26
PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI PANJANG ANYAMAN KAWAT KASA TERADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TANPA TULANGAN Oleh: NAMA : ELNATH BUDI PUTRANTO NIM: I1B006012 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK JURUSAN TEKNIK 1

Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI PANJANG ANYAMAN KAWAT KASA TERADAP KAPASITAS

LENTUR BALOK BETON TANPA TULANGAN

Oleh:

NAMA : ELNATH BUDI PUTRANTO

NIM: I1B006012

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PURBALINGGA

2009

1

Page 2: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunannya yang terdiri dari bahan semen, agregat kasar,

agregat halus, air dan bahan tambah (Tri Mulyono, 2003). Kelebihan beton yaitu memilki kuat desak

yang tinggi, tahan api dan mudah dibentuk. Namun disamping mempunyai kelebihan tersebut, beton

juga mempunyai kelemahan yaitu, kuat tarik yang rendah.

Usaha untuk menambah kuat tarik beton, dilakukan dengan cara menambah serat (fiber) dalam

campuran beton, penambahan serat (fiber) dilakukan dengan cara memberikan semacam penulangan

yang disebarkan merata dengan orientasi sebaran yang acak dengan tujuan meningkatkan kuat tarik

beton.

Ada berbagai macam bahan fiber yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat beton

seperti yang telah dilaporkan oleh ACI Committee 544 (1982) dan Soroushian & Bayasi (1987).

Bahan –bahan fiber tersebut antara lain berupa serat baja (steel fiber), kaca (glass fiber), plastic

(polypropylene) dan karbon (carbon) serta serat alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti

ijuk, serat bambu dan lainnya.

Pada penelitian ini digunakan serat berupa serat anyaman kawat (kasa) aluminium pada kadar

optimum yaitu sebesar 0,2% dengan variasi panjang serat dengan tujuan untuk mendapatkan nilai

kapasitas lentur yang paling maksimum.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

- Berapa panjang serat anyaman kawat (kasa), alumunium, yang menimbulkan kuat lentur beton

paling maksimum.

- Berapa besar [pengaruh variasi panjang serat anyaman kawat (kasa), aluminium pada kadar 0,2%

terhadapa kekuatan lentur beton.

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kapasitas lentur yang paling besar akibat

dari variasi panjang serat anyaman kawat (kasa), alumunium pada kadar 0,2%.

2

Page 3: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

1.4 Manfaat penelitian

- Menambah pengetahuan tentang beton serat terutama penggunaaan serat anyaman kawat (kasa)

alumunium.

- Menambah pengetahuan tentang sifat fisik beton serat dalam struktur.

- Memberikan informasi tentang penggunaan serat anyaman kawat (kasa) alumunium dan

keuntungannya sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pilihan penggunaaan serat.

-

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan batasan:

- Semen yang digunakan adalah semen Portland tipe 1.

- Agregat halus (pasir) yang digunakan pasir local.

- Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah dengan tangan ukuran maksimum 20 mm.

- Air yang digunakan adalah air suling biasa.

- Perancangan adukan beton (mix design) yang digunakan adalah perancangan menurut Suhendro

(1991).

- Serat yang digunakan adalah anyaman kawat halus (kasa nyamuk) alumunium dengan ukuran

lebar 10mm dan panjang bervariatif yaitu 15mm, 25mm, 35mm, 45mm.

- Prosentase penambahan serat pada masing-masing benda uji adalah 0,2% (hasil penelitian

Purnomo,2003).

- Benda uji berupa balok beton dengan ukuran 150mm x 150mm x 600mm dengan jumlah benda

uji untuk masing-masing perlakuan adalah 3 buah.

- Analisis data berdasarkan beban maksimum yang dicapai pada saat benda uji runtuh, dilakukan

pada umur 28 hari.

- Pengujian hanya memperhitungkan kuat lentur balok saja.

- Nilai kuat tarik dan berat jenis kasa di peroleh dari daftar spesifikasi bahan Pengetahuan Bahan

Teknik Surdia dan Saito, 2000.

- Analisis data berdasarkan beban maksimum yang dicapai pada saat uji runtuh.

3

Page 4: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serat Kawat Kasa

Kawat kasa adalah serat dari bahan logam (baja atau alumunium) yang mempunyai bentuk

geometrik saling bersilangan (anyaman) satu sama lain dan terdapat ikatan antar serat

(Purnomo,2003). Kasa dapat diidentikan denga kawat tulangan pada ferosemen. Ferosemen sendiri

adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan kepada mortar suatu tulangan

yang berupa anyaman kawat baja. Mortar berfungsi sebagai massa dan kawat baja sebagai pemberi

kekuatan tarik dan daktilitas. Secara lebih teliti, ferosemen dapat diartikan sebagai beton bertulang

dengan bentuk khusus, yaitu dengan tulangan lebih rapat daripada beton bertulang.

Distribusi tulangan yang kecil-kecil tetapi merata memperkecil kemungkinan mortar untuk retak

dan memperbaiki ketahanan terhadap pecah dan patah lelah. Ferosemen menggunakan kawat dengan

tebal antara 10 mm hingga 60 mm dengan volume tlanagn sekitar 6-8% dengan bentuk tulangan

satu lapis atau lebih. Tulangan dapat terbuat dari kawat silang yang di las atau batang-batang baja

tulangan dengan diameter kecil. Dapat juga berupa kawat anyam dengan diameter sekitar 0,5mm dan

1,5mm (Tjokrodimuljo,1996).

Serat anyaman kawat kasa yang digunakan pada penelitian ini adalah serat anyaman kawat kasa

halus. Spesifikasi dari kasa halus ini diperoleh dari literature, disajikan pada tabel1 berikut:

Tabel 1.Spesifikasi serat anyaman kawat (kasa halus)

KETERANGAN SPESIFIKASI

Nama Bahan Kasa Alumunium

Material Alumunium

Berat Jenis 2,2989

Titik Cair (® Celcius) 660,2

Kuat Tarik (kg/mm²) 11,6

Kuat Mulur (kg/mm²) 11,0

(Sumber :Surdia, T.,dan Saito, S.)

4

Page 5: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

2.2 Beton Serat

Beton serat (fiber concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain

yang berupa serat. Serat pada umumnya berupa batang-batang dengan diameter 5 sampai 500µm

(micrometer) dan panjang sekitar 25-100 mm. bahan serat dapat berupa serat asbestos, serat tumbuh-

tumbuhan (rami, bamboo, ijuk), serat plastic, serat gelas/ kaca atau potongan-potongan kawat baja

(Tjokrodimuljo, 1996).

Beton serat (fiber reinforced concrete) menurut ACI commite adalah struktur beton dengan

bahan susun semen, agregat halus dan agregat kasar serta sejumlah kecil serat (fiber). Ide dasar

penambahan serat adalah memberi tulangan pada beton dengan serat, yang disebarkan secara merata

untuk mencegah retakan-retakan yang terjadi akibat pembebanan (Soroushian dan Bayasi, 1987).

Dengan tercegahnya retakan-retakan yang terlalu dini, kemampuan bahan untuk mendukung

tegangan-tegangan dalam (aksial, lentur dan geser) yang terjadi akan jauh lebih besar (Suhendro,

2000).

Penambahan serat (fiber) ke dalam campuran beton merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk mengatasi sifat-sifat beton yang kurang baik, seperti rendahnya beton dalam

memikul tarik dan timbulnya retak-retak pada beton akibat tarik tersebut. Bertambahnya kuat tarik

beton akibat penambahan serat maka diharapkan beton menjadi lebih tahan retak dan tahan benturan

sehingga tingkat kekakuannya (ductility) lebih tinggi daripada beton normal tanpa serat.

Hasil penelitian menunjukan sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki atau di tingkatkan:

a. Daktilitas (ductility) yang mencerminkan kemampuan bahan untuk menyerap energy (energy

absorbtion).

b. Ketahanan terhadap beban kejut (impact resisitance).

c. Kemampuan untuk menahan tarik dan momen lentur.

d. Ketahanan terhadap kelelahan (fatigue life).

e. Ketahanan terhadap susutan (shrinkage).

f. Ketahanan terhadap ausan (abrasson), fragmentasi (fragmentation) dan spalling (Suhendro,

2000).

5

Page 6: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

Penelitian arsyad (2003) yang mengkaji kapasitas lentur dan geser balok beton bertulang dengan

penambahan serat anyaman kasa halus sebesar 0,2 % memperlihatkan peningkatan sebesar 37,24%

untuk kapasitas geser terhadap beton normal.

Mekanisme kerja serat dalam adukan beton secara bersama-sama, dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Serat bersama-sama pasta beton akan membentuk matrik komposit, dimana serat akan memberi

kontribusi dalam menahan beban yang ada sesuai dengan modulus elastisitanya.

P

Gambar 1.Matriks Komposit

b. Pasta beton akan semakin kokoh/ stabil dalam menahan beban karena adanya aksi fiber bridging

yang menghambat penyebaran retak.

Gambar 2.Fiber Bridging

6

Page 7: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

c. Serat akan melakukan aksi pasak (dowel action) sehingga pasta yang sudah retak akan tetap

stabil/ kokoh menahan beban yang ada.

Gambar 3.Dowel Action

Pengaruh penambahan serat ke dalam adukan beton tergantung pada hal-hal berikut:

a. Jenis ukuran dan bentuk serat

Sebenarnya semua serat dapat digunakan sebagai bahan tambahan yang dapat

memperkuat atau memperbaiki sifat-sifat beton. Penggunaannya tergantung dari maksud

penambahan serat ke dalam beton baik bahan alami atau buatan, tetapi yang harus diperhatikan

adalah serat tersebut harus mempunyai kuat tarik lebih besar daripada kuat tarik beton.

b. Aspek rasio serat

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan serat

sebanyak 0,75% sampai dengan 1,0% dari volume adukan dengan menggunakan aspek rasio

sekitar 70 akan memberikan hasil yang optimal (Suhendro, 2000). Untuk serat yang berbentuk

pipih maka aspek rasio diambil dari perbandingan panjang dan tebal (Harjono,2001).

c. Prosentase serat

Penambahan serat ke dalam adukan beton akan menurunkan kelecakan adukan beton

secara cepat sejalan dengan pertambahan volume fraksi (kosentrasi serat) dan aspek rasio serat.

Penurunan workabilitas adukan dapat dikurangi dengan penurunan diameter maksimum agregat,

peninggian faktor air semen, penambahan semen atau pemakaian bahan tambah. Meskipun

demikian, jika kosentarsi serat dan aspek rasio srat melampaui batas tertentu, tetap akan didapat

adukan yang kelecakannya sanagt rendah (Suhendro,1993).

7

Page 8: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

Penambahan kosentarsi serat yang terlalu banyak akan mengakibatkan penggumpalan

(balling effect) yang akan menghalangi penyebaran secara merata ke seluruh beton sehingga

dapat menurunkan tingkat kemudahan pengerjaan (workability).

2.3 Kapasitas lentur

Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik yang berupa beban gravitasi (vertical) maupun

beban-beban lain seperti beban angin (horizontal) atau juga beban karena susut dan beban karena

perubahan suhu yang menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur. Lentur pada

balok merupakan akibat adanya regangan yang timbul karena adanya beban luar.

Apabila suatu gelagar balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya

momen lentur, akan terjadi deformasi lentur di dalam balok tersebut pada kejadian momen lentur

positif, tegangan tekan akan terjadi di bagian atas dan tegangan tarik terjadi di bagian bawah dari

penampang. Tegangan-tegangan tersebut harus ditahan oleh balok, yaitu tegangan tekan di sebelah

atas dan tegangan tarik di sebelah bawah. Jika beban bertambah, maka pada balok terjadi deformasi

dan tegangan tambahan yang mengakibatkan bertambahnya retak lentur pada balok. Bila beban

semakin bertambah, pada akhirnya terjadi keruntuhan elemen struktur, yaitu pada saat beban luarnya

mencapa kapasitas elemen. Karena itu penampangnya harus di design sedemikian rupa sehingga

tidak terjadi rettak berlebihan pada saat beban bekerja serta masih mempunyai kekuatan cadangan

untuk menahan beban dan tegangan tanpa mengalami keruntuhan. Untuk memperhitungkan

kemampuan dan kapasitas dukung komponen struktur beton terlentur (balok, plat, dinding dan

sebagainya), sifat utama bahwa bahan beton kurang mampu menahan tegangan tarik akan menjadi

dasar pertimbangan.

Tegangan-tegangan lentur merupakan hasil dari momen lentur luar. Tegangan ini hampir selalu

menentukan dimensi geometris penampang beton bertulang. Proses desain yang mencakup

pemilihan dan analisis penampang biasanya dimulai dengan pemenuhan persyaratan terhadap lentur.

Pada saat beton struktur bekerja menahan beban-beban yang dipikulnya, balok beton akan

mengalami tegangan-tegangan pada badannya. Salah satu tegangan yang terjadi adalah tegangan

tarik akibat lenturan pada serat tepi bawah pada balok dengan tumouan sederhana. Hampir semua

balok yang langsing mengalami tegangan akibat lentur.

8

Page 9: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

Kekuatan lentur merupakan kekuatan beton dalam menahan lentur yang umumnya terjadi pada

balok struktur. Kuat lentur dapat diteliti dengan membebani balok pada tengah-tengah bentang atau

pada tiap sepertiga bentang dengan beban titik. Beban ditingkatkan sampai kondisi balok mengalami

keruntuhan lentur, dimana retak utama yang terjadi terletak pada sekitar tengah-tengah bentang.

Besarnya momen akibat gaya pada saat runtuh ini merupakan kekuatan maksimal balok beton dalam

menahan lentur.

Secara matematis kuat lentur beton dihitung dengan persamaan:

- Retak di dalam 1/3 L

PLMOR= ……………………………… (1)

bh³

- Retak di luar 1/3 L dan > 5% L

3PaMOR= ……………………………… (2)

bh³

Dengan: P = tekanan yang diterima

b = lebar balok

h = tinggi balok

a = jarak antara garis retak dengan tepi balok

Menurut Suhendro, perilaku lentur balok beton bertulang yang diberi serat berbeda dari beton

konvensional disebabkan oleh dua hal utama, yaitu:

- Beton serat bersifat liat dalam mendukung tegangan desak

- Beton serat mempunyai kuat tarik dalam mendukung tegangan desak dan beton serat mempunyai

kuat tarik yang cukup tinggi dan masih memiliki kemampuan tersebut meskipun telah terjadi

retak-retak yang cukup lebar pada bahan tersebut.

Kedua faktor tersebut mempengaruhi distribusi tegangan lentur pada kondisi ultimit dan dengan

demikian mempengaruhi kuat nominal balok tersebut.

Besarnya momen yang dapat mematahkan benda uji adalah momen akibat beban maksimum dari

mesin pembebanan dan berat sendiri dari benda uji. Besarnya momen dapat digambarkan sebagai

berikut:

9

Page 10: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

P

1/2P 1/2P

A 1/3L C 1/3L D 1/3L B

Gambar 4. Metode pengujian kuat lentur

P

1/2P 1/2P

A 1/3L C 1/3L D 1/3L B

SFD

A C D B

A C D B

Ma Mb

Mc Mmax Md

Gambar 5. Diagram gaya lintang dan momen

10

Page 11: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

Reaksi perletakan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

ΣMa = 0

(1/2 qt²) + (1/2 P. 1/3L) + ( ½ P. 2/3L)Ra = Rb = ……………… (3)

LDimana:

Ra = Reaksi perletakan A (N)

Rb = Reaksi perletakan B (N)

q = Berat sendiri balok beton (N/mm)

P = Beban maksimum (N)

Momen maksimum yang terjadi di tegah bentang di hitung dengan persamaan berikut:

M max = Ra. 1/3 L – 1/2q.(1/3 L)²

M max = (1/2 qL + ½ P). 1/3 L – ½ q (1/3 L)²

M max = 1/9qL² + 1/6 L ……..……………… (4)

dimana:

Mmax = Momen maksimum pada tegah bentang (Nmm)

Ra = Reaksi perletakan A (N)

q = Berat sendiri balok beton (N/mm)

P = Beban maksimum (N)

11

Page 12: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang di gunakan adalah penelitian eksperimental yaitu dengan melakukan uji

laboratorium terhadap benda uji.

3.1 Bahan

a. Semen Portland Tipe 1

b. Kerikil pecah

c. Pasir bersih standart untuk beton

d. Serat anyaman kawat (kasa) alumunium

e. Air bersih

3.2 Alat

a. Timbangan

b. Pisau dan gunting

c. Ayakan

d. Mesin penggetar ayakan

e. Mesin Los Angeles

f. Corong konik /Conical mould

g. Kerucut Abrahams

h. Bak air

i. Alat pengaduk beton

j. Cetakan beton, balok 15 cm x 15 cm x 60 cm

k. Oven

l. Alat penguji lentur (Bending Test Machine)

3.3 Rancangan Penelitian

Pada penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental yaitu dengan melakukan uji

laboratorium terhadap benda uji. Denah percobaan yang dilakukan sesuai yang tercantum pada tabel

3 berikut ini:

12

Page 13: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

Table 3. Kebutuhan benda uji kuat lentur pada kadar serat

Optimum (2%)

Panjang serat (mm) Nama benda ui Jumlah

15

25

35

45

BS15

BS25

BS35

BS45

3

3

3

3

Jumlah 12

3.4 Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan mencakup pengumpulan pustaka dan literatur, alat dan bahan yang

diperlukan dalam penelitian. Bahan yang diperlukan antara lain adalh serat anyaman kawat

(kasa) alumunium, kerikil pecah, pasir bersih standar untuk bahan agregat halus dan semen

Portland tipe 1.

2. Tahap pengujian pendahuluan

Pemeriksaan terhadap agregat halus

a. Pemeriksaan berat jenis

b. Analisis gradasi pasir

c. Pemeriksaan kadar lumpur dalam pasir

d. Pemeriksaan berat agregat kasar

Pemeriksaan terhadap agregat kasar

a. Pemeriksaan berat jenis kerikil

b. Analisi gradasi kerikil

c. Pemeriksaan berat volume kerikil

3. Pemeriksaan terhadap serat anyaman kawat (kasa) alumunium

Pengujian tersebut dilakukan di laboratorium untuk mengetahui karakteristik bahan yang

digunakan. Hasil pengujian tersebut merupakan acuan untuk merancang adukan beton (mix

design).

13

Page 14: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

4. Tahap pembuatan benda uji

Benda uji standar untuk menguji kuat lentur beton berbentuk balok dengan ukuran 15cm

x 15 cm x 60cm dibuat dengan empat variasi penambahan panjang serat (15mm, 25mm, 35mm,

45mm) dengan masing-masing perlakuan mempunyai kadar serat 0,2%. Pengecoran dilakukan

setelah bahan dicampur merata dengan alat aduk beton (mixer) dan dituang ke dalam cetakan.

Benda uji dibiarkan selama sehari kemudian dilepas. Hasil cetakan tersebut direndam dalam air

agar proses pengerasan berjalan dengan baik.

15cm

60 cm 15cm

Gambar 6. Ukuran benda uji

5. Tahap pengujian

a. Pengujian beton segar

Pengujian terhadap beton segar dilakukan saat pengecoran yaitu slump test dan berat isi

beton. Pemeriksaan ini beton dilakukan dengan menimbang dan mengukur volume cetakan

silinder beton. Pengujian slump dilakukan saat pengecoran dengan kerucur Abrahams.

Langkah pengujian slump beton sebagai berikut:

- Kerucut Abrahams diletakkan di atas papan yang rata dan tidak menyerap air dengan

diameter yang besar pada bagian bawah.

- Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut sebanyak 1/3 dari volume seluruhnya lalu

ditusuk—tusukkan dengan tongkat baja sebanyak 25 kali.

- Langkah kedua diulangi lagi sampai kerucut penuh dengan adukan beton, slanjutnya

permukaan adukan diratakan.

- Langkah terakhir corong ditarik vertical ke atas secara perlahan-lahan kemudian diukur

penurunan adukan beton tersebut terhadap tinggi kerucut Abrahams.

14

Page 15: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

b. Pengujian terhadap beton keras

Pengujian terhadap beton keras dilakukan untuk pengujian kuat lentur beton. Pengujian

kuat lentur dilaksanakan pada umur beton 28 hari. Langkah-langkah pengetesan uji lentur

beton sebagai berikut:

- Mengambil benda uji dalam bak perendaman dan permukaan benda uji dikeringkan

dengan kain lap sehingga kondisi didapat kering permukaan.

- Menentukan berat dan ukuran benda uji.

- Meletakkan benda uji pada alt uji kuat lentur beton.

- Beban ditingkatkan sampai kondisi balok mengalami keruntuhan lentur, dimana retak

utama yang terjadi terletak pada sekitar tengah-tengah bentang. Digerakkan sampai bahan

uji menunjukkan tanda-tanda kerusakan (pecah) pada benda uji.

½ P ½ P

7.5cm 15cm 15 cm 15 cm 7.5 cm

Gambar 7. Metode pengujian kuat lentur

6. Analisis

a. Agregat halus

1. Berat Volume (gr/cm³)

BB1- BB2Berat Volume = ……………… (5)

VB

Dengan : BB1= berat bejana+pasir (gr)

BB2= berat bejana (gr)

VB = volume bejana (cm³)

15

Page 16: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

2. Berat jenis

SSDBerat jenis = ……………… (6)

B + SSD - BI

Dengan : SSD = berat benda uji jenuh permukaan (gr)

B = berat piknometer diisi air suling (gr)

BI = berat piknometer+benda uji+air (gr)

3. Gradasi

Gradasi digunakan untuk mengetahui jenis agregat halus yang digunakan dan untuk

mengetahui modulus halus butir.

% kumulatif agregat tertahanModulus halus tertahan = …………… (7)

100%

Modulus halus butir untuk agregat halus umumnya berkisar antara 1,5-3,8

4. Kadar lumpur

BPK1- BPK2Kadar lumpur = ……………… (8)

BPK2

Dengan : BPK1 = berat pasir kering tungku (gr)

BPK2 = berat pasir kering setelah dicuci (gr)

b. Agregat kasar

1. Berat volume

BK1- BK2Berat Volume = ……………… (9)

VB

Dengan : BK1 = berat bejana + kerikil (gr)

BK2 = berat bejana (gr)

VB = volume bejana (cm³)

2. Berat jenis

BJBerat jenis = ……………… (10)

16

Page 17: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

(BJ – BA)

Dengan : BJ = berat benda uji jenuh permukaan (gr)

BA = berat benda uji di dalam air (gr)

3. Gradasi

Gradasi digunakan untuk mengetahui jenis agregat kasar yang digunakan dan untuk

mengetahui modulus halus butir.

% kumulatif agregat tertahanModulus halus tertahan = ……………… (11)

100%

Modulus halus butir untuk agregat kasar umumnya berkisar antara 5-8.

c. Kuat lentur beton

Kuat lentur beton dihitung dangan persamaan (1) dan persamaan (2) di atas.

17

Page 18: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

BAB IV

JADWAL PELAKSANAAN

Penelitian dimulai pada bulan Desember 2009 dan penelitian tersebut direncanakan akan berisi

kegiatan-kegiatan seperti terlampir pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Jadwal pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Kegiatan

Penelitian

Bulan ke-

1 2 3 4 5

Persiapan

penelitian

Pengujian

pendahuluan

Pembuatan

benda uji

Pengujian

kuat lentur

Analisis data

Penyusunan

dan

perbaikan

laporan

18

Page 19: Proposal Tugas Akhir(Untk Ujian Metopen)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung. SK.SNI.C3-

2847-2002. Juran Teknik Sipil-FTSP-ITB. Bandung.

Arsyad M. 2003. Kuat Lentur Dan Geser beton Dengan Penambahan Anyaman Kawat (Kasa)

Sebagai Bahan Serat. Fakultas Teknik Sebelas Maret Surakata. Surakarta.

Diposuhodo, I. 1999. Struktur Beton Bertulang. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kardiyono Tjokromuljo. 1996. Teknologi Beton. F.T. UGM Yogyakarta.

Purnomo, Dwi. 2003. Tinjauan Kuat Desak dan Kuat Tarik Belah Beton dengan Berbagai

Variasi Penamabahan Serat Kasa. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta.

Rustendi, I. Sulistyawati, AM. Atmadi, P.B. 2005. Pengaruh Penambahan Serat Potongan

Kaleng Kemasan Terhadap Karakteristik Beton. Laporan Peneliltian, Fakultas Teknik,

Universitak Wijayakusuma. Purwokerto.

Soroushian, P. and Bayasi Z. 1987. Concept of Fiber Reinforced Concrate . Proceeding of

International Seminar of Fiber reinforced Concrate.

Suhendro, Bambang. 2002. Beton Fiber Lokal Konsep, Aplikasi dan Permasalahannya.

Laporan ursusSingkat

19