23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh masyarakat saat ini, apalagi yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu diperhatikan menimbang bahwa wanita adalah makhluk Tuhan yang unik. Dalam hal ini, dalam siklus hidupnya mengalami tahap – tahap kehidupan, diantaranya dapat hamil dan melahirkan. Untuk itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah satu program prioritas dan merupakan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu pencapaian target pelayanan maternal yang dinilai melalui angka kematian ibu. Angka kematian ibu didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan akibat kehamilan atau pengelolaannya angka ini dihitung per 100 ribu kelahiran hidup. WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi tergantung kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan 1

Proposal Abortus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Abortus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh

masyarakat saat ini, apalagi yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan

reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu diperhatikan menimbang bahwa

wanita adalah makhluk Tuhan yang unik. Dalam hal ini, dalam siklus hidupnya

mengalami tahap – tahap kehidupan, diantaranya dapat hamil dan melahirkan. Untuk

itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah

satu program prioritas dan merupakan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan

yaitu pencapaian target pelayanan maternal yang dinilai melalui angka kematian ibu.

Angka kematian ibu didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan saat hamil

atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat

persalinan akibat kehamilan atau pengelolaannya angka ini dihitung per 100 ribu

kelahiran hidup.

WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi tergantung

kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan

20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1

dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara,

WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, diantaranya 750.000

sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Resiko kematian akibat aborsi tidak aman di

wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka

tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup

besar.

Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil. Sebagian besar

kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi

berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.

Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun.

Dari jumlah ini diperkirakan 90% terjadi di Asia dan Afrika subhsahara, 10% di

1

Page 2: Proposal Abortus

negara berkembang lainnya, dan kurang dari 1% di negara-negara maju. Di beberapa

negara resiko kematian ibu lebih tinggi dari 1 dalam 10 kehamilan, sedangkan di

negara maju resiko ini kurang dari 1 dalam 6.000. Secara global 80% kematian ibu

tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama,

yaitu perdarahan (25%, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%),

hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman

(13%), dan sebab-sebab lain (8%) (Sarwono, 2010).

Penyebab tidak langsung kematian ibu merupakan akibat dari penaykit yang

sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap

kehamilan misalnya malaria, anemia, Human Immunodefisiensin Virus/Acquired

Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), dan penyakit kardioveskuler.

B. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini penulis merumuskan masalah Bagimanakah penatalaksanaan

asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui peñatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

abortus inkomplit.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengkajian atau identifikasi data subjek pada ibu hamil

dengan abortus inkomplit

b. Untuk mengetahui pengkajian atau identifikasi data obyektif pada ibu hamil

dengan abortus inkomplit

c. Untuk mengetahui Assessment (Analisa dan Interpretsi Data) yang meliputi

diagnosis dan masalah potensial, kebutuhan tindakan segera pada ibu hamil

dengan abortus inkomplit

d. Untuk mengetahui Planning (perencanaan, implementasi dan evaluasi),

asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling, follow UP

pada ibu hamil dengan abortus inkomplit

2

Page 3: Proposal Abortus

e. Untuk mengetahui pendokumentasian pada ibu hamil dengan abortus

inkomplit

3

Page 4: Proposal Abortus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilaan kuraang daari 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin

dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, aborsi

berarti keluarnya janin dengan berat badan janin <500 gram atau usia kehamilan

<22 minggu. Mengingat kondisi penanganan bayi baru lahir berbeda-beda di

berbagai negara, usia kehamilan seperti pada definisi abortus dapat berbeda-beda

pula. Di negara maju, oleh karena teknologi ilmu kedokteran yang canggih,

keguguran saat ini diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi ketika usia

kehamilan <22 minggu atau berat badan janin <400 gram.

2. Klasifikasi

Abortus menurut waktu dapat dikelompokan sebagai:

a. Abortus dini adalah bila terjadi pada trimester pertama (kurang dari 12

minggu).

b.   Abortus lanjut adalah bila terjadi antara 12-24 minggu (trimester kedua).

Abortus menurut kejadiannya dapat dikelompokan sebagai:

a Abortus spontan (spontaneous abortion, miscarriage, pregnancy loss)

adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun

mekanis.

b Abortus buatan (abortus provocatus, aborsi disengaja, digugurkan)

adalah abortus yang dapat dikelompokkan lebih lanjut menjadi:

1) Abortus buatan menurut kaidah ilmu (abortus provocatus

artificialis atau abortus therapeuticus) adalah abotus sesuai

indikasi untuk kepentingan ibu, misalnya penyakit jantung

hipertensi maligna, atau karsinoma serviks. Keputusan pelaksanaan

4

Page 5: Proposal Abortus

aborsi ditentukan oleh tim ahli yang terdiri atas dokter ahli

kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog.

2) Abortus buatan criminal (abortus provocatuscriminalis) adalah

pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah, dilarang oleh

hukum atau dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang.

Kecuriagaan terhadap abortus provokatus kriminalis harus

dipertimbangkan bila terdapat tindakan abortus febrilis. Aspek

hukum tindakan abortus buatan harus diperhatikan. Beberapa

bahaya abortus buatan kriminalis yaitu, terjadinya infeksi,

infertilitas sekunder, dan kematian.

3. Etiologi

Penyebab aborus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya

abortus didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan

terjadinya abortus antara lain:

a. Faktor janin. Kelainan yang sering dijumpai adalah gangguan pertumbuhan

zigot, embrio, janin plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan

abortus pada trimester pertama, berupa:

1. Kelainan telur. Telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, kelainan

kromosom (monosomi, trisomi atau poliploida), merupaka sekitar 50%

penyebab abortus;

2. Trauma embrio. Pasca-sampling vili korionik, amniosentesis;

3.   Kelainan pembentukan plasenta: hipoplesia trofoblas

b. Faktor maternal, berupa:

1. Infeksi. Beresiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir

trimester pertama atau awal trimester kedua. Penyebab kematian janin

tidak diketahui secara pasti akibat infeksi janin atau oleh toksin yang dapat

menyebabkan abortus antara lain:

Virus: rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks, varicella zoster,

vaccinia, campak, hepatitis, polio, ensefalomielitis;

5

Page 6: Proposal Abortus

  Bakteri: salmonella typhi;

Parasit: toxoplasma gondii, plasmodium

2. Penyakit vaskuler: heipertensi, penyakit jantung;

3. Kelainan endokrin. Abortus spontan dapat terjadi bila produksi

progesteron tidak mencukupi, terjadi disfungsi tiroid atau defisiensi

insulin;

4. Imunologi. Ketidakcocokan (inkompatibilitas) system HLA (human

leucoyte antigen), SLE (systemic lupus erythematosus, lupus eritematosus

sistemik);

5. Trauma. Jarang terjadi, umumnya segera setelah trauma, misalnya trauma

akibaat pembedahan

6.   Kelainan uterus: hipoplasia uterus, mioma (trauma mioma submukosa),

servik inkompeten atau retroflexio utei gravid incarcereta;

7. Psikosomatik. Untuk pengaruh faktor ini masih dipertanyakan

c. Faktor eksternal, berupa:

1. Radiasi. Dosis 1-10 rad dapat merusak janin berusia 9 minggu; dosis lebih

tinggi dapat menyebabkan keguguran;

2. Obat-obatan. Antagonis asam folat, antigokulaan, dll. Sebaiknay tidak

menggunakan obat-obatan ketika usia kehamilan <16 minggu kecuali obat

terbukti tidak membahayakan janin atau indikasi penyakit ibu yang parah;

3. Zat kimiawi lain: bahan yang mengandung arsen, benzena, dll.

4. Sosioekonomi, pendidikan, konsumsi kafein, dan bekerja ketika sedang

hamil. Tidak terbukti merupaka resiko abortus.

6

Page 7: Proposal Abortus

4. Patogenesis

Umumnya abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin, diikuti

oleh perdarahan ke dalam desidua basilis. Selanjutnya, terjadi perubahan nekrotik

di daerah impalntasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan berakhir dengan

sebagian, diinterpretasi sebagai benda asing dalam rongga rahim, sehingga uterus

mulai berkontraksi untuk mendorong benda asing keluar rongga rahim (ekspulsi).

Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi

paling lama 2 minggu sebelum perdarahan, sehingga pengobatan untuk

mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika perdarahan sudah sedemikian

banyak karna abortus tidak akan dapat di hindari.

Sebelum minggu ke-10, seluruh hasil konsepsi bisanya dapat keluar

dengan legkap karena vili korialis belum menanamkan diri dengan erat kedalam

desidua. Pada kehamilan 10-12 minggu, korion tumbuh cepat dan hubungan

antara vili korialis dengan desidua makin erat, sehingga abortus yang mulai di

saat ini sering menyisakan korion (plasenta).

Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan atas empat cara:

a. Kantong korion keluar pada kehamilan yang sangat dini,

meninggalkan sisa desidua.

b. Kantong amnion dan isinya (janin) didorong ke luar,

meninggalkan korion dan desidua.

c. Pecah amnion disertai putusnya tali pusat dan pendorongan

janin keluar, tetapi sisa amnion dan korion tetap tertinggal

(hanya janin yang dikeluarkan).

d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar

secara utuh.

7

Page 8: Proposal Abortus

5. Gambaran Klinis

Secara klinis abortus di bedakan sebagai berikut:

a. Abortus Iminens

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,

ditandai perdarahan pervaginam, ostiumuteri masih tertutup dan hasil

konsepsi masih baik dalam kandungan.

Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan

pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu. Penderita mengeluh

mules sedikit atau tidak akan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.

Ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur

kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan prognosis

abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urin

dengan cara melakukan tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa

pengenceran dan pengenceran 1/10 hasilnya negative maka prognosisnya

adalah baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negatif maka prognosisnya dubia

ad malam. Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent

yang diberikan. Bila ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut, maka

pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini.

Emeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada

dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.

Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan

umur kehamilan berdasarkan HPHT.

b. Abortus Insipiens

Abortus yang sedang mengancam yang ditandaai dengan serviks telah

mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih

dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

Penderita akan merasa mules karena kontraksi yang sering dan kuat,

pendarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur

kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin

kehamilan mesih positf. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran

uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak

8

Page 9: Proposal Abortus

jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya

terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada

tidaknya pelepsan plasenta dari dinding uterus.

a. Abortus Kompletus

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada

kehamilan kurang dari 20 mimggu atau berat janin kurang dari 500

gram.

Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah

menutup, uterus sudah mengecil sehingga pendarahan sedikit. Besar

uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak

perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada

pemeriksaan tes urin biasanya masih positif 7 sampai 10 hari setelah

abortus.

b. Abortus Inkompletus

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih

ada yg tertinggal.

Batasan ini juga masih terpanjang pada umur kehamilan kurang

dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian

jaringan hasil konsepsi masih tertinggal didalam uterus dimana pada

pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba

jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri

eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa

banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang

menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga

perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia

atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.

Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan

umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk

kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya

dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus

sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit

9

Page 10: Proposal Abortus

dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang betuknya tidak

beraturan.

c. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal

dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi

seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

d. Abortus Habitualis.

Abotus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau

lebih berturut-turut.

Penderita abrtus habitualis pada umunya tidak sulit untuk manjadi

hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan

keguguran/abortus secara berturut-tururt. Bishop melaporkan kejadian

abortus habitualis sekitar 0,41 % dari seluruh kehamilan.

e. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik

Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat

genitalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi

pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septicemia aatau

peritonitis).

Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi abortus yang paling

sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang meperhatikan asepsis dan

antisepsis.

Abortus infeksiosus dan abortus septik perlu segera mendapatkan

pengelolaan yang adekuat karena dapat terjadi infeksi yang lebih luas

selain disekitar alat genitalia juga kerongga peritoneum, bahkan dapat

keseluruh tubuh (sepsis, septikemia) dan dapat jatuh dalam keadaan

syok septik.

10

Page 11: Proposal Abortus

6. Komplikasi Pada Abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,infeksi dan

syok.

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa

hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian

karena perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan

pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus

dalam posisi hiperrentrofleksi.

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap

abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang

berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman.

d. Syok 

1. Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (syok

hemoragik) dan karena infeksi berat.

2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat

terjadi kelainan pembekuan darah

11

Page 12: Proposal Abortus

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangkap konsep adalah kerangka berfikir hubungan antara variabel-

variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antara konsep dengan

konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah

diuraikan pada studi kepustakaan.

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi

tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang

mempunyai kebutuhan/masalah di bidang kesehatan ibu pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana

B. Definisi operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada

karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau

mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan

ditentukan kebenaraannya oleh orang lain.

1. Definisi operasional adalah suatu kegiatan yang langsung dengan

memilih objek tertentu yaitu Remaja dengan Dismenorhoe dengan

pengkajian menggunakan SOAP.

1) Alat ukur : Menggunakan Format pengkajian

2) Cara ukur :

a. Anamnesa/wawancara

b. Observasi langsung ke klien

12

Page 13: Proposal Abortus

2. Data Subjektif adalah dikumpulkannya semua data-data atau informasi

yang berkaitandengan kondisi pasien, untuk memperoleh data

dilakukan dengan cara : Anamnesa.

3. Data Objektif adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

pasien.

4. Assesment adalah penegakan masalah/diagnosa dari hasil pemeriksaan

data subjektif dan data objektif.

5. Planning adalah perencanaan serta pelaksanaan yang sesuai dengan

rencana asuhan, dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani pasien yang mengalami komplikasi.

6. Evaluasi adalah pengecekan efektif apakah rencana asuhan tersebut

yang meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan sebagaimana data

yang telah diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah serta evaluasi

merupakan hasil akhir dari asuhan.

7. Pendokumentasian atau catatan adalah suatu proses berpikir bidan

secara sistematis dalam menghadapi pasien sesuai langkah-langkah

asuhan kebidanan.

13

Page 14: Proposal Abortus

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pendekatan studi kasus dengan

mengeksporasikan secara mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu yaitu

dengan mengangkat satu kasus untuk diteliti sebagai gambaran Asuhan

Kebidanan pada Ibu Hamil Dengan Abortus Inkomplit

Asuhan ini berisi tahapan kerja berdasarkan :

1. Studi Kasus

Pada tahap ini peneliti menelusuri kasus pada ibu hamil dengan

abortus inkomplit pada saat penelitian kemudian menggunakan

pendekatan pemecahan masalah dalam Asuhan Kebidanan yang

meliputi data subjektif, data objektif, assesment, planning dan

evaluasi, dan pendokumentasian.

2. Studi Kepustakan

Yaitu dengan menelusuri buku-buku sumber kepustakan yang

berkaitan dengan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Dengan Abortus

Inkomplit.

3.    Diskusi

Diskusi dilakukan dengan tim kesehatan baik itu dokter, bidan,

perawat yang melayani langsung klien serta pembimbing proposal dari

pihak akademik. Diskusi ini dilakukan untuk menelaah apakah ada

kesenjagan antara praktek dengan teori.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di wilayah kerja RSU.Alasannya karena masih

banyaknya ditemukan kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit. Penelitian

akan dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2014.

14

Page 15: Proposal Abortus

C.   Subjektif Penelitian

Penelitian ini adalah Ibu Hamil Dengan Abortus Inkomplit Di Wilayah Kerja

RSU dengan menggunakan pendekatan Asuhan Kebidanan.

D. Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data adalah menggunakan data primer dengan

pendekatan Asuhan Kebidanan dengan lagkah-langkah : Data subjektif, data

objektif, assesment, planning dan evaluasi serta pendokumentasian. Dalam

pengkajian digunakan format pengkajian Asuhan Kebidanan.

E. Pengolahan Data

Setelah dikumpulkan melalui alat pengumpulan data selanjutnya diolah dan

dianalisa secara deskriftif kualitatif, yaitu menilai objek penelitian berdasarkan

analisis kualitatif tanpa menggunakan angka-angka secara kuantitatif.

F. Penyajian Data

Setelah dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk Narasi atau penjelasan

berdasarkan hasil analisa kualitatif tentang aspek-aspek yang terkait dengan

kasus Abortus Inkomplit Pada Ibu Hamil.

15

Page 16: Proposal Abortus

16