79
PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

  • Upload
    trannhi

  • View
    289

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

PROFIL KAWASAN KONSERVASI

PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 2: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA-PAPUA BARAT

PENGARAH:

1. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecill2. Agus Dermawan – Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

PENANGGUNG JAWAB:

1. Syamsul Bahri Lubis

PENYUSUN:

1. Suraji2. Nilfa Rasyid3. Asri S. Kenyo H4. Antung R. Jannah5. Dyah Retno Wulandari6. M. Saefudin7. Muschan Ashari8. Ririn Widiastutik9. Tendy Kuhaja10. Ervien Juliyanto11. Yusuf Arief Afandi12. Budi Wiyono13. Hendrawan Syafrie14. Suci Nurhadini Handayani

Dipersilahkan mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan mencantumkan sumber sitasi.

©2015 Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gedung Mina Bahari III Lantai 10 Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110

Telp./Fax: (021) 3522045, Surel: [email protected] Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id

ii PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

15. Ari Soemodinoto TNC

Page 3: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

KATA PENGANTAR

Profil Kawasan Konservasi merupakan langkah tindak lanjut dalam pengenalan, pembentukan, dan publikasi dari sebuah kawasan konservasi. Oleh karena itu, tahapan ini sangat penting untuk menentukan perkembangan, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi itu sendiri.

Profil Kawasan Konservasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasan-kawasan ini tiap tahunnya akan dilakukan evaluasi melalui sistem evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (E-KKP3K), sehingga dalam melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan bisa tepat guna, tepat ekonomi, tepat kearifan lokal, dan tepat konservasi.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada para pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan buku ini terutama kepada Balai Pengelola Taman Nasional Karimunjawa serta seluruh SKPD pengelola KKPD di daerah.

Jakarta, 2015

Tim Penyusun

iii PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 4: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2

II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN .................................................. 3

2.1 Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasih ................................................. 3 2.2 Kawasan Konservasi Kabupaten Raja Ampat ........................................... 13 2.3 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Padaido ...................................... 27 2.4 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Waigeo Sebelah barat ................ 34 2.5 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Raja Ampat ................................ 40 2.6 Kawasan Konservasi Kabupaten Kaimana ................................................ 51 2.7 Suaka Margasatwa Laut Jamursba Medi ................................................... 57 2.8 Kawasan Konservasi Kabupaten Tambrauw (Abun) .................................. 61 2.9 Kawasan Konservasi Kabupaten Biak Numfor .......................................... 70

III. PENUTUP....................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 74

iv PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 5: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Konservasi adalah suatu upaya pelestarian, perlindungan, dan pemanfaatan

sumber daya secara berkelanjutan. Kepentingan konservasi di Indonesia khususnya sumber daya sudah dimulai sejak tahun 1970an melalui mainstream konservation global yaitu suatu upaya perlindungan terhadap jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka. UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan beserta perubahannya (UU No.45 Tahun 2009) dan UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mengarahkan bahwa pemerintah dan seluruh pemangku-kepentingan pembangunan kelautan dan perikanan lainnya untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan menjabarkan arahan kedua undang-undang tersebut dengan mengamanatkan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KemenKP) untuk melaksanakan konservasi sumber daya ikan, dan salah satunya adalah melalui penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan.

Selanjutnya, selaras dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tanggung jawab pengelolaan kawasan konservasi perairan, termasuk kawasan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K), dibagi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hingga kini, pemerintah pusat dan daerah telah melahirkan tidak kurang dari 16 juta hektare luasan kawasan konservasi perairan dan akan menggenapkan luasan kawasan konservasi perairan tersebut menjadi 20 juta hektare pada Tahun 2020.

Sejarah konservasi menegaskan, titik krusial keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran konservasi terletak pada efektivitas pengelolaan yang dilakukan terhadap sebuah kawasan konservasi. Untuk mencapai hal tersebut, ditetapkan Peraturan Menteri Kelautan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Lebih lanjut, pada tahun 2012 Dit. KKJI juga telah menyusun Pedoman Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K).

1 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 6: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Komitmen Pemerintah Indonesia untuk membangun kawasan konservasi perairan seluas 20 juta hektare pada Tahun 2020. Capaian target tersebut pada tahun 2014 sudah mencapai 16.451.076, 96 hektare, Dimana seluas 4.694.947,55 hektare dengan 32 kawasan dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan seluas 11.756.129,41 hektare dengan 113 kawasan dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (Direktorat KKJI, 2015). Komitmen tersebut tentunya harus diikuti dengan pengelolaan yang efektif agar kawasan-kawasan tersebut mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi para pemangku-kepentingan, khususnya masyarakat setempat, maupun bagi sumberdaya keanekagaman-hayati yang dilindungi dan dilestarikan. Pengelolaan agar lebih memberikan manfaat kepada masyarakat maka diperlukan profil status kawasan konservasi, dimana dalam penyusunan profil tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasan-kawasan ini setiap tahunnya akan dievaluasi melalui sistem evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (E-KKP3K), sehingga diperlukan profil detail dan data dan informasi dari masing-masing kawasan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penyusunan profil kawasan konservasi memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan di Provinsi Papua- Papua Barat, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya.

2 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 7: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA-PAPUA BARAT

2.1 Taman Nasional Teluk Cendrawasih (Provinsi Papua dan Papua Barat)

1) Nama Kawasan : Taman Nasional Teluk Cendrawasih

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : SK. Menhut Nomor 8009/Kpts-II/2002; Tgl 29-8-2002

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -

• Unit Organisasi Pengelola : Balai Besar Taman Nasional Taman Cendrawasih

• Penetapan : -

3) Luas Kawasan :1.453.500 hektare

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Kawasan Taman Nasiona Teluk Cenderawasih (TNTC) terletak di tepi Samudra Pasifik dan secara geografis terletak pada koordinat 01o43’-03o22’ LU dan 134o06’-135o10’ BT, yang menyebabkan kaya potensi sumberdaya alam. Berdasarkan wilayah administrasi TNTC berada di Kabupaten Teluk Wondama (Papua Barat) dan Kabupaten Nabire (Papua). Kabupaten Teluk Wandoma meliputi 13 distrik (Distrik Wasior, Distrik Wondiboi, Distrik Rasiei, Distrik Naikere, Distrik Pesisir Kuri, Distrik Teluk Duairi, Distrik Roon, Distrik Rumberpon, Distrik Soug Wepu, Distrik Windesi, Distrik Wamesa, Distrik Dataran Wamesa, dan Distrik Roswar. Sedangkan Kabupaten Nabire meliputi 2 distrik, yaitu Distrik Yaur dan Distrik Teluk Umar. Batas-batas TNTC adalah sebelah Utara, terbentang dari Distrik Ransiki kearah timur perairan Laut Kabupaten Yapen Waropen.Sebelah Selatan dan Barat berbatasan langsung dengan pesisir pantai daratan pulau papua. Dan sebelah Timur, terbentang dari arah Selatan Desa Sima Kecamatan Yaur Kabupaten Nabire kearah utara.

3 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 8: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

5) Status Kawasan

Hasil evaluasi status pengelolaanTaman Nasional Teluk Cendrawasihadalah sebagai berikut:

Untuk mencapai peringkat kuning100% rekomendasi yang perludilakukan adalah:

• Lakukan kajian untuk memastikanjumlah SDM di unit organisasipengelola memadai untukmenjalankan organisasi

6) Kondisi UmumTaman Nasional Teluk

Cendrawasih (TNTC) merupakan perwakilan ekosistem terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan tropika daratan pulau di Papua. TNTC merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Potensi karang Taman Nasional Teluk Cendrawasih tercatat 150 jenis dari 15 famili, dan tersebar di tepian 18 pulau besar dan kecil. Persentase penutupan karang hidup bervariasi antara 30,40% sampai dengan 65,64%. Umumnya, ekosistem terumbu karang terbagi menjadi dua zona yaitu zona rataan terumbu (reef flat) dan zona lereng terumbu (reef slope). Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara lain koloni karang biru (Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates sp.), familiFaviidae dan Pectiniidae, serta berbagai jenis karang lunak.

Kawasa TNTC secara definitif ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.8009/Kpts-II/2002 tanggal 29 Agustus 2002 dengan luas 1.453.500 hektare, terdiri dari 68.000 hektare daratan yang meliputi 12.400 hektare (0,85%) pesisir pantai, 55.800 hektare (3,84%) daratan pada pulau-pulau, 80.000 hektare (5,5%) terumbu karang dan luas lautan 1.305.500 hektare (89,8%).

Kawasan TNTC beriklim tropis lembab. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson, kawasan TNTC termasuk dalam iklim tipe A dengan nilai Q = 12,47 %. Rata-rata curah hujan per tahun berkisar antara 1500 mm - 3500 mm dengan temperatur udara 25° - 30° C dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 75 - 90 %.

4 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 9: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

7) Target Konservasi

Sistem pengelolaan dan badan pengelola Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Sistem zonasi terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan (UU No. 5 Tahun 1990).TNTC dikelola dengan sistem zonasi. Pembagian zonasi kawasan dapat dilihat pada gambar/peta dengan uraian singkat sebagai berikut:

a) Zona Inti

Merupakan zona perlindungan yang ketat, yang berfungsi melindungi jenis-jenis dan daerah-daerah dengan nilai pelestarian tinggi, seperti habitat dan species langka atau terancam kerusakan atau terancam punah; habitat peka yang lemah terhadap gangguan; daerah-daerah yang digunakan untuk melindungi stok perkembangbiakan dari jenis yang boleh dimanfaatkan, dan contoh-contoh yang masih baik/utuh dari tipe-tipe habitat alamiah.

b) Zona Pelindung

Letak zona pelindung mengelilingi zona inti. Maksudnya adalah untuk melindungi zona inti dan merupakan penyangga dari kegiatan-kegiatan pada zona-zona lainnya sehingga tidak berdampak langsung pada zona inti.

c) Zona Pemanfaatan Terbatas

Merupakan daerah pemanfaatan sumberdaya alam oleh penduduk setempat secara tradisional untuk kepentingan hidup sehari-hari maupun oleh pengunjung/pendatang tetapi dengan pengawasan dan pembatasan-pembatasan tertentu sehingga tidak merusak habitat atau mengambil jenis yang dilindungi, langka atau terancam punah.

d) Zona Penyangga

Merupakan daerah di luar zona-zona tersebut di atas dan diperuntukkan untuk pengamanan dan kegiatan- kegiatan lainnya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.185/Kpts-II/1997, organisasi pengelola TNTC adalah Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BTNTC). Adapun struktur organisasi dan Tata Kerja Balai ini mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional.

5 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 10: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

8) Kondisi Ekologis –Keanekaragaman Hayati

• Ekologis

Sebagian besar penduduk di kawasan TNTC memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan petani.Disamping itu juga terdapat pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan pencari kerja.Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian pokok.Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap yang sangat sederhana.

• Keanekaragaman Hayati

TNTC merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Potensi karang TNTC tercatat 150 jenis dari 15 famili, dan tersebar di tepian 18 pulau besar dan kecil. Persentase penutupan karang hidup bervariasi antara 30,40% sampai dengan 65,64%. Umumnya, ekosistem terumbu karang terbagi menjadi dua zona yaitu zona rataan terumbu (reef flat) dan zona lereng terumbu (reef slope). Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara lain koloni karang biru (Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates sp.), famili Faviidae dan Pectiniidae, serta berbagai jenis karang lunak.

Gambar 1. Terumbu Karang di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Hasil survei pada bulan September 2015 dilakukan di zona-zona inti TNTC. Lokasi penyelaman pada zona-zona inti tersebut adalah:

o ST 1 (Rumberpoon) : 2°6`22`` LU - 134°23`34`` BT kedalaman 3 mo ST-2 (Rumberpoon) : 2°6`22`` LU - 134°23`34`` BT kedalaman 7 mo ST-3 (Rooswer) : 2°5`16`` LU - 134°23`59`` BT kedalaman 5

meter

Doc. Balai TNTC

6 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 11: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

o ST-4 (Rooswer) : 2°5`16`` LU - 134°23`59`` BT kedalaman 8 meter

o ST-5 (Roon) : 2°21`54`` LU - 134°33`45`` BT kedalaman 4 meter

o ST-6 (Roon) : 2°21`54`` LU - 134°33`45`` BT kedalaman 8 meter

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04/MENLH/02/2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang Kategori kondisi terumbu karang, persentase penutupan karang keras di Zona Inti Taman Nasional (Laut) Teluk Cendrawasih berkisar antara 13,04% - 41,30%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase tutupan karang keras di TNTC memiliki persen penutupan dalam kategori buruk – sedang. Persentase penutupan soft coral, algae, dead coral, dan biota laut lainnya (other biota) disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Persentase Penutupan Terumbu Ekosistem terumbu karang di TN Cendrawasih

TN. Cendrawasih ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 ST6 Hard Coral 13,04% 30,43% 41,30% 31,52% 29,35% 21,74%

Acropora 1,09% 13,04% 11,96% 11,96% 0,00% 0,00% Non Acropora 11,96% 17,39% 29,35% 19,57% 29,35% 21,74%

Soft Coral 0,00% 0,00% 9,78% 3,26% 0,00% 0,00% Death Coral 1,09% 2,17% 0,00% 2,17% 0,00% 0,00% Algae 0,00% 5,43% 6,52% 0,00% 15,22% 19,57% Other Biota 4,35% 4,35% 7,61% 4,35% 5,43% 1,09% Abiotik 81,52% 57,61% 34,78% 58,70% 50,00% 57,61% Total penutupan (%) 100% 100% 100% 100% 100% 100% H' Index 1,81 2,82 3,29 2,66 1,62 1,45 H' Max 2,00 3,17 3,81 3,00 2,00 2,00 Similarity Index (E) 0,90 0,89 0,86 0,89 0,81 0,73

Dominancy Index (C) 0,30 0,17 0,12 0,19 0,36 0,41

Keterangan : ST 1 (Rumberpoon) : 2°6`22`` LU - 134°23`34`` BT kedalaman 3 m ST-2 (Rumberpoon) : 2°6`22`` LU - 134°23`34`` BT kedalaman 7 m ST-3 (Rooswer) : 2°5`16`` LU - 134°23`59`` BT kedalaman 5 meter ST-4 (Rooswer) : 2°5`16`` LU - 134°23`59`` BT kedalaman 8 meter ST-5 (Roon) : 2°21`54`` LU - 134°33`45`` BT kedalaman 4 meter ST-6 (Roon) : 2°21`54`` LU - 134°33`45`` BT kedalaman 8 meter

7 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 12: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Gambar 2. Grafik Persentase penutupan Terumbu Karang di Zona inti TN laut Teluk Cenrawasih

TNTC terkenal kaya akan jenis ikan. Tercatat tidak kurang dari 209 jenis ikan penghuni kawasan ini diantaranya butterflyfish, angelfish, damselfish, parrotfish, rabbitfish, dan anemonefish.

Berdasarkan hasil pengamatan yang terpantau pada Bulan September 2015 dalam tiga lokasi pengamatan dengan luas daerah pengamatan yaitu 750 m2 per stasiun pengamatan. Mayoritas jenis ikan yang ditemukan pada semua titik pengamatan adalah dari famili Pomacentridae dan Labridae. Hal ini dikarenakan kedua famili ini memiliki jumlah jenis yang tinggi untuk kelompok ikan karang dan menempati hampir semua habitat di terumbu karang. Kedua jenis famili termasuk kedalam ikan pemakan plankton, invertebrata, alga, moluska, bulu babi, dan udang kecil yang berada dalam habitat terumbu karang.Kelompok ikan target yang ditemukan pada stasiun pengamatan ini mayoritas merupakan anggota dari famili Acanthuridae, Serranidae, Lutjanidae, Haemulidae, Scaridae dan Siganidae.

Jenis moluska antara lain keong cowries (Cypraea spp.), keong strombidae (Lambis spp.), keong kerucut (Conus spp.), triton terompet (Charonia tritonis), dan kima raksasa (Tridacna gigas).

Terdapat empat jenis penyu yang sering mendarat di taman nasional ini yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Slain itu, duyung (Dugong dugon), paus biru (Balaenoptera musculus), ketam kelapa (Birgus latro), lumba-lumba, dan hiu sering terlihat di perairan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

Ekosistem pesisir pantai didapati hutan/vegetasi mangrove, antara lain: Rhizophora sp. (Bakau bakau), Sonneratia sp. (Tancang), Avicennia

8 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 13: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

sp. (Api-api), Ceriops sp. (Tingi), Bruguiera sp., Xylocarpus sp., dan Heritiera sp.

Jenis-jenis vegetasi daratan pulau yang diketahui hingga saat ini adalah sebanyak 64 jenis, mulai dari jenis-jenis vegetasi hutan pantai sampai vegetasi hutan pegunungan daratan pulau. Dari 64 jenis tersebut 14 jenis diantaranya dilindungi. Jenis-jenis vegetasi yang diketahui meliputi antara lain: beberapa jenis bakau (Rhizophora sp., Avicennia sp., Bruguiera sp., Sonneratia sp., Ceriops sp.), nipah (Nypa fructican), sagu (Metroxylon sp.), pandan (Pandanus sp.), Cemara pantai (Casuarina equisetifolia), ketapang (Terminalia catapa), Xylocarpus granatum, dan lain-lain.

Perairan TNTC juga sering dijumpai Duyung (Dugong Dugon), Lumba-lumba leher botol (Delphinus delphinus), ketam kelapa (Birgus latro), ikan kakatua besar (bumphead parrotfish; Bolbomethopon nuricatum), pari rajawali totol (Aetobatus narinari), pari manta (Manta birostris), hiu reef whitetip (Triaenodon obesus), hiu blacktip (Charcarinus melanopterus), paus biru (Balaenoptera musculus), dan buaya muara (Crocodylus porosus). Ada sekitar 37 jenis burung yang terdapat di kawasan TNTC, 18 jenis diantaranya dilindungi. Jenis yang dilindungi antara lain: Elang Laut (Heliaectus leucogaster) dan Junai Mas (Chaloenas nicobarica). Adapun untuk fauna darat, dari 183 jenis yang sudah diketahui, 37 jenis diantaranya dilindungi.

Gambar 3. Hiu Paus –Taman Nasional Cenderawasih

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi:Pada tahun 2013 Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari 13 kecamatan

dengan 76 kampung, dimana semua kecamatan masuk ke wilayah TNTC. Jumlah penduduk seluruhnya sekitar 28.534 jiwa yang tersebar di 7.089 rumah tangga, dengan luas wilayah sekitar 14.953,8 km2, sehingga memiliki angka kepadatan penduduk sebesar 1,91 jiwa/km2 (Teluk Wondama Dalam Angka, 2014). Sedang di wilayah Kabupaten Nabire yang masuk adalah

WWF, 7 Juni 2013

9 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 14: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

kecamatan Yaur dan kecamatan Teluk Umar yang terbagi dalam 8 desa dengan populasi penduduk sekitar 1.425 jiwa dengan angka kepadatan penduduk sebesar 0.96 jiwa/km2 dan 0.74 jiwa/km2. Mayoritas penduduk memeluk agama kristen.

Sebagian besar penduduk di kawasan TNTC memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Disamping itu juga terdapat pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan pencari kerja. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian pokok. Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap yang sangat sederhana.

10) Potensi PerikananProduksi perikanan laut cukup banyak jenisnya, yaitu sekitar 52 jenis

ikan dengan total produksi sebesar 48,8 ton yang didominasi ikan terbang dan ikan tenggiri. Jumlah perahu seluruhnya sebanyak 1.132 unit yang terdiri dari perahu tanpa motor 877 unit, 148 unit perahu motor tempel, 98 unit perahu ketinting, dan 9 perahu motor. Sedang alat tangkap terdiri dari pancing 6.565 unit, 571 unit jaring, 33 unit jala, 460 unit senapan air, kalawai sebanyak 1.040 unit, 7 unit bagan, dan 11 unit rumpon sehingga total seluruhnya 8.687 unit (Teluk Wondama Dalam Angka, 2014). Sumber daya perairan, yaitu sumber daya ikan dan keragaman ikan di perairan Teluk Wondama masih sangat besar. Terdapat 106 spesies ikan; yang termasuk dalam 69 genera, 46 famili, dan 12 ordo. Kelompok terbesar pada famili perciformes (25 famili). Sumber daya non ikan perairan Teluk Wondama juga sangat kaya akan kelompok krustasea dan moluska yang terdiri dari jenis udang dan kepiting. Kelompok udang terutama jenis udang putih (Penaeus mergensis), udang windu (Penaeus monodon) dan udang loreng (Parapenaeipsis sculptilis), udang merah (Parapnaeopsis arafurica), udang lobster (Panulirus versicolor), udang air tawar galah (Macrobrachium sp.), udang mantis (Harpiosquilla sp.), udang dogol (Metapenaeus sp.), dan udang petok (snapping shrimp). Potensi udang putih (Penaeus merguensis) di Kabupaten Teluk Wondama masih baik. Ukuran rata-rata adalah 10 gr. Udang sungai (Macrobrachium sp.) merupakan jenis udang air tawar yang sangat potensial, umumnya berukuran 7 gr. Kelompok kepiting terutama kelompok kepiting bakau (Scylla serrata), juga terdapat cukup banyak kerang darah (Anadara granosa), kerang bakau (Geloina sp.), kerang air tawar (Batissa sp) serta siput bakau (Telescopium sp). Rata-rata ukuran kepiting bakau (Scylla serrata) berkisar antara 300-500 gr.

11) Potensi Pariwisata

Beberapa lokasi/obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi:

10 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 15: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

• Pulau Rumberpon. Pengamatan satwa (burung), penangkaran rusa, wisatabahari, menyelam dan snorkeling, kerangka pesawat tempur Jepang yang jatuhdi laut.

• Pulau Nusrowi. Menyelam dan snorkeling, wisata bahari, pengamatan satwa.• Pulau Mioswaar. Sumber air panas, air terjun, menyelam dan snorkeling,

pengamatan satwa dan wisata budaya.• Pulau Yoop dan perairan Windesi. Pengamatan ikan paus dan ikan lumba-

lumba.• Pulau Roon. Pengamatan satwa burung, menyelam dan snorkeling, air terjun,

wisata budaya, dan gereja tua.12) Aksesibilitas

Dari Jakarta, Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang, Jayapura, Honolulu dan Darwin menggunakan pesawat ke Biak, selanjutnya dari Biak menggunakan pesawat ke Manokwari atau Nabire. Dari Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Jayapura menggunakan kapal laut ke Manokwari atau Nabire. Dari Manokwari ke lokasi taman nasional (Pulau Rumberpon) menggunakan longboat dengan waktu 5,5 jam. Atau dari Manokwari ke kota kecamatan Ransiki dengan mobil sekitar tiga jam dan dilanjutkan dengan motorboat sekitar 2,5 jam.

13) Upaya Pengelolaan Kawasan

Balai Taman Nasional Teluk Cendrawasih telah bekerjasama dengan sejumlah pihak dalam mengelola Teluk Cendrawasih antara lain dengan Universitas Negeri Papua, Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Wondama, World Wide Fund (WWF) Region Sahul Papua, The Nature Conservancy, Conservation International dan SEAMEO BIOTROP. Pada tahun 2015, KKP juga telah melaksanakan kegiatan fasilitasi dukungan pengelolaan berupa pengadaan perahu nelayan.

Dok.KKHL

11 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 16: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

14) Peta Lokasi

Gambar 4. Peta Wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih

12 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 17: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

2.2 Kawasan Konservasi Kabupaten Raja Ampat 1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Kabupaten

Raja Ampat di Provinsi Papua Barat

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : Perda No. 27 tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi Daerah Kabupaten Raja Ampat

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : SK Bupati Raja Ampat no 265 Tahun2013 tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati nomor 80 tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Pengelolaan Taman Pulau-Pulau Kecil Daerah Raja Ampat

• Unit Organisasi Pengelola : Perbup No. 7 tahun 2011 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kawasan konservasi Perairan Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat

• Penetapan : Kepmen KP No 36 / Kepmen-KP/ 2014 Tentang Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat

• Keterkaitan dengan dasar hukum/kebijakan daerah (PERDA, PERBUP,dll.):

o Peraturan Bupati Nomor 63 Tahun 2007 Tentang Retribusi Ijin MasukWisata Di Kabupaten Raja Ampat

o Peraturan Bupati Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan DanaPengembangan Kepariwisataan Non-Retribusi Bagi Masyarakat KabupatenRaja Ampat

o Peraturan Bupati Nomor 65 Tahun 2007 Tentang Pembentukan TimPengelola Dana Pengembangan Kepariwisataan Non-Retribusi BagiMasyarakat Kabupaten Raja Ampat

o Peraturan Bupati Nomor 67 Tahun 2007 Tentang Patroli Bersama DiWilayah Perairan Laut Kabupaten Raja Ampat

o Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 27 Tahun 2008 tentangKawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat (Lembaran

13 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 18: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2008 Nomor 27, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2008 Nomor 27);

o Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 8 Tahun 2010 tentangPengelolaan Terumbu Karang (Lembaran Daerah Kabupaten Raja AmpatTahun 2010 Nomor 66, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten RajaAmpat Nomor 65);

o SE Bupati Raja Ampat tentang :

a. Pelarangan penggunaan bahan peledak (bom) dan bahan racun(potassium)

b. Pelarangan penggunaan kompresor, baganc. Pelarangan penangkapan hiu, ikan burung, penyu, dutung dan ikan hiasd. Pelarangan Penangkapan ikan di Zona inti

o Peraturan Bupati Raja Ampat Nomor 3 tahun 2011 tentang Tata CaraPendaftaran Pariwisata (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2011Nomor 3)

o Peraturan Bupati Raja Ampat Nomor 4 tahun 2011 tentang PengembaganWisata Selam Rekreasi Kabupaten Raja Ampat (Berita Daerah KabupatenRaja Ampat Tahun 2011 Nomor 4)

o Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 11 Tahun 2011 tentangRetirbusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun2011 Nomor 77, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Raja AmpatNomor 73);

o Perbup no 7 tahun 2011 tentang Pembentukan Struktur dan oraganisasi tatakerja UPTD KKP pada DKP R4 (Berita Daerah Kabupaten Raja AmpatTahun 2011 Nomor 7, Tambahan Berita Daerah Kabupaten Raja AmpatTahun 2011 Nomor 1)

o Perda Kabupaten Raja Ampat Nomor 3 tahun 2012 tentang RT RW Kab.Raja Ampat tahun 2011 – 2030

o Perda Raja Ampat no 4 tahun 2012 tentang RPJMD Raja Ampat tahun 2011– 2015

o Perda Raja Ampat no 5 tahun 2012 tentang RPJPD tahun 2011-2030

o Perda Raja Ampat no 8 tahun 2012 tentang Perlindungan Hutan Mangrovedan Hutan Pantai (Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012Nomor 88, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun2012 Nomor 82);

o Perda Raja Ampat no 9 tahun 2012 tentang Larangan Penangkapan Hiu,Pari Manta dan jenis-jenis ikan tertentu di Perairan laut Raja Ampat(Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012 Nomor 89,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012 Nomor83);

14 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 19: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

o SK Bupati no 80 tahun 2013 tentang Rencana Pengelolaan TPPKD RajaAmpat

o SK Bupati no 256 tahun 2013 tentang Perubahan SK Bupati no 80 tahun2013 tentang Rencana Pengelolaan TPPKD Raja Ampat

o Perda No 10 Tahun 2013 Tentang Penetapan Pulau Saonek Munde, PulauJefman dan Kampung Harapan Jaya sebagai tempat labuh kapal pesiardan live a board di Kab Raja Ampat

o PERDA No 11 Tahun 2013 tentang larangan penggunaan bahan peledakdan bahan racun atas kegiatan perburuan ikan dalam wilayah perairanKabupaten Raja Ampat

o SK Bupati Raja Ampat Nomor 61 Tahun 2014 tantang UPTD KKPD PadaDKP Raja Ampat sebagai unit kerja yang menerapkan PPK BLUD

o Perbup No 16 Tahun 2014 tentang Penerimaan Hibah untuk BLUD UPTDKKPD Raja Ampat (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2014Nomor 16)

o Perbup No 17 Tahun 2014 tentang Tata Kelola BLUD UPTD KKPD RajaAmpat (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2014 Nomor 17)

o Perbup No 18 Tahun 2014 tentang Tarif layanan Pemeliharaan JasaLingkungan Pada BLUD UPTD KKPD Raja Ampat (Berita DaerahKabupaten Raja Ampat Tahun 2014 Nomor 18)

o Perbup No 19 Tahun 2014 tentang Remunerasi Pada BLUD UPTD KKPDRaja Ampat (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2014 Nomor 19)

o Surat Bupati tentang Pengalihan Dana Kepariwisataan dari tim PengelolaDana Kepariwisataan ke BLUD UPTD KKP Raja Ampat

3) Luas Kawasan : 1.026.540 Ha (satu juta dua puluh enam ribu lima ratusempat puluh Hektar

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:

a. Area I, Perairan Kepulauan Ayau-Asia seluas lebih kurang 101.440 Ha(seratus satu ribu empat ratus empat puluh hektar);

b. Area II, Teluk Mayalibit seluas lebih kurang 53.100 Ha (lima puluh tiga ribuseratus hektar);

c. Area III, Selat Dampier seluas lebih kurang 336.000 Ha (tiga ratus tigapuluh enam ribu hektar);

d. Area IV, Perairan Kepulauan Misool seluas lebih kurang 366.000 Ha (tigaratus enam puluh enam ribu hektar); dan

e. Area V, Perairan Kepulauan Kofiau dan Boo seluas lebih kurang 170.000Ha (seratus tujuh puluh ribu hektar);

15 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 20: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

NAMA No

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG UTARA (LU)

DERAJAT (O)

MENIT ( ‘ )

DETIK ( ‘’ )

DERAJAT (O)

MENIT ( ‘ )

DETIK ( ‘’ )

AREA I

PERAIRAN KEPULAUAN

ASIA

1 131 15 44.37 01 06 08.03

2 131 17 47.64 01 04 25.50

3 131 13 22.03 00 58 59.10

4 131 11 16.96 01 00 44.99

PERAIRAN KEPULAUAN

AYAU

5 131 06 23.50 00 40 40.25

6 131 14 35.97 00 40 40.09

7 131 14 35.97 00 25 07.64

8 131 07 57.23 00 19 54.78

9 130 53 35.32 00 19 51.71

10 130 53 35.32 00 27 19.53

11 131 01 58.36 00 27 19.53

NAMA No

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)

DERAJAT (O)

MENIT (‘)

DETIK (‘’)

DERAJAT (O)

MENIT (‘)

DETIK (‘’)

16 130 39 53.49 00 25 13.21

17 130 42 13.84 00 22 47.67

18 130 47 31.97 00 26 32.67

19 130 47 47.00 00 29 38.00

NAMA No

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)

DERAJAT (O)

MENIT ( ‘ )

DETIK ( ‘’ )

DERAJAT (O)

MENIT ( ‘ )

DETIK ( ‘’ )

AREA II TELUK

MAYALIBIT

12 131 06 08.77 00 19 23.20

13 131 05 43.81 00 24 00.83

14 130 54 02.00 00 27 06.00

15 130 52 50.81 00 25 12.58

16 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 21: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

AREA

III SELAT

DAMPIER

20 130 04 33.00 00 46 01.00

21 131 13 28.00 01 00 59.00

22 131 13 28.00 01 02 23.00

23 131 11 03.00 01 06 48.00

24 131 03 31.98 01 07 00.39

25 130 38 01.53 00 57 41.22

26 130 36 37.60 00 54 46.27

27 130 23 15.94 00 55 19.82

28 130 21 47.39 00 55 20.51

29 130 26 09.06 00 38 00.69

30 130 10 28.92 00 24 29.16

31 130 22 13.08 00 28 12.00

32 130 25 24.59 00 24 56.56

33 130 26 52.53 00 26 01.64

NAMA No

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)

DERAJAT (O)

MENIT ( ‘ )

DETIK ( ‘’ )

DERAJAT (O)

MENIT ( ‘ )

DETIK ( ‘’ )

AREA IV PERAIRAN

KEPULAUAN MISOOL

34 130 26 42.94 01 49 36.51

35 130 30 04.41 01 49 36.51

36 130 51 35.26 01 58 05.49

37 131 03 10.04 02 16 11.85

38 130 03 22.42 02 16 12.41

39 130 03 22.42 02 01 36.17

NAMA No

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)

DERAJAT (O) MENIT (‘)

DETIK (‘ )

DERAJAT (O) MENIT (‘)

DETIK (‘ )

AREA V PERAIRAN

KEPULAUAN KOFIAU-BOO

40 129

14

49.28 01

07

41.98

41 129 59 32.03 01 07 28.10

42 130 00 00.94 01 12 49.33

43 129 24 31.60 01 25 31.74

17 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 22: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

5) Status Pengelolaan KawasanHasil evaluasi status pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat adalah sebagai berikut:

Untuk mencapai peringkat biru 100% beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan adalah:

• Lakukan kajian untuk memastikan anggaranpengelolaan kawasan telahterpenuhi sesuai denganperencanaan.

• Buat SOP penelitian danpendidikan

• Buat SOP pelaksanaan kegiatanbudidaya

6) Kondisi Umum

Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten Sorong di Provinsi Papua Barat yang dibentuk melalui UU Nomor 26 Tahun 2002. Dalam rangka memacu kemajuan wilayah Papua pada umumnya, baik dalam peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah, kabupaten ini resmi menjadi daerah otonom pada tanggal 12 April 2003. Dasar hukum penetapan perairan Kawasan Konservasi Laut Raja Ampat adalah Peraturan Bupati Raja Ampat No. 66 Tahun 2007 yang ditandatangani tanggal 14 Juni 2007 dan Peraturan Bupati No. 05 Tahun 2009 tanggal 16 April 2009.

Kabupaten Raja Ampat beriklim tropis yang lembab dan panas. Berdasarkan hasil pencatatan Stasiun Cuaca dan Meteorologi Jeffman, suhu udara pada tahun 2013 adalah terendah sebesar 24.350C dan suhu udara tertinggi sebesar 31,50C dengan suhu rata-rata 27,10C. Suhu udara bulanan terendah adalah 23,5oC terjadi pada bulan agustus, dan terpanas pada bulan januari (31,8oC).Sementara curah hujan sebesar 3.349 mm/tahun. Kelembapan udara sekitar 86,5% dengan hari hujan sepanjang tahun sekitar 274 hari hujan. Variasi perubahan musim kemarau dan musim penghujan tidak begitu jelas seperti daerah Papua pada umumnya.Wilayah Raja Ampat

18 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 23: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

dipengaruhi oleh angin muson; antara bulan Mei-November bertiup angin pasat Tenggara dan antara Desember-April bertiup angin Barat Laut.

7) Target Konservasi

- Target Sumberdaya (Bioekologis) • Memastikan terumbu karang, mangrove, padang lamun, danau air

asin dan habitat terkait lainnya serta ekosistem yang beragam,sehat, berfungsi dan produktif.

• Melindungi daerah penting pembibitan ikan seperti muara, hutanmangrove, padang lamun, dan terumbu karang yang penting untuksiklus hidup spesies ikan dan invertebrate

• Melestarikan populasi dan jenis langka atau terancam punah, danhabitat yang dianggap penting untuk pemulihan dan kelangsunganhidup mereka.

• Melindungi semua lokasi pemijahan ikan, terutama dari seluruhspesies laut yang rentan dan sangat-dieksploitasi.

• Melestarikan pengetahuan lokal, budaya, nilai-nilai dan sistempengelolaan tradisional seperti Sasi, dan menyediakan ketahananpangan jangka panjang bagi masyarakat lokal Papua.

• Mengurangi dan jika mungkin menghilangkan tekanan dan potensiancaman saat ini dan dimasa terhadap sumber daya laut danmasyarakat lokal serta industri lokal yang bergantung pada mereka.

• Menerapkan praktek dan rekayasa pembangunan pesisir yangbaik, untuk memastikan aktivitas didarat tidak berdampak padalingkungan pesisir dan laut, sesuai dengan prinsipprinsippengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

- Target Sosial, Budaya dan Ekonomi • Mata pencaharian yang ramah lingkungan dan dapat diterima

secara sosial serta mendukung pertumbuhan ekonomi yangberkelanjutan dan dipromosikan pada lima kawasan konservasi.

• Partisipasi aktif dari masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasankonservasi, termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan sertapemantauan dan evaluasi

• Pengetahuan lokal dan nilai-nilai tradisional yang terintegrasi dalamsistem pengelolaan lima kawasan konservasi.

19 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 24: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

• Ekologis

Kondisi hidro-oseanografi wilayah Kabupaten Raja Ampat dipengaruhi oleh dinamika perairan Laut Seram, Laut Halmahera dan Samudera Pasifik. Wilayah ini memiliki pasang surut bertipe campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semi diurnal).Arus permukaan di wilayah perairan Raja Ampat tergolong relatif kuat terutama di bagian celah atau selat antara dua pulau. Menurut data dari Dishidros, arus tetap yang terdapat disekitar Selat Sele (koordinat 0110 LS dan 13110 BT) sebesar 3,75 m/detik.. Secara umum, pola pergerakan arus di wilayah perairan Raja Ampat pada bulan Agustus mengarah dari Timur menyusuri bagian Utara Pulau Papua menuju Barat Daya (Laut Banda).Sedangkan pada bulan Oktober arus datang dari arah Barat Daya menyusuri Kepulauan Maluku menuju Timur Laut/Samudera Pasifik (Wyrtki, 1961).

• Keanekaragaman Hayati

Raja Ampat menjadi rumah bagi 69,21% spesies karang dunia, dimana ditemukan 553 jenis karang (Veron et al., 2009) dan dua diantaranya merupakan jenis endemik Raja Ampat dari keluarga Acroporidae yaitu Montipora delacatula dan Montipora verruculosus (DeVantier et al., 2009). Selain itu ditemukan setidaknya 41 jenis dari 90 genus karang lunak Alcyonacean dari 14 Famili (Donnelly et al., 2002). Di wilayah ini juga ditemukan 699 jenis moluska dan menjadi rumah bagi 5 jenis penyu (McKenna et al., 2002), setidaknya 1.505 jenis ikan karang (Allen dan Erdmann, 2012; update Erdmann, 2013) dan rumah bagi 15 jenis mamalia laut yang terdiri dari 14 jenis cetacean (13 jenis paus dan lumba-lumba) dan 1 jenis duyung (Dugong dugon) (Kahn, 2007). Salah satu pemicu keanekaragaman yang luar biasa ini adalah tingginya keragaman habitat mulai dari lamun, mangove, terumbu karang di perairan dangkal (termasuk terumbu karang tepi, penghalang, patch dan atoll) hingga celah dalam antar pulau-pulau kecil utama. Dengan tingkat keragaman hayati yang begitu tinggi, para ilmuwan menyebut Kepulauan Raja Ampat sebagai jantung Segitiga Karang Dunia.

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Jumlah penduduk di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 sebanyak 44.568 jiwa, mengalami pertumbuhan 1,5% dibanding dengan tahun 2012 denagn angka kepadatan penduduk sebesar 7,3 jiwa/Km2. Rumah tangga dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 9.888 rumah tangga, dengan rata-rata per rumah tangga berjumlah 4,5 jiwa. Mayoritas penduduk memeluk agama protestan dan disusul pemeluk agama islam.

20 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 25: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Secara sosial-budaya, di wilayah Kabupaten Raja Ampat masih terdapat suku-suku asli penduduk yang terbagi dalam 3 suku besar, yaitu Suku Moi, Suku Biak dan Suku Amer. Dalam hubungan kekerabatan, masing-masing saling menghormati dan bergaul.Harta pusaka bagi suku masyarakat di Raja Ampat adalah tanah, yang artinya bahwa melalui tanah orang Raja Ampat dapat berkebun dan hasilnya dapat dimakan. Berkaitan dengan sumberdaya laut, terdapat hak-hakdan penentuan batas wilayah ulayat laut, antara lain : pembatasan nelayan dari luar untuk menangkap ikan di desa tertentu (di Arborek danFam); pembatasan ukuran tangkapan lobster di Desa Sawinggrai; pembatasan ukuran tangkapan lola di Desa Arborek; sistem moratorium (sasi gereja) untuk teripang, lobster dan lola; jenis-jenis tabu yang tidak boleh ditangkap di daerah tertentu (Tropika, 2005).

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat memiliki mata pencaharian sebagai nelayandan petani.Disamping itu juga terdapat pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan pencari kerja.Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian pokok.Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap yang sangat sederhana sehingga kalah bersaing dengan kapal nelayan asing yang beroperasi di wilayah tersebut.

10) Potensi PerikananPada tahun 2006 sektor perikanan mencapai 50% dari produk domestik

bruto dan 82% dari pendapatan regional untuk Kabupaten Raja Ampat. Komoditi perikanan utama dari kabupaten Raja Ampat adalah Tuna, Tenggiri, Kerapu, Napoleon, Kakap Merah, Teripang, Udang dan Lobster. Adapun kegiatan budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima), Kerapu dan rumput laut merupakan sektor perikanan yang saat ini tengah berkembang di Raja Ampat. Malahan di tahun 2012 ada tujuh perusahaan budidaya mutiara besar yang beroperasi di Raja Ampat yang mewakili sektor lapangan kerja terbanyak di kabupaten ini. Mengingat mutiara sangat bergantung pada kondisi perairan yang bersih dengan laju sedimentasi rendah, selain secara defacto merupakan sebuah KKP tersendiri, usaha budidaya mutiara ini tergolong sebagai kegiatan ekonomi yang paling sesuai dari semua sektor ekonomi hijau di Kawasan Pulau-Pulau Kecil Raja Ampat.

Meskipun mayoritas penduduk Raja Ampat bergantung pada kegiatan perikanan dan pemerintahnya telah memprioritaskan perikanan sebagai sektor utama kegiatan perekenomian di daerah ini, penting bagi kita untuk memahami bahwa sumber daya perikanan di Raja Ampat telah mengalami penurunan yang drastis di mana Catch Per Unit Effort (CPUE) dari beberapa kegiatan perikanan menurun hingga 90% dalam kurun waktu 40 tahun terakhir (Ainsworth et al., 2008). Sebagian besar penurunan ini disebabkan

21 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 26: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

oleh kegiatan penangkapan ilegal dan tidak terdaftar yang dilakukan oleh nelayan luar, sehingga pengukuhan TPPKD Raja Ampat merupakan strategi kunci yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Raja Ampat untuk mengelola sumber daya perikanan dengan lebih baik untuk menjamin ketahanan pangan masyarakatnya.

Produksi perikanan di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 sebesar 2.225,35 ton dengan nilai Rp 1,74 milyar.

11) Potensi Pariwisata

Sektor pariwisata adalah kontributor terbesar kedua untuk kabupaten Raja Ampat. Pada tahun 2011 sektor ini menyumbangkan 82% pemasukan regial untuk kabupaten Raja Ampat. Keunikan dan keindahan panorama alam ditambah dengan keanekaragaman sumberdaya perikanan dan kelautan yang tinggi, terutama ekosistem terumbu karang merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan luar negeri. Bahkan di daerah tersebut menjadi lokasi penelitian para pakar biota laut dunia. Jenis potensi pariwisata bahari yang utama di wilayah gugus pulau kecil Raja Ampat adalah wisata panorama alam, seperti pasir putih, gua, beting-beting karang, serta wisata diving. Daerah pengembangan pariwisata adalah di Pulau Kofiau, Misool, Waigeo Selatan dan Barat, serta Kepulauan Ayau. Pariwasata laut seperti snorkeling dan selam sejauh ini adalah yang paling pesat pertumbuhannya, dan Raja Ampat saat ini menjadi salah satu lokasi penyelaman yang paling tersohor di dunia (Jones et al., 2011). Dan yang terpenting, ledakan wisata selam ini telah membawa dampak positif bagi sektor pariwisata secara umum dengan meningkatnya ketertarikan para wisatawan terhadap kegiatan kayaking dan mengamati burung seperti halnya wisata budaya.

12) Aksesibilitas

Ibukota kabupaten Raja Ampat adalah Waisai yang terletak di Pulau Waigeo. Waisai dapat dijangkau dari Kota Sorong menggunakan transportasi laut, yaitu kapal nelayan yang memakan waktu perjalanan 5 jam atau dengan kapal cepat (speed boat) yang memakan waktu perjalanan 2 jam. Transportasi laut memiliki peranan sangat penting untuk Kabupaten Raja Ampat yang terdiri dari ratusan gugus pulau kecil. Sistem transportasi di Kabupaten Raja Ampat tidak terlepas dari peran Pelabuhan Sorong sebagai Pelabuhan Utama. Kegiatan pelabuhan berorientasi ke Kota Sorong, baik arus penumpang maupun barang, sebagian kecil ke Ternate dan Ambon. Dari pelabuhan Sorong terdapat pelayaran internasional (khusus untuk angkutan minyak mentah, ikan tuna dan kayu lapis), dan pelayaran nusantara yang meliputi trayek pelayaran nusantara, trayek kapal penumpang, trayek lokal, pelayaran rakyat dan angkutan sungai, danau dan ferry. Trayek transportasi

22 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 27: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

laut untuk Kabupaten Raja Ampat dengan Sorong berupa pelayaran rakyat : Sorong-Waigeo-Batanta-Salawati-Misool, dan angkutan Sungai-Danau dan Ferry : Jalur Sungai Klamono-Sungai Waigeo. Pelayanan transportasi laut di Kabupaten Raja Ampat sangat bergantung pada musim, pada bulan tertentu (april - agustus) gelombang relatif besar sehingga transportasi laut tidak dapat menjangkau seperti ke Kepulauan Ayau, Kofiau, atau Misool.

13) Upaya Pengelolaan Kawasan

Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Raja Ampat

• Terlindunginya Habitat dan Populasi Ikano Implementasi rencana zonasi dan peraturan di masing-masing

daerah konservasi secara efektifo Pelarangan semua jenis alat tangkap dan praktik perikanan yang

merusak di dalam kawasano Mendorong penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan di

dalam kawasan konservasio Melindungi semua daerah pemijahan ikan, khususnya jenis-jenis

yang rentan dan sangat tereskploitasi seperti kerapu, dan ikanNapoleon dalam bentuk zona larangan tangkap, ataumemberlakukan pelarangan tangkap di waktu tertentu, sepertisistem sasi.

o Melindungi daerah asuhan ikan seperti estuaria, hutan mangrove,padang lamun dan terumbu karang yang penting dalam daur hidupikan dan invertebrate

o Memastikan semua pemanfaatan atau ekstraksi sumber dayaperikanan dilakukan secara berkelanjutan, atau tidak berdampakpada fungsi-fungsi ekologis atau habitat

o Melarang penangkapan ikan Hiu (semua spesis di bawah klas:Chondrichthyes, Sub-klas: Elasmobranchii, Super-ordo:Selachii),Pari Manta dan jenis-jenis mobulidae lainnya (Klass:Chondrichthyes, Subklas: Elasmobranchii, Ordo: Rajiformes,Famili: Mobulidae) .

o Mengurangi jumlah tangkapan sampingan (by catch) yang terdiridari ikan non target, mamalia laut, burung laut, penyu, hiu danjenis-jenis lain.

• Rehabilitasi Habitat dan Pemulihan Populasi Ikano Menyusun rencana atau strategi pengelolaan spesifik terhadap

kegiatan perikanan atau ikan, dan jenis invertebrata, untukmemastikan pemulihannya.

o Restorasi habitat yang telah rusak yang tidak mungkin pulih tanpaintervensi.

23 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 28: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

• Penelitian dan PengembanganMendukung kegiatan penelitian di wilayah konservasi yang dapat

meningkatkan pengetahuan tentang masyarakat, budaya, habitat danekosistem, serta membantu meningkatkan pengelolaan sumberdayalaut di Raja Ampat. Penelitian yang dilakukan hendaknyamemperhatikan budaya setempat dan tidak menyebabkan dampakyang merusak bagi masyarakat lokal atau ekosistem yangmenyokongnya.

• Jasa Ekowisata dan Lingkungano Memastikan para penyelam dan operator liveaboard berpegang

pada standar lingkungan tertinggi yang meminimalkan dampakterhadap lingkungan dengan tetap memaksimalkanpengalaman yang diperoleh.

o Memastikan resor, hotel, homestay dan insfrastruktur pariwisatayang ada dan yang akan dibangun mengikuti standarlingkungan tertinggi dan kaidah-kaidah pembangunanpariwisata berkelanjutan.

• Monitoring dan Pengawasano Menegakkan rencana pengelolaan dan zonasi, perikanan,

lingkungan dan jalannya rencana pengelolaan dan zonasi, danaturan pesisir lainnya dengan melakukan patroli rutin di daerahkonservasi.

o Patroli masyarakat saat ini telah dilakukan di seluruh daerahkonservasi yang ada, dan jika diberdayakan dengan tepat, akanmenjadi landasan yang kuat dalam melakukan patroli bersamadengan instansi penegakan hukum.

• Pengelolaan Spesies yang dilindungiJenis-jenis tertentu yang terancam punah atau langka kemungkinan

memerlukan intervensi khusus untuk memastikan pemulihan dankeberlangsungan hidup kini dan nanti. Banyak dari jenis-jenis ini yangdilindungi oleh Undang-Undang nasional dan internasional yangmungkin ditandatangani pula oleh Indonesia

• Spesies Introduksi atau Invasif• Marikultur• Pembangunan pesisir• Ekosistem-Ekosistem Pulau• Pengelolaan Pencemaran• Pertambangan di darat dan laut dalam• Adaptasi perubahan Iklim• Penguatan Sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat Pesisir di

Kawasan Konservasi

24 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 29: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

o Pendidikan lingkungan hidupo Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasio Kebijakan pembangunan berkelanjutan

• Strategi Monitoring dan EvaluasiProses monitoring dan evaluasi mencakup tiga aspek penting

meliputi komponen biofisika, sosial-ekonomi, dan tata kelola. Proses-proses ini bermanfaat baik bagi para pengelola untuk mendokumentasikan kinerja pengelolaan, memperkuat kepercayaan dan dukungan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan kawasan, dan dapat meningkatkan visibilitas serta kredibilitas pengelola

o Monitoring dan evaluasi kelembagaan pengelolaano Monitoring dan evaluasi pengawasan, pengendalian dan

penegakkan hokumo Monitoring dan evaluasi kondisi sumberdaya alam dan sosial

ekonomi masyarakato Monitoring dan evaluasi kegiatan pariwisatao Evaluasi efektivitaspengelolaan dan dokumen rencana

pengelolaan

25 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 30: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

14) Peta Lokasi

Gambar 5. Kawasan Konservasi Kabupaten Raja Ampat

26 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 31: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

2.3 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya 1) Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di

sekitarnya

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI No. 91/Kpts-VI/1997 tanggal 13 Februari 1997

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Menteri Kelautan danPerikanan No 62 Tahun 2014

• Unit Organisasi Pengelola : Balai KKPN Kupang

• Penetapan : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 68/MEN/2009

3) Luas Kawasan :183.000 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Secara geografis Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya terletak di sebelah utara Teluk Cendrawasih dengan luas kawasan secara total adalah 183.000 Ha, dimana batas-batasnya adalah sebagai berikut : • Sebelah utara : Samudera Pasifik• Sebelah selatan : Selat Yapen• Sebelah barat : Distrik Biak Timur• Sebelah timur : Samudera Pasifik

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.68/MEN/2009, batas-batas geografis TWP Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya berupa titik koordinat sebagaimana berikut: (Bujur Timur) (Lintang Selatan) • 136o15’1,00” 1o14’31,9” • 136o29’27,00” 1o4’38,147” • 136o44’31,99” 1o5’15,968” • 136o44’34,00” 1o25’21” • 136o15’2,999” 1o25’21”

Kepulauan Padaido merupakan gugus pulau-pulau kecil yang berjumlah 32 pulau di sebelah tenggara Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua, yang secara administrasi meliputi dua distrik, yaitu Distrik Padaido dan Distrik Aimando Padaido dan 19 desa/kampung. Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya terletak di pulau dari kedua distrik tersebut.

27 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 32: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

5) Status Kawasan Hasil evaluasi status pengelolaan

kawasan TWP Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya adalah sebagai berikut:

Untuk mencapai peringkat hijau 100% beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan adalah: • Laksanakan inisiasi kemitraan dengan

pemangku kepentingan.• Lakukan pemeriksaan untuk

memastikan unit pengelola memilikisarana dan prasarana pendukungpengelolaan

• Laksanakan perencanaan untukmendanai pengelolaan kawasankonservasi.

6) Kondisi Umum

Berdasarkan kondisi di atas Kawasan Kepulauan Padaido dan perairan sekitarnya telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI sebagai Kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) berdasarkan Surat Keputusan No. 91/Kpts-VI/1997 tanggal 13 Februari 1997 dengan luas kawasan 183.000 hektare. Penentuan status TWAL tersebut berdasarkan kriteria penentuan kawasan konservasi laut yang memiliki keanekaragaman biota laut dan lingkungan yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Saat ini pengelolaan Kepulauan Padaido dan perairan sekitarnya telah diserahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan berita acara serah terima no: BA.01/menhut-IV/2009 dan No BA. 108/MEN.KP/III/2009 pada tanggal 4 maret 2009 dengan nama Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya. TWP Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya seluas lebih kurang 183.000 (seratus delapan puluh tiga ribu) hektare, ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP. 68/MEN/2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya di Provinsi Papua.

Kabupaten Biak Numfor adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Biak. Wilayah otonom yang kini disebut sebagai Kabupaten Supiori pernah menjadi bagian dari kabupaten ini. Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 2 (dua) pulau kecil, yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor serta lebih dari 42 pulau sangat kecil, termasuk Kepulauan Padaido yang menjadi primadona pengembangan kegiatan dari berbagai pihak. Kepulauan Padaido adalah sebuah gugusan pulau yang terletak di

28 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 33: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Samudera Pasifik tepatnya di sebelah timur Pulau Biak atau Kabupaten Biak Numfor. Dahulu kepulauan ini dikenal dengan nama Kepulauan Schouter, yang berasal dari nama pelaut belanda William Schouter yang menemukan kepulauan ini di tahun 1602. Kata padaido sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yang memiliki arti keindahan yang tidak dapat diungkapkan. Kepulauan Padaido memiliki pantai dan panorama yang luar biasa indah. Selain itu, Kepulauan Padaido merupakan salah satu tempat yang memilliki keragaman hayati ekosistem koral terbesar di dunia. Disana terdapat pusat rehabilitasi terumbu karang sehingga potensi wisata bahari yang ada di kepulauan tersebut dapat tertata dengan baik. Di kepulauan ini terdapat 95 spesies koral, 155 spesies ikan seperti berbagai jenis hiu karang dan gurita serta berbagai kekayaan maritim lainnya. Kekayaan biologi lain yang ada di kepulauan ini antara lain 48 spesies pohon, 26 spesies burung, 14 spesies reptile dan 7 Spesies mamalia.

Pola iklim di Kabupaten Biak Numfor dipengaruhi oleh monsoon dan maritim, dimana pengaruh maritim lebih dominan. Kondisi tersebut menyebabkan curah hujan tinggi dan merata hampir sepanjang tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Biak Numfor 2014 curah hujan rata-rata bulan sekitar 241,3 mm dengan kisaran antara 123,5-437,1 mm. Curah bujan terendah terjadi pada bulan Oktober dan terbesar bulan Agustus. Rata-rata hari hujan bulanan adalah sekitar 22 hari hujan, dengan kisaran antara 14-26 hari hujan per bulan. Rata-rata suhu udara bulanan sekiatar 27,1oC dengan kisaran antara 26,5-27,5oC dengan kelembaban udara rata-rata bulanan sekitar 87,2%.

7) Target Konservasi

Pendekatan konservasi dalam menetapkan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional didasarkan pada kawasan tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, untuk menghindari kerusakan kerusakan habitat dan penurunan kualitas sumberdaya alam, penurunan hasil tangkap dan pencegahan aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan pembiusan ikan dengan bahan kimia. Masyarakat memiliki bentuk perlindungan laut dengan nama Sasisen. Sasisen adalah larangan yang diberlakukan sementara waktu dalam wilayah tertentu untuk tidak boleh menangkap ikan ataupun mengumpulkan hasil laut di sekitar lokasi tersebut. Sasisen yang dikenal oleh orang Biak terbagi dalam dua jenis:

• Sasisen terhadap wilayah tertentu meliputi segala jenis biota yang terdapatdidalamnya. Sasisen seperti ini berlaku paling lama 6 (enam) bulan.

29 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 34: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

• Sasisen yang diberlakukan terhadap satu jenis biota tertentu, umumnyayang bernilai ekonomis penting. Sasisen jenis ini diberlakukan untukjangka waktu minimum 1 (satu) tahun.

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

• Ekologis

Kedalaman perairan wilayah Kepulauan Padaido dikelilingi oleh laut yang relatif dalam, berkisar antara 100 sampai 1200 meter. Kedalaman di atas 500 meter berada di wilayah Utara, Selatan dan Timur. Namun demikian, 90% kedalaman perairan berada di bawah 500 meter. Suhu permukaan di perairan berkisar antara 28 -30oC, salinitas permukaan perairan berkisar pada nilai 27 – 34,5 ppm sedangkan kecerahan perairan berkisar pada nilai >15 meter. Tinggi gelombang laut berkisar antara 1,12 – 1,21 meter. Pada bulan Februari sampai Juli arus permukaan bergerakke timur dengan kecepatan antara 18 – 38 cm/det, pada bulan Agustus sampai Januari kecepatan arus berkisar antara 24 – 75 cm/det dengan arah ke barat. Jenis pasang surut yang terjadi adalah campuran harian ganda, yang berarti setiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang berbeda dalam tinggi dan waktunya.

• Keanekaragaman Hayati

Terumbu karang di Kepulauan Padaido memiliki 4 bentuk terumbu karang yaitu terumbu karang pantai, terumbu karang penghalang, terumbu karang atol dan terumbu karang gosong. Keragaman karang cukup tinggi terdiri dari 90 jenis yang tergolong dalam 41 genera dan 13 famili serta beberapa jenis karang lunak yaitu Sinularia polydatil, Sacrophyton trocheliophorum, Labophytum strictum dan L. Crassum. Jenis karang dominan adalah Faviidae, Fungidae, Pociloporidae dan Acroporidae. Tutupan karang di Kepulauan Padaido bawah berkisar antara 0 – 67 % pada kedalaman 3 m dan 0 – 25,9% pada kedalaman 10 m, pada Kepulauan Padaido atas berkisar antara 13,7 – 70,7% pada kedalaman 3 m dan 9,6 -66,7% pada kedalaman 10 m. Ditemukan kurang lebih 127 jenis ikan target (konsumsi), 34 jenis ikan dan indikator, 185 jenis ikan mayor (lainnya). Mangrove yang ditemukan di peraian Kepulauan Padaido berjumlah tujuh jenis, yaitu Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, R. stylosa, Sonnetaria alba, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea, dan Avicenia alba. Lamun ditemukan pada hampir semua pulau, ditemukan berjumlah Sembilan jenis, yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, C. serullata, Halodule universis, H. Pinifolia, Halophila ovalis, H. spinulosa, dan Syringodium isoetifolium. Rumput laut ditemukan kurang lebih 58 jenis dimana 11 jenis bernilai ekonomis penting, seperti Euchema, Gracilaria,

30 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 35: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Hypnea, Laurencia, Gelidiella, Halimenia, Caulerpa, Codium, Chaetomorpha, Sargassum dan Turbinaria.

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah 135.080 jiwa yang terdiri dari 69.582 jiwa penduduk laki-laki dan 65.498 jiwa penduduk perempuan dengan angka kepadatan penduduk sebesar 51,91 jiwa/km2. Jumlah penduduk tersebut tersebar dalam rumah tangga - rumah tangga, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 29.284, rumah tangga dengan angka pertumbuhan penduduk dibanding tahun 2012 sebesar 2,0%.

Perekonomian penduduk Kepulauan Padaido berasal dari bidang pertanian, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan (penangkap ikan dan budidaya rumput laut). Perekonomian sebagian besar penduduk bertumpu pada perikanan tangkap dan perkebunan (kelapa), sedangkan sebagian kecil berasal dari peternakan (babi, ayam kampong dan itik), pertanian tanaman pangan (ketela pohon dan umbi-umbian) dan budidaya laut (rumput laut)

10) Potensi Perikanan

Pada tahun 2013 realisasi pendapatan daerah Kabupaten Biak Numfor tercatat sebesar Rp 709,25 milyar, lebih tinggi 9,43% dari tahun 2012. Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan asli daerah sebesar Rp 15,61 milyar (2,20% dari total pendapatan), pendapatan transfer daerah sebesar Rp 666,19 milyar (93,93%), dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp 27,44 milyar (3,87 %).

Jumlah perahu nelayan pada tahun 2013 sebanyak 4.803 unit perahu tanpa morot, 1.429 unit perehu dengan motor temple, dan 30 unit kapal motor. Alat tangkap ikan didominasi oleh jaring insang (1.987 unit) dan pancing (1.418 unit), ada alat tangkap lain yang jumlahnya relatif sedikit yaitu sebesar 30 unit.

Total produksi ikan laut tahun 2013 mencapai 29.460,5 ton yang terdiri dari 13.750,0 ton ikan pelagis besar, 15.500 ton ikan pelagis kecil, dan 210,5 ton ikan dimersal. Beberapa jenis ikan laut yang mendominasi dan produksinya antara lain ikan tuna (2.813,85 ton), ikan tenggiri (3.034,07 ton), cakalang (701,5 ton), cumi-cumi (652,59 ton), kerapu (1.021,69 ton), dan teripang (1,24 ton).

Jumlah rumah tangga nelayan tahun 2013 sebesar 7.240 rumah tangga nelayan, naik sekitar 1.31% disbanding tahun 2012.

31 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 36: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

11) Potensi Pariwisata

Kepulauan Padaido sebagai Kawasan Taman Wisata Perairan dengan luas 183.000 ha. Wilayah ini mencakup pulau-pulau dan perairannya. Berdasarkan ketetapan ini, wilayah Kepulauan Padaido diperuntukkan sebagai kawasan pariwisata dan rekreasi. Wisatawan manca negara yang mengunjungi Padaido terdiri dari wisatawan manca negara dan domestik yang berasal dari 15 negara. Terdapat sarana pariwisata dan angkutan nelayan. Sarana pariwisata berupa pondok wisata yang dikelola oleh masyarakat.

12) Aksesibilitas

Untuk mencapai Kepulauan Padaido ini anda dapat menggunakan speed boat dari pelabuhan Bosnik selama kurang lebih satu jam atau perahu nelayan dengan waktu 3 hingga 4 jam perjalanan. Selain itu anda bisa menggunakan pesawat terbang dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Terdapat maskapai penerbangan yang menyediakan perjalanan langsung dari Jakarta menuju Pulau Biak dalam rangka meningkatkan potensi wisata bahari dan lokasi sejarah di Kabupaten Biak Numfor, Papua.

32 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 37: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

13) Peta Lokasi

Gambar 6. Peta Kawasan TWP Pulau Padaido

33 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 38: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

2.4 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Waigeo sebelah Barat dan laut disekitarnya

1) Nama Kawasan : Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo sebelah Baratdan laut di sekitarnya

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 891/Kpts-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Menteri Kelautan danPerikanan No 60 Tahun 2014

• Unit Organisasi Pengelola : Balai KKPN Kupang

• Penetapan : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 65/Men/2009

3) Luas Kawasan : 271.630 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Secara geografis, kawasan Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan Waigeo sebelah Barat dan laut di sekitarnya terletak pada 0º24’29’’BT - 0º14’22’’LS dan 129º50’25’’ - 129º40’32’’BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam Distrik Waigeo Barat Kabupaten Raja Ampat yang secara geografis terletak antara 0o45”-2o15” LS dan 024o-132o BT, yang terbagi menjadi 24 distrik, dengan 4 kelurahan dan 117 kampung.

5) Status KawasanHasil evaluasi status

pengelolaan kawasan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Laut di sekitarnya adalah sebagai berikut: Untuk mencapai peringkat hijau 100% beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan adalah: • Lakukan pemeriksaan untuk

memastikan bahwa kualifikasi SDM pada unit organisasi pengelola diwakili oleh minimal 2 (dua) kompetensi pengelolaan yang dibutuhkan.

• Laksanakan inisiasi kemitraandengan pemangku kepentingan.

• Lakukan pemeriksaan untuk memastikan unit pengelola memiliki saranadan prasarana pendukung pengelolaan.

34 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 39: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

6) Kondisi UmumKepulauan Raja Ampat dikenal memiliki tingkat keanekaragaman hayati

dan endimisitas sumber daya pesisir dan laut yang tinggi. Dalam konteks regional, Kepulauan Raja Ampat termasuk dalam kawasan segitiga karang dunia (coral triangle) dan merupakan bagian kawasan penting keanekaragaman hayati pesisir dan laut. Kawasan segitiga karang ditandai dengan adanya 500 atau lebih jenis karang dan merupakan pusat dari kelimpahan dan keragaman karang di bumi. Kawasan koservasi Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan Waigeo sebelah Barat merupakan kawasan konservasi yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Raja Ampat. Kawasan SAP tersebut memiliki banyak potensi, baik potensi ekologi, potensi ekonomi, dan potensi sosial budaya. SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat terdiri dari serangkaian pulau-pulau kecil dan pulau-pulau karst sebanyak 100 pulau yang tidak berpenghuni, kecuali Pulau Piai dan Pulau Sayang dibagian timur SAP.

Kabupaten Raja Ampat beriklim tropis yang lembab dan panas. Berdasarkan hasil pencatatan Stasiun Cuaca dan Meteorologi Jeffman, suhu udara pada tahun 2013 adalah terendah sebesar 24.350C dan suhu udara tertinggi sebesar 31,50C dengan suhu rata-rata 27,10C. Suhu udara bulanan terendah adalah 23,5oC terjadi pada bulan Agustus, dan terpanas pada bulan Januari (31,8oC). Sementara curah hujan sebesar 3.349 mm/tahun. Kelembapan udara sekitar 86,5% dengan hari hujan sepanjang tahun sekitar 274 hari hujan. Variasi perubahan musim kemarau dan musim penghujan tidak begitu jelas seperti daerah Papua pada umumnya. Wilayah Raja Ampat dipengaruhi oleh angin muson; antara bulan Mei-November bertiup angin Pasat Tenggara dan antara Desember-April bertiup angin Barat Laut.

7) Target KonservasiSystem pendekatan konservasi melalui sistem zonasi dalam kawasan

konservasi perairan nasional SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat dibagi menjadi 3 (tiga) zona yaitu zona inti, zona pemanfaatan dan zona lainnya

35 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 40: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Gambar 7. Peta Zona Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Tipe terumbu karang disekitar Kepulauan Wayag adalah terumbu karang tepi (fringingreef) dan sebagian kecil karang gosong (patchreef). Kontur terumbu daerah umumnya curam hingga tegak lurus dengan kecerahan air 10-15 m. Kontur terumbu datar hingga landai hanya berada di barat dan utara Pulau Piai dan barat, selatan dan timur Pulau Sayang serta teluk-teluk didalam Pulau Wayag. Survey manta tow oleh Cipada 2008 diketahui persentase penutupan karang hidup di SAP Kepulauan Waigeo berkisar antara 0-70% dengan rata-rata tutupan 20,55%, sedangkan rata-rata persentase penutupan biota lainnya adalah 17.49%. Persentase penutupan rata-rata karang matiadalah 41.03%, sedangkan persentase penutupan pasir dan patahan karang masing-masing adalah 12.17% dan 8.76%.

Pulau Piai dan Pulau Sayang merupakan tempat bertelur penyu hijau dan penyu sisik bertelur. Hasil manta tow selama 8 hari ditemukan penyu hijau 38 ekor dan penyu sisik 49 ekor (CI, 2008). Di disekitar SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat banyak ditemukan kima raksasa, teripang, lola dan lobster serta ketam kenari dan juga merupakan tempat perlintasan cetacean (paus dan lumba-lumba) yang meliputi lumba-lumba risso (Grampusgriseus), lumba-lumba hidung botolumum (Tursiopstruncatus) dan lumba-lumba spinner (Stenella longirostris). Perairan sekitar Kepulauan Wayag - Sayang juga merupakan tempat hiu beregenerasi dan memulihkan populasinya.

36 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 41: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Cukup mudah untuk menemukan anakan hiu berenang disekitar pantai. Selain itu ditemukan banyak tempat berkumpulnya (agregasi) ikan pari manta dibeberapa tempat. Potensi ikan di SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat cukup tinggi. Rata-rata biomassa ikan di lokasi-lokasi pengamatan di SAP ini sekitar 53.17 ton/km2 (Allen. M, 2008). SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat adalah daerah penting sekali untuk ruaya paus, Penyu Hijau, Penyu Sisik, ikan hiu, dan manta. Pulau Sayang-Wayag adalah daerah sangat penting dari sisi bertelur Penyu Hijau dan juga menjadi daerah perlindungan penyu.

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Jumlah penduduk di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 sebanyak 44.568 jiwa, mengalami pertumbuhan 1,5% dibanding dengan tahun 2012 dengan angka kepadatan penduduk sebesar 7,3 jiwa/Km2. Rumah tangga dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 9.888 rumah tangga, dengan rata-rata per rumah tangga berjumlah 4,5 jiwa. Mayoritas penduduk memeluk agama protestan dan disusul pemeluk agama islam.

Pada umumnya mata pencaharian penduduk di kampung-kampung sekitar SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat hampir sama dengan mata pencaharian penduduk di pulau-pulau kecil lainnya yaitu sebagai nelayan. Mata pencaharian sampingan dengan berkebun atau mengumpulkan hasil hutan disekitar kampung. Potensi perikanan yang dimanfaatkan oleh nelayan di sekitar SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat adalah batu-batu (kakak tua), (kuwe), cangkalang, gutila (lencam). Jenis alat tangkap yang dipergunakan untuk menangkap ikan antara lain; pancing, pancing dasar, cigi, jaring insang dan speargun.

10) Potensi Perikanan

Komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Raja Ampat, antara lain ikan tuna, cakalang tenggiri, kerapu, napoleon, kakap merah, teripang, udang dan lobster. Daerah penangkapan ikan kerapu dan napoleon terdapat di perairan Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Kepulauan Ayau, Batanta, Kofiau dan Misool; lobster di perairan Waigeo, Misool dan Kofiau; cumi-cumi di perairan Waigeo Selatan dan Misool; teripang dan ikan tenggiri hampir diseluruh perairan Kabupaten Raja Ampat. Produksi perikanan di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 sebesa 2.225,35 ton dengan nilai Rp 1,74 milyar.

Wilayah ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Sejumlah fauna dapat dijumpai seperti ketam kenari, (Birgus latro), Soasoa (Hydrosaurus amboinensis), burung elang laut perut putih (Holiaeetus leucogaster), dara laut kepala putih (Anour minibus), nuri merah kepala hitam (Lorius lory) dan burung raja udang (Halcyon sp). Jenis ikan hias diantaranya

37 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 42: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

jenis kupu-kupu (Chaetodon spp), sersan mayor (Abudefdul spp) dan ikan badut (Amphiprion sp), kepe-kepe (Pamacentrus spp) dan mujair laut (Dascyllus spp).Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya merupakan jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75% karang dunia (CI, TNC-WWF). Berdasarkan indeks kondisi karang di Kepulauan Raja Ampat, 60% dalam kondisi baik dan sangat baik. Jenis terumbu karang yang dijumpai seperti Acropora sp dan porites. Beberapa biota laut yang dilindungi terdapat di wilayah ini, seperti: Kima Sisik (Tridacna squamosa), Lola (Trochus niloticus), Kima Raksasa (Tridacna maxima), Kima Tapak Kuda (Hippopus hippopus), Akar Bahar (Antiphates sp), Keong Terompet (Charonia tritonis). Beberapa lokasi di kawasan ini merupakan tempat penyu bertelur dan tempat untuk mencari makan utamanya penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dan Duyung (Dugong-dugong).

11) Potensi Pariwisata

Raja Ampat termasuk di Distrik Waigeo Barat mengandalkan wisata bahari sebagai tulang punggung sektor pariwisata. Keanekaragaman hayati yang tinggi dan pemandangan alam yang luar biasa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Raja Ampat. Para wisatawan biasanya tinggal di resort yang ada di Waigeo Selatan (P. Mansuar) namun sebagian besar tinggal di atas kapal (liveaboard) dengan lama tinggal 10 sampai 21 hari. Wisatawan asing banyak yang tinggal di atas kapal karena mereka mengikuti paket kunjungan yang disediakan perusahaan penyedia jasa pariwisata. Musim kunjungan wisatawan live aboard ke Raja Ampat adalah mulai dari bulan September sampai bulan Mei setiap tahunnya. Liveaboard yang beroperasi di Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang sudah resmi terdaftar/melapor kepada Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal. Hampir semua perusahaan/operator liveaboard ini berbasis di luar Sorong dan Raja Ampat.

12) Aksesibilitas

Sebagai daerah kepulauan yang memiliki 610 pulau, perangkat transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut. Untuk menjangkau ibu kota Raja Ampat (Waisai), pengunjung harus lebih dulu menuju Kota Sorong dengan pesawat. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat juga tersedia kapal laut reguler setiap hari. Waisai dapat juga dijangkau dalam waktu 1,5 hingga 2 jam. Dari Waisai menuju SAP Raja Ampat dapat ditempuh dengan speed boat kira-kira 1,5 jam. Raja Ampat bisa dicapai dari Jakarta dengan penerbangan ke Sorong selama 6 jam melalui Manado. Beberapa maskapai penerbangan yang

38 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 43: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

melayani rute ini adalah Silk Air, Garuda Indonesia, Pelita Air dan Merpati. Dari Waisai menuju Waigeo sebelah Barat (Kepulauan Panjang)/Wayang Sayang ditempuh dengan speed boat sekitar 2 jam.

13) Peta Lokasi

Gambar 8. Peta Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat

39 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 44: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya

1) Nama Kawasan : Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : Keputusan Menteri Kehutanan 81/Kpts-II/1993 tanggal 16 Februari 1993

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Menteri Kelautan danPerikanan No 63 Tahun 2014

• Unit Organisasi Pengelola : Balai KKPN Kupang

• Penetapan : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 64/Men/2009

3) Luas Kawasan : 60.000 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Secara geografis, kawasan Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya terletak pada 0º14’18’’BT- 0º25’29’’LS dan 130º18’32’’ -130º10’29’’BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam Distrik Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya memiliki batas-batas sebagai berikut; • Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Waigeo;• Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Kepulauan Fam;• Sebelah Timur berbatasan dengan perairan Pulau Gam; dan• Sebelah Barat berbatasan dengan

perairan Pulau Batangpele dan PulauMaijafun.

5) Status KawasanHasil evaluasi status pengelolaan

kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya adalah sebagai berikut:

Untuk mencapai peringkat hijau 100% beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan adalah:

• Tempatkan SDM pada unitorganisasi pengelola dengan jumlah yang sesuai dengan fungsi pengelolaan (pengawasan,

40 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 45: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

monitoring sumberdaya, sosekbud). • Lakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa kualifikasi SDM pada

unit organisasi pengelola diwakili oleh minimal 2 (dua) kompetensi pengelolaan yang dibutuhkan

• Laksanakan inisiasi kemitraan dengan pemangku kepentingan.

6) Kondisi UmumPerairan Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya ditetapkan

menjadi Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) pada 3 September 2009 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor Kep.64/Men/2009. Keputusan ini menetapkan perairan Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya sebagai Suaka Alam Perairan (SAP). Kepulauan Raja Ampat secara administratif berada di bawah pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kabupaten yang dibentuk melalui UU Nomor 26 Tahun 2002 tersebut merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran Kabupaten Sorong. Raja Ampat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) karena memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang tinggi berupa terumbu karang, mangrove, litoral dan rumput laut. Wilayah ini terletak di ‘jantung’ kekayaan terumbu karang dunia yang dikenal dengan sebutan Segitiga Karang/Coral Triangle. Kepulauan ini merupakan salah satu kawasan yang memiliki fauna ikan karang terkaya di dunia yang terdiri dari paling sedikit 1,074 spesies serta merupakan areal pembesaran bagi sebagian besar jenis penyu yang terancam punah.

Perairan Kabupaten Raja Ampat dipengaruhi oleh iklim tropis dan perubahan iklim muson.Pada Mei-November umumnya bertiup angin Pasat Tenggara sedangkan pada Desember-April bertiup angin Barat Laut. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Sorong, Kepulauan Raja Ampat mempunyai curah hujan rata-rata 2512 mm per tahun, dengan curah hujan tertinggi pada Juli yakni 298 mm dan jumlah hari hujan 19 hari. Suhu udara maksimum rata-rata 31,250C dan minimum rata-rata 25,120C dengan kelembaban rata-rata 81,5 %.

7) Target Konservasi

Pendekatan konservasi dengan melakukan zonasi, diantaranya :

a) Zona inti; Zona inti SAP Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya diProvinsi Papua Barat terdiri dari 4 wilayah, yaitu (1) daerah di perairanantara Tanjung Manare dan tanjung sebelah timur Tanjung Manare sertaperairan sebelah barat Tanjung Manare; (2) wilayah perairan antaraTanjung Waisai dan tanjung sebelah barat Tanjung Waisai; (3) perairansekitar Pulau Bianci Kecil; dan (4) perairan sekitar Pulau Peniki. Luas

41 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 46: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

zona inti di SAP Raja Ampat mencapai 2.794 Ha atau sekitar 4,66% dari luas total kawasan, sedang koordinatnya adalah sebagai berikut :

Lokasi Koordinat

No Koordinat

X (Bujur Timur)

Y (LintangSelatan)

Luas (Ha)

Perairan tanjung Manare

5 130° 18' 29.30'' BT 0° 14' 40.13'' LS 444

6 130° 18' 29.30'' BT 0° 16' 20.92'' LS 7 130° 19' 03.88'' BT 0° 16' 21.13'' LS 8 130° 19' 11.70'' BT 0° 16' 21.16'' LS 9 130° 19' 41.83'' BT 0° 16' 21.33'' LS

Perairan Tanjung Waisai

10 130° 22' 32.70'' BT 0° 16' 30.70'' LS 962

11 130° 20' 02.70'' BT 0° 17' 46.08'' LS 12 130° 20' 20.90'' BT 0° 18' 04.07'' LS 13 130° 21' 23.22'' BT 0° 18' 04.28'' LS 14 130° 21' 31.00'' BT 0° 17' 58.81'' LS 15 130° 21' 55.99'' BT 0° 18' 01.93'' LS 16 130° 22' 04.98'' BT 0° 18' 09.00'' LS 17 130° 22' 29.18'' BT 0° 18' 16.71'' LS 18 130° 22' 38.17'' BT 0° 18' 15.21'' LS 19 130° 23' 06.23'' BT 0° 18' 10.92'' LS 20 130° 23' 03.23'' BT 0° 18' 00.86'' LS

Perairan Bianci Kecil

21 130° 24' 00.25'' BT 0° 16' 16.24'' LS 729

22 130° 25' 52.78'' BT 0° 17' 09.20'' LS Perairan Peniki 23 130° 24' 11.46'' BT 0° 22' 38.98'' LS 659

24 130° 25' 31.24'' BT 0° 23' 53.88'' LS 25 130° 26' 02.72'' BT 0° 22' 19.98'' LS 26 130° 25' 41.01'' BT 0° 21' 47.42'' LS

42 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 47: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Gambar 9. Peta Zonasi SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat

b) Zona Perikanan Berkelanjutan; Zona perikanan berkelanjutan mencapailuas sekitar 44.351, 39 Ha atau 73,91% dari total luas SAP. Di dalamzona ini termasuk didalamnya adalah alur pelayaran, sedangkoordinatnya adalah sebagai berikut :

Lokasi Koordinat

No Koordinat

X (Bujur Timur)

Y (Lintang Selatan)

Luas (Ha)

Zona perikanan berkelanjutan Di seluruh perairan SAP Raja Ampat, di luar zona inti dan zona pemanfaatan

1 130° 17' 47.83'' BT 0° 14' 11.48'' LS 40.233 2 130° 10' 29.00'' BT 0° 24' 29.00'' LS 3 130° 22' 13.08'' BT 0° 28' 12.00'' LS 4 130° 32' 34.09'' BT 0° 18' 42.94'' LS

Sub zona Perikanan Budidaya Di perairan kampung Meos manggara

43 130° 19' 31.83'' BT 0° 23' 08.13'' LS 3.652 49 130° 21' 11.41'' BT 0° 21' 14.63'' LS 53 130° 28' 58.53'' BT 0° 21' 50.42'' LS 63 130° 19' 52.17'' BT 0° 20' 33.94'' LS 43 130° 19' 31.83'' BT 0° 23' 08.13'' LS

c) Zona Pemanfaatan; Di dalam zonasi pemanfaatan dan sub zonapemanfaatan masyarakat tersebut masing-masing melindungi 29,4%(437 ha) dan 5,4% (80 Ha) dari luasan total terumbu karang yangterdapat dalam SAP tersebut, sedang koordinatnya adalah sebagaiberikut :

43 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 48: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Lokasi Koordinat

No Koordinat

X (Bujur Timur)

Y (Lintang Selatan)

Luas (Ha)

Zona Pemanfaatan Perairan Kampung Manyaifun

27 130° 13' 34.20'' BT 0° 23' 39.72'' LS 3.503 28 130° 15' 05.30'' BT 0° 23' 01.28'' LS 29 130° 15' 51.25'' BT 0° 22' 41.89'' LS 30 130° 15' 46.00'' BT 0° 21' 53.45'' LS 31 130° 15' 31.98'' BT 0° 19' 44.15'' LS 32 130° 15' 02.86'' BT 0° 19' 28.43'' LS 33 130° 15' 02.00'' BT 0° 19' 36.65'' LS 34 130° 14' 40.58'' BT 0° 19' 29.16'' LS 35 130° 14' 42.73'' BT 0° 19' 18.99'' LS 36 130° 14' 20.43'' BT 0° 19' 03.24'' LS 39 130° 12' 11.69'' BT 0° 22' 04.46'' LS

Perairan P. Meos Arar Kecil

40 130° 15' 42.91'' BT 0° 24' 47.26'' LS 2.708 41 130° 18' 40.55'' BT 0° 25' 49.20'' LS 42 130° 20' 58.25'' BT 0° 24' 01.75'' LS 43 130° 19' 31.83'' BT 0° 23' 08.13'' LS 44 130° 18' 33.47'' BT 0° 23' 09.73'' LS 45 130° 16' 12.13'' BT 0° 24' 02.20'' LS 46 130° 16' 34.31'' BT 0° 24' 27.45'' LS

Perairan P.Gof Besar dan P.Gof Kecil

15 130° 21' 55.99'' BT 0° 18' 01.93'' LS 1.874 19 130° 23' 06.23'' BT 0° 18' 10.92'' LS 47 130° 21' 55.58'' BT 0° 18' 13.92'' LS 48 130° 22' 59.05'' BT 0° 20' 01.43'' LS 49 130° 23' 15.65'' BT 0° 21' 14.77'' LS

Perairan P. Gemien

52 130° 27' 36.11'' BT 0° 20' 12.57'' LS 4.331 53 130° 28' 58.53'' BT 0° 21' 50.42'' LS 54 130° 31' 19.88'' BT 0° 16' 45.58'' LS 55 130° 29' 09.14'' BT 0° 17' 28.61'' LS

Sub Zona Pemanfaatan Tradisional DPLKampung Waisilip

56 130° 21' 48.29'' BT 0° 15' 56.20'' LS 59 57 130° 21' 46.75'' BT 0° 16' 04.68'' LS 58 130° 22' 32.56'' BT 0° 16' 05.22'' LS

DPLKampung Bianci

14 130° 21' 31.00'' BT 0° 17' 58.81'' LS 31 15 130° 21' 55.99'' BT 0° 18' 01.93'' LS 47 130° 21' 55.58'' BT 0° 18' 13.92'' LS 59 130° 21' 31.68'' BT 0° 18' 13.92'' LS

DPLKampung Mutus

49 130° 21' 11.41'' BT 0° 21' 14.63'' LS 687 52 130° 20' 25.37'' BT 0° 21' 52.64'' LS 60 130° 21' 51.50'' BT 0° 23' 14.26'' LS 61 130° 22' 35.47'' BT 0° 22' 19.98'' LS

DPLKampung Meosmangg ara

40 130° 15' 42.91'' BT 0° 24' 47.26'' LS 117 45 130° 16' 12.13'' BT 0° 24' 02.20'' LS 46 130° 16' 34.31'' BT 0° 24' 27.45'' LS 62 130° 15' 38.63'' BT 0° 24' 29.05'' LS

DPLKampung Manyaifun

32 130° 15' 02.86'' BT 0° 19' 28.43'' LS 26 33 130° 15' 02.00'' BT 0° 19' 36.65'' LS 34 130° 14' 40.58'' BT 0° 19' 29.16'' LS 35 130° 14' 42.73'' BT 0° 19' 18.99'' LS

44 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 49: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

• Ekologis

Karakteristik fisik perairan Kepulauan Raja Ampat memungkinkan kawasan ini menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi sejumlah biota perairan khususnya terumbu karang. Kedalaman perairan yang relatif dangkal, kejernihan air dan intensitas keterpaparan cahaya matahari yang cukup, menjadikan perairan Raja Ampat sebagai habitat yang baik untuk komunitas karang. Kecerahan di perairan Raja Ampat berkisar antara 4 - 23 m dengan rata-rata kecerahan 12,91 m. Kecerahan terendah berada di Teluk Mayalibit yang hanya mencapai 4 - 5 m. Hal ini karena tingginya tingkat kekeruhan perairan di Teluk Mayalibit yang disebabkan banyaknya bahan tersuspensi. Sedangkan kecerahan maksimum berada di perairan daerah Kofiau yang mencapai 23 m. Hal ini diperkirakan karena lokasi ini berada pada kawasan perairan bebas (cukup jauh dari daratan) sehingga pengaruh bahan-bahan tersuspensi yang berasal dari aktifitas daratan sangat kecil.

• Keanekaragaman Hayati

Raja Ampat kaya akan ekosistem terumbu karang, ikan dan biota laut lainnya, lamun dan manggrove. Kepulauan Raja Ampat memiliki terumbu karang yang sangat indah dan sangat kaya akan berbagai jenis ikan dan moluska. Berdasarkan hasil penelitian tercatat 537 jenis karang keras (CI, TNC-WWF), 9 diantaranya adalah jenis baru dan 13 jenis endemik.Jumlah ini merupakan 75 % karang dunia. Berdasarkan indeks kondisi karang, 60 % kondisi karang di Kepulauan Raja Ampat dalam kondisi baik dan sangat baik. Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat terbentang di paparan dangkal di hampir semua pulau-pulau, namun yang terbesar terdapat di distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate dan Misool Timur Selatan. Tipe terumbu karang yang terdapat di Kepulauan Raja Ampat umumnya berupa karang tepi (fringe reef), dengan kemiringan yang cukup curam.Selain itu terdapat juga tipe terumbu karang cincin (atol) dan terumbu penghalang (barrier reef). Menurut pendataan TNC-WWF, di wilayah ini tercatat sekitar 899 jenis ikan karang sehingga Raja Ampat diketahui mempunyai 1104 jenis ikan yang terdiri dari 91 famili. Diperkirakan jenis ikan di kawasan Raja Ampat dapat mencapai 1346 jenis. Berdasarkan fakta tersebut, kawasan ini menjadi kawasan dengan kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Selain itu dikawasan ini juga ditemukan 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang terdiri atas 530 siput-siputan (gastropoda), 159 kerang-kerangan (bivalva), 2 Scaphoda, 5 cumi-cumian (cephalopoda), dan 3 Chiton. Sementara itu, populasi padang lamun hampir tersebar di seluruh Kepulauan Raja Ampat. Padang

45 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 50: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

lamun tersebar di sekitar Waigeo, Kofiau, Batanta, Ayau, dan Gam. Padang lamun yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat umumnya homogen dan berdasarkan ciri-ciri umum lokasi, tutupan, dan tipe substrat, dapat digolongkan sebagai padang lamun yang berasosiasi dengan terumbu karang. Tipe ini umumnya ditemukan di lokasi di daerah pasang surut dan rataan terumbu karang yang dangkal. Jenis lamun yang tumbuh baik di kawasan tersebut antara lain jenis Enholus acoroides, Thoiossio hemprichii, Holophilo ovolis, Cymodoceo rotundoto, dan Syringodium isoetifoiium.

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Sebagaimana umumnya penduduk di wilayah kepulauan, sebagian besar (54 %) masyarakat Raja Ampat mempunyai pekerjaan utama dibidang perikanan, khususnya perikanan tangkap. Ditinjau dari alat tangkap yang digunakan kegiatan perikanan tangkap yang dilakukan oleh penduduk dapat dikategorikan sebagai nelayan tradisional. Alat tangkap pancing dasar dan tonda merupakan jenis alat tangkap yang dominan terdapat di Raja Ampat dan jenis tersebut juga tersebar hampir di setiap distrik. Untuk wilayah dengan daratan yang tidak terlalu luas seperti Ayau, Arborek, Mutus, dan Wejim, umumnya penduduk setempat bermata pencaharian sebagai nelayan sedangkan untuk daerah yang mempunyai daratan yang cukup luas mayoritas berprofesi sebagai petani seperti di kawasan Kabare dan Bonsayor. Meski demikian, tidak sedikit di antara penduduk yang bermata pencaharian ganda yakni sebagai petani dan nelayan. Profesi ganda tersebut dilakukan berdasarkan musim yang berlangsung. Pada saat musim angin selatan mereka bertani dan di luar musim itu mereka melaut untuk mencari ikan. Penduduk setempat kebanyakan pemeluk Islam dan Kristen. Mereka seringkali berada di dalam satu keluarga/marga. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan. Bahasa yang digunakan penduduk Raja Ampat bervariasi sebagai berikut : • Bahasa Ma’ya; yaitu bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku

Wawiyai (Teluk Kabui), suku Laganyan (Kampung Araway, Beo danLopintol) dan suku Kawe (Kampung Selpele, Salio, Bianci dan Waisilip).

• Bahasa Ambel (-Waren); yaitu bahasa yang digunakan oleh pendudukyang mendiami beberapa kampung di timur Teluk Mayalibit, sepertiWarsamdin, Kalitoko, Wairemak, Waifoi, Go, dan Kabilol, serta Kabare danKapadiri di Waigeo Utara.

• Bahasa Batanta. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat yang mendiamisebelah selatan Pulau Batanta, yaitu penduduk Kampung Wailebet danKampung Yenanas.

46 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 51: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

• Bahasa Tepin. Bahasa ini digunakan oleh penduduk di sebelah utara kearah timur Pulau Salawati, yaitu penduduk di Kampung Kalyam, Solol,Kapatlap, dan Samate, dengan beberapa dialek yaitu, dialek Kalyam Solol,Kapatlap dan Samate.

• Bahasa Moi. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk diKampung Kalobo, Sakabu, dan sebagian Kampung Samate. Bahasa Moiyang dipakai di Salawati merupakan satu dialek bahasa Moi yang berasaldari daratan besar sebelah barat wilayah Kepala Burung, yang berbatasanlangsung dengan Selat Sele.

• Bahasa Matbat. Istilah Matbat merupakan nama yang diberikan untukmengidentifikasikan penduduk dan bahasa asli Pulau Misool. Orang asliMisool disebut orang Matbat dan bahasa mereka disebut bahasa Matbat.Penduduk yang merupakan penutur asli bahasa Matbat ini tersebar diKampung Salafen, Lenmalas, Atkari, Folley, Tomolol, Kapatcool, Aduwei,dan Magey.

• Bahasa Misool. Sebutan ini diberikan oleh penduduk Misool yangberbahasa Misool sendiri. Bahasa Misool ini berbeda sekali denganbahasa Matbat. Orang yang menggunakan bahasa Misool ini dipanggildengan sebutan Matlou oleh orang Matbat, yang berarti orang pantai.

• Bahasa Biga. Bahasa ini adalah salah satu bahasa migrasi yang berada disebelah tenggara Pulau Misool, yang digunakan oleh penduduk yangmendiami Kampung Biga di tepi Sungai Biga (Distrik Misool TimurSelatan). Penduduk dan bahasa ini diperkirakan bermigrasi dari PulauWaigeo, yaitu dari Kampung Kabilol, yang berbahasa Ambel. Peneliti perlumengadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah bahasa Bigamemiliki kemiripan dengan bahasa Ambel.

• Bahasa Biak. Bahasa Biak di Raja Ampat merupakan bahasa yangbermigrasi dari Pulau Biak dan Numfor bersamaan dengan penyebaranorang Biak ke Raja Ampat. Bahasa Biak ini dibagi menjadi beberapadialek, yaitu Biak Beteu (Beser), Biak Wardo, Biak Usba, Biak Kafdaron,dan Biak Numfor. 10. Bahasa-bahasa lain. Dengan arus migrasi pendudukdari Kepulauan Maluku dan wilayah bagian barat lainnya, maka terdapatjuga beberapa bahasa yang dipakai oleh penduduk pendatang di RajaAmpat seperti bahasa Ternate, Seram, Tobelo, Bugis, Buton, dan Jawa.Bahasa-bahasa ini merupakan bahasabahasa minoritas karena penuturnyatidak terlalu banyak.

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan (sekitar 80%) dan petani. Disamping itu juga terdapat pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan pencari kerja. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian pokok yang dianggap memberikan hasil bagi penduduk setempat

47 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 52: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan penangkapan ikan ini dilakukan, baik pada siang hari maupun malam hari dan umumnya masih secara tradisional. Meskipun penduduk di Kabupaten Raja Ampat mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, namun potensi perikanan yang begitu besar masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap yang sangat sederhana sehingga kalah bersaing dengan kapal nelayan asing yang beroperasi di wilayah tersebut.

10) Potensi Perikanan

Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya merupakan jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75% karang dunia (CI, TNC, WWF). Di wilayah ini terdapat sekitar 899 jenis ikan karang, sementara di seluruh wilayah Raja Ampat tercatat 1.104 jenis ikan, dimana terdiri dari 91 famili. Diperkirakan terdapat 1.346 jenis ikan di seluruh kawasan Raja Ampat, sehingga menjadikan kawasan ini sebagai kawasan dengan kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Selain itu, di kawasan ini juga ditemukan 699 jenis hewan lunak (molusca) yang terdiri atas 530 siputsiputan (gastropoda), 159 kekerangan (bivalva), 2 scaphoda, 5 cumi-cumian (cephalopoda), dan 3 chiton.

11) Potensi Pariwisata

Raja Ampat mengandalkan wisata bahari sebagai tulang punggung sektor pariwisata. Keanekaragaman hayati yang tinggi dan pemandangan alam yang luar biasa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Raja Ampat. Para wisatawan biasanya tinggal di resort yang ada di Waigeo Selatan (P. Mansuar) namun sebagian besar tinggal di atas kapal (liveaboard) dengan lama tinggal 10 sampai 21 hari. Wisatawan asing banyak yang tinggal di atas kapal (liveaboard) karena mereka mengikuti paket kunjungan (paket liveaboard) yang disediakan perusahaan penyedia jasa pariwisata. Musim kunjungan wisatawan liveaboard ke Raja Ampat adalah mulai dari bulan September sampai bulan Mei setiap tahunnya. Liveaboard yang beroperasi di Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang sudah resmi terdaftar/melapor kepada Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal. Hampir semua perusahaan/operator liveaboard ini berbasis di luar Sorong dan Raja Ampat. Sejumlah potensi wisata lain yang juga dapat dikembangkan di Raja Ampat antaralain tersebar di beberapa kawasan :

• Kepulauan Ayau; Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yangberada di atas kawasan atol yang sangat luas. Pantai-pantai di kepulauanini berpasir putih dengan areal dasar laut yang luas yang menghubungkansatu pulau dengan pulau lain. Di kepulauan ini terdapat pulau-pulau pasir

48 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 53: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

yang unik, masyarakat setempat menyebutnya zondploot, dan di atasnya tidak terdapat tumbuhan/vegetasi. Jenis wisata yang dapat dikembangkan di Kepulauan Ayau adalah keunikan kehidupan suku dan budaya yang berupa penangkapan cacing laut (insonem) yang dilakukan secara bersama-sama oleh ibu-ibu dan anak-anak, mengunjungi tempat peneluran penyu hijau, dan wisata dayung tradisional dengan perahu karures.

• Waigeo Utara; Di Waigeo Utara terdapat beberapa tempat yang dapatdijadikan lokasi wisata yaitu goa-goa peninggalan perang dunia II dankeindahan bawah laut.

• Waigeo Timur; Di sini, khususnya di depan Kampung Urbinasopen danYesner terdapat atraksi fenomena alam yang sangat menarik dan unikyang hanya bisa disaksikan setiap akhir tahun, yaitu cahaya yang keluardari laut dan berputar-putar di permukaan sekitar 10-18 menit, setelah ituhilang dan bisa disaksikan lagi saat pergantian tahun berikutnya.Masyarakat di kedua kampung ini menamakan fenomena ini sebagai“Hantu Laut”.

• Teluk Mayalibit; Lokasi wisata Teluk Mayalibit cukup unik, karenamerupakan sebuah teluk yang cukup besar dan hampir membagi PulauWaigeo menjadi dua bagian. Banyak atraksi yang bisa dilihat disini, seperticara penangkapan ikan tradisional dan bangkai kerangka pesawat yangbisa dijadikan sebagai tempat penyelaman.

• Salawati; Di Salawati para wisatawan dapat menyaksikan bunker-bunkerpeninggalan Perang Dunia II buatan Belanda dan Jepang (Jeffman) danjuga merupakan tempat yang menarik untuk snorkeling dan diving.Menurut data Bappeda Raja Ampat tahun 2009, sedikitnya terdapat 13penginapan yang beroperasi untuk mendukung pariwisata baik berupahotel, cottage, resort maupun wisma.

12) Aksesibilitas

Sebagai daerah kepulauan yang memiliki 610 pulau, perangkat transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut. Untuk menjangkau ibukota Raja Ampat, Waisai misalnya, pengunjung harus lebih dulu menuju Kota Sorong dengan pesawat. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat juga tersedia kapal laut reguler setiap hari.. Waisai dapat dijangkau dalam waktu 1,5 hingga dua jam. Dari Waisai menuju SAP Raja Ampat dapat ditempuh dengan speed boat + 1,5 jam. Raja Ampat bisa dicapai dari Jakarta dengan penerbangan ke Sorong selama 6 (enam) jam via Manado. Beberapa maskapai penerbangan yang melayani rute ini adalah Silk Air, Garuda Indonesia, Pelita Air dan Merpati.

49 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 54: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

13) Peta Lokasi

Gambar 10. Peta Kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat dalam KEP.64/MEN/2009

50 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 55: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

2.6 Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kaimana

1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kaimana

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : Peraturan Bupati Kaimana Nomor 4 Tahun 2008

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -

• Unit Organisasi Pengelola : Di bawah koordinasi dinas kelautan dan perikanan

• Penetapan : Belum diusulkan/proses penetapan

3) Luas Kawasan : 597.747 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Kabupaten Kaimana yang berada di bagian selatan wilayah Kepala Burung dan pesisir selatan Provinsi Papua dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan 14 kabupaten baru yang diresmikan bersamaan dengan pelantikan Pejabat Bupati pada tanggal 11 April 2003. Dengan demikian, secara administratif, status kedudukan dan fungsi pemerintahannya berubah dari distrik (kecamatan) di bawah Kabupaten Fakfak menjadi kabupaten. Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kaimana adalah Peraturan Bupati Kaimana No. 4 Tahun 2008. Kabupaten Kaimana terdiri dari 7 distrik, 2 kelurahan, dan 84 kampung.

Kabupaten Kaimana yang terletak pada posisi geografis 2052'51" - 4015'01" LS dan 132046'59" - 135002'15" BT memiliki luas wilayah sekitar 18.500 km2. Sementara secara geografis, di sebelah timur Kabupaten Kaimana berbatasan dengan Distrik Yayur, Distrik Wanggar dan Distrik Mapia, Kabupaten Nabire serta Distrik Potoway Buru, dan Kabupaten Mimika. Sebelah Barat dengan Laut Arafuru, Distrik Fak-fak Timur dan Distrik Kokas, Sebelah Utara dengan Distrik Babo, Distrik Kuri dan Distrik Itorutu Kabupaten Teluk Bintuni.

51 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 56: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

5) Status Kawasan

Hasil evaluasi status pengelolaan kawasan konservasi perairan Kabupaten Kaimana adalah sebagai berikut:

Untuk mencapai peringkat kuning 100% beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan adalah:

• Tempatkan petugaspengelola pada kawasankonservasi.

• Tempatkan SDM yangditetapkan dengan SK padaunit organisasi pengelola.

• Lakukan kajian untukmemastikan jumlah SDM diunit organisasi pengelolamemadai untuk menjalankanorganisasi

6) Kondisi Umum

Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Kaimana, merupakan KKLD yang dicadangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kaimana, melalui Peraturan Bupati Kaimana No. 04 Tahun 2008, tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kaimana. Luas wilayah yang dicadangkan menjadi KKLD meliputi seluruh perairan sejauh 4 mil laut dari garis pantai terakhir pulau terluar (seluruh wilayah perairan Kaimana) sehingga maka semua desa dan kampung masuk dalam kawasan, yaitu terdapat 7 distrik yang terdiri dari 84 kampung dan 2 kelurahan.

Secara morfologi, Kabupaten Kaimana meliputi wilayah datar hingga berbukit-bukit dan bahkan bergunung, dengan kemiringan lereng bervariasi mulai dari < 2% hingga di atas 70% dengan ketinggian tempat berkisar antara 0 - 2.800 m di atas permukaan laut. Iklim secara umum dibagi menjadi 2 yaitu musim kemarau dan penghujan, namun masyarakat local lebih mengenal 4 musim yaitu pancaroba timur (maret-mei), angin timur (juni-agustus), pancaroba barat (September-nopember), dan musim angin barat (desember-februari).

Tahun 2013 suhu rata-rata tertinggi pada bulan januari (28,40C) dan suhu rata-rata terendah pada bulan agustus (25,90C), rata-rata suhu udara sekitar 27,40C. Kelembapan udara berkisar antara 81-88% dengan rata-rata 84%, tekanan udara berkisar antara 1.007,1-1.011,2 mbs atau dengan rata-rata 1.009,2mbs. Banyak hari hujan sepanjang tahun 2013 adalah 237 hari,

52 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 57: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

bulan terbanyak adalah maret sebesar 26 hari, terkecil oktober 8 hari. Curah hujan sepanjang tahun 2013 sebesar 2.779,3mm dengan kisaran 93,6-375,7mm.

7) Target Konservasi

Pendekatan konservasi dalam menetapkan Kawasan Konservasi Laut Kaimana adalah karena kawasan ini memiliki keanekaragaman ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang.

8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

• Ekologis

Temperatur permukaan perairan Kaimana pada bulan Agustus berkisar antara 25,6-27,00C dan 24,3-26,50C di dasar (50 m), sedangkan pada bulan Februari temperatur bervariasi antara 28,40 dan 29,00C dilapisan permukaan dan 27,30-29,60 C di dasar. Rata-rata perbedaan antara permukaan dan dasar perairan lebih besar di bulan Agustus daripada Februari. Salinitas pada perairan Kaimana tercatat antara 29,5-34,1.

• Keanekaragaman Hayati

Persentase penutupan karang hidup pada kedalaman 4-6 m berkisar antara 22 - 82%, sementara persentase penutupan karang hidup pada kedalaman 12 - 15 m berkisar antara 4 - 57%, dan persentase penutupan karang hidup pada kedalaman 20 - 25 m berkisar antara 3.00 - 68.00%. Spesies ikan yang paling sering dijumpai adalah Lutjanus decussatus, Parupeneus barberinus, Parupeneus multifasciatus, Ctenochaetus binotatusdan Scarus flavipectoralis. Sementara lebih dari setengah dari biomas ikan target yang tercatat terdiri dari famili Caesionidae (fusiliers), Scaridae (parrot fish) dan Acanthuridae (surgeon fish).

Perairan daerah Kaimana memiliki terumbu karang tepi (fringing reef ). Topografi daerah pesisirnya landai. Hasil penelitian dari CI sepanjang tahun 2006 – 2010, daerah KKLD Kaimana memiliki 1.003 jenis ikan, 471 jenis karang, 28 jenis udang, dan 2 mantis. Tutupan karang yang dihasilkan memperlihatkan bahwa tutupan karang karang mati mencapai 16%, karang hidup 15%, rubbles 10%, pasir 42% dan biota lainnya 17%. Daerah hutan mangrove terdapat di Teluk triton, yaitu disekitar kampung Lobo dan Teluk Arguni di Distrik Yamor. Mangrove di wilayah KKLD Kaimana masih tergolong asli dan masih cukup baik. Potensi-potensi lain yang dimiliki oleh KKLD Kaimana adalah: • Sebagai daerah dalam lingkup segitiga karang dunia (World Coral

Triangle), Kaimana memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi

53 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 58: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

• Perairan Kaimana merupakan wilayah jalur migrasi dan jalurmakan/bermain dari beberapa cetacean/mamalia laut terutama PausBrydes (Balaenoptera brydei), lumba-lumba dan duyung

• Beberapa pantai merupakan daerah penetasan Penyu Sisik dan PenyuHijau (Pulau Venu)

9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Jumlah penduduk Kabupaten Kaimana pada tahun 2013 sebanyak 51.100 jiwa yang terdiri dari 27.313 jiwa laki-laki dan 23.787 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk mencapai 2,76 jiwa/km2. Suku asli yang mendiami daerah pesisir Kaimana adalah terdiri atas atas Suku Koiwai, Suku Mariasi, Suku Baham, dan Suku Karas. Mayoritas penduduk memeluk agama nasrani (57,7%), dan islam 42,24%, dan sisanya agama hindi.

Aktivitas penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya yang dimiliki baik di darat maupun laut. Kelompok masyarakat yang tinggal di kampung-kampung Lobo, Kamaka, Maimai dan Nusaulan lebih memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sebagai peramu dan petani. Masyarakat yang tinggal di Kampung Adi Jaya dan Namatota lebih memilih hidup sebagai nelayan. Komoditas yang diserap pasar adalah tinggi seperti sirip ikan hiu, teripang, lola, kerapu hidup, dan pala. Komoditas yang relatif baru diusahakan adalah penangkapan ikan kerapu hidup di kawasan Pulau-pulau Karas.

10) Potensi Perikanan

Jumlah rumah tangga nelayan tahun 2013 sebanyak 2.841 RTN. Jumlah produksi perikanan tahun 2013 sebesar 10.844,5 ton dengan nilai Rp 111,99 milyar. Jumlah perahu tahun 2013 sebesar 1.653 unit dengnan perincian 1.062 unit perahu tanpa motor, 275 unit perahu motor temple, dan 591 unit kapal motor. Jumlah alat tangkap sebesar 2.755 unit, dimana 57 unit terdiri dari pukat (pukat udang ganda, pukat tarik ikan, pukat cincin), 613 unit jarring (jaring insang, jaring bagan), dan 2.165 unit pancing (rawai, tonda, pancing lain-lain).

11) Potensi Pariwisata

Kawasan wisata yang dapat dikembangkan terletak di Teluk Triton. Berdasarkan usulan rekomendasi, kawasan perairan Teluk Triton yang termasuk dalam zona ini diperuntukkan sebagai kawasan Taman Wisata Laut (wisata selam, snorkeling, berenang, memancing, pasir putih, jelajah pulau, pengamatan burung dan satwa liar). Di dalam kawasan ini terdapat ekosistem terumbu karang, pantai berpasir, pantai berbatu, pantai berlumpur dan ekosistem estuari. Serta terdapat peninggalan sejarah seperti lukisan tebing yang berada di sekitar wilayah ini

54 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 59: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

12) Aksesibilitas

Topografi Kaimana berteluk-teluk sehingga lebih mengandalkan transportasi air sebagai sarana perhubungan antar kecamatan. Tak heran di setiap kecamatan di Kaimana terdapat dermaga meskipun sederhana dan terbuat dari kayu. Di Kecamatan Teluk Arguni misalnya, dermaga kayu hanya dapat menampung kapal kecil yang masuk keluar ke Teluk Arguni. Kondisi serupa dijumpai pula di Kecamatan Teluk Etna dan Buruway. Di Kecamatan Buruway terdapat jalan darat, terbatas pada ibu kota kecamatan dan di Pulau Adi, sedangkan jalan akses keluar kecamatan belum tersedia. Selain lewat laut, Kaimana mengandalkan transportasi udara. Bandar Udara Utarum Kaimana dapat didarati pesawat jenis Boeing. Selama ini masyarakat Kaimana dilayani maskapai penerbangan Merpati dan Dadali Air dan Lion air yang baru membuka jalur penerbangan ke Kaimana.

55 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 60: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

13) Peta Lokasi

Gambar 11. Peta Zonasi SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat

56 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 61: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

2.7 Suaka Margasatwa Laut Jamursba Medi (Kabupaten Tambrauw)

1) Nama Kawasan : Suaka Margasatwa Laut Jamursba Medi

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : -

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -

• Unit Organisasi Pengelola : -

• Penunjukan : Menteri Hutbun No. 891/Kpts-II/1999 Tgl. 14 Oktober 1999, SK Bupati Tambrauw Nomor 46 Tahun 2013

3) Luas Kawasan :278.25 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Letak geografis Kabupaten Tambrauw berada pada 0o15’ - 1o00’ LS dan132o00’ - 133o00’ BT dengan luas ±5.776,48 Km2 (sumber: RTRW KabupatenTambrauw).

5) Kondisi Umum

Secara umum Kabupaten Tambrauw berasal dari pemisahan sebagian wilayah Kabupaten Sorong (Kabupaten Induk), sesuai Undang-undang Nomor 56 tahun 2008 Kabupaten Tambrauw mempunyai batas-batas wilayah :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik;• Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Amberbaken dan Distrik Senopi

Kabupaten Manokwari;• Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Aifat Utara, Distrik Mare, dan

Distrik Sawiat Kabupaten Sorong Selatan; dan• Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Sayosa dan Distrik Moraid

Kabupaten Sorong.

Topografis wilayah Kabupaten Tambrauw didominasi oleh pegunungan Tambrauw yang elok, lembah-lembah yang hijau, sungai-sungai yang berbelok-belok, dan daerah konservasi yang menyita kurang lebih 80% wilayah Kabupaten Tambrauw, garis pantai yang cukup panjang serta perbukitan yang banyak dan dua pulau yaitu pulau mios besar dan mios kecil yang merupakan awal mula peradaban lahirnya Agama Kristen.

Kabupaten Tambrauw terletak di Kepala Burung Papua pada umumnya memiliki 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musin hujan. Keadaan iklim di Kabupaten Tambrauw termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan sangat bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya. Musim hujan

57 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 62: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

rata-rata setiap tahun berkisar antara bulan Oktober - bulan Maret, sedangkan musim kemarau berkisar antara bulan April - September. Penyimpangan kedua musim tersebut terjadi setiap 5 tahun sekali dimana musim hujan berkisar antara 2000 - 3000 mm dengan kelembaban udara berkisar antara 75 - 89 %. Suhu di Kabupaten Tambrauw berkisar antara 14oC - 36oC (pesisir pantai).

6) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Gambar 12. Lokasi tempat Peneluran Penyu Belimbing

Gambar 13.Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) di SML Jamursba Medi

Sumber :WWF Indonesia Region Sahul

58 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 63: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

7) Kondisi Sosial Budaya dan EkonomiKawasan Suaka Margasastwa Laut (SML) Jamurba Medi dan Pantai

Warmon merupakan pantai peneluran penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) yang secara administrasi masuk kedalam Distrik Abun Kabupaten Tambrauw. Jumlah penduduk di Distrik Abun pada tahun 2013 sebanyak 512 jiwa, secara keseluruhan Kabupaten Tambrauw memiliki jumlah penduduk sebesar 13.376 jiwa (BPS, 2014) yang terdiri dari 6.926 jiwa laki-laki dan 6.450 jiwa perempuan dengan angka kepadatan penduduk sebesar 1,1 jiwa/km2. Namun berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh WWF Indonesia Region Sahul Papua tahun 2011, menyebutkan bahwa 4 (empat) kampung (Kampung Saubeba, Kampung Warmandi, Kampung Wau, dan Kampung Weyaf) memiliki jumlah penduduk sebanyak 596 jiwa yang berasal dari 134 rumah tangga. Secara garis besar, penduduk di kawasan SML Jamursba Medi dan Warmon sebagian besar adalah berasal dari Suku Abun. Masyarakat di Kawasan SML Jamursba Medi dan Warmon penduduknya beragama Kristen Protestan dan Katholik.

Masyarakat Kampung di sekitar Kawasan SML Jamursba Medi dan Warmon memiliki kearifan local, yaitu dalam penyelesaian konflik diselesaikan dengan membayar denda berupa kain timor. Masyarakat disekitar menyadari bahwa sumberdaya alam mereka akan habis apabila tidak di atur pemanfaatannya. Masyarakat menetapkan kawasan gunung sepanjang bagian belakang kawasan peneluran penyu dari Kampung Wau-Weyaf sampai dengan Kampung Saubeba sebagai wilayah yang tidak boleh dilakukan perburuhan karena dianggap sebagai kawasan tabungan. Rusa yang boleh diburu hanya di kawasan lembah dan sekitar kebun masyarakat, sampai pesisir pantai.

Sumberdaya alam (laut dan darat/hutan) di Kawasan SML Jamursba Medi dan Warmon yang dikandungnya sangat besar, dan masyarakat memanfaatkanya untuk kehidupan sehari-hari. Berdasarkan dari sejarah, masyarakat di kawasan ini berasal dari pedalaman, jadi untuk sumber penghidupan sehari-hari mereka peroleh dari hutan (berkebun maupun berburu). Mata pencaharian yang umumnya dilakukan masyarakat di Kawasan SML Jamursba Medi dan Warmon adalah berburu dan berkebun meskipun mereka tinggal di daerah pesisir. Kalaupun ada yang melaut untuk mencari ikan, itu hanya untuk dikonsumsi. Sedangkan hasil kebun dan berburu itulah yang mereka jual.

8) Potensi PerikananJumlah rumah tangga nelayan di Kabupaten Tambrauw pada tahun

2013 sebanyak 386 RTN. Jumlah produksi perikanan tahun 2013 sebesar

59 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 64: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

19.000 ton, yang didominasi oleh ikan laying, tenggiri, dan tuna/cakalang (pelagis). Sedang ikan demersal didominasi oleh ikan merah, bobara, kerapu, dan kurisi. Jumlah perahu tahun 2013 sebesar 749 unit dengnan perincian 582 unit perahu tanpa motor dan 167 unit perahu motor temple.

9) Peta Lokasi

Gambar 14. Peta Batas Lokasi di SML Jamursba Medi

60 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 65: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

2.8 Kawasan Konservasi Kabupaten Tambrauw 1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : SK Bupati No. 142 Tahun 2005,tanggal 08 Desember 2005

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -

• Unit Organisasi Pengelola : -

• Penetapan : Belum diusulkan proses penetapan

3) Luas Kawasan : 26.795,53 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas KawasanSecara geografis, Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Abun

terletak pada posisi 0017'22" - 0021'44"LS dan 132020'56"-132037'11" BT, memiliki luas wilayah sekitar 26.795,53 Ha. Sementara secara administratif, KKLD Abun berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, sebelah selatan Distrik Yembun, Fef dan Miyah, sebelah timur Saukorem dan Amberbaken, dan sebelah barat Distrik Moraid. Secara umum Kabupaten Tambrauw terdiri dari 12 distrik dengan 84 kampung dan letak geografis berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 56 memiliki batas wilayah adalah : • Utara : Samudera Pasifik• Selatan : Aifat Utara, Mare, Sawiat• Barat : Sayosa, Moraid• Timur : Amberbaken, Senopi

Pengelolaan KKP Kabupaten Tambrauw dengan sistem zonasi sebagai berikut

a) Zona IntiLokasi zona inti terdiri atas 4 (empat) titik, yaitu 2 (dua) titik berlokasi

di pesisir, yaitu pantai Jamursba Medi dan pantai Wermon merupakan daerah kawasan konservasi penyu. Zona inti ini mencakup kawasan pesisir sepanjang 30 Km dari Jamursba Medi sampai Wermon. Dalam zona inti dilarang :

• Menangkap penyu dan satwa laut lainnya yang dilindungi Undang-Undang

• Memancing segala jenis ikan ;• Menangkap ikan dengan menggunakan panah (speargun);• Penebaran jala atau jaring dan pukat ;• Pengambilan mangrove, lamun dan penambangan pasir serta karang ;• Pengambilan kerang-kerangan atau jenis biota lainnya ;

61 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 66: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

• Melakukan budidaya laut apa saja ;• Berjalan di atas terumbu karang ;

b) Zona Perikanan BerkelanjutanZona perikanan berkelanjutan luas 26.693,541 Ha dengan batas

sebelah timur dengan Kabupaten Manokwari dan sebelah barat dengan Distrik Saosapor serta sebelah utara dengan Samudra Pasifik, kecuali yang termasuk dalam kawasan zona inti. Zona ini dibagi dua kategori, yaitu :

• Penangkapan ikan untuk tujuan komersil, merupakan kegiatanpenangkapan ikan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi, baik untukkonsumsi sendiri maupun untuk dijual.

• Penangkapan ikan bukan untuk tujuan komersil, merupakan kegiatanpenangkapan ikan dalam KKP dalam rangka pendidikan, penyuluhan,penelitian dan kegiatan ilmiah lainnya, kesenangan (hobi), dan/atauwisata.

62 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 67: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

c) Zona PemanfaatanDalam KKLD Kabupaten Tambrauw diarahkan untuk pemanfaatan

pariwisata, baik pariwisata bahari maupun darat.Wisata bahari dapat dilakukan di Pulau Dua dan Missou.

63 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 68: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

5) Status Pengelolaan Kawasan

Hasil evaluasi status pengeloaankawasan Kawasan konservasi Abunadalah sebagai berikut:

Untuk mencapai peringkat kuning 100%beberapa rekomendasi yang perludilakukan adalah:

• Lakukan kajian untuk memastikanjumlah SDM di unit organisasipengelola memadai untukmenjalankan organisasi.

• Kirim SDM pengelola mengikutipelatihan dasar konservasi

• Susun rencana pengelolaan kawasankonservasi

6) Kondisi UmumKawasan Abun di Kabupaten Tambrauw memiliki keunikan biofisik serta

keanekaragaman hayati yang tinggi. Diantara keunikan yang dimiliki kawasan ini adalah fungsinya sebagai tempat peneluran penyu belimbing (Dermochelys coreaceae) dengan tingkat populasi betina bertelur terbesar di dunia. Berdasarkan keunikan yang dimilikinya, kawasan ini ditetapkan sebagai KKLD berdasarkan SK Bupati Kabupaten Sorong No. 142 tahun 2005 dan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 891/Kpts-III/1999, merupakan satu diantara dua belas KKLD di Papua yang dikelola secara aktif dengan tujuan memberdayakan masyarakat setempat dalam usaha pengelolaan sumberdaya pesisir. Luas kawasan 169.158 Ha terdiri atas 69.372 (41%) daratan dan 99.786 Ha (59%) perairan laut merupakan pantai berpasir yang ekstensif dan hutan dataran rendah pesisir yang berfungsi sebagai habitat peneluran penyu belimbing (Dermochelys coriaceae). Habitat peneluran penyu ini terbentang sepanjang pesisir pantai mulai dari desa Werur di distrik Sausapor hingga ke desa Waiben di distrik Abun. Pemahaman masarakat tentang peran dan fungsi kawasan tidak perlu dikuatirkan, karena komitmen dan implementasi adat sebagai bagian dari kearifan tradisional mereka khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam, merupakan aturan yang tidak tertulis dan diturunkan dari generasi ke generasi. Karena itu semboyan mereka “Bur, Nden, Sem Mikindewa Membow” = Tanah, hutan dan laut dilindungi untuk hari depan.

64 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 69: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Kabupaten Tambrauw terletak di Kepala Burung bagian atas pulau Papua. Apabila mengacu pada UU no 56 Tahun 2008, posisi geografis Kabupaten Tambrauw terletak pada 0o15’ - 1o00’ LS dan 132o00’ - 133o00’ BT dengan luas ±5.776,48 km2 (sumber: RTRW Kabupaten Tambrauw).

Kabupaten Tambrauw terletak di Kepala Burung Papua pada umumnya memiliki 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musin hujan. Keadaan iklim di Kabupaten Tambrauw termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan sangat bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya. Musim hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara bulan Oktober - bulan Maret, sedangkan musim kemarau berkisar antara bulan April - September. Penyimpangan kedua musim tersebut terjadi setiap 5 tahun sekali dimana musim hujan berkisar antara 2000 - 3000 mm dengan kelembaban udara berkisar antara 75 - 89 %. Suhu di Kabupaten Tambrauw berkisar antara 14oC - 36oC (pesisir pantai).

7) Target Konservasi

• Target Sumberdaya (Bioekologis)

- Terumbu karang

- Mangrove

- Penyu Belimbing

- Jenis Penyu lain

- Lobster

- Teripang

- Bia

• Target Sosial, Budaya dan Ekonomi

- Masyarakat nelayan

- Masyarakat adat

8) Potensi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Daerah perairan di sekitar kawasan KKLD Abun memiliki kedalaman antara 7000-9000 meter, hal ini dimungkinkan karena kawasan ini berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Kecepatan arus 1 meter/detik. Salinitas berkisar antara 34,2-34,4, dengan rata-rata 32. Temperatur permukaan berkisar antara 290-300C.

Sepanjang pesisir pantai Kabupaten Sorong merupakan tipe vegetasi hutan pantai, namun tidak terdapat hutan bakau (mangrove). Vegetasi didominasi oleh jenis-jenis pandan laut, ketapang, batatas laut, bakung laut, waru laut, dan putat laut. Vegetasi ini sangat baik untuk meneduhi kawasan pantai peneluran penyu, khusunya jenis penyu hijau dan penyu sisik. Adapun

65 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 70: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

jenis penyu yang biasa ditemukan di daerah distrik Abun adalah jenis Penyu Belimbing (Dermochelys coreacea), Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricate), Penyu lekang (Lepidochelys oliace). Kondisi terumbu karang di Kabupaten Sorong masih tergolong cukup baik dengan persentase penutupan mencapai 60%, dengan luas hamparan karang diperkirakan 484.985 ha. Terumbu karang hanya dijumpai pada daerah di sekitar tubir, dan reef flatnya didominasi oleh karang papan. Pada beberapa daerah, terumbu karang hidup ditemukan pada kedalaman 15 meter. Dikawasan ini ditemukan 8 jenis seagrass yang tergolong dalam 2 family, yakni Hydrocharitaceae dan Cymodoceae.

9) Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi

Jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw tahun 2013 (BBP,2014) berjumlah 13.376 jiwa (6.926 jiwa laki-laki, 6.450 jiwa perempuan, dengan total luas wilayah sebesar 12.148,14 km2), dengan rata-rata kepadatan penduduk sekitar 1,1 jiwa/km2. Masyarakat yang mendiami kawasan ini didominasi oleh suku Abun yang merupakan salah satu suku asli di kepala burung Papua. Suku lain adalah suku Biak, Yapen,dan Timor. Sementara suku pendatang adalah Jawa, Sunda, Batak, Makassar, Buton dan lain sebagainya. Penduduk di kawasan ini adalah mayoritas penganut agama nasrani/Kristen (52,75%), dan agama Islam 46,89%, sisanya pemeluk agama hindu.

Mata pencaharian utama penduduk di kawasan ini adalah petani, sedangkan nelayan dan berburu hanya sebagai sampingan.

10) Potensi Perikanan

Jumlah rumah tangga nelayan di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2013 sebanyak 386 RTN. Jumlah produksi perikanan tahun 2013 sebesar 19.000 ton, yang didominasi oleh ikan laying, tenggiri, dan tuna/cakalang (pelagis). Sedang ikan demersal didominasi oleh ikan merah, bobara, kerapu, dan kurisi. Jumlah perahu tahun 2013 sebesar 749 unit dengnan perincian 582 unit perahu tanpa motor dan 167 unit perahu motor temple.

11) Potensi Pariwisata

Obyek wisata di Kabupaten Sorong tersebar di beberapa kawasan, namun secara keseluruhan mudah dijangkau dari pusat Kota Aimas (ibu kota Kabupaten Sorong) melalui darat dan laut. Obyek wisata unggulan di Kabupaten Sorong antara lain:

• Wisata alam Pantai Katatop lengkap dengan gugusan Pulau Mangrove.Lokasi wisata itu terletak sekitar 10 km dari Aimas atau sekitar 30 km dari

66 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 71: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

pusat Kota Sorong. Di sini para wisatawan bisa menyaksikan gugusan pulau yang sangat indah dan ideal untuk rekreasi pantai.

• Pulau Um; Pulau ini memiliki keindahan pantai yang landai. Di sekitarpantai itu hidup dan berkembang ribuan ekor kelelawar dan burung elanglaut (sea hawk).

• Main selancar angin cocok sekali dilakukan wisatawan di Pantai Walio, diDistrik Seget Selatan, sekitar 20 km dari pusat Kota Aimas. Atau, kuranglebih 40 km dari pusat Kota Sorong. Di kawasan pantai itu terdapathamparan pasir putih yang panjangnya mencapai puluhan kilometer.

• Sementara lokasi yang cocok untuk berselancar air, juga terdapat diKampung Moraid, memanjang ke arah Kampung Dela. Di sepanjang pantaitersebut juga terdapat hamparan pasir putih yang indah untuk rekreasipantai. Menyangkut wisata pantai, wisatawan juga bisa datang langsung keKampung Makbon, 30 km dari pusat Kota Aimas, atau sekitar 21 km daripusat Kota Sorong. Pantai ini sangat indah dan panjang. Air lautnyabening, mirip benar dengan permandian di kolam buatan.

• Obyek wisata air terjun terletak di Kampung Klabot dan Kampung Clarion,Distrik Beraur/Wanurian, Kabupaten Sorong. Kawasan air terjun iniberjarak 3 km dari pusat ibu kota distrik (kecamatan). Air terjun inidikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kli dan Kalif Dail. Pegunungan itumemiliki pemandangan alam yang asri dan indah. Gugusan pegununganini berjarak 3 km dari pusat ibu kota Distrik Beraur.

• Selain itu, Kabupaten Sorong juga memiliki sejumlah flora dan fauna yangdapat menarik wisatawan. Antara lain, habitat penyu belimbing(Dermochelys coriacea vandelli). Penyu tersebut terdapat di KampungYamursba Medi dan Wau Distrik Abun dan Sausafor, 20 km dari pusatKota Sorong atau 30-an km dari Kota Aimas. - Batu Rumah, batu yangmenyerupai bentuk rumah.

• Juga ada penyu jenis lain, seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyusisik (Eretnochelis imbrikata), dan penyu lekang (Lepidochelis olivasia).Lokasinya dapat dicapai melalui darat dan laut.

12) Aksesibilitas

KKLD Abun memiliki aksesibilitas relatif mudah dijangkau melalui laut. Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan kapal perintis, motor tempel (longboat) dan speedboat. Dari kota Sorong, KKLD Abun dapat dicapai dalam waktu sekitar 8 jam dengan menggunakan speed boat. Satu-satunya kapal perintis yang rutin melayani di kawasan ini adalah KM Meranti, dengan jadwal 4-6 hari sekali. Dalam beberapa waktu ke depan, KKLD Abun akan dapat

67 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 72: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

dicapai dengan menggunakan jalan darat, karena saat ini sedang dibangun jalan darat yang menghubungkan Kota Sorong dengan Manokwari. Sehingga untuk mencapai Abun dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.

13) Upaya Pengelolaan Kawasan

Suku Abun mempunyai kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya laut, terutama untuk biota seperti lobster, teripang dan bia. Lokasi penangkapan tradisional bagi masyarakat di kampung Werur, Werbes dan Hopmare adalah di Pulau Dua, yang berbatasan dengan Pulau Amsterdam di sebelah barat dan Pulau Midleberg di sebelah timur. Karena intensifnya pengambilan biota perairan di wilayah ini, maka pihak adat atau kepala kampung sering membatasi pengambilan hasil-hasil laut di sekitar pulau ini terutama bia dan teripang dengan memberlakukan sasi. Kearifan lokal lainnya adalah larangan pembunuhan terhadap hewan-hewan tertentu, seperti burung 'Amdur' yaitu burung yang hidup di wilayah pegunungan yang sulit dijangkau. Burung-burung lain yang secara adat dilindungi dan tidak boleh dibunuh adalah burung Cenderawasih, Amdaru, Burung Kakatua, Kakatua Raja, Nuri, dan Mambruk.

Masyarakat dikawasan tersebut terlibat langsung dalam proses pemberdayaan masyarakat seperti Monitoring sarang penyu belimbing dan penyu lain sepanjang pantai peneluran Jamursba medi.

68 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 73: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

14) Peta Lokasi

Gambar 15. Peta Batas KKLD Abun

69 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 74: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

2.9 Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Biak Numfor 1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Biak Numfor

2) Dasar Hukum :

• Pencadangan : SK. Bupati nomor : 21 tahun 2009 tangal 17 April 2009

• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -

• Unit Organisasi Pengelola : Di bawah koordinasi dinas kelautan dan perikanan

• Penetapan : Belum diusulkan/proses penetapan

3) Luas Kawasan : 24.910 Ha

4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan

Kawasan Konservasi Perairan Biak Numfor terletak pada posisi geografis 01002’26” -01017’01” LS dan 136006’31” - 136029’51. Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 2 pulau kecil yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor, serta lebih dari 42 pulau sangat kecil yang termasuk ke dalam Kepulauan Padaido. Wilayah Kabupaten Biak Numfor berbatasan dengan Kabupaten Manokwari di sebelah Barat, sebelah Utara dengan Samudera Pasifik, sebelah Timur dengan Samudera Pasifik, dan sebelah Selatan dengan Selat Yapen.

5) Kondisi umum

Kabupaten Biak Numfor merupakan kabupaten kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil tidak kurang dari 40 pulau. Pulau-pulau kecil tersebut tersebar pada 4 gugus pulau, yaitu gugus Pulau Padaido Atas, gugus Pulau Padaido Bawah, gugus Pulau Biak, dan gugus Pulau Numfor. Sebagai kabupaten kepulauan, Kabupaten Biak Numfor memiliki perairan yang jauh lebih luas dibanding luas daratannya. Salah satu ciri kawasan kepulaun seperti ini adalah potensi sumberdaya perairannya lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya daratannya. Arah pengembangan pulau-pulau kecil di Kabupaten Biak Numfor adalah pengembangan perikanan dan pariwisata sebagai basis pembangunan pulau-pulau kecil.

6) Potensi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Perairan Biak Numfor merupakan perairan yang terdiri dari beberapa pulau kecil dan besar, yang terdiri dari gugusan terumbu karang yang cukup luas. Gugusan karang tersebut pada umumnya berhadapan langsung dengan Perairan Pasifik. Di Pulau Wamsoi, kondisi terumbu karangnya banyak didominasi patahan karang, karang masif (Porites sp) serta sponges. Pulau Miosmangguwandi didominasi oleh karang hidup yang berbentuk tabu-late

70 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 75: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

terutama dari marga Acropora, seperti Acropora palifera. Di Pulau Pai, yang terletak di tengah perairan pulau-pulau Padaido dan berdekatan dengan Pulau pakreki juga banyak ditemui karang jenis Acropora yang berbentuk tabulate. Dominasi lainnya adalah karang masif dari marga Porites dan karang batu seperti Millepora sp, Acropora digitifera, dan beberapa jenis lainnya. Lokasi lainnya di Pulau Yumni yang berhadapan dengan Pulau Biak banyak dijumpai karang dari marga Acropora. Disamping itu masih terlihat adanya jenis karangdari marga Porites, terutama yang berbentuk masif seperti karang Porites lutea. Untuk Pulau Numfor, ditemukan jenis karang bercabang dalam koloni yang besar. Terdapat beberapa jenis karang batu maupun karang lunak antara lain Montipora, Pavona, Acropora dan Porites (karang batu) dan Sarcophyton, Nephthea, Litophyton dan lobophytum (karang lunak). Pada kedalaman 10 meter, karang batu didominasi oleh jenis Montipora informis dan karang lunak dari jenis Sarcophyton Sp. Selain terumbu karang, jenis-jenis ikan yang umum dijumpai di Pulau Numfor didominasi oleh suku Pomacentridae (19 jenis), Chaetodontidae (19 jenis), Labridae (16 jenis). (sumber: Rencana Strategis Pengelolaan Ekowisata Pulau-pulau Kecil Berbasis Masyarakat Kabupaten Biak Numfor, Papua -2005)

Mangrove yang berkembang di pesisir Biak Timur dan Oridek hanya berasal dari 4 jenis yaitu Rhizophoramucronata, R. apiculata, Bruguieragymnorrhiza dan Nypa. Kerapatan yang tinggi berasal dari jenis R. mucronata dan B. gymnorrhiza yang hampir ditemukan disemua lokasi. Selain terumbu karang, hasil survei di sepanjang pesisir Biak Timur dan Oridek ditemukan ada 4 jenis lamun, yaitu Thallasiahemprichii, Cymodocearotundata, Syringodiumisoetifolium dan Enhalusacoroides. Adapun rata-rata persentase penutupan berkisar 14,17% yang ditemukan di Yenusi dan 71,67% yang ditemukan di Woniki.

7) Potensi PerikananKabupaten Biak Numfor memiliki potensi perikanan yang besar untuk

dikembangkan. Potensi perikanan tersebut meliputi potensi perikanantangkap, budidaya, pengolahan hasil perikanan dan daerah konservasi alam.Lokasi penangkapan ikan di wilayah perairan Biak Numfor antara lain beradadi perairan Nusi Babaruk, Wundi, dan Miosbefondi ( Kepulauan Padaido ),perairan Numfor Timur, perairan Numfor Barat, perairan pantai utara Biak,perairan Urfu, Samber dan Waroi ( yendidori ), serta perairan Tanjung Barari.

Produksi perikanan budidaya jumlahnya jauh lebih kecil jika dibanding dengan perikanan tangkap. Potensi perikanan budidaya yang sudahdikembangkan antara lain budi daya rumput laut, teripang, budidaya air tawar(ikan mas dan udang galah).

71 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 76: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

8) Potensi Pariwisata

Kabupaten Biak Numfor memiliki sejumlah lokasi pariwisata menarik antara lain:

• Pantai Korem, pantai ini cukup indah karena teluknya yang melengkungsekitar 1 km sekitar areal pasir delta. Jarak tempuh untuk mencapai pantaiini sekitar 32 km dari Kota Biak dengan menggunakan kendaraan darat.

• Kepulauan Padaido, merupakan salah satu distrik di Kabupaten Biak Numfordengan luas 137 km2 dan sebagai Taman Wisata Alam.

• Pantai Angga duber, pantai ini terletak di bagian Timur Kota Biak dan dapatditempuh dengan berbagai jenis kendaraan selama lebih kurang 45 menit.

• Pantai Bosnik (Pantai Segara Indah), terletak di Distrik Biak Timur dan dapatdicapai menggunakan berbagai jenis kendaraan dengan waktu tempuhsekitar 25 menit dari Kota Biak.

• Pantai Asaibori, pantai ini cocok digunakan untuk rekreasi pantai sepertiberenang, snorkeling serta berjemur sinar matahari, karena pantainyaberpasir putih bersih dan didukung oleh garis pantai yang panjang.

• Pantai Inpendi, terletak di Desa Adoki, Distrik Yendidori dan dapat ditempuhselama 15 menit dari Kota Biak. Pantai ini dapat ditempuh sekitar 30 menitdari Kota Biak dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan pribadi danangkutan umum.

• Pantai Wari, terletak di Kampung Bosnabrai di Distrik Biak Utara, yang dapatditempuh sekitar 1,5 jam darikota Biak.

• Pantai Sansundi, pantai ini memiliki letak yang strategis terletak di DesaSansundi dan merupakan pantai pertama yang dijumpai saat wisatawanmemasuki Kabupaten Biak Numfor dari arah Kabupaten Supiori.

9) Aksesibilitas

Untuk mencapai Biak sebagai ibukota Kabupaten Biak Numfor dapat dicapai melalui transportasi udara dan laut. Untuk transportasi udara rute Jakarta - Biak PP tersedia penerbangan dari dan ke Biak terutama dikelola oleh maskapai penerbangan Garuda, sedangkan untuk transportasi laut dikelola oleh PELNI dan pelayaran rakyat. Untuk transportasi udara tersedia setiap hari, sedangkan untuk transportasi laut tersedia 2 – 3 kali dalam seminggu

72 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 77: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Buku profil status kawasan konservasi ini merupakan salah satu upaya pengelolaan kawasan konservasi laut/perairan yang berkelanjutan dalam upaya mencapai target.Buku ini berisi informasi-informasi sebagai bagian penyampaian/ kampanye konservasi laut/perairan di Indonesia agar supaya diketahui kalayak umum dan bisa menjadi panduan/acuan tentang konservasi laut/perairan.Kami ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh Balai Taman Laut Nasional, Kawasan Konservasi Perairan/Laut Daerah (KKP/LD) yang telah banyak membantu untuk tercapainya buku ini tersusun dengan baik.

73 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

PENUTUP

Page 78: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

DAFTAR PUSTAKA------. 2014. Kabupaten Kepulauan Raja Ampat Dalam Angka 2014. Badan

Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Raja Ampat

------. 2014. Kabupaten Kaimana Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaimana

------. 2014. Kabupaten Tambrauw Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tambrau

------.2013. Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Kabupaten/Kota, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautasn, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau-Kecil

------. 2012. Review Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Takabonerate Periode Tahun 1997-2022 Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Balai Taman Nasional Taka Bonerate. Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan.

------. 2013. Rencana Pengelolaan Taman Nasionan Cenderawasih 2010-2029.

Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Nomor 62/Kepmen-Kp/2014 Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido Dan Laut Disekitarnya Di Provinsi Papua Tahun 2014-2034

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.16/Men/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.17/Men/2008 Tentang Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.30/Men/2010 Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan.

74 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Page 79: Profil Kawasan Konservasi PROVINSI PAPUA

Sinaga SB. 2011. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Makalah Seminar Disampaikan di Biak, Papua

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.

75

PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT