16
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN DENGAN PENGELOLAAN BERWAWASAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN: PKM-ARTIKEL ILMIAH Diusulkan oleh: Ketua Anggota :Nofirly Hamli NIM :140722601754 (2014) Anggota 1 :Titin Lichwatin NIM :140722601700 (2014) Anggota 2 :Yan Jatmika Aji NIM :140722605661 (2014) UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG 2015

Program Kreativitas Mahasiswa Pkm Ai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Once you upload an approved document, you will be able to read and download this document

Citation preview

  • PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    JUDUL PROGRAM

    PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN DENGAN PENGELOLAAN

    BERWAWASAN LINGKUNGAN

    BIDANG KEGIATAN:

    PKM-ARTIKEL ILMIAH

    Diusulkan oleh:

    Ketua Anggota :Nofirly Hamli NIM :140722601754 (2014)

    Anggota 1 :Titin Lichwatin NIM :140722601700 (2014)

    Anggota 2 :Yan Jatmika Aji NIM :140722605661 (2014)

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    MALANG

    2015

  • DATA PENULIS

    A. Ketua Kelompok:

    1) Nama lengkap dan gelar : Nofirly Hamli 2) NIM : 140722601754 3) Tempat/tanggal lahir : Ranai, 23 November 1997 4) Jenis Kelamin : Laki-laki 5) Agama : Islam 6) Alamat rumah : Jl. Hang Jebat

    No. Telp/Hp : 081266017846

    E-mail : [email protected]

    Pendidikan

    a. Sekolah Dasar : SDN 1 Bunguran Timur, Ranai, Kab. Natuna

    b. Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Bunguran Timur, Ranai, Kab. Natuna

    c. Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Bunguran Timur, Ranai, Kab. Natuna

    d. Perguruan Tinggi : S1 - FIS Universitas Negeri Malang

    B. Anggota Kelompok:

    a. Anggota 1: 1) Nama lengkap dan gelar : Titin Lichwatin 2) NIM : 140722601700 3) Tempat/tanggal lahir : Gresik, 28 Desember 1995 4) Jenis Kelamin : Perempuan 5) Agama : Islam 6) Alamat rumah : Ds. Wotan, Kec. Panceng, Kab.

    Gresik

    No. Telp/Hp : 088563387119

    E-mail : [email protected]

    Pendidikan

    a. Sekolah Dasar : MI Muhammadiyah 04 Wotan b. Sekolah Menengah Pertama : MTS Muhammadiyah 09 Wotan c. Sekolah Menengah Atas : MA Muhammadiyah 09 Lamongan d. Perguruan Tinggi : S1 - FIS Universitas Negeri Malang

    b. Anggota 2: 7) Nama lengkap : Yan Jatmika Aji 8) NIM : 14072260175661 9) Tempat/tanggal lahir : Trenggalek 10) Jenis Kelamin : Laki-laki 11) Agama : Islam 12) Alamat rumah : Ds. Gandusari, Kec. Gandusari,

    Kab.Trenggalek

    No. Telp/Hp : 085704812501

    E-mail : [email protected]

  • Pendidikan

    a. Sekolah Dasar : SDIT Al-Azhaar Trenggalek b. Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Trenggalek c. Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Trenggalek d. Perguruan Tinggi : S1 - FIS Universitas Negeri Malang

    C. Data Dosen Pembimbing: 1) Nama lengkap dan gelar : Drs. Hendri Purwito, M.Si 2) NIP : 1195404251984031001 3) Tempat/tanggal lahir : 4) Jenis Kelamin : Laki-laki 5) Agama : Islam 6) Pangkat/Gol. Ruang Gaji : Lektor, III/d 7) Alamat rumah : Jl. Tlogomas VIII/2 RT 04/RW 05

    No. Telp/Hp : 081233526237

    8) Alamat kantor : Jl. Surabaya 6 Malang No. Telp : (0341) 551312

    E-mail : [email protected]

    Pendidikan

    a. Sekolah Dasar : SDN Malang b. Sekolah Menengah Pertama : SMPN Malang c. Sekolah Menengah Atas : SMAN Malang d. Perguruan Tinggi : IKIP Malang, UGM Yogyakarta

  • PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN DENGAN PENGELOLAAN

    BERWAWASAN LINGKUNGAN

    Nofirly Hamli, Titin Lichawatin, Yan Jatmika Aji

    Universitas Negeri Malang

    Abstrak

    Seiring dengan berkembangnya zaman, peningkatan akan kebutuhan

    sumberdaya alam kian bertambah, hal ini mengakibatkan degradasi lingkungan

    yang disebabkan oleh pemanfaatan sumberdaya, khususnya hutan yang tidak

    berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran

    kepada masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan terhadap pemanfaatan

    sumberdaya hutan tersebut, dengan pengelolaan berwawasan lingkungan sebagai

    kunci utama dalam penyelesaian permasalahan degradasi lingkungan. Metode

    yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, menggunakan bacaan kajian pustaka

    dari berbagai sumber terkait dengan topik permasalahan yang dikaji. Pemanfaatan

    sumberdaya hutan dengan pengelolaan berwawasan lingkungan, memiliki

    berbagai dampak positif yang dapat dirasakan oleh setiap badan maupun individu

    yang memanfaatkan sumberdaya ini untuk kesejahteraannya. Hasil pemanfaatan

    dengan pengelolaan berwawasan lingkungan, yaitu: terjaganya lingkungan yang

    sehat, sehingga memberikan perlindungan terhadap bencana alam, mengatur

    neraca air tanah, mencegah atau mengurangi bahaya erosi, memelihara sumber-

    sumber genetis. Dalam pemanfaatan sumberdaya ini, perlu diperhatikan

    kelestarian lingkungan agar terjaganya keseimbangan ekosistem yang alami.

    Menanam kesadaran kepada masyarakat dan pemilik HPH (hak pengusahaan

    hutan), melalui berbagai media seperti sosialiasi dan penyuluhan terkait dengan

    pengelolaan yang berwawasan lingkugan dan pembangunan berkelanjutan.

    Kata Kunci: Hutan, Sumberdaya Alam, Wawasan Lingkungan

    Abstract

    Along with the development of the times, the increase will be a growing need

    for natural resources, this has resulted in environmental degradation caused by the

    use of resources, especially forests that are not environmentally sound. This study

    aims to instill awareness to the public of the importance of environmental

    sustainability to the utilization of the forest resources, the environmentally sound

    management as the key to solve the problems of environmental degradation. The

    method used in this research, a literature review using the readings from various

    sources related to the topic of problems studied. Utilization of forest resources

    with environmentally sound management, have positive impacts that can be felt

    by any entity or individual who utilize these resources for welfare. The result of

  • the use of environmentally sound management, namely: the preservation of a

    healthy environment, so as to provide protection against natural disasters, regulate

    soil water balance, prevent or reduce erosion, maintain genetic resources. In this

    resource utilization, environmental sustainability should be noted that the

    preservation of the natural balance of the ecosystem.Planting awareness to the

    community and the owner of HPH (forest concession rights), through various

    media such as socialization and education related to the sound management of

    environmental and sustainable development. Keywords: Forests, Natural Resources, Environmental Insights

    Pendahuluan

    Hutan merupakan sumberdaya alam yang menempati posisi yang sangat

    strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekitar dua-pertiga dari 191

    juta hektar daratan Indonesia merupakan daerah yang memiliki keanekaragaman

    ekosistem yang bervariasi, mulai dari hutan bakau, hutan pantai, hutan dataran

    rendah, sampai hutan dataran tinggi. Nilai penting sumberdaya tersebut kian

    bertambah karena hutan merupakan penompang kehidupan orang banyak.

    Keberadaan dan pengelolaan sumberdaya hutan sekarang ini cenderung

    merusak, karena tingkat defortasi yang mengakibatkan sejumlah hutan di kawasan

    hutan indonesia mengalami degradasi. Penyebab deforestasi tersebut terutama

    adalah: (1) kegiatan konversi hutan menjadi perkebunan, transmigrasi,

    permukiman, pertambangan dan lain-lain, (2) penebangan liar, serta (3) kebakaran

    hutan yang hampir setiap tahun terjadi dengan intensitas yang cukup besar.

    Djajadiningrat dan Amir (1992) memperkirakan bahwa sampai tahun 1992 telah

    12 juta hektar kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian dan 2,8 juta

    hektar lainnya untuk kegiatan pertambangan. Sementara itu praktek pengusahaan

    hutan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang tidak profesional,

    kebakaran hutan, dan penebangan liar telah merusak jutaan hektar hutan, bahkan

    sangat mungkin telah memusnahkan puluhan spesies endemik yang hidup dalam

    ekosistem hutan. Berdasarkan kondisi tersebut, FAO meramalkan bahwa pada

    tahun 2030 sekitar 20-25% sumberdaya hutan indonesia hutan indonesia akan

    hilang (FAO, 1994). Dalam pengeloaannya penulis mengajak pembaca untuk

    mengkaji lebih lanjut tentang analisis dampak lingkungan (AMDAL) terhadap

    pemanfaatan sumberdaya hutan dengan pengelolaan berwawasan lingkungan.

    Sebagai bangsa yag lahir dari proses perjuangan, cara pandang terhadap

    permasalahan kehutanan yang dihadapi saat ini merupakan tantangan dan pintu

    masuk bagi pemulihan dan peningkatan pembangunan hutan. Harus disadari

    bahwa walaupun sebagian basis sumberdaya alam telah indonesia sudah rusak,

  • atau mengalami degradasi, tetapi masih cukup banyak yang tersisa. Disamping

    itu, sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang terbaharui (renewable

    resource) sehingga kerusakan hutan pada dasarnya dapat dipulihkan. Dengan

    perkataan lain sumberdaya hutan masih dapat dijadikan tumpuan harapan, masih

    memiliki potensi bagi upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan martabat

    bangsa dalam pergaulan internasional. Semua itu dapat dicapai apabila tumbuh

    kesadaran dari individu masing-masing akan pentingnya peranan hutan dalam

    rangka pemanfaatan sumberdaya hutan dengan pengelolaan berwawasan

    linkungan.

    Tujuan

    Tujuan dari dibuatnya PKM ini adalah untuk menanamkan kesadaran kepada

    masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan terhadap pemanfaatan

    sumberdaya hutan tersebut, dengan pengelolaan berwawasan lingkungan sebagai

    kunci utama dalam penyelesaian permasalahan degradasi lingkungan.

    Metode Penelitian

    Dalam proses penelitian PKM-AI ini, kami menggunakan metode kajian

    pustaka dengan bacaan dari berbagai sumber, terkait dengan topik bahasan pada

    PKM-AI ini.

    Hasil dan Pembahasan

    Pemanfaatan sumberdaya hutan dengan pengelolaan berwawasan lingkungan,

    memiliki berbagai dampak positif yang dapat dirasakan oleh setiap badan maupun

    individu yang memanfaatkan sumberdaya ini untuk kesejahteraannya. Hasil

    pemanfaatan dengan pengelolaan berwawasan lingkungan, yaitu: terjaganya

    lingkungan yang sehat, sehingga memberikan perlindungan terhadap bencana

    alam, mengatur neraca air tanah, mencegah atau mengurangi bahaya erosi,

    memelihara sumber-sumber genetis.

    Keadaan hutan yang mempengaruhi lingkungan, juga diteliti oleh Leith dan

    Whitter (1975) dalam buku karangannya yang memperkirakan 90 persen dari

    seluruh biomassa yang terdapat di muka bumi ini terdapat didalam hutan,

    terutama dalam bentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan bahan-bahan

    jatuhannya beserta hewan dan jasad renik yang memperoleh makanan darinya.

    Kedua pengarang itu menaksir produksi bersih biomassa hutan setahun mencapai

    50109 ton. Hasil ini melebihi biomassa yang diproduksi oleh semua persawahan,

  • padang pengembalaan, stepa, tundra dan segala bentuk vegetasi penghasil

    biomassa primer melalui fotosintesis.

    Pada fotosintesis senyawa organik diproduksi dari air dan karbon dioksida

    dengan bantuan energi surya. Senyawa organik ini kebanyakan berupa selulose,

    lignum, gula, bersama dengan lemak, pati protein, damar, fenol, dan berbagai

    senyawa lainnya. Pengelolaan ini merupakan sintesis kimia yang utama di atas

    bumi kita. Terlepas dari air dan karbon dioksida, tumbuh-tumbuhan

    membutuhkan hanya sedikit unsur hara untuk pengelolaan ini, misalnya unsur

    nitrogen, fosfor, kalium,dan berbagai unsur lainnya yang diserap oleh akar.

    Biomassa hutan ini, kemudian, menjadi dasar hara bagi semua hewan dan,

    akhirnya, manusia. Selama proses forosintesis sejumlah besar karbon dioksida

    dari atmosfer diikat, sedangkan oksigen dilepaskan. Walupun begitu, adalah salah

    satu untuk mengatakan bahwa dengan demikian hutan memegang peranan tertentu

    dalam suplai oksigen dunia saat ini, seperti yang sering dikatakan orang.

    Pengikatan bersih karbon dan produksi bersih oksigen hanya di hutan yang berada

    dalam tahap pembentukanyaitu yang sedang memproduksi biomassa terus-

    menerus. Tetapi hanya hutan yang sempurna dan dewasa, di mana campur tangan

    manusia dapat diabaikan, yang mampu memelihara keseimbangan, yaitu di mana

    produksi dan kehilangan biomassa kira-kira setara.

    Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks dengan ciri

    trigamatranya sangat menonjol. Mereka mengandung sangat banyak jenis

    pepohonan, mulai dari fanerogam yang kecil sampai ke pohon-pohon raksasa

    maupun juga pohon pakis, lumut dan jamur, yang kemudian menjadi dasar

    kehidupan berbagai jenis hewan dan jasad renik. Relung-relung ekologi yang

    terdapat di dalamnya memberi tempat bagi berbagai jenis yang khas, sehingga

    memperluas spektrum spesies.

    Jalinan yang kompleks terdapat di hutan tropis yang membangun struktur yang

    berkembang tinggi dan jenis yang beranekaragam. Menurut perkiraan yang bisa

    dipercaya (Myers 1979) ada sekitar 2-5 juta jenis di hutan hujan tropis, yang

    mencakup lebih dari setengah jumlah jenis yang ada di seluruh dunia. Hutan

    tropis Asia Tenggara saja mengandung 25 ribu jenis fanerogam. Pada tanah seluas

    hanya satu hektar di hutan hujan Amazon (Amerika Selatan) bisa ditemukan 235

    jenis pohon. Kompleksitas dan keanekaragaman jenis suatu ekosistem akan

    menurun bila iklim dan tanah berubah menjadi tidak menguntungkan bagi

    pertumbuhan pohon. Karena itu hutan iklim sedang (terutama hutan pegunungan

    dan hutan boreal) komposisinya lebih sederhana.

    Berikut dibawah ini adalah data (2013) dari BPS terkait dengan keberadaan

    tanaman diperkarangan rumah tangga seluruh provinsi indonesia.

  • Tabel 1.0 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan

    Tanaman Keras/Tahunan di Pekarangan Rumah

    Provinsi

    Keberadaan Tanaman Keras/Tahunan

    Ada Tidak ada

    Aceh 64,54 35,46

    Sumatera Utara 49,93 50,07

    Sumatera Barat 57,72 42,28

    Riau 66,08 33,92

    Jambi 55,45 44,55

    Sumatera Selatan 57,18 42,82

    Bengkulu 64,81 35,19

    Lampung 67,55 32,45

    Kep. Bangka Belitung 60,61 39,39

    Kepulauan Riau 42,02 57,98

    DKI Jakarta 15,88 84,12

    Jawa Barat 39,75 60,25

    Jawa Tengah 58,05 41,95

    DI Yogyakarta 63,10 36,90

    Jawa Timur 55,83 44,17

    Banten 42,72 57,28

    Bali 65,99 34,01

    Nusa Tenggara Barat 52,52 47,48

    Nusa Tenggara Timur 74,24 25,76

    Kalimantan Barat 64,10 35,90

    Kalimantan Tengah 65,18 34,82

    Kalimantan Selatan 54,11 45,89

    Kalimantan Timur 42,19 57,81

    Sulawesi Utara 56,25 43,75

    Sulawesi Tengah 55,17 44,83

    Sulawesi Selatan 62,32 37,68

    Sulawesi Tenggara 57,20 42,80

    Gorontalo 62,05 37,95

    Sulawesi Barat 64,00 36,00

    Maluku 47,02 52,98

    Maluku Utara 52,42 47,58

    Papua Barat 60,05 39,95

    Papua 48,24 51,76

    Indonesia 52,14 47,86

    Data BPS tahun 2013

    Pada Tabel 1.0 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan

    Tanaman Keras/Tahunan di Pekarangan Rumah, menunjukan 35 provinsi

  • indonesia dengan total keberadaan tanaman keras/tahunan yang diperkiraan ada,

    sebesar 52,14 dan tidak ada 47,85, dari total ini menunjukan bahwa kesadaran

    masyarakat akan pentingnya menanam pohon bagi kelestarian lingkungan telah

    tercapai. Dari 35 provinsi tersebut, provinsi Nusa Tenggara Timur-lah yang

    memiliki keberadaan tanaman keras/tahunan di perkarangan rumah

    masyarakatnya yang paling tinggi, yaitu sebesar 74,24 dengan keberadaan tidak

    ada hanya sebesar 25,76 paling rendah. Keberadaan tanaman keras/tahunan di

    Nusa Tenggara Timur yang paling tinggi ini, dipengaruhi oleh masyarakat sekitar

    yang gemar menanam pepohonan berbuah tahunan, seperti: mangga, sirsak, jambu

    dsb, sedangkan untuk daerah provinsi yang diperkirakan paling rendah

    keberadaan tanaman keras/tahunan, adalah daerah provinsi DKI Jakarta dengan

    total perkiraan ada sebesar 15,88 dan tidak ada sebesar 84,12. Nilai besaran angka

    yang terdapat pada provinsi DKI Jakarta sendiri, dipengaruhi oleh kegiatan-

    kegiatan pembangunan proyek industri, hotel, mal, jalan dsb, hal ini

    mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan didaerah tersebut secara tidak

    langsung.

    Tabel 1.1 Perkembangan Kawasan Hutan s/d Tahun 2013

    NO PROVINSI

    REALISASI

    Tahun 2012 S/D Tahun 2012 Tahun 2013 S/D Tahun 2013

    U

    ni

    t

    (Ha)

    U

    ni

    t

    (Ha)

    U

    ni

    t

    (Ha)

    U

    ni

    t

    (Ha)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1 Aceh 0 4 18 31.131 0 0 18 31.131

    2 Sumatra

    utara

    1 202,40 15 21.057,80 1 120 16 21.177,80

    3 Sumatra

    barat

    0 0 11 101.711,08 0 0 11 101.711.08

    4 Riau 0 0 49 193.989, 30 0 0 49 193.989,30

    5 Jambi 0 0 6 49. 700, 40 0 0 6 49.700,40

    6 Sumatra

    selatan

    0 0 50 370.294,01 0 0 50 370.294,01

    7 Bengkulu 0 0 23 257.304,30 0 0 23 257.304,30

    8 Lampung 0 0 12 216.010,76 2 269,10 14 216.279,86

    9 Kep. Bangka

    Belitung

    2 1.256,09 4 10.847,09 0 0 4 10.847,09

    10 Kep. Riau 2 11.615,85 4 12.573,15 0 0 4 12.573,15

    11 DKI Jakarta 0 0 3 367,20 0 0 3 367,20

    12 Jawa Barat 2 510,06 93 1.092.699,5

    7

    7 870,09 10

    0

    1.093.569,66

    13 Jawa Tengah 0 0 15 7.637,17 4 258,77 19 7.895,94

    14 D.I.

    Yogyakarta

    0 0 11 651.361,44 0 0 11 651.361,44

    15 Jawa Timur 1 40,95 23 2.938,53 6 8.382,24 29 11.320,77

  • 16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0

    17 Bali 0 0 32 105.587,50 0 0 32 105.587,50

    18

    Nusa

    Tenggara

    Barat

    0 0 37 520.108,43 0 0 37 520.108,43

    19

    Nusa

    Tenggara

    Timur

    0 0 67 782.078,77 0 0 67 782.078,77

    20 Kalimantan

    Barat

    3 17.714,37 60 934.114,55 2 25.556,30 62 959.670,85

    21 Kalimantan

    Tengah

    0 0 4 63.210,58 0 0 4 63.210,58

    22 Kalimantan

    Selatan

    6 20.617 32 1.095.058,2

    4

    6 7.435,85 38 1.102.494,09

    23 Kalimantan

    Timur

    3 29,45 36 714.955,78 0 0 36 714.955,78

    24 Sulawesi

    Utara

    0 0 24 436.698,02 0 0 24 436.698,02

    25 Sulawesi

    Tengah

    0 0 17 393.098,72 0 0 17 393.098,72

    26 Sulawesi

    Selatan

    0 0 42 92.209,34 0 0 42 92.209,34

    27 Sulawesi

    Tenggara

    0 0 21 1.743.993,0

    9

    0 0 21 1.743.993,09

    28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0

    29 Sulawesi

    Barat

    0 0 0 0 0 0 0 0

    30 Maluku 1

    1

    5.007,39 99 1.667.244,3

    4

    22 186.843,01 12

    1

    1.854.087.,35

    31 Maluku

    Utara

    4 6.934,21 4 6.934,21 3 80.827,16 7 87.761,37

    32 Papua Barat 1 16.430,45 45 2.800.412,3

    0

    0 0 45 2.800.412,35

    33 Papua 4 535.332,76 2 60.29705 3 440.587,94 5 500.884,99

    Jumlah 4

    0

    615.695 85

    9

    14.435.623,

    72

    56 751.150,46 91

    5

    15.186.774,1

    8 Data BPS tahun 2013

    Pada Tabel 1.1, menyajikan data mengenai perkembangan kawasan hutan

    diseluruh provinsi indonesia untuk tahun 2012 s/d 2013, perkembangan kawasan

    hutan tertinggi berada pada provinsi papua pada tahun 2012 dengan nilai

    535.332,76 Ha per 4 unit,sedangkan untuk tahun 2013 menjadi 440.587,94 Ha per

    3 unit, serta untuk daerah provinsi yang tidak memiliki perkembangan kawasan

    hutan terdapat di provinsi gorontalo dan sulawesi barat.

    PERLINDUNGAN HUTAN

    Perlindungan terhadap kawasan hutan diarahkan untuk mempertahankan

    eksistensi kawasan hutan dan keanekaragaman hayatinya serta menjaga agar

    peranan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan dapat terus berlangsung.

    Untuk mencegah kerusakan lebih parah, telah dilakukan operasi Pengamanan

    Hutan dan upaya penegakan hukum. Pada tahun 2013 tercatat beberapa perkara

    tindak pidana Keamanan hutan. Sebagaimana dilaporkan oleh pemerintah daerah/

    UPT, kebakaran melanda kawasan hutan seluas 4.918,75 ha. Dari data ini

  • terlihat terjadi penurunan kebakaran dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

    Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, antara lain dengan mendeteksi titik

    api, dimana pada tahun 2013 dideteksi sebanyak 19.353 titik panas. Sampai

    dengan akhir tahun 2013, tenaga pengamanan hutan terdiri dari Polisi Kehutanan

    (Polhut) sebanyak 8.183 orang, Penyidik PNS (PPNS) sebanyak 304 orang dan

    TPHL sebanyak 2.437 orang.

    KONSERVASI KAWASAN

    Berdasarkan UU Nomor 41/1999 tentang Kehutanan, Hutan Konservasi

    adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok

    sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya.

    Kawasan hutan konservasi dibedakan menjadi Kawasan Suaka Alam, Kawasan

    Pelestarian Alam dan Taman Buru. Kawasan Suaka Alam adalah hutan yang

    dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan

    pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga

    berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Termasuk dalam kategori

    kawasan ini ialah Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa. Kedua kategori

    kawasan tersebut dilindungi secara ketat, sehingga tidak boleh ada sedikitpun

    campur tangan manusia dalam proses-proses alami yang terjadi di dalam kawasan

    tersebut. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi keperluan ilmu pengetahuan dan

    pendidikan. Saat ini terdapat 222 unit Cagar Alam Darat dengan total luas

    3.957.691,66 hektar, dan 5 unit Cagar Alam perairan dengan luas sekitar 152.610

    hektar; sedangkan Suaka Margasatwa darat sebanyak 71 unit dengan luas

    5.024.138,29 hektar serta 4 unit Suaka Margasatwa perairan dengan luas sekitar

    5.588,25 hektar.

    Kawasan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang

    mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

    keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

    sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Termasuk ke dalam kategori kawasan

    ini adalah Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya. Taman

    Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

    yang dikelola dengan sistem zonasi untuk keperluan ilmu pengetahuan,

    pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan/atau satwa, pariwisata, dan

    rekreasi. Pada tahun 2013 telah ada 43 unit Taman Nasional Darat dengan luas

    12.328.523,34 hektar, dan 7 unit Taman Nasional Laut dengan luas 4.043.541,30

    hektar. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan

    utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Saat ini

    terdapat 101 unit Taman Wisata Alam Darat dengan total luas sekitar 257.323,85

    hektar, dan 14 Taman Wisata Laut dengan total luas sekitar 491.248,00 hektar.

    Taman Hutan Raya merupakan kawasan pelestarian alam yang ditetapkan

    untuk tujuan koleksi tumbuh-tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan

    alami, dari jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan

  • penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan/atau

    satwa, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Saat ini terdapat 23 unit Taman Hutan

    Raya dengan luas total sekitar 351.680,41 hektar. Taman Buru adalah kawasan

    hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata buru. Saat ini terdapat 13 unit Taman

    Buru dengan total luas sekitar 220.951,44 hektar. Hutan sebagai penyedia

    keanekaragaman hayati tertinggi tidak hanya menyimpan sumber daya alam

    berupa kayu tetapi juga memiliki peranan penting dalam berbagai aspek

    kehidupan. Sampai tahun 2013, lembaga konservasi sejumlah 54 unit, dan dalam

    pelaksanaannya dikelola bersama mitra. Sedangkan unit penangkaran tumbuhan

    dan satwa liar sampai dengan tahun 2013 sebanyak 776 unit.

    Kesimpulan

    Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumberdaya

    hutan diindonesia masih kurang dalam memperhatikan lingkungan, sehingga

    belum berwawasan lingkungan. Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang

    vital dan strategis bagi ketahanan pangan untuk negara indonesia. Masalah-

    masalah deforestasi terutama, yaitu disebabkan oleh konversi lahan menjadi

    tempat pertanian, transmigrasi, perkebunan, dsb.

    Saran

    Dalam pemanfaatan sumberdaya ini, perlu diperhatikan kelestarian

    lingkungan agar terjaganya keseimbangan ekosistem yang alami. Menanam

    kesadaran kepada masyarakat dan pemilik HPH (hak pengusahaan hutan), melalui

    berbagai media seperti sosialiasi dan penyuluhan terkait dengan pengelolaan yang

    berwawasan lingkugan dan pembangunan berkelanjutan.

    Daftar Pustaka

    Steinlin, Hansjurg. 1988. Menuju Kelestarian Hutan. Trans. Titi Suherly and Titi

    Soentoro. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

    Nandika, Dodi. 2005. Hutan Bagi Ketahanan Nasional. Bogor. Muhammadiyah

    University Press.

    Soeriaatmadja, R.E. 1999/2000. Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan

    Lingkungan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

  • Soepijanto, Bambang. 2014a. Statistik Kawasan Hutan 2013. Jakarta. Kementrian

    Kehutanan.

    Daryanto, Hadi. 2014b. Statistik Kementrian Kehutanan 2013. Jakarta.

    Kementrian Kehutanan.