Upload
nia-junita
View
82
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh
masyarakat saat ini, apalagi yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan
reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu diperhatikan menimbang bahwa
wanita adalah makhluk Tuhan yang unik. Dalam hal ini, dalam siklus hidupnya
mengalami tahap – tahap kehidupan, diantaranya dapat hamil dan melahirkan. Untuk
itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah
satu program prioritas dan merupakan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan
yaitu pencapaian target pelayanan maternal yang dinilai melalui angka kematian ibu.
Angka kematian ibu didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan akibat kehamilan atau pengelolaannya angka ini dihitung per 100 ribu
kelahiran hidup.
WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi tergantung
kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan
20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1
dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara,
WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, diantaranya 750.000
sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Resiko kematian akibat aborsi tidak aman di
wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka
tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup
besar.
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil. Sebagian besar
kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi
berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun.
Dari jumlah ini diperkirakan 90% terjadi di Asia dan Afrika subhsahara, 10% di
1
negara berkembang lainnya, dan kurang dari 1% di negara-negara maju. Di beberapa
negara resiko kematian ibu lebih tinggi dari 1 dalam 10 kehamilan, sedangkan di
negara maju resiko ini kurang dari 1 dalam 6.000. Secara global 80% kematian ibu
tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama,
yaitu perdarahan (25%, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%),
hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman
(13%), dan sebab-sebab lain (8%) (Sarwono, 2010).
Penyebab tidak langsung kematian ibu merupakan akibat dari penaykit yang
sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap
kehamilan misalnya malaria, anemia, Human Immunodefisiensin Virus/Acquired
Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), dan penyakit kardioveskuler.
B. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini penulis merumuskan masalah Bagimanakah penatalaksanaan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peñatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian atau identifikasi data subjek pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit
b. Untuk mengetahui pengkajian atau identifikasi data obyektif pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit
c. Untuk mengetahui Assessment (Analisa dan Interpretsi Data) yang meliputi
diagnosis dan masalah potensial, kebutuhan tindakan segera pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit
d. Untuk mengetahui Planning (perencanaan, implementasi dan evaluasi),
asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling, follow UP
pada ibu hamil dengan abortus inkomplit
2
e. Untuk mengetahui pendokumentasian pada ibu hamil dengan abortus
inkomplit
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilaan kuraang daari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin
dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, aborsi
berarti keluarnya janin dengan berat badan janin <500 gram atau usia kehamilan
<22 minggu. Mengingat kondisi penanganan bayi baru lahir berbeda-beda di
berbagai negara, usia kehamilan seperti pada definisi abortus dapat berbeda-beda
pula. Di negara maju, oleh karena teknologi ilmu kedokteran yang canggih,
keguguran saat ini diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi ketika usia
kehamilan <22 minggu atau berat badan janin <400 gram.
2. Klasifikasi
Abortus menurut waktu dapat dikelompokan sebagai:
a. Abortus dini adalah bila terjadi pada trimester pertama (kurang dari 12
minggu).
b. Abortus lanjut adalah bila terjadi antara 12-24 minggu (trimester kedua).
Abortus menurut kejadiannya dapat dikelompokan sebagai:
a Abortus spontan (spontaneous abortion, miscarriage, pregnancy loss)
adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun
mekanis.
b Abortus buatan (abortus provocatus, aborsi disengaja, digugurkan)
adalah abortus yang dapat dikelompokkan lebih lanjut menjadi:
1) Abortus buatan menurut kaidah ilmu (abortus provocatus
artificialis atau abortus therapeuticus) adalah abotus sesuai
indikasi untuk kepentingan ibu, misalnya penyakit jantung
hipertensi maligna, atau karsinoma serviks. Keputusan pelaksanaan
4
aborsi ditentukan oleh tim ahli yang terdiri atas dokter ahli
kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog.
2) Abortus buatan criminal (abortus provocatuscriminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah, dilarang oleh
hukum atau dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang.
Kecuriagaan terhadap abortus provokatus kriminalis harus
dipertimbangkan bila terdapat tindakan abortus febrilis. Aspek
hukum tindakan abortus buatan harus diperhatikan. Beberapa
bahaya abortus buatan kriminalis yaitu, terjadinya infeksi,
infertilitas sekunder, dan kematian.
3. Etiologi
Penyebab aborus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya
abortus didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
terjadinya abortus antara lain:
a. Faktor janin. Kelainan yang sering dijumpai adalah gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan
abortus pada trimester pertama, berupa:
1. Kelainan telur. Telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, kelainan
kromosom (monosomi, trisomi atau poliploida), merupaka sekitar 50%
penyebab abortus;
2. Trauma embrio. Pasca-sampling vili korionik, amniosentesis;
3. Kelainan pembentukan plasenta: hipoplesia trofoblas
b. Faktor maternal, berupa:
1. Infeksi. Beresiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir
trimester pertama atau awal trimester kedua. Penyebab kematian janin
tidak diketahui secara pasti akibat infeksi janin atau oleh toksin yang dapat
menyebabkan abortus antara lain:
Virus: rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio, ensefalomielitis;
5
Bakteri: salmonella typhi;
Parasit: toxoplasma gondii, plasmodium
2. Penyakit vaskuler: heipertensi, penyakit jantung;
3. Kelainan endokrin. Abortus spontan dapat terjadi bila produksi
progesteron tidak mencukupi, terjadi disfungsi tiroid atau defisiensi
insulin;
4. Imunologi. Ketidakcocokan (inkompatibilitas) system HLA (human
leucoyte antigen), SLE (systemic lupus erythematosus, lupus eritematosus
sistemik);
5. Trauma. Jarang terjadi, umumnya segera setelah trauma, misalnya trauma
akibaat pembedahan
6. Kelainan uterus: hipoplasia uterus, mioma (trauma mioma submukosa),
servik inkompeten atau retroflexio utei gravid incarcereta;
7. Psikosomatik. Untuk pengaruh faktor ini masih dipertanyakan
c. Faktor eksternal, berupa:
1. Radiasi. Dosis 1-10 rad dapat merusak janin berusia 9 minggu; dosis lebih
tinggi dapat menyebabkan keguguran;
2. Obat-obatan. Antagonis asam folat, antigokulaan, dll. Sebaiknay tidak
menggunakan obat-obatan ketika usia kehamilan <16 minggu kecuali obat
terbukti tidak membahayakan janin atau indikasi penyakit ibu yang parah;
3. Zat kimiawi lain: bahan yang mengandung arsen, benzena, dll.
4. Sosioekonomi, pendidikan, konsumsi kafein, dan bekerja ketika sedang
hamil. Tidak terbukti merupaka resiko abortus.
6
4. Patogenesis
Umumnya abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin, diikuti
oleh perdarahan ke dalam desidua basilis. Selanjutnya, terjadi perubahan nekrotik
di daerah impalntasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan berakhir dengan
sebagian, diinterpretasi sebagai benda asing dalam rongga rahim, sehingga uterus
mulai berkontraksi untuk mendorong benda asing keluar rongga rahim (ekspulsi).
Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi
paling lama 2 minggu sebelum perdarahan, sehingga pengobatan untuk
mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika perdarahan sudah sedemikian
banyak karna abortus tidak akan dapat di hindari.
Sebelum minggu ke-10, seluruh hasil konsepsi bisanya dapat keluar
dengan legkap karena vili korialis belum menanamkan diri dengan erat kedalam
desidua. Pada kehamilan 10-12 minggu, korion tumbuh cepat dan hubungan
antara vili korialis dengan desidua makin erat, sehingga abortus yang mulai di
saat ini sering menyisakan korion (plasenta).
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan atas empat cara:
a. Kantong korion keluar pada kehamilan yang sangat dini,
meninggalkan sisa desidua.
b. Kantong amnion dan isinya (janin) didorong ke luar,
meninggalkan korion dan desidua.
c. Pecah amnion disertai putusnya tali pusat dan pendorongan
janin keluar, tetapi sisa amnion dan korion tetap tertinggal
(hanya janin yang dikeluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar
secara utuh.
7
5. Gambaran Klinis
Secara klinis abortus di bedakan sebagai berikut:
a. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostiumuteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu. Penderita mengeluh
mules sedikit atau tidak akan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur
kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan prognosis
abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urin
dengan cara melakukan tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa
pengenceran dan pengenceran 1/10 hasilnya negative maka prognosisnya
adalah baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negatif maka prognosisnya dubia
ad malam. Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent
yang diberikan. Bila ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut, maka
pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini.
Emeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada
dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan
umur kehamilan berdasarkan HPHT.
b. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandaai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mules karena kontraksi yang sering dan kuat,
pendarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin
kehamilan mesih positf. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran
uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak
8
jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya
terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada
tidaknya pelepsan plasenta dari dinding uterus.
a. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 mimggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga pendarahan sedikit. Besar
uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak
perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada
pemeriksaan tes urin biasanya masih positif 7 sampai 10 hari setelah
abortus.
b. Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yg tertinggal.
Batasan ini juga masih terpanjang pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian
jaringan hasil konsepsi masih tertinggal didalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia
atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan
umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk
kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya
dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus
sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit
9
dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang betuknya tidak
beraturan.
c. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
d. Abortus Habitualis.
Abotus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut-turut.
Penderita abrtus habitualis pada umunya tidak sulit untuk manjadi
hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan
keguguran/abortus secara berturut-tururt. Bishop melaporkan kejadian
abortus habitualis sekitar 0,41 % dari seluruh kehamilan.
e. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi
pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septicemia aatau
peritonitis).
Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi abortus yang paling
sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang meperhatikan asepsis dan
antisepsis.
Abortus infeksiosus dan abortus septik perlu segera mendapatkan
pengelolaan yang adekuat karena dapat terjadi infeksi yang lebih luas
selain disekitar alat genitalia juga kerongga peritoneum, bahkan dapat
keseluruh tubuh (sepsis, septikemia) dan dapat jatuh dalam keadaan
syok septik.
10
6. Komplikasi Pada Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,infeksi dan
syok.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan
pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperrentrofleksi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap
abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang
berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman.
d. Syok
1. Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat
terjadi kelainan pembekuan darah
11
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangkap konsep adalah kerangka berfikir hubungan antara variabel-
variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antara konsep dengan
konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah
diuraikan pada studi kepustakaan.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah di bidang kesehatan ibu pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana
B. Definisi operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan
ditentukan kebenaraannya oleh orang lain.
1. Definisi operasional adalah suatu kegiatan yang langsung dengan
memilih objek tertentu yaitu Remaja dengan Dismenorhoe dengan
pengkajian menggunakan SOAP.
1) Alat ukur : Menggunakan Format pengkajian
2) Cara ukur :
a. Anamnesa/wawancara
b. Observasi langsung ke klien
12
2. Data Subjektif adalah dikumpulkannya semua data-data atau informasi
yang berkaitandengan kondisi pasien, untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara : Anamnesa.
3. Data Objektif adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
pasien.
4. Assesment adalah penegakan masalah/diagnosa dari hasil pemeriksaan
data subjektif dan data objektif.
5. Planning adalah perencanaan serta pelaksanaan yang sesuai dengan
rencana asuhan, dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani pasien yang mengalami komplikasi.
6. Evaluasi adalah pengecekan efektif apakah rencana asuhan tersebut
yang meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan sebagaimana data
yang telah diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah serta evaluasi
merupakan hasil akhir dari asuhan.
7. Pendokumentasian atau catatan adalah suatu proses berpikir bidan
secara sistematis dalam menghadapi pasien sesuai langkah-langkah
asuhan kebidanan.
13
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pendekatan studi kasus dengan
mengeksporasikan secara mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu yaitu
dengan mengangkat satu kasus untuk diteliti sebagai gambaran Asuhan
Kebidanan pada Ibu Hamil Dengan Abortus Inkomplit
Asuhan ini berisi tahapan kerja berdasarkan :
1. Studi Kasus
Pada tahap ini peneliti menelusuri kasus pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit pada saat penelitian kemudian menggunakan
pendekatan pemecahan masalah dalam Asuhan Kebidanan yang
meliputi data subjektif, data objektif, assesment, planning dan
evaluasi, dan pendokumentasian.
2. Studi Kepustakan
Yaitu dengan menelusuri buku-buku sumber kepustakan yang
berkaitan dengan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Dengan Abortus
Inkomplit.
3. Diskusi
Diskusi dilakukan dengan tim kesehatan baik itu dokter, bidan,
perawat yang melayani langsung klien serta pembimbing proposal dari
pihak akademik. Diskusi ini dilakukan untuk menelaah apakah ada
kesenjagan antara praktek dengan teori.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di wilayah kerja RSU.Alasannya karena masih
banyaknya ditemukan kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit. Penelitian
akan dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2014.
14
C. Subjektif Penelitian
Penelitian ini adalah Ibu Hamil Dengan Abortus Inkomplit Di Wilayah Kerja
RSU dengan menggunakan pendekatan Asuhan Kebidanan.
D. Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data adalah menggunakan data primer dengan
pendekatan Asuhan Kebidanan dengan lagkah-langkah : Data subjektif, data
objektif, assesment, planning dan evaluasi serta pendokumentasian. Dalam
pengkajian digunakan format pengkajian Asuhan Kebidanan.
E. Pengolahan Data
Setelah dikumpulkan melalui alat pengumpulan data selanjutnya diolah dan
dianalisa secara deskriftif kualitatif, yaitu menilai objek penelitian berdasarkan
analisis kualitatif tanpa menggunakan angka-angka secara kuantitatif.
F. Penyajian Data
Setelah dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk Narasi atau penjelasan
berdasarkan hasil analisa kualitatif tentang aspek-aspek yang terkait dengan
kasus Abortus Inkomplit Pada Ibu Hamil.
15
16