64
BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN Tugas PROSEDUR MENEGAKKAN DIAGNOSIS DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI ANAK Oleh : Nama : Nurhaida Lamlanto Stambuk : J 111 06 101 BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tugas

PROSEDUR MENEGAKKAN DIAGNOSIS

DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI ANAK

Oleh :

Nama : Nurhaida Lamlanto

Stambuk : J 111 06 101

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010

Page 2: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

PROSEDUR MENEGAKKAN DIAGNOSIS

DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI ANAK

Perawatan yang tepat dimulai dengan diagnosis yang tepat. Untuk sampai

pada diagnosis yang tepat diperlukan ilmu pengetahuan, keterampilan dan seni : ilmu

pengetahuan penyakit serta gejala-gejalanya, keterampilan untuk melakukan cara

menguji yang tepat, dan seni menyatakan impresi, fakta dan pengalaman ke dalam

pengertian.1

Gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan

diidefinisikan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit yang

normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif

adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter, gejala objektif

adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. Pengertian

Gambar 1. Prosedur menegakkan diagnose untuk menentukan perawatan yang tepat Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Page 3: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

mengenai keduanya adalah penting agar sampai pada identifikasi penyakit yang tepat

dan disamping itu sampai pada suatu diagnosis masalah yang membawa pasien

kepada seorang klinisi. 1

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF (ANAMNESIS)

Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter dengan pasien

untuk mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien.

Informasi tentang riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian : riwayat sosial,

dental dan medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna merupakan dasar

dari rencana perawatan.2

Riwayat dan Catatan Medis

Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah

kesalahan kelalaian dalam uji klinis, klinisi harus melakukan pemeriksaan rutin.

Rangkaian pemeriksaan harus dicatat pada kartu pasien dan harus dijadikan sebagai

petunjuk untuk melakukan kebiasaan diagnostik yang tepat. 1

Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut keluhan utama pasien, riwayat

medis yang lalu, dan riwayat kesehatan gigi yang lalu diperiksa. Bila diperlukan lebih

banyak informasi, pertanyaan-pertanyaan selanjutnya harus ditujukan kepada pasien

dan harus dicatat secara hati-hati. 1

Gejala-gejala Subjektif

Daftar isian medis yang lengkap yang berisi riwayat medis dan kesehatan gigi

pasien terdiri dari gejala-gejala subjektif. Termasuk di dalam kategori ini adalah

alasan pasien menjumpai dokter gigi, atau keluhan utama. Umumnya, suatu keluhan

Page 4: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

utama berhubungan dengan rasa sakit, pembengkakan, tidak berfungsi/estetik.

Mungkin juga hanya karena “ada sesuatu pada rontgen”, yang dikeluhkan pasien.

Apapun alasannya, keluhan utama pasien merupakan permulaan yang terbaik untuk

mendapatkan suatu diagnosis yang tepat. 1

Keluhan utama yang paling sering melibatkan perawatan adalah rasa sakit.

Pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana mengenai rasa sakitnya dapat

menolong seorang ahli diagnostik menghasilkan suatu diagnosis sementara dengan

cepat. Pasien harus ditanya tentang macam rasa sakit, lokasinya, lamanya, apa yang

menyebabkannya, apa yang meringankannya, dan pernah atau tidak melibatkan

tempat lain. 2

Garis besar pencatatan riwayat

Riwayat Sosial : 2

1. Nama (termasuk nama singkat atau nama kecil alamat sekolah, saudara laki-

laki dan perempuan). Dokter gigi harus memanggil dengan nama yang

disukainya. Jawaban yang diberikan segera memberi petunjuk terhadap

karakter dan pikiran anak. Ia dapat menjawab dengan mudah, bersahabat,

menunjukkan bahwa ia senang dan santai, atau ia dapat menolak menjawab

sama sekali, menunjukkan bahwa ia malu, cemas atau melawan.

2. Binatang peliharaan. Kegiatan yang disukai di rumah dan disekolah.

Pertanyaan sederhana tentang rumah dan sekolah adalah cara umum

berkomunikasi dengan anak. Selain itu, jawabannya dapat menggali lebih jauh

minat dan lingkungan rumah anak.

3. Pekerjaan ibu adalah membawa anak pada kunjungan berikut. Yang paling

sering ibulah yang membawa anak pada kunjungan pertama ke dokter gigi.

Bila ada kesulitan, harus dipertimbangkan pada rencana perawatan, khususnya

bila diperlukan perawatan yang lama.

Page 5: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

4. Pekerjaan ayah. Golongkan keluarga menurut status social, berdasar pada

pekerjaan ayah, lakukan penaksiran terhadap sikap keluarga terhadap

perawatan gigi. Sering pekerjaan ayah dapat ditentukan sewaktu menanyakan

pekerjaan ibu. Akan tetapi, kadang-kadang tidak dibenarkan untuk

menanyakan hal ini, disini keterangan dapat diperoleh pada pertemuan

selanjutnya, mungkin setelah menanyakan pada anak “ingin jadi apa kelak

kalau sudah besar?”.

Riwayat gigi : 2

1. Keluhan : apakah pasien datang dengan keluhan tertentu ? Jika tidak, apa

alasan kedatangannya ? Misalnya: pemeriksaan rutin dianjurkan setelah

pemeriksaan gigi di sekolah. Adalah penting mengetahui alasan kedatangan

pasien.

2. Riwayat keluhan jika ada : jika keluhan sakit gigi, cari keterangan berikut :

lokasi, rasa sakit, kapan mulai ? apakah terputus-putus atau terus-menerus ?

jika terputus-putus berapa lama berlangsungnya ? apakah ditimbulkan

rangsang panas, dingin atau manis atau sewaktu makan ? apakah rasa sakit

menyebabkan anak terbangun di waktu malam ? apakah rasa berkurang/hilang

dengan analgesia ? gejala-gejala sakit member indikasi macam kelainan

pulpa, misalnya rasa sakit yang terputus dengan jangka waktu pendek yang

disebabkan panas dingin atau manis; hiperemi pulpa; rasa sakit spontan, berat,

membuat tidak bisa tidur; pulpitis akut; abses. Sayangnya, gejala yang

digambarkan anak atau orang tua samar dan kurang mempunyai nilai

diagnostik.

3. Riwayat kesehatan gigi yang lalu : apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan

teratur atau tidak ? apakah pernah diberikan perawatan gigi di lain tempat ?

jika ya, mengapa orang tua mengganti dok ter gigi ? apakah anak pernah

mengalami sesuatu dengan perawatan giginya ? jika ya, perawatan apakah ?

Page 6: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

misalnya, penambalan, pencabutan, analgesia lokal dan anastesi umum ?

Keterangan perawatan gigi yang lalu menunjukkan sikap orang tua. Jika anak

dibawa ke dokter gigi baru karena tidak bisa bekerja sama dengan dokter gigi

yang lama, alasan ini perlu ditelusuri dengan teliti dengan member tahu anak

bahwa dokter gigi menarik dan simpatik dan ia pasti akan mencari jalan untuk

mengatasi masalah.

4. Sikap anak terhadap setiap perawatan di atas (pada anak kecil, pendapat orang

tua cukup relevan). Setiap sikap yang tidak menyenangkan selama perawatan

harus diperhatikan dalam rencana perawatan mendatang. Telusuri setiap

bentuk perawatan, dengan mengabaikan sikap anak terhadap perawatan

tersebut menunjukkan kurangnya perhatian pada perasaan anak yang tentunya

tidak sesuai dengan prinsip-prinsip penanganan pasien yang baik.

5. Sikap orang tua terhadap perawatan gigi. Sikap dan harapan orang tua

terhadap perawatan gigi sangat berbeda, rencana perawatan yang diluar

harapan jangan dilakukan sebelum menjelaskan dan menimbang

keuntungannya.

Riwayat medis : 2

1. Penyakit jantung congenital

2. Demam rematik

3. Kelainan darah

4. Penyakit saluran pernapasan

5. Asma

6. Hepatitis

7. Penyakit gastrointestinal

8. Penyakit ginjal atau saluran kencing

9. Penyakit tulang atau sendi

10. Penyakit diabetes

Page 7: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

11. Penyakit kulit

12. Kelainan congenital

13. Alergi

14. Pengobatan belakangan atau yang sedang dilakukan

15. Operasi sebelumnya atau penyakit serius

16. Kelainan subnormal mental

17. Epilepsy

18. Riwayat penyakit serius dalam keluarga

PEMERIKSAAN OBJEKTIF (PEMERIKSAAN KLINIS)

Pemeriksaan Ekstra-oral

Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan riwayat

dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, cara berjalan, corak

kulit, mata, bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe. 2

Pemeriksaan Intra-oral

Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada kedatangannya

dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan riwayat. Kemudian, anak

harus duduk dengan tenang pada kursi perawatan. 2

Pemeriksaan awal yang dilakukan pada keadaan seperti ini tidak perlu

mendetail. Jika digunakan sonde harus diingat bahwa terlihatnya alat yang tajam atau

runcing dapat menyebabkan kecemasan dan kecerobohan dalam mempergunakan alat

tersebut dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit. Perawatan sederhana dapat dimulai

dengan anak dipangku orang tua, bila anak sudah percaya diri, ia akan dengan senang

hati duduk sendiri. 2

Page 8: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

1. Jaringan lunak : mukosa pipi, bibir, lidah, tonsil, palatum lunak, palatum keras

dan gingival.

2. Gigi : kebersihan mulut, keadaan gigi-gigi, posisi gigi-gigi-crowding, spasing,

drifting, oklusi.

Gejala Objektif

Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan oleh

seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut : 1

1) Pemeriksaan visual dan taktil

Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan penglihatan.

Hal ini terlalu sering hanya dilakukan sambil lalu selama pemeriksaan, dan

sebagai hasilnya, banyak informasi penting hilang. suatu pemeriksaan visual dan

taktil jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalkan pada pemeriksaan

“three Cs”: color, contour, dan consistency (warna, kontur dan konsistensi). Pada

jaringan lunak, seperti gusi, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat

dengan mudah dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang

timbul dengan pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang lunak, fluktuan, atau

seperti bunga karang yang berbeda dengan jaringan normal, sehat dan kuat adalah

indikatif dari keadaan patologik.

2) Perkusi

Uji ini memungkinkan seseorang mengevaluasi status periodonsium sekitar suatu

gigi. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras, mula-mula dengan jari dengan

intensitas rendah, kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan tangkai

suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa sakit. Suatu respon

sensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya menunjukkan adanya

perisementitis (periodontitis). Walaupun perkusi adalah suatu cara sederhana

menguji, tetapi dapat menyesatkan bila digunakan sebagai alat tunggal. Untuk

Page 9: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

menghilangkan bias pada pihak pasien, harus diubah rentetan gigi yang diperkusi

pada tes yang berturut-turut. Sering juga, arah pukulan harus diubah dari

permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota dan

masing-masing tonjol dipukul dengan urutan berbeda. Akhirnya, sambil

mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai rasa sakit gigi tertentu, klinisi akan

memperoleh suatu respon yang lebih benar, bila pada waktu yang sama

diperhatikan gerakan badan pasien, reflex respon rasa sakit, atau bahkan suatu

respon yang tidak diucapkan. Jangan melakukan perkusi gigi sensitif melebihi

toleransi pasien. Masalah ini dapat dihindari dengan melakukan tekanan ringan

pada beberapa gigi sebelum melakukan perkusi.

3) Palpasi

Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringan

untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit. Meskipun sederhana,

tetapi merupakan suatu tes yang penting. Nilainya terletak dalam menemukan

pembengkakan yang meliputi gigi yang terlibat dan menentukan hal-hal berikut :

(1) apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar untuk insisi dan drainase;

(2) adanya, intensitas dan lokasi rasa sakit; (3) adanya dan lokasi adenopati dan

(4) adanya krepitus tulang.

Gambar 2. Tes perkusi. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Page 10: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Bila palpasi digunakan untuk menentukan adenopati sebaiknya berhati-hati bila

melakukan palpasi nodus limfa pada infeksi akut, untuk menghindari

kemungkinan penyebaran infeksi melalui pembuluh limfatik. Bila gigi-gigi

posterior terinfeksi, maka secara diagnostik nodus limfa submaksiler turut terlibat.

Infeksi pada gigi-gigi anterior bawah kemungkinan menyebabkan pembengkakan

nodus limfa submental. Bila infeksi terbatas pada pulpa dan tidak berlanjut pada

periodonsium, palpasi tidak merupakan saran diagnostik. Palpasi, perkusi,

mobilitas, dan depresibilitas adalah lebih untuk menguji periodontium daripada

pulpa.

4) Mobilitas-Depresibilitas

Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas apparatus pengikat di

sekeliling gigi. Tes ini terdiri dari menggerakkan suatu gigi ke arah lateral dalam

soketnya dengan menggunakan jari atau, lebih diutamakan, menggunakan tangkai

dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat kuat

atau longgar pada alveolusnya. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi

periodonsium; makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya.

Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan menggerakkan gigi ke arah

vertikal dalam soketnya. Tes ini dapat dilakukan dengan jari atau instrumen. Bila

dijumpai depresibilitas, kemungkinan untuk mempertahankan gigi berkisar antara

jelek dan tidak ada harapan.

Gambar 3. Tes palpasi. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Page 11: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Satu klasifikasi mobilitas menetapkan mobilitas derajat pertama sebagai gerakan

gigi yang nyata dalam soketnya; mobilitas derajat kedua adalah gerakan gigi

dalam jarak 1 mm, dan mobilitas derajat ketiga adalah gerakan lebih besar

daripada 1 mm atau bila gigi dapat ditekan.

5) Radiografi

Radiografi adalah salah satu alat klinis paling penting untuk membuat diagnosis.

Alat ini memungkinkan pemeriksaan visual struktur mulut yang tidak mungkin

dapat dilihat dengan mata telanjang. Tanpa alat ini tidak mungkin dilakukan

diagnosis, seleksi kasus, perawatan, dan evaluasi penyembuhan luka. Praktik

kedokteran gigi tidak mungkin dilakukan tanpa radiograf.

Untuk dapat menggunakan radiograf dengan tepat, seorang klinisi harus

mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat

memberikan interpretasi secara tepat. Diperlukan suatu pengertian seksama

tentang anatomi normal dan anomalinya yang mendasarinya dan perubahan yang

dapat timbul yang disebabkan oleh ketuaan, trauma, penyakit dan penyembuhan.

Gambar 4. Tes mobilitas. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Page 12: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Dengan demikian, baru bayangan hitam-putih berdimensi-dua yang diproses pada

film ini mempunyai arti.

6) Uji listrik pulpa

Mengetes pulpa dengan listrik lebih cermat daripada beberapa tes yang digunakan

untuk menentukan vitalitas pulpa. Meskipun vitalitas pulpa tergantung pada

sirkulasi darah intrapulpa, tidak pernah ditemukan tes klinis yang praktis untuk

menguji sirkulasi. Tester listrik bila digunakan untuk menguji vitalitas pulpa,

malahan menggunakan stimulasi saraf. Tujuannya adalah untuk merangsang

respon pulpa dengan mengenakan arus listrik yang makin meningkat pada gigi.

Suatu respon positif merupakan suatu indikasi vitalitas dan membantu dalam

menentukan normalitas atau abnormalitas pulpa tersebut. Tidak adanya respon

terhadap stimulus listrik dapat merupakan indikasi adanya nekrosis pulpa.

Gambar 5. Tes elektrik. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Page 13: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

7) Uji termal

Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk menentukan

sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun keduanya merupakan tes

sensitivitas, tetapi tidak sama dan digunakan untuk alasan diagnosis yang

berbeda. Suatu respon terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa

memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Suatu respon abnormal

terhadap panas biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa atau periapikal

yang memerlukan perawatan endodontik.

Tes panas. Tes panas dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda yang

menghasilkan derajat temperatur yang berbeda. Daerah yang akan dites diisolasi

dan dikeringkan, kemudian udara hangat dikenakan pada permukaan gigi yang

terbuka dan respon pasien dicatat. Bila diperlukan temperatur yang lebih tinggi

untuk mendapatkan suatu respon, harus digunakan air panas, burnisher panas,

guta-percha panas atau kompoun panas atau sembarang instrument yang dapat

menghantarkan temperatur yang terkontrol pada gigi. Bila menggunakan benda

padat, seperti guta-perca panas, panas tersebut dikenakan pada bagian sepertiga

oklusobukal mahkota terbuka. Bila tidak timbul respon, bahan dapat dipindahkan

ke bagian sentral mahkota atau lebih dekat dengan serviks gigi. Bila timbul suatu

respon, benda panas harus segera diambil. Harus dijaga untuk tidak menggunakan

panas yang berlebihan atau memperpanjang aplikasi panas pada gigi.

Tes dingin. Aplikasi dingin dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda.

Suatu cucuran udara dingin dapat dikenakan langsung pada mahkota gigi yang

sebelumnya dikeringkan dan juga pada tepi gusi. Bila tidak timbul respon, gigi

dapat diisolasi dengan isolasi karet dan disemprot dengan etil klorida yang begitu

cepat menguap sehingga mengabsorpsi panas dan dengan demikian mendinginkan

gigi. Suatu cara yang lebih umum adalah meletakkan kapas yang dibasahi dengan

etil klorida pada gig yang dites. Meskipun temperaturnya tidak sedingin seperti

bila digunakan semprotan etil klorida, umumnya cukup dingin untuk

mendapatkan suatu respon yang absah.

Page 14: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

8) Uji anestesi

Tes ini terbatas bagi pasien yang sedang merasa sakit pada waktu dites, bila tes

yang biasanya digunakan gagal untuk memungkinkan seseorang mengidentifikasi

gigi. Tujuannya adalah untuk menganestesi gigi tunggal berturut-turut sampai

rasa sakitnya hilang dan terbatas pada gigi tertentu.

Caranya sebagai berikut : menggunakan injeksi infiltrasi atau intraligamen,

lakukan injeksi pada gigi yang paling belakang pada daerah yang dicurigai

sebagai penyebab rasa sakit. Bila rasa sakitnya tetap ada setelah gigi dianestesi

penuh, lakukan anestesi gigi disebelah mesialnya, dan lanjutkan melakukan

demikian sampai sakitnya hilang. bila sumber rasa sakit tidak dapat ditentukan,

baik pada gigi rahang atas dan rahang bawah, harus diberikan suatu injeksi

alveolar inferior (blok mandibular). Hilangnya rasa sakit tentu saja menunjukkan

keterlibatan gigi mandibular, dan lokalisasi gigi yang khusus dilakukan dengan

injeksi intraligamen, bila anestesi sudah habis efeknya. Tes ini jelas merupakan

suatu usaha terakhir dan mempunyai suatu keuntungan dibandingkan “tes kavitas”

karena selama tes kavitas dapat terjadi kerusakan iatrogenic.

9) Uji kavitas

Tes ini memungkinkan seseorang menentukan vitalitas pulpa. Tes ini dilakukan

bila cara diagnosis lain gagal. Tes kavitas dilakukan dengan cara mengebur

melalui pertemuan email dentin gigi tanpa anestesi. Pengeburan harus dilakukan

Gambar 6. Tes anestesi dengan injeksi intraligamen. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Page 15: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin. Sensitivitas atau nyeri yang

dirasakan oleh pasien yang merupakan suatu petunjuk vitalitas pulpa; tidak

diindikasikan untuk perawatan endodontik. Semen sedatif kemudian diletakkan di

dalam kavitas dan pencarian sumber rasa sakit diteruskan. Bila tidak dirasakan

sakit, preparasi kavitas boleh dilanjutkan sampai kamar pulpa dicapai. Bila

seluruh pulpa nekrotik, perawatan endodontik dapat dilanjutkan tanpa rasa sakit

dan dalam kebanyakan kasus tanpa anestesi.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN (BILA PERLU)

Radiografi

Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan semua keterangan yang

diperlukan mengenai pasien, disini mungkin tidak diperlukan radiografi.

Bagaimanapun juga, radiografi biasanya diperlukan satu atau alasan-alasan berikut : 2

1. Untuk mendiagnosis karies gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa dilihat

pada pemeriksaan klinis.

2. Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi.

3. Untuk menemukan gangguan khusus, misalnya kondisi jaringan periapikal

yang berhubungan dengan gigi-gigi nonvital atau yang mengalami trauma.

DIAGNOSIS

Diagnosis Karies Gigi

Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua

permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer.

Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies

interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang.

Page 16: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi

dengan eksplorer.3

Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan

eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi

telah mulai untuk demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan pada

eksplorer dapat merusak dan membuat lubang. 3

Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum

berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk

membuang embun, dan mengganti peralatan optis/ Hal ini akan membentuk sebuah

efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk

mendiagnosis karies kecil. 3

Gambar 7. Dental explorer, alat diagnostik karies. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/karies gigi. diakses pada tanggal 8 juli 2010

Karies berdasarkan lokasi permukaan kunyah dapat dibagi :4

- Karies oklusal

- Karies labial

- Karies bukal

- Karies palatal/lingual

- Karies aproksimal

- Karies kombinasi (Mengenai semua permukaan)

Page 17: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Pembagian lain dari karies berdasarkan lokasi : 4

1. Karies yang ditemukan di permukaan halus

Ada tiga macam karies permukaan halus:

- Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang

tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah explorer gigi.

Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.

Gambar 8. Radiografi karies proksimal(titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal)

Sumber : http://yayanakhyar.wordpress.com. Diakses pada tanggal 8 Juli 2010

- Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk

ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies

ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri.

Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel

atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih

tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial,

permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas

merupakan lokasi tersering dari karies akar.

- Tipe ketiga karies ini terbentuk pada permukaan lainnya

Page 18: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

2. Karies di celah atau fisura gigi.

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat

perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau

depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi

lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.

Karies celah dan fisura terkadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya

proses perlubangan karena karies, email terdekat berlubang semakin dalam. Ketika

karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel-dental, lubang akan menyebar

secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah

pulpa gigi.

Gambar 9.Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies

Sumber : http://yayanakhyar.wordpress.com. Diakses pada tanggal 8 Juli 2010

Karies berdasarkan kedalamannya: 4

a. Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email.

b. Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah

dentin.

Page 19: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

c. Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan

bahkan menembus pulpa.

Gambar 10. Karies berdasarkan kedalamannya Sumber : http://yayanakhyar.wordpress.com. Diakses pada tanggal 8 Juli 2010

Berdasarkan jaringan yang terkena karies :4

a) Karies Dini/karies email tanpa kavitas yaitu karies yang pertama terlihat secara

klinis, berupa bercak putih setempat pada email.

Anamnesis : Terdapatnya bintik putih pada gigi

Pemeriksaan Objektif :

· Ekstraoral ; tidak ada kelainan

· Intraoral ; Kavitas (-) , lesi putih (+)

b) Karies email dengan kavitas yaitu karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan

dari karies dini.

Anamnesa : Gigi bisa terasa ngilu

Pemeriksaan objektif :

· Ekstraoral ; tidak ada kelainan

· Intraoral ; Kavitas (+) baru mengenai email

Page 20: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

c) Karies dengan dentin terbuka/dentin Hipersensitif yaitu peningkatan sensitif

akibat terbukanya dentin.

Anamnesa :

· Kadang-kadang rasa ngilu waktu kemasukan makanan

· Waktu minum dingin, asam dan asin

· Rasa ngilu hilang setelah rangsangan dihilangkan

· Tidak ada rasa sakit spontan

Pemeriksaan objektif :

· Pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan

· Pemeriksaan intraoral : kavitas baru mengenai email

Diagnosis Penyakit Pulpa

Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya,

dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Karena perluasan inflamasi, apakah sebagian

atau seluruhnya, kadang-kadang bahkan tidak dapat ditentukan secara histologis,

dank arena keadaan bakteriologik, apakah jaringan terinfeksi atau steril, tidak dapat

ditentukan kecuali dengan usapan atau biakan, maka satu-satunya kemungkinan

perbedaan klinis pulpitis adalah antara akut dan kronis. Dua jenis inflamasi kronis

gigi yang pulpanya terbuka secara klinis dapat dikenali : (1) pulpitis kronis berasal

dari pulpa terbuka yang disebabkan karena karies atau trauma; dan (2) pulpitis

hiperplastik kronis. Bentuk akut pulpitis umumnya mengalami rasa sakit cepat,

sebentar, menyakitkan dan kadang-kadang sangat menyakitkan. Bentuk kronis

hampir tanpa gejala atau hanya terasa sakit sedikit dan karenanya biasanya berjalan

lama.1

Page 21: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Jenis inflamasi pulpa tidak selalu jelas. Karena jenis yang satu dapat

bercampur dengan jenis yang lain, kedua jenis inflamasi, akut dan kronis, dapat

dijumpai pada pemeriksaan histologik. Interpretasi studi mikroskopik pulpa dan

jaringan lain tergantung pada preparasi specimen, yaitu fiksasi, sudut dimana

specimen dipotong, dan staining, seperti juga pada bagian khusus yang diperiksa

secara mikroskopis. Pada suatu studi, gigi-gigi dibelah dua, dan bagian diperiksa

terpisah. Pada satu gigi, separuh pulpa mempunyai lesi parah, sedangkan separuh

yang lain hanya membutuhkan beberapa sel inflamasi.1

Klasifikasi klinis penyakit pulpa pertama-tama didasarkan pada gejala. Tidak

terdapat korelasi antara penemuan histopatologik dan gejala yang ada. Nilai

klasifikasi klinis terletak pada penggunaannya oleh klinisi untuk menentukan

perlindungan dan perawatan yang tepat, prognosis endodontik, dan mungkin,

keperluan restoratif gigi.1

1. Pulpitis reversibel

Definisi. Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan-

sampai-sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali

pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang

berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang

mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit hilang segera setelah stimuli

dihilangkan. 1

Histopatologi. Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan

inflamasi ringan-sampai-sedang terbatas pada daerah di mana tubuli dentin terlibat,

seperti misalnya karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat dentin reparatif, gangguan

lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema, dan

adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel

inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat juga sel inflamasi akut. 1

Page 22: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Sebab-sebab. Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu

melukai pulpa. Tegasnya, penyebabnya dapat salah satu yang tertulis berikut :

trauma, misalnya suatu pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu; syok termal,

seperti yang ditimbulkan pada waktu melakukan preparasi kavitas dengan bur tumpul,

atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi, atau karena panas yang

berlebihan pada waktu memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alcohol atau

kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka;

penempatan tumpatan amalgam yang baru berkontak, atau beroklusi dengan suatu

restorasi emas; stimulus kimiawi, misalnya dari bahan makanan manis atau masam

atau dari iritasi tumpatan silikat atau akrilik swa-polimerisasi; atau bakteri, misalnya

dari karies. Setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang sensitivitas

ringan terhadap perubahan temperatur, terutama dingin. Sensitivitas macam itu dapat

berlangsung 2 sampai 3 hari atau seminggu atau bahkan lebih lama, tetapi berangsur-

angsur akan hilang. sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel.1

Gejala-gejala. Pulpitis reversibel simptomatik ditandai oleh rasa sakit tajam

yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin

daripada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut

bila penyebabnya telah ditiadakan. Perbedaannya klinis antara pulpitis reversibel dan

irreversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan

berlangsung lebih lama. Pada pulpitis reversibel, penyebab rasa sakit umumnya peka

terhadap suatu stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan pulpitis

irreversibel rasa sakit dapat datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel

asimptomatik dapat disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal

kembali setelah karies dihilangkan dan menjadi normal kembali setelah karies

dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik. 1

Diagnosis. Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan

berdasarkan tes klinis. Rasa sakitnya tajam, berlangsung beberapa detik, dan

umumnya berhenti bila stimulus dihilangkan. Dingin, manis, atau masam biasanya

Page 23: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis. Meskipin masing-masing

paroksisme (serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar, paroksisme dapat

berlanjut berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh sama

sekali, atau rasa sakit dapat tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval

keringanan dapat menjadi lebih pendek, sampai akhirnya pulpa mati. 1

Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin,

aplikasi dingin merupakan suatu cara yang bagus untuk menemukan dan

mendiagnosis gigi yang terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara normal

bereaksi terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan radiografi

jaringan periapikal adalah normal. 1

Anamnesa : 4

Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin

Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus

Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan

Pemeriksaan Objektif : 4

Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan

Intra oral :

Perkusi (-)

Karies mengenai dentin/karies profunda

Pulpa belum terbuka

Sondase (+)

Chlor etil (+)

2. Pulpitis irreversibel

Page 24: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Definisi. Pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang

persisten, dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan oleh stimulus

noksius. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan

oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit timbul secara spontan. Rasa sakit

bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus

termal dihilangkan. 1

Histopatologi. Gangguan ini mempunyai tingkatan inflamasi kronis dan akut

di dalam pulpa. Pulpitis irreversibel dapat disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya

yang berlangsung lama seperti misalnya karies. Bila karies menembus dentin dapat

menyebabkan respon inflamasi kronis. Bila karies tidak diambil, perubahan inflamasi

di dalam pulpa akan meningkat keparahannya jika kerusakan mendekati pulpa. 1

Sebab-sebab. Sebab paling umum pulpitis irreversibel adalah keterlibatan

bacterial pulpa melalui karies, meskipun factor klinis, kimiawi, termal, atau mekanis,

yang telah disebut sebagai penyebab penyakit pulpa, mungkin juga menyebabkan

pulpitis. Sebagai yang dinyatakan sebelumnya, pulpitis reversibel dapat memburuk

menjadi pulpitis irreversibel. 1

Gejala-gejala. Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, suatu paroksisme rasa

sakit dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : perubahan temperatur, terutama dingin;

bahan makanan manis atau masam; tekanan makanan yang masuk ke dalam kavitas

atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang

menyebabkan kongesti pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya tetap berlangsung

meski penyebabnya dihilangkan, dan dapat dating dan pergi secara spontan, tanpa

penyebab yang jelas. Pasien dapat melukiskan rasa sakit sebagai menusuk, tajam-

menusuk, atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit dapat

sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan

tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. 1

Page 25: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Diagnosis. Pemeriksaan biasanya menemukan suatu kavitas dalam yang

meluas ke pulpa atau karies di bawah tumpatan. Pulpa mungkin sudah terbuka.

Waktu mencapai jalan masuk ke lubang pembukaan akan terlihat suatu lapisan keabu-

abuan yang menyerupai buih meliputi pulpa terbuka dan dentin sekitarnya. Probing

ke dalam daerah ini tidak menyebakan rasa sakit pada pasien hingga dicapai daerah

pulpa yang lebih dalam. Pada tingkat ini dapt terjadi sakit dan perdarahan. Bila pulpa

tidak terbuka oleh proses karies, dapat terlihat sedikit nanah jika dicapai jalan masuk

ke kamar pulpa. 1

Pemeriksaan radiografik mungkin tidak menunjukkan sesuatu yang nyata

yang belum diketahui secara klinis, mungkin memperlihatkan suatu kavitas proksimal

yang secara visual tidak terlihat, atau mungkin memberi kesan keterlibatan suatu

tanduk pulpa. Suatu radiografi dapat juga menunjukkan pembukaan pulpa, karies di

bawah suatu tumpatan, atau suatu kavitas dalam atau tumpatan mengancam integritas

pulpa. Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, tes termal dapat mendatangkan rasa

sakit yang bertahan setelah penghilangan stimulus termal. Pada tingkat belakangan,

bila pulpa terbuka, dapat bereaksi secara normal. Hasil pemeriksaan untuk tes

mobilitas, perkusi dan palpasi adalah negatif. 1

Anamnesa : 4

· Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus menjalar kebelakang telinga

· Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit

Pemeriksaan Objektif : 4

· Ekstra oral : tidak ada kelainan

· Intra oral :

Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan

Pulpa terbuka bisa juga tidak

Sondase (+)

Page 26: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Khlor ethil (+)

Perkusi bisa (+) bisa (-)

3. Pulpitis hiperplastik kronis

Definisi. Pulpitis hiperplastik kronis atau polip pulpa adalah suatu inflamasi

pulpa produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan karies luas yang kadang-

kadang tertutup oleh epithelium dan disebabkan karena iritasi tingkat rendah yang

berlangsung lama. 1

Histopatologi. Secara histopatologis, permukaan polip pulpa ditutup

epithelium skuamasi yang bertingkat-tingkat. Polip pulpa gigi sulung lebih mungkin

tertutup oleh epithelium skuamasi yang bertingkat-tingkat/berstrata daripada polip

pulpa gigi permanen. Epithelium semacam itu dapat berasal dari gingival atau dari sel

epithelial mukosa atau lidah yang baru saja mengalami deskuamasi. Jaringan di

dalam kamar pulpa sering berubah menjadi granulasi, yang menonjol dari pulpa

masuk ke dalam lesi karies. Jaringan granulasi adalah jaringan penghubung vaskuler,

muda dan berisi neutrofil PMF, limfosit, dan sel-sel plasma. Jaringan pulpa

mengalami inflamasi kronis. Serabut saraf dapat ditemukan pada lapisan epithelial. 1

Sebab-sebab. Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif

merupakan penyebabnya. Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan suatu

kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah

yang kronis. Iritasi mekanis yang disebabkan karena pengunyahan dan infeksi

bacterial sering mengadakan stimulus. 1

Gejala-gejala. Pulpitis hiperplastik kronis tidak mempunyai gejala, kecuali

selama mastikasi, bila tekanan bolus makanan menyebabkan rasa tidak

menyenangkan. 1

Page 27: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Diagnosis. Gangguan ini umumnya hanya terlihat pada gigi anak-anak dan

orang muda. Penampilan jaringan polipoid secara klinis adalah khas : suatu massa

pulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging mengisi sebagian besar kamar pulpa

atau kavitas atau bahkan meluas melewati perbatasan gigi. Jaringan polipoid kurang

sensitif daripada jaringan normal daripada jaringan pulpa normal dan lebih sensitif

daripada jaringan gingival. Pemotongan jaringan ini tidak menyebabkan rasa sakit.

Jaringan ini mudah berdarah karena suatu anyaman pembuluh darah yang subur. Jika

jaringan pulpa hiperplastik meluas melewati kavitas atau gigi, maka akan terlihat

seolah-olah jaringan gusi tumbuh di dalam kavitas. 1

Tidak begitu sukar untuk mendiagnosi pulpitis hiperplastik kronis dengan

hanya pemeriksaan klinis. Jaringan pulpa hiperplastik di dalam kamar pulpa atau

kavitas gigi adalah khas dalam penampilannya. Radiografi umumnya menunjukkan

suatu kavitas besar yang terbuka dengan pembukaan kamar pulpa. Gigi bereaksi

lemah atau sama sekali tidak terhadap tes termal, kecuali jika digunakan dingin yang

ekstriem, seperti etil klorida. Diperlukan lebih banyak arus daripada gigi normal

untuk mendapatkan suatu reaksi dengan menggunakan tester pulpa listrik. 1

4. Neksrosis pulpa

Definisi. Nekrosis adalah matinya pulpa. Dapat sebagian atau seluruhnya,

tergantung pada apakah sebagian atau seluruhnya terlibat. Nekrosis, meskipun suatu

akibat inflamasi, dapat juga terjadi setelah injuri traumatik yang pulpanya rusak

sebelum terjadi reaksi inflamasi. 1

Bakteriologi. Banyak bakteri telah diisolasi dari gigi dengan pulpa nekrotik.

Pada persentase tinggi kasus-kasus ini, saluran akar berisi suatu campuran flora

mikrobial, aerobik dan anaerobik. 1

Histopatologi. Jaringan pulpa nekrotik, debris seluler dan mikroorganisme

mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal, atau

menunjukkan sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligament periodontal. 1

Page 28: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Jenis. Nekrosis ada dua jenis umum : koagulan dan likuefasi. Pada nekrosi

koagulan. Pada nekrosis koagulan, bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau

diubah menjadi bahan solid.caseation adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang

jaringan berubah menjadi massa seperti keju terdiri terutama atas protein yang

mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah

jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan, atau debris amorfus. 1

Penyebab. Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh injuri yang membahayakan

pulpa seperti bakteri, trauma dan iritasi kimiawi. 1

Gejala-gejala. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak

menyebabkan gejala rasa sakit. Sering, diskolorisasi gigi adalah indikasi pertama

bahwa pulpa mati. Penampilan mahkota yang buram atau opak hanya disebabkan

karena translusensi normal yang jelek, tetapi kadang-kadang gigi mengalami

perubahan warna keabua-abuan atau kecoklat-coklatan yang nyata dan dapat

kehilangan kecemerlangan dan kilauan yang biasa dipunyai. Adanya pulpa nekrotik

mungkin ditemukan hanya secara kebetulan, karena gigi macam itu adalah

asimptomatik, dan radiograf adalah nondiagnotik. Gigi dengan nekrosis sebagian

dapat bereaksi terhadap perubahan termal, karena adanya serabut saraf vital yang

melalui jaringan inflamasi di dekatnya. 1

Diagnosis. Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan

besar, suatu jalan terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligament periodontal.

Beberapa gigi tidak mempunyai kavitas ataupu tumpatan, dan pulpanya mati sebagai

akibat trauma. Sedikit pasien mempunyai riwayat rasa sakit parah yang berlangsung

beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti oleh penghentian seluruh rasa sakit yang

terjadi. Selama waktu ini, “pulpa sudah hampir tamat riwayatnya” dan memberi

pasien perasaan seolah-olah aman dan sehat. Pada kasus lain, pasien tidak sadar

bahwa pulpa telah mati secara perlahan-lahan dan diam-diam, tanpa gejala. Gigi

dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap dingin, tes pulpa listrik atau tes

kavitas. Namun demikian pada kasus yang jarang terjadi, timbul suatu reaksi minimal

Page 29: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

terhadap arus maksimum tester pulpa listrik bila arus listrik dikondusi melalui uap

lembab yang terdapat dalam saluran akar setelah pencairan nekrose ke jaringan vital

tetangganya. Pada pasien lain, beberapa serabut saraf apical terus bertahan dan

bereaksi dengan cara yang sama. Serabut saraf tahan terhadap perubahan inflamasi.

Suatu korelasi tes dingin dan tes listrik dan suatu riwayat rasa sakit, bersama dengan

pemeriksaan klinis yang cermat, harus menentukan suatu diagnosis yang tepat. 1

5. Gangren pulpa

Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai

sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel

pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang

pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel

sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses terjadinya gangren pulpa diawali oleh

proses karies. Karies dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin

dan sementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme) dalam dental plak.

Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling

tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan,

kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan

adanya karies yang mengenai email (karies superfisialis), dimana terdapat lubang

dangkal, tidak lebih dari 1mm. selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada

dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa

terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika

rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa

yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. pada

pulpitis terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan

pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut

dan mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan

terjadinya gangren pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat

Page 30: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut tercium

bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman. 5

Gejala klinik. Gejala yang didapat dari pulpa yang gangren bisa terjadi tanpa

keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi

terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan Pada gangrene pulpa dapat disebut

juga gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan reaksi pada

cavity test (tes dengan panas atau dingin) dan pada lubang perforasi tercium bau

busuk, gigi tersebut baru akan memberikan rasa sakit apabila penderita minum atau

makan benda yang panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpa

tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital. 5

Diagnosis dan differential diagnosis. Diagnosis ditegakkan dengan

anamnesis dan pemeriksaan objektif (extraoral dan intraoral). Berdasarkan

pemeriksaan klinis, secara objektif didapatkan : 5

- Karies profunda (+)

- Pemeriksaan sonde (-), dengan menggunakan sonde mulut, lalu ditusukkan

beberapa kali ke dalam karies, hasilnya (-). Pasien tidak merasakan sakit.

- Pemeriksaan perkusi (-), dengan menggunakan ujung sonde mulut yang bulat,

diketuk-ketuk kedalam gigi yang sakit, hasilnya (-).pasien tidak merasakan sakit.

- Pemeriksaan penciuman, dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu

sentuhkan pada gigi yang sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan

tercium bau busuk dari mulut pasien.

- Pemeriksaan foto rontgen, terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan terlihat

juga rongga pulpa yang telah terbuka dan jaringan periodontium memperlihatkan

penebalan.

Page 31: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Bagan patifisiologi terjadinya gangren pulpa

Bakteri + karbihidrat makanan + Kerentanan permukaan gigi + waktu

(Saling tumpang tindih)

Karies superfisialis

Karies Media

Karies Profunda

Radang pada pulpa (Pulpitis)

Pembusukan jaringan pulpa (ditemukan gas-gas indol, skatol, putresin)

Bau Mulut

Keluar Gas H2S, NH3

Gigi non vital (Gangren pulpa)

Differential diagnosis. Periodontitis merupakan komplikasi dari karies

profunda non vitalis atau gangren pulpa, dimana pada pemeriksaan klinis ditemukan

gigi non vital, sondase (-), dan perkusi (+).5

Gangren pulpa Periodontitis

Pemeriksaan sonde (-)

Pemeriksaan perkusi (+)

Reaksi panas/dingin (-)

Pemeriksaan panas/dingin (-)

Page 32: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Untuk menentukan apakah pulpa masih dapat diselamatkan, bisa dilakukan

beberapa pengujian: 5

- Diberi rangsang dingin, rangsang dihentikan, nyeri hilang artinya pulpa sehat.

Pulpa dipertahankan dengan mencabut bagian gigi yang membusuk dan

menambalnya. Jika nyeri tetap, meskipun rangsang nyeri sudah dihilangkan

atau jika nyeri timbul secara spontan, maka pulpa tidak dapat dipertahankan.

- Penguji pulpa elektrik, alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa

masih hidup, bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat, jika

penderita merasakan aliran listrik pada giginya, berarti pulpa masih hidup.

- Mengetuk gigi dengan sebuah alat, jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri,

berarti peradangan telah menyebar ke jaringan tulang dan sekitarnya.

- Rontgen gigi, dilakukan untuk mengetahui adanya pembusukan gigi dan

menunjukkan apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan

pengeroposan tulang disekitar akar gigi.

Diagnosis Penyakit Periradikular1

1. Abses Alveolar Akut

Sinonim. Abses akut, abses apikal akut, abses dentoalveolar akut, abses

periapikal akut, dan abses radikular akut.

Definisi. Suatu abses alveolar akut adalah suatu kumpulan nanah yang

terbatas pada tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah kematian pulpa, dengan

perluasan infeksi ke dalam jaringan periradikular melalui foramen apikal. Diikuti oleh

suatu reaksi parah setempat, dan kadang-kadang, umum. Abses akut adalah suatu

kelanjutan proses penyakit yang mulai di pulpa dan berkembang ke jaringan

periradikular, yang pada gilirannya bereaksi hebat terhadap infeksi.

Sebab. Meskipun suatu abses akut adalah mungkin adalah mungkin suatu

akibat trauma atau iritasi kimiawi atau mekanis, penyebab dekat umumnya adalah

Page 33: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

invasi bacterial jaringan pulpa mati. Kadang-kadang tidak dijumpai suatu kavitas

ataupun suatu restorasi pada gigi, tetapi pasien pernah mengalami trauma. Karena

jaringan pulpa tertutup rapat, tidak mungkin ada drainase dan infeksi terus meluas ke

arah perlawanan yang sedikit, yaitu melalui foramen apikal, dan dengan demikian

melibatkan ligament periodontal dan tulang periradikular.

Gejala-gejala. Gejala pertama mungkin adalah suatu sensitivitas pada gigi

yang dapat berkurang dengan tekanan ringan terus-menerus pada gigi yang ekstrusi

untuk menekannya kembali ke dalam alveolus. Selanjutnya pasien menderita rasa

sakit berdenyut yang parah, dengan disertai pembengkakan jaringan lunak yang

melapisinya. Jika infeksi berkembang, pembengkakan menjadi lebih nyata dan

meluas melebihi tempat semula. Gigi terasa lebih sakit, memanjang, dam goyah.

Diagnosis. Diagnosis biasanya dibuat cepat dan tepat dari pemeriksaan klinis

dan dari riwayat subjektif yang diberikan oleh pasien. Pada tingkat awal, sukar untuk

menentukan giginya karena tidak adanya tanda-tanda klinis dan adanya rasa sakit

yang difus dan menjengkelkan. Suatu diagnosis dapat ditegaskan dengan bantuan tes

pulpa listrik dan tes termal. Gigi yang terlibat adalah nekrotik dan tidak bereaksi

terhadap arus listrik atau aplikasi dingin. Gigi sensitif terhadap perkusi, atau pasien

menyatakan bahwa gigi terasa sakit bila digunakan untuk mengunyah, mukosa apikal

terasa sensitif terhadap palpasi, dan gigi mungkin goyah dan ekstrusi.

2. Periodontitis Apikal Akut

Definisi. Periodontitis apikal akut adalah suatu inflamasi periodonsium

dengan rasa sakit sebagai akibat trauma, iritasi, atau infeksi melalui saluran akar,

tabpa memperhatikan apakah pulpa vital atau nonvital.

Sebab. Periodontitis apikal akut dapat terjadi pada gigi vital yang telah

mengalami trauma oklusal yang disebabkan oleh kontak oklusal yang abnormal, oleh

restorasi yang belum lama dibuat yang meluas melebihi bidang oklusal, karena

penggunaan tusuk gigi di antara gigi-giginya sebagai baji (wedge), makanan, atau

Page 34: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

sepotong isolator karet yang ditinggalkan oleh dokter gigi, atau karena pukulan pada

gigi.

Periodontitis apikal akut juga dapat dihubungkan dengan gigi nonvital. Dapat

juga disebabkan oleh sekuel penyakit pulpa, yaitu difusi bakteri dan produk noksius

dari pulpa yang meradang atau nekrotik, atau sebabnya mungkin iatrogenik, seperti

instrumentasi saluran akar yang mendorong bakteri dan debris dengan kurang hati-

hati melalui foramen apikal, mendorong obat-obatan yang merangsang seperti

formocresol melalui foramen apikal yang mengenai jaringan periapikal, perforasi

akar, atau instrumentasi yang berlebihan pada waktu pembersihan dan pembentukan

saluran akar.

Gejala-gejala. Gejala periodontitis apikal akut adalah rasa sakit dan gigi

sangat sensitif. Dapat juga gigi merasa agak sakit, kadang-kadang hanya bila

diperkusi pada arah tertentu, atau rasa sakitnya dapat sangat. Gigi dapat modod

sehingga bila ditutup menimbulkan rasa sakit.

Diagnosis. Diagnosis sering dibuat dari riwayat yang diketahui dari gigi yang

dirawat. Gejala-gejalanya adalah hasil rangsangan yang berasal dari perawatan

endodontik, yang disebabkan oleh instrumentasi yang berlebihan, rangsangan obat-

obatan, atau pengisian yang berlebihan yang dalam kasus ini giginya tanpa pulpa,

atau hasil stimuli noksius yang merangsang ligament periodontal, yang dalam kasus

ini giginya vital. Gigi sensitif terhadap perkusi atau tekanan ringan, sedangkan

mukosa yang melapisi apeks akar mungkin sensitif atau mungkin tidak sensitif

terhadap palpasi. Pemeriksaan radiografik dapat menunjukkan ligament periodontal

yang menebal atau suatu daerah kecil rarefaksi bila melibatkan gigi tanpa pulpa, dan

dapat menunjukkan struktur periradikular normal bila terdapat suatu pulpa vital di

dalam mulut.

Page 35: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

3. Eksaserbasi Akut (Lesi Kronis)

Sinonim. Abses phoenix.

Definisi. Kondisi ini adalah suatu reaksi inflamatori akut yang melapisi suatu

lesi kronis yang ada, seperti kista atau granuloma.

Sebab. Daerah periradikular mungkin bereaksi terhadap stimulus noksius dari

suatu pulpa yang sakit, yang menderita penyakit periradikular kronis. Sementara

penyakit periradikular kronis, seperti granuloma dan kista, dalam keadaan

keseimbangan, reaksi apikal ini sama sekali dapat asimptomatik. Kadang-kadang

akrena kemasukan produk nekrotik dari pulpa yang sakit, atau karena bakteri dan

toksinnya, lesi yang kelihatan tidak aktifini dapat bereaksi dan dapat menyebabkan

respon inflamatori akut. Penurunan daya tahan tubuh pada keberadaan bakteri dan

pelepasan bakteri dalam saluran akar atau iritasi mekanis selama preparasi saluran

akar juga dapat memicu respon inflamatori akut.

Gejala-gejala. Pada mulanya, gigi sensitif terhadap palpasi. Bila inflamasi

berkembang, gigi dapat terangkat dalam soketnya dan dapat menjadi sensitif. Mukosa

yang melapisi daerah radikular dapat sensitif terhadap palpasi dan terlihat merah dan

membengkak.

Diagnosis. Eksaserbasi lesi kronis biasa dihubungkan dengan permulaan

terpai saluran akar pada gigi yang sama sekali asimptomatik. Pada gigi semacam itu,

radiograf menunjukkan lesi periradikular yang jelas. Pasien mungkin mempunyai

suatu riwayat kecelakaan traumatik yang mengubah gigi menjadi gelap setelah

beberapa lama atau rasa sakit pasca-bedah pada gigi yang telah reda sampai peristiwa

rasa sakit yang sekarang. Tidak adanya reaksi terhadap tes vitalitas menunjukkan

pada suatu diagnosis pulpa nekrotik, meskipun pada peristiwa yang jarang terjadi,

sebuah gigi dapat bereaksi terhadap tes pulpa listrik karena adanya cairan di dalam

saluran akar; atau pada gigi yang berakar banyak.

Page 36: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

4. Abses Alveolar Kronis

Sinonim. Periodontitis apical supuratif kronis.

Definisi. Suatu abses alveolar kronis adalah suatu infeksi tulang alveolar

periradikular yang berjalan lama dan bertingkat rendah. Sumber infeksi terdapat

dalam saluran akar.

Sebab. Abses alveolar kronis adalah suatu sekuel alami matinya pulpa dengan

perluasan proses infektif sebelah periapikal, atau dapat juga disebabkan oleh abses

akut yang sebelumnya sudah ada.

Gejala-gejala. Gigi dengan abses alveolar kronis umumnya adalah

asimptomatik; kadang-kadang abses semacam itu hanya dapat dideteksi pada waktu

pemeriksaan radiografik rutin atau karena adanya fistula.

Diagnosis. Suatu abses kronis mungkin tidak memberikan rasa sakit atau

hanya rasa sakit ringan. Kadang-kadang tanda pertama kerusakan oseus nyata terlihat

secara radiografik pada waktu pemeriksaan rutin atau terdapat perubahan warna pada

mahkota gigi. Radiografi sering menunjukkan suatu daerah difus rarefaksi tulang,

tetapi lesi yang terlihat pada radiograf adalah nondiagnostik. Ligament periodontal

menebal. Gigi tidak bereaksi terhadap tes pulpa listrik atau tes termal.

5. Granuloma

Definisi. Suatu granuloma gigi adalah suatu pertumbuhan jaringan

granulomatus yang bersambung dengan ligament periodontal disebabkan oleh

matinya pulpa dan difusi bakteri dan toksin bakteri dari saluran akar ke dalam

jaringan periradikular di sekitarnya melalui foramin apikal dan lateral.

Suatu granuloma dapat dianggap sebagai reaksi defensif kronis tingkat rendah

terhadap iritasi dari saluran akar. Suatu kondisi bagi perkembangan suatu granuloma

adalah iritasi ringan yang terus-menerus. Sebagai abses kronis, granuloma adalah

sekuel lanjutan infeksi dari suatu pulpa nekrotik; jaringan granulasi dapat bervariasi

dalam diameter dari pecahan millimeter sampai sentimeter atau bahkan lebih besar.

Page 37: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Sebab. Sebab perkembangan suatu granuloma adalah matinya pulpa, diikuti

oleh suatu infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal yang merangsang suatu reaksi

seluler produktif. Suatu granuloma hanya berkembang beberapa saat setelah pulpa

mati.

Gejala-gejala. Suatu granuloma tidak menghasilkan reaksi subjektif, kecuali

pada kasus langka bila runtuh dan mengalami supurasi. Biasanya granuloma adalah

asimptomatik.

Diagnosis. Adanya granuloma, yang tanpa gejala, biasanya ditemukan pada

pemeriksaan radiografik rutin. Daerah rarefaksi nampak nyata, dengan tidak adanya

kontinuitas lamina dura. Diagnosis tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan

mikroskop. Gigi yang terlibat biasanya tidak peka terhadap perkusi, dan tidak goyah.

Mukosa di atas apeks akar mungkin peka atau mungkin tidak peka terhadap palpasi.

Dapat dijumpai suatu fistula. Gigi tidak bereaksi terhadap tes termal atau tes pulpa

listrik. Pasien memberikan suatu penyakit pulpagia yang telah reda.

6. Kista Radikuler

Definisi. Suatu kista adalah suatu kavitas tertutup atau kantung yang bagian

dalam dilapisi oleh epithelium, dan pusatnya terisi cairan atau bahan semisolid. Kista

rahang dibagi dalam odontogenik, nonodontogenik, dan nonepitelial. Kista

nonodontogenik timbul dari epithelium odontogenik dan diklasifikasikan sebagai

folikuler, timbul dari organ email atau folikel; dab radikuler, timbul dari sisa sel

Malassez. Kista nonodontogenik diklasifikasikan sebagai fisural, timbul dari bekas

epithelial terjebak dalam peleburan prosesus fasial, atau nasopalatin. Kista semu atau

kista nonepitelial adalah kavitas bertulang yang tidak dilapisi epithelium dan

karenanya bukan kista sebenarnya. Suatu kista radikuler atau alveolar adalah suatu

kantung epithelial yang pertumbuhannya lambat pada apeks gigi yang melapisi suatu

kavitas patologik pada tulang alveolar.

Page 38: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

Sebab. Suatu kista radikular mensyaratkan injuri fisis, kimiawi, atau bacterial

yang menyebabkan matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epithelial Malassez,

yang biasanya dijumpai pada ligament periodontal.

Gejala-gejala. Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan

suatu kista, kecuali yang kebetulan diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi

cukup besar untuk secara nyata menjadi pembengkakan.

Tekanan kista cukup menggerakkan gigi yang bersangkutan, yang disebabkan

oleh timbulnya cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang

bersangkutan menjadi renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi

dapat juga menjadi goyah. Bila dibiarkan tidak terawatt, suatu kista dapat terus

tumbuh dan merugikan rahang atas atau rahang bawah.

Diagnosis. Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi terhadap stimuli

listrik atau termal, dan hasil tes klinis lainnya adalah negatif, kecuali radiograf. Pasien

mungkin melaporkan suatu riwayat rasa sakit sebelumnya. Biasanya pada

pemeriksaan radiografik, terlihat tidak adanya kontinuitas lamina dura, dengan suatu

daerah rarefaksi. Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis bentuknya, kecuali

bila mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar atau

mempunyai bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar daripada suatu granuloma dan

dapat meliputi lebih dari satu gigi. Baik ukuran maupun bentuk daerah rarefaksi

bukan indikasi definitif suatu kista.

7. Osteoitis Memadat

Definisi. Osteoitis memadat (osteoitis yang mengalami kondensasi) adalah

reaksi terhadap suatu inflamasi kronis-tingkat rendah daerah periradikuler yang

disebabkan oleh suatu rangsangan ringan melalui saluran akar.

Histopatologi. Secara makroskopis, osteoitis memadat terlihat sebagai suatu

daerah tulang padat dengan tepi trabekular yang dilapisi oleh osteoblas. Sel-sel

Page 39: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

inflamantori kronis, sel-sel plasma, dan limfosit terlihat pada sumsum tulang yang

sedikit.

Sebab. Osteoitis memadat adalah suatu rangsangan ringan dari penyakit pulpa

yang menstimulasi aktivitas osteoblastik pada tulang alveolar.

Gejala-gejala. Gangguan ini biasanya tanpa gejala dan ditemukan pada waktu

pemeriksaan radiografik rutin.

Diagnosis. Diagnosis dibuat dari radiografi. Osteoitis memadat terlihat pada

radiograf sebagai suatu radiopak terlokalisasi yang mengelilingi gigi yang

terpengaruh. Ini adalah suatu daerah tulang padat dengan pola trabekuler yang

berkurang. Gigi posterior rahang bawah yang paling sering terlibat. Hasil tes vitalitas

dalam kisaran normal.

Tabel 1. Terminologi diagnostik6

Page 40: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

RENCANA PERAWATAN

Rencana perawatan yang baik dibuat oleh dokter gigi yang baik. Hal utama

pada rencana perawatan yang baik adalah tekad yang kokoh untuk kebaikan anak

seluruhnya, tidak hanya gigi-giginya, dan untuk mempengaruhi sikap anak terhadap

kedokteran gigi, selain melakukan perawatan yang diperlukan. Perawatan yang

berhasil dalam menyelesaikan perawatan operatif tetapi gagal menyelesaikan sikap

positif hanya bermanfaat bagi anak dalam jangka pendek; jika terbentuk sikap

negatif, dapat terjadi hal-hal yang lebih buruk. Intisari kedokteran gigi yang baik bagi

anak adalah merencanakan dan menjalankan perawatan sedemikian rupa sehingga

bermanfaat bagi anak dalam arti yang luas dalam jangka panjang maupun pendek. 2

Untuk mencapai tujuan ini, perlu mengetahui lebih jauh mengenai anak

daripada hanya keadaan gigi geliginya. Banyak keterangan yang dapat diperoleh dari

riwayat social, dental, medis dari pasien serta pengaruhnya terhadap rencana

perawatan. Setiap anak berbeda, dan setiap rencana perawatan yang tepat untuk tiap

individu hanya dapat dilakukan berdasarkanlatar belakang yang berhubungan.

Dengan keterangan mengenai latar belakang ini, gangguan yang mungkin timbul

dapat diantisipasi dan perawatan dapat dierncanakan sedemikian rupa untuk

mengatasi atau menghindarinya. 2

Garis besar rencana perawatan dipaparkan di bawah. Rencana akhir harus

dicatat dalam bentuk buku, tetapi bukan berarti tidak fleksibel; ini semua harus tetap

dapat dimodifikasi, jika perlu, selama dilakukannya perawatan. 2

KESIMPULAN

Prosedur menegakkan diagnosis :

1. Pemeriksaan subjektif (anamnesis)

Page 41: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

2. Pemeriksaan objektif (pemeriksaan klinis)

3. Pemeriksaan tambahan, bila perlu.

Dari hasil pemeriksaan tersebut, ditegakkan diagnosis untuk menentukan

rencana perawatan yang tepat.

Diagnosis penyakit pulpa :

Pulpitis reversibel

Pulpitis irreversibel

Pulpitis hiperplatik kronis

Nekrosis pulpa

Gangren pulpa

Diagnosis penyakit periradikular :

Abses alveolar akut

Periodontitis apikal akut

Eksaserbasi akut

Abses alveolar kronis

Granuloma

Kista radikular

Osteoitis memadat

DAFTAR PUSTAKA

1. Grossman IL, Oliet S, Rio CED. Ilmu endodontik dalam praktik. Ed.11. Jakarta : EGC, 1995 : hal 1-19, 71-109.

Page 42: Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak

2. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Ed.2. Jakarta : Widya Medika, 1992 : hal 3-14.

3. Anonim. Karies gigi. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/kariesgigi. Diakses pada tanggal 8 juli 2010.

4. Julianti R, Dharma MS, Erdaliza, Anggia D, Fahmi F, dkk. Gigi dan mulut. Pekanbaru : FK UNRI, 2008. Available at (http://yayanakhyar.wordpress.com. Diakses pada tanggal 8 Juli 2010.)

5. Kartini A. Gangren pulpa. Available at http://aniekart.blogspot.com/2009/07/bp-gigi-rsu-dr-slamet.html. Diakses pada tanggal 8 Juli 2010.

6. Walton RE, Torabinejad M. Principles and practice of endodontic. Philadelphia : W.B. Saunders Company, 2002 : p.65.