15
Proposal Penelitian UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROGRAM GREEN HOUSE DENGAN METODE BERCOCOK TANAM SEBAGAI PELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) PADA MUATAN LOKAL (MULOK) DI MI CONDONG TASIKMALAYA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V MI Condong Tasikmalaya Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya) Oleh : AHMAD FAUZAN NPM. 08.07.0091 A. LATAR BELAKANG Keinginan setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari, namun tanpa disertai kearifan dalam proses pencapaiannya, justru kemerosotan kualitas hidup yang akan diperoleh. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan eksploitasi sumberdaya alam. Eksploitasi yang berlebihan akan mengakibatkan merosotnya daya dukung alam. Disisi lain dalam proses penyediaan barang kebutuhan manusia juga akan mengahasilkan limbah, limbah yang dihasilkan menjadi beban bagi lingkungan untuk mendegradasinya. Jumlah limbah yang semakin besar yang tidak terdegradasi akan menimbulkan masalah pencemaran. Kesadaran dan kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja secara alamiah, namun harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menanamkan kesadaran terhadap Lingkungan Hidup, langkah yang paling strategis adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal atau pendidikan non-formal. Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai wadah pendidikan perlu sejak dini menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup agar terbentuk sumberdaya manusia yang secara arif dapat memanfaatkan potensi dirinya dalam berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya local. Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia yang memerlukan wawasan yang lebih luas karena pendidikan merupakan aspek

Proposal PKLH 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Proposal PKLH 2

Citation preview

Page 1: Proposal PKLH 2

Proposal  Penelitian

UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM

PROGRAM GREEN HOUSE DENGAN METODE BERCOCOK TANAM SEBAGAI

PELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) PADA MUATAN LOKAL

(MULOK) DI MI CONDONG TASIKMALAYA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V MI Condong Tasikmalaya  Kecamatan

Cibeureum Kota Tasikmalaya)

Oleh :

AHMAD FAUZAN

NPM. 08.07.0091

A.                LATAR BELAKANG

            Keinginan setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup merupakan sesuatu

yang tak dapat dihindari, namun tanpa disertai kearifan dalam proses pencapaiannya,

justru kemerosotan kualitas hidup yang akan diperoleh. Untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya manusia melakukan eksploitasi sumberdaya alam. Eksploitasi yang berlebihan

akan mengakibatkan merosotnya daya dukung alam. Disisi lain dalam proses penyediaan

barang kebutuhan manusia juga akan mengahasilkan limbah, limbah yang dihasilkan

menjadi beban bagi lingkungan untuk mendegradasinya. Jumlah limbah yang semakin

besar yang tidak terdegradasi akan menimbulkan masalah pencemaran. Kesadaran dan

kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja secara alamiah,

namun harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui

kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menanamkan

kesadaran terhadap Lingkungan Hidup, langkah yang paling strategis adalah melalui

pendidikan, baik pendidikan formal atau pendidikan non-formal.

            Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai wadah pendidikan perlu sejak dini

menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup agar

terbentuk sumberdaya manusia yang secara arif dapat memanfaatkan potensi dirinya

dalam berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis, lestari

secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif

dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya local.

Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia yang

memerlukan wawasan yang lebih luas karena pendidikan merupakan aspek terpenting

Page 2: Proposal PKLH 2

dalam kehidupan manusia, oleh karena itu pembahasan pendidikan tidak cukup

berdasarkan pengalaman saja melainkan dibutuhkan suatu pemikiran yang luas dan

mendalam. Pengkajian pendidikan tidak cukup hanya dari hasil penelitian secara ilmiah,

namun dibutuhkan pengkajian pengkajian yang lainya seperti adanya tes hapalan terhadap

bidang-bidang pelajaran tersebut, agar nantinya dapat mempermudah proses pembelajaran

.

Suatu factor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pembelajaran antara lain

belum dimampaatkanya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh

peserta didik. Hal tersebut lebih di persulit lagi oleh suatu kondisi yang turun temurun,

dimana guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Dalam kurikulum berbasis kompetensi

( KBK ) guru tidak lagi berperan sebagai aktor / aktris utama dalam pembelajaran , karena

pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar.

Dengan demikian tidak ada lagi anggapan bahwa kegiatan pembelajaran baru dikatakan

sempurna kalau ada ceramah dari guru. Demikian halnya peserta didik harus dapat belajar

dengan baik tanpa didampingi oleh guru.

‘’Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal peserta didik dituntut tidak hanya

mengandalkan diri dari apa yang terjadi di kelas, tetapi harus mampu dan mau

menelusuri aneka ragam belajar yang diperlukan. ‘’( Buku Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Dr.E.Mulyasa,M.Pd hal 47 ).

Materi pelajaran dan kegiatan pembelajaranya harus di realisasikan oleh guru

kemudian dikembangkan untuk menjadi sebuah pembelajaran yang epektip guna mencapai

hasil yang optimal. Hal ini sesuai dengan pasal 3 Undang undang Dasar Republik Indonesia

Nomor 20 tahun 2003 tentang :

’’Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak

mulia, sehat dan cakap,kreaktip, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab,.”

Tujuan pendidikan dalam Undang undang tersebut diatas dapat dicapai melalui

pembelajaran yang epektip dan episien. Salah satu aktivitas pembelajaran yang epektip

dan episien adalah dengan memasukan pembelajaran Mulok dalam program Green House

melalui metode bercocok tanam. Hasil belajar pada pembelajaran ini mencakup tiga ranah

kognitip, apektip, dan psikomotoriknya. Tiap ranah dirinci lagi dalam indicator yang lebih

Page 3: Proposal PKLH 2

spesifik, dalam pembelajaran hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh factor

intelektual dan dipengaruhi oleh faktor psikologisnya, seperti minat, dan bakatnya.

( Sujana : 39 ) mengemukakan :

‘’ Bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor

dari dalam dan faktor dari luar.’’

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti mengobservasi di MI Condong

Tasikmalaya. Kehidupan lingkungan masyarakat di daerah Tasikmalaya khususnya daerah

Condong mayoritas mempunyai pekerjaan di bidang pertanian dan di era globalisasi seperti

sekarang tidak menutup kemungkinan masih banyak orang yang lulusan dari Sekolah

Dasar langsung berniat untuk bergegas mencari pekerjaan dan menaruhkan kehidupannya

di daerah khusus Ibukota Jakarta.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti berupaya mencari alternatip untuk

memperbaiki kualitas kemandirian siswa di MI Condong Tasikmalaya. Untuk

menindaklanjuti proses perkembangan siswa pada mata pelajaran mulok ini, peneliti

mengadakan observasi di MI Condong Tasikmalaya dengan judul.‘’UPAYA

PENINGKATAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROGRAM GREEN HOUSE

DENGAN METODE BERCOCOK TANAM SEBAGAI PELAJARAN PENDIDIKAN

LINGKUNGAN HIDUP (PLH) PADA MUATAN LOKAL (MULOK) DI MI CONDONG

TASIKMALAYA”.

B.            Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti mengobservasi dan merepleksi

awal terhadap kegiatan pembelajaran di lapangan /dikelas, maka secara umum

permasalahan dalam penelitian ini adanya :

Bagaimana implementasi peningkatan kemandirian siswa dalam program green house

dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

pada MULOK di MI condong Tasikmalaya ?

Selanjutnya apa tindakan untuk mengatasi masalah lebih spesipik, maka secara lebih

khusus permasalahan yang akan diteliti dan dirumuskan sebagai berikut :

1.      Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan implementasi peningkatan kemandirian

siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran

MULOK di MI condong Tasikmalaya?

Page 4: Proposal PKLH 2

2.      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan implementasi peningkatan kemandirian

siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran

MULOK di MI condong Tasikmalaya?

3.      Bagaimana hasil pembelajaran dengan implementasi peningkatan kemandirian siswa

dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran MULOK di

MI condong Tasikmalaya?

C.           Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.      Tujuan Penelitian

a.         Tujuan Umum Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan peningkatan kemandirian

siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran

MULOK di MI Condong Tasikmalaya.

b.        Tujuan Khusus Penelitian

Sesuai dengan masalah perencanaan yang diteliti,

tujuan khusus ini adalah :

1.    Mendeskripsikan dan mengoptimalkan perencanaan pembelajaran dengan peningkatan

kemandirian siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai

pelajaran MULOK di MI Condong Tasikmalaya.

2.    Mendeskripsikan dan mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran dengan peningkatan

kemandirian siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai

pelajaran MULOK di MI Condong Tasikmalaya.

3.    Mendeskripsikan dan mengoptimalkan hasil belajar dengan peningkatan kemandirian

siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran

MULOK di MI Condong Tasikmalaya.

2.        Manfaat Penelitian

a.         Manfaat teoritis

Secara teoritis mampaat tugas pelajaran bercocok tanam ini dapat menambah

pengetahuan di bidang pertanian, serta dapat mengamalkanaya dalam kehidupan misalnya

menjadi dengan menanam singkong atau sayur-sayuran. Serta mengerti hakikat untuk

Page 5: Proposal PKLH 2

diterapkanya dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat meringankan dan mempermudah

pekerjaan orangtuanya yang mayoritas berkerja sebagai petani.

b.         Manfaat praktis

Secara praktis mamapaat penelitian ini adalah memberikan masukan dan pemahaman

tentang pembelajaran yang epektip bagi siswa serta dapat mengembangkan minat dan

bakatnya terutama dalam peningkatan kemandirian dalam bidang pertanian.

D.           KAJIAN TEORI

1.      Pengertian Kemandirian

Berusaha mengatasi rintangan yang ada dalam lingkungannya, mencoba melakukan

aktifitas menuju kesempurnaan, memperoleh kepuasan dari pekerjaannya dan

mengerjakan pekerjaan rutin sendiri sedangkan ketergantungan lawan kata dari

kemandirian, selalu berhubungan dengan orang lain, selalu berdekatan mengharapkan

perhatian dan menginginkan penghargaan)

Charlesh Schaeffer (Tingkat Kemandirian Orang Berbeda-beda) 

Tingkat kemandirian yang ada pada setiap orang berbeda – beda, ada yang tinggi dan ada

yang rendah, “kemandirian yang tinggi cenderung memiliki rasa percaya diri tinggi,

banyak inisiatif, rasa tanggung jawab, serta mengerjakan sesuatu untuk dan oleh dirinya

sendiri"

Murry (Kemandirian dan Prestasi)

Jika dihubungkan dengan prestasi belajar, Murry mengungkapkan, “anak yang

mempunyai kemandirian dalam belajar berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang

diharapkan"

The Liang Gie (Kemandirian siswa dalam belajar)

Jika dihubungkan dengan belajar, kemandirian merupakan salah satu faktor internal

yang memberikan kontribusi dalam pencapaian prestasi. Pendapat ini diperkuat oleh The

Liang Gie bahwa, “kemandirian siswa dalam belajar adalah situasi yang memungkinkan

seseorang siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan atas

prakarsa atau inisiatif dan kemampuan sendiri"

Lindzey, Aranson dan Hall Calvin (Kemandirian)

Lindzey dan Aranson mengartikan bahwa, “mereka yang mempunyai kemandirian

menunjukan inisiatif, berusaha mengejar prestasi mempunyai percaya diri yang kuat,

Page 6: Proposal PKLH 2

mempunyai rasa ingin tahu yang menonjol dan relatif jarang mencari perlindungan orang

lain”

2.      Program Green House

(juga disebut rumah kaca) adalah sebuah bangunan di mana tanaman tumbuh.

Struktur ini berbagai ukuran dari gudang kecil untuk bangunan sangat besar. Sebuah

miniatur rumah kaca dikenal sebagai bingkai dingin .

Rumah kaca adalah struktur dengan berbagai jenis bahan yang meliputi, seperti kaca

kaca atau atap plastik dan sering atau dinding plastik; itu memanas karena radiasi

matahari masuk terlihat (yang kaca transparan) dari matahari diserap oleh tanaman, tanah,

dan hal-hal lainnya di dalam gedung. Udara dihangatkan oleh panas dari permukaan

interior panas masih dipertahankan dalam gedung dengan atap dan dinding. Selain itu,

struktur hangat dan tanaman di dalam rumah kaca memancarkan kembali sebagian energi

panas mereka di-infra merah, yang sebagian kaca buram, sehingga sebagian dari energi ini

juga terperangkap di dalam rumah kaca. Namun, proses yang terakhir adalah pemain kecil

dibandingkan dengan proses (konveksi) mantan. Dengan demikian, mekanisme pemanasan

utama rumah kaca adalah konveksi . Hal ini dapat ditunjukkan dengan membuka jendela

kecil di dekat atap rumah kaca: suhu menurun tajam. Prinsip ini adalah dasar

dari autovent sistem pendingin otomatis. Dengan demikian, kaca yang digunakan untuk

rumah kaca bekerja sebagai penghalang untuk mengalirkan udara, dan efeknya adalah

untuk energi perangkap di dalam greenhouse. Udara yang dihangatkan dekat tanah

dicegah dari naik tanpa batas waktu dan mengalir jauh.

Meskipun ada beberapa kehilangan panas karena konduksi termal melalui kaca dan

bahan bangunan lainnya, ada kenaikan bersih energi (dan karena itu suhu) di dalam rumah

kaca.

3.      Metode Bercocok Tanam

Metode bercocok tanam tidak selalu dengan tanah

BERCOCOK tanam secara konvensional, melalui media tanah, memang begitu simpel

karena telah mengandung zat-zat makanan, tanah merupakan tempat dimana akar-akar

tanaman hidup dan mampu menyokong struktur tanaman. Namun dengan media tanah,

juga terbukti mengandung banyak permasalahan; melibatkan tenaga dan waktu yang tidak

sedikit dalam mempersiapkan lahan, mengatur irigasi, pemeliharaan tanaman, pemupukan,

pembasmian hama dsb. Bukan hal yang aneh bila ternyata hasil panen yang didapat tidak

Page 7: Proposal PKLH 2

sebanding dengan segala pengorbanan itu. Lebih celakanya bila panen gagal, maka seluruh

waktu, tenaga dan biaya akan terbuang percuma. Petani pun akan gigit jari.

Teknologi hidroponik, menawarkan cara bercocok tanam yang lebih baik dan cerdas.

Teknik berkebun yang lebih mudah dan murah, bahkan di lahan sempit sekalipun.

Tanaman hidroponik bersifat portabel, mudah dipindah-pindah, mudah diaplikasikan, dan

hampir bebas perawatan. Kebanyakan bertani secara hidroponik sedikit menggunakan air

dan produksinya lebih cepat, dengan hasil yang besar, tentunya dalam lingkungan yang

bebas hama. Segalanya dikerjakan menggunakan bahan portabel yang mudah dirakit.

Secara etimologi, kata hidroponik (hydroponics) diturunkan dari kata

Yunani hudor yang berarti air, dan ponos yang berarti pekerjaan, jadi arti hidroponik

adalah bekerja dengan air. Teknik hidroponik telah digunakan hampir 300 tahun lalu oleh

orang yang bernama John Woodward. Di tahun 1944 pemerintah AS mulai menggunakan

teknik hidroponik untuk ransum pasukannya ketika berkecamuk Perang Pasifik.

Bayangkan, 0,6 acre menyediakan cukup sayuran untuk 400 orang setiap harinya.

Hidroponik artinya bekerja dengan air. Dalam praktiknya hidroponik adalah

menumbuhkan tanaman di dalam larutan nutrisi tanpa media tanah. Ditinjau dari segi

sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untuk menumbuhkan

tanaman kecuali unsur-unsur, mineral dan zat-zat makanan seperti dalam tanah. Dengan

mengeliminasi tanah, berarti mengeliminasi hama/penyakit, tanaman pengganggu yang

berasal dari tanah, dan mengurangi pengendalian secara teliti nutrisi tanaman. Dalam

larutan hidroponik, sudah tersedia zat-zat makanan yang tepat untuk tumbuhan dengan

perbandingan yang benar sehingga dapat mengurangi stres pada tanaman, lebih cepat

matang dan, panen pun dimungkinkan dengan kualitas yang lebih bagus.

Ada banyak variasi bercocok tanam secara hidroponik ini, bisa disebutkan di

antaranya metode tetesan (drip), sistem NFT (nutrient film technique), sistemfloat, flood

and drain, aquaponik, aeroponik dan sistem pasif. Dalam skala komersial, yang paling

banyak diadopsi adalah metode tetes dan NFT.

Sistem tetes atau substrat bisa digunakan untuk budidaya tanaman berumur panjang

seperti tomat, mentimun dan cabai. Dalam sistem ini, nutrisi atau zat-zat makanan

diantarkan ke tumbuhan lewat tetesan dalam jangka waktu tertentu. Alat penetes biasanya

diatur agar menetes sekitar 10 menit setiap jam tergantung pada tahap berkembangnya

Page 8: Proposal PKLH 2

tanaman dan banyaknya cahaya. Daur tetes menyiram media tanam, untuk menyediakan

nutrisi segar, air dan oksigen bagi tanaman.

Dalam sistem tetes komersial, akar-akar tanaman biasanya tumbuh di dalam media

batu perlit atau rockwool. Variabel utama sistem drip ada pada media tanam dan

wadahnya. Sebagai contoh adalah sistem ember yang berisi perlit. Setiap ember berisi batu

perlit dan satu atau dua tanaman. Dalam metode ini, parit atau lubang dibuat pada wadah

untuk mengalirkan larutan nutrisi yang berlebih. Saluran di bawah ember akan

menampung kelebihan tersebut.

Dalam teknik NFT atau teknik lapisan tipis, tanaman ditumbuhkan pada saluran

(pipa) yang mana larutan nutrisi dipompa untuk melewatinya. Akar-akar tanaman dijaga

agar tetap basah dengan selapis tipis larutan nutrisi yang melewatinya

Biasanya saluran NFT dialiri nutrisi terus menerus pada kecepatan sekitar 1 liter per

menit. Di kebanyakan sistem NFT, larutan nutrisi dicampur pada penampung utama

(reservoir), berputar melewati saluran dan kembali ke penampung. Dengan beberapa

pengembangan, reservoir nutrisi bisa diatur secara otomatis, begitu juga aerasi dan

pengaturan pH-nya.

NFT ideal untuk lettuce, sayuran daun, herba, dan semua tanaman berumur pendek.

Untuk sayuran berumur panjang, saluran NFT bisa dibuat lebih besar.

E.            METODE PENELITIAN

1.    PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil

tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh

dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.

Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan

menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan upaya

mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian, digunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

  Pendekatan dalam penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.

Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut

Page 9: Proposal PKLH 2

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan

dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah

ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan

tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah

dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan

menggunakkan metode diskriptif.

Lebih jauh, Creswell menjelaskan bahwa di dalam penelitian kualitatif, pengetahuan

dibangun melalui interprestasi terhadap multi perspektif yang berbagai dari masukan

segenap partisipan yang terlibat di dalam penelitian, tidak hanya dari penelitinya semata.

Sumber datanya bermacam-macam, seperti catatan observasi, catatan wawancara

pengalaman individu, dan sejarah.

Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami obyek yang

diteliti secara mendalam. Lincoln dan Guba (1982) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

bertujuan untuk membangun ideografik dari body of knowledge, sehingga cenderung

dilakukan tidak untuk menemukan hukum-hukum dan tidak untuk membuat generalisasi,

melainkan untuk membuat penjelasan mendalam atau ekstrapolasi atas obyek tersebut.

Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang

diungkapkan oleh Lexy Moleong:

1.    Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan dengan kenyataan

ganda

2.    Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden

3.    Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

2.    KEHADIRAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai

instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument

pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat Bantu dan

berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan

hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu,

kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk

memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif

dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.

Page 10: Proposal PKLH 2

3.    LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan

dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Madrasah Ibtidaiyah

Condong, Jln. Komp. Pontren Condong Rt/Rw : 01/04 Setianagara-Cibeureum-Tasikmalaya.

Madarasah Ibtidaiyah Condong Tasikmalaya adalah salah satu sekolah yang berdiri

dari naungan Yayasan Pontren Condong. Ini merupakan salah satu tindakan untuk

mencapai program pemerintahan wajib belajar 9 tahun.

MI Condong ini, menekankan kepada pendidikan karakter yang mendidik para

siswa agar lebih kreatif dan mandiri dalam naungan islam. Dengan program tahfidz dan

green house yang ada pada MI Condong ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan

yang ada di daerah tasikmalaya khususnya didaerah Condong itu sendiri.

4.    SUMBER DATA

1.    Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan

atau tempat penelitian4. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan5. Kata-kata dan tindakan merupakan

sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti

menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang Manajemen

Pembelajaran dengan program Green House di MI Condong Tasikmalaya

2.    Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam

sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat

perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data

sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-

lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis,

hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini

untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui

wawancara lansung dengan siswa MI Condong Tasikmalaya.

5.        TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,

karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan

Page 11: Proposal PKLH 2

data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan.

1.    Observasi Langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada

pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita

selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk

penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagimana peroses

pembelajaran dengan metode bercocok tanam di MI Condong Tasikmalaya.

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan

sebagainya tentang teknik maupun proses pembelajaran di MI Condong Tasikmalaya ,

sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan

seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak

dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

2.    Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)6.

Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan

kongkret tentang teknik maupun proses pembelajaran dengan metode bercocok tanam di

MI Condong Tasikmalaya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara

dengan siswa kelas V di MI Condong Tasikmalaya.

4.    Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman,

instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang

disiarkan kepada media massa.

Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti

catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.

6.        ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Page 12: Proposal PKLH 2

Dari rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data

bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan

terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan,

biografi, artikel, dan sebagainya.

Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode

pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut

dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik

kuantitatif.

Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan

menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian

dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga

memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

7.        PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN

Menurut Moleong ’’kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1)

kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan

(dependibility), (4) kepastian (konfermability)9. Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3

macam antara lain :

1.      Kepercayaan (kreadibility)

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai

dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik : teknik

triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan,

diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensi.

2.      Kebergantungan (depandibility)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan

kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri

terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk

menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit

dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.

Page 13: Proposal PKLH 2

3.      Kepastian (konfermability)

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek

data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada

pada pelacakan audit.

8.        TAHAP-TAHAP PENELITIAN

     Moleong mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu :

(1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4)

tahap penulisan laporan’’. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :

a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan

permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan

usulan penelitian.

b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan

dengan proses pembelajaran dengan metode bercocok tanam dalam program green house .

Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara

melihat secara langsung proses pembelajaran dengan metode bercocok tanam.

c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi,

dokumen maupun wawancara mendalam dengan siswa maupun guru di MI Condong

Tasikmalaya. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan

yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek

sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid

sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses

penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu

melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan

perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil

bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan

pengurusan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

9.        PUSTAKA

        Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991

Page 14: Proposal PKLH 2

        Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003

        Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta 2004.

        http://dedesuhaya.blogspot.com/

        http://penelitianstudikasus.blogspot.com/

        http://illangtanete84.blogspot.com/