Upload
dohuong
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Ekspor
Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan
bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang – barang dari peredaran
dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai dengan
ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta
asing. Menurut Kobi (2011:2) mengatakan bahwa ekspor merupakan
aktivitas pengiriman barang ke luar daerah pabean. Tetapi lebih
dijelaskan secara spesifik bahwa ekspor merupakan pembelian
negara lain atas barang buatan perusahan – perusahan didalam
negeri (Benny, 2013).
Dari beberapa pengertian di atas tampaknya bahwa ekspor
merupakan suatu kegiatan pengiriman atas barang dari dalam negeri
buatan perusahan – perusahan yang ke luar negeri dengan memenuhi
ketentuan pemerintah dan menggunakan pembayaran dalam valuta
asing.
10
2.2. Kontrak Dagang Ekspor
Kontrak menurut Karla dan Shippey (2001) menjelaskan
bahwa kontrak adalah pernyataan yang bersifat lisan maupun tertulis
yang meninmbulkan hubungan kontraktual yang dibuat oleh kedua
belah pihak atau lebih yang memiliki potensi kepentingan yang
saling bertetangan. Sasaran utama kontrak menurut Hinkelman
(2002:25) adalah menciptakan perjanjian tertulis yang menyatakan
secara jelas hak dan kewajiban kedua belah pihak (eksporter dan
importer) dalam transaksi, meliputi barang, waktu penyerahan,
harga, waktu dan sarana pembayaran serta mencakup dokumentasi,
forum, dasar hukum, kerusakan dan pelaksanaan khusus.
Kontrak dagang ekspor pada hakikatnya adalah rumusan
kesepakatan dari suatu negosiasi bisnis, sehingga tercapai
kesepakatan yang akhirnya dituangkan dalam bentuk kontrak dagang
ekspor (Amir, 1999). Secara ringkas kontrak dagang terdapat
berbagai macam ketentuan umum kontrak yang dicantum
didalamnya, meliputi jumlah komoditas yang akan diperjual belikan,
deskripisi komoditas, grade, cara pengepakan, harga persatuan
komoditas, satuan mata uang yang digunakan, metode pembayaran,
cara dan jadwal pengapalan, jenis kapal yang digunakan, pelabuhan
bongkar muat, asuransi yang diperlukan, siapa yang menangung
11
premi asuransi, cara pengecapan dan pembebanan pajak (Sutojo,
2004: 24).
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa kontrak
merupakan pernyataan lisan atau tertulis yang menyatakan secara
jelas hak dan kewajiban kedua belah pihak (eskportir dan importir)
atau lebih dalam transaksi meliputi barang, waktu penyerahan, harga,
waktu, sarana pembayaran dan mencakup dokumentasi, dasar
hukum, forum, kerusakan dan pelaksanaan khusus yang memiliki
potensi saling bertentangan. Sebaliknya bahwa importir mempunyai
berkewajiban melakukan pembayaran kepada eksportir dan berhak
menerima barang dari eksportir. Jika hal ini tidak terjadi munculnya
perselisihan antara exporter dan importir.
Kontrak dagang ekspor adalah kesepakatan antara eksportir
dan importir untuk melakukan perdagangan barang sesuai dengan
persyaratan yang disepakati bersama dan pihak mengikat diri untuk
melaksanakan semua kewajiban. Di dalam kontrak dagang ekspor
terdiri dari dua belah pihak yaitu ekportir dan pembeli importir yang
telah sepakat. Eksportir bertugas memproduksi barang yang
inginkan oleh importir, sedangkan importir bertugas sebagai orang
yang membeli barang yang dihasilkan oleh eksportir, ini merupakan
pihak inti dari kontrak dagang ekspor. Inisiatif pembuatan ikatan
12
kontrak dagang baik dari eksportir maupun importir yang
merupakan titik awalnya setiap transaksi perdagangan ekspor impor
dengan mempergunakan tahap – tahap dalam surat kontrak dagang
yang menyatakan bahwa isi kontrak tidak dapat dirubah kecuali
dengan persetujuan kedua belah pihak (Sutojo, 2001: 21-22). Proses
tersebut, yaitu;
a. Tahap promosi. Promosi adalah upaya penjual
memperkenalkan komoditas yang dihasilkan kepada calon
pembeli. Dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menarik
minat dari calon pembeli terhadap komoditas yang
diperkenalkan. Jadi yang dimaksud dengan promosi ekspor
adalah upaya penjual (eksportir) memperkenalkan komoditas
yang dihasilkan kepada calon pembeli di luar negeri (importir)
dengan tujuan untuk menarik minat mereka untuk membeli
komoditas yang diperkenalkan dengan pembayaran dengan
valuta asing. Promosi dapat dilakukan, antara lain
mengirimkan surat perkenalan (introduction letter) kepada
calon pembeli di luar negri, mendatangi sendiri calon pembeli
di luar negeri, mempergunakan jasa konsultan pemasaran di
luar negri, ikut serta dalam sale’s mission ke luar negeri, ikut
serta dalam pameran dagang (International Trade Fairs) di
13
dalam negeri maupun di luar negeri, memasang iklan di media
cetak, radio, televisi, internet dan media lainya dan
mengirimkan daftar harga dan brosur kepada calon pembeli di
luar negri.
b. Tahap Inquiry. Importir yang berminat akan mengirimkan
Surat Permintaan Harga atau Letter of inquiry atau surat
permintaan harga kepada eksportir. Letter of inquiry lazimnya
berisi permintaan panawaran harga dengan memberitahukan
mutu barang yang diinginkan, kuantum yang akan dibeli, harga
satuan dan total harga dengan Valuta Asing (US Dollar dan
lainnya), waktu pengiriman (Shipment Date) dan pelabuhan
tujuan yang diinginkan.
c. Tahap Offer Sheet. Eksportir memenuhi perrmintaan importir
dengan mengirimkan surat Penawaran Harga yang lazim
disebut Offer Sheet. Offer Sheet lazim berisi tentang
keterangan sesuai permintaan importir, seperti uraian barang,
mutu, kuantum, waktu penyerahan, harga dan tempat
penyerahan barang, syarat pembayaran, waktu pengapalan,
cara pengepakan barang, brosur dan apabila perlu contoh
barang yang ditawarkan. Penawaran itu juga menyebutkan
apakah penawaran itu bersifat:
14
1. Free Offer (penawaran Bebas). Ciri-cirinya adalah tidak
mencantumkan batas waktu berlakunya (validity Time),
tidak mencantumkan persyaratan khusus.
2. Coditional Free Offer (penawarn bebas bersyarat). Ciri-
cirinya adalah tidak mencantumkan batas waktu
berlakunya (validity Time) dan mencantumkan syarat-
syarat khusus dengan kata-kata tanpa engagement;
subject to Government approval.
3. Firm Offer (penawaran tetap). Ciri-cirinya adalah
mencantumikan batas waktu berlakunya dan memuat
tanggal berakhirnya penawaran.
d. Tahap Order Sheet/ Purchase Order. Setelah importir
menerima offersheet dari eksportir, maka kewajiban eksportir
mempelajari dengan cermat isi surat penawaran tersebut.
Setiap syarat yang disetejui maupun yang tidak disetujui atau
yang igin dirubah, harus dikomunikasikan kepada eksportir
terlebih dahulu. Atau bilamana importir merasa suatu
peubahan atau tambahan syarat yang dimasukan dalam kontrak
tidak memerlukan persetujuan lebih dulu dari eksportir, maka
perubahan itu dapat saja langsung dimasukan dalam surat
pesanan (ordersheet) yang akan dikirimkan oleh importir
15
kepada eksportir. Kewajiban importir selanjutnya adalah
mengomunikasikan persetujuan atas offersheet yang
dikirimkan oleh eksportir dengan perubahan yang diinginkan.
Jadi yang dimaksud dengan ordersheet adalah surat peryantaan
persetujuan dari importir atas penawaran eksportir yang
sifatnya mengikat secara hukum. Setiap pengingkaran atau
pelanggaran dari syarat-syarat yang disebut dalam ordersheet
itu dapat dikenakan sanksi untuk membayar ganti rugi bagi
pihak yang dirugikan.
e. Tahap Sale’s Contract. Eksportir menyiapkan kontrak jual beli
Ekspor (Sale’s Contract) sesuai dengan data-data dari
Offersheet dan Ordersheet ditambah dengan keterangan
sepaerti Force Majeur Clause, Claims, syarat pengapalan
seperti partial shipment, transhipment, vessel age dan lain-lain.
Ditandatangani oleh eksportir dan dikirimkan kepada importir
untuk ditandatangani pula sebagai tanda persetujuan atas
Sale’s Contract itu. Sale’s Contract lazimnya dibuat aslinya
rangkap 2.
f. Tahap Sale’s Comfirmatiaon. Importir mempelajari dengan
seksama “Sale’s Contract”, dan apabila dapat menyetujuinya,
lantas ditandatangani importir untuk dikembalikan kepada
16
Eksportir. Satu copy original ditahan oleh Importir sebagai
dokumen asli transaksi, yang lazim disebut sebagai Sale’s
Comfirmation. Kedua copy Sale’s Confirmation mempunyai
kekuatan hukum yang sama. Di dalam Sale’s Contract akan
disebutkan hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yaitu
ekportir dan importir. Isi pokok dari sales’s contract itu antara
lain sebagai berikut; nama, jumlah dan uraian barang,
persyaratan pembayaran, jumlah nilai kontrak, bank referensi,
nama penerima, tanggal akhir pengiriman, pengalihan
pengapalan, sistem pengapalan barang, biaya pengapalan,
perusahaan pengangkut, pelabuhan tujuan dan penggunaan
asuransi/tidak.
Dalam ekspor adanya transaksi oleh masing-masing pihak
eksportir dan importir yang merupakan bagian dari proses
perdagangan internasional. Proses tersebut terbagi menjadi empat
kelompok (Amir, 2004:), yaitu;
1. Sales Contract Process.
a. Eksportir mempromosikan komoditas yang akan
diekspornya melalui media promosi seperti pameran
dagang, iklan di koran, majalah, radio, maupun televisi,
baik di luar negeri maupun di dalam negeri, atau melalui
17
badan-badan khusus urusan promosi ekspor. Tujuan
promosi adalah untuk menarik minat calon importir
terhadap komoditas yang akan diekspor.
b. Importir yang berminat mengirimkan surat permintaan
harga atau Letter of Inquiry kepada eksportir. Letter of
Inquiry lazimnya berisikan permintaan penawaran harga
dengan memberitahukan mutu barang yang diinginkan,
kuantum yang ingin dibeli, harga satuan dan total harga
dalam valuta asing (US$ atau lainnya), waktu pengiriman
(shipment date), dan nama pelabuhan tujuan yang
diingini.
c. Eksportir memenuhi permintaan importir dengan
mengirimkan surat penawaran harga yang lazim disebut
dengan Offersheet. Offersheet berisikan keterangan
sesuai permintaan importir, seperti uraian barang, mutu,
kuantum, waktu penyerahan, harga dan tempat
penyerahan barang, syarat pembayaran, waktu
pengapalan, cara pengepakan barang, brosur, dan bila
perlu contoh barang yang ditawarkan. Penawaran itu juga
menyebutkan apakah penawaran bersifat free offer
ataukah firm offer.
18
d. Importir, setelah mempelajari dengan saksama offersheet
dari eksportir, menempatkan surat pesanan dalam bentuk
ordersheet atau purchase order kepada eksportir
e. Eksportir menyiapkan kontrak jual beli ekspor (sale's
contract) sesuai dengan data dari offersheet dan
ordersheet ditambah dengan keterangan seperti force
majeur clause, klaim, syarat pengapalan seperti shipment,
transshipmente, dan lain-lain. Kontrak tersebut
ditandatangani oleh eksportir dan dikirimkan kepada
importir untuk ditandatangani pula sebagai tanda
persetujuan atas sale's contract itu. Lazimnya sale's
contract dibuatkan aslinya dalam rangkap dua (two
original).
f. Importir mempelajari sale's contract dengan saksama,
dan bila dapat menyetujuinya kemudian ia
menandatangani dan mengembalikannya kepada
eksportir. Satu original copy ditahan oleh importir
sebagai dokumen asli transaksi yang lazim disebut
sebagai sale's confirmation. Kedua sale's confirmation
copy yang asli ini mempunyai kekuatan hukum yang
sama.
19
2. Letter of Credit opening process
a. Importir meminta kepada bank devisanya untuk
membuka sebuah Letter of Credit (L/C) sebagai dana
yang dipersiapkan untuk melunasi hutangnya kepada
eksportir, sejumlah yang disepakati dalam sale's contract
dan sesuai dengan syarat-syarat pencairan yang disebut
dalam sales contract dan merujuk pada ketentuan dari
The Uniform Customs and Practice of Documentary
Letter of Credit dari Kamar Dagang Internasional, Paris
no. 500 atau UCP-DC-500. L/C yang dibuka adalah
untuk dan atas nama eksportir atau orang atau badan
usaha lain yang ditentukan eksportir, sesuai kesepakatan
dalam sale's contract. Bank devisa yang diminta
eksportir membuka L/C itu disebut opening bank.
Opening bank inilah yang bertanggung jawab melakukan
pembayaran atas L/C itu kepada eksportir penerima L/C.
Importir yang meminta pembukaan L/C disebut applicant.
b. Opening bank setelah menyelesaikan jaminan dana L/C
dengan importir, melakukan pembukaan L/C melalui
bank korespondennya di negara eksportir. Pembukaan
L/C dilakukan dengan surat, kawat, teleks, faksimile,
20
atau media elektronik lainnya yang sah. Penegasan
pembukaan L/C dalam bentuk tertulis itu disebut L/C
confirmation yang diteruskan oleh opening bank kepada
bank korespondennya untuk disampaikan kepada
penerima, yaitu eksportir yang disebut dalam surat itu.
Bank koresponden yang diminta opening bank untuk
menyampaikan amanat pembukaan L/C disebut advising
bank.
c. Advising bank setelah meneliti keabsahan amanat
pembukaan L/C yang diterimanya dari opening bank
meneruskan amanat pembukaan L/C itu kepada eksportir
yang berhak menerima dengan surat pengantar dari
advising bank. Surat pengantar itu disebut L/C Advice,
sedangkan eksportir penerima L/C disebut sebagai
beneficiary dari L/C itu. Bila advising bank diminta
dengan tertulis oleh opening bank untuk turut menjamin
pembayaran atas L/C tersebut, maka advising bank juga
disebut sebagai confirming bank.
21
3. Cargo shipping process
a. Eksportir setelah menerima L/C confirmation yang
sifatnya operatif (sah sebagai landasan pembayaran)
kemudian mempersiapkan barang ready for export,
melakukan booking atau memesan ruangan/tempat
kepada perusahaan pelayaran (shipping company) yang
kapalnya akan berangkat ke pelabuhan tujuan yang
dimaksud dalam sale's contract serta sesuai dengan
waktu pengapalan (shipment date) yang disepakati dalam
sale's contract tersebut. Eksportir kemudian mengurus
formalitas ekspor seperti mengisi pemberitahuan ekspor
barang, membayar Pajak Ekspor (PE) dan Pajak Ekspor
Tambahan (PET) melalui advising bank, mengurus izin
muat kepada Kantor Inspeksi Bea dan Cukai di
pelabuhan muat. Setelah semua formalitas ekspor selesai,
eksportir menyerahkan barang kepada perusahaan
pelayaran (shipping company) untuk dimuat pada waktu
yang disepakati.
b. Shipping company, setelah selesai melakukan pemuatan
barang ke atas kapal, menyerahkan bukti penerimaan
barang, bukti kontrak angkutan, dan bukti pemilikan
22
barang dalam bentuk Bill of Lading atau transport
document lainnya kepada eksportir yang dalam
pengangkutan ini disebut sebagai shipper
c. Shipping company selanjutnya bertanggung jawab
mengangkut muatan itu sampai ke pelabuhan tujuan,
serta menyerahkannya dengan selamat dan utuh kepada
penerima barang yang disebut dalam B/L di pelabuhan
tujuan (destination port) yang juga disebutkan dalam B/L
itu.
d. Importir selaku penerima barang (consignee), bila telah
menerima dokumen pengapalan (shipping document) dari
opening bank, mengurus izin impor (import clearance)
kepada pihak Bea Cukai di pelabuhan tujuan. Kemudian
importir menghubungi agen pelayaran (shipping agent) di
pelabuhan tujuan di negaranya untuk menerima muatan
itu.
e. Shipping agent menyerahkan muatan kepada importir
segera setelah pelunasan biaya yang menjadi hak
skipping agent bersangkutan. Dengan ini maka selesailah
proses penerimaan barang oleh importir.
23
4. Shipping document negotiation process
a. Eksportir, setelah menerima Bill of Lading dari
perusahaan pelayaran, menyiapkan semua dokumen
pengapalan yang disyaratkan dalam Letter of Credit
seperti faktur, daftar pengepakan, sertifikat mutu, Surat
Kete-rangan negara Asal (SKA) dan lain sebagainya
seperti wesel (draft) serta surat pengantar negosiasi
dokumen secara lengkap dan cermat. Semua dokumen
pengapalan itu diserahkan eksportir kepada negotiating
bank yang ditentukan dalam L/C untuk memperoleh
pembayaran (payment).
b. Negotiating bank meneliti dengan saksama semua
dokumen pengapalan yang diminta dalam syarat-syarat
L/C. Bila semuanya cocok baik jumlah, jenis, maupun
uraian sebagaimana yang dituntut oleh L/C, maka
negotiating bank akan membayarkan jumlah yang ditagih
oleh eksportir dari dana L/C yang tersedia.
c. Negotiating bank meneruskan dokumen pengapalan yang
sudah dilunasi itu kepada opening bank yang membuka
L/C bersangkutan sebagai pena-gihan kembali dari uang
24
yang sudah dibayarkan oleh negotiating bank tersebut
kepada eksportir
d. Opening bank memeriksa dengan saksama semua
dokumen pengapalan itu, dan bila ternyata sesuai dengan
syarat-syarat L/C yang dibuka maka opening bank
kemudian melunasi uang yang sudah dibayarkan oleh
negotiating bank. Pembayaran pelunasan kembali ini
disebut sebagai reimbursement.
e. Opening bank selanjutnya memberitahukan penerimaan
dokumen pengapalan itu kepada importir. Importir akan
mengambil dokumen pengapalan itu kepada opening
bank dan menyelesaikan pelunasan dokumen pengapalan
tersebut dengan opening bank bersangkutan. Setelah itu
opening bank akan menyerahkan seluruh dokumen
pengapalan itu kepada importir untuk dipergunakan
menerima barang bersangkutan dari perusahaan
pelayaran dan Bea Cukai setempat.
Kontrak dagang ekspor dapat dilakukan dimana adanya
kesepakatan akhir antara eksportir dan importir sesuai dengan syarat
dari suatu negosiasi bisnis, yang berjalan memakan waktu lama dari
tahap promosi produksinya kemudian saling berjanji untuk
25
melaksanakan jual beli sesuai dengan syarat atau ketentuan yang
telah disepakati bersama dan apabila salah satu pihak ingkar janji
akan dikenakan sanksi yaitu ganti rugi kepada pihak yang telah
dirugikan sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak tersebut.
2.3. Pihak - Pihak Yang Terkait Dalam Kontrak Dagang
Menurut Amir (2005) menjelaskan bahwa eksportir dan
importir merupakan pelaksanaan utama dan ikatan kontrak dalam
perdagangan internasional yang berhubungan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan kegiatan ekspor antara lain:
1. Produsen-eksportir. Para produsen yang sebagian hasil
produksi diperuntuhkan untuk pasar luar negeri, yang
ekspornya diurus sendiri oleh produsen bersangkutan.
2. Confirming house. Merupakan kantor cabang perusahan
asing yang bekerja sama dengan warga setempat mendirikan
anak perusahan didalam negeri atas perintah dan kepentingan
perusahan induk untuk memperoleh keuntungan dan komisi.
3. Pedagang ekspor. Pedagang ini lazim adalah badan usaha
yang diberi ijin pemerintah dalam bentuk surat pengakuan
eksportir yang diperkenankan melaksanakan ekspor komoditi
26
yang dicantumkan dalam surat pengakuan atas kepentingan
dari produsen dalam negeri yang diwakilinya.
4. Export Agent. Hubungan antara pedagang ekspor dan
produsen, tidak hanya sebagai rekanan biasa tetapi sudah
meningkat dengan suatu ikatan perjanjian keagenan.
5. Trading house. Bila suatu perusahan atau eksportir dapat
mengembangkan ekspornya lagi terbatas pada satu atau dua
komoditi sehingga disebut general exporters.
6. Bank. Bank mempunyai peranan yang sangat penting yaitu
sebagai penyedia kredit ekspor bila diperlukan oleh eksportir.
Kedua, mempelancar dan mengamankan transaksi melalui
Letter Of Credit (L/C), karena L/C ini dari sisi eksportir bisa
merupakan jaminanan kepastian pembayaran dari importer,
Letter Of Credit (L/C) adalah dokumen yang dikeluarkan
oleh bank yang diminta importir yang ditujukan kepada
eksportir, dengan memberi hak untuk menarik wesel
sejumlah uang yang disebutkan dalam L/C tersebut jika
persyaratan yang tercantum dalam L/C terpenuhi.
7. Departement Perdagangan dan Perindustrian. Peranan
Departement Perdagangan dan Perindustrian dalam kegiatan
eksporimpor sangat penting, yaitu: pertama, instansi
27
pemerintahan yang mengeluarkan ijin sebagai Eksportir
Terdaftar dan ijin sebagai importer. Kedua, mengeluarkan
dokumen ekspor yang disebut “certificate of origin” (COO)
yang merupakan surat pernyatan bahwa barangbarang yang
diekspor tersebut.
8. Surveyor. Pada umumnya importir dan eksportir berada
dalam jarak yang berjauhan dalam arti geografis. Surveyor
menjadi independent mempunyai peran sebagai importir
dalam pemeriksaan barang-barang yang akan dimuat
kedalam container di lokasi eksportir.
9. Shipping Company. Peranan shipping company, yaitu:
sebagai perusahaan jasa pengapalan barang-barang yang
diekspor/impor, dan juga sebagai penyedian container
kosong (empty container) bagi eksportir.
10. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) atau Pengusaha
Pengururusan Jasa Kepabeanan (PPJK) adalah merupkan
perusahaan jasa yang menangani pengurusan ekspor-impor.
11. Bea Cukai. Peranan Bea Cukai sebagai instansi pemerintahan
yaitu untuk mengawasi barang-barang yang diekspor/impor,
khususnya yang kena pajak ekspor dan kedua adalah
mengawasi yang terkait dengan Bapeksa.
28
12. Asuransi. Peranan asuransi sebagai instansi jasa penyedia
asuransi untuk kegiatan ekspor-impor sesuai permintaan di
dalam L/C, biasanya berupa pemagaran resiko atas kegiatan
transaksi perdagangan internasional.
2.4. Incoterm 2010
Incoterms atau internasional commercial terms merupakan
seperangkat peraturan internasional untuk menyeragamkan
penafsiran hak dan kewajiban antara eksporter dan importir dalam
rangka transaksi perdagangan internasional. Ruang lingkup pada
pengiriman barang dari tempat keberangkatan. Dalam Incoterm
2010 mencakup beberapa persayaratan perdagangan (Malfliet, 2011)
adalah sebagai berikut;
1. Ex Works (EXW). Berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang, bila menempatkan barang untuk pembeli ditempat
kediaman penjual atau tempat lain yang ditentukan (tempat kerja,
pabrik, gudang) belum diurus formalitas ekspornya dan juga
tidak dimuat keatas kendaraan pengangkut manapun. Syarat ini
merupakan kewajiban ringan bagi penjual dan pembeli wajib
memikul semua resiko dan biaya yang terkait.
29
2. Free Carrier (FCA). Berarti penjual melakukan penyerahan
barang yang sudah mendapat izin ekspor, kepada pengangkut
yang ditunjukkan pembeli ditempat tersebut. Syarat ini dapat
dipergunakan tanpa memandang jenis alat angkut, namun
penjual dianggap telah memenuhi kewajiban untuk menyerahkan
barang apabila barang telah diserahkan kepada pembeli.
3. Free Alongside Ship (FAS). Berarti penjual melakukan
penyerahan barang, apabila barang barang itu ditempatkan
disamping kapal dipelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini
pembeli wajib memikul semua biaya dan semua resiko
kehilangan atau kerusakan atas barang-barang. Syarat ini
menuntut penjual mengurus formalitas ekspor.
4. Free On Board (FOB). Berarti penjual melakukan penyerahan
barang - barang bila barang - barang melewati pagar kapal di
pelabuhan pengapalan tersebut. Hal ini bahwa pembeli wajib
memikul semua biaya dan resiko atas kehilangan atau kerusakan
barang. Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus
formalitas ekspor.
5. Cost And Freight (C&F). Berarti bahwa penjual melakukan
penyerahan barang - barang bila barang - barang melewati pagar
kapal dipelabuhan pengapalan. Penjual wajib menangung biaya -
30
biaya dan ongkos angkut yang diperlukan untuk mengangkut
barang barang sampai ke pelabuhan tujuan. Syaratnya C&F
menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
6. Cost, Insurance, and Freight (CI&F). Berarti penjual melakukan
penyerahan barang bila barang melewati pagar kapal
dipelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar semua biaya
dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang -
barang sampai ke pelabuhan tujuan. Tetapi risiko hilang atau
kerusakan atas barang - barang, termasuk biaya tambahan;
asuransi dan premi. Syarat CIF menuntut untuk mengurus
formalitas ekspor.
7. Carriage paid To (CPT). Berarti penjual menyerahkan barang -
barang kepada pengangkut yang ditunjukkan sendiri, tetapi
penjual wajib membayar pula membayar ongkos angkut yang
perlu untuk mengangkut barang - barang sampai ke tempat
tujuan. Hal ini pembeli menangung semua resiko dan membayar
setiap onkos yang timbul setelah barang barang diserahkan.
8. Carriage and Insurance paid To (CIP). Berarti penjual
menyerahkan barang barang kepada pengangkut yang
ditunjukkan sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos
angkut yang perlu untuk mengangkut barang - barang sampai ke
31
tempat tujuan. Hal ini bahwa pembeli menanggung semua biaya
dan resiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah
barang barang diserahkan. Namun, penjual juga menutup
asuransi terhadap resiko rugi dan kerusakan atas barang yang
meninpa barang selama barang dalam perjalanan. Syaratnya ini
menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
9. Deliverd At Fronteir (DAF). Berarti penjual menyerahkan
barang - barang, bila barang - barang telah ditempatkan ke dalam
kewenangan pembeli pada saat datangnya alat angkut, belum
dibongkar, telah diurus formalitas ekspor, namun belum
mengurus formalitas impornya.
10. Delevered Ex Ship (DES). Berarti penjual menyerahkan barang
barang ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli diatas kapal,
belum diurus formalitas impornya, dipelabuhan tujuan. Penjual
wajib menangung semua biaya dan resiko yang terkait dengan
pengangkutan barang barang sampai ke pelabuhan tujuan yang
disebut sebelum dibongkar.
11. Deliverded Ex Quay (DEQ). Berarti penjual menyerahkan
barang barang ditempatkan kedalam kewenangan pembeli diatas
dermaga, belum diurus formalitas impornya, dipelabuhan tujuan.
Penjual wajib menangung semua biaya dan resiko yang terkait
32
dengan pangangkutan barang barang sampai ke pelabuhan tujuan
dan membongkat barang - barang diatas dermaga.
12. Delivered Duty Unpaid (DDU). Berarti penjual menyerahkan
barang barang kepada pembeli, belum diurus formalitas
impornya, dan belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru
datang ditempat tujuan yang disebut. Penjual wajib menangung
semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan
barang barang sampai, kecuali bea masuk, pembayaran biaya
resmi, pajak dan biaya lainnya yang diperlukan di negara tujuan.
13. Deliverde Duty Paid (DDP). Berarti penjual menyerahkan
barang barang kepada pembeli sudah diurus formalitas impornya,
namun belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang
ditempat tujuan yang disebut. Penjual wajib menangung semua
biaya - biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan
barang sampai diformalitas pabean, pembayaran biaya resmi, bea
masuk, pajak dan biaya lainnya yang diperlukan di negara tujuan.
33
2.5. Sistem Pembayaran Ekspor
Sistem pembayaran ekspor merupakan suatu bagian atau
komponen yang saling berkaitan dalam cara membayar kegiatan
mengeluarkan barang dari daerah pabean ke luar negeri yang
dilakukan oleh perusahan maupun eksportir (Kobi, 2011). Beberapa
cara pembayaran yang lazim digunakan dalam transaksi
perdagangan luar negeri antara lain;
1. Advance payment. Adalah suatu cara pembayaran di mana
pembeli barang melakukan pembayaran terlebih dahulu
sebelum menerima barang yang dibelinya. Cara pembayaran
ini sangat menguntungkan pihak eksportir karena pihak
eksportir telah menerima pembayaran sebelum merealisasi
pengiriman barang, di lain pihak merugikan pihak importir
apabila terjadi non delivery. Dilihat dari segi financial,
pembiayaan dari importir dimana eksportir dapat membiayai
persiapan barang dan penyerahan barang kepada importir
dilaksanakan dengan cara free of payment, namun
pengiriman barang tetap didukung dokumen yang diwajibkan.
2. Open account. Suatu cara pembayaran dimana eksportir
mengirim barangnya terlebih dahulu, kemudian pembayaran
34
dilakukan oleh importir sesuai dengan jadwal pembayaran
yang telah disepakati bersama. Transaksi seperti ini
dilakukan antara eksportir dan importir yang telah saling
mempercayai tanpa melibatkan pihak bank. Resiko yang
timbul dari transaksi adalah pihak eksportir apabila tidak
melakukan pembayaran sesuai dengan jadwal ataupun non
payment. Dilihat dari aspek keuangan dimana pengadaan
barang dibiaya sendiri oleh eksportir.
3. Collection. Suatu cara pembayaran dimana eksportir
mengirim barang dan kemudian menagih pembayaran dari
importir bersama-sama dengan pengiriman dokumen
pengapalan dan wesel atau draf. Cara pembayaran ini
melibatkan bank dengan cara menyerahkan dokumen -
dokumen pengapalan melalui koresponden bank dimana
importir berdomisili.
4. Letter of Credit. Suatu cara pembayaran di mana eksportir
akan menerima pembayaran pada saat mengirim barang
bersama dokumen dokumen dan sebaliknya. Cara
pembayaran ini aman bagi kedua belah pihak, namun
melibatkan bank sebagai perantara.
35
5. Consignment. Suatu cara penjualan barang dimana penjual
menyerahkan barang kepada agen di luar negeri dan
pembayaran dilakukan setelah barang telah terjual. Cara
pembayaran ini melibatkan bank. Keuntungan bagi eksportir
dari transaksi ini terletak pada jaringan pemasaran dan
promosi hasil produksinya.
6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar
negeri sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli
merupakan cara pembayaran di luar dari cara pembayaran
kelima tersebut diatas namun dianggap lazim dalam
perdagangan, seperti barter, perdagangan lintas batas.
Dapat dikatakan bahwa antara eksportir dan importir
mencantumkan cara pembayaran dalam sales contract yang telah di
sepakati bersama. Sistem pembayaran akan digunakan dan
dilakukan dengan cara Letter of Credit, advance payment, open
account, Collection, Consigment dan cara non L/C (tanpa letter of
credit) atau cara pemabayaran lainnya dalam perdagangan
internasional luar negeri sesuai dengan kesepakatan bersama.
36
2.6. Dokumen - Dokumen Yang Diperlukan Dalam Ekspor
Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam melakukan
kegiatan ekspor (Sutojo, 2001) adalah sebagai berikut:
a.Pro-forma invoice. Dokumen ini dicantumkan ketentuan
satuan harga per satuan produk dan dapat dikatakan
kontrak penjualan telah mengikat kedua belah pihak.
b. Commercial Invoice. Merupakan nota perincian yang
dikirimkan oleh eksportir kepada importir bilamana telah
terjadi persetujuan ketentuan syarat penjualan di kedua
belah pihak, mereka telah mengikat diri dalam kontrak
penjualan dan importir telah memberikan pesanan
pembelian. Dokumen ini dicantumkan nama dan alamat
eksportir dan importir, spesifikasi lengkap produk, harga
per satuan produk, cara pembayaran, pemberitahuan
tentang berat barang, shipping mark dan nomornya, nama
kapal. Biasanya Comercial invoice dikirim langsung atau
kepada bank rekanan pembeli luar negeri bersama
dokumen lainnya pada saat barang telah dikapalkan.
c.Weight note. Dokumen ini memberitahukan berat barang
yang dikirim yang disiapkan oleh eksportir.
37
d. Packing list. Dokumen ini yang memuat daftar kemasan
barang dan isinya antara lain dipergunakan sebagai bahan
pegangan pegawai pabean dipelabuhan pemberankatan dan
pelabuhan kedatangan barang untuk memeriksa isi
kemasan barang yang diekspor.
e.Inspection Certificate. Sertifikat ini merupakan surat
pernyataan yang ditandatangani oleh produsen eksportir
atau pedagang pemasok barang yang menyatakan bahwa
telah melakukan inspeksi produk yang diekspor dan
menyatakan bahwa spesifikasi dan mutu produk telah
memenuhi ketentuan yang tercantumkan dalam kontrak
penjualan. Namun, dalam praktek perdagangan
internasional nilai surat keterangan ini tidak terlalu tinggi.
f.Bill of Lading (B/L). B/L merupakan dokumen pengapalan
surat yang disiapkan oleh eksportir yang membuktikan
bahwa barang yang tercantum dalam dokumen sudah di
muat dalam kapal.
g. Airway Bill. Airway Bill adalah tanda terima barang
dikirim melalui udara untuk orang dan alamat tertentu.
38
h. Certificate of origin. Surat keterangan yang menyatakan
asal barang yang diekspor atau surat yang menyatakan
bahwa barang yang diekspor oleh eksportir.
i. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Dokumen pabean
yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor
barang yang isinya antara lain jenis barang ekspor (umum,
terkena pajak ekspor, mendapatkan fasilitas pembebasan
dan pengambilan bea masuk, dan barang ekspor lainnya),
identitas eksportir,nama importer, NPWP, izin khusus 9SIE,
Karantina, SM), no HS, berat barang, Negara tujuan,
propinsi asal barang, cara penyerahan barang (FOB, CIF,
dll), merek dan nomor kemasan dan lain-lain.