Upload
leora
View
81
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Problem-Based Learning Pemicu III THT Fakultas Kedokteran UI 2013. Stase E : Absen 1-10 Benedicta MS Calvin CKM Christopher RA Deriyan SW Dwi W Evan R Faradila K Farah AY Hanifah R Herliani DPH. - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
Problem-Based LearningPemicu III THT
Fakultas Kedokteran UI 2013
Stase E : Absen 1-10Benedicta MS
Calvin CKMChristopher RA
Deriyan SWDwi WEvan R
Faradila KFarah AY
Hanifah RHerliani DPH
“The half is better than the whole.”[1828 I. Disraeli Curiosities of Literature 2nd Ser. I. 419]
Identitas
• NAMA : TN. S• USIA : 50 TAHUN• JK : LAKI-LAKI
Keluhan Utama• Terdapat benjolan di leher kanan sejak lima
bulan lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit• Sejak 5 bulan lalu, timbul benjolan di leher
kanan atas, benjolan membesar, mengeras, tetapi tidak nyeri, telinga kanan terasa berdengung dengan pendengaran berkurang
Kata Kunci
• Laki-laki 50 tahun• Benjolan leher kanan sejak 5 bulan yl• Benjolan membesar, mengeras, nyeri (-)• Telinga kanan berdengung, penurunan
pendengaran (+)
Anamnesis Tambahan
• Suku bangsa?• Ada demam? Penurunan BB?• Ada mimisan? Hidung tersumbat? Gangguan penciuman?• Keluar cairan dari telinga?• Sakit kepala? Pusing berputar? Pandangan ganda?
Gangguan menelan? Suara berubah? Nyeri pada wajah?• Kebiasaan makan? Makanan dengan pengawet?• Riwayat dengan keluhan yang sama di keluarga? Keganasan?• Riwayat merokok dan konsumsi alkohol?• Riwayat penyakit dahulu? Pengobatan yang pernah dijalani?
Diagnosis Banding
• Karsinoma Nasofaring• Limfoma malignum• Karsinoma laring• Karsinoma sinonasal
Pemeriksaan Fisik
• Pada pemeriksaan THT:– Telinga AD perforasi sentral– Hidung : dalam batas normal
• Terdapat benjolan di angulus mandibula kanan berukuran 3 x 3 x 2 cm, keras, tidak bergerak. Pada mata terdapat diplopia pada mata kanan.
Kata Kunci
• Membran timpani AD perforasi sentral• Benjolan pd angulus mandibula kanan uk. 3 x
3 x 2 cm, keras, tak bergerak• Diplopia mata kanan
PF Lain dan Penunjang• Rinoskopi posterior• Otoskop• Laringoskopi indirek• Tes Penala• Tes keseimbangan
• Foto polos• Pemeriksaan lab: serologi• Biopsi jarum halus• Nasoendoskopi • Timpanometri AS• Audiometri• CT Scan kepala dan leher
Identifikasi Masalah
• Laki-laki 50 tahun datang dengan benjolan tak nyeri pada leher kanan disertai gangguan pendengaran dan penglihatan.
Analisis MasalahTn. S, 55 th
Benjolan leher kanan di angulus mandibularis (3
x 3 x 2 cm) nyeri (-), immobile, keras
Pembesaran KGB lv. II (neoplasia)
Primer: limfoma malignum
SekunderKarsinoma Nasofaring
Telinga kanan mendengung, perforasi
sentralDiplopia mata kanan
Ekstensi intrakranial (N. III, IV, IV)
Obstruksi tuba
Karsinoma sinonasal dan
laring
Hipotesis
• Keluhan yang dialami pasien disebabkan oleh karsinoma nasofaring yang bermetastasis ke KGB
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana penjelasan anatomi nasofaring dan kelenjar getah bening leher secara singkat?
2. Bagaimana patogenesis dan patofisiologi KNF?3. Bagaimana manifestasi klinis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang pada KNF?4. Bagaimana tatalaksana KNF?5. Apa diagnosis banding pada kasus ini?
Bagaimana menyingkirkannya?
Anatomi KGB Leher dan Nasofaring
Massa pada kelenjar yang berada di bawah m. sternokleido-mastoideus bagian atas dan kelenjar servikal superior posterior berasal dari tumor ganas nasofaring, orofaring dan posterior sinus maksila.
Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. New York: Thieme; 2006. p 333
Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. New York: Thieme; 2006. p 314
Van De Water TR, Staecker H. Otolaryngology : basic science and clinical review. New York: Thieme; 2005. p 606
Kelenjar Getah Bening Leher
Image taken from: Ruggiero FP. Neck Dissection Classification. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/849834-overview (18 April 2013)
• Level I : submental dan submandibula• Level II : jugularis superior, digastrik, servikal
posterior superior• Level III : jugularis media• Level IV : jugularis inferior dan supraklavikula• Level V : kelenjar yang berada di segitiga
posterior servikalKel. Limfe Jugularis superior palatum mole, tonsil, lidah posterior, dasar lidah, sinus piriformis, supraglotik laring. Kel. Retrofaring, spinalis asesorius, parotis, servikalis superfisial, submandibula
Kel. Limfe retrofaring nasofaring, hipofaring, telinga tengah, tuba eustachius
Van De Water TR, Staecker H. Otolaryngology : basic science and clinical review. New York: Thieme; 2005. p 553-4
Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. New York: Thieme; 2006. p 18, 105-7
Karsinoma Nasofaring
Lingkup Bahasan
• Epidemiologi• Etiopatogenesis dan Faktor Risiko• Manifestasi Klinis• Pemeriksaan Penunjang• Tatalaksana
Epidemiologi
Busson P, Keryer C, Ooka T, Corbex M. EBV-associated nasopharyngeal carcinomas: from epidemiology to virus-targeting strategies. Trends in microbiology: 2004(12):356-60
Male
Etiopatogenesis dan Faktor Risiko
• Epstein-Barr Virus (EBV)– Ikan asin nitrosamin– Sosek rendah (asap), penggunaan dupa– Karsinogen (benzopiren, bensoantrasen, gas kimia,
asap)– Radang kronis nasofaring– Genetik (profil HLA, ras dan keturunan)
Normal Epithelium
Low Grade Dysplasia
High Grade Dysplasia
Invasive Carcinoma
Metastatic Carcinoma
P53 Mutation
Gain Chromosome 12
Deletion 11 and 13
Deletion of Chromosomes 3p and 9p
Inactivation of Chromosome p14, 15 and 16
EBV infection
Manifestasi Klinis
• Gejala Dini• Gejala Lanjut– Akibat penyebaran (metastasis) sel tumor ke
limfonodi regio kepala• Gejala Perluasan Tumor ke Jaringan Sekitar
www.primehealthchannel.com
Gejala Dini
1. Oklusi Tuba Eustakius– Tinitus, rasa penuh telinga, gangguan
pendengaran
2. Otitis Media Serosa, hingga perforasi3. Epistaksis (mukosa rapuh, darah
bercampur ingus warna merah jambu)4. Sumbatan Hidung (pilek kronis, gangguan
penghidu, ingus kental)
TELINGA
HIDUNG
Gejala Lanjut
• Limfadenopati – Sel-sel tumor tumbuh dan berkembang
membesar, tidak nyeri– Lebih lanjut menembus otot, melekat pada otot sukar digerakkan (terfiksir)
– Sering merupakan keluhan yang menyebabkan pasien datang ke dokter, sebab gejala dini umumnya tidak khas dan sering diabaikan!
Perluasan Tumor
• Ke superior: fossa medialis/penjalaran petrosfenoid foramen laserum CN II – VI– Neuralgia trigeminalis unilateral– Oftalmoplegia unilateral– Amaurosis vugax– Nyeri kepala hebat
• Ke posterior: fossa posterior (retroparotidian) CN VII – XII + n.simpatikus servikalis
• Umumnya terjadi unilateral• Jauh: os (femur terutama), hepar, pulmo
Dhingra PL. Diseases of ear, nose, and throat. Fourth edition. Philadelphia: Elsevier; 2007
Keterlibatan CN
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
Lederman et al Leung et al
Diagnosis
• Pemeriksaan Nasofaring (Rinoskopi Posterior, Nasofaringoskop)
• Biopsi Nasofaring• Radiologi (CT diagnosis dini, ekstensi tumor)• Serologi (IgA anti VCA, IgA anti EA)
T staging (AJCC, 2002)
• T1: – Tumor confined to the nasopharynx
• T2: – Tumor extends to soft tissues
• T2a : Extends to the oropharynx or the nasal fossa• T2b : With parapharyngeal extension
• T3: – Tumor invades bony structures and/or paranasal sinuses
• T4: – Tumor with intracranial extension and/or involvement of cranial
nerves, infratemporal fossa, hypopharynx, orbit, or masticator space
N staging (AJCC, 2002)
• N0:– No regional lymph node metastasis
• N1: – Unilateral metastasis in lymph node(s), < 6 cm in greatest dimension,
above the supraclavicular fossa
• N2:– Bilateral metastasis in lymph node(s), < 6 cm in greatest dimension,
above the supraclavicular fossa
• N3:– N3a: Metastasis in a lymph node(s) >6 cm – N3b: Extension to the supraclavicular fossa
Staging (AJCC, 2002)
I
• T1N0M0
IIA
• T2aN0M0
IIB
• T1N1M0• T2aN1M0• T2bN0,N1M0
III
• T1N2M0• T2a,2bN2M0• T3N2M0
IVa
• T4N0,N1,N2M0
IVb
• N3, M0
IVc
• M1
Staging (AJCC, 2002)
Stage I Stage IIA Stage IIB
Stage III Stage IVA Stage IVB
Tatalaksana• Radioterapi• Kemoterapi• Diseksi Leher Radikal– Benjolan leher yang tidak
menghilang pada penyinaran, atau timbul kembali (tumor induk harus sudah hilang radiologi dan serologi, metastasis jauh (-)
Roezin A, Adham M.Karsinoma nasofaring. Dalam: Sopeardi EA, Iskadnar N, Bashiruddin J, Restusi RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007
Stadium I
• Radioterapi
Stadium II dan III
• Kemoradiasi
Stadium IV, N<6 cm
• Kemoradiasi
Stadium IV, N>6 cm
• Kemoterapi kemoradiasi
Prognosis
• Ekstensi parafaring: buruk
• Keterlibatan CN 4: buruk• Histologi
undifferentiated: lebih baik
• Rekurensi tinggi: perlu follow up jangka panjang (10 tahun post-terapi)
Stage Relative Survival Rates
5-year 10-year
I 78% 62%
II 64% 52%
III 60% 46%
IV 47% 37%
Musa Z. Kemajuan dalam diagnosis dan penatalaksanaan karsinoma nasofaring. [Slide]
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding
• Kongenital disingkirkan• Trauma tidak ada riwayat trauma• Infeksi benjolan keras, tidak nyeri, dan tidak
bergerak kemungkinan bukan infeksi• Tumor– Tumor primer: limfoma malignum– Tumor sekunder: tumor ganas sinonasal, tumor
ganas laring
Limfoma Malignum
• Terjadi pada usia remaja dan dewasa muda (Hodgkin), serta orang tua (Non-Hodgkin)
• Faktor risiko:– Imunodefisiensi– Terpajan bahan kimia pertanian– Agen penginfeksi: HTLV-1, EBV, HIV, H.pylori, dll
• Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin
Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2011.
Manifestasi Klinis• Limfadenopati superfisial tidak nyeri• Demam, keringat malam, penurunan BB• Anemia, trombositopenia, neutropenia• Keterlibatan Waldeyer’s ring• Pembesaran hati dan limpa
Hoffbrand AV, Moss PAH, Pettit JE. Essential Haematology. 5th ed. Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd; 2006.
Hodgkin vs Non-HodgkinLimfoma Hodgkin Limfoma Non-Hodgkin
Seringkali terlokalisir pada KGB aksial (leher, supraklavicula, axilla)
KBG perifer multipel
Penyebaran bertahap Penyebaran tidak bertahap
Struktur waldeyer dan mesenteric jarang terlibat
Struktur waldeyer dan mesenteric sering terlibat
Keterlibatan ekstranodular jarang
Keterlibatan ekstranodular umum
Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
Tumor Sinonasal
1% keganasan seluruh tubuh
3% keganasan kepala-leher
Pria:Wanita (2:1)
Zat kimia atau bahan industri
Alkohol, asap rokok, makanan diasinkan
dan diasap
Roezin A, Armiyanto. Tumor Hidung dan Sinonasal. Dalam: Sopeardi EA, Iskadnar N, Bashiruddin J, Restusi RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007
Gejala Tumor Hidung dan Sinus Paranasal
Chalian AA, Litman D. Neoplasm of the Nose and Paranasal Sinus. Dalam: Snow JB, Ballenger JJ. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16th ed. Edisi keenambelas. Ontario: BC Decker Inc; 2003.
Tanda dan GejalaTergantung asal tumor primer, arah dan perluasan (sinus maksila tak bergejala)• Obstruksi hidung unilateral• Rhinorrhea (sering bercampur darah/epistaksis)• Deformitas hidung• Sekret berbau
Gejala Nasal
• Diplopia• Proptosis• oftalmoplegia
Gejala orbital (perluasan orbita)
Roezin A, Armiyanto. Tumor Hidung dan Sinonasal. Dalam: Sopeardi EA, Iskadnar N, Bashiruddin J, Restusi RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007
Gejala Oral
• Ulkus di palatum dan prosesus alveolaris nyeri gigi• Trismus (m. Pterygoideus) disertai anestesia, parestesi di
daerah n V.2 dan n V.3
Gejala fasial
• Penonjolan pipi• Nyeri, anestesia atau parestesia wajah (keterlibatan n. V)
Gejala intrakranial
• Sakit kepala hebat• Oftalmoplegia, penurunan visus• Likuorea
Sering terlambat diagnosis karena gejala dininya mirip rinitis
Roezin A, Armiyanto. Tumor Hidung dan Sinonasal. Dalam: Sopeardi EA, Iskadnar N, Bashiruddin J, Restusi RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007
Tumor Ganas Laring
Karsinoma sel skuamosa
• Gejala yang paling dini (plika vokalis dan ventrikularis)• Ketidakteraturan, oklusi, malfungsi otot dan saraf• Suara kasar, mengganggu, nada lebih rendah
Suara serak
• Massa tumor, sekret, atau fiksasi pita suara
Sensasi tidak nyaman, mengganjal
Dispnea & stridor
Hermani B, Abdurrachman H. Tumor Laring. Dalam: Sopeardi EA, Iskadnar N, Bashiruddin J, Restusi RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007
Tumor Ganas Laring
Nyeri tenggorok
• Lokasi & penyebaran tumor
Disfagia
Batuk dan hemoptisis
Pembesaran KGB leher metastasis tumor ganas
Laringoskopi indirek
Hermani B, Abdurrachman H. Tumor Laring. Dalam: Sopeardi EA, Iskadnar N, Bashiruddin J, Restusi RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007
Diagnosis Banding
“Benjolan di angulus mandibula kanan, keras, tidak bergerak, dan tidak nyeri”
• Limfoma malignum perlu data manifestasi sistemik, pemeriksaan laboratorium rutin, dan hasil biopsi belum dapat disingkirkan
• Tumor ganas sinonasal pada PF hidung dalam batas normal dapat disingkirkan
• Tumor ganas laring keluhan utama biasanya serak kurang cocok, tetapi belum dapat disingkirkan
Kesimpulan
• Keluhan yang dialami pasien cocok untuk karsinoma nasofaring, meskipun demikian diperlukan anamnesis dan pemeriksaan tambahan agar diagnosis karsinoma nasofaring dapat ditegakkan
"Unselfish and noble actions are the most radiant pages in the biography of souls." - David Thomas