Click here to load reader
Upload
andri-satria-wicaksono
View
54
Download
34
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perancangan tambang gamping
Citation preview
A. JUDUL
“PEMBUATAN RENCANA PEMBUKAAN QUARY XI, QUARY
BATUKAPUR ”
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Sektor usaha pertambangan khususnya dalam skala besar adalah salah satu
sektor usaha yang juga membutuhkan modal yang besar. Kebutuhan modal yang
besar itu menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan
yang akan dilakukannya dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya
dengan pengembalian modal secepat mungkin. Oleh karena itu, untuk
mewujudkannya, diperlukan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan
banyak faktor penting sebelum penambangan itu dilaksanakan.
Perencanaan yang baik sangat menentukan besar kecilnya produksi tambang.
Dalam pembukaan awal tambang harus direncanakan dari arah mana tambang itu
akan dibuka dan kearah mana tambang itu akan berlangsung. Arah penyebaran
batubara adalah sebagian faktor yang akan mempengaruhi proses pengambilan
keputusan dalam merencanakan suatu urutan penambangan dan pit limit yang tepat
sehingga mampu menghasilkan produksi yang maksimal dengan tingkat keuntungan
optimal.
C. TUJUAN PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran mengenai rancangan arah
penambangan, geometri penggalian, urutan penambangan, mengetahui batas
penambangan (ultimate pit slope), jumlah peralatan mekanis yang dibutuhkan, dan
jalan angkut tambang terbuka untuk diterapkan di cadangan batubara PT. GEO
MINING ENERGY.
D. RUMUSAN MASALAH
Mencari data-data yang akurat melalui pengamatan langsung terhadap
kondisi struktur geologi daerah dan keadaan topografi batubara serta melakukan
penelitian dengan lingkup kajian sistem/metode dan tata cara penambangan, tahapan
kegiatan penambangan (penanganan overburden), rencana produksi dan umur
tambang, serta peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas).
E. PENYELESAIAN MASALAH
Dalam hal ini dapat mengacu pada beberapa hal diantaranya :
1). Dasar Teori
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penambangan
1. Karakteristik bahan galian
- ukuran
- bentuk
- altitude
- kedalaman
2. Kondisi geologi
- mineralogi dan petrologi
- struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas)
- bidang lemah (kekar, sesar)
3. Konsiderasi ekonomi
- cadangan
- produksi
- umur tambang
- produktivitas
4. Faktor teknologi
- modal, pekerja dan intensitas mekanisasi
- kefleksibelan metode dengan perubahan kondisi
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Penambangan
- iklim
- kerja alat
- kondisi lingkungan kerja
- topografi
- cara penambangan
- keadaan tanah penutup
- tempat penimbunan tanah penutup
- pembersihan lahan dan pengupasan tanah penutup
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pengupasan Lapisan Tanah
Penutup.
- Material
Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik
dan kimia yang berbeda-beda. Pada dasarnya pemindahan tanah itu
merupakan suatu pekerjaan untuk meratakan tanah atau penggalian suatu
lahan. Beberapa jenis tanah dianggap mudah untuk dimuat, jenis tanah
yang dapat langsung digusur dalam kondisi aslinya.
Tanah atau batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped) digali
(dug) atau dikupas (stripped). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat
mekanis yang digunakan. Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya
diukur dengan alat “Ripper Mater“ atau “ Seismic Test“ dan satuannya
adalah meter per detik, yaitu sesuai dengan satuan untuk kecepatan
gelombang seismik pada batuan. Tanah yang banyak mengandung humus
harus dipisahkan, sehingga dikemudian hari dapat untuk menutupi tempat
penimbunan (reklamasi).
- Alat mekanis yang digunakan.
Pemilihan dan penggunaan alat mekanis sangat penting, karena alat
mekanis merupakan alat yang digunakan dalam pengupasan konvensional,
sehingga perlu pemilihan alat untuk kegiatan pengupasan tepat dan cepat.
Pemilihan alat mekanis dapat menentukan cepat lambatnya kegiatan
pengupasan lapisan tanah penutup terselesaikan.
- Effesiensi kerja
Hal ini sangat penting dalam hubungannya dengan produksi alat mekanis.
Karena dalam keadaan normal akan didapatkan effesiensi kerja yang
maksimum. Dari kondisi dan keadaan di lapangan dapat diketahui
penilaian mengenai effesiensi kerja, sering mengalami kesulitan. Karena
sekali ada perubahan maka kondisi dan keadaan akan berubah, sehingga
akan mempengaruhi kondisi effesiensi kerja.
d. Teknis Pelaksanaan Pembersihan Lahan
Pembabatan atau penebasan (clearing), yaitu semua kegiatan pembersihan
tempat kerja dari semak-semak, pohon–pohon besar kecil, sisa pohon yang
sudah ditebang, kemudian membuang bagian tanah atau batuan yang dapat
menghalangi pekerjaan selanjutnya. Seluruh pekerjaan tersebut dapat
dikerjakan sebelum pemindahan itu sendiri dilakukan, atau dikerjakan
bersama-sama.
- Cara Pembersihan Lahan
Cara-cara pembabatan atau penebasan dan pembersihan lahan itu
tergantung dari keadaan lapangan, misalnya:
1. Bila di daerah itu hanya ditumbuhi oleh semak-semak dan pohon-pohon
yang diameternya < 10 cm, cukup langsung didorong. Tanah yang
berhumus dikumpulkan lagi untuk dipakai lagi pada waktu reklamasi.
2. Bila pohon-pohonya berdiameter 10 < < 25 cm dan akarnya kokoh,
maka ada dua cara :
a. Didorong beberapa kali pelan-pelan untuk menjatuhkan dahandahan
atau cabang-cabang yang sudah kering, lalu didorong sekaligus
secara mendadak dengan sedikit mengangkat bilah sampai pohon itu
roboh.
b. Dengan dua Bulldozer yang menarik rantai baja.
3. Jika pohon-pohonnya berdiameter besar, misalnya > 25 cm, maka
caranya adalah sebagai berikut :
a. Menggali tanah disekelilingnya dulu agar akar-akarnya putus dan
kekuatan pohon berkurang , baru pohon tersebut didorong sampai
roboh.
b. Kalau batang itu tidak roboh, dapat dipakai sebuah rantai yang
panjang untuk menarik pohon itu dengan sebuah Bulldozer, tetapi
apabila ada dua, Bulldozer dengan arah masing-masing menyerong
agar lebih aman.
4. Bila selain semak-semak terdapat bongkah-bongkah batu besar
(boulders) yang akan menghalangi pekerjaan, maka jika batu itu sangat
besar tidak boleh didorong sekaligus, karena akan melampaui batas
kemampuan dorong Bulldozer.
- Perkiraan Waktu Untuk Menumbangkan Pohon
Alat yang digunakan untuk kegiatan pembabatan (clearing) adalah
Bulldozer, dan untuk memperkirakan waktu yang diperlukan oleh
Bulldozer untuk merobohkan pepohonan dipergunakan persamaan sebagai
berikut:
T = B + M1. N1 + M2.N2 + D . F
Dimana :
T = Waktu yang diperlukan untuk merobohkan pepohonan untuk
lapangan kerja seluas 1 acre (1 acre = 0,047 km2)
B = Waktu untuk menjelajah lapangan seluas 1 acre tanpa
merobohkan pepohonan, menit
M = Waktu untuk merobohkan pepohonan yang memiliki diameter
tertentu
N = Jumlah pohon tiap acre untuk tertentu, berdasarkan survey di
lapangan
D = Jumlah pohon yang mempunyai diameter yang lebih dari 6 ft
(180 cm)
F = Waktu yang diperlukan untuk merobohkan pohon dengan
diameter lebih dari 6 ft (180 cm)
e. Teknis Pelaksanaan Pengupasan Lapisan Tanah Penutup
Hal yang perlu diperhatikan dalam teknis pelaksanaan pengoperasian
Bulldozer untuk pekerjaan pengupasan lapisan penutup, yaitu :
- Diusahakan agar kerja Bulldozer pada saat mengupas dan mendorong
material penutup dengan arah menuruni lereng, hal ini dimaksudkan untuk
memanfaatkan gaya gravitasi sehingga diharapkan tenaga dorongnya akan
bertambah.
- Jarak dorongnya diusahakan tidak terlalu jauh, dimana hal ini berkaitan
dengan waktu edar, apabila jarak dorong terlalu jauh maka akan dapat
mengurangi kemampuan produksinya. Jarak dorong rata-rata oleh
Bulldozer dalam pengupasan lapisan tanah penutup bisanya berkisar 50 m.
f. Metode Kerja Wheel Loader
Wheel Loader mempunyai gerakan yang penting yaitu : menurunkan
mangkuk di atas permukaan tanah, mendorong ke depan
(memuat/menggusur), mengangkat mangkuk, membawa dan membuang
muatan. Dengan dasar gerakan penting dari Wheel Loader, metode kerja
untuk memuat material hasil pengupasan lapisan tanah penutup ke Dump
Truck yaitu :
- Pola kerja “ V – Shape Loading “ adalah pola kerja pemuatan dengan
lintasan seperti bentuk huruf “ V “ atau membentuk sudut 45, dan alat
angkut tidak ikut aktif.
- Pola kerja “ Cross Loading “ adalah pola kerja pemuatan dengan lintasan
saling berpotongan tegak lurus, dan alat angkut juga ikut aktif.
g. Metode Kerja Dump Truck
Bila alat gali yang dipakai berupa Wheel Loader maka sangat perlu untuk
memilih alat angkut dengan kapasitas yang seimbang dengan Out put dari
Wheel Loader itu. Apabila penyesuaian pemilihan kapasitas alat angkut
dengan out put Wheel Loader tidak seimbang maka tidak akan mencapai
kondisi keserasian alat berat yang dipakai, ini akan mempengaruihi dalam
penanganan material dari pengupasan lapisan tanah penutup itu. Adapun
fungsi utama dari Dump Truck pada kegiatan pengupasan lapisan tanah
penutup yaitu sebagai pengangkut material yang telah digali dan dimuat oleh
Wheel Loader tadi ke tempat penimbunan material yang telah direncanakan
sebelumnya.
Ada tiga macam cara Dump Truck mengosongkan muatannya, yaitu :
- End dump or rear dump, mengosongkan muatan ke belakang
- Side dump, mengosongkan muatan ke samping
- Bottom dump, mengosongkan muatan ke arah bawah.
h. Produksi Bulldozer
Untuk menghitung produksi Bulldozer, di tentukan dengan dengan faktor-
faktor yang ada , adapun faktor-faktor tersebut adalah :
Operator
Jenis material
Faktor Dozing secara berdampingan
Efisiensi kerja
Swell faktor
Di dalam perhitungan secara teoritis yang diperhitungkan dalam perkiraan
produksi Bulldozer secara berdampingan adalah sama seperti pada
perhitungan produksi Bulldozer secara terpisah, hanya perbedaannya terletak
pada faktor koreksi penggunaan Blade ( bilah ).
Perhitungan produksi Bulldozer secara terpisah :
- Kapasitas Blade ( q ) ……BCM
- Waktu edar ( cycle time ) …. detik
- Banyaknya trip = = ( x ) trip
- Produksi teoritis ( PT ) = kapasitas blade( q )X banyaknya trip (x).
- Faktor koreksi ( FK ) =
operator ( op )
material ( m )
dozing secara terpisah ( dst )
efisiensi kerja ( ek )
grade faktor ( gf )
Sehingga didapatkan produksi secara nyata ( PN ) adalah :
PN = PT x FK
= PT x ( Op X m X dst X ek X gf )………BCM /jam
= ( BCM / jam ) X ( Ton / BCM )
= …………. Ton / jam.
Perhitungan produksi Bulldozer secara berdampingan
- Kapasitas Blade ( q ) ……BCM
- Waktu edar ( cycle time ) …. detik
- Banyaknya trip = = ( x ) trip
- Produksi teoritis ( PT ) = kapasitas blade( q )Xbanyaknya trip(x)
- Faktor koreksi ( FK ) =
operator ( op )
material ( m )
dozing secara berdampingan ( dst )
efisiensi kerja ( ek )
grade faktor ( gf )
Sehingga didapatkan produksi secara nyata ( PN ) adalah :
PN = PT x FK
= PT x ( Op X m X dst X ek X gf )………BCM /jam
= ( BCM / jam ) X ( Ton / BCM )
= …………. Ton / jam.
Perhitungan produksi alat muat :
- Kapasitas bucket ( q ) ……….M3
- Cycle time ( Ct )…………….. detik
- Jumlah trip tiap jam =
- Produksi secara teoritis (PT) = kapasitas bucket X jumlah trip per
jam
- Faktor koreksi ( FK )
faktor pengisian bucket
effesiensi kerja
tata laksana dan kondisi pekerjaan
- Produksi nyata ( PN ) = PT X FK ……BCM / jam
= (BCM / jam) X (Ton / jam)
= ……… Ton / jam.
Perhitungan produksi alat angkut :
- Kapasitas bak ( q ) ……….M3
- Cycle time ( Ct )…………….. detik
- Jumlah trip tiap jam =
- Produksi secara teoritis(PT) = kapasitas bak X jumlah trip per jam
- Faktor koreksi ( FK ) =
faktor pengisian bucket
effesiensi kerja
tatalaksana dan kondisi pekerjaan
- Produksi nyata ( PN ) = PT X FK ……BCM / jam
= (BCM / jam) X (Ton / jam)
= ……… Ton / jam.
i. Langkah-langkah dalam pemilihan alat-alat mekanis adalah :
- Analisa tempat kerja
Medan kerja sangat berpengaruh sekali, karena apabila medan kerja buruk
akan mengakibatkan peralatan mekanis sulit untuk dapat dioperasikan
secara optimal. Kondisi suatu medan kerja tercipta oleh keadaan alam dan
jenis material yang ada didalamnya seperti ketinggian tempat kerja serta
sifat fisik dari material itu sendiri. Sifat fisik material berpengaruh besar
terhadap pengoperasian alat-alat, terutama dalam menentukan jenis alat
yang akan digunakan dan taksiran kapasitas produksinya serta perhitungan
volume pekerjaan. Beberapa sifat fisik material yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan peralatan adalah :
1. Pengembangan dan penyusutan ( swell factor )
Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan yang berupa
penambahan atau pengurangan volume material, apabila material
tersebut diganggu dari bentuk aslinya(digali, diangkut atau dipadatkan).
Untuk menghitung swell faktor digunakan rumus
- swell factor (faktor pengembangan)
x 100%
- shringkage factor (faktor penyusutan)
x 100%
dimana :
V insitu = volume material dalam keadaan asli (BCM)
V loose = volume material dalam keadaan lepas (LCM)
V compt= volume material dalam keadaan padat (CCM)
2. Berat material
Berat adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan
alat mekanis untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong,
mengangkat, menarik, mengangkut dan lainnya sangat dipengaruhi oleh
berat material tersebut. Pada umumnya setiap alat berat mempunyai
batasan kapasitas, volume tertentu. Berat material akan berpengaruh
trerhadap volume yang diangkat/didorong dan biasanya dihitung dalam
keadaan asli atau lepas.
3. Bentuk material
Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material, yang akan
mempengaruhi susunan butir-butir material dalam suatu satu kesatuan
volume dan tempat. Material yang kondisi butirnya halus dan seragam
kemungkinan isinya sama dengan ruang yang ditempati, sedangkan
material yang berbutir kasar dan berbongkah-bongkah akan lebih kecil
dari nilai ruangan yang ditempati, hal tersebut terjadi karena material
ini akan membentuk rongga-rongga udara yang akan memakan
sebagian dari ruangan tersebut. Ukuran butir disini akan berpengaruh
dalam pengisian bucket.
4. Kohesivitas material
Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling
mengikat diantara butir-butir material itu sendiri. Material dengan
kohesivitas tinggi akan mudah menggunung. Jadi apabila material ini
berada pada suatrutempat, akan munjung. Volume material yang
menempati ruangan ini akan ada kemungkinan bisa melebihi volume
ruangan. Kohesivitas ini berhubungan dengan daya dukung tanah,
dimana semakin tinggi kohesivtas semakin tinggi pula daya dukung
tanah.
5. Kekerasan material
Material yang keras akan lebih sukar untuk dikoyak, digali atau dikupas
oleh alat mekanis. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Material
yang umumnya keras adalah batu-batuan (beku, sedimen atau
metamorf )
6. Daya dukung tanah
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat
yang berada diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas tanah, maka alat
tersebut akan memberikan “Ground Pressure”, sedangkan perlawanan
yang akan diberikan tanah adalah “Daya Dukung”. Jika daya dukung
relatif lebih kecil maka alat tersebut akan terbenam. Daya dukung tanah
dapat dirumuskan sebagai berikut:
q = c Nc + DNq + 1/2 BN
dimana :
q = daya dukung keseimbangan
B = lebar jejak ban luar alat
D = dalamnya jejak ban terhadap tanah
= berat isi tanah
c = kohesi
j. Keadaan jalan angkut
Pemilihan alat-alat mekanis untuk transportasi sangat ditentukan oleh jarak
yang dilalui. Fungsi jalan adalah untuk menunjang operasi tambang
terutama dalam kegiatan pengangkutan. Secara geometri yang perlu
diperhatikan dan dipenuhi dalam penggunaan jalan angkut :
- Lebar jalan angkut
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih
menurut “Aasho Manual Rural High-Way” pada jalan lurus adalah :
L(m) = n . Wt + (n + 1)(1/2 . Wt)
dimana :
L(m) = lebar minimum jalan angkut ,m
n = jumlah jalur
W(t) = lebar alat angkut, m
- Lebar jalan angkut pada belokan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalur lurus.
Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung dengan
mendasarkan pada:
i. Lebar jejak ban
Lebar juntai atau tonjolan alat angkut bagian depan dan belakang saat
membelok.
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
dimana :
W = lebar jalan angkut pada tikungan, m
U = jarak jejak roda, m
Fa = lebar juntai depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = total lateral clearance, m
ii. Jari-jari tikungan
Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan konstruksi kendaraan
atau alat angkut yang digunakan, dimana jari-jari lingkaran yang dijalani
oleh roda belakang dan roda depan berpotongan di pusat C dengan sudut
sama terhadap sudut penyimpangan roda depan.
dimana :
R = jari-jari tikungan jalan angkut, m
W = jarak antara poros depan dan belakang, m
= sudut penyimpangan roda depan (derajat )
k. Curah hujan dan waktu yang tersedia
Dalam memilih alat-alat mekanis harus diperhatikan pula adalah iklim dan
curah hujan, hal ini perlu untuk mengetahui sampai batasan mana landasan
kerja bila terkena air hujan akan rusak atau tidak, dan untuk mengetahui
jumlah hari kerja yang benar-benar tersedia didaerah bersangkutan.
- Penambangan
Penambangan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi yang ada,
misalnya letak endapan andesit, lebar jenjang, tinggi jenjang.
- Jenis alat dan sistem kerja yang digunakan
Sistem kerja dan jenis alat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi
kerja yang ada, karena jika tidak sesuai akan menyebabkan berkurangnya
produktivitas.
- Memeperkirakan kapasitas produksi alat muat dan angkut
a. Kemampuan ideal
- Alat muat (Excavator Back Hoe)
Qi = ( 60/Ct ) x Cm x F , BCM/ jam
- Alat angkut (Dump truck)
Qi = ( 60/Ct ) x Cb x F , BCM
dimana :
Qi = kemampuan ideal
Cb = kapasitas bilah
Ct = waktu edar, menit
Cm= kapasitas mangkuk
F = faktor pengembangan
b. Kemampuan nyata
- Alat muat (Excavator Back Hoe)
Qi = ( 60/Ct ) x Cm x F x Eu , BCM/jam
- Alat angkut ( Dump truck )
Qi = ( 60/Ct ) x Cb x F x Eu , BCM/jam
dimana :
Qi = kemampuan nyata
Cb = kapasitas bilah
Ct = waktu edar, menit
Cm= kapasitas mangkuk
F = faktor pengembangan
Eu = penggunaan efektif
- Estimasi jumlah alat yang diperlukan
Untuk dapat mengestimasikan jumlah alat yang diperlukan, maka harus
diketahui terlebih dahulu :
a. volume pekerjaan, dinyatakan dalam m3/ton
b. waktu penyelesaian pekerjaan, dinyatakan dalam jam kerja
c. taksiran kapasitas produksi alat yang digunakan, dinyatakan dalam
m3/jam atau ton/jam.
Dari ketiga data tersebut maka dapat dihitung jumlah alat yang
diperlukan, dengan memasukkan kepersamaan:
dimana :
Vp = volume pekerjaan
Wp = waktu penyelesaian
Tvp = target volume pekerjaan ( Tvp = Vp/Wp )
Kp = kapasitas produksi alat
- Keserasian kerja alat muat dan alat angkut
Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan dengan
menggunakan Mitch Factor yang dirumuskan:
dimana :
nH = jumlah alat angkut
Lt = waktu yang diperlukan alat muat untuk mengisi alat angkut sampai
penuh.
nL = jumlah alat muat
cH = waktu edar alat angkut diluar waktu tunggu
Adapun cara menilainya adalah :
- MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut
bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena
menunggu alat angkut yang belum datang.
- MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak
terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
- MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja
kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
2). Data – Data
a. Data-data yang berhubungan dengan daerah penelitian, yang meliputi antara
lain:
Data geologi, stratigrafi, topografi
Data peyebaran bahan galian
Data penyebaran bor
Data curah hujan
b. Data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan data, yang meliputi :
Data banyaknya sampel
Data hasil pemboran
Data ketebalan bahan galian dan lapisan penutup
c. Data pendukung
Data-data yang dapat mendukung data-data lapangan guna menganalisa
permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah. Data
pendukung dapat diambil antara lain dari laporan eksplorasi, brosur-brosur dari
perusahaan, data dari instansi terkait dan dari literatur-literatur.
3). Analisa
Analisa yang dilakukan terhadap data-data yang diambil tersebut diatas yang
diantaranya :
Analisa geologi, topografi, litologi
Analisa data hasil pemboran (misal : kualitas dan penyebarannya).
F. METODOLOGI PENELITIAN
1).Studi Literatur
Dalam hal ini dilakukan dengan menggabungkan antara teori dengan data-data di
lapangan, adapun bahan-bahan diperoleh dari Instansi yang terkait dengan
penelitian ini dan perpustakaan kampus dan daerah yang mana dapat berupa :
a. Literatur
b. Brosur-brosur
c. Peta dasar, peta geologi, topografi dan litologi
2).Penelitian Langsung di lapangan
Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
a. Observasi lapangan
Yaitu dengan melihat langsung kondisi lapangan daerah penelitian, luas
serta kesampaian daerah serta mencocokkan dengan data-data yang diperoleh.
b. Penentuan titik pengamatan
Yaitu dengan menentukan batas-batas penyebaran lubang bor yang diamati
sesuai dengan data-data yang diperoleh.
c. Cek kembali perumusan masalah
Yaitu dengan menyesuaikan data-data yang diperoleh agar apa yang telah di
dapat sesuai dengan yang dibutuhkan untuk masalah yang akan dipecahkan.
3).Pengambilan Data
Dalam penelitian ini pengambilan data diperoleh dari :
Perusahaan yang bersangkutan, baik melalui para karyawan secara lisan
maupun tulisan.
Perpustakaan, baik perpustakaan kampus UPN “Veteran” Yogyakarta maupun
perpustakaan daerah.
4).Akuisisi Data
Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data, diantaranya :
Pengumpulan dan pengelompokan data.
Menghitung jumlah data dengan metode statistik.
5). Pengolahan data
Dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran,
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau rangkaian perhitungan pada
penyelesaian dalam suatu proses tertentu.
6). Analisa hasil pengolahan data
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya
kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian pembahasan.
7). Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan
permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua
masalah yang dibahas.
G. JADWAL KEGIATAN
No.Waktu Juni Juli Agustus
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Study literatur
2 Orientasi lapangan
3 Pengambilan data
4 Pengolahan data
5 Pembuatan draft
H. DAFTAR PUSTAKA
1. Howard, L. Hartman, “Introductory Mining Engineering”, John Willey and Sons.
2. Yanto Indonesianto, Ir., “Pemindahan Tanah Mekanis”, Dikat I, Teknik
pertambangan UPN “Veteran”, Yogyakarta, 2001.
3. Peurifoy, RL., (1987), Construction Planning, Equipment and Methods, Second
Edition, Mc Graw Hill, Kogasukha, Ltd, Tokyo, Singapura, Sidney.