25
PEMBAGIAN WEWENANG ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH PADA SISTEM OTONOMI DAERAH DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA PROPOSAL Diajukan Untuk Melengkapi TugasTugas !an Me"enu#i S$a%atS$a%at Untuk Men&apai Gela% Sa%jana Huku" Bagian Il"u Huku" Oleh : M.Nazli Maulana NPM : 1206200246 FAKULTAS HUKUM UNIVESITAS MUHAMMA!I"AH SUMATEA UTAA ME!AN 2014

Proposal Skripsi Karya Ilmiah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal skripsi karya bidang ilmiah

Citation preview

PEMBAGIAN WEWENANG ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH PADA SISTEM OTONOMI DAERAH DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan MemenuhiSyarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana HukumBagian Ilmu Hukum

Oleh :

M.Nazli MaulanaNPM : 1206200246

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARAMEDAN2014

A. Judul : PEMBAGIAN WEWENANG ANTARA PEMERINTAH PUSATDAN PEMERINTAH DAERAH PADA SISTEM OTONOMI DAERAH DALAM KETATANEGARAAN INDONESIAB. Latar BelakangHubungan antara pemerintah pusat dan daerah selalu menjadi sorotan menarik untuk ditelaah. Setelah berdirinya Republik Indonesia dan dibentuknya pemerintahan pusat dan daerah, tak selalu hubungan yang terjalin penuh keharmonisan. Ada kalanya terjadi beberapa perselisihan. Baik sejak zaman orde lama, orde baru, bahkan pada era reformasi ini.Pada dasarnya, guna mencapai tujuan Negara yaitu kemakmuran rakyat, perlu adanya hubungan harmonis dari berbagai pihak. Termasuk pemerintah pusat dan daerah. Dengan adanya hubungan yang harmonis, diharapkan terjalin kinerja yang sinergis sehingga pelayanan negara terhadap rakyat dapat diwujudkan. Perbincangan tentang hubungan pemerintahan antara pusat dan daerah senantiasa selalu menjadi perdebatan panjang dinegara manapun didunia ini, baik pada negara-negara yang telah maju seperti Amerika Serikat dan Inggris apalagi bagi negara berkembang dan sedang berusaha mencari bentuk dan bereksprimen tentang bentuk hubungan yang serasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat seperti Republik Indonesia ini.Bentuk perdebatan tentang hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah tersebut selalu tidak lepas dari cara-cara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam berbagi wewenang dan kekuasaan. Dalam literatur tentang pemerintahan sebenarnya hanya dikenal 2 cara yang menghubungkan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yaitu cara pertama dikenal dengan istilah sentralisasi, dimana segala urusan, tugas, fungsi dan wewenang penyelenggaraan pemerintahan ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan secara dekonsentrasi. Cara yang lain adalah dengan desentralisasi yang berkonotasi sebaliknya yaitu pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab (akan fungsi-fungsi publik) dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.Kekuasaan yang bersifat desentralisasi memiliki banyak manfaat, baik dari segi ekonomi, social budaya, maupun politik dan keamanan. Keuntungan dari segi ekonomi adalah pemerintahan daerah akan mudah untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Dari segi social budaya dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut. Dan dari segi politik keamanan, dampak positif yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah lebih aktif dalam mengelola daerahnya.Sebagai Negara berdaulat, Indonesia memiliki dasar hubungan antara pemerintah pusat dan daerah yang diatur dalam UUD 1945 Bab VI yang terdiri dari Pasal 18, 18A dan 18B. Pengaturan dalam pasal-pasal tersebut merupakan satu kesatuan pengaturan yang meliputi susunan pemerintahan, pengakuan terhadap keanekaragaman dan keistimewaan daerah, dan kerangka sistem otonomi. Berdasarkan konstruksi dalam UUD 1945 tersebut, maka untuk penyelenggaraan pemerintahan dalam negara kesatuan Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan provinsi dibagi lagi menjadi daerah-daerah kabupaten dan kota. Setiap daerah propinsi, kabupaten dan kota merupakan pemerintah daerah yang diberi kewenangan mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan yang berdasarkan pada asas otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.Walau demikian, sebenarnya kebijakan desentralisasi telah dibuat sebelum kemerdekaan Indonesia itu sendiri. kebijakan desentralisasi dimulai pada 1903 dengan diundangkannya Decentralisatie Wet 1903. Sejak saat ini pemerintah pusat membentuk local government, pemerintahan daerah, yang sebelumnya hanya ada pemerintahan pusat dengan satuan pemerintahan hirarkis cabang pemerintah pusat pada wilayah-wilayah negara. Pada masa pemerintahan bala tentara Jepang pemerintahan daerah dibubarkan. Akan tetapi, Jepang menghidupkan kembali dewan-dewan daerah menjelang kekalahannya (Hanif Nurkholis, 2011).Pada masa reformasi sekarang ini, pola hubungan pemerintah pusat dan daerah telah diatur lebih jauh dalam bingkai otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan diperkuat oleh Undang- undang Nomor 12 Tahun 2008. Dibuatnya undang- undang ini tidak lain adalah demi menjaga keharmonisan antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang serta meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memilih judul skripsi tentang Pembagian Wewenang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada Sistem Otonomi Daerah dalam Ketatanegaraan Indonesia.3. Rumusan MasalahAdapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah :a. Bagaimana pelaksanaan sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan Indonesia ?b. Bagaimana hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan Indonesia ?c. Bagaimana pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan Indonesia ?4. Faedah PenelitianFaedah penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan menjadi bahan untuk pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi penulis yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada sistem otonomi daerah.b. Secara praktis adalah untuk mengetahui tentang pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada sistem otonomi daerah demi memberikan sumbangan pikiran bagi masyarakat dan pihak-pihak yang berhubungan dengan ketatanegaraan Indonsia.C. Tujuan PenelitianAdapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah:1. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan Indonesia.2. Untuk mengetahui hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan Indonesia.3. Untuk mengetahui pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan Indonesia.D. Defenisi OperasionalDefenisi operasional atau kerangka konsep adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara definisi-defenisi atau konsep-konsep khusus yang akan diteliti.[footnoteRef:2] Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasional adalah [2: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2010, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum. Medan: Fakultas Hukum, halaman 6 ]

1. Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang itu (G. R. Terry).[footnoteRef:3] [3: http://wahyu410.wordpress.com/2010/11/07/wewenang-delegasi-sentralisasi-dan-desentralisasi/. Diakses tanggal 9 April 2014]

2. Pemerintah pusat penyelenggara pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Presiden dengan dibantu seorang Wakil Presiden dan oleh menteri-menteri negara. Dengan kata lain, pemerintahan pusat adalah pemerintahan secara nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.3. Pemerintahan Daerahadalah penyelenggaraan urusan pemerintahan olehPemerintah DaerahdanDPRDmenurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.[footnoteRef:4] [4: http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia. diakses tanggal 19 April 2014]

4. Otonomi daerahdapat diartikan sebagai kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusanpemerintahandan kepentingan masyarakat setempat menurutaspirasimasyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.[footnoteRef:5] [5: http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah. diakses tanggal 19 April 2014 ]

5. Ketatanegaraan ialah sebagai perangkat unsur ketatanegaraan yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas yang mencakup beberapa hal antara lain:[footnoteRef:6] [6: Titik Triwulan Tutik. 2010.Kronstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945.Jakarta: Kencana, halaman 8]

1) Pembentukan jabatan-jabatan dan susunannya;2) Penunjukan para pejabat;3) Kewajiban-kewajiban, tugas-tugas yang terikat pada jabatan;4) Wibawa, wewenang hokum,yang terikat pada jabatan;5) Lingkungan daerah dan personel, atas nama tugas dan wewenang jabatan itu meliputinya;6) Hubungan wewenang dari jabatan-jabatan antara satu sama lain;7) Peralihan jabatan;8) Hubungan antara jabatan dan pejabat.E. Tinjauan Pustakaa. Pemerintah PusatSetiap Negara menganut sistem pemerintahan yang sesuai dengan falsafah negara dan undang-undang dasar yang dimilikinya. Indonesia memiliki falsafah negara ,yaitu Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, Indonesia menganut sistem pemerintahan yang sesuai dengan falsafah negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Republik Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi yang dinamakan ddemokrasi Pancasila, sesuai dengan dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 serta kepribadian bangsa yang brsumberkan tata nilai social-budaya bangsa Indonesia.Reformasi ketatanegaraan di Indonesia terkait dengan lembaga kenegaraan sebagai hasil dari proses Amandemen UUD 1945 dapat dilihat pada tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut yang dikelompokan dalam kelembagaan Legeslatif, Eksekusif, Yudikatif, dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagaimana akan dijelaskan dibawah ini.1. Lembaga LegislatifDalam ketatanegaraan Indonesia , lembaga legislatif dipresentasikan pada tiga lembaga, yakni MPR, DPR, dan DPD.1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)MPR terdiri dari anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan daerah dan golongan. MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat, adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan pelaksana kedaulatan rakyat. MPR memberikan mandat kepada presiden untuk melaksanakan GBHN dan keputusan-keputusan MPR lainnya. MPR memberhentikan presiden sebelum habis masa jabatannya karena permintaan sendiri, berhalangan tetap, atau sungguh-sungguh melanggar haluan negara. 2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk UU. DPR mempunyai fungsi legislasi anggaran, dan pengawasan. Diantara tugas dan wewenang DPR adalah:a) Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama.b) Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti UU.c) Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan menginstruksikannya dalam pembahasan.d) Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD.e) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah.f) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuanagan negara yang disampaikan oleh BPK.g) Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.h) Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR memiliki hak interpelasi, yakni hak meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak kepada kehidupan bermasyarakat dan bernegara. DPR juga memiliki hak angket, yakni melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang undangan, menyatakan pendapat diluar institusi, anggota DPR juga memiliki hak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)DPD merupakan lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, rangka Restrukturisasi parlemen di Indonesia menjadi dua kamar telah diadopsi. Dengan demikian resmilah pengertian dewan perwakilan di Indonesia mencakup DPR dan DPD, yang keduanya secara bersama-sama dapat disebut sebagai MPR. Perbedaan keduanya terletak pada hakikat kepentingan yang diwakili masing-masing. DPR dimaksudkan untuk mewakili rakyat, sedangkan DPD dimaksudkan untuk mewakili daerah-daerah. DPD adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaan Republik Indonesia yang merupakan wakil daerah propinsi dan dipilih melalui pemilihan umum, dan memiliki fungsi:a) Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu.b) Memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang tertentu.2. Lembaga EksekusifDalam sistem presidensial seperti di Indonesia, para menteri merupakan pembantu presiden dan langsung dipimpin olehnya. Kekuasaan Eksekusif dimaknai sebagai kekuasaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kemauan negara dan pelaksanaan UU. Dalam negara demokrasi kemauan negara dinyatakan melalui undang-undang. Tugas utama lembaga Eksekusif adalah menjalankan undang-undang. Kekuasaan eksekusif mencakup beberapa bidang sebagai berikut:a) Diplomatik, yakni menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.b) Administratif, yakni melaksanakan UU serta peraturan-peratuiran lain, dan menyelenggarakan administrasi negara.c) Militer, yakni mengatur angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang,d) Yudikatif, yakni memberi grasi, amnesti, dan sebagainya.e) Legislatif, yakni membuat rancangan UU yang diajukan kelembaga legislatif, dan membuat peraturan.Dalam ketatanegaraan di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, bahwa kekuasaan eksekusif dilakukan oleh presiden yang dibantu oleh wakil presiden dalam menjalankan tugasnya. Setelah amandemen presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR, dan kedudukan antara presiden dan MPR adalah setara. Sebagai kepala negara presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia, sebagai kepala pemerintah presiden dibantu oleh para menteri dalam kabinet. Sedangkan kewaajiban, wewenang, dan hak presiden ialah sebagai berikut:a) Memegang kekuasaan pemerintahaan menurut UUD.b) Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, laut, dan udara.c) Mengajukan rancangan UU kepada DPR, melakukan pembahasan dan memberikan persetujuan atas RUU bersama DPR, serta mengesahkan RUU menjadi UU.d) Menetapkan peraturan pemerintah.e) Mengangkat dan memberhentikan menteri.f) Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.g) Mengangkat duta dan konsul, serta menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.h) Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi.i) Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU.3. Lembaga YudikatifAmandemen UUD 1945 telah membawa perubahan kehidupan ketatanegaraan dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan pertamaoleh mahkamah agung dan badan peradilan yang ada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, agama, militer, dan tata usaha negara. Keduaoleh mahakamah konstitusi.Disamping perubahan mengenai penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, UUD 1945 juga mengintroduksi suatu lembaga baru yang berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yaitu Komisi Yudisial (KY), lembaga ini bersifat mandiri, dan mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung, dan juga mempunyai wewenang lain dalam rangka menegakkankehormatan, keluhuran martabat, serta prilaku hakim.1) Mahkamah Agung (MA)Mahkamah Agung (MA) adalah satu kekuasaan hakim di Indonesia, sesuai dengan UUD 1945 setelah amandemen, bahawa kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi. Menurut UUD 1945 kewajiban dan wewenanag Mahakamah Agung (MA) adalah sebagai berikut:a) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan pada perundang-undangan dibawah undang-undang, dan memepunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.b) Mengajukan tiga orang hakim konstitusi.c) Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.2) Mahkamah Konstitusi (MK)Sedangkan Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga baru yang diperkenalkan oleh perubahan ketiga UUD 1945 atau setelah amandemen. Salah satu yang menyebabkan lahirnya lembaga ini adalah, karena tidak ada lagi lembaga tertinggi negara. Maka apabila terjadi persengketaan antar lembaga tinggi negara, diperlukan sebuah lembaga khusus yang menangani sengketa tersebut, yang disebutMahkamah Konstitusi (MK).Menurut UUD 1945 kewajiban dan wewenang Mahkamah Konstitusi (MK) adalah sebagai berikut:a) Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutuskan pembubaran partai politik, dan memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum.b) Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden atau wakil presiden menurut UUD 1945.3) Komisi Yudisial (KY)Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnnya. Dibentuknya komisi yudisial dalam struktur kehakiman di Indonesia, dalah agar warga masyarakat diluar lembaga struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan , penilaian kinerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan , keluhuran martabat, serta prilaku hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Dalam menjalankan tugasnya komisi yudisial melakukan pengawasan terhadap:a) Hakim Agung dan Mahkamah Agung.b) Hakim pada badan peradilan disemua lingkungan peradilan yang berada dibawah mahkamah agung, seperti peradilan umum,agama, militer, dan badan peradilan lainnya.c) Hakim Mahkamah Konstitusi.4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)Sesuai dengan fungsinya sebagai badan pemeriksa keuangan, BPK pada pokoknya lebih dekat menjalankan fungsi parlemen, karena itu hubungan kerja BPK dan parlemen sangatlah erat. Bahkan BPK bisa dikatakan mitra kerja yang erat bagi DPR, terutama dalam mengawasi kinerja pemerintahan yang berkenaan dengan soal keuangan, dan kekayaan negara. BPK adalah lembaga negara yanag mempunyai wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. BPK mempunyai tugas dan wewenang yang sangat strategis, karena menyangkut aspek yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan anggaran serata keuangan negara yaitu:a) Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPRD, dan DPD.b) Memeriksa semua pelaksanaan APBN.c) Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara.Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK mempunyai tiga fungsi pokok, yakni:a) Fungsi Operatif: yaitu melakukan pemeriksaan , pengawasan, dan penelitian atas penguasaan dan pengurusan keuanga negara.b) Fungsi Yudikatif: yaitu melakukan tuntutan perbendeharaan dan tuntutan ganti rugi terhadap pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya, serta menimbulkan kerugian bagi negara.c) Fungsi Rekomendatif: yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang pengurusan keuangan negara.b. Pemerintah DaerahPenyelenggara pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawabnya serta atas kuasa peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat menteapkan kebijkan daerah yang dirumuskan antara lain dalam peraturan daerah, peraturan kepala daerah, dan ketentuan daerah lainnya. Kebijakan daerah dimaksud tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umu serta peraturan daerah lainnya.Peraturan daerah dibuat oleh DPRD bersama-sama pemerintah daerah (Pemprov, Pemkot/Pemkab), artinya prakarsa dapat berasal dari DPRD maupun dari pemerintah daerah. Khusus peraturan daerah tentang APBD rancangannya disiapkan oleh pemerintah daerah yang telah mencakup keuangan DPRD, untuk dibahas bersama DPRD. Peraturan daerah dan ketentuan daerah lainnya yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkannya dalam lembaran daerah. Peraturan daerah tertentu yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, perubahan APBD, dan tata ruang, berlakunya setelah melalui tahapan evaluasi oleh pemerintah. Hal itu ditempuh dengan pertimbangan antara lain untuk melindungi kepentingan umum, menyelaraskan dan menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih dan/atau peraturan daerah lainnya, terutama peraturan daerah mengenai pajak daerah dan retribusi daerah.[footnoteRef:7] [7: Ibid, halaman 53 ]

Peraturan daerah adalah peraturan lain yang dibuat oleh pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi ataupun pemrintah kabupaten dan kota, dalam rangka mengatur rumah tangganya sendiri, pemda antara lain dapat menetapkan perda.Peraturan daerah isinya tidak boleh bertentangan dengan peraturan pusat, dan apabila bertentangan, maka perda yang bersangkutan dengan sendirinya batal (tidak berlaku).

c. Otonomi DaerahOtonomi daerah dan desentralisasi dalam konteks bahasan sistem penyelenggaraan pemerintahan sering digunakan secara interchangeable. Secara praktis dalam pemerintahan kedua istilah ini tidak dapat dibedakan antara keduanya. Bahkan menurut banyak pemikir dan para ahli otonomi daerah adalah desentralisasi itu sendiri. Otonomi dalam makna sempit diartikan sebagai mandiri sedangkan dalam arti luas diartikan sebagai berdaya. Dengan demikian otonomi daerah berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri.Sejarah Otonomi Daerah Di Idonesia1. UU No.1 tahun 1945Ditetapkan UU ini merupakan hasil dari berbagai pertimbangan tentang sejarah pemerintahan dimasa kerajaan-kerajaan serta pada masa pemerintahan colonial yang menekankan pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan badan perwakilan daerah. Dalam UU ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom yaitu karesidenan kabupaten dan kota.2. UU No. 22 tahun 1948Berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah yang denokratis. Dalam UU ini ditetapkan dua jenis daerah otonom yaitu daerah otonom biasa dan daerah otonom istimewah, serta tiga tingkatan daerah otonom yaitu propinsi, kabupaten, dan desa.

3. UU No. 1 tahun 1957Sebagai pengaturan tunggal pertama yang berlaku untuk seluruh Indonesia mengenai periode otonom daerah Indonesia pasca UU No. 22 tahun 1948.4. UU No. 18 tahun 1965UU ini menganut sistem otonomi daerah yang seluas-luasnya.5. UU No. 5 tahun 1974UU ini mengtur pokok-pokok penyelengaraan pemerintahan yang menjadi tugas pemerintah pusat di daerah. Prinsip yang dipakai dalam penberian otonomi kepada daerah bukan lagi otonomi yang riil dan seluas-luasnya tetapi otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.6. UU No. 22 tahun 1999Kehadiran UU ini tidak terlepas dari perkembangan situasi yang terjadi pada masa itu dimana rezim otoriter orde baru lengser dan semua pihak berkehendak untuk melakukan reformasi disemua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan kehendak reformasi itu sidang istimewa MPR no XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuagan pusat dan daerah dalam kerangka negara kesatuan repoblik Indonesia. Momentum otonomi daerah di Indonesia semakin mendapatkan tempatnya setelah MPR-RI melakukan amandemen pada pasal 18 UU 1945 dalam perubahan kedua yang secara tegas dan eksplisit menyebutkan bahwa negara Indonesia memakai prinsip otonomi dan desentralisasi kekuasaan politik.

7. UU No. 32 Tahun 2004Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemrintahan Daerah (selanjutnya disebut UU Pemda) termuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2004 Nomor 125 disahkan pada tanggal 15 Oktober 2004, dan berlaku mulai tanggal diundangkannya. UU Pemda ini menggantikan UU No. 22 Tahun 1999.Kenyataannya UU Pemda pada prinsipnya telah melakukan perubahan yang mendasar pada penyelenggaraan pemerintah daerah yang mengutamakan pelaksanaan asa desentralisasi. Hal-hal yang mendasar dalam UU Pemda adalah mendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD, serta mekanisme pemilihan kepala daerah yang lebih demokratis.[footnoteRef:8] [8: Ibid. halaman 253 ]

8. UU No. 12 Tahun 2008Revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 khususnya berkaitan dengan diakomodasinya calon independen dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Pilakdal) merupakan langkah baru dalam mewujudkan demokratisasi. Ketentuan ini merupakan perombakan besar, karena sebelumnya keberadaan calon kepala daerah (Gubernur, wali kota/bupati) hanya boleh melalui kendaraan partai politik.Tujuan pemberian otonomi daerah kepada daerah beorientasi kepada pembangunan, yaitu pembangunan dalam arti luas, yang meliputi semua segi kehidupan dan penghidupan. Dengan demikian, otonomi daerah lebih condong merupakan kewajiban daripada hak. Hal ini berarti bahwa daerah berkewajiban melancarkan jalannya pembangunan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab sebagai sarana untuk mencapai cita-cita bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun spiritual.[footnoteRef:9] [9: C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil. 2003. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 149. ]

d. Sistem Ketatanegaraan IndonesiaDalam perspektif pembagian kekuasaan, prinsip kesederajatan, dan perimbangan kekuasaan itu tidak bersifat primer. Karena itu, dalam UUD 1945 pra amandemen, tidak diatur pemisahan yang tegas dari fungsi legislatif dan eksekutif. Dalam sistem ketatanegaraan menurut UUD 1945 pra amandemen, fungsi utama DPR lebih merupakan lembaga pengawas daripada lembaga legislasi dalam arti sebenarnya.Dalam perjalanannya sistem ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar sejak adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan MPR pada tahun 1999 hingga 2002. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratis dengan checks and balances yang setara dan seimbang di antara cabang-cabang kekuasaaan, mewujudkan supremasi hokum dan keadilan, serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.[footnoteRef:10] [10: Titik triwulan Tutik. Op.cit. halaman 18 ]

F. Metode Penelitian1. Sifat dan Materi PenelitianPenelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang hanya semata-mata melukiskan keadaan objek atau peristiwanya tanpa suatu maksud untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian deskriptif analitis mengarah kepada penelitian yuridis normatif.2. Sumber DataSumber data dalam penelitian ini didapatkan melalui data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan sebagai sumber data tersebut dibaca, ditelaah dan dikutip hal-hal yang diperlukan sesuai kebutuhan penelitiannya.[footnoteRef:11]Data sekunder diperoleh melalui : [11: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2010, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum. Medan: Fakultas Hukum, halaman 6]

a. Bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan, dalam penelitian ini dipergunakan yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah :1. Berbagai kepustakaan mengenai pembagian wewenang pemerintah pusat dan daerah.2. Berbagai kepustakaan mengenai otonomi daerah.3. Berbagai hasil kesimpulan seminar dan pertemuan ilmiah lainnya mengenai pembagian wewenang pemerintah pusat dan daerah pada sistem otonomi daerah.c. Bahan hukum tersier misalnya ensiklopedia, bahan dari internet, bibliografi dan sebagainya.[footnoteRef:12] [12: Ibid, halaman 8]

3. Alat Pengumpulan DataPengumpulan data digunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Dalam hal ini membaca beberapa literatur berupa buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan dan dokumentasi lainnya seperti majalah, koran serta sumber-sumber teoretis lainnya yang berhubungan dengan Pembatalan Perkawinan.4. Analisis HasilData yang terkumpul tersebut akan dianalisa dengan seksama dengan menggunakan analisis kuantitatif atau dijabarkan dengan kalimat. Analisis kualitatif adalah analisa yang didasarkan pada paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan.G. Jadwal PenelitianJadwal penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Tahap I: Tahap persiapan yaitu pengesahan judul serta mencari buku-buku dan literatur-literatur yang memerlukan waktu 4 minggu.Tahap II : Tahap pelaksanaan yaitu membuat proposal,pengesahan proposaldan mengadakan seminar proposal memerlukan waktu selama 4minggu. Tahap III: Tahap penyelesaian, yaitu tahap ini dipergunakan untuk melengkapi data dan literatur yang dipergunakan pada tahap ini penulis akan melakukan penelitian kepustakaan (library research dan selanjutnya menyelesaikan skripsi, memerlukan waktu selama 10 minggu.Tahap IV: Tahap penyempurnaan, memerlukan waktu 3 minggu.

DAFTAR PUSTAKAA. Buku Kaho, Josef Riwu. Analisis Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Center for Politics and Government (PolGof) Fisipol UGM, 2012.Kansil, Drs. C.T.S., SH. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.Tutik, Titik Triwulan. Kronsturksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta: Kencana, 2010.Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010.Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum. Medan: Fakultas Hukum, 2010.B. Peraturan Perundang-UndanganUndang-Undang Nomor No. 12 Tahun 2008 tentang Otonomi DaerahC. Internethttp://wahyu410.wordpress.com/2010/11/07/wewenang-delegasi-sentralisasi-dan-desentralisasi/. Diakses tanggal 9 April 2014http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia. diakses tanggal 19 April 2014http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah. diakses tanggal 19 April 2014

KERANGKA SEMENTARA DAFTAR ISI SKRIPSIABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUANA. Latar Belakang 1. Rumusan Masalah 2. Faedah Penelitian B. Tujuan Penelitian C. Metode Penelitian 1. Sifat/Materi Penelitian2. Sumber Data3. Alat Pengumpul Data4. Analisis HasilD. Defenisi OperasionalBAB II : TINJAUAN PUSTAKAA. Pemerintah Pusat B. Pemerintah DaerahC. Otonomi DaerahD. Sistem Ketatanegaraan IndonesiaBAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Pelaksanaan sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan IndonesiaB. Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan Indonesia.C. Pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada sistem otonomi daerah dalam ketatanegaraan IndonesiaBAB IV : KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA