada wacana tertulis berbahasa Jepang berupa surat kabar, majalah,
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 46
esai, dan fiksi asli Jepang. Diharapkan melalui penelitian ini, wawasan pembaca dan
kemampuan pembelajar bahasa Jepang, khususnya para mahasiswa dalam
memahami makna kan’go akan bertambah. Selain itu, diharapkan pula dengan
mengetahui konstruksi kan’go yang digunakan dalam wacana berbahasa Jepang
dapat membantu dalam proses pembelajaran dan pengajaran bahasa Jepang untuk
melengkapi pembelajaran dan pengajaran tata bahasa dan kosakata bahasa Jepang.
Metode pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini adalah metode
simak. Data yang dikumpulkan berupa data tulisan yang bersumber dari artikel-
artikel pada surat kabar, majalah, esai, dan fiksi berbahasa Jepang. Teknik catat
digunakan untuk memperoleh data tulisan tersebut. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bersifat kuantitatif, kualitatif dan
sinkronis. Kan’go yang teridentifikasi dikategorikan berdasarkan jumlah kanji
pembentuknya. Setelah itu, dilakukan analisis terhadap konstruksi kanji yang
membentuk kan’go tersebut serta relasi makna dari unsur-unsur kanji yang
membentuk kan’go tersebut. Penyajian hasil analisis dilakukan dengan metode
formal dan informal. Teori-teori dasar yang digunakan untuk menganalisis
konstruksi kanji berasal dari pengkategorian konstruksi kanji menurut pendapat
Kano (2003) dalam bukunya yang berjudul Intermediate Kanji Book serta untuk
menganalisis relasi makna dari unsur-unsur kanji yang membentuk kan’go tersebut
berdasar pada tulisan dalam buku yang berjudul illustrated Japanese Characters
yang diterbitkan oleh JTB (2006). Selain itu, tulisan-tulisan dalam jurnal, prosiding,
dan buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan kanji yang diulas pada
tinjauan pustaka dijadikan pula sebagai referensi analisis dalam penelitian ini.
2. Tinjauan Pustaka
Sendra (2006) dalam penelitiannya mengenai penerjemahan kosa kata bahasa
Jepang ke dalam bahasa Indonesia secara ortografis, semantik dan morfologi
menyatakan bahwa untuk dapat menangkap makna dari kosa kata bahasa Jepang
terutama yang berasal dari Tiongkok (kan’go), sistem penulisan merupakan titik
tolaknya. Hal ini dikarenakan kan’go tersebut merupakan sistem ideograf (bentuk
yang memiliki makna). Dengan mengadopsi teori Chomsky yang membahas
mengenai stuktur luar (surface structure) dan struktur dalam (deep structure), maka
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 47
proses pemahaman makna dari kosa kata berjenis kan’go dapat digambarkan sebagai
berikut:
Struktur Luar � Struktur Dalam � Makna
Lebih lanjut dalam penelitiannya, Sendra menyebutkan tentang adanya
empat penggolongan kosa kata bahasa Jepang. Empat penggolongan kosa kata
tersebut adalah wago (kosa kata asli Jepang), kan’go (kosa kata yang berasal dari
Tiongkok), gairaigo (kosa kata yang berasal dari bahasa asing selain Tiongkok) dan
konshugo (kosa kata yang berasal dari gabungan ketiga jenis kosa kata sebelumnya).
Penelitian Sendra di atas akan dijadikan referensi untuk mengenali kosakata wago,
kan’go, gairaigo, dan konshugo agar dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik
lagi.
Chuyama (2006) dalam buku illustrated Japanese Charactercs menjelaskan
bahwa terdapat 5 kategori kanji jukugo berdasarkan relasi makna yang mengikat
unsur-unsur kanji tersebut. Kelima kategori tersebut adalah:
(a) Relasi aktif (active relation)
Makna dari relasi ini menunjukkan karakter kanji pertama melakukan
karakter kanji kedua, atau karakter kanji pertama merupakan karakter kanji
kedua.
Contoh: ᆅ㟈 jishin ‘gempa bumi’
Kan’goᆅ㟈 dibaca secara onyomi (cara baca dari Tiongkok), yaitu: “jishin”
karena ia merupakan gabungan kanji. Kan’go “jishin” terbentuk dari karakter
kanji pertama, yakni: ᆅ yang memiliki cara baca kunyomi (cara baca asli
Jepang), yaitu: “tsuchi” yang bermakna ‘tanah’ dan karakter kanji kedua,
yakni: 㟈 yang memiliki cara baca kunyomi, yaitu: “furueru” yang bermakna
‘bergetar’. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa kan’go “jishin” yang
bermakna ‘gempa bumi’ dihasilkan dari makna karakter kanji pertama
melakukan perbuatan yang ditunjukkan oleh karakter kanji kedua, yaitu:
‘tanah bergetar’.
(b) Relasi yang menjelaskan (modifying relationship)
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 48
Makna dari relasi ini menunjukkan karakter kanji pertama menjelaskan
karakter kanji kedua.
Contoh: ၿே zennin ‘orang baik’
Kan’go ၿே dibaca secara onyomi (cara baca dari Tiongkok), yaitu:
“zennin” karena ia merupakan gabungan kanji. Kan’go “zennin” terbentuk
dari karakter kanji pertama, yakni: ၿ yang memiliki cara baca kunyomi (cara
baca asli Jepang), yaitu: “yoi” yang bermakna ‘baik’ dan karakter kanji
kedua, yakni: ே yang memiliki cara baca kunyomi, yaitu: “hito” yang
bermakna ‘orang’. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa kan’go
“zennin” yang bermakna ‘orang baik’ dihasilkan dari makna karakter kanji
pertama menjelaskan karakter kanji kedua, yaitu: ‘orang yang baik’.
(c) Relasi paralel (parallel relationship)
Makna dari relasi ini menunjukkan karakter kanji pertama dan kedua
memiliki makna yang serupa dan menguatkan satu sama lain.
Contoh: ᅵᆅ tochi ‘tanah’
Kan’goᅵᆅ dibaca secara onyomi (cara baca dari Tiongkok), yaitu: “tochi”
karena ia merupakan gabungan kanji. Kan’go “tochi” terbentuk dari karakter
kanji pertama, yakni: ᅵ yang memiliki cara baca kunyomi (cara baca asli
Jepang), yaitu: “tsuchi” yang bermakna ‘tanah’ dan karakter kanji kedua,
yakni: ᆅ yang memiliki cara baca kunyomi, yaitu: “tsuchi” yang bermakna
sama dengan karakter kanji sebelumnya, yaitu: ‘tanah’. Dari penjelasan ini
dapat diketahui bahwa kan’go “tochi” yang bermakna ‘tanah’ dihasilkan dari
makna karakter kanji pertama dan makna karakter kanji kedua yang
sebetulnya sama hanya saja makna karakter kanji keduanya menguatkan satu
sama lainnya, yaitu: ‘tanah’.
(d) Relasi pelengkap (complementary relationship)
Makna dari relasi ini menunjukkan karakter kanji kedua melengkapi karakter
kanji pertama.
Contoh: ồே kyuujin ‘tawaran pekerjaan/lowongan kerja’
Kan’go ồே dibaca secara onyomi (cara baca dari Tiongkok), yaitu:
“kyuujin” karena ia merupakan gabungan kanji. Kan’go “kyuujin” terbentuk
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 49
dari karakter kanji pertama, yakni: ー yang memiliki cara baca kunyomi (cara
baca asli Jepang), yaitu: “motomeru” yang bermakna
‘mencari/meminta/membutuhkan’ dan karakter kanji kedua, yakni: 朝 yang
memiliki cara baca kunyomi, yaitu: “hito” yang bermakna ‘orang’. Dari
penjelasan ini dapat diketahui bahwa kan’go “kyuujin” yang bermakna
‘lowongan kerja’ dihasilkan dari makna karakter kanji pertama yang
melengkapi makna karakter kanji kedua, yaitu: ‘mencari orang’.
(e) Relasi penegas (confirmatory relationship)
Makna dari relasi ini menunjukkan karakter kanji pertama mengakui ataupun
menolak/menegasikan karakter kanji kedua.
Contoh: 濁塡 fusei ‘ketidakadilan’
Kan’go 濁塡 dibaca secara onyomi (cara baca dari Tiongkok), yaitu: “fusei”
karena ia merupakan gabungan kanji. Kan’go “fusei” terbentuk dari karakter
kanji pertama, yakni: 濁 yang hanya memiliki cara baca onyomi, yaitu: “fu”
yang bermakna ‘tidak’ dan karakter kanji kedua, yakni: 塡 yang memiliki
cara baca kunyomi, yaitu: “tadashii” yang bermakna ‘benar/adil’. Dari
penjelasan ini dapat diketahui bahwa kan’go “fusei” yang bermakna
‘ketidakadilan’ dihasilkan dari makna karakter kanji pertama yang
menolak/menegasikan makna karakter kanji kedua, yaitu: ‘tidak benar/adil’.
Pendapat Chuyama (2006) sebagaimana yang telah diuraikan di atas akan
digunakan sebagai dasar dalam analisis relasi makna unsur-unsur kanji yang
membentuk kan’go pada usulan penelitian ini.
Kano (2003:105) dalam bukunya Intermediate Kanji Book menjelaskan bahwa
terdapat 4 konstruksi kanji yang membentuk kata yang berunsur kanji (kan’go)
dalam bahasa Jepang. Keempat konstruksi kanji tersebut adalah:
(1) 蹙鋺朔皿采輜き昬匙⊕采甑→ 輜き + 昬 → 輜 き + 昬
Nichiyou wa yoku eigakan e iku → eiga + kan
‘hari minggu (saya) sering pergi ke gedung bioskop’
(2) 赱く㈫燦獵こ嘆埼再傘甑→ 赱 + く㈫ → 赱 + く ㈫
Shinkuukou o kensetsuchuu de aru → shin + kuukou
‘bandara baru sedang dibangun’
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 50
(3) 支使枝削朔彳嘆椌歳再傘甑→ 彳 + 嘆 + 椌 → 彳 + 嘆 + 椌
Saizu ni wa daichuushou ga aru → dai + chuu + shou
‘Terdapat ukuran besar, sedang, kecil’
(4) 嚔苗コ彳旄朔旄ホ歳晧哉甑→ ( 嚔 + 苗 ) コ = 嚔コ + 苗コ
→ ( 嚔 + 苗 ) = コ + コ
Kokkouritsu daigaku wa gakuhi ga yasui → kokuritsu + kouritsu
‘universitas nasional dan publik biaya kuliahnya murah’
(diambil dari Kano, 2003:105)
Dari contoh konstruksi pembentuk kan’go yang telah dicontohkan pada nomor
(1) hingga (4) di atas terlihat bahwa sangatlah penting untuk mengetahui konstruksi
sebuah kan’go sebelum dapat memahami makna dari kan’go tersebut. Tanpa
memecah konstruksi kanji dari sebuah kan’go akan sulit untuk dapat memahami
makna dari kanji tersebut meskipun menggunakan bantuan kamus. Kano (2003:113)
mengatakan bahwa untuk mencari makna dari sebuah kan’go yang panjang dalam
kamus, perlu dipikirkan konstruksi pembentuk dari kan’go tersebut sehingga dapat
dicari bagian-bagian pembentuk jukugo yang berupa satuan-satuan makna yang
dapat dicari maknanya dalam kamus. Sebuah kan’go dapat terbentuk dari satu kanji
hingga delapan kanji. Misalnya kata jidoushamenkyoshutokuritsu G湊œ筆さ流癧ò
dalam kalimat berikut ini:
(5) 鏘0腰g朝昨G湊œ筆さ流癧ò歳珽采作榊崎哉傘碕哉妻甑
Saikin, roujin no jidoushamenkyoshutokuritsu ga takaku natte iru to iu
(diambil dari Kano, 2003:117)
Pada kalimat contoh nomor (5) di atas dapat dilihat bahwa terdapat sebuah
kata berupa kan’go yang terbentuk dari delapan unsur kanji G + 湊 + œ + 筆 + さ +
流 + 癧 + ò. Apabila kita ingin mengetahui makna dari kan’go ini dari kamus maka
tentunya kita harus memecah konstruksi dari kata itu terlebih dahulu sebelum
mencarinya di dalam kamus. Namun, memecah konstruksi sebuah kan’go bukanlah
sebuah pekerjaan yang mudah apalagi bila kan’go tersebut terbentuk dari banyak
unsur kanji. Kesalahan dalam memecah konstruksi kanji dapat berakibat tidak dapat
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 51
diketahuinya makna dari kan’go tersebut. Teori dari Kano sebagaimana yang telah
diuraikan di atas akan digunakan sebagai dasar dalam analisis serta pengkategorian
konstruksi kanji yang membentuk kan’go pada usulan penelitian ini.
Bodnaryk (2000) dalam bukunya yang berjudul Kanji Mnemonics –An
Instruction Manual for Learning Japanese Characters- menyajikan cara
pembelajaran kanji menggunakan pendekatan mnemonik berdasarkan kedekatan
alamiahnya untuk memudahkan pembelajar mengingat kanji-kanji tersebut.
Bodnaryk juga memberikan beberapa contoh penjelasan evolusi sebuah kanji yang
dulunya berasal dari gambaran benda ataupun kejadian yang terdapat di alam sekitar
manusia menjadi sebuah simbol yang abstrak. Bodnaryk berkeyakinan bahwa
memiliki pengetahuan akan evolusi sejarah dari kanji-kanji tersebut akan membantu
pembelajar dalam proses belajar mereka. Namun, hal ini bukan berarti bahwa
Bodnaryk menggunakan pendekatan etimologi dalam menyajikan tulisannya.
Pendekatan etimologi hanya disajikan bila dirasa masih dapat membantu pembelajar
untuk mengingat sebuah kanji. Bodnaryk menyebutkan sebab-sebab terjadinya
perubahan bentuk karakter kanji, yakni: penyimpangan, kesalahan dalam proses
penyalinan manual dari generasi ke generasi, pemberian makna baru pada karakter
kanji yang lama, penyetandaran tulisan, dan penyederhanaan tulisan. Sebagai
tambahan, Bodnaryk menyebutkan bahwa dari 1.945 karakter joyo kanji yang ada,
sebanyak 1.166 memiliki cara baca kunyomi dan onyomi, 736 kanji memiliki hanya
cara baca onyomi saja, dan sebanyak 43 kanji memiliki hanya cara baca kunyomi
saja. Bodnaryk juga menyatakan bahwa mengingat karakter kanji barulah separuh
dari perjuangan. Pembelajar bahasa Jepang perlu juga menguasai kata majemuk
(kanji jukugo/kan’go) yang akan banyak ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bukunya ini, contoh-contoh kata majemuk yang diberikan Bodnaryk sebagian
besar merupakan kan’go yang terbentuk dari 2 unsur kanji. Penulis akan
menggunakan tulisan Bodnaryk sebagai referensi dalam menganalisis kan’go yang
dijumpai pada sumber data usulan penelitian konstruksi kanji dan relasi makna
unsur-unsur kanji pada kan’go ini.
3. Pembahasan
Hasil analisis terhadap 4 buah sumber data yaitu:
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 52
� Tiga buah artikel pada surat kabar Jepang the Yomiuri Shimbun tanggal 16
Agustus 2010 yakni:
• 達な烋藁匙エ哉赱冴 Sekai Heiwa e Chikai Arata yang terdapat pada
halaman berita utama
• 採瀧朝┦雑齠裁薩傘 Ohitori sama mo Tanoshimeru yang terdapat
pada halaman berita rumah tangga (kakei)
• 鏘烝摩 96 遁丁済彿削坤匹跚埼際皿墾鏘烝棍 4 遁鏗1/10'kU坤聿中碣
哉墾Sainenchou 96 sai naki otto ni “genki desu yo” Sainenshou 4 sai
sousofu gisei “sensou kowai” yang terdapat pada halaman berita
masyarakat (shakai)
� Tiga buah artikel pada artikel pada majalah berbahasa Jepang, yakni:
• 滋竺字詩刺実識n寺鹿執飼試執併' 1 蹙ヌ肘 ―虜昨使執詩資斯仔õ
鑛迯鎚削祉使痔詞式紫寺際傘冴索― Borobuduru & Purambanan
Iseki Ichinichi Kankou –Inishie no Indonesia Ouchoujidai ni Taimu
Torippu suru Tabi- yang terdapat pada majalah Mai Mai Magazine,
2013 vol.1 halaman 20 dan 21 yang diterbitkan oleh PT. Harum
Indah Sari Tours & Travel.
• 飼式質旨侍式紫詞質児史旨至伺飼識 2013 烝 3 鏤 20 蹙θ靱χが3 鏤
24 蹙θ蹙χ明柏≲Bari Spirit Festival 2013 nen 3 gatsu hatsuka (sui)
~ 3 gatsu 24 nichi (nichi) kaisai! yang terdapat pada majalah Api
Magazine, vol.95 – 2012 – Sept/Oct halaman 14 yang diterbitkan
oleh CV. Abadi Media Service.
• 軛蹙昨匹跚燦流三胝罪妻≲飼式歹埼歯宍実糸而実施―採際際薩歯宍
実旨治紫詞 Ashita no Genki o torimodosou! Baritou de Pawaa
Chaaji –Osusume Pawaa Supotto yang terdapat pada majalah Bali
Freak, 2013 no.1 halaman 6,7,8, dan 9 yang diterbitkan oleh PT.
Harum Indah Sari Tours & Travel.
� Satu buah cukilan esai yang berjudul {榊ɔ作匱 Masshiro na Uso karya
Murakami Haruki yang terdapat pada buku berjudul Read Real Japanese
Essays – Contemporary Writings by Popular Authors- yang diterbitkan tahun
2008 oleh penerbit Kodansha international di Tokyo, Jepang.
� Satu buah cukilan fiksi yang berjudul る榮採妻殺 Nikuya Oumu karya Ishii
Shinji yang terdapat pada buku berjudul Read Real Japanese Fiction – Short
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 53
Stories by Contemporary Writers- yang diterbitkan tahun 2008 oleh penerbit
Kodansha international di Tokyo, Jepang.
dapat diringkas dalam tabel berikut ini:
Tabel Konstruksi Kanji dan Relasi Makna yang Ditemukan pada Artikel
No Jenis Artikel Konstruksi Kanji Relasi Makna
1 Surat Kabar:
• Artikel I
• Artikel II
• Artikel III
Tipe A : 38 buah
Tipe C : 1 buah
Tipe D : 1 buah
Tipe A : 23 buah
Tipe A : 8 buah
Relasi yang menjelaskan : 38 buah
Relasi paralel : 1 buah
Relasi aktif : 1 buah
Relasi yang menjelaskan : 23 buah
Relasi yang menjelaskan : 8 buah
2 Majalah:
• Artikel I
• Artikel II
• Artikel III
Tipe A : 98 buah
Tipe B : 4 buah
Tipe C : 1 buah
Tipe A : 19 buah
Tipe B : 2 buah
Tipe A : 52 buah
Tipe B : 3 buah
Tipe D : 1 buah
Relasi yang menjelaskan : 101 buah
Relasi paralel : 1 buah
Relasi penegas : 1 buah
Relasi yang menjelaskan : 21 buah
Relasi yang menjelaskan : 53 buah
Relasi penegas : 2 buah
Relasi aktif : 1 buah
3 Esai Tipe A : 12 buah Relasi yang menjelaskan : 12 buah
4 Fiksi Tipe A : 30 buah
Tipe B : 2 buah
Relasi yang menjelaskan : 31 buah
Relasi penegas : 1 buah
Berikut ini adalah contoh-contoh analisis yang dilakukan:
a. Konstruksi Tipe A ( ⏬ ⏬ + 㤋 )
Contoh: ୡ⏺ᖹ sekaiheiwa
Frase sekaiheiwa terdiri atas empat kanji yang dapat dikelompokkan
menjadi dua kata yakni sekai ‘dunia’ dan heiwa ‘perdamaian’. Kata
kedua yakni heiwa ‘perdamaian’ merupakan inti dari frase nomina
tersebut. Kata pertama yakni sekai ‘dunia’ termasuk ke dalam kelas kata
benda. Oleh karena pada frase sekai heiwa ‘perdamaian dunia’ terbentuk
dari kelas kata benda yang menjelaskan kelas kata benda maka
konstruksi kanji ini dikategorikan ke dalam tipe A. Relasi makna
konstruksi kanji frase sekai heiwa termasuk ke dalam kelompok relasi
yang menjelaskan.
b. Konstruksi Tipe B: ( ᪂ + ✵ )))
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 54
Contoh: 鏘 摩 使 便 saichoububun
Frase saichoububun terdiri atas empat kanji yang dapat dikelompokkan
menjadi dua kata yakni saichou ‘terpanjang’ dan bubun ‘bagian’. Inti
dari frase tersebut yakni kata bubun ‘bagian’ dijelaskan oleh kata sifat
saichou ‘terpanjang’ sehingga merupakan relasi makna yang
menjelaskan.
c. Konstruksi Tipe C: ( 彳 + 嘆 + 椌 )
Contoh: 疋瓏慯愽 kyoudaishimai
Frase kyoudai shimai terdiri atas empat kanji yang dapat dikelompokkan
menjadi dua kata yakni kyoudai ‘saudara (laki-laki)’ shimai ‘saudara
(perempuan)’. Kedua kata tersebut memiliki relasi makna yang bersifat
paralel yang saling menguatkan satu sama lain.
d. Tipe D: (( 嚔 + 苗 ) = コ + コ )
Contoh: 譏燔端柏 seifushusai
Frase seifushusai terdiri atas empat kanji yang dapat dikelompokkan
menjadi dua kata yakni seifu ‘pemerintah’ dan shusai
‘penyelenggaraan’. Kata kedua shusai ‘penyelenggaraan’ berasal dari
kata kerja shusai suru ‘menyelenggarakan’ yang termasuk kelas kata
kerja. Relasi makna yang terlihat dari konstruksi kanji ini adalah relasi
aktif yakni kata pertama seifu ‘pemerintah’ melakukan suatu aktivitas
yang diekspresikan dengan kata kedua shusai suru ‘menyelenggarakan’
dalam bentuk kata bendanya shusai ‘penyelenggaraan’.
e. Tipe Gabungan A dan D
Contoh: ǖǘ 遁 鑷 ▕ 理 盆 濁 療 juunisaimimansankafuka
Frase juunisaimimansankafuka terdiri atas tujuh kanji yang dapat
dikelompokkan menjadi empat kata, yakni juunisai ’12 tahun’; miman
‘belum cukup’; sanka ‘keikutsertaan’; dan fuka ‘tidak baik’. Kata ketiga
yakni sanka ‘keikutsertaan’ berasal dari kata sanka suru ‘ikut serta’ dan
memiliki subjek pelaku yaitu juunisaimiman ‘(orang yang berusia) di
bawah 12 tahun’ sehingga relasi makna pada frase ini adalah relasi aktif.
I Gede Oeinada
‘Konstruksi Kanji dalam Kan’go pada Wacana Tertulis Berbahasa Jepang’ 2015
Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 13 – 14 November 2015 55
Sedangkan fuka ‘tidak baik’ sendiri merupakan relasi penegas karena
mengandung morfem terikat fu ‘tidak’. Konstruksi kanji
juunisaimimansanka ‘keikutsertaan (orang yang berusia) di bawah 12
tahun’ dan fuka ‘tidak baik’ merupakan konstruksi tipe A.
4. Simpulan
Hasil pembahasan konstruksi kanji dalam kan’go pada wacana tertulis berbahasa
Jepang menunjukkan bahwa konstruksi kanji yang paling banyak digunakan adalah
konstruksi kanji tipe A yakni: ( ⏬ ⏬ + 㤋 ) sebanyak 280 buah (95%) dari total
295 data. Hal ini sejalan dengan konstruksi frasa bahasa Jepang yakni DM
(Diterangkan Menerangkan). Sedangkan relasi makna yang paling banyak
ditemukan adalah relasi makna yang menjelaskan sebanyak 287 buah (97%) dari
total 295 data.
Daftar Pustaka
Ashby, Janet (ed.). 2008. Read Real Japanese Essays – Contemporary Writings by
Popular Authors-. Tokyo:Kodanshan Intl.
Bodnaryk, Robert P.. 2000. Kanji Mnemonics –An Instruction Manual for Learning
Japanese Characters- Manitoba: Kanji Mnemonics.
Chuyama, Takae (ed.). 2006. Illustrated Japanese Characters. Tokyo:JTB
Publishing.
Emmerich, Michael (ed.). 2008. Read Real Japanese Fiction – Short Stories by
Contemporary Writers-. Tokyo:Kodansha Intl.
Kano, Chieko, et al. 2003. Intermediate Kanji Book vol.1. Tokyo: Bonjinsha.
Sendra, I Made. 2006. “Penerjemahan Jepang-Indonesia (Analisis Ortography,
Semantik dan Morfologi Pembentukan Kosa kata Bahasa Jepang).” Laporan
Penelitian. Denpasar: Universitas Udayana.