92
PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Disusun oleh Biata Nursianti 134114037 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA November 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

  • Upload
    vanphuc

  • View
    257

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG

DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG

KALIMANTAN BARAT

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Disusun oleh

Biata Nursianti

134114037

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

November 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

Tugas Akhir

PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG,

KECAMATAN SEPAUK, KABlJPATEN SINTANG KALIMANTAN BAJL\.T

Oleh

Biata Nursianti

134114037

Pembimbing

./~.

. ~--~

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

TugasAkhir

PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG,

KECAMATAN SEPAU~KABlJPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Biata Nursianti

NIM: 134114037

Ketua

Sekretaris

Anggota

Telah dipertahankandi epan panitia penguji

QLf~'JJhJ~.ArL~Su;:;.J~}.~~gy~pS..1:;";"';""~"um~~..---= .Yogyakarta, 16 November 2017

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah ditulis dalam kutipan dan

daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 November 2017

Penulis

Biata Nursianti

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Biata Nursianti

NIM : 134114037

Demi peengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Pengulangan Kata Bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasinya di internet atau media yang lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty

kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebegai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada 16 November 2017

Yang menyatakan

\

Biata Nursianti

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat

mencapai derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mengucapkan mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang dengan

caranya masing-masing telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini:

1. Bapak Prof. Dr. I.Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berarti

dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu S.E. Peni Adji, S.S.,M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik

angkatan 2013 Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata

Dharma,Yogyakarta.

5. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

Bapak Drs. F.X. Santosa, M.S., Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Bapak (+) Drs. A.

Herry Antono, M.Hum., Ibu Dra. Fransiska Tjandrasih Adji, M.Hum., Bapak Sony

Christian Sudarsono, S.S., M.A., dan Ibu Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

6. Bapak Oktavius Joko, Mama Sri Meilawati, Adik Petrus Leo Narto dan Adriana

Petronila, serta Keponakan Julio Andika Pratama yang selalu mendukung penulis

dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Kekurangan tersebut

sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Yogyakarta, 16 November 2017

Penulis

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahan untuk Tuhan Yesus dan orang-orang tercinta

Bapak Oktavius Joko dan Mama Sri Meilawati

“Berpeganglah pada didikan. Janganlah melepaskannya, peliharalah dia karena dialah

hidupmu, (Amzal, 4:13)

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii

ABSTRAK ................................................................................................................... xiv

ABSTRACT ................................................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2.Perumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3.Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4

1.4.Hasil Penelitian .......................................................................................... 5

1.5.Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 5

1.6.Landasan Teori .......................................................................................... 7

1.7.Metode penelitian …................................................................................... 10

1.8.Sistematika Penyajian ................................................................................ 14

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

BAB II DESKRIPSI KEADAAN BAHASA DI SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK,

KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT................................. 15

2.1. Pengantar …………………....................................................................... 15

2.2. Sejarah Kabupaten Sintang ....................................................................... 15

2.3. Keadaan Georafis dan Iklim ...................................................................... 21

2.4. Penduduk .................................................................................................. 25

2.5. Mata Pencarian ....................................... ................................................. 27

2.6. Pendidikan …………………..................................................................... 33

2.7. Keadaan Budaya dan Tradisi ..................................................................... 35

2.8. Keadaan Bahasa …………………………………………………………. 37

BAB III JENIS-JENIS PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK

SEBERUANG DI SEKUBANG KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN

SINTANG, KALIMANTAN BARAT.......................................................... 39

3.1. Pengantar ................................................................................................. 39

3.2. Pengulangan Seluruh ................................................................................ 39

3.3. Pengulangan Sebagian .............................................................................. 42

3.4. Pengulangan dengan Variasi Fonem ....................................................... 45

3.5. Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pengimbuhan .......................... 46

3.6. Pengulangan Progresif .............................................................................. 49

3.7. Pengulangan Regresif ............................................................................... 50

BAB IV MAKNA YANG TIMBUL DARI PROSES PENGULANGAN KATA

DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG................. 55

4.1. Pengantar ................................................................................................ 55

4.2. Pengulangan Kata Bermakna „Banyak‟ ................................................... 55

4.3. Pengulangan Kata Bermakna „Jamak‟ .................................................... 58

4.4. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Bermacam-macam‟ ........... 60

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

4.5. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Perihal yang Disebut pada Bentuk

Dasar ....................................................................................................... 61

4.6. Pengulangan Kata Berstatus „Sebagai‟ ................................................. 62

4.7. Pengulangan Kata Mengandung Arti „Agak‟ ....................................... 63

4.8. Pengulangan Kata Bermakna „Berulangkali‟ ....................................... 65

4.9. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Saling atau Resiprokal‟ .. 66

4.10. Pengulangan Kata yang Mengandung Arti „Sangat‟ ……………...… 67

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 70

5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 70

5.2. Saran ....................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 71

LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 73

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batas Wilayah Kabupaten Sintang ............................................................... 23

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Jenis Kelamin

2016 ............................................................................................................ 26

Tabel 3. Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Padi

(Sawah+Ladang) ........................................................................................ 27

Tabel 4. Petani, Luas Tanaman, dan Poduksi Tanaman Perkebunan

Kabupaten Sintang 2016 ........................................................................... 28

Tabel 5. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sintang

2016 ............................................................................................................ 29

Tabel 6. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Unggas

di Kabupaten Sintang 2016 ....................................................................... 30

Tabel 7. Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Sintang

2004-2016………………………………………………..................…....… 31

Tabel 8. Jumlah Pedagang Berdasarkan Data Pengurusan SIUP

di Kabupaten Sintang 2004-20116 .............................................................. 32

Tabel 9. Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenis di Kabupaten Sintang

2012-2016

...................................................................................................................... 33

Tabel 10. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Menurut Tingkat Pendidikan

di Kabupaten Sintang 2016 ........................................................................ 34

Tabel 11. Jumlah Universitas, Mahasiswa, dan Tenaga Edukatif

di Kabupaten Sintang 2016 ........................................................................ 35

Tabel 12. Contoh Penggunaan Bahasa Dayak Seberuang ........................................... 38

Tabel 13. Jenis-Jenis Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang

di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat... 53

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

Tabel 14. Jenis Makna yang Timbul dari Proses Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,

Kalimantan Barat ........................................................................................ 69

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Wilayahh Kabupaten Sintang .............................................................. 25

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

ABSTRAK

Nursianti, Biata. 2017. “Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Dalam tugas akhir ini dibahas pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Ada tiga masalah yang

dibahas: (1) bagaimana keadaan bahasa di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten

Sintang, Kalimantan Barat?, (2) apa sajakah jenis pengulangan yang terdapat dalam bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?,

dan (3) apa sajakah makna yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,

Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?

Data dalam penelitian ini berupa kalimat dalam bahasa Dayak Seberuang. Data

diperoleh dari kalimat yang mengandung kata ulang oleh masyarakat di Sekubang dalam

berkomunikasi. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode simak. Teknik dasar yang

digunakan adalah teknik sadap. Teknik tersebut dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu

simak libat cakap dan simak bebas libat cakap. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis

dengan metode agih dan metode padan referensial. Teknik dasar yang digunakan adalah

teknik bagi unsur langsung kemudian dilanjutkan dengan teknik perluas. Metode penyajian

hasil analisis data yang digunakan adalah metode formal dan metode informal.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

terdiri atas enam jenis, yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan

dengan variasi fonem, pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, pengulangan

progresif, dan pengulangan regresif. Pengulangan sebagian terdiri dari pengulangan dengan

awalan be- te-, dan ti-. Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, yaitu imbuhan

–bah(-lah). Pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang menyatakan makna „banyak‟,

„jamak‟, „bermacam-macam‟, „perihal yang disebut pada bentuk dasarnya‟, „berstatus

sebagai‟, „agak‟, „berulangkali‟, „saling‟, dan „sangat‟.

Kata kunci: pengulangan kata, dayak seberuang

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

ABSTRACT

Nursianti, Biata. 2017. “Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”. Thesis.

Yogyakarta: Department of Indonesian Literature, Faculty of Literature, Sanata

Dharma University.

This research discussed the word reduplication in the Dayak Seberuang language as

spoken by the people in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West

Kalimantan. There were three problems to be discussed: (1) how is the state of language in

Sekubang, Regency of Sepauk, West Kalimantan?, (2) what types of reduplication found in

the Dayak Seberuang language in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West

Kalimantan?, (3) what are the meaning coming up from the process of word reduplication in

the Dayak Seberuang language in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West

Kalimantan?.

The data in the research were in the form of the scourses which were gathered as

sentence by the people in Sekubang in their communication. The data gathering in this

research used simak method, with sadap as the basic technique and simak libat cakap

technique and simak libat bebas cakap technique. Then, the data gathered was written in the

data card and was analyzed by using agih method and padan referensial method A basic

technique used in this research were tecnique for a direct element and then further used

perluas technique. Presentation of the results of data analysis methods used are formal and

informal methods

The conclusion of this research showed that the word reduplication in the language of

Dayak Seberuang in Sekubang, Districts of Sepauk, Regency of Sintang, West Kalimantan

consisted five types. They were a complete reduplication, a partly reduplication, a

reduplication with a combination with affixes, a reduplication with same phoneme change,

progressive reduplication, and regressive reduplication. A partly reduplication consisted of

reduplication with a prefixs –be, -te, and -ti. A reduplication with a combination with affixes

is -bah(-lah). The word reduplication in Dayak Seberuang language means of „many‟,

„plural‟, „many types‟, „about or of the one mentioned in the basic form‟, „having a status of

being‟, „rather‟, „repeatedly‟, „one-another‟, and „intense‟.

Keys words; word reduplication, dayak seberuang.

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Objek penelitian ini adalah pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa Dayak

Seberung di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pengulangan

atau biasa disebut reduplikasi adalah „‟pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar,

baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi afiks

maupun tidak‟‟ (Muslich, 2008 : 48). Bahasa Dayak Seberuang merupakan salah satu bahasa

daerah di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat Dayak

Seberuang untuk berkomunikasi. Salah satu daerah yang menggunakan bahasa Dayak Seberuang

untuk berkomunikasi adalah Desa Sekubang yang terletak di Kecamatan Sepauk, Kabupaten

Sintang, Kalimantan Barat. Semua penduduk Desa Sekubang dalam kesehariannya

menggunakan bahasa Dayak Seberuang untuk berkomunikasi. Berikut ini contoh pengulangan

kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang:

(1) Manuk-manuk yak naitau dipaluk

‘Ayam-ayam itu tidak boleh dipukul‟

(2) Pemakai yak nang dikibut-kibut

„Makanan itu jangan digigit-gigit’

Kata manuk-manuk dan dikibut-kibut adalah kata ulang, yaitu kata dari hasil proses

pengulangan dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang. Kata manuk „ayam‟ merupakan

bentuk dasar dari pengulangan manuk-manuk. Kata dikibut „digigit‟ merupakan bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

2

pengulangan dikibut-kibut „digigit-gigit‟. Kata di dikibut-kibut dibentuk dari bentuk dasar kibut

„gigit‟

Hal pertama yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah deskripsi keadaan masyarakat di

Kabupaten Sintang. Hal ini berkaitan dengan keadaan penduduk, budaya dan adat istiadat, dan

keadaan bahasa masyarakat Sintang. Kabupaten Sintang adalah sebuah daerah di Provinsi

Kalimantan Barat. Kabupaten Sintang merupakan salah satu daerah yang sangat kaya akan

budaya dan adat istiadat termasuk di dalamnya adalah bahasa. Bahasa yang digunakan

masyarakat Kabupaten Sintang untuk percakapan sehari-hari adalah bahasa Dayak seberuang

Hal kedua yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah jenis-jenis pengulangan kata dalam

bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan

Barat. Contoh jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan

Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat:

(3) Pegawai-pegawai yak diangkat antik ujan

‘pakaian-pakaian itu diangkat jika hujan‟

(4) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu

„kakek berjalan-jalan setiap hari minggu‟

Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (3), yakni pegawai-pegawai „pakaian-

pakaian‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pegawai-pegawai dibentuk dari bentuk

dasarnya pegawai „pakaian‟ kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi

pegawai-pegawai. Pada kalimat (4) terdapat pengulangan bejalai-jalai „berjalan-jalan‟ dibentuk

dari bentuk dasarnya bejalai „berjalan‟ dan berasal dari bentuk asal jalai „jalan‟, kemudian

mengalami proses pengulangan sebagian menjadi bejalai-jalai „berjalan-jalan‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

3

Hal ketiga yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah makna yang timbul dari proses

pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan

Barat. Contoh makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang

di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat:

(5) Dik ngegak bahang-bahang bekas

„dia mencari barang-barang bekas‟

(6) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu

„mukanya kemerah-merahan karena malu‟

Pada kalimat (5) terdapat pengulangan bahang-bahang „barang-barang‟. Kata bahang-

bahang dibentuk dari bentuk dasar bahang „barang‟. Kata bahang-bahang bermakna „mayuh

bahang‟ atau „banyak barang‟. Kata bahang-bahang pada kalimat „Dik ngegak bahang-bahang

bekas‟ menyatakan banyak barang bekas yang dia cari. Pada kalimat (6) terdapat pengulangan

kata yang mengandung arti „agak‟, yakni kemirah-mirahan „kemerah-merahan‟. Kata kemirah-

mirahan dibentuk dari bentuk dasar mirah „merah‟. Kata kemirah-mirahan menyatakan warna

yang agak merah pada wajah seseorang karena malu.

Penggunaan kata ulang dalam bahasa sehari-hari sering kita jumpai. Pengulangan dalam

bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan

Barat pun demikian. Banyak sekali penggunaan kata yang mengandung pengulangan digunakan

penduduk setempat dalam berkomunikasi. Hal itulah yang menjadi alasan penulis memilih topik

ini dalam penelitian. Selain itu, penelitian tentang pengulangan kata belum banyak dilakukan

oleh para peneliti, khususnya pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian adalah sebagai

berikut.

1.2 .1 Bagaimana keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,

Kalimantan Barat?

1.2 .2 Apa sajakah jenis pengulangan yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat?

1.2 .3 Apa sajakah makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengulangan kata dalam bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan dari penelitian ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu.

1.3 .1 Mendeskripsikan keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,

Kalimantan Barat

1.3 .2 Mendeskripsikan jenis-jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

1.3 .3 Mendeskripsikan makna yang timbul dari proses pengulangan kata terdapat dalam bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

5

1.4 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah (1) deskripsi keadaan bahasa di Sekubang Kecamatan Sepauk,

Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, (2) deskripsi jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dan (3)

deskripsi makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Penelitian ini memberi

manfaat teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat pada bidang

morfologi, yaitu mengembangkan teori proses morfologis. Adapun manfaat praktisnya, adalah

untuk penyusunan tata bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten

Sintang Kalimantan Barat sekaligus untuk dokomentasi bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,

Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat

5. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai kata ulang dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan

Sepauk, Kalimantan Barat sejauh ini belum pernah dilakukan. Adapun jenis penelitian yang

pernah dilakukan oleh Ika Yuliana Rahmawati, mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra

Indonesia, dan daerah, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, tahun 2012, dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Kata Ulang

dalam Bahasa Indonesia dalam novel Perempuan berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy.

Hasil dari penelitiannya ini menunjukkan bahwa kata ulang atau reduplikasi memiliki berbagai

jenis kata ulang, yaitu kata ulang seluruh bentuk dasar tanpa variasi fonem dan afiksasi, kata

ulang sebagian dengan bentuk tunggal adalah pengulangan sebagian bentuk dasar tanpa diulang

seluruhnya melainkan kata dasar bentuk tunggal. Kata ulang berimbuhan atau afiksasi adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

6

bentuk kata ulang dengan mendapatkan afiksasi, kata ulang dengan perubahan fonem adalah

pengulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai perubahan bunyi pada

salah satu suku, dan kata ulang semu adalah pengulangan yang tidak memiliki bentuk dasar

sebagai bentuk linguistik. Fungsi dan makna kata ulang, yaitu mengubah bentuk kata benda

menjadi kata kerja, mengubah golongan kata sifat menjadi kata keterangan, mengubah bentuk

tunggal menjadi jamak, menyatakan intensitas kualitatif, menyatakan intensitas kuantitatif, dan

menyatakan intensitas frekuentatif. Penggunaan kata ulang dapat mengakibatkan terjadinya

transposisi. Transposisi tersebut berupa kata benda menjadi kata kerja, kata sifat menjadi kata

kerja, kata sifat menjadi kata keterangan, kata benda menjadi kata keterangan, dan kata kerja

menjadi kata keterangan.

Sementara itu, penelitian lain dilakukan oleh Yohana Yeq, mahasiswa jurusan Sastra

Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, tahun 2013. Hasil dari penelitiannya ini

menunjukkan bahwa pengulangan kata yang terdapat dalam bahasa Dayak Bahau di Long

Lunuk, Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Kalimantan Barat, terdiri lima jenis, yaitu

pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses

pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan pengulangan regresif. Kategori

kata yang mengalami proses pengulangan dalam bahasa Dayak Bahau, adalah kata kerja, kata

benda, kata keadaan, kata ganti, kata bilangan, kata keterangan, kata tanya, dan kata tunjuk.

Pengulangan kata dalam dalam bahasa Dayak Bahau menyatakan makna „banyak,‟ „ banyak

dengan ukuran yang disebut bentuk dasarnya‟, „jamak,‟ „bermacam-macam,‟ „berstatus sebagai,‟

„berulangkali,‟ saling atau berbalasan,‟ „prihal atau tentang yang disebut pada bentuk dasarnya,‟

„agak,‟ „paling,‟ terdiri dari,‟ „intensitas,‟ „penegasan.‟

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

7

Berdasarkan paparan data tinjauan pustaka, terbukti bahwa belum ada penelitian tentang

kata ulang dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama yang meneliti bahasa Dayak Seberuang

khususnya di Kalimantan Barat.

6. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah pengertian

pengulangan kata, jenis pengulangan, dan makna pengulangan kata.

6.1 Pengertian Pengulangan Kata

Pengulangan adalah proses pembentukan kata jadian dengan cara mengulang bentuk

dasar. Kata jadian yang dihasilkan dari pengulangan adalah kata ulang (Baryadi, 2011: 47).

Menurut Soedjito (1995: 109) pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang

bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

Ramlan (1990: 57) proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik,

baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Dalam Muslich

(2014: 48) proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang

bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik

berkombinasi dengan afiks maupun tidak.

Menurut Baryadi (2011:47-48) yang dapat menjadi bentuk dasar pengulangan adalah

morfem asal-bebas dan kata jadian. Morfem-asal bebas adalah morfem bebas yang dapat menjadi

dasar kata jadian. Misalnya pengulangan morfem-asal bebas „anak’ menghasilkan kata ulang

„anak-anak’. Sedangkan kata jadian adalah kata yang merupakan penggabungan dua morfem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

8

atau lebih. Misalnya pengulangan kata jadian melihat menghasilkan kata ulang melihat-lihat

karena terjadi penggabungan dua morfem, yaitu morfem asal melihat dan morfem lihat.

6.2 Jenis Pengulangan

Berdasarkan cara pembentukan kata ulang, Baryadi (2011 : 48) menggolongkan

pengulangan menjadi enam jenis, yakni (1) pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3)

pengulangan dengan variasi fonem, ( 4) pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan,

(5) pengulangan progresif, dan (6) pegulangan regresif.

6.2.1 Pengulangan Seluruh

Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar. Contoh (7) pengulangan

seluruh pada kata duduk menjadi duduk-duduk.

6.2.2 Pengulangan Sebagian

Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian bentuk dasar. Contoh (8)

pengulangan sebagian pada kata tertawa menjadi tertawa-tawa.

6.2.3 Pengulangan dengan Variasi Fonem

Pengulangan dengan variasi fonem adalah pengulangan bentuk dasar dengan mengubah

fonem. Contoh (9) pengulangan dengan variasi fonem pada kata serba dan ramah menjadi serba-

serbi dan ramah-tamah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

9

6.2.4 Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pengimbuhan

Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan adalah pengulangan yang

bersamaan dengan pengimbuhan. Contoh (10) Pengulangan yang berkombinasi dengan

pengimbuhan pada kata rumah menjadi rumah-rumahan.

6.2.5 Pengulangan Progresif

Pengulangan progresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kanan. Contoh (11)

pengulangan progresif pada kata berjalan menjadi berjalan-jalan.

6.2.6 Pengulangan Regresif

Pengulangan regresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kiri. Contoh (12)

pengulangan regresif pada kata menolong menjadi kata ulang tolong menolong.

6.3 Makna Pengulangan

Proses morfologis adalah proses pengubahan bentuk dasar menjadi kata jadian (Baryadi,

2011: 25). Setiap proses morfologis tersebut akan menimbulkan makna gramatikal, yaitu makna

yang timbul akibat pertemuan satuan gramatikal yang satu dengan satuan gramatikal yang lain

(Baryadi, 2011: 29). Proses morfologis dengan cara pengulangan menimbulkan makna

gramatikal yang berbeda dari bentuk dasarnya. Baryadi (2011: 49-50) mengemukakan

pengulangan dapat menimbulkan 9 macam makna, yaitu (1) „banyak,‟ (2) „jamak‟ bagi nomina

yang mengisi subjek, (3) „bermacam-macam,‟ (4) „menyerupai yang tersebut bentuk dasar,‟ (5)

„perihal yang tersebut pada bentuk dasar,‟ (6)‟ berstatus sebagai,‟ (7)‟ agak,‟ (8)‟ perbuatan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

10

dilakukan berulang-ulang‟ atau „frekuentatif,‟ (9) ‟saling‟ atau „resiprokal‟. Chaer (1988 : 334-

335) menyebutkan proses pengulangan menimbulkan 20 macam makna, yaitu (I) „jamak,‟ (2)

„banyak dan bermacam-macam,‟ (3) „banyak dengan ukuran yang disebut bentuk dasarnya,‟ (4)

„banyak yang disebut bentuk dasarnya,‟ (5) „agak atau sedikit bersifat,‟ (6) „menyerupai atau

seperti,‟ (7) „sungguh-sungguh yang disebut bentuk dasarnya,‟ (8) „pertentangan,‟ (9)

„berulangkali,‟ (10) „berbalasan,‟ (11) „dilakukan tanpa tujuan,‟ (12) „tentang atau masalah,‟ (13)

„bersama waktu,‟ (14) „paling,‟ (15) „dikerjakan asal saja,‟ (16) „sepanjang atau seluruh,‟ (17)

„pernah atau tidak lagi,‟ (18) „terdiri dari,‟ (19) „intensitas,‟ (20) „penegasan.‟

6.4 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (i) metode dan teknik pengumpulan

data, (ii) metode dan teknik analisis data, dan (iii) metode dan teknik penyajian hasil analisis

data.

6.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini berupa kalimat dalam bahasa Dayak Seberuang yang mengandung

pengulangan kata. Kalimat tersebut diperoleh dengan cara menyimak baik terlibat langsung

dalam pembicaraan maupun hanya sekedar memperhatikan pengguna bahasa. Data-data yang

berupa tuturan tersebut diperoleh dari penutur berupa lisan dan tulisan. Data berupa tuturan lisan

diperoleh langsung dari penutur ketika terlibat pembicaraan dengan penulis. Sedangkan data

yang berupa tulisan diperoleh dari beberapa instrumen berupa kalimat dalam bahasa Indonesia

yang mengandung kata ulang. Instrumen berupa kalimat dalam bahasa Indonesia tersebut,

penulis berikan kepada penutur kemudian diterjemahkan dalam bahasa Dayak Seberuang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

11

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak, yaitu menyimak

atau mendengarkan penggunaan bahasa (Kesuma, 2007: 43). Teknik dasar yang digunakan

adalah teknik sadap. Teknik sadap adalah pelaksanaan metode simak dengan menyadap

penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang.

Pelaksanaan metode simak dilanjutkan dengan menggunakan teknik lanjutan, yaitu teknik

simak libat cakap. Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 44) kegiatan menyadap

penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang dapat dilakukan dengan ikut terlibat atau

berpartisipasi (sambil menyimak), entah secara aktif atau reseptif dalam pembicaraan. Kegiatan

penyadapan data dengan cara demikian disebut teknik simak libat cakap.

Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 44) pada teknik simak bebas libat cakap

peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon

data kecuali hanya sebagai pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari

peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya. Teknik ini digunakan dengan dasar pemikiran

bahwa prilaku berbahasa hanya dapat benar-benar dipahami jika peristiwa berbahasa itu

berlangsung dalam system yang sebenarnya yang berada dalam konteks yang lengkap (Mashun,

2006: 219).

6.4.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah metode analisis data. Metode

analisis data merupakan tahap ketika data diberi arti atau makna yang berguna dalam

memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1985: 405). Dalam penelitian ini digunakan metode agih

atau metode distribusional dan metode padan referensial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

12

Metode agih atau metode distribusional merupakan metode analisis data yang alat

penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Metode padan

referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa. Referen bahasa

adalah kenyataan atau unsur di luar bahasa yang ditunjuk satuan kebahasaan. Metode padan

referensial itu digunakan untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang

ditunjuk (Mastoyo, 2007: 48).

Teknik dasar yang digunakan, yaitu teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Teknik

bagi unsur langsung atau teknik BUL adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu

konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur-unsur yang dipandang sebagai bagian atau unsur

yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud. Setelah itu, digunakan teknik lanjutan,

yaitu teknik perluas. Teknik perluas adalah teknik analisis data dengan cara memperluas satuan

kebahasaan yang dianalisis dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu. Teknik perluas

dapat ke kiri atau ke kanan. Teknik perluas digunakan untuk membuktikan jenis kesatuan yang

dianalisis. Sebagai contoh:

(13) Bukuk-bukuk yak matang tengkamu

„buku-buku itu sangat berhamburan‟

(14) Ukui-ukui yak makai nasik di dapuh

„anjing-anjing itu makan nasi di dapur‟

Pada kalimat (13) terdapat pengulangan kata bukuk-bukuk ‘buku-buku‟. Kata bukuk-

bukuk termasuk jenis pengulangan seluruh. Kata bukuk-bukuk „buku-buku‟ dibentuk dari bentuk

dasar bukuk „buku‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi bukuk-bukuk „buku-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

13

buku‟. Jenis pengulangan yang terdapat pada kalimat (14), yaitu pengulangan seluruh. Jenis

pengulangan seluruh dapat dilihat dari kata ukui-ukui „anjing-anjing‟. Kata ukui-ukui dibentuk

dari bentuk dasar ukui ‟anjing‟.

Untuk membuktikan makna pengulangan pada kalimat (13) dan (14) tersebut digunakan

metode padan referensial untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang

ditunjuk. Pada kalimat (13) terdapat pengulangan pada kata bukuk-bukuk „buku-buku‟. Bukuk-

bukuk bermakna mayuh bukuk atau „banyak buku‟. Kata bukuk-bukuk pada kalimat „bukuk-

bukuk yak matang tengkamu‟ menyatakan banyak buku yang berhamburan. Pada kalimat (14)

yaitu pada kata ukui-ukui „anjing-anjing‟. Kata ukui-ukui bermakna mayuh ukui atau banyak

„anjing‟. Kata ukui-ukui pada kalimat „ukui-ukui yak makai nasik di dapuh‟ menyatakan banyak

anjing yang sedang makan nasi di dapur.

6.4.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data berupa hasil temuan dari objek yang diteliti. Hasil analisis data akan

disajikan dengan metode formal dan informal. Menurut Kridalaksana dalam Mastoyo (2007: 73)

metode formal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah. Kaidah itu

dapat berbentuk rumus, bagan/diagram, table, dan gambar.

Menurut Sudaryanto dalam Mastoyo (2007: 71) metode informal adalah penyajian hasil

analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa. Dalam penyajian ini, rumus (-rumus) atau

kaidah (-kaidah) disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila

dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

14

6.4.4 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini disajikan dalam 5 bab. Bab 1 berisi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan

sistematika penyajian. Bab II berisi sejarah, letak geografis, penduduk, pendidikan, keadaan

budaya atau tradisi, dan keadaan bahasa. Bab III berisi uraian jenis-jenis pengulangan yang

terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,

Kalimantan Barat. Bab IV berisi uraian mengenai makna yang timbul dari proses pengulangan

kata dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,

Kalimantan Barat. Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

15

BAB II

DESKRIPSI KEADAAN BAHASA DI SEKUBANG KECAMATAN SEPAUK,

KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

2.1 Pengantar

Dalam bab ini dibahas deskripsi keadaan bahasa di Sekubang, Kecamatan Sepauk,

Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Deskripsi tersebut meliputi (1) sejarah Kabupaten

Sintang, (2) keadaan georafis dan iklim, (3) mata pencarian, (4) pendidikan, (5) keadaan budaya

dan tradisi, dan (6) keadaan bahasa.

2.2 Sejarah Kabupaten Sintang

Banyak cerita orang Sintang mengenai asal usul Sintang. Ada yang mengatakan kota

Sintang pada zaman dahulu merupakan bekas sebuah kerajaan Islam dengan sebuah istana.

Istana tersebut bernama Al-Mukaramah yang terletak di tepi Sungai Kapuas. Al-Mukaramah

dibangun pada tahun 1839. Al-Mukaramah hingga kini masih berdiri kokoh yang kerap dijadikan

objek wisata. Al-mukaramah adalah kerajaan Hindu yang beralih menjadi kerajaan Islam

(Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 15).

Tokoh utama di balik berdirinya Kerajaan Sintang adalah Aji Melayu. Pada abad ke-4

Masehi, Aji Melayu pergi ke daerah Kujau, yakni Tanah Baalang di Semenanjung Melaka.

Semenanjung Melaka merupakan pusat Kerajaan Hindu. Dari Kujau, Aji Melayu pindah ke desa

Tebelian, Nanga Sepauk. Di desa itu, Aji Melayu menikahi seorang wanita yang bernama Putung

Kempat. Kemudian mereka dikaruniai anak yang bernama Dayang Lengkong (Syahzaman &

Hasanuddin, 2003: 15).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

16

Kepulangan Aji Melayu dari perantauan membawa ajaran Hindu. Sejak itulah berdiri

kerajaan Hindu di Sepauk. Bukti sejarah berdirinya kerajaan Hindu dapat dilihat dari benda

peninggalan sejarah yaitu patung yang terbuat dari perunggu berbentuk dewa bertangan empat.

Patung tersebut diyakini sebagai patung Dewa Syiwa (Dewa agama Hindu) di Desa Temiang

Empakan, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang. Pada abad ke-22, raja Sintang dijabat oleh

Demang Irawan memindahkan dari Sepauk ke Senentang. Demong Irawan kemudian memilih

lokasi di persimpangan antara Sungai Melawi dan Sungai Kapuas yang diberi nama Senentang.

Senentang yaitu kerajaan yang diapit oleh beberapa sungai. Lambat laun, penyebutan Senentang

berubah menjadi Sintang. Setelah berdirinya kerajaan, Demong Irawan memakai gelar Jubair

Irawan I menanamkan sebuah batu yang menyerupai buah kundur. Batu tersebut berada di

halaman istana Sintang diyakini masyarakat setempat sebagai batu keramat yang memiliki tuah.

Kekuasaannya pada masa itu mencakup Sepauk dan Tempunak (Syahzaman & Hasanuddin,

2003: 19).

Aji Melayu diperkirakan nenek moyang raja-raja atau sultan-sultan di Kerajaan Sintang.

Tidak banyak data yang mengungkap tentang asal-usul siapa sebenarnya Aji Melayu. Ada

sumber yang menyebutkan bahwa ia merupakan penyebar agama Hindu dari Tanah Balang

(Semenanjung Malaka) ke Sepauk. Awalnya Aji Melayu menetap di Kujau, dan kemudian

pindah ke Sepauk hingga akhir hayatnya. Setelah meninggal Aji Melayu dimakamkan di Tanah

Tanjung daerah muara Sungai Sepauk. Sepeninggal Aji Melayu, berturut-turut penguasa di

Nanga Sepauk, yakni Dayang Lengkong, Dayang Randung, Abang Panjang, Demang Karang

(berkuasa sekitar Abad ke-7 M), Demong Kara, Demong Minyak (Macak) kemudian Demong

Irawan. Pada masa Demong Irawan berkuasa, Kerajaan Sintang resmi berdiri sekitar abad ke-13

(1262 M) (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 19).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

17

Sebelum mendirikan kerajaan Sintang, Demong Irawan melakukan pengembaraan

dengan menyusuri Sungai Kapuas sampai ke daerah pertemuan antara Sungai Kapuas dan

Melawi yang disebut daerah Nanga Lawai. Kemudian di daerah Nanga Lawai didirikan

permukiman yang berkembang menjadi sebuah kerajaan yang dikenal sebagai kerajaan Sintang.

Berkembangnya permukiman di Nanga Lawai menarik perhatian Patih Logender dari kerajaan

Singasari. Kedatangan Patih Logender beserta pengikutnya disambut baik oleh Jubair Demong

Irawan 1. Bahkan Patih Logender diizinkan untuk tinggal di Kerajaan Sintang. Patih Logender

diangkat menjadi penasihat dan dinikahkan dengan putri Jubair Demong Irawan 1 yang bernama

Dara Juanti. Setelah Jubair Demong Irawan 1 meninggal pada tahun 1291 M, Dara Juanti naik

tahta menjadi ratu di Kerajaan Sintang, sedangkan Patih Logender tetap dijadikan penasihat ratu

(Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 26).

Setelah Dara Juanti meninggal, tidak ada kejelasan mengenai raja/ratu penganti. Namun,

sekitar tahun 1640 M terdapat raja bernama Abang Samad yang memerintah kerajaan Sintang.

Setelah Abang Samad turun tahta, berturut-turut posisi raja ditempati oleh Jubair II, Abang

Suruh, Abang Tembilang, Pangeran Agung (1640-1715 M), Pangeran Tunggal (1715-1725), dan

Raden Putra.

Proses masuknya budaya Islam ke Kalimantan Barat, termasuk ke Kerajaan Sintang,

diyakini melalui aliran Sungai Sambas, kemudian menyebar ke Singkawang, Mempawah, dan

Pontianak dengan menyusuri Sungai Kapuas. Selanjutnya, penyebaran dilakukan melalui Sungai

Landak, masuk ke daerah Tayan, Sintang, dan Nanga Pinoh. Dari daerah Sintang, dakwah Islam

menyusuri Sungai Kapuas sampai daerah Putusibau. Penyebaran ini berlangsung tahun 1500-

1800 M. Pengaruh Islam mulai masuk ke Kerajaan Sintang ketika kerajaan ini dipimpin oleh

Raden Purba. Kota Sintang zaman dahulu tidak pernah lepas dari pengaruh-pengaruh kerajaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

18

yang ada. Raja Abang Tembilang atau Abang Pencin yang bergelar Pengeran Agung. Raja

Abang Pencin merupakan penguasa paling akhir Kerajaan Sintang. Kerajaan Sintang yang

menganut agama Hindu dan Aninisme, kemudian berduyun-duyun memeluk agama Islam

(Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30).

Sejak itu pemeluk agama Islam mulai memimpin Kesultanan Sintang. Setelah Raja

Abang Pencin wafat, putranya yang bernama Pengeran Tunggal dinobatkan sebagai Raja di

Kesultanan Sintang yang ke-28. Setelah wafatnya Pangeran Tunggal digantikan oleh Raden

Purba. Sebelum Raden Purba Meninggal, disebutkan bahwa Raden Purba telah memeluk agama

Islam. Raden Purba memerintah di Kerajaan Sintang sampai sekitar abad ke-18 bersamaan

dengan masuknya pengaruh Islam ke Kerajaan Sintang dan Kapus Hulu. Setelah Raden Purba

Meninggal, Tahta Kesultanan Sintang dipimpin oleh Adi Nata bergelar Sultan Nata Muhammad

Syamsuddin Sa‟adul Khairiwaddin. Sultan Nata merupakan putra dari Mangku Malik dan Nyai

Cilik (adik Pangeran Tunggal) (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30).

Pemerintahan Sultan Nata ditandai dengan berbagai macam perubahan yang sifatnya

mendasar. Pertama kali, mulai dibangunnya masjid yang terletak di ibu kota Kesultanan dengan

kapasitas 50 orang. Pada masa itu pula, wilayah kekuasaan Sintang Meluas hingga ke daerah

Ketungau Hilir dan Ketungau Hulu, daerah perbatasan Serawak, Kalimantan Tengah dan

Melawi. Perubahan paling signifikan adalah bergantinya bentuk kerajaan menjadi Kesultanan

dan penyusunan Undang-Undang Kesultanan. Undang-Undang Kesultanan Sintang tersebut

membuat tata kehidupan masyarakat Sintang dan adat istiadatnya berubah baik. Pergantian Raja,

kekalahan, dan kemenangan dalam perang juga ikut merangkai perjalanan sejarah panjang kota

Sintang (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 30).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

19

Setelah bertahun-tahun lamanya Kesultanan Sintang berjalan damai sampai pada masa

Sultan Ade Noh. Pada Juli 1822 M, Kesultanan Sintang kedatangan rombongan dari Belanda

yang dipimpin oleh J.H. Tobias, yaitu seorang komisaris dari Kust Van Borneo. Sejarah Sintang

pun mulai bersentuhan dengan pihak Belanda. Maksud tujuan rombongan Belanda tersebut

adalah untuk mengatakan kerja sama dengan Kesultanan Sintang. Namun Sultan Ade Noh tidak

bersedia menemuai Tobias. Kemudian rombongan Belanda tersebut hanya ditemui oleh pejabat

Kesultanan yang bernama Mangkubumi. Pada misi pertama Belanda terhadap Kota Sintang pun

dikatakan gagal (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 88).

Setelah Sultan Ade Noh meninggal, posisinya digantikan oleh Gusti Muhammad Yasin

dengan gelar Pangeran Adipati Muhammad Djamaluddin. Di masa kekuasaan Pangeran Adipati

inilah datang rombongan Belanda yang kedua pada November 1822 yang dipimpin oleh Dj. Van

Dugen Gronovius dan Cf. Golman, serta Syarif Ahmad Alkadrie sebagai juru bicara (Syahzaman

& Hasanuddin, 2003: 88).

Pada misi kedua, kedatangan rombongan Belanda ini sukses menghasilkan beberapa

kesepakatan yang banyak menguntungkan pihak Belanda. Sehingga tidak heran jika dikemudian

hari Belanda leluasa melakukan berbagai intervensi terhadap Kesultanan Sintang. Kota Sintang

perlahan dikuasai oleh pihak Belanda (Syahzaman & Hasanuddin, 2003: 100).

Daerah Sintang pada masa pemerintahan Belanda (tahun 1936) merupakan daerah

Landschop di bawah naungan Pemerintahan Gouvernement. Daerah Landschop dipimpin oleh

seorang Controleur atau Gesagkekber. Daerah Landschop ini terbagi menjadi empat

onderafdeling. Empat onderafdeling tersebut, yakni Onderafdeling Sintang yang berkedudukan

di Sintang, Onderafdeling Melawi berkedudukan di Nanga Pinoh, Onderafdeling Semitau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

20

berkedudukan di Semitau, dan Onderafdeling Boven Kapuas berkedudukan di Putussibau (BPS

Kabupaten Sintang 2016: 28)

Daerah Kerajaan Sintang yang didirikan oleh Demang Irawan (Jubair 1) dijadikan daerah

Swapraja Sintang. Sementara Kerajaan Tanah Pinoh dijadikan Neo Swapraja Tanah Pinoh.

Pemerintah Landshop ini berakhir pada tahun 1942. Sejak pemerintah Landshop berakhir

Kesultanan Sintang terus dirongrong kewibawaannya oleh Belanda. Akan tetapi, Indonesia

berhasil berdiri dan mengusir Belanda dari Sintang. Setelah Belanda keluar, datanglah Jepang

untuk menguasai bumi pertiwi termasuk kota Sintang. Pemerintahan kota Sintang pun diambil

alih oleh Jepang (BPS Kabupaten Sintang 2016: 28).

Pada masa pemerintahan Jepang, struktur pemerintahan yang berlaku tidak mengalami

terlalu banyak perubahan. Perubahan yang terjadi hanyalah sebutan kepala pemerintahan yang

disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah saat itu. Kepala pemerintah disebutkan Ken

Karikan (semacam sebutan Bupati sekarang). Sementara wilayah disebut Bunken Karikan dan

setiap kecamatan diangkat Gunco (Kepala Daerah) (BPS Kabupaten Sintang 2016: 29).

Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak Indonesia,

kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti dengan Kabupaten

Sintang. Sementara Onderafdeling diganti dengan Kewedanan. Distric diganti dengan

Kecamatan. Demikian pula dengan jabatan Residen diganti dengan Bupati. Kepala Distric

diganti dengan Camat. Sementara pada waktu itu yang menjadi Bupati Sintang adalah Bapak L.

Toding (BPS Kabupaten Sintang 2016: 29).

Untuk merelisasikan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953, UU No. 25 Tahun 1956, dan

UU No. 4 Tahun 1956 tentang pembentukan DPRD dan DPR Peralihan, maka pada 27 Oktober

1956 dilaksanakan pelantikan Keanggotaan DPRD Peralihan Kabupaten Sintang. Selanjutnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

21

sesuai Keppres No. 6 Tahun 1959 tepatnya 6 November 1959, maka azas dekonsentrasi dan

desentralisasi sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953 dihimpun kembali dalam satu

tangan Bupati Kepala Derah dibantu oleh Badan Pemerintahan Harian yang kemudian diatur

lebih lanjut dalam UU No. 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah (BPS

Kabupaten Sintang 2016: 30).

Selain itu, dengan instruksi Mendagri No. 3 Tahun 1966 tepatnya 1 Februari 1966

jalannya roda pemerintahan daerah di seluruh Indonesia mulai diarahkan dan disempurnakan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang dibagi menjadi 21 pemerintahan. Kecamatan

kemudian disesuaikan kembali setelah adanya Undang-Undang Republik Indonesia No. 43

Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melawi yang berasal dari sebagian wilayah

Kabupaten Sintang sehingga Kabupaten Sintang saat ini diklarifikasi menjadi 14 pemerintahan.

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ambalau. Luas wilayak Kecamatan Ambalau sekitar 29,52

persen. Kabupaten Sintang luas masing-masing Kecamatan hanya berkisar 1-29 persen dari luas

Kabupaten Sintang (BPS Kabupaten Sintang 2016: 30).

2.3 Keadaan Geografis dan Iklim

2.3.1 Letak Geografis

Secara geografis wilayah Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Provinsi

Kalimantan Barat atau di antara 1°05' Lintang Utara dan 0°46' Lintang Selatan, 110°50' Bujur

Timur dan 113°20' Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Sintang di sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Serawak (Malaysia Timur) dan Kabupaten Kapuas Hulu. Sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Kapus Hulu dan Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sekadau. Sedangkan sebelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

22

selatan berbatasan dengan Kabupaten Melawi, Kabupaten Ketapang, dan Provinsi Kalimantan

Tengah.

Kabupaten Sintang merupakan Kabupaten yang memiliki luas wilayah ketiga terbesar

di Provinsi Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Luas

wilayah Kabupaten Sintang yaitu 21.386 km. Wilayah terluas terdapat di Kecamatan Ambalau

yaitu 6.386,40 km atau sebesar 29,52 persen. Sedangkan Kecamatan Sintang merupakan

Kecamatan yang terkecil luas wilayahnya yaitu 277.05 km atau hanya sekitar 1,28 persen.

Wilayah Kabupaten Sintang dialiri dua sungai besar, yaitu Sungai Kapuas dan Sungai

Melawi, serta dua sungai kecil yaitu Sungai Ketungau dan Sungai Kayan.. Sungai Kapuas

melewati Kecamatan Ketungau Hilir, Kelam Permai, Binjai Hulu, Sintang, Tempunak sampai

Sepauk. Sementara Sungai Melawi melewati kota Sintang, Dedai, Sampai Ambalau. Sementara

Sungai Ketungau merupakan anak dari Sungai Kapuas. Sungai Ketungau melewati Ketungau

Hulu, Ketungau Tengah, dan Ketungau Hilir. Sedangkan Sungai Kayan merupak anak Sungai

Melawi. Sungai Kayan melawati Kayan Hulu sampai Kayan Hilir.

Wilayah Kabupaten Sintang dengan luas 3,23 juta Ha merupakan salah satu kabupaten

yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas, yaitu sekitar 21,99 persen dari luas kawasan

hutan Provinsi Kalimantan Barat. Pemanfaatan terbesar untuk hutan produksi terbatas (31,15

persen), yang lainnya sebesar 30,69 persen untuk pertanian lahan kering, sebesar 21,30 persen

untuk hutan lindung dan sisanya untuk hutan produksi biasa, taman nasional dan hutan produksi

yang dapat dikonversikan.

Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang terdiri dari tanah

latasol meliputi areal seluas 1,02 juta hektar atau sekitar 46,99 persen dari luas daerah yaitu 2,16

juta. Selanjutnya tanah podosolit sekitar 0,93 juta hektar atau 42,89 persen yang terhampar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

23

hamper di seluruh Kecamatan. Sedangkan jenis tanah yang paling sedikit ditemui di Kabupaten

Sintang yaitu jenis tanah organosol hanya sekitar 0,05 juta hektar atau sebesar 2,08 persen.

Kabupaten Sintang memiliki potensi alam yang dapat dijadikan objek wisata. Namun,

hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan, masyarakat di

luar wilayah Kabupaten Sintang masih banyak yang belum mengetahui potensi alam tersebut.

Potensi alam tersebut berupa air terjun sebanyak 19 air terjun yang tersebar di lima kecamatan.

Kelima Kecamatan tersebut, yaitu Sepauk, Kayan Hulu, Ambalau, Ketungau Tengah, dan

Ketungau Hulu. Kabupaten Sintang juga memiliki 4 gunung yang terdapat di Kecamatan

Serawai dan Kecamatan Ambalau.

Tabel 1. Batas Wilayah Kabupaten Sintang

Utara Kabupaten Serawak (Malaysia Timur) dan Kabupaten Kapuas Hulu

Timur Kabupaten Kapus Hulu dan Provinsi Kalimantan Tengah

Barat Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sekadau

Selatan Kabupaten Melawi, Kabupaten Ketapang, dan Provinsi Kalimantan

Tengah.

2.3.2 Keadaan Iklim

Kabupaten Sintang dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas yang tinggi. Hal

tersebut dikarenakan Kabupaten Sintang sebagian besar wilayahnya merupakan perbukitan.

Wilayah perbukitan itu sekitar 53,50 persen. Sepanjang tahun 2016 jumlah curah hujan di

Kabupaten Sintang sebesar 3773.4 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada Januari, yaitu 298.3

mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 24 hari dalam satu bulan. Sedangkan curah hujan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

24

terendah pada Agustus, yaitu 13 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 13 hari. Menurut

Stasiun Meteorologi Susilo Sintang, intensitas curah hujan yang tinggi dipengaruhi oleh keadaan

daerah yang berhutan tropis dan disertai kelembaban udara yang cukup tinggi.

Intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angina. Faktor angin ini

sangat mempengaruhi kegiataan penerbangan dan kegiataan-kegiatan lainnya. Kecepatan angina

maksimum terbesar sepanjang tahun 2016 terjadi pada Oktober, yaitu 25 knots/jam. Sementara

kecepatan angin terendah pada Mei, yaitu 10 knots/jam. Sedangkan kecepatan angina rata-rata

terjadi sepanjang tahun 2017, berkisar antara 6,1 hingga 8,5 knots/jam.

Pada tahun 2016, rata-rata temperatur udara di Kabupaten Sintang setiap bulan berkisar

antara 26,7 Derajat Celcius sampai dengan 28,1 Derajat Celcius. Temperature udara terendah

sebesar 20,4 Derajat Celcius pada Februari. Sementara temperature udara tertinggi sebesar 23,2

Derajat Celcius, yaitu pada Januari. Penyinaran matahari dicatat dari Stasiun Meteorologi

Sintang, yaitu berkisar antara 40,5 persen-76,5 persen. Jika dilihat dari rata-rata lemban nisbi,

sepanjang tahun 2016 November merupakan bulan yang mempunyai lembab nisbi terbesar, yaitu

89,8. Sedangkan bulan dengan lembab nisbi terkecil adalah pada Agustus, dengan lembab nisbi

sebesar 85. Beralih pada rata-rata tekanan udara sepanjang tahun 2016 hampir setiap bulan

besarnya sama, yaitu berkisar 1009,5 hingga 1011,5 Milibar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

25

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Sintang

Sumber: BPS Kabupaten Sintang

2.4 Penduduk

2.4.1 Penduduk dan Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2016, penduduk Kabupaten Sintang berjumlah

402.212, dengan rata-rata jumlah penduduk per desa atau per kelurahan sebanyak 988 jiwa. Jika

dibandingkan dengan hasil proyeksi, jumlah penduduk mengalami peningkatan. Kepadatan

penduduk Kabupaten Sintang adalah 19 penduduk per km2. Kepadatan seperti tersebut akan

menyebabkan daerah Kabupaten Sintang dikatakan mempunyai penduduk yang masih jarang.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sintang selama kurun waktu 2010-2016 tercatat

rata-rata 1,64 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

26

penduduk pada tahun sebelumnya (2010-2015) yang besarnya rata-rata 1,68 persen per tahun.

Penyebaran penduduk Kabupaten Sintang tidak merata antar kecamatan yang satu dengan

kecamatan lainnya. Kecamatan Sintang memiliki jumlah penduduk tertinggi, yaitu 72.513 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk 3,4 persen selama kurun waktu 2010-2016. Laju pertumbuhan

penduduk posisi kedua, yaitu Kecamatan Sepauk dengan jumlah penduduk 51.089 jiwa.

Sementara laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2010-2016 sebesar 1,6 persen. Laju

pertumbuhan penduduk urutan ketiga adalah Kecamatan Sungai Tebelian jumlah penduduk

31.343 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,2 persen selama 2010-2016.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Jenis Kelamin 2016

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Serawai 11.963 11.416 23.379

2. Ambalau 6.908 6556 13.464

3. Kayan Hulu 11.660 11.560 23.220

4. Sepauk 26.456 24.633 51.089

5. Tempunak 15.151 13.872 29.023

6. Sungai 16.288 15.055 31.343

7. Sintang 36.737 35.776 72.513

8. Dedai 15.208 14.324 29.532

9. Kayan Hilir 13.495 12.464 25.959

10. Kelam Permai 8.354 7.915 16.269

11. Binjai Hulu 6.505 6.701 12.576

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

27

12. Ketungau Hilir 11.425 10.690 22.115

13. Ketungau 15.015 14.533 30.048

14. Ketungau Hulu 11.306 10.376 21.682

Jumlah 206.971 195.241 402.212

Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016

2.5 Mata Pencarian

Mata pencarian penduduk Kabupaten Sintang adalah bergerak pada sektor

pertanian,perkebunan, perternakan, perikanan, dan perdagangan. Hal ini dapat dibuktikan dari

luas wilayah dan jumlah produksi masing-masing sektor di Kabupaten Sintang sebagaimana

ditunjukan pada tabel 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.

Tabel 3. Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan Produksi Padi (Sawah+Ladang)

Kabupaten Sintang 2016

No Kecamatan Luas Panen

(ha)

Rata-Rata

Produksi

(kw/ha)

Produksi

(ton)

1 Serawai 2.752 8.88 2.444

2 Ambalau 2.225 12.95 2.881

3 Kayan Hulu 2.171 17.05 3.703

4 Sepauk 2.251 32.23 10.480

5 Tempunak 2.189 31.73 6.946

6 Sungai 1.549 26.91 4.168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

28

7 Sintang 373 22.46 837

8 Dedai 4.016 13.92 5.592

9 Kayan Hilir 3.778 21.54 8.140

10 Kelam Permai 3.051 27.95 8.528

11 Binjai Hulu 708 20.73 1.468

12 Ketungau Hilir 2.135 21.63 4.617

13 Ketungau 5.868 20.5 12.031

14 Ketungau Hulu 1.269 20.2 2.563

Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016

Tabel 4. Petani, Luas Tanaman, dan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten

Sintang 2016

No. Jenis Tanaman Petani

(kk)

Luas Tanaman

(ha)

Produksi

(ton)

1 Karet 46.938 93.113 38,880

2 Kelapa Dalam 1.378 708 144

3 Kelapa Hibrida 1.310 844 211

4 Kelapa Sawit 12.362 163.028 231,913

5 Lada 2.565 902 405

6 Kakao 299 125 8

7 Kapok/Randu 1.035 218 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

29

8 Aren 1.245 376 35

9 Pinang 1.340 259 52

10 Cengkeh - - -

11 Tebu - - -

12 Kopi 1.093 350 97

Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016

Tabel 5. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sintang 2016

No Kecamatan Ternak Besar Ternak Kecil

Sapi Kerbau Babi Kambing

1 Serawai 499 - 6.674 162

2 Ambalau 188 - 1.878 180

3 Kayan Hulu 269 - 3.775 83

4 Sepauk 1.078 42 9.627 424

5 Tempunak 887 34 4.433 284

6 Sungai Tebelian 1.194 - 8.804 635

7 Sintang 456 - 2.135 158

8 Dedai 1.046 15 4.989 356

9 Kayan Hilir 191 4 2.917 55

10 Kelam Permai 212 - 8.631 157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

30

11 Binjai Hulu 1.026 35 7.325 388

12 Ketungau Hilir 177 32 7.325 388

13 Ketungau Tengah 127 - 8.687 90

14 Ketungau Hulu 122 - 5.618 180

Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016

Tabel 6. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Unggas di Kabupaten Sintang

2016

No Kecamatan Ayam Ras Ayam Buras Itik

1 Serawai 43.593 27.880 185

2 Ambalau - 15.100 160

3 Kayan Hulu 67.388 18.740 84

4 Sepauk 272.063 100.450 423

5 Tempunak 131.783 36.150 185

6 Sungai Tebelian 1.386.546 93.448 275

7 Sintang 292.384 12.130 613

8 Dedai 170.844 27.778 395

9 Kayan Hilir 90.997 22.225 130

10 Kelam Permai 280.663 34.551 253

11 Binjai Hulu 129.515 36.157 265

12 Ketungau Hilir 85.655 22.630 282

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

31

13 Ketungau Tengah 62.950 16.620 253

14 Ketungau Hulu 72.059 14.815 80

Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016

Tabel 7. Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Sintang

2004-2016

No Tahun Perairan Umum Budidaya Jumlah

1 2004 229.769.23 96.889.353 426.658.563

2 2005 261.857.003 196.889.353 456.658.563

3 2006 160.304.003 19.523.003 355.534.003

4 2007 160.415.003 274.301.803 434.716.803

5 2008 195.113.003 309.961.733 505.074.733

6 2009 137.617.903 296.824.703 433.992.603

7 2010 127.196.003 263.873.903 391.069.903

8 2011 15.540.003 257.66.703 413.016.703

9 2012 170.669.303 259.054.803 429.724.103

10 2013 204.288.303 285.656.003 489.944.303

11 2014 20.383.203 372.668.003 57.650.003

12 2015 222.738.503 372.668.003 595.406.503

13 2016 258.695.903 296.043.883 554.739.783

Sumber: BPS Kabupaten Sintang2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

32

Tabel 8. Jumlah Pedagang Berdasarkan Data Pengurusan SIUP di Kabupaten Sintang

2014-2016

No Kecamatan 2014 2015 2016

1 Serawai 14 7 7

2 Ambalau 2 - -

3 Kayan Hulu 8 1 1

4 Sepauk 75 18 18

5 Tempunak 30 6 6

6 Sungai Tebelian 72 16 16

7 Sintang 541 167 167

8 Dedai 65 13 13

9 Kayan Hilir 28 4 4

10 Kelam Permai 50 6 6

11 Binjai Hulu 47 5 5

12 Ketungau Hilir 7 4 4

13 Ketungau Tengah 17 1 1

14 Ketungau Hulu 4 21 21

Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

33

Tabel 9. Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenis di Kabupaten Sintang 2012-

2016

No Bentuk Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016

1 Pasar/Market 30 30 29 30 31

2 Kios 965 965 944 722 712

Jumlah 995 995 973 752 743

Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016

2.6 Pendidikan

Jumlah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sintang pada 2016/2017 adalah sebanyak 428

sekolah. Sedangkan jumlah bermurid 60.279 siswa dan 3.539 guru. Rasio murid terhadap guru

untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah 17,03 yang artinya satu guru mendampingi 17-18

murid. Angka ini meningkat dari tahu lalu, yakni 15.86.

Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), jumlah sekolah tahun ajaran 2016/2017

adalah 131 sekolah. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun ajaran 2015/2016, yaitu 127

sekolah. Jumlah guru untuk jenjang menengah pertama,yakni 1.261 guru, sedangkan jumlah

siswa pada tahun ajaran 2016/2017 yaitu, 21.043 siswa. Adapun rasio murid terhadap guru

Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun ajaran 206/2017 adalah 16,69 dimana satu guru

mendampingi 16.17 murid.

Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) jumlah sekolah tahun ajaran 2016/2017 adalah 50

sekolah. Jumlah guru 845 orang dan jumlah murid 13.678 siswa. Adapun rasio murid terhadap

guru, yaitu 16,19 tahun ajaran 2016/2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

34

Tahun ajaran 2016/2017, di Kabupaten Sintang terdapat enam Perguruan tinggi. Keenam

Perguruan Tinggi tersebut, yakni Universitas Kapuas, Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan

(STKIP), Akademi Perawat (AKPER), Sekolah Tinggi Theologi Khatulistiwa (STTK), Sekolah

Tinggi Agama Islam Ma‟arif (STAIMA), dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Kapuas

Raya.

Tabel 10. Banyaknya Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Menurut Tingkat

Pendidikan di Kabupaten Sintang 2016

No. Tingkat Pendidikan Sekolah Guru Murid Rasio

1 Taman Kanak-Kanak 90 296 4.898 54,42

2 SD 248 3.539 60.729 17,03

3 SMP 131 1.261 21.043 16,69

4 SLTA 50 845 13.678 16,19

Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016

\

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

35

Tabel 11. Jumlah Universitas, Mahasisawa, dan Tenaga Edukatif di Kabupaten

Sintang 2016

No Jumlah Universitas Mahasiswa Tenaga Edukatif

1 6 7.531 292

Sumber: BPS Kabupaten Sintang 2016

2.7 Keadaan Budaya dan Tradisi

Masyarakat Sintang adalah masyarakat yang kaya akan budaya dan tradisi yang

diwariskan nenek moyang secara turun temurun. Masyarakat sintang terkenal dengan banyak

tradisi yang dilakukan untuk membangun solidaritas dan keharomonisan masyarakat. Ada

beberapa tradisi yang dilakukan masyarakat Sintang antara lain:

2.7.1 Tari Dara Juanti

Tarian Dara Juanti merupakan tarian kolosal yang diangkat dari sejarah Kerajaan Sintang.

Tarian Dara Juanti menceritakan seorang putri raja yang dipingit ketika memasuki usia remaja.

Putri raja tersebut bernama Putri Dara Juanti. Putri Dara Juanti adalah sosok seorang putri yang

cantik jelita dan lembut tutur katanya serta santun budi pekertinya. Hal ini yang membuat

dayang-dayang saling berebutanuntuk menghibur putri ketika berada dalam pingitan. Namun,

sebelum masa pingitan selesai dijalani sang putri harus keluar dari kamarnya. Hal ini

dikarenakan, sang ayahnya meninggal dunia. Sedangkan sang kakak suda pergi merantau ke

tanah Jawa. Sementara pemerintahan Kerajaan Sintang dipimpin oleh Putri Dara Juanti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

36

2.7.2 Tradisi Bepasung

Tradisi Bepasung dapat diartikan merangket atau memikat sesuatu agar yang diikat

menjadi tidak berdaya. Ritual Bepasung kerap dilakukan oleh masyarakat Dayak Seberuang

yang tergolong Ibanic Group. Tradisi Bepasung dipercaya masyarakat Dayak Seberuang untuk

mengancam roh yang bersemayam di pohon-pohon besar. Pohon besar seperti pohon kiara yang

telah tua.

2.7.3 Gawai Dayak

Gawai Dayak dapat diartikan sebagai salah satu pesta ucapan terimakasih kepada Sang

Pencipta „jubata‟ atas panen padi yang melimpah. Selain itu, Gawai Dayak dipercaya dapat

melambangkan persatuan, aspirasi identitas kemakmuran, serta memperkenalkan bahwa

masyarakat Dayak memiliki andil dalam mempersatukan bangsa Indonesia. Gawai Dayak ini

adalah suatu atraksi suku Dayak asli pada saat karnaval keliling kota, ritual, pameran, fashion

show, kontes Bujang Dara dan ukiran kayu.

2.7.4 Pentik

Pentik merupakan patung yang terbuat dari kayu yang dipuja sebagai symbol Petara

(Dewa). Pentik juga sering dibuat sebagai wakil dari manusia, yaitu korban ketika terjadi

serangan dari arwah setan. Jenis Pentik ini dipasang di luar desa disertai sesaji yang biasa di

letakkan di sekitarnya. Pentik dipercaya masyarakat Dayak Seberuang sebagai penghalang hantu

yang akan masuk ke desa dan menganggu manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

37

2.7.5 Seni Tato

Tato bagi suku Dayak merupakan suatu hal yang sangat penting baik laki-laki maupun

perempuan. Tato dilakukan sejak manusia menginjak dewasa atau pada awal masa pubertas satu

tahun atau lebih. Menurut Nieuwenthuis (1994: 106) seni tato adalah seni menghias tubuh,

walaupun ada pengecualian dan mempunyai hubungan dengan kepercayaan keagamaan, sama

seperti banyak hal lain dalam kehidupan manusia.

Tujuan dari seni tato/seni menghias tubuh adalah untuk mempertahankan keturunan.

Masyarakat suku Dayak percaya inisial pada tato memiliki nilai simbolik. Nilai simbolik itu

berupa pengetahuan bahwa dari mana mereka berasal atau di turunkan.

2.8 Keadaan Bahasa

Bahasa yang digunakan masyarakat suka Dayak Seberuang di Kabupaten Sintang adalah

bahasa Dayak Seberuang. Bahasa Dayak Seberuang merupakan bahasa Dayak dari rumpun Iban

yang terdapat di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Bahasa Dayak Seberuang digunakan

sebagian besar masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Sepauk, Sintang dan Kecamatan

Tempunak Sintang. Bahasa Dayak Seberuang sangat umum digunakan dalam berkomunikasi

sehari-hari.

Dalam cerita/tradisi bahasa Dayak Seberuang digunakan gaya dan bentuk bervariasi

sesuai kondisi cerita/tradisi lisan yang bersangkutan. Penggunaan bahasa Dayak Seberuang

dibagi dua jenis, yakni bahasa Dayak Seberuang Informal dan bahasa Dayak Seberuang Formal.

Bahasa Dayak Seberuang informal digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, bahasa

Dayak Seberuang formal lebih umum digunakan pada saat upacara adat dan perdukunan. Bahasa

Dayak Seberuang yang digunakan dalam sastra lisan dituturkan mengikuti pola dan gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

38

tersendiri. Pola dan gaya tersendiri seperti pengulangan kata, frase, dan kalimat yang frekuensi

nada tinggi.

Dalam penggunaan bahasa sehari-hari, ada suatu ciri khas yang mudah dimengerti oleh

orang-orang di luar pemakai bahasa Dayak Seberuang. Ciri-ciri itu adalah adanya pemakaian

kata ai di hampir di setiap katanya meskipun tidak semua. Salah satu contoh pemakaian kata ai

yang terdapat diujung kata, jalan menjadi „jalai‟, panjang menjadi ‘panjai’, dan makan menjadi

‘makai’.

Selain ciri khas tersebut, dalam bahasa Dayak Seberuang juga ditemukan tingkatan-

tingkatan dalam penggunaan bahasa. Tingkatan-tingkatan tersebut dapat kita lihat pada saat

berbicara dengan seseorang. Ada kalanya seseorang harus menggunakan kata/bahasa halus,

seperti hendak berbicara dengan orang yang lebih tua atau seseorang yang belum di kenal.

Contoh kata nuan yang artinya kamu, dipakai untuk berbicara dengan orang yang dihormati,

seperti kepada orang tua, kepala adat, dan tuan rumah. Namun, apabila ingin berbicara dengan

kawan seusia atau orang yang lebih kecil dan sudah akrab cukup menggunakan kata dik/meh

yang artinya kamu.

Table 12. Contoh Penggunaan Bahasa Dayak Seberuang

No. Bahasa Dayak seberuang Bahasa Indonesia

1 Jalai Jalan

2 Panjai Panjang

3 Makai Makan

4 Dik Kamu perempuan

5 Meh Kamu laki-laki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

39

BAB III

JENIS PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI

SEKUBANG, KECAMATAN SEPAUK, KABUPATEN SINTANG,

KALIMANTAN BARAT

3.5 Pengantar

Dalam bab ini dibahas jenis pengulangan kata dalam bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat. Jenis-jenis pengulangan tersebut meliputi (1)

pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3) pengulangan dengan variasi fonem, (4)

pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, (5) pengulangan progresif, dan (6)

pengulangan regresif.

3.2 Pengulangan Seluruh

Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar (Baryadi, 2011 : 48).

Berikut ini terdapat pengulangan seluruh dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,

Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat :

(15) Manuk-manuk yak naitau dipaluk

‘Ayam-ayam itu tidak boleh dipukul‟

(16) Antik dik ulang taun, nang kelupa makai-makai bah

„Jika kamu ulang tahun, jangan lupa makan-makan ya‟

(17) Pegawai-pegawai yak diangkat antik ujan

‘Pakaian-pakaian diangkat jika hujan‟

(18) Mayuh langkau-langkau kebakah

„Banyak rumah-rumah kebakaran‟

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

40

(19) Pakuk-pakuk yak nyaman nar

‘Sayur-sayur itu sangat enak‟

Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (15), yakni manuk-manuk „ayam-ayam‟

merupakan pengulangan seluruh. Kata manuk-manuk dibentuk dari bentuk dasar manuk „ayam‟

yang kemudian mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasarnya menjadi manuk-manuk.

Pada kalimat (16) terdapat pengulangan kata makai-makai „makan-makan‟. Pengulangan ini

dibentuk dari bentuk dasar makai „makan‟ yang juga mengalami proses pengulangan seluruh

bentuk dasarnya menjadi makai-makai.

Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (17), yakni pegawai-pegawai „pakaian-

pakaian‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pegawai-pegawai dibentuk dari bentuk dasarnya

pegawai „pakaian‟ kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi pegawai-pegawai.

Pada kalimat (18) terdapat pengulangan kata langkau-langkau „rumah-rumah‟. Pengulangan ini

dibentuk dari bentuk dasarnya langkau „rumah‟ yang juga mengalami proses pengulangan

seluruh bentuk dasarnya menjadi langkau-langkau. Pengulangan kata pada kalimat (19), yakni

pakuk-pakuk „sayur-sayur‟ merupakan pengulangan seluruh. Kata pakuk-pakuk dibentuk dari

bentuk dasarnya pakuk „sayur‟ yang kemudian mengalami proses pengulangan kata menjadi

pakuk-pakuk.

Pengulangan seluruh juga tampak pada pengulangan kata tanya dan kata ganti seperti

kalimat berikut ini:

(20) Nama-nama ti dipulah mih?

‘Apa-apa saja yang kamu lakukan?‟

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

41

(21) Sapa-sapa ti datai ari tuk?

‘Siapa-siapa saja yang datang hari ini?‟

(22) Kini-kini mih ari minggu?

‘Kemana-kemana sajakah kamu hari minggu?‟

(23) Yak-yak nakah ti mih pulah?

‘Itu-itu sajakah yang kamu kerjakan?‟

(24) Tuk-tuk nakah tidipilih?

„Ini-ini sajakah yang dipilih?‟

Pada kalimat (20) terdapat pengulangan seluruh, yakni nama-nama „apa-apa‟.

Pengulangan nama-nama dibentuk dari bentuk dasarnya nama „apa‟ kemudian mengalami proses

pengulangan menjadi nama-nama. Pengulangan kata sapa-sapa „siapa-siapa‟ yang terdapat pada

kalimat (21) juga termasuk pengulangan seluruh. Pengulangan kata sapa-sapa „siapa-siapa‟

dibentuk dari bentuk dasar sapa „siapa‟ . Pengulangan kata kini-kini „kemana-kemana‟ yang

terdapat pada kalimat (22) juga termasuk pengulangan seluruh. Pengulangan kata kini-kini

„kemana-kemana dibentuk dari bentuk dasarnya kini „kemana‟.

Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (23), yakni yak-yak „itu-itu‟ merupakan

pengulangan seluruh. Kata yak-yak „itu-itu‟ dibentuk dari bentuk dasarnya yak „itu‟ kemudian

mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasarnya menjadi yak-yak. Pada kalimat (24)

terdapat pengulangan kata tuk-tuk „ini-ini‟. Pengulangan ini dibentuk dari bentuk dasarnya tuk

„ini‟ yang kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi tuk-tuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

42

3.3 Pengulangan Sebagian

Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian bentuk dasarnya (Baryadi, 2011:

48). Dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat,

pengulangan sebagian terdiri atas awalan be-, te- dan ti-. Awalan be dalam bahasa Dayak

Seberuang sama dengan awalan ber- dalam bahasa Indonesia. Sedangkan awalan te- dalam

bahasa Dayak Seberuang sama dengan awalan ter-(berulangkali) dalam bahasa Indonesia dan

awalan ti- dalam bahasa Dayak Seberuang sama dengan awalan ter- dalam bahasa Indonesia.

Pengulangan sebagian sama dengan pengulangan progresif dalam bahasa Dayak seberuang

karena semua bentuk dasarnya diulang ke arah kanan.

3.3.1 Pengulangan Sebagian dengan Awalan be-

Berikut ini pengulangan sebagian dengan awalan be- yang terdapat dalam bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat:

(25) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu

„Kakek berjalan-jalan setiap hari minggu‟

(26) Menyadikku beguang-guang ngejah umak

„Saudaraku berlari-lari mengejar mama‟

(27) Menyadikku belagak-lagak di depan cermin

„Saudaraku bergaya-gaya di depan cermin‟

(28) Apak bepangkak-pangkak ngau adekku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

43

„Ayah berbincang-bincang dengan adikku‟

(29) Motoh Sinta begamak-gamak ngau meja

„Motor Sinta bersenggolan dengan meja‟

Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (25), yakni bejalai-jalai „berjalan-jalan‟

dibentuk dari bentuk dasarnya bejalai „berjalan‟ dan berasal dari bentuk asal jalai „jalan‟,

kemudian mengalami proses pengulangan menjadi bejalai-jalai „berjalan-jalan‟. Pengulangan

kata beguang-guang pada kalimat (26) dibentuk dari bentuk dasar beguang „berlari‟ dan berasal

dari bentuk asal guang „lari‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi beguang-guang

„berlari-lari‟.

Pada kalimat (27) terdapat pengulangan belagak-lagak „bergaya-gaya dibentuk dari

bentuk dasarnya belagak „bergaya‟ dan berasal dari bentuk asalnya lagak „ gaya‟, kemudian

mengalami proses pengulangan menjadi belayak-lagak „bergaya-gaya‟. Pengulangan kata yang

terdapat pada kalimat (28), yakni bepangkak-pangkak „berbincang-bincang‟ dibentuk dari bentuk

dasarnya bepangkak „berbincang‟ dan berasal dari bentuk asalnya pangkak „bincang‟, kemudian

mengalami proses pengulangan menjadi bepangkak-pangkak „berbincang-bincang‟. Pada kalimat

(29) terdapat pengulangan begamak-gamak „bersentuh-sentuh‟ dibentuk dari bentuk dasarnya

begamak „bersenggol‟ dan berasal dari bentuk asalnya gamak „senggol‟, kemudian mengalami

proses pengulangan menjadi begamak-gamak „bersenggolan‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

44

3.3.2 Pengulangan Sebagian dengan Awalan Te-

Berikut ini pengulangan sebagian dengan awalan te- (ter-(beruangkali)) yang terdapat

dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang,

Kalimantan Barat:

(30) Ibok tadik tejatuk-jatuk dari motoh

„Bibi tadi berulang kali terjatuh dari motor‟

(31) Nuan tekejut-kejut ninga behita yak

„Kamu berulang kali terkejut mendengar berita itu‟

3.3.3 Pengulangan Sebagian dengan Awalan ti-

Berikut ini pengulangan sebagian dengan awalan ti- dalam bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat:

(32) Aku ining makai utai timanis-manis

„Aku ingin makan sesuatu yang termanis’

(33) Nemiak yak tinumut-numut nar benyanyi

„Anak kecil itu terpandai bernyanyi‟

(34) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng

„Kelompok satu pria terganteng’

Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (30), yakni tejatuk-jatuk „berulangkali

terjatuh‟ dibentuk dari bentuk dasarnya tejatuk „terjatuh‟ dari bentuk asalnya jatuk „jatuh‟,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

45

kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tejatuk-jatuk „berulang kali terjatuh‟.

Pengulanagan kata tekejut-kejut „berulang kali terkejut‟ pada kalimat (31) dibentuk dari bentuk

dasar tekejut „terkejut‟ dan bentuk asalnya kejut ‘ terperanjat‟, kemudian mengalami proses

pengulangan menjadi tekejut-kejut „berulang kali terkejut‟. Pengulangan kata yang terdapat pada

kalimat (32), yakni timanis-manis „termanis‟ dibentuk dari bentuk dasarnya timanis „termanis‟

dari bentuk asalnya manis „manis‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi timanis-

manis „termanis‟.

Pada kalimat (33) terdapat pengulangan tinumut-numut „terpandai‟ dibentuk dari bentuk

dasar tinumut „terpandai‟ dan bentuk asalnya numut „pandai‟, kemudian mengalami proses

pengulangan menjadi tinumut-numut „terpandai‟. Pengulangan kata tiganteng-ganteng yang

terdapat pada kalimat (34) dibentuk dari bentuk dasar tiganteng „terganteng‟ dan bentuk asalnya

ganteng „tampan‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tiganteng-ganteng

„terganteng‟.

3.4 Pengulangan dengan Variasi Fonem

Pengulangan dengan variasi fonem adalah pengulangan bentuk dasar dengan mengubah

fonem ( Baryadi, 2011 : 48). Pengulangan dengan variasi fonem dapat terjadi dengan dua cara,

yaitu dengan variasi fonem berupa vokal dan variasi fonem berupa konsonan.

Berikut pengulangan dengan variasi fonem yang terdapat dalam bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang :

(35) Mensia yak saja bulak-bulik nai tentu rudu

„Manusia itu bolak-balik tidak jelas‟

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

46

(36) Nang cuhat-cuhit bukuk yak

„Jangan corat-coret buku itu‟

(37) Pilih na kin ke kamah-lamah ni ti dikak

„Pilih saja yang mana kamar-kamar yang kamu mau‟

Pengulangan kata bulak-bulik pada kalimat (35) dan cuhat-cuhit pada kalimat (36)

merupakan pengulangan dengan variasi fonem vokal. Pengulangan kata bulak-bulik „bolak-balik‟

pada kalimat (35) dibentuk dari bentuk dasar bulik „balik‟ Kata bulik mengalami variasi vokal

dari fonem /a/ menjadi /i/ sehingga menjadi bulak-bulik. Pengulangan kata cuhat-cuhit „corat-

coret‟ pada kalimat (36) dibentuk dari bentuk dasar cuhit „coret‟. Kata cuhit mengalami variasi

vokal dari fonem /a/ menjadi /i/ sehingga menjadi cuhat-cuhit. Selain itu, pada kalimat (37)

terdapat juga pengulangan dengan variasi fonem konsonan, yakni kamah-lamah „banyak kamar‟.

Pengulangan kamah-lamah dibentuk dari bentuk dasar kamah „kamar‟ Kata kamah kemudian

mengalami proses pengulangan dengan variasi fonem konsonan dari fonem /k/ menjadi fonem /l/

sehingga menjadi kamah-lamah.

2.11 Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pengimbuhan

Pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan adalah pengulangan yang

bersamaan dengan pengimbuhan ( Baryadi, 2011 : 48). Imbuhan yang terdapat dalam bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang adalah imbuhan - bah yang sama dengan imbuhan - lah dalam

bahasa Indonesia. Dalam bahasa Dayak Seberuang hanya terdapat satu imbuhan, yaitu –bah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

47

Berikut pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan –bah dalam bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang:

(38) Aok-aokbah aku ningga

„Iya-iyalah saya dengar‟

(39) Nang-nangbah nuan medak

„Jangan-nanglah kamu lihat‟

(40) Amik-amikbah ruti yak

„Ambil-ambillah roti itu‟

Pada kalimat (38) terdapat pengulangan kata, yakni aok-aokbah „iya-iyalah‟. Pengulangan

kata aok-aokbah merupakan pengulangan dengan kombinasi imbuhan –bah „-lah‟. Kata aok-

aokbah dibentuk dari bentuk dasar aok „iya‟ kemudian mengalami proses pengulangan aok-

aokbah „iya-iyalah‟. Kata nang-nangbah „jangan-janganlah‟ yang terdapat pada kalimat (39)

merupakan pengulangan dengan kombinasi imbuhan –bah „-lah‟. Kata nang-nanglah dibentuk

dari bentuk dasar nang „jangan‟ kemudian mengalami proses pengulangan nang-nangbah

„jangan-janganlah‟. Kata amik-amikbah „ambil-ambillah‟ yang terdapat pada kalimat (40)

merupakan pengulangan dengan kombinasi imbuhan –bah „-lah‟. Kata ambik-ambikbah dibentuk

dari bentuk dasar ambik „ambil‟ kemudian mengalami proses pengulangan ambik-ambikbah

„ambil-ambillah‟.

Selain itu, pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan juga terdapat pada kalimat

berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

48

(41) Makai-makaibah pakuk yak

„makan-makanlah sayur itu‟

(42) bejalai-bejalaibah kituk

„berjalan-berjalanlah ke sini‟

(43) Buh-buhbah kin

„ayo-ayolah ke sana‟

Pada kalimat (41) terdapat pengulangan kata, yakni makai-makaibah „makan-makanlah‟.

Pengulangan kata makai-makaibah merupakan pengulangan yang berkombinasi dengan imbuhan

–bah „-lah‟. Kata makai-makaibah dibentuk dari bentuk dasar makai „makan‟ kemudian

mengalami pengulangan makai-makaibah „makan-makanlah‟. Kata bejalai-bejalaibah „berjalan-

berjalanlah‟ yang terdapat pada kalimat (42) merupakan pengulangan yang berkombinasi dengan

imbuhan –bah „-lah‟. Kata makai-makaibah dibentuk dari bentuk dasar makai „makan‟ kemudian

mengalami pengulangan makai-makaibah „makan-makanlah‟. Pada kalimat (43) terdapat

pengulangan kata, yakni buh-buhbah „ayo-ayolah‟. Buh-buhbah merupakan pengulangan yang

berkombinasi dengan imbuhan –bah „-lah‟. Buh-buhbah dibentuk dari bentuk dasar buh „ayo‟

kemudian mengalami pengulangan buh-buhbah „ayo-ayolah‟.

3.6 Pengulangan Progresif

Pengulangan progresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kanan (Baryadi, 2011 :

48). Berikut ini pengulangan progresif dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang:

(44) Nemiak yak bejugit-jugit di langkau julak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

49

„Anak kecil itu bergoyong-goyang di rumah bibik‟

(45) Baju aku tebinsak-binsak

„Baju milikku tercabik-cabik’

Pada kalimat (44) terdapat pengulangan kata, yakni bejugit-jugit „bergoyang-goyang‟.

Pengulangan kata bejugit-jugit „bergoyang-goyang‟ merupakan pengulangan progresif.

Pengulangan kata bejugit-jugit dibentuk dari bentuk dasar jugit „goyang‟ dan bentuk asal bejugit,

kemudian mengalami proses pengulangann menjadi bejugit-jugit „bergoyang-goyang‟.

Pada kalimat (45) terdapat pengulangan kata, yakni tebinsak-binsak „tercabik-cabik‟.

Pengulangan kata tebinsak-binsak „tercabik-cabik‟ merupakan pengulangan progresif.

Pengulangan kata tebinsak-binsak dibentuk dari bentuk dasar binsak „cabik‟ dan bentuk asal

tebinsak, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tebinsak-binsak „tercabik-cabik‟.

Selain itu, pengulangan progresif juga terdapat pada kalimat berikut:

(46) Nemiak yak tebihak-bihak di celana

„anak kecil itu terbeol-beol di celana‟

(47) Nemiak yak tekemik-kemik di celana

„anak kecil itu terkencing-kencing di celana‟

(48) Baju urang yak tehidang-hidang

„Baju orang itu tersobek-sobek’

Pada kalimat (46) terdapat pengulangan kata, yakni tebihak-bihak „terbeol-beol‟.

Pengulangan kata tebihak-bihak „terbeol-beol‟ merupakan pengulangan progresif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

50

Pengulangan kata tebihak-bihak dibentuk dari bentuk dasar bihak „beol‟ dan bentuk asal

tebihak, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tebihak-bihak „terbeol-beol‟.

Pengulangan progresif juga terdapat pada kalimat (47), yakni tekemik-kemik „terkencing-

kencing‟. Pengulangan kata tekemik-kemik „terkencing-kencing‟ dibentuk dari bentuk dasar

kemik „kencing dan bentuk asal tekemik, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi

tekemik-kemik „terkencing-kencing‟.

Pada kalimat (48) terdapat pengulangan kata, yakini tehidang-hidang „tersobek-sobek‟.

Pengulangan kata tehidang-hidang „tersobek-sobek‟ merupakan pengulangan progresif.

Pengulangan kata tehidang-hidang dibentuk dari bentuk dasar hidang „sobek‟ dan bentuk

asal tehidang, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi tehidang-hidang „tersobek-

sobek‟.

3.7 Pengulangan Regresif

Pengulangan Regresif adalah pengulangan bentuk dasar ke arah kiri (Baryadi, 2011 : 48).

Berikut ini pengulangan regresif dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang:

(49) Nang melanyi paluk-memaluk

„Jangan bermain pukul-memukul’

(50) Nang tikam-menikam sesama kaban

„Jangan lempar-melempar sesama teman‟

(51) Sesama menyadik kalah tulung-menulung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

51

„Sesama saudara harus saling tolong-menolong’

Pengulangan regresif yang terdapat pada kalimat (49), yakni paluk-memaluk „pukul-

memukul‟. Pengulangan kata paluk-memaluk „pukul-memukul‟ dibentuk dari bentuk dasar

maluk „memukul‟ dan bentuk asal paluk „pukul‟, kemudian mengalami proses pengulangan

menjadi paluk-memaluk „pukul-memukul‟.

Pengulangan regresif terdapat juga pada kalimat (50), yakmi tikam-menikam „lempar-

melemper‟. Pengulangan kata tikam-menikam „lempar-melempar‟ dibentuk dari bentuk dasar

nikam „melempar‟ dan bentuk asal tikam „lempar‟, kemudian mengalami proses pengulangan

menjadi tikam-menikam „lempar-melempar‟.

. Pengulangan regresif pada kalimat (51), yakni tulung-menulung „tolong-menolong‟.

Pengulangan kata tulung-menulung „tolong-menolong‟ dibentuk dari bentuk dasar nulung

„menolong‟ dan bentuk asal tulung „tolong‟, kemudian mengalami proses pengulangan menjadi

tulung-menulung „tolong-menolong‟.

Selain itu, pengulangan regresif juga terdapat pada kalimat berikut:

(52) Inuk yak tampah-menampah

„Perempuan itu saling tampar-menampar’

(53) Bakas dan inuk yak sangkak-menyangkak

„ „lelaki dan perempuan itu saling tuduh-menuduh’

(54) Menyanak sidak yak cehai-menyehai

„keluarga itu saling cerai-mencerai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

52

Pengulangan regresif yang terdapat pada kalimat (52), yakni tampah-menampah „tampar-

menampar‟. Pengulangan kata tampah-menampah „tampar-menampar‟ dibentuk dari bentuk

dasar nampar „menampar‟ dan bentuk asal tampah „tampar‟, kemudian mengalami proses

pengulangan menjadi tampah-menampah „tampar-menampar‟.

Pada kalimat (53) terdapat pengulangan kata, yakni sangkak-menyangkak „tuduh-

menuduh‟. Nyangkak-menyangkak „tuduh-menuduh‟ merupakan pengulangan regresif.

Pengulangan kata sangkak-menyangkak „tuduh-menuduh‟ dibentuk dari bentuk dasar nyangkak

„menuduh‟ dan bentuk asal sangkak „tuduh‟.

Pada kalimat (53) terdapat pengulangan kata, yakni cehai-menyehai ‘cerai-mencerai.

Cehai-menyehai „cerai-mencerai‟ merupakan pengulangan regresif. Pengulangan kata cehai-

menyehai ‟cerai-mencerai‟ dibentuk dari bentuk dasar nyehai „mencerai‟ dan bentuk asal

cehai„cerai‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

53

Tabel 3.13 Jenis-Jenis Pengulangan Kata Bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,

Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

No Jenis-jenis pengulangan Contoh

1 Pengulangan seluruh Manuk-manuk yak naitau dipaluk

(ayam-ayam itu tidak boleh dipukul)

2 Pengulangan sebagian:

1. Pengulangan sebagian dengan

awalan be-

1. Akik bejalai-jalai tiap ari minggu

(kakek berjalan-jalan setiap hari

minggu)

2. Pengulangan sebagian dengan

awalan te-

2. Ibok tadik tejatuk-jatuk dari motoh

(bibi tadi berulangkali terjatuh dari

motor)

3. Pengulangan sebagian dengan

awalan ti-

3. Kelumpuk satu bakas tiganteng-

ganteng

(kelompok satu pria terganteng)

3 Pengulangan yang bervariasi fonem Mensia yak saja bulak-bulik nai tentu rudu

(manusia itu bolak-balik tidak jelas)

4 Pengulangan yang berkombinasi

pengimbuhan

Aok-aokbah aku ninga

(iya-iyalah saya dengar)

5 Pengulangan progresif Baju aku tebinsak-binsak

(baju milikku tercabik-cabik)

6 Pengulangan regresif Nang melanyi paluk-memaluk

(jangan bermain pukul-memukul)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

54

Berdasarkan tabel.3.13 dapat disimpulkan bahwa pengulangan dalam bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang terdapat enam jenis pengulangan. Pengulangan seluruh (1), pengulangan

sebagian (pengulangan sebagian dengan awalan –be, -te, dan -ti (2), pengulangan bervariasi

fonem (3), pengulangan berkombinasi pengimbuhan (4), pengulangan progresif (5), dan

pengulangan regresif (6). Pada pengulangan sebagian dalam bahasa Dayak Seberuang,

Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat sama dengan progresif yaitu pengulangan bentuk dasar

kea rah kanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

55

BAB IV

MAKNA YANG TIMBUL DARI PROSES PENGULANGAN KATA

DALAM BAHASA DAYAK SEBERUANG DI SEKUBANG

4.1 Pengantar

Pada bab ini akan di bahas makna yang timbul dari proses pengulangan kata dalam

bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat. Pembahasan ini

mencakup pengulangan kata yang menyatakan makna (1) „banyak‟, (2) „jamak‟, (3) „bermacam-

macam‟, (4) „perihal‟, (5) „berstatus sebagai‟, (6) „agak‟, (7) „perbuatan yang dilakukan

berulang-ulang‟, dan (8) „saling‟.

4.5 Pengulangan Kata Bermakna ‘Banyak’

Berikut ini pengulangan kata bermakna „banyak‟ atau disebut „mayuh‟ dalam bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang:

(55) Dik ngegak bahang-bahang bekas

„Dia mencari barang-barang bekas‟

(56) Nemiak yak ngumpul pingan-pingan kotoh

„Anak kecil itu mengumpulkan piring-piring kotor‟

(57) Bukuk-bukuk dik mayuh nar

‘Buku-buku kamu banyak sekali‟

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

56

(58) Langkau-langkau ti tuai yak ruboh

‘Rumah- rumah yang tua itu roboh‟

(59) Urang-urang yak kak angkat kuma

‘Orang-orang itu ingin berangkat ke ladang‟

(60) Nemiak yak ngumpul batuk-batuk ti emit

„Anak kecil itu mengumpulkan batu-batu yang kecil‟

(61) Inuk yak muai suduk-suduk ti patah ke aik

„Perempuan itu membuang sendok-sendok yang patah ke air‟

Pada kalimat (55) terdapat pengulangan bahang-bahang „barang-barang‟. Kata bahang-

bahang bermakna „mayuh bahang‟ atau „banyak barang‟. Pengulangan kata bahang-bahang

„barang-barang‟ dibentuk dari bentuk dasar bahang „barang‟, kemudian mengalami proses

pengulangan seluruh menjadi bahang-bahang „barang-barang‟. Kata bahang-bahang pada

kalimat „Dik ngegak bahang-bahang bekas‟ menyatakan banyak barang bekas yang dia cari.

Pengulangan yang bermakna banyak yang terdapat pada kalimat (56), yakni pingan-pingan

„piring-piring‟. Pengulangan kata pingan-pingan „piring-piring‟ dibentuk dari bentuk dasar

pingan „piring‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi pingan-pingan

„piring-piring‟. Kata pingan-pingan dalam kalimat „Nemiak yak ngumpul pingan-pingan kotoh‟

menyatakan banyak piring yang dikumpulkan oleh seorang anak kecil.

Pada kalimat (57) terdapat pengulangan bukuk-bukuk „buku-buku‟. Kata bukuk-bukuk

bermakna „mayuh bukuk‟ atau „banyak buku‟. Pengulangan kata bukuk-bukuk „buku-buku‟

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

57

dibentuk dari bentuk dasar bukuk „buku‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh

menjadi bukuk-bukuk „buku-buku‟. Kata bukuk-bukuk pada kalimat „Bukuk-bukuk dik mayuh

nar‟ menyatakan banyak buku yang dimiliki dia.

Pada kalimat (58) terdapat pengulangan langkau-langkau „rumah-rumah‟. Kata langkau-

langkau bermakna „mayuh langkau‟ atau „banyak langkau‟. Pengulangan kata langkau-langkau

„rumah-rumah‟ dibentuk dari bentuk dasar langkau „rumah‟, kemudian mengalami proses

pengulangan seluruh menjadi langkau-langkau „rumah-rumah‟. Kata langkau-langkau pada

kalimat „langkau-langkau ti tuai yak ruboh‟ menyatakan banyak rumah tua yang roboh.

Pengulangan pada kalimat (59), yakni urang-urang „orang-orang‟. Kata urang-urang

bermakna „mayuh urang‟ atau „banyak orang‟. Pengulangan kata urang-urang „orang-orang‟

dibentuk dari bentuk dasar urang „orang‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh

menjadi urang-urang „orang-orang‟. Kata urang-urang pada kalimat „Urang-urang yak kak

angkat kuma‟ menyatakan banyak banyak orang yang ingin berangkat ke ladang.

Pada kalimat (60) terdapat pengulangan batuk-batuk „batu-batu‟. Kata batuk-batuk

bermakna „mayuh batuk‟ atau „banyak batu‟. Pengulangan kata batuk-batuk „batu-batu‟ dibentuk

dari bentuk dasar batuk „batu‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi batuk-

batuk „batu-batu‟. Kata batuk-batuk pada kalimat „nemiak yak ngumpul batuk-batuk ti emit‟

menyatakan banyak batu kecil yang dikumpulkan oleh seorang anak kecil.

Pengulangan pada kalimat (61), yakni sukuk-suduk „sendok-sendok‟. Kata suduk-suduk

bermakna „mayuh suduk‟ atau „banyak sendok‟. Pengulangan kata suduk-suduk „sendok-sendok‟

dibentuk dari bentuk dasar suduk „sendok‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

58

menjadi suduk-suduk „sendok-sendok‟. Kata suduk-suduk pada kalimat „inuk yak muai suduk-

suduk ti patah ke aik‟ menyatakan banyak sendok patah yang dibuang oleh seorang perempuan

ke air.

4.3 Pengulangan Kata yang Bermakna ‘Jamak’

Pengulangan kata yang bermakna „jamak‟ berbeda dengan pengulangan kata yang

bermakna „banyak‟. „Makna jamak‟ tidak berhubungan dengan bentuk dasarnya tetapi dengan

kata yang di „terangkan‟. Kata yang „diterangkan‟ itu pada tataran frasa menduduki fungsi

sebagai subjek (Ramlan, 2001: 177).

Berikut ini terdapat pengulangan kata yang bermakna „jamak‟ dalam bahasa Dayak Seberung

di Temanang:

(62) Nyiur yak besai-besai

„Kelapa itu besar-besar’

(63) Mangga ti tumbuh di kebun kami tinggik-tinggik

„Mangga yang tumbuh di kebun kami tinggi-tinggi’

(64) Inuk di Sekubang cantek-cantek

„Gadis di Sekubang cantik-cantik’

(65) Bakas di kampung kami angas-angas

„Lelaki di kampung kami ganteng-ganteng’

(66) Ruti ti debaik inek nyaman-nyaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

59

„Roti yang di bawa oleh nenek enak-enak‟

Pada kalimat (62) terdapat pengulangan besai-besai „besar-besar‟. Kata besai-besai

bermakna „jamak‟ bagi kelapa sebagai subjek. Pengulangan kata besai-besai „besar-besar‟

dibentuk dari bentuk dasar besai „besar‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh

menjadi besai-besai „besar-besar‟. Kata besai-besai dalam kalimat „nyiur yak besai-besai‟

menerangkan makna „banyak‟ pada kelapa.

Pada kalimat (63) terdapat pengulangan tinggik-tinggik „tinggi-tinggi‟. Kata tinggik-tinggik

bermakna „jamak‟ bagi mangga sebagai subjek. Pengulangan kata tinggik-tinggik „tinggi-tinggi‟

dibentuk dari bentuk dasar tinggik „tinggi‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh

menjadi tinggik-tinggik „tinggi-tinggi‟. Kata tinggik-tinggik dalam kalimat „mangga ti tumbuh di

kebun kami tinggik-tinggik‟ menerangkan makna „banyak‟ pada mangga.

Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (64), yakni cantek-cantek „cantik-cantik‟. Kata

cantek-cantek bermakna „jamak‟ bagi gadis sebagai subjek. Pengulangan kata cantek-cantek

„cantik-cantik‟ dibentuk dari bentuk dasar cantek „cantik‟, kemudian mengalami proses

pengulangan seluruh menjadi cantek-cantek „cantik-cantik‟. Kata cantek-cantek dalam kalimat

„inuk di Sekubang cantek-cantek‟ menerangkan „banyak‟ pada gadis.

Pada kalimat (65) terdapat pengulangan angas-angas „ganteng-ganteng‟. Kata angas-angas

bermakna „jamak‟ bagi lelaki yang mengisi sebagai subjek. Pengulangan kata angas-angas

„ganteng-ganteng dibentuk dari bentuk dasar angas „ganteng‟, kemudian mengalami proses

pengulangan seluruh menjadi angas-angas „ganteng-ganteng‟. Kata angas-angas dalam kalimat

„bakas di kampong kami angas-angas‟ menerangkan makna „banyak‟ pada lelaki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

60

Pada kalimat (66) terdapat pengulangan nyaman-nyaman „enak-enak‟. Kata nyaman-nyaman

bermakna „jamak‟ bagi roti yang menempati sebagai subjek. Pengulangan kata nyaman-nyaman

„enak-enak‟ dibentuk dari bentuk dasar nyaman „enak‟, kemudian mengalami proses

pengulangan seluruh menjadi nyaman-nyaman „enak-enak‟. Kata nyaman-nyaman dalam kalimat

„ruti ti debaik inek nyaman-nyaman‟ menerangkan makna „banyak‟ pada roti.

4.4. Pengulangan Kata Mengandung Arti ‘Bermacam-macam’

Berikut Pengulangan kata yang mengandung arti „bermacam-macam‟ dalam bahasa Dayak

Seberuang di Sekubang :

(67) Di langkau aku agiksik kamah-lamah

„Di rumahku masih ada kamar-kamar

(68) Umak bejual buwah-buwahan

„ Ibu berjualan buah-buahan’

Pada kalimat (67) terdapat pengulangan kata kamah-lamah ‘kamar-kamar’ yang bermakna

„bermacam-macam‟. Pengulangan kata kamah-lamah „kamar-kamar‟ dibentuk dari bentuk dasar

kamah „kamar‟, kemudian mengalami proses pengulangan dengan variasi fonem konsonan dari

fonem /k/ menjadi fonem /l/ sehingga menjadi kamah-lamah „kamar-kamar‟. Kata kamah-lamah

dalam kalimat „Di langkau aku agiksik kamah-lamah ti baik‟ menyatakan bermacam-macam

kamar masih ada di rumah.

Pada kaliamat (68) terdapat pengulangan kata buwah-buwahan „buah-buahan‟. Kata buwah-

buwah „buah-buahan‟ bermakna „bermacam-macam‟. Pengulangan kata buwah-buwahan „buah-

buahan‟ dibentuk dari bentuk dasar buwah „buah‟, kemudian mengalami proses pengulangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

61

yang berkombinasi dengan pengimbuhan, yakni imbuhan –an pada kata buwah-buwahan „buah-

buahan‟. Kata buwah-buwahan dalam kalimat „umak bejual buwah-buwahan‟ menyatakan

bermacam-macam buah yang dijual ibu.

4.5 Pengulangan Kata yang Mengandung Arti ‘Perihal yang Disebut pada Bentuk

Dasar

Berikut terdapat pengulangan kata yang bermakna „perihal yang disebut pada bentuk

dasar‟ dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang :

(69) Nemiak yak melanyi paluk-memaluk

„Anak kecil itu bermain pukul-memukul’

(70) Apak tungkung-menungkung kayu api

„Bapak potong-memotong kayu api‟

Pada kalimat (69) terdapat pengulangan kata paluk memaluk „pukul memukul‟.

Pengulangan kata paluk-memaluk „pukul-memukul‟ dibentuk dari bentuk dasar maluk

„memukul‟ dan bentuk asal paluk „pukul‟, kemudian mengalami proses pengulangan regresif

sehingga menjadi paluk-memaluk „pukul-memukul‟. Pengulangan kata paluk-memaluk bermakna

„perihal yang disebut pada bentuk dasarnya, yakini memaluk „memukul‟. Kata paluk-memaluk

dalam kalimat „nemiak yak melanyi paluk-memaluk‟ merupakan perihal pekerjaan seorang anak

kecil,yakni bermain pukul-memukul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

62

Pada kata tungkung-menungkung „potong-memotong‟ pada kalimat (70) merupakan

pengulangan yang bermakna „perihal yang disebut bentuk dasar‟. Pengulangan kata tungkung-

menungkung „potong-memotong‟ dibentuk dari bentuk dasar nungkung „memotong‟ dan bentuk

asal tungkung „potong‟, kemudian mengalami proses pengulangan regresif sehingga menjadi

tungkung-menungkung „potong-memotong‟. Kata tungkung-menukung dalam kalimat „apak

tungkung-menungkung kayu api‟ merupakan perihal perkerjaan bapak, yaitu memotong kayu

api.

4.6 Pengulangan Kata ‘berstatus Sebagai’

Berikut pengulangan kata „berstatus sebagai‟ dalam bahasa Dayak Seberuang di

Sekubang:

(71) Benarmek udah apak-apak, gayanya agik lagu bujang

„Walaupun sudah bapak-bapak, gayanya masih seperti remaja‟

(72) Bakas yak bejalai lagu akik-akik

„Lelaki muda itu berjalan seperti kakek-kakek’

(73) Umak nungkung hambut lagu apak-apak

„Ibu memotong rambut seperti bapak-bapak‟

Pengulangan kata apak-apak yang terdapat pada kalimat (71) bermakna „berstatus

sebagai‟. Pengulangan kata apak-apak „bapak-bapak‟ dibentuk dari bentuk dasar apak „bapak‟,

kemudian mengalami proses pengulangan seluruh sehingga menjadi apak-apak „bapak-bapak‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

63

Kata apak-apak dalam kalimat „benarmek udah apak-apak, gayanya agik lagu bujang‟

menyatakan bapak yang sudah tua berstatus sebagai remaja karena kelakuannya seperti remaja.

Pada kalimat (72),yakni akik-akik ‘kakek-kakek‟ terdapat pengulangan kata „berstatus

sebagai‟. Pengulangan kata akik-akik „kakek-kakek‟ dibentuk dari bentuk dasar akik „kakek‟,

kemudian mengalami proses pengulangan seluruh sehingga menjadi akik-akik „kakek-kakek‟.

Kata akik-akik dalam kalimat „bakas yak bejalai lagu akik-akik‟ menyatakan lelaki muda

berstatus sebagai kakek karena berjalan seperti kakek-kakek.

Pada kalimat (73), yakni apak-apak „bapak-bapak” terdapat pengulangan kata „berstatus

sebagai‟. Pengulangan kata apak-apak „bapak-bapak‟ dibentuk dari bentuk dasar apak „bapak‟

kemudian mengalami proses pengulangan seluruh sehingga menjadi apak-apak „bapak-bapak‟.

Kata apak-apak dalam kalimat „umak nungkung hambut lagu apak-apak‟ menyatakan seorang

ibu berstatus sebagai bapak karena memotong rambut seperti bapak-bapak.

4.7 Pengulangan Kata Mengandung Arti ‘Agak’

Berikut pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟ dalam bahasa Dayak seberuang

di Sekubang :

(74) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu

„Wajahnya kemerah-merahan karena malu‟

(75) Empadai tetingkap, idung ya upa kebihu-bihuan

„Karena terpeleset, hidung dia tampak kebiru-biruan’

(76) Empadai melanji di pantai, kulit ya upa keitung-itungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

64

„Karena bermain di panting, wajahnya tampak kehitam-hitaman

Pada Kalimat (74) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟, yakini

kemirah-mirahan „kemerah-merahan‟. Pengulangan kata kemirah-mirahan „kemerah-merahan‟

dibentuk dari bentuk dasar mirah „merah‟, kemudian mengalami proses pengulangan yang

berkombinasi dengan pengimbuhan, yakni imbuhan ke-(-an) sehingga menjadi kemirah-mirahan

„kemerah-merahan‟. Kata kemirah-mirahan dalam kalimat „mua ya kemirah-mirahan empadai

malu‟ menyatakan warna yang agak merah pada wajah seseorang karena malu.

Pada kalimat (75) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟, yakni kebihu-

bihuan „kebiru-biruan‟. Pengulangan kata kebihu-bihuan „kebiru-biruan‟ dibentuk dari bentuk

dasar bihu „biru‟, kemudian mengalami proses pengulangan yang berkombinasi dengan

pengimbuhan, yakni imbuhan ke-(-an) sehingga menjadi kebihu-bihuan „kebiru-biruan‟. Kata

kebihu-bihuan dalam kalimat „empadai tetingkap, idung ya upa kebihu-bihuan‟ menyatakan

warna tampak agak biru pada hidung seseorang karena terpeleset.

Pada kalimat (76) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „agak‟, yakni

keitung-itungan „kehitam-hitaman‟. Pengulangan kata keitung-itungan „kehitam-hitaman‟

dibentuk dari bentuk dasar itung „hitam‟, kemudian mengalami proses pengulangan yang

berkombinasi dengan pengimbuhan, yakni imbuhan ke-(-an) sehingga menjadi keitung-itungan

„kehitam-hitaman‟. Kata keitung-itungan dalam kalimat „empadai melanyi di pantai, kulit ya upa

keitung-itugan‟ menyatakan warna kulit seseorang tampak hitam karena bermain di pantai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

65

4.8 Pengulangan Kata Bermakna ‘Berulang kali’

Berikut pengulangan kata yang bermakna „berulangkali‟ dalam bahasa Dayak Seberuang

di Sekubang :

(77) Apak luat-luat empadai nai ningga tijekuh ya

„Bapak marah-marah karena tidak mendengar perkataannya‟

(78) Inuk yak betehiyak ngumai-ngumai umak ya

„Gadis itu berteriak manggil- manggil ibunya‟

(79) Nuan nang ngibut-ngibut utai yak

„Kamu jangan gigit-gigit barang itu‟

Pada kalimat (77) terdapat pengulangan kata bermakna „berulangkali‟, yaitu luat-luat

„marah-marah‟. Pengulangan kata luat-luat „marah-marah‟ dibentuk dari bentuk dasar luat

„marah‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi luat-luat „marah-marah‟.

Makna „berulangkali‟ pada kata luat-luat dalam kalimat “apak luat-luat empadai nai ninga

tijekuh ya” menyatakan bapak yang berulang kali marah karena perkataannya tidak didengar.

Pada kalimat (78) juga terdapat pengulangan kata yang bermakna „berulangkali‟, yakni

ngumai-ngumai „memanggil-manggil‟. Pengulangan kata ngumai-ngumai „manggil-manggil‟

dibentuk dari bentuk dasar kumai „panggil‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh

menjadi ngumai-ngumai „manggil-manggil‟. Kata ngumai-ngumai dalam kalimat „inuk yak

betehiyak ngumai-ngumai umak ya‟ menyatakan seorang gadis yang berulang kali berteriak-

teriak memanggil ibunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

66

Pada kalimat (79) terdapat juga pengulangan kata bermakna „berulangkali‟, yaitu ngibut-

ngibut „gigit-gigit‟. Pengulangan kata ngibut-ngibut „gigit-gigit‟ dibentuk dari bentuk dasar kibut

„gigit‟, kemudian mengalami proses pengulangan seluruh menjadi ngibut-ngibut „gigit-gigit‟.

Kata ngibut-ngibut dalam kalimat „nuan nang ngibut-ngibut utai yak‟ menyatakan seseorang

yang berulang kali menggigiti suatu barang.

4.9 Pengulangan Kata yang Mengandung Arti ‘ Saling’ Atau Resiprokal

Berikut pengulangan kata yang mengandung arti „Saling‟ yang terdapat dalam bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang :

(80) Urang di kampung yak paluk-memaluk

„Orang di kampung itu pukul-memukul’

(81) Sidak tulung-menulung mulah langkau

„Mereka tolong-menolong membangun rumah‟

(82) Nang tikam-menikam sesama kaban

„jangan lempar-melempar sesame teman‟

Pengulangan kata yang terdapat pada kalimat (80), yakni paluk-memaluk bermakna

„saling‟. Pengulangan kata paluk-memaluk dibentuk dari bentuk dasar maluk „memukul‟ dan

bentuk asal paluk „pukul‟, kemudian mengalami proses pengulangan regresif menjadi paluk-

memaluk „pukul-memukul‟. Kata paluk-memaluk pada kalimat „urang di kampong yak paluk-

memaluk‟ menyatakan orang di kampung itu saling memukul atau melakukan perbuatan

memukul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

67

Pada kalimat (81) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „saling‟, yakni

tulung-menulung „tolong-menolong‟. Pengulangan kata tulung-menulung „tolong-menolong‟

dibentuk dari bentuk dasar nulung „menolong‟ dan bentuk asal tulung „tolong‟, kemudian

mengalami proses pengulangan regresif menjadi tulung-menulung „tolong-menolong‟. Kata

tulung-menulung dalam kalimat „sidak tulung-menulung mulah langkau‟ menyatakan

sekelompok orang saling menolong atau melakukan perbuatan menolong.

Pada kalimat (82) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „saling‟, yakni tikam-

menikam „lempar-melempar‟. Pengulangan kata tikam-menikam „lempar-melempar‟ dibentuk

dari bentuk dasar nikam „melempar‟ dan bentuk asal tikam „lempar‟, kemudian mengalami

proses pengulangan regresif menjadi tikam-menikam „lempar-melempar‟. Kata tikam-menikam

dalam kalimat „nang tikam-menikam sesama kaban‟ menyatakan perbuatan melarang untuk tidak

saling melakukan perbuatan melempar.

4.10 Pengulangan Kata yang Mengandung Arti ‘Sangat’

Berikut pengulangan kata yang mengandung arti „sangat‟ yang terdapat dalam bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang :

(83) Aku ining makai utai timanis-manis

„Aku ingin makan sesuatu yang termanis’

(84) Nemiak yak tinumut-numut nar benyanyi

„Anak kecil itu terpandai bernyanyi‟

(85) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng

„Kelompok satu pria terganteng‟

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

68

Pada kalimat (83) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „sangat‟, yakni

timanis-manis „termanis‟. Pengulangan kata timanis-manis „termanis‟ dibentuk dari bentuk dasar

timanis „termanis‟ dan bentuk asal manis „manis‟, kemudian mengalami proses pengulangan

sebagian dengan awalan –ti sehingga menjadi timanis-manis „termanis‟. Kata timanis-manis

dalam kalimat „aku ining makai utai timanis-manis‟ menyatakan seseorang ingin memakan

sesuatu yang sangat manis.

Pada kalimat (84) terdapat pengulangan kata yang mengandung arti „sangat‟, yakni

tinumut-numut „terpandai‟. Pengulangan kata tinumut-numut „terpandai‟ dibentuk dari bentuk

dasar tinumut „terpandai‟ dan bentuk asal numut „pandai‟, kemudian mengalami proses

pengulangan sebagian dengan awalan –ti sehingga menjadi tinumut-numut „terpandai‟. Kata

tinumut-numut dalam kalimat „nemiak yak tinumut-numut nar bernyanyi‟ menyatakan perbuatan

seorang anak kecil yang sangat pandai bernyanyi.

Pengulangan kata yang mengandung arti „sangat‟ juga terdapat pada kalimat (85), yakni

tiganteng-ganteng „terganteng‟. Pengulangan kata tiganteng-ganteng „terganteng‟ dibentuk dari

bentuk dasar tiganteng „terganteng‟ dan bentuk asal ganteng „tampan‟, kemudian mengalami

proses pengulangan sebagian dengan awalan –ti sehingga menjadi tiganteng-ganteng „

terganteng‟. Tiganteng-ganteng dalam kalimat „kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng‟

menyatakan satu kelompok pria yang sangat ganteng.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

69

Tabel 4.14. Jenis makna yang timbul dari prose pengulangan kata dalam bahasa Dayak

Seberuang, di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat

No Jenis-jenis makna contoh Makna

1 Pengulangan kata bermakna

banyak

Bahang-bahang

„barang-barang‟

Banyak barang (barang-

barang (barang bekas)

yang di cari lebih dari

satu

2 Pengulangan kata bermakna

jamak

Besai-besai „besar-

besar‟

Besai-besai

menerangkan makna

banyak pada kelapa

(kelapa sebagai subjek)

3 Pengulangan kata yang

mengandung arti bermacam-

macam

Kamah-lamar „kamar-

kamar

Kamar yang bermacam-

macam bentuk (ada

yang bagus/jelek,

Ac/non Ace)

4 Pengulangan kata yang

mengandung arti “perihal yang

disebut pada bentuk dasar”

Paluk- memaluk

„pukul-memukul‟

perihal seorang anak

kecil yakni bermain

pukul-memukul

5 Pengulangan kata mengandung

arti berstatus sebagai

Apak-apak „bapak-

bapak”

Seorang bapak-bapak

yang berstatus sebagai

remaja karena

kelakuannya seperti

remaja

6 Pengulangan kata mengandung

arti agak

Kemirah-mirahan

„kemerah-merahan‟

Kemirah-mirahan

menyatakan warna yang

agak merah pada wajah

seseorang karena malu

7 Pengulangan kata yang bermakna

berulang kali

Luat-luat „marah-

marah‟

Menyatakan seorang

bapak yang berulangkali

marah karena

perkataannya tidak

didengar

8 Pengulangan kata yang

mengandung arti saling atau

resiprokal

Tulung-menulung‟

tolong-menolong‟

Kata tulung-menulung

menyatakan sekolompok

orang saling menolong

atau melakukan seuatu

perbuatan menolong

9 Pengulangan kata yang

mengandung arti „sangat‟

Timanis-manis

„termanis‟

Kata timanis-manis

menyatakan sesuatu

yang sangat manis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

70

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat enam jenis pengulangan

dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat, yaitu (1)

pengulangan seluruh, (2) pengulangan sebagian, (3) pengulangan dengan variasi fonem, (4)

pengulangan yang berkombinasi dengan pengimbuhan, (5) pengulangan progresif, dan (6)

pengulangan regresif. Pengulangan sebagian dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang,

kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat terdiri atas : pengulangan sebagian dengan awalan –be, -te,

dan pengulangan sebagian dengan awalan –ti. Pengulangan yang berkombinasi dengan

pengimbuhan dalam bahasa Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan

Barat, yaitu imbuhan –bah atau –lah dalam bahasa Indonesia.

Pengulangan dalam bahasa Dayak Seberuang menimbulkan berbagai macam makna, yaitu

(1) „banyak‟, (2) „jamak‟, (3) „bermacam-macam‟, (4) „perihal yang disebut pada bentuk dasar‟,

(5) „berstatus sebagai‟, (6) „agak‟, (7) „berulang kali‟, (8) „saling‟, dan „sangat‟.

5.2 Saran

Pembahasan ini hanya terfokus pada pembahasan mengenai pengulangan kata dalam bahasa

Dayak Seberuang di Sekubang, Kecamatan Sepauk, Kalimantan Barat, yang meliputi jenis-jenis

pengulangan dan makna pengulangan. Oleh karena itu masih banyak hal yang belum dibahas

dalam penelitian yang mengkaji proses pembentukan kata, misalnya pengimbuhan,

pemajemukan, dan pemendekan dalam bahasa Dayak Seberuang juga bisa dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

71

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Sintang dalam Angka Tahun 2017,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 12.10.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Sejarah Kabupaten Sintang,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 12.50.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang 2016,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 13.10.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Luas Panen, Rata-Rata Produksi Padi 2016,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 13.56.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Petani, Luas Tanaman, Produksi 2016,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 14.05.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Populasi Ternak Unggas 2016,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 14.40.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Produksi Perikanan 2016,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 15.10.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Jumlah Pedagang 2016,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 15.50.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Jumlah Sarana Pedagang 2016,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 25/8/2017, 17.10.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2016. “Jumlah Sekolah, Guru, Murid 2016,”

Stable URL: Https;//sintangkab.bps.go.id/adminaipds/pdf_publikasi/kabupaten sintang

dalam angka tahun-2017.pdf. Diunduh: 26/8/2017, 10.10.

Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

72

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia ( Pendekatan Proses ). Jakarta:

Rineka Cipta

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta:

Carasvatibooks

Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Yogyakarta:

Bumi Aksara

Nazir, Mohmammad. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Rahmawati, Ika. Y. 2012. “Penggunaan Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia dalam Novel

Perempuan Berkalung Soran karya Abidah El Khalieqy”.Skripsi. Surakarta

Ramlan, M. 1990. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyano

Soedjito. 1995. Morfologi Bahasa Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syahzaman & Hasanuddin. 2003. Sintang dalam Lintasan Sejarah. Pontianak: Romeo Grafika

Yeq, Yohana. 2013. “Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Bahau di Long

Lunuk, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur”.Skripsi. Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

73

LAMPIRAN

DATA YANG DIGUNAKAN

(1) Manuk-manuk yak naitau dipaluk

(2) Pemakai yak nang dikibut-kibut

(3) Pegawai-pegawai yak diangkat antik ujan

(4) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu

(5) Dik ngegak bahang-bahang bekas

(6) Bakas di kampung kami angas-angas

(7) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu

(8) Bukuk-bukuk yak matang tengkamu

(9) Nemiak yak melanyi paluk-memaluk

(10) Ukui-ukui yak makai nasik di dapuh

(11) Antic dik ulang taun, nang kelupa makai-makai bah

(12) Mayauh langkau-langkau kebakah

(13) Pakuk-pakuk yak nyaman nar

(14) Nama-nama ti dipulah mih?

(15) Sapa-sapa ti datai ari tuk?

(16) Kini-kini mih ari minggu?

(17) Yak-yak nakah ti mih pulah?

(18) Tuk-tuk nakah tidipilih?

(19) Menyadikku beguang-guang ngejah umak

(20) Menyadikku belagak-lagak di depan cermin

(21) Apak bepangkak-pangkak ngau adekku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

74

(22) Motoh sinta begamak-gamak ngau meja

(23) Ibok tadik tejatuk-jatuk dari motoh

(24) Nuan tekejut-kejut ninga behita yak

(25) Aku ining makai utai timanis-manis

(26) Nemiak yak tinumut-numut nar benyanyi

(27) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng

(28) Mensia yak saja bulak-bullik nai tentu rudu

(29) Nang cuhat-cuhit bukuk yak

(30) Pilih na kin ke kamah-lamah ni ti dikak

(31) Aok-aokbah aku ninga

(32) Nang-nangbah nuan medak

(33) Amik-amikbah ruti yak

(34) Nemiak yak bejugit-jugit di langkau julak

(35) Baju aku tebinsak-binsak

(36) Nang melanyi paluk-memaluk

(37) Nang tikam-menikam sesama kaban

(38) Sesama menyadik kalah tulung-menulung

(39) Nemiak yakk ngumpul pingan-pingan kotoh

(40) Bukuk-bukuk dik mayuh nar

(41) Langkau-langkau ti tuai yak ruboh

(42) Urang-urang yak kak angkat kuma

(43) Nyiur yak besai-besai

(44) Mangga ti tumbuh di kebun kami tinggik-tinggik

(45) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

75

(46) Inuk di Sekubang cantek-cantek

(47) Bakas di kampung kami angas-angas

(48) Ruti ti debaik inek nyaman-nyaman

(49) Dik ngegak bahang-bahang bekas

(50) Akik bejalai-jalai tiap ari minggu

(51) Manuk-manuk yak naitau dipaluk

(52) Nemiak yak tebihk-bihak di celana

(53) Bejalai-jalaibah kituk

(54) Bukuk-bukuk yak matang tengkamu

(55) Dilangkau aku agiksik kamah-lamah ti baik

(56) Nemiak yak melanyi paluk-memaluk

(57) Apak tungkung-menungkung kayu api

(58) Benar mek udah apak-apak, gayanya agik lagu bujang

(59) Bakas yak bejalai lagu akik-akik

(60) Mua ya kemirah-mirahan empadai malu

(61) Apak luat-luat empadai nai ningga tijekuh ya

(62) Inuk yak betehiak ngumai-ngumai umak ya

(63) Nuan nang ngibut-ngibut utai yak

(64) Urang di kampung yak paluk-memaluk

(65) Sidak tulung-menulung mulah langkau

(66) Makai-makaibah pakuk yak

(67) Buh-buhbah kin

(68) Nemiak yak tebihak-bihak di celana

(69) Nemiak yak tekemik-kemik di celana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN … derajat Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan

76

(70) Baju urang yak tehidang-hidang

(71) Inuk yak tampah-menampah

(72) Bakas dan inuk yak sangkak-menyangkak

(73) Motoh Sinta begamak-gamak ngau meja

(74) Menyanak sidak yak cehai-menyehai

(75) Urang-urang yak kak angkat kuma

(76) Nemiak yak ngumpul batuk-batuk ti emit

(77) Inuk yak muai suduk-suduk ti patah ke aik

(78) Di langkau aku agiksik kamah-lamah

(79) Umak bejual buwah-buwahan

(80) Umak nungkung hambut lagu apak-apak

(81) Empadai tetingkap, idung ya upa kebihu-bihuan

(82) Empadai melanyi di pantai, kulit ya upa keitung-itungan

(83) Aku ining makai utai timanis-manis

(84) Nemiak yak tinumut-numut nar benyanyi

(85) Kelumpuk satu bakas tiganteng-ganteng

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI