25
1 Statement of Authorship “Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan bahwa skam menggunakannya. Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.” Nama : Bambang Purwo Husodo ( 14.0102.0069 ) Fery Wijayana ( 12.0102.0002 ) Ahmad Fauzi ( 12.0102.0083 ) Mata Ajaran : Akuntansi Sektor Publik Judul Makalah/Tugas : PENERAPAN METODE ANGGARAN BERBASIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH Tanggal : 20 Maret 2015 Dosen : Nur Laila Yuliani, S.E., M.Sc. Yulinda Devi Pramita, S.E.

Proposal ASP Edit - Copy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

f

Citation preview

  • 1

    Statement of Authorship

    Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas

    terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan

    orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

    Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk

    makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas

    bahwa kami menyatakan bahwa skam menggunakannya.

    Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan

    atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

    Nama : Bambang Purwo Husodo ( 14.0102.0069 )

    Fery Wijayana ( 12.0102.0002 )

    Ahmad Fauzi ( 12.0102.0083 )

    Mata Ajaran : Akuntansi Sektor Publik

    Judul Makalah/Tugas : PENERAPAN METODE ANGGARAN BERBASIS

    KINERJA PEMERINTAH DAERAH

    Tanggal : 20 Maret 2015

    Dosen : Nur Laila Yuliani, S.E., M.Sc.

    Yulinda Devi Pramita, S.E.

  • 2

    BAB.1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Suatu kepemerintahan tentu adanya mengatur mengenai keuangan, Undang-

    undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat berbagai

    perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan itu

    didorong oleh berbagai faktor termasuk diantaranya perubahan yang begitu cepat

    di bidang politik, desentralisasi, dan berbagai tantangan pembangunan yang

    dihadapi pemerintah. Berbagai perubahan ini membutuhkan dukungan sistem

    penganggaran yang lebih responsive, yang dapat memfasilitasi upaya memenuhi

    tuntutan masyarakat atas peningkatan kinerja pemerintah dalam bidang

    pembangunan, kualitas layanan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya.

    Penganggaran memiliki tiga tujuan utama yang saling terkait yaitu stabilitas

    fiskal makro, alokasi sumber daya sesuai prioritas, dan pemanfaatan secara efektif

    dan efisien. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk

    mewujudkan pertunbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi, dan pemerataan

    pendapatan. Anggaran negara juga berfungsi sebagai alat perencanaan dan

    pengawasan aktivitas pemerintahan. Sebagai alat perencanaan kegiatan publik,

    anggaran dinyatakan sebagai satuan mata uang sekaligus dapat digunakan sebagai

    alat pengendalian. Agar fungsi ini dapat berjalan dengan baik, maka sistem

    pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan

    sistematis.

    Selama ini pemerintah kita menggunakan sistem traditional budget yang

    didominasi oleh penyusunan anggaran yang berdasarkan pada realisasi anggaran

    tahun sebelumnya. Hal ini bertentangan dengan kebutuhan riil masyarakat.

    Kelemahan anggaran ini adalah pada orientasi pengelolaan anggaran lebih

    terpusat pada pengendalian pengeluaran berdasarkan penerimaan, dengan prinsip

  • 3

    balance budget, sehingga akuntabilitas terbatas pada pengendalian anggaran

    bukan pada pencapaian hasil.

    Pada dasarnya suatu anggaran kepemerintahan Indonesia diterapkan yakni

    anggaran yang memakai sistem anggaran tradisional dimana terkesan sangat kaku,

    birokratis, dan hierarkis sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan dunia

    internasional yang sangat pesat, sehingga sudah selayaknya kalau sistem

    penganggaran tersebut diganti dengan sistem penganggaran yang mampu

    merespon perubahan-perubahan tersebut. Sebagai gantinya adalah anggaran

    Negara Berdasarkan Prestasi Kerja atau istilah yang lebih sering digunakan adalah

    angggaran berbasis kinerja.

    Anggaran dengan pendekatan tradisional ini digunakan untuk mengendalikan

    pengeluaran. Pengendalian pengeluaran dapat dilakukan apabila

    pos/akun/keuangan jika dilaporkan dalam bentuk lebih rinci. Dalam organisasi

    /instansi pemerintah, semakin rinci suatu akun anggaran, maka instansi

    pemerintah semakin tidak memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri

    anggarannya.

    Penyusunan anggaran dengan pendekatan tradisional ini menggunakan

    orientasi input, bukan output. Pada perioda berikutnya, suatu unit kerja meminta

    kenaikan jumlah anggaran pendapatan karena inflasi, maka metoda penyusunan

    anggaran yang berorientasi input dan menentukan kenaikan anggaran berdasarkan

    inflasi atau perubahan harga seperti itu disebut incremental budgeting.

    Traditional budget didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line-

    item dan incrementalism, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya

    mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya

    tidak ada perubahan mendasar terhadap anggaran baru. Hal ini seringkali

    bertentangan dengan kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat. Performance

    budget pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran yang

    berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut harus

    mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus

    berorientsi kepada kepentingan publik.

  • 4

    Setelah terjadi krisis keuangan, administrator negara mulai memikirkan

    kembali proses penganggaran secara serius. Perubahan dalam pola pikir ini

    akhirnya menghasilkan penerbitan Undang-Undang 17 Tahun 2003 mengenai

    Keuangan Negara, yang mengubah standar yaitu, belanja rutin dan

    pembangunan dan mengonsolidasikannya menjadi satu anggaran bersama.

    Undang-undang ini pun memperkenalkan perencanaan pengeluaran jangka

    menengah dan konsep pengganggaran berbasis kinerja.

    Disebutkan bahwa pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan

    memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang

    diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian

    keluaran dan hasil tersebut. Konsep ini dikenal dengan istilah Anggaran Berbasis

    Kinerja (ABK). ABK diartikan sebagai penyusunan anggaran yang didasarkan

    pada target kinerja tertentu. Anggaranlah yang disusun sesuai dengan beban target

    kinerja. Artinya, target kinerja bersifat tetap dan menjadi dasar dari penyusunan

    anggaran.

    Kami memilih Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Manusia

    (DPU dan ESDM) Kode SKPD 1.03.01 Kabupaten Magelang sebagai objek

    penelitian, karena DPU dan ESDM Kabupaten Magelang merupakan salah satu

    dinas yang telah menerapkan anggaran berbasis kinerja di setiap unit pengguna

    anggaran.

    B. TUJUAN PENELITIAN.

    Adapun tujuan dari penulisan laporan ini antara lain;

    1) Untuk mengetahui penggunaan metode anggaran berbasis kinerja

    diterapkan di DPU dan ESDM Kabupaten Magelang.

    2) Sebagai tugas lapangan dalam menyelesaikan mata kuliah akuntansi sektor

    publik.

  • 5

    C. MANFAAT PENELITIAN

    Penelitian ini diharapkan akan mempunyai kegunaan bagi semua pihak antara

    lain :

    1. Untuk penulis, menambah wawasan mengenai masalah anggaran berbasis

    kinerja dan pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja aparatur pemerintah

    pada DPU dan ESDM Kabupaten Magelang.

    2. Untuk pemerintah Kota Magelang, sebagai bahan masukan dalam

    mengevaluasi tata cara pelaksanakan anggaran dan kinerja aparatur

    pemerintah daerah.

    3. Untuk pihak lain, dapat memeperluas pengetahuannya dan menumbuhkan

    minat untuk mengadakan pengkajian dan penelitian lebih lanjut mengenai

    masalah yang diteliti.

  • 6

    BAB II.

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Anggaran Sektor Publik

    Istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam, hal

    tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap

    disiplin ilmu (ekonomi, politik dan sosial) memiliki cara pandang yang berbeda-

    beda. Menurut Mardiasmo (2004;2) dijelaskan mengenai pengertian sektor

    publik dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi yaitu sebagai berikut :

    Sektor publik adalah suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan

    dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik

    dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

    Jadi, sektor publik merupakan suatu wadah pemerintah untuk menghasilkan

    barang dan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan publik dengan

    mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan segala

    aktivitasnya sektor publik menyusun seluruh kegiatan dan program kerjanya

    dalam sebuah anggaran.

    Anggaran pada sektor publik memiliki fungsi yang sama dengan anggaran

    pada perusahaan komersil, yaitu sebagai pernyataan mengenai rencana kerja

    yang akan dilakukan pada periode waktu tertentu. Anggaran sektor publik

    menurut Mardiasmo (2004;62) yaitu sebagai berikut :

    Anggaran sektor publik merupakan suatu rencana kegiatan yang

    dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan

    balanja dalam satuan moneter.

    Anggaran sektor publik merupakan rincian seluruh aspek kegiatan yang akan

    dilaksanakan yang tersusun atas rencana pendapatan dan pengeluaran yang akan

    dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun. Anggaran sektor publik dibuat

    untuk membantu pemerintah dalam membantu tingkat pertumbuhan masyarakat

    seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya agar

    terjamin secara layak dan tingkat kesejahteraan masyarakat akan semakin

    terjamin serta penggunaan dan pengalokasiannya lebih efektif dan efisien.

  • 7

    Menurut Mardiasmo (2004;63) anggaran sektor publik penting karena

    beberapa alasan berikut:

    a) Anggaran merupakan alat pemerintah untuk mengarahkan

    pembangunan sosial ekonomi, menjalin kesinambungan, dan

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

    b) Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan

    masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang sedangkan sumber

    daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah

    keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choice), dan

    trade offs.

    c) Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah

    bertanggung jawab terhadap rakyat.

    B. Fungsi dan Prinsip Anggaran

    Pemerintah menggunakan anggaran sebagai alat untuk merancang program

    kerja atau langkah-langkah yang akan dilakukan setiapa aktivitas dapat terarah

    dan terkontrol dengan baik. Anggaran sektor publik menjadi kendali dan tolok

    ukur untuk setiap aktivitas yang dilkukan. Menurut Mardiasmo (2004; 63-66)

    dikemukakan bahwa anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi utama

    yaitu sebagai berikut :

    1. Anggaran sebagai alat perencanaan (Planning Tool)

    2. Anggaran sebagai alat pengendalian (Control Tool).

    3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal (Fiscal Tool).

    4. Anggaran sebagai alat politik (Political Tool).

    5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi (Coordination and

    Comunication Tool).

    6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja (Performance Meansurment Tool).

    7. Anggaran sebagai alat motivasi (Motivation Tool)

    8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (Public Sphere).

  • 8

    Prinsip-prinsip anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2004; 67-68)

    adalah sebagai berikut :

    1. Otorisasi oleh legislatif.

    2. Komprehensif.

    3. Keutuhan anggaran.

    4. Nondissretionary Apropriation.

    5. Periodik.

    6. Akurat.

    7. Jelas.

    8. Diketahui Publik

    Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagai berikut :

    1) Otorisasi oleh legislatif

    Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu

    sebelum eksekutuf dapat membelanjakan anggaran tersebut.

    2) Komprehensif

    Anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

    Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip

    anggaran yang bersifat komprehensif.

    3) Keutuhan anggaran

    Semua penerimaan dan belanja pemerintah terhimpun dalam dana umum

    (general fund).

    4) Nondissretionary apropriation

    Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara

    ekonomis, efisien dan efektif.

    5) Periodik

    Anggaran merupakan suatu proses periodik, dapat bersifat tahunan maupun

    multi tahunan.

    6) Akurat

    Estimasi anggaran hendaknya tidak dimasukan cadangan yang tersembunyi

    (hyden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan

  • 9

    inefisiensi anggaran serta dapat mengkibatkan munculnya underestimate

    pendapatan dan underestimate pengeluaran.

    7) Jelas

    Anggaran hendaknya dapat dipahami masyarakat dan tidak membingungkan.

    8) Diketahui publik

    Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

    Proses penyusunan anggaran pada sektor publik cukup rumit karena dalam

    proses penganggarannya mengandung nuansa politisi. Menurut Mardiasmo

    (2004;61), dikemukakan bahwa penganggaran sektor publik adalah sebagai

    berikut:

    Suatu proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan

    aktivitas dalam satuan moneter.

    Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan seperti yang

    dikemukakan oleh Mardiasmo (2004;61) adalah sebagai berikut :

    a) Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan

    koordinasi antar bagian dalam lingkunga pemerintah.

    b) Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang

    dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

    c) Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

    d) Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada

    DPR/DPRD dan masyarakat luas.

    Melalui proses penyusunan anggaran dapat membantu pemerintah dalam

    merealisasikan seluruh rencana keuangannya baik itu rencana penerimaan maupun

    rencana pengeluarannya sehingga dapat terkontrol dan terkoordiansi sehingga

    tidak terjadi pemborosan di setiap unit. Anggaran juga sebagai bentuk

    akuntabilitas pemerintah terhadap pengelolaan rumah tangga pemerintah

    dihadapan DPR/DPRD sebagai wakil rakyat di parlemen dan masyarakat luas

    secara umumnya.

  • 10

    C. Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik

    Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi

    instrumen kebijakan multifungsional yang digunakan sebagai alat untuk

    mencapai tujuan organisasi. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik

    yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus digunakan sebagai alat

    pengendalian. Agar fugsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan

    baik maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran

    harus dilakukan dengan cermat dan sistematis. Sebagai sebuah sistem,

    perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak perkembangan.

    Sistem perencanaan anggaran sektor publik berkembang dan berubah sesuai

    dengan dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan

    tuntutan yang muncul dimasyarakat. Ada beberapa pendekatan dalam

    penyusunan anggaran. Seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2004; 76-83)

    bahwa pendekatan dalam penyusunan anggaran sebagai berikut :

    1. Anggaran Tradisional

    a) Line Item Budgeting

    b) Incremental Budgeting

    2. New Public Managemen

    a) Anggaran Berbasis Kinerja (Perfomance Budgeting)

    b) Zero Based Budgeting (ZBB)

    c) Programming and Budgetig System (PPBS)

    Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagai berikut :

    1. Anggaran Tradisional

    Anggaran tradisional memiliki dua ciri utama yaitu cara penyusunan

    anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan struktur

    susunan anggaran yang bersifat line-item.

    a. Line Item Budgeting

    Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi

    alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol

  • 11

    pengeluaran bukan berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dengan

    pengeluaran yang dilakukan.

    b. Incremential Budgeting

    Anggaran tradisional bersifat incremental yaitu hanya menambah atau

    mengurangi jumlah rupiah pada item-item yang sudah ada sebelumnya

    dengan menggunakan data tahun sebelumya sebagai dasar untuk

    menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan

    kajian yang mendalam.

    2. New Public Management

    New Publik Management berfokus pada manajemen sektor publik yang

    berorientasi pada kinerja bukan berorientasi kebijakan New Public

    Managemen menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah.

    Diantaranya adalah tuntutan-tuntutan untuk melakukan efisiensi, penangkasan

    biaya dan kompetensi tender.

    a. Anggaran kinerja (Ferporment budgeting)

    Sistem anggaran kinerja merupakan sistem yang mencakup kegiatan

    penyusunan dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan

    dan sasaran program. Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan

    angaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur

    organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut.

    b. Zero Based Budgetting (ZBB)

    Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep zero based budgeting

    dapat menghilangkan incrementalizion dan line-item karena anggaran di

    asumsikan nol (zero-based) tidak berpatokan pada angaran tahun lalu untuk

    menyusun anggaran tahun ini, numun penentuan anggaran didasarkan pada

    kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah peroses anggaran dimulai dari

    hal yang baru sama sekali.

    c. Planning, Programming and Budgeting System (PPBS)

    PPBS merupakan tekhnik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem

    yang berorientasi pada output dan tujuan dengan pendekatan utamanya adalah

    alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi.

  • 12

    D. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja

    Dengan adanya reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan

    munculnya era New Public Management telah membantu pemerintah dalam

    memperbaiki kinerjanya program yang akan dijalankan. Salah satunya yaitu

    dengan penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja. Menurut Sony

    Yuwono, dkk (2005;34) menjelaskan mengenai pengertian mengenai anggaran

    berbasis kinerja adalah sebagai berikut :

    Sistem anggaran yang lebih menekankan pada pendayagunaan dana yang

    tersedia untuk mencapai hasil yang optimal.

    Pengertian menurut pandangan Goverment Performance Result Act (GPRA)

    Tahun 1994 seperti yang dikutip oleh Sony Yuwono, dkk (2005;35) adalah

    sebagai berikut :

    Perfomance Budgeting is a systematic approach to help goverment become

    more responsive to the taxpaying public by linking program funding to

    performance and production.

    Anggaran berbasis kinerja disusun berdasarkan pada hasil yang ingin

    dicapai dengan mendayagunakan yang dimiliki akan tercapai dengan lebih

    optimal. Sedangkan menurut Mardiasmo (2004;84) dijelaskan mengenai

    pengertian anggaran berbasis kinerja yaitu :

    Sistem yang mencakup kegiatan penyusunan dan tolok ukur kinerja sebagai

    instrumen untuk mencapai tujun dan sasaran program.

    Anggaran berbasis kinerja merupakan sebuah sistem perencanaan program

    yang akan dilakukan pemerintah dengan menetapkan tolok ukur kinerja sebagai

    pembanding dalam mencapai tujuan. Anggaran berbasis kinerja ini disusun

    untuk membantu pemerintah dalam melakukan koordinasi setiap kegiatan.

    Anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang

    terdapat dalam sistem anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang

    disebakan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur

    kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.

  • 13

    E. Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja

    Karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Deddi Nordiawan

    (2007;58) adalah sebagai berikut :

    a) Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan

    aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.

    b) Menyelidiki dan mengkur aktifitas guna mendapatkan efisiensi maksimum

    dan untuk mendapatkan standar biaya.

    c) Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya perunit

    standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus

    dilakukan pada periode tertentu.

    Anggaran berbasis kinerja melakukan pengklasifikasian akun-akun dalam

    setiap anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, mengukur seluruh

    aktivitasnya dengan menggunakan standar biaya untuk memperoleh efisiensi

    yang maksimal yang anggaran yang disusun berdasarkan pada perkiraan biaya

    perunit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang akan dilakukan

    dalam periode tersebut.

    F. Tahap Penyususnan Anggaran Berbasis Kinerja

    Penganggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan yang dilakukan

    dengan memperhatikan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang

    diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

    Berdasarkan Pasal 7 PP Nomor 21 Tahun 2004 kementrian negara/lembaga

    diharuskan menysun anggaran dengan mengacu kepada indikator kinerja,

    standar biaya dan evaluasi kinerja.

    Anggaran berbasis kinerja sebagai suatu organisasi dalam memperoleh

    hasil yang maksimal, dimana seluruh aktivitas yang akan dilakukan harus

    selalu dalam kerangka tujuan yang ditetapkan serta dalam jangka panjang dapat

    mewujudkan strategi yang dimiliki. Oleh karena itu, suatu anggaran yang akan

    didisain dan disusun harus harus mampu menjadi panduan yang baik bagi

  • 14

    pelaksanaan aktivitas yang akan dilakukan oleh organisasi sesuai dengan

    tujuan dan strategi yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut,

    dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja harus melalui beberapa tahap

    penyusunan seperti yang dikemukakan oleh Deddi Nordiawan (2007; 79-83)

    berikut ini:

    a) Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)

    b) Pembuatan Tujuan

    c) Penetapan Aktivitas

    d) Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.

    Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagai berikut :

    a) Penetapan strategi organisasi (visi dan misi)

    Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang

    memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh suatu

    organisasi. Dari sudut pandang lain visi dan misi organisasi dapat :

    1. Mencerminkan apa yang ingin dicapai

    2. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

    3. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis

    4. Memiliki orientasi masa depan

    5. Memerlukan seluruh unsur organisasi

    6. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

    b) Pembuatan tujuan

    Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun

    atau disebut juga dengan tujuan operasional. Tujuan operasional merupakan

    turunan dari visi dan misi organisasi, oleh karena itu tujuan operasional harus

    menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki, mengelola aktivitas

    harian, serta pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).

    Sebuah tujuan operasional yang baik harus mempunyai karakteristik berikut

    ini:

  • 15

    1. Mempersetansikan hasil bukan keluaran.

    2. Dapat diukur, untuk mengetahui hasil akhir yang diharapkan telah

    dicapai.

    3. Dapat diukur dalam jagka pendek agar dapat dilakukan tindakan

    koreksi.

    4. Tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk

    menimbulkan interprestasi individu.

    c. Penetapan aktivitas

    Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional

    yang telah ditetapkan. Organisasi kemudian membuat sebuah unit atau peket

    keputusan yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap aktivitas.

    Alternatif keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan bagi aktivitas

    yang bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi komponen

    sebagai berikut :

    1. Tujuan aktivitas, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat

    tujuan yang diharapkan menjadi jelas.

    2. Alternatif aktivitas atau alat untuk mencapai tujuan yang sama dan

    alasan mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.

    3. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.

    4. Input, kuantitas atau unit pelayanan yang disediakan (output) dan

    hasil (outcome) pada beberapa tingkat pendanaan.

    d. Evaluasi dan pengambilan keputusan

    Setelah pengajuan anggaran disiapkan langkah selanjutnya (penelaahan

    dan dan penentuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan dengan standar

    baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kriteria

    dalam menentukan peringkat. Teknisnya, alternatif keputusan dari setiap

    aktivitas program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan

    diurutkan berdasarkan priorotasnya.

  • 16

    Penganggaran merupakan proses penerjemahan rencana aktivitas kedalam

    rencana keuangan. Perencanaan aspek kegiatan selalu diawali dengan

    bagaimana menjabarkan visi/misi dan strategi ke dalam berbagai tema tujuan

    strategi hingga ke dimensi aktivitas. Pada tahap pelaksanaan dan

    pengendalian aspek strategis akan mengndalikan arah organisasi melalui

    analisis laporan kinerja, baik strategis maupun opersional dari berbagai

    lapisan manajemen.

    Anggaran yang sudah disahkan merupakan kesanggupan atau komitmen

    manajemen untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam

    anggaran tersebut.

  • 17

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A.ANGGARAN BERBASIS KINERJA.

    Anggaran berbasis kinerja adalah sistem yang menekankan pada

    keterkaitan antara pendanaan dengan hasil-hasil yang dicapai. Anggaran berbasis

    kinerja disusun berdasarkan UU No 17 tahun 2003 pasal 19 ayat 1. Dengan

    membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan

    kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana

    yang tersedia dengan hasil yang diharapakan.1[4]

    Anggaran berbasis Kinerja:

    1. Anggaran disusun berdasarkan pertimbangan anggaran kerja dan unit cost

    setiap kegiatan.

    2. Menitik beratkan pada aspek manajemen stategis dalam rangka efektifitas dan

    efisiensi yang dihasilkan dari input tertentu.

    3. Orientasi tidak hanya output tetapi juga outcomes, benefit dan dampak.

    4. Tujuan telah ditetapkan lebih dahulu.

    Untuk mengukur efektifitas kerja suatu organisasi perlu dilakukan

    pengukuran atas pencapaian pelaksanaan kegiatan/program dan kebijakan yang

    dilaksanakan. Indikator pengukuran kinerja:

    1. Pengukuran kinerja berbasis Penilaian kemajuan organisasi

    Dilakukan melalui tujuan yang telah ditetapkan, visi , misi dan program

    serta kebijakan organisasi. Penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target

    merupakan tahap pertama yang harus ditetapkan suatu organisasi dan menjadi

    tujuan tertinggi yang hendak dicapai sehingga setiap indikator kinerja harus

    dikaitkan dengan komponen tersebut. Oleh karena itu, penentuan komponen-

    komponen tidak hanya ditentukan oleh pemerintah tetapi juga

  • 18

    mengikutsertakan masyarakat sehingga dapat diperoleh informasi mengenai

    kebutuhan publik.

    2. Pengukuran kinerja berbasis anggaran.

    Pengukuran dilakukan melalui penilaian selisih antara anggaran

    dengan realisasinya. Teknik tersebut dikenal dengan analisis selisih

    anggaran(analysis of budget variance). Jika selisih terjadi menunjukkan aktual

    yang lebih kecil daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran

    (underspending) maka berarti kinerja sebuah satuan kerja adalah baik. Jika

    dalam pelaksanaan anggaran mengalami perubahan maka yang dijadikan tolak

    ukur adalah anggaran setelah mengalami perubahan(Mahsun ,2006).

    Contohnya adalah dalam menganalisa anggaran berbasis kinerja pada sebuah

    dinas pendidikan. Maka aspek yang dilihat adalah indikator kinerja dan

    indikator pencapaian organisasi.

    Dengan pengertian Anggaran berbasis kinerja tersebut maka setiap

    alokasi dana harus dapat diukur dari input yang ditetapkan. Untuk

    menghasilkan penyelenggaraan Anggaran Daerah yang efektif dan efisien,

    tahap persiapan/perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor penting dan

    menentukan dalam keseluruhan siklus anggaran. Prinsip anggaran berbasis

    kinerja adalah pertama, transparansi yang merupakan keterbukaan dalam

    proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan pelaporan evaluasi

    anggaran, kedua, akuntabilitas yang merupakan pertanggungjawaban pada

    masyarakat, dan ketiga, ekonomis, efektif dan efisien yaitu pemilihan dan

    penggunaan sumber daya yang murah, penggunaan dana masyarakat yang

    efisien dan dapat mencapai target / tujuan pelayanan publik.

    Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus

    disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara

    obyektif dan melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan

    dan masyarakat. Agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan

    beberapa hal yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolok ukur kinerja

    dan Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan

    perundangundangan. Pengukuran kinerja (tolok ukur) digunakan untuk menilai

  • 19

    keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai

    dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

    dan misi pemerintah daerah. Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian

    kinerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa ANGGARAN

    BERBASIS KINERJA. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu

    ditetapkan indikator-indikator terlebih dahulu antara lain indikator masukan

    (input) berupa dana, sumber daya manusia dan metode kerja. Agar input dapat

    diinformasikan dengan akurat dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan

    penilaian terhadap kewajarannya. Dalam menilai kewajaran input dengan

    keluaran (output) yang dihasilkan, peran Analisa Standar Biaya (ASB) sangat

    diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang

    digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

    Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    1. Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil

    kerja (output) dari perencanaan alokasi biaya (input) yang ditetapkan

    2. Output (keluaran) menunjukkan produk (barang atau jasa) yang

    dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan (input)

    yang digunakan

    3. Input (masukan) adalah besarnya sumber dana, sumber daya manusia,

    material, waktu, dan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan

    program atau kegiatan sesuai dengan masukan (input) yang digunakan

    4. Kinerja ditunjukkan oleh hubungan antara input (masukan) dengan

    output (keluaran).

    B. PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA DINAS

    PEKERJAAN UMUM KABUPATEN MAGELANG

    Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang memiliki tanggung

    jawab sebagai pelaksana kegiatan penunjang ESDM masyarakat Kabupaten

    Magelang. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang telah menerapkan

    Anggaran Berbasis Kinerja pada sistem anggarannya sejak kurun waktu tahun

  • 20

    2003. Dengan adanya penerapan Anggaran Berbasis Kinerja diharapkan unit

    kerja mampu meningkatkan pelayanan terhadap public khusunya dalam

    bidang ESDM dasar hingga atas.

    .Dalam penelitian di lapangan secara garis besar metode anggaran

    berbasis kinerja telah di terapkan sepenuhnya di Dinas Pekerjaan Umum

    Kabupaten Magelang,dan dalam penyusunan rencana anggaran kerja (Renja)

    tidak menemukan kesulitan yang signfikan hal ini dikarenakan karena

    sebelum beralihnya metode tradisional ke metode anggaran berbasis kinerja

    pernah di adakanya pelatihan.

    Tahapan persiapan dan penyusunan anggaran melibatkan kemampuan

    analisis perkembangan anggaran atau taksiran atas dasar hasil atau output dan

    outcome yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Hal ini tertuang dalam

    Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah.

    Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja program-program

    haruslah diperhitungkan secara matang guna menghasilkan output yang dapat

    memberikan kepuasan kepada masyarakat,untuk itu pada Dinas Pekerjaan

    Umum Kabupaten Magelang, memiliki sub bag program yang membawahi

    bidang ESDM dasar, dimana dalam penyusunan rencana anggaran kerja di

    bantu oleh seksi-seksi di bawahnya.

  • 21

    C. ANALISIS

    Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan tahun 2013

    Uraian Jumlah

    Pendapatan 4.493.807.500,00

    Pendapatan asli daerah 1.507.807.500,00

    Pajak daerah 457.807.500,00

    Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 255.000.000,00

    Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 795.000.000,00

    Dana perimbangan 2.585.000.000,00

    Dana bagi hasil pajak/bukan pajak 1.185.000.000,00

    Dana alokasi umum 1.200.000.000,00

    Dana alokasi khusus 200.000.000,00

    Lain-lain pendapatan daerah yang sah 375.000.000,00

    Pendapatan hibah 176.000.000,00

    Dana bagi hasil pajak dari provinsi 225.000.000,00

    Dokumen Pelaksana Anggaran SKPD Pemeliharaan Rutin Jalan Kabupaten

    Magelang tahun 2013

    Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung

    No Tolok Ukur Kinerja Target Kinerja 1 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 177 Km

    2 Jumlah Dana 4.489.664.000

    3 Terlaksananya kegiatan Pemeliharaan Rutin

    Jalan Kabupaten 177 Km

    4 Meningkatkan kelancaran lalu-lintas 100%

    Sesuai hasil analisis dan pembahasan tentang Kinerja Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang, maka dapat

    disimpulkan bahwa pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja Satuan Kerja

    Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang Tahun

    2013 cenderung efektif , efisien, dan ekonomis dengan alasan :

    1. Efektif, karena pada pelaksanaan kegatan pemeliharaan rutin Jalan

    Kabupaten berada di angka 177 Km dan dapat meningkatkan kelancaran

    lalu-lintas.

    2. Efisien, karena pada pelaksanaan Pemeliharaan rutin memerlukan

    anggaran Rp. 4.489.664.000,00 dan pada pendapatan daerah sebesar Rp.

    4.493.807.500,00.

  • 22

    3. Ekonomis, karena terlaksannya 100% kegiatan dari pemeliharan jalan

    kabupaten.

  • 23

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Anggaran berbasis kinerja merupakan anggaran yang penyusunannya

    menggunakan pendekatan bottom-up budgeting. Anggaran merupakan

    komitmen antara pimpinan dengan pelaksana. Dengan demikian, anggaran

    berbasis kinerja ini dapat memacu pelaksana untuk beraktivitas secara optimal dan

    atau berperilaku sebagaimana yang diharapkan. Proses perencanaan anggaran

    dalam sistem anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu

    penjaringan aspirasi masyarakat dan perencanaan strategis. Sistem anggaran baru

    memberikan desentralisasi urusan anggaran daerah dan menggunakan pendekatan

    manajemen yang terpadu. Sistem anggaran ini memungkinkan semua unsur dalam

    sistem kemasyarakatan di daerah terlibat dalam menentukan arah pembangunan

    sehingga pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan riil masyarakat

    serta terintegrasi antarpihak terkait. Hal penting lainnya bahwa sistem ini

    memungkinkan Pemda merumuskan visi,Misi, tujuan, sasaran, serta strategi untuk

    mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengankeadaan dan kebutuhan daerah. Sistem

    anggaran berbasis kinerja danotonomi daerah menuntut Pemda kreatif untuk

    menggali dan memanfaatkan potensidaerah secara optimal untuk kemajuan

    daerah. Perencanaan strategis juga memungkinkan Pemda menegakkan

    akuntabilitas (pengukuran kinerja), pelaksanaan rencana, pemantauan

    pelaksanaan, dan penyediaan umpan balik untuk masyarakat sehingga ada

    perubahan yang positif di berbagai bidang secara terus-menerus. Sistem anggaran

    ini diharapkan dapat mendorong tercapainya misi pengelolaan keuangan daerah.

    Menurut pengamatan lapangan, penerapan anggaran berbasis kinerja pada

    Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang dirasakan sudah optimal. dan dalam

    penyusunan rencana anggaran kerja (Renja) tidak menemukan kesulitan yang

    signfikan namun yang jadi kendala ialah sama dengan kendala yang di alami

    sebelum masa peralihan ke metode tradisional ke anggaran berbasis kinerja saat

  • 24

    program-program yang di harapkan akan berjalan,kendala dana menjadi

    hambatanya,yakni anggaran yang di ajuakan ke BAPPEDA tidak terealisasi

    semua.untuk itu guna menanggulangi nya skala prioritas adalah jalan tengahnya.

    Adapun saran-saran yang bisa penulis berikan sehubungan dengan kinerja

    Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

    Magelang, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan

    Umum Kabupaten Magelang sebaiknya terus mempertahankan dan meningkatkan

    kinerja yang telah dicapai selama ini, dan dimasa yang akan datang.

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Mardiasmo. 2004. Akuntansi sektor publik, Yogyakarta: andi Yogyakarta

    Bastian Indra. 2001.Akuntansi SektorPublik di Indonesia, Yogyakarta:

    BPFE UGM