Upload
vanphuc
View
257
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG
DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG
KALIMANTAN BARAT
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Disusun oleh
Biata Nursianti
134114037
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
November 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tugas Akhir
PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG,
KECAMATAN SEPAUK, KABlJPATEN SINTANG KALIMANTAN BAJL\.T
Oleh
Biata Nursianti
134114037
Pembimbing
./~.
. ~--~
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TugasAkhir
PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG,
KECAMATAN SEPAU~KABlJPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Biata Nursianti
NIM: 134114037
Ketua
Sekretaris
Anggota
Telah dipertahankandi epan panitia penguji
QLf~'JJhJ~.ArL~Su;:;.J~}.~~gy~pS..1:;";"';""~"um~~..---= .Yogyakarta, 16 November 2017
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah ditulis dalam kutipan dan
daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 November 2017
Penulis
Biata Nursianti
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Biata Nursianti
NIM : 134114037
Demi peengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Pengulangan Kata Bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasinya di internet atau media yang lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty
kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebegai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada 16 November 2017
Yang menyatakan
\
Biata Nursianti
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang dengan
caranya masing-masing telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini:
1. Bapak Prof. Dr. I.Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berarti
dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu S.E. Peni Adji, S.S.,M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik
angkatan 2013 Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata
Dharma,Yogyakarta.
5. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Bapak Drs. F.X. Santosa, M.S., Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Bapak (+) Drs. A.
Herry Antono, M.Hum., Ibu Dra. Fransiska Tjandrasih Adji, M.Hum., Bapak Sony
Christian Sudarsono, S.S., M.A., dan Ibu Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Bapak Oktavius Joko, Mama Sri Meilawati, Adik Petrus Leo Narto dan Adriana
Petronila, serta Keponakan Julio Andika Pratama yang selalu mendukung penulis
dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Kekurangan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Yogyakarta, 16 November 2017
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahan untuk Tuhan Yesus dan orang-orang tercinta
Bapak Oktavius Joko dan Mama Sri Meilawati
“Berpeganglah pada didikan. Janganlah melepaskannya, peliharalah dia karena dialah
hidupmu, (Amzal, 4:13)
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii
ABSTRAK ................................................................................................................... xiv
ABSTRACT ................................................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2.Perumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3.Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4.Hasil Penelitian .......................................................................................... 5
1.5.Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 5
1.6.Landasan Teori .......................................................................................... 7
1.7.Metode penelitian …................................................................................... 10
1.8.Sistematika Penyajian ................................................................................ 14
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II DESKRIPSI KEADAAN BAHASA DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK,
KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT................................. 15
2.1. Pengantar …………………....................................................................... 15
2.2. Sejarah Kabupaten Sintang ....................................................................... 15
2.3. Keadaan Georafis dan Iklim ...................................................................... 21
2.4. Penduduk .................................................................................................. 25
2.5. Mata Pencarian ....................................... ................................................. 27
2.6. Pendidikan …………………..................................................................... 33
2.7. Keadaan Budaya dan Tradisi ..................................................................... 35
2.8. Keadaan Bahasa …………………………………………………………. 37
BAB III JENIS-JENIS PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK
SEBERUANG DI SEKUBANG KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN
SINTANG, KALIMANTAN BARAT.......................................................... 39
3.1. Pengantar ................................................................................................. 39
3.2. Pengulangan Seluruh ................................................................................ 39
3.3. Pengulangan Sebagian .............................................................................. 42
3.4. Pengulangan dengan Variasi Fonem ....................................................... 45
3.5. Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pengimbuhan .......................... 46
3.6. Pengulangan Progresif .............................................................................. 49
3.7. Pengulangan Regresif ............................................................................... 50
BAB IV MAKNA YANG TIMBUL DARI PROSES PENGULANGAN KATA
DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG................. 55
4.1. Pengantar ................................................................................................ 55
4.2. Pengulangan Kata Bermakna „Banyak‟ ................................................... 55
4.3. Pengulangan Kata Bermakna „Jamak‟ .................................................... 58
4.4. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Bermacam-macam‟ ........... 60
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.5. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Perihal yang Disebut pada Bentuk
Dasar ....................................................................................................... 61
4.6. Pengulangan Kata Berstatus „Sebagai‟ ................................................. 62
4.7. Pengulangan Kata Mengandung Arti „Agak‟ ....................................... 63
4.8. Pengulangan Kata Bermakna „Berulangkali‟ ....................................... 65
4.9. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Saling atau Resiprokal‟ .. 66
4.10. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Sangat‟ ……………...… 67
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 70
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 70
5.2. Saran ....................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 71
LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 73
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Batas Wilayah Kabupaten Sintang ............................................................... 23
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Jenis Kelamin
2016 ............................................................................................................ 26
Tabel 3. Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Padi
(Sawah+Ladang) ........................................................................................ 27
Tabel 4. Petani, Luas Tanaman, dan Poduksi Tanaman Perkebunan
Kabupaten Sintang 2016 ........................................................................... 28
Tabel 5. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sintang
2016 ............................................................................................................ 29
Tabel 6. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Unggas
di Kabupaten Sintang 2016 ....................................................................... 30
Tabel 7. Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Sintang
2004-2016………………………………………………..................…....… 31
Tabel 8. Jumlah Pedagang Berdasarkan Data Pengurusan SIUP
di Kabupaten Sintang 2004-20116 .............................................................. 32
Tabel 9. Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenis di Kabupaten Sintang
2012-2016
...................................................................................................................... 33
Tabel 10. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Menurut Tingkat Pendidikan
di Kabupaten Sintang 2016 ........................................................................ 34
Tabel 11. Jumlah Universitas, Mahasiswa, dan Tenaga Edukatif
di Kabupaten Sintang 2016 ........................................................................ 35
Tabel 12. Contoh Penggunaan Bahasa Dayak Seberuang ........................................... 38
Tabel 13. Jenis-Jenis Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang
di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat... 53
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 14. Jenis Makna yang Timbul dari Proses Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat ........................................................................................ 69
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Wilayahh Kabupaten Sintang .............................................................. 25
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Nursianti, Biata. 2017. “Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Dalam tugas akhir ini dibahas pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Ada tiga masalah yang
dibahas: (1) bagaimana keadaan bahasa di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat?, (2) apa sajakah jenis pengulangan yang terdapat dalam bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?,
dan (3) apa sajakah makna yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,
Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?
Data dalam penelitian ini berupa kalimat dalam bahasa Dayak Seberuang. Data
diperoleh dari kalimat yang mengandung kata ulang oleh masyarakat di Sekubang dalam
berkomunikasi. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode simak. Teknik dasar yang
digunakan adalah teknik sadap. Teknik tersebut dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu
simak libat cakap dan simak bebas libat cakap. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan metode agih dan metode padan referensial. Teknik dasar yang digunakan adalah
teknik bagi unsur langsung kemudian dilanjutkan dengan teknik perluas. Metode penyajian
hasil analisis data yang digunakan adalah metode formal dan metode informal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
terdiri atas enam jenis, yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan
dengan variasi fonem, pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, pengulangan
progresif, dan pengulangan regresif. Pengulangan sebagian terdiri dari pengulangan dengan
awalan be- te-, dan ti-. Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, yaitu imbuhan
–bah(-lah). Pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang menyatakan makna „banyak‟,
„jamak‟, „bermacam-macam‟, „perihal yang disebut pada bentuk dasarnya‟, „berstatus
sebagai‟, „agak‟, „berulangkali‟, „saling‟, dan „sangat‟.
Kata kunci: pengulangan kata, dayak seberuang
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Nursianti, Biata. 2017. “Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”. Thesis.
Yogyakarta: Department of Indonesian Literature, Faculty of Literature, Sanata
Dharma University.
This research discussed the word reduplication in the Dayak Seberuang language as
spoken by the people in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West
Kalimantan. There were three problems to be discussed: (1) how is the state of language in
Sekubang, Regency of Sepauk, West Kalimantan?, (2) what types of reduplication found in
the Dayak Seberuang language in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West
Kalimantan?, (3) what are the meaning coming up from the process of word reduplication in
the Dayak Seberuang language in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West
Kalimantan?.
The data in the research were in the form of the scourses which were gathered as
sentence by the people in Sekubang in their communication. The data gathering in this
research used simak method, with sadap as the basic technique and simak libat cakap
technique and simak libat bebas cakap technique. Then, the data gathered was written in the
data card and was analyzed by using agih method and padan referensial method A basic
technique used in this research were tecnique for a direct element and then further used
perluas technique. Presentation of the results of data analysis methods used are formal and
informal methods
The conclusion of this research showed that the word reduplication in the language of
Dayak Seberuang in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West Kalimantan
consisted five types. They were a complete reduplication, a partly reduplication, a
reduplication with a combination with affixes, a reduplication with same phoneme change,
progressive reduplication, and regressive reduplication. A partly reduplication consisted of
reduplication with a prefixs –be, -te, and -ti. A reduplication with a combination with affixes
is -bah(-lah). The word reduplication in Dayak Seberuang language means of „many‟,
„plural‟, „many types‟, „about or of the one mentioned in the basic form‟, „having a status of
being‟, „rather‟, „repeatedly‟, „one-another‟, and „intense‟.
Keys words; word reduplication, dayak seberuang.
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Objek penelitian ini adalah pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa Dayak
Seberung di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pengulangan
atau biasa disebut reduplikasi adalah „‟pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar,
baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi afiks
maupun tidak‟‟ (Muslich, 2008 : 48). Bahasa Dayak Seberuang merupakan salah satu bahasa
daerah di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat Dayak
Seberuang untuk berkomunikasi. Salah satu daerah yang menggunakan bahasa Dayak Seberuang
untuk berkomunikasi adalah Desa Sekubang yang terletak di Kecamatan Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat. Semua penduduk Desa Sekubang dalam kesehariannya
menggunakan bahasa Dayak Seberuang untuk berkomunikasi. Berikut ini contoh pengulangan
kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang:
(1) Manuk-manuk yak naitau dipaluk
‘Ayam-ayam itu tidak boleh dipukul‟
(2) Pemakai yak nang dikibut-kibut
„Makanan itu jangan digigit-gigit’
Kata manuk-manuk dan dikibut-kibut adalah kata ulang, yaitu kata dari hasil proses
pengulangan dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang. Kata manuk „ayam‟ merupakan
bentuk dasar dari pengulangan manuk-manuk. Kata dikibut „digigit‟ merupakan bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pengulangan dikibut-kibut „digigit-gigit‟. Kata di dikibut-kibut dibentuk dari bentuk dasar kibut
„gigit‟
Hal pertama yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah deskripsi keadaan masyarakat di
Kabupaten Sintang. Hal ini berkaitan dengan keadaan penduduk, budaya dan adat istiadat, dan
keadaan bahasa masyarakat Sintang. Kabupaten Sintang adalah sebuah daerah di Provinsi
Kalimantan Barat. Kabupaten Sintang merupakan salah satu daerah yang sangat kaya akan
budaya dan adat istiadat termasuk di dalamnya adalah bahasa. Bahasa yang digunakan
masyarakat Kabupaten Sintang untuk percakapan sehari-hari adalah bahasa Dayak seberuang
Hal kedua yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah jenis-jenis pengulangan kata dalam
bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan
Barat. Contoh jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan
Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat:
(3) Pegawai-pegawai yak diangkat antik ujan
‘pakaian-pakaian itu diangkat jika hujan‟
(4) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu
„kakek berjalan-jalan setiap hari minggu‟
Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (3), yakni pegawai-pegawai „pakaian-
pakaian‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pegawai-pegawai dibentuk dari bentuk
dasarnya pegawai „pakaian‟ kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi
pegawai-pegawai. Pada kalimat (4) terdapat pengulangan bejalai-jalai „berjalan-jalan‟ dibentuk
dari bentuk dasarnya bejalai „berjalan‟ dan berasal dari bentuk asal jalai „jalan‟, kemudian
mengalami proses pengulangan sebagian menjadi bejalai-jalai „berjalan-jalan‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Hal ketiga yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah makna yang timbul dari proses
pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan
Barat. Contoh makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang
di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat:
(5) Dik ngegak bahang-bahang bekas
„dia mencari barang-barang bekas‟
(6) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu
„mukanya kemerah-merahan karena malu‟
Pada kalimat (5) terdapat pengulangan bahang-bahang „barang-barang‟. Kata bahang-
bahang dibentuk dari bentuk dasar bahang „barang‟. Kata bahang-bahang bermakna „mayuh
bahang‟ atau „banyak barang‟. Kata bahang-bahang pada kalimat „Dik ngegak bahang-bahang
bekas‟ menyatakan banyak barang bekas yang dia cari. Pada kalimat (6) terdapat pengulangan
kata yang mengandung arti „agak‟, yakni kemirah-mirahan „kemerah-merahan‟. Kata kemirah-
mirahan dibentuk dari bentuk dasar mirah „merah‟. Kata kemirah-mirahan menyatakan warna
yang agak merah pada wajah seseorang karena malu.
Penggunaan kata ulang dalam bahasa sehari-hari sering kita jumpai. Pengulangan dalam
bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan
Barat pun demikian. Banyak sekali penggunaan kata yang mengandung pengulangan digunakan
penduduk setempat dalam berkomunikasi. Hal itulah yang menjadi alasan penulis memilih topik
ini dalam penelitian. Selain itu, penelitian tentang pengulangan kata belum banyak dilakukan
oleh para peneliti, khususnya pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
1.2 .1 Bagaimana keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat?
1.2 .2 Apa sajakah jenis pengulangan yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat?
1.2 .3 Apa sajakah makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengulangan kata dalam bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.
Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan dari penelitian ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu.
1.3 .1 Mendeskripsikan keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat
1.3 .2 Mendeskripsikan jenis-jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
1.3 .3 Mendeskripsikan makna yang timbul dari proses pengulangan kata terdapat dalam bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.4 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah (1) deskripsi keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, (2) deskripsi jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dan (3)
deskripsi makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Penelitian ini memberi
manfaat teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat pada bidang
morfologi, yaitu mengembangkan teori proses morfologis. Adapun manfaat praktisnya, adalah
untuk penyusunan tata bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten
Sintang Kalimantan Barat sekaligus untuk dokomentasi bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,
Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
5. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai kata ulang dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan
Sepauk, Kalimantan Barat sejauh ini belum pernah dilakukan. Adapun jenis penelitian yang
pernah dilakukan oleh Ika Yuliana Rahmawati, mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra
Indonesia, dan daerah, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, tahun 2012, dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Kata Ulang
dalam Bahasa Indonesia dalam novel Perempuan berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy.
Hasil dari penelitiannya ini menunjukkan bahwa kata ulang atau reduplikasi memiliki berbagai
jenis kata ulang, yaitu kata ulang seluruh bentuk dasar tanpa variasi fonem dan afiksasi, kata
ulang sebagian dengan bentuk tunggal adalah pengulangan sebagian bentuk dasar tanpa diulang
seluruhnya melainkan kata dasar bentuk tunggal. Kata ulang berimbuhan atau afiksasi adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
bentuk kata ulang dengan mendapatkan afiksasi, kata ulang dengan perubahan fonem adalah
pengulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai perubahan bunyi pada
salah satu suku, dan kata ulang semu adalah pengulangan yang tidak memiliki bentuk dasar
sebagai bentuk linguistik. Fungsi dan makna kata ulang, yaitu mengubah bentuk kata benda
menjadi kata kerja, mengubah golongan kata sifat menjadi kata keterangan, mengubah bentuk
tunggal menjadi jamak, menyatakan intensitas kualitatif, menyatakan intensitas kuantitatif, dan
menyatakan intensitas frekuentatif. Penggunaan kata ulang dapat mengakibatkan terjadinya
transposisi. Transposisi tersebut berupa kata benda menjadi kata kerja, kata sifat menjadi kata
kerja, kata sifat menjadi kata keterangan, kata benda menjadi kata keterangan, dan kata kerja
menjadi kata keterangan.
Sementara itu, penelitian lain dilakukan oleh Yohana Yeq, mahasiswa jurusan Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, tahun 2013. Hasil dari penelitiannya ini
menunjukkan bahwa pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa Dayak Bahau di Long
Lunuk, Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Kalimantan Barat, terdiri lima jenis, yaitu
pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan pengulangan regresif. Kategori
kata yang mengalami proses pengulangan dalam bahasa Dayak Bahau, adalah kata kerja, kata
benda, kata keadaan, kata ganti, kata bilangan, kata keterangan, kata tanya, dan kata tunjuk.
Pengulangan kata dalam dalam bahasa Dayak Bahau menyatakan makna „banyak,‟ „ banyak
dengan ukuran yang disebut bentuk dasarnya‟, „jamak,‟ „bermacam-macam,‟ „berstatus sebagai,‟
„berulangkali,‟ saling atau berbalasan,‟ „prihal atau tentang yang disebut pada bentuk dasarnya,‟
„agak,‟ „paling,‟ terdiri dari,‟ „intensitas,‟ „penegasan.‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Berdasarkan paparan data tinjauan pustaka, terbukti bahwa belum ada penelitian tentang
kata ulang dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama yang meneliti bahasa Dayak Seberuang
khususnya di Kalimantan Barat.
6. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah pengertian
pengulangan kata, jenis pengulangan, dan makna pengulangan kata.
6.1 Pengertian Pengulangan Kata
Pengulangan adalah proses pembentukan kata jadian dengan cara mengulang bentuk
dasar. Kata jadian yang dihasilkan dari pengulangan adalah kata ulang (Baryadi, 2011: 47).
Menurut Soedjito (1995: 109) pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang
bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Ramlan (1990: 57) proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik,
baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Dalam Muslich
(2014: 48) proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang
bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik
berkombinasi dengan afiks maupun tidak.
Menurut Baryadi (2011:47-48) yang dapat menjadi bentuk dasar pengulangan adalah
morfem asal-bebas dan kata jadian. Morfem-asal bebas adalah morfem bebas yang dapat menjadi
dasar kata jadian. Misalnya pengulangan morfem-asal bebas „anak’ menghasilkan kata ulang
„anak-anak’. Sedangkan kata jadian adalah kata yang merupakan penggabungan dua morfem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
atau lebih. Misalnya pengulangan kata jadian melihat menghasilkan kata ulang melihat-lihat
karena terjadi penggabungan dua morfem, yaitu morfem asal melihat dan morfem lihat.
6.2 Jenis Pengulangan
Berdasarkan cara pembentukan kata ulang, Baryadi (2011 : 48) menggolongkan
pengulangan menjadi enam jenis, yakni (1) pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3)
pengulangan dengan variasi fonem, ( 4) pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan,
(5) pengulangan progresif, dan (6) pegulangan regresif.
6.2.1 Pengulangan Seluruh
Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar. Contoh (7) pengulangan
seluruh pada kata duduk menjadi duduk-duduk.
6.2.2 Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian bentuk dasar. Contoh (8)
pengulangan sebagian pada kata tertawa menjadi tertawa-tawa.
6.2.3 Pengulangan dengan Variasi Fonem
Pengulangan dengan variasi fonem adalah pengulangan bentuk dasar dengan mengubah
fonem. Contoh (9) pengulangan dengan variasi fonem pada kata serba dan ramah menjadi serba-
serbi dan ramah-tamah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
6.2.4 Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pengimbuhan
Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan adalah pengulangan yang
bersamaan dengan pengimbuhan. Contoh (10) Pengulangan yang berkombinasi dengan
pengimbuhan pada kata rumah menjadi rumah-rumahan.
6.2.5 Pengulangan Progresif
Pengulangan progresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kanan. Contoh (11)
pengulangan progresif pada kata berjalan menjadi berjalan-jalan.
6.2.6 Pengulangan Regresif
Pengulangan regresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kiri. Contoh (12)
pengulangan regresif pada kata menolong menjadi kata ulang tolong menolong.
6.3 Makna Pengulangan
Proses morfologis adalah proses pengubahan bentuk dasar menjadi kata jadian (Baryadi,
2011: 25). Setiap proses morfologis tersebut akan menimbulkan makna gramatikal, yaitu makna
yang timbul akibat pertemuan satuan gramatikal yang satu dengan satuan gramatikal yang lain
(Baryadi, 2011: 29). Proses morfologis dengan cara pengulangan menimbulkan makna
gramatikal yang berbeda dari bentuk dasarnya. Baryadi (2011: 49-50) mengemukakan
pengulangan dapat menimbulkan 9 macam makna, yaitu (1) „banyak,‟ (2) „jamak‟ bagi nomina
yang mengisi subjek, (3) „bermacam-macam,‟ (4) „menyerupai yang tersebut bentuk dasar,‟ (5)
„perihal yang tersebut pada bentuk dasar,‟ (6)‟ berstatus sebagai,‟ (7)‟ agak,‟ (8)‟ perbuatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dilakukan berulang-ulang‟ atau „frekuentatif,‟ (9) ‟saling‟ atau „resiprokal‟. Chaer (1988 : 334-
335) menyebutkan proses pengulangan menimbulkan 20 macam makna, yaitu (I) „jamak,‟ (2)
„banyak dan bermacam-macam,‟ (3) „banyak dengan ukuran yang disebut bentuk dasarnya,‟ (4)
„banyak yang disebut bentuk dasarnya,‟ (5) „agak atau sedikit bersifat,‟ (6) „menyerupai atau
seperti,‟ (7) „sungguh-sungguh yang disebut bentuk dasarnya,‟ (8) „pertentangan,‟ (9)
„berulangkali,‟ (10) „berbalasan,‟ (11) „dilakukan tanpa tujuan,‟ (12) „tentang atau masalah,‟ (13)
„bersama waktu,‟ (14) „paling,‟ (15) „dikerjakan asal saja,‟ (16) „sepanjang atau seluruh,‟ (17)
„pernah atau tidak lagi,‟ (18) „terdiri dari,‟ (19) „intensitas,‟ (20) „penegasan.‟
6.4 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (i) metode dan teknik pengumpulan
data, (ii) metode dan teknik analisis data, dan (iii) metode dan teknik penyajian hasil analisis
data.
6.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini berupa kalimat dalam bahasa Dayak Seberuang yang mengandung
pengulangan kata. Kalimat tersebut diperoleh dengan cara menyimak baik terlibat langsung
dalam pembicaraan maupun hanya sekedar memperhatikan pengguna bahasa. Data-data yang
berupa tuturan tersebut diperoleh dari penutur berupa lisan dan tulisan. Data berupa tuturan lisan
diperoleh langsung dari penutur ketika terlibat pembicaraan dengan penulis. Sedangkan data
yang berupa tulisan diperoleh dari beberapa instrumen berupa kalimat dalam bahasa Indonesia
yang mengandung kata ulang. Instrumen berupa kalimat dalam bahasa Indonesia tersebut,
penulis berikan kepada penutur kemudian diterjemahkan dalam bahasa Dayak Seberuang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak, yaitu menyimak
atau mendengarkan penggunaan bahasa (Kesuma, 2007: 43). Teknik dasar yang digunakan
adalah teknik sadap. Teknik sadap adalah pelaksanaan metode simak dengan menyadap
penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang.
Pelaksanaan metode simak dilanjutkan dengan menggunakan teknik lanjutan, yaitu teknik
simak libat cakap. Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 44) kegiatan menyadap
penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang dapat dilakukan dengan ikut terlibat atau
berpartisipasi (sambil menyimak), entah secara aktif atau reseptif dalam pembicaraan. Kegiatan
penyadapan data dengan cara demikian disebut teknik simak libat cakap.
Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 44) pada teknik simak bebas libat cakap
peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon
data kecuali hanya sebagai pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari
peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya. Teknik ini digunakan dengan dasar pemikiran
bahwa prilaku berbahasa hanya dapat benar-benar dipahami jika peristiwa berbahasa itu
berlangsung dalam system yang sebenarnya yang berada dalam konteks yang lengkap (Mashun,
2006: 219).
6.4.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah metode analisis data. Metode
analisis data merupakan tahap ketika data diberi arti atau makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1985: 405). Dalam penelitian ini digunakan metode agih
atau metode distribusional dan metode padan referensial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Metode agih atau metode distribusional merupakan metode analisis data yang alat
penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Metode padan
referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa. Referen bahasa
adalah kenyataan atau unsur di luar bahasa yang ditunjuk satuan kebahasaan. Metode padan
referensial itu digunakan untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang
ditunjuk (Mastoyo, 2007: 48).
Teknik dasar yang digunakan, yaitu teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Teknik
bagi unsur langsung atau teknik BUL adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu
konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur-unsur yang dipandang sebagai bagian atau unsur
yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud. Setelah itu, digunakan teknik lanjutan,
yaitu teknik perluas. Teknik perluas adalah teknik analisis data dengan cara memperluas satuan
kebahasaan yang dianalisis dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu. Teknik perluas
dapat ke kiri atau ke kanan. Teknik perluas digunakan untuk membuktikan jenis kesatuan yang
dianalisis. Sebagai contoh:
(13) Bukuk-bukuk yak matang tengkamu
„buku-buku itu sangat berhamburan‟
(14) Ukui-ukui yak makai nasik di dapuh
„anjing-anjing itu makan nasi di dapur‟
Pada kalimat (13) terdapat pengulangan kata bukuk-bukuk ‘buku-buku‟. Kata bukuk-
bukuk termasuk jenis pengulangan seluruh. Kata bukuk-bukuk „buku-buku‟ dibentuk dari bentuk
dasar bukuk „buku‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi bukuk-bukuk „buku-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
buku‟. Jenis pengulangan yang terdapat pada kalimat (14), yaitu pengulangan seluruh. Jenis
pengulangan seluruh dapat dilihat dari kata ukui-ukui „anjing-anjing‟. Kata ukui-ukui dibentuk
dari bentuk dasar ukui ‟anjing‟.
Untuk membuktikan makna pengulangan pada kalimat (13) dan (14) tersebut digunakan
metode padan referensial untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang
ditunjuk. Pada kalimat (13) terdapat pengulangan pada kata bukuk-bukuk „buku-buku‟. Bukuk-
bukuk bermakna mayuh bukuk atau „banyak buku‟. Kata bukuk-bukuk pada kalimat „bukuk-
bukuk yak matang tengkamu‟ menyatakan banyak buku yang berhamburan. Pada kalimat (14)
yaitu pada kata ukui-ukui „anjing-anjing‟. Kata ukui-ukui bermakna mayuh ukui atau banyak
„anjing‟. Kata ukui-ukui pada kalimat „ukui-ukui yak makai nasik di dapuh‟ menyatakan banyak
anjing yang sedang makan nasi di dapur.
6.4.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data berupa hasil temuan dari objek yang diteliti. Hasil analisis data akan
disajikan dengan metode formal dan informal. Menurut Kridalaksana dalam Mastoyo (2007: 73)
metode formal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah. Kaidah itu
dapat berbentuk rumus, bagan/diagram, table, dan gambar.
Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 71) metode informal adalah penyajian hasil
analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa. Dalam penyajian ini, rumus (-rumus) atau
kaidah (-kaidah) disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila
dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
6.4.4 Sistematika Penyajian
Hasil penelitian ini disajikan dalam 5 bab. Bab 1 berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika penyajian. Bab II berisi sejarah, letak geografis, penduduk, pendidikan, keadaan
budaya atau tradisi, dan keadaan bahasa. Bab III berisi uraian jenis-jenis pengulangan yang
terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat. Bab IV berisi uraian mengenai makna yang timbul dari proses pengulangan
kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat. Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II
DESKRIPSI KEADAAN BAHASA DI SEKUBANG KECAMATAN SEPAUK,
KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT
2.1 Pengantar
Dalam bab ini dibahas deskripsi keadaan bahasa di Sekubang, Kecamatan Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Deskripsi tersebut meliputi (1) sejarah Kabupaten
Sintang, (2) keadaan georafis dan iklim, (3) mata pencarian, (4) pendidikan, (5) keadaan budaya
dan tradisi, dan (6) keadaan bahasa.
2.2 Sejarah Kabupaten Sintang
Banyak cerita orang Sintang mengenai asal usul Sintang. Ada yang mengatakan kota
Sintang pada zaman dahulu merupakan bekas sebuah kerajaan Islam dengan sebuah istana.
Istana tersebut bernama Al-Mukaramah yang terletak di tepi Sungai Kapuas. Al-Mukaramah
dibangun pada tahun 1839. Al-Mukaramah hingga kini masih berdiri kokoh yang kerap dijadikan
objek wisata. Al-mukaramah adalah kerajaan Hindu yang beralih menjadi kerajaan Islam
(Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 15).
Tokoh utama di balik berdirinya Kerajaan Sintang adalah Aji Melayu. Pada abad ke-4
Masehi, Aji Melayu pergi ke daerah Kujau, yakni Tanah Baalang di Semenanjung Melaka.
Semenanjung Melaka merupakan pusat Kerajaan Hindu. Dari Kujau, Aji Melayu pindah ke desa
Tebelian, Nanga Sepauk. Di desa itu, Aji Melayu menikahi seorang wanita yang bernama Putung
Kempat. Kemudian mereka dikaruniai anak yang bernama Dayang Lengkong (Syahzaman &
Hasanuddin, 2003: 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Kepulangan Aji Melayu dari perantauan membawa ajaran Hindu. Sejak itulah berdiri
kerajaan Hindu di Sepauk. Bukti sejarah berdirinya kerajaan Hindu dapat dilihat dari benda
peninggalan sejarah yaitu patung yang terbuat dari perunggu berbentuk dewa bertangan empat.
Patung tersebut diyakini sebagai patung Dewa Syiwa (Dewa agama Hindu) di Desa Temiang
Empakan, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang. Pada abad ke-22, raja Sintang dijabat oleh
Demang Irawan memindahkan dari Sepauk ke Senentang. Demong Irawan kemudian memilih
lokasi di persimpangan antara Sungai Melawi dan Sungai Kapuas yang diberi nama Senentang.
Senentang yaitu kerajaan yang diapit oleh beberapa sungai. Lambat laun, penyebutan Senentang
berubah menjadi Sintang. Setelah berdirinya kerajaan, Demong Irawan memakai gelar Jubair
Irawan I menanamkan sebuah batu yang menyerupai buah kundur. Batu tersebut berada di
halaman istana Sintang diyakini masyarakat setempat sebagai batu keramat yang memiliki tuah.
Kekuasaannya pada masa itu mencakup Sepauk dan Tempunak (Syahzaman & Hasanuddin,
2003: 19).
Aji Melayu diperkirakan nenek moyang raja-raja atau sultan-sultan di Kerajaan Sintang.
Tidak banyak data yang mengungkap tentang asal-usul siapa sebenarnya Aji Melayu. Ada
sumber yang menyebutkan bahwa ia merupakan penyebar agama Hindu dari Tanah Balang
(Semenanjung Malaka) ke Sepauk. Awalnya Aji Melayu menetap di Kujau, dan kemudian
pindah ke Sepauk hingga akhir hayatnya. Setelah meninggal Aji Melayu dimakamkan di Tanah
Tanjung daerah muara Sungai Sepauk. Sepeninggal Aji Melayu, berturut-turut penguasa di
Nanga Sepauk, yakni Dayang Lengkong, Dayang Randung, Abang Panjang, Demang Karang
(berkuasa sekitar Abad ke-7 M), Demong Kara, Demong Minyak (Macak) kemudian Demong
Irawan. Pada masa Demong Irawan berkuasa, Kerajaan Sintang resmi berdiri sekitar abad ke-13
(1262 M) (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Sebelum mendirikan kerajaan Sintang, Demong Irawan melakukan pengembaraan
dengan menyusuri Sungai Kapuas sampai ke daerah pertemuan antara Sungai Kapuas dan
Melawi yang disebut daerah Nanga Lawai. Kemudian di daerah Nanga Lawai didirikan
permukiman yang berkembang menjadi sebuah kerajaan yang dikenal sebagai kerajaan Sintang.
Berkembangnya permukiman di Nanga Lawai menarik perhatian Patih Logender dari kerajaan
Singasari. Kedatangan Patih Logender beserta pengikutnya disambut baik oleh Jubair Demong
Irawan 1. Bahkan Patih Logender diizinkan untuk tinggal di Kerajaan Sintang. Patih Logender
diangkat menjadi penasihat dan dinikahkan dengan putri Jubair Demong Irawan 1 yang bernama
Dara Juanti. Setelah Jubair Demong Irawan 1 meninggal pada tahun 1291 M, Dara Juanti naik
tahta menjadi ratu di Kerajaan Sintang, sedangkan Patih Logender tetap dijadikan penasihat ratu
(Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 26).
Setelah Dara Juanti meninggal, tidak ada kejelasan mengenai raja/ratu penganti. Namun,
sekitar tahun 1640 M terdapat raja bernama Abang Samad yang memerintah kerajaan Sintang.
Setelah Abang Samad turun tahta, berturut-turut posisi raja ditempati oleh Jubair II, Abang
Suruh, Abang Tembilang, Pangeran Agung (1640-1715 M), Pangeran Tunggal (1715-1725), dan
Raden Putra.
Proses masuknya budaya Islam ke Kalimantan Barat, termasuk ke Kerajaan Sintang,
diyakini melalui aliran Sungai Sambas, kemudian menyebar ke Singkawang, Mempawah, dan
Pontianak dengan menyusuri Sungai Kapuas. Selanjutnya, penyebaran dilakukan melalui Sungai
Landak, masuk ke daerah Tayan, Sintang, dan Nanga Pinoh. Dari daerah Sintang, dakwah Islam
menyusuri Sungai Kapuas sampai daerah Putusibau. Penyebaran ini berlangsung tahun 1500-
1800 M. Pengaruh Islam mulai masuk ke Kerajaan Sintang ketika kerajaan ini dipimpin oleh
Raden Purba. Kota Sintang zaman dahulu tidak pernah lepas dari pengaruh-pengaruh kerajaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yang ada. Raja Abang Tembilang atau Abang Pencin yang bergelar Pengeran Agung. Raja
Abang Pencin merupakan penguasa paling akhir Kerajaan Sintang. Kerajaan Sintang yang
menganut agama Hindu dan Aninisme, kemudian berduyun-duyun memeluk agama Islam
(Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30).
Sejak itu pemeluk agama Islam mulai memimpin Kesultanan Sintang. Setelah Raja
Abang Pencin wafat, putranya yang bernama Pengeran Tunggal dinobatkan sebagai Raja di
Kesultanan Sintang yang ke-28. Setelah wafatnya Pangeran Tunggal digantikan oleh Raden
Purba. Sebelum Raden Purba Meninggal, disebutkan bahwa Raden Purba telah memeluk agama
Islam. Raden Purba memerintah di Kerajaan Sintang sampai sekitar abad ke-18 bersamaan
dengan masuknya pengaruh Islam ke Kerajaan Sintang dan Kapus Hulu. Setelah Raden Purba
Meninggal, Tahta Kesultanan Sintang dipimpin oleh Adi Nata bergelar Sultan Nata Muhammad
Syamsuddin Sa‟adul Khairiwaddin. Sultan Nata merupakan putra dari Mangku Malik dan Nyai
Cilik (adik Pangeran Tunggal) (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30).
Pemerintahan Sultan Nata ditandai dengan berbagai macam perubahan yang sifatnya
mendasar. Pertama kali, mulai dibangunnya masjid yang terletak di ibu kota Kesultanan dengan
kapasitas 50 orang. Pada masa itu pula, wilayah kekuasaan Sintang Meluas hingga ke daerah
Ketungau Hilir dan Ketungau Hulu, daerah perbatasan Serawak, Kalimantan Tengah dan
Melawi. Perubahan paling signifikan adalah bergantinya bentuk kerajaan menjadi Kesultanan
dan penyusunan Undang-Undang Kesultanan. Undang-Undang Kesultanan Sintang tersebut
membuat tata kehidupan masyarakat Sintang dan adat istiadatnya berubah baik. Pergantian Raja,
kekalahan, dan kemenangan dalam perang juga ikut merangkai perjalanan sejarah panjang kota
Sintang (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Setelah bertahun-tahun lamanya Kesultanan Sintang berjalan damai sampai pada masa
Sultan Ade Noh. Pada Juli 1822 M, Kesultanan Sintang kedatangan rombongan dari Belanda
yang dipimpin oleh J.H. Tobias, yaitu seorang komisaris dari Kust Van Borneo. Sejarah Sintang
pun mulai bersentuhan dengan pihak Belanda. Maksud tujuan rombongan Belanda tersebut
adalah untuk mengatakan kerja sama dengan Kesultanan Sintang. Namun Sultan Ade Noh tidak
bersedia menemuai Tobias. Kemudian rombongan Belanda tersebut hanya ditemui oleh pejabat
Kesultanan yang bernama Mangkubumi. Pada misi pertama Belanda terhadap Kota Sintang pun
dikatakan gagal (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 88).
Setelah Sultan Ade Noh meninggal, posisinya digantikan oleh Gusti Muhammad Yasin
dengan gelar Pangeran Adipati Muhammad Djamaluddin. Di masa kekuasaan Pangeran Adipati
inilah datang rombongan Belanda yang kedua pada November 1822 yang dipimpin oleh Dj. Van
Dugen Gronovius dan Cf. Golman, serta Syarif Ahmad Alkadrie sebagai juru bicara (Syahzaman
& Hasanuddin, 2003: 88).
Pada misi kedua, kedatangan rombongan Belanda ini sukses menghasilkan beberapa
kesepakatan yang banyak menguntungkan pihak Belanda. Sehingga tidak heran jika dikemudian
hari Belanda leluasa melakukan berbagai intervensi terhadap Kesultanan Sintang. Kota Sintang
perlahan dikuasai oleh pihak Belanda (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 100).
Daerah Sintang pada masa pemerintahan Belanda (tahun 1936) merupakan daerah
Landschop di bawah naungan Pemerintahan Gouvernement. Daerah Landschop dipimpin oleh
seorang Controleur atau Gesagkekber. Daerah Landschop ini terbagi menjadi empat
onderafdeling. Empat onderafdeling tersebut, yakni Onderafdeling Sintang yang berkedudukan
di Sintang, Onderafdeling Melawi berkedudukan di Nanga Pinoh, Onderafdeling Semitau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
berkedudukan di Semitau, dan Onderafdeling Boven Kapuas berkedudukan di Putussibau (BPS
Kabupaten Sintang 2016: 28)
Daerah Kerajaan Sintang yang didirikan oleh Demang Irawan (Jubair 1) dijadikan daerah
Swapraja Sintang. Sementara Kerajaan Tanah Pinoh dijadikan Neo Swapraja Tanah Pinoh.
Pemerintah Landshop ini berakhir pada tahun 1942. Sejak pemerintah Landshop berakhir
Kesultanan Sintang terus dirongrong kewibawaannya oleh Belanda. Akan tetapi, Indonesia
berhasil berdiri dan mengusir Belanda dari Sintang. Setelah Belanda keluar, datanglah Jepang
untuk menguasai bumi pertiwi termasuk kota Sintang. Pemerintahan kota Sintang pun diambil
alih oleh Jepang (BPS Kabupaten Sintang 2016: 28).
Pada masa pemerintahan Jepang, struktur pemerintahan yang berlaku tidak mengalami
terlalu banyak perubahan. Perubahan yang terjadi hanyalah sebutan kepala pemerintahan yang
disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah saat itu. Kepala pemerintah disebutkan Ken
Karikan (semacam sebutan Bupati sekarang). Sementara wilayah disebut Bunken Karikan dan
setiap kecamatan diangkat Gunco (Kepala Daerah) (BPS Kabupaten Sintang 2016: 29).
Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak Indonesia,
kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti dengan Kabupaten
Sintang. Sementara Onderafdeling diganti dengan Kewedanan. Distric diganti dengan
Kecamatan. Demikian pula dengan jabatan Residen diganti dengan Bupati. Kepala Distric
diganti dengan Camat. Sementara pada waktu itu yang menjadi Bupati Sintang adalah Bapak L.
Toding (BPS Kabupaten Sintang 2016: 29).
Untuk merelisasikan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953, UU No. 25 Tahun 1956, dan
UU No. 4 Tahun 1956 tentang pembentukan DPRD dan DPR Peralihan, maka pada 27 Oktober
1956 dilaksanakan pelantikan Keanggotaan DPRD Peralihan Kabupaten Sintang. Selanjutnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sesuai Keppres No. 6 Tahun 1959 tepatnya 6 November 1959, maka azas dekonsentrasi dan
desentralisasi sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953 dihimpun kembali dalam satu
tangan Bupati Kepala Derah dibantu oleh Badan Pemerintahan Harian yang kemudian diatur
lebih lanjut dalam UU No. 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah (BPS
Kabupaten Sintang 2016: 30).
Selain itu, dengan instruksi Mendagri No. 3 Tahun 1966 tepatnya 1 Februari 1966
jalannya roda pemerintahan daerah di seluruh Indonesia mulai diarahkan dan disempurnakan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang dibagi menjadi 21 pemerintahan. Kecamatan
kemudian disesuaikan kembali setelah adanya Undang-Undang Republik Indonesia No. 43
Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melawi yang berasal dari sebagian wilayah
Kabupaten Sintang sehingga Kabupaten Sintang saat ini diklarifikasi menjadi 14 pemerintahan.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ambalau. Luas wilayak Kecamatan Ambalau sekitar 29,52
persen. Kabupaten Sintang luas masing-masing Kecamatan hanya berkisar 1-29 persen dari luas
Kabupaten Sintang (BPS Kabupaten Sintang 2016: 30).
2.3 Keadaan Geografis dan Iklim
2.3.1 Letak Geografis
Secara geografis wilayah Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Provinsi
Kalimantan Barat atau di antara 1°05' Lintang Utara dan 0°46' Lintang Selatan, 110°50' Bujur
Timur dan 113°20' Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Sintang di sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Serawak (Malaysia Timur) dan Kabupaten Kapuas Hulu. Sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Kapus Hulu dan Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sekadau. Sedangkan sebelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
selatan berbatasan dengan Kabupaten Melawi, Kabupaten Ketapang, dan Provinsi Kalimantan
Tengah.
Kabupaten Sintang merupakan Kabupaten yang memiliki luas wilayah ketiga terbesar
di Provinsi Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Luas
wilayah Kabupaten Sintang yaitu 21.386 km. Wilayah terluas terdapat di Kecamatan Ambalau
yaitu 6.386,40 km atau sebesar 29,52 persen. Sedangkan Kecamatan Sintang merupakan
Kecamatan yang terkecil luas wilayahnya yaitu 277.05 km atau hanya sekitar 1,28 persen.
Wilayah Kabupaten Sintang dialiri dua sungai besar, yaitu Sungai Kapuas dan Sungai
Melawi, serta dua sungai kecil yaitu Sungai Ketungau dan Sungai Kayan.. Sungai Kapuas
melewati Kecamatan Ketungau Hilir, Kelam Permai, Binjai Hulu, Sintang, Tempunak sampai
Sepauk. Sementara Sungai Melawi melewati kota Sintang, Dedai, Sampai Ambalau. Sementara
Sungai Ketungau merupakan anak dari Sungai Kapuas. Sungai Ketungau melewati Ketungau
Hulu, Ketungau Tengah, dan Ketungau Hilir. Sedangkan Sungai Kayan merupak anak Sungai
Melawi. Sungai Kayan melawati Kayan Hulu sampai Kayan Hilir.
Wilayah Kabupaten Sintang dengan luas 3,23 juta Ha merupakan salah satu kabupaten
yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas, yaitu sekitar 21,99 persen dari luas kawasan
hutan Provinsi Kalimantan Barat. Pemanfaatan terbesar untuk hutan produksi terbatas (31,15
persen), yang lainnya sebesar 30,69 persen untuk pertanian lahan kering, sebesar 21,30 persen
untuk hutan lindung dan sisanya untuk hutan produksi biasa, taman nasional dan hutan produksi
yang dapat dikonversikan.
Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang terdiri dari tanah
latasol meliputi areal seluas 1,02 juta hektar atau sekitar 46,99 persen dari luas daerah yaitu 2,16
juta. Selanjutnya tanah podosolit sekitar 0,93 juta hektar atau 42,89 persen yang terhampar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
hamper di seluruh Kecamatan. Sedangkan jenis tanah yang paling sedikit ditemui di Kabupaten
Sintang yaitu jenis tanah organosol hanya sekitar 0,05 juta hektar atau sebesar 2,08 persen.
Kabupaten Sintang memiliki potensi alam yang dapat dijadikan objek wisata. Namun,
hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan, masyarakat di
luar wilayah Kabupaten Sintang masih banyak yang belum mengetahui potensi alam tersebut.
Potensi alam tersebut berupa air terjun sebanyak 19 air terjun yang tersebar di lima kecamatan.
Kelima Kecamatan tersebut, yaitu Sepauk, Kayan Hulu, Ambalau, Ketungau Tengah, dan
Ketungau Hulu. Kabupaten Sintang juga memiliki 4 gunung yang terdapat di Kecamatan
Serawai dan Kecamatan Ambalau.
Tabel 1. Batas Wilayah Kabupaten Sintang
Utara Kabupaten Serawak (Malaysia Timur) dan Kabupaten Kapuas Hulu
Timur Kabupaten Kapus Hulu dan Provinsi Kalimantan Tengah
Barat Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sekadau
Selatan Kabupaten Melawi, Kabupaten Ketapang, dan Provinsi Kalimantan
Tengah.
2.3.2 Keadaan Iklim
Kabupaten Sintang dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas yang tinggi. Hal
tersebut dikarenakan Kabupaten Sintang sebagian besar wilayahnya merupakan perbukitan.
Wilayah perbukitan itu sekitar 53,50 persen. Sepanjang tahun 2016 jumlah curah hujan di
Kabupaten Sintang sebesar 3773.4 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada Januari, yaitu 298.3
mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 24 hari dalam satu bulan. Sedangkan curah hujan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
terendah pada Agustus, yaitu 13 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 13 hari. Menurut
Stasiun Meteorologi Susilo Sintang, intensitas curah hujan yang tinggi dipengaruhi oleh keadaan
daerah yang berhutan tropis dan disertai kelembaban udara yang cukup tinggi.
Intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angina. Faktor angin ini
sangat mempengaruhi kegiataan penerbangan dan kegiataan-kegiatan lainnya. Kecepatan angina
maksimum terbesar sepanjang tahun 2016 terjadi pada Oktober, yaitu 25 knots/jam. Sementara
kecepatan angin terendah pada Mei, yaitu 10 knots/jam. Sedangkan kecepatan angina rata-rata
terjadi sepanjang tahun 2017, berkisar antara 6,1 hingga 8,5 knots/jam.
Pada tahun 2016, rata-rata temperatur udara di Kabupaten Sintang setiap bulan berkisar
antara 26,7 Derajat Celcius sampai dengan 28,1 Derajat Celcius. Temperature udara terendah
sebesar 20,4 Derajat Celcius pada Februari. Sementara temperature udara tertinggi sebesar 23,2
Derajat Celcius, yaitu pada Januari. Penyinaran matahari dicatat dari Stasiun Meteorologi
Sintang, yaitu berkisar antara 40,5 persen-76,5 persen. Jika dilihat dari rata-rata lemban nisbi,
sepanjang tahun 2016 November merupakan bulan yang mempunyai lembab nisbi terbesar, yaitu
89,8. Sedangkan bulan dengan lembab nisbi terkecil adalah pada Agustus, dengan lembab nisbi
sebesar 85. Beralih pada rata-rata tekanan udara sepanjang tahun 2016 hampir setiap bulan
besarnya sama, yaitu berkisar 1009,5 hingga 1011,5 Milibar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Sintang
Sumber: BPS Kabupaten Sintang
2.4 Penduduk
2.4.1 Penduduk dan Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2016, penduduk Kabupaten Sintang berjumlah
402.212, dengan rata-rata jumlah penduduk per desa atau per kelurahan sebanyak 988 jiwa. Jika
dibandingkan dengan hasil proyeksi, jumlah penduduk mengalami peningkatan. Kepadatan
penduduk Kabupaten Sintang adalah 19 penduduk per km2. Kepadatan seperti tersebut akan
menyebabkan daerah Kabupaten Sintang dikatakan mempunyai penduduk yang masih jarang.
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sintang selama kurun waktu 2010-2016 tercatat
rata-rata 1,64 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
penduduk pada tahun sebelumnya (2010-2015) yang besarnya rata-rata 1,68 persen per tahun.
Penyebaran penduduk Kabupaten Sintang tidak merata antar kecamatan yang satu dengan
kecamatan lainnya. Kecamatan Sintang memiliki jumlah penduduk tertinggi, yaitu 72.513 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk 3,4 persen selama kurun waktu 2010-2016. Laju pertumbuhan
penduduk posisi kedua, yaitu Kecamatan Sepauk dengan jumlah penduduk 51.089 jiwa.
Sementara laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2010-2016 sebesar 1,6 persen. Laju
pertumbuhan penduduk urutan ketiga adalah Kecamatan Sungai Tebelian jumlah penduduk
31.343 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,2 persen selama 2010-2016.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Jenis Kelamin 2016
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Serawai 11.963 11.416 23.379
2. Ambalau 6.908 6556 13.464
3. Kayan Hulu 11.660 11.560 23.220
4. Sepauk 26.456 24.633 51.089
5. Tempunak 15.151 13.872 29.023
6. Sungai 16.288 15.055 31.343
7. Sintang 36.737 35.776 72.513
8. Dedai 15.208 14.324 29.532
9. Kayan Hilir 13.495 12.464 25.959
10. Kelam Permai 8.354 7.915 16.269
11. Binjai Hulu 6.505 6.701 12.576
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
12. Ketungau Hilir 11.425 10.690 22.115
13. Ketungau 15.015 14.533 30.048
14. Ketungau Hulu 11.306 10.376 21.682
Jumlah 206.971 195.241 402.212
Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016
2.5 Mata Pencarian
Mata pencarian penduduk Kabupaten Sintang adalah bergerak pada sektor
pertanian,perkebunan, perternakan, perikanan, dan perdagangan. Hal ini dapat dibuktikan dari
luas wilayah dan jumlah produksi masing-masing sektor di Kabupaten Sintang sebagaimana
ditunjukan pada tabel 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
Tabel 3. Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan Produksi Padi (Sawah+Ladang)
Kabupaten Sintang 2016
No Kecamatan Luas Panen
(ha)
Rata-Rata
Produksi
(kw/ha)
Produksi
(ton)
1 Serawai 2.752 8.88 2.444
2 Ambalau 2.225 12.95 2.881
3 Kayan Hulu 2.171 17.05 3.703
4 Sepauk 2.251 32.23 10.480
5 Tempunak 2.189 31.73 6.946
6 Sungai 1.549 26.91 4.168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
7 Sintang 373 22.46 837
8 Dedai 4.016 13.92 5.592
9 Kayan Hilir 3.778 21.54 8.140
10 Kelam Permai 3.051 27.95 8.528
11 Binjai Hulu 708 20.73 1.468
12 Ketungau Hilir 2.135 21.63 4.617
13 Ketungau 5.868 20.5 12.031
14 Ketungau Hulu 1.269 20.2 2.563
Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016
Tabel 4. Petani, Luas Tanaman, dan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten
Sintang 2016
No. Jenis Tanaman Petani
(kk)
Luas Tanaman
(ha)
Produksi
(ton)
1 Karet 46.938 93.113 38,880
2 Kelapa Dalam 1.378 708 144
3 Kelapa Hibrida 1.310 844 211
4 Kelapa Sawit 12.362 163.028 231,913
5 Lada 2.565 902 405
6 Kakao 299 125 8
7 Kapok/Randu 1.035 218 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
8 Aren 1.245 376 35
9 Pinang 1.340 259 52
10 Cengkeh - - -
11 Tebu - - -
12 Kopi 1.093 350 97
Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016
Tabel 5. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sintang 2016
No Kecamatan Ternak Besar Ternak Kecil
Sapi Kerbau Babi Kambing
1 Serawai 499 - 6.674 162
2 Ambalau 188 - 1.878 180
3 Kayan Hulu 269 - 3.775 83
4 Sepauk 1.078 42 9.627 424
5 Tempunak 887 34 4.433 284
6 Sungai Tebelian 1.194 - 8.804 635
7 Sintang 456 - 2.135 158
8 Dedai 1.046 15 4.989 356
9 Kayan Hilir 191 4 2.917 55
10 Kelam Permai 212 - 8.631 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
11 Binjai Hulu 1.026 35 7.325 388
12 Ketungau Hilir 177 32 7.325 388
13 Ketungau Tengah 127 - 8.687 90
14 Ketungau Hulu 122 - 5.618 180
Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016
Tabel 6. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Unggas di Kabupaten Sintang
2016
No Kecamatan Ayam Ras Ayam Buras Itik
1 Serawai 43.593 27.880 185
2 Ambalau - 15.100 160
3 Kayan Hulu 67.388 18.740 84
4 Sepauk 272.063 100.450 423
5 Tempunak 131.783 36.150 185
6 Sungai Tebelian 1.386.546 93.448 275
7 Sintang 292.384 12.130 613
8 Dedai 170.844 27.778 395
9 Kayan Hilir 90.997 22.225 130
10 Kelam Permai 280.663 34.551 253
11 Binjai Hulu 129.515 36.157 265
12 Ketungau Hilir 85.655 22.630 282
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
13 Ketungau Tengah 62.950 16.620 253
14 Ketungau Hulu 72.059 14.815 80
Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016
Tabel 7. Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Sintang
2004-2016
No Tahun Perairan Umum Budidaya Jumlah
1 2004 229.769.23 96.889.353 426.658.563
2 2005 261.857.003 196.889.353 456.658.563
3 2006 160.304.003 19.523.003 355.534.003
4 2007 160.415.003 274.301.803 434.716.803
5 2008 195.113.003 309.961.733 505.074.733
6 2009 137.617.903 296.824.703 433.992.603
7 2010 127.196.003 263.873.903 391.069.903
8 2011 15.540.003 257.66.703 413.016.703
9 2012 170.669.303 259.054.803 429.724.103
10 2013 204.288.303 285.656.003 489.944.303
11 2014 20.383.203 372.668.003 57.650.003
12 2015 222.738.503 372.668.003 595.406.503
13 2016 258.695.903 296.043.883 554.739.783
Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel 8. Jumlah Pedagang Berdasarkan Data Pengurusan SIUP di Kabupaten Sintang
2014-2016
No Kecamatan 2014 2015 2016
1 Serawai 14 7 7
2 Ambalau 2 - -
3 Kayan Hulu 8 1 1
4 Sepauk 75 18 18
5 Tempunak 30 6 6
6 Sungai Tebelian 72 16 16
7 Sintang 541 167 167
8 Dedai 65 13 13
9 Kayan Hilir 28 4 4
10 Kelam Permai 50 6 6
11 Binjai Hulu 47 5 5
12 Ketungau Hilir 7 4 4
13 Ketungau Tengah 17 1 1
14 Ketungau Hulu 4 21 21
Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 9. Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenis di Kabupaten Sintang 2012-
2016
No Bentuk Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016
1 Pasar/Market 30 30 29 30 31
2 Kios 965 965 944 722 712
Jumlah 995 995 973 752 743
Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016
2.6 Pendidikan
Jumlah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sintang pada 2016/2017 adalah sebanyak 428
sekolah. Sedangkan jumlah bermurid 60.279 siswa dan 3.539 guru. Rasio murid terhadap guru
untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah 17,03 yang artinya satu guru mendampingi 17-18
murid. Angka ini meningkat dari tahu lalu, yakni 15.86.
Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), jumlah sekolah tahun ajaran 2016/2017
adalah 131 sekolah. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun ajaran 2015/2016, yaitu 127
sekolah. Jumlah guru untuk jenjang menengah pertama,yakni 1.261 guru, sedangkan jumlah
siswa pada tahun ajaran 2016/2017 yaitu, 21.043 siswa. Adapun rasio murid terhadap guru
Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun ajaran 206/2017 adalah 16,69 dimana satu guru
mendampingi 16.17 murid.
Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) jumlah sekolah tahun ajaran 2016/2017 adalah 50
sekolah. Jumlah guru 845 orang dan jumlah murid 13.678 siswa. Adapun rasio murid terhadap
guru, yaitu 16,19 tahun ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tahun ajaran 2016/2017, di Kabupaten Sintang terdapat enam Perguruan tinggi. Keenam
Perguruan Tinggi tersebut, yakni Universitas Kapuas, Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan
(STKIP), Akademi Perawat (AKPER), Sekolah Tinggi Theologi Khatulistiwa (STTK), Sekolah
Tinggi Agama Islam Ma‟arif (STAIMA), dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Kapuas
Raya.
Tabel 10. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Menurut Tingkat
Pendidikan di Kabupaten Sintang 2016
No. Tingkat Pendidikan Sekolah Guru Murid Rasio
1 Taman Kanak-Kanak 90 296 4.898 54,42
2 SD 248 3.539 60.729 17,03
3 SMP 131 1.261 21.043 16,69
4 SLTA 50 845 13.678 16,19
Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016
\
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel 11. Jumlah Universitas, Mahasisawa, dan Tenaga Edukatif di Kabupaten
Sintang 2016
No Jumlah Universitas Mahasiswa Tenaga Edukatif
1 6 7.531 292
Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016
2.7 Keadaan Budaya dan Tradisi
Masyarakat Sintang adalah masyarakat yang kaya akan budaya dan tradisi yang
diwariskan nenek moyang secara turun temurun. Masyarakat sintang terkenal dengan banyak
tradisi yang dilakukan untuk membangun solidaritas dan keharomonisan masyarakat. Ada
beberapa tradisi yang dilakukan masyarakat Sintang antara lain:
2.7.1 Tari Dara Juanti
Tarian Dara Juanti merupakan tarian kolosal yang diangkat dari sejarah Kerajaan Sintang.
Tarian Dara Juanti menceritakan seorang putri raja yang dipingit ketika memasuki usia remaja.
Putri raja tersebut bernama Putri Dara Juanti. Putri Dara Juanti adalah sosok seorang putri yang
cantik jelita dan lembut tutur katanya serta santun budi pekertinya. Hal ini yang membuat
dayang-dayang saling berebutanuntuk menghibur putri ketika berada dalam pingitan. Namun,
sebelum masa pingitan selesai dijalani sang putri harus keluar dari kamarnya. Hal ini
dikarenakan, sang ayahnya meninggal dunia. Sedangkan sang kakak suda pergi merantau ke
tanah Jawa. Sementara pemerintahan Kerajaan Sintang dipimpin oleh Putri Dara Juanti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2.7.2 Tradisi Bepasung
Tradisi Bepasung dapat diartikan merangket atau memikat sesuatu agar yang diikat
menjadi tidak berdaya. Ritual Bepasung kerap dilakukan oleh masyarakat Dayak Seberuang
yang tergolong Ibanic Group. Tradisi Bepasung dipercaya masyarakat Dayak Seberuang untuk
mengancam roh yang bersemayam di pohon-pohon besar. Pohon besar seperti pohon kiara yang
telah tua.
2.7.3 Gawai Dayak
Gawai Dayak dapat diartikan sebagai salah satu pesta ucapan terimakasih kepada Sang
Pencipta „jubata‟ atas panen padi yang melimpah. Selain itu, Gawai Dayak dipercaya dapat
melambangkan persatuan, aspirasi identitas kemakmuran, serta memperkenalkan bahwa
masyarakat Dayak memiliki andil dalam mempersatukan bangsa Indonesia. Gawai Dayak ini
adalah suatu atraksi suku Dayak asli pada saat karnaval keliling kota, ritual, pameran, fashion
show, kontes Bujang Dara dan ukiran kayu.
2.7.4 Pentik
Pentik merupakan patung yang terbuat dari kayu yang dipuja sebagai symbol Petara
(Dewa). Pentik juga sering dibuat sebagai wakil dari manusia, yaitu korban ketika terjadi
serangan dari arwah setan. Jenis Pentik ini dipasang di luar desa disertai sesaji yang biasa di
letakkan di sekitarnya. Pentik dipercaya masyarakat Dayak Seberuang sebagai penghalang hantu
yang akan masuk ke desa dan menganggu manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.7.5 Seni Tato
Tato bagi suku Dayak merupakan suatu hal yang sangat penting baik laki-laki maupun
perempuan. Tato dilakukan sejak manusia menginjak dewasa atau pada awal masa pubertas satu
tahun atau lebih. Menurut Nieuwenthuis (1994: 106) seni tato adalah seni menghias tubuh,
walaupun ada pengecualian dan mempunyai hubungan dengan kepercayaan keagamaan, sama
seperti banyak hal lain dalam kehidupan manusia.
Tujuan dari seni tato/seni menghias tubuh adalah untuk mempertahankan keturunan.
Masyarakat suku Dayak percaya inisial pada tato memiliki nilai simbolik. Nilai simbolik itu
berupa pengetahuan bahwa dari mana mereka berasal atau di turunkan.
2.8 Keadaan Bahasa
Bahasa yang digunakan masyarakat suka Dayak Seberuang di Kabupaten Sintang adalah
bahasa Dayak Seberuang. Bahasa Dayak Seberuang merupakan bahasa Dayak dari rumpun Iban
yang terdapat di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Bahasa Dayak Seberuang digunakan
sebagian besar masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Sepauk, Sintang dan Kecamatan
Tempunak Sintang. Bahasa Dayak Seberuang sangat umum digunakan dalam berkomunikasi
sehari-hari.
Dalam cerita/tradisi bahasa Dayak Seberuang digunakan gaya dan bentuk bervariasi
sesuai kondisi cerita/tradisi lisan yang bersangkutan. Penggunaan bahasa Dayak Seberuang
dibagi dua jenis, yakni bahasa Dayak Seberuang Informal dan bahasa Dayak Seberuang Formal.
Bahasa Dayak Seberuang informal digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, bahasa
Dayak Seberuang formal lebih umum digunakan pada saat upacara adat dan perdukunan. Bahasa
Dayak Seberuang yang digunakan dalam sastra lisan dituturkan mengikuti pola dan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tersendiri. Pola dan gaya tersendiri seperti pengulangan kata, frase, dan kalimat yang frekuensi
nada tinggi.
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari, ada suatu ciri khas yang mudah dimengerti oleh
orang-orang di luar pemakai bahasa Dayak Seberuang. Ciri-ciri itu adalah adanya pemakaian
kata ai di hampir di setiap katanya meskipun tidak semua. Salah satu contoh pemakaian kata ai
yang terdapat diujung kata, jalan menjadi „jalai‟, panjang menjadi ‘panjai’, dan makan menjadi
‘makai’.
Selain ciri khas tersebut, dalam bahasa Dayak Seberuang juga ditemukan tingkatan-
tingkatan dalam penggunaan bahasa. Tingkatan-tingkatan tersebut dapat kita lihat pada saat
berbicara dengan seseorang. Ada kalanya seseorang harus menggunakan kata/bahasa halus,
seperti hendak berbicara dengan orang yang lebih tua atau seseorang yang belum di kenal.
Contoh kata nuan yang artinya kamu, dipakai untuk berbicara dengan orang yang dihormati,
seperti kepada orang tua, kepala adat, dan tuan rumah. Namun, apabila ingin berbicara dengan
kawan seusia atau orang yang lebih kecil dan sudah akrab cukup menggunakan kata dik/meh
yang artinya kamu.
Table 12. Contoh Penggunaan Bahasa Dayak Seberuang
No. Bahasa Dayak seberuang Bahasa Indonesia
1 Jalai Jalan
2 Panjai Panjang
3 Makai Makan
4 Dik Kamu perempuan
5 Meh Kamu laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
JENIS PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI
SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG,
KALIMANTAN BARAT
3.5 Pengantar
Dalam bab ini dibahas jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat. Jenis-jenis pengulangan tersebut meliputi (1)
pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3) pengulangan dengan variasi fonem, (4)
pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, (5) pengulangan progresif, dan (6)
pengulangan regresif.
3.2 Pengulangan Seluruh
Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar (Baryadi, 2011 : 48).
Berikut ini terdapat pengulangan seluruh dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,
Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat :
(15) Manuk-manuk yak naitau dipaluk
‘Ayam-ayam itu tidak boleh dipukul‟
(16) Antik dik ulang taun, nang kelupa makai-makai bah
„Jika kamu ulang tahun, jangan lupa makan-makan ya‟
(17) Pegawai-pegawai yak diangkat antik ujan
‘Pakaian-pakaian diangkat jika hujan‟
(18) Mayuh langkau-langkau kebakah
„Banyak rumah-rumah kebakaran‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(19) Pakuk-pakuk yak nyaman nar
‘Sayur-sayur itu sangat enak‟
Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (15), yakni manuk-manuk „ayam-ayam‟
merupakan pengulangan seluruh. Kata manuk-manuk dibentuk dari bentuk dasar manuk „ayam‟
yang kemudian mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasarnya menjadi manuk-manuk.
Pada kalimat (16) terdapat pengulangan kata makai-makai „makan-makan‟. Pengulangan ini
dibentuk dari bentuk dasar makai „makan‟ yang juga mengalami proses pengulangan seluruh
bentuk dasarnya menjadi makai-makai.
Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (17), yakni pegawai-pegawai „pakaian-
pakaian‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pegawai-pegawai dibentuk dari bentuk dasarnya
pegawai „pakaian‟ kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi pegawai-pegawai.
Pada kalimat (18) terdapat pengulangan kata langkau-langkau „rumah-rumah‟. Pengulangan ini
dibentuk dari bentuk dasarnya langkau „rumah‟ yang juga mengalami proses pengulangan
seluruh bentuk dasarnya menjadi langkau-langkau. Pengulangan kata pada kalimat (19), yakni
pakuk-pakuk „sayur-sayur‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pakuk-pakuk dibentuk dari
bentuk dasarnya pakuk „sayur‟ yang kemudian mengalami proses pengulangan kata menjadi
pakuk-pakuk.
Pengulangan seluruh juga tampak pada pengulangan kata tanya dan kata ganti seperti
kalimat berikut ini:
(20) Nama-nama ti dipulah mih?
‘Apa-apa saja yang kamu lakukan?‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(21) Sapa-sapa ti datai ari tuk?
‘Siapa-siapa saja yang datang hari ini?‟
(22) Kini-kini mih ari minggu?
‘Kemana-kemana sajakah kamu hari minggu?‟
(23) Yak-yak nakah ti mih pulah?
‘Itu-itu sajakah yang kamu kerjakan?‟
(24) Tuk-tuk nakah tidipilih?
„Ini-ini sajakah yang dipilih?‟
Pada kalimat (20) terdapat pengulangan seluruh, yakni nama-nama „apa-apa‟.
Pengulangan nama-nama dibentuk dari bentuk dasarnya nama „apa‟ kemudian mengalami proses
pengulangan menjadi nama-nama. Pengulangan kata sapa-sapa „siapa-siapa‟ yang terdapat pada
kalimat (21) juga termasuk pengulangan seluruh. Pengulangan kata sapa-sapa „siapa-siapa‟
dibentuk dari bentuk dasar sapa „siapa‟ . Pengulangan kata kini-kini „kemana-kemana‟ yang
terdapat pada kalimat (22) juga termasuk pengulangan seluruh. Pengulangan kata kini-kini
„kemana-kemana dibentuk dari bentuk dasarnya kini „kemana‟.
Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (23), yakni yak-yak „itu-itu‟ merupakan
pengulangan seluruh. Kata yak-yak „itu-itu‟ dibentuk dari bentuk dasarnya yak „itu‟ kemudian
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasarnya menjadi yak-yak. Pada kalimat (24)
terdapat pengulangan kata tuk-tuk „ini-ini‟. Pengulangan ini dibentuk dari bentuk dasarnya tuk
„ini‟ yang kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi tuk-tuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.3 Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian bentuk dasarnya (Baryadi, 2011:
48). Dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat,
pengulangan sebagian terdiri atas awalan be-, te- dan ti-. Awalan be dalam bahasa Dayak
Seberuang sama dengan awalan ber- dalam bahasa Indonesia. Sedangkan awalan te- dalam
bahasa Dayak Seberuang sama dengan awalan ter-(berulangkali) dalam bahasa Indonesia dan
awalan ti- dalam bahasa Dayak Seberuang sama dengan awalan ter- dalam bahasa Indonesia.
Pengulangan sebagian sama dengan pengulangan progresif dalam bahasa Dayak seberuang
karena semua bentuk dasarnya diulang ke arah kanan.
3.3.1 Pengulangan Sebagian dengan Awalan be-
Berikut ini pengulangan sebagian dengan awalan be- yang terdapat dalam bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat:
(25) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu
„Kakek berjalan-jalan setiap hari minggu‟
(26) Menyadikku beguang-guang ngejah umak
„Saudaraku berlari-lari mengejar mama‟
(27) Menyadikku belagak-lagak di depan cermin
„Saudaraku bergaya-gaya di depan cermin‟
(28) Apak bepangkak-pangkak ngau adekku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
„Ayah berbincang-bincang dengan adikku‟
(29) Motoh Sinta begamak-gamak ngau meja
„Motor Sinta bersenggolan dengan meja‟
Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (25), yakni bejalai-jalai „berjalan-jalan‟
dibentuk dari bentuk dasarnya bejalai „berjalan‟ dan berasal dari bentuk asal jalai „jalan‟,
kemudian mengalami proses pengulangan menjadi bejalai-jalai „berjalan-jalan‟. Pengulangan
kata beguang-guang pada kalimat (26) dibentuk dari bentuk dasar beguang „berlari‟ dan berasal
dari bentuk asal guang „lari‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi beguang-guang
„berlari-lari‟.
Pada kalimat (27) terdapat pengulangan belagak-lagak „bergaya-gaya dibentuk dari
bentuk dasarnya belagak „bergaya‟ dan berasal dari bentuk asalnya lagak „ gaya‟, kemudian
mengalami proses pengulangan menjadi belayak-lagak „bergaya-gaya‟. Pengulangan kata yang
terdapat pada kalimat (28), yakni bepangkak-pangkak „berbincang-bincang‟ dibentuk dari bentuk
dasarnya bepangkak „berbincang‟ dan berasal dari bentuk asalnya pangkak „bincang‟, kemudian
mengalami proses pengulangan menjadi bepangkak-pangkak „berbincang-bincang‟. Pada kalimat
(29) terdapat pengulangan begamak-gamak „bersentuh-sentuh‟ dibentuk dari bentuk dasarnya
begamak „bersenggol‟ dan berasal dari bentuk asalnya gamak „senggol‟, kemudian mengalami
proses pengulangan menjadi begamak-gamak „bersenggolan‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.3.2 Pengulangan Sebagian dengan Awalan Te-
Berikut ini pengulangan sebagian dengan awalan te- (ter-(beruangkali)) yang terdapat
dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat:
(30) Ibok tadik tejatuk-jatuk dari motoh
„Bibi tadi berulang kali terjatuh dari motor‟
(31) Nuan tekejut-kejut ninga behita yak
„Kamu berulang kali terkejut mendengar berita itu‟
3.3.3 Pengulangan Sebagian dengan Awalan ti-
Berikut ini pengulangan sebagian dengan awalan ti- dalam bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat:
(32) Aku ining makai utai timanis-manis
„Aku ingin makan sesuatu yang termanis’
(33) Nemiak yak tinumut-numut nar benyanyi
„Anak kecil itu terpandai bernyanyi‟
(34) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng
„Kelompok satu pria terganteng’
Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (30), yakni tejatuk-jatuk „berulangkali
terjatuh‟ dibentuk dari bentuk dasarnya tejatuk „terjatuh‟ dari bentuk asalnya jatuk „jatuh‟,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tejatuk-jatuk „berulang kali terjatuh‟.
Pengulanagan kata tekejut-kejut „berulang kali terkejut‟ pada kalimat (31) dibentuk dari bentuk
dasar tekejut „terkejut‟ dan bentuk asalnya kejut ‘ terperanjat‟, kemudian mengalami proses
pengulangan menjadi tekejut-kejut „berulang kali terkejut‟. Pengulangan kata yang terdapat pada
kalimat (32), yakni timanis-manis „termanis‟ dibentuk dari bentuk dasarnya timanis „termanis‟
dari bentuk asalnya manis „manis‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi timanis-
manis „termanis‟.
Pada kalimat (33) terdapat pengulangan tinumut-numut „terpandai‟ dibentuk dari bentuk
dasar tinumut „terpandai‟ dan bentuk asalnya numut „pandai‟, kemudian mengalami proses
pengulangan menjadi tinumut-numut „terpandai‟. Pengulangan kata tiganteng-ganteng yang
terdapat pada kalimat (34) dibentuk dari bentuk dasar tiganteng „terganteng‟ dan bentuk asalnya
ganteng „tampan‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tiganteng-ganteng
„terganteng‟.
3.4 Pengulangan dengan Variasi Fonem
Pengulangan dengan variasi fonem adalah pengulangan bentuk dasar dengan mengubah
fonem ( Baryadi, 2011 : 48). Pengulangan dengan variasi fonem dapat terjadi dengan dua cara,
yaitu dengan variasi fonem berupa vokal dan variasi fonem berupa konsonan.
Berikut pengulangan dengan variasi fonem yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang :
(35) Mensia yak saja bulak-bulik nai tentu rudu
„Manusia itu bolak-balik tidak jelas‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
(36) Nang cuhat-cuhit bukuk yak
„Jangan corat-coret buku itu‟
(37) Pilih na kin ke kamah-lamah ni ti dikak
„Pilih saja yang mana kamar-kamar yang kamu mau‟
Pengulangan kata bulak-bulik pada kalimat (35) dan cuhat-cuhit pada kalimat (36)
merupakan pengulangan dengan variasi fonem vokal. Pengulangan kata bulak-bulik „bolak-balik‟
pada kalimat (35) dibentuk dari bentuk dasar bulik „balik‟ Kata bulik mengalami variasi vokal
dari fonem /a/ menjadi /i/ sehingga menjadi bulak-bulik. Pengulangan kata cuhat-cuhit „corat-
coret‟ pada kalimat (36) dibentuk dari bentuk dasar cuhit „coret‟. Kata cuhit mengalami variasi
vokal dari fonem /a/ menjadi /i/ sehingga menjadi cuhat-cuhit. Selain itu, pada kalimat (37)
terdapat juga pengulangan dengan variasi fonem konsonan, yakni kamah-lamah „banyak kamar‟.
Pengulangan kamah-lamah dibentuk dari bentuk dasar kamah „kamar‟ Kata kamah kemudian
mengalami proses pengulangan dengan variasi fonem konsonan dari fonem /k/ menjadi fonem /l/
sehingga menjadi kamah-lamah.
2.11 Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pengimbuhan
Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan adalah pengulangan yang
bersamaan dengan pengimbuhan ( Baryadi, 2011 : 48). Imbuhan yang terdapat dalam bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang adalah imbuhan - bah yang sama dengan imbuhan - lah dalam
bahasa Indonesia. Dalam bahasa Dayak Seberuang hanya terdapat satu imbuhan, yaitu –bah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Berikut pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan –bah dalam bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang:
(38) Aok-aokbah aku ningga
„Iya-iyalah saya dengar‟
(39) Nang-nangbah nuan medak
„Jangan-nanglah kamu lihat‟
(40) Amik-amikbah ruti yak
„Ambil-ambillah roti itu‟
Pada kalimat (38) terdapat pengulangan kata, yakni aok-aokbah „iya-iyalah‟. Pengulangan
kata aok-aokbah merupakan pengulangan dengan kombinasi imbuhan –bah „-lah‟. Kata aok-
aokbah dibentuk dari bentuk dasar aok „iya‟ kemudian mengalami proses pengulangan aok-
aokbah „iya-iyalah‟. Kata nang-nangbah „jangan-janganlah‟ yang terdapat pada kalimat (39)
merupakan pengulangan dengan kombinasi imbuhan –bah „-lah‟. Kata nang-nanglah dibentuk
dari bentuk dasar nang „jangan‟ kemudian mengalami proses pengulangan nang-nangbah
„jangan-janganlah‟. Kata amik-amikbah „ambil-ambillah‟ yang terdapat pada kalimat (40)
merupakan pengulangan dengan kombinasi imbuhan –bah „-lah‟. Kata ambik-ambikbah dibentuk
dari bentuk dasar ambik „ambil‟ kemudian mengalami proses pengulangan ambik-ambikbah
„ambil-ambillah‟.
Selain itu, pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan juga terdapat pada kalimat
berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
(41) Makai-makaibah pakuk yak
„makan-makanlah sayur itu‟
(42) bejalai-bejalaibah kituk
„berjalan-berjalanlah ke sini‟
(43) Buh-buhbah kin
„ayo-ayolah ke sana‟
Pada kalimat (41) terdapat pengulangan kata, yakni makai-makaibah „makan-makanlah‟.
Pengulangan kata makai-makaibah merupakan pengulangan yang berkombinasi dengan imbuhan
–bah „-lah‟. Kata makai-makaibah dibentuk dari bentuk dasar makai „makan‟ kemudian
mengalami pengulangan makai-makaibah „makan-makanlah‟. Kata bejalai-bejalaibah „berjalan-
berjalanlah‟ yang terdapat pada kalimat (42) merupakan pengulangan yang berkombinasi dengan
imbuhan –bah „-lah‟. Kata makai-makaibah dibentuk dari bentuk dasar makai „makan‟ kemudian
mengalami pengulangan makai-makaibah „makan-makanlah‟. Pada kalimat (43) terdapat
pengulangan kata, yakni buh-buhbah „ayo-ayolah‟. Buh-buhbah merupakan pengulangan yang
berkombinasi dengan imbuhan –bah „-lah‟. Buh-buhbah dibentuk dari bentuk dasar buh „ayo‟
kemudian mengalami pengulangan buh-buhbah „ayo-ayolah‟.
3.6 Pengulangan Progresif
Pengulangan progresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kanan (Baryadi, 2011 :
48). Berikut ini pengulangan progresif dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang:
(44) Nemiak yak bejugit-jugit di langkau julak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
„Anak kecil itu bergoyong-goyang di rumah bibik‟
(45) Baju aku tebinsak-binsak
„Baju milikku tercabik-cabik’
Pada kalimat (44) terdapat pengulangan kata, yakni bejugit-jugit „bergoyang-goyang‟.
Pengulangan kata bejugit-jugit „bergoyang-goyang‟ merupakan pengulangan progresif.
Pengulangan kata bejugit-jugit dibentuk dari bentuk dasar jugit „goyang‟ dan bentuk asal bejugit,
kemudian mengalami proses pengulangann menjadi bejugit-jugit „bergoyang-goyang‟.
Pada kalimat (45) terdapat pengulangan kata, yakni tebinsak-binsak „tercabik-cabik‟.
Pengulangan kata tebinsak-binsak „tercabik-cabik‟ merupakan pengulangan progresif.
Pengulangan kata tebinsak-binsak dibentuk dari bentuk dasar binsak „cabik‟ dan bentuk asal
tebinsak, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tebinsak-binsak „tercabik-cabik‟.
Selain itu, pengulangan progresif juga terdapat pada kalimat berikut:
(46) Nemiak yak tebihak-bihak di celana
„anak kecil itu terbeol-beol di celana‟
(47) Nemiak yak tekemik-kemik di celana
„anak kecil itu terkencing-kencing di celana‟
(48) Baju urang yak tehidang-hidang
„Baju orang itu tersobek-sobek’
Pada kalimat (46) terdapat pengulangan kata, yakni tebihak-bihak „terbeol-beol‟.
Pengulangan kata tebihak-bihak „terbeol-beol‟ merupakan pengulangan progresif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pengulangan kata tebihak-bihak dibentuk dari bentuk dasar bihak „beol‟ dan bentuk asal
tebihak, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tebihak-bihak „terbeol-beol‟.
Pengulangan progresif juga terdapat pada kalimat (47), yakni tekemik-kemik „terkencing-
kencing‟. Pengulangan kata tekemik-kemik „terkencing-kencing‟ dibentuk dari bentuk dasar
kemik „kencing dan bentuk asal tekemik, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi
tekemik-kemik „terkencing-kencing‟.
Pada kalimat (48) terdapat pengulangan kata, yakini tehidang-hidang „tersobek-sobek‟.
Pengulangan kata tehidang-hidang „tersobek-sobek‟ merupakan pengulangan progresif.
Pengulangan kata tehidang-hidang dibentuk dari bentuk dasar hidang „sobek‟ dan bentuk
asal tehidang, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tehidang-hidang „tersobek-
sobek‟.
3.7 Pengulangan Regresif
Pengulangan Regresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kiri (Baryadi, 2011 : 48).
Berikut ini pengulangan regresif dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang:
(49) Nang melanyi paluk-memaluk
„Jangan bermain pukul-memukul’
(50) Nang tikam-menikam sesama kaban
„Jangan lempar-melempar sesama teman‟
(51) Sesama menyadik kalah tulung-menulung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
„Sesama saudara harus saling tolong-menolong’
Pengulangan regresif yang terdapat pada kalimat (49), yakni paluk-memaluk „pukul-
memukul‟. Pengulangan kata paluk-memaluk „pukul-memukul‟ dibentuk dari bentuk dasar
maluk „memukul‟ dan bentuk asal paluk „pukul‟, kemudian mengalami proses pengulangan
menjadi paluk-memaluk „pukul-memukul‟.
Pengulangan regresif terdapat juga pada kalimat (50), yakmi tikam-menikam „lempar-
melemper‟. Pengulangan kata tikam-menikam „lempar-melempar‟ dibentuk dari bentuk dasar
nikam „melempar‟ dan bentuk asal tikam „lempar‟, kemudian mengalami proses pengulangan
menjadi tikam-menikam „lempar-melempar‟.
. Pengulangan regresif pada kalimat (51), yakni tulung-menulung „tolong-menolong‟.
Pengulangan kata tulung-menulung „tolong-menolong‟ dibentuk dari bentuk dasar nulung
„menolong‟ dan bentuk asal tulung „tolong‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi
tulung-menulung „tolong-menolong‟.
Selain itu, pengulangan regresif juga terdapat pada kalimat berikut:
(52) Inuk yak tampah-menampah
„Perempuan itu saling tampar-menampar’
(53) Bakas dan inuk yak sangkak-menyangkak
„ „lelaki dan perempuan itu saling tuduh-menuduh’
(54) Menyanak sidak yak cehai-menyehai
„keluarga itu saling cerai-mencerai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pengulangan regresif yang terdapat pada kalimat (52), yakni tampah-menampah „tampar-
menampar‟. Pengulangan kata tampah-menampah „tampar-menampar‟ dibentuk dari bentuk
dasar nampar „menampar‟ dan bentuk asal tampah „tampar‟, kemudian mengalami proses
pengulangan menjadi tampah-menampah „tampar-menampar‟.
Pada kalimat (53) terdapat pengulangan kata, yakni sangkak-menyangkak „tuduh-
menuduh‟. Nyangkak-menyangkak „tuduh-menuduh‟ merupakan pengulangan regresif.
Pengulangan kata sangkak-menyangkak „tuduh-menuduh‟ dibentuk dari bentuk dasar nyangkak
„menuduh‟ dan bentuk asal sangkak „tuduh‟.
Pada kalimat (53) terdapat pengulangan kata, yakni cehai-menyehai ‘cerai-mencerai.
Cehai-menyehai „cerai-mencerai‟ merupakan pengulangan regresif. Pengulangan kata cehai-
menyehai ‟cerai-mencerai‟ dibentuk dari bentuk dasar nyehai „mencerai‟ dan bentuk asal
cehai„cerai‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.13 Jenis-Jenis Pengulangan Kata Bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,
Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
No Jenis-jenis pengulangan Contoh
1 Pengulangan seluruh Manuk-manuk yak naitau dipaluk
(ayam-ayam itu tidak boleh dipukul)
2 Pengulangan sebagian:
1. Pengulangan sebagian dengan
awalan be-
1. Akik bejalai-jalai tiap ari minggu
(kakek berjalan-jalan setiap hari
minggu)
2. Pengulangan sebagian dengan
awalan te-
2. Ibok tadik tejatuk-jatuk dari motoh
(bibi tadi berulangkali terjatuh dari
motor)
3. Pengulangan sebagian dengan
awalan ti-
3. Kelumpuk satu bakas tiganteng-
ganteng
(kelompok satu pria terganteng)
3 Pengulangan yang bervariasi fonem Mensia yak saja bulak-bulik nai tentu rudu
(manusia itu bolak-balik tidak jelas)
4 Pengulangan yang berkombinasi
pengimbuhan
Aok-aokbah aku ninga
(iya-iyalah saya dengar)
5 Pengulangan progresif Baju aku tebinsak-binsak
(baju milikku tercabik-cabik)
6 Pengulangan regresif Nang melanyi paluk-memaluk
(jangan bermain pukul-memukul)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan tabel.3.13 dapat disimpulkan bahwa pengulangan dalam bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang terdapat enam jenis pengulangan. Pengulangan seluruh (1), pengulangan
sebagian (pengulangan sebagian dengan awalan –be, -te, dan -ti (2), pengulangan bervariasi
fonem (3), pengulangan berkombinasi pengimbuhan (4), pengulangan progresif (5), dan
pengulangan regresif (6). Pada pengulangan sebagian dalam bahasa Dayak Seberuang,
Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat sama dengan progresif yaitu pengulangan bentuk dasar
kea rah kanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB IV
MAKNA YANG TIMBUL DARI PROSES PENGULANGAN KATA
DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG
4.1 Pengantar
Pada bab ini akan di bahas makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam
bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat. Pembahasan ini
mencakup pengulangan kata yang menyatakan makna (1) „banyak‟, (2) „jamak‟, (3) „bermacam-
macam‟, (4) „perihal‟, (5) „berstatus sebagai‟, (6) „agak‟, (7) „perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang‟, dan (8) „saling‟.
4.5 Pengulangan Kata Bermakna ‘Banyak’
Berikut ini pengulangan kata bermakna „banyak‟ atau disebut „mayuh‟ dalam bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang:
(55) Dik ngegak bahang-bahang bekas
„Dia mencari barang-barang bekas‟
(56) Nemiak yak ngumpul pingan-pingan kotoh
„Anak kecil itu mengumpulkan piring-piring kotor‟
(57) Bukuk-bukuk dik mayuh nar
‘Buku-buku kamu banyak sekali‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
(58) Langkau-langkau ti tuai yak ruboh
‘Rumah- rumah yang tua itu roboh‟
(59) Urang-urang yak kak angkat kuma
‘Orang-orang itu ingin berangkat ke ladang‟
(60) Nemiak yak ngumpul batuk-batuk ti emit
„Anak kecil itu mengumpulkan batu-batu yang kecil‟
(61) Inuk yak muai suduk-suduk ti patah ke aik
„Perempuan itu membuang sendok-sendok yang patah ke air‟
Pada kalimat (55) terdapat pengulangan bahang-bahang „barang-barang‟. Kata bahang-
bahang bermakna „mayuh bahang‟ atau „banyak barang‟. Pengulangan kata bahang-bahang
„barang-barang‟ dibentuk dari bentuk dasar bahang „barang‟, kemudian mengalami proses
pengulangan seluruh menjadi bahang-bahang „barang-barang‟. Kata bahang-bahang pada
kalimat „Dik ngegak bahang-bahang bekas‟ menyatakan banyak barang bekas yang dia cari.
Pengulangan yang bermakna banyak yang terdapat pada kalimat (56), yakni pingan-pingan
„piring-piring‟. Pengulangan kata pingan-pingan „piring-piring‟ dibentuk dari bentuk dasar
pingan „piring‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi pingan-pingan
„piring-piring‟. Kata pingan-pingan dalam kalimat „Nemiak yak ngumpul pingan-pingan kotoh‟
menyatakan banyak piring yang dikumpulkan oleh seorang anak kecil.
Pada kalimat (57) terdapat pengulangan bukuk-bukuk „buku-buku‟. Kata bukuk-bukuk
bermakna „mayuh bukuk‟ atau „banyak buku‟. Pengulangan kata bukuk-bukuk „buku-buku‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dibentuk dari bentuk dasar bukuk „buku‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh
menjadi bukuk-bukuk „buku-buku‟. Kata bukuk-bukuk pada kalimat „Bukuk-bukuk dik mayuh
nar‟ menyatakan banyak buku yang dimiliki dia.
Pada kalimat (58) terdapat pengulangan langkau-langkau „rumah-rumah‟. Kata langkau-
langkau bermakna „mayuh langkau‟ atau „banyak langkau‟. Pengulangan kata langkau-langkau
„rumah-rumah‟ dibentuk dari bentuk dasar langkau „rumah‟, kemudian mengalami proses
pengulangan seluruh menjadi langkau-langkau „rumah-rumah‟. Kata langkau-langkau pada
kalimat „langkau-langkau ti tuai yak ruboh‟ menyatakan banyak rumah tua yang roboh.
Pengulangan pada kalimat (59), yakni urang-urang „orang-orang‟. Kata urang-urang
bermakna „mayuh urang‟ atau „banyak orang‟. Pengulangan kata urang-urang „orang-orang‟
dibentuk dari bentuk dasar urang „orang‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh
menjadi urang-urang „orang-orang‟. Kata urang-urang pada kalimat „Urang-urang yak kak
angkat kuma‟ menyatakan banyak banyak orang yang ingin berangkat ke ladang.
Pada kalimat (60) terdapat pengulangan batuk-batuk „batu-batu‟. Kata batuk-batuk
bermakna „mayuh batuk‟ atau „banyak batu‟. Pengulangan kata batuk-batuk „batu-batu‟ dibentuk
dari bentuk dasar batuk „batu‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi batuk-
batuk „batu-batu‟. Kata batuk-batuk pada kalimat „nemiak yak ngumpul batuk-batuk ti emit‟
menyatakan banyak batu kecil yang dikumpulkan oleh seorang anak kecil.
Pengulangan pada kalimat (61), yakni sukuk-suduk „sendok-sendok‟. Kata suduk-suduk
bermakna „mayuh suduk‟ atau „banyak sendok‟. Pengulangan kata suduk-suduk „sendok-sendok‟
dibentuk dari bentuk dasar suduk „sendok‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menjadi suduk-suduk „sendok-sendok‟. Kata suduk-suduk pada kalimat „inuk yak muai suduk-
suduk ti patah ke aik‟ menyatakan banyak sendok patah yang dibuang oleh seorang perempuan
ke air.
4.3 Pengulangan Kata yang Bermakna ‘Jamak’
Pengulangan kata yang bermakna „jamak‟ berbeda dengan pengulangan kata yang
bermakna „banyak‟. „Makna jamak‟ tidak berhubungan dengan bentuk dasarnya tetapi dengan
kata yang di „terangkan‟. Kata yang „diterangkan‟ itu pada tataran frasa menduduki fungsi
sebagai subjek (Ramlan, 2001: 177).
Berikut ini terdapat pengulangan kata yang bermakna „jamak‟ dalam bahasa Dayak Seberung
di Temanang:
(62) Nyiur yak besai-besai
„Kelapa itu besar-besar’
(63) Mangga ti tumbuh di kebun kami tinggik-tinggik
„Mangga yang tumbuh di kebun kami tinggi-tinggi’
(64) Inuk di Sekubang cantek-cantek
„Gadis di Sekubang cantik-cantik’
(65) Bakas di kampung kami angas-angas
„Lelaki di kampung kami ganteng-ganteng’
(66) Ruti ti debaik inek nyaman-nyaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
„Roti yang di bawa oleh nenek enak-enak‟
Pada kalimat (62) terdapat pengulangan besai-besai „besar-besar‟. Kata besai-besai
bermakna „jamak‟ bagi kelapa sebagai subjek. Pengulangan kata besai-besai „besar-besar‟
dibentuk dari bentuk dasar besai „besar‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh
menjadi besai-besai „besar-besar‟. Kata besai-besai dalam kalimat „nyiur yak besai-besai‟
menerangkan makna „banyak‟ pada kelapa.
Pada kalimat (63) terdapat pengulangan tinggik-tinggik „tinggi-tinggi‟. Kata tinggik-tinggik
bermakna „jamak‟ bagi mangga sebagai subjek. Pengulangan kata tinggik-tinggik „tinggi-tinggi‟
dibentuk dari bentuk dasar tinggik „tinggi‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh
menjadi tinggik-tinggik „tinggi-tinggi‟. Kata tinggik-tinggik dalam kalimat „mangga ti tumbuh di
kebun kami tinggik-tinggik‟ menerangkan makna „banyak‟ pada mangga.
Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (64), yakni cantek-cantek „cantik-cantik‟. Kata
cantek-cantek bermakna „jamak‟ bagi gadis sebagai subjek. Pengulangan kata cantek-cantek
„cantik-cantik‟ dibentuk dari bentuk dasar cantek „cantik‟, kemudian mengalami proses
pengulangan seluruh menjadi cantek-cantek „cantik-cantik‟. Kata cantek-cantek dalam kalimat
„inuk di Sekubang cantek-cantek‟ menerangkan „banyak‟ pada gadis.
Pada kalimat (65) terdapat pengulangan angas-angas „ganteng-ganteng‟. Kata angas-angas
bermakna „jamak‟ bagi lelaki yang mengisi sebagai subjek. Pengulangan kata angas-angas
„ganteng-ganteng dibentuk dari bentuk dasar angas „ganteng‟, kemudian mengalami proses
pengulangan seluruh menjadi angas-angas „ganteng-ganteng‟. Kata angas-angas dalam kalimat
„bakas di kampong kami angas-angas‟ menerangkan makna „banyak‟ pada lelaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Pada kalimat (66) terdapat pengulangan nyaman-nyaman „enak-enak‟. Kata nyaman-nyaman
bermakna „jamak‟ bagi roti yang menempati sebagai subjek. Pengulangan kata nyaman-nyaman
„enak-enak‟ dibentuk dari bentuk dasar nyaman „enak‟, kemudian mengalami proses
pengulangan seluruh menjadi nyaman-nyaman „enak-enak‟. Kata nyaman-nyaman dalam kalimat
„ruti ti debaik inek nyaman-nyaman‟ menerangkan makna „banyak‟ pada roti.
4.4. Pengulangan Kata Mengandung Arti ‘Bermacam-macam’
Berikut Pengulangan kata yang mengandung arti „bermacam-macam‟ dalam bahasa Dayak
Seberuang di Sekubang :
(67) Di langkau aku agiksik kamah-lamah
„Di rumahku masih ada kamar-kamar
(68) Umak bejual buwah-buwahan
„ Ibu berjualan buah-buahan’
Pada kalimat (67) terdapat pengulangan kata kamah-lamah ‘kamar-kamar’ yang bermakna
„bermacam-macam‟. Pengulangan kata kamah-lamah „kamar-kamar‟ dibentuk dari bentuk dasar
kamah „kamar‟, kemudian mengalami proses pengulangan dengan variasi fonem konsonan dari
fonem /k/ menjadi fonem /l/ sehingga menjadi kamah-lamah „kamar-kamar‟. Kata kamah-lamah
dalam kalimat „Di langkau aku agiksik kamah-lamah ti baik‟ menyatakan bermacam-macam
kamar masih ada di rumah.
Pada kaliamat (68) terdapat pengulangan kata buwah-buwahan „buah-buahan‟. Kata buwah-
buwah „buah-buahan‟ bermakna „bermacam-macam‟. Pengulangan kata buwah-buwahan „buah-
buahan‟ dibentuk dari bentuk dasar buwah „buah‟, kemudian mengalami proses pengulangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
yang berkombinasi dengan pengimbuhan, yakni imbuhan –an pada kata buwah-buwahan „buah-
buahan‟. Kata buwah-buwahan dalam kalimat „umak bejual buwah-buwahan‟ menyatakan
bermacam-macam buah yang dijual ibu.
4.5 Pengulangan Kata yang Mengandung Arti ‘Perihal yang Disebut pada Bentuk
Dasar
Berikut terdapat pengulangan kata yang bermakna „perihal yang disebut pada bentuk
dasar‟ dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang :
(69) Nemiak yak melanyi paluk-memaluk
„Anak kecil itu bermain pukul-memukul’
(70) Apak tungkung-menungkung kayu api
„Bapak potong-memotong kayu api‟
Pada kalimat (69) terdapat pengulangan kata paluk memaluk „pukul memukul‟.
Pengulangan kata paluk-memaluk „pukul-memukul‟ dibentuk dari bentuk dasar maluk
„memukul‟ dan bentuk asal paluk „pukul‟, kemudian mengalami proses pengulangan regresif
sehingga menjadi paluk-memaluk „pukul-memukul‟. Pengulangan kata paluk-memaluk bermakna
„perihal yang disebut pada bentuk dasarnya, yakini memaluk „memukul‟. Kata paluk-memaluk
dalam kalimat „nemiak yak melanyi paluk-memaluk‟ merupakan perihal pekerjaan seorang anak
kecil,yakni bermain pukul-memukul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pada kata tungkung-menungkung „potong-memotong‟ pada kalimat (70) merupakan
pengulangan yang bermakna „perihal yang disebut bentuk dasar‟. Pengulangan kata tungkung-
menungkung „potong-memotong‟ dibentuk dari bentuk dasar nungkung „memotong‟ dan bentuk
asal tungkung „potong‟, kemudian mengalami proses pengulangan regresif sehingga menjadi
tungkung-menungkung „potong-memotong‟. Kata tungkung-menukung dalam kalimat „apak
tungkung-menungkung kayu api‟ merupakan perihal perkerjaan bapak, yaitu memotong kayu
api.
4.6 Pengulangan Kata ‘berstatus Sebagai’
Berikut pengulangan kata „berstatus sebagai‟ dalam bahasa Dayak Seberuang di
Sekubang:
(71) Benarmek udah apak-apak, gayanya agik lagu bujang
„Walaupun sudah bapak-bapak, gayanya masih seperti remaja‟
(72) Bakas yak bejalai lagu akik-akik
„Lelaki muda itu berjalan seperti kakek-kakek’
(73) Umak nungkung hambut lagu apak-apak
„Ibu memotong rambut seperti bapak-bapak‟
Pengulangan kata apak-apak yang terdapat pada kalimat (71) bermakna „berstatus
sebagai‟. Pengulangan kata apak-apak „bapak-bapak‟ dibentuk dari bentuk dasar apak „bapak‟,
kemudian mengalami proses pengulangan seluruh sehingga menjadi apak-apak „bapak-bapak‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kata apak-apak dalam kalimat „benarmek udah apak-apak, gayanya agik lagu bujang‟
menyatakan bapak yang sudah tua berstatus sebagai remaja karena kelakuannya seperti remaja.
Pada kalimat (72),yakni akik-akik ‘kakek-kakek‟ terdapat pengulangan kata „berstatus
sebagai‟. Pengulangan kata akik-akik „kakek-kakek‟ dibentuk dari bentuk dasar akik „kakek‟,
kemudian mengalami proses pengulangan seluruh sehingga menjadi akik-akik „kakek-kakek‟.
Kata akik-akik dalam kalimat „bakas yak bejalai lagu akik-akik‟ menyatakan lelaki muda
berstatus sebagai kakek karena berjalan seperti kakek-kakek.
Pada kalimat (73), yakni apak-apak „bapak-bapak” terdapat pengulangan kata „berstatus
sebagai‟. Pengulangan kata apak-apak „bapak-bapak‟ dibentuk dari bentuk dasar apak „bapak‟
kemudian mengalami proses pengulangan seluruh sehingga menjadi apak-apak „bapak-bapak‟.
Kata apak-apak dalam kalimat „umak nungkung hambut lagu apak-apak‟ menyatakan seorang
ibu berstatus sebagai bapak karena memotong rambut seperti bapak-bapak.
4.7 Pengulangan Kata Mengandung Arti ‘Agak’
Berikut pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟ dalam bahasa Dayak seberuang
di Sekubang :
(74) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu
„Wajahnya kemerah-merahan karena malu‟
(75) Empadai tetingkap, idung ya upa kebihu-bihuan
„Karena terpeleset, hidung dia tampak kebiru-biruan’
(76) Empadai melanji di pantai, kulit ya upa keitung-itungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
„Karena bermain di panting, wajahnya tampak kehitam-hitaman
Pada Kalimat (74) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟, yakini
kemirah-mirahan „kemerah-merahan‟. Pengulangan kata kemirah-mirahan „kemerah-merahan‟
dibentuk dari bentuk dasar mirah „merah‟, kemudian mengalami proses pengulangan yang
berkombinasi dengan pengimbuhan, yakni imbuhan ke-(-an) sehingga menjadi kemirah-mirahan
„kemerah-merahan‟. Kata kemirah-mirahan dalam kalimat „mua ya kemirah-mirahan empadai
malu‟ menyatakan warna yang agak merah pada wajah seseorang karena malu.
Pada kalimat (75) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟, yakni kebihu-
bihuan „kebiru-biruan‟. Pengulangan kata kebihu-bihuan „kebiru-biruan‟ dibentuk dari bentuk
dasar bihu „biru‟, kemudian mengalami proses pengulangan yang berkombinasi dengan
pengimbuhan, yakni imbuhan ke-(-an) sehingga menjadi kebihu-bihuan „kebiru-biruan‟. Kata
kebihu-bihuan dalam kalimat „empadai tetingkap, idung ya upa kebihu-bihuan‟ menyatakan
warna tampak agak biru pada hidung seseorang karena terpeleset.
Pada kalimat (76) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟, yakni
keitung-itungan „kehitam-hitaman‟. Pengulangan kata keitung-itungan „kehitam-hitaman‟
dibentuk dari bentuk dasar itung „hitam‟, kemudian mengalami proses pengulangan yang
berkombinasi dengan pengimbuhan, yakni imbuhan ke-(-an) sehingga menjadi keitung-itungan
„kehitam-hitaman‟. Kata keitung-itungan dalam kalimat „empadai melanyi di pantai, kulit ya upa
keitung-itugan‟ menyatakan warna kulit seseorang tampak hitam karena bermain di pantai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4.8 Pengulangan Kata Bermakna ‘Berulang kali’
Berikut pengulangan kata yang bermakna „berulangkali‟ dalam bahasa Dayak Seberuang
di Sekubang :
(77) Apak luat-luat empadai nai ningga tijekuh ya
„Bapak marah-marah karena tidak mendengar perkataannya‟
(78) Inuk yak betehiyak ngumai-ngumai umak ya
„Gadis itu berteriak manggil- manggil ibunya‟
(79) Nuan nang ngibut-ngibut utai yak
„Kamu jangan gigit-gigit barang itu‟
Pada kalimat (77) terdapat pengulangan kata bermakna „berulangkali‟, yaitu luat-luat
„marah-marah‟. Pengulangan kata luat-luat „marah-marah‟ dibentuk dari bentuk dasar luat
„marah‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi luat-luat „marah-marah‟.
Makna „berulangkali‟ pada kata luat-luat dalam kalimat “apak luat-luat empadai nai ninga
tijekuh ya” menyatakan bapak yang berulang kali marah karena perkataannya tidak didengar.
Pada kalimat (78) juga terdapat pengulangan kata yang bermakna „berulangkali‟, yakni
ngumai-ngumai „memanggil-manggil‟. Pengulangan kata ngumai-ngumai „manggil-manggil‟
dibentuk dari bentuk dasar kumai „panggil‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh
menjadi ngumai-ngumai „manggil-manggil‟. Kata ngumai-ngumai dalam kalimat „inuk yak
betehiyak ngumai-ngumai umak ya‟ menyatakan seorang gadis yang berulang kali berteriak-
teriak memanggil ibunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada kalimat (79) terdapat juga pengulangan kata bermakna „berulangkali‟, yaitu ngibut-
ngibut „gigit-gigit‟. Pengulangan kata ngibut-ngibut „gigit-gigit‟ dibentuk dari bentuk dasar kibut
„gigit‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi ngibut-ngibut „gigit-gigit‟.
Kata ngibut-ngibut dalam kalimat „nuan nang ngibut-ngibut utai yak‟ menyatakan seseorang
yang berulang kali menggigiti suatu barang.
4.9 Pengulangan Kata yang Mengandung Arti ‘ Saling’ Atau Resiprokal
Berikut pengulangan kata yang mengandung arti „Saling‟ yang terdapat dalam bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang :
(80) Urang di kampung yak paluk-memaluk
„Orang di kampung itu pukul-memukul’
(81) Sidak tulung-menulung mulah langkau
„Mereka tolong-menolong membangun rumah‟
(82) Nang tikam-menikam sesama kaban
„jangan lempar-melempar sesame teman‟
Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (80), yakni paluk-memaluk bermakna
„saling‟. Pengulangan kata paluk-memaluk dibentuk dari bentuk dasar maluk „memukul‟ dan
bentuk asal paluk „pukul‟, kemudian mengalami proses pengulangan regresif menjadi paluk-
memaluk „pukul-memukul‟. Kata paluk-memaluk pada kalimat „urang di kampong yak paluk-
memaluk‟ menyatakan orang di kampung itu saling memukul atau melakukan perbuatan
memukul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Pada kalimat (81) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „saling‟, yakni
tulung-menulung „tolong-menolong‟. Pengulangan kata tulung-menulung „tolong-menolong‟
dibentuk dari bentuk dasar nulung „menolong‟ dan bentuk asal tulung „tolong‟, kemudian
mengalami proses pengulangan regresif menjadi tulung-menulung „tolong-menolong‟. Kata
tulung-menulung dalam kalimat „sidak tulung-menulung mulah langkau‟ menyatakan
sekelompok orang saling menolong atau melakukan perbuatan menolong.
Pada kalimat (82) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „saling‟, yakni tikam-
menikam „lempar-melempar‟. Pengulangan kata tikam-menikam „lempar-melempar‟ dibentuk
dari bentuk dasar nikam „melempar‟ dan bentuk asal tikam „lempar‟, kemudian mengalami
proses pengulangan regresif menjadi tikam-menikam „lempar-melempar‟. Kata tikam-menikam
dalam kalimat „nang tikam-menikam sesama kaban‟ menyatakan perbuatan melarang untuk tidak
saling melakukan perbuatan melempar.
4.10 Pengulangan Kata yang Mengandung Arti ‘Sangat’
Berikut pengulangan kata yang mengandung arti „sangat‟ yang terdapat dalam bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang :
(83) Aku ining makai utai timanis-manis
„Aku ingin makan sesuatu yang termanis’
(84) Nemiak yak tinumut-numut nar benyanyi
„Anak kecil itu terpandai bernyanyi‟
(85) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng
„Kelompok satu pria terganteng‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pada kalimat (83) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „sangat‟, yakni
timanis-manis „termanis‟. Pengulangan kata timanis-manis „termanis‟ dibentuk dari bentuk dasar
timanis „termanis‟ dan bentuk asal manis „manis‟, kemudian mengalami proses pengulangan
sebagian dengan awalan –ti sehingga menjadi timanis-manis „termanis‟. Kata timanis-manis
dalam kalimat „aku ining makai utai timanis-manis‟ menyatakan seseorang ingin memakan
sesuatu yang sangat manis.
Pada kalimat (84) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „sangat‟, yakni
tinumut-numut „terpandai‟. Pengulangan kata tinumut-numut „terpandai‟ dibentuk dari bentuk
dasar tinumut „terpandai‟ dan bentuk asal numut „pandai‟, kemudian mengalami proses
pengulangan sebagian dengan awalan –ti sehingga menjadi tinumut-numut „terpandai‟. Kata
tinumut-numut dalam kalimat „nemiak yak tinumut-numut nar bernyanyi‟ menyatakan perbuatan
seorang anak kecil yang sangat pandai bernyanyi.
Pengulangan kata yang mengandung arti „sangat‟ juga terdapat pada kalimat (85), yakni
tiganteng-ganteng „terganteng‟. Pengulangan kata tiganteng-ganteng „terganteng‟ dibentuk dari
bentuk dasar tiganteng „terganteng‟ dan bentuk asal ganteng „tampan‟, kemudian mengalami
proses pengulangan sebagian dengan awalan –ti sehingga menjadi tiganteng-ganteng „
terganteng‟. Tiganteng-ganteng dalam kalimat „kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng‟
menyatakan satu kelompok pria yang sangat ganteng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.14. Jenis makna yang timbul dari prose pengulangan kata dalam bahasa Dayak
Seberuang, di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat
No Jenis-jenis makna contoh Makna
1 Pengulangan kata bermakna
banyak
Bahang-bahang
„barang-barang‟
Banyak barang (barang-
barang (barang bekas)
yang di cari lebih dari
satu
2 Pengulangan kata bermakna
jamak
Besai-besai „besar-
besar‟
Besai-besai
menerangkan makna
banyak pada kelapa
(kelapa sebagai subjek)
3 Pengulangan kata yang
mengandung arti bermacam-
macam
Kamah-lamar „kamar-
kamar
Kamar yang bermacam-
macam bentuk (ada
yang bagus/jelek,
Ac/non Ace)
4 Pengulangan kata yang
mengandung arti “perihal yang
disebut pada bentuk dasar”
Paluk- memaluk
„pukul-memukul‟
perihal seorang anak
kecil yakni bermain
pukul-memukul
5 Pengulangan kata mengandung
arti berstatus sebagai
Apak-apak „bapak-
bapak”
Seorang bapak-bapak
yang berstatus sebagai
remaja karena
kelakuannya seperti
remaja
6 Pengulangan kata mengandung
arti agak
Kemirah-mirahan
„kemerah-merahan‟
Kemirah-mirahan
menyatakan warna yang
agak merah pada wajah
seseorang karena malu
7 Pengulangan kata yang bermakna
berulang kali
Luat-luat „marah-
marah‟
Menyatakan seorang
bapak yang berulangkali
marah karena
perkataannya tidak
didengar
8 Pengulangan kata yang
mengandung arti saling atau
resiprokal
Tulung-menulung‟
tolong-menolong‟
Kata tulung-menulung
menyatakan sekolompok
orang saling menolong
atau melakukan seuatu
perbuatan menolong
9 Pengulangan kata yang
mengandung arti „sangat‟
Timanis-manis
„termanis‟
Kata timanis-manis
menyatakan sesuatu
yang sangat manis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat enam jenis pengulangan
dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat, yaitu (1)
pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3) pengulangan dengan variasi fonem, (4)
pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, (5) pengulangan progresif, dan (6)
pengulangan regresif. Pengulangan sebagian dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,
kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat terdiri atas : pengulangan sebagian dengan awalan –be, -te,
dan pengulangan sebagian dengan awalan –ti. Pengulangan yang berkombinasi dengan
pengimbuhan dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan
Barat, yaitu imbuhan –bah atau –lah dalam bahasa Indonesia.
Pengulangan dalam bahasa Dayak Seberuang menimbulkan berbagai macam makna, yaitu
(1) „banyak‟, (2) „jamak‟, (3) „bermacam-macam‟, (4) „perihal yang disebut pada bentuk dasar‟,
(5) „berstatus sebagai‟, (6) „agak‟, (7) „berulang kali‟, (8) „saling‟, dan „sangat‟.
5.2 Saran
Pembahasan ini hanya terfokus pada pembahasan mengenai pengulangan kata dalam bahasa
Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat, yang meliputi jenis-jenis
pengulangan dan makna pengulangan. Oleh karena itu masih banyak hal yang belum dibahas
dalam penelitian yang mengkaji proses pembentukan kata, misalnya pengimbuhan,
pemajemukan, dan pemendekan dalam bahasa Dayak Seberuang juga bisa dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Sintang dalam Angka Tahun 2017,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 12.10.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Sejarah Kabupaten Sintang,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 12.50.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang 2016,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 13.10.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Luas Panen, Rata-Rata Produksi Padi 2016,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 13.56.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Petani, Luas Tanaman, Produksi 2016,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 14.05.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Populasi Ternak Unggas 2016,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 14.40.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Produksi Perikanan 2016,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 15.10.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Jumlah Pedagang 2016,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 15.50.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Jumlah Sarana Pedagang 2016,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 17.10.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Jumlah Sekolah, Guru, Murid 2016,”
Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang
dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 26/8/2017, 10.10.
Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia ( Pendekatan Proses ). Jakarta:
Rineka Cipta
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta:
Carasvatibooks
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Bumi Aksara
Nazir, Mohmammad. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Rahmawati, Ika. Y. 2012. “Penggunaan Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia dalam Novel
Perempuan Berkalung Soran karya Abidah El Khalieqy”.Skripsi. Surakarta
Ramlan, M. 1990. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyano
Soedjito. 1995. Morfologi Bahasa Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syahzaman & Hasanuddin. 2003. Sintang dalam Lintasan Sejarah. Pontianak: Romeo Grafika
Yeq, Yohana. 2013. “Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Bahau di Long
Lunuk, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur”.Skripsi. Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
LAMPIRAN
DATA YANG DIGUNAKAN
(1) Manuk-manuk yak naitau dipaluk
(2) Pemakai yak nang dikibut-kibut
(3) Pegawai-pegawai yak diangkat antik ujan
(4) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu
(5) Dik ngegak bahang-bahang bekas
(6) Bakas di kampung kami angas-angas
(7) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu
(8) Bukuk-bukuk yak matang tengkamu
(9) Nemiak yak melanyi paluk-memaluk
(10) Ukui-ukui yak makai nasik di dapuh
(11) Antic dik ulang taun, nang kelupa makai-makai bah
(12) Mayauh langkau-langkau kebakah
(13) Pakuk-pakuk yak nyaman nar
(14) Nama-nama ti dipulah mih?
(15) Sapa-sapa ti datai ari tuk?
(16) Kini-kini mih ari minggu?
(17) Yak-yak nakah ti mih pulah?
(18) Tuk-tuk nakah tidipilih?
(19) Menyadikku beguang-guang ngejah umak
(20) Menyadikku belagak-lagak di depan cermin
(21) Apak bepangkak-pangkak ngau adekku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(22) Motoh sinta begamak-gamak ngau meja
(23) Ibok tadik tejatuk-jatuk dari motoh
(24) Nuan tekejut-kejut ninga behita yak
(25) Aku ining makai utai timanis-manis
(26) Nemiak yak tinumut-numut nar benyanyi
(27) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng
(28) Mensia yak saja bulak-bullik nai tentu rudu
(29) Nang cuhat-cuhit bukuk yak
(30) Pilih na kin ke kamah-lamah ni ti dikak
(31) Aok-aokbah aku ninga
(32) Nang-nangbah nuan medak
(33) Amik-amikbah ruti yak
(34) Nemiak yak bejugit-jugit di langkau julak
(35) Baju aku tebinsak-binsak
(36) Nang melanyi paluk-memaluk
(37) Nang tikam-menikam sesama kaban
(38) Sesama menyadik kalah tulung-menulung
(39) Nemiak yakk ngumpul pingan-pingan kotoh
(40) Bukuk-bukuk dik mayuh nar
(41) Langkau-langkau ti tuai yak ruboh
(42) Urang-urang yak kak angkat kuma
(43) Nyiur yak besai-besai
(44) Mangga ti tumbuh di kebun kami tinggik-tinggik
(45) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(46) Inuk di Sekubang cantek-cantek
(47) Bakas di kampung kami angas-angas
(48) Ruti ti debaik inek nyaman-nyaman
(49) Dik ngegak bahang-bahang bekas
(50) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu
(51) Manuk-manuk yak naitau dipaluk
(52) Nemiak yak tebihk-bihak di celana
(53) Bejalai-jalaibah kituk
(54) Bukuk-bukuk yak matang tengkamu
(55) Dilangkau aku agiksik kamah-lamah ti baik
(56) Nemiak yak melanyi paluk-memaluk
(57) Apak tungkung-menungkung kayu api
(58) Benar mek udah apak-apak, gayanya agik lagu bujang
(59) Bakas yak bejalai lagu akik-akik
(60) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu
(61) Apak luat-luat empadai nai ningga tijekuh ya
(62) Inuk yak betehiak ngumai-ngumai umak ya
(63) Nuan nang ngibut-ngibut utai yak
(64) Urang di kampung yak paluk-memaluk
(65) Sidak tulung-menulung mulah langkau
(66) Makai-makaibah pakuk yak
(67) Buh-buhbah kin
(68) Nemiak yak tebihak-bihak di celana
(69) Nemiak yak tekemik-kemik di celana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(70) Baju urang yak tehidang-hidang
(71) Inuk yak tampah-menampah
(72) Bakas dan inuk yak sangkak-menyangkak
(73) Motoh Sinta begamak-gamak ngau meja
(74) Menyanak sidak yak cehai-menyehai
(75) Urang-urang yak kak angkat kuma
(76) Nemiak yak ngumpul batuk-batuk ti emit
(77) Inuk yak muai suduk-suduk ti patah ke aik
(78) Di langkau aku agiksik kamah-lamah
(79) Umak bejual buwah-buwahan
(80) Umak nungkung hambut lagu apak-apak
(81) Empadai tetingkap, idung ya upa kebihu-bihuan
(82) Empadai melanyi di pantai, kulit ya upa keitung-itungan
(83) Aku ining makai utai timanis-manis
(84) Nemiak yak tinumut-numut nar benyanyi
(85) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI