Prociding Workshop Madu Hutan dan Konservasi : Apa Kaitannya ?

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan workshop madu hutan dan konservasi

Citation preview

i

Tetak kayu setetak kayu Tetak kayu secapit ubah Oh inie dawang ku minta madu Pecit susu dara dirumah O oo. (timang Lalau pada saat meminta madu)

1

Workshop Nasional Madu Hutan Madu Hutan dan Konservasi Hutan : Apa kaitannya?Aktor utama dalam konservasi hutan yang efektif dan teruji sampai saat ini adalah masyarakat lokal yang hidup dan menggantungkan hidupnya di hutan. Disisi lain, lemahnya perlindungan dan perhatian terhadap masyarakat lokal tersebut sangat mengancam keberadaan hutan dan masyarakat itu sendiri. Dari aspek perlindungan dapat diketahui dari kebijakan kebijakan dan atau keputusan keputusan yang dikeluarkan pemerintah dan institusi negara lainnya sedangkan dalam aspek perhatian berupa dukungan atas upaya upaya masyarakat dalam konservasi hutan. Keseluruhan hal ini dapat dilihat diberbagai wilayah di Indonesia dan berbagai belahan dunia di negara selatan yang mengandalkan pembangunan berbasiskan eksploitasi sumber daya alam. Eksploitasi tersebut dalam beragam bentuk, mulai dari perkebunan skala besar, pertambangan, kehutanan dan lain sebagainya. Adanya kesadaran dari organisasi organisasi masyarakat sipil dan kelompok lainnya atas pentingnya keberadaaan konservasi dengan masyarakat lokal pelaku utamanya telah mendorong membangun kerja kerja penguatan dan pemberdayaan masyarakat. Upaya upaya tersebut beragam tingkatan Masih meningkatnya dan bentuk penguatan dan pemberdayaan. Beberapa kerja kerja yang dimaksud eksploitasi sumber daya alam skala besar dan pentingnya antara lain pengembangan rotan, karet, konservasi berbasis kopi organik, madu hutan dan sebagainya. Salah satu inisitaif yang berkembangan masyarakat merupakan dua adalah Jaringan Madu Hutan Indonesia kontradiksi yang berjalan (JMHI) yang mengembangkan pengelolaan paralel dan berjalan secara dan pengolahan madu hutan sampai pada tidak seimbang. pemasaran khususnya pada madu yang dihasilkan oleh Apis Dorsata.

2

JMHI adalah jaringan yang beranggotakan kelompok petani madu hutan di Sumbawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Pendekatan yang dilakukan oleh JMHI adalah melakukan pendampingan secara intensive melalui anggota anggotanya. Hal yang menarik dari JMHI adalah keberadaan anggotaanggotanya yang berada di sekitar dan di dalam taman nasional dan telah mulai mendapatkan dukungan dari pemerintah walaupun masih sangat dibutuhkan dukungan yang lebih besar. Dari sisi pelaku dunia usaha, terdapat pelaku usaha yang membuka ruang kerjasama berupa kerjasama pemasaran untuk madu hutan. AMWAY, Alun - Alun Indonesia adalah beberapa pelaku usaha yang sudah membangun kerjasama dengan JMHI. Masih meningkatnya eksploitasi sumber daya alam skala besar dan pentingnya konservasi berbasis masyarakat merupakan dua kontradiksi yang berjalan paralel dan berjalan secara tidak seimbang. Ketidakseimbangan tersebut berupa kuatnya pemahaman pembangunan berbasiskan eksploitasi sumber daya alam skala besar. Kenyataan ini mengantarkan pada satu kesimpulan bahwa pembangunan berbasiskan eksploitasi sumber daya alam skala besar mengancam keberadaan masyarakat lokal pengelola madu hutan dan madu hutan itu sendiri. Adanya kesadaran akan besarnya ancaman tersebut maka Riak Bumi bekerjasama dengan JMHI dan didukung oleh NTFPEP, Telapak , Dian Niaga dan Sawit Watch menyelenggarakan workshop yang bertema Forest Honey and Forest Conservation: What is the Link? Workshop ini melibatkan 60 peserta yang berasal dari Masyarakat Lokal, NGO, Pemerintah, Pengusaha, Akademisi serta pembicara dari India, Philipine, dan Cambodia. Diselenggarakan selama dua hari di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta pada tanggal 21 - 22 Oktober 2008.

3

Pembukaan

Selasa, 21 Oktober 2008

Workshop nasional madu hutan bertema Madu Hutan dan Konservasi Hutan : Apa kaitannya? diantarkan oleh Koordinator Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI), Valentinus Heri. Setelah mengucapkan salam dan ucapan terimakasih kepada para peserta, Valentinus Heri memaparkan latar belakang, tujuan, dan harapan yang dihasilkan dari workshop. Mengakhiri sambutannya, Valentinus Heri berharap workshop ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada kita semua akan manfaat madu hutan dan konservasi hutan, sehingga dukungan-dukungan atas pengelolaan hutan berbasis masyarakat mendapat perhatian dan dukungan yang semakin besar bagi perlindungan hutan Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Selanjutnya, workshop dibuka oleh Ir. Daruri, MS (Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) yang membacakan sambutan Menteri Kuhutanan Republik Indonesia, MS. Kaban. Dalam sambutannya, Menteri Kehutanan RI menjelaskan bahwa saat ini eksistensi pengelolaan kawasan hutan dihadapkan pada berbagai kompleksitas permasalahan dan tekanan konflik kepentingan dari berbagai pihak. Sehingga pengelolaan hutan menghadapi ancaman, degradasi dan deforestasi hutan.

Pembukaan Workshop

Suasana Workshop Madu

4

Madu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang berpotensi untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan dan sekaligus mendukung upaya konservasi hutan

Masyarakat, baik yang berada didalam maupun diluar kawasan konservasi merupakan bagian ekosistem hutan. Mengingat hubungan ketergantungan yang tinggi antara keutuhan hutan dengan kelangsungan kehidupan masyarakat. Maka salah satu prioritas program kebijakan pembangunan kehutanan adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat didalam dan disekitar hutan. Menurut Menteri Kehutanan RI, tema workshop yang diangkat tentang pengelolaan madu hutan, sangat relevan dan strategis. Karena madu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang berpotensi untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan dan sekaligus mendukung upaya konservasi hutan. Mengingat adanya keterbatasan pemerintah dalam mendukung sarana dan prasarana pengelolaan pengembangan lebah hutan, maka peran semua pihak sangat diharapkan. Saya berharap forum ini menghasilkan rumusan yang efektif dan inovatif dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam usaha madu hutan. Dengan mengucapkan Bissmillahhirrohmanirrohim , seminar Madu Hutan dan Konservasi Hutan : Apa kaitannya? secara resmi saya buka. Es Krim Madu Salah satu cara untuk meningkatkan nilai jual madu adalah dengan menjadikannya sebagai produk olahan. Dian Niaga, bekerjasama dengan pengusaha Es Krim ternama di Jakarta yang biasa memasok Es Krim ke Istana Negara dan beberapa Kedutaan Besar, mengolah madu asal Sumbawa sebagai bahan baku Es Krim. Untuk itu, Johnny W. Utama, Direktur Dian Niaga mengajak para peserta untuk mencicipi es krim madu.

Es Krim Madu

Menikmati Es Krim Madu

5

Pengelolaan Madu Hutan di Indonesia

Ada dua wilayah di Indonesia yang memiliki potensi madu sangat besar dan sudah dikelola dengan baik. Yaitu, wilayah Kabupaten Sumbawa dan wilayah Taman Nasional Danau Sentarum yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat.

A. SumbawaDiawali dengan Pemutaran Film Madu Sumbawa, film pendek mengenai panen madu hutan dan pengolaan paska panen di Sumbawa dengan durasi kurang lebih 10 menit. Drs. H. Jamaluddin Malik (Bupati Sumbawa Besar), Nuraini (ketua Jaringan Madu Hutan Sumbawa), dan Jurmansyah (pendamping petani madu hutan Sumbawa Besar dari dinas kehutanan di Kabupaten Sumbawa Besar) memaparkan pengalamannya tentang pengelolaan madu di daerah Sumbawa yang terkait erat dengan konservasi hutan. Drs. H. Jamaluddin Malik, menyampaikan bahwa Sumbawa memiliki beberapa tipologi hutan. Diantaranya, hutan dengan asosiasi 2 tanaman tertentu, hutan tropik lembab (+ 1.000 mdpl), hutan Riparian (hutan di lembah sepanjang sungai), Hutan berduri (thorn forest), dan hutan tropik kering. Menurutnya, kondisi hutan di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini sangat memprihatinkan. Laju kerusakan hutan di NTB saat ini mencapai 6000 Ha per tahun. Sedangkan pemerintah propinsi hanya mampu melakukan rehabilitasi kurang lebih 3000 Ha dengan tingkat keberhasilan 42%.6 Film Madu Sumbawa Directed & edited by : Yudi Nofiandi Producer : Ridzki S & Jenne De Beer Produced by : NTFP EP & Gekko Studio 2008 (Film Madu Sumbawa bisa dilihat pada CD Workshop)

Dari 145 desa yang ada di Kabupaten Sumbawa, sekitar 114 desa berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Sehingga, pelibatan masyarakat dalam upaya untuk menjaga kelestarian hutan sangat penting. Untuk itu, manfaat kelestarian hutan haruslah dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Salah satunya melalui madu sebagai sumber ekonomi masyarakat sekitar hutan. Melihat kondisi hutan yang memprihatinkan di wilayahnya, Drs. H. Jamaluddin Malik mengeluarkan Perda dan memutuskan mencabut ijin penebangan hutan di kawasan hutan Batu Lantik yang dinilai memiliki potensi madu yang besar. Drs. H. Jamaluddin Malik Pemerintah NTB juga mempunyai Peraturan Daerah No.25 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya hutan berbasis masyarakat. Tinggal, perda yang sudah berlaku ini dioptimalisasi, satu sisi hutan bisa terpelihara bagi keseimbangan ekosistem dan pada sisi lain hutan bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Harapannya Masyarakat sekitar hutan bisa memperoleh pendapatan dari pengelolaan hutan. Dari data dan peta sebaran potensi madu, dikaitkan dengan kondisi dan tipologi hutan, menunjukkan bahwa: a. Potensi madu yang terbesar di Kab. Sumbawa berada pada wilayah kondisi hutan yang masih relatif baik, dengan tipologi hutan tropik lembab yang ditandai dengan Boan pohon Binong, Kemiri, Suran, Rimas, Putat dll, contoh di Kelompok Hutan Batulanteh dengan potensi madu kurang lebih 17.500 Kg/tahun (data JMHS Tahun 2007). Pada lokasi desa/kelompok madu yang berada di sekitar hutan dengan tipologi tropik kering, mangrove dan hutan berduri rata-rata potensi madu berkisar dari 500 2.500 kg/ tahun. Yang ditandai dengan boan pohon: Kesambi, Walikukun/ Kuken, Asam, Bidara serta semak-semak. Ketersediaan pakan lebah (nektar) yang sediakan alam (pohon-pohon hutan) melalui kondisi hutan yang baik (konservasi) menunjukkan hubungan positif dengan potensi madu. Sementara hutan yang kering dan rusak potensi madu cenderung lebih kecil.

Julmansyah

b.

c.

7

Jika masyarakat memiliki kesadaran tentang manfaat dari sumberdaya hutan. Maka, menjaga hutan tidak perlu lagi memakai senjata laras panjang kata Drs. H. Jamaluddin Malik Ketua Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS), Ibu Nuraini menjelaskan bahwa pengambilan madu hutan oleh masyarakat di Kabupaten Sumbawa sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu dan sampai saat ini masih menjadi rutinitas masyarakat petani yang tinggal berbatasan langsung dengan hutan. Sehingga merek madu Sumbawa sudah dikenal secara nasional sebagai merek dagang madu. Kondisi ini jelas menunjukkan bentuk keterkaitan dan ketergantungan masyarakat petani madu dengan sumberdaya hutan. Untuk memperkuat pengelolaan madu hutan di Sumbawa, maka JMHS menerapkan berbagai kegiatan untuk perbaikan mutu melalui Sistem Panen Lestari dan Higienis. Saat ini, JMHS telah beranggotakan 410 orang petani madu yang sebagian besar adalah masyarakat miskin pedesaan. Tergabung dalam 5 Kelompok/Koperasi dan tersebar di 14 wilayah Desa/Hutan. Salah satunya adalah Koperasi Cahaya Robusta di Desa Punik Batulanteh. Batulanteh Batulanteh merupakan kawasan hutan yang masih sangat subur dengan masyarakat yang hidup dari hasil hutan dan kebun. Berdasarkan statusnya, wilayah hutan Batulanteh terbagi menjadi Kawasan Konservasi Semongkat, Hutan Produksi dan Hutan Lindung. Merupakan sumber madu hutan terbesar di Sumbawa. Baik dari sisi volume produksi maupun jumlah kelompok yang memanfaatkan keberadaan sumberdaya hutan. Kawasan hutan Batulanteh masuk dalam tipologi hutan tropik basah. Sehingga, ratarata kadar air madu dari kawasan hutan Batulanteh lebih tinggi dibanding dengan madu dari hutan tropik kering yang berada di wilayah hutan Sumbawa lainnya.

Jika masyarakat memiliki kesadaran tentang manfaat dari sumberdaya hutan. Maka, menjaga hutan tidak perlu lagi memakai senjata laras panjang Drs. H. Jamaluddin Malik

Ibu Nuraini

Hutan di Batu Lanteh

8

Tanaman Lokal Pohon Lebah (BOAN) Kesambi/Kesaming (Schleichera oleosa), Pulai/Lita (Alstonia spp), Asam (Tamarindus spp), Binong (Tetrameles nudiflora) Putat (Barringtonia acutangula), Kelicung (Dyospyros sp), Gaharu (Aquilaria caryota), Ipil/Merbau (Instia bijuga); Kemiri, Bidara. Tanaman Lokal Sumber Nektar Kesambi/Kesaming (Schleichera oleosa), Asam (Tamarindus spp), Putat (Barringtonia acutangula), Maja (Eugenia operculata) Doat/Duwet (Eugenia polyantha) Salam ( Artocarpus elasticus) Kemiri, Bidara, dan Semak semak, dll

Kalender musim pengambilan madu yang dipaparkan Pak Julmansyah, menunjukkan adanya perbedaan warna, rasa, dan jenis bunga tanaman sumber pakan lebah. Perbedaan tersebut berdasarkan musim bunga tanaman. Baik tanaman yang berada di kebun masyarakat, maupun bunga tanaman yang berada di hutan.

Peta Sub Das Batulanteh 9

Berdasarkan peta Sub DAS Batulanteh, terlihat bahwa hulu sungai-sungai yang mengalir di Sumbawa, berada di kawasan Batulanteh. Hal inilah yang menyebabkan JMHS memberikan perhatian khusus pada kawasan Batulanteh sebagai bagian dari Konservasi Hutan Berbasis Madu Lebah Hutan. Ketergantungan masyarakat terhadap madu hutan, pada gilirannya berdampak pada kelestarian hutan sebagai penyedia sumber air bagi masyarakat diluar Batu Lanteh. Tantangan Konservasi Hutan di Kabupaten Sumbawa : 1. Saat ini dirasakan oleh masyarakat bahwa pengambilan madu dan letak posisi boan semakin jauh akibat dari berkurangnya pohon disekitar desa, 2. Fokus kegiatan madu masih pada pemasaran madu dan peningkatan keterampilan petani, JMHI sebagai wadah jaringan nasional harus mulai mendorong kebijakan publik didaerah bagi kelangsungan lebah hutan dan kehidupan masyarakat lokal. Dulu JMHI hanya fokus pada pengembangan ekonomi sekarang sudah seharusnya masuk dalam ranah kebijakan publik 3. Adanya kebijakan Kehutanan (pusat & daerah) yang belum sensitif lebah madu (misalnya kebijakan penebangan pohon tanpa kecuali), 4. Sebagian besar petani madu adalah lapisan masyarakat miskin pedesaan, sehingga fokus pendampingan pada peningkatan pendapatan, sementara konservasi hutan masih belum menjadi perhatian 5. Dibutuhkan metodelogi dan strategi baru dalam bekerja untuk madu, lebah madu agar dan asyaakat sekitar hutan, agar sisi konservasi menjadi bagian penting 6. Mendorong lebah hutan sebagai indikator pengelolaan hutan secara lestari. Saat ini tidak banyak kajian yang mengaitkan antara lebah hutan dengan kelestarian hutan, padahal lebah madu di JMHI merupakan indikator yang cukup penting 7. Pentingnya merumuskan bulog madu. tujuannya jika memiliki lembaga yang mengurus madu, maka harga madu dan harga pasar dapat terjaga. Dengan demikian harga madu petani dapat dilindungi dari spekulan dan pedagang. Yang terjadi saat ini adalah madu masuk mekanisme pasar, ketika produksi madu tinggi maka harga madu akan anjlok begitu juga sebaliknya. Sehingga siapapun yang bergerak di Jaringan madu perlu membuat strategi baru. Selain itu petani madu yang miskin selalu membutuhkan uang tunai. Untuk

Ketergantungan masyarakat terhadap madu hutan, pada gilirannya berdampak pada kelestarian hutan sebagai penyedia sumber air bagi masyarakat diluar Batu Lanteh.

Kerusakan hutan juga menjadi salah satu ancaman di Sumbawa

10

melakukan upaya diatas JMHS saat ini telah membuat pondok madu yang berfungsi sebagai terminal madu untuk memfasilitasi pemasaran keluar. Diskusi Erma Ranik dan Usman tertarik dan bertanya tentang proses terbentuknya peraturan daerah tentang madu dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat serta kaitannya dengan peraturan pusat. Drs. H. Jamaluddin Malik menjawab bahwa Perda No. 25 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Hutan Berbasis Masyarakat (PSDHBM) adalah hasil dorongan dari DPRD. Banyak Undang-Undang dari pusat yang ternyata tidak efektif diterapkan di lapangan. Hal ini terjadi karena pembuat peraturannya tidak tahu apa yang ada di daerah. Oleh sebab itu, ketika akan membuat perda kita selalu pro aktif dengan pemerintah pusat. Sehingga ketika UU yang akan diajukan ke pemerintah propinsi dan pusat tidak bertentangan. Sosialisasi perda juga dilakukan kepada masyarakat ketika masih dalam bentuk kerangka. Julmansyah menambahkan bahwa Perda ini merupakan respon terhadap kebijakan pusat yang lemah terhadap pelibatan masyarakat. Saat ini, kita sedang fokus untuk pengakuan hak Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas 500 ha di kabupaten Sumbawa. Dari pemutaran Film tentang pengelolaan madu Sumbawa, Mega Randang menyarankan untuk meningkatkan fasilitas keamanan bagi pengambil madu. Nasrudin melihat pengambilan madu secara keseluruhan. Padahal, menurutnya sudah ada kesepakatan di JMHI untuk menerapkan sistem tiris dan tetap menyisakan sebagian pada saat pengambilan madu. Julmansyah berterimakasih atas saran Mega Randang dan menjelaskan bahwa hal itu sudah diupayakan dengan menggunakan tali. Hanya saja, masyarakat belum terbiasa. Sedangkan soal penerapan system tiris, Pak Julmansyah menjelaskan bahwa teknik pengambilan madu di Sumbawa disebut pongong. Oleh karena itu ketika Istilah lokal ditemukan berarti secara teknis pasti ada perlindungan terhadap sarang lebah madu yang diambil.

salah satu pohon BOAN di sumbawa

11

12

13

Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan BaratDiawali dengan pemutaran film Profiting from Honey Bee. Presentasi dilanjutkan oleh Pak Suwignyo Kepala Balai Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS). Pak Suwignyo memaparkan program pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan madu hutan dan manfaatnya bagi manusia dan konservasi. Danau Sentarum, berada di Kabupaten Kapuas Hulu Propinsi Kalimantan Barat merupakan daerah potensi penghasil Madu Lebah Hutan (Apis dorsata) terbesar di Kalimantan Barat. Berada dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum dengan luas kawasan 132.000 Ha. Didalamnya terdapat 16 desa dan 54 kampung dengan jumlah penduduk yang mencapai 10.000 jiwa. Dalam setahun, kawasan ini dapat menghasilkan 20 25 Ton madu hutan. Hal ini tentu saja berpotensi untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat dengan tanpa merusak hutan. Sejak abad ke 17, semasa Panembahan Selimbau, pemanfaatan dan pengaturan tentang madu telah ditetapkan dengan aturan yang disebut Periau. Dan sampai saat ini, masyarakat masih mengembangkan tehnik budidaya lebah madu liar. Melalui proses yang panjang, pengelolaan masyarakat atas sumberdaya hutan tidaklah menimbulkan pertentangan dengan pihak Balai TNDS. Bahkan, masyarakat memiliki hubungan yang baik dengan pengelola Taman Nasional. Kondisi ini terjadi karena masyarakat setempat terlibat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, sampai pada pemanfaatan sumberdaya hutan.

Profiting From Honey Bees : Sustainable harvested from Danau Sentarum National Park Directed & edited by : Nanang Sujana Producer : Jenne De Beer, Ridzki S, Valentinus Heri Produced by : Telapak|Riak Bumi|NTFP EP 2005 (Film Profiting From Honey Bees bisa dilihat pada CD Workshop)

14

Proses program pemberdayaan madu hutan dimulai pada bulan Februari 2005 yang diawali dengan penilaian di desa Nanga Leboyan. Dilakukan oleh tiga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yaitu Riak Bumi (RB), Yayasan DianTama (YDT) dan People Resources And Conservation Foundation (PRCF), serta Aliansi Organis Indonesia (AOI) dan anggota Jaringan Kearifan Tradisional Indonesia (JKTI). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas madu lebah hutan di Danau Sentarum. Salah satunya melalui pelatihan Sistem Pengawasan Mutu Internal/Internal Control System (SPMI/ICS) yang difasilitasi oleh AOI dan didukung oleh RB, YDT, PRCF dan World Wild Fund (WWF) Putussibau dan Tessonilo.Sertifikat organik APDS. Dikeluarkan oleh BioCert pada tanggal 15 Mei 2007. Merupakan sertiifikat organik pertama untuk madu hutan di Indonesia

Pada pelatihan itu para petani madu hutan meletakkan dasar-dasar pengelolaan madu hutan. Berdasarkan pengetahuan dan kearifan setempat yang memang sudah diterapkan sejak dulu dan diperbaharui terus-menerus. Diantaranya, pembuatan standar proses penjagaan kawasan, panen, pasca panen, pengangkutan, penyimpanan, dan pembuatan standar mekanisme organisasi yang mengandalkan pengawasan internal. Penerapan SPMI/ICS Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) berhasil memastikan 4,3 ton madu hutan yang dipanen pada bulan Februari Maret 2007 sebagai produk berkualitas organis. Ini dikonfirmasi oleh BIOCert setelah melakukan inspeksi eksternal langsung di lapangan. Sehingga atas dukungan berbagai pihak APDS menerima sertifikat BIOCert pada tanggal 15 Mei 2007. Acara serah terima sertifikat organik secara simbolis oleh Menteri Kehutanan, Bapak MS. Kaban di Cisarua Bogor pada tanggal 16 Juli 2007. Wilayah Periau Dari Peta APDS yang dibuat secara partisipatif, Disepakati bahwa 35 Persen wilayah Danau Sentarum adalah wilayah Periau atau wilayah pengembangan madu hutan. Walaupun hingga saat ini TNDS belum menyusun zonasi, Pak Suwignyo Kepala Balai Taman Nasional Danau Sentarum, menyebutkan bahwa wilayah periau tersebut tidaklah bertentangan dengan peraturan UU yang berlaku. Hasil yang telah dicapai: Telah menjual sebanyak 4,3 ton madu hutan ke Dian Niaga (Jakarta) pada tahun 2007 Mendapatkan Sertifikat Produk Organik dari BIOCert pada tanggal 15 Mei

Serah terima sertifikat Organik oleh bp MS. Kaban

15

2007 yang diserahkan oleh bapak Menteri Kehutanan di Cisarua Bogor pada tgl 16 Juli 2007. Ini merupakan satu-satunya yang telah mendapat sertifikat di Indonesia Mendapatkan piagam penghargaan Madhu Duniya Award oleh NTFP Exchange Program for South and Southeast Asia pada Conference Madhu Duniya yang diadakan di Araku Valley, Visrakapatnam India pada tgl 26 -29 Nopember 2007. Awal tahun 2008, APDS melakukan kontrak kerjasama dengan AMWay Multi Level Marketing dalam pemasaran Madu hutan.Madhu Duniya, Araku Valley , India 26 - 29 November 2007

Manfaat Periau bagi Manusia dan Konservasi : Madu menjadi sumber ekonomi masyarakat. Satu orang petani madu dapat menghasilkan 60-100 tikung (1 tikung bisa mencapai 5 Kg madu) atau setara dengan 300 kg-500 Kg. Dalam setahun, 2-3 kali panen selama bulan Oktober sampai Maret. Jika harga jual madu Rp 25.000-, dalam satu kali panen bisa menghasilkan Rp 7.500.000-,. Dalam setahun, seorang petani madu, bisa menghasilkan Rp. Rp 22.000.000-, Lebah merupakan sumber plasma nutfah, objek pendidikan, penelitian dan pariwisata minat khusus; madunya sebagai sumber obat dan penjaga kesehatan yang paling baik Madu yang dihasilkan baik bagi kesehatan masyarakat Lebah madu adalah agen penyerbuk yang menunjang bagi perkembangbiakan berbagai jenis tumbuhan Kearifan masyarakat dan aturan-aturan periau di TNDS menjaga hutan dari perambahan dan kebakaran. misalnya dengan adanya aturan bahwa masyarakat tidak boleh membakar hutan. Barang siapa yang membakar hutan akan terkena denda. 1 tikung akan didenda sebesar Rp 250.000. Jadi Setitik apipun tidak boleh nyala di danau sentarum. Sehingga tahun 20072008 tidak ada kebakaran hutan Masyarakat menjaga habitat, reboisasi, dan rehabilitasi di wilayah kerja periau dengan jenis pohon yang menjadi pakan lebah Tidak adanya Illegal Logging, karena tingkat ekonomi masyarakat yang sejahtera. Berasal dari ikan dan madu Dengan adanya pemberdayaan masyarakat, UNICEF menyebutkan bahwa TNDS merupakan Taman Nasional yang paling aman

Masyarakat menjaga habitat, reboisasi, dan rehabilitasi di wilayah kerja periau dengan jenis pohon yang menjadi pakan lebah

16

APDSJumlah periau : 8 periau Jumlah anggota : 158 org P. Suda P. Meresak P. Dana Luar P. Semangit P. Semalah P. Tempurau P. Nanga Telatap : 14 org : 7 org : 10 org : 28 org : 37 org : 28 org : 14 org

M Yusni, mewakili APDS yang memiliki Visi menjadi Sebuah organisasi penyedia madu terbaik di Indonesia, Malaysia (Serawak) dan Brunai memaparkan tentang perkembangan usaha madu hutan di Danau Sentarum.

Peta Asosiasi Periau Danau Sentarum

Menurutnya, APDS yang pada awal berdirinya beranggotakan 89 petani madu, saat ini telah beranggotakan 158 petani madu. APDS telah memberikan manfaat terhadap usaha madu hutan di kawasan Danau Sentarum. Sebelum APDS berdiri Harga madu tidak stabil. Panen madu masih menggunakan cara lama. Mutu madu kurang diperhatikan. Sulit dalam menjual hasil panen Lingkungan kurang terjaga. Setelah APDS Berdiri Harga Madu lebih stabil. Panen madu menggunakan teknik panen lestari. Mutu diperhatikan. Mudah dalam menjual hasil panen. Lingkungan lebih terjaga Perhatian pihak luar semakin meningkat.17

Pengalaman APDS Pelatihan dan Praktek Teknik Panen Lestari. Pelatihan Manajemen Usaha Bersama. Pemetaan Wilayah Periau. Pelatihan dan Praktek Sistem pengawasan Mutu Internal (SPMI). Inspeksi Internal pada musim panen madu hutan 2007. Inspeksi Eksternal oleh BIOCert pada musim panen madu hutan 2007 2008. Memperoleh Sertifikat Produk Organis dari BIOCert dan diserah terimakan oleh Menteri Kehutanan di Cisarua Bogor pada tanggal 16 Juli 2007 . Produksi tahun 2007 4.3 ton madu hutan organis. Penjualan tahun 2007 4.3 ton madu hutan organis kepada Dian Niaga Jakarta dengan harga Rp 28.000/kg di gudang APDS. Memperoleh Madhu Duniya Award dari Keystone Foundation dan NTFP Exchange Program. Tetapi, menurut Yusni ada beberapa hal yang menjadi ancaman bagi pengelolaan madu hutan Danau Sentarum. Diantaranya; banjir mendadak, asap dari kebakaran hutan, dan rencana pengembangan perkebunan sawit di sekitar danau Sentarum di wilayah perbatasan Indonesia Malaysia. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang perkebunan sawit skala besar yang menjadi ancaman keberlanjutan pengelolaan madu hutan di danau Sentarum, Abet Nego Tarigan dari Sawit Watch memaparkan pengalamannya. Pada tahun 2002, Abet Nego Tarigan mulai melakukan monitoring dan penelitian konversi lahan hutan di kawasan TNDS. Pada saat itu, menurutnya banyak aktifitas illegal logging di TNDS. Menurutnya, dari tahun ke tahun, danau Sentarum mengalami ancaman pembalakan dan pengembangan perkebunan sawit skala besar. Berdasarkan data CIFOR yang dikutipnya, diperkirakan luas hutan primer dan sekunder yg dijadikan lokasi perkebunan mencapai 141.289,5 hektar. Kondisi pada saat itu, didukung oleh banyaknya ijin yang diberikan pada para pengusaha untuk melakukan aktifitas ekspolitasi sumberdaya hutan pada saat itu. Walaupun ternyata wilayah konsesi perkebunan sawit yang diijinkan tidak sesuai dengan peruntukan kelapa sawit.

Kunjungan Amway Indonesia ke APDS

Ada beberapa hal yang menjadi ancaman bagi pengelolaan madu hutan Danau Sentarum. Diantaranya; banjir mendadak, asap dari kebakaran hutan, dan rencana pengembangan perkebunan sawit di sekitar danau Sentarum di wilayah perbatasan Indonesia Malaysia M. Yusni

18

Menurut Abet Nego, kayu berkualitas bagus yang berada di TNDS menjadi salah satu penggerak perusahaan perkebunan sawit untuk mendapatkan konsesi perkebunan. Karena faktanya, dari 13 perusahaan yang mendapat ijin, banyak yang tidak beroperasi setelah melakukan penebangan kayu hutan. Saat ini, perusahaan-perusahaan yang tidak beroperasi tersebut diaktifkan kembali melalui ijin-ijin baru kepada perusahan yang juga baru. Hampir 500.000 Ha lahan yang berada di sekitar TNDS akan dijadikan perkebunan sawit. Biasanya, satu unit produksi perkebunan sawit membutuhkan lahan sekitar 6000 Ha dikembangkan secara monokultur dan tinggi dalam penggunaan input kimia. Hal ini tentu menjadi ancaman serius terhadap lingkungan dan keberlanjutan pengelolaan madu hutan di TNDS. Untuk itu, Abet Nego Tarigan merekomendasikan pemerintah untuk memastikan kawasan penyangga TNDS bebas dari ekploitasi berupa pengembangan kelapa sawit skala besar dan berbagai bentuk pertambangan besar.

Perkebunan sawit menjadi ancaman serius terhadap lingkungan dan keberlanjutan pengelolaan madu hutan di TNDS

sawit watch

19 19

20

Sesi Diskusi yang Difasilitasi oleh Martua Sirait

Untuk menghasilkan 1 kg madu, lebah Apis dorsata perlu menghinggapi 4 juta pohon bunga. Dengan demikian, 25.000 Kg x 4 juta bunga mencapai 100 milyar bunga

Menurut Johnny W. Utama, Danau Sentarum menghasilkan 25 ton madu hutan pertahun. Lebah dorsata danau Sentarum menghinggapi kurang lebih 10.000 jenis bunga. Untuk menghasilkan 1 kg madu, lebah Apis dorsata perlu menghinggapi 4 juta pohon bunga. Dengan demikian, 25.000 Kg x 4 juta bunga mencapai 100 milyar bunga. Maka lebah Apis dorsata melakukan penyerbukan di Danau Sentarum sebanyak 100 Milyar bunga. Marina Gunawan dari WWF Indonesia menanyakan kepada Bupati Sumbawa tentang cara mengakomodasi inisiatif masyarakat dalam upaya konservasi. Kepada Kepala Balai TNDS, Marina menanyakan tentang bagaimana cara mempengaruhi kebijakan pemerintah. Ia juga bertanya kepada APDS, bagaimana sikap masyarakat terhadap pilihan usaha perkebunan kelapa sawit dan cara APDS menghadapi berbagai ancaman tersebut. Kanyan, perwakilan masyarakat dari Sungai Utik bertanya kepada Bupati Sumbawa, Julmansyah dan Pak Suwignyo. Bagaimana cara mangokomodasi inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam upaya konservasi? Bagaimana masyarakat asli yang ada di danau Sentarum bisa selaras dengan program pengelolaan TNDS?

Lebah Apis dorsata memiliki Drs Kuntadi dari Badan Litbang Kehutanan menyatakan bahwa penggunaan input peran yang luar biasa bagi kimia oleh perkebunan sawit akan mempengaruhi kualitas organik madu lebah hutan agen penyebukan tanaman. yang dan mengancam keberadaan serangga. Ia juga bertanya pada Pak Suwignyo Lebah hutan adalah salah satu indikator pelestarian hutanmengenai penyebab aturan Periau yang semakin melemah. Johnny W. Utama dari Dian Niaga menilai bahwa lebah dorsata adalah salah satu indikator pelestarian hutan. Sebelum memilih merek madu DORSATA, Dian Niaga yang mendapat mandat untuk memasarkan madu hutan danau Sentarum mempelajari keunikan lebah dorsata. Hasilnya menunjukkan bahwa Lebah Dorsata memiliki peran yang luar biasa bagi agen penyebukan tanaman. Julmansyah, sangat setuju dengan pernyataan pak Johnny W. Utama. Bahwa lebah madu hutan adalah salah satu indikator pelestarian hutan. Ia berharap hal itu terus dipromosikan secara luas.

21

Menurut Drs. H. Jamaluddin Malik, Ia mengakomodir aspirasi masyarakat dengan cara membuat pendopo secara khusus. Pendopo tersebut dimanfaatkan sebagai rumah rakyat yang letaknya persis bersebelahan dengan rumah tinggal Bupati. Setiap hari, banyak orang datang kesana. Selain itu, Drs. H. Jamaluddin Malik juga melibatkan masyarakat dalam menyusun peraturan daerah. Merespon pertanyaan Kanyan, Kepala Balai TNDS Suwignyo menyatakan bahwa ia sudah mengusulkan agar area TNDS tidak ditanami sawit. Saat ini, Balai TNDS sedang mengusulkan proposal yang ditujukan kepada menteri kehutanan dan presiden RI. Pertama, tentang pengelolaan semak belukar menjadi biofuel. Hasil pendapatan yang akan diperoleh bisa mencapai Rp 60.000.000/ha. Kedua, rencana untuk membuat energy listrik skala kecil dengan tenaga air (mikro hidro). Ketiga, program pengelolaan sampah menjadi bio fuel, bahan bakar padat, termasuk menjadi air destilasi. Tentang faktor eksternal yang menjadi ancaman, Yusni dari APDS menyatakan bahwa sampai saat ini, APDS masih bicara soal madu. Belum ada rencana untuk melakukan program advokasi. Hal ini menjadi catatan bagi APDS, karena mengingat dampaknya terhadap keberlanjutan APDS. Yusni menolak adanya anggapan bahwa saat ini kearifan lokal di danau Sentarum semakin lemah. Justru makin menguat, katanya. Hal ini karena APDS tidak melakukan perubahan dan tekanan terhadap aturan Periau. APDS menghimpun periau agar bisa berhadapan dan bekerjasama dengan pihak luar. Kearifan lokal tetap diperhatikan dan setiap anggota periau semakin yakin bahwa menerapkan kearifan lokal adalah pilihan yang lebih baik. Pernyataan Yusni didukung oleh Suwignyo. Menurutnya, Sebelum adanya APDS aturan periau tidak teratur dan melemah. Dengan adanya APDS, justru semakin menguat. Bahkan, masyarakat yang berada di dalam kawasan TNDS menolak adanya pertambangan. Untuk itu, Balai TNDS mengusulkan tiga zonasi kepada dirjen, badan planologi, inspektorat kehutanan. Zona inti, zona pemanfaatan dan zona rimba. Sehingga, pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat tidak berbenturan dengan aturan yang ada.

mikro hidro di Sungai Pelaik, Danau Sentarum

APDS menghimpun periau agar bisa berhadapan dan bekerjasama dengan pihak luar. Kearifan lokal tetap diperhatikan dan setiap anggota periau semakin yakin bahwa menerapkan kearifan lokal adalah pilihan yang lebih baik.

22

Tentang penggunaan input kimia yang biasa dilakukan perkebunan sawit, Abet Nego menyatakan bahwa penggungaan input imia berdampak ada penurunan kualitas keorganikan madu. Selain itu, perluasan perkebunan sawit juga berdampak pada menurunnya populasi lebah madu. Suwignyo, Kepala Balai TNDS merasa kaget dengan adanya informasi perluasan perkebunan kelapa sawit. Memang, pihak Balai TNDS lebih banyak melakukan pendekatan dengan Wakil Bupati. Ternyata, tanpa diketahui Balai TNDS, Bupati telah mengeluarkan ijin perkebunan sawit seluas 348.000 Ha. Kita juga sudah lapor kepada menhut, pemda, masyarakat, mudah-mudahan peristiwa ini tidak jadi lanjut. Apalagi pihak Balai sudah menawarkan program pengolahan semak belukarnya saja yang dimanfaatkan maka diperkirakan ada 48 pabrik pengelolaan bio fuel. Selain itu, menurut Suwignyo, sebenarnya masyarakat sekitar tidak menolak perkebunan. adanya Tanaman perkebunan, seperti karet tetap diperlukan di daerah penyangga. Jadi permasalahnya adalah soal jenis tanamannya, bukan menolak keberadaan perkebunannya. Irawan mempertanyakan kemanakah persoalan perkebunan sawit dialamatkan? Menurut Abet Nego, jelas dialamatkan kepada Bupati sebagai pemegang otoritas. Diskusi diakhiri dengan kesimpulan Martua Sirait sebagai Fasilitator dan penjelasan Johnny W. Utama dari Dian Niaga. Martua Sirait menyimpulkan bahwa antara pengelolaan madu hutan dan perkebunan sawit berasosiasi secara negatif. Tetapi, bisa berasosiasi positif dengan tanaman lain kopi, hutan alam, kemiri, karet dalam bentuk wanatani (kebun campuran). Sehingga asosiasi positif inilah yang harus dikembangkan dalam pengembangan madu kedepan. Menurut pengamatan Johnny W. Utama terhadap kehidupan lebah hutan, menjelang pagi hari ada lebah pandung namanya. Sambil terbang disekitar sarang, lebah pandung akan mencari sumber nektar sambil menari. Sebenarnya itu adalah tanda dimana ada sumber nektar. Berapa jauh dan berapa lama. Semuanya perempuan, karena secara alamiah hampir semua lebah yang bekerja adalah perempuan. Kurang lebih ada 60.000 lebah Apis dorsata yang dibagi tugas untuk berbagai kegiatan salah satunya ada lebah yang secara khusus untuk mengambil air, nektar.

Antara pengelolaan madu hutan dan perkebunan sawit berasosiasi secara negatif. Tetapi, bisa berasosiasi positif dengan tanaman lain kopi, hutan alam, kemiri, karet dalam bentuk wanatani (kebun campuran). Sehingga asosiasi positif inilah yang harus dikembangkan dalam pengembangan madu kedepan.

23

Bogor International School

BEE DANCING

24

Sessi siang (dari kiri - kanan) : Johnny W. Utama (Dian Niaga Jakarta), Jenne De Bear (NTFP EP), Pak Janggut, Kayan (Masyarakat Sungai Utik), Abdon Nababan (AMAN), Robert Leo (Keyston - India), Hermanto (Riak Bumi - JMHI), Ami Maling (WWF Mondulkiri)

SESI KEDUA

Sesi Siang Difasilitasi oleh Abdon Nababan yang dibantu oleh Hermanto sebagai pengalih bahasa. Dari pagi tadi kita sudah mendengar berbagai presentasi tentang madu dari berbagai daerah di Indonesia, saat ini kita akan bicara tentang madu dalam perspektif dari luar negeri. Untuk menjawab berbagai tantangan, kita dapat belajar dari banyak tempat. Kita akan lihat dari perspektif yang lain antara madu dengan hutan kata Abdon membuka sesi ini. Abdon memperkenalkan presentor yang membicarakan madu sebagai andalan daerahnya. Ada ibu Ami Maling dari WWF Kamboja, Robert Leo dari Keystons Foundation India, Johnny W. Utama utama dari Indonesia, Jenne De Beer serta pak Bandi dan pak Janggut, wakil masyarakat adat iban yang mendapat sertifikasi ekolabel dengan sistem pengelolaan yang lestari. Beliau adalah tuay rima (kepala Sungai Utik).

Ami Maling dari WWF Mondulkiri - Kamboja mengucapkan terimakasih kepada Riak Bumi, NTFP, Dian Niaga. Ia membagikan pengalamannya di daerah kerja WWF. Abdon Nababan saat Mondulkiri, yang luasnya 600.000 Ha dan berada di sebelah utara Kamboja.memimpin Sesi Siang

Kamboja

25

Berbeda dengan hutan hujan tropis yang ada di Indonesia. Mondulkiri, berhutan savanna dan hutan basah savanna. Dihuni oleh 30 ekor gajah, harimau dan hiena. Mengalami kekeringan dalam jangka waktu yang lama dan dalam kurun waktu tahunan. Menurut Ami Maling, suku Kono adalah masyarakat asli yang menempati 40% wilayah yang ada di Mondulkiri. Melalui Non Timber Forest Product (NTFP) suku Kono telah berhasil mengekspor produknya ke negara-negara tetangga. Seperti ke Vietnam dan Filipina. Lebih dari 50 % pendapatan masyarakat kono yang telah diberikan oleh NTFP.Awareness raising Organizing May - December Harvesting, branding/labeling March to June

Ami Maling - WWF Mondulkiri

Training on sustainable honey harvesting April 2007

Honey groups formed Dec 2007

Test Marketing July to present

Pengembangan produk madu di Mondulkiri diterapkan melalui program pertukaran dari NTFP. Pada tahun 2007, dilanjutkan dengan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh peningkatan pendapatan dan membentuk kelompok madu. Pada musim kering, petani pengumpul madu yang ada di Mondulkiri mengumpulkan madu selama 3 bulan dalam setahun. Saat ini, mereka telah memiliki produk yang berlabel dan dikemas dalam beberapa jenis paket. Telah mampu memasarkan madu dengan merek dagang Mondulkiri dan Wild Honey. Sebelumnya, petani pengumpul madu hutan menjual produknya dengan harga yang murah. Tidak menjaga kualitas, seperti mencampur madu dengan air dan gula. Program kerjasama seperti dari India, philipina, dan Indonesia telah memberi kontribusi kepada pengembangan madu yang telah ada di Mondulkiri. Saat ini, masyarakat telah melakukan pemanenan secara lestari. Bekerja untuk kelestarian hutan dan bermitra dengan pemerintah. Dengan Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan untuk Konservasi, serta kerjasama dengan pengusaha.

26

Madu hutan tentu ada batasnya. Keterbatasan tersebut menuntut kita untuk berpikir dan mencari keseimbangan antara kebutuhan pasar dan ketersediaan madu yang dihasilkan lebah madu hutan. Antara kepentingan ekonomi dan konservasi.

Petani pengumpul madu di Mondulkiri telah menyadari manfaat hutan sebagai sumber ekonomi, madu. Untuk itu, mereka membuat peta daerah penghasil madu. Melekatkan catatan dan nomor pada pohon tempat lebah madu bersarang. Cara pengamatan itu digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengembangan madu ke depan. Tidak hanya cerita sukses, ibu Ami juga menyatakan bahwa hutan di Mondulkiri pun mengalami banyak ancaman. Ancamannya adalah; hutan karet, pengembangan biofuel, eksport illegal binatang liar, pembangunan jalan, eksplorasi penambangan, dan perpindahan penduduk. Hingga saat ini pun, belum ada pengakuan hak wilayah kelola secara formal yang diberikan pemerintah kepada petani pengumpul madu di Mondulkiri. Ami Malin menganggap madu hutan tentu ada batasnya. Keterbatasan tersebut menuntut kita untuk berpikir dan mencari keseimbangan antara kebutuhan pasar dan ketersediaan madu yang dihasilkan lebah madu hutan. Antara kepentingan ekonomi dan konservasi.

INDIA

Robert Leo dari Keystone Foundation, India, mengenalkan bagaimana hubungan antara madu hutan dengan konservasi yang ada di India. Robert Leo telah menjalankan program pengelolaan madu hutan bersama 21 group pemburu madu di daerah Nilgiris, India. Tinggal didaerah yang berjarak 4.200 Km dari tempat mereka menemukan madu dari sarang lebah hutan. Sebanyak 80% madu lebah Apis Dorsata telah dipasarkan. Nilgiris, adalah daerah pegunungan dan merupakan cagar biosfer yang memiliki banyak pohon tinggi. Tempat tinggal lebih dari 300 koloni lebah. Sejak tahun 1995 para pemburu madu mendokumentasikan dengan baik mengenai madu serta teknis pemanenannya. Tujuh kawasan hutan, Nilambur, Mvnaad, Silent Valley, Bandipur, Santhy Hills, Coonoor dan Kotagiri, dan Coimbatore menjadi pusat kegiatan produksi dan penjualan madu. Masyarakat yang tersebar di ratusan desa terlibat dalam pengawasan kualitas dan monitoring. Sejak saat panen, pengemasan hingga penjualan.

Robert Leo, dari Keystone India. Merupakan salah satu ahli madu yang sangat banyak jasanya dalam membantu perkembangan madu hutan di Indonesia

27

Selama 2005 2006, 133 Ton madu telah dihasilkan dari tujuh kawasan hutan. Kawasan ini juga banyak menghasilkan berbagai variasi produk dari Non Timber Forest Product (NTFP). Seperti buah-buah hutan, lilin dari sarang madu, daun-daunan, akar, dan kulit kayu. Madu, adalah produk NTFP yang bernilai tinggi. Sekitar Rp 680 milyar dihasilkan dari madu. Apalagi jika dihitung produk-produk lain. Seperti buah-buahan, sayuran, bunga, peternakan, dan biji-bijian yang memiliki nilai tambah. Penyerbukan, adalah aspek penting dalam konservasi. Hampir 90 % dari penyerbukan di alam dilakukan serangga dan mahluk lain. Hampir 60 % tanaman yang penyerbukannya tergantung dari lebah madu. Dari hasil pembelajaran yang dilakukan oleh Keystone Foundation, lebah madu hutan melakukan penyerbukan dengan lebih sempurna dan teknik panen di india dominan. Dibandingkan dengan factor penyerbukan lain, seperti oleh angin serangga keystone foundation lain.

Dari hasil pembelajaran yang dilakukan oleh Keystone Foundation, lebah madu hutan melakukan penyerbukan dengan lebih sempurna dan dominan.Konservasi, menurut Robert Leo dapat diartikan dan diterapkan dalam berbagai cara, tergantung orientasinya. Konservasi dapat dilakukan untuk lebah, hutan, dan habitat lebah seperti tebing-tebing curam dan gua-gua. Atau untuk kepentingan ekonomi masyarakat dan pasar. Orientasi tersebut akan sangat menentukan dalam praktek pengelolaan madu hutan. Praktek penglolaan madu yang lestari seharusnya diterapkan dalam semua tingkatan dan secara menyeluruh dalam konteks hasil hutan nonkayu (NTFP) . Secara menyeluruh karena satu aspek dan aspek lainnya berantai dalam sebuah ekosistem. Misalnya ketika hutan dikonversi menjadi sawit, penggunaan pestisida, kebakaran hutan yang menyebabkan terjadinya penyakit yang mewabah beberapa hasil lebah hutan dari Keystone pada lebah.

28

Partisipasi, kemandirian, dan pengembangan kapasitas petani madu (honey hunter), penguatan infrastruktur, inovasi dan diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai madu, membangun pasar, dan memperkuat jaringan sosial adalah beberapa hal yang harus dilakukan ke depan, Robert Leo.

Robert Leo menjelaskan Film yang ditayangkan tentang praktek pengelolaan madu hutan di kawasan Nilgiris, India. Film tersebut memperlihatkan bahwa teknis iris menghasilkan kualitas madu yang lebih baik dibandingkan menggunakan teknis peras tangan yang membuat madu terkotaminasi. Dalam 7 menit ditiriskan madu habis dan bersih. Foto di India cara mengiris dan menyaringnya untuk kurangi kontaminasi dan bersentuhan dengan tangan. Oleh karena itu selalu gunakan sarung tangan. Ini adalah ancaman terhadap habitatnya. Partisipasi, kemandirian, dan pengembangan kapasitas petani madu (honey hunter), penguatan infrastruktur, inovasi dan diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai madu, membangun pasar, dan memperkuat jaringan sosial adalah beberapa hal yang harus dilakukan ke depan, kata Robert Leo.

PEMASARAN

Johnny W. Utama dari Dian Niaga memaparkan potensi pasar madu hutan yang dikembangkan oleh Dian Niaga bersama JMHI bekerjasama dengan beberapa mitra. Dian Niaga adalah lembaga social enterprises yang mendapatkan keuntungan dari unit bisnisnya. Selama 20 tahun telah membantu memasarkan produk hasil hutan non kayu yang dihasilkan masyarakat. Diawali dengan memasarkan arang briket, rotan, bambu gula kelapa, dan terakhir menjadi anggota Jaringan Madu Hutan Indonesia(JMHI). Dian Niaga mendapat mandat untuk memasarkan madu dari anggota JMHI. Johnny W. Utama, menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Dian Niaga tidaklah untuk Johnny W. Utama memonopoli pasar. Konsumen berhak dan bebas membeli dari anggota lainnya. Misalnya dari Kafe Telapak atau nantinya dari Martha Tilaar.

DORSATA - organik forest honey 29

Berdasarkan wilayah, anggota JMHI terbagi menjadi empat pulau besar. Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan terakhir Sumbawa. Hasil pertemuan JMHI di Riau, estimasi pada Februari 2008 memperlihatkan total produk madu yang dihasilkan oleh anggota JMHI mencapai 56 Ton. Sedangkan Dian Niaga mendapat mandat untuk memasarkan sejumlah 5 Ton madu pada 2008 dan 10 Ton pada 2009. Selebihnya, dipasarkan melalui Martha Tilaar, Kafe Telapak, dan lainnya. Bentuk kerjasama pemasaran tersebut sangat baik untuk terus dikembangkan. Merek madu Dorsata dari JMHI dijual dengan sistem pembagian keuntungan atau profit sharing. Telah dijual pada Ranch Market, Amway, Sogo, Restoran organik di Taiwan yang hanya menggunakan bahan-bahan organik. Dalam konteks ini, sertifikasi madu organik sangat diperlukan. Keberlanjutan produksi juga perlu mendapat perhatian. Misalnya, tahun ini Danau Sentarum mengalami penurunan produksi yang significant. Untuk itu, Johnny W. Utama sependapat dengan Robert Leo. Bahwa pemasaran juga sangat ditentukan oleh baik tidaknya alat yang digunakan dan proses pemanenan yang dilakukan petani madu. Peningkatan kualitas madu, berpengaruh terhadap kemudahan pemasaran dan meningkatnya nilai jual madu. Bekerjasama dengan Dian Niaga, Amway mampu menyerap habis produk dari APDS dan mulai 2009 menjual madu dari Sumbawa. Amway merupakan perusahaan Multi Level Marketing yang memiliki jaringan pasar yang besar, lokal maupun internasional. Sebagai pemasar, Amway tentu sangat tergantung dengan standar kualitas madu. Dian Niaga sudah melakukan kontrak kerjasama dengan Amway sampai Februari 2009. Kontrak tersebut tentu mengandung kesepakatan soal harga. Tetapi, baru-baru ini, APDS meminta adanya kenaikan harga. Dian Niaga yang sebelumnya membeli Rp. 25.000-,/300 gram dari petani madu dengan asumsi APDS menerima keuntungan sebesar Rp.3000-, dalam setiap penjualannya. Permintaan petani madu tersebut menghasilkan kesepakatan kenaikan harga. Dari Rp. 25.000-, menjadi Rp 45.000-,. Loncatan harga yang tinggi tersebut membuat harga beli lebih tinggi dari harga jual.

Peningkatan kualitas madu, berpengaruh terhadap kemudahan pemasaran dan meningkatnya nilai jual madu. Johnny W. Utama

30

PROFIT SHARING JMHIPada pertemuan pembahasan SOP JMHI, 28 November 2008, diputuskan profit sharing untuk JMHI : a. Anggota kelompok petani sebesar 30%. b. Anggota lembaga pendamping 20%. c. Sekretariat JMHI 10%. d. Pemasaran PD. Dian Niaga 40%.

Kondisi ini sebenarnya membuat Dian Niaga terjepit diantara kontrak dengan mitra dan kesepakatan dengan petani madu. Walaupun demikian, Pak Johnny W. Utama menganggap hal itu merupakan pelajaran bagi seluruh anggota JMHI. Untuk menyikapi permintaan dan penawaran secara seimbang. Untuk melaksanakan system bagi hasil, sebaiknya produk madu yang dihasilkan mencapai batas minimal dua ton. Pola bagi hasil yang diterapkan selama ini adalah ; Dian Niaga mendapatkan 1/3 dari keuntungan, 1/3 untuk NGO pendamping, dan 1/3 untuk Koperasi Asosiasi madu. (lihat lampiran PROFIT SHARING JMHI di sebelah kiri) Dian Niaga, menjual madu dengan dua merek dagang. Merek dagang Dorsata dan merek dagang Madutan. Dorsata, memiliki nilai jual yang lebih tinggi karena telah mengalami proses pengurangan kadar air menjadi 21%. Melalui alat penyerapan air pada madu dengan suhu dingin sehingga tanpa merusak enzim yang dikandung madu. Madu dengan merek dagang Madutan, dijual tanpa melalui proses pengurangan kadar air. Berbagai kemungkinan pengembangan segmen pasar dilakukan oleh Dian Niaga. Mulai dari penderita penyakit dengan diet tertentu, supir truk, tentara, sampai atlet Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Rencananya, merek Dorsata akan dikembangkan juga untuk maskapai penerbangan dan sebagai souvenir dari Istana Negara. Dian Niaga juga sudah menjajagi pasar eksport dengan mengirim contoh madu ke Singapura, Jepang dan Korea. Johnny W. Utama, sangat mengharapkan dukungan yang besar dari berbagai pihak. Khususnya petani madu, untuk memperbaiki jumlah produksi dan terus memperbaiki kualitas madu yang dihasilkan. Fasilitator Abdon Nababan melihat bahwa diversifikasi produk dan jaringan pasar yang bagus yang sudah dikembangkan Dian Niaga menjadi tantangan bagi petani madu untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas produksi.

Roos Nijpels [CORDAID] - Dorsata Kalimantan Valentinus Heri [Riak Bumi]

31

REGIONAL

Pada tingkatan regional, Jenne de Beer dari NTFP memaparkan tentang perkembangan dan tantangan pengelolaan produk hasil hutan nonkayu atau Non Timber Forest Product (NTFP). Khususnya madu sebagai komoditas andalan yang sedang berkembang. Menurutnya, sudah cukup banyak perspektif regional tentang produk hasil hutan nonkayu (NTFP) yang mengemuka. Damar, rotan, gaharu, madu adalah sedikit contoh produk hasil yang dihasilkan dari Asia Selatan. Madu, adalah produk NTFP yang berkembang pesat di India, Kamboja, dan Indonesia. Serta Vietnam, Malaysia, dan Philipina yang produk madu- nya tidak begitu besar karena kondisi hutan yang rusak. Madu, merupakan komoditas yang khas dan terbatas yang sudah ada sejak nenek moyang. Meskipun demikian, Inisiatif untuk memperbaiki kualitas dan pemasaran madu yang lebih efektif terus dikembangkan pada tingkatan regional. Masyarakat/petani madu hutan adalah subjek yang memiliki ketergantungan dan berhubungan langsung dengan hutan. Karena lebah hutan penghasil madu, menjadikan hutan sebagai tempat tinggal dan sumber makanannya. Sehingga kualitas madu akan sangat ditentukan oleh kualitas hutan dan cara pemanenan yang lestari. Ada banyak pengalaman dan ide pengelolaan madu hutan yang membuat Jenne De Beer optimis. Tapi, berkurangnya produksi di Indonesia, Philipina, dan Bangladesh selama 1 sampai 3 tahun masa panen terakhir, membuatnya sedikit pesimis. Menurutnya, kondisi tersebut sangat mungkin disebabkan karena adanya perubahan iklim global, fragmentasi hutan yang berdampak pada kerusakan hutan, konversi hutan menjadi perkebunan, dan penggunaan input kimia yang merusak habitat lebah. Pengalaman di India menunjukkan bahwa lebah hutan yang mengambil makanan dari perkebunan teh yang menggunakan bahan kimia, mengalami kematian. Menurut Jenne De Beer, situasi pasar saat ini cenderung ke arah ekspolitasi sumberdaya hutan. Maka, kegiatan konservasi hutan adalah langkah yang harus dilakukan secara terintegrasi. Antara pemerintah dan masyarakat petani madu hutan.Jenne De Beer (NTFP EP)

Situasi pasar saat ini cenderung ke arah ekspolitasi sumberdaya hutan. Maka, kegiatan konservasi hutan adalah langkah yang harus dilakukan secara terintegrasi. Antara pemerintah dan masyarakat petani madu hutan. Jenne De Beer

32

Selanjutnya, Fasilitator Abdon Nababan mempersilahkan Pak Janggut dan Pak Kanyan untuk membagikan pengalaman dikampungnya, Sungai Utik. Sungai Utik, kampung yang berada di Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Gunung Karimun. Memilki luas 9000 Ha dan berada ditengah kawasan Hak Penebangan Hutan (HPH). Kampung yang tetap mempertahankan kelestarian kawasan hutannya sambil terus menuntut pengakuan wilayah adat secara resmi dari pemerintah. Tetap bertahan di arus godaan penebangan hutan dan perluasan perluasan perkebunan kelapa sawit. Karena menurut pak Kanyan dan pak Janggut, masyarakat adat setempat yakin bahwa banyak yang bisa dimanfaatkan dari hasil hutan nonkayu dan kerusakan ekologi yang terjadi adalah bentuk pemusnahan manusia secara perlahan. Pak Kanyan sangat setuju dengan adanya peningkatan nilai hasil hutan nonkayu (NTFP). Karena dengan menjadikan sumberdaya hutan sebagai sumber ekonomi lewat NTFP, dapat meredam godaan ekonomi untuk melakukan penebangan hutan.Pak Kanyan dan Pak Janggut

Misalnya, dahulu banyak pohon tempat bersarangnya lebah madu hutan yang ditebang. Padahal, jika madu hutan dikelola secara lestari dan memiliki nilai yang tinggi, tentu masyarakat akan semakin menjaga sumberdaya hutan yang ada di lingkungannya. Pak Janggut dan masyarakat dikampungnya sadar bahwa wilayah kampungnya harus dipertahankan dan diwariskan untuk anak cucu mereka. Berangkat dari kesadaran tersebut dan didampingi oleh NGO, masyarakat kampung Sungai Utik melakukan berbagai upaya konservasi. Mulai dari identifikasi potensi kekayaan alam yang ada di wilayahnya sampai melakukan pemetaan wilayah. Pada 7 Agustus 2008, kampung Sungai Utik mendapat sertifikat Ekolabel yang diserahkan langsung oleh Menteri Kehutanan. Kayu, binatang, dan tumbuh-tumbuhan sama seperti manusia, memiliki nafas. Jadi, jika mereka dimusnahkan maka manusia juga musnah kata pak Janggut.

Kayu, binatang, dan tumbuh-tumbuhan sama seperti manusia, memiliki nafas. Jadi, jika mereka dimusnahkan maka manusia juga musnah pak Janggut.

33

Diskusi sesi terakhir hari pertama

Menjelang diskusi pada sesi terakhir hari pertama, Fasilitator Abdon Nababan mengajak para peserta untuk istirahat sambil minum kopi selama 15 menit. Selanjutnya, Abdon Nababan membuka sesi diskusi dengan sedikit review dari beberapa proses sebelumnya. Ia mengatakan bahwa usaha-usaha kreatif dan inovatif dari pengelolaan hasil hutan nonkayu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Presentasi dari India telah menunjukkan bagaimana madu ditempatkan pada posisi yang strategis. Selain menjadi cagar biosfer, juga menjadi jalan bagi masyarakat adat untuk memperkuat hak-hak mereka atas kawasan hutan. Ada pengorganisasian dikalangan masyarakat dan ada ada pengorganisian yang khusus dikalangan produsen madu. Ada juga yang bekerja untuk memastikan akses dan hak-hak rakyat atas kawasan melalui upaya pemetaan. Terakhir ada juga kelompok yang memberikan dukungan secara teknis. Dari Johnny W. Utama yang paling menarik adalah harus ada orang yang mengembangkan pasar/produknya. Kalau dulu petani madu melakukan penjualan langsung, tetapi kini mereka mulai menjalin hubungan kerjasama dengan Amway. Bahkan sekarang ini sudah mulai membangun pasar untuk produk berkualitas tinggi. Jadi ada pengembangan untuk segmen-segmen pasar yang potensial. Supply juga menjadi tantangan. Karena itu terkait dengan pengorganisasian di basis. Dan juga dari diskusi informal madu juga mengandung rasa yang berbeda-beda dari setiap daerah. Ada tantangan untuk mengkomunikasikan produk ini dipasar agar konsumen tahu bahwa rasanya berbeda. Sehingga bisa menunjukan keunikan produk dengan segala perbedaannya. Pak Janggut tidak bicara secara khusus soal madu tetapi bagaimana sesungguhnya filosofi tentang kehidupan mereka bersama alam menjadi dasar untuk mempertahankan wilayahnya. Dulu memang ada pohon madu sekarang sudah tidak ada.

usaha-usaha kreatif dan inovatif dari pengelolaan hasil hutan non kayu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Panen Madu di Ueesi, Sulawesi Tenggara

34

Jenne De Beer menyampaikan tentang perlunya saling bertukar pengalaman untuk memperkenalkan pengetahuan baru. Ternyata antara India dan Alaha terjadi proses sharing pengalaman pengetahuan. Sehingga sekarang bagaimana pengetahuan cara memanen madu secara lestari sudah menjadi pengetahuan yang menyebar di kawasan ini. Jadi fungsi NTFP sudah berjalan Kemudian, Abdon Nababan mempersilahkan peserta untuk bertanya atau memberi komentar. Radaimon, Ketua Forum Masyarakat Adat Tesonilo- Riau dan Julmansyah bertanya kepada Ibu Amy dari Kamboja. Apakah 30 ekor gajah di luas lahan 600.000 Ha yang diceritakan Ibu Amy dari Kamboja tersebut mengganggu aktifitas masyarakat dan perkebunan? Sedangkan Julmansyah menanyakan berapa lama usaha untuk membangun kolaborasi di Cagar Biosfer? Selain itu, kepada pak Robert Leo, Radaimon bertanya tentang pengolahan lilin yang dikembangkan di India. Soal cara, besaran produksi yang sudah dilakukan, dan pendapatan yang diperoleh masyarakat. Untuk pak Johnny W. Utama dari Dian Niaga, Radaimon menanyakan dampak krisis global terhadap pemasaran madu, seperti yang terjadi pada sawit dan karet. Jika ada, apakah perlu persiapan untuk mengantisipasinya?produk olahan lilin dari kawasan TN Tessonilo, Riau

Kepada Robert Leo, Julmansyah menanyakan apakah pengetahuan-pengetahuan yang diceritakan olehnya berdasarkan pengetahuan masyarakat atau berdasarkan argumentasi akademis? Ibu Nuning dari Martha Tilaar mengatakan bahwa Ia sangat tertarik pada paparan pak Bandi. Menurutnya, pak Bandi dengan keteguhan hati sudah mampu berperan dan memberikan keyakinan dan inspirasi bagi yang muda untuk melakukan usaha-usaha konservasi. Ibu Nuning juga mengatakan bahwa produsen harus mampu menjaga keunikan produk dan menyesuaikan produknya dengan standarisasi yang ada. Promosi juga sangat menentukan dalam persaingan di pasar. Soal lilin madu, Ibu Nuning mengatakan bahwa kemungkinan akan dikembangkan menjadi krim untuk keperluan kosmetik.

35

Irawan dari Riak Bumi tertarik dengan paparannya pak Robert Leo yang mengatakan bahwa di India, pemasaran madu dipikirkan setelah melakukan usaha konservasi terhadap lingkungannya. Sebaliknya di Indonesia, pemasaran justru dipikirkan di depan. Alasannya, ekonomi menjadi daya tarik untuk melakukan konservasi. Kenapa di tempat pak Leo pemasaran dilakukan di akhir apa yang membuat itu terjadi? Kepada Johnny W. Utama, Irawan bertanya tentang sertifikasi untuk APDS. Pertemuan APDS dengan Dian Niaga dan Amway beberapa waktu yang lalu di TNDS mensyaratkan adanya sertifikasi organik. Karena dibutuhkan konsumen dan dapat meningkatkan harga. Sampai saat ini, biaya sertifikasi masih ditanggung oleh Aliansi Organik Indonesia (AOI). Tapi sampai saat ini, perhitungan biaya yang menyangkut sertifikasi organik belum masuk dalam anggaran biaya APDS. Pertanyaannya, jika subsidi dari AOI berhenti, siapakah yang akan menanggung biaya yang menyangkut sertifikasi tersebut? Menjawab pertanyaan Radaimon dan Julmansyah, Ibu Ami dari Kamboja menyatakan bahwa Ia baru tiga tahun di Kamboja. Ibu amy sebenarnya berasal dari philipina dan sejauh ini dia tidak tahu konflik yang terjadi sebelumnya antara gajah dan manusia. Yang diketahui Ibu Ami adalah perlunya membuat koridor sepanjang 25 Km untuk habitat gajah. Sedangkan soal kolaborasi Cagar Biosfer, sampai sekarang masih tetap dibangun. Menjawab pertanyaan Julmansyah soal sumber data yang dikemukakannya, Robert Leo dari India menyatakan bahwa data dasarnya harus berasal dari masyarakat melalui PRA atau berdasarkan pengetahuan tradisonal yang ada disana. Data dasar tersebut kemudian didukung oleh kajian-kajian yang bersifat ilmiah. Sifatnya hanya pengkayaan pengetahuan. Kalau ada alat-alat dari riset ini, seperti lebah yang sifatnya berpindahpindah, mereka duduk bersama untuk mendiskusikan. Karena pengetahuan dari luar akan sangat memperkaya. Menurut Robert Leo, kearifan lokal sudah dipraktekkan oleh masyarakat secara turun temurun dan selama berabad-abad. Jelas masyarakat lebih tahu. Seperti pada riset awal, bertanya pada masyarakat tentang tanda alam ketika lebah akan mulai migrasi atau bunga yang ada seperti apa? Seringkali cerita itu diuji kembali dengan menggunakan GPS dan alat-alat modern lainnya. Hasil pembandingan melalui caracara modern kemudian diceritakan kembali kepada masyarakat.36

Pertemuan dengan komunitas untuk mendiskusikan masalah yang timbul dan mencari solusinya.

Pemasaran dan pembinaan produk harus berjalan bersamaan. Sambil memperbaiki produksi, penilaian terhadap saingan, kualitas, dan pengamatan terhadap kelebihan atau kekurangan produk terus dilakukan.

Untuk data lebah dorsata sepenuhnya tergantung pengetahuan masyarakat adat. Masyarakat mengetahui tentang pohon apa yang dihinggapi madu, sektor hutan mana yang akan dimasuki, tebing mana saja yang dijadikan sarang. Hal itu karena terkait dengan daerah adat maka orang adat lah yang lebih tahu. Ada riset juga yang mereka pertanyakan, misalnya untuk daerah A apakah koloni madunya bertambah atau berkurang? Jumlah koloninya membesar atau mengecil, dan jumlah panen perkoloni dan per area serta bunga apa saja yang datanya dihimpun oleh mereka. Produk olahan seperti lilin madu, bisa memperoleh keuntungan sebanyak 10 kali lipat dibandingkan jika dijual mentah. Misalnya, harga 1 kg hanya dijual dengan harga 1 dolar, tetapi kalau diolah seperti krim bisa menjadi 10 kali lipat dari harga awal. Jadi kira-kira harganya mencapai 2.500 dollar sesudah diolah. Tentang pemasaran dulu atau membina produksi dulu? Robert Leo menyatakan bahwa dua hal berjalan bersamaan. Sambil memperbaiki tata produksi, penilaian terhadap saingan, kualitas, dan pengamatan terhadap kelebihan atau kekurangan produk terus dilakukan. Menurut pengalamannya, penjualan madu dimulai dari rumah ke rumah. Menggunakan botol bekas dan tanpa label, sambil memperbaiki kualitas madu dan kemasannya. Jadi kalau dijual sampai ke Jakarta harus melakukan riset pasar yang serius mau dijual berapa? Siapa yang beli? Robert Leo yakin bahwa sekarang dorsata itu raja. Tetapi itu tidak akan tercapai jika masih ada konsumen yang mempermasalahkan kemasan. Seharusnya berjalan sejajar. Membina masyarakat dan memulai dari pasar lokal. Perluasan pasar haruslah sebanding dengan peningkatan produksi. Mengenai dampak krisis global pada usaha madu, Johnny W. Utama menyatakan bahwa saat ini madu yang dipasarkan belum sampai ekspor, dan pengelolaan madu tidak menggunakan bahan-bahan impor. Jadi belum dapat mengukur dampak krisis global terhadap usaha madu. Penjualan pada tingkatan lokal dan nasional tidak perlu dikhawatirkan. Karena Amway biasanya menjual madu melalui katalog dan tidak mengalami fluktuasi harga.

Launching produk Madu DORSATA di Jakarta

37

Seperti kesepakatan bersama yang telah terjadi belum lama ini, Johnny W. Utama menjelaskan kenaikan harga yang diminta oleh APDS. Dari sebelumnya harga Rp 28.000-, Rp 45 .000-, tentu membuat Dian Niaga akan merugi. Apalagi dengan pemanasan global yang berdampak pada gagal panen dan membuat madu itu menjadi langka. Berbeda dengan sawit dan karet, harga madu tidak ditentukan oleh pasar dunia. Sehingga harga komoditas madu tidak mengalami perubahan harga yang drastis. Tentang sertifikasi, pak Johnny W. Utama mengingatkan bahwa AOI hanya memberikan subsidi untuk pembayaran pertama yang berlaku selama 18 bulan. Selanjutnya APDS bersama Dian Niaga dan Amway perlu melakukan memasukkan biaya sertifikasi dalam penghitungan biaya produksi dan pemasaran. Pada saat diskusi dengan Amway, pak Johnny W. Utama menyinggung soal biaya sertifikasi. Nampaknya pihak Amway dapat membiayai sertifikasi yang diperlukan. Sebagai catatan, biaya sertifikasi madu Sumbawa yang harus dikeluarkan sebesar 90 juta rupiah. Jika Ibu Nur Ketua JMHS menjual madu sejumlah 4 sampai 5 ton, maka 1 kg madu memiliki beban biaya sebesar Rp.20.000-,. Beban biaya yang begitu besar tentu tidak realistis untuk dibebankan lagi pada harga jual dipasaran. Apalagi untuk madu dari TNDS, yang membutuhkan biaya sekitar 150 juta rupiah. Karena itu, dari 8 anggota JMHI yang membutuhkan sertifikasi, baru satu yang memiliki sertifikat. Hal itu tentu karena minimnya biaya yang tersedia. Untuk itu harus ada cara baru yang tepat. Misalnya dengan memperkuat promosi logo JMHI. Arahnya adalah, JMHI menjadi lembaga penjamin madu organik. Melengkapi pandangan Johnny W. Utama, Intan Diani Fardinatri dari Biocert menyatakan bahwa sertifikasi hanya salah satu skema dalam penjaminan mutu. Selain itu, ada pihak kesatu, kedua, dan ketiga, serta ada lembaga lain diluar produsen dan konsumen. APDS dijamin oleh pihak ketiga. Untuk menentukan penjaminan mutu, tergantung pihak konsumen dan produsen. Pihak kedua sudah tahu proses produksi yang dilakukan karena dia percaya bahwa produk itu organik, pihak ketiga banyak diminati konsumen, dengan melihat label seperti label halal. Sehingga, konsumen mempercayakan kepada pihak ketiga sebagai penjamin mutu.

Logo JMHI, sebagai penjamin madu berkualitas dari anggota JMHI

Intan Diani Fardinatri (Bio-Cert)

38

PGS mensyaratkan adanya kelompokkelompok produsen yang bisa menjamin sendiri sistemnya dan harus saling mengontrol satu sama lain. Robert Leo

Menurut Intan, madu hutan bisa memperoleh konsumen dan pasar yang percaya sehingga konsumen tidak perlu membayar mahal untuk biaya sertifikasi. Tetapi, karena regulasi di Indonesia perlu adanya sertifikasi oleh lembaga yang berhak mengeluarkan, maka label atau sertifikasi menjadi kebutuhan. Hal ini menandakan bahwa konsumen bersedia membayar apa yang sudah dikeluarkan. Bagi Intan, sertifikasi adalah pilihan, karena itu merupakan kemauan dan kebutuhan konsumen. Menambah informasi tentang sertifikasi, Crissy mengatakan bahwa ada sertifikasi yang dilakukan melalui gerakan Partisipatory Guaranty System (PGS). Sudah diakui oleh IFOAM dan telah dijalankan di 8 negara. Satu system yang mendukung para petani dan menjamin produk mereka organik atau tidak. Terkait PGS, Robert Leo mengatakan bahwa PGS mensyaratkan adanya kelompokkelompok produsen yang bisa menjamin sendiri sistemnya dan harus saling mengontrol satu sama lain. Di India sudah ada badan nasionalnya untuk mengakomodasikan system yang sangat kontekstual ini. Sistem yang dibuat sangat lokal dan lahir dari kesepakatan secara umum. Jadi, menjalankan PGS tidak bisa secara anarki atau sesukanya. Tidak ada kesimpulan dari hari pertama workshop. Karena khawatir mereduksi kelengkapan dan keragaman informasi yang muncul. Mulai dari praktek pengelolaan madu pada tingkatan lokal sampai pada pasar global. Mudah-mudahan banyak hal yang telah didiskusikan dalam workshop dapat menghasilkan gagasan ke depan. Untuk pengelolaan madu yang lebih baik kata Abdon Nababan menutup hari pertama workshop nasional Madu Hutan dan Konservasi Hutan : Apa kaitannya?

39

HARI KEDUAPada diskusi kelompok di hari kedua, Fasilitator Phantom membagi para peserta menjadi dua kelompok diskusi. Kelompok diharuskan untuk melakukan review dan memberikan rekomendasi. Oleh fasilitator, dua kelompok tersebut diberikan pertanyaan yang sama, yaitu: 1. Apakah hubungan antara madu hutan dan konservasi hutan? 2. Apa tantangan terberat dari pengelolaan madu hutan? 3. Apa yang harus dilakukan para pihak agar pengelolaan madu hutan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat (rekomendasi kita kepada petani madu, pemerintah dan kelompok pendukung :LSM, donor, marketing)? Selama 15 menit masing-masing kelompok mendiskusikan 3 pertanyaan yang diberikan oleh fasilitator dan memberikan jawabannya dalam bentuk gambar. Gambar yang menjadi jawaban kelompok tersebut kemudian dipaparkan kembali pada sesi pleno oleh wakil dari masing-masing kelompok.

Diskusi pembahasan madu hutan, konservasi hutan, dan pengelolaan madu hutan

40

Hasil Diskusi Kelompok PertamaHubungan antara madu hutan dan konservasi hutan 1. Jika hutan lestari maka masyarakat sejahtera 2. Hutan hilang, produksinya pun turut hilang Tantangan terberat dari pengelolaan madu hutan 1. Perkebunan sawit skala besar 2. Illegal loging 3. Kebakaran hutan 4. Tehknis pemanenan 5. Gagal panen dan produksi yang tidak tetap 6. Penambangan di Kawasan hutan Rekomendasi 1. Sertifikasi murah dan diperlukan asosiasi 2. Tekhnik pemanenan yang berkelanjutan 3. Menjaga kualitas madu 4. Perlunya penyimpanan gudang madu dari petani 5. Menggunakan energy yang ramah lingkungan 6. Perlunya perlindungan bagi petani madu oleh pemerintah 7. Petani harus bisa menjadi pengolah dan pemasar madu 8. Pemerintah dan LSM diharapkan memfasilitasi petani madu 9. Dibangunnya tempat pengolahan madu 10. Petani memperhatikan aspek keamanan dalam pemanenan madu 11. Kampanye eksploitasi hutan 12. Menggali kearifan lokal

Tantangan pengelolaan madu hutan

Hubungan antara madu hutan dan konservasi hutan

Rekomendasi

Presenter dari Kelompok I

41

Hasil Diskusi Kelompok IIHubungan antara madu hutan dan konservasi hutan 1. Rusaknya sumberdaya hutan berpengaruh pada kualitas madu 2. Rusaknya hutan berpengaruh pada populasi lebah madu 3. Pengelola madu hutan dan pelaku konservasi adalah manusia Tantangan pengelolaan madu hutan 1. Peningkatan kesejahteraan dan pemasaran 2. Perluasan perkebunan sawit 3. Pabrik yang berdekatan dengan lokasi hutan 4. Sistem peras karena sistem iris dianggap banyak memakan waktu 5. Belum adanya pabrik pengolahan madu 6. Belum adanya pengakuan wilayah kelola madu hutan dari presentasi kelompok 2 pemerintah 7. Adanya sistem ijon yang diakses oleh masyarakat petani madu hutan Rekomendasi 1. Membangun kepercayaan, kontrol teknologi pemanenan yang baik 2. Anggota JMHI, sebaiknya memiliki rumah produksi sendiri dengan peralatan sendiri 3. Petani juga harus mempelajari sistem marketing sendiri 4. Petani semakin memperbaiki kualitas madu 5. Petani memiliki sendiri untuk menjadi modal kerja dengan cara iuran 6. Perlu modal kerja untuk menjembatani bisnis madu 7. Memperbaiki fasilitas transportasi untuk kemudahan distribusi 8. Memperluas anggota JMHI 9. Membangun skema kredit usaha madu yang tidak memberatkan 10. Adanya dukungan dari berbagai pihak 11. Pemerintah berpihak kepada masyarakat petani madu hutan 12. Membangun pasar lokal 13. Membangun Internal Control System (ICS) 14. Adanya pengakuan dari pemerintah terhadap wilayah kelola madu hutan42

Presenter kelompok 2

Gabungan Hasil Diskusi Kelompok Satu dan Kelompok DuaHubungan antara madu hutan dan konservasi hutan 1. Jika hutan lestari, masyarakat sejahtera 2. Hutan hilang, produksinya pun turut hilang 3. Rusaknya sumberdaya hutan berpengaruh pada kualitas madu 4. Rusaknya hutan berpengaruh pada populasi lebah madu 5. Pengelola madu hutan dan pelaku konservasi adalah manusia Tantangan terberat dari pengelolaan madu hutan 1. Perkebunan sawit skala besar 2. Adanya Illegal loging 3. Kebakaran hutan 4. Tehknis pemanenan yang belum lestari 5. Gagal panen dan produksi yang tidak tetap 6. Penambangan di Kawasan hutan 7. Peningkatan kesejahteraan dan pemasaran 8. Perusahaan sawit 9. Pabrik yang berdekatan dengan lokasi hutan 10. Sistem peras karena sistem iris dianggap banyak memakan waktu 11. Belum adanya pabrik pengolahan madu 12. Belum adanya pengakuan wilayah kelola madu hutan dari pemerintah 13. Adanya sistem ijon yang diakses oleh masyarakat petani madu hutan Rekomendasi 1. Sertifikasi murah 2. Tekhnik pemanenan yang berkelanjutan 3. Monitoring perubahan iklim yang berdampak terhadap produksi madu 4. Menjaga kualitas madu 5. Melakukan inovasi produk olahan madu, seperti lilin madu 6. Perlunya penyimpanan gudang madu dari petani 7. Menggunakan energy yang ramah lingkungan 8. Perlunya perlindungan bagi petani madu oleh pemerintah 9. Petani harus bisa menjadi pengolah dan pemasar madu 10. Pemerintah dan LSM diharapkan memfasilitasi petani madu43

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

Dibangunnya tempat pengolahan madu Petani memperhatikan aspek keamanan dalam pemanenan madu Kampanye antieksploitasi hutan Membangun kepercayaan, kontrol teknologi pemanenan yang baik Anggota JMHI, sebaiknya memiliki rumah produksi sendiri dengan peralatan sendiri Petani juga perlu mempelajari sistem marketing sendiri Petani semakin memperbaiki kualitas madu Petani memiliki memiliki modal kerja dengan cara iuran Perlu modal kerja untuk menjembatani bisnis madu Memperbaiki fasilitas transportasi untuk kemudahan distribusi Memperluas anggota JMHI Membangun skema kredit usaha madu yang tidak memberatkan Adanya dukungan dari berbagai pihak Pemerintah berpihak kepada masyarakat petani madu hutan Membangun pasar lokal Membangun Internal Control System (ICS) Adanya pengakuan dari pemerintah terhadap wilayah kelola madu hutan

Para peserta workshop sepakat akan menyampaikan hasil rekomendasi kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait, khususnya kepada Pokja Madu Dirjen PH KA Dephut. Peserta workshop menganggap JMHI sebagai lembaga yang tepat untuk merumuskan draft rekomendasi, dan mengkonfirmasikannya kepada peserta workshop yang membutuhkan. Rekomendasi yang telah disempurnakan, disampaikan dan dikawal oleh JMHI bersama masyarakat petani madu. Dibantu oleh Sawit Watch dan Telapak yang telah berpengalaman melakukan advokasi. Peserta workshop mengharapkan pemerintah membuat kebijakan secara tertulis yang menyatakan secara tegas keberpihakannya kepada masyarakat petani madu untuk mengelola sumberdaya hutan secara berkelanjutan.

44

Rekomendasi Workshop Madu Hutan JMHI Jakarta, Manggala Wanabhakti 21-22 Oktober 2008LATAR BELAKANG Aktor utama dalam konservasi hutan yang efektif dan teruji sampai pada saat ini adalah masyarakat lokal yang hidup dan menggantungkan hidupnya di hutan. Disisi lain, lemahnya perlindungan dan perhatian terhadap masyarakat lokal tersebut sangat mengancam keberadaan hutan dan masyarakat itu sendiri. Dari aspek perlindungan dapat di ketahui dari kebijakan-kebijakan atau keputusankeputusan yang di keluarkan pemerintah dan institusi negara lainnya sedangkan dalam aspek perhatian berupa dukungan atas upaya-upaya masyarakat dalam konservasi hutan. Keseluruhan hal ini dapat di lihat di berbagai belahan dunia di negara selatan yang mengandalkan pembangunan berbasiskan eksploitasi sumber daya alam. Eksploitasi tersebut dalam beragam bentuk, mulai dari perkebunan skala besar, pertambangan, kehutanan dan lain sebagainya. Adanya kesadaran dari organisasi-organisasi masyarakat sipil dan kelompok lainnya atas pentingnya kesadaran konservasi dengan masyarakat lokal pelaku utamanya telah mendorong membangun kerja-kerja penguatan dan pemberdayaan masyarakat. Upaya-upaya tersebut beragam tingkatan dan bentuk penguatan dan pemberdayaan. Beberapa kerja-kerja yang di maksud antara lain pengembangan rotan, karet, kopi organik, madu hutan dan sebagainya. Salah satu inisiatif yang berkembang adalah Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) yang mengembangkan pengelolaan dan pengolahan madu hutan sampai pada pemasaran khususnya pada madu yang di hasilkan oleh Apis dorsata. JMHI adalah jaringan yang beranggotakan kelompok petani madu hutan di Sumbawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Pendekatan yang di lakukan oleh JMHI adalah melakukan pendampingan secara intensive melalui anggota-anggotanya. Hal yang menarik dari JMHI adalah keberadaan anggota-anggotanya yang berada di sekitar dan di dalam taman nasional dan telah mulai mendapatkan dukungan dari pemerintah walaupun masih sangat dibutuhkan dukungan yang lebih besar. Dari sisi pelaku dunia usaha, terdapat pelaku usaha yang membuka ruang kerjasama berupa kerjasama pemasaran untuk madu hutan. AMWAY, Ranch Market dan Alun-Alun Indonesia adalah beberapa pelaku usaha yang sudah membangun kerjasama dengan JMHI.

45

Masih meningkatnya eksploitasi sumber daya alam skala besar dan pentingnya konservasi berbasis masyarakat merupakan dua kontradiksi yang berjalan parallel dan berjalan secara tidak seimbang. Ketidakseimbangan tersebut berupa kuatnya pemahaman pembangunan berbasiskan eksploitasi sumber daya alam skala besar. Kenyataan ini mengantarkan pada satu kesimpulan bahwa keberadaan masyarakat lokal pengelola hutan yang tentu juga mengancam keberadaan masyarakat lokal pengelola madu hutan dan madu hutan itu sendiri. Oleh karena itu dengan adanya kesadaran bahwa besarnya ancaman tersebut maka Riak Bumi berkerjasama dengan JMHI dan di dukung oleh NTFP-EP, Telapak, Dian Niaga dan Sawit Watch mengajukan rekomendasi kepada Dirjen PHKA. Rekomendasi ini berdasarkan hasik Workshop Madu Hutan Jaringan Madu Hutan Indonesia yang bertemakan Madu Hutan dan Konservasi Hutan: Apa Kaitannya? Rekomendasi Workshop Madu Hutan Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) 1. Pemerintah diharapkan dapat lebih giat untuk berpartisipasi dalam memberikan pendampingan kepada para petani lebah untuk meningkatkan kualitas produksi madu dan peningkatan kesejahteraan para petani. 2. Pemerintah menyediakan alokasi APBD kepada kelompok petani madu untuk meningkatkan kesejahteraan petani madu, karena mereka secara aktif melakukan konservasi kawasan hutan. 3. Adanya kebijakan dari pemerintah yang melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pengelolaan kawasan hutan. Di dalamnya mencantumkan bahwa di luar dan di dalam kawasan konservasi harus bebas dari aktifitas pengembangan perkebunan dalam skala besar dan pertambangan besar dan lain-lain yang dapat merusak ekosistem kawasan yang berdampak terhadap produksi madu hutan. 4. Menghentikan lajunya percepatan eksploitasi sumber daya alam yang mana merupakan ancaman terbesar terhadap kawasan hutan konservasi terutama daerah penghasil madu hutan dengan memberhentikan pemberian izin HPH, HGU, APL dan lain-lain. Selain itu di perlukan adanya perlindungan terhadap keberadaan wilayah kerja NTFP di wilayah konservasi. 5. Pemerintah dan lembaga pendamping masyarakat petani madu perlu memberikan pemahaman terhadap pentingnya menjaga kelestarian hutan.

46

SURAT BALASAN REKOMENDASI WORKSHOP DARI DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL HUTAN DAN KONSERVASI ALAM - Tertanggal 12 Januari 2009

47

48

Cliff Hanger - World Challenge 2008Keystone Foundation bekerja dengan komunitas masyarakat adat di daerah Nilgiris dalam inisiatip Eco-development. Menfokuskan diri keapiculture, micro-enterprise development, non-timber forest produce, land and water management, dan isu2 lain yang berhubungan dengan komunitas adat. Misi : Our Mission is to enhance the Quality of Life and the Environment with Indigenous Communities using Eco-development Approaches Keystone Foundation Keystone Centre, PB 35 Groves Hill Road Kotagiri 643 217, Nilgiris District Tamil Nadu - India

Games Lost and Found in the Rainforest Board Game Competition

Pengenalan games

bermain....

...jalan 3 langkah

Ancaman sawit.. kembali ke start

giliran siapa ni?

dan inilah Pemenangnya !!

49

PenutupanKetua JMHI Valentinus Heri mewakili panitia workshop mengucapkan terimakasih kepada para peserta dan semua pihak yang telah membantu berjalannya acara. Pertemuan ini tidak akan sukses jika tidak ada bantuan dari teman-teman lain telapak, sawit, NTFP, Dian Niaga, kami mengucapkan terimakasih kepada rekan panitia yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Semoga bantuan dan dukungan akan mendapatkan penghargaan kepada kita semua. Valentinus Heri juga mengucapkan terimakasih atas semangat dan komitmen secara bersama mendukung masyarakat untuk mengelola madu hutan secara berkelanjutan sekaligus melakukan konservasi hutan. Saya melihat sampai hari terakhir masih bersemangat dan saya juga melihat ada komitmen secara bersama agar masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan madu hutan memberikan kesempatan kepada mereka untuk terus mengembangkan madu hutan sambil menjaga kawasan hutan dimasing-masing wilayah. Kita melihat pemerintah juga memberikan dukungan besar, kita berharap dukungan itu akan lebih besar. Akhirnya saya ucapkan terimakasih kepada semua rekan dari Philipina, Kamboja, India untuk bersedia hadir dalam pertemuan ini. Juga teman dari Toyota Foundation. Semoga bisa berjumpa kembali dilain waktu. Dengan Ini Seminar saya tutup sekian terimakasih Wassalamualaikum

50

KUNJUNGAN KE RUMAH MADU DIAN NIAGA JAKARTA

ACARA MAKAN

51

Kisah Lain Selama Seminar Stand display pada saat istirahat biasanya ramai dikunjungi oleh pegawai departmen kehutanan. Mereka dan juga para guru dan murid dari sekolah internasional, menanyakan banyak pertanyaan, mengicipi sampel madu dan juga tentunya membeli madu DORSATA. Selain film madu hutan Sumbawa yang terbaru, film dari BBC mengenai aktivitas Keystone di Nigrils, India juga diputar selama seminar berlangsung. Film, buku (diantaranya salah satu buku terbaru yang diterbitkan EP, From Seeds to Beads) dan material lainnya disebarkan ke peserta dan juga melalui Wiwin (SawitWatch) untuk rekan dari Nature & Poverty beberapa diskusi dan pembicaraan bisnis juga terjadi selama dua hari seminar, antara lain : Amy dari Mondulkiri berdiskusi dengan Pak Ridzky mengenai kemungkinan Gekko Studio untu datang ke tempatnya dan membantu membuatkan film untuk mempromosian madu hutan mereka. Team dari Gekko merupakan pengambil keputusan yang cepat, dan akhirnya diumumkan bahwa sekitar musim panen madu madu bulan Maret 2009, team Ridzki cs akan bisa ditemui di kelebatan hutan di daerah Mondulkiri. Gekko juga berkomitmen untuk bergabung dalam pertemuan tahunan JMHI yang akan diselenggarakan di Luwu Utara. Setelah pertemuaan berahkir, team akan tinggal sementara untuk menyelesaikan pengambilan film madu hutan dari Luwu Utara Pak Johannes dari Sorong mengambil kesempatan untuk memberitahukan apabila JMHS (Sumbawa) mau membantu melatih petani dari Raja Ampat dalam penanganan panen lestari dan juga proses paska panen madu hutan Apis dorsata. Jawaban dari JMHS sangat positip Kami Siap Pak! Pak Johannes dan rekan-rekan lainnya, selama makan malam, juga mengemukakan bahwa mereka tertarik untuk menggunakan keberhasilan Kabupaten Sumbawa untuk mempengaruhi kebijakan pengambilan keputusan di tingkat pemerintahan daerah mereka masing-masing Pak Niko dari Malinau terlihat sibuk melobi direktur AMAN, Abdon Nababan untuk lebih terlibat dalam jaringan masyarakat adat di kabupatennya. Dan sebagai hasilnya, tidak lebih dari 2 minggu kemudian,

52

Pak Abdon sudah berada di kapal cepat melaju dari pelabuhan Tarakan menuju ke Hulu Malinau. Kemudian... , tapi itu akan menjadi sebuah cerita baru lainnya ! Sujin Kwon dari Toyota Foundation berada di Indonesia untuk mengunjungi rekan mereka, diantaranya group dari Kedang Pahu. Tapi dia terlihat menikmati untuk mengambil kesempatan mendekatkan diri (dan juga Toyota Foundation) dengan JMHI Terahkir, Fenny Purnawan dari P.T. UKMI, pada saat keluar dari ruangan seminar, mengungkapkan kebahagiaannya dengan adanya hubungan antara madu hutan dengan konservasi, karena dia melihat hal tersebut merupakan salah satu keunggulan dari pemasaran madu hutan yang saat ini PT UKMI lakukan dengan AMWAY. DAN SETELAHNYA Pak Leo dari Keystone dan Amy of WWF Mondulkiri tinggal beberapa hari lebih lama setelah seminar. Pelatihan dan pembelajaran mengenai proses produksi madu dan juga proses pembuatan sabun dan juga pengalaman dari Pak Leo merupakan salah satu kesempatan langka dan sangat berharga. Peneliti Madu senior, Dr. Soesilawati Hadisoesilo dan dr. Kuntadi, keduanya dari Pusat Litbang Hutan dan Konservasi (Bogor) menjadi sangat bersemangat. Dan sebagai team mereka menawarkan diri untuk membagi ilmunya pada waktu pertemuan tahunan JMHI di Luwu Utara. Tujuannya : untuk mendiskusikan lebih dalam bagaimana mereka bisa membagikan pengetahuannya mengenai pelestarian alam melalui lebah hutan Selain itu, peserta dari Ujung Kulon, Irham (Banten) mendapatkan kesempatan untuk mengikuti acara pertemuan tahunan JMHI. PHMN, lembaga pendamping masyarakat di TN Ujung Kulon, terinspirasi untuk bisa lebih banyak belajar, dan kedepannya, menjadi salah satu anggota JMHI sebagai wakil dari pulau Jawa Akhirnya, Amy kembali ke Kamboja, berbagi pengalaman selama mengikuti seminar dengan rekanrekan nya di sana. Semua setuju bahwa pada dasarnya pidato dari TN Danau Sentarum, Pak Suwignyo, seharusnya disampaikan kepada pengelola dari Mondulkiri Protected Forest dan Phnom Prich Wildlife sanctuary. Akhirnya, pidato tersebut akan di alih bahasakan ke dalam bahasa Khmer.

53

Agenda Workshop Madu Hutan & Konservasi Hutan: Apa Kaitannya? (Forest Honey & Forest Conservation: What Is The Link?) Jakarta, 21-22 Oktober 2008Waktu Acara Keterangan

Hari I (Selasa, 21 Oktober 2008) 09.00 09.30 09.30 10.30 Pengantar Pembukaan Sesi I; SUMBAWA Film clip (10 menit) Presentasi; Pemkab Sumbawa Besar (10 menit) Presentasi: Jaringan Madu Hutan Sumbawa JMHS (10 menit) Diskusi (30 menit) 10.30 11.00 11.00 12.30 Coffee break Sesi II; DANAU SENTARUM Film clip (10 menit) Presentasi: BTN Danau Sentarum (10 menit) Presentasi: Asosiasi Periau Danau Sentarum (10 menit) Presentasi: Dampak Kegiatan Manusia di Buffer Zone sekitar Taman Nasional (10 menit) Diskusi (50 menit) 12.30 13.30 13.30 15.30 Makan Siang Sessi III; REGIONAL/INTERNASIONAL Pengalaman Cambodia (10 menit) Film clip (10 menit) Pengalaman India Nilgiris (10 menit) A Growing Market for Quality Forest Honey; The resource base points. (10 menit) Robert Leo (Keystone Foundation) AMWAY Amy Maling (WWF Mondulkiri) Profiting from Honeybee Kepala BTNDS M. Yusni (pengurus APDS) Abet Nego Tarigan (Sawit Watch) Panel sesi I (moderator sama dengn sesi I) Peserta berkesempatan mencicipi madu hutan dan menyaksikan pertunjukan dari Grayson & Bee Gang Bupati Sumbawa Besar Nuraini (Ketua JMHS) Moderator Valentinus Heri/Riak Bumi/JMHI Menteri Kehutanan RI

54

Looking at Conservation and NTFP Management from a regional NTFP-EP; Jenne de Beer. perspective (10 menit) Working towards overall sustainable management of community forests (10 menit) Diskusi (60 menit) 15.30 16.00 16.00 16.30 Coffe break Diskusi Kelompok (Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok; kemungkinan isi kelompok beragam dgn pertanyaan kunci yang sama) Pertanyaan 1: Bagaimana hubungan antara pemanfaatan NTFP dan konservasi hutan? Pertanyaan 2: Apa tantangan bagi inisiatif konservasi hutan berbasis masyarakat dan pengelolaan hutan secara lestari oleh masyarakat. (Fasilitator kelompok berasal dari anggota kelompok) Fasilitator Team Inti (RB, SW, DN, EP) Sungai Utik (Pak Janggut dan C. Kanyan-LBBT) Moderator

16.30 17.00 17.00

Presentasi pointers temuan kelompok Kesimpulan

Hari II (Rabu, 22 Oktober 2008) 08.50 09.00 09.00 10.00 Review Hari I Diskusi kelompok. Pertanyaan 1: Apa hal yang menarik dari hari 1? Pertanyaan 2: Apa yang akan anda lakukan agar hal yang menarik tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat dan implementatif bagi anda (dan masyarakat anda?). Pertanyaan 3: Dari hasil workshop ini, apa gagasan baru anda yang akan diwujudkan dalam 3 bulan kedepan? 10.00 11.00 11.00 11.30 11.30 12.30 12.30 13.30 Presentasi kelompok Fasilitator. (termasuk di dalam agenda ini adalah Tanya jawab dengan pers) Kesimpulan Lost & Found in the Rainforest Board Game Competition Penutupan Team Inti (RB, SW, DN, EP) Team Inti (RB, SW, DN, EP) Pejabat Senior Departemen Kehutanan Fasilitator Fasilitator kelompok

55

Daftar Peserta dan Panitia Workshop Madu Hutan & Konservasi Hutan: Apa Kaitannya? Jakarta, 21-22 Oktober 2008 No1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

NamaAbdon Nababan Abet Nego Andiriawati Prihantini A. Hadison Amy Maling Ade Jumhur Achmad Harbandi Bandi Boro Suban Nikolaus C. Kanyan Eman Erma S. Ranik Eko Waskito (BUCE) Fenny Purnawan George Sitania Heru W. Wardana Haryo Pambudi Hamsuri Intan Diani Fardinatri Irwan Dani Drs. H. Jamaluddin Malik Jenne De Beer Johnny W. Utama Jalisman Julmansyah Kuntadi Martua Sirait Marina Gunawan M. Yudi Agusrin

LembagaAMAN Sawit Watch PT. Amway Indonesia Gita Buana WWF-Cambodja Riak Bumi Yakomsu Tuai Rumah Sungai Utik LP3M LBBT-PTK PHMN EC-Indonesia FLEGT SP L-TB Merangin UKMI AMAN MT Foundation Pustanling Dephut LPMA Biocert PHMN Bupati SUMBAWA NTFP-EP Dian Niaga Jakarta PBS Palopo JMHS Badan Litbang Kehutanan ICRAF-SEA WWF Indonesia WWF Indonesia

56

No30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57

NamaMA. CRISTINA S. Guerrero Maulana Meti Margareta Seting Mariamah Achmad Mikael Endang Moh. Djauhari M. Yusni Melly Nuning Barwa Nasrudin Nina Mulianti Nuraini Peacy Ongkomay banena Ridwan Soleh Rizky R. Sigit Robert Leo Radaimon Soewignyo Sheilla Sujin Kwon Soesilawati Hadisoesilo Suanso Thomas Irawan Widhi Yohanis Goram Yoga Sofyar

LembagaNTFP-EP Progresif YASCITA NTFP-EP WALHI MA Perbatasan KPSHK APDS GEKKO Studio PT. Martina Berto UEESI-YASCITA Pusat DokInfo Manggala Wanabakti JMHS NTFP-EP YPAL Telapak/Gecko Studio Keystone FMTN

Rahmawati Retno Winarni Sawit WatchTN Danau Sentarum KEHATI The TOYOTA Foundation Badan Litbang Kehutanan J.PLS Riak Bumi Dian Niaga Jakarta YNP VSO

57

MADU UNTUK KE58

HUTAN HIDUPAN59

OP NASIONAL MADU H UTA RKSH N WO

foto

60

MADU HUTAN & KONSERVASI HUTAN: APA KAITANNYA ?

Adanya kesadaran akan besarnya ancaman terhadap pengelolaan madu hutan dan juga pelestarian hutan sebagai tempat tinggal dan mencari makan lebah hutan, maka Riak Bumi bekerjasama dengan JMHI dan didukung oleh NTFP-EP, Telapak , Dian Niaga dan Sawit Watch menyelenggarakan workshop yang bertema Forest Honey and Forest Conservation: What is the Link? . Workshop yg melibatkan 60 peserta yang berasal dari Masyarakat Lokal, NGO, Pemerintah, Pengusaha, Akademisi serta pembicara dari India, Philipine, dan Cambodia. Diselenggarakan selama dua hari di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta pada tanggal 21 sampai 22 Oktober 2008. The meeting was most inspiring. It opened my eyes to a lot of things! Heru W. Wardana - Martina Berto

61