Upload
lecong
View
216
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
PRODUKSI TIGA VARIETAS GANDUM PADA BERBAGAI
KETINGGIAN TEMPAT
WHEAT PRODUCTION IN THREE DIFFERENT VARIETY GREAT HEIGHT
Asri B
(1), Elkawakib Syam’un
(2), Muh. Farid BDR
(3)
Prodi Sistem – Sistem Pertanian, Program Pascasarjan Universitas Hasanuddin
1. Program Studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Muhammadiyah Sinjai,Alamat
Jalan Teuku Umar No 8. Sinjai.
2. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, UNHAS Jalan Perintis Kemerdekaan Km
10, Tamalanrea Makassar.
Alamat Koresponden:
Sistem – Sistem Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
Hp.085255976745
Email: [email protected]
2
Abstrak
ASRI B (P0100211009) Produksi tiga varietas gandum pada berbagai ketinggian tempat, di
bawah bimbingan Elkawakib Syam’un., dan Muh Farid BDR.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bonto Lempangan, Baranian dan Desa Gunung Perak,
Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai yang dimulai sejak Desember 2012 sampai April
2013.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tiga varietas gandum yang
ditanam pada empat keitinggian tempat. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
Rancangan Acak Petak Terbagi, sebagai petak utama adalah ketinggian tempat terdiri atas empat
ketinggian yaitu: 800 m dpl, 1300 m dpl, 1400 m dpl, dan 1500 m dpl. Sebagai anak petak
adalah varietas gandum yang terdiri atas tiga jenis yaitu; varietas Selayar, Nias, dan varietas
Dewata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan ketinggian tempat berpengaruh nyata pada
semua parameter yang diamati, bahwa gandum varietas Dewata yang terbaik memiliki jumlah
anakan produktif (6,07 buah), panjang malai (10,20 cm), dan panjang ruas terpanjang (40,33 cm)
pada ke tinggian 1500 m dpl. Sedangkan varietas Selayar dilain hal memiliki bobot 1000 biji
terbaik yaitu (46,67 g) dan bobot biji per petak terbaik pada ketinggian 800 m dpl, 1300 m dpl,
1400 m dpl dan 1500 m dpl (270,00 g, 436,67 g, 443,33 g, dan 548,33 g).
Kata kunci : Ketinggian tempat, gandum dan produksi.
3
Abstract
ASRI B (P0100211009) Characterization and Production of Wheat Varieties At Three Different
Altitude, under the guidance of Elkawakib Syam'un., and Muh Farid BDR.
The research was conducted in Bonto Lempangan, Baranian and Gunung Perak Village, West
Sinjai district, which began activities Sinjai December 2012 until April 2013.
The research aims to determine the growth and production of three varieties of wheat grown on
four keitinggian place. The experiment was conducted using a randomized block design with
plots divided, as the main plot is the altitude of four heights, namely: 800 m asl, 1300 m asl,
1400 m above sea level and 1500 m asl. As a subplot is wheat varieties consisting of three types:
Selayar varieties, Nias, and Dewata varieties.
The results showed that the increase in real altitude effect on all parameters was observed, that
the Dewata of the best wheat varieties have a number of productive tillers (6.07 fruit), panicle
length (10.20 cm), and the length of the longest segment (40.33 cm ) in altitude to 1500 m asl.
While on the other hand Selayar varieties have the best weight of 1000 seeds (46.67 g) and seed
weight per plot the best at an altitude of 800 m asl, 1300 m asl, 1400 m asl and 1500 m asl
(270.00 g, 436.67 g , 443.33 g, and 548.33 g).
Keywords: Elevation, and wheat production.
4
PENDAHULUAN
Sejarah dari tanaman gandum dimulai dari masyarakat prasejarah yang sudah mengenal
sifat-sifat gandum dan tanaman biji-bijian lainnya sebagai sumber makanan dan sumber pangan
mereka. Pertanaman gandum telah berkembang sejak tahun 5000 sebelum masehi (SM) di area
sekitar Sungai Nil, dan sejak 3000 SM di Cina. Negara-negara produsen utama gandum adalah
Rusia, USA, Cina, India, Perancis, dan Kanada. Gandum pertama kali dibudidayakan oleh
manusia antara tahun 7500- 6500 SM di daerah Timur Tengah. Gandum ditemukan dalam
artefak kuno Yunani, Persia dan Mesir. Pada tahun 1529, Spanyol memperkenalkan gandum ke
Amerika dan Filipina yang merupakan benua baru dan pada tahun 1966 (Briggle 1980).
Meningkatnya suhu dapat menyebabkan menurun-nya produksi gandum. Untuk
mengatasinya tanaman perlu mendapatkan kompensasi pemberian unsur hara dan pengairan yang
optimum. Selama pengisian biji bila suhu tinggi, perkembangan tanaman gandum melaju lebih
cepat daripada pertumbuhannya. akibatnya, meskipun tanaman dikelola secara optimum,
produksinya dapat menurun sampai 4% untuk setiap kenaikan suhu rata-rata 1°C pada suhu
tinggi (Stopper dan Fischer, 1990) karena masa pengisian bijinya menjadi sangat pendek.
Sebagai komoditi alternatif, prospek gandum cukup besar untuk dikembangkan di
Indonesia karena tingkat kebutuhan tepung terigu dalam negeri setiap tahun cenderung
meningkat sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia mengimpor. Gandum
merupakan komoditi pangan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena secara
agroklimat sesuai untuk dibudidayakan di Indonesia yaitu di daerah dataran tinggi dengan suhu
minimun 120C dan suhu maksimum -27
0C. Pengembangan gandum belum membudaya di
kalangan masyarakat Indonesia, dikarenakan pengembangan tanaman gandum lokal belum lama
dilakukan di Indonesia, karena masalah kesesuaian iklim diantaranya suhu, radiasi matahari oleh
karena itu diperlukan kerjasama dari semua instansi baik pemerintah, swasta maupun Perguruan
Tinggi agar pengembangan gandum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat nasional.
Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan tanaman serealia dari famili Gramineae
(Poaceae) yang berasal dari daerah subtropis. Salah satu keunggulan gandum adalah kandungan
gluteinnya yang mencapai 80%. Glutein adalah protein yang bersifat kohesif dan liat sehingga
bahan pangan yang mengandung glutein banyak digunakan untuk membuat roti, tepung, produk
bahan baku (cake, cookies, crackers, pretzel), roti tanpa ragi, semolina, bulgar dan sereal. Selain
5
kandungan glutein yang tinggi, komposisi nutrisi gandum juga lebih baik dibanding komoditas
lainnya. Sebagai contoh, kandungan protein pada gandum mencapai 13%, sedangkan pada padi
8%, jagung 10%, dan barley 12%. Kandungan karbohidrat gandum mencapai 69%, sedangkan
padi 65% dan barley 63%. Keragaman penggunaan, kandungan nutrisi dan kualitas
penyimpanannya yang tinggi menjadikan gandum sebagai bahan makanan pokok lebih dari
sepertiga populasi dunia (Porter, 2005).
Permintaan terhadap gandum dunia sampai tahun 2020 diperkirakan meningkat sebesar
1.6% per tahun. Di negara-negara berkembang peningkatan permintaan gandum diperkirakan
mencapai sekitar 2% per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan peningkatan
produksi gandum dua kali dari rata-rata produksi gandum dunia saat ini. Laju peningkatan
produksi gandum pada saat ini masih terlalu rendah untuk dapat memenuhi kebutuhan gandum di
masa depan (Reynolds, 2002).
Badan Litbang Pertanian terus berupaya meneliti dan mengembangkan tanaman gandum
di Indonesia dengan mengintroduksikan galur/varietas gandum dari negara lain. Pengalaman
menunjukkan, pengembangan gandum subtropis di Indonesia hanya terbatas di dataran tinggi
yang luasnya juga terbatas. Selain itu, lahan pegunungan umumnya rentan terhadap erosi, suhu
yang kadang kurang sesuai dan cukup kompetitif dengan tanaman sayuran dataran tinggi. Oleh
karena itu, program adaptabilitas pada berbagai ketinggian pertanaman gandum di Indonesia dan
diarahkan pada perakitan varietas unggul tropis yang mampu beradaptasi di dataran tingggi
sampai dataran rendah di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi
tentang daya adaptasi tiga varietas gandum di lingkungan tropis yang ditanam di tempat
ketinggian.
Keragaman genetik dalam populasi penting diketahui karena seleksi tidak menciptakan
keragaman, tetapi berperan atas adanya keragaman. Koefisien keragaman genetik (KKG)
merupakan nisbah besaran simpangan baku genetik dengan nilai tengah populasi karakter yang
bersangkutan. Bahar dan Bari (1993) menyatakan bahwa nilai KKG digunakan untuk mengukur
keragaman genetik suatu sifat tertentu dan membandingkan keragaman genetik berbagai sifat
tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi gandum. Tingginya nilai
KKG menunjukkan peluang terhadap usaha-usaha perbaikan yang efektif melalui seleksi, untuk
mendapatkan gandum yang adaptif diwilayah tropis diperlukan perakitan varietas gandum yang
toleran terhadap suhu tinggi maupun suhu rendah.
6
Cekaman panas pada fase akhir pertumbuhan (terminal heat stress atau post-anthesis
heat stress) sering menjadi faktor pembatas pada produksi gandum di beberapa negara (Yang
et al, 2002). Pada suhu tinggi laju perkembangan tanaman meningkat sehingga mengurangi
potensi akumulasi biomasa. Secara umum, pengaruh suhu tinggi terhadap perkembangan bulir
pada serealia meliputi laju perkembangan bulir yang lebih cepat, penurunan berat bulir, biji
keriput, berkurangnya laju akumulasi pati serta perubahan komposisi lipid dan polipeptida (Stone
2001).
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di tiga Desa, mulai Desa Bonto Lempangan, Baranian dan Desa
Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, dimulai Penelitian dilaksanakan pada
Desember 2012 sampai April 2013.
Bahan dan Alat
Bahan digunakan pada penelitian ini adalah tiga varietas gandum, yaitu varietas Dewata,
Nias, dan varietas Selayar, tali rafiah, bambu, cat, dithane, pupuk urea dan NPK Ponska dengan
perbandingan 1:3 untuk semua tanaman Gandum.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, cangkul, garpu, larikan, patok, seng licin
sebagai lebel, paku, kuas, mistar, timbangan, grain moisture meter, GPS, thermometer,
micrometer dan alat tulis menulis.
Metodologi Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak
Terpisah dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam dua faktor. Petak utama adalah
ketinggian tempat yang terdiri atas 4 ketinggian; T1 : 800 m dpl. T2 : 1300 m dpl. T3 : 1400 m
dpl. T4 : 1500 m dpl. Faktor kedua sebagai anak petak adalah yang terdiri atas 3 varietas. V1 :
Dewata. V2 : Nias. V3: Selayar.
Susunan perlakuan tersebut masing-masing terdapat 3 varietas gandum dalam 4
ketinggian tempat, setiap ketinggi tempat terdapat 9 petak percobaan (T1V1, T1V2, T1V3., T2V1,
7
T2V2, T2V3., T3V1, T3V2, T3V3., T4V1, T4V2, T4V3) kemudian perlakuan tersebut diulang
sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 petak tanaman, dalam satuan percobaan terdapat luas
bedengan 1 x 2 m yang dijadikan sampel setiap ketinggian tempat.
Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan 15 sampel tanaman yang kompetitif setiap satuan percobaan,
ada tiga varietas gandum dari empat ketinggian tempat yang berbeda dengan fariabel
pengamatan yaitu jumlah anakan produktif, panjang malai setiap sampel, panjang ruas teratas,
bobot 1000 biji dan bobot biji per petak.
Teknik Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan analisis varian sesuai dengan
rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Petak Terbagi dalam Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dalam dua faktor, sebagai petak utama adalah ketinggian tempat sedangkan sebagai anak
petak adalah Varietas Gandum, apabila pengaruh interaksi nyata ( P < 0,05 ) terhadap variabel
yang diamati, maka dilanjutkan dengan uji beda nilai rata-rata dengan menggunakan uji Beda
nyata Terkecil 0,05 % (Gomez, 1995). Bila hanya pengaruh faktor tunggal yang nyata, maka
dilanjutkan dengan uji BNT 5 %. Hubungan antara ketinggian tempat dan varietas dengan hasil
dianalisis dengan analisis regresi (Fisher, et. al 1978).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah Anakan Produktif
Sidik ragam menunjukkan bahwa ketinggian tempat, varietas dan interaksi keduanya
masing-masing berbeda nyata dan sangat nyata terhadap jumlah anakan.
8
Tabel 1. Rata-rata jumlah anakan produktif per-rumpun.
Ketinggian
Tempat (T)
Varietas (V) NP BNTα=0,05
v1 (Dewata) v2 (Nias) v3 (Selayar)
t1 (800 m dpl) 2,20 cx 1,47 bx 2,07 bx 1,18
t2 (1300 m dpl) 2,00 cx 2,07 bx 2,67 bx
t3 (1400 m dpl) 4,33 bx 4,40 ax 3,07 by
t4 (1500 m dpl) 6,07 ax 3,73 ay 5,60 ax
NP BNTα=0,05 0,93
Keterangan: Angka-angka yang masih diikuti huruf yang sama pada baris (a,b,c) dan kolom (x,y,z) berarti berbeda
tidak nyata pada uji BNTα=0,05.
Tabel 1 menunjukkan bahwa varietas Dewata memperlihatkan rata-rata jumlah anakan
terbaik pada ketinggian 800 m dpl dan ketinggian 1500 m dpl yaitu masing-masing sebesar 2,20
dan 6,07. Pada berbagai pertumbuhan varietas gandum, ketinggian tempat 1500 m dpl di Desa
Gunung Perak menunjukkan respon rata-rata jumlah anakan terbanyak pada varietas Dewata
6,07 dan varietas Selayar 5,60 dan berbeda nyata dengan varietas Nias.
Panjang Malai (cm)
Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ketinggian tempat, varietas dan interaksi
keduanya berbeda sangat nyata terhadap panjang malai tanaman gandum, panjang malai dapat
dilihat pada lampiran gambar.
Tabel 2. Rata-rata panjang malai per-tanaman (cm).
Ketinggian
Tempat (T)
Varietas (V) NP BNTα=0,05
v1 (Dewata) v2 (Nias) v3 (Selayar)
t1 (800 m dpl) 6,13 cy 7,47 bx 7,20 abx 0,91
t2 (1300 m dpl) 8,93 bx 6,80 by 7,60 ay
t3 (1400 m dpl) 8,87 bx 7,53 by 6,67 by
t4 (1500 m dpl) 10,20 ax 8,47 ay 7,67 ay
NP BNTα=0,05 0,91
Keterangan: Angka-angka yang masih diikuti huruf yang sama pada baris (a,b,c) dan kolom (x,y,z) berarti berbeda
tidak nyata pada uji BNTα=0,05.
9
Tabel 2 Varietas Dewata memperlihatkan rata-rata panjang malai terbaik pada ketinggian
1300 m dpl, 1400 m dpl pada ketinggian 1500 m dpl yaitu masing-masing sebesar 8,93; 8,87 dan
10,20 serta berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada berbagai pertumbuhan varietas
gandum, ketinggian tempat 1500 m dpl di Desa Gunung Perak menunjukkan respon rata-rata
panjang malai terbaik pada seluruh perlakuan varietas (10,20; 8,47 dan 7,67)
Panjang Ruas Teratas (cm)
Sidik ragam menunjukkan bahwa ketinggian tempat beberapa varietas dan interaksi
keduanya masing-masing berbeda nyata dan sangat nyata terhadap panjang ruas teratas.
Tabel 3. Rata-rata panjang ruas teratas (cm).
Ketinggian
Tempat (T)
Varietas (V) NP BNTα=0,05
v1 (Dewata) v2 (Nias) v3 (Selayar)
t1 (800 m dpl) 26,27 bx 27,40 cx 25,20 ax 6,66
t2 (1300 m dpl) 28,67 bx 30,60 bcx 26,73 ax
t3 (1400 m dpl) 32,55 bx 34,77 abx 24,93 ay
t4 (1500 m dpl) 40,33 ax 39,13 ax 24,53 ay
NP BNTα=0,05 5,41
Keterangan: Angka-angka yang masih diikuti huruf yang sama pada baris (a,b,c) dan kolom (x,y,z) berarti berbeda
tidak nyata pada uji BNTα=0,05.
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Varietas Dewata memperlihatkan rata-rata panjang
ruas teratas terbaik pada ketinggian 1400 m dpl dan ketinggian 1500 m dpl yaitu masing-masing
sebesar 32,55 dan 40,33 serta berbeda tidak nyata dengan varietas Nias. Pada berbagai
pertumbuhan varietas, ketinggian tempat 1500 m dpl di Desa Gunung Perak menunjukkan rata-
rata respon panjang ruas teratas terbaik pada perlakuan Varietas Dewata dan Nias (40,33 dan
39,13) serta berbeda nyata dengan perlakuan varietas Dewata.
Bobot 1000 Biji (g)
Sidik ragam menunjukkan bahwa ketinggian tempat berpengaruh tidak nyata sedangkan
varietas dan interaksi keduanya berbeda sangat nyata terhadap bobot 1000 biji tanaman gandum.
10
Tabel 4. Rata-rata bobot 1000 biji (g)
Ketinggian
Tempat (T)
Varietas (V) NP BNTα=0,05
v1 (Dewata) v2 (Nias) v3 (Selayar)
t1 (800 m dpl) 35,00 ax 36,67 ax 38,33 cx 5,78
t2 (1300 m dpl) 35,00 ax 38,33 ax 40,00 bcx
t3 (1400 m dpl) 33,33 ay 30,00 by 45,00 abx
t4 (1500 m dpl) 33,33 az 39,33 ay 46,67 ax
NP BNTα=0,05 5,19
Keterangan: Angka-angka yang masih diikuti huruf yang sama pada baris (a,b,c) dan kolom (x,y,z) berarti berbeda
tidak nyata pada uji BNTα=0,05.
Varietas Selayar memperlihatkan rata-rata bobot 1000 biji terbaik pada seluruh perlakuan
ketinggian tempat masing-masing sebesar 38,33 g; 40,00 g; 45,00 g dan 46,67 g serta berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya. Pada berbagai pertumbuhan varietas, ketinggian tempat 1500 m
dpl di Desa Gunung Perak menunjukkan respon rata-rata bobot 1000 biji terbaik (46,67 g) pada
perlakuan perlakuan varietas Dewata dan berbeda tidak nyata dengan varietas Selayar sedangkan
ketinggian tempat 1400 m dpl di Desa Gunung Perak menunjukkan respon bobot biji per petak
terbaik (30,00 g) pada perlakuan varietas Nias yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Bobot Biji per-Petak (g)
Menunjukkan bahwa perlakuan ketinggian tempat, varietas dan interaksi keduanya
berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap bobot biji per petak tanaman gandum.
Tabel 5. Rata-rata bobot biji per-petak (g).
Ketinggian
Tempat (T)
Varietas (V) NP BNTα=0,05
v1 (Dewata) v2 (Nias) v3 (Selayar)
t1 (800 m dpl) 203,33 bx 246,67 bcx 270,00 cx 86,564
t2 (1300 m dpl) 213,33 by 195,00 cy 436,67 bx
t3 (1400 m dpl) 171,33 bz 286,67 aby 443,33 bx
t4 (1500 m dpl) 331,67 ay 368,67 ay 548,33 ax
NP BNTα=0,05 95,191
Keterangan: Angka-angka yang masih diikuti huruf yang sama pada baris (a,b,c) dan kolom (x,y,z) berarti berbeda
tidak nyata pada uji BNTα=0,05.
11
Tabel 5 menunjukkan bahwa Varietas Selayar (v3) memperlihatkan rata-rata bobot biji
per petak terbaik seluruh perlakuan ketinggian tempat masing-masing sebesar 270,00 g; 436,67
g; 443,33 g dan 548,33 g serta berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada berbagai
pertumbuhan varietas, ketinggian tempat 1500 m dpl di Desa Gunung Perak (t4) menunjukkan
respon bobot biji per petak terbaik pada perlakuan seluruh perlakuan varietas (331,67 g; 368,67 g
dan 548,33 g) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Pembahasan
Tabel 1 pada varietas Dewata memperlihatkan rata-rata jumlah anakan yang produktif
terbaik pada ketinggian 800 m dpl dan ketinggian 1500 m dpl yaitu masing-masing sebesar 2,20
dan 6,07 serta berbeda tidak nyata dengan varietas Selayar pada ketinggian 1500 m dpl akan
tetapi berbeda nyata interaksi antara ketinggian dengan varietas artinya tanaman gandum lebih
cocok ditanam didatarn tiinggi.
Varietas Dewata memperlihatkan rata-rata panjang malai terbaik pada ketinggian 1300 m
dpl, 1400 m dpl pada ketinggian 1500 m dpl yaitu masing-masing sebesar 8,93 cm; 8,87 cm dan
10,20 cm dan panjang ruas terakhir terbaik pada ketinggian 1500 m dpl pada vrietas Dewata
40,33 cm, varietas Nias 24,53 cm dan Varietas Selayar 39,13 cm yang dipengaruhi atau
tergantung varietas (genetik), dan ketinggian tempat kaitanya dengana fenologi terkait dengan
terjadinya perubahan fase-fase per-tumbuhan, perkembangan, pembungaan hingga pematangan
biji tanaman gandum tidak bersamaan disetiap ketinggian tempat meskipun waktu tanamnya
bersamaan. Berlangsungnya fase-fase tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
sekitar, seperti ketinggian tempat, lamanya penyinaran, suhu dan kelembaban udara (Fewless,
2006).
Bobot biji (g) per-petak yang telah dikonversi ke hektar menunjukkan bahwa lokasi yang
lebih tinggi cenderung memberikan hasil yang tinggi pada Varietas Selayar memperlihatkan rata-
rata bobot biji per-petak terbaik diseluruh perlakuan ketinggian tempat masing-masing sebesar
1,35 ; 2,18 ; 2,22 g dan 2,74 serta berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
12
Perbedaan ketinggian tempat akan me-nyebabkan karakter umur berbunga dan umur
panen berbeda, varietas Dewata menghasilkan jumlah anakan yang terbaik. Jelas ketinggian
tempat berperan sangat besar pada keberhasilan pertanaman gandum karena semakin tinggi
tempat suhu semakin rendah, secara umum tanaman gandum membutuhkan suhu optimum
sekitar 120C dan batas maksimum 30
0 C – 32
0 C.
Saunders (1988), menyatakan bahwa dengan suhu di bawah 250C, penanaman tepat
waktu, pemupukan dan pemeliharaan yang sesuai hasil gandum dapat mencapai 5 ton h-1
dan
akan semakin menurun pada tempat yang lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gandum di dataran tinggi Malino 1350 m dpl dapat mencapai hasil 3-5 ton ha-1
(Hamdani et al,
2002), ketinggian tempat 1500 m dpl di Desa Gunung Perak (t4) menunjukkan respon bobot biji
per petak terbaik pada seluruh perlakuan varietas (331,67; 368,67 dan 548,33) dan berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, begitu pula per petaknya memperlihatkan bobot biji terbaik dalam
penelitian pada ke tinggian di desa Bonto lempangan 800 m dpl, Barania 1300 m dpl 1400 m dpl
dan Gunung Perak (1500 m dpl) hasil yang diperoleh hanya 1,35 - 2,74 ton h-1
, , ini jelas bahwa
kita ketahui Gandum tidak dapat berproduksi dengan maksimal apabila dilakukan penanaman
bukan pada musim tanam yang tepat karena gandum tidak membutuhkan air yang banyak atau
suhu terlalu tinggi pada saat keluarnya malai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gandum
varietas Dewata yang terbaik memiliki jumlah anakan produktif (6,07 buah), panjang malai
(10,20 cm), dan panjang ruas terbaik (40,33 cm) pada ke tinggian 1500 m dpl. Sedangkan
varietas Selayar memiliki bobot 1000 biji terbaik yaitu (46,67 g) dan bobot biji per petak terbaik
pada ketinggian 800 m dpl, 1300 m dpl, 1400 m dpl dan 1500 m dpl (270,00 g, 436,67 g, 443,33
g, dan 548,33 g), Berdasarkan hasil penelitian mengenai produksi tiga varietas gandum pada
berbagai ketinggian tempat disarankan memperhatikan suhu dan waktu tanam yang tepat untuk
mendapatkan produksi yang maksimal.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bridggle, L.W 1980. Origin and botany of wheat. technical monograph, CIBA Geigy Ltd,
Swzerland. Pp 6-13.
Bahar, H. dan L. Bahri. 1996. Keragaman pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil tanaman
terigu. Jurnal Penelitian Pertanian 15:107-113.
Fisher RA, and R Maurer. 1978. Drought resistance in spring wheat cultivars; I. Grain yield
responses. Aust J Agric Res 29:897-912.
Gomes, K,A., A.A Games, 1995. Prosedur statistik, diterjemahkan oleh E Syamsudin,., J.S
Baharsyah.. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hamdani M., Sriwidodo, Ismail, dan Marsum M, Dahlan. 2002. Evaluasi galur gan-dum Introduksi
dan CIMMYT. Pro-siding Kongres IV dan Simposium Nasional PERIPI. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Porter JR. 2005. Rising temperatures are likely to reduce crop yields. Nature 436:174.
Reynolds MP. 2002. Physiological approaches to wheat breeding. Di dalam : Curtis BC,
Rajaram S, dan Macpherson HG. (eds): Bread Wheat Improvement and Production.
Roma: FAO. 567p.
Saunders, D.A. 1988. Characterization of tro-pical wheat environments; iden-titication of
production constraints and progress achieved in south and south east asia in klatt (ed).
Wheat Production Constraints in Tropical Environments (CMMYT) Mexico DF. Pp,
12026.
Stopper, M., and R.A. Fischer, 1990. "Genotype, sowing date and plant spacing influence on
high-yielding irrigated wheat in southern New South Wales. II Growth, yield and
nitrogen use." Aust. J. Agin Res., 41: 1021-1041.
Stone P. 2001. The effects of heat stress on cereal yield and quality. In: Basra AS. (ed.), Crop
Responses and Adaptation to Temperature Stress. Binghamton NY: Food Products Press.
hlm 243–291
Subagyo. 2001. Uji adaptasi atau persiapan pelepasan varietas gandum di jawa tengah. seminar
nasional. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura II.
Semarang.
Yang J, Sears RG, BS Gill, and GM Paulsen. 2002. Quantitative and molecular characterization
of heat tolerance in hexaploid wheat, Euphitica 126: 275-282.
14
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1a. Jumlah anakan produktif saat panen (per-rumpun)
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
t1v1 2,40 1,60 2,60 6,60 2,20
t1v2 1,60 1,60 1,20 4,40 1,47
t1v3 1,80 2,40 2,00 6,20 2,07
t2v1 1,80 2,00 2,20 6,00 2,00
t2v2 2,00 2,20 2,00 6,20 2,07
t2v3 3,00 3,00 2,00 8,00 2,67
t3v1 4,40 4,20 4,40 13,00 4,33
t3v2 4,60 4,20 4,40 13,20 4,40
t3v3 2,70 3,30 3,20 9,20 3,07
t4v1 5,00 6,20 7,00 18,20 6,07
t4v2 3,40 3,00 4,80 11,20 3,73
t4v3 6,40 5,40 5,00 16,80 5,60
Total 39,10 39,10 40,80 119,00
Tabel Lampiran 1b. Sidik ragam jumlah anakan
SK db JK KT FHit F Tabel
0,05 0,01
Kelompok 2 0,1606 0,0803 0,47 tn 5,14 10,92
Ketinggian Tempat, T 3 61,248 20,416 119,64 ** 4,76 9,78
Galat (t) 6 1,0239 0,1706
Varietas, V 2 3,2622 1,6311 4,65 * 3,63 6,23
Interaksi, T x V 6 10,996 1,8326 5,23 ** 2,74 4,20
Galat (v) 16 5,6089 0,3506
Total 35 82,299
Keterangan: tn= tidak nyata, *= nyata dan **= sangat nyata.
KK (t)= 12,50 %
KK (v)= 17,91 %
15
Tabel Lampiran 2a. Panjang malai gandum (cm) per-rumpun tanaman.
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
t1v1 7,00 5,00 6,40 18,40 6,13
t1v2 7,20 7,60 7,60 22,40 7,47
t1v3 7,20 7,00 7,40 21,60 7,20
t2v1 8,80 9,60 8,40 26,80 8,93
t2v2 7,20 7,00 6,20 20,40 6,80
t2v3 7,60 7,80 7,40 22,80 7,60
t3v1 8,40 9,00 9,20 26,60 8,87
t3v2 8,00 6,80 7,80 22,60 7,53
t3v3 6,20 7,00 6,80 20,00 6,67
t4v1 10,20 9,80 10,60 30,60 10,20
t4v2 8,40 8,00 9,00 25,40 8,47
t4v3 7,80 7,40 7,80 23,00 7,67
Total 94,00 92,00 94,60 280,60
Tabel Lampiran 2b. Sidik ragam panjang malai per-rumpun tanaman gandum.
SK db JK KT FHit F Tabel
0,05 0,01
Kelompok 2 0,3089 0,1544 0,37 tn 5,14 10,92
Ketinggian Tempat, T 3 15,4789 5,1596 12,43 *
* 4,76 9,78
Galat (t) 6 2,4911 0,4152
Varietas, V 2 10,3089 5,1544 24,74 *
* 3,63 6,23
Interaksi, T x V 6 17,0778 2,8463 13,66 *
* 2,74 4,20
Galat (v) 16 3,3333 0,2083
Total 35 48,9989
Keterangan: tn= tidak nyata dan **= sangat nyata.
KK (t)= 8,27 %
KK (v)= 5,86 %
16
Tabel Lampiran 3a. Panjang ruas teratas (cm).
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
t1v1 27,00 25,40 26,40 78,80 26,27
t1v2 26,60 29,80 25,80 82,20 27,40
t1v3 25,80 28,60 21,20 75,60 25,20
t2v1 28,80 27,00 30,20 86,00 28,67
t2v2 32,80 34,40 24,60 91,80 30,60
t2v3 19,00 30,20 31,00 80,20 26,73
t3v1 34,00 33,44 30,20 97,64 32,55
t3v2 35,20 38,00 31,10 104,30 34,77
t3v3 26,80 25,80 22,20 74,80 24,93
t4v1 40,00 41,60 39,40 121,00 40,33
t4v2 37,60 38,80 41,00 117,40 39,13
t4v3 27,60 22,60 23,40 73,60 24,53
Total 361,20 375,64 346,50 1083,34
Tabel Lampiran 3b. Sidik ragam panjang ruas teratas.
SK db JK KT FHit F Tabel
0,05 0,01
Kelompok 2 35,3818 17,6909 2,51 tn 5,14 10,92
Ketinggian
Tempat, T 3 340,6887 113,5629 16,10 ** 4,76 9,78
Galat (t) 6 42,3088 7,0515
Varietas, V 2 411,1538 205,5769 18,47 ** 3,63 6,23
Interaksi, T x V 6 242,3608 40,3935 3,63 * 2,74 4,20
Galat (v) 16 178,1198 11,1325
Total 35 1250,0137
Keterangan: tn= tidak nyata, *= nyata dan **= sangat nyata.
KK (t)= 8,82 %
KK (v)= 11,09 %
17
Tabel Lampiran 4a. Bobot 1000 biji tanaman gandum (g).
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
t1v1 35,00 40,00 30,00 105,00 35,00
t1v2 40,00 35,00 35,00 110,00 36,67
t1v3 35,00 40,00 40,00 115,00 38,33
t2v1 35,00 35,00 35,00 105,00 35,00
t2v2 35,00 40,00 40,00 115,00 38,33
t2v3 40,00 45,00 35,00 120,00 40,00
t3v1 35,00 35,00 30,00 100,00 33,33
t3v2 30,00 30,00 30,00 90,00 30,00
t3v3 45,00 45,00 45,00 135,00 45,00
t4v1 35,00 30,00 35,00 100,00 33,33
t4v2 40,00 38,00 40,00 118,00 39,33
t4v3 45,00 45,00 50,00 140,00 46,67
Total 450,00 458,00 445,00 1353,00
Tabel Lampiran 4b. Sidik ragam bobot 1000 biji setiap sampel tanaman.
SK db JK KT FHit F Tabel
0,05 0,01
Kelompok 2 7,1667 3,5833 0,35 tn 5,14 10,92
Ketinggian Tempat, T 3 70,7500 23,5833 2,30 tn 4,76 9,78
Galat (t) 6 61,5000 10,2500
Varietas, V 2 457,1667 228,5833 27,29 ** 3,63 6,23
Interaksi, T x V 6 238,1667 39,6944 4,74 ** 2,74 4,20
Galat (v) 16 134,0000 8,3750
Total 35 968,7500
Keterangan: tn= tidak nyata dan **= sangat nyata.
KK (t)= 8,52 %
KK (v)= 7,70 %
18
Tabel Lampiran 5a. Bobot biji per-petak (g).
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
t1v1 195 225 190 610 203,33
t1v2 250 245 245 740 246,67
t1v3 320 260 230 810 270
t2v1 280 185 175 640 213,33
t2v2 240 210 135 585 195,00
t2v3 570 425 315 1310 436,67
t3v1 139 190 185 514 171,33
t3v2 295 195 370 860 286,67
t3v3 505 395 430 1330 443,33
t4v1 335 325 335 995 331,67
t4v2 351 380 375 1106 368,67
t4v3 575 510 560 1645 548,33
Total 4055 3545 3545 11145
Tabel Lampiran 5b. Sidik ragam bobot biji per-petak.
SK db JK KT FHit F Tabel
0,05 0,01
Kelompok 2 0,2822 0,1411 1,43 tn 5,14 10,92
Ketinggian Tempat, T 3 3,8418 1,2806 12,95 ** 4,76 9,78
Galat (t) 6 0,5935 0,0989
Varietas, V 2 6,2421 3,121 82,67 ** 3,63 6,23
Interaksi, T x V 6 1,4491 0,2415 6,40 ** 2,74 4,20
Galat (v) 16 0,6041 0,0378
Total 35 13,013
Keterangan: tn= tidak nyata, *= nyata dan **= sangat nyata.
KK (t)= 20,32 %
KK (v)= 12,55 %