24
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................... ..................! DAFTAR ISI ........................................................... ..................!! BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG............................................... ............................. 1 2. RUMUSAN MASALAH................................................ .......................... 1 3. TUJUAN MAKALAH................................................ ............................. 1 BAB II PEMBAHASAN 1. PROFESIONALISME SEORANG GURU.............................................. 2

Profesionalisme Seorang Guru

  • Upload
    hila

  • View
    2.229

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah yang di susun oleh Teman-teman STKIP Bima, silahkan di COPAS dan masukkan nama penulis, semoga bermanfaat :)

Citation preview

Page 1: Profesionalisme Seorang Guru

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ….............................................................................!

DAFTAR ISI ….............................................................................!!

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG............................................................................ 1

2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................... 1

3. TUJUAN MAKALAH............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

1. PROFESIONALISME SEORANG GURU.............................................. 2

2. PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN MASYARAKAT.....................7

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN......................................................................................... 12

2. SARAN DAN KRITIK............................................................................... 12

Page 2: Profesionalisme Seorang Guru

KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Alllah SWT. Yang telah memberikan kenikmata kepada kita

sekalian, terutama kenikmatan kesempatan kepada pemakalah, sehingga pemakalah dapat

menyelesaikan pembuatan makalah sederhana ini yang berjudul profesional seorang

guru, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pemakalah juga tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan kepada pemakalah, sehingga pemakalah

dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan baik.

Pemakalah sangat sadar dengan kekurangan-kekurangan isi makalah ini, oleh karena itu

pemakalah sangat mengharapkan masukan-masukan yang membangun dari semua sidang

pembaca, demi kesempurnaan makalah ini, terima kasih..!

Hormat kami

( pemakalah )

Page 3: Profesionalisme Seorang Guru

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Guru sebagai profesi perlu diiringi dengan pemberlakuan aturan profesi keguruan,

sehingga akan ada keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi seseorang yang

berprofesi guru, antara lain: Indonesia memerlukan guru yang bukan hanya disebut guru,

melainkan guru yang profesional terhadap profesinya sebagai guru. Aturan profesi

keguruan berasal dari dua kata dasar profesi dan bidang spesifik guru/keguruan.

Secara logik, setiap usaha pengembangan profesi (professionalization) harus bertolak dari

konstruk profesi, untuk kemudian bergerak ke arah substansi spesifik bidangnya.

Diletakkan dalam konteks pengembangan profesionalisme keguruan, maka setiap

pembahasan konstruk profesi harus diikuti dengan penemukenalan muatan spesifik

bidang keguruan. Lebih khusus lagi

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi

sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan

yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalahnya adalah

1. apakah guru professional itu ?

2. bagaimanakah peranan guru dalam lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat ?

C. TUJUAN MAKALAH

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. agar kita tahu guru professional itu seperti apa,

2. sebagai bahan acuan dalam mempelajari tentang guru professional.

Page 4: Profesionalisme Seorang Guru

BAB IPEMBAHASAN

PROFESIONALISME SEORANG GURU

Guru adalah sebuah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu institusi

maupun perorangan yang menyangkut seluruh aktivitas dalam tanggung jawab untuk

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu peserta didik dalam

rangka menggiring perkembangan peserta didik kearah kedewasaan mental-

spiritual maupun fisik-biologis.

Kinerja seorang guru menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru,

jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan. Kinerja dapat ditinjau dari

berbagai aspek, baik dari sudut guru maupun siswa. Dari sudut siswa kinerja guru

bertujuan untuk menimbulkan respon positif dari bakat dan minat seorang siswa yang

akan dikembangkan oleh siswa tersebut melalui proses pembelajaran. Dari sudut guru

kinerja guru secara spesifik bertujuan mengharuskan para guru membuat keputusan

khusus dimana tujuan pengajaran dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tingkah laku

yang kemudian ditransfer kepada peserta didik. Dalam hal kinerja guru lebih diacu pada

aspek mutu , baik dari sudut pandang kepemimpinan maupun aspek tekhnis –

didaktis. Aspek kepemimpinan akan terlihat pada

penampilan guru yang berperan sebagai pemimpin siswa dan sesamanya, aspek teknis-

dedaktis adalah dimana guru akan memerankan guru sebagai fasilitator dan nara sumber

yang siap memberi konsultasi terarah pada siswanya.

Tuntutan kinerja sebagai seorang guru sangat tinggi, baik itu dari dalam maupun dari

luar. Dari dalam adalah tuntutan yang bermuara dari individu guru tersebut untuk dapat

sebaik baiknya mentransfer disiplin ilmu yang dikuasai, maupun yang paling berat adalah

mentransfer nilai-nilai

moral yang semua adalah untuk modal dasar peserta didik untuk dalam menjalankan

hidupnya dikemudian hari.

Sedangkan tuntutan dari luar adalah bagaimana menghasilkan output peserta didik yang

mampu bersaing dikehidupan nyata. Tuntutan yang paling berat adalah tuntutan dari luar.

Dan yang paling populer adalah ungkapan dari masyarakat bahwa guru adalah sosok

Page 5: Profesionalisme Seorang Guru

yang di gugu dan ditiru. Belum lagi selalu terngiang ditelinga kita syair syair lagu

“pahlawan tanpa tanda jasa”. Ini jelas sangat menjadi beban moral

tersendiri bagi guru untuk menjadi tenaga yang profesional. Melihat kenyataan sekarang

ini, tuntutan akan kinerja guru semakin besar. Tuntutan ini bukan hanya sebatas kapasitas

sebagai pengajar dan pendidik dikelas, tetapi guru dituntut lebih kreatif, inovatif, mandiri

dan profesional. Tuntutan ini disadari atau tidak merupakan suatu kebutuhan sebagai

pengajawantahan yang secara eksternal sebagai imbasan atau terkuaknya era globalisasi,

dimana didalamnya sarat dengan kompetisi keunggulan.

Disisi lain, secara internal munculnya desakan reformasi yang datang sebagai imbasan

sebagai kritis politik, ekonomi, dan moral bangsa. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa

guru yang menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk membangun bangsa patut

melakukan pembenahan diri dengan mengerahkan segala kemampuan dengan cerdas.

Baik itu cerdas emosional, moral, dan kecerdasan intelektual. Apalagi jelas sekali dalam

sejarah perkembangan kemakmuran suatu negara dan bangsa adalah berawal dari

kecerdasan seorang guru dalam membina mentalitas para peserta didiknya. Dengan

demikian adalah harga mati bagi seorang guru untuk mengoptimalkan kinerjanya sebagai

tenaga pendidik yang profesional. Namun tidak kalah pentingnya adalah pemberian

reward dari pemerintah bagi sosok guru tersebut, yang pada dasarnya adalah untuk

memacu keoptimalan kinerja sebagai seorang profesional. Sehingga kita

tidak perlu lagi mendengar syair lagu “ Pahlawan tanpa tanda jasa”, tetapi

“ Pahlawan yang wajib diberi tanda jasa”. Karena indikator makmurnya

sebuah bangsa adalah makmurnya para pendidik atau guru.

Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar

terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika

orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, ada beberapa harapan yang selalu berputar

dalam benak oarang tua peserta didik. Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini

Page 6: Profesionalisme Seorang Guru

menyeruak ketika menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada

kegalauan muncul kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak

menghukum  daripada memberi reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah

ketika sosok guru berbuat asusila terhadap siswanya.

Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi

guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya

sama-sama membawa kepentingan dan salng membutuhkan, yakni guru dan siswa,

menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan,

membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi

konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah

melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak benar.

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara

lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan formal

bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam

pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak

telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki

ijazah perguruan tinggi.

Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran

ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:

1. mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,

2. menunggu peserta didik berperilaku negatif,

3. menggunakan destruktif discipline,

4. mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,

5. merasa diri paling pandai di kelasnya,

6. tidak adil (diskriminatif), serta

7. memaksakan hak peserta didik

Page 7: Profesionalisme Seorang Guru

Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang

profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam

Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:

1. kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,

2. kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak

mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,

3. kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas

mendalam,

4. kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi

secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali

peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Perilaku guru yang profesional adalah mampu menjadi teladan bagi para peserta didik,

mampu mengembangkan kompetensi dalam dirinya, dan mampu mengembangkan

potensi para peserta didik. ( Menurut Danni Ronnie M ) Sikap dan perilaku guru yang

profesional mencakup enam belas pilar dalam pembangun karakter. Keenam belas pilar

tersebut, yakni :

1. kasih sayang,

2. penghargaan,

3. pemberian ruang untuk mengembangkan diri,

4. kepercayaan,

5. kerjasama,

6. saling berbagi,

7. saling memotivasi,

8. saling mendengarkan,

Page 8: Profesionalisme Seorang Guru

9. saling berinteraksi secara positif,

10. saling menanamkan nilai-nilai moral,

11. saling mengingatkan dengan ketulusan hati,

12. saling menularkan antusiasme,

13. saling menggali potensi diri,

14. saling mengajari dengan kerendahan hati,

15. saling menginsiprasi,

16. saling menghormati perbedaan.

Sikap dan perilaku guru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang

mempengaruhinya berupa faktor eksternal dan internal. Oleh karena itu pendidik harus

mampu mengatasi apabila kedua faktor tersebut menimbulkan hal-hal yang negatif.

Jangan sampai masalah-masalah dalam kehidupan dibawa kesekolah yang pada akhirnya

anak didiknya yang mendapatkan imbasnya dari kemarahan kita akiabat masalah yang

dihadapi oleh seorang guru

PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN MASYARAKAT

A. Guru Berkedudukan sebagai Profesional

Dalam ilmu sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yangakan selalu berkaitan, yakni

status (kedudukan) dan peran social di dalam masyarakat. Status biasanya didefinisikan

sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi suatu

kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sedangkan peran merupakan

sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu

tersebut. Status sebagai guru dapat dipandangan sebagai yang tinggi atau rendah,

tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai pendidik

seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan

guru diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya

Page 9: Profesionalisme Seorang Guru

anak didik yang dia ajar. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan

sebagai orang yang dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang

pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya. Apabila kita cermati, sebenarnya

status dan peran guru tidak lah selalu seragam dan bersifat konsisten sebagaimana tersirat

di atas. Ini sesuai dengan standar apa dan mana yang dipakai dalam menentukan

keduanya. Penilaian status dan peran pada seorang guru di pedesaan tidaklah sama

dengan penilaian status dan peran terhadap seorang guru di perkotaan. Dalam masyarakat

industrial dan materialis status dan peran seorang guru tidaklah se-urgen pada masyarakat

sederhana atau masyarakat pertanian. Salah satu peran guru adalah sebagai profesional.

Jabatan guru sebagai profesional menuntut peningkatan kecakapan dan mutu keguruan

secara berkesinambungan. Guru yang berkuali- fikasi profesional, yaitu guru yang tahu

secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya

secara efektif serta efisien, dan guru tersebut punya kepribadian yang mantap Selain itu

integritas diri serta kecakapan keguruannya juga perlu ditumbuhkan serta dikembangkan.

Setelah kita menganggap bahwa status guru merupakan sebuah jabatan yang profesional,

menurut Semana (1994), ia pun dituntut untuk bisa berperan dan menunjukkan citra guru

yang ideal dalam masyarakatnya. Dalam hal ini J. Sudarminto, 1990 (dalam Semana,

1994) berpendapat bahwa citra guru yang ideal adalah sadar dan tanggap akan

perubahan zaman, pola tindak keguruannya tidak rutin, guru tersebut maju dalam

penguasaan dasar keilmuan dan perangkat instrumentalnya (misalnya sistem berpikir,

membaca keilmuan, kecakapan problem solving, seminar dan sejenisnya) yang

diperlukannya untuk belajar lebih lanjut atau berkesinambungan. Selain itu, guru

hendaknya bermoral yang tinggi dan beriman yang mendalam, seluruh tingkah

lakunya (baik yang berhubungan dengan tugas keguruannya ataupun sisialitasnya sehari-

hari digerakkan oleh nilai-nilai luhur dan taqwanya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Secara nyata guru ter- sebut harus bertindak jujur, disiplin, adil, setia, susila

dan menghayati iman yang hidup. Guru juga harus memiliki kecakapan kerja yang baik

dan kedewasaan berpikir yang tinggi sebab guru sebagai pemangku jabatan yang

profesional merupakan posisi yang bersifat strategis dalam kehidupan dan pembangunan

masyarakat. Guru juga harus terus bisa memantapkan posisi dan perannya lewat

usaha- usaha mengembangkan kemampuan diri secara maksimal dan berkesinambungan

Page 10: Profesionalisme Seorang Guru

dalam belajar lebih lanjut. Salah satu yang melandasi pentingnya guru harus terus

berusaha mengembang- kan diri karena pendidikan berlangsung sepenjang hayat. Hal

ini berlaku untuk diri guru dan siswa di mana usaha seseorang untuk mencapai

perkembangan diri serta karyanya tidak pernah selesai (hasilnya tidak pernah mencapai

taraf sempurna mutlak). Selainitu bahwa sistem pengajaran, materi pengajaran dan

penyam-paiannya kepada siswa selalu perlu dikembangkan. Hal ini meru- pakan dampak

dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya pengembangan sistem

pengajaran, pembenahan isi serta teknologi organisasi materi pengajaran dan

pencarian pendekatan strategi, metode, teknik pengajaran (perkembangan diri siswa)

selalu perlu dikaji dan atau dikembangkan demi efektivitas dan efisiensi kerja

kependidikan.

B. peranan guru terhadap anak didik

Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran

yang harus ia jalani. Hal ini dika- renakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas

guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu

pengetahuan kepada mereka. Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa

dibagi menjadi dua jenis menurut situasi interaksi sosial yang mereka hadapi, yakni

situasi formal dalam proses belajar mengajar di kelas dan dalam situasi informal di luar

kelas. Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai

seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai

kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang

keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni mengajar dan mendidik

murid-muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu digunakan demi

tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal waktu

ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga

menganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa

anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara-cara tertentu.

Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan dan kewibawaan

yang tinggi pada seorang guru. Keteladanan sangatlah penting. Hal ini sejalan dengan

Page 11: Profesionalisme Seorang Guru

teori “Mekanisme Belajar” yang disampaikan David O Sears (1985) bahwa ada tiga

mekanisme umum yang terjadi dalam proses bela-

jar anak. Yang pertama adalah asosiasi atau classical condotioning ini berdasarkan dari

percobaan yang dilakukan Pavlov pada seekor anjing. Anjing tersebut belajar

mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi karena sebelumnya disajikan daging setiap

saat terdengar bel. Setelah beberapa saat, anjing itu akan mengeluarkan air liur bila

terdengar bunyi bel meskipun tidak disajikan daging, karena anjing tadi mengasosiasikan

bel dengan daging. Kita juga belajar berperilaku dengan asosiasi. Misalnya, kata

“Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan yang mengerikan. Kita belajar bahwa

Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang

mengerikan. Mekanisme belajar yang kedua adalah reinforcement, orang belajar

menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang

menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari

perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan). Seorang anak mungkin

belajar membalas penghinaan yang diterimanya di sekolah dengan mengajak berkelahi si

pengejek karena ayahnya selalu memberikan pujian bila dia membela hak-haknya.

Seorang mahasiswa juga mungkin belajar untuk tidak menentang sang profesor di kelas

karena setiap kali dia melakukan hal itu, sang profesor selalu mengerutkan dahi, tampak

marah dan membentaknya kembali. Mekanisme belajar utama yang ketiga adalah imitasi.

Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku

yang menjadi model. Seorang anak kecil dapat belajar bagaimana menyalakan perapian

dengan meniru bagaimana ibunya melakukan hal itu. Anak-anak remaja mungkin

menentukan sikap politik mereka dengan meniru pembicaraan orang tua mereka selama

kampanye pemilihan umum. Imitasi ini bisa terjadi tanpa adanya reinforcement eksternal

dan hanya melalui observasi biasa terhadap model. Di antara ketiga macam mekanisme

belajar di atas, imitasi adalah mekanisme yang paling kuat. Dalam banyak hal anak-anak

cenderung meniru perilaku orang dewasa dan selain orang tua si anak, guru di sekolah

merupakan orang dewasa terdekat keduabagi mereka. Bahkan di zaman sekarang ini

banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai kepercayaan terhadap guru dibanding pada

orang tua mereka sendiri. Maka dari itulah seorang guru harus bisa menunjukkan sikap

dan keteladanan yang baik di hadapan murid-muridnya, biar dikemudian hari tidak akan

Page 12: Profesionalisme Seorang Guru

ada istilah ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’. Selain keteladanan, kewibawaan

juga perlu. Dengan kewibawaan guru menegakkan disiplin demi kelancaran dan

ketertiban proses belajar mengajar. Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan syarat

mutlak mendidik dan membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan

pendidikan. Bimbingan atau

pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh

bila pendidik mempunyai kewibawaan.Kewibawaan dan kepatuhan merupakan dua hal

yang komple-menter untuk menjamin adanya disiplin (S. Nasution, 1995).

C. Peranan Guru dalam Masyarakat

Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran asyarakat tentang kedudukan

guru dan ststus sosialnya di engan negara lain dan dari satu zaman ke zaman lain pula. Di

egara-negara maju biasanya guru di tempatkan pada posisi sosial ang tinggi atas peranan-

peranannya yang penting dalam proses encerdaskan bangsa. Namun keadaan ini akan

jarang kita temui i negara-negara berkembang seperti Indonesia. ebenarnya peranan itu

juga tidak terlepas dari kualitas ribadi guru yang bersangkutan serrta kompetensi mereka

dalam ekerja. Pada masyarakat yang paling menghargai guru pun akan angat sulit untuk

berperan banyak dan mendapatkan kedudukan osial yang tinggi jika seorang guru tidak

memiliki kecakapan dan ompetensi di bidangnya. Ia akan tersisih dari persaingan

dengan uru-guru lainnya. Apalagi guru-guru yang tidak bisa memberikan keteladanan

bagi para muridnya, sudah barang tentu ia justru enjadi bahan pembicaraan orang banyak.

Jika dihadapan para uridnya seorang guru harus bisa menjadi teladan, ia pun ituntut hal

yang sama di dalam berinteraksi dengan masyarakat ekitar. enghargaan atas peranan guru

di negara kita bisa dibedakan enjadi dua macam. Pertama, penghargaan sosial, yakni

penghar- aan atas jasa guru dalam masyarakat. Dilihat dari sikap-sikap osial anggota

masyarakat serta penempatan posisi guru dalam tratifikasi sosial masyarakat yang

bersangkutan. Hal semacam ini kan tampak jelas kita amati pada mayarakat pedesaan

yang mana ereka selalu menunjukkan rasa hormat dan santun terhadap ara guru yang

menjadi pengajar bagi anak-anak mereka. Mereka masyarakat) lebih biasa memberi kata-

Page 13: Profesionalisme Seorang Guru

kata sapaan santun erhadap guru seperti pak guru, mas guru dan sebagainya aripada

profesi-profesi yang lain.

Kedua, adalah penghargaan ekonomis, yakni penghargaan tas peran guru dipandang dari

seberapa besar gaji yang diterima leh guru. Dengan kondisi gaji guru-guru di Indonesia

sampai ahun 2000 an ini, tidak mungkin menjadi sejahtera dalam hal konomi hanya

dengan pekerjaan mangajarnya saja. Hal inilah ang menjadikan kurang maksimalnya

peranan guru dalam enjalankan tugas mengajar apalagi melakukan pengabdian

pada asyarakat.Dalam perspektif perubahan sosial, guru yang baik tidak saja arus mampu

melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, amun harus pula berperan

melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di luar kelas atau di dalam masyarakat. Hal

tersebut sesuai ula dengan kedudukan mereka sebagai agent of change yang erperan

sebagai inovator, motivator dan fasilitator terhadap emajuan serta pembaharuan.Dalam

masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang enjadi panutan atau teladan serta contoh

(reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai

yang arus dijaga dan dilaksanakan. Ini dapat kita lihat bahwa betapa capan guru dalam

masyarakat sangat berpengaruh terhadap rang lain. Ki Hajar Dewantoro menggambarkan

peran guru ebagai stake holder atau tokoh panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing

Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri

Handayani.

Di sini tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeranaktif”, dalam keseluruhan

aktivitas masyarakat sercara holistik.Tentunya para guru harus bisa memposisikan dirinya

sebagai gen yang benar-benar membangun, sebagai pelaku propagandayang bijak dan

menuju ke arah yang positif bagi perkembangan asyarakat.

D. Peranan Guru terhadap Guru Lain

Kalimat di atas mengandung makna bahwa seorang guru arus bisa berperan untuk

kepentingan komunitasnya sendiri,yakni komunitas para guru. Sebagai sebuah profesi,

biasanyahubungan antar guru satu dengan guru lainnya diwadahi olehorganisasi yang

menaungi dan mewadahi aspirasi mereka. Dinegara kita organisasi yang menaungi para

guru, misalnya: PGT(Persatuan Guru TK), PGRI (Persatuan Guru Republik

Indonesia)dan sebagainya. Lewat organisasi-organisasi ini para guru bisasaling

Page 14: Profesionalisme Seorang Guru

berkomunikasi dan memperjuangkan kepentingan bersamamereka dengan

semangatkebersamaan yang tinggi sehingga apayang menjadi keinginan para guru relatif

lebih mudah dicapai.Pertanyaan yang mendasar sehubungan dengan jenis-jenisorganisasi

profesi keguruan tersebut adalah sejauh mana programserta kegiatannya menyentuh

kebutuhan diri guru serta pengembangan karirnya?. Secara operasional seharusnya

perjuangan danpembinaan yang dilakukan oleh organisasi profesi keguruan tersebut

dapat mengangkat martabat guru yang menjadi anggotanya,memberi perlindungan

hukum bagi guru, meningkatkan kesejah-teraan hidup guru, memandu serta

mengusahakan peluang untukpengembangan karir guru, dan membantu ikut

memecahkankonflik-konflik dan masalah-masalah yang dialami atau yangdihadapi oleh

para guru .

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Guru adalah sebuah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu institusi

maupun perorangan yang menyangkut seluruh aktivitas dalam tanggung jawab untuk

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu peserta didik dalam

rangka menggiring perkembangan peserta didik kearah kedewasaan mental-

spiritual maupun fisik-biologis.

Kinerja seorang guru menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru,

jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan. Kinerja dapat ditinjau dari

berbagai aspek, baik dari sudut guru maupun siswa. Dari sudut siswa kinerja guru

bertujuan untuk menimbulkan respon positif dari bakat dan minat seorang siswa yang

akan dikembangkan oleh siswa tersebut melalui proses pembelajaran. Dari sudut guru

kinerja guru secara spesifik bertujuan mengharuskan para guru membuat keputusan

khusus dimana tujuan pengajaran dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tingkah laku

yang kemudian ditransfer kepada peserta didik. Dalam hal kinerja guru lebih diacu pada

aspek mutu , baik dari sudut pandang kepemimpinan maupun aspek tekhnis –

didaktis. Aspek kepemimpinan akan terlihat pada

Page 15: Profesionalisme Seorang Guru

penampilan guru yang berperan sebagai pemimpin siswa dan sesamanya, aspek teknis-

dedaktis adalah dimana guru akan memerankan guru sebagai fasilitator dan nara sumber

yang siap memberi konsultasi terarah pada siswanya.

B. SARAN DAN KRITIK

Pemakalah sangat sadar akan kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini,

karena eksistensi kita sebagai manusia tidak luput dari khilaf dan salah, oleh karena itu

pemakalah sangat mengharapkan masukan-masukan yang membangun dari siding

pembaca, demi kesempurnaan dari makalah ini.

BAHASA INDONESIATentang

PROFESIONALISME SEORANG GURUDosen Pembimbing : Idi Darma S.Pd. M.M

DI SUSUSN

Page 16: Profesionalisme Seorang Guru

OLEH :

NAMA : MUNAWARPRODI : MATEMATIKAKELAS : II DNpm. : 09.3.02.0176

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN( STKIP ) BIMA

TAHUN AKADEMIK 2010