60
PROSEDUR TETAP PELAYANAN MEDIS STAF MEDIS FUNGSIONAL RSU IMANUEL SUMBA TAHUN 2015 RSU IMANUEL SUMBA JLN. NANGKA NO. 4, MATAWAI WAINGAPU – SUMBA TIMUR NTT

Prosedur Tetap Pelayanan Medis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akreditasi

Citation preview

PROSEDUR TETAP PELAYANAN MEDISSTAF MEDIS FUNGSIONAL RSU IMANUEL SUMBATAHUN 2015

RSU IMANUEL SUMBAJLN. NANGKA NO. 4, MATAWAI

WAINGAPU SUMBA TIMURNTT

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan EKG

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/001No. RevisiKe 2Halaman 1 / 3

Tanggal terbit14 November 2006Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPemeriksaan untuk menilai aktivitas listrik jantung dengan menggunakan peralatan elektrokardiogram.

Tujuan

Mengkaji adanya : Hipertrofi/abnormaliitas atrium dan/atau ventrikel. Gangguan pembentukan dan hantaran impuls listrik pada atrium dan ventrikel. Iskemia, Infark miokard akut atau infark lama. Perikarditis, miokarditis. Efek obat-obatan : digitalis,anti aritmia. Gangguan keseimbangan elektrolit : Kalium Kalsium Magnesium Penyakit Sistemik : hipotiroidisme/hipertiroidisme, SLE dll.

KebijakanSemua pemeriksaan EKG harus segera diinterpretasi oleh dokter

Prosedur1. Perawat mencuci tangan.2. Memasang sampiran.3. Membuka dan melonggarkan pakaian bagian atas.4. Membersihkan kotoran dan lemak pada lokasi pemasangan elektrode dengan menggunakan alcohol.5. Kalau perlu mencukur bulu bulu.6. Elektroda diberi Jelly.7. Memasang elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai : Warna merah pada tangan kanan Warna hijau pada kaki kiri Warna hitam pada kaki kanan Warna kuning pada lengan kiri

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan EKG

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/001No. RevisiKe 2Halaman 2 / 3

Tanggal terbit14 November 2006

Prosedur8. Memasang elektroda pada dada : V : Pada Interkostal IV pada garis sternum kanan V : Pada Interkostal IV pada garis sternum kiri V : Antara V dan V V : Pada Interkostal V pada linea mid clavicula V : Pada Interkostal V pada linea aksilaris anterior V : Pada Interkostal V pada linea mid aksilarisBila dicurigai Infark posterior : V : Garis aksilaris posterior V : Garis skapularis posterior V : Batas kiri kolumna vetebralisBila dicurigai infark ventrikel kanan V3R-V4R : Dada sisi kanan dengan tempat yang sama seperti sadapan V 3 V4 kiri.9. Pada bayi dan anak anak, elektroda disesuaikan besar dan ukurannya.10. Menghidupkan alat (power on).11. Kalibrasi alat.12. Tekan tombol automatic, rekaman akan keluar secara otomatis. 13. Merapikan pasien dan membereskan alat.14. Menempelkan EKG pada lembaran EKG, mencantumkan : Nama Pasien Tanggal pemeriksaan Jam pemeriksaan 15. EKG diberikan kepada dokter untuk diinterpretasikan.

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan EKG

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/001No. RevisiKe 2Halaman 3 / 3

Tanggal terbit14 November 2006

Unit terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit Pembuat SMF Spesialis Penyakit Dalam

RSU IMANUEL SUMBATreadmill Test.

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/002No. RevisiKe 2Halaman 1 / 4

Tanggal terbit14 November 2006Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

Pengertian Penilaian terhadap adanya iskemik miokard, pengukuran kapasitas funfsional dan sebagai penilaian stratifikasi risiko pasca IMA.

TujuanUntuk menegakkan diagnosis dan evaluasi pengobatan.

Kebijakan Indikasi Tes Treadmil Untuk diagnosis Penyakit Jantung Koroner Penilaian risiko dan prognosis pada pasien dengan gejala atau riwayat menyakiti jantung (PJK) sebelumnya. Pada Pasien Infark miocard akut (IMA) untuk menilai prognosis, terapi aktivitas, evaluasi tindak medis dan Rehabilitasi jantung Evaluasi pasien dengan gejala berulang yang dicurigain iskemik pasca revaskularisasi

Indikasi Penghentian tesAbsolut : Tekanan darah sistolik turun (menetap di bawah baseline) walaupun peningkatan beban latihan . Nyeri dada angina baru atau meningkat. Gejala susunan syaraf pusat (SSP) (pusing, hamper sincop, ataksia) Tanda perfusi perifer menurun ( sianosis atau pucat ) Aritmia serius (ventrikuler, derajat tinggi, multiform, triplet dan VT/SVT) Kesulitan teknis dalam pemantauan EKG atau tekanan darah sistolik. Pasien minta berhenti

RSU IMANUEL SUMBATreadmill Test

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/002No. RevisiKe 2Halaman 2 / 4

Tanggal terbit14 November 2006

Relatif : Perubahan ST atau QRS seperti perubahan segmen ST 3 4 mm, depresi jungsional, atau perubahan aksis QRS. Peningkatan rasa tidak enak di dada Lelah, sesak nafas, wheezing. Target HR 100% sudah tercapai.

Kontra Indikasi Tes Treadmill Absolut : Infark Miokard akut (dalam 2 hari) Angina Pektoris tak stabil yang belum stabil dengan terapi medis. Aritmia yang tidak terkendali yang menyebabkan gejala atau gangguan hemodinamik. Stenosis aorta berat simtomatik Gagal jantung sistemik yang belum terkendali. Emboli paru akut atau Infark Paru. Miokarditis atau perikarditis akut Diseksi aorta akut.

Relatif : Stenosis arteri koroner Left main. Penyakit jantung katup stenotik moderat Gangguan Elektrolit Hiperetensi Berat Bradiaritmia atau Takiaritmia Kardiomiopati hipertropik dan bentuk obstruksi out flow tract Penurunan fisik dan mental yang menyebabkan ketidakmampuan melakukan latihan listrik secara adekuat. Blok AV derajat tinggi.

RSU IMANUEL SUMBATreadmill Test.

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/002No. RevisiKe 2Halaman 3 / 4

Tanggal terbit14 November 2006

Treadmill test harus di lakukan oleh perawat yang mempunyai keahlian khusus dan didampingi oleh seorang dokter.

ProsedurPersiapan Treadmill Test Pasien diberitahu untuk tidak makan atau merokok sekurang kurangnya 2 jam sebelum test. Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan kontraindikasi test. Menanyakan obat obatan yang harus diminum. EKG 12 sadapan pada pasien terlentang dan berdiri sebelum test dilakukan.

1. Beri penjelasan kepada pasien tentang tata cara dan gunanya dilakukan Treadmill Test.2. Buat EKG lengkap dan pemeriksaan TD3. Bila EKG dan TD memenuhi persyaratan, dilakukan Treadmill Test seperti :Pasang electrode monitoring sebanyak 12 lead pada daerah dada dengan posisi yang sudah ditentukan.4. Dalam posisi berdiri, ukur TD sambil meminta pasien untuk hiperventilasi selama 1 menit dan ukur TD serta rekam EKG. Selama hiperventilasi, rekam gambaran EKG.5. Test dimulai dengan Grade dan Speed sesuai dengan metode Bruce atau Naugton.

RSU IMANUEL SUMBATreadmill Test

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/002No. RevisiKe 2Halaman 4 / 4

Tanggal terbit14 November 2006

6. Selama test, rekam gambaran ECG setiap 3 menit dan TD setia 2 menit (setiap 1 menit bila hypertensi).7. Test dihentikan bila : Pasien lelah Target HR 100% sudah tercapai Minimal target 85% HR tercapai Tekanan darah, sistolik diatas 200 mmHg Diastolik > 100 mmHg ST level gambaran depresi lebih 2 3 mm Adanya keluhan sakit dada, sesak nafas, pusing Aritmia Maligna

8. Turunkan Speed dan Grade secara perlahan lahan.9. Pendinginan selama 5 8 menit dan rekam gambaran EKG setiap menit dan TD setiap 2 menit.10. Test selesai dikukan.

Unit Terkait Straf Medis Fungsional Keperawatan

Unit Pembuat SMF Spesialis Penyakit Dalam

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan Spirometri

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/003No. RevisiKe 1Halaman 1 / 1

Tanggal terbit14 November 2006Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPemeriksaan untuk menilai faal paru.

Tujuan

Menegakan diagnosis dan evaluasi pengobatan.

KebijakanPemeriksaan Spirometri harus dilakukan oleh perawat yang mempunyai keahlian khusus.

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Spirometer Mouth piece Alat timbang badan Pengukur tinggi badan

1. Pasien ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badan.2. Berdiri di depan spirometri dan melakukan peniupan kearah alat melalui Mouth piece secara cepat dan kuat tenaga.3. Hasil akan terbaca pada monitor alat spirometri. Hasil terbaik yang diambil.4. Selanjutnya hasil diberikan kepada dokter spesialis Paru atau dokter pengirim untuk dibaca.

Unit Terkait Straf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Penyakit Dalam

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan Audiometri

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/004No. RevisiKe 1Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2006Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

Pengertian Pemeriksaan untuk menilai pendengaran secara keseluruhan baik konduksi maupu syaraf.

TujuanMenegakkan diagnosis tingkat dan letak masalah gangguan pendengaran dan evaluasi untuk pengobatan.

Kebijakan Pemeriksaan Audiometri harus dilakukan di ruangan yang kedap suara dan dilakukan oleh perawat yang mempunyai keahlian khusus. Interpretasi oleh Dokter.

Prosedur 1. Pemeriksaan Air Conduction (AC)Berikan bel / switch response ke pasien / perintahkan pasien menekan bel bila mendengar bunyi.Pasang Head phone ke telinga pasien.Pemeriksaan dimulai dari frekwensi 1 KC cari ambang dengarnya, yaitu intensitas bunyi terendah yang masih bias didengar pasien.Misalnya dari intensitas 50 dB diturunkan 5 dB secara bertahap sampai ditemukan ambang dengar.Dicari ambang dengar pada frekwensi lainnya yi 500 Hz dilanjutkan 250 Hz, 2 KC, 4 KC, 8 KC.Dilanjutkan dengan pemeriksaan AC pada telinga sisi yang lain.Test pendengaran ini dimulai dari telinga yang sehat, atau yang mendengarnya lebih baik.

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan Audiometri

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/004No. RevisiKe 1Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2006

2. Pemeriksaan Bone Conduction (BC)Pasang bone conductor pada tulang dibelakang daun telinga.Alat audiometer di set untuk pemeriksaan Bone Conduction, selanjutnya dicari ambang dengar dengan cara seperti disebut diatas.Dilanjutkan dengan pemeriksaan Bone Conduction pada telinga sisi lain.Tes pendengaran ini dimulai dari telinga yang sehat, atau yang mendengarnya lebih baik.

Unit terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis THT

RSU IMANUEL SUMBAProktoskopi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/005No. RevisiKe 1Halaman 1 / 1

Tanggal terbit14 November 2006Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

Pengertian

Suatu prosedur pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui kelainan di daerah proktum (daerah sampai 5 cm diatas anus) memakai alat proktoskop.

TujuanMemastikan dan memeriksa kelainan proktum.

Kebijakan Hanya boleh dilakukan pada pasien yang kooperatif.

ProsedurPersiapan yang harus dilakukan oleh perawat : Jika pada rectal toucher anus kosong dapat segera dilakukan proktoscopi. Jika masih ada kotoran dilakukan lavement rendah dengan yallosung atau gliserin.

1. Posisi pasien bias tidur miring atau nungging.2. Setelah proktoskop diolesi dengan silocain jelly atau penggantinya lalu dimasukan kedalam anus.3. Besi atau gagang penutup lubang proktoskop dicabut4. Disorot dengan cahaya lampu proktoskop ditarik pelan pelan ke luar sambil memperhatikan dinding proctum/anus.5. Setelah selesai proktoskop langsung ditarik ke luar, lalu daerah anus dibersihkan dengan kasa steril.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBAPemasangan kateter Vena Sentral / kateter Nutrisi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/006No. RevisiKe 2Halaman 1 / 4

Tanggal terbit14 November 2006Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianKateter intravena yang dimasukan percutan ke vena subklavia /jugularis/basilica/femoralis sampai ke vena kava superior/inferior.

Tujuan

Untuk mengukur tekanan vena sentral.Untuk fasilitasi nutrisi dan terapi parenteral.

KebijakanDilakukan oleh dokterTidak boleh dilakukan bila ada (untuk vena Subklavia, jugularis interna) Gangguan hemostasis yang beresiko perdarahan massif apabila dilakukan tindakan (misalnya koagulasi intravascular diseminata (KID) berat, defisiensi factor pembekuan tingkat sedang berat). Trombositopenia, kadar trombosit di bawah 50.000/ mm (absolut), antara 50.000 100.000 / mm (relatif). Kelainan lokal di sekitar vena subklavia : massa tumor, pasca radiotherapi. Pada keadaan ini acapkali terjadi penekanan terhadap vena subklavia ataupun pengerutan / pengerasan jaringan sehingga mempersempit vena subklavia. Kelainan (tidak utuhnya) permukaan kulit di tempat insersi kateter (misalnya pada luka bakar/ infeksi local, Sindrom Steven Johnson).

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Kateter vena sentral yang sesuai permintaan dokter. Benang jahit, misalnya prolene no. 2.0 /mersilk 3.0 Lidokain 2 % 2 ml Ampul Heparin Beberapa alat suntik : spuit 5 ml 1 buah, spuit 10 ml 2 buah. Pingset Sirurgis, 2 buah kom kecil dan 1 buah bengkok (kidney basin). Klem anatomis kecil (dengan ujung yang bengkok).

RSU IMANUEL SUMBAPemasangan kateter Vena Sentral / kateter Nutrisi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/006No. RevisiKe 2Halaman 2 / 4

Tanggal terbit14 November 2006

Prosedur Mata pisau bedah. Kain steril (duk), ukuran minimal 60 sm x 60 sm, berlubang memanjang di bagian tengah. Siapkan cairan infus NaCl 0,9 %, ifus set threeway 2 buah dan rubber stopper 2 buah, extension tube 1 buah. Jas kerja untuk dokter.

Jenis jenis kateter vena sentral untuk vena subklavia. Pada umumnya berukuran panjang 30 35 sm Untuk yang di pasang dengan guide wire berukuran panjang 20 sm. Kateter Nutricath no. 16 atau 14.

Pemilihan lokasi vena subklavia Diutamakan sebelah kanan, kerena kemungkinan penyulit lebih kecil dari pada kiri. Apabila ada kelainan paru yang sedang sampai berat (infeksi, efusi pleura, tumor dan lain lain) pada satu sisi atau bila pasca bedah MRM/axilary dissection, dipilih vena subklavia sisi konta lateral.1. a. Posisi pasien terlentang, dengan letak kepala datar tanpa bantal dan menoleh berlawanan dengan lokasi pemasangan kateter. b. Untuk vena subklavia dan vena jugularis, posisi pasien trandelenberg dan untuk vena femoralis posisi anti trandelenberg.

RSU IMANUEL SUMBAPemasangan kateter Vena Sentral / kateter Nutrisi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/006No. RevisiKe 2Halaman 3 / 4

Tanggal terbit14 November 2006

2. Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada sekitar daerah klavikula.3. Siapkan NaCl 0,9 % sekitar 100-200 ml.4. Isi alat suntik 10 ml (sekitar 2 buah) dengan larutan NaCl 0,9 %, hingga terisi setengahnya, agar masih ada ruang untuk melakukan aspirasi.5. Salah satu pendekatan adalah sebagai berikut : pada kulit kira kira 1 sm di sebelah bawah pertengahan klavicula yang dipilih, dilakukan penyuntikan lidocain 2% berturut turut secara subkutan, masuk mengenai tulang klavicula, kemudian menyusur tepi bawah tulang klavikula sampai jarum suntik masuk habis kedalam kulit. Ingat tiap kali menyunti lidocain diaspirasi dulu tidak keluar darah.Pada waktu jarum menyusur tepi bawah klavikula tersebut, alat suntik didorong pada posisi mendatar dengan mengarah ke tepi proksimal dari ujung medial klavikula, sambil melakukan aspirasi, sehingga apabila ujung jarum masuk kedalam vena, akan diketahui dengan adanya darah vena yang teraspirasi ke dalam atat suntik.6. Pasang kanula plastic dengan jarum didalamnya (merupakan bagian set KVS (kateter Vena Sentral) pada alat suntik yang berisi NaCl 0,9 %.7. Masukan ujung jarum tersebut (ad 6 dengan cara dan arah yang sama dengan ad 5 sampai menyentuh tulang klavikula, kemudian mulai menyusur tepi bawah klavikula dengan arah seperti ad 5 sambil dilakukan aspirasi. Apabila ujung jarum masuk kedalam vena, akan ditandai terhisapnya darah vena kedalam alat suntik.Untuk jenis kateter tanpa guide wire, pada tahap ini, sambil masukan kanula plastik dengan mendorong sejauh 0,5 sm, sambil menahan pangkal jarum logamnya, dengan demikian maka ujung kanula diharapkan sudah berada di dalam vena.

RSU IMANUEL SUMBAPemasangan kateter Vena Sentral / kateter Nutrisi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/006No. RevisiKe 2Halaman 4 / 4

Tanggal terbit14 November 2006

8. Tariklah pangkal jarumlogam keluar kanula, kemudian pasang alat suntik berisi(ad. 4) dan lakukan aspirasi, apabila darah terhisap masuk kedalam alat suntik, berarti ujung kanula telah berada di dalam vena. Pada saat ini posisi kepala pasien kembali melihat kedepan, tidak menoleh lagi, hal ini untuk mengurangi kemungkinan kateter nanti masuk ke vena jugularis.9. Masukan KVS / Nutricath ke dalam kanula tersebut sejauh yang diperlukan, yaitu dengan ujung kateter mencapai vena kava superior.10. Untuk prosedur pemasangan KVS cukup sampai di sini, sedangkan untuk pemasangan nutricath setelah prosedur ini dilanjutkan dengan tunelisasi subkutis yaitu memasang kateter di bawah kulit sejauh kira kira 5 sm, baru kemudian dilakukan prosedur selanjutnya.11. Tempat tusukan dibersihkan. Dilakukan fiksasi dan penutupan langsung luka tusukan dengan plester transparan (tanpa kain kasa atau antiseptik).

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis anastesi

RSU IMANUEL SUMBALaparoskopik Apendiktomi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

Pengertian

Pengangkatan usus buntu menggunakan alat laparoskopi sehingga luka sayatan hanya minimal (minimal invasive surgery)

TujuanProsedur ini mempunyai keuntungan : Luka lebih kecil Secara kosmetik lebih baik

Kebijakan Boleh dikerjakan oleh dokter Spesialis Bedah Umum, Bedah Digestif dan Bedah Anak.

Prosedur1. Penderita terlentang di atas meja operasi a.dan antiseptis2. Buat irisan umbilicus 1 cm atau 50,5 cm, masukan trochar 10 dengan metoda terbuka atau trochar 5 dengan metode peres needle3. Pada metoda terbuka gas CO2 dimasukan setelah trochar 10mm masuk. Pada metoda peres needle CO2 dimasukan setelah peres needle masuk. Setelah tekanan perut mencapai 13 trochar 5mm dimasukkan, lamera dimasukkan.4. Insisi supra pubis pasang trochar 5mm dengan paduan kamera.5. Insisi kulit di Mc. Burney atau kontra lateralnya masukkan trochar 2mm atau 5mm dengan panduan kamera.6. Dengan gasper 5mm dan 2mm, cari appendiks.7. Pegang appendiks dengan gasper 2mm, potong mesoapendiks menggunakan ultra scissor.8. Setelah mesoapendiks terpotong, ikat pada pangkalnya dengan etibinder. Ikat di 2 tempat, potong apendiks diantara 2 ikatan dengan ultra scissor9. Appendiks dikeluarkan10. Trochar supra pubis dicabut, cek apakah ada perdarahan / tidak.

RSU IMANUEL SUMBALaparoskopik Apendiktomi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

11. Perut dikempeskan, trochar dicabut.12. Trochar 2 mm dicabut.13. Kulit dijahit.14. Luka ditutup steristrip.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBASkleroterapi hemoroid

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

Pengertian

Prosedur tindakan terapeutik untuk mengobati hemeroid dengan cara menyuntikan obat sklerosan dengan bantuan anoskop / endoskop dan jarum suntik.

TujuanUntuk mengobati hemoroid menjadi sklerotik.Untuk menghentikan pendarahan aktif hemoroid.

Kebijakan Tidak boleh dilakukan apabila : Pasien tidak kooperatif Terdapat infeksi akut / abses pada hemorhoid

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dal alat yaitu : Anoskop logm Jarum spinal 26 G dengan spuit 2,5 cc atau dispos-able spuit 1 cc dengan jarum 26 G Obat etoksiiklerol 1,5% 4-6 cc Jeli silokain Betadin dengan tempatnya Bengkok Pinset anatomis Kasa steril Diazepam 10 mg ( 1 ampul ) atau midazolam 5 mg ( 1 ampul) Lampu kepala 1 buah atau senter 1 buah.

Persiapan :Persiapan skleroterapi hemeroid sama dengan persiapan anoskopi dan harus dipastikan dulu sebelumnya bahwa mekanisme pendarahan dan pembekuan (hemostasis) pasien dalam keadaan normal atau tidak lebih dari 2 kali normal. Sebelum tindakan pasien diberikan suntikan diazepam 10 mg atau midazolam 5 mg intravena dan tidur dengan posisi miring ke kiri (posisi Sims)

RSU IMANUEL SUMBALaparoskopik Apendiktomi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

1. Setelah dioleskan jeli ( anus dan anoskopinya) lalu anoskopinya dimasukkan ke dalam anus.2. Jarum suntik berisi etoksisklerol ditusukkan ke dalam hemeroid interna sasaran di atas linea dentate.3. Lalu disuntikkan 0,5-1 cc etoksisklerol pada hemoroid tersebut ( intra hemoroid). Setelah disuntik, bekas suntikan ditekan dengan kassa steril yang telah dicelup bethadin selama 1-2 menit.4. Hemoroid lain dilakukan tindakan yang sama. Penyuntikan obat etoksisklerol sebaiknya jangan diberikan para / peri hemoroid, karena dapat menimbulkan stenosis / striktur anus.

Pasca tindakan :Selama 5 menit 5 hari harus diberikan antibiotika oral ( amoksilin / sefalosporin / kuinolon dan lain-lain). Obat penghilang rasa sakit dubur (tradoksi atau asam mefenamat dan lain-lain). Tindakan ini diulangi tiap 1-2 minggu sampai hemoroid sklerotik.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBABiopsi Aspirasi Jarum Halus Tiroid

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPengambilan jaringan tiroid dengan jarum halus.

TujuanSeleksi kasus prabedah (perlu/tidak tindakan bedah).Untuk mengetahui perangai tumor hiroid.

Kebijakan Tidak boleh dilakukan jika ada gangguan hemostasis.Tidak boleh dilakukan pada struma tiroid.

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Jarum ukuran 23, 25, 26, 27 G Tabung suntik ( semprit ukuran 5, 10, 20 cc ) Kapas, alcohol 70% dan 96% Gelas sediaan ( object glass)

1. Pasien berbaring terlentang, bantal diletakkan di bawah leher.2. Kulit di atas nodul dan sekitarnya dibersihkan dengan larutan antiseptic.3. Ingatkan pasien untuk tidak menelan selama jarum tertahan di nodul.4. Nodul difiksasi di antara jari 2 dan 3 tangan lainnya.5. Nodul ditusuk 4-6 kali di tempat yang berbeda dengan jarum ukuran 23, 24, 25 G yang dihubungkan dengan tabung suntik (semprit) 5-10 cc.6. Sambil menarik gagang semprit, jarum diarahkan ke beberapa tempat.7. Gagang semprit diturunkan perlahan sebelum menarik keluar jarum dari nodul.8. Lepaskan jarum dari semprit, tarik gagang semprit untuk mengisi ruang udara.9. Pasang jarum ke semprit, lalu tekan gagang semprit untuk mengeluarkan bahan ke kaca obyek.10. Bahan diolah menjadi preparat sitology, difiksasi dengan alcohol 90% dan selanjutnya diwarnai dengan metode perwarnaan papanicoloau.

RSU IMANUEL SUMBALaparoskopik Apendiktomi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBALaparoskopik Kolesistektomi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPengangkatan kandungan empedu menggunakan alat laparoskopi sehingga luka sayatan hanya minimal ( minimal invasive surgery).

TujuanProsedur ini mempunyai keuntungan :1. Luka lebih kecil.2. Secara kosmetik lebih baik

Kebijakan Boleh dikerjakan oleh dokter Spesialis Bedah Umum, bedah digestif dan bedah Anak.

Prosedur1. Penderita terlentang di atas meja operasi2. Buat irisan umbilicus 1 cm, masukkan trochar 10 dengan metode terbuka atau tertutup (peres needle)3. Masukkan gas CO24. Insisi epigastrium 5 mm pasang trochar.5. Insisi perut kanan, pasang trochar 5 mm atau 2 mm6. Kandung empedu dicari, pegang daerah fundus, trigonum callot dicari ductus cisticus dan a cisticus di cari dibebaskan dari jaringan sekitarnya dipasang ligaclip. Potong ductus cisticus dan a cisticus.7. Kandung empedu dibebaskan dari hepar.8. Kandung empedu dikeluarkan9. Trochar diangkat10. Luka operasi ditutup

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan Esofago-Gastro-Duodenoskopi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPemeriksaan intra lumen esophagus. Gaster, dan duodenum dengan menggunakan alat endoskop ( serat optic atau EVIS )

TujuanIdentifikasi lesi mucosal intralumen di esophagus, gaster dan duodenum.

Kebijakan Tidak boleh dilakukan pada : Pasien yang tidak kooperatif atau psikotik. Pasien dengan MCI akut Syok Decompensatio cordis Astma Bronchiale akut Peritonitis umum Infeksi berat Pelaksana harus dokter spesialis yang sudah mempunyai kualifikasi untuk melakukan pemeriksaan Esofago-Gastro-Duodenoskopi.

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Instrumen sumber cahaya (Light Source) Gastroskop serat optic atau EVIS (+/- monitor) pandang depan Instrumen penghisap. Obat Premedikasi Pulse Oxymetri

1. Gigi palsu dilepas.2. Kalau perlu beri simetikon 1 sendok takar.3. Semprotkan silicon 4-5 puff pada dinding faring dan mulut.4. Pasang pulse oxymetri5. Pasien dibaringkan miring ke kiri, pada mulut dipasang penyangga gigi ( mouth piece )6. Bila perlu diberikan premedikasi Penenang ( midazolam 3-5 mg IV atau diazepam 5-10 mg IV )

RSU IMANUEL SUMBALaparoskopik Apendiktomi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

Buskopan 1 ampul IV7. Melalui mouth piece, ujung skop diinsersikan ke dalam mulut, faring, spingter esophagus superior dan masuk ke dalam esophagus.8. Esophagus dievaluasi, kemudian melalui spingter esophagus interior, skop masuk ke dalam gaster.9. Evaluasi dilakukan pada daerah kardia, fundus, korpus dan antrum.10. Melalui pylorus, skop dimasukkan ke dalam bulbus dan pars desenden duodenum.11. Setelah pengamatan selesai, skop ditarik keluar dengan tetap mengamati tempat-tempat yang dilalui.12. Jika perlu sekaligus dilakukan biopsy.13. Pasca tindakan pasien masih dipuaskan 1 jam untuk menghindari terjadinya aspirasi.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan Kolonoskopi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianKolonoskopi adalah suatu tindakan untuk melakukan observasi keadaan lumen usus besar secara langsung dengan menggunakan endoskop. Digunakan endoskop serat optic ( fibre optic scope ) atau EVIS ( Elektronic Video System )

TujuanMenegakkan diagnosis prosedur terapeutik atau evaluasi pengobatan pada kelainan di kolon / ileum terminale.

Kebijakan Pemeriksaan tidak boleh dilakukan Pada pasien yang tidak kooperatif Jika terdapat perforasi usus/peritonitis/MCI akut / syok Kehamilan trimester III Decompensatio Cordis Astma Bronchial akut Infeksi Berat Pasien rawat jalan waktu pulang harus ada yang mendampingi, tidak boleh membawa kendaraan atau mengoperasikan mesin. Pelaksana harus dokter spesialis yang sudah mempunyai kualifikasi untuk pemeriksaan kolonoskopi.

ProsedurPersiapan usus besar : 2 hari sebelumnya makan bubur kecap, boleh pakai kuah sop. Hindarkan makanan yang berserat. Dianjurkan banyak minum air putih / air putih manis. Diberikan laksatif (garam inggris atau fleet phosphosoda ) garam inggris 30 gram diberikan kira-kira 12 jam sebelum tindakan , 1 jam setelah makan terakhir. Setelah itu pasien puasa, tetapi boleh minum. Kira-kira 4 jam sebelum tindakan dimasukkan dulcolax sup atau yal pada anus. Fleet phosphosoda diberikan 24 jam sebelum tindakan sebanyak 45 cc dalam 1 gelas air. Diikuti minuman 1 gelas. Kira-kira 12 jam sebelum tindakan ( 2 jam setelah makan terakhir) diberika fleet phosphosoda 45 cc dalam 1 gelas air, diikuti minum air 1 gelas.

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan Kolonoskopi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

Pemberian laksatif ini bervariasi tergantung situasi dan kondisi pasien waktu pelaksanaan tindakan kolonoskopi.

Premedikasi :Sebelum tindakan dapat diberikan injeksi diazepam (valium) 5-10 mg intravena atau midazolam (dormicum) R 2,5-5 mg intravena atau narcosis umum. Kadang-kadang dikombinasi dengan petidin 25 mg intramuscular.

1. Meniup (inflasi) udara diusahakan seminimal mungkin.2. Sedapat mungkin harus melihat lumen kolon dengan baik, dengan menarik alat atau memutarnya ke kiri atau ke kanan, serta menghindari timbulnya loops. Kadang-kadang alat perlu didorong menyusuri dinding kolon tanpa melihat lumennya. Hal ini dapat dilakukan tanpa resiko selama alat tersebut menyusur dengan mudah tanpa paksaan. Bila ada tahanan sebaiknya alat ditarik mundur.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit Pembuat1. Kelompok SMF Spesialis Penyakit Dalam2. Kelompok SMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan Endoscopic Retrograde CholangioPancreatography ( ERCP )

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPemeriksaan kolangio-pankreatogram dengan zat kontras melalui proses kanulasi ampula vateri per endoskopik yang dapat dilanjutkan dengan tindakan terapi.

Tujuan Memperoleh gambaran radiology saluran bilier dan pankreas. Dapat dilanjutkan dengan drainage bilier ( pemasangan stent / NBD atau ekstraksi batu saluran empedu).

Kebijakan Tidak boleh dilakukan pada Pasien yang tidak kooperatif atau psikotik. Pasien dengan MCI akut Syok Decompensatio cordis Peritonitis umum Astma bronchiale akut Infeksi berat

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Fasilitas radiodiagnostik ( fluroskopi ) yang dilengkapi image intensifier ( TV Monitor ) Duodenoskop pandang samping Kanul ERCP Zat kontras ( Urografin 60% atau zat kontras no ionic ) Lain-lain sama dengan pemeriksaan Esofago-Gastro Duodenoskopi ( EGD )

Persiapan yang harus dilakukan perawat : Sama dengan pemeriksaan EGD Diperlukan spasmolitik yang adekuat ( buscopan IV ) Sedasi optimal ( diazepam atau midazolam dan petidin ) atau dengan narcosis umum.

RSU IMANUEL SUMBAPemeriksaan Endoscopic Retrograde CholangioPancreatography ( ERCP )

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

1. Pasien posisi miring kiri atau telungkup.2. Insersi skop dan maneuver pandang samping sampai duodenum.3. Diambil posisi dimana muara papilla vateri tepat di tengah lapang pandang sehingga kanul ERCP dapat diinsersikan dengan akurat dan zat kontras dapat megisi lumen system bilie dan pancreas dengan baik.4. Monitor pasca tindakan sama dengan pemeriksaan EGD.

Pemeriksaan kolangio-pankreatogram dengan zat kontras melalui proses kanulasi ampula vateri per endoskopik.

Unit terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Dalam

RSU IMANUEL SUMBAEkstrasi Batu Saluran Empedu

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianTindakan pengeluaran batu saluran empedu ( common bile duck, ductus hepatikus komunis atau duktus intrahepatic ) perendoskopik.

TujuanPengeluaran batu saluran empedu

Kebijakan Tidak boleh dilakukan pada Pasien yang tidak kooperatif atau psikotik Pasien dengan MCI akut Syok Decompensatio Cordis Peritonitis umum Astma Bronchiale akut Infeksi berat

Prosedur Sesuai Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography ( ERCP ) dan Spingthrotomi Endoskopik ( SE ) Antibiotika Profilaksis

1. Dilakukan spingterotomi.2. Batu dapat dikeluarkan dengan menggunakan kateter balon atau basket atau lithotripter atau kombinasinya.

Unit terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Penyakit Dalam

RSU IMANUEL SUMBAPolipektomi Perendoskopik

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianProsedur tindakan untuk mengangkat polip di dalam saluran oema ( atas atau bawah ) melalui endoskopi saluran oema dengan alat listrik dan kanula polipektomi.

TujuanMenghilangkan atau mengangkat polip dalam saluran oema dengan endoskopi.

Kebijakan Tidak boleh dilakukan pada Terdapat gangguan hemostatis Keadaan umum pasien buruk Pasien dalam keadaan Syok Pasien dengan gagal jantung berat Pasien dengan gagal paru berat Pasien tidak kooperatif MCI umum Peritonitis umum

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Kolonoskop bila polipnya di kolon / ileum, gastroskop bila polipnya di esophagus / gaster / duodenum. Sumber sinar dan perangkatnya 1 set. Surgical unit dan kanul polipektomi Diazepam 10 mg ( 1 ampu ) atau midazolam 5 mg (1 ampul) Petidin 100 mg ( 1 ampul ) Disposiblle spuit 2,5 cc ( 2 ampul ) Selang infus 1 buah Cairan infus dektrosa 5% atau NaCL 0,9 % Abocath 1 buah Jeli Silokain atau K-Y jelly 1 buah.

RSU IMANUEL SUMBAPolipektomi Perendoskopik

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

Persiapan yang harus dilakukan :Persiapan sama dengan kolonoskopi atau endoskopi SCBA, atpi pasien dilakukan pemasangan infus emergensi / darurat untuk menjaga apabila ada kejadian darurat. Sebelum tindakan pasien disuntik diazepam atau midazolam intravena atau anestesi umum1. Setelah dioleskan jeli, skop dimasukkan ke dalam anua/ mulut dan didorong mendekati polipnya ( tapi jangan terlalu dekat).2. Kanul polipektomi ( setelah dihubungkan dengan surgical unit, dan lain-lain ) dimasukkan ke dalam channel biopsy sampai ke luar ujung skop.3. Kawat ( snare ) polipektomi dikeluarkan untuk menjerat polip yang bertangkai / sesil. Setelah polip dijerat, dilakukan pemasangan aliran listrik koagulasi dan cutter, sehingga polip akan diputus dari dinding mukosa.4. Polip yang copot tersebut dijerat dengan polipektomi atau penjepit benda asing dan dikeluarkan untuk hispatologi.5. Untuk polip sesil bila ditakutkan bias timbul perforasi, maka sebelumnya di tepi polip disuntikan dulu NaCL 0,9% 1-2 cc submukosa ada cairan NaCL 0,9%

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBAPemasangan Selang Nasogatrik

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPemasangan selang yang dimasukkan dari lubang hidung sampai ke lambung

Tujuan Menjamin pemberian nutrisi enternal dimana pasien oleh berbagai sebab tidak dapat menelan makanan. Untuk menyalurkan cairan lambung keluar. Untuk bilas lambung.

Kebijakan Tidak boleh dilakukan pada pasien yang tidak kooperatif

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Selang nasogastric tube Yeli silokain Sarung tangan Kateter tip Stetoskop Urine bag kalau dibutuhkan.

1. Pasien dalam posisi terlentang atau miring ke kiri/ke kanan dengan kepala sedikit di tekuk ke depan.2. Selang dimasukkan melalui hidung, setelah ujungnya diolesi jeli.3. Setelah mencapai lambung ( biasanya pada tanda 3 strip hitam yaitu kira-kira 50 cm dari lambung ) dimasukkan udara melalui selang. Hal ini menimbulkan suara yang bias didengar dengan meletakkan stetoskop kira-kira di atas lambung ( perut kiri atas / sedikit agak epigastrium ). Jika terdapat banyak cairan, biasanya cairan lambung keluar dari selang.

RSU IMANUEL SUMBAPemasangan Selang Nasogastrik

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Anestesi

RSU IMANUEL SUMBAFlebotomi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianFlebotomi adalah suatu prosedur menurunkan kadar hemoglobin dengan cara mengeluarkannya melalui pembuluh vena secara bertahap dan cepat.

TujuanMenghilangkan gejala-gejala distress dan fletora.

Kebijakan Tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien dengan gangguan fungsi jantung ( primer ) yang diperkirakan menjadi hipotensif (hemodinamik tidak stabil pada penurunan volume darah).

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Tensimeter dan stetoskop guna memantau status hemodinamik sebelum, selama dan sesudah tindakan, selain juga dipergunakan untuk pembendungan vena. Tempat tidur untuk tempat berbaring pasien. Set donor darah Botol atau kantung penampung darah dengan skala volume. Set infus / kateter intravena dan cairan plasma atau dekstran ( sebagai persiapan ) terutama pada pasien di atas usia 65 tahun atau adanya penyakit / penyulit kardiovaskular atau gejala-gejala hiperviskositas. Perangkat standar antiseptic antara lain gauge steril, pivodone, iodine, alcohol dan plester.

1. Sebelumnya pasien diminta minum dahulu dan BAK agar selama prosedur tidak ingin BAK. Pasien dalam posisi terbaring dilakukan evaluasi hemodinamik, sedang untuk pasien di atas 65 tahun sebaiknya pemeriksaan tekanan darah dilakukan dalam posisi duduk / berdiri.2. Setelah disimpulkan status hemodinamik stabil, pasien berbaring di tempat tidur.3. Dilakukan tindakan dan antisepsis pada lengan daerah veneseksi, yang dilanjutkan dengan pembendungan vena

RSU IMANUEL SUMBAFlebotomi

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

dengan tensimeter tekanan 60 mmHg ( atau diantara sistolik dan diastolic )4. Pada orang tua di atas 65 tahun atau pasien dengan kecendrungan penyulit kardiovaskular di sisi lengan yang lainnya dipasang infus set dengan cairan pengganti plasma (plasma ekspander) atau dekstran yang dimulai secara bersamaan dengan tindakan flebotomi serta jumlah yang sama dengan darah yang dikeluarkan.5. Kebanyakan pasien dapat menerima pengeluaran darah sebanyak 3 unit (kira-kira 300-450 ml) per kali flebotomi, bahkan ada yang melakukan sebanyak 500 ml dengan interval 1-3 hari. Sedang untuk usia lanjut dan pasien dengan penyulit kardiovaskular jumlah 200-300 ml lebih dianjurkan.6. Setelah tercapai target pengobatan yaitu hematocrit antara < 45%, maka kekerapan flebotomi biasanya dapat diturunkan antara 1 atau 2 kali tiap 3-4 bulan tergantung evaluasi rutin, yaitu nilai hematocrit atau serum feritin dalam batas normal rendah 10-40 ug/ml untuk pasien-pasien dengan hemokromatosis.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis Penyakit Dalam

RSU IMANUEL SUMBAAspirasi Sumsum Tulang ( Bone Marrow Aspiration )

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPengambilan cairan sumsum tulang dengan jarum aspirasi sumsum tulang.

Tujuan1. Diagnosis penyakit-penyakit yang berkaitan dengan sumsum tulang.2. Penilaian terhadap simpanan besi.3. Pengumpulan Colony Forming Unit (CFU-GM) pada transplantasi sumsum tulang (TST).4. Mendapatkan specimen untuk pemeriksaan bekteri ovirologis (biakan mikrobiologi).5. Mencari metastasis di sumsum tulang.

Kebijakan Tindakan boleh dilakukan bila terdapat infeksi di daerah yang akan dipungsi.

ProsedurBahan dan alat disediakan oleh perawat di atas meja dorong (trolley) yang berisi : Bahan tindakan antiseptic : Povidone iodine Kapas lidi steril dan kassa steril Prokain / lidokain 3% dan spuit 5 cc, spuit 20 cc dan jarum hipodermik 23-25 gauge. Sarung tangan steril, dan duk bolong steril Set jarum aspirasi sumsum tulang (14-16 G) yang sesuai dengan tempat yang akan dilakukan, dan spuit yang sesuai dengan jarum aspirasi sumsum tulang. Botol bersih untuk koleksi aspirat, gelas obyek untuk blood film. Antikoagulan heparin dan EDTA (titriplex) Perlengkapan untuk mengatasi rejatan neurogenic dan rejatan anafilaksis seperti adrenalin, atropine sulfat dan cairan serta set infus.

Pasien diminta untuk buang air besar / kecil sebelum tindakan :1. Periksa kelengkapan dan kelayakan bahan dan alat tindakan

RSU IMANUEL SUMBAAspirasi Sumsum Tulang ( Bone Marrow Aspiration )

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

2. Cuci tangan yang bersih dan keringkan3. Pakai sarung tangan steril4. Periksa kelengkapan dan kesusaian jarum aspirasi dan spuitnya5. Isi spuit untuk aspirasi tersebut dengan sdikit anti koagulan titriple (EDTA) untuk pemeriksaan sitology dan imunologi.6. Lakukan tindakan A dan antiseptic daerah tindakan. Tempat aspirasi : Spina iliaka posterior superior (SIPS) Krista iliaka Spina iliaka anterior superior (SIAS) Sternum diantara iga 2 dan 3 garis mid sternal atau sedikit di kanannya ( jangan lebih dari 1 cm ) Spina dorsalis / prosesus spinosus vertebra lumbalis (jarang dilakukan karena alatnya tidak ada kecuali sekitar 18 gaus)7. Pasang duk bolong steril untuk menjaga daerah tindakan dan prosedur terjaga aseptik.8. Tentukan titik tindakan9. Lakukan anestesi local tegak lurus permukaan mulai dari subkutis sampai periosteal.10. Lakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus dengan diputar kiri kanan secara lembut menembus kulit sampai membentur tulang/ periosteum kemudian perhatikan tinggi jarum, untuk jarum sternal disesuaikan pembatasan pengaman setinggi 0,3-0,5cm dari kulit, kemudian lanjutkan penetrasi jarum untuk menembus tabula eksternal dengan memberikan tekanan lebih besar secara mantap dan lembut setelah terasa seperti menembus kertas pada saat menembus diploe dan perbedaan tinggi jarum yang masuk 0,3-0,5 cm untuk sternum, 0,5-1,5 cm untuk SIPS/SIAS/ Krista Iliaka, selanjutnya cabut mandrein dan pasang spuit 20cc yang sudah dibilas antikoagulansia tadi, kemudian lakukan aspirasi perlahan tapi mantap ( pasien akan merasa sakit ) sebanyak 1-2 ml ( untuk sitomorfologi saja ) , ( 2ml dengan heparin untuk pemeriksaan sitogenetik ), jika terlalu banyak akan

RSU IMANUEL SUMBAAspirasi Sumsum Tulang ( Bone Marrow Aspiration )

Terencerkan dengan darah perifer yang akan menyulitkan penilaian, kemudian spuit dicabut, jarumnya dibiarkan saja11. Teteskan aspirat secukupnya ke gelas obyek diratakan di atas kaca slide, maka akan terlihat partikel sumsum tulang.12. Sisanya masukkan ke botol koleksi kemudian dikirim ke laboratorium.13. Jika diperlukan untuk alasan lain dapat dilakukan aspirasi dengan spuit yang lain yang telah dibasahi antikoagulan, kemudian dikoleksi pada tempat lain yang telah diisi antikoagulan.14. Setelah selesai jarum aspirasi dicabut pelan-pelan tetapi mantap dengan cara diputar seperti ketika memasukkannya15. Daerah permukaan dilakukan penutupan luka (dressing) dengan kasa yang telah diberi antiseptic jika diperlukan seperti adanya trombositopeni atau fragilitas kapiler yang meningkat ( defisiensi hemositasis primer ) dilakukan penekanan dulu sekitar 10-15 menit, setelah yakin tidak ada pendarahan baru dilakukan dressing.Daerah permukaan jangan dibasahi selama 3 hari, dan dressing dibuka selama 3 hari.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Penyakit Dalam

RSU IMANUEL SUMBAParasentesis Abdomen

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianParasentesis Abdomen adalah tindakan mengeluarkan cairan asites.

Tujuan Untuk menegakkan diagnosis Untuk mengurangi jumlah cairan asites

Kebijakan Tidak boleh dilakukan apabila terdapat : Ileus obstruktif Infeksi pada dinding perut Gangguan pembekuan darah

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Sarung tangan steril Betadine, alcohol Kasa steril Kain dook steril Lidokain 1 % ( 10ml) Disposable spuit 10 cc ( 2 buah ), 50 cc ( 2 buah ) Abocath no 14 atau no. 16 Tabung steril Blood set

1. Vesika urinaria harus kosong2. Pasien tidur berbaring dengan posisi kepala 45-90 derajat3. Identifikasi tempat aspirasi ( A,B,C ). Hindari vena-vena kolateral, pembuluh darah epigastrika inferior, lokasi bekas operasi dan limpa yang membesar.4. Pasang sarung tangan steril.5. Bersihkan lokasi tindakan dengan antiseptic.6. Pasang duk steril 7. Anastesi local dengan lidocain 1% sampai dengan peritoneum.8. Pasang abocath no.16 atau no. 14 secara zigzag.Sedot cairan dengan spuit 10 cc dan 50 cc untuk pemeriksaan.

RSU IMANUEL SUMBA

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

9. Untuk prosedur terapi pasang set infus, lalu alirkan cairan ke luar. Tidak ada batas pasti jumlah maksimal yang boleh dikeluarkan, rata-rata 3-4 liter masih cukup aman.10. Pada pasien sirosis hati sebaiknya ditambah 6-8 gr albumin intravena untuk setiap liter cairan asites yang dikeluarkan.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Spesialis penyakit dalam

RSU IMANUEL SUMBAAspirasi Cairan Sendi / Arthrosintesis

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPengambilan cairan sendi perkutan dengan jarum spuit

Tujuan Untuk menegakkan diagnosis Sebagai terapi

Kebijakan 1. Hanya boleh dilakukanoleh dokter yang menguasai teknik arthrosintesis2. Tidak boleh dilakukan apabila : Pasien tidak kooperatif Terdapat infeksi jaringan lunak yang menutupi sendi Terdapat bakterimia Dokter yang tidak menguasai teknik arthrosintesis.

ProsedurPerawat menyiapkan bahan dan alat yaitu : Spuit sesuai dengan keperluan Jarum spuit : No.25 untuk sendi kecilNo.22 untuk sendi lainNo.15-18 untuk efusi yang padat (pus) Desinfektan iodine ( betadine R ) Alcohol Kasa Steril Anestesi Lokal (bila diperlukan ) Sarung tangan steril Pulpen ( untuk penanda ) Plester Tabung gelas Tabung steril untuk kultur Lain-lain sesuai kebutuhan : - Media kultur Kortikosteroid

1. Sebelum melakukan aspirasi cairan sendi : Lakukan pemerikasaan fisis sendi dan bila diperlukan periksa foto sendi yang akan dilakukan aspirasi Harus dikuasai anatomi regional sendi yang akan diaspirasi untuk menghindari kerusakan struktur -

RSU IMANUEL SUMBAAspirasi Cairan Sendi / Arthrosintesis

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

struktur vital seperti pembuluh darah dan saraf. Hati-hati jangan sampai mencongel rawan sendi karena tidak bias sembuh sendiri.2. Harus dilakukan teknik yang steril untuk menghindari terjadinya artitis septik. Untuk desinfeksi perlu dipakai iodine dan alcohol. Dokter harus memakai sarung tangan untuk menghindari kontak dengan darah dan cairan sendi pasien.3. Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan semprotan etilkorida. Bila diperlukan dapat digunakan prokain untuk anestesi local.4. Selama dilakukan prosedur aspirasi, harus diingatkan kepada pasien untuk selalu rileks dan tidak banyak menggerakkan sendi.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit Pembuat1. SMF Spesialis Peyakit Dalam2. SMF Spesialis Bedah

RSU IMANUEL SUMBAPemantauan EKG, Penggunaan Defibrilator danPemasangan External Pacing

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

PengertianPemberian kejut listrik yang terkontrol untuk mengembalikan irama jantung ke keadaan normal pada kasus henti jantung yang disebabkan oleh fibrilasi ventrikel. Alat akan memberikan kejut listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada dinding dada sebagai tambahan alat ini juga mampu digunakan sebagai eksternal pacing, yaitu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan irama jantung yang normal pada pasien mengalami blokade jantung.

Tujuan1. Pemantauan atau memonitor EKG pasien untuk dapat mengantisipasi secara dini perubahan keadaan jantung pasien.2. Defibrilasi adalah pemberian kejutan kejutan sejumlah energy listrik pada keadaan fibrilasi jantung.3. External pacing untuk membantu atau memicu pencapaian jumlah irama jantung sesuai yang diinginkan.

Kebijakan Pemantauan EKG, penggunaan Defibrilator dan external pacing dapat dilakukan oleh perawat terlatih dan dokter yang sudah biasa dengan pemantauan EKG, pengkajian tanda-tanda vital dan perawatan gawat darurat jantung. Sangat direkomendasikan petugas yang menggunakan alat ini sudah mendapatkan pelatihan RJP atau ACLS dan mengetahui informasi tentang alat yang digunakan dari buku manualnya.

Prosedur1. Pemantauan EKG dengan 3 lead kabel pasien :a. Tekan power untuk menghidupkan b. Bersihkan dan keringkan kulit (bila perlu cukur) yang akan dipasang elektroda. Bersihkan kulit dengan alcohol dan biarkan kering sebelum menempelkan elektroda.c. Sambungkan setiap lead dari ketiga lead kabel pasien pada elektroda. Pastikan penempelan elektroda EKG ditempel pada posisi yang memungkinkan melakukan defibrilasi bila diperlukan.d. Masukkan konektor kabel pasien ke EKG input pada mesin.

RSU IMANUEL SUMBAPemantauan EKG, Penggunaan Defibrilator danPemasangan External Pacing

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

e. Pilih lead I, II atau III dengan menekan tombol lead.f. Observasi elektrokardiogram pada monitor. Sesuaikan ukuran gambar EKG dengan menekan tombol size bila diperlu.2. Pemantauan EKG dengan Hands Free pada defibrilasia. Ganti kabel pasien 3 lead dengan hands free adaptor. Pastikan bahwa hands free adaptor sudah masuk terkunci dengan baik. b. Tekan power untuk menghidupkan alat.c. Tekan kad hingga posisi PAD.d. Hubungkan pad defibrilasi disposable ke kabel hands free adaptor.e. Bersihkan dan keringkan daerah kulit yang akan ditempelkan padsf. Periksa tanggal kadarluarsa pads, bila sudah kadarluarsa, jangan digunakan. Buka pembungkus, buka tutup pelindung dan tempelkan pada pasien.( Lihat gambar pada pembungkus). Jangan gunakan pads bila bagian gel kering.g. Observasi EKG pasien pada monitor. Sesuaikan ukuran dengan menekan size bila perlu.3. Pemantauan EKG dengan paddles defibrillator a. Tekan tombol power untuk menghidupkan mesinb. Tekan lead hingga keposisi PDL ( Paddles)c. Oleskan gel pada kedua paddle lalu letakkan / menempelkan sternum paddle pada sebelah kanan dada di bawah clavicula dan apex paddle pada anterior garis aksilaris, inferior dan lateral dari putting susu kiri pasien.d. Observasi EKG pasien pada monitor. Sesuaikan ukuran gambar EKG dengan menekan tombol size bila perlu.4. Defibrilasi dengan paddle external.a. Tekan power untuk menghidupkan mesinb. Taruh gel ditengah-tengah salah satu paddle, kemudian satukan dan tekan kedua permukaan paddle sehingga gel merata pada permukaan paddle. Pastikan seluruh

RSU IMANUEL SUMBAPemantauan EKG, Penggunaan Defibrilator danPemasangan External Pacing

permukaan paddle ditutupi oleh gel. Jangan ada gel pada pegangan paddle atau pada tangan operator.c. Tekan tombol energy select dibagian depan panel ke atas atau ke bawah sesuai dengan kebutuhan energy.d. Tekan tombol charge untuk mengisi energy. Akan terdengar tone (suara) yang mengindikasikan bahwa energy dalam proses pengisian, kemudian akan terdengar tone (suara) tanpa terputus-putus yang akan mengisyaratkan bahwa energy sudah terisi penuh.e. Letakkan paddle sternum pada dada kanan pasien, di bawah klafikula dan bagian lateral sternum atas. Letakkan paddle apex pada garis aksila depan, bagian bawah dan luar dari putting susu pasien.f. Dengan posisi paddle yang benar semua petugas dipastikan tidak menyentuh pasien dan tempat tidur. Tekan tombol shock pada kedua paddle secara simultan. Bila defibrilasi tidak jadi / tidak dibutuhkan, tekan tombol disarm akan mengosongkan energy yang sudah diisi.g. Observasi dampak pemberian dengan memantau EKG pasien pada monitor. Jumlah energy yang diberikan akan Nampak pada monitor.h. Untuk defibrilasi berikutnya, ulangi langkah c-g.i. Demi keamanan, matikan mesin. Bersihkan paddle, kabel pasien.j. Bila batrei sudah digunakan, isi ulang baterei dengan menghubungkan mesin dengan listrik.k. Periksa kembali alat-alat untuk penggunaan berikutnya : gel, kertas EKG, elektroda EKG dan lain-lain.5. Defribilasi dengan hands free adaptor.Sambungkan hands free adaptor dengan defribilator.a. Tekan tombol power untuk menghidupkan dan pastikan posisi lead pada LAD.b. Buka baju pasien ketika menempelkan pad. Bersihkan dan keringkan kulit tempat menempelkan pad. Cukur bila perlu. Untuk menghilangkan lemak/minyak pada kulit gunakan alcohol dan biarkan alcohol kering sebelum menempelkan pad.c. Periksa kadarluarsa dari pad, jangan gunakan pad yang sudah kadarluarsa. Gunakan pad elektroda dewasa (P/N 015-0612-00) dan untuk anak di bawah 10 tahun (P/N 015-0621-00). Buang pembungkus, lalu tempelkan

RSU IMANUEL SUMBAPemantauan EKG, Penggunaan Defibrilator danPemasangan External Pacing

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 1 / 2

Tanggal terbit14 November 2009Ditetapkan

Dr. Danny ChristianDirektur RSU Imanuel Sumba

Pad elektroda pada dada pasien sesuai gambar pada pad elektroda.d. Tekan tombol energy select di depan panel naik/turun untuk memilih energy.e. Tekan tombol charge pada panel untuk mengisi energi. Akan terdengar suara yang mengindikasikan bahwa energi dalam proses pengisian. Kemudian akan terdengar suara panjang tanpa terputus-putus yang menandakan bahwa energi sudah terisi penuh.f. Baik secara visual maupun verbal, pastikan semua petugas tidak menyentuh pasien dan tempat tidur. Tekan tombol shock untuk melepaskan energi.g. Observasi dampak pemberian dengan memantau EKG pasien pada monitor. Jumlah energy yang diberikan akan Nampak pada monitor.h. Untuk defibrilasi berikutnya, ulangi langkah c-gi. Untuk keamanan, matikan mesin, bersihkan paddle dan kabel pasien.j. Bila baterei sudah digunakan, isi ulang baterei dengan menghubungkan mesin ke listrik.k. Periksa kembali alat-alat untuk penggunaan berikutnya, seperti : gel, kertas EKG, elektroda EKG dan lain-lain.6. Operasional External Pacera. Tekan tombol on/off untuk menghidupkan.b. Pasang elektroda monitoring EKGc. Sambungkan kabel pasien ke pasiend. Sambungkan hands free adaptor ke mesin. Pastikan bahwa adaptor sudah masuk dengan benar dan terkunci.e. Tempelkan elektroda pacing ke pasien seperti gambar pada pembungkusan.f. Sambungkan elektroda pacing dengan kabel dari hands free adaptor.g. Tekan tombol lead dan pilih I,II, atau III

RSU IMANUEL SUMBAPemantauan EKG, Penggunaan Defibrilator danPemasangan External Pacing

Prosedur tetapNo. Dokumen Prf. G-01/007No. RevisiKe -Halaman 2 / 2

Tanggal terbit14 November 2009

h. Tekan tombol size dan atur besar ukuran gambaran EKG.i. Tekan tombol start/stop untuk menghidupkan pacer, jendela pacer akan aktif.j. Tekan tombol rate untuk memilih pacing rate.Keterangan : pacing rate dapat diukur melalui menu supervisor.k. Tekan tombol mode untuk menentukan jenis terapi. Tiap menekan tombol mode, pacing akan berubah antara demand dan assign mode. Mode yang dipilih akan tampil di monitor.l. Tekan tombol output untuk mengatur output dari pacing. Menekan panah ke atas akan menaikkan 10 mA, menekan panah ke bawah akan akan menurunkan 5 mA. Naikkan secara perlahan sambil memantau EKG untuk melihat adanya perubahan elektrik. Periksa nadi dan tekanan darah pasien untuk melihat perubahan mekanik. Pilih lowset output akan meningkatkan keduanya baik perubahan elektrik ataupun mekanikal.m. Untuk menyetop pemberian pacing pulse sementara, tekan tombol start/stop, pada monitor akan tampak tombol pacer stop dan lampu indicator pacing akan berubah dari warna hijau ke warna kuning. Untuk kembali memberikan pacing pulse tekan tombol start/stop kembali.

Unit Terkait Staf Medis Fungsional Keperawatan

Unit PembuatSMF Penyakit Dalam