20
ISSN 1907-9850 183 PROFIL TERAPI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN DIARE AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM NEGARA Arifani Siswidiasari*, Ketut Widyani Astuti, dan Sagung Chandra Yowani Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran *email : [email protected] ABSTRAK Diare pada anak merupakan penyebab tertinggi morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) di dunia terutama di Negara yang sedang berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai profil pasien, profil obat yang digunakan, dan lama perawatan di RSU Negara. Metode yang digunakan pada penelitian adalah deskriptif retrospektif yaitu mengambil data rekam medis pada bulan Juli sampai Desember 2012. Jenis diare yang diteliti adalah diare pada anak dengan rentang usia 0 14 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang digunakan untuk terapi diare akut di RSU Negara mengikuti profil berikut: jenis kelamin laki-laki (69,57%), perempuan (30,43%), dengan umur 0 - <1 tahun (60,87%), 1 - <5 tahun (34,78%), 5 - <14 tahun (4,35%), dan klasifikasi diare yang tertinggi yaitu diare akut dehidrasi ringan (63,04%), diare akut tanpa dehidrasi (36,96%). Penggunaan obat antibiotik (89,13%), tidak diberikan antibiotik (10,87%), ringer laktat (93,48%), dekstrosa (13,04%), zink (65,22%), antiemetik (58,69%), antipiretik (54,35%), antasida (2,17%), H 2 blocker (23,91%), probiotik (21,74%), sinbiotik (34,78%), CRO (10,87%), deksametason (4,35%), enzim pencernaan (2,17%), nistatin (2,17%). Kondisi pasien diare saat keluar dari rumah sakit adalah sembuh (67,39%), mulai sembuh (32,61%) dengan lama perawatan 3 hari (69,57%), 4 hari (23,91%), 5 hari (6,52%). Kata kunci : diare, anak, profil, obat ABSTRACT The Diarrhea in children is the highest cause of morbidity and mortality in the world, especially in the developing countries. The purposes of this research are to describe about patient profile, the use of medicines profile and the treatment period in the RSU Negara. The research method used was a descriptive retrospective by taking medical records of childhood diarrhea patients in The Public Hospital RSU Negara from July to December 2012. The diarrhea type studied was acute diarrhea in children in age range of 0-14 years. The results showed that the drugs which were used for the acute diarrhea treatment in the Public Hospital of RSU Negara were: male (69.57%), female (30.43%), with age range: 0 - <1 year old (60.87%), 1 - <5 years old (34.78%), and 5 - <14 years old (4.35%). The highest classification of acute diarrhea were acute diarrhea with mild dehydration (63.04%) and without dehydration (36.96%). The use of antibiotics (89.13%), without antibiotics (10.87%), the use of ringer's lactate (93.48%), dextrose (13.04%), zinc (65.22%), antiemetic (58.69%), antipyretic (54.35 %), antacids (2.17%), H 2 blocker (23.91%), probiotics (21.74%), synbiotics (34.78%), ORS (10.87%), dexamethasone (4.35%), dygestive enzymes (2.17%), nystatin (2.17%). The condition of diarrhea patient when they were released from the hospital were cured (67.39%), begins to be cured (32.61%), with various of treatment duration from 3 days (69.57%) , 4 days (23.91%), and 5 days (6.52%). Keywords : diarrhea, children, profile, medichine

PROFIL TERAPI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN … · sudah terkontaminasi oleh agen penyebab penyakit diare menjadi lebih besar (H iswani, 2003). Selain itu beberapa faktor yang

  • Upload
    others

  • View
    34

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

ISSN 1907-9850

183

PROFIL TERAPI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN DIARE AKUTPADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM NEGARA

Arifani Siswidiasari*, Ketut Widyani Astuti, dan Sagung Chandra Yowani

Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran*email : [email protected]

ABSTRAK

Diare pada anak merupakan penyebab tertinggi morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) di duniaterutama di Negara yang sedang berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai profilpasien, profil obat yang digunakan, dan lama perawatan di RSU Negara. Metode yang digunakan pada penelitianadalah deskriptif retrospektif yaitu mengambil data rekam medis pada bulan Juli sampai Desember 2012. Jenis diareyang diteliti adalah diare pada anak dengan rentang usia 0 – 14 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obatyang digunakan untuk terapi diare akut di RSU Negara mengikuti profil berikut: jenis kelamin laki-laki (69,57%),perempuan (30,43%), dengan umur 0 - <1 tahun (60,87%), 1 - <5 tahun (34,78%), 5 - <14 tahun (4,35%), danklasifikasi diare yang tertinggi yaitu diare akut dehidrasi ringan (63,04%), diare akut tanpa dehidrasi (36,96%).Penggunaan obat antibiotik (89,13%), tidak diberikan antibiotik (10,87%), ringer laktat (93,48%), dekstrosa(13,04%), zink (65,22%), antiemetik (58,69%), antipiretik (54,35%), antasida (2,17%), H2 blocker (23,91%),probiotik (21,74%), sinbiotik (34,78%), CRO (10,87%), deksametason (4,35%), enzim pencernaan (2,17%), nistatin(2,17%). Kondisi pasien diare saat keluar dari rumah sakit adalah sembuh (67,39%), mulai sembuh (32,61%) denganlama perawatan 3 hari (69,57%), 4 hari (23,91%), 5 hari (6,52%).

Kata kunci : diare, anak, profil, obat

ABSTRACT

The Diarrhea in children is the highest cause of morbidity and mortality in the world, especially in thedeveloping countries. The purposes of this research are to describe about patient profile, the use of medicines profileand the treatment period in the RSU Negara. The research method used was a descriptive retrospective by takingmedical records of childhood diarrhea patients in The Public Hospital RSU Negara from July to December 2012.The diarrhea type studied was acute diarrhea in children in age range of 0-14 years. The results showed that thedrugs which were used for the acute diarrhea treatment in the Public Hospital of RSU Negara were: male (69.57%),female (30.43%), with age range: 0 - <1 year old (60.87%), 1 - <5 years old (34.78%), and 5 - <14 years old (4.35%).The highest classification of acute diarrhea were acute diarrhea with mild dehydration (63.04%) and withoutdehydration (36.96%). The use of antibiotics (89.13%), without antibiotics (10.87%), the use of ringer's lactate(93.48%), dextrose (13.04%), zinc (65.22%), antiemetic (58.69%), antipyretic (54.35 %), antacids (2.17%), H2

blocker (23.91%), probiotics (21.74%), synbiotics (34.78%), ORS (10.87%), dexamethasone (4.35%), dygestiveenzymes (2.17%), nystatin (2.17%). The condition of diarrhea patient when they were released from the hospitalwere cured (67.39%), begins to be cured (32.61%), with various of treatment duration from 3 days (69.57%) , 4days (23.91%), and 5 days (6.52%).

Keywords : diarrhea, children, profile, medichine

JURNAL KIMIA 8 (2), JULI 2014: 183-190

184

PENDAHULUAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diaremerupakan penyebab tertinggi morbiditas(kesakitan) dan mortalitas (kematian) di duniaterutama di negara yang sedang berkembang.Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginyaangka kesakitan dan kematian akibat diare. WorldHealth Organization (WHO) memperkirakanempat milyar kasus terjadi di dunia pada tahun2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagianbesar anak-anak di bawah umur 5 tahun(Adisasmito, 2007). Indonesia mencatat angkakejadian diare diperkirakan sekitar 120-130kejadian per 1000 penduduk, dan sekitar 60%kejadian tersebut terjadi pada balita. Kejadiandiare luar biasa setiap tahun terjadi sekitar 150kejadian dengan jumlah kasus sekitar 20.000 orangdan angka kematian sekitar 2% (Irianto, 1994).Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007menunjukkan bahwa prevalensi diare di Indonesiasebesar 9%, dengan prevalensi tertinggi pada usiabalita yaitu 16,7%.

Kelompok umur yang paling rawan terkenadiare adalah kelompok anak usia balita. Pada usiaini, anak mulai mendapat makanan tambahanseperti makanan pendamping dan susu formula,sehingga kemungkinan termakan makanan yangsudah terkontaminasi oleh agen penyebab penyakitdiare menjadi lebih besar (Hiswani, 2003). Selainitu beberapa faktor yang dapat memicu kerentananterhadap diare pada bayi dan anak-anak, antaralain: pemberian ASI kurang dari 2 tahun,kekurangan gizi, imunodefisiensi, imunosupresi,faktor lingkungan dan faktor prilaku (Adisasmito,2007).

Resiko akibat diare dapat dikurangi denganterapi yang tepat. Terapi pertama bagi penderitadiare akut tanpa dehidrasi, dan dehidrasi ringan-sedang adalah dengan pemberian CRO (cairanrehidrasi oral). Pemberian CRO yang tepat denganjumlah yang memadai merupakan modal yangutama mencegah dehidrasi. Terapi lain yang dapatdiberikan adalah adsorben (attapulgit dan pektin),dan antiemetik (metoklopramid, domperidon, danondansentron). Pemberian antibiotik hanyadiindikasikan pada keadaan tertentu seperti diareyang terindikasi infeksi patogen serta diare padabayi dan anak dengan keadaan immunocompro-mised (Gunawan, 2007).

Berdasarkan uraian tersebut, maka perludilakukan penelitian untuk mengetahui profilterapi obat pada pasien rawat inap dengan diareakut pada anak di RSU Negara.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian yangbersifat deskriptif retrospektif yaitu mengambildata dari rekam medis pada pasien rawat inapdengan diare akut di RSU Negara. Waktupenelitian dilakukan selama enam bulan mulaibulan Juli 2012 sampai Desember 2012. Populasiadalah rekam medis semua pasien diare akutdengan rentang usia antara 0 – 14 tahun di RSUNegara. Sampel yang digunakan dalam penelitianini yaitu semua rekam medis pasien rawat inapdengan diare akut pada anak bulan Juli-Desember2012 yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilansampel dilakukan dengan metode consecutivesampling yaitu pemilihan sampel denganmenetapkan subjek yang memenuhi kriteriapenelitian dimasukkan dalam penelitian sampaikurun waktu tertentu, sehingga jumlah respondendapat terpenuhi. Pengumpulan data dilakukandengan cara pendataan dan pencatatan data rekammedis pasien rawat inap dengan diare akut padaanak yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteriaeksklusi pada lembar pengumpulan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Obat Antibiotik Pasien RawatInap

Pada terapi diare akut golongan antibiotikyang paling banyak digunakan adalah golongansefalosporin sedangkan golongan antibiotik yangpaling sedikit diberikan adalah golongan penisilin.Data pasien diare yang diberikan antibiotik dari 42pasien yaitu pasien yang mendapatkan antibiotikgolongan sefalosporin sebanyak 41 pasien(97,62%), sedangkan pasien yang mendapatkanantibiotik golongan penisilin sebanyak 1 pasien(2,38). Sefalosporin adalah antibiotik yang palingbanyak diberikan pada penelitian ini. Sefalosporinmerupakan antibiotik betalaktam yang memilikimekanisme menghambat sintesis dinding selmikroba (Istiantoro dan Gan, 2004). Sefalosporin

ISSN 1907-9850

185

memiliki spektrum aktivitas yang luas dimanaantibiotika ini dapat digunakan untuk infeksi yangdisebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,infeksi Pneumococcus yang sensitif terhadappenisilin, dan yang paling sering adalah sebagaialternatif pada pasien yang alergi terhadappenisilin (Fairbanks, 2007).

Tabel 1. Penggunaan Obat Yang Diberikan PadaPasien Diare Akut di RSU Negara

No. Obat Yang digunakan Persentase Obat1. Sefalosporin 97,62%2. Penisilin 2,38%4. Ringer Laktat 93,48%5. Dekstrosa 13,04%6. CRO 10,87%7. Zink 65,22%8. Antiemetik 58,69%9. Antipiretik 54,35%10. Antasida 2,17%11. H2 Blocker 23,91%12. Probiotik 21,74%13. Sinbiotik 34,78%

Jenis antibiotik yang paling sedikit diberikanadalah antibiotik golongan penisilin (2,17%).Penisilin adalah senyawa bakterisida denganindeks terapi lebar yang bekerja menghambatpembentukan mukopeptida yang diperlukan untuksintetis dinding sel mikroba (Siswandono danSoekardjo, 2008). Penggunaan dari golonganpenisilin ditemukan dalam persentase yang kecilkemungkinan karena banyak bakteri yang sudahresisten terhadap golongan penisilin. Suatu hasilstudi ditemukan bahwa 25% bakteri pneumoniaresisten terhadap penisilin (Todar, 2008).

Penggunaan Obat Non Antibiotik Pasien RawatInapPenanganan Dehidrasi pada Pasien DiareRinger Laktat

Berdasarkan data yang didapatkan,diketahui penggunaan ringer laktat dalampenelitian ini adalah sebanyak 43 pasien (93,48%).Ringer laktat merupakan cairan garam fiologissteril yang kandungan asam basanya menyerupaicairan plasma darah. Ringer laktat mengandunggaram NaCl (6g), KCl (0,3g), CaCl2 (0,2g), danNa Laktat (3,1g) dalam setiap 1 liter larutan.Cairan ini berfungsi untuk mengembalikan

osmolaritas dan elektrolit tubuh secara cepatmelalui rehidrasi intravena. Larutan ringer laktatakan di metabolisme oleh hati menjadi bikarbonatyang berguna untuk memperbaiki keadaan sepertiasidosis metabolik. Ringer laktat biasa diberikanpada penderita diare yang mengalami dehidrasiyang berat atau yang berpotensi menjadi beratsehingga memerlukan rehidrasi intravena secaracepat.

Terapi intravena ringer laktat padapenderita diare, pada bayi diberikan sebanyak 30mg/kg berat badan selama 1 jam pertama,kemudian dapat dilanjutkan dengan konsentrasi 70mg/kg berat badan untuk 5 jam berikutnya. Untukanak-anak dan dewasa diberikan ringer laktatsecara intravena dengan dosis 100 mg/kg beratbadan. Obat-obat lain sering juga dikombinasikandengan ringer laktat pada diare akut antara laintetrasiklin, trimetoprim, metronidazol (Harianto,2004). Selain itu, ringer laktat tidak mengandungglukosa, sehingga seringkali dapat ditambahkanglukosa yang berguna untuk mencegah terjadinyaketosis (Rudi, 2006).Dekstrosa

Berdasarkan data yang didapatkan,diketahui penggunaan dekstrosa dalam penelitianini sebanyak 6 pasien (13,04%). Dekstrosamerupakan monosakarida yang berfungsi sebagaisumber energi bagi tubuh. Dekstrosa disimpan didalam tubuh sebagai lemak, serta di otot dan hatisebagai glikogen. Dekstrosa dimetabolismemenjadi karbondioksida dan air yang bermanfaatuntuk hidrasi tubuh. Salah satu penyebab diareatau yang memperparah kondisi diare adalahkekurangan dekstrosa. Tingginya frekuensidefekasi pada penderita diare akut, menyebabkanterjadinya pengeluaran cairan tubuh besertapengosongan makanan secara cepat di usus.Kondisi ini mengakibatkan penderita diare menjadikehilangan cairan elektrolit dan dekstrosa tubuh(WGO, 2008).

Dekstrosa dan cairan elektrolit biasanyadiberikan secara bersamaan dan berfungsi sebagaiElectrolyte replenisher. Larutan dekstrosa dangaram elektrolit digunakan untuk menggantikancairan yang hilang. Dekstrosa bisa diberikan secaraoral dan intravena. Pemberian dekstrosa bisadiberikan pada semua umur pasien dari bayisampai dewasa. Pada bayi yang kurang dari duatahun diberikan sebanyak 75 ml/kg berat badan

JURNAL KIMIA 8 (2), JULI 2014: 183-190

186

selama 8 jam pertama, dan dapat dipertahankanselama 16 jam berikutnya. Pada anak berusia 2-10tahun diberikan 50 ml/kg berat badan untuk 4-6jam pertama, dan dapat dilanjutkan menjadi 100ml/kg berat badan untuk 18-24 jam berikutnya.Untuk anak anak berusia 10 tahun lebih dan usiadewasa diberikan sebanyak 100 ml/kg berat badanselama 6 jam, kemudian dapat dilanjutkan dengan15 ml/kg berat badan sampai diare berhenti(Health Digest, 2010). Pemberian dekstrosamelalui inravena, seringkali dikombinasikandengan ringer laktat dan antibiotik. Treatmentintravena ini diberikan pada pasien diare akutpederita dehidrasi berat atau berpotensi menjadiberat (WGO, 2008).

Penggunaan CRO (Cairan Rehidrasi Oral)pada Pasien Diare

Berdasarkan data yang didapatkan,diketahui penggunaan CRO yang diperoleh dalampenelitian ini sebanyak 5 pasien (10,87%). Padatahun 1975, WHO dan United Nations Children'sFund (UNICEF) sepakat untuk mempromosikancairan rehidrasi oral yang mengandung natrium 90mmol/L dan glukosa 111 mmol/L dengan totalosmolaritas sebesar 311 mOsm/L. Komposisi inidipilih sebagai suatu larutan tunggal yangdigunakan untuk tatalaksana diare yangdisebabkan oleh berbagai agen infeksius dandihubungkan dengan berbagai derajat kehilanganelektrolit. Sebagai contoh, diare karena rotavirusdihubungkan dengan kehilangan natrium dalamtinja sekitar 30 - 40 mEq/L, pada infeksienterotoksigenik E. coli sekitar 50 - 60 mEq/L, danpada infeksi kolera sekitar ≥ 90 - 120 mEq/L(Waspada, 2012).

Sejak tahun 2004, WHO/UNICEFmerekomendasikan oralit dengan osmolaritasrendah. Berdasarkan penelitian dengan oralitosmolaritas rendah diberikan kepada penderitadiare dapat mengurangi volume tinja hingga 25%,mengurangi mual muntah hingga 30%,mengurangi secara bermakna pemberian cairanmelalui intravena sampai 33% (Kemenkes RI,2011). Keadaan gizi yang buruk akanmempengaruhi lamanya diare dan komplikasinya.Pemberian air susu ibu terbukti meningkatkan dayatahan terhadap diare (Harianto, 2004).

Oralit atau cairan rehidrasi oral adalahlarutan untuk mengatasi diare. Larutan ini sering

disebut rehidrasi oral. Bahaya utama diare adalahkematian yang disebabkan karena tubuh banyakkehilangan air dan garam yang terlarut yangdisebut dehidrasi. Kematian lebih mudah terjadipada anak yang bergizi buruk, karena gizi yangburuk menyebabkan penderita tidak merasa lapardan orang tuanya tidak segera memberi makananuntuk menggantikan cairan tubuh yang hilang(Harianto, 2004). Cairan rehidrasi oral yangdipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, airtajin, air susu ibu, air teh encer, sup wortel, airperasan buah dan larutan gula garam (LGG).Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan padapencegahan timbulnya dehidrasi. Sedangkan bilaterjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberiminuman Oralit. Oralit yang menurut WHOmempunyai komposisi campuran Natrium Klorida,Kalium Klorida, Glukosa dan Natrium Bikarbonatatau Natrium Sitrat (Harianto, 2004).

Tatalaksana penderita diare yang tepat danefektif merupakan bagian penting dalampemberantasan penyakit diare khsususnya dalamupaya menurunkan angka kematian diare danmengurangi komplikasi akibat diare. Selaindaripada itu tatalaksana penderita yang berhasilakan pula menjadi pintu masuk promosi kesehatanlain dan kegiatan kesehatan lingkungan lain dalamrangka menurunkan angka kesakitan diare. Bahayadiare terletak pada dehidrasi makapenanggulangannya dengan cara mencegahtimbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bilatelah terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upayamenggantikan cairan tubuh yang keluar bersamatinja dengan cairan yang memadai melalui oralatau parenteral (Harianto, 2004).

Penggunaan Zink pada Pasien DiareDalam penelitian ini, sebanyak 65,22%

menggunakan zink. Penggunaan zink pada pasiendiare diperoleh sebanyak 30 pasien. MenurutWHO (world Health Organization) dan UNICEFpada tahun 2004 merekomendasikan penggunaanzink sebagai bagian dari penatalaksanaanpengobatan diare. Hingga akhirnya setelahdilakukannya penelitian di berbagai negara, zinkdimasukkan dalam daftar obat esensial oleh WHO.Dalam penatalaksaan pengobatan diare akut, zinkmampu mengurangi durasi episode diare hinggasebesar 25 %. Beberapa penelitian menunjukkanpemberian zink mampu menurunkan volume dan

ISSN 1907-9850

187

frekuensi tinja rata-rata sebesar 30 %. Zink jugamenurunkan durasi dan keparahan pada diarepersisten. Bila diberikan secara rutin pada anak-anak baik jangka panjang maupun jangka pendek,zink mampu menunjukkan efektivitas dalammencegah diare akut maupun persisten dan mampumemberikan manfaat menurunkan prevalensi diareyang disebabkan disentri dan shigellosis.

Setelah dilakukannya penelitian tentangpengobatan zink pada diare berpuluh-puluh tahunlamanya, akhirnya zink direkomendasikan olehWHO dan UNICEF. Rekomendasi yang diberikanadalah sebagai berikut: zink diberikan selama 10-14 hari pada pasien anak diare di bawah usia 5tahun, bayi usia di bawah 6 bulan dapat diberikanzink 10 mg setiap hari, dan anak usia 6 bulanhingga 5 tahun diberikan dengan dosis 20 mgsetiap hari.

Hasil penelitian pada pasien rawat inapdengan diare akut pada anak di RSU Negara yangmenggunakan zink adalah 30 pasien (65,22%).Pengetahuan mengenai penggunaan zink dalampengobatan diare masih kurang sehinggapenggunaannya pada penderita diare akut belumdigunakan secara menyeluruh. Penggunaan zink diRSU Negara ini sudah tepat yaitu zink diberikanselama 10 – 14 hari. Ini sudah sesuai denganrekomendasi yang diberikan oleh WHO danUNICEF.

Penggunaan Antiemetik pada Pasien DiareBerdasarkan data yang didapatkan,

diketahui penggunaan antiemetik dalam penelitianini sebanyak 27 pasien (58,69%). Penggunaanondansentron sebagai antiemetik pada pasien diareakut anak merupakan suatu pilihan yang sudahtepat. Pada mulanya odansentron merupakan obatantiemetik untuk mengurangi efek mual danmuntah yang ditimbulkan akibat radiasi denganefek samping yang paling ringan. Namun,penelitian terbaru menunjukkan bahwaondansentron juga dapat menurunkan frekuensidiare dan mengurangi efek mual dan muntah padapasien diare. Kiesewetter & Raderer (2013)melaporkan bahwa pemberian 8 mg ondansentronpada penderita diare akibat efek sampingpengobatan tumor neuroendokrin, mampumenurunkan intensitas defekasi pasien dari 10 kaliperhari menjadi 4 kali perhari setelah terapiondansentron selama hari.

Terapi ondansentron juga terbukti mampumengurangi gejala mual dan muntah pada pasiendiare akut anak yang disertai mual dan muntah.Cheng (2011) melaporkan bahwa pemberianondansentron pada pasien diare akut anak berusia6 bulan sampai 12 bulan mampu mengurangi mualdan muntah yang menyertai diare. Dosis yangdianjurkan pada pasien diare akut anak ini, yaituanak dengan berat badan 8 kg - 15 kg diberikan 2mg, berat badan 15 kg -30 kg diberikan 4 kg, danberat badan lebih dari 30 kg diberikan 6 mg – 8mg.

Penggunaan Antipiretik pada Pasien DiareBerdasarkan data yang didapatkan,

diketahui penggunaan antipiretik dalam penelitianini sebanyak 25 pasien (54,35%). Jenis antipiretikyang digunakan dalam penelitian ini adalahparasetamol. Selain berfungsi sebagai antipiretik,parasetamol juga berfungsi sebagai analgesik.Antipiretik merupakan obat yang digunakan untukmenurunkan demam yang ditandai olehpeningkatan suhu tubuh pasien. Gejala demampada penderita diare akut anak umum terjadi danbiasa disebabkan oleh aktivitas invasif patogen.Oleh karena itu pemberian antipiretik merupakanhal tepat dilakukan untuk menurunkan gejalademam pada penderita diare akut anak.

Penggunaan Antasida dan H2 Blocker padaPasien DiareAntasida

Berdasarkan data yang didapatkan,diketahui penggunaan antasida dalam penelitian inisebanyak 1 pasien yaitu sebesar 2,17%. Antasidamerupakan obat yang berfungsi untuk menetralkanasam lambung sehingga berguna untukmenghilangkan nyeri, misalnya pada penderitamaag dan tukak peptik. Antasida tidak mengurangivolume HCL yang dikeluarkan lambung, tetapimampu menetralisasi atau meningkatkan pHlambung. Antasida umumnya merupakan basalemah.

Pemberian antisida pada penderita diareakut tidak berkorelasi secara langsung. Akan tetapipada penderita diare akut yang disertai oleh gejalamagg dan peningkatan volume asam lambung,pemberian antasida merupakan pilihan yang tepatdiberikan pada pasien.

JURNAL KIMIA 8 (2), JULI 2014: 183-190

188

H2 BlockerBerdasarkan data yang didapatkan,

diketahui penggunaan H2 Blocker dalampenelitian ini sebanyak 11 pasien (23,91%).Ranitidin berfungsi untuk menghambat sekresiasam lambung. Pemberian obat ini merupakanpilihan yang tepat untuk mengobati pasien diareakut anak yang disertai oleh gejala magg,peningkatan asam lambung, mual dan muntah.Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptorH2 yang menghambat kerja histamin secarakompetitif pada reseptor H2 dan mengurangisekresi asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v.kadar dalam serum yang diperlukan untukmenghambat 50% perangsangan sekresi asamlambung adalah 36 – 94 mg/mL. Kadar tersebutbertahan selama 6 – 8 jam. Ranitidin di absorpsi50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncakplasma dicapai 2 – 3 jam setelah pemberian dosis150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyataoleh makanan dan antasida.

Penggunaan Probiotik dan Sinbiotik pada PasienDiareProbiotik

Berdasarkan data yang didapatkan,diketahui penggunaan probiotik yang diperolehdalam penelitian ini sebanyak 10 pasien (21,74%)dan penggunaan sinbiotik sebanyak 16 pasien(34,78%). Probiotik didefinisikan sebagai bakterihidup yang diberikan sebagai suplemen makananyang mempunyai pengaruh yang menguntungkanterhadap kesehatan, dengan memperbaikikeseimbangan mikroflora intestinal. Efek yangmenguntungkan dari bakteri tersebut dapatmencegah dan mengobati kondisi patologik ususbila probotik tersebut diberikan secara oral(Waspada, 2012).

Pemberian probiotik ini pada pasien diareakut merupakan terapi yang tepat sebab telahdibuktikan melalui penelitian bahwa probiotikefektif untuk pencegahan dan pengobatan terhadapberbagai kelainan gastrointestinal, misalnya diareyang disebabkan oleh pemakaian antibiotik yangberlebihan, infeksi bakteri maupun virus,intoleransi laktosa dan traveller diarrhea.Probiotik mempunyai keuntungan dalam terapipenyakit diare pada anak melalui stimulasi sistemimunitas terutama infeksi Rotavirus pada bayi,dimana suplementasi probiotik mengurangi durasi

penyebaran virus, meningkatkan sel yangmensekresi IgA antirotavirus, menurunkanpeningkatan permeabilitas usus (yang secaranormal berhubungan dengan infeksi Rotavirus)dan mengurangi durasi diare dan lama rawatrumah sakit (Pratama, 2009).Sinbiotik

Berdasarkan data yang didapatkan,diketahui penggunaan sinbiotik yang diperolehdalam penelitian ini sebanyak 16 pasien (34,78%).Kombinasi dari pemberian probiotik dan prebiotikakan menghasilkan pengaruh sinergis darikeduanya yang akan meningkatkan efekmenguntungkan bagi tubuh. Kombinasi ini dikenaldengan nama sinbiotik. Sinbiotik akanmeningkatkan kemampuan hidup dari probiotiksaat tidak disimpan dalam lemari es dan juga saatmelewati lambung yang asam.

Gambar 1. Grafik Presentase Penggunaan ObatYang Diberikan pada Pasien RawatInap Dengan Diare Akut di RSUNegara

Prebiotik adalah komponen makanantertentu yang tidak bisa dicerna oleh sistempencernaan tubuh, yang diberikan untuk memacupertumbuhan atau aktivitas dari mikroorganismemenguntungkan di usus. Prebiotik tidak bergunalangsung untuk manusia yang mengkonsumsinya,melainkan untuk bakteri menguntungkan yangmenghuni usus. Pada akhirnya, bakteri-bakteriinilah yang akan memberikan manfaatnya untuktubuh manusia. Penelitian menunjukkan bahwaprebiotik (campuran beberapa oligosakarida) dapatmenginduksi sistem imun pada bayi sehingga bayitersebut lebih tahan terhadap resiko alergi. Contoh

ISSN 1907-9850

189

prebiotik laktulosa, beberapa jenis oligosakaridadan inulin. Penggabungan penggunaan probiotikdan prebiotik atau yang dikenal dengan istilahsinbiotik akan meningkatkan peluang keberhasilanbakteri probiotik untuk sampai di usus dalamkeadan viable dan mampu berkembangbiak danbekolonisasi serta memperbaiki kondisi mikroflorausus. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwapenggunaan sinbiotik akan lebih efektif dalampengobatan terapi diare akut.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanProfil terapi obat pada pasien rawat inap

dengan diare akut pada anak di RSU Negarameliputi antara lain penggunaan antibiotiksefalosporin 97,62%, penisilin 2,38%, ringer laktat93,48%, dextrosa 13,04%, CRO 10,87%, zink65,22%, antiemetik 58,69%, antipiretik 54,35%,antasida 2,17%, ranitidin 23,91%, probiotik21,74%, sinbiotik 34,78%.

SaranPerlu dilakukan studi prospektif untuk

mengetahui ada tidaknya potensi Drug RelatedProblem’s (DRPS) pada penggunaan obat antidiarepada pasien anak di instalasi rawat inap di RSUNegara.

UCAPAN TERIMA KASIH

Seluruh dosen pengajar beserta stafpegawai di Jurusan Farmasi Fakultas MIPAUniversitas Udayana, orang tua, saudara, sertateman-teman seangkatan penulis atas segala ide,saran, serta dukungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W., 2007, Faktor Risiko Diare padaBayi dan Balita di Indonesia: SystematicReview Penelitian Akademik BidangKesehatan Masyarakat, MakaraKesehatan, 11 (1) : 1-10

Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan, Republik

Indonesia, 2008, Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS) 2007

Cheng, A., 2011, Emergency department use oforal ondansetron for acute gastroenteritis-related vomiting in infants and children,Pediatri Child Health, 16 (3) : 177-179

Fairbanks, and David, N. F., 2007, AntimicrobialTherapy in Ortolaryngology-Head andNeck Surgery 13th Editon, GeorgeWashington University, USA

Gunawan, S., 2007, Peran Probiotik pada DiareAkut Anak, Ebers Papyrus, 13 (3) : 113-123

Harianto, 2004, Penyuluhan Penggunaan OralitUntuk Menanggulangi Diare diMasyarakat, I (1) : 27-33

Health Digest, 2010, Drug Information Online:Dextrose and electrolytes. Available at:www.healthdigest.org/topics/show/26094

Hiswani, 2003 Diare Merupakan Salah SatuMasalah Kesehatan Masyarakat yangKejadiannya Sangat Erat dengan KeadaanSanitasi Lingkungan, http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf., diak-ses 15-11-2012

Irianto, J., S.S. Soesanto, Supraptini, Inswiasri, S.Irianti, dan A. Anwar, 1994, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KejadianDiare pada Anak Balita, 24 : 77-96

Istiantoro, Y. H. dan V. H. S. Gan, 2004, Penisilin,Sefalosporin, dan Antibiotika BetalaktamLainnya, Farmakologi dan Terapi EdisiKeempat, editor: Sulistina G. Ganiswara,Universitas Indonesia, Jakarta

Kemenkes R I, 2011, Panduan SosialisasiTatalaksana Diare Balita, DirektoratJendral Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan, Jakarta

Kiesewetter, B. and M. Raderer, 2013,Ondansetron for Diarrhea Associated withNeuroendocrine Tumors, N Engl J Med,368 (20) : 1947-1948

Pratama, H. A., 2009, Prevalensi Diare Akut PadaBalita di Wilayah Kecamatan Ciputat,Skripsi, Syarif Hidayatullah, Jakarta

Putri, K.N.D., 2010,. Perbandingan EfektivitasOndansentron dan Metoklopramid DalamMenekan Mual dan Muntah PaskaLaparatomi, Skripsi, Universitas SebelasMaret, Surakarta

JURNAL KIMIA 8 (2), JULI 2014: 183-190

190

Rudi, M.M., 2006, Pengaruh Pemberian CairanRinger Laktat di Bandingkan NaCl 0,9%Terhadap Keseimbangan Asam-Basa padaPasien Sectio Caesaria dengan AnestesiRegional, Tesis, Magister Biomedis,Program Pendidikan Dokter SpesialisAnestesiologi Universitas Diponegoro,Semarang

Siswandono dan B. Soekardjo, 2008, KimiaMedisinal, Airlangga University Press,Surabaya

Todar, Kenneth, 2008, University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology

Waspada, I.M.I., 2012, Suplementasi Probiotikpada Terapi Standar Zinc dan CairanRehidrasi Oral pada Anak Usia 6-36 Bulandengan Diare Akut, Tesis, UniversitasIndonesia, Jakarta

World Health Organization, 2000, Pocket Book ofHospital Care for Children, P. 109–132

World Gastroenterology Organitation (WGO),2008, Practice Guideline: Acute Diarrhea.Munich, Germany, http://www.ahrq.gov.

PTO diare akutby Arifani Siswidiasari

FILE

TIME SUBMITTED 22-FEB-2016 11:14AM

SUBMISSION ID 635032320

WORD COUNT 3846

CHARACTER COUNT 23638

11755-21607-1-SM_2.PDF (84.35K)

18%SIMILARITY INDEX

17%INTERNET SOURCES

0%PUBLICATIONS

5%STUDENT PAPERS

1 3%

2 3%

3 2%

4 1%

5 1%

6 1%

7 1%

8 1%

9 1%

PTO diare akutORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

www.serambisehat.comInternet Source

aguskrisnoblog.wordpress.comInternet Source

www.hexpharmjaya.comInternet Source

puskesmas-wanasari-brebes.blogspot.comInternet Source

digilib.stikeskusumahusada.ac.idInternet Source

Submitted to Universitas MuhammadiyahSurakartaStudent Paper

library.usu.ac.idInternet Source

Submitted to Udayana UniversityStudent Paper

eprints.undip.ac.idInternet Source

Submitted to iGroup

10 1%

11 1%

12 1%

13 <1%

14 <1%

15 <1%

16 <1%

17 <1%

18 <1%

19 <1%

20 <1%

21 <1%

22

Student Paper

repository.usu.ac.idInternet Source

sudirto.rejanglebongkab.go.idInternet Source

perpuspim.blogspot.comInternet Source

library-ump.orgInternet Source

lib.itg.beInternet Source

idimanado.orgInternet Source

ebookblog.bizInternet Source

ejurnal.stkipjb.ac.idInternet Source

www.map.ox.ac.ukInternet Source

pengobatankejangdemampadaanak.blogspot.comInternet Source

www.cimsa-ui.orgInternet Source

Submitted to Victoria University

<1%

23 <1%

24 <1%

EXCLUDE QUOTES ON

EXCLUDEBIBLIOGRAPHY

ON

EXCLUDE MATCHES OFF

Student Paper

sainsmedika.fkunissula.ac.idInternet Source

Submitted to Queen Mary and WestfieldCollegeStudent Paper