30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengunaan paduan aluminium terus meningkat dari tahun ketahun. Hal ini terlihat dari urutan pengunaan logam paduan aluminium yang menempati urutan kedua setelah pengunaan logam besi atau baja, dan di urutan pertama untuk logam non ferro (Smith, 1995). Sekarang ini kebutuhan aluminium di Indonesia per tahun mencapai 200.000 hingga 300.000 ton dengan harga US$ 3.305 per ton (Noorsy,2007). Pemakaian aluminium pada industri otomotif terus meningkat sejak tahun 1980 (Budinski, 2001). Komponen otomotif yang terbuat dari paduan aluminium, antara lain adalah Velg, Piston, Blok mesin, Kepala silinder, Katup dan sebagainya. Ini berkaitan dengan jumlah kendaraan di Indonesia tahun 2005 mencapai 38.156.278 buah terdiri dari roda dua 28.556.498 buah dan roda empat 9.559.780 buah (Kepolisian Republik Indonesia, 2005). Jika hitungan kasar bahwa penggantian kerusakan velg yang terbuat dari paduan aluminium setiap tahunnya 3-4% dikalikan jumlah kendaraan, maka jumlah velg 2.255.017 dikalikan 3 ons berat velg rata- rata, ditemukan jumlah total berat velg yang diganti yaitu 6.765,5 ton. Jika 1 ton aluminium dengan harga US$ 3.305 berarti jumlah uang keseluruhan US$ 2.235.849 (Rp 23 Milyar) 1

Proses Pembuatan Velg Recing

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proses Pembuatan Velg Recing

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengunaan paduan aluminium terus meningkat dari tahun ketahun. Hal ini terlihat

dari urutan pengunaan logam paduan aluminium yang menempati urutan kedua setelah

pengunaan logam besi atau baja, dan di urutan pertama untuk logam non ferro (Smith,

1995). Sekarang ini kebutuhan aluminium di Indonesia per tahun mencapai 200.000

hingga 300.000 ton dengan harga US$ 3.305 per ton (Noorsy,2007).

Pemakaian aluminium pada industri otomotif terus meningkat sejak tahun 1980

(Budinski, 2001). Komponen otomotif yang terbuat dari paduan aluminium, antara lain

adalah Velg, Piston, Blok mesin, Kepala silinder, Katup dan sebagainya. Ini berkaitan

dengan jumlah kendaraan di Indonesia tahun 2005 mencapai 38.156.278 buah terdiri dari

roda dua 28.556.498 buah dan roda empat 9.559.780 buah (Kepolisian Republik

Indonesia, 2005). Jika hitungan kasar bahwa penggantian kerusakan velg yang terbuat

dari paduan aluminium setiap tahunnya 3-4% dikalikan jumlah kendaraan, maka jumlah

velg 2.255.017 dikalikan 3 ons berat velg rata-rata, ditemukan jumlah total berat velg

yang diganti yaitu 6.765,5 ton. Jika 1 ton aluminium dengan harga US$ 3.305 berarti

jumlah uang keseluruhan US$ 2.235.849 (Rp 23 Milyar) atau dengan perkataan lain, bila

Indonesia dapat menggunakan velg daur ulang maka dapat menghemat 23 milyar rupiah.

Velg bekas didaur ulang menjadi velg baru yang kualitasnya diharapkan sama

dengan velg original. Velg merupakan salah satu dari spare part untuk kendaraan

bermotor yang sangat vital dan sering dilakukan pergantian setiap velg sudah rusak.

Yang jadi masalah untuk motor – motor tua atau motor klasik untuk mencari spare part

yang original, sekarang sudah tidak ada karena pabrik dari perusahaan motor sudah tidak

memproduksi. Maka dari itu perlu dilakukan reverse engineering untuk pembuatan velg.

Proses reverse engineering terdiri dari tiga proses yaitu CAD (computer aided design),

CAE (computer aided engineering) dan CAM (computer aided manucfaturing) (Vinesh,

2008). Salah satu proses yaitu proses CAE mempelajari komposisi dan karakteristik

material dalam hal ini material velg. Velg terbuat dari paduan aluminium dan silikon.

1

Page 2: Proses Pembuatan Velg Recing

Paduan ini memiliki daya tahan terhadap korosi, abrasi dan koefisien pemuaian yang

rendah, dan juga mempunyai kekuatan yang tinggi, kesemua sifat tersebut merupakan

sifat yang harus dimiliki oleh material piston (Cole, 1995).

1.2 Tujuan Pemakalah

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :

1.      Mengetahui tentang Proses Pengecoran dan Material yang di gunakan ( almilenium)

2.      Kegunaan almilenium dan kekurangan terhadap pengecoran

3.      Bahan-bahan yang terkandung didalam pengecoran velg sepeda motor

4.      Mengetahui penandaan kelebihan almilenium

5.      Mengetahu nilai-nilai almilenium

6.      Mengetahui jenis-jenis almilenium yang berkualitas

1.3 Manfaat Dalam Pembuatan Makalah ini

1. Bagi mahasiswa bisa lebih tahu lagi tentang teknik pengecoran almileniium dan jenis-

jenisnya.

2. Sebagai referensi untuk adik-adik tingkat nanti.

3. Meningkatkan daya kereatif untuk mahasiswa teknik mesin, Fakultas Teknik

Umumnya.

2

Page 3: Proses Pembuatan Velg Recing

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Paduan Aluminium

Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan korosi

yang baik. Material ini digunakan dalam bidang yang luas bukan hanya untuk peralatan

rumah tangga saja tetapi juga dipakai untuk kepentingan industri, misalnya untuk industri

pesawat terbang, komponen-komponen mobil, komponen regulator dan konstruksi-

konstruksi yang lain.

Menurut Aluminum Association (AA) dapat diidentifikasi dengan system empat

digit berdasarkan komposisi paduan seperti xxx.1 dan xxx.2 untuk ingot yang dilebur

kembali. Sedangkan simbol xxx.0 untuk menentukan batas komposisi pengecoran dan

simbol A356, B356 dan C356 untuk paduan cor gravitasi. Masingmasing paduan ini

identik dengan kandungan yang mendominasi tetapi berkurang batas penggunaan karena

impuritinya, khususnya kandungan besi. Batas komposisi berdasarkan Aluminum

Association (AA) telah terdaftar pada paduan cor aluminium.

Gambar 2.1 Material ( alumunium )

3

Page 4: Proses Pembuatan Velg Recing

2.2 Proses Pembuatan Velg Recing

a. Casting ( Pengecoran )

Pengecorang merupakan unit yang paling signifikan funsinya di perusahaan.

Karena diketahui semua produksi mengambil alur mula dari pongecoran. Pembahasan

berikut akan di khususkan poada produk Velg Recing sepeda motor , didasarkan bahwa

produk tersebut menjadi focus utama perusahaan saat ini.

b. Bahan baku Velg

Dalam proses produksi pengecoran velg recing sepeda motor memerlukan bahan

baku Alumunium Alloy. Bahan baku yang digunakan sebagian besar bersal dari Velg

recing bekas mobil yang tentunya berbahan Alumunium maupun alumunium batangan.

Bahan – bahan tersebut kemudian akan di cairkan pada tungku menjadi alumunium cair

(adonan) untuk kemudian dilakukan penuangan kembali nsesuai dengan c etakan velg

recing yang ada.

2.3 Peleburan (melting)

Untuk Peleburan paduan aluminium dapat dilakukan pada tanur krus besi cor,

tanur krus dan tanur nyala api. Logam yang dimasukan pada dapur terdiri dari sekrap

(remelt) dan aluminium ingot. Aluminium paduan tuang bentuk ingot didapatkan dari

peleburan primer dan sekunder serta pemurnian. Kebanyakan kontrol analisa didapatkan

dari analisis pengisian yang diketahui, yaitu ketelitian pemisahan tuang ulang dan ingot

aluminium baru. Ketika perlu ditambahkan elemen pada aluminium, untuk logam yang

mempunyai titik lebur rendah seperti seng dan magnesium dapat ditambahkan dalam

bentuk elemental. Sekrap dari bermacam–macam logam tidak dapat dicampurkan

bersama ingot dan tuang ulang apabila standar ditentukan. Praktek peluburan yang baik

mengharuskan dapur dan logam yang dimasukan dalam keadaan bersih.

Untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan karena oksidasi

lebih baik memotong logam menjadi potongan kecil yang kemudian dipanaskan untuk di

jadikan ingot. Kalau bahan sudah mulai mencair, fluks harus ditaburkan untuk

mengurangi oksidasi dan absorbsi gas. Bentuk oksidasi tergantung Selama pencairan,

permukaan harus ditutup fluk dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu untuk

mencegah segresi.

4

Page 5: Proses Pembuatan Velg Recing

Hidrogen adalah satu-satunya gas yang dapat timbul dalam aluminium dan

paduannya. Persentase timbulnya gas hidrogen lebih banyak terdapat pada aluminium

dalam bentuk cair daripada dalam bentuk padat. Beberapa sumber potensial timbulnya

hidrogen pada aluminium antara lain:

1. Udara dalam tungku (furnace) menggunakan bahan bakar terkadang menimbulkan

gas hidrogen yang disebabkan oleh reaksi pembakaran bahan bakar yang kurang

sempurna.

2. Terjadinya asap hasil pembakaran pada waktu proses peleburan.

3. Reaksi antara aluminium cair dengan cetakan

Sebelum dilakukan peleburan di dalam tungku sebaiknya logam dipotong menjadi

kecil-kecil, hal ini bertujuan untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi

kehilangan komposisi karena oksidasi. Setelah material mencair, fluks dimasukkan ke

dalam coran, yang bertujuan untuk mengurangi oksidasi dan absorbs gas serta dapat

bertujuan untuk mengangkat kotoran-kotoran yang menempel padam aluminium.

Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluks dan cairan diaduk pada jangka

waktu tertentu untuk mencegah segresi (surdia, 1991). Kemudian kotoran yang muncul di

ambil dan dibuang. Setelah pada suhu kurang lebih 725oC aluminium di tuang ke dalam

cetakan. Adapun untuk remelting, material hasil peleburan di atas dilebur kembali.

Tungku Pencairan Bahan Baku

Tungku pencairan alumunium untuk velg recing ada dua macam :

a) Tungku Peleburan

Tungku peleburan terbuat dari tanah liat yang di bakar yang sering disebut dengan

kuali. Kapasitasnya antara 40 Kg sampai dengan 50 Kg, pemanasan yang dilakukan

adalah pemanasan kompor dengan bahan bakar minyak tanah yang di tekan dengan

tekanan udara dari kompresor untuk menyemprotkan minyak menjadi kabut yang

nantinya mudah terbakar dan memiliki suhu pemanasan cukup tinggi yaitu sekitar 800˚C.

Di tungku ini, bahan baku alumunium alloy di cairkan dan mendapat beberapa perlakuan

antara lain :

5

Page 6: Proses Pembuatan Velg Recing

a. Pemanasan alumunium alloy diawali dengan penataan alumunium alloy di sekeliling

tungku peleburan. Setelah berubah warna menjadi Orange silver, maka alumunium

alloy di masukkan ke tungku.

b. Dilakukan penekanan dengan menggunakan stick untuk lebih memudahkan nyala api

memanas sehingga memudahkan proses pencairan.

c. Setelah mencair maka dilakukan pemberian serbuk Flux, yang berfungsi untuk

memisahkan antara kotoran dengan cairan alumunium yang terbentuk.

d. Kotoran yang terbentuk dipisahkan menggunakan saringan manual dengan cara

diangkat dari kuali sehingga didapatkan cairan alumunium yang cukup bersih.

e. Langkah terakhir adalah memindahkan cairan alumunium tersebut ke tungku

selanjutnya yaitu tungku untuk penuangan cairan.

b) Tungku Penuangan Cairan.

Tungku ini terbuat dari bahan besi baja atau juga besi cor. Kapasitasnya sekitar

2,5 kuintal. Cairan alumunium dari tungku peleburan di tuangkan ke tungku penuangan

ini untuk kemudian di tuangkan ke cetakan. Untuk memudahkan dan menberi sekat

antara cairan alumunium dan dinding tungku, maka diding di beri sejenis cairan kapur

yang kemudian sering di sebut denga koting. Dan proses pelapisan ini dinamakan

pengkotingan.Koting ini sangat besar perannya dalam pembersihan dan pemisahan cairan

sehingga sewaktu – waktu dilakukan pembersihan tungku, proses ini dapat di lakukan

dengan mudah. Dan pelaksanaan proses penggantian atau prembersian di lakukan ritin

makasimal 1 (satu) bulan sekali.

Bahan pemanas sama dengan tungku peleburan yaitu sistem pemanas terbuka dari

kompor gas dan minyak tanah sebagai bahan bakar minyak. Minyak tanah ini di beri

tekanan tinggi dengan kompresor untuk pengabutan minyak sehingga minyak mudah

terbakar dan diperoleh nyala dan suhu yang cukup tinggi.

Cairan alumunium di tungku ini mendapat perlakuan panas antar suhu 700˚C

sampai dengan 750˚C dari yang sebelumnya hanya mencapai titik lebur (600˚C-680˚C)

saja. Perlakuan cairan sebelum dituang ke dalam tungku, penuangan ini adalah

menaikkan suhu dari cairan dan fungsinya untuk menkondisikan agar kekentalan cairan

6

Page 7: Proses Pembuatan Velg Recing

yang diharapakn tercapai yang akhirnya cairan akan dapat memenuhi cetakan saat

penuangan dan menghasilkan coran yang baik.

Perlakuan yang diberikan pada proses ini selanjunya adalah pemberian flux untuk

menbersihkan kotoran yang masih ada pada pencairan awal dan memisahkan aluminium

yang tidak dapat mencair dengan suhu kompor yang ada. Sisa aluminium yang tidak

dapat dicairka ini kemudian diangkat dan disendirikan yang nantinya diambil untuk di

jual di perusahaan pencairan aluminium. Dan dilakukan pengadukan adonan untuk

meratakan suhu pada cairan.

c) Alat pengukur suhu peleburan

Termometer digital

Termometer digital pada gambar 3.8 digunakan untuk mengukur temperatur ruangan,

temperatur pemanasan cetakan dan temperature penuangan.

Gambar 2.2 Termometer digital

Gambar 2.3 Saat Peleburan

7

Page 8: Proses Pembuatan Velg Recing

2.4 Cetakan

Cetakan yang digunakan dalam pengecran menggunakan system cetakan tetap,

dikarenakan produksi terus menerus dan permintaan pasar yang semakin meningkat.

Faktor lain yang harus diperhatiakn adalah sipat dari cairan Aluminium silicon yang

memiliki sipat penyusutan rendah dan kejernihan yang baik sehingga cetakan tetap

menjadi pilihan yang sesuai dalam proses produksi.

Bahan cetakan dari besi tuang yang telah mendapat perlakuan panas sehingga

mengurangi unsure karbon. Hal tersebut menbuat cetakan menjadi lebih liat dan dapat

diproses permesinan.

Cetakan dan sistem saluran

Meski saat ini sudah banyak home industri yang membuat velg racing untuk

berbagai jenis kendaraan bermotor, tetapi tetap saja model baru bisa dijadikan suatu

pilihan. Untuk itulah dirancang pembuatan velg racing dengan proses pengecoran

menggunakan pasir cetak. Perancangan pembuatan cetakan untuk velg racing ini

menggunakan perhitungan sistem saluran. Perancangan proses pengecoran velg racing ini

menggunakan bahan baku untuk coran adalah paduan aluminium standart Alcan dengan

nomor bahan B135, bahan baku untuk pola adalah kayu mahoni, bahan baku untuk

cetakan adalah pasir kering dengan bahan pengikat semen serta rangka cetakan dari kayu

papan.

Setelah diketahui nilai volume dari coran sebesar 1.527,47 cm3 akhirnya

diketahui pula berat coran sebesar 4,1 kg, waktu penuangan 12 detik, volume tuang

145.522,39 mm3/det. Untuk saluran turun tingginya 274,3 mm, diameternya 15 mm, luas

irisannya 176,6 mm2, choke area 62,76 mm2. Untuk saluran masuk luas irisannya 353,25

mm2, panjangnya 188 mm. Untuk cawan tuang kedalamannya 67,5 mm, panjangnya 150

mm, lebarnya 60 mm. Untuk saluran penambah diameternya 119,2 mm, tingginya 238,5

mm. Untuk lubang angin diameternya 5mm, tingginya 238,5 mm, jumlahnya 2 buah.

Ukuran rangka cetakan 930 x 740 x 384 (mm). Proses finishingnya yaitu dengan proses

pembersihan, proses pemesinan dengan pembubutan dan penggerindaan, proses

penghalusan permukaan dan yang terakhir proses pengecatan.

8

Page 9: Proses Pembuatan Velg Recing

Gambar 2.4 Proses Pembuatan cetakan

Gambar 2.5 Cetakan Pasir

2.5 Proses Penuangan

Sebelum cairan aluminum dituang kecetakan, cetakan harus benar-benar dalam

kondisi siap. Tahap-tahap penyiapan cetakan adalah sebagai berikut :

1. Pembersiah cetakan dari debu kotoran.

Debu dan kotoran yang ada pada cetakan akan menimbulkan kerusakan pada hasil

cetakan / coran. Kotoran sisa pengecoran sebelumnya baik sedikit maupun banyaknya

debu akan menghalangi proses cairan untuk masuk dan menempati bentuk cetakan.

Sehinggga untuk mendapat hasil coran yang baik maka debu dan kotoran yang menempel

pada cetakan disemprot dengan udara bertekanan dengan menggunakan kompresor

sebelum dilakukan penuangan.

9

Page 10: Proses Pembuatan Velg Recing

2. Pemberian koting ke semua perukaan cetakan.

Setelah permukaan cetakan dibersihkan, langkah berikunya adalah pemberian

caiaran koting ke semua permukaan cetakan yang nantinya akan bersinggungan dengan

cairan aluminium. Fungsi darim koting ini adalah untuk menberikan sekat antara cairan

dengan catakan sehingga ketika hasil cor dilepas dari catakan dapat dilakukan dengan

mudah. Selain itu pemberian koting juga berpengaruh terhadap hasil cor terutama

terhadap permukaan hasil cor. Dengan pemberian koting yang merata dan cukup

ketebalannya akan menbuat permukaan hasil pengecoran halus dan cacat coran dapat

sedikit dikurangi. Bila pemberian koting berlebihan dan tidak merata maka akan

menimbulkan cacat “lubang jarum” dan permukaan hasil pengecoran menjadi kasar. Hal

ini dikarenakan lubang pembuangan gas bias tersumbat dengan koting yang terlalu tebal

tersebut.

Pemberian koting adapat puka dilakukan ketika terjadi perombakan jenis cetakan

velg yang di peasan atau diproduksi. Sehingga pengkotingan dilakukan setelah

pembersiahna permukaan cetakan dari koting awal.Pemberian koting dalam proses ini

didahului dengan pemanasan cetakan sampai 80˚C - 100˚C baru kemudian permukaan

cetakan disemprot dengan koting.

3. Pemanasan catakan sebelum penuangan

Setelah pengkotingan awal, cetakan dipanaskan dengan menggunakan nyala api

dari brender dengan bahan bakar elpiji. Pemanasan ini dilakukan kurang lebih satu jam

untuk mengkondisikan agar suhu cetakan sesuai dengan suhu cairan alumunium yang

akan dituang.

Cetakan velg recing terpasang dalam mesin cetak, dan ada duajenis pemegang

mesin cetakan. Mesin pertama menggunakan sistrem hidrolik secara keseluruahn dan

mesin kedua menggunakan system mekanis dan hidrolis.

Cetakan untuk velg dengan kualifikasi disk atau rem cakram sering dilakukan pada mesin

cor mekanis dan hidrolis namun untuk pengecoran velg dengan kualifikasi velg tromol

menggunakan mesuin cor hidrolis secara keseluruhan (semi otomatis).

10

Page 11: Proses Pembuatan Velg Recing

4. Proses Penuangan Cairan Alumunium

Setelah cairan sudah siap dengan rentang temperature 700˚C - 750˚C maka proses

penuangan cairan alumunium siap untuk dilakukan. Langkah Pelaksanaan penuangan

cairan alumunium ke cetakan adalah :

1. Cetakan yang terdiri dari empat bagian yang ditangkupkan, dengan pusat

penangkupan adalah cetakan bagian bawah, kemudian dua cetakan samping juga

ditangkupkan maka terbentuklah kup. Untuk yang terakhir adalah penangkapan

cetakan bagian atas selaku drag. Dari cetakan yang telah ditangkupkan terdapat 3

lubang pemasukan yang memiliki fungsi untuk memasukkan cairan alumunium

kedalam cetakan. Sebagai pemasukan utama berada di samping-samping cetakan dan

sebagai pemasukan akhir berada di drag cetakan atas sekaligus sebagai pusat utama

poros dari velg.

2. Kemudian cairan dari tungku penuangan cairan yaitu tungku untuk menaikkan suhu

cairan dari 660˚C menjadi kira-kira 700˚C sampai 750˚C diembil dengan

menggunakan canting manual. Dan dilakukan penuangan cairan kedalam cetakan.

Urutan penuangan cairan, didahului dari luabnga pemasukan samping, setelah

beberapa detik kemudian dilakukan penuangan dari lubang tengah. Dalam proses

penuangan secra manual diperlukan keterampilan dan pengalaman yang cukup karena

sering sekali terjadi cacat pada hasil cor dikarenakan kurangnya ke sesuaian

pertemuan carian didalam cetakan dank arena kurang sinerginya proses penuangan

ini. Proses ini memakan waktu sekitar 9 menit.

3. Selanjunya cairan yang barada dicetakan ditahan sekitar 15 detik, kemudian dibuka

hanya menberikan rongga udara pada coran. Coran yang masih didalam cetakan

didinginkan selama sekitar 3,5 menit sampai 4 menit yang memiliki fungsi untuk

menberi kesempatan penyusutan dari velg yang awalnya memiliki suhu cair untuk

kemudian menjadi padat. Selain itu untuk mendiamkan selama 3,5 menit sampai 4

menitberfungsi untuk menguatkan jalinan Kristal-kristal alumunium agar sewaktu

dilepas dari cetakan agar tidak mengalami difleksi.

11

Page 12: Proses Pembuatan Velg Recing

4. Setelah rentang waktu 3,5 sampai 4 menit maka coran velg alumunium diangkat dari

cetakan dengan menggunkan system mekanik dan hidrolik. Kemudian pemanasan

dengan menggunakan brender pada cpran diberiakan sedikit 30 detik untuk

menpermudah memisahkan hasil coran dengan cetakan atas.

5. Langkah berikunya yaitu menbawa hasil coran ke bagian control pada unit

pengecoran. Pada bagian control ini hasil pengecoran diperiksa, dengan kulaifikasi

cacat cor yang sering terjadi yaitu kesentrisan velg tidak sempurna, permukaan velg

kasar, dan difleksi. Dan kondisi hasil coran ini di infokan kepada pekerja pada mesin

dengan adanya papan info yang memaparkan hasil dari pengecoran yang baru

dilakukan berupa hasil pengecoran baik ataupun hasil pengecoran mengalami cacat

cor.

6. Setelah hasil cor sesuai dengan batas mnimal kualitas pengecoran maka hasil coran

ditata di bagian sendiri untuk menurunkan suhunya karena velg yang baru di lepas

dari cetakan tersebut masih memiliki temperaur yang cukup tinggi yaitu sekitar

200˚C-400˚C. Untuk pengecoran awal, hasil coran setelah diperiksa kondisi fisiknya

dibagian control pengecoran segera akan dicek peda bagian permesinan untuk

mengetahui kesentrisan dari velg. Setelah diketahui velg layak kerja pemesinan maka

pengecoran dilanjutkan, namun jika kondisi velg hasil cor mengalami oleng atau tidak

simetris dan kurang baaik untuk dilakukan pemesinan, maka bagian unit pengecoran

hrus mengvaluasi pada cetakan atau pada system pemanasan yang dilakukan

sebelumnya, sebelum melanjutkan proses pengecoran.

7. Untuk kondisi hasil pengecoran yang telah sesuai maka akan segera dikirim ke unit

potong dan gerinda untuk pemotongan sisa bagian pemasukan. Lubang pemasukan

akan meninggalkan batang Alumunium pada kondisi velg Yang utuh, maka sisa

pemasukan ini harus dipotong dan digerinda sebelum dikirim ke unit pemesinan.

Alur Pengcoran velg Sepeda motor

Bahan baku alumunium alloy

Tungku peleburan bahan baku

Tungku penuangan cairan

12

Page 13: Proses Pembuatan Velg Recing

Penuangan cairan ke cetakan

Pelepasan hasil cetakan dari cetakan

Pemeriksaan dari cetakan

Unit gerinda dan potong

Bagai permesinan

Gambar 2.7 Alur Pengecoran

2.6 Machining

Proses machining merupakan pekerjaan lanjutan dari proses pembuatan velg

recing setelah proses casting. Gambaran umum proses permesinan antara lain

pemotongan sisa antisipasi penyusutan coran, penyentrisan velg, pembubutan bentuk

bulat dengan diameter 426 mm, pembubutan sudut 15˚, pembubutan profil velg ban,

pembubutan disk dan tromol, pembubutan sudut 3˚ dan pengeboran dob. Tahap

machining memanfaatkan dua jenis mesin yaitu CNC bubut dan CNC borring.

a) CNC Bubut

Pemotongan dan penggerindaan

Pemotongan dalam proses permesinan dilakukan pada unit potong dan

gerinda. Pemotongan dalam hal ini merupakan pemotongan sisa lubang

pemasukan dan penggerindaan terhadap hasil rembesan cairan sewaktu dicetak.

Pemotongan ini menggunakan mesin gergaji putar dengan gigi gergaji dari cutter

13

Page 14: Proses Pembuatan Velg Recing

HSS. Karena dari pemotongan ini masih terdapat permukaan – permukaan yang

taqjam maka penggerindaan permukaan tadi diperlukan sebelum velg ini

dimesinkan. Setelah pemotongan sisa luabang tuang, langkah berikutnya adalah

pemotongan dengan alokasi penyusutan dan luabang tuang pada poros senter

velg. Pemotongan berikunya adalah pemotongan terhadap diameter velg menjadi

diameter 462 mm, hasil pemotongan ini masih diberikan toleransi karena

pengerjaan permesinan lain masih perlu dikerjakan.

Pembubutan Velg

Proses machining banyak didominasi oleh poros bubut. Proses pembubutan yang

dilakukan yaitu :

1. Pembubutan 15˚

Pada profil velg terdapat bagian sudut 15˚, profil ini mendapat perlakuan awal

yaitu pembubutan karena nantinya akan dijadikan dasar pembubutan untuk

kesimetrisan bagian lainnya.

2. Pembubutan profil diameter tengah poros.

Setelah pembubutan profil 15˚, pemesinan berikutnya b erfungsi untuk menbentuk

poros tenga velg. Proses pembubutan ini tetap menggunkan basic sentrisasi dari

permukaan bersudut ban.

3. Pembubutan profil ban

Tahapan pembubutan berikutnya adalah pembub utan profil ban. Bagian ini

mengalami perlakuan finishing dengan pahat tenga setelah proses pembubutan

selesai.

4. Pengerjaan lubang leher atau rumah leher.

Proses ini merupakan proses yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi, karena

kebutuhan ketelitian tinggi dan menggunakan toleransi internasional karena untuk

leher itu sendiri telah memiliki standar internasional baik ukuran maupun

kekerasan permukaannya.

5. Pembubutan tromol dan tempat cakram.

Velg terbagi ats dua komponen tambahan terutama dalam aksesories kendali atau

ren yaitu memakai disk atau rem cakram dan tromol. Untuk velg yang

14

Page 15: Proses Pembuatan Velg Recing

menggunkan cakram sebagai pelengkap maka poros tengah akan dibubut dengan

mal yang telah ada terutama sesuai denga jenis velg motor yang diproduksi.

Tentang proses pembubutaqn tromol, lubang tromol yang ada hanya tinggal di

bubut hinggga diameter sesuai ukuran yang beredar di pasaran. Proses

pembubutan tromol dan cakram dilakukan dengan system termal.

6. Pembubutan profil 3˚.

Bentuk profil yang terakhir dibubut adalah pembubutan bersudut 3˚. Dan

merupakan tahap akhir proses pembubutan.

b) CNC Boring

1. Pengefresan Velg

Pekerjaan pemesinan dalam proses pembubutan velg sebagian besar dilakukan

pada mesin bubut, namun dalam proses tertentu missal unutk menbersihkan sisa

bagian lubang pembuangan, pembuatan lubang baut pada cakram maka digunakan

mesin freis unutk kesempurnaan hasil, kemudahan dan ketelitian yang

diharapkan.

2. Pengeboran

Pengeboran dalam proses machining diutamakan untuk menbantu proses yang

sederhana seperti pengeboran cop. Proses akhir machining sebelum masuk pada

unit finishing adalah pembuatan ulir pada lubang penempat baut cakram.

Gambar 2.8 Proses Pembubutan

15

Page 16: Proses Pembuatan Velg Recing

2.7 Finishing

Sesuai dengan fungsinya, finishing adalah pekerjaan penyelesaian dari suatu

produk. Proses finishing dilakukan untuk meningkatkan nilai, kulaitas

performance dari produk yang di produksi oleh perusahaan dalam hal ini adalah

velg raching.

Setelah Velek mendapat perlakuan permesinan, maka velg akan mendapat

perlakuan finishing di unit finishing, antara lain pekerjaan mengikir di kerja

bangku, pemilihan untuk menentukan apakah produk akan di cat oven di chrom

polish.

a) Kerja Bangku

Pekerjaan yang dilakukan pada kerja bangku adalah mengikir bagian-bagian

sambungan dari alur cetakan yang tidak adapat dikerjakan pada proses pemesinan.

Bagian – abgian sambungan dan tepi dari cetakan akan meninggalkan garis

menonjol yang tidak dapat dijangkau oleh proses pemesinan. Selain itu pada kerja

bangku akan dilakukan penghalusan permukaan yang kasar dari hasil coran yang

telah dikerjakan pada pemesinan, pembulatan permukaan dan penyempurnaan bentuk

yang mengalami cacat coran.

Setelah pengerjaan kerja bangku maka velg setengah jadi tersebut akan dipilah

menjadi dua dengan ketentuan, untuk hasil coran velg yang baik dan tidak mengalami

cacat cor yang cukuop parah akan di bawa ke unit chrom polish, sedangkan untuk

velg yang mengalami cacat cor yang pada unit kerja bangku tidak dapat diperbaiki

maka akan dibawa ke unit cat oven dengan mendapatkan perlakuan finishing terlebih

dahulu.

b) Pengecatan

Untuk pegecatan terbagi atas dua jenis yaitu chrom polish dan cat oven.

Chrom Polish

Velg yang sudah dipilih dan memenuhi standar untuk chrom polish akan mengalami

beberapa pengerjaan pada unit ini, diantaranya :

Pengampelasan.

Pengamplasan terdiri atas 3 proses :

16

Page 17: Proses Pembuatan Velg Recing

Pengamplasan kasar dengan menggunakan ampelas dengan tingkat kekerasan 150.

Pengamplasan halus dengan menggunakan ampelas dengan tingkat kekerasan 180.

Pengampelasan berikutnya adalah dengan menggunkan oker dengan bahan perekat

lem jenis Anchor Chrystal. Pengampelasan ini merupakan pengampelasan terakhir.

Polish

Proses yang dilakukan setelah pengampelasan adalah proses polish. Peralatan

yang digunakan adalah poros putara yang digerakkan dengan motor listrik. Dan pada

poros ini di pasangkan roda pemoles. Pekerjaan polis dilakukan manual dengan cara

mengikis permukaan velg dengan roda pemoles yang terpasang pada poros yang

digerakkan motor listrik dengan putaran 1390 rpm.

Untuk pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg yang telah

selesai. Velg yang telah selesai dimasukkan ke dalam gudang unit finishing sebelum

di packing dan siap untuk didistribusikan.

A. Cat Oven

Untuk velg yang mengalami cacat cor namun masih dalam standar kualitas dan

setelah penegrjaan pemesinan masih Nampak, maka akan mengalami penanganan

finishing dengan cat oven dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penambahan bagian yang kurang, seperti jari yang tidak sempurna dengan dempul,

kemudian velg yang sudah ditambah ini disemprot dengan cat dasar dempul untuk

kemudian dimasukkan dalam tungku ocen sampai kering denga lama pemanasan

sekitar 20 sampai 30 menit. Setelah kering maka velg dihaluskan dengan amplas dan

pekerjaan ini dikerjakan secara manual.

2. Langkah pekerjaan selanjutnya adalah mengecat dasar velg yang sudah di amplas

dengan cat dasar warna hijau atau putih, dan mengenai pemilihan warna yang

digunakan tergantung pada warna cat selanjunya, sehingga tidak harus dengan warna

tersebut.

3. Setelah pengecatan dasar maka langkah berikutnya adalah pengecatan denag warna

yang sesuai permintaan dan tren pasar. Pengecatan ini menggunkan penyemprotan

dengan tekanan dari kompresor. Pengectan ini dilanjutkan dengan penyemprotan

cleaner yang berfunsi untukanti gores dan pengkilap dari warna cat.

17

Page 18: Proses Pembuatan Velg Recing

4. Setelah penyemprotan cleaner, veleg dimasukkan ke dalam Oven dan di panaskan

dengan suhu sekitar 40˚C sampai 60˚C, dan dilakukan selama kurang lebih 30 menit.

Pengovenan ini berfungsi untuk lebih merekatkan cat dengan alumunium dan untuk

menyatukan ikatan butir – butir cat.

5. Untuk Pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg yang telah di

cat. Velg yang telah selesai di masukkan ke dalam gudang unit finishing sebelum di

packing dan siap untuk didistribusikan.

18

Page 19: Proses Pembuatan Velg Recing

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembuatan makalah proses pengecoran alumunium tentang pembuatan velg

sepeda motor yang telah dilakukan maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari beberapa pengujian yang memiliki sifat mekanik paling optimal pada komposisi

25% PB + 75 ADC 12 + suhu Penuangan 700C + insert alumunium cor

2. Insert yang memiliki sifat mekanik paling baik pada alumunium cor karena memiliki

titik lebur mendekati temperatur pemanasan awal

3. Temperatur penuangan semakin rendah, kekerasan semakin meningkat, ikatan

interface

semakin rapat.

4. Nilai kekerasan daur ulang velg paling tinggi yaitu 113.2 HVN jika dibandingkan

dengan kekerasan material velg original Daihatsu 139 HVN masih dibawahnya. Dan

dari uji komposisi terdapat perbedaan komposisi unsure Si 8,7 wt % (velg daur ulang)

dan Si 10,7 wt % (velg Daihatsu). Karena sifat mekanik daur ulang velg masih

dibawah standar maka perlu dilakukan perlakuan panas (Heat treatment).

3.2 Saran

Pengecoran velg pada makalah ini menggunakan metode pengecoran gravitasi,

sehingga masih banyak diperlukan data-data lanjutan untuk mendalami proses

pengecoran sentrifugal, cetak tekan, die casting yang dapat meningkatkan sifat

mekaniknya.

Pada penelitian ini hanya terbatas tiga parameter yaitu komposisi paduan, insert alur

ring dan suhu penuangan, sehingga sifat mekanik masih kurang maksimal.

Material velg bekas banyak impuriti karena kurangnya kebersihan menyebabkan sifat

mekaniknya menurun. Maka penelitian lanjutan pada material velg bekas yang sama

perlu dilakukan pembersihan yang baik.

19

Page 20: Proses Pembuatan Velg Recing

DAFTAR PUSTAKA

AFS Sand And Core Testing Handbook., 2004.

ASM International. All Rights Reserved Aluminum-Silicon Casting Alloys: Atlas

Microfractographs, 2004

ASM Handbook,Volume 1., 2005 Properties and Selection.

ASM Metal Handbook Vol.8 ., 1998

ASM Handbook, Vol. 15., 1998

ASTM Handbook E18 ., 2002.

ASTM Handbook E92., 2004.

Budinski., 2001,” Engineering Materials Properties and Selection,” PHI New Delhi,

pp. 517–536.

Begüm Akkayan, DDS, PhD, Burcu Sahin, DDS, and Hubert Gaucher, DDS, MScD.,

2008, The Effect of Different Surface Treatments on the Bond Strength of Two

Esthetic Post Systems,

B. H. Amstead, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta,

1987.

Bambang Suharno., 2007., Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Reaksi Antarmuka

Paduan

Aluminium 7%-Si dan Aluminium 11%Si Dengan Baja cetakan SKD 61. 85-91.

20