11
Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

  • Upload
    hakhue

  • View
    261

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran

Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran

Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran

Page 2: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 172

STUDI PENDAHULUAN PREVALENSI KELAINAN GIGI DAN LESI

MULUT PADA ANAK SEKOLAH DASAR ALAM PELOPOR BANDUNG

Indah Suasani Wahyuni*, Wahyu Hidayat*, Nanan Nuraeny*, Prima

Andisetyanto**, Yuliawati Zenab***

*Staf Pengajar Departemen Ilmu Peyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Padjadjaran ** Staf Pengajar Departemen Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Padjadjaran *** Staf Pengajar Departemen Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Anak sekolah dasar adalah kelompok usia yang sering menderita kelainan gigi dan

lesi mulut, jika tidak dirawat dapat mengganggu proses belajar di sekolah. Tujuan

penelitian ini adalah mendapatkan data awal mengenai prevalensi kelainan gigi dan

lesi mulut anak sekolah dasar sebagai pedoman pelaksanaan program kesehatan gigi

dan mulut secara menyeluruh. Penelitian ini dilakukan di SD Alam Pelopor

Bandung pada sejumlah 175 siswa. Pemeriksaan dilakukan secara visual dan

pencatatan data gigi dan mulut dilakukan secara manual. Guru bertindak selaku wali

murid yang menandatangani lembar persetujuan pemeriksaan/informed consent.

Alat pemeriksaan berupa kaca mulut dan sonde serta menggunakan bantuan cahaya

lampu. Data yang diperoleh dicatat dalam suatu formulir pemeriksaan, selanjutnya

diolah secara statistik menggunakan program Excel. Hasil penelitian menunjukkan

rata – rata indeks dmf/DMF= 5.01; karies gigi= 89.14% (156 siswa); karang

gigi/plak/stain/radang gusi= 12.57% (22 siswa); gigi berjejal= 18.85% (33 siswa)

dan lesi mukosa oral= 7.42 % (13 siswa).Kesimpulan penelitian ini menunjukkan

kondisi kesehatan gigi anak sekolah dasar yang buruk karena angka prevalensi

karies dan rata – rata indeks dmf/DMF yang tinggi, jika tidak ditangani dengan baik

maka diperkirakan dapat menjadi faktor resiko terjadinya gigi berjejal. Selain itu

kelainan gusi dan lesi mulut yang biasanya berhubungan dengan status gizi dan

kesehatan umum juga memerlukan perhatian.

Kata kunci : Prevalensi, Karies, Gigi Berjejal, Kelainan Gusi, Lesi Mulut

ABSTRACT

Elementary school children were often suffer from oral disease, if not treated well

can disrupt the learning process in schools. The purpose of this study was to get

preliminary data on the prevalence of oral disease including dental caries,

malocclusion, periodontal disease and mouth lesions at elementary school children

as a guideline for the implementation of oral health program as a whole. This

research was conducted at Alam Pelopo Bandung elementary school. Examination

of the teeth and mouth done visually and recorded manually in a number of 175

students. Teachers act as guardians of the students who signed the informed

consent. Inspection tools using dental mirror and explorer with artificial light. The

data obtained were recorded in a check form, further processed statistically using

Page 3: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 173

the Excel program. The results showed the average index of dmf/ DMF = 5.01;

dental caries = 89.14% (156 students); calculus/dental plaque/stain/gingivitis =

12.57% (22 students); crowding = 18.85% (33 students) and oral mucosal lesions =

7.42% (13 students). Conclusions This study shows the oral health of elementary

school children were poor because of the high prevalence of dental caries and the

average index of dmf/DMF, if not handled properly then it is expected to be a risk

factor for crowding. Moreover disorders of the gums and mouth lesions that are

usually associated with nutritional status and general health also requires attention.

Keywords: Prevalence, Dental Caries, Crowding, Disorder Gums, Mouth Lesions

PENDAHULUAN

Usia anak sekolah dasar adalah kelompok usia yang sering menderita

kelainan gigi dan lesi mulut, hal ini karena belum terbentuknya kesadaran pribadi

untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut secara mandiri, pada usia ini

anak mengalami masa gigi campuran, serta kemungkinan asupan nutrisi yang tidak

seimbang. Kesehatan gigi dan mulut dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh

secara keseluruhan dan mempengaruhi konsentrasi belajar, sehingga kelainan pada

gigi dan mulut jika tidak dirawat dapat mengganggu proses belajar di sekolah.1

Kelainan gigi dan mulut yang sering ditemukan dapat merupakan rangkaian

yang saling berhubungan, yaitu karies gigi, peradangan gusi akibat plak dan

kalkulus, maloklusi, lesi mukosa oral dan kelainan pertumbuhan perkembangan

gigi. Akumulasi plak mengandung bakteri yang dapat menyebabkan karies gigi dan

peradangan gusi. Karies gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi

prematur dan berpotensi menjadi maloklusi. Karies gigi yang tidak dirawat juga

sering menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman untuk makan sehingga berpotensi

menurunkan asupan nutrisi dan menurunkan daya tahan tubuh. Pada kondisi tertentu

penurunan daya tahan tubuh akan memudahkan penyakit berjangkit pada anak anak

dan menimbulkan manifestasi lesi jaringan lunak rongga mulut, serta gangguan

pertumbuhan perkembangan gigi dan rahang, baik secara akut maupun kronis.1

Pada usia anak sekolah dasar diperlukan usaha untuk menjaga kesehatan gigi

dan mulut secara berkala, baik dalam bentuk penyuluhan, pemeriksaan dan

perawatan kesehatan gigi mulut, oleh orang tua, sekolah dan instansi pemerintah

terkait. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data awal mengenai studi

epidemiologi dan prevalensi kelainan gigi dan lesi mulut anak sekolah dasar yang

belum pernah dilakukan di Indonesia, sebagai pedoman pelaksanaan program

kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi, serta menjadi dasar pelaksanaan

penelitian lanjutan.

BAHAN DAN METODE

Studi pendahuluan ini menggunakan metode cross sectionalyang dilakukan

bersama dengan kegiatan pengabdian masyarakat yaitu pemeriksaan dan konsultasi

mengenai kondisi kesehatan gigi dan mulut anak di SD Alam Pelopor Bandung

pada tahun 2016. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh siswa kelas 1 SD sampai 5

SD yang bersedia mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Guru

bertindak selaku wali murid yang menandatangani lembar persetujuan pemeriksaan

dan diikutsertakan dalam penelitian/informed consent sebelum pemeriksaan

Page 4: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 174

dilakukan. Data dasar mengenai nama, usia, jenis kelamin dicatat oleh guru UKS

dalam sebuah lembar pemeriksaan individu. Pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan

secara visual oleh seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut sebagai pemeriksa

(single examiner) dengan bantuan alat pemeriksaan berupa kaca mulut dan sonde

serta menggunakan bantuan lampu cahaya putih. Data yang diperoleh dicatat dalam

formulir pemeriksaan, selanjutnya diolah secara statistik menggunakan program

Excel dan dideskripsikan melalui tabel distribusi frekwensi dan persentase.

Pencatatan data meliputi jumlah gigi yang mengalami karies, kehilangan gigi

premature dan gigi yang sudah ditambal, selanjutnya akan diperoleh data mengenai

indeks dmft/DMFT. Data mengenai kelainan/peradangan gusi ditentukan

berdasarkan akumulasi plak/kalkulus/stain/gambaran klinis peradangan gusi yang

ditemukan untuk membantu menentukan status kebersihan rongga mulut. Kondisi

gigi berjejal dikatakan jika tampak crowding atau cross bite, sedangkan lesi mukosa

oral yang ditemukan dicatat dan didiagnosis berdasarkan anamnesis khusus dan

gambaran klinis.

HASIL

Sejumlah 175 siswa, dengan usia berkisar antara 6 – 11 tahun (6 kelompok

usia) didapatkan dari penelitian ini, terdiri dari 99 siswa laki laki (56,5%) dan 76

siswa perempuan (43,5%). Kelompok usia 6 tahun terdiri dari 15 siswa, usia 7 tahun

= 40 siswa, 8 tahun = 21 siswa, 9 tahun = 45 siswa, 10 tahun = 33 siswa dan 11

tahun = 21 siswa. Rata – rata indeks dmf/DMF adalah5.01, dengan nilai terendah

adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 15 per anak. Besaran nilai indeks dmft/DMFT

berbanding terbalik dengan penambahan usia, seperti tampak pada grafik dalam

gambar 1, mengenai distribusi nilai indeks dmft/DMFT berdasarkan kelompok usia

per satu tahun.

Gambar 1. Nilai Indeks Dmft/DMFT Berbanding Terbalik Dengan Penambahan Usia

Prevalensi karies gigi yang ditemukan cukup besar yaitu 89.14% (156 siswa),

hal ini berarti dari keseluruhan siswa yang diperiksa kesehatan gigi dan mulutnya

terdapat 10,86% (19 siswa) yang bebas karies. Kondisi peradangan

gusi/plak/karang gigi/stain ditemukan pada 12.57% (22 siswa), sedangkan kondisi

gigi berjejal ditemukan pada 18.85% (33 siswa). Lesi jaringan lunak mukosa oral

ditemukan pada 7.42 % (13 siswa).Prevalensi kelainan gigi dan mulut yang

ditemukan seperti tampak pada gambar 2.

0

5

10

15

1 2 3 4 5 6

Usia

dmft/DMFT

Page 5: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 175

Gambar 2. Grafik Prevalensi Kelainan Gigi Dan Mulut Yang Ditemukan

Lesi mukosa oral yang ditemukan berupa ulkus pada 8 siswa (diagnosis:

ulkus traumatik 1 siswa, stomatitis apthosa rekuren 1 siswa dan angular cheilitis 6

siswa), plak pseudomembran pada 2 siswa (diagnosis: geografik tongue 1 siswa dan

coated tongue 1 siswa), makula pada 2 siswa (diagnosis: pigmentasi fisiologis 1

siswa dan makula eritematosa/unknown inflamasi 1 siswa), serta nodul pada 1 siswa

(diagnosis: traumatik fibroma).

PEMBAHASAN

Rata-rata indeks dmf/DMF adalah 5.01, hal ini berarti rata – rata setiap anak

pada penelitian ini memiliki 5 hingga 6 gigi yang mengalami karies, kehilangan gigi

premature dan atau gigi yang sudah ditambal. Seiring dengan bertambahnya usia

indeks dmft/DMFT menurun karena periode gigi campuran bergerak menuju

periode gigi tetap yang baru erupsi sehingga jarang ditemukan adanya karies atau

kerusakan gigi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa karies gigi merupakan

kelainan/penyakit rongga mulut yang paling banyak ditemukan (89,14%), diikuti

oleh gigi berjejal (18,85%), radang gusi (12,57%) dan lesi jaringan lunak mulut

(7,42%).

Karies gigi disebabkan oleh bakteri dalam akumulasi plak yang menyebabkan

penurunan pH saliva dan melarutkan komponen hidroksiapatit gigi. Akumulasi plak

dapat menempel pada gigi karena tidak dibersihkan dengan teratur, karena teknik

penyikatan gigi yang salah atau karena sikat gigi sudah terlalu usang dan tidak

efektif dalam membersihkan gigi. Telah diketahui juga bahwa komponen fluor

dalam pasta gigi dapat meningkatkan kekuatan email gigi dan menurunkan resiko

terjadinya karies.1

Akumulasi plak pada tahap awal dapat menyebabkan radang gusi yang

ditandai dengan gambaran klinis berupa oedema dan kemerahan pada gingiva. Pada

tahap lanjut plak dapat terkalsifikasi dan membentuk deposit kalkulus yang

berwarna putih hingga kekuningan, selanjutnya deposit ini dapat menyebabkan gusi

mudah berdarah karena bergesekan dengan gusi yang mengalami inflamasi.1

Karies gigi yang tidak dirawat terutama pada gigi posterior sulung akan

beresiko terhadap kejadian kehilangan gigi dini (premature loss), kehilangan

dimensi vertikal dan penurunan berat badan sebagai akibat terganggunya fungsi

pengunyahan. Premature loss berpotensi terhadap terjadinya maloklusi atau

crowding karena terdapat kecenderungan pergeseran gigi menuju daerah yang

kosong (ompong) ke arah anterior sehingga daerah spacing anterior dan leeway

0

50

100

150

200

Karies Radang Gusi Gigi Berjejal Lesi MukosaOral

Ada

Tidak ada

Page 6: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 176

space berkurang atau hilang. Kehilangan dimensi vertikal dan kekurangan nutrisi

juga dikatakan dalam beberapa sumber literatur dan penelitian dapat menjadi faktor

pencetus kejadian lesi oral seperti angular cheilitis dan stomatitis.1

Hasil penelitian ini mengenai prevalensi gigi berjejal belum dapat

dibandingkan dengan hasil penelitian lain mengenai maloklusi oleh Singh S.P.,2 dkk

dan Ajayi E.O.,3 karena memiliki perbedaan dalam data yang diperoleh. Pada

penelitian ini hanya mendeteksi ada atau tidaknya gigi berjejal namun tidak

membedakan berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle, rahang atas atau bawah,

tidak menghitung overjet/overbite, serta tidak mencatat mengenai kondisi crossbite

anterior/posterior. Sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan

data prevalensi maloklusi pada anak – anak sekolah dasar dengan menggunakan

formulir pemeriksaan yang lebih lengkap.

Lesi oral yang ditemukan pada penelitian ini adalah rendah (7,42%),

dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Veira-Andrade, dkk (40,7%),4dan oleh

Unur M., dkk (22,57%)5 pada anak – anak usia sekolah. Perbedaan ini terjadi,

karena kemungkinan berhubungan dengan perbedaan karakteristik sosiodemografi

populasi, kriteria diagnosis dan tipe kondisi penelitian yang berbeda serta belum

adanya standar protokol penelitian untuk kondisi mukosa oral pada anak - anak.4

Terdapat 4 jenis lesi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu ulkus (8 kasus),

plak pseudomembran (2 kasus), makula (2 kasus) dan nodul (1 kasus), sedangkan

diagnosis kerja yang ditegakkan adalah angular cheilitis (6 kasus), traumatik ulser

(1 kasus), stomatitis aphtosa rekuren (1 kasus), geografic tongue (1 kasus), coated

tongue (1 kasus), pigmentasi fisiologis (1 kasus), makula

eritematosa/unknowninflamation(1 kasus) dan traumatik fibroma (1 kasus).

Pada penelitian ini lesi jaringan lunak rongga mulut yang paling banyak

ditemukan adalah Angular cheilitis (gambar 3 dan 4). Angular cheilitis merupakan

peradangan pada sudut bibir dengan gambaran klinis dapat berupa fissure atau ulkus

disertai daerah peradangan kemerahan atau lapisan pseudomembran keratin

berwarna putih atau keratin yang mengelupas di sekitarnya. Keadaan ini disebabkan

antara lain karena kehilangan dimensi vertikal, bruksism,

defisiensi/ketidakseimbangan nutrisi, alergi, infeksi jamur dan bakteri, trauma fisik

mekanik dan lain – lain.6,7,8 Pada anak – anak hal ini sering ditemukan sehubungan

dengan nutrisi yang tidak sehat seimbang atau karena kebiasaan konsumsi jajanan di

sekolah yang kurang sehat, oral hygiene yang buruk serta hilangnya dimensi

vertikal karena banyaknya kerusakan parah/ kehilangan dini gigi posterior.4,-8

Gambar 3. Angular Cheilitis Disertai Infeksi Pada Nostril Hidung Kiri

Page 7: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 177

Gambar 4. Angular Cheilitis

Lesi ulserasi lain yang ditemukan seperti traumatik ulser (gambar 5) dan

stomatitis aphtosa rekuren (SAR) juga diduga berhubungan dengan asupan nutrisi

serta kondisi daya tahan tubuh.4-9Ulserasi rongga mulut baik traumatik ulser dan

SAR dapat dicetuskan oleh faktor predisposisi seperti trauma (tergigit atau terbentur

atau terkena bagian gigi karies yang tajam). Cara membedakan antara traumatik

ulser dan SAR adalah melalui anamnesis lengkap, pada SAR pasien biasanya

mengatakan sariawan yang terjadi berulang hingga beberapa kali dalam setahun,

tidak selalu diawali dengan trauma, kadang muncul tiba tiba dan terdapat riwayat

penyakit yang sama di keluarganya, sedangkan pada traumatik ulser biasanya

dikatakan jarang terjadi dan selalu diawali dengan trauma. Ulserasi rongga mulut

yang diakibatkan oleh karies (lesi ulserasi atau fistula) dapat diperiksa dengan

menggunakan indeks pufa/PUFA (pulp involvement, ulseration, fistula and abcess)

untuk mengetahui keparahan kondisi oral karena karies yang tidak dirawat.8,9

Gambar 5.Traumatic Ulser

Kondisi coated tongue sering berhubungan dengan kurangnya kebersihan

rongga mulut.4 Kebersihan rongga mulutpada penelitian ini dinilai dengan melihat

terdapatnya plak/kalkulus/stain/peradangan gusi karena plak dan kalkulus.

Ditemukan 12,57% siswa memiliki kondisi kebersihan mulut yang buruk dan 1

kasus ditemukan coated tongue, sehingga sehubungan dengan kondisi coated

tongue yang ditemukan, maka diharapkan edukasi penyikatan gigi sehari – hari juga

disertai dengan membersihkan/menyikat lidah.

Geografic tongue adalah keadaan lidah yang biasanya asimtomatik atau

kadang – kadang sedikit sensitif dengan gambaran klinis berupa terdapatnya pulau -

pulau lesi atrofi (depapilasi) yang berpindah – pindah dikelilingi oleh daerah

Page 8: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 178

hiperkeratinisasi atau plak pseudomembran putih dan sedikit meninggi (gambar 6).

Geografic tongue sering dihubungkan dengan infeksi jamur, alergi dan pada

beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya, namun diduga berhubungan dengan

penyakit psoriasis. Keadaan ini dapat ditemukan pada berbagai usia termasuk anak

– anak.6-8

Gambar 6.Geografic Tongue

Lesi mukosa oral lain yang ditemukan adalah pigmentasi fisiologis dan

makula eritematosa/unknowninflamation. Keadaan ini tidak memerlukan

penanganan khusus, karena pada pigmentasi fisiologis berhubungan dengan ras atau

genetik sesuai warna kulit, serta pada kasus lesi makula

eritematosa/unknowninflamation pasien tidak mengeluhkan rasa sakit. Idealnya

untuk menegakkan diagnosis dan tatalaksana pada kasus makula

eritematosa/unknowninflamation tersebut diperlukan pemeriksaan klinis dan

observasi lebih lanjut.6-8

Kasus berikutnya yang ditemukan adalah Traumatik Fibroma (gambar 7),

yaitu hiperplasia jaringan ikat rongga mulut yang diakibatkan oleh trauma kronis.

Kondisi ini memerlukan perawatan khusus berupa bedah minor, sehingga pasien

disarankan untuk melanjutkan pengobatan ke ahli bedah mulut.6,8

Gambar 7.Traumatic Fibroma

Berdasarkan hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, upaya yang dapat

dilakukan untuk menurunkan prevalensi karies pada masa yang akan datang adalah

dengan meningkatkan pengetahuan serta kesadaran melakukan sikat gigi disertai

Page 9: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 179

dengan sikat lidah dengan cara yang benar dua kali sehari dan menggunakan pasta

gigi berfluoride, diperlukan suatu upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran

akan pentingnya merawat kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut. Upaya ini

memerlukan kerjasama antara siswa, guru dan orang tua agar dapat dicapai hasil

yang optimal.1

Usaha kesehatan sekolah juga dapat diberdayakan dengan memberikan

pelatihan kepada dokter kecil sebagai kader kesehatan yang diharapkan dapat

memberikan contoh yang baik bagi teman sebayanya. Pelatihan ditujukan untuk

meningkatkan pengetahuan anak dan guru sekolah mengenai kebiasaan konsumsi

makanan yang sehat seimbang, cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehari –

hari serta pentingnya pemeriksaan berkala mengenai kesehatan gigi dan mulut

bekerja sama dengan berbagai instansi terkait.

Peran dokter gigi adalah memberikan terapi pada kondisi yang memerlukan

tindakan medis kedokteran gigi seperti penambalan gigi, perawatan

endodontik/ortodontik, skeling dan pengobatan peradangan gusi serta penyakit

mulut lebih lanjut. Kelainan gigi dan mulut yang ditemukan pada pemeriksaan

berkala hendaknya dirawat dan diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya

kondisi yang lebih parah dan berpotensi mengganggu kesehatan tubuh secara

keseluruhan.1-3,6-8

SIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi kesehatan gigi anak sekolah dasar

yang buruk karena angka prevalensi karies dan rata – rata indeks dmf/DMF yang

tinggi, jika tidak ditangani dengan baik maka diperkirakan dapat menjadi faktor

resiko terjadinya gigi berjejal. Selain itu kelainan gusi dan lesi mulut yang biasanya

berhubungan dengan status gizi dan kesehatan umum juga memerlukan perhatian.

Page 10: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 180

DAFTAR PUSTAKA

1. Mc.Donald RE, Avery DR, Dean JA., 2009, Dentistry For The Child and

Adolescent 8th ed, Elsevier Inc: St.Louis Missouri, p: 35–49, 203–232, 238–

254, 415–417.

2. Singh SP, Kumar V, Narboo P, 2015, Prevalence of Malocclusion among

Children and Adolescents in Various School of Leh Region, Journal of

Orthodontics & Endodontics, Vol 1, No 2:15, p: 1-6.

3. Ajayi EO, 2008, Prevalence of Malocclusion among School Children in

Benin City, Nigeria, Journal of Biomedical Science/JMBR Vol 7, No 1 &2, p:

58–65.

4. Vieira-Andrade RG, Martins-Junior PA, Correa-Faria P, Stella PEM,

Marinho SA, Marques LS, et al, 2013, Oral Mucosal Conditions in Preschool

Children of Low Socioeconomic Status: Prevalence and Determinant Factors,

Eur J Pediatr, 172: 675-681.

5. Unur M, Bektas-Kayhan K, Altop MS, Boy-Metin Z, Keskin Y, 2015, The

Prevalence of Oral Mucosal Lesions in Children: A Single Center Study, J.

Istanbul Univ Fac Dent, 49 (3), p: 29-38.

6. Greenberg MS, Glick M, Ship JA, 2008, Burket’s Oral Medicine Diagnosis

and Treatment. 11th ed., Hamilton: BC Decker Inc., USA, p: 41-152.

7. Field A, Longman L, Tyldesley WR, 2003, Tyldesley’s Oral Medicine,

Oxford University Press: UK, p: 29-60.

8. Lewis MAO, Jordan RCK, 2011, A Colour Handbook Oral Medicine,

Manson Publishing: London UK, p: 22-25, 86,88,113,140,171.

9. Abdullah MJ, 2013, Prevalence of Reccurent Apthous Ulceration Experience

in Patients Attending Piramird Dental Speciality in Sulaimani City, J. Clin

Exp Dent, 5 (2), p: 89-94.

Page 11: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210093802_7098.pdf · karies dan rata – rata indeks dmf ... kelainan gusi dan

ii

PREVALENSI DISC DISPLACEMENT WITH REDUCTION DI

KLINIK PPDGS PROSTODONSIA RSGM UNIVERSITAS

PADJADJARAN TAHUN 2010-2015

Fauziah Kautsara, Taufik Sumarsongko, Deddy Firman

114-122

PEMBUATAN GIGI TIRUAN LENGKAP LINGGIR DATAR

DENGAN TEKNIK PENCETAKAN PIEZOGRAFI

Taufik Sumarsongko

123-134

GAMBARAN MULTILOKULER LUAS PADA SUATU KISTA

DENTIGEROUS

Sabella Trinolaurig, Irsan Kurniawan, Seto Adiantoro, Endang

Syamsudin

135-141

PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK

KEPUASAN MASYARAKAT

Andriani Harsanti

142-150

OSTEORADIONEKROSIS PADA MANDIBULA BILATERAL

PASKA RADIOTERAPI KARSINOMA NASOFARING

Arismunandar, Endang Syamsudin, Melita Sylvyana

151-160

DIRECT RETAINER UNGKITAN KELAS 1 DAN 2 GIGI TIRUAN

KERANGKA LOGAM BERUJUNG BEBAS RAHANG BAWAH

Lisda Damayanti, Kartissa Pangesti

161-171

STUDI PENDAHULUAN PREVALENSI KELAINAN GIGI DAN LESI

MULUT PADA ANAK SEKOLAH DASAR ALAM PELOPOR

BANDUNG

Indah Suasani Wahyuni, Wahyu Hidayat, Nanan Nuraeny, Prima

Andisetyanto, Yuliawati Zenab

172-180

ASPEK HUKUM PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED

CONSENT) DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI

Anggra Yudha Ramadianto

181-189

BERBAGAI INDEKS PENILAIAN STATUS KESEHATAN RONGGA

MULUT

Fidya Meditia Putri

190-193

GAMBARAN PERILAKU PASIEN DALAM MERAWAT GIGI

TIRUAN LANDASAN AKRILIK DI RSGM UNPAD

Carla Inggrita, Deddy Firman, Taufik Sumarsongko

194-202

PENATALAKSANAAN KASUS DISC DISPLACEMENT WITH

REDUCTION SENDI TEMPOROMANDIBULA DENGAN

INTERMITTEN LOCKING

Silvani Sona, Rasmi Rikmasari

203-211

PENGARUH SIWAK TERHADAP KESEHATAN RONGGA MULUT

Hamdatun Rakhmania, Agam Ferry, Riani Setiadhi

212-219