Proposal PTK BI Pendekatan Kooperatif

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan karena adanya beberapa masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Secara Umum dalam belajar bahasa Indonesia siswa harus menguasai empat ketrampilan berbahasa, yaitu : ketrampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Namun dalam penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang timbul dalam kegiatan menulis, khususnya dalam menulis naskah pidato. Dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa tulis bagi seseorang mutlak diperlukan. Namun, dalam kenyataan pembelajaran menulis di sekolah dasar kurang begitu mendapat perhatian yang memadai. Akibatnya, ketrampilan menulis siswa kurang memadai. Di antara hal tersebut adalah terbatasnya kemampuan dan kreatifitas guru, kurang kesiapan dan kemampuan prasyarat siswa, media pembelajaran yang kurang memadai, metode yang tidak tepat, pengaturan waktu yang kurang kondusif, dan pengelolaan siswa di kelas yang kaku. Hal ini pula yang di alami oleh penulis di tempat tugas yaitu SPDT 44 Lobar yang berlokasi di Senggigi Kecamatan Batulayar. Dampak nyata dari berbagai kendala tersebut, terlihat dari nilai rata-rata ketremapilan menulis pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI B semester genap tahun pembelajaran 2009/2010 yakni, siswa yang memperoleh nilai di bawah 65 sebanyak 13 orang (52%) dari 25 peserta yang mengikuti tes, dan siswa yang memperoleh nilai diatas 65 sebanyak 12 orang (48%) dari 25 peserta yang mengikuti tes. Selanjutnya apabila prestasi siswa tersebut dicermati, maka terlihat dengan jelas bahwa ada masalah dengan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya ketrampilan menulis. Menulis adalah kegiatan menggunakan bahasa tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan. Menulis merupakan satu ketrampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa sekolah dasar. Melalui tulisan, siswa dapat menyampaikan pengalaman, pikiran, perasaan, atau keinginannya. Oleh karena itu, siswa hendaknya memiliki pengalaman menulis. Norton ( 1994:144 ) menganjurkan agar guru-guru melibatkan para siswa dalam berbagai kesempatan untuk menulis dan berinteraksi dengan teman-teman mereka selama proses menulis1

berlangsung daripada hanya mengevaluasi hasil akhir. Pembelajaran menulis ditekankan pada proses menulis. Dengan demikian, pembelajaran akan berpusat pada siswa, serta aktivitas siswa lebih terarah dan terbimbing untuk mempunyai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran menulis yang terjadi saat ini di sekolah dasar lebih mengutamakan hasil daripada proses. Siswa menulis sesuai dengan tuntutan guru, sehingga bentuk tulisan yang dihasilkan sangat memprihatinkan. Guru mengakui bahwa bimbingan yang diberikan kepada siswa sangat minim, itupun hanya berupa petunjuk singkat terkait dengan judul tulisan. Guru memberikan beberapa judul yang dapat dipilih oleh siswa serta pokok-pokok pikiran setiap judul. Situasi pembelajaran kurang menarik dan upaya guru ternyata kurangmendorong siswa untuk aktif menulis. Guru kurang memperhatikan proses menulis, tetapi lebih mengutamakan hasil. Padahal hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis penekanannya telah beralih dari hasil kepada proses (Tompkins, 1991:227). Hal ini menunjukkan bahwa peranan guru juga beralih , yakni tidak hanya menugasi siswa untuk menyusun sebuah tulisan dan menilai hasilnya, tetapi bekerja bersama-sama dengan siswa dalam proses menulis. Secara psikologis, perhatian dan bimbingan guru dapat menggairahkan siswa untuk menulis tanpa ada perasaan tidak mampu dan perasaan takut salah B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini adalah : Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD dapat meningkatkan ketrampilan menulis siswa dalam pemembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Semester Genap SDN 1 Senggigi Tahun Pelajaran 2009/2010? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum : Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif learning.

2

2. Tujuan khusus : Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengefektifitaskan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajran kooperatif learning dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas VI SDN 1 Senggigi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan acuan pendapat untuk memperkuat teori yang sudah ada. Misalnya teori tentang pendekatan kooperatif dalam pembelajaran menulis. 2. Manfaat Praktis: Secara praktis hasil penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat untuk siswa, guru , dan sekolah. a. Bagi Siswa : 1) Tumbuhnya dorongan yang kuat pada diri siswa dalam proses pembelajaran menulis. 2) Meningkastnya kemampuan siswa baik asfek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. 3) Dapat menerapkan kegiatan membaca dengan efektif dan efisien. 4) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. 5) Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar khususnya dalam bidang menulis. b. Bagi Guru : 1) Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat untuk materi bahasan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 2) Menambah keluasan dan kedalaman konsep menulis bagi guru bahasa Indonesia. 3) Menambah pemahaman tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas sehingga para guru dapat meningkatkan pembelajaran untuk memecahkan segala permasalahan yang ada.

3

4) Membantu memperlancar proses pelaksanaan pembelajaran menulis denga n pendekatan pembelajaran kooperatif. 5) Mendorong guru untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang lain untuk memperbaiki kinerjanya.

c. Bagi sekolah : 1) Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu. 2) Sebagai masukan untuk melaksanakan perbaikan kebijakan dalam proses pembelajaran. 3) Sebagai dokumen untuk pembinaan guru ke depan dalam memperbaiki profesionalisme umumnya dan pembelajaran menulis pada khususnya. 4) Tumbuhnya pembelajaran siswa yang aktif di SD. 5) Meningkatnya kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

4

BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Landasan Teoritis 1. Kemampuan Menulis Menulis pada hakekatnya adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan lambang-lambang grafis itu (HG Tarigan, 1983:21) Sebagai bentuk penuangan gagasan, jenis-jenis tulisan berdasarkan tujuan yang disampaikan ada bermacam-macam. Keraf (1995:6-7) membagi jenis tulisan menjadi lima yaitu (1) eksposisi, (2) argumentasi, (3) persuasi, (4) deskrifsi, dan (5) narasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa persusasi merupakan varian dari argumentasi. Gorys Keraf (1984:8-9) mengemukakan bahwa manfaat menulis, yaitu untuk (1) mengenal diri sendiri, (2) lebih memahami orang lain, (3) belajar mengamati dunia sekitar dengan cermat, dan (4) untuk mengembangkan proses berfikir secara jelas dan teratur. Dalam proses menulis sekurang-kurangnya mencakup lima unsur, yaitu (1) isi karangan, (2) bentuk karangan, (3) tata bahasa, (4) gaya, dan (5) ejaan dan tanda baca ( Harris,1974:68). Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses menulis akademik meliputi tahapan-tahapan (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3)tahap perbaikan ( revisi ). Tulisan yang baik mempunyai ciri-ciri (1) mudah diterima, (2) ekonomis, (3) tepat, (4) langsung, (5) utuh, dan (6) grametikal. 2. Penguasaan Struktur Bahasa dalam Menulis Aspek penguasaan struktur bahasa (grametika) merupakan salah satu dari bekal kemampuan menulis. Penguasaan terhadap struktur bahasa berarti kemampuan untuk mengetahui struktur sesuai dengan kaidah yang berlaku.

5

Dalam perkembangan sekarang, struktur bahasa bahkan bukan hanya tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, melainkan sudah sampai kepada tata wacana. Dalam penyusunan paragraf, penyusunan kalimat oleh siswa sangat penting karena kalimat merupakan pendukung paragraf yang merupakan dasar pokok karangan. Karangan yang baik terdiri atas susunan kalimat yanmg baik.

3.

Pendekatan koopertif learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) menganggap siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan temannya sendiri. Slavin, (1995: 56) di dalam pembelajaran kooperatif tife Student Teams Achievement Divisions ( STAD) siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dengan kemampuan yang hetorogen. Kelompok hetorogen maksudnya campuran siswa dengan kemampuan yang berbeda. Ada 6 langkah dalam pembelajaran kooperatif (Muslich:229). Adapun langkah-langkah dimaksud adalah : 1) Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa. Pada tahap ini guru menjelaskan secara mendetail semua tujuan pembelajaran yang hendak dicapai selama proses pembelajaran dan memberi motivasi siswa untuk belajar. Pemberian motivasi dapat dilakukan dengan menceritakan kembali keberhasilan sisiwa pada pembelajaran sebelumnya. 2) Penyajian informasi kepada siswa. Penyajian informasi dilakukan guru dengan peragaan (demonstrasi) atau teks. 3) Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar. guru menjelaskan kepada siswa bagaimanan cara membentuk kelompok belajar agar dapat bekerjasama secara efektif. 4) Membantu/membimbing kelompok belajar siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. 5) Menilai hasil kerja kelompok. 6) Memberikan reward terhadap hasil belajar baik secara individu maupun kelompok.

6

4. Keterampilan dalam pembelajaran kooperatif Penekanan pembelajaran kooperatif tidak saja pada aspek pemahaman siswa pada materi , melainkan yang tak kalah pentingnya adalah keterampilan kooperatif itu sendiri. Keterampilan kooperatif bermanfaat dalam mengatur hubungan kerja kelompok dan menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Arends (dalam Karuru,2007:9) menjelaskan tiga tingkat keterampilan kooperatif tersebut, antara lain : 1. Keterampilan tingkat awal, yang terdiri dari penggunaan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong pertisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya,dan menghargai perbedaan individu. 2. Keterampilan tingkat menengah, meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, menyatakan setuju dalam ketidak setujuan secara etis, aktif mendengarkan, bertanya, menyusun rangkuman, menafsirkan, mengatur,dan mengurangi ketegangan. 3. Keterampilan tingkat mahir meliputi, mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan kompromi.

B. Kerangka Berfikir Penerapan model kooperatif learning dalam meningkatkan kemampuan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dapat dilihat pada skema seperti berikut ini :

7

Kemampuan menulis siswa yang belum memadai

Siswa belum mampu menghilangkan kebiasaan cara menulis lama

Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat

Pelaksanaan pembelajaran menulis dengan model kooperatif learning

Meningkatkan strategi pembelajaran menulis

Menghilangkan kebiasaan buruk dalam menulis

Meningkatkan keaktifan siswa

Kemampuan menulis siswa meningkat

Gambar 1. Alur berpikir kaftan penerapan model pembelajaran kooperatif learning

C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir yang dikemukakan pada uraian sebelumnya, hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Penerapan pendekatan kooperatif learning dalam pembelajaran bahasa Indonesiadapat meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas VI semester genap SD-SMPN SATAP 44 LOBAR tahun pelajaran 2009/2010.

8

2.

3.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia secara efektif dengan menggunakan pendekatan kooperatif learning tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VI SDN-SMPN SATAP 44 LOBAR setelah diterapkannya pendekatan kooperatif learning tipe STAD dalam pembelajaran bahasa Indonesia meningkat lebih baik dibanding sebelumnya.

9

BAB III PELAKSANAAN PENELITIANA. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini di SPDT 44 Lobar Kelas VI B. Wilayahnya berada di Dusun Senggigi Desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat. Lingkungan sekolah ini termasuk kawasan Wisata Senggigi meskipun sekolahnya masuk ke dalam perkampungan yang jaraknya kira-kira 250 m dari jalan raya Senggigi. 2. Kondisi Lokasi Kelas yang digunakan untuk mengadakan PTK adalah kelas VI B. Ruang kelas ini menghadap ke timur dan di depan kelas tersebut terdapat halaman upacara bendera. Ruang kelas ini memiliki panjang 8 m dan lebar 7 m, berlantai keramik warna putih, tembok berwarna coklat susu/warna krem dan belum dipajang data-data atau gambar-gambar, mengingat kelas tersebut baru direhab. 3. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilaksanakan pada siswa kelas VI B. Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 13 pebruari 2010 sampai pada tanggal 22 Pebruari 2010 yang terdiri dari 2 siklus. Pada tanggal-tanggal tersebut peneliti mulai aktif di lapangan. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas VI B SD-SMPN SATAP 44 Lobar tahun pelajaran 2009/2010. Siswa kebanyakan berasal dari penduduk asli dan hanya sebagian kecil pendatang. Orang tua mereka kebanyakan wiraswasta, berdagang atau berjualan di pinggir jalan raya Senggigi atau dipinggir pantai (lokasi wisata) , dan sebagian kecil yang orang tua mereka sebagai nelayan. Keadaan ini memungkinkan mereka kurang disiplin dan cara belajarnya kurang terkontrol sehingga siswa jarang belajar apalagi melakukan kegiatan menulis. Kelas ini berbeda dengan kelas VI sebelumnya.Kelas VI Tahun Pelajaran 2009/2010 ini dijadikan kelas paralel atau dibagi menjadi 2 kelas yakni bagi siswa10

yang mendapat nilai Bahasa Indonesia rata-rata 7,00 ke atas ditempatkan di kelas VI A dengan jumlah 25 orang, sedangkan bagi siswa yang mendapat nilai Bahasa Indonesia rata-rata 7,00 ke bawah di tempatkan di kelas VI B dengan jumlah 27 orang. C. Prosedur Penilaian Di dalam sub bab ini akan dipaparkan hal=hal yang menyangkut masalah (1) metode penelitian, (2) siklus, (3) prosedur penelitian, dan (4) analisis data dan refleksi. 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research yang disingkat CAR atau penelitian tindakan kelas (PTK). Siklus action research dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan (divisualisasikan) sebagai berikut.

Planning Reflecting ObservingGambar 2. Model Siklus Penelitian Tindakan 2. Siklus Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi beberapa siklus. Banyaknya siklus yang digunakan tergantung hasil refleksi dari siklus sebelumnya yang berdaur ulang dan berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan tindakan (planning), implementasi tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Setiap siklus dilakukan dengan memberikan tindakan pelatihan dengan berbagai penguasaan bahasa yang dikaitkan dengan karangan dan diakhiri dengan praktik menulis atau kegiatan menulis naskah pidato. 3. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian mencakup: (1) perencanaan tindakan yang akan digunakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi hasil tindakan yang telah dilakukan.

Acting

11

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) peristiwa atau kegiatan, yaitu proses kegiatan pembelajaran menulis naskah pidato dengan menggunakan pendekatan kooperatif learning, (b) pelaku peristiwa, yaitu guru itu sendiri selaku peneliti dengan dibantu 2 teman sejawat sebagai observer, dan (c) dokumen berupa kurikulum dan perangkat pembelajaran guru. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan (1) pengamatan, (2) wawancara, dan (3) tes. 4. Analisis Data dan Refleksi Tehnik analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah tehnik analisis kritis dengan mendeskripsikan temuan data dan membandingkannya dengan indikator-indikator kinerja yang sudah ditentukan. Adapun indikator kinerja yang ditentukan apabila ada peningkatan jumlah siswa menguasai grematika dalam penyusunan karangan (pada kondisi awal) dan apabila ada peningkatan jumlah sisiwa yang mampu mengorganisasikan isi karangan dengan menggunakan pendekatan kooperatif learning dengan baik pada akhir siklus.

12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas perumusan masalah dari bab I akan disajikan di dalam bab IV ini, sebelum sajian hasil penelitian akan disampaikan terlebih dahulu gambaran kondisi awal tentang kemampuan menulis siswa pada setting penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, pada bab ini akan dikemukakan tentang (A) kondisi awal kemampuan siswa, (B) pelaksanaan tindakan kelas, (C) hasil penelitian, dan (D) pembahasan hasil penelitian. A. Kondisi Awal Kemampuan Menulis Siswa Sebelum tindakan kelas dilaksanakan langkah yang ditempuh peneliti adalah mengetahui kondisi awal kemampuan menulis siswa. Data ini diperoleh dari hasil tes siswa pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VI B SD-SMPN SATAP LOBAR, bahwa data kondisi awal siswa didapat dari dokumen yang berupa nilai kemampuan menulis siswa (nilai tugas) pada semester genap Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil uji coba menulis siswa Kelas VI B dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Hasil Uji Coba Kemampuan Menulis No. 1 2 3 4 5 Total Skala Nilai 0-50 51-64 65-70 71-80 81-100 Jumlah Siswa 5 8 9 3 25 Persentase KM 20 % 32 % 36 % 12 % 0% 100 %

B. Pelaksanaan Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari tanggal 13 Pebruari 2010 sampai dengan tanggal 22 Pebruari 2009 yang meliputi beberapa siklus yang berdaur ulang dan berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan tindakan (planning), implementasi tindakan

13

(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Setiap siklus dilakukan dengan memberikan tindakan pelatihan dan diakhiri dengan praktik menulis. C. Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada Standar Kompetensi mengungkapkan pikiran dan informasi secara tertulis dalam bentuk naskah pidato dan surat resmi kelas VI B SD-SMPN SATAP LOBAR dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif learning. Berikut ini akan diuraikan tentang hasil penelitian pada tiap-tiap siklus.

1. Siklus I (Pertama) a. Rencana Tindakan Hal-hal pokok yang dipersiapkan peneliti sebelum melaksakan tindakan untuk siklus I adalah : y y y Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( Lampiran .......) Menyiapkan lembar observasi untuk mencatat kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung (Lampiran ..........) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa lengkap dengan petunjuk pelaksanaan (Lampiran ...........)

b. Tindakan Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Sabtu, 13 Pebruari 2010 dan pada hari Senin, 15 Pebruari 2010. Evaluasi dilaksanakan sekaligus pada pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama ketika guru melakukan apersepsi kaitan dengan materi terlihat beberapa orang kurang siap menerima pembelajaran. Beberapa siswa terlihat mondar mandir berinteraksi dengan teman-teman lainnya hingga nampak suasana kurang tertib. Begitu juga saat pembagian kelompok yang tiap-tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang hingga terbentuk menjadi 6 kelompok (jumlah siswa 25 orang, 2 orang tidak hadir) mereka banyak yang menolak, karena sebelumnya mereka membentuk kelompok sendiri yang hanya mereka sukai. Tapi setelah diberi penjelasan tentang pentingnya membentuk kelompok berdasarkan teman yang heterogen, artinya tiap

14

anggota kelompok masing-masing memiliki kemampuan yang berbedabeda,mereka mulai membentuk kelompok berdasarkan apa yang diharapkan. Kemudian guru membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok. Sebelum diskusi berlangsung guru memberi penjelasan singkat tentang tugas-tugas yang dikerjakan berdasarkan petunjuk yang ada di LKS dengan harapan tidak menimbulkan pertanyaan bagi siswa yang belum mengerti. Tapi ternyata masih ada beberapa siswa yang belum mengerti tentang petunjuk yang diberikan, hingga guru memberikan penjelasan ulang dari pertanyaan siswa yang belum mengerti dengan bahasa yang lebih sederhana dan memberikan contoh cara menyelesaikannya dan kemuadian siswa mengembangkan sendiri apa yang dicontohkan guru. Dalam mengerjakan tugas pada LKS yang terlihat aktif berfikir dan mengerjakan tugas hanya siswa-siswa itu-itu saja, yang lainya seperti biasa kurang berminat bahkan ada yang tidur-tiduran dan bermain. Hingga guru tak bosan-bosannya memberikan bimbingan ke masing-masing kelompok dibantu oleh teman-temannya yang sudah paham dan mengerti cara menyelesaikannya. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas yang ada di LKS, guru menyuruh perwakilan dari salah satu kelompok menyampaikan hasil diskusinya, sedang kelopok lain menanggapi hasil kelompok yang melakukan presentasi. Berhubung proses presentasi cukup menyita waktu, akhirnya guru membuat rangkuman sendiri tentang materi yang disampaikan pada pertemuan itu tanpa melibatkan siswanya. Setelah memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan sekaligus memberikan jawaban atas pertanyaan siswa yang belum jelas, guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas latihan sacara terus menerus di rumah. Selain mengulang persepsi penguasaan struktur bahasa (pembentukan kata, frase, dan ungkapan baru), guru juga menugaskan siswa untuk meningkatkan kinerjanya membaca berbagai sumber belajar yang lain yang ada kaitan atau relevansinya dengan materi yang diangkat di dalam mengembangkan tulisannya tersebut. Pada pertemuan kedua hari Senin, 15 Pebruari 2010 guru melakukan evaluasi. Namun terlebih dahulu wakil masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas, sedang yang lain memberikan tanggapan. Kemudian guru memperbaiki hasil siswa sebagai penguatan. Selanjutnya guru melakukan evaluasi.

15

c. Observasi Peneliti dengan dibantu 2 teman sejawat melakukan observasi yang meliputi; mengamati partisipasi, keaktifan dan kerjasama siswa dalam kelompok, memantau jalannya diskusi kelompok, mengamati kemampuan masing-masing siswa. Dari pengamatan tersebut dikatakan berhasil apabila siswa telah mendapat nilai minimal 65, kurang dari 65 masih dikategorikan hasilnya belum memadai (belum baik). Berdasarkan hasil tugas yang dikerjakan siswa tersebut dapat diketahui bahwa setiap tugas yang dikerjakan hasilnya ada peningkatan yang segnifikan dengan kemampuan menulisnya. Meskipun di awal kegiatan siswa mengalami kesulitan di dalam melaksanakan tugasnya. Menurut 2 orang observer, ini bisa diantisifasi dengan memberikan contoh (model) lain yang kaitannya dengan materi hingga tidak menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Adapun hasil dari kegiatan siswa tersebut dapat peneulis paparkan pada tabel berikut. Tabel 2. Hasil Penguasaan Struktur Bahasa dalam Keterampilan Menulis Siswa

No. 1 2 3 4 5 6

Rentangan Nilai 55 60 61 66 67 72 73 78 79 84 85 - 90

Jumlah Siswa 5 4 9 4 2 1 25

Persentasi ( % ) 20 16 36 16 8 4 100

Pada siklus I ini terlihat di tabel 2 tentang penguasaan struktur bahasa, siswa yang mendapat ( 1 ) nilai 55 60 adalah 20 %, ( 2 ) nilai 61 66 adalah 16 %, ( 3 ) nilai 67 72 adalah 36 %, ( 4 ) nilai 73 78 adalah 16 %, ( 5 ) nilai 79 84 adalah 8 %, ( 6 ) nilai 85 90 adalah 4 %.

Nilai rata-rata kelasnya adalah 69,24 , persentase Ketuntasan Belajar berdasarkan KKM 65 adalah 76 %. persentase yang belum tuntas adalah 24 % ( daftar nilai terlampir)

16

d. Refleksi dan Analisis Melihat hasil yang belum maksimal tersebut maka pada siklus I perlu dilakukan latihan ulang, pelatihan persepsi dan diberi tugas agar berlatih sendiri ( tugas terstruktur ) di rumah. Hal tersebut akan menjadikan pembelajaran lebih efisien apabila siswa melakukan latihan secara terus menerus, selain mengulang persepsi, penguasaan terstruktur bahasa ( pembentukan kata, frase, dan ungkapan baru ), siswa perlu diberi latihan model pelatihan yang lain yaitu dalam meningkatkan kinerjanya siswa perlu membaca berbagai sumber belajar lain yang ada kaitannya atau relevansinya dengan tema yang diangkat dalam pengembangan tulisan tersebut. 2. Siklus II ( kedua ) a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, yang merekomendasikan bahwa hasil penguasaan struktur bahasa dalam kemampuan menulis sisiwa belum memadai, maka pada siklus II ini perlu disusun rencana tindakan selanjutnya. Pada kegiatan perencanaan ini guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan materi pembelajaran tentang penyusunan kalimat efektif termasuk instrumen dan lembar observasi yang akan digunakan untuk pertemuan berikutnya. Peneliti menyiapkan lembar pelatihan persepsi dan lembar observasi. b. Tindakan 1) Pelatihan ulang Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tersebut dan siswamengulang pelatihan persepsi mengenai penyususnan kalimat efektif di dalam keterampilan menulis mereka khususnya tentang Struktur (correcness) dan kecocokan kontecks (appropriacy) di dalam hasil. 2) Pelatihan pokok dan konsentrasi pelatihan Pada siklus II berikut ini adalah mengenai Pembelajaran kooperati learning dalam keterampilan menulis dengan pola Menulis Melaporkan Membeca yang menekankan materi praktik menulis. Tehnik pelaksanaan keterampilan menulis di siklus II ini prinsipnya sama dengan pelaksanaan praktik keterampilan menulis sebelumnya,

17

hanya saja keterampilan menulis kali ini ditekankan pada penyususnan kalimat efektif dengan mengikuti pensyaratan yang ada.

c. Observasi Langkah berikutnya adalah mengulangi dan penjelasan mengenai materi berikutnya, yaitu penyususnan kalimat efektif, agar siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis. Pengulangan latihan ini dilakukan siswa sampai dua-tiga kali. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, siswa disuruh mempresentasikan hasil pekerjaannya. Pada pertemuan terakhir siswa diberi tes keterampilan menulis yang menekankan pengembangan paragraf termasuk juga diskusi dan penguasaan stuktur bahasa. Untuk mengetahui hasil paragraf siswa dapat dilihat dalam tabel berikut. No. 1 2 3 4 5 6 Rentangan Nilai 55 60 61 66 67 72 73 78 79 84 85 - 90 Jumlah Siswa 2 7 95

1 1 25

Persentasi ( % ) 8 28 36 20 4 4 100

Tabel 3. Hasil pengembangan Paragraf dalam Keterampilan Menulis Pada siklus kedua ini seperti terlihat pada tabel 3 tentang hasil pengembangan paragraf, siswa mendapat ( 1 ) 55 60 adalah 2 orang ( 8 % ), ( 2 ) nilai 61-66 adalah 7 orang ( 28 % ), ( 3 ) nilai 67-72 adalah 9 orang ( 36 % ), ( 4 ) nilai 73-78 adalah 5 orang ( 20 % ), ( 5 ) nilai 79-84 adalah 1 orang ( 4 % ), ( 6 ) nilai 85-90 adalah 1 orang ( 4 % ). Rata-rata kelas 69.80, persentase Ketuntasan Belajar berdasarkan KKM 65 adalah 92 %. persentase yang belum tuntas adalah 8 % ( daftar nilai terlampir) Pada kegiatan pelaporan hasil, kelas memang tampak ramai tetapi dalam suasana yang menyenangkan. Suasana kelas menggambarkan kemauan keras siswa, meskipun hanya bebrapa orang yang tidak mengalami perubahan disiplinnya, namun mereka kelihatan berusaha

18

memperbaikinya. Hal itu terindikasi dari hasil pelatihan berikutnya yang semakin baik. Situasi kelas memang agak gaduh karena para siswa sibuk mengoreksi karangan masing-masing. Namun bukan berarti kelas tidak hidup dengan keaktifan siswa. Di samping itu, siswa tampak senang dengan kegiatan masing-masing.

d. Refleksi dan Analisis Hasil tindakan dan analis ini dilaksanakan terhadap kemampuanmenulis siswa dengan pendekatan kooperatif learning dengan pola Menulis melaporkan membaca . Pelatihan dalam siklus II ini ternyata siswa belum semua secara maksimal dapat meningkatkan kemampuan menulisnya, tetapi sudah lebih dan meningkat dari hasil sebelumnya. Hal ini tampak pada perolehan hasil menulisnya kaitannya dengan tehnik penulisan dan penguasaan struktur bahasa sudah lebih baik dari sebelumnya yakni 92 %

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kemampuan menulis merupakan sebuah kompetensi dasar dalam kurikulum SD kelas tinggi dan sebuah tuntutan di era globalisasi. Oleh karena itu, kemampuan menulis perlu diajarkan sebaik mungkin. Di dalam pendekatan kooperatif learning peneliti menggabungkan beberapa model pembelajaran keterampilan berbahasa ini. Dalam pembelajaran yang dilakukan ditekankan materi pembelajaran menulis dengan pengembangan topik dan pemberian tugas-tugas pada setiap materi tertentu. Realisasi pembelajaran kemampuan menulis model kooperatif learning ini terikat dua hal, yaitu (1) keseluruhan proses pembelajaran yang berorientasi pada kebermaknaan dan (2) pembelajaran yang berorientasi kepada pembelajar. Siklus I menerapkan pola pembelajaran dengan Diskusi menulis membaca Hasil tes menulis dengan menekankan penguasaan struktur meningkatkan kemampuan menulis tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai antara 55-60 ada 5 orang, sedang yang mendapat nilai antara 6166 ada 4 orang, nilai antara 67-72 ada 7 0rang, nilai antara 73-78 ada 4 orang, nilai antara 79-84 ada 2 orang, dan nilai antara 85-90 ada 1 orang. Nilai rata-rata kelas sebesar 69,24, sedangkan persentase ketuntasan belajar berdasarkan KKM 65 adalah 76 %. Hasil yang dicapai siswa tersebut belum

19

memenuhi tujuan yang diharapkan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian bimbingan belajar dalam pengembangan menulis dari guru perlu mendapat perhatian agar siswa memliki kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Pembelajaran berikutnya guru harus mampu mengaktifkan siswa agar kelas tercipta susana aktif kreatif efektif dan menyenangkan. Penguasaan struktur bahasa masih perlu mendapat perhatian,khususnya pada bagian pembentukan kata, frase, dan ungkapan baru yang masih minim. Akhir Siklus II, Dari hasil tes keterampilan menulis yang menekankan persyaratan kalimat efektif yang meliputi kebenaran struktur (correcnes) dan kecocokan konteks (appropiary) oleh siswa tersebut nilai terendah yang dicapai siswa adalah 55 dan nilai tertinggi 90, sedangkan nilai rata-rata tes 69,80. Hal ini tampak pada perolehan hasil menulisnya, kaitan dengan penyusunan kalimat efektif sudah baik yakni 92 % yang sudah tuntas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa barsarakan hasil tes keterampilan tes menulis siswa tersebut sudah lebih baik dari sebelumnya. Dengan perkataan lain bahwa kemampuan menulis dengan penekankan penguasaan struktur bahasa siswa setelah diadakan pelatihan ulang hasilnya meningkat lebih baik dibandingkan sebelumnya.

20

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARANA. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1. Penggunaan (penerapan) model pembelajaran kooperatif learning di dalam pembelajaran kemempuan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia ternyata dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini terindikasi dari adanya peningkatan perolehan kemampuan menulis (KM) yang rendah meningkat ke KM yang lebih tinggi. 2. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia berjalan efektif dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif learning dapat mensinergikan antara kemampuan fisik dan kemampuan psikis sehingga kemampuan menulisnya meningkat. 3. Peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VI SDN 1 Senggigi setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif learning dalam pemeblajaran bahasa Indonesia adalah pada kondisi awal perolehan nilai KM berdasarkan KKM 65 adalah 48 %. Pada siklus I perolehan KM telah terjadi peningkatan yaitu naik menjadi 76 %, sedangkan perolehan nilai setelah dilakukan siklus ke II naik menjadi 92 %.

B. Implikasi Penelitian Model Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif learning yang diterapkan pada orientasi pembelajaran pada siswa tidak sekedar memberikan fakta atau konsep sebanyak-banyaknya, tetapi lebih terfokus kepada proses sampai siswa menemukan konsepnya. Pembelajaran yang berpusat kepada siswa ini memungkinkan siswa memyelidiki sendiri berbagai hal yang selanjutnya berguna bagi perkembangan intelektual dan mental mereka. Penekanan dalam proses menulis adalah apa-apa yang dipikirkan dan dikerjakan siswa pada waktu mereka menulis. Ini berbeda dengan menulis yang dilakukan berdasrkan pembelajaran dari guru, pembelajaran yang berorientasi dari guru yang dipentingkan adalah hasil akhir tulisan siswa. Peningkatan keterampilan menulis siswa yang lain adalah menyusun dan mengembangkan paragraf atau karangan. Kegiatan yang diperlukan meliputi (1) penulisan paragraf yang baik, (2) menjelakan pengembangan paragraf, dan (3) berlatih mengembangkan paragraf berdasarkan gagasan pokok tertentu dengan21

penalaran induktif, deduktif, atau gabungan keduanya. Di samping itu, juga meningkatkan kemampuan dalam menganalisis dan membetulkan salah nalar yang terdapat dalam karangan. Untuk itu siswa perlu diperkenalkan jenis-jenis salah nalar dan melatih menganalisis kesalahan nalar dalam karangan. Pembelajaran keterampilan menulis merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia yang wajib diikuti siswa dan bertujuan agar siswa dapat menulis atau membuat karangan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang penggunaannya sesuai dengan situasi berbahasa, sedangkan bahasa yang benar adalah bahasa yang penggunaannya mengikuti kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang telah dibakukan serta sesuai dengan gagasan yang disampaikan. Agar pembelajaran keterampilan menulis dapat berhasil dengan baik, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan daya nalar dan kreatifitas siswa. Penyajian materi yang dapat merangsang siswa untuk menulis secara kreatif dan bernalar dengan baik merupakan tujuan pokok pembelajaran menulis di sekolah dasar. Pemberian latihan yang banyak dalam aplikasi pengembangan topik dapat memancing daya kreatifitas siswa untuk mengekspresikan ilmunya sehingga mereka akhirnya mampu mengembangkan apa yang mereka peroleh pada waktu pembelajaran ke kancah keilmuan lapangan. Latihan yang terus menerus yang didasari atas topik-topik yang bervariasi dapat mempersiapkan mereka untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dapat dikomunikasikan lewat tulisan. Upaya-upaya yang lain dalam rangka meningkatkan keterampilan menulis dengan cara menugasi siswa mencari berbagai wacana yang tersebar dalam berbagai media massa. Dari situ siswa diminta untuk memberikan komentar, di samping tingkat keutuhan karangan dan aspek-aspek kebahasaan lain yang digunakan. Tugas ini memberikan kontribusi yang cukup besar dalam rangka meningkatkan keterampilan menulis, karena dengan demikian semakin banyak mereka membaca maka semakin banyak pula pandangan-pandangan yang dapat memperkaya pemahamannya atas keutuhan sebuah tulisan. Dengan upaya-upaya ini, maka disamping akan terjadi peningkatan terhadap kemampuan penalaran siswa dan penguasaan kebahasaan siswa, juga secara langsung dapat meningkatkan keterampilan menulisnya. Oleh sebab itu, seorang guru harus menyadari penuh terhadap tanggung jawab ini. Perlu diketahui bahwa kemampuan menulis siswa yang sangat penting tersebut dapat ditingkatkan melalui penguasaan kebahasaan yang dipelajari dan kemampuan penalarannya. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat menghapuskan anggapan tentang rendahnya keterampilan menulis siswa.

22

C. Saran Berdasrkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan tersebut dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Pertama, siswa disarankan agar terus-menerus berlatih menulis agar dapat meningkatkan keterampilan menulisnya. Semakin banyak berlatih menulis, akan semakin lancar dan mudah di dalam mengungkapkan atau menyampaikan buah pikiran, perasan, pengalaman, dan pendapatnya dalam bentuk bahasa tulis kepada orang lain. Kedua, di dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa, para guru hendaknya menunda terlebih dahulu tugas mengarang secara bebas, untuk itu program menyusun karangan terarah perlu diberikan kepada siswa. Salah satu wujud komposisi terarah adalah pemberian latihan menganalisis aspek-aspek kebahasaan dan tehnik penulisan. Aspek-aspek karangan yang menjadi fokus bagi kegiatan menyusunan karangan terarah itu bersifat tunggal (misalnya, ejaan atau tanda baca atau pengorganisasian faragraf), tetapi dapat mencakup, beberapa aspek karangan sekaligus. Hasil dari pemebrian program latihan itu adalah makin meningkatnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan. Ketiga, di dalam membelajarkan keterampilan menulis hendaknya lebih banyak menekankan pada aspek kebahasaan,mengingat selama ini sebagian guru lebih menekankan kepada faktor keindahan kebenaran bentuk tulisan dalam mengoreksi karangan siswa. Penilaian yang menitik beratkan pada bentuk penulisan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran menulis yang hendak dicapai, yaitu agar siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa tulis.

23