Upload
doantruc
View
277
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN PATI
TAHUN 2013
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Target pembangunan Milenium adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat tahun 2015. Pembanguanan Milenium atau disingkat
MDGs adalah deklarasi milenium hasil kesepakatan Kepala Negara dan
perwakilan dari 189 negara anggota PBB yang dimulai bulan Nopember tahun
2000, berupa delapan butir tujuan yang harus dicapai tahun 2015. Untuk
mewujudkan target milenium tersebut dan dalam rangka mewujudkan Kabupaten
Pati sehat tidak dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah di sector kesehatan
tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan peran serta
swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan selama ini dilakukan tidak
hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga tidak luput peran dari sektor non
kesehatan dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya
mengatasi permasalahan kesehatan. Agar proses pembangunan kesehatan
berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan manajemen yang baik
sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat
administrasi pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan
pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi
kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk
penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk itu,
peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin
dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Perkembangan
teknologi dan Informasi, memacu perkembangan Sistem Informasi kesehatan
menjadi lebih baik lagi. Apalagi masyarakat semakin kritis menyoroti
perkembangan pembangunan kesehatan dan hasil – hasilnya. Untuk itu
disusunlah suatu Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2013, yang berisi
data dan informasi serta kegiatan yang berlangsung selama satu tahun di Dinas
kesehatan Kabupaten Pati dan UPTD di bawahnya.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
2
Dengan adanya buku Profil Kesehatan Kabupaten ini diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan data dan informasi kesehatan serta
perkembangan dunia kesehatan selama satu tahun berjalan. Karena didalam
buku Profil ini tersedia data dan informasi mengenai penduduk, fasilitas
kesehatan dan pencapaian program – program kesehatan serta permasalahan
yang ditimbulkan. Buku Profil ini disajikan secara sederhana dan informatif
dengan tujuan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkan.
Selain menyajikan data dan informasi kesehatan, buku ini dapat digunakan
sebagai tolak ukur keberhasilan / kemajuan pembangunan kesehatan yang telah
dilakukan selama tahun 2013 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan,
sekaligus bisa digunakan sebagai bahan evaluasi dalam upaya pencapian
Kabupaten Pati Sehat.
Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di Jawa tengah dengan
luas wilayah 150.368 Ha. Secara administrastif Kabupaten Pati Terbagi menjadi
21 Kecamatan yang tersebar menjadi 401 desa dan 5 kelurahan. Wilayah terluas
adalah Kecamatan Sukolilo dengan luas wilayah 15.874 Ha dan terendah adalah
Kecamatan Wedarijaksa dengan 4.085 Ha.
II. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Adapun Sistematika Penyajian Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pati Tahun
2013 adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan.
Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan disusunnya Profil
Dinas Kesehatan Kab. Pati. Dalam bab ini juga diuraikan secara
ringkas isi dari Profil Kesehatan Kab. Pati dan Sistimatika
Penyajian.
BAB II : Gambaran Umum.
Bab ini menyajikan tentang gambaran Umum Kabupaten Pati
yang meliputi keadaan geografi, cuaca, dan lain-lain; keadaan
penduduk seperti jumlah penduduk, fertilitas, kepadatan, dan lain-
lain; tingkat pendidikan penduduk seperti angka melek huruf,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
3
lain-lain; serta keadaan ekonomi seperti PDB, pendapatan per-
kapita, ketergantungan, dan lain-lain.
BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini menguraikan secara ringkas Visi dan Misi serta Strategi
Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pati. Selain itu juga
diuraikan tentang indikator angka kematian, angka kesakitan dan
angka status gizi masyarakat serta program-program
Pembangunan Kesehatan Daerah yang dilaksanakan dalam tahun
2013 beserta target-target temuannya.
BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN
Bab ini berisi penyajian tentang hasil-hasil yang dicapai oleh
Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pati dalam rangka
mencapai kabupaten Sehat. Oleh karena itu, uraiannya berupa
narasi terhadap indikator-indikator di bidang Derajat Kesehatan,
Perilaku Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pelayanan
Kesehatan (termasuk Sumber Daya Kesehatan).
Derajat Kesehatan menyajikan narasi terhadap indicator-
indikator seperti angka kematian, status gizi dan lain-lain yang
dapat dicapai dalam tahun 2013. Selain itu di buat juga
perbandingan antar kecamatan di Kabupaten Pati.
Perilaku Masyarakat menyajikan narasi terhadap indikator-
indikator seperti persentase desa yang melaksanakan PHBS,
persentase sekolah dan madrasah yang bebas napza, persentase
penduduk yang menggunakan sarana kesehatan, dan lain-lain,
dibuat juga perbandingan antar kecamatan.
Kesehatan Lingkungan menyajikan narasi terhadap
indikator-indikator seperti persentase rumah sehat, persentase
sarana ibadah, angka rumah bebas jentik dan lain-lain dibuat
perbandingan antar kecamatan.
Pelayanan Kesehatan menyajikan narasi terhadap indikator-
indikator seperti ratio puskesmas terhadap penduduk, persentase
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
4
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan, persentase bayi yang
diimunisasi lengkap, dan lain-lain, dibuat perbandingan antar
kecamatan.
BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan ,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
BAB VI : KESIMPULAN
Berisi sajian garis besar hasil – hasil cakupan
program/kegiatan berdasarkan indicator-indikator bidang
kesehatan yang dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan
perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan
keputusan di Kabupaten Pati.
LAMPIRAN
Berisi resume atau angka pencapaian per Puskesmas / kecamatan dan 82 Tabel
yang sebagian diantaraanya merupakan indicator pencapaian Kinerja Standart
Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
5
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN PATI
A. KEADAAN GEOGRAFIS
Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah Kabupaten /
Kota di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan terletak diantara 110 51’ - 111 15’
BT dan 625’ - 700 LS, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Dibatasi wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa
SebelahTimur : Dibatasi wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa
Sebelah Selatan : Dibatasi wilayah Kabupaten Grobogan dan
Kabupaten Blora
Sebelah Barat : Dibatasi wilayah Kabupaten Kudus dan
Kabupaten Jepara
Sesuai dengan data dari BPS dalam Kabupaten Pati Dalam angka tahun
2012 Luas wilayah Kabupaten Pati adalah 150.368 Ha yang terdiri dari 21
Kecamatan, 401 desa dan 5 kelurahan, 1.106 Dukuh,1.474 Rw dan 7524 RT.
Sedangkan jumlah sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di Kabupaten Pati
adalah 7 Rumah Sakit Umum, , 29 Puskesmas, 7 Rumah Bersalin, 25 Balai
Pengobatan, 2 Praktek Dokter Bersama, 71 Apotik, 6 Toko Obat, 1 Gudang
farmasi Kesehatan.
Rata-rata curah hujan di kabupaten Pati di tahun 2012 sebanyak 192 mm
dengan 60 hari hujan selama setahun. Kecamatan Pati sebagai pusat ibukota
Kabupaten , memiliki curah hujan 1231 mm dengan hari hujan sebanyak 132
hari. Sedangkan Kecamatan yang berada di sekitar gunung muria memiliki curah
hujan yang cukup tinggi yaitu Kecamatan Gembong dengan curah hujan 2785
mm, Kecamatan Gunungwungkal 3313 mm dan Kecamatan Cluwak 3744 mm.
Secara topografi kecamatan dengan rata-rata ketinggian wilayah terendah
adalah Kecamatan Gabus dengan rata-rata ketinggian setinggi 3,92 m diatas
permukaan laut, Kecamatan Juwana 4,86 m dan rata-rata tertinggi adalah
Kecamatan Gembong setinggi 219 m diatas permukaan laut. Kecamatan yang
memiliki daerah ketinggian adalah Kecamatan Tlogowungu setinggi 624 m diatas
permukaan laut, kemudaian Kecamatan Gunugnwungkal setinggi 600 m diatas
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
6
permukaan laut dan wilayah terendah berada di kecamatan Tayu 1 m diatas
permukaan laut.
B. KEADAAN PENDUDUK
Situasi kependudukan dapat dilihat dari berbagai indikator, antara lain :
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk, Kepadatan Penduduk, Persentase
Penduduk Produktif , Angka Kelahiran Kasar dan Tingkat Fertilitas.
1. Pertumbuhan Dan Persebaran penduduk
Berdasarkan data BPS Jumlah Penduduk Kabupaten Pati pada tahun
2012 diperkirakan sebanyak 1.207.399 jiwa dengan 586.870 jiwa penduduk
laki – laki dan 620.529 jiwa penduduk perempuan, dengan sex ratio sebesar
94,58 %. Dari jumlah penduduk tersebut menunjukkkan angka penduduk
anak-anak sebesar 295.567 jiwa ( 24,48% ), sedangkan penduduk dewasa
sebesar 911.832 jiwa ( 75,52 % ).
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tahun 2012 sebesar
0,73 %, yang tertinggi berada di kecamatan Winong sebesar 0,97 %, sedang
terendah berada di kecamatan Trangkil sebesar 0,48 %.
2. Kepadatan Penduduk
Dengan luas wilayah 1.503,68 km² ( 150.368 Ha ) dan jumlah penduduk
sebesar 1.207.399 jiwa, maka kepadatan penduduk 802,96 jiwa per Km².
Kepadatan terbesar di kecamatan Pati sebesar 2448,84 jiwa/Km² dan
Kecamatan Juwana sebesar 1632,08 jiwa/km², terendah di Kecamatan
Pucakwangi sebesar 340,02 jiwa/km².
Angka kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Pati
2.434,10 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah di Kecamatan
Pucakwangi 336,82 jiwa/km2.
Terdapat 8 ( delapan ) Kecamatan yang mempunyai kepadatan
penduduk di atas rata-rata Kabupaten yaitu Kecamatan Pati sebagai pusat
pemerintahan dan juga daerah sentra industri dan perdagangan. Kecamatan
Juwana dengan sentra industri kuningan dan perikanan yang dilengkapi
dengan TPI dan Pelabuhan serta merupakan daerah industri terbesar di
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
7
Kabupaten Pati . Kecamatan Batangan dengan industri garam, Kecamatan
Trangkil dengan industri Gula, Kecamatan Margoyoso dengan industri
Tepung Tapioka. Sedangkan 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Gembong,
Tlogowungu, Tayu, Sukolilo dan Dukuhseti merupakan daerah sentra
perdagangan produk pertanian dan perkebunan serta galian tambang.
Gambar 2.1 Penduduk menurut Golongan umur di Kabupaten Pati Tahun 2006-2012
3. Rasio Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio
jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan kali
100 persen. Berdasarkan perhitungan sementara angka proyeksi penduduk
tahun 2012 penduduk di Kabupaten Pati penduduk laki-laki sebanyak
586.870 jiwa dan perempuan sebesar 620.529 sehingga di dapatkan rasio
jenis kelamin sebesar 94.58 %.
'0 - 4
'15 - 44
> 65
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
'0 - 4 102 102 103 103 103 91. 92.
'5 - 14 227 228 229 229 231 202 203
'15 - 44 628 630 634 634 639 458 556
'45 - 64 213 214 215 216 216 129 260
> 65 72. 72. 73. 72. 73. 94. 95.
STRUKTUR PENDUDUK KABUPATEN PATIMENURUT GOLONGAN UMUR
TAHUN 2006 - 2012
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
8
4. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Sedangkan perbandingan komposisi proposional penduduk Kabupaten
Pati menurut usia produktif pada tahun 2006 sampai tahun 2012 dapat dilihat
pada table 2.2. Penduduk usia produktif adalah yaitu penduduk yang
melakukan kegiatan produksi dari segi ekonomi dan dapat memenuhi
kebutuhan sendiri, yaitu usia 15 tahun sampai dengan 64 tahun sebesar
816.734 jiwa dan penduduk yang belum dapat bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dan penduduk yang dianggap tidak mampu bekerja yaitu
umur 0 sampai dengan 14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun keatas
sebesar 390.665 iiwa. Adapaun secara rinci dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.2 Penduduk menurut Usia produktif Tahun 2012
Dari table tersebut diatas terlihat bahwa tahun 2012 jumlah penduduk
menurut umur 0 – 14 tahun mengalami penurunan, karena kami
menggunakan penduduk hasil sensus tahun 2010 dari BPS Kabupaten Pati
jadi yang dipakai adalah angka prediksi. Usia Harapan Hidup Kabupaten Pati
tahun 2012 adalah 72.95 naik dibandingkan tahun 2011 adalah 72,89
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
0-14 26,4 26,4 26,5 26,4 26,4 26,4 24,5
15-64 67,6 67,6 60,7 67,6 67,6 67,6 67,6
>65 5,83 5,83 5,75 5,84 5,84 5,84 7,88
01020304050607080
KELOMPOK USIA PRODUKTIF KABUPATEN PATI
TAHUN 2006 S/D 2012
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
9
dibandingkan usia harapan hidup tahun 2010 sebesar 72,83. ( sumber:
Kabupaten Pati dalam angka Tahun 2013 ).
C. KEADAAN SOSIAL
1. Pendidikan
1.1. Data dari BPS Kab. Pati menunjukkan banyaknya sekolah SD/MI
sederajat di tahun 2012 sebanyak 877 sekolah terdiri dari 656 sekolah SD
negeri, 21 SD swasta dan MI sebanyak 200 sekolah dengan jumlah murid
keseluruhan 122.592 orang. jumlah penduduk tidak/ belum pernah
sekolah Usia 5 tahun keatas sebesar 122.152 terdiri dari 43.034 laki-laki
dan 79.118 perempuan.
1.2. Data dari BPS Kab. Pati menunjukkan jumlah penduduk tidak/ belum
tamat
SD Usia 10 tahun keatas adalah 205.792 orang terdiri dari 99.939 laki-laki
dan 105.853 perempuan, tamat SD dan sederajat 377.435, tamat SLTP
dan sederajat 208.059, tamat SLTA sederajat 151.946 , Diploma I/II ada
5.829 dan Diploma III ada 8.123, diploma IV,S1 ada 19.211, S2 dan S3
ada 955 orang.
D. KEADAAN EKONOMI
1. Angka Beban Tanggungan.
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kabupaten
Pati Tahun 2011 sebesar 32,35 . Bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya 2010 adalah 39,79 mengalami penurunan, dengan melihat
angka-angka tersebut maka dapat digambarkan bahwa jumlah penduduk
yang tertanggung tahun 2011 turun dibandingkan tahun 2010.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi
dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) atas dasar harga konstan dan harga berlaku yang semakin meningkat
dari tahun ketahun secara signifikan . Dari data BPS Kabupaten Pati , angka
PDRB tahun 2007 sampai dengan 2010 sebagai berikut:
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
10
Gambar 2.3 Angka PDRB Kabupaten Pati Tahun 2009-2013
Sumber Data: BPS
Angka PDRB tahun 2012 harga berlaku Rp. 11.534.382,85 meningkat
dibanding tahun 2011 harga berlaku Rp. 10.456.354,64 , meningkat sebesar
Rp. 1.078.028 tahun 2010 Harga Berlaku Rp 9.385.510,68., tahun 2009 Rp.
8.386.572 , sedangkan Angka PDRB Per Kapita Harga Berlaku tahun 2010
sebesar Rp. 7.880.407 tahun 2009 Rp. 7.054.451 terjadi kenaikan Rp.
825.956, Namun demikian kalau kita lihat dari Jumlah Keluarga Miskin
(Gakin) di Kabupaten Pati (tahun 2013 ) 569.889 jiwa masuk dalam data
jamkesmas dan 244.599 jiwa masuk dalam jamkesda Kabupaten Pati dan
tiap tahun mengalami kenaikan hal ini disebabkan karena semakin
meningkatnya sistim pencatatan dan pelaporan.
2009 2010 2011 2012
PDRB 8.386.572, 9.385.510, 10.456.354 11.534.382
PERKAPITA 7.054.452 7.880.408 8.767.321 9.671.214
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
PDRB KABUPATEN PATITAHUN 2009 S/D 2012
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
11
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Indikator yang dipergunakan dalan menilai derajat kesehatan masyarakat
tercermin dalam angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat. Pada
bagian ini derajat kesehartan masyarakat di Kabupaten Pati digambarkan melalui
angka kematian bayi ( AKB ), angka kematian balita ( AKABA ), angka kematian ibu
( AKI ), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.
Derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor-faktor
tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi factor
ekonomi, pendidikan, lingkungan social, keturunan dan factor lainnya.
A. ANGKA KEMATIAN
Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat
menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat
permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologis secara tidak
langsung. Disamping itu dapat digunakan serbagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan.
1. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) adalah banyaknya kematian
bayi umur < 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu
tahun. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Pati tahun 2013 berjumlah 202
jiwa ( 10,84/1000 kelahiran ) turun dibandingkan tahun 2012 berjumlah
214 (13,9 /1000 kelahiran ) tahun 2011 (178 = 9,23/1000 kelahiran). Lima
tahun terakhir Angka Kematian Bayi di Kabupaten Pati 2006 (13,81),
2007 (13,35) , 2008 (13,89) dan tahun 2009 turun menjadi (10,53) tahun
2010 ( 183 = 10,24 ).
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
12
Gambar. 3.1 Angka Kematian Bayi ( AKB )
Angka kematian bayi tertinggi berada di Puskesmas Dukuhseti sebenyak
16 jiwa dan terendah di Puskesmas Sukolilo 1 sebanyak 1 jiwa.
Gambar 3.2. Angka kematian Bayi di Puskesmas di Kabupaten
Pati Tahun 2013
AKB; Sukolilo 1; 1
AKB; Sukolilo 2; 8
AKB; Kayen; 5
AKB; Tbromo; 8
AKB; Winong 1; 8
AKB; Winong 2; 3
AKB; Pcwangi 1; 8
AKB; Pcwaqngi 2; 5
AKB; Jaken; 10
AKB; Batnagan; 7
AKB; Juwana; 9
AKB; Jakenan; 10
AKB; Pati I; 7
AKB; Pati 2; 5
AKB; Gabus 1; 5
AKB; Gabus 2; 5
AKB; Margorejo; 11
AKB; Gembong; 6
AKB; Tlogowungu; 7
AKB; Wedarijksa 1; 1
AKB; Wedrjksa 2; 9
AKB; Trangkil; 4
AKB; Margys 1; 11
AKB; Margys 2; 2
AKB; Gnwgkl; 5
AKB; cluwak; 14
AKB; Tayu 1; 5
AKB; Tayu 2; 7
AKB; Dkseti; 16
0 5 10 15 20
Sukolilo 1
Kayen
Winong 1
Pcwangi 1
Jaken
Juwana
Pati I
Gabus 1
Margore…
Tlogowu…
Wedrjks…
Margys 1
Gnwgkl
Tayu 1
Dkseti
AKB
2009 2010 2011 2012 2013
AKB 10,53 10,24 9,23 13,9 10,84
10,53 10,249,23
13,9
10,84
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
13
2. Angka Kematian Balita
Angka kematian balita adalah kematian yang terjadi pada balita
sebelum usia lima tahun (0-5 th ) per 1000 kelahiran dalam kurun waktu
satu tahun. Angka kematian balita menggambarkan tingkat permasalahan
kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/posyandu, tingkat keberhasilan
program KIA/posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan.
Gambar 3.3 Angka Kematian Balita ( AKABA )
Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Pati tahun 2013
sebanyak 228 anak ( 5,69 / 1000 kelahiran), turun dibandingkan dengan
tahun 2012 sebesar 231 balita, angka kematian balita tahun 2011 sebesar
190 balita, tahun 2010 sebesar 206 balita dan 2009 sebesar 116 balita.
2009 2010 2011 2012 2013
AKABA 116 206 190 231 228
116
206190
231 228
0
50
100
150
200
250
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
14
Penyebaran angka kematian balita Menurut Puskesmas
Tahun 2013
Gambar. 3.4 Angka Kematian Balita di Puskesmas Kab. Pati Tahun 2013
3. Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah Kematian Ibu karena sebab
sebab yang berhubungan dengan kehamilan per 100.000 kelahiran hidup
diwilayah tertentu. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai
akses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan
kegawat daruratan tepat waktu yang dilatar belakangi oleh terlambat
mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan. AKI Kabupaten Pati tahun 2013 adalah 29 orang atau
157.25/100.000 kelahiran terdiri dari kematian ibu pada saat hamil ada 9
bersalin 4 dan kematian ibu nifas 17 orang, naik dibandingkan tahun 2012
sebanyak 22 atau 109.52/100.000 kelahiran, terdiri dari kematian ibu
AKABA; Sukolilo 1; 1
AKABA; Sukolilo 2; 2
AKABA; Kayen; 1
AKABA; Tbromo; 7
AKABA; Winong 1; 8
AKABA; Winong 2; 1
AKABA; Pcwangi 1; 5
AKABA; Pcwaqngi 2; 2
AKABA; Jaken; 8
AKABA; Batnagan; 1
AKABA; Juwana; 6
AKABA; Jakenan; 7
AKABA; Pati I; 4
AKABA; Pati 2; 0
AKABA; Gabus 1; 3
AKABA; Gabus 2; 9
AKABA; Margorejo; 5
AKABA; Gembong; 5
AKABA; Tlogowungu; 1
AKABA; Wedarijksa 1; 0
AKABA; Wedrjksa 2; 2
AKABA; Trangkil; 0
AKABA; Margys 1; 10
AKABA; Margys 2; 0
AKABA; Gnwgkl; 2
AKABA; cluwak; 5
AKABA; Tayu 1; 0
AKABA; Tayu 2; 0
AKABA; Dkseti; 10
0 5 10 15
Sukolilo 1
Kayen
Winong 1
Pcwangi 1
Jaken
Juwana
Pati I
Gabus 1
Margorejo
Tlogowungu
Wedrjksa 2
Margys 1
Gnwgkl
Tayu 1
Dkseti
AKABA
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
15
hamil ada 6 ibu bersalin 5 dan ibu nifas sebanyak 11 orang. Tahun 2011
jumlah kematian ibu ada 24 terdiri dari kematian ibu hamil 10, kematian
ibu bersalin ada 5 dan kematian ibu nifas ada 9. dan tahun 2010 ada 21
terdiri dari kematian ibu hamil 8, kematian ibu bersalin ada 5 dan
kematian ibu nifas ada 8 sedangkan kematian ibu tingkat propinsi
116,3/100.000 dan tingkat nasional 119/100.000 kelahiran hidup.
Gambar 3.5 Angka Kematian Ibu ( AKI )
Jumah kematian maternal terbanyak di Puskemas Batangan
sebanyak 5 orang, terbanyak kedua di Puskesmas Margorejo sebanyak 3
orang dan Puskesmas Sukolilo 2 sebanyak 3 orang. Sedangkan
Puskesmas dengan jumlah kematian 0 atau tidak ada terdapat di
Puskesmas Pucakwangi 2, Puskesmas Jaken, Pati 1, Gembong
Tlogowungu, Trangkil, Margoyoso 1, Margoyoso 2, Tayu 1 dan
Puskemas Tayu 2.
2009 2010 2011 2012 2013
AKI 12 21 24 22 29
12
21
2422
29
0
5
10
15
20
25
30
35
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
16
Gambar 3.6 Angka Kematian Ibu di puskesmas Kab. Pati Tahun 2013
4. Angka Kematian kecelakaan Lalulintas
Angka kematian kecelakaan lalulintas adalah jumlah kematian
sebagai akibat kecelakaan lalu lintas per 100.000 dalam kurun waktu satu
tahun. Angka Kecelakaan lau lintas tahun 2013 sebanyak 857 kasus
dengan jumlah korban sebanyak 1.203 jiwa. Jumah korban meninggal
sebanyak 156 jiwa ( 13 % ).
B. ANGKA KESAKITAN.
1. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Penderita AFP tahun 2013 di Kabupaten Pati sebanyak 5 kasus terdapat di
Puskesmas Sukolilo I, Kayen, Winong I, Gunungwungkal dan Tayu II masing-
masing sebanyak 1 kasus turun dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 8
orang terdiri dari 3 laki-laki dan 5 perempuan terdapat di wilayah Puskesmas
Kayen 1 orang, Puskesmas Pati I sebanyak 2 orang, Puskesmas Margorejo
sebanyak 2 orang, Puskesmas Margoyoso II sebanyak 1 orang dan
Puskesmas Gunungwungkal sebanyak 2 orang, sedangkan tahun 2011
sebanyak 6 kasus, tahun 2010 sebanyak 4 kasus dan tahun 2009 sebanyak 2
kasus.
AKI; Sukolilo 1; 1
AKI; Sukolilo 2; 3
AKI; Kayen; 1
AKI; Tbromo; 1
AKI; Winong 1; 1
AKI; Winong 2; 1
AKI; Pcwangi 1; 2
AKI; Pcwaqngi 2; 0
AKI; Jaken; 0
AKI; Batnagan; 5
AKI; Juwana; 1
AKI; Jakenan; 1
AKI; Pati I; 0
AKI; Pati 2; 1
AKI; Gabus 1; 2
AKI; Gabus 2; 1
AKI; Margorejo; 3
AKI; Gembong; 0
AKI; Tlogowungu; 0
AKI; Wedarijksa 1; 1
AKI; Wedrjksa 2; 1
AKI; Trangkil; 0
AKI; Margys 1; 0
AKI; Margys 2; 0
AKI; Gnwgkl; 1
AKI; cluwak; 1
AKI; Tayu 1; 0
AKI; Tayu 2; 0
AKI; Dkseti; 1
0 2 4 6
Sukolilo 1
Kayen
Winong 1
Pcwangi 1
Jaken
Juwana
Pati I
Gabus 1
Margorejo
Tlogowungu
Wedrjksa 2
Margys 1
Gnwgkl
Tayu 1
Dkseti
AKI
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
17
Gambar 3.7 Penemuan Kasus AFP di Kab. Pati Tahun 2009-2013
2. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat
menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama
dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Pada awal tahun
1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan
telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis
paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen
politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3)
Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan
tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung
pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OATyang bermutu; 5) Sistem
pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap
hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2009 2010 2011 2012 2013
AFP 2 4 6 8 5
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
18
Jumlah kasus Tuberkulosis di Kabupaten Pati selama tahun 2013
sebanyak 1.007 kasus ( 604 laki-laki dan 403 perempuan ). Jumlah kasus
baru Tb BTA + selama tahun 2013 sebanyak 544 kasus (332 laki-laki dan
212 perempuan ), dengan kasus Tb anak ( 0-14 tahun ) sebanyak 156 orang.
Angka Kesembuhan penderita Tb ( Cure rate ) sebesar 73,78%. Angka
keberhasilan pengobatan ( succes rate ) sebesar 77,32 %. Adapun jumlah
kematian selama pengobatan selama tahun 2013 sebanyak 35 orang
(2,9 % ).
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah
Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang
ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+) yang
diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Pencapaian CDR di Kabupaten
Pati dari semua Puskesmas yang ada belum ada yang melampaui target yaitu
sebesar 100 %. Angka CDR tertinggi terdapat di Puskesmas Gembong
dengan pencapaian sebesar 58.33 % diikuti Puskesmas Tambakromo
43.33 %, Puskesmas wedarijaksa II sebesar 41.67 %, Puskesmas
Tlogowungu 30 %, Puskesmas Batangan 26.32% sedangkan Puskesmas
yang lain dibawah 26 %. Selain indikator CDR, indikator yang digunakan
dalam pengendalian Tb adalah CNR ( case notification rate ), yaitu angka
yang menunjukkan jumlah pasien Tb semua type yang ditemukan dan
tercatat diantara 100.000 penduduk pada satu periode di suatu wilayah
tertentu. Angka CNR kasus baru BTA + per 100.000 penduduk di kabupaten
Pati selama tahun 2013 adalah 45.06 % terdiri dari 27,50 % ( laki- laki ),
17,56 % ( perempuan ) dan angka CNR seluruh kasus TB per 100.000
penduduk adalah 83,40 %.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
19
Gambar 3.8. Angka CNR
3 Persentase Balita dengan Pneumonia ditangani
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru
(alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur.
Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan
atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-
anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang
yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Persentase penemuan pneumonia pada balita di tahun 2013 sebesar
378 ( 29,9 % ) hampir sama dengan jumlah penderita pneumonia pada balita
tahun 2012 ada 376 ditangani 100% dibandingkan tahun 2011 jumlah kasus
233 ditangani 100% dan tahun 2010 ada 242 dan jumlah ditangani 242
(100%).
Puskesmas dengan penemuan dan pengobatan pneumonia balita di
Kabupaten Pati selama tahun 2013 sebanyak 10 Puskesmas yaitu
Puskesmas Pati I sebesar 327 % ( perkiraan kasus 67 ditemukan
198 kasus ), Puskesmas Pati II sebesar 139.1 % ( perkiraan kasus 47
ditemukan 66 kasus ), Gabus II sebesar 94 % ( perkiraan kasus 29 ditemukan
27 kasus ), Margoyoso II sebesar 78.5 % ( perkiraan 37 ditemulan 29 kasus ),
Tambakromo sebesar 63.9%, Gunungwungkal sebesar 45,6 %, Gabus I
sebesar 22.1%, Wedarijaksa I sebesar 2.9 %, Margorejo sebesar 1.8 % dan
Kayen sebesar 1.3 %.
27,5 17,56
50,02
33,38
83,4
CNR ( Case Notification Rate)
CNR Kasus baru BTA + Laki-laki
CNR kasus baru BTA + perempuan
CNR semua laki-lai
CNR semua perempuan
CNR semua L+P
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
20
4 Prevalensi HIV,
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami
penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi
berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita
terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di
masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan
Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei
Terpadu Biologis dan perilaku (STBP).
Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan selama tahun 2013 sebanyak 29
orang dan kasus AIDS sebanyak 72 orang, lebih tinggi dibandingkan tahun
2012 ada 49 kasus terdiri dari 20 kasus HIV dan kasus AIDS sebanyak 49
orang mengalami peningkatan dari tahun 2011 jumlah kasus 43 dengan HIV
28 orang dan kasus AIDS sebanyak 15 orang. Kasus HIV/AIDS merupakan
fenomena gunung es, artinya kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil
yang ada di masyarakat. Kasus kematian karena AIDS di kabupaten Pati
selama tahun 2013 sebanyak 18 orang ( L =11, P= 7 ).
Gambar 3.9 Jumlah Kasus HIV/AIDS
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2009 2010 2011 2012 2013
HIV
AIDS
Meninggal
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
21
5 Persentase Infeksi Menular Seksual ( shypilis ) diobati,
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit
kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS
meliputi Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger ayam, Herpes, dan lain-lain.
Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati adalah kasus IMS yang
ditemukan berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati sesuai standar.
Jumlah kasus IMS ( Shypilis ) tahun 2013 di kabupaten Pati yang
tercatat sebanyak 10 orang ( perempuan ) dibandingkan tahun 2012 kasus
IMS ( semua kasus ) ada 459 semua tertangani tahun 2011 terdapat 10 kasus
semua tertangani dan tahun 2010 dari kasus yang ada 547 semua tertangani.
Tahun 2009 = 285 kasus ditangani 163 (57,19 %), tahun 2008 ada 246 kasus
ditangani 100 %.
Gambar 3.10 Jumlah Kasus IMS
6 Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD),
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini
sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga
menyerang orang dewasa.
Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di
Kabupaten Pati, terbukti dari 29 Puskesmas yang ada sudah pernah
terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di
Kabupaten Pati Tahun 2013 sebesar 47,2/100.000 penduduk, meningkat bila
dibandingkan tahun 2012 (23,9/100.000 penduduk) dan masih di atas
dalam target nasional yaitu <20/100.000 penduduk. Angka kesakitan
2009; 285
2010; 547
2011; 10
2012; 459
2013; 10
IMS
2009
2010
2011
2012
2013
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
22
tertinggi di Puskesmas Juwana sebesar 66 kasus 88,77/100.000
penduduk, terendah di Puskesmas Pucakwangi II sebesar sebanyak 2
kasus atau 1,37/100.000 penduduk. Setiap penderita DBD yang
dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan
epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian.
Jumlah kasus DBD tahun 2013 sebanyak 569 ( laki-laki 289 dan
perempuan 280 ) dengan jumlah kematian sebanyak 4 orang ( CFR 17,4 % )
meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 ada 303 dengan jumlah
kematian 4, tahun 2011 ada 331 dengan jumlah kematian 4 dan tahun 2010
dari jumlah kasus yang ada 1.019 dengan jumlah kematian 11 dan tahun
2009 ada 378 kasus, tahun 2008 ada 686 kasus.
Gambar 3.11 Angka Kesakitan DBD
7 Angka Kematian DBD
Angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) DBD di Kabupaten Pati
tahun 2013 sebesar 17,4% lebih tinggi dibanding tahun 2012 (1.3%),
tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan target nasional (<1%).
Angka Kematian tertinggi ada di Puskesmas Wedarijaksa II sebesar
5.3 %, Sukolilo I sebesar 4.5%, Margoyoso I sebesar 4.5% dan
Trangkil 3.0 %.
2009 2010 2011 2012 2013
DBD 378 1019 331 303 569
378
1019
331 303
569
0
200
400
600
800
1000
1200
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
23
Gambar.3.12 Peta Penyebaran kasus ( Kuning ) dan CFR ( merah )
8 Persentase Balita dengan diare ditangani,
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan
menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar
tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam
waktu 24 jam.
Cakupan penemuan dan penanganan diare di Kabupaten Pati tahun
2013 sebesar 84.1 % ( 21.378 kasus ) meningkat dibandingkan dengan tahun
2012 ada 520.007 dengan jumlah penderitan 26.150 ( 5,029 % ), tahun 2011
jumlah penderita 25.722 semuanya tertangani, tahun 2010 dari jumlah
penderita 24.164 semua tertangani.
Gambar 3.13 Angka Kasus Diare
2010 2011 2012 2013
Diare 100 100 5,029 84,1
100 100
5,029
84,1
0
20
40
60
80
100
120
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
24
9 Angka Kesakitan Malaria,
Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence-API)
merupakan indikator untuk memantau perkembangan penyakit malaria.
Jumlah penderita malaria klinis di Kabupaten Pati tahun 2013 sebanyak 524
dengan mlaria positif sebnayak 226 orang ( L : 198 orang, P : 28 orang )
dengan kasus meninggal sebanyak 1 orang, naik dibandingkan dengan
jumlah penderita malaria klinis tahun tahun 2012 sebanyak 301 kasus klinis
dengan 248 positif , tahun 2011 sebanyak 1.288 klinis dengan 261 positif,
tahun 2010 ada 77 penderita dari 1.177 klinis, tahun 2009 ada 2765
penderita , positif 2. Angka kesakitan malaria di Kabupaten Pati ini lebih
banyak disebabkan adanya migrasi dari daerah endemis ke Kabupaten Pati.
Perkembangan kasus malaria dari tahun 2009 – 2013 dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 3.14 Angka Malaria di Kabupaten Pati
10 Persentase penderita malaria diobati
Tahun 2013 dari 226 orang positif malaria semua diobati naik dibandingkan
tahun 2012 dari 248 kasus positif semua diobati, tahun 2011 sebanyak 261
kasus, tahun 2010 sebanyak 77 penderita diobati tahun 2009 dari jumlah
penderita malaria positif diobati 2 (100 %), tahun 2008 dari positif 6, 100 %
diobati.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2009 20102011
20122013
2765
1177 1288
301 5242 77 261248
2260 2
00
1
Suspect
Positif
Meninggal
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
25
11 Prevalensi Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat
menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan
permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta
dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut:
a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa,
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa
mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot,
c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).
Sampai dengan tahun 2013 kasus Kusta tercatat sebanyak 3 orang PB
dan 56 orang MB turun dibandingkan dengan tahun 2012 dengan kasus PB 6
kasus dan MB 57 kasus.
Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari
tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui
tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14
tahun) di antara penderita baru.
12 Persentase penderita kusta selesai berobat
Cakupan program kusta diukur berdasarkan angka penderita kusta
tipe Pauci Baciller (PB) dan Multy Baciller (MB) selesai diobati.
Cakupan program kusta type PB tahun 2013 berdasarkan jumlah penderita
baru tahun 2012 selesai berobat sampai dengan tahun 2013 sebesar 100 %
sama dengan tahun 2012 ( Meninggal 1 orang ) dan lebih tinggi dari target
90%. Kusta type MB diambil dari data penderita baru tahun 2011yang selesai
diobati ( RFT ) sampai dengan tahun 2013 sebesar 87 % lebih rendah
dibandingkan tahun 2012 sebesar 91,23 %
Sampai dengan tahun 2012 Penderita PB = 6, RFT PB = 6, penderita MB =
57 dan RFT MB = 52. Dibandingkan tahun 2011 kasus baru kusta sebanyak
91 orang dengan penderita PB : 54, RFT PB : 100 %, penderita MB : 37
orang, RFT MB : 91,55 %. Cakupan penderita kusta 3 tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel berikut :
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
26
Gambar 3.15 Persentase Kusta selesai berobat
13 Kasus Filariasis ditangani
Tidak ada penderita filariasis di Kabupaten Pati untuk tahun 2013.
14 Jumlah kasus dan angka kesakitan yang dapat dicegah dengan Imunisasi
( PD3I )
Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non
Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri dan Hepatitis B.
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut,
diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan
dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO),
Reduksi Campak (Redcam) dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN).Saat
ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu
pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(Difteri, Tetanus Neonatorum, dan Campak). Dalam waktu 5 tahun terakhir
jumlah kasus PD3I yang dilaporkan adalah sebagi berikut:
1. Difteri
Tahun 2013 tidak ada kasus difteri di kabupaten Pati, dibanding tahun
2012 terdapat 1 kasus suspect penyakit difteri di Puskesmas
Sukolilo II, namun setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium
pembanding dari BLK Semarang hasilnya negatif.
100 100 100
91,55 91,23
87
80
85
90
95
100
105
2011 2012 2013
PB
MB
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
27
2. Tetanus Neonatorum
Tidak ada kasus
3. Campak
Tahun 2013 kasus campak sebanyak 13 kasus tersebar di 4
Puskesmas. Kasus campak tertinggi ada di Puskesmas Pati I sebanyak
10 orang, Puskesmas Kayen 1 kasus, Puskesmas Trangkil 1 kasus dan
puskesmas Margoyoso I terdapat 1 kasus.
Kasus campak di Kabupaten pati tahun 2013 turun dibandingkan
tahun 2012 terdapat suspect kasus campak sebanyak 17 kasus
penderita campak yang tersebar di Puskesmas Sukolilo I sebanyak 1
kasus, Puskesmas Kayen 5 kasus ( 1 laki-laki 2 perempuan ), Puskesmas
Pucakwangi II sebanyak 2 kasus, Puskesmas Batangan 2 kasus,
Puskesmas Jakenan sebanyak 2 kasus, Puskesas Margorejo sebanyak
1 kasus , Pusk. Trangkil 2 kasus, dan Puskesmas Margoyoso I
sebanyak 2 kasus. Setelah dilakukan pengambilan serum campak
sebanyak 50 % dari kasus ( 7 orang ) yang dan dilakukan uji
pemeriksaan di BLK Yogyakarta didapatkan hasil bahwa sebanyak 4
suspeck kasus negatif dan 3 sampel rusak. Penemuan kasus campak
selama 4 tahun terakhir sebagai berikut :
Gambar 3.16 Kasus campak Yang dilaporkan Kabupaten Pati
8
2
17
13
0
5
10
15
20
2010 2011 2012 2013
CAMPAK
CAMPAK
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
28
4. Polio
Tidak ada kasus
5. Hepatitis B
Tahun 2013 tidak ada kasus
6. Penyakit tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) yang diintervensi meliputi jantung
koroner, dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, diabetes mellitus,
kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, kanker paru, penyakit paru
obstruktif kronis, asma bronkiale, dan kecelakaan lalu lintas. Penyakit
tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes
mellitus, penyakit paru obstruktif kronis dan kanker tertentu, dalam
kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu
kelompok PTM utama yang mempunyai faktor risiko sama (common
underlying risk factor).
Faktor risiko tersebut antara lain faktor genetik merupakan
faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk factor), dan sebagian
besar berkaitan dengan faktor risiko yang dapat diubah (change risk
factor) antara lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang,
makanan yang mengandung zat aditif, kurang berolah raga dan adanya
kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan. Penyakit
tidak menular mempunyai dampak negatif sangat besar karena
merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit
tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu.
Penderita ini menjadi serba terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan
diri dengan jenis dan gradasi dari penyakit tidak menular yang
dideritanya. Hal ini berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan
tidak diketahui kapan sembuhnya karena memang secara medis
penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa
dikendalikan. Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah
bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian
tertinggi dibanding dengan penyakit menular. Data PTM tahun 2013 di
Kabupaten Patii total 21.904 kasus yang dilaporkan sebesar 59,5%
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
29
(13.034 kasus) adalah penyakit hipertensi, asma bronkiale 19,67 %
( 4.309 kasus ), diabetes mellitus 10,51 % ( 2.305 kasus ), Kecelakaan
lalin 5,41 % ( 1186 kasus ) dan Psikosis 1,87 % ( 410 kasus ). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.17 Persentase cakupan PTM di kabuapten Pati Tahun 2013
C. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT
1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain
karena ibu hamil mengalami anemia, kurang suply gizi waktu dalam
kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat
badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi
tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum
sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan
menjadi penyebab utama kematian bayi.
Jumlah Bayi berat badan lahir rendah di Kabupaten Pati tahun 2013
sebanyak 523 orang ( 2,8 % ) turun dibandingkan tahun 2012 sebanyak 626
( 3,2 % ).
0102030405060
59,5
10,5119,67
1,87 5,410,3 0,7
0,12 0,19
PTM
PTM
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
30
Gambar 3.18 Persentase Bayi dengan BBLR di Kab. Pati
2. Persentase Balita dengan Gizi Kurang
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan
pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita
diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
Variabel BB dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator
antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena
merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian.
Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap
kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan.
Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi
pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
disebut reference. Baku antropometri yang saat ini digunakan di
Indonesia adalah World Health Organization - Antopometri (WHO-
Antopoetri ) tahun 2005.
2010 2011 2012 2013
Prevalensi 1,93 2,77 3,2 2,8
1,93
2,77
3,2
2,8
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
31
Persentase Balita Gizi kurang ( BB/U ) di Kabupaten Pati tahun 2013
sebanyak 5.348 orang ( 6,9 ) naik bila dibandingkan dengan tahun 2012
(6,14 % ).
3. Persentase Balita dengan Gizi buruk
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan
penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya.
Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan
rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk
memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah
didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat
badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan
berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan
di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui
kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis
merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi
status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi
badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera
dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan
Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak
dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit.
Tahun 2013 balita dengan gizi buruk menurut indeks BB/TB di
Kabupaten Pati sebanyak 102 orang ( 0,11 % ) turun dibandingkan tahun
2012 sebanyak 173 orang dan ditangani 100 %, tahun 2011 sebanyak 185
orang ( 0,21 % ), tahun 2010 sebanyak 188 orang ( 0,21 % ), tahun 2009
sebanyak 164 orsng ( 0,20 % ).
D. Visi dan Misi
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati adalah
” Terwujudnya masyarakat mandiri untuk hidup sehat
menuju Pati Bumi Mina Tani Sejahtera”
Visi tersebut merupakan gambaran masyarakat Pati pada masa yang akan
datang dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat,
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
32
mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya.
Masyarakat mampu mengenali tingkat kesehatan, masalah kesehatan,
merencanakan dan mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi
diri sendiri secara mandiri. Untuk mencapai kondisi tersebut didukung sumber
daya semaksimal mungkin diutamakan dari kemampuan sumber daya yang
ada di Kabupaten Pati , meliputi sumber daya manusia, pembiayaan,
perbekalan dan obat, sarana dan prasarana dengan tidak menutup
kemungkinan adanya alokasi biaya diluar Kabupaten Pati.
1.2 Misi
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran
organisasi kesehatan di Kabupaten Pati, yang bertanggung jawab secara
teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan di
Kabupaten Pati. Dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kab. Pati:
“Terwujudnya masyarakat mandiri untuk hidup sehat menuju Pati Bumi Mina
Tani” maka Misi nya adalah :
1. Penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan di daerah
2. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dasar yang profesional
3. Penggerak Peningkatan Kesehatan Lingkungan
4. Menyediakan sarana pelayanan dasar dengan dukungan tenaga dan
perbekalan yang memadai.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
33
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. Pelayanan Kesehatan Dasar
1) Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1
Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan
antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas.
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan
kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4)
dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah
minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
Kunjungan Ibu Hamil adalah : Pelayanan atau pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh
Tenaga kesehatan terampil. 4 kali dengan interval 1kali pada trimester
pertama, 1kali pada trimester kedua dan 2kali pada trimester ketiga,
akan menggambarkan cakupan pelayanan antenatal ibu hamil yang
dapat di pantau melalui pelayanan kunjungan ibu hamil K1 dan K4.
Penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilan, pemberian tablet
Fe, pemberian immunisasi TT dan konsultasi merupakan pelayanan
yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjung
ke tempat pelayanan kesehatan (Antenatal Care / ANC).
Cakupan kunjungan ibu hamil K1di Kabupaten Pati tahun 2013
sebesar 97,7 % naik dibandingkan tahun 2012 ada 19.655 dari jumlah
ibu hamil yang ada 21.109 ( 93, 1 % ), tahun 2011 sebanyak 20.430
dari jumlah ibu hamil yang ada 20654 (99%), tahun 2010 jumlah K1 ada
19751 dari jumlah ibu hamil yang ada tahun 2010 sebesar 20739
(95,29%), Ada 10 Puskesmas yang cakupannya telah mencapai 100 %
yaitu Puskesmas Sukolilo I, Kayen, Gabus I, Gabus II, Margorejo,
Gembong, Wedarijaksa II, Guningwungkal, Margoyoso II dan Cluwak.
Cakupan terendah di Puskesmas Winong II sebesar 86,2 %.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
34
4. Ckupan Kunjungan Bumil K-4
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang
mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur
tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian
Tetanus Toxoid, (4) Tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi
90 selama kehamilan, (6) Temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb,
protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV,
Malaria, TBC).
Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil ( K4 ) di Kabupaten Pati
pada tahun 2013 sebesar 92,3 % dan masih dibawah SPM 2015 ( 95 % )
turun dibandingkan tahun 2012 ada 19.408 ( 98,7 % ), tahun 2011
sebesar 19.643 (96%) , tahun 2010 K4 ada 18.717 (90%).
Gambar 4.1 Cakupan K4 di kabupaten Pati tahun 2010-2013
5. Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan. Target SPM 2015 Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan adalah 90%.
2010 2011 2012 2013
K4 90 96 98,7 92,3
90
96
98,7
92,3
84
86
88
90
92
94
96
98
100
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
35
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Pati tahun
2013 sebesar 95.3 % naik dibandingkan tahun 2012 sebesar 19.716
( 93,4 % ), tahun 2011 sebesar 19.109 (98%) dari jumlah ibu bersalin
tahun 2011 sebesar 19.590 , tahun 2010 sebesar 96% (18.178) dari
jumlah ibu bersalin tahun 2010 sebesar 19.839. Data cakupan
peretolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2010-2013 adlah
sebagai berikut :
Gambar 4.2 Cakupan Pertolongan Persalinan tenaga Kesehatan Tahun 2010-2013
Cakupan pertolongan persalinan tertinggi di Puskesmas
Margorejo sebesar 103.8 % dan terndah di Puskesmas Trangkil sebesar
85 %.
c. Pelayanan Ibu Nifas
Paska persalinan (Masa Nifas) berpeluang untuk terjadinya
kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan
kesehatan masa nifas dengan kunjungan oleh tenaga kesehatan
minimal 3 (Tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan ibu nifas meliputi
pemberian Vit A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan pemeriksaan
kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakah terjadi
pendarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir,
demam lebih dari 2 (Dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai
2010 2011 2012 2013
Cak.linakes 96 98 93,4 95,3
96
98
93,4
95,3
91
92
93
94
95
96
97
98
99
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
36
rasa sakit. Dari jumlah kematian maternal 100 % terjadi pada paska
persalinan.
Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Tahun 2013 sebesar 93.7 % turun
dibandingkan tahun 2012 sebesar 19.570 ( 97,40 % ), tahun 2011
Adalah 99%, tahun 2010 sebesar 96% masih diatas target SPM 2015
sebesar 90 %. Cakupan yang telh mencapai 100 % yaitu Puskesmas
Margorejo, Margoyoso I dan Margoyoso II. Cakupan terendah ada di
Puskesmas Winong I sebesar 74.4 %. Dari 29 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Pati ada 5 Puskesmas yang masih belum mencapai target
SPM 2015 ( 90 % ) yaitu Puskesmas Jaken, Gabus II, Trangkil,
Dukuhseti dan Winong I.
6. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang ditangani
Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil,
ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau
bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b)
Hiperemesis Gravidarum, (c) Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi
dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu,
(f) ketuban pecah dini. Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a)
Kelainan letak/presentasi janin, (b) Partus macet/distosia, (c)
Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d)
Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi
dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda. Komplikasi dalam
nifas diantaranya (a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia), (b) Infeksi nifas, (c) Perdarahan nifas. Ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu
hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan
(Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin,
RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
Jumlah komplikasi kebidanan di Kabupaten Pati tahun 2013 sebanyak
4.142 ( 20 % dari ibu hamil ). Cakupan komplikasi kebidanan yang
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
37
ditangani tahun 2013 sebesar 91.3 %. Pencapaian ini sudah melampaui
target SPM 2015 ( 80 % ).
2) Pelayanan Kesehatan Anak
a. Cakupan Kunjungan Neonatus
Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan
oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau
dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada
Permenkes 741/Th. 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagimenjadi 3, yaitu: KN1
adalah kunjungan pada 0-2 hari ,KN2 adalah kunjungan 2-7 hari dan
KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan
neonatus 1 (KN1) di Kabupaten Pati pada tahun 2013 sebesar
95,7%, dan cakupan kunjungan neonatus 3 (KN-lengkap) sebesar
94,1%. Dari 29 Puskesmas, masih ada 10 puskesmas dengan
cakupan KN3 kurang dari 90% yaitu Puskesmas Winong I
(78,7%), Winong II (86,7%), Jaken ( 81,9 % ), Pati II ( 89,5% ),
Gabus II ( 86 % ), Margorejo ( 87,5 % ), Wedarijaksa ( 87,9 % ),
Trangkil ( 84, % ), Margoyoso I ( 84 % ) dan Cluwak ( 83,9 % ).
Cakupann kunjungan neonatus di Kabupaten Pati tahun 2009-2013
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3 Cakupan neonatus 2009-2013
Secara keseluruhan cakupan kunjungan neonatus di
Kabupaten Pati sudah memenuhi target yaitu lebih dari 90%. Hal ini
disebabkan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan
20092010
20112012
2013
85
90
95
100
KN Target
9290
93
90
95
90
98,7
90
94,1
902009
2010
2011
2012
2013
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
38
kesehatan kepada masyarakat melalui penambahan dan
penempatan bidan di desa. Selain itu juga adanya upaya
peningkatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan perawatan
neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA serta
meningkatnya pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih baik untuk bayinya.
b. Cakupan Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling
sedikit 4 kali, di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari.
Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap
bulan di sarana pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan bayi di
Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 96,6%, meningkat apabila
dibandingkan tahun 2012 (92,64%).
Cakupan kunjungan bayi tahun 2013 sudah melampaui target
SPM 2015 ( 80 % ). Puskesmas dengan capaian kunjungan bayi
sebesar 100 % adalah Puskesmas Winong II, Pucakwangi I,
Pucakwangi II, Batangan, Juwana, Jakenan, Gabus I, Gembong dan
Tlogowungu.
c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani
Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis,
trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr),
sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital maupun
yang termasuk klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS ).
Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan
neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
39
kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan
kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi
dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Indikator ini
mengukur kemampuan manajemen program K esehatan Ibu dan Anak
(KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
profesional kepada neonatus dengan komplikasi.
Tahun 2013 perkiraan bayi dengan komplikasi yang
dihitung dari banyaknya sasaran bayi jumlahnya sebesar 2.770
bayi. Jumlah perkiraan tersebut yang mendapat penanganan
tenaga kesehatan di tiap jenjang pelayanan kesehatan sebesar
1.868 bayi (67,4%). Cakupan Neonatus Risiko Tinggi/komplikasi
yang ditangani tersebut masih jauh dari target cakupan sebesar
80%. Masih rendahnya neonatus risiko tinggi yang mendapatkan
pelayanan kesehatan diantaranya disebabkan belum adanya
keseragaman definisi operasional mengenai neonatal yang
termasuk dalam risiko tinggi, sehingga belum semua neonatus
dengan risiko tinggi/komplikasi dicatat dan dilaporkan.
d. Cakupan Pelayanan Anak Balita
Balita adalah anak berumur dibawah 5 tahun atau umur 12-59
bulan. Tidak hanya bayi yang harus mendapatkan perhatian
kesehatannya tetapi balita juga perlu mendapatkan perhatian baik
gizi maupun kesehatannya, karena balita adalah generasi penerus
bangsa yang harus sehat, cerdas dan kuat. Jumlah balita di
Kabupaten Pati tahun 2013 sebanyak 76.668 yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sebanyak 58.889 (76,8). Puskesmas yang
cakupannya sudah mencapai 100% adalah Puskesmas Sukolilo I
dan Puskesmas Juwana. Sedangkan cakupan terendah adalah
Puskesmas Tlogowungu 30,9%.
e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) dan
setingkat adalah pemeriksaan kesehatan terhadap murid baru
kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang meliputi
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
40
pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman
mata, ketajaman pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental
emosional dan kebugaran jasmani. Pelaksanaan penjaringan
kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama dengan guru
sekolah dan kader kesehatan/konselor kesehatan. Setiap
puskesmas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan siswa
SD/MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal
tahun ajaran baru sekolah. Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100%
mendapatkan pemantauan kesehatan melalui penjaringan
kesehatan. Melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
diharapkan dapat menapis atau menjaring anak yang sakit dan
melakukan tindakan intervensi secara dini , sehingga anak yang
sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
oleh tenaga kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah tahun
2013 sebesar 100 %, adapun jumlah SD setingkat yang mendapat
pelayanan penjaringan sebesar 98 %. Angka cakupan tertinggi yaitu
sebesar 100 % yaitu Puskesmas Sukolilo, Batangan, Wdarijaksa I,
Tayu I dan dukuhseti sedangkan cakupan terendah terendah di
Puskesmas Pati II (8,7%). Data Cakupan penjaringan siswa SD dan
setingkat 2009-2013.
Gambar 4.4 Cakupan Penjaringan siswa SD dan Setingkat
2010 2011 2012 2013
Cakupan 65 66 60 100
65 6660
100
0
20
40
60
80
100
120
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
41
f. Cakupan pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Jumlah siswa SD dan setingkat tahun 2013 sebanyak
66.103 anak. Yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai strata
UKS sebesar 3.973 (51,5%). adapun jumlah SD setingkat yang
mendapat pelayanan penjaringan sebesar 98 %. Angka cakupan
tertinggi yaitu sebesar 100 % yaitu Puskesmas Sukolilo, Batangan,
Wdarijaksa I, Tayu I dan dukuhseti sedangkan cakupan terendah
terendah di Puskesmas Pati II (8,7%)
3) Pelayanan Gizi
3.1 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang
tersebar diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan
dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa
pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis
penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat
mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh
seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan
epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah
kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6
bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara
berkembang. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada
bayi tahun 2013 sebesar 92.57%, menurun dibandingkan tahun
2012 sebesar 99,86%.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi selama 4
tahun terakhir (2010-2013) dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
42
Gambar 4.5 Cakupan pemberian Vitamin A pada Bayi
3.2 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita
Salah satu program penanggulangan KVA yang telah
dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis
tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan ibu nifas untuk
mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah
berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala
manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan
kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program
distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong
tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak
terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Balita yang dimaksud
dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak umur 12–59
bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A
dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan
dosis 200.000 SI yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan
dan diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya.
2010 2011 2012 2013
Vit. A 100 107,84 99,86 92,57
100
107,84
99,86
92,57
80
85
90
95
100
105
110
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
43
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita tahun 2013
sebesar 100%, naik dibandingkan tahun 2012 (99.93%). Cakupan
tertinggi (>100%) sudah dapat dicapai oleh 28 Puskesmas dar 29
Puskesmas yang ada di kabupaten Pati sedangkan Puskesmas
dengan cakupan terendah ( belum 100 % ) yaitu Puskesmas Winong II
( 99.66 % ).
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita selama 4
tahun terakhir (2010-2013) dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 4.6 Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita
3.3 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di
rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi
dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu
nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan
vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah
cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi
(200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan.
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2013
sebesar 92,46%, menurun dibandingkan tahun 2012(93.89%).
Cakupan tertinggi tahun 2013 (>100%) dicapai oleh Puskesmas
2010 2011 2012 2013
Cakupan 100 96,53 99,93 100
100
96,53
99,93 100
94
95
96
97
98
99
100
101
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
44
Tambakromo. Sementara cakupan terendah di Puskesmas Winong I
sebesar 78,62%. Adapun cakupan pemberian kapsul vitamin A pada
ibu nifas tahun 2011 sebesar 106,8 %, tahun 2010 sebesar 84,38 %,
tahun 2009 sebesar 87,33 %.
3.4 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe
Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah
memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan
untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamill, ibu nifas,
remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan
anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet
Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu
hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Pati tahun 2013
sebesar 90,45% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2012 (91,78%), tahun 2011 (96.75 % ), tahun
2010 ( 88.79 % ). Cakupan tertinggi dicapai Puskesmas Sukolilo I
( 99,96% ) dan terendah di Puskesmas Wedarijaksa I sebesar
77,58 %
Gambar 4.7 Cakupan Pemberian tablet Fe
3.5 Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi
91,07100,65 97,98 96,08
88,7996,75 91,78 90,45
0
50
100
150
200
250
2010 2011 2012 2013
Fe 2
Fe 1
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
45
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat
diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan
hadiah satusatunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan
hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu
pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6
(enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan
bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.
Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6
(enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.
450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang
diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa
diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi
yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI
saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Cakupan pemberian ASI Eklusif tahun 2013 di Kabupaten Pati
sebesar 64.8%, naik dibandingkan tahun 2012 sebesar 62.45%.
Cakupan tertinggi ada di Puskesmas Trangkil ( 98.1 %) dan cakupan
terendah di puskesmas Margorejo ( 33.9%). Beberapa hal yang
menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah:
o Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai
manfaat ASI dan cara menyusui yang benar.
o Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari
petugas kesehatan.
o Faktor sosial budaya.
o Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja.
o Gencarnya pemasaran susu formula.
Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
cakupan pemberian ASI eksklusif tetap berpedoman pada Sepuluh
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu:
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
46
o Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang
secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.
o Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan
ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
o Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat
menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa
kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara
mengatasi kesulitan menyusui.
o Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit
setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi
dini). Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah
30 menit ibu sadar.
o Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas
indikasi medis.
o Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir.
o Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu
bersama bayi 24 jam sehari.
o Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa
pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.
o Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
o Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-
ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang
dari rumah sakit, rumah bersalin atau sarana pelayanan
kesehatan.
3.6 Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24
bulan Keluarga Miskin.
Anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin diberikan
makanan pendamping ASI baik makanan lokal maupun pabrikan.
Data jumlah anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin di Kabupaten
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
47
Pati tahun 2013 sebanyak 459 (6,33 % ) menurun dibandingkan tahun
2012 sebanyak 6.644 yang mnedapat MP-ASI sebanyak 550 orang
( 8.28 % ).
3.7 Jumlah Balita Ditimbang
Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi
masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
yang sebagiankegiatannya dilaksanakan di Posyandu. Penimbangan
terhadap bayi dan balita yang dilakukan di posyandu merupakan
upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain
(KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat
dalam penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam
perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita
seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam
penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang
dapat menggambarkan status gizi balita.
Partisipasi Masyarakat dalam penimbangan di posyandu tahun
2013 sebesar 86.5 % dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 85.92
%. Ccakupan tertinggi di Puskesmas margoyoso II sebanyak 95 %. dan
terendah di Puskesmas Wedarijaksa II ( 70 5 ). Cakupan D/S tahun 2011
sebesar 86,12%, tahun 2010 sebesar 81 % dan 2009 sebesar 80,53%.
3.8 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui
intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu,
dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau
petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus
segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga
penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal.
Pendataan gizi buruk di Kabupaten Pati didasarkan pada 2
kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan
umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
48
badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di
posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur
melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di
bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan
konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan
menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus
buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai
pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat
penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas
maka segera dirujuk ke rumah sakit.
Gambar 4.8 Jumlah Balita Gizi buruk BB/TB di Kabupaten
Pati tahun 2010-2013
Balita Gizi buruk BB/TB di Kabupaten Pati tahun 2013 sebanyak
102 orang ( 0.11 % ) turun dibandingkan tahun 2012 sebesar 0.20 %,
tahun 2011 sebesar 0,21% dan tahun 2010 sebanyak 0,21%. Balita Gizi
buruk mendapat perawatan sebanyak 100 %.
3.9 Desa dengan Garam Beryodium yang Baik
Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang
baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang
2010 2011 2012 2013
Jml Balita Gibur 0,21 0,21 0,2 0,11
0,21 0,210,2
0,11
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
49
dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan, dimana pada tahun
2013 sebanyak 38,69 %, tahun 2012 sebesar 19.46 % tahun 2011
( 21,92%).
D
Gambar 4.9 Cakupan Desa dengan Garam beryodium
Dari 29 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pati konsumsi
garam beryodium tertinggi di Puskesmas Pucakwangi I ( 100 % ) dan
terendah (0% ) di Puskesmas Wedarijaksa I, wedarijaksa II dan
winong II
5) Pelayanan Keluarga Berencana
a. Peserta Keluarga Berencana Baru
Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan
Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah
satu cara/alat dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah
satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa
kehamilannya.
Jumlah pasangan usia subur ( PUS ) di kabupaten Pati tahun
2013 sebanyak 270.491 orang, turun dibandingkan tahun 2012
sebanyak 271.139 orang. Peserta KB baru di Kabupaten Pati tahun
2013 sebanyak 12.9 % naik dibandingkan tahun 2012 sebanyak 5.8%.
Peserta KB baru menggunakan kontrasepsi sebagai berikut :
2010 2011 2012 2013
Desa dg Garam beryodium
13,79 21,92 19,46 38,69
13,79
21,9219,46
38,69
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
50
Gambar 4.10 Peserta KB Baru di Kabupaten Pati Tahun 2013
Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan
kontrasepsi non MKJP yang membutuhkan pembinaan secara rutin
dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian
kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan cukup besar
yaitu 67,2%, hal tersebut dapat difahami karena akses untuk
memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah, sebagai
akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat
desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB.
Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif
dengan mempergunakan kontrasepsi MOP (hanya 0,04%) dan
kondom (hanya 4,1%), karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang
disediakan bagi pria, dan sebagian pria masih beranggapan
bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang
menjadi sasaran.
b. Peserta KB Aktif
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara
jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat
pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS.
18,4
4,1
3,6
67,2
0,042,3 4,4
Peserta KB Baru
Pil
Kondom
IUD
suntik
MOP
MOW
Implan
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
51
Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Pati tahun 2013
sebesar 81,8%, mengalami penurunan dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2012 (82,8%). Angka ini sudah mencapai target
SPM sebesar 70%. Cakupan tertinggi di Kecamatan Dukuhseti
(90,7%) dan terendah di Kecamatan Batangan (74,9%).
6) Pelayanan Imunisasi
a. Persentase Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization”
(UCI)
Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata
berupa pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa yang
berdasarkan indikator cakupan BCG, DPT-HB 3, Polio 4 dan
Campak dengan cakupan minimal 85 % dari jumlah sasaran bayi
di desa. Pencapaian UCI desa tahun 2013 (100%) mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 (99,5%).
b. Cakupan Imunisasi bayi
Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi
baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan
Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap
yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1
kali dan campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status
imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan
imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi
yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan
dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan
lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Selain pemberian imunisasi
rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi
tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT,
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
52
BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas I
SD/MI/SDLB/SLB, sedangkan BIAS TD diberikan pada semua
anak usia kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB, Backlog Fighting
(melengkapi status imunisasi).
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Kabupaten Pati
dari semua antigen sudah mencapai target minimal nasional
(85%). Jumlah sasaran bayi pada tahun tahun 2013 adalah
19.128 menurun dibanding tahun 2012 sebanyak 19.704.
Sedangkan cakupan masing-masing jenis imunisasi tahun 2013
adalah sebagai berikut BCG (96,8%), DPT-HB1 (101,1%),
DPT-HB3 (103,3%), Polio 4 (102,2%) dan Campak (102,6%). Hal ini
mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2012 dengan BCG
(100,7%), DPT-HB1 (99,1%), DPT-HB3 (100,5%), Polio 3
(100.9%) dan Campak (100,8%).
Gambar 4.11 Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Pati
Tahun 2010-2013
c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak
Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa, analisis
PWS harus diikuti dengan tindak lanjut. Dengan grafik PWS akan
terlihat dan dapat dianalisis cakupan dan kecenderungan setiap
BCG
DPT+HB3
CAMPAK
0
50
100
150
200
2010 2011 2012 2013
98
,48
10
5
10
0,7
17
3
10
2
10
6,2
99
,1
10
1,110
3
10
0,5
10
3,3
84
,55
98
,83
10
0,9
17
8,3
9
99
,7
10
0,6
10
0,8
10
2,6
BCG DPT+HB1 DPT+HB3 POLIO CAMPAK
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
53
bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan cakupan dan
beban yang harus dicapai setiap bulan pada periode berikutnya.
Untuk kecenderungan cakupan setiap bulan dapat diketahui
dengan indikator Drop Out (DO). Indikator DO di Jawa Tengah
disepakati maksimal 5 % atau ( - 5 % ). Tahun 2013 DO di Kabupaten
Pati sebanyak -1.43 %.
d. WUS Mendapat Imunisasi TT
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia
subur termasuk ibu hamil. Menurut WHO, tetanus maternal dan
neonatal dikatakan tereliminasi apabila hanya terdapat kurang dari
satu kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap
kabupaten. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus
neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang
aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan
merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum.
Jumlah ibu hamil 2013 di Kabupaten Pati sebanyak 20.868, yang
mendapat TT-1 sebesar 69.7%, TT-2 sebesar 72,3%, TT-3
sebesar 11,0%, TT-4 sebesar 9,2 % dan TT-5 sebesar 6,8% dan
TT2+ sebanyak 99,2%.
7) Pelayanan Kesehatan Gigi
a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi
kegiatan pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah.
Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi
tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian
masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah
banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi
yang merupakan tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul
rusak dan harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah tindakan
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
54
kuratif dan rehabilitatif yang merupakan tindakan terakhir yang
harus diambil oleh seorang pasien.
Jumlah tumpatan gigi tetap tahun 2013 sebanyak 2.074,
sementara jumlah pencabutan gigi tetap sebanyak 6.514. Data
tersebut menandakan bahwa motivasi masyarakat dalam
mempertahankan gigi geliginya belum maksimal, oleh karena itu
masih diperlukan penyuluhan yang terus menerus agar masyarakat
memeriksakan giginya secara teratur. Melalui pemeriksaan gigi ini
dapat mengontrol fungsi kunyah gigi agar tetap baik, sehingga
sistim pencernaan semakin bagus, yang pada akhirnya kesehatan
secara umum akan meningkat dan diharapkan di tahun-tahun
mendatang jumlah pencabutan gigi tetap trennya semakin
menurun. Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun 2013
sebesar 0,3 %. Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak
masyarakat yang melakukan pencabutan gigi dibandingkan
melakukan tumpatan gigi tetap.
Beberapa Puskesmas yang pencabutan giginya jauh lebih
banyak dibandingkan tumpatan giginya (rasio rendah),
menandakan bahwa masyarakat di wilayah Puskesmas yang
bersangkutan masih kurang memperhatikan kesehatan gigi dan
mulut dan kemungkinan frekuensi penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut yang dilakukan oleh petugas kesehatan di setiap lini, baik
yang dilakukan didalam maupun diluar gedung masih sangat
minim. Puskesmas dengan rasio terendah adalah Puskesmas Juwana
0,2 (tumpatan 172, pencabutan 910). Puskesmas yang rasionya
tinggi (penumpatan lebih banyak dibandingkan dengan
pencabutan) yaitu Puskesmas Pati I (28,4 % ).
b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya
adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan
upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk
anak sekolah. Kegiatan UKGS meliputi pemeriksaan gigi pada
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
55
seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi,
kemudian melakukan perawatan pada murid yang memerlukan.
Prosentase jumlah murid yang diperiksa untuk tahun 2013
(22,6%), dan masih ada beberapa Puskesmas yang belum
melaporkan datanya. Beberapa Puskesmas mempunyai cakupan
sangat rendah, seperti Puskesmas Jaken (5,9%) dan masih ada
beberapa Puskesmas yang mempunyai cakupan tertinggi adalah
Puskesmas Tambakromo (96,9%).
c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut
Jumlah Murid SD/MI diperiksa dan memerlukan perawatan
tahun 2013 sebanyak 7.710 anak. Cakupan perawatan gigi dan
mulut murid SD/MI di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 51,5%
d. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia
60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan, baik di puskesmas maupun
di posyandu/kelompok usia lanjut. Cakupan pelayanan kesehatan
usia lanjut di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 90,17%.
Puskesmas dengan cakupan tertinggi (100%) adalah Puskesmas
sukolilo I,Sukolilo II, Tambakromo, Winong I, Juwana, Jakenan, Pati I,
Pati II, Gabus I, Gabus II, Margorejo, Gembong, Wedarijaksa I,
Margoyoso I, margoyoso II, Gunungwungkal dan Cluwak. Puskesmas
dengan cakupan terendah adalah Puskesmas Dukuhseti ( 44.84 % ).
8) Pelayanan Dawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa
a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang Harus Diberikan Pelayanan
Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat
darurat yang dapat diakses masyarakat merupakan sarana
kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
56
diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan
pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan
tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti
jantung dengan Resusitasi Jantung Paru Otak (Cardio–
Pulmonary–Cebral–Resucitation) agar kerusakan organ yang
terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan
menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan
Bantuan Hidup Lanjut (ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud
dalam hal ini adalah rumah bersalin, puskesmas, dan rumah sakit
baik rumah sakit umum, jiwa maupun khusus.
Gambar 4.12 Sarana kesehatan dengan kegawatdaruratan di
Kabupaten Pati
Puskesmas rawat inap dengan kemampuan pelayanan
gawat darurat yang dapat diakses masyarakat di kabupaten Pati
tahun 2013 sebanyak 6 atau 20,7%, sama dibandingkan dengan
2012 dari seluruh Puskesmas yang ada.
Sedangkan rumah sakit baik umum, dan khusus, semua sudah
mempunyai kemampuan gawat darurat. Jumlah Rumah Sakit Umum
dengan kemampuan 100%.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
RSU RS khusus Puskesmas
8
1
6
8
1
6
8
1
6
7
1
6
2010
2011
2012
2013
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
57
b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 jam
Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam
jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular
dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Jawa Tengah. Tingginya frekuensi KLB seperti
Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid
Paralisys (AFP), Keracunan Makanan, Difteri, Campak, Diare,
bencana serta munculnya penyakit baru seperti Avian Influenza
(Flu Burung), disamping menimbulkan korban kesakitan dan
kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat
secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun).
Kondisi tersebut menuntut upaya atau tindakan secara cepat dan
tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta
melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan.
Gambar 4.13 Distribusi KLB menurut jumlah Desa terserang
Dilihat dari gambar 4.10 diatas dapat dilihat bahwa jumlah
desa/kelurahan yang terkena KLB di Kabupaten Pati mengalami
kenaikan di tahun 2013.
2010 2011 2012 2013
Desa/Kel Terkena KLB
2 4 3 9
2
43
9
0
2
4
6
8
10
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
58
Data frekuensi KLB penyakit menular, keracunan makanan dan
bencana tahun 2013 sebanyak 8 kasus yang tersebar di 8
Puskesmas, 9 desa di Kabupaten Pati. Frekuensi tertinggi KLB
keracunan makanan sebanyak 6 kasus, leptospirosis 1 kasus dan
malaria 1 kasus.
c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa
Jumlah penduduk terkena KLB tahun 2013 sebanyak 118
jiwa. Jumlah kematian tidak ada.
9) Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dibagi menjadi
penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa. Penyuluhan kelompok
pada tahun 2013 sebanyak 696 kali, sedangkan penyuluhan rumah
tangga sebanyak 87 kali. Kegiatan penyuluhan ini semua puskesmas
sama karena memang baru program yang dilaksanakan belum ada
penyuluhan yang sifatnya mandiri dari puskesmas ( inisiatif Puskesmas ).
B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya
kesehatan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu
upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini
dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung
(out of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan
menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna
berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang
berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang
dilaksanakan pra upaya.
Di Indonesia, ada dua kelompok peserta jaminan pemeliharan
kesehatan yaitu kelompok penduduk non maskin yang membayar
sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya dan kelompok
maskin yang ditanggung oleh pemerintah. Sedangkan untuk
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
59
masyarakat miskin, pemerintah menyelenggarakan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), di mana semua biaya
pemeliharaan kesehatan untuk masyarakat miskin ini semua
ditanggung oleh pemerintah. Selain Jamkesmas Kabupaten Pati juga
menyelenggarakan jaminan Jmainan Kesehatan Daerah ( Jamkesda )
dengan tujuan agar masyarakat miskin yang belum tercakup
jamkesmas bisa tercakup jamkesda.
Di Kabupaten Pati pada tahun 2013, kepesertaan jaminan
kesehatan penduduk berdasarkan kepesertaannya adalah Jamkesmas
sebesar 47,20 %, Askes PNS sebesar 7,34 %, Jamsostek sebesar 1,33
%, Asabri/TNI /Polri sebesar 0,45 % dan Jamkesda sebesar 21,09 %.
Gambar.4.14 Cakupan Kepesertaan JPK Pra bayar Kab. Pati
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
mencanangkan “Universal Coverage” kepesertaan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan pada tahun 2014 yang berarti bahwa seluruh
penduduk di Indonesia pada tahun 2014 harus memiliki Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan. Terdapat dua cara pembayaran premi yaitu
untuk masyarakat non miskin premi dibayar sendiri oleh peserta,
sedangkan untuk masyarakat miskin, premi dibayarkan oleh pemerintah.
2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin
Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien
masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di
Puskesmas dan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan di Puskesmas
7,34
47,2
21,09
0,45 1,33
Askes
Jamkesmas
Jamkesda
TNI/Polri
Jamsostek
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
60
meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama,
persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya, pelayanan gawat
darurat, dan pelayanan transport untuk rujukan bagi pasien.
Sedangkan pelayanan di rumah sakit meliputi rawat jalan tingkat
lanjut, rawat inap tingkat lanjut, pelayanan obat dan bahan habis pakai,
pelayanan penunjang medik, serta pelayanan tindakan dan operasi.
Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin pada tahun 2013
sebanyak 814.488 orang. Masyarakat miskin yang mendapatkan
pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana pelayanan strata 1
sebesar 636.985 (78,2%)sedangkan di sarana pelayanan strata 2 dan
strata 3 sebesar 606 (0,1%).
3. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan
Kesehatan
Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan
baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat
jalan ini meliputi kunjungan rawat jalan di Puskesmas, kunjungan rawat
jalan di rumah sakit, dan kunjungan rawat jalan di sarana pelayanan
kesehatan lain. Cakupan kunjungan rawat jalan di Kabupaten Pati
pada tahun 2013 sebesar 104,41%. Adapun angka 10 besar penyakit
rawat jalan adalah sebagai berikut :
10 BESAR PENYAKIT TAHUN 2013
NO NAMA PENYAKIT ICD Total
1 Nasoparyngitis Akut (ISPA) JOO 83,469
2 Artritis tak Spesifik M3 39,950
3 Dermatitis kontak alergi L23 30,897
4 Rheumotoid artritis lain M06 25,666
5 Gastritis K29 20,074
6 Influenza, virus tak teridentifikasi J11 14,526
7 Conjungtivitis H10 11,378
8 Hipotensi I96 10,898
9 Diare dan Gastroenteritis non Spesifik A09 10,860
10 Carries Gigi K02 7,889
Gambar 4.15 Data 10 besar penyakit rawat jalan di Puskesmas
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
61
Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru
di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat inap
ini meliputi kunjungan rawat inap di Puskesmas, kunjungan rawat inap
di rumah sakit, dan kunjungan rawat inap di sarana pelayanan
kesehatan lain. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Kabupaten
Pati tahun 2013 sebesar 5,17%.
4. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan
Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien
yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada
perasaan, proses pikir, dan perilaku yang menimbulkan penderitaan
pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.
Data yang masuk untuk pelayanan kesehatan jiwa di
Puskesmas dan Rumah Sakit Umum yang mempunyai klinik jiwa.
Permasalahan yang ada saat ini adalah karena belum tersedia
tenaga medis jiwa dan tidak banyak kasus jiwa di masyarakat yang
berobat di sarana pelayanan kesehatan. Dari permasalahan tersebut,
upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pembinaan program
kesehatan jiwa di sarana kesehatan pemerintah dan swasta,
pelatihan/refreshing bagi dokter dan paramedis Puskesmas terutama
upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan pelaksanaan sistem
monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan program kesehatan
jiwa.
Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2013 di Kabupaten
Pati sebanyak 12.276. Kunjungan terbanyak di rumah sakit Soewondo
yaitu 2.562 kunjungan (20,6%) sedangkan kunjungan terbanyak di
Puskesmas yaitu di Puskesmas cluwak sebanyak 251 kunjungan.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
62
5. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit
a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross
Death Rate (GDR)
Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR
(Gross Death Rate) berguna untuk mengetahui mutu
pelayanan/perawatan di Rumah Sakit. Semakin rendah GDR,
berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka yang
dapat ditolerir untuk GDR ini maksimum 45.
GDR rata-rata di Kabupaten Pati pada tahun 2013 sebesar 2,6
berarti masih di bawah angka yang dapat ditolerir. Hal ini lebih baik bila
dibandingkan tahun 2012 dimana angka GDR berada pada nilai
3,0. Dari 7 RS yang melapor, semuanya mempunyai nilai GDR
masih di bawah angka yang dapat ditolerir (baik).
b. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death
Rate (NDR)
Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu
pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu
rumah sakit, berarti bahwa mutu pelayanan/perawatan rumah sakit
tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per
1.000 penderita keluar. Rata-rata NDR di Kabupaten Pati tahun
2013 sebesar 1,1 berarti masih baik karena belum melampaui batas
yang bisa ditolerir. Angka NDR di Kabupaten Pati semakin membaik
bila dibandingkan dengan NDR tahun 2012 sebesar 1,3.
Dari 7 rumah sakit yang melapor, tidak ada yang mempunyai
nilai NDR melebihi angka yang dapat ditolerir. Berdasarkan data GDR
dan NDR tersebut berarti pada tahun 2013 terjadi peningkatan
mutu pelayanan atau perawatan di rumah sakit.
6. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit
Dalam menentukan peningkatan sarana rumah sakit,
indikator yang digunakan antara lain dengan melihat perkembangan
fasilitas perawatan, diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat
tidur serta rasio terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2013 jumlah
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
63
rumah sakit di Kabupaten Pati menurut jenis dan kepemilikannya adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.16 Data Rumah Sakit di kab. Pati
a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR)
BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai
kinerja rumah sakit dengan melihat persentase pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). Angka BOR
yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas
perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi
(>85%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi,
sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat
tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara
60% sampai dengan 80%.
Pada tahun 2013, rata-rata BOR di Kabupaten Pati sebesar
65,59 %, Meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 61,21 % dan
masuk kategori BOR ideal. Dari 7 rumah sakit 1 RS dan 1
Puskesmas rawat inap ( 16,6 % ) yang mempunyai tingkat
pemanfaatan sangat tinggi diatas maksimal occupancy rate, 3 RS
(37,5%) dan 2 Puskesmas mempunyai BOR yang dianggap cukup
ideal, 3 RS (37,5%) dan 3 puskesmas ( 50 % ) tingkat pemanfaatannya
masih kurang, dan 1 RS (12,5%) tidak mengirimkan laporan.
1
24
Rumah Sakit
TNI/Polri
Pem.Kab
Swasta
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
64
b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay
(ALOS)
Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara
umum/Average Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6
– 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RS se Kabupaten
Pati tahun 2013 adalah 3,60 hari, lebih rendah dari ALOS ideal.
Dari 7 RS dan 6 Puskesmas yang melapor, 7 rumah sakit dan 5
Puskesmas memnpunyai ALOS yang rendah dibawah 6.
c. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval
(TOI)
TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi
penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi
penggunaan tempat tidur semakin jelek. Angka ideal untuk TOI
adalah 1 – 3 hari. Rata-rata TOI di Kabupaten Pati tahun 2013
adalah 1,9 hari, berada dalam kisaran TOI ideal dan mengalami
peningkatan efisiensi penggunaan tempat tidur dari tahun 2012
dimana TOI adalah 2,00 hari.
Dari 7 RS dan 6 Puskesmas yang lapor, 1 RS mempunyai nilai
TOI lebih tinggi dari pada nilai ideal, 1 RS mempunyai nilai TOI lebih
kecil dari nilai ideal, dan 3 RS mempunyai nilai TOI ideal. Jumlah
RS yang mempunyai nilai TOI ideal sama dengan tahun 2012.
C. Perilaku Hidup Masyarakat.
1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan
upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau
dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
65
masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah
tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS
tatanan rumah tangga. Adapun 16 indikator PHBS tatanan Rumah tangga
tersebut meliputi:
a. Variabel KIA dan GIZI: persalinan nakes; ASI Eksklusif; penimbangan
balita; gizi seimbang, pemeriksaan kehamilan.
b. Variabel KESLING: air bersih; jamban; sampah; kepadatan hunian;
lantai rumah.
c. Variabel GAYA HIDUP: aktifitas fisik; tidak merokok; cuci
tangan;kesehatan gigi dan mulut; miras/narkoba
d. Variabel UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT: Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).
Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah
Tangga yang dilaporkan oleh Puskesmas di Kabupaten Pati tahun
2013 dari 387.771 rumah tangga yang ada, diperiksa 152.829
rumah tangga (39,4%) naik apabila dibandingkan dengan tahun 2012
dengan jumlah rumah tangga 387.771 dan yang diperiksa sejumlah
30.034 rumah tangga (7,7%). Cakupan tertinggi diatas 90% dicapai
oleh 8 Puskesmas yaitu Puskesmas Gabus I ( 100 % ), Margorejo (
100 % ), Kayen ( 90.3% ), Winong II ( 92 % ), Pati I ( 94 % ), Tlogowungu
( 92 % ), Cluwak ( 95 % ), dan Trangkil ( 90 % ). Sedangkan cakupan
terendah adalah Puskesmas Tayu II ( 30.9 % ). Perubahan perilaku
tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi memerlukan proses
yang panjang termasuk didalamnya perlu upaya pemberdayaan
masyarakat yang berkesinambungan.
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program Lingkungan
Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat melalui Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
66
lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan
kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan
Kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
Pengendalian dampak resiko lingkungan
Pengembangan wilayah sehat
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai
pelaksanaan kegiatan dan berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat
dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang
paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang
lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut serta berperan baik kebijakan
dan pembangunan fisik. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pati adalah
1. Rumah sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat
berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor
risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis
lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TBC,
ISPA dan lain - lain.
Pada tahun 2013 Jumlah rumah seluruhnya 339.513 rumah yang
diperiksa 339.513 ( 100 % ) dari jumlah rumah yang diperiksa dan
dinyatakan sehat 201.735 ( 59,42 % ) naik dibandingkan dengan tahun
2012 jumlah rumah seluruhnya 339.513 sedangkan jumlah yang diperiksa
dan dinyatakan sehat 197.551 (58,19%) dibandingkan tahun 2011 jumlah
rumah yang ada 344.334 diperiksa 258.321 (75,02%) dan dinyatakan sehat
145.452 (56,31%). Tahun 2010 jumlah rumah yang ada 341.865 diperiksa
125.702 (36,77%) dan dinyatakan sehat 81.577 (65%).
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
67
Gambar 4.17 Cakupan Rumah sehat di Kab. Pati
Tahun 2010-2013
2. Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes
Jumlah rumah di Kabupaten Pati tahun 2013 sebanyak
339.513 diperiksa jentik nyamuknya sebanyak 339.513 (100%), yang
bebas jentik nyamuk Aedes aegypti sebanyak 305.672 rumah
(90.03%) lebih banyak dibandingkan tahun 2012 sejumlah 280.657
rumah (82,66%). Cakupan angka bebas jentik ini masih dibawah target
95%. Oleh karena itu gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3
M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur dan Plusnya adalah Mencegah
Gigitan Nyamuk), bila memungkinkan pemakaian ulang kaleng, ban untuk
pot dan lain - lain harus selalu digerakkan secara optimal, mengingat
kasus Demam Berdarah yang cenderung meningkat dan bertambah
luasnya wilayah yang terjangkit.
3. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan
Adanya perubahan paradiqma dalam pembangunan sektor air
minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan
sarana yang di bangun melalui kebijakan air minum dan penyehatan
lingkungan oleh Bappenas, Departemen Kesehatan, Depdagri serta
Departemen PU memberikan dampak cukup signifikan terhadap
penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi.
2010 2011 2012 2013
Rumah Sehat 65 75,02 58,19 59,42
65
75,02
58,19 59,42
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
68
Strategi pelaksanaan diantaranya, meliputi penerapan pendekatan
tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye
kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan,
pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta
evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola
pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.
Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi
kebutuhan pokok minimal sehari – hari guna memenuhi kehidupan
yang sehat, bersih dan produktif (UU No. 7 Tahun 2004, pasal 10).
Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin masih tinggi,
sehingga kemampuan untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air
minum yang memenuhi syarat masih terbatas.
Masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata membayar lebih
besar untuk memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan tinggi, hal
ini menunjukkan ketidakadilan dalam mendapatkan akses pada air
minum. Walaupun terdapat program – program air minum dan sanitasi
untuk masyarakat berpenghasilan rendah, namun akses terhadap air
minum belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perlu dukungan
kebijakan yang lebih fokus untuk penyediaan sanitasi dan air minum bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
Dari data yang ada tahun 2013 jumlah kelurga yang ada 387.771
akses air bersih 387.771 ( 100 % ) dengan perincian, Ledeng 32.212
(8.3%), SPT 21.101 ( 5.4% ), SGL 112.813 ( 29.1% ), Mata air 793 ( 0.2 % ),
PAH 698 ( 0.2 % ) dan lainnya 220.154 ( 56.8% ).
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
69
Gambar 4.18 Akses Air Bersih di Kab. Pati Tahun 2013
4. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan
Jumlah keluarga yang diperiksa sumber air minumnya sebanyak
387.771 (100%) yang telah menggunakan sumber air minum terlindung
sebanyak 84.454 (21.84%). Keluarga yang telah menggunakan sumber
air minum terlindung tersebut, terbanyak memanfaatkan sumur terlindung
(17,7%).
5. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Kepemilikan sarana sanatasi dasar tahun 2012 yang di miliki oleh keluarga
meliputi kepemilikan jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah
dari 387.771 keluarga yang diperiksa mempunyai jamban 307.704
( 79,37 % ) dan dinyatakan sehat 183.504 ( 59,62 % ), tempat sampah yang
memiliki 314.213 ( 81 % ) dinyatakan sehat 161.126 ( 51,28 % ),
pengelolaan air limbah jumlah 277.599 ( 71,59 % ) dinyatakan sehat
181.222 ( 65,28 % ).
8,35,4
29,1
0,20,2
56,8
Jenis Air Bersih
Ledeng
SPT
SGL
Mata Air
PAH
Lainnya
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
70
Gambar 4.19 Cakupan Sanitasi Dasar di kab. Pati
Tahun 2010-2013
Dalam mendukung perubahan sanitasi total khususnya
buang air besar di sembarang tempat, telah dilakukan pemicuan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di 29 Puskesmaas di
Kabupaten Pati untuk mendukung pencapaian wilayah stop buang air
besar di sembarang tempat dan penurunan penyakit berbasis
lingkungan, khususnya Diare. Melalui STBM terjadi perubahan perilaku
tidak buang air besar di sembarang tempat tanpa ada stimulan,
pembiayaan tidak ada subsidi dan jamban adalah private good.
4. Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
Sehat
Tempat-Tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan
oleh badan pemerintah, swasta dan perorangan yang langsung digunakan
oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetep serta memiliki
fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujutkan
kondisi yang memenuhi syarat Kesehatan agar masyarakat pengunjujg
terhindar dari kemungkinan besarnya penularan penyakit serta tidak
menyebabkan gangguan terhadap kesehatah masyarakat di sekitarnya.
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum meliputi sarana hotel, restoran
0
10
20
30
40
50
60
70
Jamban
Tempat sampahAir Limbah
44,754,2
36,5
68,168
55
58,82
51,2859,22
59,62
51,28
65,28
2010 2011 2012 2013
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
71
atau rumah makan, pasar dan TUPM lain tahun 2013 dari jumlah hotel yang
ada 23 diperiksa 23 dinyatakan sehat 19 ( 82,61 % ), restoran/rumah makan
jumlah yang ada 546 yang diperiksa 546 ( 100 % ) dinyatakan sehat 320
( 58,61 % ), Pasar jumlah yang ada 84 yang diperiksa 84 dinyatakan sehat 13
( 15,48 % ), TUPM lain yang ada 4.673 dinyatakan sehat 1.875 ( 40,12 % ).
Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan seluruhnya yang
diperiksa sebanyak 5.326 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan
2.227 (41,81%).
6. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya
Kondisi kesehatan lingkungan pada institusi meliputi sarana
pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, instalasi pengolahan air
minum, sarana ibadah, perkantoran dan sarana lain dititik beratkan
pada aspek hygiene sarana sanitasi yang erat kaitannya dengan kondisi
fisik bangunan institusi tersebut.
Gambar 4.20 Cakupan Institusi dibina kesehatan lingkungannya
Kab. Pati Tahun 2013
Kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kesehatan
lingkungan di insitusi adalah:
a. Pengendalian faktor risiko lingkungan institusi terhadap penyakit
berbasis lingkungan.
b. Pembinaan kesehatan lingkungan di institusi sekolah dan pondok
pesantren.
0
50
100
2013
92 85 82
6279 77
Sarkes
PAM
Pendidikan
Sarana Ibadah
Perkantoran
Sarana Lainnya
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
72
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1 . Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat
Pada tahun 2013 dari 144 jenis obat yang dilaporkan, stock terbanyak
adalah Metampiron tablet 500 mg sebanyak 6.500.000 tablet dengan
pemakaian rata-rata perbulan 512.250 tablet, sedangkan stock obat
yang paling sedikit adalah serum ABU sebanyak 25 vial.
Tingkat kecukupan obat tertinggi adalah metampiron tablet 500 mg dan
terendah adalah serum ABU. Prosentase tingkat kecukupan obat di
Kabupaten Pati yang paling tinggi adalah fenobarbitol injeksi 50 mg/l
(500%), sedangkan paling rendah adalah Povidon iodida larutan 10 %
300 ccl (1%).
2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola
Sarana Pelayanan Kesehatan terdiri dari RSU, RSJ, RSB, RS
Khusus lainnya, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan,
Pustu, Puskesling, RB, BP/Klinik, Praktek Dokter Bersama, Praktek
Dokter Perorangan dan Praktek Pengobatan Tradisional. Jumlah
sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2013 Puskesmas terdiri dari :
Pukesmas Perawatan 6 buah, Pukesmas non perawatan 23 buah,
Pukesmas Pembantu 50 buah, dan Puskesmas Keliling 29 buah . Jumlah
puskesmas di Kabupaten Pati ada 29 di bandingkan jumlah penduduk di
Kabupaten Pati 1.207.399 dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh
sebuah Puskesmas rata – rata 30.000 penduduk maka seharusnya di
Kabupaten Pati ada : 41 Pukesmas sehingga masih kurang : 12
Pukesmas yang harus dibangun di Kabupaten Pati.
Rumah sakit yang ada di Kabupaten Pati sebanyak 8 buah terdiri dari
Rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten sebanyak 2 buah, RS swasta
sebanyak 5 buah, TNI/Polri sebanyk 1 buah, rumah bersalin sebanyak 8
buah, BP/klinik sebanyak 38 buah, pengobat tradisional sebanyak 6 buah,
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
73
apotik 98 buah, toko obat sebanyak 3 buah, posyandu sebanyak 1602
buah dan PKD/polindes sebanyak 406. Puskesmas terdiri dari : Pukesmas
Perawatan 6 buah, Pukesmas non perawatan 23 buah, Pukesmas
Pembantu 50 buah, dan Puskesmas Keliling 29 buah . Jumlah puskesmas
di Kabupaten Pati ada 29 di bandingkan jumlah penduduk di Kabupaten
Pati 1.321.175 dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah
Puskesmas rata – rata 30.000 penduduk maka seharusnya di Kabupaten
Pati ada : 42 Pukesmas sehingga masih kurang : 13 Pukesmas yang
harus dibangun di Kabupaten Pati.
3. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki
4 Spesialis Dasar
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan laboratorium
kesehatan yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana
kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan
pelayanan laboratorium kesehatan sesuai standar dan dapat diakses
oleh masyarakat dalam waktu tertentu. Kemampuan pelayanan
laboratorium kesehatan yang dimaksud adalah upaya pelayanan
penunjang medik untuk mendukung dalam pelayanan medik, untuk
menegakkan diagnosis dokter di rumah sakit.
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan
laboratorium yang dapat diakses masyarakat di Kabupaten Pati tahun
2013 sebesar 76,41% lebih rendah dibanding tahun 2011( 76,39%)
dengan perincian untuk RSU 100%, RS Khusus 100%, dan Puskesmas
20,68%. Rumah Sakit Umum (RSU) di Kabupaten Pati (8 RSU) baik
pemerintah maupun swasta sudah 6 RSU (75%) yang memiliki
minimal empat spesialis dasar, dimana hal ini berkaitan dengan
disyaratkannya penyelenggaraan empat pelayanan kesehatan spesialis
dasar pada perizinan pendirian sebuah rumah sakit. Sebanyak 25%
RSU lainnya hanya memiliki kurang dari 4 (empat) pelayanan dasar.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
74
4. Posyandu menurut Strata
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas
yang meliputi (KB; KIA; Gizi; Imunisasi dan penanggulangan diare
dan ISPA) dengan tujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi. Dasar penghitungan Strata/penilaian tingkat perkembangan
posyandu yang selama ini digunakan adalah:
a. Manajemen ARRIF dengan 8 indikator yang meliputi :
Frekuensi penimbangan; Rerata kader bertugas pada hari buka
Posyandu; Rerata cakupan D/S; Cakupan kumulatif KB; Cakupan
kumulatif KIA; Cakupan kumulatif imunisasi; Ada tidaknya program
tambahan dan Cakupan dana sehat
b. Penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif berdasar Surat
Gubernur Jawa Tengah nomor 411.4/05768, tanggal 20 Februari
2007 tentang Pedoman teknis penghitungan strata Posyandu secara
kuantitatif yang dinilai meliputi:
1) Variabel Input: kepengurusan, kader,sarana, prasarana dan dana.
2) Variabel Proses : pelaksanaan program pokok, program
pengembangan dan administrasi
3) Variable Output: D/S; N/S; K/S; cakupan K4; pertolongan persalinan
oleh nakes; Cakupan peserta KB, Imunisasi; dana sehat; Fe; Vit A;
pemberian ASI eksklusif dan frekuensi penimbangan.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
75
Gambar. 5.1 Jumlah Posyandu di Kab. Pati Tahun 2010-2013
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa jumlah Posyandu 2013
mengalami peningkatan, baik secara jumlah maupun strata posyandu
walaupun relatif kecil :
a. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-
rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan
kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh
sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari
50% KK di wilayah kerja Posyandu. Jumlah Posyandu Purnama
tahun 2013 sebanayak 588 buah ( 36,7 % ) lebih sedikit
dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 598 buah ( 37,3 % )
dengan nilai tertinggi di Puskesmas Tambakromo ( 90,91 % ).
Sebanyak 6 Puskesmas telah mencapai di atas target 40 %.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2010 2011 2012 2013
141 142 144
51
748 769 749782
599 597 598 588
110 110 110181
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
76
Gambar 5.2 Persentase Posyandu Purnama di Kab. Pati Tahun 2010-2013
Kegiatan revitalisasi posyandu masih perlu mendapat
perhatian dari semua sektor/pihak terkait. Termasuk
didalamnya adalah dengan mengoptimalkan fungsi Posyandu
maupun Pokjanal Posyandu yang sudah terbentuk baik di
tingkat Kabupaten/Kota maupun Kecamatan serta Pokja Posyandu
di tingkat desa/kelurahan.
b. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-
rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan
kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh
sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu.
Posyandu yang mencapai Strata Mandiri tahun 2013
sejumlah 181 (11,3%) lebih tinggi dibanding tahun 2012 ( 110
buah atau 6,87%), dengan nilai tertinggi di Puskesmas Pati I
(40,37%). Pencapaian cakupan tersebut sudah melampaui target
SPM 2010 (> 2%).
2010 2011 2012 2013
Posyandu Purnama
37 37 37,3 36,7
37 37
37,3
36,7
36,4
36,6
36,8
37
37,2
37,4
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
77
Gambar 5.3 Persentase Posyandu Mandiri di Kabupaten Pati Tahun 2010-2013
5. Upaya Kesehatan Bersumber MasyarakatUpaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
terdiri atas Desa Siaga, Forum Kesehatan Desa, Poskesdes,
Polindes, dan Posyandu. Total UKBM tahun 2013 adalah 2.008
buah lebih banyak dibanding tahun 2011(2.007 buah). UKBM
terbanyak adalah Posyandu sebesar 1.602 (79,78%). Poliklinik
Kesehatan Desa (PKD) adalah wujud upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat yang merupakan Program Unggulan dalam
rangka mewujudkan desa siaga. PKD merupakan pengembangan
dari Pondok Bersalin Desa. Dengan dikembangkannya Polindes
menjadi PKD maka fungsinya menjadi tempat untuk memberikan
penyuluhan dan konseling kesehatan masyarakat, sebagai tempat
untuk melakukan pembinaan kader/pemberdayaan masyarakat, forum
komunikasi pembangunan kesehatan di desa, memberikan pelayanan
kesehatan dasar termasuk kefarmasian sederhana dan untuk deteksi
dini serta penanggulangan pertama kasus gawat darurat.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah
2010 2011 2012 2013
Posyandu Mandiri
7 7 6,87 11,3
7 7 6,87
11,3
0
2
4
6
8
10
12
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
78
dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan
menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Strata desa /
keluarahan siaga di Kabupaten Pati tahun 2013 adalah sebagai berikut
desa siaga Paratama sebanyak 89, madya sebanyak 156 buah, purnama
sebanyak 100 buah dan mandiri sebanyak 61 buah. Desa Siaga mandiri
terbanyak terdapat di Puskesmas Jakenan sebanyak 4 desa.
Gambar 5.4 Cakupan Desa Siaga di kab. Pati tahun 2013
6. Data Dasar Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas}, yang
pengelolaannya ada di bawah dinas kesehatan kabupaten/kota adalah
organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau
oleh masyarakat. Puskesmas sendiri merupakan unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non
Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Jumlah
Puskesmas di Kabupaten Pati tahun 2013 sebanyak 29 (termasuk 6
Puskesmas Rawat Inap). Rasio jumlah puskesmas per 30.000
penduduk pada tahun 2013 sebesar 1,448 berarti bahwa jumlah
89
156
100
61
Desa Siaga
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
79
puskesmas belum tercukupi. Dengan rasio 1,448 maka tahun 2013
Kabupaten Pati masih kekurangan jumlah puskesmasnya, hal ini
diupayakan dapat terpenuhi dengan puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling. Jumlah puskesmas pembantu pada tahun 2013
sebanyak 50. Pada tahun 2013 jumlah puskesmas keliling adalah 29
unit. Rasio puskesmas keliling terhadap puskesmas pada tahun 2013
adalah 1,44.
B. TENAGA KESEHATAN
Tenaga kesehatan di Kabupaten Pati tahun 2013 sejumlah 3.406
tenaga yang terdiri dari tenaga medis, perawat, bidan, tenaga farmasi,
sanitasi, dan kesehatan masyarakat. Kebutuhan tenaga kesehatan belum
dapat terpenuhi, dikarenakan beban terhadap penganggaran pegawai
serta belum berjalannya kegiatan mobilisasi tenaga kesehatan yang
sesuai dengan penempatan tugas tenaga tersebut. Sehingga
menyebabkan sulitnya dalam menentukan kebutuhan tenaga kesehatan.
Kekurangan lain disebabkan belum adanya formasi pengganti bagi
tenaga yang pensiun, dan makin kompleksnya masalah-masalah yang
ditangani oleh tenaga kesehatan. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga
kesehatan tersebut, Pemerintah Kabupaten Pati membuka penerimaan
CPNS baru baik secara swakelola ( RSU ) maupun tenaga pusat yang
ditempatkan di daerah. Untuk mencukupi kekurangan tenaga tersebut
dilakukan pengangkatan Dokter Tidak Tetap, Bidan Tidak Tetap dan
diupayakan dapat mengangkat tenaga kesehatan lain sebagai pegawai tidak
tetap disamping sebagai Pegawai Harian Lepas (PHL). Pengangkatan
PTT tersebut dilakukan masa bakti selama 3 tahun baik dengan dana
Pemerintah Pusat maupun dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD).
1) Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan
a. Dokter Spesialis
Jumlah tenaga dokter spesialis yang bekerja di sarana
kesehatan sebanyak 59 orang sehingga rasio dokter spesialis per
100.000 penduduk di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 4,88 .
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
80
Rasio tersebut berada di bawah standar WHO sebesar 6/100.000
penduduk.
b. Dokter Umum
Di Kabupaten Pati pada tahun 2013, jumlah tenaga dokter umum
sebanyak 107 orang, yang bekerja di sarana kesehatan sehingga
rasio dokter umum per 100.000 penduduk adalah 8,86. Rasio
tersebut masih di bawah target nasional 40 per 100.000
penduduk.
c. Dokter Gigi
Jumlah tenaga dokter gigi di Kabupaten Pati sebanyak 21 orang,
yang bekerja di sarana kesehatan sehingga rasio dokter gigi di
Kabupaten Pati per 100.000 penduduk tahun 2013 sebesar 1,73.
Rasio tersebut masih di bawah target nasional 11 per 100.000
penduduk.
2) Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan
a. Perawat
Tenaga perawat di Kabupaten Pati sebanyak 801, sebagian besar
bekerja di sarana kesehatan sehingga rasio tenaga perawat per
100.000 penduduk adalah 65,76.
b. Bidan
Jumlah Tenaga Bidan Kabupaten Pati tahun 2013 adalah 659 orang,
sebagian besar bekerja di sarana kesehatan.
Rasio Tenaga Bidan per 100.000 penduduk tahun 2012 sebesar
106,2.
E. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan
Tenaga kefarmasian terdiri dari Apoteker, S-1 Farmasi, D-III Farmasi, dan
Asisten Apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Pati pada
tahun 2013 adalah 85 didominasi oleh tenaga perempuan sebanyak 74
orang. Rasio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk adalah 7,039.
F. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan
Tenaga gizi terdiri dari D-IV/S-1 Gizi, D-III Gizi, dan D-1 Gizi. Jumlah tenaga
gizi di Kabupaten Pati pada tahun 2013 adalah 38 orang, bekerja di
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
81
sarana kesehatan. Rasio tenaga gizi per 100.000 penduduk pada tahun
2013 sebesar 3,14. Namun, angka tersebut masih di bawah target
nasional 22 per 100.000 penduduk.
G. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan
a. Kesehatan Masyarakat
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Pati tahun 2013
sebanyak 48 orang. Rasio tenaga kesehatan masyarakat per
100.000 penduduk tahun 2013 sebesar 3,97.
b. Tenaga Sanitasi
Tenaga sanitasi terdiri dari D-III sanitasi dan D-I sanitasi. Jumlah
Tenaga Sanitasi di Kabupaten Pati tahun 2013 adalah 51 orang.
Rasio tenaga sanitasi per 100.000 penduduk sebesar 4,22.
H. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Sarana
Kesehatan
a. Teknisi Medis
Tenaga teknisi medis terdiri dari analis laboratorium, teknik
elektromedik, penata rontgent dan penata anestesi. Tenaga teknisi
medis di Kabupaten Pati tahun 2013 sejumlah 14 orang, bekerja di
sarana kesehatan. Rasio tenaga teknisi medis per 100.000 penduduk
sebesar 1,16 .
b. Tenaga Fisioterapi
Jumlah tenaga fisioterapi di Kabupaten Pati tahun 2013 sebanyak 14
orang. Rasio tenaga fisioterapi per 100.000 penduduk tahun 2013
adalah 1,16.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Pati masih belum tercukupi dan
belum merata sesuai kebutuhan. Pemerintah Kabupaten Pati telah berusaha
mencukupi kebutuhan tenaganya melalui pengangkatan tenaga baru seperti CPNS,
PHL maupun PTT. Mobilitas tenaga atau distribusi tenaga kesehatan yang
tersebar di wilayah pelayanan kesehatan diupayakan dengan peningkatan
sarana-sarana kesehatan yang ada, seperti peningkatan akreditasi rumah sakit,
peningkatan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap dan peningkatan
pemberian insentif .
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
82
C . PEMBIAYAAN KESEHATAN
1. Presentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten
Pada tahun 2013 jumlah total anggaran kesehatan kabupaten Pati
sebesar 124.932.345.168 dengan kontribusi terbesar sebesar 73,57%
berasal dari APBD kabupaten/kota. Kontribusi terendah 0,25% adalah
sumber dari APBD Provinsi. Kontribusi anggaran kesehatan APBD
kabupaten/kota turun jika dibandingkan dengan tahun 2012 (5,09%).
Sesuai dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004, dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah/desentralisasi, terdapat pembagian peran
dan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam
pembangunan kesehatan, pemerintah pusat dan daerah menyediakan
pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Melalui
Dana Alokasi Khusus (DAK), pemerintah pusat memberikan anggaran
pada daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan prioritas nasional. Jumlah anggaran untuk askeskin sebesar
9,19% pada tahun 2013. Anggaran kesehatan bersumber PHLN tahun
2013 mencapai 0,35% dari keseluruhan anggaran kesehatan meningkat
jika dibandingkan tahun 2012 (54,51%).
Anggaran belanja bersumber APBD kabupaten/kota yang dialokasikan
untuk pembiayaan kesehatan tahun 2013 sebesar 73,57% dari total
APBD kabupaten/kota, meningkat dibandingkan tahun 2012 namaun
secara persentase keseluruhan turun dari tahun 2012 (77,54%). Hal ini
merupakan respon pemerintah yang positif terhadap pembangunan
bidang kesehatan di kabupaten/kota. Total angaran kesehatan kab/kota
tahun 2013 sebesar Rp 124.932.345.168 meningkat sedikit dibandingkan
dengan tahun 2012 yang sebesar Rp104.242.867.774,-. Anggaran
kesehatan perkapita meningkat dari Rp 78.870,35,- pada tahun 2012
menjadi Rp.103.544,93,- pada tahun 2013. Adapun Anggaran Kesehatan
selama tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut :
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
83
No Tahun APBD Kab Anggaran
Kesehatan
Anggaran
Kesehatan
per kapita
Persentase
( % )
1 2009 1.032.302.719.200 67.378.673.354 53.058,29 6,49
2 2010 1.113.755.881.000 78.371.437.000 61.942,68 7,04
3 2011 1.317.959.675.000 65.624.748.000 51.863,95 4,53
4 2012 1.586.534.460.000 104.242.867.774 78.870,35 5,09
5 2013 1.838.734.173.000 124.932.345.168 103.544,93 5,00
Tabel 5.5 Tabel Alokasi Anggaran Kesehatan tahun 2009-2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara aanggaran kesehatan
per kapita dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara signifikan.
Sehingga diharapakan dapat mendukung pencapaian visi Dinas Kesehatan
Kabupaten Pati yaitu ” Terwujudnya masyarakat mandiri untuk hidup sehat
menuju Pati Bumi Mina Tani Sejahtera”.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
84
BAB VI
KESIMPULAN
A. Derajat Kesehatan
1. Mortalitas/Angka Kematian
a. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar
10,84/1.000 kelahiran hidup, sudah melampaui target Millenium
Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 (17/1.000 kelahiran hidup).
b. Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar
5,69/1.000 kelahiran hidup, sudah melampaui target Millenium
Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 (23/1.000 kelahiran hidup).
c. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar
157,25/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan AKI pada tahun 2012 yang sebesar 109,52/100.000
kelahiran hidup.
d. Angka kematian kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Pati tahun 2013
adalah sebesar 857 kasus denghan jumlah korban sebanyak 1.203 jiwa.
Jumlah korban meninggal sebesar 156 jiwa (13 % ).
2. Morbiditas/Angka Kesakitan
a. Pada tahun 2013 di Kabupaten Pati ditemukan 5 penderita AFP,
Turun dibandingkan tahun 2012 ( 8 kasus) sudah memenuhi target (164
kasus). Dari hasil pemeriksaan laboratorium, 196 kasus yang
diperiksa semua menunjukan negatif polio (berarti tidak ditemukan virus
polio liar).
b. Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013 per 100.000 penduduk
Kabupaten Pati ( CNR kasus baru ) sebesar 45,06 dan CNR seluruh
kasus 83,40 %.
c. Angka pengobatan lengkap ( Complete rate ) BTA (+) di Kabupaten Pati
tahun 2013 sebesar 3,53%.
d. Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Kabupaten Pati tahun 2013
sebesar 73,78% dibawah target nasional (85%) dan lebih sedikit bila
dibandingkan tahun 2011 (74,79).
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
85
e. Angka keberhasilan pengobatan ( succes rate / SR ) TB paru sebesar
77,32 % turun dibandingkan dengan tahun 2012 ( 82,28 % ).
f. Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada
balita tahun 2013 sebesar 29,9% dengan jumlah kasus yang ditemukan
sebanyak 378 kasus, mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2012
(29,7%).
g. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2013 sebanyak 29 kasus,
lebih rendah dibanding tahun 2012 (20 kasus), sedangkan Kasus
Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS) sebanyak 72 kasus
lebih tinggi dibanding tahun 2012 ( 49 kasus) dengan jumlah
kematian karena AIDS sebanyak 18 kasus, lebih tinggi dibanding tahun
2012( 0 kasus).
h. Jumlah kasus baru IMS lainnya ( Shypilis ) di Kabupaten Pati tahun
2013 ini sebanyak 10 kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012 (459
kasus).
i. Jumlah pendonor pada tahun 2013 diketahui sebanyak 15.560 orang,
kemudian yang dilakukan pemeriksaan sampel darah sebanyak
15.560 orang ( 100 %) dan hasulnya negatif HIV.
j. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Kabupaten Pati pada
tahun 2013 sebesar 47,2/100.000 penduduk, meningkat bila
dibandingkan tahun 2012 (23,9/100.000 penduduk) dan masih diatas
target nasional yaitu <20/100.000 penduduk.
k. Angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2013 sebesar
17,4%, lebih tinggi dibanding tahun 2012 (1,3%) dan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan target nasional (<1%). Jumlah kasus tahun 2013
sebanyak 569 kasus, meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2012 ( 303 kasus).
l. Cakupan penemuan dan penanganan diare di Kabupaten Pati tahun
2013 sebesar 84,1% lebih tinggi dibanding tahun 2012 (5,029%).
m. Angka kesakitan malaria ( API ) tahun 2013 sebesar 0,075‰,
n. Angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) Malaria tahun 2013 sebesar
0,44%
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
86
o. Jumlah kasus baru Kusta tipe Multi Basiler yang dilaporkan pada tahun
2013 sebanyak 56 kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012(57 kasus)
dan Kusta tipe Pausi Basiler sebanyak 3 kasus, lebih rendah
dibanding tahun 2012 ( 6 kasus). Proporsi cacat tingkat II pada tahun
2013 sebesar 12,28%, turun dibanding tahun 2012(22,5%), sedangkan
proporsi anak di antara penderita baru sebesar 1,75%, lebih rendah
dibanding tahun 2012( 2,82%).
p. Cakupan program kusta tipe PB tahun 2013 berdasarkan jumlah
penderita baru tahun 2012 yang selesai diobati sampai dengan tahun
2013 sebesar 100%, sudah mencapai target 2013 (90%). Kusta tipe
MB diambil dari data penderita baru tahun 2012 yang selesai diobati
sampai dengan tahun 2013 sebesar 87%, belum mencapai target 95%.
q. Kasus filariasis selama tahun 2013 di Kabuapaten Pati tidak ada
r. Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non
Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri dan Hepatitis B.
Jumlah kasus Difteri pada tahun 2013 tidak ada kasus. Jumlah kasus
Pertusis sebanyak 0 kasus. Jumlah kasus Tetanus (Non Neonatorum)
dan Tetanus Neonatorum sebanyak 0 kasus.Jumlah kasus Campak
(positif) sebanyak 13 kasus. Jumlah kasus Polio sebanyak 0 kasus.
Jumlah kasus Hepatitis B sebanyak 0 kasus,
s. Kasus tertinggi PTM adalah kelompok penyakit hipertensi 59,5%
(13.034 kasus). Prevalensi stroke hemoragik tahun 2013 adalah
0,3%. Prevalensi stroke non hemorargik sebesar 0,095%. Prevalensi
kasus dekompensasio kordis tahun 2013 sebesar 0,73%. Prevalensi
diabetes melitus tergantung insulin sebesar 0, 10%. Prevalensi kasus
DM tidak tergantung insulin 10,46%.
3. Status Gizi
a. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Pati pada
tahun 2013 sebanyak 523 meningkat apabila dibandingkan tahun 2012
yang sebanyak 626 ( 3,2 % ). Adapun persentase BBLR tahun 2011
sebesar 2,77%.
b. Persentase balita dengan BGM di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar
1,2%.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
87
c. Balita Gizi Buruk tahun 2013 berjumlah 102 (0,11%) menurun
apabila dibandingkan tahun 2012 sejumlah 173 (0,20%). Sementara
persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2013
sebesar 100%.
B. Upaya Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan
a. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Kabupaten Pati pada tahun
2013 sebesar 97,7%, meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2012 (93,1%).
b. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 tahun 2013 sebesar 92,3%,
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 (98,7%) dan
belum memenuhi target SPM 2015 (95%).
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 95,3%, meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2012 (93,4%).
d. Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Kabupaten Pati tahun 2013
sebesar 93,7%, turun bila dibandingkan cakupan tahun 2012
(97,40%).
e. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2013 sebesar
91,3%. Pencapaian cakupan tahun ini sudah melampaui target
SPM tahun 2015 (80%)
f. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN1) di Kabupaten Pati pada
tahun 2013 sebesar 95,7%, dan cakupan kunjungan neonatus 3
(KN-lengkap) sebesar 94,1%.
g. Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Pati pada tahun 2013
sebesar 96,6%, meningkat apabila dibandingkan tahun 2012
(92,64%). Pencapaian ini sudah melampaui target SPM 2015
( 80 % ).
h. Cakupan neonatus risti tertangani Kabupaten Pati tahun 2013
sebesar 67,4% , mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012
(54,8%).
i. Cakupan pelayanan anak balita tahun 2013 sebesar 76,8%, turun
bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 80,4%.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
88
j. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh
tenaga kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah tahun 2013
sebesar 30,5%, menurun dibandingkan dengan cakupan tahun 2012
(60%).
k. Jumlah siswa SD dan setingkat tahun 2013 sebanyak 66.103
anak. Yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai strata UKS
sebesar 3.973 (51,5%).
l. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi
tahun 2013 sebesar 92,57%, menurun dibandingkan tahun 2012
sebesar 99,86%.
m. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita tahun 2013
sebesar 100%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012
(99,93%).
n. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2013 sebesar
92,46%, menurun dibandingkan tahun 2012 (93.89%).
o. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Pati
pada tahun 2013 sebesar 90,45% mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (91,78%).
p. Cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 64,77%, naik
dibandingkan tahun 2012 (62,45%).
q. Cakupan Pemberian Makanan Tambahan ASI (MP-ASI) tahun
2013 sebesar 6,33% menurun dibandingkan dengan tahun 2012
(8,28%).
r. Cakupan balita ditimbang tahun 2013 sebesar 86,5% naik bila
dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (85,92%).
s. Balita Gizi Buruk tahun 2013 berjumlah 102 ( 0,11 % ) menurun
apabila dibandingkan tahun 2012 (0.20 %) dan persentase Balita
Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2013 sebesar 100%.
t. Cakupan desa dengan garam beryodium tahun 2013 sebanyak
36,89% meningkat dibandingkan tahun 2012 (19,46%).
u. Peserta KB baru pada tahun 2013 (12,9%), meningkat apabila
dibandingkan dengan tahun 2012 (5,8%).
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
89
v. MKJP tahun 2013 IUD (3,6%), MOP (0,004%), MOW (2,3%) dan
Implant (4,4%). NON MKJP tahun 2013 Suntik (67,2%), PIL
(18,4%) dan Kondom (4,1%),
w. Cakupan peserta KB aktif Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar
81,8%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan pencapaian
tahun 2012 (82,8%). Angka ini sudah mencapai target SPM sebesar
70%.
x. Pencapaian UCI desa tahun 2013 (100%) mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 (99,5%), angka
tersebut sudah melampaui target SPM (90%).
y. Cakupan masing-masing jenis imunisasi bayi tahun 2013 adalah
sebagai berikut BCG (173%), DPT-HB1 (101,1), DPT-HB3
(103,3%), Polio 4 (178,39%) dan Campak (102,6%). Kesemuanya
sudah di atas target minimal nasional (85%).
z. Angka Drop Out (DO), sesuai kesepakatan dengan kabupaten/kota
indikator DO di Jawa Tengah maksimal 5% atau (-5%). Tahun 2013
DO tingkat Kabupaten Pati sebanyak 1,43%, mengalami penurunan
dibanding tahun 2012 ( 0,3 %).
aa. Jumlah ibu hamil 2013 di Kabupaten Pati sebanyak 20.868, yang
mendapat TT-1 sebesar 69,7%, TT-2 sebesar 72,3%, TT-3
sebesar 23,4%,TT-4 sebesar 9,2 % dan TT-5 sebesar 3,0% dan
TT2+ sebanyak 107,8%.
bb. Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun 2013 sebesar
0,3. Prosentase jumlah murid yang diperiksa untuk tahun 2013
(22,6%) . Cakupan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI di
Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 51,5%.
cc Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Kabupaten Pati tahun
2013 sebesar 90,17%.
dd Puskesmas rawat inap dengan kemampuan pelayanan gawat
darurat yang dapat diakses masyarakat Kabupaten Pati tahun
2013 sebanyak 6 puskesmas atau 20,7%. Jumlah Rumah Sakit
Umum dengan kemampuan pelayanan gawat darurat sebanyak
100%, Rumah Sakit khusus lain sebesar 100%.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
90
ee Pada tahun 2013 persentase desa/kelurahan terkena KLB yang
ditangani kurang dari 24 jam sebanyak 100%.
ff Jumlah penduduk yang menderita akibat KLB tahun 2013
sebanyak 118 jiwa, jumlah kematian tidak ada.
gg Penyuluhan kelompok pada tahun 2013 sebanyak 696 kali,
Sedangkan penyuluhan rumah tangga dilakukan 87 kali.
2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
a. Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan tahun 2013 mencapai
77,42% dari total penduduk bukan masyarakat miskin (non
maskin),mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
cakupan tahun 2012 (34,9%).
b. Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin pada tahun 2013
sebanyak 814.448 orang. Masyarakat miskin yang mendapatkan
pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana pelayanan strata 1
sebesar 636.985 ( 78,2 % ) sedangkan di sarana pelayanan strata
2 dan strata 3 sebesar 606 (0,1%).
c. Cakupan kunjungan rawat jalan di Kabupaten Pati pada tahun
2013 sebesar 104,41%. Sedangkan Cakupan rawat inap sebesar
5,17%
d. Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 201 di Kabupaten Pati
sebanyak 12.276 kunjungan. Kunjungan terbanyak di rumah sakit
yaitu 2.562 kunjungan (20,6%).
e. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS (GDR)
pada tahun 2013 rata rata sebesar 2,6 sedangkan angka yang
dapat ditolerir maksimum 45.
f. NDR rata-rata di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 1,1, tidak
melampaui NDR ideal ( 25 ).
g. BOR rata-rata di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 65,59 %
meningkat dibanding kan tahun 2012 ( 61,21 % ) masuk dalam BOR
ideal ( 60-80 % ). BOR rata-rata Rumah sakit di Kabupaten pati tahun
2013 sebesar 66,43% sudah termasuk BOR ideal. BOR rata-rata
Puskesmas rawat inap sebesar 59,54 % masih dibawah BOR ideal.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
91
h. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RS dan Puskesmas se
Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 3,66 hari , lebih kecil dari nilai
ALOS ideal ( 6-9 hari ). ALOS di Rumah sakit di Kabupaten Pati tahun
2013 sebesar 3,74 % dan ALOS Puskesmas sebesar 3,10 % masih
dibawah ALOS ideal.
i. Rata-rata TOI di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 1,9 hari, terjadi
peningkatan efisiensi penggunaan tempat tidur bila dibandingkan
tahun 2012 di mana TOI sebesar 2,00 hari. Angka TOI ideal adalah
1-3 hari. TOI rumah sakit di Kabupaten Pati sebesar 1,87 % dan TOI
Puskesmas sebesar 2,11 %.
3. Perilaku Hidup Masyarakat
a. Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di
Kabupaten Pati tahun 2013 sebanyak 63,7 % dengan Rumah tangga
yang ada sebesar 387.771 yang dipantau 152.859 dan yang berBPHS
97.352 rumah tangga. mengalami sedikit penurunan bila
dibandingkan tahun 2012 (100%).
4. Keadaan Lingkungan
a. Cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan di Kabupaten
Pati tahun 2013 sebesar 59,42%, meningkat bila dibandingkan
dengan pencapaian tahun 2012 (58,19%).
b. Cakupan rumah bebas jentik nyamuk Aedes Aegypti di Kabupaten
Pati tahun 2013 sebesar 90,03%, meningkat bila dibandingkan
dengan cakupan tahun 2012 (82,66%). Masih dibawah target SPM
2015 ( > 95 % ).
c. Cakupan keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih tahun 2013
sebesar 100 % sama dengan tahun 2012, akses yang layak sebesar
76 %.
d. Jumlah keluarga yang diperiksa sumber air minumnya sebanyak
387.771 (100%) dari 387.771 KK dan yang telah menggunakan
sumber air minum terlindung sebanyak 84.485 (21,84%).
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
92
e. Cakupan keluarga yang memiliki jamban yang memenuhi syarat
kesehatan di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 59,62 % naik bila
dibandingkan dengan tahun 2012 ( 58,82 % ).
f. Cakupan keluarga yang memiliki tempat sampah memenuhi syarat
kesehatan tahun 2013 di Kabupaten Pati sama dengan tahun 2012
( 51,28 % ), namun secara kuantitas terjadi peningkatan kepemilikian
(161.126 KK ). Sedangkan cakupan keluarga memiliki sarana
pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar
65,28 %pada tahun 2013 naik bila dibandingkan dengan tahun 2012
( 59,22 %).
g. Cakupan pengawasan tempat-tempat umum yang memenuhi
syarat kesehatan tahun 2013 meliputi hotel 82,61%,
restoran/rumah makan 58,61%, pasar 15,48% dan TUPM lainnya
(40,12%).
h. Pada Tahun 2012 pencapaian cakupan institusi yang dibina yaitu
sarana pelayanan kesehatan 92,27%, sarana pendidikan 82%,
instalasi pengolahan air minum 85%, sarana ibadah 62%,
perkantoran 79% dan sarana lainnya 77%.
C. Sumber Daya Kesehatan
1. Sarana Kesehatan
a. Pada tahun 2013 dari 144 jenis obat yang dilaporkan, stock
terbanyak adalah metampiron tablet 500 mg Klorfeniramin sejumlah
4.080.000 tablet dan paling sedikit adalah povidon iodida larutan
10 % 300 cc.
b. Pemakaian obat rata-rata perbulan terbanyak adalah metampiron
tablet 500 mg sejumlah 512,210 tablet dan terendah adalah ABU 25
paket.
c. Tingkat kecukupan obat tertinggi adalah obat fenobarbitol injeksi
50 mg/l sebesar 500 % dan terendah adalah povidon iodida larutan
10 % 300 cc 1% .
d. Prosentase tingkat kecukupan obat di Kabupaten/kota yang
paling tinggi adalah obat fenobarbitol injeksi 50 mg/l sebesar 500
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
93
%, sedangkan paling rendah adalah povidon iodida larutan 10 %
300 cc 1%.
e. Jumlah puskesmas di Kabupaten Pati pada tahun 2013 menjadi 29
Puskesmas, terdiri dari 23 Puskesmas rawat jalan dan 6 Puskesmas
rawat inap. Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja
puskesmas, dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah
puskesmas rata-rata 30.000 penduduk per puskesmas, maka jumlah
puskesmas per 30.000 penduduk tahun 2013 sebesar 0,79. Ini berarti
bahwa jumlah puskesmas di Kabupaten Pati masih kurang.
Puskesmas Pembantu sebanyak 50 unit, Puskesmas Keliling
sebanyak 29 unit dan Poliklinik Kesehatan Desa sebanyak 406
unit.
f. Rumah sakit umum di Kabupaten Pati tahun 2013 berjumlah 7 buah
yang terdiri dari RSU pemerintah sebanyak 2 buah ( 2 RSU
milik Pemerintah kabupaten ), RSU milik TNI/POLRI sebanyak 1
RS,dan RSU milik swasta sebanyak 4 buah.
g. Unit Pelaksana Tehnis Dinas Kesehatan Kabupaten Pati terdiri
dari: 1 unit Balai Laboratorium Kesehatan dan 1 unit Gudang
farmasi.
2. Tenaga Kesehatan
a. Rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk di Kabupaten Pati
tahun 2013 sebesar 4,88 masih dibawah target nasional ( 6/100.000
penduduk ).
b. Rasio tenaga dokter umum per 100.0000 penduduk di Kabupaten
pati tahun 2013 sebesar 8,86, masih dibawah target nasional
( 40/100.000 penduduk )
c. Rasio tenaga dokter gigi per 100.000 penduduk di Kabupaten
Pati tahun 2013 sebesar 1,73 masih dibwah target nasional
( 11/100.000 penduduk ).
d. Rasio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk tahun 2013
sebesar 7,039 .
e. Rasio tenaga gizi per 100.000 penduduk tahun 2013 sebesar 3,14.
Profil Kesehatan Kabupaten pati Tahun 2013
94
f. Rasio tenaga keperawatan per 100.000 penduduk di Kabupaten
pati tahun 2013 sebesar 65,76 .
g. Rasio Bidan per 100.000 penduduk di Kabupaten Pati tahun
2013 sebesar 106,2.
h. Rasio tenaga kesehatan masyarakat per 100.000 penduduk di
Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 3,97.
i. Rasio tenaga sanitasi per 100.000 penduduk di Kabupaten Pati
tahun 2013 sebesar 4,22.
j. Rasio tenaga teknisi medis per 100.000 penduduk di Kabupaten
Pati tahun 2013 sebesar 1,16.
3. Pembiayaan Kesehatan
Anggaran belanja yang dialokasikan untuk pembiayaan
kesehatan di Kabupaten Pati tahun 2013 sekitar 5% dari seluruh
pembiayaan APBD Kabupaten Pati. Sedangkan anggaran kesehatan
perkapita pada tahun 2013 sebesar Rp.103.554,93
Demikian gambaran hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten Pati
tahun 2013 sebagai wujud nyata kinerja seluruh jajaran kesehatan di
Kabupaten Pati dalam upaya mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat
menuju Pati Bumi Mina Tani Sejahtera.
TABEL 70
KABUPATEN/KOTA PATI
TAHUN 2013
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15
1 Sukolilo Sukolilo I 0 0,00 35 87,50 0 0,00 5 12,50 40 5 12,50
Sukolilo 2 0 0,00 30 100,00 0 0,00 0,00 30 0 0,00
2 Kayen Kayen 0 0,00 38 55,88 19 27,94 11 16,18 68 30 44,12
3 Tambakromo Tambakromo 0 0,00 5 9,09 50 90,91 0 0,00 55 50 90,91
4 Winong Winong 1 0 0,00 34 68,00 15 30,00 1 2,00 50 16 32,00
Winong 2 0 0,00 28 84,85 0 0,00 5 15,15 33 5 15,15
5 Pucakwangi Pucakwangi 1 0 0,00 19 38,00 29 58,00 2 4,00 50 31 62,00
Pucakwangi 2 11 37,93 1 3,45 12 41,38 5 17,24 29 17 58,62
6 Jaken Jaken 0 0,00 98 89,91 0 0,00 11 10,09 109 11 10,09
7 Batangan Batangan 0 0,00 27 24,77 20 18,35 6 5,50 53 26 49,06
8 Juwana Juwana 0 0,00 0 0,00 90 82,57 0 0,00 90 90 100,00
9 Jakenan Jakenan 7 6,42 32 29,36 28 25,69 0 0,00 67 28 41,79
10 Pati Pati 1 0 0,00 1 0,92 24 22,02 44 40,37 69 68 98,55
Pati 2 4 3,67 50 45,87 5 4,59 6 5,50 65 11 16,92
11 Gabus Gabus 1 0 0,00 11 10,09 20 18,35 1 0,92 32 21 65,63
Gabus 2 0 0,00 12 11,01 17 15,60 1 0,92 30 18 60,00
12 Margorejo Margorejo 3 2,75 51 46,79 6 5,50 4 3,67 64 10 15,63
13 Gembong Gembong 10 9,17 27 24,77 13 11,93 5 4,59 55 18 32,73
14 Tlogowungu Tlogowungu 0 0,00 38 34,86 11 10,09 0 0,00 49 11 22,45
15 Wedarijaksa Wedarijaksa 1 0,00 0,00 0,00 45 41,28 45 45 100,00
Wedarijaksa 2 0 0,00 11 10,09 28 25,69 0 0,00 39 28 71,79
16 Trangkil Trangkil 0 0,00 35 32,11 42 38,53 7 6,42 84 49 58,33
17 Margoyoso Margoyoso 1 0 0,00 0,00 38 34,86 6 5,50 44 44 100,00
Margoyoso 2 2 1,83 30 27,52 11 10,09 2 1,83 45 13 28,89
18 Gunungwungkal Gunungwungkal 7 6,42 49 44,95 0 0,00 2 1,83 58 2 3,45
19 Cluwak Cluwak 7 6,42 57 52,29 8 7,34 0 0,00 72 8 11,11
20 Tayu Tayu 1 0 0,00 10 9,17 44 40,37 1 0,92 55 45 81,82
Tayu 2 0 0,00 21 19,27 6 5,50 11 10,09 38 17 44,74
21 Dukuhseti Dukuhseti 0 0,00 32 29,36 52 47,71 0 0,00 84 52 61,90
51 3,18 782 48,81 588 36,70 181 11,30 1602 769 48,00
2
Sumber: Bidang PK DKK Pati
NO KECAMATAN PUSKESMAS
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA
JUMLAH
JUMLAH (KAB/KOTA)
STRATA POSYANDU
PRATAMA
JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
MADYA PURNAMA MANDIRIPOSYANDU AKTIF