Upload
nazmi-zahrani
View
229
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal PKLH 2
Citation preview
Proposal Penelitian
UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM
PROGRAM GREEN HOUSE DENGAN METODE BERCOCOK TANAM SEBAGAI
PELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) PADA MUATAN LOKAL
(MULOK) DI MI CONDONG TASIKMALAYA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V MI Condong Tasikmalaya Kecamatan
Cibeureum Kota Tasikmalaya)
Oleh :
AHMAD FAUZAN
NPM. 08.07.0091
A. LATAR BELAKANG
Keinginan setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup merupakan sesuatu
yang tak dapat dihindari, namun tanpa disertai kearifan dalam proses pencapaiannya,
justru kemerosotan kualitas hidup yang akan diperoleh. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya manusia melakukan eksploitasi sumberdaya alam. Eksploitasi yang berlebihan
akan mengakibatkan merosotnya daya dukung alam. Disisi lain dalam proses penyediaan
barang kebutuhan manusia juga akan mengahasilkan limbah, limbah yang dihasilkan
menjadi beban bagi lingkungan untuk mendegradasinya. Jumlah limbah yang semakin
besar yang tidak terdegradasi akan menimbulkan masalah pencemaran. Kesadaran dan
kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja secara alamiah,
namun harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui
kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menanamkan
kesadaran terhadap Lingkungan Hidup, langkah yang paling strategis adalah melalui
pendidikan, baik pendidikan formal atau pendidikan non-formal.
Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai wadah pendidikan perlu sejak dini
menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup agar
terbentuk sumberdaya manusia yang secara arif dapat memanfaatkan potensi dirinya
dalam berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis, lestari
secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif
dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya local.
Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia yang
memerlukan wawasan yang lebih luas karena pendidikan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan manusia, oleh karena itu pembahasan pendidikan tidak cukup
berdasarkan pengalaman saja melainkan dibutuhkan suatu pemikiran yang luas dan
mendalam. Pengkajian pendidikan tidak cukup hanya dari hasil penelitian secara ilmiah,
namun dibutuhkan pengkajian pengkajian yang lainya seperti adanya tes hapalan terhadap
bidang-bidang pelajaran tersebut, agar nantinya dapat mempermudah proses pembelajaran
.
Suatu factor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pembelajaran antara lain
belum dimampaatkanya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh
peserta didik. Hal tersebut lebih di persulit lagi oleh suatu kondisi yang turun temurun,
dimana guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Dalam kurikulum berbasis kompetensi
( KBK ) guru tidak lagi berperan sebagai aktor / aktris utama dalam pembelajaran , karena
pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar.
Dengan demikian tidak ada lagi anggapan bahwa kegiatan pembelajaran baru dikatakan
sempurna kalau ada ceramah dari guru. Demikian halnya peserta didik harus dapat belajar
dengan baik tanpa didampingi oleh guru.
‘’Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal peserta didik dituntut tidak hanya
mengandalkan diri dari apa yang terjadi di kelas, tetapi harus mampu dan mau
menelusuri aneka ragam belajar yang diperlukan. ‘’( Buku Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Dr.E.Mulyasa,M.Pd hal 47 ).
Materi pelajaran dan kegiatan pembelajaranya harus di realisasikan oleh guru
kemudian dikembangkan untuk menjadi sebuah pembelajaran yang epektip guna mencapai
hasil yang optimal. Hal ini sesuai dengan pasal 3 Undang undang Dasar Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang :
’’Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat dan cakap,kreaktip, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab,.”
Tujuan pendidikan dalam Undang undang tersebut diatas dapat dicapai melalui
pembelajaran yang epektip dan episien. Salah satu aktivitas pembelajaran yang epektip
dan episien adalah dengan memasukan pembelajaran Mulok dalam program Green House
melalui metode bercocok tanam. Hasil belajar pada pembelajaran ini mencakup tiga ranah
kognitip, apektip, dan psikomotoriknya. Tiap ranah dirinci lagi dalam indicator yang lebih
spesifik, dalam pembelajaran hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh factor
intelektual dan dipengaruhi oleh faktor psikologisnya, seperti minat, dan bakatnya.
( Sujana : 39 ) mengemukakan :
‘’ Bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor
dari dalam dan faktor dari luar.’’
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti mengobservasi di MI Condong
Tasikmalaya. Kehidupan lingkungan masyarakat di daerah Tasikmalaya khususnya daerah
Condong mayoritas mempunyai pekerjaan di bidang pertanian dan di era globalisasi seperti
sekarang tidak menutup kemungkinan masih banyak orang yang lulusan dari Sekolah
Dasar langsung berniat untuk bergegas mencari pekerjaan dan menaruhkan kehidupannya
di daerah khusus Ibukota Jakarta.
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti berupaya mencari alternatip untuk
memperbaiki kualitas kemandirian siswa di MI Condong Tasikmalaya. Untuk
menindaklanjuti proses perkembangan siswa pada mata pelajaran mulok ini, peneliti
mengadakan observasi di MI Condong Tasikmalaya dengan judul.‘’UPAYA
PENINGKATAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROGRAM GREEN HOUSE
DENGAN METODE BERCOCOK TANAM SEBAGAI PELAJARAN PENDIDIKAN
LINGKUNGAN HIDUP (PLH) PADA MUATAN LOKAL (MULOK) DI MI CONDONG
TASIKMALAYA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti mengobservasi dan merepleksi
awal terhadap kegiatan pembelajaran di lapangan /dikelas, maka secara umum
permasalahan dalam penelitian ini adanya :
Bagaimana implementasi peningkatan kemandirian siswa dalam program green house
dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
pada MULOK di MI condong Tasikmalaya ?
Selanjutnya apa tindakan untuk mengatasi masalah lebih spesipik, maka secara lebih
khusus permasalahan yang akan diteliti dan dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan implementasi peningkatan kemandirian
siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran
MULOK di MI condong Tasikmalaya?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan implementasi peningkatan kemandirian
siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran
MULOK di MI condong Tasikmalaya?
3. Bagaimana hasil pembelajaran dengan implementasi peningkatan kemandirian siswa
dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran MULOK di
MI condong Tasikmalaya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan peningkatan kemandirian
siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran
MULOK di MI Condong Tasikmalaya.
b. Tujuan Khusus Penelitian
Sesuai dengan masalah perencanaan yang diteliti,
tujuan khusus ini adalah :
1. Mendeskripsikan dan mengoptimalkan perencanaan pembelajaran dengan peningkatan
kemandirian siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai
pelajaran MULOK di MI Condong Tasikmalaya.
2. Mendeskripsikan dan mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran dengan peningkatan
kemandirian siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai
pelajaran MULOK di MI Condong Tasikmalaya.
3. Mendeskripsikan dan mengoptimalkan hasil belajar dengan peningkatan kemandirian
siswa dalam program green house dengan metode bercocok tanam sebagai pelajaran
MULOK di MI Condong Tasikmalaya.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis mampaat tugas pelajaran bercocok tanam ini dapat menambah
pengetahuan di bidang pertanian, serta dapat mengamalkanaya dalam kehidupan misalnya
menjadi dengan menanam singkong atau sayur-sayuran. Serta mengerti hakikat untuk
diterapkanya dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat meringankan dan mempermudah
pekerjaan orangtuanya yang mayoritas berkerja sebagai petani.
b. Manfaat praktis
Secara praktis mamapaat penelitian ini adalah memberikan masukan dan pemahaman
tentang pembelajaran yang epektip bagi siswa serta dapat mengembangkan minat dan
bakatnya terutama dalam peningkatan kemandirian dalam bidang pertanian.
D. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Kemandirian
Berusaha mengatasi rintangan yang ada dalam lingkungannya, mencoba melakukan
aktifitas menuju kesempurnaan, memperoleh kepuasan dari pekerjaannya dan
mengerjakan pekerjaan rutin sendiri sedangkan ketergantungan lawan kata dari
kemandirian, selalu berhubungan dengan orang lain, selalu berdekatan mengharapkan
perhatian dan menginginkan penghargaan)
Charlesh Schaeffer (Tingkat Kemandirian Orang Berbeda-beda)
Tingkat kemandirian yang ada pada setiap orang berbeda – beda, ada yang tinggi dan ada
yang rendah, “kemandirian yang tinggi cenderung memiliki rasa percaya diri tinggi,
banyak inisiatif, rasa tanggung jawab, serta mengerjakan sesuatu untuk dan oleh dirinya
sendiri"
Murry (Kemandirian dan Prestasi)
Jika dihubungkan dengan prestasi belajar, Murry mengungkapkan, “anak yang
mempunyai kemandirian dalam belajar berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang
diharapkan"
The Liang Gie (Kemandirian siswa dalam belajar)
Jika dihubungkan dengan belajar, kemandirian merupakan salah satu faktor internal
yang memberikan kontribusi dalam pencapaian prestasi. Pendapat ini diperkuat oleh The
Liang Gie bahwa, “kemandirian siswa dalam belajar adalah situasi yang memungkinkan
seseorang siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan atas
prakarsa atau inisiatif dan kemampuan sendiri"
Lindzey, Aranson dan Hall Calvin (Kemandirian)
Lindzey dan Aranson mengartikan bahwa, “mereka yang mempunyai kemandirian
menunjukan inisiatif, berusaha mengejar prestasi mempunyai percaya diri yang kuat,
mempunyai rasa ingin tahu yang menonjol dan relatif jarang mencari perlindungan orang
lain”
2. Program Green House
(juga disebut rumah kaca) adalah sebuah bangunan di mana tanaman tumbuh.
Struktur ini berbagai ukuran dari gudang kecil untuk bangunan sangat besar. Sebuah
miniatur rumah kaca dikenal sebagai bingkai dingin .
Rumah kaca adalah struktur dengan berbagai jenis bahan yang meliputi, seperti kaca
kaca atau atap plastik dan sering atau dinding plastik; itu memanas karena radiasi
matahari masuk terlihat (yang kaca transparan) dari matahari diserap oleh tanaman, tanah,
dan hal-hal lainnya di dalam gedung. Udara dihangatkan oleh panas dari permukaan
interior panas masih dipertahankan dalam gedung dengan atap dan dinding. Selain itu,
struktur hangat dan tanaman di dalam rumah kaca memancarkan kembali sebagian energi
panas mereka di-infra merah, yang sebagian kaca buram, sehingga sebagian dari energi ini
juga terperangkap di dalam rumah kaca. Namun, proses yang terakhir adalah pemain kecil
dibandingkan dengan proses (konveksi) mantan. Dengan demikian, mekanisme pemanasan
utama rumah kaca adalah konveksi . Hal ini dapat ditunjukkan dengan membuka jendela
kecil di dekat atap rumah kaca: suhu menurun tajam. Prinsip ini adalah dasar
dari autovent sistem pendingin otomatis. Dengan demikian, kaca yang digunakan untuk
rumah kaca bekerja sebagai penghalang untuk mengalirkan udara, dan efeknya adalah
untuk energi perangkap di dalam greenhouse. Udara yang dihangatkan dekat tanah
dicegah dari naik tanpa batas waktu dan mengalir jauh.
Meskipun ada beberapa kehilangan panas karena konduksi termal melalui kaca dan
bahan bangunan lainnya, ada kenaikan bersih energi (dan karena itu suhu) di dalam rumah
kaca.
3. Metode Bercocok Tanam
Metode bercocok tanam tidak selalu dengan tanah
BERCOCOK tanam secara konvensional, melalui media tanah, memang begitu simpel
karena telah mengandung zat-zat makanan, tanah merupakan tempat dimana akar-akar
tanaman hidup dan mampu menyokong struktur tanaman. Namun dengan media tanah,
juga terbukti mengandung banyak permasalahan; melibatkan tenaga dan waktu yang tidak
sedikit dalam mempersiapkan lahan, mengatur irigasi, pemeliharaan tanaman, pemupukan,
pembasmian hama dsb. Bukan hal yang aneh bila ternyata hasil panen yang didapat tidak
sebanding dengan segala pengorbanan itu. Lebih celakanya bila panen gagal, maka seluruh
waktu, tenaga dan biaya akan terbuang percuma. Petani pun akan gigit jari.
Teknologi hidroponik, menawarkan cara bercocok tanam yang lebih baik dan cerdas.
Teknik berkebun yang lebih mudah dan murah, bahkan di lahan sempit sekalipun.
Tanaman hidroponik bersifat portabel, mudah dipindah-pindah, mudah diaplikasikan, dan
hampir bebas perawatan. Kebanyakan bertani secara hidroponik sedikit menggunakan air
dan produksinya lebih cepat, dengan hasil yang besar, tentunya dalam lingkungan yang
bebas hama. Segalanya dikerjakan menggunakan bahan portabel yang mudah dirakit.
Secara etimologi, kata hidroponik (hydroponics) diturunkan dari kata
Yunani hudor yang berarti air, dan ponos yang berarti pekerjaan, jadi arti hidroponik
adalah bekerja dengan air. Teknik hidroponik telah digunakan hampir 300 tahun lalu oleh
orang yang bernama John Woodward. Di tahun 1944 pemerintah AS mulai menggunakan
teknik hidroponik untuk ransum pasukannya ketika berkecamuk Perang Pasifik.
Bayangkan, 0,6 acre menyediakan cukup sayuran untuk 400 orang setiap harinya.
Hidroponik artinya bekerja dengan air. Dalam praktiknya hidroponik adalah
menumbuhkan tanaman di dalam larutan nutrisi tanpa media tanah. Ditinjau dari segi
sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untuk menumbuhkan
tanaman kecuali unsur-unsur, mineral dan zat-zat makanan seperti dalam tanah. Dengan
mengeliminasi tanah, berarti mengeliminasi hama/penyakit, tanaman pengganggu yang
berasal dari tanah, dan mengurangi pengendalian secara teliti nutrisi tanaman. Dalam
larutan hidroponik, sudah tersedia zat-zat makanan yang tepat untuk tumbuhan dengan
perbandingan yang benar sehingga dapat mengurangi stres pada tanaman, lebih cepat
matang dan, panen pun dimungkinkan dengan kualitas yang lebih bagus.
Ada banyak variasi bercocok tanam secara hidroponik ini, bisa disebutkan di
antaranya metode tetesan (drip), sistem NFT (nutrient film technique), sistemfloat, flood
and drain, aquaponik, aeroponik dan sistem pasif. Dalam skala komersial, yang paling
banyak diadopsi adalah metode tetes dan NFT.
Sistem tetes atau substrat bisa digunakan untuk budidaya tanaman berumur panjang
seperti tomat, mentimun dan cabai. Dalam sistem ini, nutrisi atau zat-zat makanan
diantarkan ke tumbuhan lewat tetesan dalam jangka waktu tertentu. Alat penetes biasanya
diatur agar menetes sekitar 10 menit setiap jam tergantung pada tahap berkembangnya
tanaman dan banyaknya cahaya. Daur tetes menyiram media tanam, untuk menyediakan
nutrisi segar, air dan oksigen bagi tanaman.
Dalam sistem tetes komersial, akar-akar tanaman biasanya tumbuh di dalam media
batu perlit atau rockwool. Variabel utama sistem drip ada pada media tanam dan
wadahnya. Sebagai contoh adalah sistem ember yang berisi perlit. Setiap ember berisi batu
perlit dan satu atau dua tanaman. Dalam metode ini, parit atau lubang dibuat pada wadah
untuk mengalirkan larutan nutrisi yang berlebih. Saluran di bawah ember akan
menampung kelebihan tersebut.
Dalam teknik NFT atau teknik lapisan tipis, tanaman ditumbuhkan pada saluran
(pipa) yang mana larutan nutrisi dipompa untuk melewatinya. Akar-akar tanaman dijaga
agar tetap basah dengan selapis tipis larutan nutrisi yang melewatinya
Biasanya saluran NFT dialiri nutrisi terus menerus pada kecepatan sekitar 1 liter per
menit. Di kebanyakan sistem NFT, larutan nutrisi dicampur pada penampung utama
(reservoir), berputar melewati saluran dan kembali ke penampung. Dengan beberapa
pengembangan, reservoir nutrisi bisa diatur secara otomatis, begitu juga aerasi dan
pengaturan pH-nya.
NFT ideal untuk lettuce, sayuran daun, herba, dan semua tanaman berumur pendek.
Untuk sayuran berumur panjang, saluran NFT bisa dibuat lebih besar.
E. METODE PENELITIAN
1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil
tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh
dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.
Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan upaya
mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian, digunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
Pendekatan dalam penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.
Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan
dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah
ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan
tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah
dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan
menggunakkan metode diskriptif.
Lebih jauh, Creswell menjelaskan bahwa di dalam penelitian kualitatif, pengetahuan
dibangun melalui interprestasi terhadap multi perspektif yang berbagai dari masukan
segenap partisipan yang terlibat di dalam penelitian, tidak hanya dari penelitinya semata.
Sumber datanya bermacam-macam, seperti catatan observasi, catatan wawancara
pengalaman individu, dan sejarah.
Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami obyek yang
diteliti secara mendalam. Lincoln dan Guba (1982) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
bertujuan untuk membangun ideografik dari body of knowledge, sehingga cenderung
dilakukan tidak untuk menemukan hukum-hukum dan tidak untuk membuat generalisasi,
melainkan untuk membuat penjelasan mendalam atau ekstrapolasi atas obyek tersebut.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Lexy Moleong:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan dengan kenyataan
ganda
2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden
3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
2. KEHADIRAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai
instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument
pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat Bantu dan
berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan
hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu,
kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk
memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif
dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.
3. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan
dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Madrasah Ibtidaiyah
Condong, Jln. Komp. Pontren Condong Rt/Rw : 01/04 Setianagara-Cibeureum-Tasikmalaya.
Madarasah Ibtidaiyah Condong Tasikmalaya adalah salah satu sekolah yang berdiri
dari naungan Yayasan Pontren Condong. Ini merupakan salah satu tindakan untuk
mencapai program pemerintahan wajib belajar 9 tahun.
MI Condong ini, menekankan kepada pendidikan karakter yang mendidik para
siswa agar lebih kreatif dan mandiri dalam naungan islam. Dengan program tahfidz dan
green house yang ada pada MI Condong ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan
yang ada di daerah tasikmalaya khususnya didaerah Condong itu sendiri.
4. SUMBER DATA
1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan
atau tempat penelitian4. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan5. Kata-kata dan tindakan merupakan
sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang Manajemen
Pembelajaran dengan program Green House di MI Condong Tasikmalaya
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam
sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat
perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data
sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-
lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis,
hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini
untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara lansung dengan siswa MI Condong Tasikmalaya.
5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,
karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan
data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.
1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita
selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk
penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagimana peroses
pembelajaran dengan metode bercocok tanam di MI Condong Tasikmalaya.
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan
sebagainya tentang teknik maupun proses pembelajaran di MI Condong Tasikmalaya ,
sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan
seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak
dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)6.
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan
kongkret tentang teknik maupun proses pembelajaran dengan metode bercocok tanam di
MI Condong Tasikmalaya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara
dengan siswa kelas V di MI Condong Tasikmalaya.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman,
instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang
disiarkan kepada media massa.
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti
catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
6. ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data
bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan
terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan,
biografi, artikel, dan sebagainya.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode
pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut
dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik
kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan
menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian
dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga
memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.
Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
7. PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN
Menurut Moleong ’’kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1)
kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan
(dependibility), (4) kepastian (konfermability)9. Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3
macam antara lain :
1. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai
dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik : teknik
triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan,
diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensi.
2. Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan
kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri
terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk
menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit
dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek
data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada
pada pelacakan audit.
8. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Moleong mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu :
(1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4)
tahap penulisan laporan’’. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :
a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan
permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan
usulan penelitian.
b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan
dengan proses pembelajaran dengan metode bercocok tanam dalam program green house .
Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara
melihat secara langsung proses pembelajaran dengan metode bercocok tanam.
c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi,
dokumen maupun wawancara mendalam dengan siswa maupun guru di MI Condong
Tasikmalaya. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan
yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek
sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid
sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses
penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu
melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan
perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil
bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan
pengurusan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
9. PUSTAKA
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991
Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta 2004.
http://dedesuhaya.blogspot.com/
http://penelitianstudikasus.blogspot.com/
http://illangtanete84.blogspot.com/