121

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

  • Upload
    tranbao

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat
Page 2: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

SAMBUTAN

Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan

program, selain menangani program Keluarga Berencana, juga program Pengendalian

Penduduk.

Terkait tugas fungsi tentang Pengendalian Penduduk tersebut, diharapkan BKKBN menjadi

rujukan data terutama yang berkaitan erat dengan isu kependudukan, seperti: kesehatan,

pendidikan, ketenagakerjaan, pertanian dan pangan.

Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini diterbitkan dengan

berorientasi kepada 5 bidang atau isu yang terkait erat dengan isu kependudukan tersebut.

Diuraikan pengertian dan ilustrasi data dari variabel-variabel yang merepresentasikan

bidang kesehatan, pendidikan, ketengakerjaan, pertanian dan pangan.

Saya menyambut gembira dengan diterbitkannya Buku Profil Kependudukan dan

Pembangunan di Indonesia ini. Diharapkan melalui Buku Profil ini, dapat diidentifikasi

permasalahan kependudukan di Indonesia. Selanjutnya dengan diketahuinya besaran

masalah kependudukan, diharapkan seluruh sektor pembangunan dapat merumuskan

alternatif solusi pemecahannya.

Semoga penyusunan buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional

Indonesia ini memberikan manfaat bagi pengembangan program pembangunan nasional

yang berwawasan kependudukan.

Jakarta, September 2013

Kepala BKKBN,

Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK.

ii ii

Page 3: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

KATA PENGANTAR

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), diharapkan Indonesia mencapai

kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) , yang ditandai dengan TFR sebesar 2,1 dan

NRR=1.

Untuk mencapai kondisi PTS tersebut, program pembangunan nasional perlu diarahkan

agar selaras dengan kebijakan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Untuk

menyusun program yang berwawasan kependudukan, maka diperlukan data dasar

(baseline) yang berisi profil kependudukan pada tingkat nasional. Untuk itulah disusun buku

Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia.

BKKBN sebagai institusi pemerintah yang menangani bidang Pengendalian Penduduk serta

Keluarga Berencana, berkewajiban menyediakan data dasar berupa Profil Kependudukan

tersebut. Profil Kependudukan dan Pembangunan pada jangka panjang, hendaknya tidak

saja memotret situasi kependudukan di tingkat nasional, namun juga mengerucut semakin

detil pada tingkat provinsi, kabupaten/kota,kecamatan, bahkan bila memungkinkan sampai

tingkat desa/ kelurahan. Tujuannya, agar secara spesifik dapat dipetakan permasalahan

kependudukan terjadi pada wilayah yang mana. Dengan demikian, akan lebih memudahkan

penentu kebijakan terkait dalam mengidentifikasi sekaligus menangani wilayah manakah

yang memiliki permasalahan kependudukan.

Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini disusun atas

kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan (PUSDU) dengan

Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk (DITRENDUK). Penyajian Profil dengan

menggabungkan variabel-variabel secara lintas sektor atau bidang. Untuk itu, diperlukan

kesepakatan tidak saja antar komponen BKKBN, namun yang lebih penting antar sektor.

Dengan demikian, dokumen buku Profil ini disepakati dan disetujui oleh seluruh pihak, dan

menjadi sumber referensi atau rujukan utama dalam bidang Pengendalian Penduduk di

Indonesia.

Akhir kata, kami mengharapkan masukan secara konstruktif terhadap dokumen ini, terutama

menyangkut variabel-variabel yang dibahas dalam buku Profil Kependudukan dan

Pembangunan tingkat Nasional Indonesia ini. Terima kasih.

Jakarta, Agustus 2013

Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN

Dr. Wendy Hartanto, MA.

ii iii

Page 4: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

DAFTAR ISI

SAMBUTAN …………………………….…………………………………………..………… ii KATA PENGANTAR........................................................................................................ iii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….…......… vi DAFTAR TABEL .............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL LAMPIRAN............................................................................................ x BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………………………..………. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….………... 1 1.2 Tujuan…………………………………………………………………………... 2 1.3 Kerangka Pikir……………………………………………………….……….... 2 1.4 Sumber Data ………………………………………………………………….. 3

BAB 2. DINAMIKA PENDUDUK……………………………………….………..…... 4

2.1 Kuantitas Penduduk................................................................................ 4 2.1.1 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk ……………………..…... 4 2.1.2 Perubahan struktur umur menurut jenis kelamin penduduk…..…. 5 2.1.3 Persebaran penduduk……………………………..………………... 8

2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi…………………………….... 10

2.2.1 Kecenderungan dan pola fertilitas………………………………..... 10 2.2.2 Pola perkawinan……………………………………………………… 13 2.2.3 Kesertaan ber KB……………………………………………………. 14

2.2.3.1 Pasangan usia subur....................................................... 14 2.2.3.2 Contraceptive prevalence rate dan mix kontrasepsi........ 15 2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi......................................................................... 19 2.2.3.4 Alasan tidak memakai kontrasepsi................................... 20 2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif.. 20

2.3 Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi……………..……….……… 21 2.3.1 Kecenderungan dan pola mortalitas…………………………..……. 21 2.3.2 Penyebab Kematian…………………………………………….……. 23

2.4 Migrasi……………………………………………………………………….… 24

2.4.1 Kecenderungan dan pola migrasi risen …………………….….….. 24 2.4.2 Kecenderungan dan pola migrasi seumur hidup ……………..….. 24

BAB 3. PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN… ……….….…. 26

3.1 Pencapaian Pembangunan Manusia......................................……….…. 26 3.2 Pembangunan Gender………………………………………….…...........… 27 3.3 Penduduk Rentan ..................................................................................... 29 3.4 Ketersedian Pelayanan ….………………………………………………… 30

3.4.1 Kesehatan……………………………………………………………. 30

ii iv

Page 5: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

3.4.2 Pendidikan…………………………………………………………… 32

3.4.3 Sanitasi dan Air Bersih………………………………………………... 34

3.4.4 Listrik…………………………………………………………………… 35

3.5 Kesehatan…………………………………………………………….………. 36 3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja…..…………….. 36

3.5.1.1 Pubertas……………………………………………………… 36 3.5.1.2 Kespro PraNikah……………………………………………. 38 3.5.1.3 Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan IMS……………….. 39

3.5.2 Kesehatan Anak…………………………………………………….. 40 3.5.2.1 Cakupan Imunisasi……………………………………...…. 40 3.5.2.2 Pemberian makan pada anak…………………………..… 41

3.5.3 Kesehatan Ibu…………………………………….…………………. 41

3.5.3.1 Jumlah Bumil……………………………………………...… 41 3.5.3.2 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care/ANC)… …..…. 41 3.5.3.3 Penolong Persalinan……………………….……………..... 44

3.5.4 Insiden HIV/AIDS…………………………….……………………... 47

3.6 Pendidikan…………………………………………………………………….. 47 3.6.1 Literasi (AMH)…………………………………………….…………… 47 3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas………. 48 3.6.3 Partisipasi Sekolah………………………………….……………... 48 3.6.4 Rata-rata lama sekolah………………………………………………. 51

3.7 Ekonomi dan Ketenagakerjaan……………………………………………. 51

3.7.1 Ekonomi …………………………………………………. …………. 51 3.7.2 Ketenagakerjaan……………………………………….………..….. 54

3.8 Pertanian Pangan ….........................................…………………………… 55

3.8.1 Pangan Nasional ……………………………………….…………… 55 3.8.2 Produktivitas Pertanian …………………………………………….. 56 3.8.3 Produksi Perikanan…………….. ………………………..………… 58 3.8.4 Produksi Perkebunan…………..…………………………………… 58 3.8.5 Produksi Peternakan…………….…………………………………. 59

BAB 4. PENUTUP.......................................................................………………….. 61 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..….. 62 LAMPIRAN………………………………………………………………………………..…….. 62

ii v

Page 6: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan

dan Pembangunan Berkelanjutan ........................................................ 2

Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010................. 5

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010................................ 5

Gambar 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar

Tahun 2010 ............................................................................................. 6

Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun 1971-2010............................................. 7

Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015-2035……………….…... 7

Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin Tahun 1971-2010........................................ 8

Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010....................... 9

Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010.......................................... 9

Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010........................ 10

Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia..................................................... 11

Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun 1991-2012........................................................... 11

Gambar 2.12 Rasio Anak Terhadap Wanita Tahun 1971-2010................................... 13

Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980-2010 ......... 13

Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007....................... 14

Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR) .............................................................. 17

Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern......... 18

Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2012.................. 19

Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012......................................... 19

Gambar 2.19 Alasan Tidak Ingin Memakai Kontrasepsi............................................. 20

Gambar 2.20 Rata-rata Pemberian ASI Eksklusif Untuk Semua Anak (Bulan).......... 21

Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar......................................................................... 21

Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan AnakTahun 1991-2012................................ 22

Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012................................................... 23

Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010............................. 23

Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-negara ASEAN Tahun 1990-2012............. 27

Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender di Negara ASEAN 1995-2011................. 28

Gambar 3.3 Perkembangan IPG Periode Tahun 2004-2011..................................... 28

Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan Tahun 2008-2011...................................... 31

Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas Tahun 2007-2011............................... 31

Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit Tahun 2007-2011.............................. 32

Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia Tahun 2013.................. 32

Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011.................................... 33

Gambar 3.9 Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011 ................... 34

Gambar 3.10 Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga............. 35

Page 7: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Gambar 3.11 Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga........................ 35

Gambar 3.12 Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga..................... 36

Gambar 3.13 Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49 yang Pernah Mendengar

AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia Tahun 2012................................. 40

Gambar 3.14 Kasus HIV/AIDS dan Kematian................................................................. 47

Gambar 3.15 Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011...................................................... 48

Gambar 3.16 Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas................. 48

Gambar 3.17 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011......................................... 49

Gambar 3.18 Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011................... 49

Gambar 3.19 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011............. 50

Gambar 3.20 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011.............. 50

Gambar 3.21 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas

Tahun 2007-2011, Indonesia.................................................................... 51

Gambar 3.22 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007-2012......................... 52

Gambar 3.23 Persentase Penduduk Miskin Tahun 2009-2013.................................... 53

Gambar 3.24 Tingkat Partisipasi Angkatan kerja Indonesia (persen)

Tahun 2007-2010...................................................................................... 54

Gambar 3.25 Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen)

Tahun 2007-2011...................................................................................... 55

ii vi

Page 8: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2010............................................................................................... 4

Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991-2012.............................. 12

Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal

Tahun 1997-2012...................................................................................... 12

Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur Tahun 2000-2012................................................. 15

Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB......................................................... 15

Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita...................................... 16

Tabel 2.7 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini Menurut Karakteristik Latar

Belakang Wanita Berstatus Kawin ........................................................... 17

Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi............................................................. 18

Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan penyebab Kematian Tahun 2011............................... 24

Tabel 2.10 Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi

Risen Indonesia, Tahun 2000-2010.......................................................... 24

Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi

Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010........................................................ 25

Tabel 3.1 Tren HDI Indonesia Tahun 1980-2012...................................................... 26

Tabel 3.2 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan

Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), Tahun 2004-2011........................... 29

Tabel 3.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Mengalami Kesulitan.................................................................................................... 29

Tabel 3.4 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah di

Indonesia Tahun 2009/2010...................................................................... 33

Tabel 3.5 Persentase pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa

pubertas..................................................................................................... 36

Tabel 3.6 Persentase sumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas.................................................................................................... 37

Tabel 3.7 Persentase umur remaja wanita pertama kali mendapat haid ................ 38

Tabel 3.8 Persentase Pengetahuan Remaja tentang Anemia.................................. 39

Tabel 3.9 Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia

Tahun 2003-2012...................................................................................... 40

Tabel 3.10 Persentase Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI Menurut Kelompok Umur, Indonesia Tahun 2007-2012.......................................... 41

Tabel 3.11 Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.................................................................................................. 42

Tabel 3.12 Persentase Pemeriksaan Kehamilan........................................................ 43

Tabel 3.13 Komponen Pemeriksaan Kehamilan......................................................... 44

Tabel 3.14 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan ...................... 45

ii vii

ii viii

Page 9: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Tabel 3.15 Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi.............................. 46

Tabel 3.16 Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010.................. 52

Tabel 3.17 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah)

Tahun 2007-2011...................................................................................... 53

Tabel 3.18 Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja................................................... 54

Tabel 3.19 Tingkat Pengangguran Terbuka................................................................ 55

Tabel 3.20 Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada

Tahun 2011-2012...................................................................................... 56

Tabel 3.21 Produktivitas Padi Tahun 2011-2012........................................................ 56

Tabel 3.22 Produktivitas Jagung Tahun 2011-2012................................................... 57

Tabel 3.23 Produktivitas Kedelai Tahun 2011-2012................................................... 57

Tabel 3.24 Produktivitas Ubi Kayu Tahun 2011-2012................................................. 57

Tabel 3.25 Volume Produksi Perikanan (ton) Tahun 2007-2012................................ 58

Tabel 3.26 Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013............................ 59

Tabel 3.27 Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011............................................. 59

ii ix

Page 10: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun

1971-2010................................................................................................. 66

Tabel 2.2 Rasio ketergantungan di Indonesia menurut Provinsi Tahun

2000 -2010................................................................................................ 67

Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin di Indonesia menurut Provinsi Tahun

2000 - 2010.............................................................................................. 68

Tabel 2.4 Tingkat Urbanisasi di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1990-2010... 69

Tabel 2.5 Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun

2000 - 2010............................................................................................... 70

Tabel 2.6 Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia Menurut Provinsi

Tahun 1990-2010...................................................................................... 71

Tabel 2.7 Angka Fertilitas Total di Indonesia menurut Provinsi Tahun

2002 - 2012............................................................................................... 72

Tabel 2.8 Rasio Anak Wanita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010.............. 73

Tabel 2.9 Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia menurut Provinsi

Tahun 2010............................................................................................... 74

Tabel 2.10 Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49 tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2012.......................................................................... 75

Tabel 2.11 Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi di Indonesia Tahun 2012...... 76

Tabel 2.12 Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 2002-2012......................................................... 77

Tabel 2.13 Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia menurut Provinsi Tahun

2012......................................................................................................... 78

Tabel 2.14 Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut Provinsi

dan Jenis Kelamin Tahun 2010................................................................ 79

Tabel 2.15 Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012........... 80

Tabel 2.16 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi

Risen Tahun 2010.................................................................................... 81

Tabel 2.17 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi

Seumur Hidup Tahun 2010...................................................................... 82

Tabel 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005

dan 2011................................................................................................... 83

Tabel 3.2 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005

dan 2011................................................................................................... 84

Tabel 3.3 Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010 ................................................................................ 85

ii x

Page 11: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Tabel 3.4 Rasio Sumberdaya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan)

Per 100.000 penduduk menurut Provinsi Tahun 2011............................. 86

Tabel 3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) di

Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011.................................................. 87

Tabel 3.6 Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013............ 88

Tabel 3.7 Sarana Pendidikan (sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun

2008 - 2010............................................................................................... 89

Tabel 3.8 Rasio jumlah penduduk usia sekolah terhadap jumlah sekolah di

Indonesia tahun 2010............................................................................... 90

Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010.......................................................................................................... 91

Tabel 3.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang

Air Besar Tahun 2011............................................................................... 92

Tabel 3.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air Minum

Tahun 2011............................................................................................... 93

Tabel 3.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, 2012 .......................................................................................................... 94

Tabel 3.13 Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012................................................................................ 95

Tabel 3.14 Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1997-2012.......................................................... 96

Tabel 3.15 Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012.................................................................................. 97

Tabel 3.16 Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012........................................................................................................... 98

Tabel 3.17 Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun

2013 (sd Juni)............................................................................................ 99

Tabel 3.18 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi,

Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006

dan 2011................................................................................................... 100

Tabel 3.19 Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012................... 101

Tabel 3.20 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan

Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal Tahun 2011....................... 102

Tabel 3.21 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011................................................... 103

Tabel 3.22 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurut

Provinsi Tahun 2009-2012........................................................................ 104

Tabel 3.23 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah) ......................................................... 105

Tabel 3.24 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)........................................... 106

ii xi

Page 12: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Tabel 3.25 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010............................................................................................... 107

Tabel 3.26 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin

Tahun 2010............................................................................................... 108

ii xii

Page 13: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 1

PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG

Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang ‘Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga’ mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral

dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara

perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta

memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan

kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa.

Undang-undang no. 52 tahun 2009 memberi tanggungjawab pengendalian penduduk di

Indonesia kepada BKKBN, yang dirubah namanya menjadi Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional. Pada tahun 2012, BKKBN menetapkan visi “Penduduk

Tumbuh Seimbang Tahun 2015”. Visi tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Kondisi penduduk tumbuh seimbang

ditandai dengan angka fertilitas total (TFR) sebesar 2,1 anak per wanita atau angka

reproduksi neto (NRR) sebesar 1. Misi dari BKKBN adalah mewujudkan pembangunan

berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Visi dan

misi tersebut akan diwujudkan melalui pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka

kematian, pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembangan kualitas penduduk pada

seluruh dimensinya. Upaya ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan

berkelanjutan. Dalam UU No. 52 Tahun 2009 diatur pula kewenangan dan tanggungjawab

pemerintah kabupaten/kota untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan

keluarga berkualitas.

Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, perencanaan pembangunan harus

disusun berdasarkan data dan informasi kependudukan. Perencanaan pembangunan

berbasis data kependudukan merupakan strategi yang penting dalam rangka meningkatkan

relevansi, efektivitas serta efisiensi kebijakan dan program pembangunan di Indonesia.

Penggunaan data yang akurat dalam proses perencanaan telah diatur dalam peraturan

perundangan. Pada Pasal 31 UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional diatur bahwa “Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi

yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan”. Ketentuan tersebut ditekankan kembali

pada Pasal 152 UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan

“Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat

dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci, pada Pasal 49 UU No. 52/2009 diatur

bahwa: 1) “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan

menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga”; 2) Upaya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus, survei, dan pendataan

keluarga; dan 3) Data dan informasi kependudukan dan keluarga wajib digunakan oleh

Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan,

dan pembangunan.

Page 14: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 2

1.2 TUJUAN

Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi

kependudukan Indonesia yang diamati dari berbagai aspek: kesehatan, pendidikan,

pertanian, ketenagakerjaan dan Keluarga Berencana.

1.3 KERANGKA PIKIR

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan

manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan, dengan cara

menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang

menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu

kesatuan. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan

pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada bagi tujuan

pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Agenda utama pembangunan

berkelanjutan adalah upaya untuk memadukan, mengintegrasikan, dan memberi bobot yang

sama bagi tiga pilar utama pembangunan, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan

hidup. Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan berkelanjutan karena

penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat pembangunan. Konsep ini

diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep “pembangunan berwawasan kependudukan”.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan

dan Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berwawasan kependudukan, yaitu pembangunan yang berpusat pada

penduduk (people-centered development), adalah pembangunan yang direncanakan

dengan memperhatikan kondisi dan dinamika penduduk. Semua perencanaan

pembangunan harus ‘population responsive’, yaitu memperhatikan dan mempertimbangkan

data dan informasi kependudukan secara lengkap, mulai dari jumlah, pertumbuhan, struktur

umur, persebaran, maupun kualitas penduduk. Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu

merumuskan kebijakan pengelolaan kependudukan agar tercapai kondisi kependudukan

yang kita harapkan (population-influencing policies).

Page 15: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 3

1.4 SUMBER DATA

Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kependudukan dan Pembangunan di

Indonesia dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah dipublikasikan, seperti: Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia, Sensus Penduduk, Sakernas, Profil Kesehatan

Indonesia, Profil Anak Indonesia, Statistik Kesejahteraan Rakyat, Human Development

Report, Statistik Indonesia, Pelayanan Kontrasepsi. Disamping itu beberapa data yang

disajikan juga merupakan data proyeksi sementara yang dihitung oleh Direktorat

Perencanaan Pengendalian Penduduk pada tahun 2013.

Page 16: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 4

DINAMIKA PENDUDUK 2

2.1 Kuantitas Penduduk

2.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia

mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118

juta pada tahun 1971 menjadi 237 juta pada tahun 2010 (Lihat Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913

jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Menurut

kelompok umur, jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebanyak 22.678.702 jiwa (9,54

persen), sedangkan penduduk usia 15-64 tahun sebanyak 156.982.218 jiwa (66

persen), dan kelompok penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 12.062.388 jiwa

(5,1 persen).

Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari periode 1971-1980 menurun dari 2,33

persen menjadi 1,44 persen pada periode 1990-2000. Penurunan sampai dengan

1,44 persen tersebut masih memperhitungkan Provinsi Timor-Timur sebagai bagian

dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), apabila provinsi Timor-Timur

Laki-Laki Perempuan

0-4 11.662.369 11.016.333 22.678.702 9,5

5-9 11.974.094 11.279.386 23.253.480 9,8

10-14 11.662.417 11.008.664 22.671.081 9,5

15-19 10.614.306 10.266.428 20.880.734 8,8

20-24 9.887.713 10.003.920 19.891.633 8,4

25-29 10.631.311 10.679.132 21.310.443 9,0

30-34 9.949.357 9.881.328 19.830.685 8,3

35-39 9.337.517 9.167.614 18.505.131 7,8

40-44 8.322.712 8.202.140 16.524.852 7,0

45-49 7.032.740 7.008.242 14.040.982 5,9

50-54 5.865.997 5.695.324 11.561.321 4,9

55-59 4.400.316 4.048.254 8.448.570 3,6

60-64 2.927.191 3.131.570 6.058.761 2,5

65-69 2.225.133 2.468.898 4.694.031 2,0

70-74 1.531.459 1.924.872 3.456.331 1,5

75-79 842.344 1.135.561 1.977.905 0,8

80-84 481.462 661.708 1.143.170 0,5

85+ 282.475 431.039 713.514 0,3

Total 119.630.913 118.010.413 237.641.326 100,0

%

Jenis KelaminKelompok

UmurJumlah

Page 17: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 5

dikeluarkan maka LPP Indonesia diperkirakan berada pada angka 1,40 persen

(Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, BPS, 2011 Hal. 26). Pada

periode 2000-2010 Laju pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menjadi 1,49

persen.

Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Berdasarkan wilayah, LPP tertinggi menurut SP tahun 2010 berada pada provinsi

Papua (5,39 persen) dan terendah di provinsi Jawa Tengah (0,37 persen). LPP

menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.1.

2.1.2 Perubahan Struktur Umur menurut Jenis Kelamin Penduduk

Piramida Penduduk

Tren Piramida penduduk Indonesia tahun 1971 sampai dengan 2010

menggambarkan perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Bentuk Piramida

Penduduk berubah menjadi tipe expansive pada tahun 2010 dimana jumlah

penduduk usia muda lebih banyak daripada usia dewasa maupun tua.

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Page 18: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 6

Pada piramida penduduk tahun 2010, kelompok umur 20-24 tahun menunjukkan

keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1990. Apabila

dibandingkan dengan kelompok umur di bawahnya (0-19 tahun) terlihat adanya

peningkatan kelahiran pada periode setelah tahun 1990. Selain itu, bagian puncak

piramida menunjukkan peningkatan pada jumlah penduduk lanjut usia (lihat Gambar

2.2).

Distribusi Penduduk Menurut 3 Kelompok Umur Besar

Meskipun secara absolut jumlah penduduk usia muda (umur 0-14 tahun) mengalami

kenaikan, akan tetapi persentasenya terus mengalami penurunan yakni dari 30,44

persen pada SP tahun 2000, menjadi 28,87 persen pada SP tahun 2010. Disisi lain,

penduduk usia produktif (umur 15-64 tahun) persentasenya mengalami peningkatan,

yakni dari 65,03 persen pada tahun 2000 menjadi 66,09 persen pada tahun 2010.

Kondisi tersebut berpengaruh terhadap turunnya rasio ketergantungan (bonus

demografi) dan membuka jendela peluang dalam bidang ekonomi sebagai akibat

melonjaknya penduduk usia produktif serta menurunnya penduduk usia tidak

produktif.

Gambar 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar Tahun 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

Penduduk usia lanjut (umur 65+) juga mengalami peningkatan dari 4,53 persen pada

tahun 2000 menjadi 5,04 persen pada tahun 2010. Persentase ini diproyeksikan

akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, sehingga

akan berdampak pada peningkatan rasio ketergantungan.

Rasio Ketergantungan

Tren rasio ketergantungan secara nasional mengalami penurunan dari data SP 1971

yaitu 86,86 per 100 orang usia produktif menjadi 51,31 per 100 orang usia produktif

pada tahun 2010. Kondisi ini menggambarkan banyaknya jumlah penduduk yang

harus ditanggung oleh penduduk usia kerja telah mengalami penurunan.

Page 19: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 7

Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun 1971- 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Tingkat rasio ketergantungan di wilayah provinsi pada saat ini berbeda-beda,

provinsi DKI Jakarta dengan tingkat rasio ketergantungan terendah pada tahun 2010

yakni 36,94 per 100 orang. Sebaliknya pada Provinsi NTT dengan rasio

ketergantungan 73,21 per 100 orang usia produktif masih belum memasuki peluang

dimaksud. Disparitas tingkat rasio ketergantungan pada provinsi ini dipengaruhi oleh

tingkat kelahiran dan kematian pada masing-masing provinsi. Lihat lampiran Tabel

2.2 untuk rasio ketergantungan menurut Provinsi.

Banyaknya jumlah penduduk pada kelompok usia produktif dibandingkan kelompok

usia non-produktif dapat memberikan manfaat bagi pembangunan nasional terutama

pada sektor ekonomi. Akan tetapi untuk memanfaatkan kondisi tersebut, kualitas

SDM harus ditingkatkan secara maksimal antara lain melalui pendidikan, pelayanan

kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan.

Hasil perhitungan sementara Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk

BKKBN pada tahun 2013 menunjukkan bahwa window of opportunity di Indonesia

diperkirakan terjadi pada rentang waktu tahun 2020 sampai tahun 2035, dengan nilai

rasio ketergantungan terendah berada pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2030

yakni 46,28 serta 46,29 per 100 orang usia produktif (lihat pada fokus Gambar 2.4).

Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015 - 2035

Sumber data: SP 1971-2010

Perhitungan sementara Ditrenduk, BKKBN Tahun 2013

BONUS

DEMOGRAFI

WINDOW OF

OPPORTUNITY

86,86

79,08

67,84

53,78

51,31 49,0546,28 46,13 46,29 47,30

53,51 55,8459,58

65,03 66,09 67,09 68,36 68,43 68,35 67,88

43,9640,91

36,65

30,4428,87 27,44

25,46 24,14 22,76 21,72

2,52 3,25 3,77 4,53 5,04 5,47 6,18 7,43 8,8810,39

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1971 1980 1990 2000 2010 2015 2020 2025 2030 2035

< 15 Th 15-64 Th 64+ DR

BONUS

DEMOGRAFI

WINDOW OF

OPPORTUNITY

Page 20: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 8

Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)

Para Demografer menyatakan bahwa perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi

perempuan pada waktu lahir berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 bayi

perempuan (LDUI, 2010 Hal. 32).

Berdasarkan hasil sensus penduduk rasio jenis kelamin meningkat dari 97,18 orang

laki-laki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 1971 menjadi 101 orang laki-

laki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 2010. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa jumlah laki-laki di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan

jumlah perempuan.

Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin

di Indonesia tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Besar kecilnya Rasio Jenis kelamin pada suatu daerah dipengaruhi oleh pola

Mortalitas atau pola Migrasi. Provinsi Papua dengan Rasio Jenis Kelamin tertinggi

tahun 2010 yakni 113 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan, diperkirakan

terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang masuk untuk bekerja pada sektor

pertambangan. Sedangkan pada Provinsi NTB dengan Rasio Jenis Kelamin

terendah tahun 2010 yakni 94 orang laki-laki per 100 orang perempuan, diperkirakan

terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut untuk

bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri. Lebih lanjut tentang

rasio jenis kelamin menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.3

2.1.3 Persebaran Penduduk

Persebaran Penduduk

Secara demografis persebaran penduduk di Indonesia juga tidak merata. Sebagian

besar penduduk Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 menghuni pulau Jawa (57,5

persen) serta sebagian kecil berada di pulau Maluku dan Papua (2,6 pesen).

Page 21: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 9

Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Dalam waktu lima dekade terlihat adanya pengurangan persentase penduduk yang

bertempat tinggal di pulau Jawa yaitu dari 63,9 persen pada tahun 1971 menjadi

57,5 persen tahun 2010. Hal ini diikuti dengan kenaikan persentase penduduk yang

bertempat tinggal di pulau Sumatera dari 17,6 persen pada tahun 1971 menjadi 21,3

persen pada tahun 2010. Dengan demikian, seperti terlihat pada Gambar 2.6,

kecenderungan migrasi keluar sebagian besar menuju pulau Sumatera, sedangkan

di wilayah lainnya relatif tetap.

Urbanisasi

Urbanisasi menunjukkan persentase penduduk suatu wilayah yang tinggal di daerah

perkotaan. Proses urbanisasi bukan hanya proses perpindahan penduduk dari

perdesaan ke perkotaan, namun juga termasuk pertumbuhan alamiah penduduk

perkotaan, perluasan wilayah perkotaan maupun perubahan status wilayah dari

daerah perdesaan ke perkotaan.

Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000, 2010

Persentase penduduk di daerah perkotaan meningkat dari 42,1 persen pada tahun

2000, menjadi 49,8 persen pada tahun 2010. Angka ini diproyeksikan akan terus

meningkat terutama untuk beberapa provinsi khususnya Jawa dan Bali.

Page 22: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 10

Provinsi DKI jakarta sebagai Ibu Kota Negara memiliki tingkat urbanisasi tertinggi,

sementara provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan tingkat urbanisasi

terendah tahun 2010 yakni sebesar 19,3 persen. Lebih lanjut tentang Urbanisasi

menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.4.

Kepadatan Penduduk

Data kepadatan penduduk berdasarkan data SP, mengalami peningkatan dari 107

jiwa per km2 pada tahun 2000, menjadi 124 jiwa per km2 pada tahun 2010.

Kepadatan penduduk Indonesia antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain

tidak seimbang. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa.

Padahal, luas wilayah pulau Jawa hanya 6,8 persen dari luas wilayah negara

Indonesia.

Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat pertumbuhan

ekonomi, tampaknya menjadi daya tarik masyarakat untuk mencari kehidupan

ekonomi yang lebih baik sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi

yaitu 14,469 jiwa per km2. Sedangkan, provinsi dengan tingkat kepadatan terendah

adalah Papua Barat dengan tingkat kepadatan hanya 8 jiwa per km2. Lihat lampiran

Tabel 2.5 untuk kepadatan penduduk menurut Provinsi.

2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi

2.2.1 Kecenderungan dan Pola Fertilitas

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)

Angka Kelahiran Kasar (CBR) menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun

tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran

kasar di Indonesia mengalami kenaikan dari 17,4 kelahiran per 1000 penduduk (SP

2000) menjadi 17,9 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2010).

Page 23: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 11

Sementara menurut hasil SDKI, Angka Kelahiran Kasar Indonesia terus mengalami

penurunan dari 25,1 pada survey tahun 1991, menjadi 20,4 pada tahun 2012.

Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010

SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012

Berdasarkan wilayah, angka kelahiran Kasar tertinggi menurut SP 2010 berada pada

Provinsi Kepulauan Riau yakni 22,5 kelahiran per 1000 penduduk dan terendah pada

provinsi DI Yogyakarta yakni 14,4 per 1000 penduduk (data Provinsi dapat dilihat

pada lampiran Tabel 2.6).

Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR)

Berdasarkan data SDKI, TFR nasional mengalami penurunan dari 3,03 anak per

wanita usia subur pada tahun 1991 menjadi 2,60 anak per wanita usia subur pada

tahun 2002/2003. Sejak periode tahun 2002/2003 angka fertilitas total hanya

mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan survey terakhir tahun 2012 yakni

menjadi 2,59 anak per wanita usia subur. Menurut SDKI 2012, TFR tertinggi terdapat

di provinsi Papua Barat (3,70 anak per wanita usia subur) dan TFR terendah di

provinsi DIY Jogjakarta (2,10 anak per wanita usia subur). Lebih lanjut tentang TFR

menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.7.

Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun 1991-2012

Sumber data : SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012

Page 24: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 12

Angka Fertilitas Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR)

ASFR adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1.000 perempuan

pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun. Data tren Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan ada pergeseran puncak ASFR dari

kelompok umur 20-24 tahun pada tahun 1991 menjadi 25-29 tahun pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, jumlah kelahiran pada kelompok umur 25-29 tahun adalah 143 per

1000 perempuan 25-29 tahun. Sedangkan kelompok umur dengan jumlah kelahiran

terendah adalah kelompok umur 45-49 tahun yakni 4 per 1000 perempuan 45-49

tahun.

Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991- 2012

Kel. Umur Wanita (Age Group)

1991 1994 1997 2002/’03 2007 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

15-19 67 61 62 51 51 48

20-24 162 148 143 131 135 138

25-29 157 150 149 143 134 143

30-34 117 109 108 99 108 103

35-39 73 68 66 66 65 62

40-44 23 31 24 19 19 21

45-49 7 4 6 4 6 4

TFR 3,03 2,85 2,79 2,56 2,59 2,59

Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002/2003, 2007 dan 2012

Secara umum, ASFR di daerah perkotaan lebih rendah dari perdesaan, hal ini

terlihat dari adanya perbedaan pada pola kelahiran, dimana puncak kelahiran di

perkotaan terjadi pada kelompok usia 25-29 tahun, sedangkan di perdesaan terjadi

pada kelompok usia 20-24 tahun. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah

ASFR kelompok usia 15-19 tahun di Desa, dimana pada tahun 2012 kondisinya

masih sangat tinggi yakni sebesar 69, angka tersebut lebih dari 2 kali lipat bila

dibandingkan dengan ASFR 15-19 tahun di kota yaitu sebesar 32.

Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal Tahun 1997-2012

Kelompok Umur Wanita (Age Group)

1997 2002/03 2007 2012

Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

15-19 32 79 41 63 26 74 32 69

20-24 112 158 119 144 116 153 121 156

25-29 143 152 143 144 138 131 145 141

30-34 113 105 103 95 104 110 108 98

35-39 62 67 64 68 59 70 59 64

40-44 17 27 18 21 17 21 22 20

45-49 1 7 2 5 4 7 3 6

Total 480 595 490 540 464 566 490 554

TFR 2,40 2,98 2,45 2,70 2,32 2,83 2,45 2,77

Sumber Data : SDKI Tahun 1997, 2002/03, 2007, dan 2012

Page 25: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 13

Rasio Anak terhadap Wanita (Child Woman Ratio/CWR)

Rasio anak terhadap wanita menggambarkan perbandingan antara jumlah anak di

bawah lima tahun (0-4 tahun) terhadap 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun.

Berdasarkan data SP, tren rasio anak terhadap wanita usia subur mengalami

penurunan dari 667 per 1000 wanita usia subur pada tahun 1971 menjadi 348 per

1000 wanita usia subur di tahun 2010.

Gambar 2.12 Rasio Anak terhadap Wanita Tahun 1971 – 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010

Berdasarkan wilayah, Provinsi Maluku merupakan Provinsi dengan Rasio Anak

terhadap Wanita tertinggi menurut hasil SP 2010 yakni 484 per 1000 wanita usia

subur, sedangkan DI Yogyakarta menjadi Provinsi dengan Rasio Anak terhadap

Wanita terendah yakni 272 per 1000 wanita usia subur. Lihat lampiran Tabel 2.8

untuk CWR menurut Provinsi.

2.2.2 Pola Perkawinan

Umur Kawin Pertama Perempuan (Singulate Mean Age at First Marriage/SMAM)

SMAM adalah perkiraan/estimasi rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah

penduduk yang tetap lajang (belum kawin). SMAM Indonesia berdasarkan SP tahun

2010 adalah 22,3 tahun, angka tersebut menurun dibandingkan hasil SP 2000 yang

hanya 22,5 tahun.

Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980 – 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010

Sumber SMAM 1980: Indonesia Assessment-Population and Human Resources, Gavin W. Jones,Terence H. Hull, Hal.2

Page 26: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 14

SMAM tertinggi untuk wilayah provinsi berdasarkan SP 2010 terdapat pada Provinsi

Kepulauan Riau yakni 24,4 tahun, sedangkan angka terendah berada pada Provinsi

Kalimantan Tengah yakni 21,0 tahun. Lihat lampiran Tabel 2.9 untuk SMAM

menurut Provinsi.

Median Usia Kawin Pertama

Usia kawin pertama adalah usia saat wanita melakukan perkawinan secara hukum

dan biologis yang pertama kali. Usia kawin pertama yang dilakukan oleh setiap

wanita memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda usia kawin pertama

seorang wanita, maka semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu

maupun anak. Selain itu, usia kawin pertama juga berpengaruh besar pada tingkat

fertilitas wanita maupun jumlah penduduk, sebagai akibat dari lamanya waktu

reproduksi wanita.

Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012

Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan median usia kawin pertama berada pada usia

20,1 tahun, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan hasil SDKI 2002-2003

yakni 19,8 tahun (lihat gambar 2.13).

Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SDKI 2007 menempati posisi terendah

usia kawin pertama wanita yakni pada usia 18,7 tahun, sedangkan DKI Jakarta

menempati angka tertinggi yakni 22,5 tahun. Lebih jelas tentang Median Usia Kawin

Pertama menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.10.

2.2.3 Kesertaan ber KB

2.2.3.1 Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur

antara 15 – 49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami-istri yang

istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari

49 tahun tapi belum menopause (BKKBN, 2007). Tingkat kesertaan ber-KB

diukur dari angka persentase PUS yang menjadi peserta KB.

Page 27: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 15

Data BKKBN menunjukkan Pasangan Usia Subur di Indonesia berjumlah

37.766.883 pada tahun 2000, angka tersebut terus mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun yakni 46.315.818 pada tahun 2010 dan 48.370.542 pada

tahun 2012.

Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur (Ribuan) Tahun 2000-2012

Tahun PUS

2000 37.766.883

2010 46.315.818

2011 47.326.142

2012 48.370.542

Sumber data: Biren dan Ditlaptik, BKKBN

2.2.3.2 Contraceptive Prevalence Rate dan Mix Kontrasepsi Pengetahuan Mengenai Alat/Cara KB

Tabel 2.5 menunjukkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi untuk

semua wanita, wanita pernah kawin dan pria berstatus kawin. Hampir semua

wanita dan wanita pernah kawin di Indonesia (98 persen dan 99 persen)

pernah mendengar dan mengetahui paling tidak satu alat/cara KB. Persentase

ini relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak SDKI 2007.

Suntikan dan pil merupakan alat/cara KB yang paling dikenali dan diketahui

oleh wanita di Indonesia 96 persen. Diantara metode kontrasepsi modern,

kontrasepsi darurat yang diketahui adalah diafragma dan metode amenore

laktasi (MAL). Secara umum, pria kurang mengetahui tentang metode

kontrasepsi tertentu daripada wanita, kecuali untuk kontrasepsi kondom

dimana pengetahuan pria lebih tinggi daripada wanita.

Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB

Sumber data: SDKI 2012

Metode Semua Wanita

Wanita Berstatus Menikah

Wanita Umur Subur belum

Menikah Pria Berstatus

Kawin

Suatu Alat/Cara KB 98.0 99.0 90.7 97.3

Cara KB Modern 98.0 98.9 89.0 97.2 Sterilisasi Wanita 61.4 67.0 44.4 40.3 Sterilisasi Pria 33.7 37.7 25.4 30.6 Pil 95.6 97.3 87.7 93.0 IUD 75.8 82.3 68.2 65.1 Suntikan 95.9 98.0 83.0 92.5 Susuk KB 81.8 89.0 54.1 63.1 Kondom 83.1 84.4 84.9 87.0 Diafragma 10.7 10.5 9.5 7.8 Metode Amenore Laktasi (MAL) 21.6 23.8 22.8 7.7 Kontrasepsi Darurat 11.0 11.3 10.6 6.9

Cara KB tradisional 56.8 62.6 62.9 46.7 Jumlah wanita /pria 45,607 33,465 34 9,306

Page 28: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 16

Pemakaian Kontrasepsi dan Kecenderungannya

Tabel 2.6 menunjukkan bahwa 62 persen wanita berstatus kawin

menggunakan kontrasepsi. Metode tradisional tidak umum digunakan di

Indonesia; 58 persen wanita berstatus kawin umur 15-49 yang menggunakan

metode kontrasepsi modern dan 4 persen wanita berstatus kawin

menggunakan metode tradisional. Suntik KB adalah metode kontrasepsi yang

paling banyak digunakan, diikuti oleh pil (masing-masing sebesar 32 persen

dan 14 persen).

Program yang mendorong partisipasi pria untuk ber-KB telah dilakukan

selama beberapa tahun, namun penggunaan metode kontrasepsi ini masih

rendah. Hanya sedikit wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun yang

suaminya menggunakan kondom pria dan sanggama terputus (masing-masing

2 persen), dan 1 persen menggunakan pantang berkala. Selanjutnya, tingkat

penggunaan sterilisasi pria masih kurang dari 1 persen.

Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita

Sumber data: SDKI 2012

Pemakaian Kontrasepsi Menurut Karakteristik Latar Belakang

Tabel 2.7 menunjukkan bahwa angka prevalensi kontrasepsi hampir sama di

daerah perkotaan dan pedesaan (62 persen). Suntik KB digunakan oleh

wanita perkotaan dan perdesaan, tetapi wanita di perdesaan memiliki

persentase penggunaan suntik KB yang lebih besar daripada wanita di

perkotaan (masing-masing 35 persen dan 28 persen).

Penggunaan metode kontrasepsi juga bervariasi menurut tingkat pendidikan.

Suntik KB merupakan metode yang paling populer pada semua kategori

pendidikan wanita. IUD, kondom dan sterilisasi wanita lebih banyak

digunakan oleh wanita berstatus kawin dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.

Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini : Wanita

Cara Modern Cara Tradisional

Umur Suatu cara

Suatu cara

modern Sterilisasi

wanita Sterilisasi

Pria Pil IUD Suntik Susuk

KB Kondom MAL Lainnya

Suatu cara

tradisional Pantang berkala

Sanggama terputus Lainnya

Tidak pakai Total

Jumlah wanita

Semua wanita

15-19 6.3 6.2 0.0 0.0 1.2 0.1 4.9 0.1 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.1 0.0 93.7 100.0 6,927

20-24 36.2 35.4 0.0 0.0 6.5 1.2 25.5 1.6 0.6 0.0 0.0 0.8 0.1 0.6 0.1 63.8 100.0 6,305

25-29 55.0 52.2 0.2 0.0 11.2 2.1 34.2 2.8 1.7 0.0 0.0 2.7 0.7 1.9 0.1 45.0 100.0 6,959

30-34 60.2 56.7 1.3 0.1 13.4 3.4 32.7 3.6 2.0 0.1 0.0 3.6 1.1 2.1 0.3 39.8 100.0 6,876

35-39 62.9 57.9 3.8 0.2 14.3 4.2 29.5 3.8 2.0 0.0 0.0 5.0 1.5 3.1 0.4 37.1 100.0 6,882

40-44 58.6 53.5 5.8 0.1 13.7 5.2 23.5 3.6 1.5 0.0 0.0 5.1 2.0 2.4 0.6 41.4 100.0 6,252

45-49 39.8 36.3 7.0 0.5 9.4 5.1 11.6 1.5 1.1 0.0 0.0 3.6 1.3 1.7 0.5 60.2 100.0 5,407 Total 45.7 42.7 2.4 0.1 10.0 3.0 23.5 2.4 1.3 0.0 0.0 3.0 1.0 1.7 0.3 54.3 100.0 45,607

Wanita berstatus kawin

15-19 48.1 47.6 0.0 0.0 8.8 0.9 37.3 0.6 0.0 0.1 0.0 0.4 0.1 0.3 0.1 51.9 100.0 890

20-24 60.5 59.3 0.0 0.0 10.9 2.0 42.7 2.6 0.9 0.1 0.0 1.3 0.2 1.0 0.1 39.5 100.0 3,754

25-29 63.6 60.4 0.3 0.0 12.9 2.4 39.6 3.2 2.0 0.0 0.0 3.1 0.8 2.2 0.1 36.4 100.0 6,000

30-34 65.7 61.8 1.4 0.1 14.7 3.6 35.7 3.9 2.2 0.1 0.0 3.9 1.2 2.3 0.3 34.3 100.0 6,285

35-39 68.1 62.7 4.1 0.2 15.6 4.4 32.0 4.1 2.2 0.0 0.0 5.4 1.7 3.3 0.5 31.9 100.0 6,331

40-44 65.2 59.5 6.3 0.1 15.4 5.5 26.4 4.0 1.7 0.0 0.0 5.7 2.3 2.7 0.7 34.8 100.0 5,572

45-49 45.8 41.6 7.7 0.5 10.9 5.8 13.6 1.7 1.3 0.0 0.0 4.2 1.5 2.0 0.6 54.2 100.0 4,633 Total 61.9 57.9 3.2 0.2 13.6 3.9 31.9 3.3 1.8 0.0 0.0 4.0 1.3 2.3 0.4 38.1 100.0 33,465

Sumber: SDKI 2012

Page 29: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 17

Tabel 2.7 Pemakaian kontrasepsi masa kini menurut karakteristik latar belakang wanita berstatus kawin

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 2.14 menunjukkan pemakaian alat/cara KB meningkat hampir 1

persen per tahun selama periode sebelas tahun antara SDKI tahun 1991 dan

SDKI tahun 2002-2003. Selama satu dekade setelah SDKI tahun 2002-2003,

peningkatan pemakaian alat/cara KB kurang dari 2 persen.

Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR)

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012

Gambar 2.15 menunjukkan tingkat popularitas beberapa metode kontrasepsi

modern. Penggunaan IUD terus menurun selama 20 tahun terakhir, dari 28,3

persen pada tahun 1991 dan saat ini sebesar 6,7 persen. Di sisi lain,

penggunaan suntikan meningkat dari 24,9 persen pada tahun 1991 menjadi

55,1 persen pada 2012. Sementara pil adalah metode modern yang paling

umum digunakan pada tahun 1991 dan tahun 1994, serta suntik KB

Page 30: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 18

merupakan metode kontrasepsi modern yang paling populer digunakan sejak

SDKI tahun 1997.

Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern

Sumber data: SDKI 2012

Biaya Pemakaian Kontrasepsi

Berdasarkan SDKI 2012 sebanyak 23 persen dari seluruh pemakai

kontrasepsi memperoleh cara atau alat kontrasepsi dari tempat pelayanan

pemerintah, dan sebagian besar dari mereka (16 persen) membayar untuk

metode dan jasa pelayanannya.

Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi

Sumber data: SDKI 2012

Kemandirian pemakaian kontrasepsi menurut SDKI 2012 dua persen lebih

rendah dibandingkan dengan SDKI 2007 (masing-masing 89 persen dan 91

persen). Pemakai kontrasepsi suntik, pil dan kondom cenderung membayar

dalam mendapatkan alat/obat kontrasepsinya (masing-masing 96 persen, 95

persen dan 95 persen) dibandingkan pemakai alat/cara kontrasepsi lain. Dua

per tiga dari pemakai IUD, 62 persen pemakai sterilisasi pada wanita dan 55

persen dari pemakai implan membayar untuk mendapatkan alat/metode

kontrasepsinya.

Page 31: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 19

Tabel 2.8 juga menjelaskan tentang sumber pelayanan kontrasepsi yang

dikategorikan kedalam 3 tempat pelayanan yakni Pemerintah, Swasta, dan

Lainnya. Pelayanan kontrasepsi ini diarahkan pada kemandirian dan

partisipasi sektor swasta.

Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi di IndonesiaTahun 2012

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 2.16 menunjukkan beberapa alat/cara KB masih menjadi domainnya

pemerintah seperti sterilisasi wanita dan pria, selebihnya kebanyakan dilayani

oleh pihak swasta. Sedangkan alat kontrasepsi yang dapat diperoleh di toko

obat adalah pil dan kondom.

2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi (Unmet

Need)

Unmet need menggambarkan persentase wanita usia subur yang tidak

menggunakan alat/cara kontrasepsi namun menginginkan penundaan

kehamilan (penjarangan sampai dengan 24 bulan) atau berhenti sama sekali

(pembatasan).

Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-’03, 2007, 2012

Definisi unmet need pada SDKI tahun 2012 mengalami perubahan dari definisi

SDKI tahun 2007. Dalam rangka menyediakan data yang dapat dibandingkan,

maka telah dilakukan perhitungan total unmet need dengan menggunakan

definisi baru. Hasilnya terjadi penurunan unmet need pada wanita berstatus

Page 32: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 20

kawin umur 15-49 dari 17.0 persen pada tahun 1991, turun menjadi 15,3

persen pada tahun 1994, dan 11,4 persen pada tahun 2012.

Menurut SDKI 2012, kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet

need) pada wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun adalah 11,4 persen; 5

persen untuk penundaan kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi

kelahiran. Unmet need Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.11.

2.2.3.4 Alasan Tidak Memakai Kontrasepsi

Sebagian besar wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi pada saat

survey berkaitan dengan alasan fertilitas yaitu sebesar 40,2 persen. Diantara

mereka 19,1 persen adalah yang telah memasuki masa menopause, 9,2

persen ingin memiliki anak banyak, 7,4 persen abstinensi, 3 persen tidak

subur dan fatalistic 1,6 persen (lihat Gambar 2.18).

Gambar 2.19 Alasan tidak ingin memakai Kontrasepsi

Sumber data: SDKI 2012

Adapun wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi berkaitan dengan alasan

atau cara KB sebesar 23,4 persen, dimana 11,5 persen dari mereka adalah

yang takut dengan efek samping, 7,8 persen berkaitan dengan masalah

kesehatan, 2,3 persen merasa tidak nyaman menggunakan alat kontrasepsi, 1

persen menjadi gemuk atau kurus, dan selebihnya karena alasan kurangnya

akses dan biaya yang terlalu mahal.

2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif

Secara umum median lama menyusui di Indonesia adalah selama 21,4 bulan,

dengan durasi meannya selama 20,5 bulan. Namun demikian median durasi

ASI eksklusif kurang dari 1 bulan dengan durasi meannya 3 bulan. Seperti

dapat dilihat pada Gambar 2.19. Lampiran Tabel 2.12 untuk melihat Median

lama menyusui menurut Provinsi.

Page 33: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 21

Gambar 2.20 Rata-rata pemberian Asi Eksklusif untuk Semua Anak (bulan)

Sumber data: SDKI 2012

2.3 Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi

2.3.1 Kecenderungan dan Pola Mortalitas

Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)

Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Population

Prospect menurun dari 13 per 1000 penduduk pada periode tahun 1970 sampai

dengan 1975, menjadi 6 per 1000 penduduk pada periode tahun 2005 sampai

dengan 2010. Penurunan angka kematian kasar ini memberikan gambaran

peningkatan kesejahteraan penduduk, sebagai dampak dari kemajuan di bidang

kesehatan.

Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar di Indonesia

Sumber data: World Population Prospects The 2012 Revision, UN

Angka Kematian Bayi (Infant MortaIity Rate/IMR)

Kematian bayi menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan

sebelum mencapai umur tepat satu tahun. Angka kematian Bayi dapat dibagi

menjadi dua bagian yakni kematian neonatum dan post-neonatum. Kematian

Neonatum menggambarkan peluang untuk meninggal dalam bulan pertama setelah

lahir, sedangkan kematian post-neonatum menggambarkan peluang untuk setelah

bulan pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun.

Page 34: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 22

Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan Anak Tahun 1991-2012

Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Kematian bayi berusia di bawah satu tahun menurun dari 67,8 per 1000 kelahiran

hidup pada tahun 1991 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.

Berdasarkan data provinsi kasus kematian bayi tertinggi terdapat di Papua Barat (74

per 1000 kelahiran hidup) dan terendah di provinsi Kalimatan Timur (21 per 1000

kelahiran hidup). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Bayi menurut

Provinsi.

Angka Kematian Anak (1-4 Tahun)

Kematian anak menggambarkan peluang untuk meninggal antara umur satu tahun

dan sebelum tepat lima tahun. Gambar 2.21 menunjukan bahwa kematian anak usia

1-4 tahun telah turun sejak tahun 1991, dari 31,7 per 1000 kelahiran anak usia 1-4

tahun menjadi 9 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun pada tahun 2012. Provinsi

dengan angka kematian anak usia 1-4 tahun tertinggi adalah Papua (64 per 1000

anak usia 1-4 tahun) dan terendah adalah Jambi (3 per 1000 anak usia 1-4 tahun).

Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Anak menurut Provinsi.

Angka Kematian Balita (Under Five Mortality Rate/U5MR)

Kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan

sebelum umur tepat lima tahun. Pada tahun 1991, kasus kematian balita adalah

sebanyak 97,4 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun. Angka tersebut terus menurun

mencapai 40 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan

angka kematian balita tertinggi adalah Papua (115 per 1000 anak usia dibawah 5

tahun) dan terendah adalah Riau (28 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun). Lihat

Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Balita menurut Provinsi.

Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR)

Kasus Kematian Ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kelahiran

anak di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data SDKI, angka kematian ibu

mengalami tren penurunan dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 yakni 390

per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 1994, kemudian turun menjadi 228 per

Page 35: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 23

100,000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Jumlah tersebut pada tahun 2012

mengalami peningkatan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012

Sumber data: SDKI Tahun 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Angka Harapan Hidup (Life Expectancy)

Angka harapan hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani

oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Berdasarkan tren data SP, AHH

di Indonesia telah meningkat dari tahun 1971 yaitu 45,7 tahun menjadi 70,7 tahun

pada tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, AHH perempuan lebih tinggi (72,6

tahun) daripada AHH laki-laki (68,7 tahun).

AHH disetiap provinsi pada tahun 2010 (SP2010) berbeda-beda dari yang tertinggi

provinsi DKI Jakarta yaitu 74,7 tahun sampai dengan yang terendah provinsi

Gorontalo yaitu 63,2 tahun (lihat Lampiran Tabel 2.14 untuk AHH menurut Provinsi).

Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: SP Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010

2.3.2 Penyebab Kematian

Pada tahun 2011, berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI, jenis penyakit

dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia disebabkan oleh demam berdarah

dengue (DBD) yaitu sebanyak 816 jiwa. Kasus tertinggi terjadi di provinsi Jawa Barat

dengan 167 jiwa (data provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.15).

Page 36: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 24

Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan Penyebab Kematian tahun 2011

Sumber: Dirjen PP dan PL, Profil Kesehatan Indonesia 2012

2.4 Migrasi

2.4.1 Kecenderungan dan Pola Migrasi Risen

Berdasarkan SP tahun 2010, angka migrasi risen baik keluar maupun masuk

mengalami penurunan. Migrasi risen masuk pada tahun 2000 sebesar 5,536,317

jiwa, menurun menjadi 5,396,419 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi

risen keluar pada tahun 2000 adalah 5,440,239 jiwa, menurun menjadi 5,235,778

jiwa pada tahun 2010. Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Laki-

laki Migran masuk risen pada tahun 2010 berjumlah 2.830.114 jiwa, sedangkan

Perempuan berjumlah 2.566.305 jiwa.

Tabel 2.10 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, 2000-2010

Parameter 2000 2010 (1) (2) (3)

Migrasi Risen (jiwa):

Masuk 5.536.317 5.396.419

Keluar 5.440.239 5.235.778

Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010

Provinsi Jawa Barat mendapatkan migran masuk risen terbanyak yaitu 1,048,964

jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Maluku Utara (24,462 jiwa). Untuk migran

keluar risen terbanyak terdapat di Provinsi Jawa tengah (979,860 jiwa) dan yang

terendah adalah Maluku Utara (14,887 jiwa). Lihat Lampiran Tabel 2.16 untuk Angka

Migrasi Risen Menurut Provinsi.

2.4.2 Kecenderungan dan Pola Migrasi Seumur Hidup

Angka migrasi seumur hidup mengalami kenaikan baik keluar maupun masuk.

Migrasi seumur hidup masuk pada tahun 2000 adalah 20,260,484 jiwa, meningkat

menjadi 27,975,612 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi seumur hidup

keluar pada tahun 2000 adalah 20,161,012 jiwa, meningkat menjadi 27,736,130 jiwa

Jenis Penyakit Jumlah Penderita Jumlah Kematian

(1) (2) (3)

DBD 90.245 816

Pneumonia 549.708 609

Difteri 1.192 76

Tetanus Neonatorum 119 59

Leptospirosis 239 29

Diare 1.585 23

Flu Burung 9 9

Campak 15.987 4

Page 37: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 25

pada tahun 2010 (Lihat Lampiran Tabel 2.17 untuk Angka Migrasi Seumur Hidup

menurut Provinsi). Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Laki-

laki Migran masuk seumur hidup pada tahun 2010 berjumlah 14.736.632 jiwa,

sedangkan Perempuan berjumlah 13.238.980 jiwa.

Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010 Parameter 2000 2010

(1) (2) (3)

Migrasi Seumur Hidup (jiwa):

Masuk 20.260.484 27.975.612

Keluar 20.161.012 27.736.130

Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan migran masuk seumur hidup

terbanyak yaitu 5,225,271 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Gorontalo

(64,585 jiwa). Untuk migran keluar seumur hidup terbanyak terdapat di Provinsi Jawa

Tengah (6,829,637 jiwa) dan yang terendah adalah Papua (48,955 jiwa).

Page 38: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 26

PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN 3

3.1 Pencapaian Pembangunan Manusia

Persoalan pembangunan manusia di Indonesia sudah mendapat perhatian y a ng

serius. Berbagai masalah mengenai pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan

mulai terlihat bergeser dan berkembang ke arah kondisi yang lebih baik. Sebagai

gambaran tentang perkembangan tersebut, kondisi Indonesia dapat diperbandingkan

dengan negara ASEAN.

Indeks Pembangunan Manusia adalah salah satu indeks yang mengukur tentang

tingkat pembangunan manusia berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan

dan kesejahteraan. Pada tahun 2012 IPM Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187

Negara. IPM Indonesia antara tahun 1980 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan

sebesar 49 persen yakni dari 0,422 menjadi 0,629, angka tersebut menunjukkan rata-rata

peningkatan sebesar 1,3 persen setiap tahunnya.

Tabel 3.1 Tren IPM Indonesia Tahun 1980 – 2012

Tahun Life expectancy

at birth

Expected years of

schooling

Mean years of schooling

GNI per capita (2005

PPP$)

HDI value

1980 57.6 8.3 3.1 1,278 0.422

1985 60 9.3 3.5 1,478 0.456

1990 62.1 9.9 3.3 1,911 0.479

1995 64 9.9 4.2 2,630 0.525

2000 65.7 10.3 4.8 2,390 0.540

2005 67.1 11.2 5.3 2,950 0.575

2010 68.9 12.9 5.8 3,775 0.620

2011 69.4 12.9 5.8 3,973 0.624

2012 69.8 12.9 5.8 4,154 0.629

Sumber data: Human Development Report, UNDP

Tabel 3.1 Menunjukkan tren peningkatan pada masing-masing indikator IPM di

Indonesia. Harapan hidup saat lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2012 meningkat

sebesar 12,2 tahun, sedangkan lama waktu bersekolah yang diharapkan meningkat

sebesar 2,7 tahun dan diharapkan akan meningkat sampai dengan 4,6 tahun. Di

Indonesia Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per Kapita juga mengalami peningkatan

sekitar 225 persen antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2012.

Perbandingan IPM antar negara ASEAN menunjukkan disparitas yang cukup tinggi

sejak tahun 1990. Peningkatan IPM tidak secara langsung menggambarkan

peringkat kualitas pembangunan manusia. Sebagai contoh, meskipun selama dua

dekade IPM Myanmar telah meningkat secara signifikan, namun Myanmar tetap

menjadi negara dengan IPM terkecil dikawasan ASEAN. Angka IPM Myanmar

merupakan yang terkecil dibandingkan Negara ASEAN lainnya yaitu 0,498 pada tahun

2012. Peringkat terendah berikutnya adalah Laos dan Cambodia dengan nilai IPM di

tahun 2012 yakni 0,543. Di sisi lain, Negara-negara dengan nilai IPM tinggi di

kawasan ASEAN berturut-turut adalah Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia

masing-masing dengan IPM 0,895, 0,855, dan 0,769 untuk tahun 2012. Untuk

Page 39: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 27

Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke 6, dengan nilai capaian sebesar

0,629. Rata-rata IPM dunia tahun 2012 adalah 0,694 (gambar 3.1).

Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-Negara ASEAN

Tahun 1990-2012

Sumber data: Human Development Report, UNDP

Pada tahun 2011, IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada di

atas rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera dan

Bali (Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya dibawah rata-rata nasional,

kecuali Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sementara itu

daerah tertinggal seperti NTT, NTB dan Papua juga telah mengalami kemajuan

tingkat IPM yang lebih pesat dibanding daerah lainnya. Hal ini seperti yang tersaji

dalam lampiran Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Indonesia tahun

1996 – 2011. Untuk lebih jelasnya tentang IPM Provinsi dapat dilihat pada Lampiran

Tabel 3.1.

3.2 Pembangunan Gender

Indeks ketimpangan gender (Gender Inequality Index) mencerminkan ketimpangan

perempuan yang dilihat dalam tiga dimensi yaitu kesehatan reproduksi,

pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja. Indeks yang terbentuk menunjukkan kehilangan

dalam pembangunan manusia yang diakibatkan oleh adanya perbedaan gender.

Nilainya berkisar dari 0, yang menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki

kehilangan kesempatan yang sama, dan 1, yang menunjukkan bahwa perempuan

kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Dimensi kesehatan diukur menggunakan dua indikator yaitu tingkat kematian ibu

(maternal mortality rate) dan tingkat kesuburan remaja (adolescent fertility rate).

Dimensi pemberdayaan juga didekati dengan dua indikator yaitu proporsi kursi

parlemen dipegang oleh laki-laki atau perempuan, dan capaian tingkat pendidikan

menengah dan tinggi dari tiap gender. Dimensi tenaga kerja diukur dengan

partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Indeks Ketimpangan Gender (IKG)

dirancang untuk mengungkapkan sejauh mana prestasi nasional dalam aspek

pembangunan manusia yang hilang akibat adanya perlakuan ketidaksetaraan gender,

dan juga untuk menyediakan data empiris untuk analisis kebijakan dan upaya

advokasi.

Page 40: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 28

Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender

di Negara-negara ASEAN Tahun 1995-2011

Sumber data: Human Development Report

(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahun 2012)

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh HDR (Human Development Report), dalam

kurun waktu 15 tahun telah terjadi penurunan indeks ketimpangan gender di kawasan

Negara-negara ASEAN. Hal ini berarti telah terjadi penurunan ketimpangan akibat

adanya perbedaan gender.

Gambar 3.3 Perkembangan IPG di Indonesia

Periode Tahun 2004-2011

Sumber data: BPS

Secara umum pencapaian pembangunan gender di Indonesia dari waktu ke waktu

memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini dapat diindikasikan

dengan adanya peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) selama kurun

waktu 2004-2011 (Gambar 3.3). Pada tahun 2004 IPG secara nasional telah

mencapai 63,94, kemudian naik menjadi 65,81 pada tahun 2007 dan bergerak

naik lagi secara perlahan hingga menjadi 67,80 pada tahun 2011.

Page 41: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 29

Tabel 3.2 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), 2004-2011

Sumber data: BPS

Sedangkan bila dilihat kondisi di Provinsi berdasarkan Rasio IPM dan IPG, maka

Provinsi yang mempunyai Rasio IPG 2011 tertinggi berada pada provinsi NTT dan

yang terendah adalah provinsi Kepulauan Riau (85,37 persen). Data IPG di setiap

Provinsi tersaji dalam Lampiran Tabel 3.2.

3.3 Penduduk Rentan

Informasi berkaitan dengan kesulitan fungsional dapat digunakan sebagai

pendekatan dalam menentukan program kebijakan pembangunan yang berkaitan

dengan penyandang cacat. Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan,

dengan tingkat ringan maupun parah. Jumlah terbanyak dari kesulitan yang dialami

penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2010 adalah berjalan atau naik tangga

yakni sebesar 654,600 orang. Sementara tingkat kesulitan terendah yang dialami

penduduk adalah mendengar yakni sebanyak 456,047 orang (data Provinsi dapat

dilihat pada Lampiran Tabel 3.3).

Tabel 3.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang mengalami Kesulitan

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

Sedikit Parah

(1)= (2)= (3)= (4)= (5)=(2)+(3)+(4)

Melihat 185.019.345 5.312.946 506.878 190.839.169

Mendengar 187.814.898 2.568.224 456.047 190.839.169

Berjalan atau Naik Tangga 187.751.495 2.432.094 654.600 190.838.189

Berkonsentrasi/Berkomunikasi

karena Kondisi Fisik/Mental

188.094.775 2.126.192 616.202 190.837.169

Mengurus Diri Sendiri 188.795.687 1.510.606 532.876 190.839.169

JumlahTidak ada

Kesulitan

Ada kesulitanKesulitan

Page 42: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 30

3.4 Ketersediaan Pelayanan

3.4.1 Kesehatan

Tenaga Kesehatan (Dokter dan Bidan)

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian

Kesehatan, diketahui bahwa jumlah tenaga Dokter yang terdiri dari dokter spesialis,

dokter umum, dan dokter gigi, mengalami peningkatan dari 42.467 Dokter pada

tahun 2010 menjadi 59.492 Dokter pada tahun 2011. Jumlah tersebut sama dengan

dengan 24,7 Dokter per 100.000 Penduduk pada tahun 2011.

Jumlah Bidan juga mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir yakni 93.889

Bidan pada tahun 2009, kemudian meningkat menjadi 96.551 Bidan pada tahun

2009, dan 124.164 Bidan pada tahun 2011. Jumlah tersebut setara dengan 51,5

Bidan per 100.000 penduduk pada tahun 2011.

Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan tahun 2008 – 2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2008, 2009, 2010, 2011

Berdasarkan wilayah diketahui bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki tenaga Dokter

terbanyak yakni 7.829 Dokter pada tahun 2011, sedangkan provinsi dengan jumlah

Dokter terendah berada pada Provinsi Papua Barat yakni 243 Dokter. Kondisi yang

sama juga terjadi pada jumlah Bidan, dimana provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah

Bidan terbanyak yakni 15.833 Bidan pada tahun 2011, sedangkan Papua Barat

berada pada provinsi dengan kepemilikan Bidan terendah yakni 600 Bidan. Lihat

Lampiran Tabel 3.4 untuk Sumber daya manusia Kesehatan menurut Provinsi.

Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu sumber layanan

kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah Puskesmas

tercatat sebanyak 8.234 pada tahun 2007, meningkat menjadi 8.548 Puskesmas

pada tahun 2008, dan 9.321 Puskesmas pada tahun 2011.

Page 43: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 31

Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas tahun 2007-2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2008, 2009, 2011

Berdasarkan wilayah, jumlah Puskesmas terbanyak berada pada Provinsi Jawa

Barat yakni sejumlah 1.046 Puskesmas, sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung memiliki jumlah Puskesmas terendah yakni 58 Puskesmas (lihat Lampiran

Tabel 3.5).

Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit tahun 2007-2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2007, 2008, 2009, 2011

Pada tahun 2011 jumlah Rumah Sakit (RS Umum dan RS Khusus) di Indonesia juga

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat Gambar 3.6). Pada tahun 2007

jumlah Rumah Sakit tercatat sebanyak 1.319 Rumah Sakit, meningkat menjadi

1.371 pada tahun 2008, dan 1.721 pada tahun 2011 (Profil Kesehatan Indonesia).

Sementara berdasarkan wilayah, jumlah RS terendah berada pada Provinsi Sulawesi

Barat yakni 7 Rumah Sakit, sedangkan jumlah RS terbanyak berada pada Provinsi

Jawa Tengah yakni 225 Rumah Sakit. Lihat Lampiran Tabel 3.5 untuk Sarana

Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) menurut Provinsi.

Klinik Keluarga Berencana (KB)

Klinik pelayanan KB baik melalui jalur pemerintah maupun swasta terus mengalami

kenaikan. Data BKKBN menunjukkan pada tahun 2010 klinik pelayanan KB melalui

jalur pemerintah berjumlah 20.050 klinik, meningkat menjadi 21.609 klinik pada tahun

2013. Kondisi yang sama juga terjadi pada klinik pelayanan KB jalur swasta, dimana

Page 44: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 32

terjadi peningkatan yakni dari 3.876 klinik pada tahun 2010, menjadi 4.680 klinik

pada tahun 2013. Lihat Lampiran Tabel 3.6 untuk klinik pelayanan KB menurut

Provinsi.

Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia

Sumber data: Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN 2010-2013

*) Data sampai dengan bulan Agustus 2013

3.4.2 Pendidikan Sarana Pendidikan (Sekolah)

Tren jumlah Sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) maupun pada Kementerian Agama (Kemenag) pada tahun

2008/2009-2010/2011 terus mengalami peningkatan. Sekolah yang dimaksud di sini

adalah tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah

Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs),

Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah

Aliyah (MA).

Berdasarkan data statistik indonesia jumlah Sekolah Dasar (SD) di indonesia tercatat

sebanyak 146.804 pada tahun ajaran 2010/2011, jumlah tersebut merupakan yang

terbanyak dari semua jenis sekolah baik pada tingkatan pendidikan dasar maupun

lanjutan. Sedangkan sekolah dengan jumlah sarana terendah adalah Madrasah

Aliyah (MA) yakni sebanyak 6.426 pada tahun ajaran 2010/2011.

Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011

Sumber data: Statistik Indonesia 2012

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

2010 2011 2012 2013*)

20.050 20.480 21.037 21.647

3.876 3.970 4.344 4.684

Klinik Pemerintah Klinik Swasta

Page 45: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 33

Provinsi Jawa Timur pada tahun ajaran 2010/2011 memiliki jumlah Sekolah Dasar

tertinggi sebesar 19.923. Sedangkan pada tahun tahun sebelumnya Jawa Barat

yang memiliki jumlah Sekolah Dasar terbanyak. Lebih lanjut tentang Sarana

Pendidikan menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.7.

Rasio Penduduk Usia Sekolah Per Sekolah

Rasio penduduk usia sekolah per sekolah yang diolah dari data sensus tahun 2010

(jumlah penduduk) dan statistik indonesia (jumlah sekolah) untuk tingkat sekolah

dasar adalah 168 siswa per sekolah dasar. Jumlah tersebut menjadi lebih tinggi

pada sekolah-sekolah tingkat lanjutan yakni 305 siswa dan 491 siswa per sekolah

untuk tingkat SMP dan SMA. Sementara Rasio tertinggi berada pada tingkat

perguruan tinggi, yakni 7.504 siswa per perguruan tinggi. Selengkapnya untuk rasio

penduduk Usia sekolah per sekolah menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran

Tabel 3.8.

Tabel 3.4 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah Di Indonesia tahun 2009/2010

Sumber data: SP 2010, Statistik Indonesia 2012 - BPS RI

Tenaga Pengajar

Jumlah guru menurut Statistik Indonesia 2012, tertinggi yaitu jumlah guru Sekolah

Dasar (SD) sebanyak 1.501.236 pada tahun ajaran 2010/2011 dan jumlah guru

paling sedikit yaitu Madrasah Aliyah (MA) sebesar 112.793 pada tahun ajaran

2008/2009.

Gambar 3.9 Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011

Sumber data: Statistik Indonesia 2012

5-6 (TK) 9.126.057 67.550 135,1

7-12 (SD/MI) 27.804.900 165.491 168,0

13-15 (SMP/MTs) 13.408.650 43.888 305,5

16-18 (SMA/SMK/MA) 12.455.244 25.332 491,7

19-24 (PT) 23.902.077 3.185 7504,6

Jumlah 86.696.928 305.446 283,8

Jumlah Sekolah

2009/2010RasioKelompok Umur

Jumlah Penduduk

Usia Sekolah

Page 46: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 34

Dari Statistik Indonesia 2012, rata-rata tenaga pengajar terbanyak yaitu guru

Sekolah Dasar (SD) dan Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah tenaga pengajar

terbanyak. Pada tahun ajaran 2010/2011 tenaga pengajar Sekolah Dasar (SD)

berjumlah 207.535. Data tentang Tenaga Pengajar (Guru) menurut Provinsi dapat

dilihat pada Lampiran Tabel 3.9.

3.4.3 Sanitasi dan air bersih

Rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri terus meningkat

menjadi 65,20 persen pada tahun 2011 dan persentase rumah tangga yang tidak

memiliki fasiltas buang air besar terus menurun menjadi 17,78 persen pada tahun

yang sama (Persentase fasilitas buang air besar dalam rumah tangga menurut

Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.10).

Gambar 3.10 Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Sementara itu, rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri sudah

melebihi 50 persen. Hanya saja dari data statistik kesejahteraan rakyat, persentase

rumah tangga yang memiliki fasiltas air minum sendiri mengalami penurunan dari 60

persen pada tahun 2010 menjadi 58,69 persen tahun 2011. Sedangkan, rumah

tangga yang menggunakan fasilitas air minum bersama dan tidak memiliki fasilitas

sama sekali mengalami peningkatan dari survey sebelumnya (Persentase fasilitas

buang air besar dalam rumah tangga menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran

Tabel 3.11).

Page 47: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 35

Gambar 3.11 Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

3.4.5 Listrik

Rumah tangga yang menggunakan Listrik PLN sebagai sumber penerangan

mengalami peningkatan menjadi 92.08 persen pada tahun 2012. Pada tahun yang

sama, dari hasil survey Sosial Ekonomi Nasional sebanyak 3,84 persen rumah

tangga menggunakan Listrik Non PLN, dan sebanyak 4,08 persen memakai

penerangan lainnya.

Gambar 3.12 Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Lebih lanjut tentang Persentase sumber penerangan dalam rumah tangga dapat

dilihat pada Lampiran Tabel 3.12.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2008 2009 2010 2011 2012

89,46 89,29 89,47 90,51 92,08

3,27 4,25 4,68 4,32 3,847,27 6,45 5,85 5,17 4,08

Listrik PLN Listrik Non-PLN Lainnya

Page 48: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 36

3.5 Kesehatan 3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

3.5.1.1 Pubertas

Pengetahuan dan Pengalaman Pubertas

Menurut data SKRRI 2012, hanya satu dari sepuluh remaja pria dan wanita

tidak dapat menyebutkan perubahan fisik pada seorang anak pria dan wanita

pada saat pubertas. Pria kurang mengetahui tanda-tanda pubertas pada

seorang wanita dibandingkan dengan wanita. Dua puluh persen remaja pria

dan 5 persen remaja wanita tidak mampu menyebutkan tanda-tanda pubertas

pada seorang wanita. Sebagian pria mengetahui perubahan fisik sebagai

tanda pubertas seorang pria adalah pertumbuhan rambut di bagian wajah,

kemaluan, dan ketiak. Sedangkan wanita yang mengetahui tanda-tanda

pubertas pada pria adalah perubahan suara 69 persen, pertumbuhan buah

jakun 53 persen, dan pertumbuhan rambut di bagian tubuh 43 persen.

Sebagian besar wanita 83 persen lebih sering menyebutkan menstruasi dan

pertumbuhan buah dada sebagai tanda-tanda pubertas pada seorang anak

wanita dari pada pria 73 persen. Sebagian besar pria mengetahui tanda-tanda

pubertas pada wanita adalah pertumbuhan buah dada 58 persen dan

menstruasi 43 persen.

Tabel 3.5 Persentase Pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas

Sumber data: SKRRI 2012

Indikator perubahan fisik

Wanita belum kawin

Pria belum kawin

15 – 19 tahun

20 – 24 tahun Jumlah

15 – 19 tahun

20 – 24 tahun Jumlah

Remaja pria

Pertumbuhan otot 22,4 29,3 24,4

18,4 22,7 20,0 Perubahan suara 69,3 66,7 68,6

50,3 45,5 48,5 Pertumbuhan rambut di muka, sekitar kemaluan, dada, kaki, lengan

43,4 42,5 43,1

50,2 49,7 50,0

Meningkatnya gairah seksual 3,1 6,0 3,9

4,8 8,1 6,1 Mimpi basah 28,8 32,0 29,7

34,6 32,9 34,0 Tumbuh jakun 55,4 46,5 52,9

35,3 23,2 30,7 Pengerasan putting susu 0,4 0,9 0,5

0,4 0,6 0,5 Lainnya 8,3 13,8 9,9

20,5 25,0 22,2 Tidak tahu tanda apapun 10,1 9,6 10,0

11,1 10,2 10,8 Remaja wanita

Pertumbuhan rambut pada sekitar kemaluan, ketiak 31,7 31,7 31,7

22,0 21,8 21,9 Pertumbuhan buah dada 72,4 73,9 72,8

57,3 58,9 57,9 Pertumbuhan paha 28,8 21,8 26,8

19,4 15,7 18,0 Meningkatnya gairah seksual 3,0 6,3 3,9

2,8 3,9 3,2 Haid 81,9 85,1 82,8

42,4 44,5 43,2 Lainnya 11,9 14,5 12,6

12,4 14,8 13,3 Tidak tahu tanda apapun 4,7 4,8 4,7

21,2 19,2 20,4 Jumlah 6.018 2.401 8.419

6.835 4.145 10.980

Page 49: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 37

Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Pada Pubertas

Data SKRRI 2012, menunjukkan bahwa wanita umur 15-24 cenderung

menyebutkan guru sebagai sumber pengetahuan tentang perubahan fisik 61

persen. Sumber informasi dari guru ini lebih dominan dijumpai pada remaja

wanita pada kelompok umur 15-19 tahun 66 persen. Sumber informasi

perubahan fisik yang lain bagi remaja wanita diperoleh dari teman dan media

bacaan masing-masing 29 persen dan 25 persen. Bagi remaja pria cenderung

lebih menyebutkan teman dan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik

remaja masing-masing 48 persen dan 46 persen. Pada kelompok umur 20-24

tahun mereka lebih dominan 54 persen menyebutkan teman sebagai sumber

informasi, sedangkan pada kelompok umur 15-19 tahun cenderung lebih

menyebutkan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik remaja. Dari

SKRRI 2012 ini nampak ada perubahan pola sumber informasi perubahan fisik

yang diterima remaja wanita dibandingkan dengan survei SKRRI tahun 2007.

Pada survei SKRRI 2012, sumber informasi tentang perubahan fisik yang

dominan adalah guru diikuti oleh teman, sedangkan dari survei sebelumnya

sumber informasi perubahan fisik yang dominan adalah guru.

Tabel 3.6 PersentaseSumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas

Sumber data: SKRRI 2012

Menstruasi

Berdasarkan hasil SKRRI 2012, menstruasi pertama kali dialami oleh 29

persen pada umur 13 tahun, 24 persen pada umur 14 tahun, dan 23 persen

pada umur 12 tahun. Ada fenomena yang menarik, 7 persen wanita

mengalami haid pertamanya pada umur 10-11 tahun. Hanya sedikit sekali (0,5

persen) remaja wanita yang belum mendapat menstruasi. Secara

keseluruhan, 89 persen wanita mengalami haid pertama pada umur 12-15

tahun. Temuan ini serupa dengan studi yang dilaksanakan oleh Lembaga

Demografi Universitas Indonesia yang menunjukkan bahwa 84 persen wanita

mengalami haid pertama pada umur 12-15 tahun (Lembaga Demografi

Sumber informasi

Wanita belum kawin Pria belum kawin

15 – 19 tahun

20 – 24 tahun Jumlah

15 – 19 tahun

20 – 24 tahun Jumlah

Teman 27,3 34,3 29,3 43,7 53,8 47,5 Ibu 16,1 21,3 17,6 3,4 3,9 3,6 Ayah 1,4 3,4 2,0 2,4 2,5 2,5 Saudara kandung 4,2 5,4 4,6 1,3 1,8 1,5 Kerabat 3,9 6,1 4,5 2,0 2,4 2,1 Guru 65,7 48,9 60,9 53,0 33,1 45,5 Petugas kesehatan 2,1 3,3 2,5 0,9 2,2 1,4 Pemimpin agama 1,8 1,9 1,8 3,0 3,5 3,2 Televisi 6,7 11,1 8,0 10,0 13,9 11,5 Radio 1,4 2,8 1,8 1,8 3,1 2,3 Buku/majalah/surat kabar 23,5 27,6 24,7

13,3 14,9 13,9

Internet 4,5 7,6 5,4 4,5 6,2 5,1 Lainnya 12,5 19,7 14,5 13,8 23,5 17,5 Tidak satupun 1,2 1,9 1,4 2,1 2,9 2,4

Jumlah 6.018 2.401 8.419 6.835 4.145 10.980

Page 50: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 38

Universitas Indonesia, et al. 2002). Sebagian besar wanita 53 persen

membicarakan pengalaman haid pertama mereka dengan teman dan 41

persen dengan ibunya.

Tabel 3.7 Persentase Umur remaja wanita

pertama kali mendapat haid

Sumber data: SDKI 2012

3.5.1.2 Kespro Pra Nikah

Pengetahuan tentang Anemia

Pada SKRRI 2007 tiga kategori pengetahuan anemia yaitu hemoglobin (Hb)

rendah, kekurangan zat besi, dan kekurangan sel darah merah yang

dilaporkan remaja wanita dan pria tidak lebih dari 25 persen. Rendahnya

pengetahuan wanita tentang anemia jelas akan berdampak pada risiko

pengalaman kesehatan reproduksi mereka kelak. Risiko anemia pada remaja

lebih tinggi terjadi pada waktu seorang wanita hamil. Anemia memungkinkan

terjadinya peningkatan risiko kematian pada wanita penderita anemia yang

mengalami pendarahan berat, juga risiko memiliki berat bayi lahir rendah

(BBLR) dan bayi dengan kelainan bawaan lahir. Risiko anemia tidak hanya

terjadi pada wanita, tetapi juga pria.

Menurut data SDKI tahun 20012, sebagian besar wanita dan pria memiliki

persepsi yang kurang benar tentang anemia. Baik wanita maupun pria

memiliki persepsi bahwa anemia adalah kekurangan darah. Persepsi tidak

benar bahwa anemia adalah kurang darah terjadi pada 69 persen wanita dan

56 persen pria. Hanya 25 persen wanita dan 11 persen pria yang dapat

menjawab dengan benar pertanyaan tentang arti anemia. Kondisi

pengetahuan remaja tentang anemia tahun 2012 masih tidak lebih baik

dibandingkan dengan kondisi mereka pada tahun 2007.

Umur saat survei (tahun)

Umur saat mendapat haid pertama (tahun) Tidak

menjawab

Tidak pernah

haid < 10 11 12 13 14 15 16 17+

15 2,3 8,1 26,2 39,1 19,9 3,0 0,1 0,2 0,0 0,9 16 1,7 6,8 23,7 30,7 25,2 10,3 0,7 0,0 0,4 0,4 17 2,1 4,3 22,2 24,8 28,9 14,8 2,5 0,3 0,0 0,2 18 1,2 4,4 22,6 29,0 22,3 15,8 3,1 1,4 0,0 0,1 19 1,2 2,7 22,5 24,1 27,2 16,8 4,7 0,7 0,1 0,0 20 0,7 4,1 21,6 28,7 22,6 14,4 5,6 2,1 0,0 0,2 21 1,8 3,8 16,8 27,9 25,3 15,2 6,0 3,3 0,0 0,0 22 0,3 6,4 19,7 25,0 24,5 15,6 5,3 2,6 0,2 0,3 23 3,7 2,0 22,9 25,8 22,1 15,5 3,8 3,3 0,8 0,0 24 1,9 4,5 21,4 25,6 19,7 15,9 6,5 3,5 1,0 0,0

Jumlah 1,7 5,2 22,7 29,3 24,1 12,4 3,0 1,1 0,2 0,3

Page 51: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 39

Tabel 3.8 Persentase pengetahuan remaja tentang anemia

Sumber data: SKRRI 2012

3.5.1.3 Pengetahuan HIV/AIDS dan IMS

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Jenis virus ini merusak

sistem kekebalan tubuh seseorang membuat tubuh lebih rentan, sulit sembuh

dari berbagai penyakit opurtunistik yang dapat mengalami kematian.

Gambar 3.13 Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49 yang Pernah Mendengar AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia 2012

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 3.13 menunjukkan rendahnya pendidikan berpengaruh pada

pengetahuan seseorang terhadap AIDS. Semakin tinggi pendidikannya

semakin luas pengetahuan terhadap informasi tentang AIDS. Perilaku seks

bebas dan penyalahgunaan narkotika jenis suntik dapat menyebabkan

seseorang terkena penyakit tersebut. Segmentasi penyebaran penyakit ini

terjadi pada mereka yang berpendidikan rendah dan berperilaku negatif,

meskipun ada beberapa kasus seseorang kena AIDS karena kelalaian medis

(pengggunaan jarum suntik).

16

2938

52

62

75

8590

96 9899 99

wanita 15-49 tahun pria kawin 15-54 tahun

Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD

Tidak Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMA+

Persepsi tentang anemia

Wanita belum kawin (umur) Pria belum kawin (umur)

15 – 19 20 – 24 Jumlah 15 – 19 20 – 24 Jumlah

Hemoglobin rendah (Hb) 3,5 5,8 4,2

1,6 2,2 1,8 Kurang zat besi 4,6 9,5 6,2 1,7 3,3 2,3 Kurang sel darah merah 13,7 16,0 14,5

6,5 6,9 6,7

Kurang darah 65,3 75,4 68,5 49,0 66,5 56,2 Kurang vitamin 2,2 1,8 2,1 1,0 1,1 1,1 Tekanan darah rendah 2,4 3,0 2,6 0,8 1,9 1,3 Lainnya 4,5 4,0 4,3 8,5 7,3 8,0 Tidak tahu 17,1 5,9 13,5 37,5 20,5 30,5 Tidak menjawab 0,0 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1

Jumlah 4.401 2.074 6.475 3.759 2.630 6.389

Page 52: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 40

3.5.2 Kesehatan Anak

3.5.2.1 Cakupan Imunisasi

Menurut WHO, anak dinyatakan telah diimunisasi lengkap apabila telah

mendapatkan satu kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), tiga kali

imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.

Secara nasional, persentase cakupan imunisasi lengkap tanpa pemberian

hepatitis B anak umur 12 - 23 bulan meningkat dalam tiga periode SDKI yaitu

2002/2003, 2007 dan 2012.

Tabel 3.9 Tren Cakupan Imunisasi Lengkap

Tanpa Hepatitis B di Indonesia tahun 2003-2012

Sumber data: SDKI 2002/2003, SDKI 2007 dan SDKI 2012

Terjadi perubahan definisi cakupan imunisasi dalam SDKI 2012. Dalam SDKI

2012, seorang anak dikategorikan menerima imunisasi lengkap jika telah

menerima 1 kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), 3 kali imunisasi

DPT, 3 kali imunisasi polio, 1 kali imunisasi campak serta 4 kali vaksin

Hepatitis B. Persentase anak umur 12 - 23 bulan yang mendapatkan imunisasi

lengkap termasuk hepatitis B sebesar 40,3 persen. Sedangkan persentase

anak yang telah hepatitis 3 sebesar 42,4 persen (Lihat Lampiran Tabel 3.13

untuk Cakupan Imunisasi pada Balita menurut Provinsi).

3.5.2.2 Pemberian Makan Pada Anak (ASI dan Makanan pendamping

ASI)

Pemberian makanan yang benar sangat penting bagi kelangsungan hidup,

pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan bayi dan anak balita. Air susu

ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam enam bulan

pertama setelah dilahirkan. Setelah anak berusia enam bulan sesuai dengan

proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka ASI harus ditambahkan

dengan cairan lain dan makan padat yang memberikan gizi yang memadai.

Cairan dan makan padat tersebut biasanya disebut makanan pendamping ASI

(MPASI), yang diberikan sampai anak berumur dua tahun.

Imunisasi SDKI 2003 SDKI 2007 SDKI 2012

BCG 82,5 85,4 89,3

DPT 3 58,3 66,7 72

Polio 3 66,1 73,5 75,9

Campak 71,6 76,4 80,1

Total 51,5 58,6 65,6

Page 53: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 41

Tabel 3.10 Persentase Pemberian ASI dan Makanan pendamping ASI menurut kelompok umur, Indonesia tahun 2007-2012

Sumber data: SDKI 2007, 2012

Tabel 3.11 menunjukkan persentase bayi yang menerima ASI ekslusif terus

menurun setelah 2 bulan pertama. Sedangkan persentase bayi yang

menerima makanan tambahan lainnya terus meningkat setelah enam bulan

pertama. Secara nasional terjadi peningkatan persentase pemberian ASI

ekslusif kepada bayi sampai dengan umur 4-5 bulan dalam SDKI 2012

dibandingkan SDKI 2007. Peningkatan yang sama juga terjadi pada

pemberian makanan tambahan kepada bayi setelah enam bulan pertama.

3.5.3 Kesehatan Ibu

Kesehatan ibu yang dalam hal ini adalah ibu hamil dipengaruhi oleh pemeriksaan

kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan, perawatan masa nifas, serta

masalah akses pelayanan kesehatan yang meliputi tempat layanan dan tenaga

medis. Selain itu, kesehatan ibu hamil berkaitan erat dengan jumlah ibu hamil.

3.5.3.1 Jumlah Ibu Hamil

Sarana layanan kesehatan dan jumlah tenaga medis sebaiknya

memperhatikan jumlah ibu hamil, karena semakin tinggi jumlah ibu hamil

maka akan semakin besar pula resiko komplikasi kehamilan dan persalinan,

sarana layanan kesehatan, serta jumlah tenaga medis yang dibutuhkan.

Jumlah persentase ibu hamil Indonesia sebesar 4,3 persen berdasarkan

jumlah total dari WUS yang berhasil diwawancarai, yaitu 45.607 wanita.

Sedangkan persentase wanita hamil menurut provinsi dapat dilihat pada

Lampiran Tabel 3.14.

3.5.3.2 Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan)

Di Indonesia, pemeriksaan kehamilan didefinisikan sebagai pelayanan

kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis profesional (dokter umum,

dokter ahli kebidanan dan kandungan, perawat, bidan, atau bidan di desa).

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan

paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan,

menurut jadwal 1-1-2 yaitu: paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester

pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester kedua, dan paling

sedikit dua kali kunjungan dalam trisemester ketiga. Pemeriksaan kehamilan

meliputi; tenaga pemeriksa kehamilan, jumlah kunjungan pemeriksaan

Umur (bulan)

Asi Ekslusif Makanan tambahan

lainnya

SDKI 2007 SDKI 2012 SDKI 2007 SDKI 2012

0-1 48,3 50,8 12,2 9,6

2-3 34,4 48,9 27,2 16,7

4-5 17,8 27,1 48,1 43,9

6-8 5,5 3,4 73,2 78,8

9-11 0,8 1,1 79,1 76,8

12-17 0,5 1,0 76,4 72,8

18-23 0,7 0,7 55,5 58,4

Page 54: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 42

kehamilan dan saat kunjungan pertama, serta komponen pemeriksaan

kehamilan.

Tabel 3.11 Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan

Sumber data: SDKI 2012

Tabel 3.12 di atas memperlihatkan bahwa 93 persen ibu hamil yang tinggal di

perkotaan dan 83 persen ibu hamil yang tinggal di perdesaan melakukan

kunjungan pemeriksaan kehamilan lebih dari empat kali. Mayoritas dari ibu

hamil yang tinggal di perkotaan (85 persen) dan perdesaan (76 persen)

melakukan kunjungan pertama untuk pemeriksaan pada usia kehamilan

kurang dari empat bulan.

Pada Tabel 3.13 dapat dilihat bahwa cakupan pemeriksaan kehamilan

mencapai 90 persen atau lebih tinggi dalam semua kelompok. Namun

terkecuali ibu yang urutan kehamilan ke enam atau lebih (83 persen), dan ibu

yang tidak sekolah dan tidak tamat SD (masing-masing 64 persen dan 89

persen), dan ibu dengan indeks kekayaan kuintil terbawah (87 persen).

Perkotaan Perdesaan

Tidak pernah 1,3 4,8 3,1

1 0,9 2,2 1,6

2-3 4,6 9,1 6,9

4+ 92,7 82,9 87,8

Tidak tahu/tidak terjawab 0,6 0,9 0,7

Jumlah 100 100 100

Paling sedikit sekali kunjungan selama trimester I,

atau trimester II, dan paling sedikit 2 kali

kunjungan selama trimester III

79,6 67,5 73,5

Tidak diperiksa 1,3 4,8 3,1

<4 84,8 76,2 80,4

4-5 10,7 12,7 11,7

6-7 2,6 4,3 3,5

8+ 0,4 1,3 0,9

Tidak tahu/tidak terjawab 0,2 0,6 0,4

Jumlah 100 100 100

Jumlah wanita 7,358 7,424 14,782

Median bulan umur kandungan pada kunjungan

pertama (untuk ibu yang melakukan pemeriksaan

kehamilan)

2,1 2,6 2,4

Jumlah wanita melakukan pemeriksaan

kehamilan7,26 7,066 14,327

Daerah tempat tinggalJumlah dan waktu kunjungan pemeriksaan Jumlah

Jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan

Umur kandungan dalam bulan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan

kehamilan

Page 55: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 43

Tabel 3.12 Persentase pemeriksaan kehamilan

Sumber data: SDKI 2012

Komponen pemeriksaan kehamilan meliputi: informasi tentang tanda-tanda

komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, pemeriksaan darah. Tabel berikut

ini menyajikan tentang komponen pemeriksaan kehamilan.

Tabel 3.14 memperlihatkan bahwa jumlah ibu hamil yang tinggal di perkotaan

cenderung lebih tinggi dalam hal mencari informasi tentang tanda-tanda

komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, serta pemeriksaan darah.

<20 1,0 8,3 85,4 1,5 0,6 0,1 3,0 100 94,7 1,33

20-34 1,5 20,3 74,4 0,7 0,4 0,4 2,4 100 96,1 11,05

35-49 1,5 19,1 73,7 0,7 0,2 0,9 4,0 100 94,3 2,41

1,00 1,5 20,0 76,3 0,4 0,3 0,1 1,4 100 97,7 5,54

2-3 1,4 20,7 73,9 0,7 0,5 0,5 2,3 100 96,0 7,12

4-5 1,6 13,0 77,0 1,6 0,5 1,2 5,1 100 91,6 1,59

6+ 1,4 4,4 76,8 2,6 0,3 0,4 14,3 100 82,5 536,00

Perkotaan 1,2 27,9 69,1 0,1 0,3 0,5 0,9 100 98,2 7,36

Perdesaan 1,7 10,2 81,3 1,4 0,5 0,4 4,5 100 93,3 7,42

Tidak Sekolah 1,2 3,2 59,6 4,9 0,5 0,8 29,8 100 64,0 274,00Tidak tamat

SD 1,1 4,9 82,5 2,1 0,7 0,3 8,3 100 88,5 1,24

Tamat SD 1,2 5,5 87,4 1,3 0,7 0,8 3,1 100 94,0 3,52Tidak Tamat

SMTA 1,6 9,6 86,2 0,5 0,3 0,3 1,6 100 97,4 3,97

Tamat SMTA 1,8 26,8 69,7 0,2 0,3 0,3 0,9 100 98,4 4,02Perguruan

Tinggi2 1,1 61,7 36,3 0,1 0,0 0,5 0,3 100 99,1 1,77

Terbawah 1,6 3,3 82,1 2,8 0,8 0,7 8,8 100 86,9 3,04Menengah

bawah 1,7 8,5 85,6 0,6 0,7 0,5 2,5 100 95,8 2,88

Menengah 1,5 13,4 82,8 0,2 0,2 0,4 1,5 100 97,7 2,94Menengah

Atas 1,5 23,7 73,8 0,1 0,2 0,4 0,3 100 99,0 3,11

Teratas 1,1 47,2 51,1 0,0 0,2 0,2 0,2 100 99,4 2,82

Jumlah 1,40 19,00 75,30 0,80 0,40 0,40 2,70 100 95,7 14,78

Catatan :

Jika lebih dari satu tenaga pemeriksa yang disebutkan. Hanya tenaga pemeriksa dengan kualifikasi tertinggi yang

dicantumkan dalam tabel ini.

Sumber data : SDKI 2012

Tidak

Periksa

Dokter

Umum

Dokter

Kandung

an

Perawat

/Bidan/

Bidan di

Desa

Dukun Lainnya/

Tidak

Tahu

Tidak

Terjawab

Pendidikan ibu

Indeks Kuintil Kekayaan

Jumlah

Persentase

yang

Periksa

Hamil dari

Tenaga

Medis

Profesional

Jumlah

Ibu

Umur Saat Melahirkan

Urutan Kelahiran

Daerah tempat tinggal

Tenaga Pemeriksa KehamilanKarakteristik

Latar

Belakang

Page 56: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 44

Tabel 3.13 Komponen Pemeriksaan Kehamilan

Sumber data: SDKI 2012

3.5.3.3 Penolong Persalinan

Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya kematian ibu adalah terbatasnya tempat persalinan yang memadai.

Sumber Tempat Persalinan

Tabel 3.15 di bawah menyajikan tentang tempat persalinan yang

dimanfaatkan oleh wanita yang melahirkan dalam lima tahun sebelum survei.

Dapat dilihat bahwa ibu umur di bawah 20 tahun yang melahirkan di fasilitas

kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang lebih tua.

Terjadi kenaikan persentase melahirkan di fasilitas kesehatan dari 46 persen

(SDKI 2007) menjadi 63 persen (SDKI 2012). Persentase yang dilahirkan di

fasilitas kesehatan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.15.

Informasi

tentang tanda-

tanda

komplikasi

kehamilan

Pemeriksaan

urine

Pemeriksaan

darahJumlah ibu

Umur saat melahirkan

<20 49,8 43,9 38,6 1,286

20-34 54,3 47,9 40,7 10,748

35-49 48,8 48,7 43,8 2,293

Urutan kelahiran

1 56,8 49,8 42,1 5,458

2-3 52,9 48,1 41,0 6,923

4-5 42,8 43,2 39,2 1,489

6+ 41,0 31,3 33,8 457

Daerah tempat tinggal

Perkotaan 57,1 52,3 45,4 7,26

Perdesaan 48,7 42,9 36,5 7,066

Pendidikan

Tidak sekolah 27,8 30,2 39,8 190

Tidak tamat SD 35,4 36,9 36,6 1,136

Tamat SD 48,1 43,3 41,7 3,38

Tidak tamat SMTA 51,3 48,9 39,0 3,897

Tamat SMTA 60,3 52,1 41,2 3,974

Perguruan tinggi 63,6 52,6 46,9 1,751

Indeks kuintil kekayaan

Terbawah 42,1 35,7 35,0 2,746

Menengah bawah 49,9 45,2 41,2 2,797

Menengah 53,7 47,7 41,1 2,884

Menengah atas 57,5 53,2 42,1 3,089

Teratas 61,0 55,9 45,4 2,809

Jumlah 53,0 47,7 41,0 14,327

Jenis pelayanan kesehatan yang didapatkan ibu yang

mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun

sebelum surveiKarakteristik Latar

belakang

Page 57: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 45

Tabel 3.14 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan

Sumber data: SDKI 2012

Tenaga Kesehatan yang Menolong Persalinan

Upaya mengurangi resiko kesehatan ibu dengan cara meningkatkan

persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan professional. Kementrian

Kesehatan menetapkan target bahwa 90 persen persalinan ditolong oleh

tenaga medis pada tahun 2015 (MOH, 2008).

Peningkatan proporsi bayi yang dilahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan

yang professional adalah langkah yang sangat penting untuk mengurangi

resiko kesehatan ibu dan anak. Penanganan medis yang tepat dan memadai

selama melahirkan dapat menurunkan resiko komplikasi yang menyebabkan

kesakitan serius pada ibu dan bayinya. Tabel berikut ini menyajikan tentang

penolong persalinan berkualifikasi tinggi, yaitu orang yang dirujuk ibu jika

mendapat masalah kesehatan selama persalinan.

Pemerintah Swasta Rumah LainnyaTidak

terjawabJumlah

<20 16,8 36,6 46,0 0,2 0,5 100,0 53,4 1,526

20-34 16,4 48,0 34,9 0,1 0,6 100,0 64,4 12,757

35-49 21,9 41,1 35,8 0,2 1,0 100,0 63,0 2,665

1 18,4 50,9 30,2 0,1 0,4 100,0 69,3 6,557

2-3 17,0 47,2 34,9 0,2 0,7 100,0 64,2 7,892

4-5 16,0 32,4 50,1 0,1 1,4 100,0 48,4 1,827

6+ 13,1 19,1 67,1 0,0 0,6 100,0 32,3 672

Tidak pernah 4,7 5,8 77,3 0,4 11,6 100,0 10,6 456

1-3 10,6 22,9 66,3 0,1 0,0 100,0 33,5 1,243

4+ 18,7 50,7 30,5 0,1 0,0 100,0 69,4 12,974

Tidak tahu/tidak

terjawab 13,5 33,1 53,3 0,0 0,2 100,0 46,6 109

Perkotaan 20,4 59,5 19,3 0,0 0,6 100,0 80,0 8,405

Perdesaan 14,2 32,5 52,4 0,3 0,6 100,0 46,7 8,543

Tidak Sekolah 10,7 10,4 76,1 1,2 1,6 100,0 21,1 365

Tidak tamat SD 15,4 22,6 61,3 0,2 0,5 100,0 38,0 1,457

Tamat SD 14,4 32,8 51,5 0,2 1,1 100,0 47,1 3,976

Tidak Tamat SMTA 15,6 45,4 38,5 0,1 0,4 100,0 61,0 4,438

Tamat SMTA 20,8 59,0 19,7 0,1 0,3 100,0 79,8 4,594

Perguruan Tinggi2 20,9 65,5 12,8 0,0 0,8 100,0 86,4 2,119

Terbawah 14,0 15,6 68,9 0,3 1,1 100,0 29,7 3,727

Menengah bawah 20,5 36,7 41,8 0,3 0,7 100,0 57,2 3,255

Menengah 18,5 47,7 33,2 0,1 0,5 100,0 66,2 3,311

Menengah Atas 17,7 61,4 20,5 0,1 0,3 100,0 79,1 3,437

Teratas 16,1 72,0 11,5 0,0 0,4 100,0 88,1 3,218

Jumlah 17,3 45,9 36,0 0,2 0,6 100,0 63,2 16,948

Sumber data: SDKI 2012

Jumlah kunjungan periksa kehamilan

Daerah tempat tinggal

1 Hanya untuk anak yang dilahirkan lima tahun sebelum survei

2Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3

Fasilitas kesehatan

Karakteristik Latar

belakang

Pendidikan ibu

Indeks kuintil kekayaan

Persentase

persalinan

di fasilitas

kesehatan

Jumlah

kelahiran

Umur saat melahirkan

Urutan kelahiran

Page 58: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 46

Persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis lebih rendah diantara

ibu yang berumur dibawah 20 tahun dibandingkan dengan ibu yang berumur

lebih tua, dan menurun dengan meningkatnya urutan kelahiran. Persalinan

yang dibantu oleh tenaga medis meningkat sejalan dengan meningkatnya

pendidikan ibu dan status kekayaan. Begitu pula trennya mengalami kenaikan

dari data SDKI 2007 sebesar 73 persen menjadi 83 persen dalam SDKI 2012.

Lihat Lampiran Tabel 3.16 untuk persentase wanita yang persalinannya

dibantu oleh tenaga kesehatan menurut Provinsi.

Tabel. 3.15 Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi

Dokter

Umum

Dokter

Ahli

Kandun

gan

Perawat/

Bidan/Bi

dan di

Desa

Dukun

Bayi

Saudara

/Teman

Lainnya Tidak

Ada

Tidak

Terjawab

Jumlah

<20 0,8 11,4 63,0 21,5 2,4 0,1 0,3 0,4 100,0 75,3 5,8 1.526

20-34 0,9 20,4 62,9 12,7 2,0 0,3 0,3 0,6 100,0 84,2 12,6 12.757

35-49 1,4 23,0 58,0 13,0 2,8 0,2 0,4 1,0 100,0 82,5 14,9 2.665

1 1,1 23,1 63,3 10,6 1,2 0,2 0,2 0,3 100,0 87,5 14,4 6.557

2-3 1,0 20,0 63,0 12,9 1,9 0,3 0,1 0,8 100,0 84,0 12,2 7.892

4-5 1,0 12,6 59,3 20,4 3,9 0,5 0,9 1,4 100,0 73,0 8,3 1.827

6+ 0,4 8,5 48,6 30,3 9,9 0,5 1,2 0,7 100,0 57,5 4,5 672

Fasilitas

kesehatan 1,5 31,5 66,6 0,2 0,1 0,1 0,0 0,1 100,0 99,5 19,5 10.71

Lainnya 0,1 0,3 55,5 37,0 5,8 0,5 0,8 0,0 100,0 55,9 0,0 6.132

Tidak terjawab 0,0 1,8 0,5 0,0 0,0 0,8 0,0 96,9 100,0 2,3 2,0 106

Perkotaan 1,3 27,7 62,8 6,7 0,6 0,2 0,1 0,7 100,0 91,8 16,8 8.405

Perdesaan 0,7 12,4 61,5 20,2 3,7 0,4 0,5 0,6 100,0 74,6 7,9 8.543

Tidak Sekolah 0,2 5,1 26,5 33,9 28,6 2,1 1,8 1,8 100,0 31,8 2,7 365

Tidak tamat

SD 0,7 8,7 51,7 33,3 4,5 0,2 0,4 0,6 100,0 61,1 6,1 1.457

Tamat SD 0,6 10,8 61,4 22,6 2,6 0,3 0,6 1,1 100,0 72,8 6,8 3.976

Tidak Tamat

SMTA0,7 13,9 71,1 12,0 1,4 0,1 0,2 0,5 100,0 85,7 7,6 4.438

Tamat SMTA 1,2 26,6 66,5 4,6 0,5 0,2 0,0 0,3 100,0 94,3 18,5 4.594

Perguruan

Tinggi2 2,3 45,8 48,7 1,8 0,4 0,3 0,0 0,7 100,0 96,8 24,9 2.119

Terbawah 0,9 6,2 50,3 32,4 7,6 0,6 0,8 1,1 100,0 57,5 3,7 3.727

Menengah

bawah0,7 14,6 66,6 15,5 1,5 0,1 0,3 0,7 100,0 81,8 9,0 3.255

Menengah 0,7 15,9 73,1 8,7 0,7 0,2 0,2 0,5 100,0 89,7 11,4 3.311

Menengah

Atas 1,5 24,4 67,3 5,9 0,1 0,3 0,0 0,5 100,0 93,2 15,5 3.437

Teratas 1,1 40,9 54,6 2,5 0,3 0,1 0,0 0,4 100,0 96,6 23,1 3.218

Jumlah 1,0 20,0 62,2 13,5 2,2 0,3 0,3 0,7 100,0 83,1 12,3 16.948

Sumber data: SDKI 2012

Catatan : Jika responden menjawab lebih dari satu penolong persalinan, yang ditabulasi adalah penolong persalinan berkualifikasi tertinggi dalam tabel ini.1Penolong profesional termasuk dokter, perawat, bidan, bidan di desa..

2Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3

Penolong Persalinan

Karakteristik

Latar

Belakang

Persentase

Persalinan

oleh

Penolong

Profesional

Persentase

dengan

Bedah

Caesar

Indeks Kuintil Kekayaan

Jumlah

Kelahiran

Umur Saat Melahirkan

Urutan Kelahiran

Tempat Persalinan

Daerah Tempat Tinggal

Pendidikan Ibu

Page 59: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 47

3.5.4 Insiden HIV/AIDS

Meskipun pada tahun 2009 kasus HIV sempat mengalami penurunan, akan tetapi

secara umum Pengidap HIV terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 penderita

HIV tercatat sejumlah 6.048 penderita, angka tersebut naik pada tahun 2008

menjadi10.362 penderita, dan pada tahun 2012 jumlahnya sudah mencapai 21.511

penderita.

Data Kemenkes juga mencatat kasus AIDS pada tahun 2012 mengalami penurunan,

yakni dari 7.004 penderita pada tahun 2011 menjadi 5.686 penderita pada tahun

2012.

Gambar 3.14 Kasus HIV/AIDS dan Kematian

Sumber data: Ditjen PP dan PL Kemenkes

Sementara itu, jumlah meninggal karena kasus HIV/AIDS terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 jumlah meninggal karena virus

HIV/AIDS sejumlah 825 orang, angka tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2008

yakni 917 orang meninggal, dan sampai dengan tahun 2012 jumlah meninggal

karena kasus ini sudah mencapai 1.146 orang (Lihat Lampiran Tabel 3.17 untuk

melihat kumulatif Kasus HIV dan AIDS menurut Provinsi)

3.6 Pendidikan

3.6.1 Literasi (Angka Melek Huruf/AMH)

Persentase penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan

menulis dari data tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 masih berkisar di angka 95

persen. Sementara itu, persentase penduduk perempuan yang melek huruf

mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2010 sebelum akhirnya mengalami

sedikit penurunan pada tahun 2011. AMH perempuan tahun 2007 adalah 88,62

persen meningkat menjadi 90,52 persen tahun 2010 dan kemudian menurun menjadi

90,07 persen pada tahun 2011.

Page 60: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 48

Gambar 3.15 Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka melek huruf tertinggi terdapat di Sulawesi Utara yaitu laki-laki

99,01 persen dan perempuan sebesar 98,69 persen. Sedangkan provinsi dengan

AMH terendah terdapat pada provinsi Papua dimana laki-laki sebanyak 70,72 persen

dan AMH perempuan sebanyak 56,74 persen. Lihat Lampiran Tabel 3.18 untuk

Angka Melek Huruf menurut Provinsi.

3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas

Tingkat pendidikan penduduk Indonesia mengalami peningkatan ke arah yang lebih

baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tren persentase penduduk yang tamat

SMP dan SM+ atau sederajat dan menurunnya tren persentase penduduk yang tidak

sekolah.

Gambar 3.16 Pendidikan yang Ditamatkan

Penduduk 15 Tahun ke Atas

Sumber data: BPS, Susenas 1994-2012

3.6.3 Partisipasi Sekolah

Jumlah penduduk yang bersekolah cenderung menurun dengan meningkatnya usia.

Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk di kelompok usia produktif yang

tidak melanjutkan pendidikannya yang diperkirakan mereka segera bekerja atau

menikah (Lihat lampiran 3.19 untuk Angka Partisipasi sekolah menurut provinsi).

Page 61: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 49

Gambar 3.17 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Susenas 1994-2012

Partisipasi Murni Sekolah Dasar

Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar (SD) formal di Indonesia baik laki-laki

maupun perempuan mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010.

Akan tetapi data tahun 2011 menunjukan angka partisipasi murni SD mengalami

penurunan. Angka partisipasi murni SD Laki-laki pada tahun 2007 sebanyak 93,88

persen menjadi 91,48 persen tahun 2011. Sedangkan angka partisipasi murni SD

perempuan pada tahun 2007 sebesar 93,62 persen menjadi 90,37 persen pada

tahun 2011.

Gambar 3.18 Angka Partisipasi Murni

SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka partisipasi murni SD formal dan non formal tertinggi adalah

Provinsi Sumatera Barat. Angka partisipasi laki-laki SD di Sumatera Barat pada

tahun 2011 adalah 94,25 persen dan perempuan 92,58 persen. Sedangkan, provinsi

dengan angka partsipasi murni SD formal dan non formal terendah adalah Papua.

Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SD laki-laki 70,56 persen dan perempuan

69,63 persen.

Page 62: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 50

Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama

APM Sekolah Menengah Pertama (SMP) formal perempuan di Indonesia lebih tinggi

dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2007, APM SMP laki-laki dari 66,01 persen

meningkat menjadi 66,86 pada tahun 2011. Sedangkan, APM SMP perempuan pada

tahun 2007, 67,3 persen meningkat menjadi 69,19 persen tahun 2011.

Gambar 3.19 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka partisipasi murni SMP formal dan non formal tertinggi adalah

Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMP di Aceh pada tahun 2011 adalah 72,58

persen dan perempuan 77,09 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi

murni SMP formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka

partisipasi murni SMP laki-laki 45,34 persen dan perempuan 46,85 persen.

Partisipasi Murni Sekolah Menengah Atas

APM Sekolah Menengah Atas (SMA) formal laki-laki di Indonesia meningkat dari

data tahun 2007 (44,82 persen) sampai dengan data tahun 2011 (47,47 persen).

Akan tetapi, data APM SMA formal perempuan di Indonesia mengalami fluktuatif dari

tahun 2007 sampai tahun 2010 (antara 44,29 persen sampai 44,53 persen). Setelah

itu, APM SMA formal perempuan meningkat menjadi 48,19 persen pada tahun 2011.

Gambar 3.20 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Page 63: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 51

Provinsi dengan angka partisipasi murni SMA formal dan non formal tertinggi adalah

Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMA di Aceh pada tahun 2011 adalah 61,82

persen dan perempuan 61,02 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi

murni SMA formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka

partisipasi murni SMA laki-laki 32,54 persen dan perempuan 32,34 persen. Lihat

lampiran table 3.20 untuk Angka partisipasi murni SD, SMP, dan SMA baik formal

maupun non formal menurut provinsi.

3.6.4 Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dalam jenjang pendidikan

formal sejak tahun 2007-2011 mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan data

statistik kesejahteraan rakyat rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi

dibandingkan perempuan. Pada tahun 2007, rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 8

tahun dan meningkat menjadi 8,3 tahun pada tahun 2010 sampai dengan 2011.

Sedangkan, rata-rata lama sekolah perempuan pada tahun 2007 adalah 7 tahun dan

mengalami peningkatan menjadi 7,5 tahun pada tahun 2010 sampai dengan 2011.

Gambar 3.21 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk

Usia 15 tahun ke AtasTahun 2007-2011, Indonesia

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan rata-rata lama sekolah tertinggi adalah provinsi DKI Jakarta. Rata-

rata lama sekolah laki-laki di DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah 10,9 tahun dan

perempuan 9,9 tahun. Sedangkan, provinsi dengan rata-rata lama sekolah terendah

adalah Papua. Pada tahun 2011, rata-rata lama sekolah laki-laki 6,6 tahun dan

perempuan 5 tahun. Rata-rata Lama sekolah menurut provinsi dapat dilihat pada

Lampiran Tabel 3.21.

3.7 Ekonomi dan Ketenagakerjaan

3.7.1 Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi

Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan

ekonomi. Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi cukup signifikan

Page 64: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 52

pada tahun 2009 dari 6.01 persen pada tahun 2008 menjadi 4.58 persen. Pada

tahun 2010, pertumbuhan ekonomi kembali menguat, menjadi 6,20 persen dan terus

meningkat mencapai 6,46 persen pada tahun 2011 kemudian menurun kembali di

tahun 2012 sebesar 6,23.

Gambar 3.22 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007 - 2012

Sumber data: BPS, Pendapatan Nasional Indonesia

tahun 2007, 2008, 2009, 2010*, 2011** dan 2012***

*) Angka Sementara

**) Angka sangat sementara

***) Angka sangat sangat sementara

Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita terdiri atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan

2000. Pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku terus meningkat dari

15.125.923,58 rupiah tahun 2007 menjadi 30.516.670,73 pada tahun 2012. Demikian

pula dengan pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari

7.344.733,98 rupiah menjadi 9.490.533,09 rupiah pada tahun 2012.

Tabel 3.16 Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010

Jumlah Pendapatan per kapita per tahun

2007 2008 2009 2010 2011*) 2012**)

Atas dasar harga berlaku

15,125,923.58 18,774,282.37 20,731,425.57 23,759,818.77 27,298,811.57 30,516,670.73

Atas dasar harga konstan 2000

7,344,733.98 7,797,691.36 7,916,021.37 8,412,617.54 9,025,532.92 9,490,533.09

Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010

*) Angka Sementara

**) Angka sangat sementara

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri atas dasar harga berlaku dan

atas dasar harga konstan 2000. PDRB atas dasar harga berlaku terus meningkat dari

3.556.333.628 juta rupiah tahun 2007 menjadi 6.020.994.080 juta rupiah pada tahun

2010. Begitu pula dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari

1.890.607.083 juta rupiah menjadi 2.363.341.719 juta rupiah pada tahun 2010.

Page 65: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 53

Tabel 3.17 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah) Tahun 2007 - 2011

Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto

per tahun (juta rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011

Atas dasar harga berlaku 3,556,333,628 4,271,044,592 4,653,539,247 5,293,856,970 6,020,994,080

Atas dasar harga konstan 2000

1,890,607,083 1,999,046,591 2,094,358,009 2,222,763,051 2,363,341,719

Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Berdasarkan harga berlaku, Provinsi dengan PDRB terendah pada tahun 2011

adalah Provinsi Maluku Utara dengan pendapatan bruto 6.056.973,74 juta rupiah.

Sementara Provinsi Gorontala memiliki pendapatan bruto terendah berdasarkan

harga konstan yakni 3.141.458,12 juta rupiah.

Provinsi DKI jakarta dengan PDRB harga berlaku dan harga konstan masing-masing

982.540.043,96 juta rupiah dan 422.162.570,82 menempati perolehan tertinggi

dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto di Indonesia untuk tahun 2011. Lihat

Lampiran Tabel 3.22 dan 3.23 untuk Pendapatan Domestik Bruto menurut Provinsi.

Kemiskinan

Kemiskinan adalah sebuah kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan kesehatan.

Bank Dunia mendefiniskan kemiskinan ini dengan kehidupan dengan pendapatan

$ 1 USD per hari.

Gambar 3.23 Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2009-2013

Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama

Sosial-Ekonomi Indonesia tahun 2009-2013

Gambar 3.23 menunjukkan persentase penduduk miskin di indonesia berdasarkan

Perkembangan Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia tahun 2009-2013 terus

mengalami penurunan. Persentase jumlah penduduk miskin di indonesia tahun

2009 adalah 14,15 persen, angka tersebut sampai dengan tahun 2013 turun menjadi

11,37 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia.

Page 66: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 54

Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Jawa Timur dengan

jumlah penduduk miskin mencapai 5.070.980 juta jiwa. Sedangkan Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung berada pada posisi terendah yakni 71.360 jiwa

penduduk miskin. Lihat Lampiran Tabel 3.24 untuk melihat jumlah dan persentase

penduduk miskin menurut Provinsi.

3.7.2 Ketenagakerjaan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

TPAK adalah persentase penduduk yang bekerja terhadap jumlah seluruh penduduk

usia kerja (15-64 tahun).

Gambar 3.24 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Indonesia (persen) Tahun 2007 - 2010

Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010

Pada tahun 2011 tingkat partisipasi angkatan kerja belum berdasarkan jenis kelamin,

hasil sakernas pada tahun 2011 dan 2012 data pada bulan februari tahun 2011

sebesar 69.96 persen kemudian tingkat partisipasi angkatan kerja menurun sampai

dengan bulan Agustus tahun 2011 sebesar 68.34 persen. Pada tahun 2012 bulan

Februari naik kembali sebesar 69.66 persen kemudian kembali menurun pada bulan

agustus sebesar 67.88. Pada tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja hanya

tersedia sampai bulan Februari yaitu sebesar 69,21 persen (TPAK menurut Provinsi

dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.25).

Tabel 3.18 Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (persen)

2011 2012 2013

Februari 69,96 69,66 69,21

Agustus 68,34 67,88 -

Sumber data: Sakernas 2011, 2012, 2013

Page 67: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 55

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

TPT adalah persentase penduduk yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan

usaha, yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dari jumlah

angkatan kerja yang ada.

Gambar 3.25 Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen) Tahun 2007 – 2011

Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010, 2011

Tingkat Pengangguran terbuka Indonesia dari hasil Sakernas pada tahun 2012

sampai dengan bulan Februari sebesar 6.32 dan pada bulan Agustus turun sebesar

6.14. Pada tahun 2013 pada bulan februari tingkat pengangguran terbuka sebesar

5.92, sementara data bulan agustus belum tersedia (Tingkat penganguran terbuka

menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.26).

Tabel 3.19 Tingkat Pengangguran Terbuka

*) Pengangguran Terbuka : Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai

3.8 Pertanian Pangan 3.8.1 Pangan Nasional

Terdapat penurunan kuantitas konsumsi pangan nasional di tingkat rumah tangga

sekitar 5,05 persen disebabkan menurunnya konsumsi beras dari 281,71

gram/kap/hari di tahun 2011 menjadi 267,49 gram/kap/hari pada tahun 2012.

Tingkat Pengangguran Terbuka 2012 2013

Februari 6.32 5.92

Agustus 6.14 -

Page 68: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 56

Tabel 3.20 Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada Tahun 2011 -2012

Sumber : Susenas 2011 – 2012 Triwulan I, BKPS diolah BKP

3.8.2 Produktivitas Pertanian

Berdasarkan angka sementara (Asem) BPS, produksi padi nasional tahun 2013

mencapai 70.87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Artinya mengalami kenaikan

sebesar 1,81 juta ton atau 2,62 persen dibanding 2012.

Tabel 3.21 Produktivitas Padi Tahun 2011 -2013

Jenis Tanaman

Tahun Luas Panen

(Ha) Produktivitas

(ku/Ha) Produksi

(Ton)

(1) (2) (3) (4) (5)

Padi 2011 13.203.643 49,80 65.75.6904

Padi 2012 13.445.524 51,36 69.056.126

Padi 2013*) 13.769.913 51,46 70.866.571

Sumber data : BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Kelompok Bahan Pangan

Konsumsi

Gram/kap/hari Kg/kap/thn

2011 2012 2011 2012

Padi-padian a. Beras 281,71 267,49 102,82 97,63

b. Jagung 4,30 5,19 1,57 1,90

c. Terigu 29,93 27,24 10,92 9,94

Umbi-umbian

a. Singkong 27,59 20,02 10,07 7,31

b. Ubi jalar 8,11 6,59 2,96 2,41

c. Kentang 4,31 4,02 1,57 1,47

d. Sagu 1,33 1,19 0,48 0,44

e. Umbi lainnya 1,84 1,22 0,67 0,45

Pangan Hewani

a. Daging ruminansia 5,54 7,63 2,02 2,79

b. Daging unggas 13,03 12,04 4,75 4,40

c. Telur 19,56 19,16 7,14 6,99

d. Susu 5,74 4,63 2,09 1,69

e. Ikan 51,99 48,27 18,98 17,62

Minyak dan Lemak

a. Minyak kelapa 4,11 2,82 1,50 1,03

b. Minyak sawit 18,09 20,51 6,60 7,49

c. Minyak lainnya 0,57 0,33 0,21 0,12

Buah/biji berminyak a. Kelapa 5,12 4,75 1,87 1,73

b. Kemiri 0,89 0,70 0,32 0,26

Kacang-kacangan

a. Kedelai 20,71 19,41 7,56 7,08

b. Kacang tanah 0,92 0,77 0,34 0,28

c. Kacang hijau 0,78 0,75 0,28 0,27

d. Kacang lain 0,28 0,62 0,10 0,23

Gula

a. Gula pasir 20,23 17,75 7,38 6,48

b. Gula merah 1,98 1,45 0,72 0,53

Sayuran dan Buah

a. Sayur 133,70 129,98 48,80 47,44

b. Buah 63,61 69,14 23,22 25,24

Lain-lain

a. Minuman 49,89 49,64 18,21 18,12

b. Bumbu-bumbuan 11,33 10,73 4,13 3,92

Page 69: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 57

Kenaikan produksi padi nasional tersebut berasal dari kenaikan produksi di Jawa

sebesar 871.34 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 939.11 ribu ton. Produksi

komoditas padi meningkat seiring peningkatan luas panen 324,29 ribu hektare (2,41

persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,1 kuintal per hektare.

Tabel 3.22 Produktivitas Jagung Tahun 2011 -2013

Jenis Tanaman Tahun Luas Panen

(Ha) Produktivitas

(ku/Ha) Produksi

(Ton)

(1) (2) (3) (4) (5)

Jagung 2011 3.864.692 45,65 17.643.250

Jagung 2012 3.957.595 48,99 19.387.022

Jagung 2013*) 3.857.359 47,99 18.510.435

Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Produktivitas jagung mengalami penurunan dari 48.99 (ku/ha) tahun 2012 menjadi

47.99 (ku/ha) pada tahun 2013, kondisi tersebut seiring dengan turunnya Luas

Panen dari 3.957.595 (Ha) tahun 2012 menjadi 3.857.359 (Ha) pada tahun 2013.

Tabel 3.23 Produktivitas Kedelai Tahun 2011 -2013

Jenis Tanaman Tahun Luas Panen

(ha) Produktivitas

(ku/Ha) Produksi

(Ton)

(1) (2) (3) (4) (5)

Kedelai 2011 622.254 13,68 851.286

Kedelai 2012 567.624 14,85 843.153

Kedelai 2013*) 554.132 14,57 807.568

Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Penurunan luas panen juga terjadi pada komoditas kedelai yakni dari 567,624 (Ha)

tahun 2012 menjadi 554,132 (Ha) pada tahun 2013. Kondisi tersebut berakibat pada

turunnya produktivitas kedelai tahun 2013 sebesar 0,28 (ku/Ha) bila dibandingkan

tahun 2012.

Tabel 3.24 Produktivitas Ubi Kayu tahun 2011 -2013

Jenis Tanaman Tahun Luas Panen

(ha) Produktivitas

(ku/Ha) Produksi

(Ton)

(2) (3) (4) (5) (6)

Ubi Kayu 2011 1.184.696 202,96 24.044.025

Ubi Kayu 2012 1.129.688 214,02 24.177.372

Ubi Kayu 2013*) 1.137.210 224,18 25.494.507

Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Produksi Ubi kayu pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,32 juta ton

dibandingkan dengan tahun 2012. Peningkatan tersebut seiring dengan

meningkatnya produktivitas dari 214,02 (ku/Ha) pada tahun 2012 menjadi 224,18

pada tahun 2013.

Page 70: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 58

3.8.3 Produkivitas Perikanan

Perikanan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,

pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem

bisnis.

Peningkatan produktivitas perikanan hasil tangkapan baik perikanan tangkap

maupun perikanan budidaya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sebagai

berikut :

Tabel 3.25 Volume Produksi Perikanan (ton)

Sumber data: Perikanan dan Kelautan dalam Angka, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012

Produktivitas nelayan dan pembudidaya ikan perikanan Indonesia menunjukkan

peningkatan. Tahun 2011 perikanan tangkap meningkat 0,49 persen dan perikanan

budidaya meningkat 4,4 persen. Peningkatan produktifitas perikanan tersebut

dikarenakan adanya peningkatan produktivitas tambak dan peningkatan produktivitas

alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan

pembudidayaan ikan. Namun, tingkat konsumsi ikan nasional pada 2010 mencapai

30,48 kg/kapita/tahun sedangkan pada 2011 rata-rata konsumsi ikan per kapita

nasional sebesar 31,64 kg/kapita atau dapat dikatakan mengalami peningkatan rata-

rata 3,81 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010.

3.8.4 Produktivitas Perkebunan

Perkebunan merupakan usaha pertanian dengan lahan luas untuk menghasilkan

komoditas perdagangan berbasis pertanian. Tabel 3.27 menyajikan berbagai

komoditas perkebunan dalam 6 (enam) tahun terakhir.

Tabel 3.23 Volume Produksi Perikanan (ton)

No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Perikanan Tangkap

Perikanan Laut

4.734.280 4.701.933 4.812.235 5.039.446 5.061.680

Perairan Umum

310.457 301.182 295.736 344.972 347.420

2

Perikanan Budidaya

Budidaya Laut

1.509.528 1.966.002 2.820.083 3.514.702 3.735.585

Tambak 933.832 959.509 907.123 1.416.938 1.734.260

Kolam 410.373 479.167 554.067 819.809 955.511

Keramba 63.928 75.769 101.771 121.271 120.654

Jaring Apung

190.893 263.169 238.606 309.499 331.936

Sawah 85.009 111.584 86.913 96.605 98.804

TOTAL 8.238.300 8.858.315 9.816.534 11.663.242 12.385.850

Page 71: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 59

Tabel 3.26 Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2013, Kementerian Pertanian

3.8.5 Produktivitas Peternakan

Peternakan merupakan kegiatan mengembang biakkan dan membudidayakan

hewan ternak untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Berikut ini

gambaran produktivitas peternakan selama 3 tahun terakhir:

Tabel 3.27 Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011

No. Kegiatan Utama 2009 2010 2011*

1. Sapi Potong 12.76 13.582 14.824**

2. Sapi Perah 475 488 597**

3. Kerbau 1.933 2 1.305**

4. Kuda 399 419 416

5. Kambing 15.815 16.62 17.483

6. Domba 10.199 10.725 11.372

7. Babi 6.975 7.477 7.758

8. Ayam Buras 249.964 257.544 274.893

9. Ayam Ras Petelur 99.768 105.21 110.3

10. Ayam Ras Pedaging 991.281 986.872 1.041.968

11. Itik 42.318 44.302 49.392

Sumber : Direktorat jenderal Peternakan *Angka Sementara **Berdasarkan hasil pendataan lengkap sapi potong, sapi perah, dan kerbau tahun 2011

Page 72: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 60

Populasi sapi di Indonesia mencapai 15,4 juta ekor berdasarkan hasil akhir

Pendataan Sapi Perah, Sapi Potong dan Kerbau (PSPK 2011) oleh BPS bersama

Kementan. Riciannya adalah jumlah sapi potong mencapai 14,8 juta ekor, sapi perah

sebanyak 597.200 ekor dan kerbau 1,3 juta ekor. Produktivitas peternakan seperti

sapi saat ini setiap masyarakat Indonesia baru mampu mengkonsumsi daging sapi

kurang lebih 1,7 kg/orang/tahun, yang disupply dari sapi lokal sekitar 15 juta ekor

sapi setara dengan 350.000 ton daging. Sehingga masih kekurangan sapi potong

untuk memenuhi kebutuhan nasional. Rendahnya konsumsi daging disebabkan

supply sapi yang belum mencukupi permintaan dan biaya produksi (pemeliharaan)

yang relatif mahal, sehingga harga sapi potong melambung tinggi dan akhirnya daya

beli masyarakat tidak mampu menjangkau. Tingginya tingkat permintaan terhadap

produk unggas akan meningkatkan kontribusi daging unggas dalam memenuhi

kebutuhan daging nasional.

Page 73: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 61

PENUTUP 4

Profil Kependudukan tingkat Nasional Indonesia ini diharapkan dapat memberikan

gambaran situasi kependudukan di Indonesia. Telaah lebih mendalam dari Profil ini

bermanfaat dalam memotret lebih tajam dan detil situasi kependudukan di Indonesia.

Tujuan dari penyusunan buku Profil Kependudukan ini, agar dapat memberikan masukan

kepada komponen maupun bidang teknis tentang permasalahan kependudukan di

Indonesia berdasarkan tren kecenderungan data yang ditampilkan.

Akhir kata, kritik dan saran membangun terhadap penyusunan buku Profil Kependudukan

Tingkat Nasional Indonesia ini sangat diperlukan, demi menyempurnakan isi dan relevansi

data profil ini terhadap situasi kependudukan di Indonesia, dalam upaya mengidentifikasi

masalah kependudukan, serta merumuskan alternatif solusi pemecahannya.

Jakarta, Oktober 2013

Page 74: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 62

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013. Pelayanan Kontrasepsi

Agustus 2013, Jakarta

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,

Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1992. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 1991. Calverton, Maryland, USA.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,

Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1995. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 1994. Calverton, Maryland, USA.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,

Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1998. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 1997. Calverton, Maryland, USA.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,

Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2002-2003. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 2002-2003. Calverton, Maryland, USA.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,

Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2008. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 2007. Calverton, Maryland, USA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,

Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2013. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia.

Badan Pusat Statistik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007. Survei Sosial Ekonomi

Nasional. Jakarta Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi

Indonesia 2009. Jakarta, Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2009. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2008. Survei Sosial Ekonomi

Nasional. Jakarta Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi

Indonesia 2010. Jakarta, Indonesia

Page 75: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 63

Badan Pusat Statistik, 2010. Sensus Penduduk 2010. diakses melalui

http://sp2010.bps.go.id/

Badan Pusat Statistik, 2010. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2009. Survei Sosial Ekonomi

Nasional. Jakarta Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2011. Fertilitas Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk 2010.

Jakarta, Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi

Indonesia 2011. Jakarta, Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2011. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2010. Survei Sosial Ekonomi

Nasional. Jakarta Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi

Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011. Survei Sosial Ekonomi

Nasional. Jakarta Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2013. Survei Angkatan Kerja Nasional (Susenas). Jakarta, Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008,

Jakarta, Indonesia

Gavin W. Jones,Terence H. Hull, 1997. Indonesia Assessment-Population and Human

Resources p.2, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore diakses melalui

http://books.google.co.id pada September 2013

Indonesia, International Human Development Indicators, diakses melalui

www.hdrstats.undp.org/en/countries/profiles/IDN.html pada Agustus 2013.

Kementerian kelautan dan perikanan 2011. Perikanan dan Kelautan dalam Angka 2011,

Jakarta, Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009,

Jakarta, Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010,

Jakarta, Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011,

Jakarta, Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (PP & PL), Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Juni 2013,

diakses melalui http://www.spiritia.or.id pada September 2013

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik,

tahun 2012. Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2012

Page 76: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 64

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Pengelolaan Kependudukan Dalam Meningkatkan Indeks

Pembangunan Manusia Di Indonesia, 2012. Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana

United Nations, Departement of Economic and Social Affairs, Population Division (2013).

World Population Prospect: The 2012 Revision, DVD Edition diakses melalui

http://esa.un.org/wpp/Excel-Data/mortality.htm pada September 2013

Page 77: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 65

TABEL LAMPIRAN

Page 78: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 66

Tabel 2.1

No Provinsi 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010

1 Aceh 2,93 2,72 1,46 2,23

2 Sumatera Utara 2,6 2,06 1,32 1,10

3 Sumatera Barat 2,21 1,62 0,62 1,34

4 Riau 3,11 4,3 4,27 3,58

5 Jambi 4,07 3,4 1,83 2,56

6 Sumatera Selatan 3,32 3,15 1,24 1,85

7 Bengkulu 4,4 4,38 2,2 1,67

8 Lampung 5,78 2,67 1,17 1,24

9 Bangka Belitung - - - 3,14

10 Kep. Riau - - - 4,95

11 DKI Jakarta 3,94 2,42 0,13 1,41

12 Jawa Barat 2,66 2,57 2,24 1,90

13 Jawa Tengah 1,65 1,18 0,94 0,37

14 DIY 1,11 0,57 0,72 1,04

15 Jawa Timur 1,49 1,08 0,70 0,76

16 Banten - - - 2,78

17 Bali 1,69 1,18 1,31 2,15

18 Nisa Tenggara Barat 2,36 2,15 1,81 1,17

19 Nusa Tenggara Timur 1,96 1,79 1,63 2,07

20 Kalimantan Barat 2,31 2,65 2,28 0,91

21 Kalimantan Tengah 3,44 3,88 2,98 1,79

22 Kalimantan Selatan 2,17 2,32 1,45 1,99

23 Kalimantan Timur 5,74 4,42 2,80 3,81

24 Sulawesi Utara 2,31 1,6 1,40 1,28

25 Sulawesi Tengah 3,87 2,87 2,52 1,95

26 Sulawesi Selatan 1,75 1,42 1,48 1,17

27 Sulawesi Tenggara 3,1 3,66 3,14 2,08

28 Gorontalo - - - 2,26

29 Sulawesi Barat - - - 2,68

30 Maluku 2,89 2,79 0,67 2,80

31 Maluku Utara - - - 2,47

32 Papua Barat - - - 3,71

33 Papua 2,68 3,46 3,10 5,39

INDONESIA 2,33 1,97 1,44 1,49

* khusus Aceh LPP dihitung berdasarkan SUPAS 2005 dan SP2010.

*LPP 1990-2000 tanpa Timor-Timur

Sumber data: SP 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 1971 - 2010

Page 79: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 67

Tabel 2.2

Tabel 2.3

1 Aceh 58.33 55.76

2 Sumatera Utara 63.48 59.05

3 Sumatera Barat 68.47 60.22

4 Riau 54.18 55.46

5 Jambi 55.70 51.68

6 Sumatera Selatan 61.82 52.24

7 Bengkulu 58.82 52.48

8 Lampung 57.45 49.53

9 Kep. Bangka Belitung 55.90 45.70

10 Kepulauan Riau - 45.70

11 DKI Jakarta 35.14 36.94

12 Jawa Barat 54.51 51.20

13 Jawa Tengah 53.44 50.31

14 DI Yogyakarta 44.73 45.93

15 Jawa Timur 45.93 46.33

16 Banten 61.87 48.66

17 Bali 45.57 48.12

18 NTB 63.09 55.52

19 NTT 70.32 73.21

20 Kalimantan Barat 59.44 54.85

21 Kalimantan Tengah 55.58 51.14

22 Kalimantan Selatan 55.86 48.62

23 Kalimantan Timur 50.09 49.13

24 Sulawesi Utara 48.35 50.24

25 Sulawesi Tengah 57.68 58.28

26 Sulawesi selatan 59.37 57.21

27 Sulawesi Tenggara 68.20 63.47

28 Gorontalo 55.66 55.29

29 Sulawesi Barat - 66.99

30 Maluku 70.54 67.17

31 Maluku Utara 67.97 62.49

32 Papua 61.53 56.34

33 Papua Barat - 55.72

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

Rasio ketergantungan di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 2000-2010

No Provinsi 2000 2010

Page 80: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 68

Tabel 2.3

Tabel 2.4

No Provinsi 2000 2010

1 Aceh 101,1 100,0

2 Sumatera Utara 99,8 100,0

3 Sumatera Barat 96,1 98,0

4 Riau 104,4 106,0

5 Jambi 104,2 105,0

6 Sumatera Selatan 101,0 104,0

7 Bengkulu 103,2 105,0

8 Lampung 106,2 106,0

9 Kep.Bangka Belitung 104,0 108,0

10 Kep. Riau - 106,0

11 DKI Jakarta 102,5 103,0

12 Jawa Barat 102,1 104,0

13 Jawa Tengah 99,2 99,0

14 DIY 98,3 98,0

15 Jawa Timur 97,9 98,0

16 Banten 101,5 105,0

17 Bali 101,0 102,0

18 Nisa Tenggara Barat 94,2 94,0

19 Nusa Tenggara Timur 98,6 99,0

20 Kalimantan Barat 104,7 105,0

21 Kalimantan Tengah 106,8 109,0

22 Kalimantan Selatan 100,5 103,0

23 Kalimantan Timur 109,7 111,0

24 Sulawesi Utara 104,9 104,0

25 Sulawesi Tengah 104,7 105,0

26 Sulawesi Selatan 95,1 95,0

27 Sulawesi Tenggara 100,7 101,0

28 Gorontalo 101,0 101,0

29 Sulawesi Barat - 101,0

30 Maluku 102,8 102,0

31 Maluku Utara 104,7 105,0

32 Papua Barat - 112,0

33 Papua 110,4 113,0

INDONESIA 100,6 101,0

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

Rasio Jenis Kelamin di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 2000-2010

Page 81: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 69

Tabel 2.4

No Provinsi 2000 2010

1 Aceh 23,1 28,1

2 Sumatera Utara 42,9 49,2

3 Sumatera Barart 28,9 38,7

4 Riau 34,0 39,2

5 Jambi 29,7 30,7

6 Sumatera Selatan 33,4 35,8

7 Bengkulu 28,3 31,0

8 Lampung 21,6 25,7

9 Kepulauan Bangka Belitung 43,0 49,2

10 Kepulauan Riau 76,5 82,8

11 DKI Jakarta 100,0 100,0

12 Jawa Barat 50,4 65,7

13 Jawa Tengah 40,2 45,7

14 Yogyakarta 57,6 66,4

15 Jawa Timur 40,9 47,6

16 Banten 54,7 67,0

17 Bali 49,7 60,2

18 Nusa Tenggara Barat 34,3 41,7

19 Nusa Tenggara Timur 14,5 19,3

20 Kalimantan Barat - 30,2

21 Kalimantan Tengah 28,1 33,5

22 Kalimantan Selatan 36,2 42,1

23 Kalimantan Timur 57,7 62,1

24 Sulawesi Utara 37,7 45,2

25 Sulawesi Tengah 20,2 24,3

26 Sulawesi Selatan 31,2 36,7

27 Sulawesi Tenggara 20,8 27,4

28 Gorontalo 24,0 34,0

29 Sulawesi Barat 18,0 22,9

30 Maluku 25,3 37,1

31 Maluku Utara 27,8 27,1

32 Papua barat 32,1 30,0

33 Papua 20,4 26,0

Total Rata-Rata 42,1 49,8

Sumber data: buku Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, 2010 (website BPS)

Tingkat Urbanisasi di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 2000-2010

Page 82: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 70

Tabel 2.5

Tabel 2.6

2000 2010

1 Aceh 68 78

2 Sumatera Utara 160 178

3 Sumatera Barat 101 115

4 Riau 45 64

5 Jambi 48 62

6 Sumatera Selatan 68 81

7 Bengkulu 73 86

8 Lampung 194 220

9 Bangka Belitung 55 74

10 Kep. Riau 127 205

11 DKI Jakarta 12592 14469

12 Jawa Barat 1010 1217

13 Jawa Tengah 952 987

14 DIY 996 1104

15 Jawa Timur 727 784

16 Banten 838 1100

17 Bali 545 673

18 Nisa Tenggara Barat 216 242

19 Nusa Tenggara Timur 78 96

20 Kalimantan Barat 27 30

21 Kalimantan Tengah 12 14

22 Kalimantan Selatan 77 94

23 Kalimantan Timur 12 17

24 Sulawesi Utara 144 164

25 Sulawesi Tengah 35 43

26 Sulawesi Selatan 153 172

27 Sulawesi Tenggara 48 59

28 Gorontalo 74 92

29 Sulawesi Barat 53 69

30 Maluku 25 33

31 Maluku Utara 25 32

32 Papua Barat 5 8

33 Papua 5 9

INDONESIA 107 124

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

Provinsi

Kepadatan Penduduk

(jiwa/km persegi)No

Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi

Tahun 2000-2010

Page 83: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 71

Tabel 2.6

Tabel 2.7

1990 2000 2010

1 Aceh 21.7 14.1 21.2

2 Sumatera Utara 25.0 19.5 20.9

3 Sumatera Barat 22.8 20.6 19.8

4 Riau 24.1 20.2 21.9

5 Jambi 21.8 18.1 20.1

6 Sumatera Selatan 22.7 15.6 19.8

7 Bengkulu 24.4 18.6 20.1

8 Lampung 22.9 16.7 19.3

9 Bangka Belitung - 17.3 20.4

10 Kep. Riau - - 22.5

11 DKI Jakarta 19.3 16.5 16.8

12 Jawa Barat 22.5 19 17.4

13 Jawa Tengah 19.9 16.4 16.3

14 DIY 14.9 14 14.4

15 Jawa Timur 16.6 13.6 14.5

16 Banten - 18.6 18.6

17 Bali 15.9 15.7 15.9

18 Nisa Tenggara Barat 25.4 17.3 21.3

19 Nusa Tenggara Timur 27.2 25.4 22.3

20 Kalimantan Barat 21.5 17.5 19.1

21 Kalimantan Tengah 22.1 15.9 19.5

22 Kalimantan Selatan 20.2 18.1 19.2

23 Kalimantan Timur 22.2 21.1 21

24 Sulawesi Utara 21.1 17.9 15.9

25 Sulawesi Tengah 25 24.1 19.8

26 Sulawesi Selatan 20.1 18.1 18.6

27 Sulawesi Tenggara 27.3 22.9 23.1

28 Gorontalo - 22.3 18.4

29 Sulawesi Barat - - 21.8

30 Maluku 27.8 23.8 21.8

31 Maluku Utara - 19.9 20.8

32 Papua Barat - - 22.1

33 Papua 23.4 16 17

INDONESIA 20.9 17.4 17.9

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 1990, 2000, 2010

Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia

menurut Provinsi tahun 1990-2010

No ProvinsiRasio Angka Kelahiran Kasar (CBR)

Page 84: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 72

Tabel 2.7

2002/'03 2007 2012

1 DI Aceh - 3,10 2,80

2 Sumatera Utara 3,00 3,84 3,00

3 Sumatera Barat 3,20 3,38 2,80

4 Riau 3,20 2,69 2,90

5 Jambi 2,70 2,77 2,30

6 Sumatera Selatan 2,30 2,73 2,80

7 Bengkulu 3,00 2,43 2,20

8 Lampung 2,70 2,47 2,70

9 Bangka Belitung 2,40 2,49 2,60

10 Kepulauan Riau - 3,10 2,60

11 DKI Jakarta 2,20 2,10 2,30

12 Jawa Barat 2,80 2,55 2,50

13 Jawa Tengah 2,10 2,06 2,50

14 DI Yogyakarta 1,90 1,82 2,10

15 Jawa Timur 2,10 2,14 2,30

16 Banten 2,60 2,64 2,50

17 Bali 2,10 2,06 2,30

18 Nusa Tenggara Barat 2,40 2,82 2,80

19 Nusa Tenggara Timur 4,10 4,22 3,30

20 Kalimantan Barat 2,90 2,77 3,10

21 Kalimantan Tengah 3,20 2,99 2,80

22 Kalimantan Selatan 3,00 2,65 2,50

23 Kalimantan Timur 2,80 2,70 2,80

24 Sulawesi Utara 2,60 2,76 2,60

25 Sulawesi Tengah 3,20 3,27 3,20

26 Sulawesi Selatan 2,60 2,85 2,60

27 Sulawesi Tenggara 3,60 3,28 3,00

28 Gorontalo 2,80 2,61 2,60

29 Sulawesi Barat - 3,49 3,60

30 Maluku - 3,90 3,20

31 Maluku Utara - 3,18 3,10

32 Papua Barat - 3,45 3,70

33 Papua - 2,90 3,50

INDONESIA 2,60 2,59 2,59

Sumber data: SDKI 2002/'03, 2007, 2012

No Provinsi

Angka Fertilitas Total di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 2002 - 2012

TFR

Page 85: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 73

Tabel 2.8

Tabel 2.9

No ProvinsiRasio Anak

Wanita

1 Aceh 395

2 Sumatera Utara 420

3 Sumatera Barat 404

4 Riau 424

5 Jambi 374

6 Sumatera Selatan 375

7 Bengkulu 370

8 Lampung 360

9 Kep.Bangka Belitung 388

10 Kep. Riau 394

11 DKI Jakarta 278

12 Jawa Barat 351

13 Jawa Tengah 312

14 DIY 272

15 Jawa Timur 282

16 Banten 342

17 Bali 315

18 Nisa Tenggara Barat 369

19 Nusa Tenggara Timur 515

20 Kalimantan Barat 383

21 Kalimantan Tengah 381

22 Kalimantan Selatan 346

23 Kalimantan Timur 398

24 Sulawesi Utara 341

25 Sulawesi Tengah 417

26 Sulawesi Selatan 360

27 Sulawesi Tenggara 454

28 Gorontalo 378

29 Sulawesi Barat 462

30 Maluku 484

31 Maluku Utara 471

32 Papua Barat 462

33 Papua 396

INDONESIA 348

Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010

Rasio Anak Wanita di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 2010

Page 86: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 74

Tabel 2.9

No ProvinsiRata-rata Usia

Kawin Pertama

1 Aceh 23,1

2 Sumatera Utara 21,8

3 Sumatera Barat 22,9

4 Riau 22,5

5 Jambi 21,2

6 Sumatera Selatan 22,2

7 Bengkulu 22,2

8 Lampung 22,0

9 Kep.Bangka Belitung 21,2

10 Kep. Riau 24,4

11 DKI Jakarta 23,5

12 Jawa Barat 22,2

13 Jawa Tengah 22,1

14 DIY 24,3

15 Jawa Timur 22,0

16 Banten 21,5

17 Bali 22,4

18 Nisa Tenggara Barat 22,1

19 Nusa Tenggara Timur 23,5

20 Kalimantan Barat 22,1

21 Kalimantan Tengah 21,0

22 Kalimantan Selatan 21,2

23 Kalimantan Timur 22,2

24 Sulawesi Utara 22,5

25 Sulawesi Tengah 21,8

26 Sulawesi Selatan 23,2

27 Sulawesi Tenggara 22,3

28 Gorontalo 21,6

29 Sulawesi Barat 22,0

30 Maluku 23,6

31 Maluku Utara 22,8

32 Papua Barat 23,0

33 Papua 22,3

INDONESIA 22,3

Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010

Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 2010

Page 87: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 75

Tabel 2.10

No Provinsi Median UKP

1 Aceh 20,7

2 Sumatera Utara 21,6

3 Sumatera Barat 21,3

4 Riau 20,6

5 Jambi 19,1

6 Sumatera Selatan 20,0

7 Bengkulu 19,6

8 Lampung 19,7

9 Bangka Belitung 19,8

10 Kepulauan Riau 22,3

11 DKI Jakarta 22,3

12 Jawa Barat 19,4

13 Jawa Tengah 20,1

14 DI Yogyakarta 22,5

15 Jawa Timur 19,5

16 Banten 19,3

17 Bali 21,5

18 Nusa Tenggara Barat 19,5

19 Nusa Tenggara Timur 21,6

20 Kalimantan Barat 19,3

21 Kalimantan Tengah 19,0

22 Kalimantan Selatan 19,0

23 Kalimantan Timur 20,2

24 Sulawesi Utara 21,0

25 Sulawesi Tengah 19,5

26 Sulawesi Selatan 20,2

27 Sulawesi Tenggara 19,0

28 Gorontalo 20,0

29 Sulawesi Barat 19,1

30 Maluku 21,2

31 Maluku Utara 20,3

32 Papua 20,7

33 Papua Barat 19,6

INDONESIA 20,1

Sumber data: SDKI 2012

Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49

tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2012

Page 88: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 76

Tabel 2.11

Untuk

menjarangkan

kelahiran

Untuk membatasi

kelahiranJumlah

1 Aceh 8,2 5,7 14,0

2 Sumatera Utara 4,1 9,2 13,2

3 Sumatera Barat 5,7 8,0 13,7

4 Riau 4,1 7,7 11,8

5 Jambi 3,1 4,8 7,9

6 Sumatera Selatan 2,6 5,5 8,1

7 Bengkulu 4,0 5,1 9,1

8 Lampung 3,0 4,9 7,9

9 Bangka Belitung 3,5 6,3 9,8

10 Kepulauan Riau 6,3 8,2 14,5

11 DKI Jakarta 5,1 8,1 13,2

12 Jawa Barat 3,5 7,5 11,0

13 Jawa Tengah 3,9 6,4 10,4

14 DI Yogyakarta 3,6 7,9 11,5

15 Jawa Timur 3,5 6,6 10,1

16 Banten 4,5 5,7 10,2

17 Bali 3,2 6,1 9,3

18 Nusa Tenggara Barat 11,1 5,0 16,1

19 Nusa Tenggara Timur 8,6 8,9 17,5

20 Kalimantan Barat 5,2 4,6 9,8

21 Kalimantan Tengah 3,6 4,0 7,6

22 Kalimantan Selatan 3,0 5,4 8,4

23 Kalimantan Timur 5,4 7,6 13,0

24 Sulawesi Utara 3,1 7,7 10,8

25 Sulawesi Tengah 7,0 8,8 15,7

26 Sulawesi Selatan 7,1 7,3 14,3

27 Sulawesi Tenggara 8,4 10,0 18,4

28 Gorontalo 6,4 7,2 13,6

29 Sulawesi Barat 7,4 6,9 14,2

30 Maluku 8,1 11,1 19,2

31 Maluku Utara 5,6 8,3 14,0

32 Papua 10,6 10,0 23,8

33 Papua Barat 16,2 7,6 20,6

INDONESIA 4,5 6,9 11,4

Sumber data: SDKI 2012

No Provinsi

Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi

Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi

di Indonesia Tahun 2012

Page 89: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 77

Tabel 2.12

2002-03 2007 2012

1 Aceh 0,6 2,3

2 Sumatera Utara 2,0 0,6 0,6

3 Sumatera Barat 0,6 1,8 0,7

4 Riau 0,7 0,6 0,6

5 Jambi 3,9 0,7 2,0

6 Sumatera Selatan 2,0 1,7 0,5

7 Bengkulu 2,2 2,8 2,5

8 Lampung 2,5 1,4 0,5

9 Kep.Bangka Belitung 1,4 0,5 0,5

10 Kep. Riau - 0,5 0,6

11 DKI Jakarta 0,6 0,6 0,6

12 Jawa Barat 1,6 1,2 1,1

13 Jawa Tengah 0,7 0,7 2,2

14 DIY 0,8 0,7 3,0

15 Jawa Timur 0,7 0,7 0,7

16 Banten 0,7 0,5 0,6

17 Bali 1,0 0,4 1,0

18 Nisa Tenggara Barat 3,2 1,3 4,2

19 Nusa Tenggara Timur 2,1 2,0 2,8

20 Kalimantan Barat 1,2 0,7 0,5

21 Kalimantan Tengah 1,9 0,7 1,6

22 Kalimantan Selatan 2,3 1,9 0,5

23 Kalimantan Timur 1,8 1,8 0,7

24 Sulawesi Utara 2,2 0,5 0,5

25 Sulawesi Tengah 2,7 0,7 1,7

26 Sulawesi Selatan 3,8 3,2 3,1

27 Sulawesi Tenggara 3,1 0,7 2,8

28 Gorontalo 1,5 0,4 0,6

29 Sulawesi Barat - 3,2 1,7

30 Maluku - 3,2 1,1

31 Maluku Utara - 0,7 1,8

32 Papua Barat - 0,5 1,2

33 Papua - 0,5 0,5

TOTAL 1,6 0,7 0,7

Sumber data : SDKI 2002-03, 2007, 2012

Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia menurut

Provinsi Tahun 2002 - 2012

No Provinsi

Median Lamanya (bulan) pemberian ASI

secara eksklusif

Page 90: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 78

Tabel 2.13

No ProvinsiKematian

neonatum(NN)

Kematian post-

neonatum

(PNN)

Kematian

bayi(1q0)

Kematian

anak (4q1)

Kematian

balita

(5q0)

1 Aceh 28 18 47 6 52

2 Sumatera Utara 26 14 40 15 54

3 Sumatera Barat 17 10 27 7 34

4 Riau 15 9 24 4 28

5 Jambi 16 18 34 3 36

6 Sumatera Selatan 20 8 29 9 37

7 Bengkulu 21 8 29 7 35

8 Lampung 20 10 30 8 38

9 Bangka Belitung 20 7 27 6 32

10 Kepulauan Riau 21 13 35 8 42

11 Jakarta 15 7 22 10 31

12 Jawa Barat 17 13 30 9 38

13 Jawa Tengah 22 10 32 7 38

14 Yogyakarta 18 7 25 5 30

15 Jawa Timur 14 15 30 4 34

16 Banten 23 9 32 7 38

17 Bali 18 11 29 4 33

18 Nusa Tenggara Barat 33 24 57 18 75

19 Nusa Tenggara Timur 26 19 45 14 58

20 Kalimantan Barat 18 13 31 6 37

21 Kalimantan Tengah 25 24 49 8 56

22 Kalimantan Selatan 30 14 44 13 57

23 Kalimantan Timur 12 9 21 10 31

24 Sulawesi Utara 23 9 33 4 37

25 Sulawesi Tengah 26 32 58 28 85

26 Sulawesi Selatan 13 12 25 13 37

27 Sulawesi Tenggara 25 20 45 10 55

28 Gorontalo 26 41 67 11 78

29 Sulawesi Barat 26 34 60 11 70

30 Maluku 24 12 36 24 60

31 Maluku Utara 37 24 62 25 85

32 Papua Barat 35 39 74 38 109

33 Papua 27 27 54 64 115

TOTAL 20 14 34 10 43Sumber data: SDKI 2012

Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia

menurut Provinsi Tahun 2012

Page 91: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 79

Tabel 2.14

1 Aceh 68,2 72,2 70,2

2 Sumatera Utara 68,8 72,8 70,9

3 Sumatera Barat 67,7 71,7 69,7

4 Riau 69,7 73,6 71,7

5 Jambi 67,8 71,8 69,9

6 Sumatera Selatan 72,8 70,9

7 Bengkulu 68,3 72,2 70,3

8 Lampung 69,7 73,6 71,7

9 Kep.Bangka Belitung 68,7 72,6 70,7

10 Kep. Riau 70,8 74,6 72,7

11 DKI Jakarta 72,8 76,5 74,7

12 Jawa Barat 68,9 72,8 70,9

13 Jawa Tengah 70,4 74,3 72,4

14 DI Yogyakarta 72,1 75,9 74,1

15 Jawa Timur 69,3 73,2 71,3

16 Banten 69,4 73,3 71,4

17 Bali 70,7 74,5 72,7

18 Nusa Tenggara Barat 63,1 67,0 65,1

19 Nusa Tenggara Timur 65,3 69,3 67,4

20 Kalimantan Barat 68,3 72,2 70,3

21 Kalimantan Tengah 69,5 73,4 71,5

22 Kalimantan Selatan 66,4 70,4 68,4

23 Kalimantan Timur 70,3 74,2 72,3

24 Sulawesi Utara 69,1 73,0 71,1

25 Sulawesi Tengah 63,9 67,8 65,9

26 Sulawesi Selatan 67,3 71,3 69,3

27 Sulawesi Tenggara 65,0 68,9 67,0

28 Gorontalo 61,2 65,0 63,2

29 Sulawesi Barat 63,2 67,0 65,1

30 Maluku 63,7 67,0 65,1

31 Maluku Utara 64,9 68,9 67,0

32 Papua Barat 69,8 73,6 71,8

33 Papua 71,1 74,9 73,0

INDONESIA 68,7 72,6 70,7

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Catatan:

1. AHH dihitung dengan Metode Trussell dari kelompok umur ibu 20-24, 25-29, 30-34

2. Angka dalam kurung () menunjukkan tahun rujukan

L+P

Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut

Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No Provinsi L P

Page 92: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 80

Tabel 2.15

Penderita Kematian Penderita Kematian Penderita Kematian Penderita Kematian Penderita Kematian Penderita Kematian Penderita Kematian Penderita Kematian

1 Aceh 1.718 6 0 0 6 4 1.262 0 1 1 0 0 2.269 7 0 0

2 Sumatera Utara 17.286 56 241 2 2 2 297 0 0 0 0 0 4.747 36 0 0

3 Sumatera Barat 9.126 21 274 6 1 0 424 0 2 2 0 0 3.158 20 0 0

4 Riau 10.099 0 0 0 2 2 271 0 4 0 1 1 1.114 16 0 0

5 Jambi 5.972 0 0 0 1 1 374 0 0 0 0 0 22 0 0

6 Sumatera Selatan 21.960 64 292 8 6 4 408 0 5 0 0 0 3.243 24 0 0

7 Bengkulu 1.383 6 0 0 0 0 174 0 1 1 1 1 967 7 0 0

8 Lampung 6.498 14 16 0 4 3 619 0 0 0 0 0 5.207 38 0 0

9 Kep. Bangka Belitung 5.104 0 0 0 1 0 74 0 1 1 0 0 1.075 25 0 0

10 Kep. Riau 1.966 23 74 0 0 0 386 0 2 0 0 0 1.076 13 0 0

11 DKI Jakarta 26.811 3 0 0 0 0 1.895 0 0 0 1 1 6.669 4 10 0

12 Jawa Barat 189.233 76 38 0 14 2 2.618 0 31 1 2 2 19.663 167 0 0

13 Jawa Tengah 75.910 18 167 2 0 0 490 0 32 0 0 0 7.088 108 129 20

14 DI Yogjakarta 3.693 0 75 1 0 0 1.093 0 2 0 1 1 971 2 72 7

15 Jawa Timur 61.449 54 81 0 29 15 1.207 0 954 37 0 0 8.177 116 28 2

16 Banten 23.894 115 84 0 32 17 1.846 0 13 4 1 1 3.362 29 0 0

17 Bali 4.937 1 22 0 0 0 31 0 2 0 1 1 2.650 3 0 0

18 Nusa Tenggara Barat 26.775 83 0 0 1 0 23 3 0 0 1 1 961 3 0 0

19 Nusa Tenggara Timur 4.734 3 12 0 0 0 62 0 0 0 0 0 1.135 8 0 0

20 Kalimantan Barat 3.389 0 0 0 8 2 406 0 15 4 0 0 1.664 21 0 0

21 Kalimantan Tengah 390 4 0 0 0 0 93 0 0 0 0 0 1.590 15 0 0

22 Kalimantan Selatan 13.895 6 0 0 1 1 50 0 61 13 0 0 1.547 25 0 0

23 Kalimantan Timur 6.843 1 0 0 2 2 385 0 13 0 0 0 3.267 29 0 0

24 Sulawesi Utara 949 2 0 0 1 1 110 0 0 0 0 0 1.253 16 0 0

25 Sulawesi Tengah 8.318 26 97 1 1 0 323 0 0 0 0 0 2.259 22 0 0

26 Sulawesi Selatan 7.230 9 0 0 3 2 740 1 50 12 0 0 2.333 23 0 0

27 Sulawesi Tenggara 3.788 4 52 0 1 0 91 0 0 0 0 0 373 2 0 0

28 Gorontalo 2.553 1 0 0 0 0 47 0 0 0 0 0 212 5 0 0

29 Sulawesi Barat 1.544 0 0 0 0 0 3 0 3 0 0 0 581 0 0 0

30 Maluku 1.096 5 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 107 6 0 0

31 Maluku Utara 1.165 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 65 0 0 0

32 Papua Barat t.a.d t.a.d 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 18 2 0 0

33 Papua t.a.d t.a.d 60 3 3 1 161 0 0 0 0 0 450 2 0 0

INDONESIA 549.708 609 1.585 23 119 59 15.987 4 1.192 76 9 9 89.251 816 239 29

Sumber data: Ditjen PP&PL dalam Profil Kesehatan Indonesia 2012

Flu Burung DBD Leptospirosis

Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012

No Prov insiPneumonia Diare Tetanus Neonatorum Campak Difteri

80

Page 93: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 81

Non Migran MigranTidak

ditanyakanJumlah Non Migran Migran

Tidak

DitanyakanJumlah Non Migran Migran

Tidak

Ditanyakan

1 Aceh 1.946.787 34.662 13.791 1.995.240 1.970.408 29.325 6.008 2.005.741 3.917.195 63.987 19.799 4.000.981

2 Sumatera Utara 5.647.615 63.609 27.756 5.738.980 5.709.352 60.353 22.826 5.792.531 11.356.967 123.962 50.582 11.531.511

3 Sumatera Barat 2.067.075 69.534 8.579 2.145.188 2.132.870 60.646 4.964 2.198.480 4.199.945 130.180 13.543 4.343.668

4 Riau 2.346.117 157.450 17.284 2.520.851 2.224.232 137.507 9.878 2.371.617 4.570.349 294.957 27.162 4.892.468

5 Jambi 1.342.005 61.143 12.679 1.415.827 1.297.288 48.971 8.280 1.354.539 2.639.293 110.114 20.959 2.770.366

6 Sumatera Selatan 3.323.194 64.588 10.754 3.398.536 3.227.850 52.808 4.357 3.285.015 6.551.044 117.396 15.111 6.683.551

7 Bengkulu 757.926 25.981 2.744 786.651 729.705 21.846 1.509 753.060 1.487.631 47.827 4.253 1.539.711

8 Lampung 3.474.169 47.639 14.545 3.536.353 3.278.157 44.800 10.292 3.333.249 6.752.326 92.439 24.837 6.869.602

9 Kep.Bangka Belitung 531.488 35.208 2.689 569.385 499.579 25.600 884 526.063 1.031.067 60.808 3.573 1.095.448

10 Kepulauan Riau 649.845 104.560 3.876 758.281 614.058 105.496 289 719.843 1.263.903 210.056 4.165 1.478.124

11 DKI Jakarta 4.084.926 307.785 51.178 4.443.889 3.959.062 336.174 38.838 4.334.074 8.043.988 643.959 90.016 8.777.963

12 Jaw a Barat 19.208.112 535.365 43.594 19.787.071 18.612.271 513.599 16.156 19.142.026 37.820.383 1.048.964 59.750 38.929.097

13 Jaw a Tengah 14.486.935 154.718 54.231 14.695.884 14.799.085 146.699 29.707 14.975.491 29.286.020 301.417 83.938 29.671.375

14 DI Yogyakarta 1.457.869 115.671 3.005 1.576.545 1.511.019 111.693 1.311 1.624.023 2.968.888 227.364 4.316 3.200.568

15 Jaw a Timur 16.730.570 126.375 148.332 17.005.277 17.314.127 116.686 116.757 17.547.570 34.044.697 243.061 265.089 34.552.847

16 Banten 4.637.757 239.487 21.286 4.898.530 4.433.103 225.593 24.608 4.683.304 9.070.860 465.080 45.894 9.581.834

17 Bali 1.727.523 56.253 4.050 1.787.826 1.720.971 46.172 1.097 1.768.240 3.448.494 102.425 5.147 3.556.066

18 Nusa Tenggara Barat 1.904.329 29.195 5.852 1.939.376 2.062.591 18.453 4.366 2.085.410 3.966.920 47.648 10.218 4.024.786

19 Nusa Tenggara Timur 1.988.033 26.248 7.052 2.021.333 2.041.130 23.091 2.926 2.067.147 4.029.163 49.339 9.978 4.088.480

20 Kalimantan Barat 1.983.086 24.919 6.507 2.014.512 1.907.744 17.731 3.596 1.929.071 3.890.830 42.650 10.103 3.943.583

21 Kalimantan Tengah 957.581 73.302 3.164 1.034.047 894.751 49.667 826 945.244 1.852.332 122.969 3.990 1.979.291

22 Kalimantan Selatan 1.583.952 60.158 8.312 1.652.422 1.570.478 43.297 4.027 1.617.802 3.154.430 103.455 12.339 3.270.224

23 Kalimantan Timur 1.534.837 122.934 12.171 1.669.942 1.397.922 90.624 3.347 1.491.893 2.932.759 213.558 15.518 3.161.835

24 Sulaw esi Utara 1.024.915 26.106 4.608 1.055.629 988.989 21.936 1.924 1.012.849 2.013.904 48.042 6.532 2.068.478

25 Sulaw esi Tengah 1.160.253 34.252 7.473 1.201.978 1.112.975 27.709 2.854 1.143.538 2.273.228 61.961 10.327 2.345.516

26 Sulaw esi Selatan 3.442.991 63.626 11.034 3.517.651 3.667.031 57.012 2.177 3.726.220 7.110.022 120.638 13.211 7.243.871

27 Sulaw esi Tenggara 944.603 35.732 3.277 983.612 950.906 28.365 1.130 980.401 1.895.509 64.097 4.407 1.964.013

28 Gorontalo 452.398 14.035 606 467.039 453.710 12.660 62 466.432 906.108 26.695 668 933.471

29 Sulaw esi Barat 489.796 19.900 833 510.529 492.528 17.306 224 510.058 982.324 37.206 1.057 1.020.587

30 Maluku 657.588 16.050 5.521 679.159 652.805 13.186 817 666.808 1.310.393 29.236 6.338 1.345.967

31 Maluku Utara 450.384 13.692 2.157 466.233 433.223 10.770 417 444.410 883.607 24.462 2.574 910.643

32 Papua Barat 316.923 31.502 5.644 354.069 289.291 22.403 950 312.644 606.214 53.905 6.594 666.713

33 Papua 1.268.902 38.435 33.362 1.340.699 1.136.941 28.127 14.219 1.179.287 2.405.843 66.562 47.581 2.519.986

Total 104.580.484 2.830.114 557.946 107.968.544 104.086.152 2.566.305 341.623 106.994.080 208.666.636 5.396.419 899.569 214.962.624

Sumber data: Sensus Penduduk, 2010

Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Risen Tahun 2010

Tabel 2.16

Provinsi

Laki-laki Perempuan Total

JumlahNo

81

Page 94: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 82

Non Migran MigranTidak

ditanyakanJumlah Non Migran Migran

Tidak

DitanyakanJumlah Non Migran Migran

Tidak

Ditanyakan

1 Aceh 2.136.708 112.244 2.248.952 2.144.149 101.309 2.245.458 4.280.857 213.553 4.494.410

2 Sumatera Utara 6.217.406 265.948 6.483.354 6.242.951 255.899 6.498.850 12.982.204 521.847 12.982.204

3 Sumatera Barat 2.220.901 183.476 2.404.377 2.281.754 160.778 2.442.532 4.846.909 344.254 4.846.909

4 Riau 1.838.498 1.014.670 2.853.168 1.788.109 897.090 2.685.199 5.538.367 1.911.760 5.538.367

5 Jambi 1.183.350 397.760 1.581.110 1.169.954 341.201 1.511.155 3.092.265 738.961 3.092.265

6 Sumatera Selatan 3.246.118 546.529 3.792.647 3.186.286 471.461 3.657.747 7.450.394 1.017.990 7.450.394

7 Bengkulu 689.737 187.422 877.159 678.130 160.229 838.359 1.715.518 347.651 1.715.518

8 Lampung 3.144.812 771.810 3.916.622 2.999.664 692.119 3.691.783 7.608.405 1.463.929 7.608.405

9 Kep.Bangka Belitung 515.496 119.598 635.094 501.095 87.107 588.202 1.223.296 206.705 1.223.296

10 Kepulauan Riau 449.076 413.068 862.144 429.014 388.005 817.019 1.679.163 801.073 1.679.163

11 DKI Jakarta 2.805.962 2.063.241 1.735 4.870.938 2.720.852 2.014.274 1.723 4.736.849 9.607.787 4.077.515 3.458 9.607.787

12 Jawa Barat 19.178.515 2.728.525 21.907.040 18.649.946 2.496.746 21.146.692 43.053.732 5.225.271 43.053.732

13 Jawa Tengah 15.625.181 465.931 16.091.112 15.854.765 436.780 16.291.545 32.382.657 902.711 32.382.657

14 DI Yogyakarta 1.427.776 281.134 1.708.910 1.467.331 281.250 1.748.581 3.457.491 562.384 3.457.491

15 Jawa Timur 18.009.709 493.807 18.503.516 18.541.538 431.703 18.973.241 37.476.757 925.510 37.476.757

16 Banten 4.005.953 1.433.195 5.439.148 3.859.463 1.333.555 5.193.018 10.632.166 2.766.750 10.632.166

17 Bali 1.743.359 217.989 1.961.348 1.740.477 188.932 1.929.409 3.890.757 406.921 3.890.757

18 Nusa Tenggara Barat 2.121.924 61.722 2.183.646 2.262.456 54.110 2.316.566 4.500.212 115.832 4.500.212

19 Nusa Tenggara Timur 2.233.804 92.683 2.326.487 2.264.940 92.400 2.357.340 4.683.827 185.083 4.683.827

20 Kalimantan Barat 2.075.657 171.246 2.246.903 2.027.097 121.983 2.149.080 4.395.983 293.229 4.395.983

21 Kalimantan Tengah 855.080 298.663 1.153.743 830.272 228.074 1.058.346 2.212.089 526.737 2.212.089

22 Kalimantan Selatan 1.565.874 270.336 1.836.210 1.573.497 216.909 1.790.406 3.626.616 487.245 3.626.616

23 Kalimantan Timur 1.146.522 725.168 1.871.690 1.098.136 583.317 1.681.453 3.553.143 1.308.485 3.553.143

24 Sulawesi Utara 1.047.126 112.777 1.159.903 1.017.331 93.362 1.110.693 2.270.596 206.139 2.270.596

25 Sulawesi Tengah 1.104.783 246.061 1.350.844 1.077.434 206.731 1.284.165 2.635.009 452.792 2.635.009

26 Sulawesi Selatan 3.736.962 187.469 3.924.431 3.933.526 176.819 4.110.345 8.034.776 364.288 8.034.776

27 Sulawesi Tenggara 883.789 238.037 1.121.826 901.313 209.447 1.110.760 2.232.586 447.484 2.232.586

28 Gorontalo 487.725 34.189 521.914 487.854 30.396 518.250 1.040.164 64.585 1.040.164

29 Sulawesi Barat 489.797 91.729 581.526 496.741 80.384 577.125 1.158.651 172.113 1.158.651

30 Maluku 709.521 65.956 775.477 700.820 57.209 758.029 1.533.506 123.165 1.533.506

31 Maluku Utara 472.908 58.485 531.393 457.498 49.196 506.694 1.038.087 107.681 1.038.087

32 Papua Barat 263.244 139.154 402.398 246.982 111.042 358.024 760.422 188.350 760.422

33 Papua 1.259.273 246.610 1.505.883 1.138.335 189.163 1.327.498 2.833.381 357.652 2.833.381

Total 104.892.546 14.736.632 1.735 119.630.913 104.769.710 13.238.980 1.723 118.010.413 209.662.256 27.975.612 3.458 237.641.326

Sumber data: Sensus Penduduk, 2010

Tabel 2.17

Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Seumur Hidup Tahun 2010

No Provinsi

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah

82

Page 95: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 83

Tabel 3.1

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Aceh 70.35 70.76 71.31 71.70 72.16 69.05 69.41

2 Sumatera Utara 72.78 73.29 73.80 74.19 74.65 72.03 72.46

3 Sumatera Barat 72.23 72.96 73.44 73.78 74.28 71.19 71.65

4 Riau 74.63 75.09 75.60 76.07 76.53 73.63 73.81

5 Jambi 71.46 71.99 72.45 72.74 73.3 70.95 71.29

6 Sumatera Selatan 71.40 72.05 72.61 72.95 73.42 70.23 71.09

7 Bengkulu 71.57 72.14 72.55 72.92 73.4 71.09 71.28

8 Lampung 69.78 70.30 70.93 71.42 71.94 68.85 69.38

9 Bangka Belitung 71.62 72.19 72.55 72.86 73.37 70.68 71.18

10 Kepri 73.68 74.18 74.54 75.07 75.78 72.23 72.79

11 DKI Jakarta 76.59 77.03 77.36 77.60 77.97 76.07 76.33

12 Jawa Barat 70.71 71.12 71.64 72.29 72.73 69.93 70.32

13 Jawa Tengah 70.92 71.60 72.10 72.49 72.94 69.78 70.25

14 DI Yogyakarta 74.15 74.88 75.23 75.77 76.32 73.50 73.70

15 Jawa Timur 69.78 70.38 71.06 71.62 72.18 68.42 69.18

16 Banten 69.29 69.70 70.06 70.48 70.95 68.80 69.11

17 Bali 70.53 70.98 71.52 72.28 72.84 69.78 70.07

18 NTB 63.71 64.12 64.66 65.20 66.23 62.42 63.04

19 NTT 65.36 66.15 66.60 67.26 67.75 63.59 64.83

20 Kalimantan Barat 67.53 68.17 68.79 69.15 69.66 66.20 67.08

21 Kalimantan Tengah 73.49 73.88 74.36 74.64 75.06 73.22 73.40

22 Kalimantan Selatan 68.01 68.72 69.30 69.92 70.44 67.44 67.75

23 Kalimantan Timur 73.77 74.52 75.11 75.56 76.22 72.94 73.26

24 Sulawesi Utara 74.68 75.16 75.68 76.09 76.54 74.21 74.37

25 Sulawesi Tengah 69.34 70.09 70.70 71.14 71.62 68.47 68.85

26 Sulawesi Selatan 69.62 70.22 70.94 71.62 72.14 68.06 68.81

27 Sulawesi Tenggara 68.32 69.00 69.52 70.00 70.55 67.52 67.80

28 Gorontalo 68.83 69.29 69.79 70.28 70.82 67.46 68.01

29 Sulawesi Barat 67.72 68.55 69.18 69.64 70.11 65.72 67.06

30 Maluku 69.96 70.38 70.96 71.42 71.87 69.24 69.69

31 Maluku Utara 67.82 68.18 68.63 69.03 69.47 66.95 67.51

32 Papua Barat 67.28 67.95 68.58 69.15 69.65 64.83 66.08

33 Papua 63.41 64.00 64.53 64.94 65.36 62.08 62.75

INDONESIA 69.57 70.10 70.59 71.17 71.76 72.27 72.77

Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

No Provinsi

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011

Indeks Pembangunan Manusia

Page 96: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 84

Tabel 3.2

Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011

65,81

Page 97: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 85

Tabel 3.3

Sedikit Parah Sedikit Parah Sedikit Parah Sedikit Parah Sedikit Parah

1 Aceh 117,338 12,734 54,205 10,306 57,570 16,207 48,435 14,701 35,968 12,279

2 Sumatera Utara 276,391 25,634 123,082 21,426 134,841 36,075 116,524 33,843 82,471 28,807

3 Sumatera Barat 154,096 15,116 62,269 12,250 69,757 18,933 55,380 16,936 34,576 14,419

4 Riau 122,589 9,707 39,959 6,345 38,964 9,725 35,635 9,347 27,114 8,220

5 Jambi 78,137 6,331 30,506 5,573 25,422 6,947 24,368 7,334 16,309 5,794

6 Sumatera Selatan 182,887 17,054 80,477 14,418 64,337 17,519 62,679 18,063 43,359 14,384

7 Bengkulu 46,959 4,396 20,135 3,850 16,625 4,240 15,899 4,485 9,835 3,358

8 Lampung 166,791 15,747 85,780 15,641 72,866 19,169 67,959 19,623 43,747 15,433

9 Kep.Bangka Belitung 25,637 2,397 9,488 2,100 9,152 3,267 8,195 3,110 5,186 2,667

10 Kepulauan Riau 34,508 2,410 8,812 1,383 9,490 2,483 7,669 2,177 5,033 1,931

11 DKI Jakarta 270,390 16,372 57,307 8,607 63,085 15,594 51,385 13,197 44,116 13,887

12 Jawa Barat 975,550 85,438 433,265 74,586 414,283 105,555 337,316 92,978 238,813 79,144

13 Jawa Tengah 509,772 59,894 394,446 63,155 363,567 100,783 333,335 96,429 225,356 84,124

14 DI Yogyakarta 58,927 8,117 53,180 9,866 48,076 15,100 43,974 14,116 27,788 12,539

15 Jawa Timur 759,100 83,736 461,026 78,225 459,497 121,745 393,920 112,108 295,184 101,996

16 Banten 193,519 15,567 73,139 12,581 67,679 16,885 62,750 16,605 49,808 13,859

17 Bali 82,793 7,556 48,113 8,097 48,823 11,875 45,628 11,250 27,169 9,939

18 Nusa Tenggara Barat 103,121 12,100 54,479 11,532 51,836 14,891 43,362 13,701 31,277 11,618

19 Nusa Tenggara Timur 125,339 16,845 63,589 18,544 52,289 18,686 51,808 19,818 37,877 16,555

20 Kalimantan Barat 105,248 10,264 46,160 8,915 40,327 12,398 38,487 12,557 27,277 10,180

21 Kalimatan Tengah 54,865 4,787 21,676 3,604 17,558 4,916 17,547 5,257 13,034 4,131

22 Kalimantan Selatan 88,217 6,864 35,278 5,966 35,072 9,810 28,485 8,759 19,997 7,615

23 Kalimantan Timur 90,256 6,133 24,792 3,998 23,676 5,871 21,484 5,929 17,696 5,236

24 Sulawesi Utara 80,224 7,667 28,115 5,748 28,524 8,643 21,488 6,936 16,128 6,728

25 Sulawesi Tengah 85,648 6,890 30,534 5,929 26,326 7,175 24,146 7,276 14,991 5,694

26 Sulawesi Selatan 286,060 27,118 141,641 26,256 116,362 29,851 99,555 28,908 74,911 25,306

27 Sulawesi Tenggara 66,381 5,666 26,109 4,883 21,887 6,158 20,704 5,980 11,991 4,763

28 Gorontalo 46,399 3,887 16,848 3,446 11,162 3,436 11,565 3,576 5,883 2,667

29 Sulawesi Barat 33,763 2,611 15,268 3,004 12,779 3,286 11,511 3,747 7,403 2,722

30 Maluku 35,554 3,190 11,611 2,389 12,181 3,694 9,052 3,046 5,965 2,844

31 Maluku Utara 23,056 1,939 7,524 1,658 8,814 2,313 6,480 1,941 5,456 1,626

32 Papua Barat 11,935 765 2,823 488 2,676 680 2,458 718 2,000 602

33 Papua 21,496 1,946 6,588 1,278 6,591 1,690 7,009 1,751 6,888 1,809

Jumlah 5,312,946 506,878 2,568,224 456,047 2,432,094 655,600 2,126,192 616,202 1,510,606 532,876

Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut ProvinsiTahun 2010

Kesulitan Mengingat/

Berkonsentrasi/

Berkomunikasi

Kesulitan Mengurus

Diri SendiriNo ProvinsiKesulitan Melihat Kesulitan Mendengar

Kesulitan Berjalan atau

Naik Tangga

Page 98: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 86

Tabel 3.4

No Provinsi Dokter BidanJumlah

Penduduk*)

Rasio

dokter*)

Rasio

bidan*)

1 Aceh 1.693 8.920 4.553.215 37,2 195,9

2 Sumatera Utara 4.816 12.956 13.118.327 36,7 98,8

3 Sumatera Barat 1.848 4.418 4.909.358 37,6 90,0

4 Riau 1.449 3.644 5.773.721 25,1 63,1

5 Jambi 1.012 2.775 3.169.813 31,9 87,5

6 Sumatera Selatan 1.080 3.798 7.584.363 14,2 50,1

7 Bengkulu 610 2.334 1.743.279 35,0 133,9

8 Lampung 1.393 3.398 7.698.828 18,1 44,1

9 Kep. Bangka Belitung 293 667 1.261.065 23,2 52,9

10 Kep. Riau 691 1.084 1.761.385 39,2 61,5

11 DKI Jakarta 7.783 2.121 9.738.297 79,9 21,8

12 Jawa Barat 5.449 10.496 43.849.420 12,4 23,9

13 Jawa Tengah 7.829 15.833 32.485.926 24,1 48,7

14 DI Yogyakarta 2.543 1.588 3.491.671 72,8 45,5

15 Jawa Timur 4.726 12.718 37.742.356 12,5 33,7

16 Banten 1.624 5.744 10.922.177 14,9 52,6

17 Bali 2.064 2.386 3.972.385 52,0 60,1

18 Nusa Tenggara Barat 855 2.051 4.550.546 18,8 45,1

19 Nusa Tenggara Timur 760 2.696 4.778.348 15,9 56,4

20 Kalimantan Barat 804 2.204 4.433.728 18,1 49,7

21 Kalimantan Tengah 600 1.772 2.250.539 26,7 78,7

22 Kalimantan Selatan 1.127 2.541 3.696.903 30,5 68,7

23 Kalimantan Timur 1.354 1.851 3.686.640 36,7 50,2

24 Sulawesi Utara 1.389 1.373 2.298.489 60,4 59,7

25 Sulawesi Tengah 559 2.112 2.685.024 20,8 78,7

26 Sulawesi Selatan 2.132 4.652 8.124.645 26,2 57,3

27 Sulawesi Tenggara 539 1.667 2.277.864 23,7 73,2

28 Gorontalo 311 645 1.063.131 29,3 60,7

29 Sulawesi Barat 341 902 1.189.097 28,7 75,9

30 Maluku 484 1.137 1.575.642 30,7 72,2

31 Maluku Utara 283 1.029 1.063.187 26,6 96,8

32 Papua Barat 243 600 788.233 30,8 76,1

33 Papua 808 2.052 2.984.580 27,1 68,8

INDONESIA 59.492 124.164 241.222.182 24,7 51,5

Sumber data: Profil Kesehatan Indonesia, 2011

Keterangan: *) Data merupakan estimasi yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia, 2011

Rasio Sumber Daya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan) per 100.000 Penduduk

Menurut Provinsi, 2011

Page 99: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 87

Tabel 3.5

1 Aceh 325 45

2 Sumatera Utara 542 153

3 Sumatera Barat 254 45

4 Riau 203 42

5 Jambi 174 22

6 Sumatera Selatan 304 41

7 Bengkulu 178 18

8 Lampung 269 36

9 Kep. Bangka Belitung 58 11

10 Kep. Riau 67 22

11 DKI Jakarta 340 132

12 Jawa Barat 1,046 200

13 Jawa Tengah 867 225

14 DI Yogyakarta 121 51

15 Jawa Timur 956 187

16 Banten 226 46

17 Bali 114 43

18 Nusa Tenggara Barat 152 17

19 Nusa Tenggara Timur 342 34

20 Kalimantan Barat 235 33

21 Kalimantan Tengah 179 15

22 Kalimantan Selatan 224 29

23 Kalimantan Timur 215 36

24 Sulawesi Utara 170 32

25 Sulawesi Tengah 173 23

26 Sulawesi Selatan 421 67

27 Sulawesi Tenggara 249 22

28 Gorontalo 86 9

29 Sulawesi Barat 86 7

30 Maluku 170 24

31 Maluku Utara 115 15

32 Papua Barat 126 11

33 Papua 334 28

INDONESIA 9,321 1,721

Sumber data: Profil Kesehatan Indonesia, 2011

Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)

di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011

Puskesmas Rumah Sakit No Provinsi

Page 100: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 88

Tabel 3.6

No ProvinsiKlinik KB

Pemerintah

Klinik KB

SwastaJumlah

1 Aceh 705 127 832

2 Sumatera Utara 1224 305 1529

3 Sumatera Barat 774 18 792

4 Riau 388 79 467

5 Kepulauan Riau 163 43 206

6 Jambi 780 33 813

7 Sumatera Selatan 1012 229 1241

8 Bangka Belitung 237 10 247

9 Bengkulu 347 17 364

10 Lampung 946 46 992

11 DKI Jakarta 417 99 516

12 Jawa Barat 2209 1330 3539

13 Banten 412 339 751

14 Jawa Tengah 1235 549 1784

15 DI Yogyakarta 165 142 307

16 Jawa Timur 3477 424 3901

17 Bali 540 49 589

18 Nusa Tenggara Barat 1027 64 1091

19 Nusa Tenggara Timur 528 37 565

20 Kalimantan Barat 297 112 409

21 Kalimantan Tengah 624 84 708

22 Kalimantan Selatan 367 27 394

23 Kalimantan Timur 419 118 537

24 Sulawesi Utara 231 128 359

25 Gorontalo 125 26 151

26 Sulawesi Tengah 893 48 941

27 Sulawesi Selatan 733 72 805

28 Sulawesi Barat 148 15 163

29 Sulawesi Tenggara 365 8 373

30 Maluku 283 44 327

31 Maluku Utara 96 12 108

32 Papua 327 36 363

33 Papua Barat 153 14 167

INDONESIA 21.647 4.684 26.331

Sumber Data: Laporan Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN

Keterangan: *) Data sampai dengan bulan Agustus 2013

Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013*)

Page 101: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 89

Tabel 3.7

TKSekolah

Dasar

Sekolah

Menengah

Pertama

Sekolah

Menengah

Atas

TKSekolah

Dasar

Sekolah

Menengah

Pertama

Sekolah

Menengah

Atas

TKSekolah

Dasar

Sekolah

Menengah

Pertama

Sekolah

Menengah

Atas

1 Aceh 1.111 3.691 1.114 660 1.318 3.855 1.200 708 1.498 3.904 1.222 743

2 Sumatera Utara 1.067 9.610 2.966 2.033 1.149 9.213 3.061 2.088 1.245 10.076 3.080 2.179

3 Sumatera Barat 1.943 4.176 1.016 596 1.865 4.149 1.051 618 1.950 4.268 1.068 611

4 Riau 1.345 3.704 1.344 650 1.389 3.496 1.383 708 1.472 3.768 1.418 762

5 Kep. Riau 362 692 275 161 397 753 317 163 455 866 329 188

6 Jambi 785 2.550 827 453 961 2.519 867 477 1.002 2.608 887 504

7 Sumatera Selatan 1.059 4.967 1.471 843 1.007 4.704 1.537 869 1.189 5.000 1.558 908

8 Kep. Bangka Belitung 198 810 211 128 222 815 215 129 226 820 217 130

9 Bengkulu 422 1.422 406 218 425 1.352 426 227 467 1.447 442 234

10 Lampung 1.710 5.296 1.706 852 1.856 5.601 1.797 886 2.049 5.297 1.846 962

11 DKI Jakarta 1.845 3.467 1.236 1.156 1.955 3.468 1.250 1.178 1.857 3.420 1.260 1.189

12 Jawa Barat 5.891 23.086 5.359 3.094 6.195 23.045 5.537 3.416 5.955 23.203 5.877 3.752

13 Banten 1.415 5.212 1.618 956 1.366 5.589 1.784 988 1.599 5.353 1.790 1.150

14 Jawa Tengah 12.690 23.474 4.344 2.369 13.036 23.402 4.464 2.500 12.862 23.484 4.540 2.592

15 DI Yogyakarta 2.098 2.411 505 397 2.030 1.910 516 405 2.112 2.080 539 395

16 Jawa Timur 15.769 25.601 6.088 3.380 15.976 26.015 6.349 3.590 16.413 26.636 6.507 3.737

17 Bali 1.176 2.485 370 297 1.164 2.496 387 306 1.239 2.482 395 317

18 Nusa Tenggara Barat 1.227 3.602 1.134 641 1.177 3.487 1.191 680 1.236 3.733 1.236 773

19 Nusa Tenggara Timur 1.142 4.688 872 414 1.087 4.503 946 415 1.147 4.700 967 444

20 Kalimantan Barat 517 4.365 1.174 519 565 4.162 1.229 557 605 4.434 1.258 580

21 Kalimantan Tengah 721 2.766 596 294 882 2.834 667 309 884 2.764 679 333

22 Kalimantan Selatan 1.620 3.455 809 346 1.793 3.460 827 362 1.799 3.414 853 386

23 Kalimantan Timur 987 2.260 749 460 1.005 2.286 765 478 1.016 2.338 771 482

24 Sulawesi Utara 1.144 2.338 641 312 1.228 2.441 660 338 1.228 2.276 694 363

25 Gorontalo 551 930 290 107 472 960 298 114 627 948 310 122

26 Sulawesi Tengah 1.076 2.808 712 367 1.198 2.882 721 362 1.149 2.926 737 379

27 Sulawesi Selatan 2.793 6.570 1.732 978 3.115 6.785 1.802 1.043 3.214 6.927 1.838 1.101

28 Sulawesi Barat 367 1.256 312 152 507 1.353 330 168 513 1.412 362 190

29 Sulawesi Tenggara 994 2.110 650 334 1.077 2.308 704 372 1.129 2.349 721 617

30 Maluku 317 1.686 566 285 310 1.703 596 297 351 1.827 614 315

31 Maluku Utara 236 1.419 361 220 259 1.208 373 234 266 1.336 385 267

32 Papua 342 2.022 432 238 377 1.920 461 246 378 2.271 473 261

33 Papua Barat 181 823 183 92 187 817 177 101 194 964 204 130

INDONESIA 65.101 165.752 42.069 24.002 67.550 165.491 43.888 25.332 69.326 169.331 45.077 27.096

Sumber data: Statistik Indonesia, 2012

Sarana Pendidikan (Sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010

No Provinsi

Jenis Sekolah 2008/2009 Jenis Sekolah 2009/2010 Jenis Sekolah 2009/2010

Page 102: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 90

Tabel 3.8

No Provinsi

Jumlah

Penduduk Usia

Sekolah

Jumlah Sekolah

2009/2010Rasio

1 Aceh 1.825.374 7.184 254,1

2 Sumatera Utara 11.531.511 15.761 731,6

3 Sumatera Barat 1.862.879 7.797 238,9

4 Riau 2.201.848 7.055 312,1

5 Kepulauan Riau 597.511 1.659 360,2

6 Jambi 1.177.657 4.863 242,2

7 Sumatera Selatan 2.883.439 8.239 350,0

8 Bangka Belitung 454.114 1.390 326,7

9 Bengkulu 665.201 2.449 271,6

10 Lampung 2.841.459 10.214 278,2

11 DKI Jakarta 3.294.135 8.179 402,8

12 Jawa Barat 15.937.519 38.593 413,0

13 Banten 4.180.540 9.822 425,6

14 Jawa Tengah 10.863.030 43.649 248,9

15 DI Yogyakarta 1.084.769 4.986 217,6

16 Jawa Timur 12.073.536 46.238 261,1

17 Bali 1.240.384 2.215 560,0

18 Nusa Tenggara Barat 1.741.144 6.585 264,4

19 Nusa Tenggara Timur 1.927.129 6.989 275,7

20 Kalimantan Barat 1.742.064 6.559 265,6

21 Kalimantan Tengah 857.411 4.717 181,8

22 Kalimantan Selatan 1.351.891 6.490 208,3

23 Kalimantan Timur 1.317.066 4.601 286,3

24 Sulawesi Utara 789.245 4.720 167,2

25 Gorontalo 407.940 1.857 219,7

26 Sulawesi Tengah 1.030.819 5.187 198,7

27 Sulawesi Selatan 3.108.016 12.966 239,7

28 Sulawesi Barat 480.236 2.371 202,5

29 Sulawesi Tenggara 925.455 4.501 205,6

30 Maluku 638.891 2.932 217,9

31 Maluku Utara 428.811 2.091 205,1

32 Papua 1.215.643 3.049 398,7

33 Papua Barat 312.282 1.298 240,6

Sumber Data: SP 2010, Statistik Indonesia 2012 - BPS RI

Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah terhadap Jumlah Sekolah di

Indonesia Tahun 2010

Page 103: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 91

Tabel 3.9

TKSekolah

Dasar

Sekolah

Menengah

Pertama

Sekolah

Menengah

Atas

TKSekolah

Dasar

Sekolah

Menengah

Pertama

Sekolah

Menengah

Atas

TKSekolah

Dasar

Sekolah

Menengah

Pertama

Sekolah

Menengah

Atas

1 Aceh 3.777 46.561 24.957 19.439 5.639 55.778 26.740 20.958 6.079 55.575 24.401 19.259

2 Sumatera Utara 3.710 90.474 57.133 52.093 4.922 99.245 58.405 54.259 5.013 111.644 53.577 40.621

3 Sumatera Barat 5.797 45.078 25.449 21.579 5.901 44.470 25.955 22.683 4.927 42.851 24.567 19.209

4 Riau 4.739 41.903 20.944 15.008 4.845 42.999 22.128 16.419 5.201 47.923 21.325 15.012

5 Kep. Riau 1.344 8.286 4.322 3.733 1.385 10.040 4.464 4.048 1.546 10.623 4.021 3.241

6 Jambi 2.255 28.113 13.622 10.589 3.237 26.967 13.477 11.005 2.407 28.520 13.054 8.831

7 Sumatera Selatan 3.902 58.272 28.676 23.573 4.023 58.661 30.589 24.087 4.091 60.838 25.219 17.469

8 Kep. Bangka Belitung 603 7.940 3.078 3.034 958 8.627 3.189 3.071 768 8.306 2.989 2.512

9 Bengkulu 1.269 14.791 7.297 6.115 2.022 14.245 7.118 6.488 1.156 16.439 7.605 5.779

10 Lampung 5.399 59.241 30.559 22.819 6.439 60.688 27.438 23.453 6.975 63.764 28.232 17.396

11 DKI Jakarta 7.739 35.389 26.749 36.394 7.885 41.247 26.488 36.336 10.303 42.671 24.686 25.056

12 Jawa Barat 16.440 215.667 120.508 79.726 21.698 232.364 126.571 89.304 21.008 233.824 113.932 66.186

13 Banten 4.856 57.368 32.256 23.086 5.167 63.111 36.473 24.336 5.962 63.624 31.094 20.292

14 Jawa Tengah 29.414 224.532 109.462 75.182 32.628 229.615 104.126 77.935 24.978 205.574 90.140 59.883

15 DI Yogyakarta 4.128 29.449 13.178 14.654 6.846 22.778 14.304 15.201 5.965 21.686 11.900 12.672

16 Jawa Timur 41.139 276.557 133.960 95.391 46.528 284.267 141.501 105.390 42.049 290.866 128.096 80.758

17 Bali 3.135 23.534 13.026 12.227 4.402 24.863 12.740 13.148 4.548 25.296 10.996 8.959

18 Nusa Tenggara Barat 3.154 42.494 24.268 18.060 4.381 40.929 25.003 19.131 3.197 41.039 21.808 15.423

19 Nusa Tenggara Timur 2.307 41.354 14.426 10.216 2.705 42.241 15.504 12.107 1.970 43.943 14.751 10.098

20 Kalimantan Barat 1.517 36.247 13.631 10.734 1.996 41.818 15.628 12.278 2.130 40.725 13.178 8.741

21 Kalimantan Tengah 2.093 17.676 6.714 5.810 2.550 21.808 7.983 6.500 3.697 25.395 8.978 6.272

22 Kalimantan Selatan 4.540 35.961 13.733 9.213 6.460 35.976 13.013 9.627 5.752 36.951 13.115 8.216

23 Kalimantan Timur 3.246 24.652 12.019 10.448 3.397 24.846 11.328 11.102 4.353 30.612 11.781 9.207

24 Sulawesi Utara 3.877 18.832 8.886 7.370 2.512 19.407 9.170 7.976 2.694 19.485 8.909 6.301

25 Gorontalo 1.654 9.036 4.494 2.989 1.475 9.373 4.354 3.244 1.748 9.789 4.469 2.654

26 Sulawesi Tengah 3.496 20.436 10.341 8.062 3.904 24.466 11.549 8.429 2.706 23.930 10.267 6.938

27 Sulawesi Selatan 6.836 67.728 34.002 25.711 10.157 75.918 36.049 28.254 8.778 74.411 34.474 22.540

28 Sulawesi Barat 639 13.073 5.405 3.732 1.741 13.209 5.079 3.869 1.185 12.370 4.385 2.622

29 Sulawesi Tenggara 2.414 23.903 12.098 8.921 3.106 23.942 12.121 9.824 3.762 27.836 11.092 8.243

30 Maluku 601 15.997 7.247 6.402 746 15.580 7.450 6.500 938 17.698 7.345 6.355

31 Maluku Utara 571 7.751 4.676 4.496 784 9.036 5.110 4.725 805 9.433 4.706 3.293

32 Papua 1.076 13.678 6.150 5.627 1.355 12.648 6.329 5.816 1.147 11.596 4.893 4.546

33 Papua Barat 284 5.424 2.884 2.438 499 5.763 2.688 2.712 412 4.736 2.205 1.735

INDONESIA 177.951 1.657.397 846.150 654.871 212.293 1.736.925 870.064 700.215 198.250 1.759.973 792.190 546.319

Sumber data: Statistik Indonesia, 2012

Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010

No Provinsi

Jenis Sekolah 2008/2009 Jenis Sekolah 2009/2010 Jenis Sekolah 2009/2010

Page 104: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 92

Tabel 3.10

No Provinsi Sendiri Bersama Umum Tidak Ada

1 Aceh 60,35 7,18 7,20 25,27

2 Sumatera Utara 74,89 7,39 3,60 14,12

3 Sumatera Barat 54,66 9,56 5,78 30,00

4 Riau 83,82 6,03 1,24 8,91

5 Kep. Riau 82,04 12,24 1,63 4,09

6 Jambi 68,13 8,84 3,50 19,53

7 Sumatera Selatan 64,59 10,77 4,17 20,47

8 Kep. Bangka Belitung 71,75 4,41 1,52 22,32

9 Bengkulu 66,57 8,24 1,65 23,54

10 Lampung 76,97 11,66 1,32 10,05

11 DKI Jakarta 76,30 18,41 4,84 0,45

12 Jawa Barat 67,60 14,02 6,40 11,98

13 Banten 62,92 11,72 2,52 22,84

14 Jawa Tengah 64,52 13,80 2,47 19,21

15 DI Yogyakarta 69,82 24,89 0,71 4,58

16 Jawa Timur 61,62 15,09 1,55 21,74

17 Bali 65,49 20,72 0,67 13,12

18 Nusa Tenggara Barat 41,85 16,35 2,89 38,91

19 Nusa Tenggara Timur 62,35 13,78 2,43 21,44

20 Kalimantan Barat 64,67 6,70 2,22 26,41

21 Kalimantan Tengah 53,60 24,94 8,84 12,62

22 Kalimantan Selatan 63,80 14,94 7,80 13,46

23 Kalimantan Timur 80,96 9,90 3,59 5,55

24 Sulawesi Utara 63,42 18,53 2,84 15,21

25 Gorontalo 33,06 17,40 10,97 38,57

26 Sulawesi Tengah 50,88 9,21 5,61 34,30

27 Sulawesi Selatan 62,30 13,29 2,42 21,99

28 Sulawesi Barat 44,86 10,42 2,79 41,93

29 Sulawesi Tenggara 58,63 10,45 2,80 28,12

30 Maluku 49,53 13,28 8,45 28,74

31 Maluku Utara 49,88 12,95 15,04 22,13

32 Papua 46,55 10,13 4,31 39,01

33 Papua Barat 54,83 18,55 13,24 13,38

Indonesia 65,20 13,37 3,65 17,78

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2011

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang

Air Besar Tahun 2011

Page 105: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 93

Tabel 3.11

No Provinsi Sendiri Bersama Umum Tidak Ada

1 Aceh 71,92 15,20 10,46 2,42

2 Sumatera Utara 64,87 14,58 16,09 4,46

3 Sumatera Barat 60,69 22,22 12,96 4,13

4 Riau 72,22 12,71 4,27 10,80

5 Kep. Riau 63,30 19,53 16,50 0,67

6 Jambi 63,97 17,75 6,88 11,40

7 Sumatera Selatan 58,64 24,93 9,38 7,05

8 Kep. Bangka Belitung 43,39 37,57 16,81 2,23

9 Bengkulu 71,58 20,80 6,56 1,06

10 Lampung 69,29 23,77 5,01 1,93

11 DKI Jakarta 79,64 18,55 1,32 0,49

12 Jawa Barat 61,56 24,90 12,39 1,15

13 Banten 63,04 22,97 12,24 1,75

14 Jawa Tengah 64,55 25,97 7,95 1,53

15 DI Yogyakarta 62,57 34,19 1,97 1,27

16 Jawa Timur 60,76 29,71 8,33 1,20

17 Bali 55,02 29,66 12,41 2,91

18 Nusa Tenggara Barat 30,10 49,57 18,34 1,99

19 Nusa Tenggara Timur 18,89 33,99 44,30 2,82

20 Kalimantan Barat 39,68 10,77 9,60 39,95

21 Kalimantan Tengah 46,95 19,43 17,12 16,50

22 Kalimantan Selatan 52,79 20,93 13,16 13,12

23 Kalimantan Timur 68,53 18,06 7,90 5,51

24 Sulawesi Utara 47,54 29,86 18,41 4,19

25 Gorontalo 36,66 41,31 17,13 4,90

26 Sulawesi Tengah 50,91 25,11 18,08 5,90

27 Sulawesi Selatan 46,02 38,20 13,55 2,23

28 Sulawesi Barat 40,59 30,68 22,37 6,36

29 Sulawesi Tenggara 41,72 37,48 19,63 1,17

30 Maluku 24,79 29,89 43,31 2,01

31 Maluku Utara 40,33 30,60 26,54 2,53

32 Papua 31,16 22,36 30,52 15,96

33 Papua Barat 41,62 27,46 23,12 7,80

Indonesia 58,69 25,92 11,74 3,65

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2011

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air

Minum Tahun 2011

Page 106: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 94

Tabel 3.12

No Provinsi Listrik PLNListrik Non-

PLN

Petromak/

Aladin

Pelita/Sentir/

OborLainnya* Lainnya

1 Aceh 95,44 1,05 1,41 2,06 0,04 3,51

2 Sumatera Utara 92,5 2,31 1,21 3,88 0,1 5,19

3 Sumatera Barat 90,37 3,07 1,35 4,6 0,61 6,56

4 Riau 66,78 25,85 0,51 6,56 0,3 7,37

5 Kep. Riau 84,02 11,6 1,08 3,21 0,09 4,38

6 Jambi 84,73 10,77 0,54 3,76 0,2 4,5

7 Sumatera Selatan 86,21 6,66 0,11 6,96 0,07 7,14

8 Kep. Bangka Belitung 84,52 11,74 0,1 3,21 0,43 3,74

9 Bengkulu 89,61 7,53 0,25 2,48 0,12 2,85

10 Lampung 87,5 10,37 0,19 1,3 0,64 2,13

11 DKI Jakarta 99,97 0 0 0,03 0 0,03

12 Jawa Barat 98,45 0,82 0,02 0,48 0,23 0,73

13 Banten 99,33 0,34 0,01 0,3 0,03 0,34

14 Jawa Tengah 99,47 0,13 0 0,41 0 0,41

15 DI Yogyakarta 98,6 1,08 0,11 0,21 0 0,32

16 Jawa Timur 98,71 0,24 0,15 0,85 0,05 1,05

17 Bali 98,96 0,24 0 0,75 0,05 0,8

18 Nusa Tenggara Barat 92,68 3,1 0,24 3,94 0,05 4,23

19 Nusa Tenggara Timur 52,07 14,8 0,13 32,13 0,87 33,13

20 Kalimantan Barat 74,2 11,54 0,24 13,57 0,46 14,27

21 Kalimantan Tengah 67,42 13,79 1,93 15,06 1,8 18,79

22 Kalimantan Selatan 88,58 6,22 1,36 3,6 0,23 5,19

23 Kalimantan Timur 80,12 14,73 0,89 2,65 1,62 5,16

24 Sulawesi Utara 96,05 2,73 0,15 1,04 0,04 1,23

25 Gorontalo 79,99 6,56 0,15 13,07 0,24 13,46

26 Sulawesi Tengah 87,99 4,89 0,45 6,09 0,57 7,11

27 Sulawesi Selatan 81,89 7,02 0,02 10,95 0,12 11,09

28 Sulawesi Barat 74,35 7,35 4,26 14,03 0 18,29

29 Sulawesi Tenggara 59,13 25,18 0 15,6 0,09 15,69

30 Maluku 74,63 5,89 0,47 18,72 0,29 19,48

31 Maluku Utara 67,49 17,08 0,47 14,96 0 15,43

32 Papua 61,44 19,22 0,31 17,37 1,65 19,33

33 Papua Barat 33,7 8,16 0,67 24,34 33,13 58,14

Indonesia 92,08 3,84 0,3 3,16 0,62 4,08

Data Susenas Triwulan III-2012

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, 2012

Sumber data: Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS

Page 107: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 95

Tabel 3.13

No Provinsi BCG DPT 1 DPT 2 DPT 3 Polio 1 Polio 2 Polio 3Hepatitis

0

Hepatitis

1

Hepatitis

2

Hepatitis

3Campak

Semua

vaksinasi

dasar

tanpa

Hepatitis

B

1 Aceh 77.6 76.8 67.6 57.6 83.6 75.5 64.5 67.5 59.6 56.1 31.4 59.8 49.7

2 Sumatera Utara 80.4 76.7 68.4 61.1 87.0 81.5 65.3 67.6 57.3 47.0 18.1 64.2 50.8

3 Sumatera Barat 89.0 81.8 74.7 62.9 92.2 79.4 73.8 78.8 67.8 62.3 36.8 69.5 59.4

4 Riau 82.4 84.2 78.2 67.0 86.6 81.6 69.0 80.4 71.9 60.4 35.1 70.8 57.6

5 Jambi 79.1 80.7 76.3 69.3 82.3 80.7 69.6 77.5 73.6 68.4 49.6 76.7 65.7

6 Sumatera Selatan 90.1 88.3 77.9 69.5 90.6 79.4 68.6 84.6 71.2 63.2 32.6 80.1 63.3

7 Bengkulu 88.9 92.9 84.8 71.9 91.1 89.7 77.9 87.8 78.2 69.6 18.7 82.1 66.7

8 Lampung 95.3 95.8 86.0 74.1 95.8 91.9 79.4 95.9 86.2 65.6 38.8 89.3 68.9

9 Bangka Belitung 84.7 81.4 78.6 72.8 87.8 79.4 76.4 87.8 77.6 64.2 56.0 74.9 70.2

10 Kepulauan Riau 85.2 85.0 78.3 74.2 87.8 84.8 76.2 79.3 77.1 72.1 36.0 75.7 65.3

11 DKI Jakarta 93.3 92.3 84.2 77.5 95.3 88.7 82.8 87.7 78.8 68.3 39.1 86.5 73.2

12 Jawa Barat 94.1 91.8 81.8 73.8 95.2 88.7 77.0 89.2 78.0 69.5 41.8 81.1 65.6

13 Jawa Tengah 91.8 94.2 89.7 82.7 95.6 92.6 87.3 92.6 85.0 78.9 64.7 92.6 78.7

14 DI Yogyakarta 100.0 100.0 100.0 96.4 100.0 100.0 97.5 98.8 96.1 93.7 77.5 97.1 93.5

15 Jawa Timur 96.8 95.7 90.7 83.6 96.5 92.3 86.7 93.1 80.7 75.8 54.4 87.8 77.2

16 Banten 82.0 78.7 68.7 49.1 83.5 73.6 54.9 74.5 53.8 43.1 23.3 61.4 37.9

17 Bali 98.7 96.3 93.6 89.2 98.7 94.8 89.2 97.2 85.7 80.0 60.3 93.1 87.0

18 Nusa Tenggara Barat 92.2 92.9 85.1 70.7 92.9 91.8 75.5 90.9 75.7 58.5 33.7 89.9 66.0

19 Nusa Tenggara Timur 87.6 91.7 83.8 76.4 93.3 89.5 81.6 90.9 81.7 77.6 47.0 82.7 73.1

20 Kalimantan Barat 79.5 77.4 71.8 62.8 80.2 74.4 66.9 79.8 71.8 62.6 35.8 71.6 57.5

21 Kalimantan Tengah 72.3 67.2 57.3 52.5 79.7 69.2 57.5 67.6 54.7 49.9 27.5 64.2 45.9

22 Kalimantan Selatan 83.1 79.2 69.1 62.1 84.4 78.1 72.1 74.2 68.1 63.3 36.5 73.6 61.4

23 Kalimantan Timur 91.6 94.1 86.4 80.4 95.3 90.2 83.0 92.8 81.9 67.5 51.4 89.0 76.6

24 Sulawesi Utara 97.3 94.0 89.4 84.2 94.1 88.5 84.2 89.8 82.4 74.8 49.6 87.5 77.1

25 Sulawesi Tengah 86.3 86.0 77.7 71.5 85.3 78.3 76.1 84.0 71.0 61.7 31.2 82.9 67.2

26 Sulawesi Selatan 82.2 79.6 69.4 60.3 85.0 74.7 61.1 76.4 60.7 53.5 39.0 71.9 48.7

27 Sulawesi Tenggara 87.8 87.2 84.6 75.7 89.5 86.6 78.3 83.2 76.6 71.0 32.5 81.4 70.5

28 Gorontalo 94.5 90.3 81.1 71.5 93.1 79.8 72.3 93.0 74.7 64.9 47.8 91.6 67.4

29 Sulawesi Barat 71.7 70.5 58.3 49.8 74.9 68.2 56.4 71.3 52.1 47.0 32.5 60.9 43.4

30 Maluku 76.6 71.1 59.9 46.9 78.4 66.5 53.6 69.3 60.3 50.4 20.6 65.1 44.2

31 Maluku Utara 91.1 92.0 83.4 62.2 91.0 84.4 68.0 85.9 78.7 54.7 21.1 83.4 55.1

32 Papua Barat 72.3 74.5 69.5 58.1 75.9 69.5 59.6 70.4 66.6 58.2 29.9 62.9 50.7

33 Papua 59.4 51.9 48.0 35.3 51.6 49.0 43.4 50.3 45.4 36.2 14.1 49.0 34.0

Jumlah 89.3 88.1 80.7 72.0 91.2 85.5 75.9 85.3 74.5 66.3 42.4 80.1 65.6

Sumber data: SDKI, 2012

1 Imunisasi BCG, Campak, 4 dosis Hepatitis B, 3 dosis DPT dan polio kecuali polio 4

Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

95

Page 108: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 96

Tabel 3.14

1997 2002-03 2007 2012

1 Aceh 3,9 - 6,1 5,2

2 Sumatera Utara 3,7 4,0 3,6 5,8

3 Sumatera Barat 5,5 5,7 3,8 5,7

4 Riau 6,0 5,0 4,6 6,1

5 Jambi 4,1 6,7 5,3 5,3

6 Sumatera Selatan 5,7 2,5 3,1 4,6

7 Bengkulu 3,5 4,2 3,9 6,1

8 Lampung 4,4 4,4 4,0 4,8

9 Bangka Belitung - 2,9 5,5 4,3

10 Kepulauan Riau - - 4,7 4,7

11 DKI Jakarta 3,7 3,8 3,8 4,1

12 Jawa Barat 5,2 4,4 4,1 4,4

13 Jawa Tengah 3,5 3,4 3,5 4,0

14 DI. Yogyakarta 2,8 3,3 4,4 3,4

15 Jawa Timur 3,6 3,5 2,6 2,9

16 Banten - 4,3 3,4 3,7

17 Bali 4,7 3,8 3,5 3,1

18 Nusa Tenggara Barat 5,4 5,9 4,9 4,8

19 Nusa Tenggara Timur 5,2 6,0 6,2 6,2

20 Kalimantan Barat 4,3 3,9 5,1 5,3

21 Kalimantan Tengah 4,2 5,5 7,1 5,5

22 Kalimantan Selatan 4,3 4,3 5,7 3,8

23 Kalimantan Timur 4,1 6,1 5,7 5,2

24 Sulawesi Utara 4,6 3,9 4,1 3,6

25 Sulawesi Tengah 6,0 6,0 4,0 5,3

26 Sulawesi Selatan 4,7 3,8 4,1 3,9

27 Sulawesi Tenggara 4,4 6,7 5,6 5,7

28 Gorontalo - 6,8 3,8 4,1

29 Sulawesi Barat - - 6,3 4,6

30 Maluku 5,0 - 5,1 4,5

31 Maluku Utara - - 6,5 5,3

32 Papua Barat - - 4,7 5,2

33 Papua 5,9 - 4,2 2,5

Jumlah 4,4 4,1 3,9 4,3

Sumber data: SDKI 1997, 2002-03, 2007, 2012

Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut

Provinsi Tahun 1997 - 2012

Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang HamilProvinsiNo

Page 109: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 97

Tabel 3.15

No ProvinsiKelahiran di Fasilitas

Kesehatan

1 Aceh 52,9

2 Sumatera Utara 47,8

3 Sumatera Barat 74,5

4 Riau 50,8

5 Jambi 41,1

6 Sumatera Selatan 55,7

7 Bengkulu 34,7

8 Lampung 61,4

9 Bangka Belitung 64,3

10 Kepulauan Riau 81,8

11 DKI Jakarta 96

12 Jawa Barat 63,3

13 Jawa Tengah 75,2

14 DI. Yogyakarta 93,6

15 Jawa Timur 84,6

16 Banten 60,6

17 Bali 97,6

18 Nusa Tenggara Barat 74,3

19 Nusa Tenggara Timur 41

20 Kalimantan Barat 40,8

21 Kalimantan Tengah 22,3

22 Kalimantan Selatan 35,5

23 Kalimantan Timur 63,1

24 Sulawesi Utara 59,4

25 Sulawesi Tengah 30,5

26 Sulawesi Selatan 47,7

27 Sulawesi Tenggara 21,7

28 Gorontalo 40,5

29 Sulawesi Barat 16,2

30 Maluku 21,6

31 Maluku Utara 20,6

32 Papua Barat 38,3

33 Papua 26,8

Jumlah 63

Sumber data: SDKI, 2012

Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di

Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

Page 110: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 98

Tabel 3.16

Tenaga

Profesional*)Dukun

Saudara/

TemanLainnya Tidak ada

Tidak

tahu/tidak

menjawab

Jumlah

1 Aceh 89,8 9,0 0,2 0,2 0,2 0,6 100,0

2 Sumatera Utara 88,4 7,6 3,3 0,1 0,4 0,3 100,0

3 Sumatera Barat 90,5 8,5 0,2 0,0 0,0 0,7 100,0

4 Riau 86,4 11,7 1,1 0,0 0,0 0,8 100,0

5 Jambi 75,7 22,4 1,9 0,0 0,0 0,0 100,0

6 Sumatera Selatan 85,1 13,6 0,9 0,0 0,0 0,5 100,0

7 Bengkulu 87,2 11,3 0,9 0,0 0,0 0,6 100,0

8 Lampung 84,6 13,3 0,7 0,4 0,6 0,3 100,0

9 Bangka Belitung 89,3 8,3 1,3 0,0 0,5 0,7 100,0

10 Kepulauan Riau 94,7 3,7 0,4 0,0 0,0 1,2 100,0

11 DKI Jakarta 98,7 0,5 0,1 0,0 0,0 0,7 100,0

12 Jawa Barat 80,3 17,3 0,7 0,3 0,4 1,1 100,0

13 Jawa Tengah 93,6 5,2 0,5 0,2 0,2 0,5 100,0

14 DI. Yogyakarta 98,0 1,5 0,0 0,0 0,0 0,4 100,0

15 Jawa Timur 89,8 9,2 0,6 0,4 0,0 0,1 100,0

16 Banten 77,3 21,7 0,5 0,0 0,2 0,3 100,0

17 Bali 98,7 0,6 0,5 0,0 0,0 0,2 100,0

18 Nusa Tenggara Barat 81,7 16,4 0,4 0,2 0,6 0,6 100,0

19 Nusa Tenggara Timur 56,8 29,9 10,7 0,8 0,2 1,7 100,0

20 Kalimantan Barat 72,2 25,7 0,5 0,1 0,0 1,5 100,0

21 Kalimantan Tengah 70,2 27,7 1,2 0,0 0,3 0,6 100,0

22 Kalimantan Selatan 80,1 19,3 0,4 0,0 0,0 0,2 100,0

23 Kalimantan Timur 83,8 14,1 2,2 0,0 0,0 0,0 100,0

24 Sulawesi Utara 85,8 12,4 0,2 0,6 0,2 0,8 100,0

25 Sulawesi Tengah 62,9 25,6 11,2 0,0 0,0 0,3 100,0

26 Sulawesi Selatan 75,8 17,8 3,9 0,1 0,9 1,5 100,0

27 Sulawesi Tenggara 65,9 29,6 3,3 0,0 0,2 1,0 100,0

28 Gorontalo 74,9 23,4 1,2 0,0 0,2 0,3 100,0

29 Sulawesi Barat 43,3 43,5 11,2 0,0 1,2 0,8 100,0

30 Maluku 49,9 46,0 2,9 0,0 0,2 1,1 100,0

31 Maluku Utara 51,5 40,8 4,3 0,4 2,4 0,6 100,0

32 Papua Barat 62,6 12,8 16,0 4,6 1,5 2,5 100,0

33 Papua 39,9 9,3 42,2 4,0 3,2 1,3 100,0

Jumlah 83,1 13,5 2,2 0,3 0,3 0,7 100,0

Sumber data: SDKI, 2012

Keterangan : *) Penolong persalinan termasuk dokter, dokter kandungan, peraw at, bidan, dan bidan desa

Penolong Persalinan

No Provinsi

Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

Page 111: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 99

Tabel 3.17

No Provinsi HIV AIDS

1 Aceh 106 1372 Sumatera Utara 7.078 5153 Sumatera Barat 777 8024 Riau 1.503 8595 Jambi 512 3846 Sumatera Selatan 1.288 3227 Bengkulu 176 1608 Lampung 832 2429 Bangka Belitung 380 27010 Kepulauan Riau 3.200 38211 DKI Jakarta 24.807 6.29912 Jawa Barat 8.161 4.13113 Jawa Tengah 5.406 2.99014 DI. Yogyakarta 1.693 78215 Jawa Timur 14.285 6.90016 Banten 2.764 91617 Bali 7.073 3.34418 Nusa Tenggara Barat 574 37919 Nusa Tenggara Timur 1.389 49620 Kalimantan Barat 3.760 1.69921 Kalimantan Tengah 136 9322 Kalimantan Selatan 227 13423 Kalimantan Timur 1.957 33224 Sulawesi Utara 1.881 71525 Sulawesi Tengah 226 12726 Sulawesi Selatan 3.178 1.54727 Sulawesi Tenggara 139 18628 Gorontalo 30 6029 Sulawesi Barat 33 430 Maluku 1.032 35531 Maluku Utara 161 12332 Papua Barat 1.965 18733 Papua 11.871 7.795

Jumlah 108.600 43.667

Sumber data: Ditjen PP dan PL, Kemenkes, 2013

Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi

Tahun 2013 (sd Juni)

Page 112: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 100

Tabel 3.18

1 Aceh 94,85 95,13 96,39 96,87 97,26 95,84

2 Sumatera Utara 97,00 97,04 97,36 97,53 97,60 96,83

3 Sumatera Barat 96,35 96,49 97,00 97,21 97,40 96,20

4 Riau 97,54 97,53 97,98 98,31 98,51 97,61

5 Jambi 95,26 95,39 95,83 96,07 96,33 95,52

6 Sumatera Selatan 96,91 96,97 97,37 97,53 97,66 96,65

7 Bengkulu 94,50 94,56 95,26 95,54 95,85 95,13

8 Lampung 93,70 93,90 94,40 95,05 95,25 95,02

9 Kep. Bangka Belitung 95,33 95,24 95,71 95,87 95,88 95,60

10 Kep. Riau 95,77 96,03 96,29 96,46 97,49 97,67

11 DKI Jakarta 98,34 98,83 98,84 99,01 99,19 98,83

12 Jawa Barat 95,52 95,85 96,07 96,44 96,62 95,96

13 Jawa Tengah 89,56 89,91 90,46 90,64 91,02 90,34

14 DI Yogyakarta 87,53 88,86 90,25 90,98 91,62 91,49

15 Jawa Timur 88,36 88,66 88,60 89,01 89,47 88,52

16 Banten 95,60 95,76 95,78 96,44 96,60 96,25

17 Bali 87,14 87,32 88,22 88,48 89,49 89,17

18 Nusa Tenggara Barat 81,65 82,44 82,49 82,80 83,49 83,24

19 Nusa Tenggara Timur 87,98 88,53 88,99 89,66 90,16 87,63

20 Kalimantan Barat 90,31 90,61 89,84 90,94 91,43 90,03

21 Kalimantan Tengah 96,80 96,98 97,52 97,68 97,78 96,86

22 Kalimantan Selatan 94,60 94,67 95,59 95,90 96,34 95,66

23 Kalimantan Timur 95,96 96,13 96,71 97,18 97,36 96,99

24 Sulawesi Utara 99,00 98,94 99,17 99,27 99,35 98,85

25 Sulawesi Tengah 95,37 95,29 96,01 96,25 96,50 94,51

26 Sulawesi Selatan 87,28 87,72 88,10 88,67 89,16 88,07

27 Sulawesi Tenggara 91,24 91,64 92,21 92,66 92,90 91,29

28 Gorontalo 95,89 95,81 95,72 96,18 96,39 94,69

29 Sulawesi Barat 87,49 87,86 88,81 89,19 89,91 87,61

30 Maluku 96,89 97,16 97,55 97,77 97,79 96,63

31 Maluku Utara 95,04 95,22 95,91 96,22 96,52 96,01

32 Papua Barat 89,23 90,62 92,19 93,60 95,59 92,41

33 Papua 71,58 76,85 74,43 72,23 70,41 64,08

92,39 92,74 93,05 93,41 93,66 92,81

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan

Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006 dan 2011

No Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011

INDONESIA

Page 113: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 101

Tabel 3.19

7-12 13-15 16-18 19-24

1 Aceh 99,35 94,41 74,44 28,67

2 Sumatera Utara 98,59 90,85 69,73 17,36

3 Sumatera Barat 98,38 90,79 71,38 27,64

4 R i a u 98,14 87,64 65,79 16,00

5 Kepulauan Riau 98,27 94,96 69,72 9,6

6 Jambi 98,65 90,83 59,11 15,23

7 Sumatera Selatan 98,04 88,52 58,31 13,55

8 Kep Bangka Belitung 97,74 83,52 50,89 8,67

9 Bengkulu 98,96 92,63 66,71 19,32

10 Lampung 98,59 90,03 59,8 11,6

11 DKI Jakarta 98,97 93,79 60,81 17,79

12 Jawa Barat 98,34 88,51 55,69 12,09

13 Banten 98,29 90,97 58,58 15,55

14 Jawa Tengah 98,87 89,59 58,56 11,78

15 DI Yogyakarta 99,77 98,32 80,22 44,32

16 Jawa Timur 98,66 91,7 61,68 14,35

17 B a l i 99,2 95,15 70,8 18,62

18 Nusa Tenggara Barat 98,19 91,55 60,75 17,59

19 Nusa Tenggara Timur 96,12 88,68 62,15 18,36

20 Kalimantan Barat 96,63 85,22 54,65 14,18

21 Kalimantan Tengah 98,5 85,55 54,06 13,65

22 Kalimantan Selatan 97,9 85,35 57,55 16,68

23 Kalimantan Timur 99,17 96,53 71,16 19,22

24 Sulawesi Utara 98,22 88,5 65,43 16,25

25 Gorontalo 97,52 82,57 57,82 20,07

26 Sulawesi Tengah 96,54 84,42 59,6 16,23

27 Sulawesi Selatan 97,59 87,69 61,6 22,76

28 Sulawesi Barat 95,66 81,13 56,37 14,21

29 Sulawesi Tenggara 97,41 87,85 65,26 23,7

30 Maluku 98,3 94,66 68,4 29,00

31 Maluku Utara 98,24 90,87 68,26 21,7

32 Papua 75,34 68,99 50,66 13,8

33 Papua Barat 95,56 91,65 67,18 19,9

Indonesia 97,95 89,66 61,06 15,84

Note:

** M ulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal

(paket A setara SD/M I, paket B setara SM P/M Ts dan paket C setara SM /SM K/M A)

Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012

Provinsi2012**

No

Sumber data: BPS-RI, Susenas 2012

Page 114: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 102

Tabel 3.20

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

1 Aceh 92,87 92,24 92,57 72,58 77,09 74,76 61,82 61,02 61,43

2 Sumatera Utara 91,61 91,3 91,46 67,05 68,99 67,96 55,34 60,35 57,83

3 Sumatera Barat 94,25 92,58 93,47 63,52 71,36 67,1 48,44 60,33 54,05

4 Riau 90,82 92,57 91,67 61,51 70,38 65,98 50,27 55,89 53,07

5 Kepulauan Riau 92,77 91,3 92,01 74,4 72,27 73,34 52,65 56,2 54,25

6 Jambi 93,06 92,28 92,69 62,53 71,08 66,54 47,55 49,73 48,55

7 Sumatera Selatan 91,17 88,33 89,79 62,99 65,34 64,12 42,97 48,1 45,34

8 Kep, Bangka Belitung 91,51 90,7 91,12 55,81 65,08 60,19 38,77 43,5 40,91

9 Bengkulu 93,32 92,15 92,75 67,78 69,41 68,55 47,08 53,07 49,91

10 Lampung 92,83 89,98 91,47 63,61 69,9 66,56 40,45 50,46 45,06

11 DKI Jakarta 91,95 87,57 89,79 71,57 65,94 68,85 52,18 46,7 49,27

12 Jawa Barat 93,04 91,41 92,26 69,58 69,57 69,57 43,53 41,3 42,5

13 Banten 92,71 91,59 92,18 71,13 71,12 71,12 47,12 45,16 46,17

14 Jawa Tengah 91,00 89,3 90,19 67,85 71,89 69,77 47,15 47,54 47,34

15 DI Yogyakarta 91,8 92,19 91,98 67,79 70,5 69,15 60,51 58,9 59,68

16 Jawa Timur 92,18 91,55 91,88 71,48 72,09 71,77 51,11 47,43 49,32

17 Bali 91,57 89,06 90,39 65,99 72,94 69,16 63,56 57,47 60,54

18 Nusa Tenggara Barat 92,41 92,97 92,69 76,62 76,78 76,7 53,95 53,91 53,93

19 Nusa Tenggara Timur 92,35 91,89 92,13 52,33 61,36 56,74 38,37 43,28 40,84

20 Kalimantan Barat 92,16 92,21 92,18 57,4 60,26 58,75 34,77 37,71 36,28

21 Kalimantan Tengah 92,38 92,11 92,25 65,55 67,24 66,35 42,34 45,8 43,93

22 Kalimantan Selatan 92,67 91,27 92,01 63,83 67,92 65,79 42,22 43,82 43,01

23 Kalimantan Timur 92,18 92,27 92,23 71,74 73,15 72,4 52,98 56,38 54,58

24 Sulawesi Utara 86,54 85,21 85,91 59,8 62,74 61,22 43,85 58,02 50,55

25 Gorontalo 87,84 92,46 90,04 60,11 58,2 59,17 38,94 50,24 44,33

26 Sulawesi Tengah 90,14 89,82 89,99 60,56 62,91 61,74 48,18 45,66 46,99

27 Sulawesi Selatan 89,51 89,45 89,48 62,44 68,19 65,29 48,2 47,59 47,89

28 Sulawesi Barat 89,12 89,61 89,35 58,6 62,38 60,34 46,83 46,83 46,83

29 Sulawesi Tenggara 89,16 88,45 88,8 65,27 63,39 64,31 51,83 52,48 52,16

30 Maluku 88,48 87,5 88 62,91 65,85 64,33 50,12 55,21 52,64

31 Maluku Utara 90,59 89,23 89,95 65,49 66,41 65,92 48,86 55,51 51,88

32 Papua 70,56 69,63 70,13 45,34 46,85 46,03 32,54 32,34 32,45

33 Papua Barat 88,44 88,1 88,28 59,03 56,19 57,66 49,09 46,62 47,88

INDONESIA 91,56 90,46 91,03 67,01 69,32 68,12 47,64 48,31 47,97

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011

No PROVINSISD SMP SMU

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal

Tahun 2011

102

Page 115: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 103

Tabel 3.21

Laki-laki Perempuan

1 Aceh 9,1 8,6

2 Sumatera Utara 9,1 8,5

3 Sumatera Barat 8,5 8,3

4 Riau 8,8 8,4

5 Jambi 8,4 7,6

6 Sumatera Selatan 8,1 7,5

7 Bengkulu 8,5 8,0

8 Lampung 7,9 7,4

9 Bangka Belitung 7,9 7,2

10 Kep. Riau 9,8 9,5

11 DKI Jakarta 10,9 9,9

12 Jawa Barat 8,3 7,5

13 Jawa Tengah 7,6 6,7

14 DI Yogyakarta 9,7 8,6

15 Jawa Timur 7,8 6,8

16 Banten 8,9 7,9

17 Bali 9,1 7,6

18 Nusa Tenggara Barat 7,5 6,4

19 Nusa Tenggara Timur 7,1 6,6

20 Kalimantan Barat 7,3 6,4

21 Kalimantan Tengah 8,2 7,7

22 Kalimantan Selatan 8,0 7,3

23 Kalimantan Timur 9,5 8,8

24 Sulawesi Utara 8,8 8,9

25 Sulawesi Tengah 8,2 7,8

26 Sulawesi Selatan 8,0 7,5

27 Sulawesi Tenggara 8,6 7,8

28 Gorontalo 7,0 7,6

29 Sulawesi Barat 7,3 6,6

30 Maluku 8,9 8,6

31 Maluku Utara 8,6 7,8

32 Papua Barat 9,3 8,3

33 Papua 6,6 5,0

INDONESIA 8,3 7,5

2011

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat: 2011

Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun

ke-atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011

No Provinsi

Page 116: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 104

Tabel 3.22

No Provinsi 2007 2008 2009 2010*) 2011**)

1 Aceh               71,093,359.40              73,547,550.72              71,986,954.00              77,983,775.69              85,537,965.91

2 Sumatera Utara            181,819,737.32           213,931,696.78           236,353,615.83           275,700,207.28           314,156,937.46

3 Sumatera Barat               59,799,045.30              70,954,515.42              76,752,937.71              87,221,254.06              98,917,269.39

4 Riau            210,002,560.30           276,400,129.95           297,173,028.31           345,661,313.79           413,350,122.80

5 Jambi               32,076,677.16              41,056,483.56              44,127,005.65              53,816,693.02              63,268,138.39

6 Sumatera Selatan            109,895,707.00           133,664,987.00           137,331,848.00           157,534,956.00           181,776,073.00

7 Bengkulu               12,874,344.46              14,915,886.85              16,385,364.18              18,649,601.15              21,150,289.62

8 Lampung               60,921,966.22              73,719,258.60              88,934,860.61           108,378,506.78           128,408,894.93

9 Kep. Bangka Belitung               17,895,016.56              21,421,340.26              22,997,898.59              26,565,031.61              30,254,777.26

10 Kep. Riau               51,826,271.88              58,574,996.29              63,892,937.49              71,614,514.31              80,242,793.63

11 DKI Jakarta            566,449,360.08           677,044,743.16           757,696,594.05           862,089,736.64           982,540,043.96

12 Jaw a Barat            526,220,225.16           633,283,483.36           689,841,314.34           771,593,860.47           861,006,347.79

13 Jaw a Tengah            312,428,807.09           367,135,954.90           397,903,943.75           444,692,014.59           498,614,636.36

14 DI. Yogyakarta               32,916,736.41              38,101,684.50              41,407,049.50              45,625,589.50              51,782,092.43

15 Jaw a Timur            536,981,881.91           621,391,674.61           686,847,557.72           778,565,772.46           884,143,574.81

16 Banten            122,843,946.60           139,864,778.32           152,556,215.59           171,690,413.57           192,218,910.27

17 Bali               44,003,379.64              51,916,170.34              60,292,239.32              66,690,598.13              73,478,161.87

18 Kalimantan Barat               43,540,865.48              49,132,965.97              54,281,172.42              60,501,505.09              66,780,221.81

19 Kalimantan Tengah               27,931,949.58              32,760,167.75              37,161,800.06              42,620,950.16              49,072,507.10

20 Kalimantan Selatan               39,438,767.06              45,843,793.53              51,460,175.70              59,821,156.82              68,234,880.54

21 Kalimantan Timur            222,628,920.93           314,813,520.84           285,590,821.55           321,904,879.64           390,638,617.39

22 Sulaw esi Utara               24,081,132.54              28,697,756.23              33,033,609.80              36,911,814.52              41,505,118.26

23 Sulaw esi Tengah               23,218,709.21              28,727,505.31              32,461,331.62              37,319,062.92              44,317,854.52

24 Sulaw esi Selatan               69,271,924.56              85,143,191.27              99,954,589.75           117,862,210.18           137,389,879.40

25 Sulaw esi Tenggara               17,953,074.41              22,202,848.01              25,655,940.66              28,369,031.41              32,032,498.80

26 Gorontalo                  4,760,695.43                 5,906,736.28                 7,069,054.18                 8,056,512.92                 9,153,669.04

27 Sulaw esi Barat                  6,192,785.57                 8,296,605.60                 9,403,378.61              10,986,624.75              12,895,358.24

28 Nusa Tenggara Barat               33,522,225.01              35,314,731.04              44,014,619.43              49,559,794.14              48,729,106.73

29 Nusa Tenggara Timur               19,136,982.17              21,655,869.37              24,179,412.16              27,738,760.20              31,204,406.40

30 Maluku                  5,698,799.37                 6,269,957.84                 7,069,642.15                 8,084,807.44                 9,594,886.01

31 Maluku Utara                  3,160,041.71                 3,862,243.13                 4,691,161.48                 5,389,831.57                 6,056,973.74

32 Papua Barat               10,367,278.69              13,975,126.50              18,144,492.99              26,879,612.63              36,170,455.69

33 Papua               55,380,453.41              61,516,238.47              76,886,679.01              87,776,576.67              76,370,616.08

       3,556,333,627.61       4,271,044,591.76       4,653,539,246.22       5,293,856,970.11       6,020,994,079.64

Catatan :

Perbedaan antara jumlah PDRB 33 PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber data: Badan Pusat Statistik, 2007-2011

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)

Jumlah 33 Provinsi

Page 117: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 105

Tabel 3.23

No Provinsi 2007 2008 2009 2010*) 2011**)

1 Aceh                   35,983,090.79                  34,097,992.47                  32,219,086.32                  33,118,170.55                  34,779,702.73

2 Sumatera Utara                   99,792,273.27               106,172,360.10               111,559,224.81               118,640,902.74               126,450,621.90

3 Sumatera Barat                   32,912,968.59                  35,176,632.43                  36,683,238.69                  38,860,187.68                  41,276,406.36

4 Riau                   86,213,259.46                  91,085,381.81                  93,786,236.58                  97,707,498.51               102,605,913.65

5 Jambi                   14,275,161.32                  15,297,770.57                  16,274,907.72                  17,470,653.43                  18,962,396.90

6 Sumatera Selatan                   55,262,114.00                  58,065,455.00                  60,452,944.00                  63,858,153.00                  68,011,310.00

7 Bengkulu                      7,037,404.03                     7,441,873.08                     7,859,919.71                     8,336,018.75                     8,869,250.28

8 Lampung                   32,694,889.62                  34,443,151.77                  36,256,295.04                  38,378,425.12                  40,829,411.29

9 Kep. Bangka Belitung                      9,464,539.15                     9,899,925.78                  10,270,106.49                  10,879,422.58                  11,575,263.56

10 Kep. Riau                   34,713,813.64                  37,014,735.92                  38,318,828.63                  41,075,858.84                  43,816,718.59

11 DKI Jakarta                332,971,254.83               353,723,390.53               371,469,499.10               395,633,574.64               422,162,570.82

12 Jaw a Barat                274,180,307.83               291,205,836.70               303,405,250.51               322,223,816.79               343,111,243.18

13 Jaw a Tengah                159,110,253.77               168,034,483.29               176,673,456.57               186,995,480.65               198,226,349.47

14 DI. Yogyakarta                   18,291,511.71                  19,212,481.03                  20,064,256.65                  21,044,041.54                  22,129,706.62

15 Jaw a Timur                288,404,312.28               305,538,686.62               320,861,168.91               342,280,765.51               366,984,301.20

16 Banten                   75,349,610.92                  79,700,684.04                  83,453,729.29                  88,525,884.79                  94,222,355.05

17 Bali                   24,449,885.70                  25,910,325.54                  27,290,945.61                  28,880,686.20                  30,753,674.05

18 Kalimantan Barat                   26,019,737.63                  27,438,791.32                  28,756,875.70                  30,299,808.07                  32,100,656.04

19 Kalimantan Tengah                   15,754,508.67                  16,726,459.02                  17,657,791.69                  18,803,675.62                  20,070,727.71

20 Kalimantan Selatan                   25,922,287.52                  27,593,092.50                  29,051,630.55                  30,674,123.86                  32,552,849.54

21 Kalimantan Timur                   98,386,381.52               103,206,871.34               105,564,937.57               110,886,682.21               115,244,165.43

22 Sulaw esi Utara                   14,344,302.07                  15,902,073.26                  17,149,624.49                  18,376,750.93                  19,734,270.17

23 Sulaw esi Tengah                   13,961,146.12                  15,047,428.54                  16,207,595.71                  17,626,173.79                  19,239,945.04

24 Sulaw esi Selatan                   41,332,426.29                  44,549,824.55                  47,326,078.38                  51,199,899.85                  55,116,919.80

25 Sulaw esi Tenggara                      9,331,719.95                  10,010,586.35                  10,768,577.19                  11,650,187.12                  12,661,942.71

26 Gorontalo                      2,339,217.51                     2,520,672.95                     2,710,737.05                     2,917,491.33                     3,141,458.12

27 Sulaw esi Barat                      3,567,816.12                     3,998,502.00                     4,239,460.87                     4,744,309.49                     5,238,359.96

28 Nusa Tenggara Barat                   16,369,220.45                  16,831,600.88                  18,874,403.52                  20,069,888.61                  19,432,291.68

29 Nusa Tenggara Timur                   10,902,404.44                  11,429,772.58                  11,920,601.87                  12,543,821.97                  13,249,720.21

30 Maluku                      3,633,475.12                     3,787,271.11                     3,993,139.25                     4,251,356.30                     4,507,336.14

31 Maluku Utara                      2,501,175.13                     2,651,107.75                     2,812,039.15                     3,035,648.37                     3,230,209.77

32 Papua Barat                      5,934,315.82                     6,399,528.24                     7,286,977.24                     9,366,407.50                  11,916,133.71

33 Papua                   19,200,297.42                  18,931,841.59                  23,138,444.49                  22,407,284.20                  21,137,537.80

          1,890,607,082.70          1,999,046,590.66          2,094,358,009.37          2,222,763,050.54          2,363,341,719.46

Catatan :

Perbedaan antara jumlah PDRB 33 PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber data: Badan Pusat Statistik, 2007-2011

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)

Jumlah 33 Provinsi

Page 118: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 106

Tabel 3.24

2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012

1 Aceh 892,80 861,85 894,81 909,04 21,80 20,98 19,57 19,46

2 Sumatera Utara 1.499,70 1.490,89 1.481,31 1.407,25 11,51 11,31 11,33 10,67

3 Sumatera Barat 429,30 430,02 442,09 404,74 9,54 9,50 9,04 8,19

4 Riau 527,50 500,26 482,05 483,07 9,48 8,65 8,47 8,22

5 Kep. Riau 128,20 241,61 129,56 131,22 8,27 8,34 7,4 7,11

6 Jambi 249,70 1.125,73 272,67 271,67 8,77 15,47 8,65 8,42

7 Sumatera Selatan 1.167,90 324,93 1.074,81 1.057,03 16,28 18,30 14,24 13,78

8 Kep. Bangka Belitung 76,60 1.479,93 72,06 71,36 7,46 18,94 5,75 5,53

9 Bengkulu 324,10 67,75 303,60 311,66 18,59 6,51 17,5 17,7

10 Lampung 1.558,30 129,66 1.298,71 1.253,83 20,22 8,05 16,93 16,18

11 DKI Jakarta 323,20 312,18 363,42 363,20 3,62 3,48 3,75 3,69

12 Jaw a Barat 4.983,60 4.773,72 4.648,63 4.477,53 11,96 11,27 10,65 10,09

13 Banten 788,10 5.369,16 690,49 652,80 7,64 16,56 6,32 5,85

14 Jaw a Tengah 5.725,70 577,30 5.107,36 4.977,36 17,72 16,83 15,76 15,34

15 DI Yogyakarta 585,80 5.529,30 560,88 565,32 17,23 15,26 16,08 16,05

16 Jaw a Timur 6.022,60 758,16 5.356,21 5.070,98 16,68 7,16 14,23 13,4

17 Bali 181,70 174,93 166,23 168,78 5,13 4,88 4,2 4,18

18 Nusa Tenggara Barat 1.050,90 1.009,35 894,77 852,64 22,78 21,55 19,73 18,63

19 Nusa Tenggara Timur 1.013,10 1.014,09 1.012,90 1.012,52 23,31 23,03 21,23 20,88

20 Kalimantan Barat 434,80 428,76 380,11 363,31 9,30 9,02 8,6 8,17

21 Kalimantan Tengah 165,90 164,22 146,91 148,05 7,07 6,77 6,56 6,51

22 Kalimantan Selatan 176,00 181,96 194,62 189,88 5,12 5,21 5,29 5,06

23 Kalimantan Timur 239,20 243,00 247,90 253,34 7,73 7,66 6,77 6,68

24 Sulaw esi Utara 219,60 206,72 194,90 189,12 9,79 9,10 8,51 8,18

25 Gorontalo 224,60 474,99 198,27 186,91 25,01 18,07 18,75 17,33

26 Sulaw esi Tengah 489,80 913,43 423,63 418,64 18,98 11,60 15,83 15,4

27 Sulaw esi Selatan 963,60 400,70 832,91 825,79 12,31 17,05 10,29 10,11

28 Sulaw esi Barat 158,20 209,89 164,86 160,46 15,29 23,19 13,89 13,24

29 Sulaw esi Tenggara 434,30 141,33 330,00 316,33 18,93 13,58 14,56 13,71

30 Maluku 380,00 378,63 360,32 350,23 28,23 27,74 23 21,78

31 Maluku Utara 98,00 91,07 97,31 91,79 10,36 9,42 9,18 8,47

32 Papua 760,30 256,25 944,79 966,59 37,53 34,88 31,98 31,11

33 Papua Barat 256,80 761,62 249,84 229,99 35,71 36,80 31,92 28,2

INDONESIA 32.529,90 31.023,39 30.018,93 29.132,40 14,15 13,33 12,49 11,96

No ProvinsiJumlah Penduduk Miskin (dalam juta) Persentase Penduduk Miskin

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2009 - 2012

Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia tahun, 2013

Page 119: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 107

Tabel 3.25

No Provinsi Laki-laki Perempuan Total

1 Aceh 77,2 44,9 60,8

2 Sumatera Utara 79,5 46,3 62,6

3 Sumatera Barat 78,1 43,9 60,5

4 Riau 82,0 32,8 58,1

5 Jambi 83,9 42,0 63,3

6 Sumatera Selatan 81,6 49,8 65,9

7 Bengkulu 83,1 55,6 69,6

8 Lampung 84,1 50,0 67,6

9 Kep.Bangka Belitung 85,4 34,8 61,2

10 Kep. Riau 86,6 41,5 64,6

11 DKI Jakarta 80,6 42,0 61,5

12 Jawa Barat 80,6 35,8 58,5

13 Jawa Tengah 82,2 55,5 68,6

14 DI Yogyakarta 77,6 59,7 68,4

15 Jawa Timur 82,4 51,3 66,6

16 Banten 78,5 36,8 58,1

17 Bali 83,1 64,5 73,8

18 Nusa Tenggara Barat 77,5 53,2 64,7

19 Nusa Tenggara Timur 81,2 65,7 73,2

20 Kalimantan Barat 83,2 53,2 68,5

21 Kalimantan Tengah 86,1 51,3 69,5

22 Kalimantan Selatan 83,5 48,6 66,1

23 Kalimantan Timur 83,0 34,6 60,2

24 Sulawesi Utara 79,4 34,9 57,5

25 Sulawesi Tengah 84,2 47,3 66,1

26 Sulawesi Selatan 84,2 47,3 66,1

27 Sulawesi Tenggara 81,8 52,0 66,7

28 Gorontalo 80,7 40,0 60,2

29 Sulawesi Barat 85,0 55,3 70,0

30 Maluku 74,3 46,4 62,8

31 Maluku Utara 78,6 46,4 62,8

32 Papua Barat 77,4 44,5 62,0

33 Papua 83,6 68,3 76,3

Indonesia 81,2 46,8 64,0

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2010

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin

Tahun 2010

Page 120: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 108

Tabel 3.26

No Provinsi Laki-laki Perempuan Total

1 Aceh 1,4 3,1 2,0

2 Sumatera Utara 1,9 3,7 2,6

3 Sumatera Barat 1,5 2,9 2,0

4 Riau 1,6 4,8 2,5

5 Jambi 1,0 2,6 1,5

6 Sumatera Selatan 1,4 2,8 2,0

7 Bengkulu 1,0 2,0 1,4

8 Lampung 1,2 2,5 1,7

9 Kep.Bangka Belitung 1,0 3,6 1,7

10 Kep. Riau 2,5 5,0 3,3

11 DKI Jakarta 3,0 5,3 3,8

12 Jawa Barat 3,0 6,0 3,9

13 Jawa Tengah 2,4 3,5 2,9

14 DI Yogyakarta 2,3 2,7 2,5

15 Jawa Timur 1,7 2,7 2,1

16 Banten 2,8 5,7 3,7

17 Bali 1,0 1,4 1,1

18 Nusa Tenggara Barat 1,5 2,6 2,0

19 Nusa Tenggara Timur 0,8 1,3 1,0

20 Kalimantan Barat 1,3 2,4 1,7

21 Kalimantan Tengah 0,9 2,4 1,4

22 Kalimantan Selatan 1,3 2,1 1,6

23 Kalimantan Timur 2,8 6,1 3,7

24 Sulawesi Utara 2,2 8,9 4,2

25 Sulawesi Tengah 0,9 3,0 1,7

26 Sulawesi Selatan 1,4 3,0 2,0

27 Sulawesi Tenggara 1,1 2,6 1,7

28 Gorontalo 0,8 2,4 1,3

29 Sulawesi Barat 0,7 1,9 1,2

30 Maluku 1,4 3,0 2,0

31 Maluku Utara 0,6 1,6 1,0

32 Papua Barat 2,1 4,0 2,7

33 Papua 0,8 1,2 1,0

Indonesia 2,0 3,6 2,6

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2010

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin

Tahun 2010

Page 121: PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIAperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/154354...PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat