51
PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF MAQȂSHID ASY-SYARȊʻAH (Studi Kasus UU No. 30/2009 Tentang Ketenagalistrikan) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Hukum (MH) Dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah Oleh : Lestari NIM. 217420291 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1440 H / 2019 M

PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

MAQȂSHID ASY-SYARȊʻAH

(Studi Kasus UU No. 30/2009 Tentang

Ketenagalistrikan)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Magister Hukum (MH) Dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah

Oleh :

Lestari

NIM. 217420291

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

MAQȂSHID ASY-SYARȊʻAH

(Studi Kasus UU No. 30/2009 Tentang

Ketenagalistrikan)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Magister Hukum (MH)Dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah

Oleh :

Lestari

NIM. 211610135

Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA

Dr. Syarif Hidayatullah, S.S.I.,MA,MCHC

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Privatisasi BUMN Dalam Perspektif Maqȃshid

Asy-Syarȋʻah (Studi Kasus UU No. 30/2009 Tentang Ketenagalistrikan)”

yang disusun oleh Lestari, dengan Nomor Induk Mahasiswa: 211610135,

telah melaui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing

telah memenuhi syarat ilmiah untuk diajukan ke sidang munaqasah.

Pembimbing I,

Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA

Tanggal: 15 Maret 2019

Pembimbing II,

Dr. Syarif Hidayatullah, S.S.I, MA, MCHC

Tanggal: 16 Maret 2019

Page 4: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

ii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan tangan di bawah ini:

Nama : Lestari

NIM : 211610135

Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 15 Mei 1972

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Privatisasi BUMN Dalam Perspektif

Maqȃshid Asy-Syarȋah (Studi Kasus UU.No. 30/2009 Tentang

Ketenagalistrikan)” adalah benar hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan

yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 29 April 2019

25 Rajab 1440 H

Penulis

Lestari

Page 5: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

iii

بسم الله الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas semua berkat dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tesis

ini. Shalawat serta salam Penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad

SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya serta seluruh umat manusia yang

beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dalam penulisan tesis ini, Penulis menyadari akan sulit terwujud

tanpa adanya bantuan semua pihak, oleh karena itu, Penulis ingin

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah

Tahido Yanggo, MA,

2. Direktur Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta. Bapak

Dr. Azizan,MA,

3. Dosen Pembimbing I dan II, Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo

MA dan Bapak Dr. Syarif Hidayatullah, S.S.I., MA, MCHC, yang

senantiasa membimbing, memberi ilmu dan mengarahkan Penulis

sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik,

4. Segenap Dosen Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta

yang telah memberikan pengetahuan dan ilmunya kepada Penulis,

5. Ketua dan seluruh staf Tata Usaha Program Pasca Sarjana Institut Ilmu

Al-Qur’an Jakarta,

Page 6: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

iv

6. Pimpinan dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an dan Perpustakaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pondok Aren, 29 April 2019 M

25 Rajab 1440 H

Penulis

Page 7: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf abjad yang

satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis ini, Penulis mengacu pada

buku pedoman Akademik Program Pescasarjana Institut Ilmu Al-Quran, IIQ

Jakarta tentang sistem transliterasi sebagai berikut:

A. Konsonan

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

Q ق Z ز A أ

K ك S س B ب

L ل Sy ش T ت

M م Sh ص Ts ث

N ن Dh ض J ج

W و Th ط H ح

H ه Zh ظ Kh خ

‘ ء ‘ ع D د

Y ي Gh غ Dz ذ

F ف R ر

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Fathah : a contoh : = dharaba

Kasrah : i contoh : = rahima

Dhammah : u contoh : = kutub

2. Vokal Rangkap

Vokal Rangkap (fathah dan ya mati) ditulis “ai”

Contoh: =Zainab = kaifa

Vokal Rangkap (fathah dan waw mati) ditulis “au”

Contoh: = haula = qaula

3. Vokal Panjang

Fathah : ȃ contoh: = qȃla

Kasrah : ȋ contoh: = qȋla

Page 8: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

vi

Dhammah : û contoh: = kûb

4. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال) qomariyah

Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال) qomariyah ditransliterasi

sesuai dengan bunyinya. Contoh:

: Al-Baqarah : Al-Madinah

b. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال) syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan didepan dan sesuai dengan

bunyinya. Contoh:

: asy-Syams : ad-Dȃrimî

c. Syaddah ( Tasydȋd )

Syaddah ( Tasydȋd ) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang

,sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf ,(ا )

yaitu dengan menggandakan huruf yang bertanda tasydȋd, aturan ini

berlaku umum, baik tasydȋd yang berada di tengah kata, di akhir

kata ataupun tasydȋd yang terletak di setelah kata sandang, yaitu :

: Ȃmannȃ billȃhi : Ȃmana as-sufahȃ’a

: Inna al-ladzȋna : wa ar-rukka ‘i

d. Ta Marbûthah ( ة)

Ta Marbûthah ( ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh

kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi

huruf “h”. Contoh:

: al-Afʻidah

: al-Jȃmiʻah al-Islamiyyah

Sedangkan Ta Marbûthah ( ة) yang diikuti atau disambungkan (di

washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi

huruf “t”. Contoh:

: ‘Ȃmilatun Nȃshibah.

e. Huruf Kapital

Page 9: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

vii

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan

yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan

awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan

lain-lain. Ketentuan yang berlaku dalam EYD berlaku pula dalam

alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau ctak tebal (bold)

dan ketentuan lainnya. Adapun nama diri yang diawali huruf

sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,

bukan kata sandangnya. Contoh: Muhammad Abu Bakar, Umar

Usman ‘Ali, al-‘Asqalani, dan seterusnya. Khusus untuk penulisan

kata Al-Qur’an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf

kapital. Contoh: Al-Qur’an, Al-Baqarah dan seterusnya.

C. Singkatan – singkatan

SWT. : Subhanahu wa Ta’ala

SAW. : Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam

r.a. : Radhiallahu ʻanhu

Q.S. : Al-Qur’an Surat

H. : Tahun Hijriyyah

M. : Tahun Masehi

Cet. : Cetakan

t.tp. : Tanpa tempat penerbit

t.p. : Tanpa penerbit

t.th. : Tanpa tahun

h. : Halaman

Page 10: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ...i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................ii

PERNYATAAN PENULIS ................................................................... ..iii

KATA PENGHANTAR ........................................................................ ..iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ ...v

DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................... ..xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. ..1

B. Permasalaan……………………………………………....16

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................... ..18

D. Kajian Pustaka ................................................................ ..18

E. Metode Penelitian ......................................................... ..21

F. Sistematika Penulisan ..................................................... ..24

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG PRIVATISASI BUMN

A. Definisi ............................................................................ ..27

B. Sejarah Privatisasi ............................................................ ..30

C. Kebijakan Privatisasi BUMN ........................................... ..35

Page 11: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

ix

D. Realitas Privatisasi BUMN di Indonesia dan Dampaknya

..............................................................................................62

E.Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 Tentang

Ketenagalistrikan..................................................................69

1. Sejarah Ketenagalistrikan Indonesia...............................73

2. Pokok-pokok Privatisasi Ketenagalistrikan dalam UU No.

30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan

.........................................................................................76

BAB III: MAQȂSHID ASY-SYARȊʻAH

A. Pengertian…………………………………………….........79

1. Pandangan Ulama Tentang Maqȃshid asy-Syarȋʻah........84

2. Kedudukan dan Fungsi Maqȃshid asy-Syarȋʻah…..........95

3. Kemaslahatan Sebagai Maqȃshid asy-Syarȋʻah…..........97

4. Tingkatan Kemaslahatan dan Kulliyatul Khams............102

5. Kaidah-kaidah untuk Mengetahui Maqȃshid

asy-Syarȋʻah....…..... ……….....………….....................114

B. Kemaslahatan dalam Ekonomi …………….......................121

BAB IV: KONTEKSTUALISASI MAQȂSHID ASY-SYARȊʻAH

PADA PRIVATISASI KETENAGALISTRIKAN(UU No.

30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan)

A. Kekuasaan Negara dalam Islam pada Pengelolaan Sumber

Daya Strategis.………….....…………...............................137

1. Mewujudkan Kekuasaan Negara Melalui Pembentukan

dan Pengendalian BUMN…………………….............138

2. Privatisasi BUMN dalam Perspektif Sistem Ekonomi

Islam...............................................................................142

Page 12: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

x

a. Privatisasi BUMN Kepemilikan Umum..….............142

b. Kedudukan Privatisasi Beberapa BUMN: Studi

Kasus……………….................................................157

B. Urgensi Sumber Daya Listrik…………….…..………........161

C. Kalkulasi Privatisasi Ketenagalistrikan……………............163

D. Maqȃshid asy-Syarȋʻah pada Pengelolaan Ketenagalistrikan

..............................................................................................172

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................17

8

B. Saran.....................................................................................18

0

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

xi

ABSTRAKSI

Penelitian yang berjudul Privatisasi BUMN dalam Perspektif

Maqȃshid asy-Syariʻah (Studi Kasus UU No. 30/2009 tentang

Ketenagalistrikan) ini menegaskan bahwa kebijakan privatisasi

ketenagalistrikan adalah kebijakan yang tidak tepat. Pemerintah sebagai

pemegang kendali kebijakan sektor publik tidak boleh mengambil kebijakan

pelepasan pengelolaan semisal ketenagalistrikan kepada swasta.

Penulis setuju pandangan Ikhsan Abadi dalam bukunya Neo

Liberalisme dalam Timbangan Ekonomi Islam yang mengkritisi kebijakan

pemerintah melakukan privatisasi melalui unblunding dan divestasi pada

Perusahaan Listrik Negara (PLN). Unblunding pada PLN mengakibatkan

setiap jenis usaha ketenagalistrikan dapat dimiliki oleh pihak non pemerintah.

Di sisi lain Penulis juga tidak sependapat alasan bahwa upaya melakukan

privatisasi PLN melalui divestasi adalah untuk menciptakan iklim kompetisi

dan meningkatnya peran swasta, karena realitasnya divestasi justru

menyebabkan pihak swasta akan dominan dalam penyediaan listrik.

Kebijakan di atas secara otomatis berakibat harga listrik akan didikte

oleh kartel perusaan listrik swasta. Dampak ini dirasakan oleh konsumen

berupa harga tarif dasar listrik yang memberatkan. Di sisi lain fungsi

pemerintah sebagai pengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat

hidup orang banyak semisal bidang ketenagalistrikan harus mengupayakan

kesejahteraan dan kemudahan sarana bagi rakyat dan bukan sebaliknya, hal

itu selaras dengan maqȃshid asy-syariʻah. Listrik yang terkategori sebagai

obyek milik publik, tentu hukum positif yang menaunginyapun harus

berpihak kepada kemaslahatan umum. Pemerintah bersama Dewan

Perwakilan Rakyat seyogyanya lebih intensif mendengar aspirasi rakyat

kebanyakan dibanding kepentingan beberapa pelaku ekonomi swasta.

Dengan menggunakan metode kualitatif melalui studi pustaka, tesis

ini menghasilkan beberapa pokok pemikiran normatif. Penulis mengambil

referensi primer Undang-Undang No.30/2009 Tentang Ketenagalistrikan dan

buku Neo Liberalisme dalam Timbangan Ekonomi Islam karya Ikhsan Abadi

sebagai referensi sekundernya. Poin pentingnya adalah hifzhul mȃl selaras

dengan inti konstitusi.Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi yang

menjadi landasan undang-undang dan peraturan di bawahnya memiliki nafas

Page 14: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

xii

keberpihakan pada kepentingan umum dan menjaga sumber-sumber ekonomi

optimal sesuai sasaran sebagaimana pesan dari maqȃshid asy-syariʻah.

ص خ ل م ل ا

ب وتية"فم ن ةال ع ن ك الشريع ةظ و رم ق اصدت ؤ كد الدر اس ة بع ن و ان"خ ص خ ص ة الشب ك ة ضيال ق ر اس ة د) ر ق م ني سي الإن د و 30لل ق ان ون /2009 ق ر ار أ ن ) ر ب اء ال ك ه ع ن

ع ل ى بصف ته اص احب ة الرق اب ة ال ك وم ة م لا ئم.إن غ ي ر ق ر ار ه و ر ب اء ال ك ه خ ص خ ص ةر ب اءإل د ار ة لمث لال ك ه الإ ت ع طي ل اأ ن ي و ز .سياس ةال قط اعال ع امل ا ال قط اعا

ف ة ال ديد "الليبالية كت ابه ف عب ادي س ان إح ن ظ ر ه ة وج اتب ة ع ل ى ال ك ت و افق من ص خ ص ة ا ف ال ك وم ة ق ر ار ع ل ى ان ت ق د الذي " لامي الإ س ق تص اد ال م ن ظ ور

ر ب اءال ك ومية )خلا ل ةال ك ه في ةفش رك كيكو التص ف(.ن ت ج PLNالت ف الت ف كيك PLN .ح ك ومية ل ط رافغ ي م ل وكا ر ب اء ال ك ه ال أ ع م من ن و ع ك ل ي ك ون ع ل ىأ ن

ت و افق ر ى،ل ن احي ةأ خ ص خ ص ةال من اتب ة أي ضاع ل ىالسب ب خلا ل PLN ك من ال ك و مية،ل ن غ ي ا ال م ن اف س ةو زياد ةد و رال قط اعا كيكه و ص ن ع م ن اخمن الت ف

س ي ط ر ةال قط اع في ةت ؤ ديبال فع لإل التص و اقع ع ل ىم الت و فيغ ي ال ك و ميةةصار ب اءلل ع ام ة. ال ك ه

ر ب اء ةال ك ه قب لش رك ر ب اءمن ع ارال ك ه ار تف اعأس السياس ة تل ق ائياإل ت ؤ ديتل ك ع ر ال ك و م ة.و ي ش اصةغ ي ا أ ن ب ر ى،ي ن احي ةأ خ االتأ ثي.من ب ذ لك ون ت ه ال م س

الناس ثيمن فس ب لع ي شال ك ن تاجالتت ت ح كم لف ر وعالإ ك م دير ع ىال ك و م ة ت س ال ع ال و س ائل قيقس ه و ل ة لت ح ر ب اء ال ك ه م ع مث ل ،ف هيت تفق ال ع ك س للناسو ل ي س ام ة

لل ق ان ون ب د لل ع ام ةل ائنم ل وك ك ك ر ب اء الشريع ة.ال ك ه لل م ص الحل ه أني ك و ن م ق اصد

Page 15: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

xiii

ال ك وم ة م ع م لسالن وابالإ ت ك و ن أ ن ب اعالت ط ل ع ا ال ع امة.ي تم ث ر اس أ ك ني سي ن د و اصةغ ي ال ك و مية. ق تص اديةا ه ا ال ال ع امةالناسم ق ار ن ةب ص الحال ع ديدمن

الدر اس ا ال د بي خلا ل من ال س الي بالن و عية دام تخ ت ن تج باس الرس ال ة ذه ه ة،ال ق ان ون أ س اسي ر ك م ص د ال ك اتب ة ت أ خ ذ ال مع ي اري. كي الت ف من نق اط عدة

ر ق م ني سي 30الإن د و م ق اييس2009/ ف ال ديد ة "الليبالية و كت اب ر ب اء ال ك ه ع ن عب ادي ا س ان اتبإح ال ك من " الإ س لامي ق تص اد ث ان ويل ر ال م همة ك م ص د الن ق ط ة .

ت ور د س أ ن ك م ا ت ور. الد س ر ج و ه م ع ت ت م اش ى ال م ال ظ حف ة ق اعد أ ن 1945هيال ق و اني أ س اس ي ش كل ت ور لل حف ا ك د س ال ع امة ة ال م ص ل ح ع ل ى م ن حاز ة ر و ل ه ،

ق تص اديةال م تفق ةب ق اصدالشريع ة. ع ل ىال م و اردال

Page 16: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

xiv

ABSTRACT

The study entitled Privatization of BUMN in the Maqâshid

ash-Shari'ah Perspective (Case Study of Law No. 30/2009 on Electricity)

confirms that the electricity privatization policy is an inappropriate policy.

The government as the holder of public sector policy control may not take

management release policies such as electricity to the private sector.

The author agrees with Iksan Abadi's view in his book Neo

Liberalism in the Islamic Economic Scales which criticizes the government's

policy of privatization through unblunding and divestment in the National

Electricity Company (PLN). Unblunding at PLN resulted in every type of

electricity business being owned by non-government parties. On the other

hand the author also disagrees with the reason that the effort to privatize PLN

through divestment is to create a climate of competition and increase the role

of the private sector, because the reality of divestiture actually causes the

private sector to be dominant in providing electricity.

The above policy automatically results in electricity prices being

dictated by private electricity company cartels. This impact is felt by

consumers in the form of burdensome prices of basic electricity tariffs. On

the other hand the function of the government as the manager of production

branches which controls the livelihoods of many people such as the

electricity sector must strive for prosperity and ease of facilities for the

people and not vice versa, it is in harmony with the maqȃshid ash-shariʻah.

Electricity that is categorized as an object that belongs to the public, of

course positive law that shelves it must also be in favor of the common good.

The government together with the House of Representatives should be more

intensive in hearing the aspirations of the common people compared to the

interests of several private economic actors.

By using qualitative methods through literature studies, this thesis

produces several normative ideas. The author takes the primary reference to Law

No. 30/2009 concerning Electricity and the book Neo Liberalism in the Islamic

Economic Scales by Ikhsan Abadi as a secondary reference to this thesis. The

important point is that hifzhulmȃl is in line with the core of the

constitution.The 1945 Constitution as a constitution which forms as the basis

of the laws and regulations below also has spirit of partiality on the public

interest and maintains economic resources optimally so that it is accurate on

the target as the core message of the maqȃshidasy-syarȋʻ.

Page 17: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

xv

Page 18: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Privatisasi adalah salah satu tema pembahasan dalam diskusi

ekonomi dasawarsa terakhir ini. Terkadang perdebatan tentang privatisasi

baik dalam tataran teori maupun tatanan praksis sulit untuk mencapai titik

temu. Gejala ini mungkin adalah hal yang wajar mengingat kontroversi

seputar privatisasi juga terjadi di banyak negara, bukan hanya di negara-

negara berkembang.1Argumentasi para pendukung dan penolak privatisasi

(secara teori) yang terjadi di Indonesia pada dasarnya berakar pada

perdebatan mengenai eksistensi peran negara dalam perekonomian.

Dari perdebatan mereka didapatkan argumentasi umum dan

mendasar atas keberlangsungan peran negara baik sebagai aktor maupun

regulator. Tentu argumentasi ini tidak menafikan efektivitas dan efisiensi

swasta dalam aktifitas perekonomiannya, sehingga ada batasan-batasan

sampai sejauh mana inetervensi negara dalam perekonomian. Dan pada

akhirnya kita tidak gamang dalam memandang privatisasi BUMN.2

Beberapa alasan yang diajukan oleh para pendukung privatisasi

diantaranya privatisasi bertujuan meningkatkan efisiensi dan kinerja

perusahaan. Namun hal tersebut tidak sesuai fakta karena seharusnya jika

argumentasinya demikian yang diprivatisasi adalah perusahaan-perusahaan

yang tidak efisien, produktifitasnya rendah, namun kenyataannya yang

diprivatisasi adalah perusahaan yang sehat dan efisien, sebagai contoh PT

1Fahri Hamzah, Negara, BUMN dan Kesejahteraan Rakyat, (Jakarta: Yayasan

FAHAM Indonesia, 2012), Cet; II, h. 67. 2Fahri Hamzah, Negara, BUMN dan Kesejahteraan Rakyat, h. 67.

Page 19: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

2

Timah, PT Telkom, PT Indosat dan PT BNI Tbk3, termasuk wacana

pemerintah melibatkan swasta dalam sektor strategis diantaranya pengelolaan

ketenagalistrikan sektor strategis yang masih debatable, apakah meringankan

beban masyarakat atau justru memberatkan mereka.

Alasan lainnya adalah bahwa dengan privatisasi bisa mendapatkan

pendapatan baru bagi negara. Hal ini memang benar, ketika terjadi penjualan

aset-aset BUMN negara mendapatkan pendapatan baru. Namun sebagaimana

layaknya penjualan, penerimaan pendapatan itu diiringi dengan kehilangan

pemilikan aset-aset tersebut. Ini berarti negara akan kehilangan salah satu

sumber pendapatannya menjadi lebih berbahaya jika pembelinya dari

perusahaan asing.4

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata privatisasi

diartikan sebagai suatu proses atau perbuatan menjadi milik perseorangan

dari milik negara. Dengan kata lain, privatisasi adalah suatu proses peralihan

produksi barang dan jasa dari sektor negara kepada sektor swasta. Pengertian

lain dari privatisasi dikemukakan oleh Bacelius Ruru: “Privatisasi BUMN

tidak hanya terbatas pada alih kepemilikan saja, tetapi privatisasi BUMN

mencakup non divestiture yang dapat ditempuh melalui upaya korporatisasi,

privatisasi manajemen (kontrak manajemen, konsepsi, kerja sama) serta

privatisasi swasta dalam pelayanan jasa umum dan pilihan divestiture, yaitu

privatisasi dari modal BUMN.5

Perubahan yang terpenting adalah adanya denasionalisasi melalui

penjualan kepemilikan publik, serta deregulasi terhadap status monopoli dan

kontrak, melalui kompetisi antara perusahaan swasta yang diantaranya dalam

3Ikhsan Abadi, Neo Liberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, (Jakarta: Salam

Media, 2015), h. 189. 4Ikhsan Abadi, Neo Liberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, h. 190.

5Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, (Jakarta,

Kencana Prenada Media, 2012), Cet; I, h. 119.

Page 20: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

3

bentuk waralaba.6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara membuat definisi tentang privatisasi sebagai penjualan

saham persero baik sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka

meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi

negara dan masyarakat serta memperluas kepemilikan saham oleh

masyarakat. Perubahan peran pemerintah dari pemilik dan pelaksana,

menjadi regulator dan fasilitator kebijakan serta penetapan sasaran nasional

maupun sektoral.

Pembahasan privatisasi BUMN tentu sangat terkait dengan peran

negara dan obyek privatisasi berupa kepemilikan umum. Tentu kita bisa

mengaitkan hal ini dengan prinsip Islam yang juga menaungi masalah

perekonomian. Adalah tidak realistis berasumsi bahwa semua individu akan

berkesadaran moral dalam masyarakat manusia, karena beriman kepada

Tuhan dan bertanggungjawab di hadapanNya. Bahkan jika seseorang

berkesadaran moral sekaligus dia mungkin saja tidak menyadari prioritas

sosial dalam penggunaan sumber daya. Hal ini memaksa negara untuk

berperan secara komplementer.7

Dalam wacana privatisasi BUMN yang obyeknya adalah milik

negara atau milik publik kita bisa memahami manfaat dan madharat

privatisasi minimal melalui referensi-referensi yang terkumpul dari hasil

penellitian maupun kesimpulan di lapangan. Islam yang mengandung

substansi rahmatan lil‘âlamîn tentu sangat menekankan meraih manfaat

untuk semua dan meminimlisasi madharat atau bahkan menghilangkannya.

Setiap syariat dalam Islam mengandung tujuan tersebut yang disebut

maqâshid asy-syarî‘ah. Maqâshid asy-syarî‘ah adalah tujuan yang menjadi

6Soeharsono Sagir, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Kencana,2009),

Cet; I,h. 288. 7M. Umer Chapra, Visi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi, (Solo: Alhamra,

2011), Cet; I, h. 56.

Page 21: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

4

target teks dan hukum-hukum partikulat untuk direalisasikan dalam

kehidupan manusia, baik berupa perintah, larangan dan mubah, untuk

individu, keluarga, jamaah dan umat.8Tentu saja problematika privatisasi

BUMN ini terkait hajat hidup orang banyak yang syariat memberi bingkainya

dalam maqâshid ‘ammah (maqâshid umum).9

Terkait hal tersebut, sebagai salah satu spirit kehidupan berbangsa

dan bernegara, Islam mengatur semua bidang dalam berbagai skala, mikro

maupun makro memiliki andil dalam memberikan solusi dari berbagai

permasalahan pengelolaan SDA melalui prinsip-prinsipnya. Bukan hanya

secara normatif bagaimana berbagai sumber daya itu dikelola, Islam juga

memaparkan dukungan pembiayaan terhadap aspek-aspek tegaknya suatu

negara.10Disebabkan ideologi ekonomi buatan manusia bersifat relatif

kemutlakannya maka Islam hadir dengan prinsip umum yang adaptif dalam

berbagai kondisi. Prinsip maqâshid asy-syarî‘ah menurut Al-Ghazali:

،مه ال م و مه ل سن و مه ل قع و مه س فن و مه ن ي د مه يل ع ظ ف حي نأ و ه و ،ة س مخ ق لخ الن م ع رالش د وقص م ة د س فم و ه ف ل وص هال ذ ه ت وف اي م ل ك و ة ح ل صم و ه ف س مخ الل وص ال ه ذ ه ظ فح ن م ض ت اي م ل ك ف 11.ةح ل صام ه ع ف د و

“Maqâshid asy-syarî‘ah adalah meningkatkan kesejahteraan

seluruh manusia yang terletak pada perlindungan keimanan, jiwa, akal,

keturunan dan kekayaan mereka. Apapun yang menjamin kelima hal ini

menjamin kepentingan publik dan merupakan hal yang diinginkan”.

8Yusuf al-Qarȃdhawi, Fiqih Maqâshid Syarî‘ah, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,

2005),Cet; III h. 17. 9Oni Sahroni, Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam, (Jakarta: Rajawali Press,

2016), Cet; II, h. 66. 10

Qutb Ibrahim Muhammad, Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi,

Keuangan dan Sistem Administrasi, (Jakarta, Gaung Persada Press, 2007), h.10. 11

Abu Hamid al-Ghazali, Al-Mustashfâ, (Kairo, al-Maktabah al-Tijariyyah

al-Kubra; vol 1, 1937), h. 139.

Page 22: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

5

Menurut asy-Syathibi:

12 اع ام ي ن الد و ن يالد ىف مه ح ال ص م ام ي يق ف ع ير الش د اص ق م ق يق حت ل تع ض و ة ع ي ر الش ه ذ ه

“Sesungguhnya syariat itu bertujuan mewujudkan kemaslahatan

manusia di dunia dan akhirat.”

Apabila ditelaah pernyataan asy-Syathibi tersebut, dapat dikatakan

bahwa kandungan maqâshid asy-syarî‘ah atau tujuan hukum adalah untuk

kemaslahatan umat manusia.13Tak satupun hukum Allah dalam pandangan

asy-Syathibi yang tidak memiliki tujuan. Hukum yang tidak memiliki tujuan

sama dengan membebankan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan. Dalam

mengomentari pandangan asy-Syathibi ini ad-Daraini, menguatkannya. Ia

menegaskan bahwa hukum-hukum itu tidaklah dibuat untuk hukum itu

sendiri, melainkan dibuat untuk tujuan lain yakni untuk kemaslahatan.14

Muhammad Abu Zahrah dalam kaitan ini menegaskan bahwa tujuan

hakiki hukum Islam adalah kemaslahatan.15Ajaran maqâshid asy-syarî‘ah

asy-Syathibi menurut Khalid Mas‘ud adalah tujuan memantapkan maslahat

sebagai unsur penting dari tujuan-tujuan hukum.16Asy-Syathibi menjelaskan

bahwa syariat Islam berurusan dengan perlindungan mashâlih dengan cara

yang positif, seperti dengan menjaga eksistensi mashâlih, baik dengan

mengambil berbagai tindakan untuk menunjang landasan-landasan mashâlih

maupun dengan cara preventif, seperti mengambil berbagai tindakan untuk

12

Abu Ishaq asy-Syatibi, al-Muwâfaqât fî Ushûl al-Syarî‘ah, (Kairo: Dar al-Bab,

tt,), Cet; II, h. 21. 13

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqâshid Syarî‘ah Menurut al-Syathibi, ( Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1996), Cet; I, h. 64. 14

Fathi ad-Daraini, al-Manâhij al-Ushûliyyah fî Ijtihad bi ar-Ra’yi fî al-Tasyri‘

(Damsyik: Dar al-Kitab al-Hadits, 1975), h.28. 15

Muhammad Abu Zahrah, Ushûl al-Fiqh, (Mesir, Dar al-Fikr al’Arabi, 1958), h.

366. 16

Muhammad Khalid Mas‘ud, Islamic Legal Philosophy, (Islamabad: Islamic

Research Institut, 1977), h. 223.

Page 23: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

6

melenyapkan unsur apa pun yang secara aktual atau potensial merusak

mashâlih.17

Sehubungan dengan itu, maka dapat dipahami bahwa ada korelasi

yang signifikan antara penerapan maqâshid asy-syarî‘ah dalam bentuk

mashlahah dengan aktivitas ekonomi. Sebab, bagaimanapun, prinsip utama

dalam formulasi ekonomi Islam adalah mashlahah. Penempatan mashlahah

sebagai prinsip utama, karena mashlahah merupakan konsep yang paling

penting dalam syariah. Mashlahah merupakan tujuan syariah Islam dan

bahkan menjadi inti utama syariah Islam itu sendiri.

Hal ini bisa berarti bahwa semua aktifitas ekonomi itu bisa

dibenarkan sepanjang bisa mewujudkan maqâshid asy-syarî‘ah lebih khusus

menciptakan mashâlih bagi umat manusia. Namun, menurut asy-Syathibi,

kemaslahatan manusia itu dapat terealisasi apabila lima pokok unsur

kehidupan manusia dapat diwujudkan dan dapat dipelihara, yaitu agama,

jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dalam kerangka ini, ia membagi maqâshid

asy-syari‘ah menjadi tiga tingkatan, yaitu dharuriyyat, hajiyyat, dan

tahsiniyyat.18

Islam berbeda dengan sosialisme, yang prinsip kepemilikannya tidak

mengakui pemilikan individu. Prinsip ini awalnya diyakini dapat

menghancurkan dominasi ekonomi oleh satu atau beberapa kelompok

manusia, namun akibat yang ditimbulkan di luar dugaan tidak mampu

menjaga keseimbangan perekonomian secara umum. Karena pemilikan

17

Abu Ishaq asy-Syathibi, al-Muwâfaqât fî Ushûl al Syarî‘ah, h.26. 18

Yadi Janwari, Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2016),Cet; I, h. 238.

Page 24: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

7

pribadi tidak diakui, maka motif-motif pencapaian individu sangat lemah.

Tidak ada gairah kerja pada individu-individu sosialis.19

Islam memiliki pandangan yang khas tentang harta, yang sama

sekali berbeda dengan kapitalisme, yang tidak mengatur kuantitas maupun

kualitas perolehan harta maupun pemanfaatannya. Dalam prinsip Islam

pengelolaan terhadap harta pemilikan umum dilakukan oleh negara, sedang

dari sisi pemanfaatannya bisa dinikmati masyarakat umum. Sedangkan jika

pemanfaatannya membutuhkan eksplorasi dan eksploitasi yang sulit,

pengelolaan milik umum ini dilakukan hanya oleh negara untuk seluruh

rakyat dengan cara diberikan cuma-cuma atau dengan harga murah. Dalam

perspektif sistem ekonomi Islam, kewenangan negara terhadap kepemilikan

umum sebatas hanya mengelola dan mengaturnya untuk kepentingan untuk

masyarakat umum. Negara tidak boleh mengalihkan kepemilikan umum

(privatisasi) atau menjual aset-aset milik umum.20

Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang dirawayatkan Ahmad

menyebutkan bingkai kekuasaan negara terhadap potensi SDA yang wajib

dilindungi dalam otoritas kekuasaan yang kemanfaatannya dirasakan

bersama. Negaralah yang memerankan dan merepresentasikan kepentingan

dan kemaslahatan-kemaslahatan masyarakat umum.

اش،ع نر ج لم نأ صح اب د ع ثم ان ،ع نأ ب يخ ث ن اث ور الش ام ي ،ع نح ر يز بن ث ن او ك يع ،ح د ح د الن ي ع ل يه و س ل ث:الم اء ص ل ىالله ع ل يه و س ل م :"الم سل م ون ش ر ك اء ف يث ل الله ص ل ىالله ر س ول :ق ال م ق ال

رواه احمد(”(و الك ل و الن ار 21.

“Waki‘ telah menyampaikan hadats pada kami. Tsaur as-Syami

menyampaikan hadits pada kami dari Haritz bin Utsman dari Abi Khirasy

19

Ikhsan Abadi, Neo Liberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, h. 202. 20

Ikhsan Abadi, Neo Liberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, h. 204. 21

Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (w. 241 H), Musnad Ahmad, (Damaskus:

Muassasah ar-Risalah, Vol, 38, 2001), h, 174.

Page 25: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

8

dari seorang sahabat yang menyatakan bahwa Rasul saw bersabda: “ Kaum

muslimin berserikat dalam tiga perkara yaitu air, rumput liar dan energi

api”(HR. Ahmad).

Hadits ini mengandung makna bahwa tiga sumber daya tersebut

adalah perkara yang mubah (boleh) bagi semua orang, artinya siapa saja

berhak memanfaatkannya. Negaralah yang memerankan sebagai fasilitator

dan regulator agar bisa dimanfaatkan sebesar-sebesarnya bagi kepentingan

bersama.22

Di sisi lain para ahli ekonomi mendefinisikan produksi sebagai

upaya menciptakan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap sumber-

sumber kekayaan lingkungan.23

Dibutuhkan sebuah otoritas yang memastikan

upaya produksi dan pemerataan hasil produksi tersebut bisa menjadi sumber

kesejahteraan umat.

Oleh karena itu negara memiliki kewenangan untuk menguasai

perkara-perkara tersebut dan semua hal yang menjadi kebutuhan pokok dan

vital seperti kekayaan alam mentah, industri-industri pengelolaan, dan

produksi bahan-bahan dasar dan utama. Selain itu negara juga memiliki

kewenangan atas pengelolaan dan penguasaan atas sarana dan prasarana

umum dan yang akan selalu berubah, berganti dan berkembang sesuai dengan

kondisi lingkungan dan masa, semisal pertambangan dan minyak bumi

meskipun itu ditemukan di lahan pribadi, listrik, fasilitas dan instalasi-

instalasi umum serta sarana-sarana lainnya yang merupakan sarana vital dan

dasar bagi kemaslahatan umum.24

22

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa ’Adilatuhu, h.46. 23

Yusuf Qaradhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta,

Robbani Press, 2004), h.138. 24

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa ’Adilatuhu, h.47.

Page 26: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

9

Dalam tataran ajaran, Islam amat menghargai orang yang bekerja

dan sikap positif terhadap bekerja sejak awal perkembangannya.25 Prinsip

dasar dalam Islam adalah pengakuan terhadap kepemilikan individu dan

pengakuan terhadap kebebasan ekonomi, namun pada waktu-waktu tertentu

tidak ada larangan bagi negara untuk melakukan intervensi demi melindungi

dan menjamin kemaslahatan umat, dengan mengambil langkah kebijakan

yang bisa menciptakan dan kemaslahatan umum, berdasarkan pada sebuah

prinsip al-istihsân, al-mashâlih al-mursalah. Yaitu kaidah-kaidah yang

menolak kemadharatan berskala umum, artinya madharat yang berskala

khusus terpaksa ditempuh demi menolak kemadharatan yang berskala

umum.26

Para pakar yang membicangkan politik ekonomi mestinya

memahami realitas negara dan apa yang dibutuhkan negara dengan tidak

mengesampingkan nilai-nilai spiritual yang diyakini masyarakatnya.27

Meskipun sudah terdapat ketegasan tentang sistem perekonomian Indonesia,

yakni sistem ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan diatur dalam UUD

1945 guna mewujudkan demokrasi ekonomi, akan tetapi dalam

pelaksanaannya masih belum sepenuhnya dirasakan keadilan yang merata.

Umumnya mereka masih meragukan apakah dengan sistem ekonomi

sebagaimana yang ditetapkan itu akan dapat mengatasi berbagai persoalan

ekonomi yang muncul belakangan ini, seperti masalah perdagangan bebas

(free trade area).28

25

Abuzar Asra, Pembangunan Dan Kemiskinan Dari Perspektif Islam, (Jakarta:

Jurnal Ekonomika Vol.1 No.1, CISFED, 2013), h. 11. 26

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa ’Adilatuhu, h. 47. 27

Abdurrahman Al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, (Bogor, Al-Azhar Press, 2009),

h. 42. 28

Ikhsan Abadi, Neo Liberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, h.11.

Page 27: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

10

Para pendiri bangsa sejak awal telah menyadari bahwa Indonesia

sebagai kolektivitas politik saat itu, belum memiliki modal yang cukup untuk

melaksanakan pembangunan ekonomi, sehingga pemikiran ini ditampung

dalam Pasal 33 UUD 1945, khususnya ayat (2) yang menyatakan bahwa:

“Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”

Ayat ini menyatakan bahwa Negara mengambil peran dalam kegiatan

ekonomi. Selama substansi Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 masih ada dalam

konstitusi, maka selama itu pula keterlibatan pemerintah (termasuk Badan

Usaha Milik Negara atau BUMN) dalam perekonomian Indonesia masih

tetap ada.29Dibutuhkan pemerintah yang kuat yang mengatur pengelolaan atas

sumber daya alam yang potensial demi mewujudkan amanat memajukan

kesejahteraan umum sebagai tujuan pendirian negara.30

Problematika negara berkembang yang sedang berusaha bangkit

dengan SDM yang belum sepadan dengan kebutuhan target yang ingin

dicapai pemerintah dalam indikator-indikator ekonomi yang semakin maju

adalah kendala teknologi dan profesionalitas mengelola SDA. Sebagai contoh

dalam bidang minyak dan gas bumi, pada kegiatan hulu yakni eksplorasi dan

eksploitasi dituangkan dalam kontrak production sharing kerjasama

pemerintah dengan kontraktor.31

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) mengatur hal

tersebut:

“Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya diatur

oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

29

Soeharsono Sagir, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, h. 285. 30

Fahri Hamzah, Negara, Pasar dan Rakyat, h. 256. 31

Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2012), h.328.

Page 28: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

11

Sedangkan prinsip pengelolaan juga secara ideal berpihak dan menjamin

kepentingan rakyat. Pada pasal tersebut ayat (4) menyebutkan:

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas dasar

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

Dalam perkembangannya tujuan ideal yang diharapkan bersama

akan berhadapan dengan perilaku pelaku ekonomi, hingga bisa jadi tidak

seluruh prinsip tersebut bias diterapkan.32Baik pemerintah maupun swasta

dihadapkan pada kemampuan pengelolaan masing-masing. Kita berasumsi

bahwa setiap kebijakan yang dikeluarkan dalam mengelola sumber daya alam

(SDA) adalah untuk sebesar- besarnya bagi kepentingan rakyat. Politik

ekonomi haruslah ditujukan untuk menjamin pendistribusian kekayaan

negara bagi seluruh individu dan kebutuhan masyarakat hingga terpenuhi

kebutuhan primer (basic needs) secara merata dan kebutuhan sekunder

sekedar kemampuannya.33Pembangunan ekonomi seharusnya diterjemahkan

sebagai suatu proses ekspansi dan kebebasan positif yang dinikmati oleh

masyarakat.34

Namun di sisi lain keterbatasan pemerintah dalam mengatur

pengelolaan tersebut perlu ada solusi. Keterbatasan itu bisa berasal dari dua

hal, yakni kebijakan lama yang perlu disempurnakan karena mengandung

beberapa kelemahan dan faktor keterbatasan pemerintah sebagai pihak pelaku

ekonomi dalam mengelola sumber daya alam. Secara khusus pengelolaan

BUMN dengan pilihan jalan privatisasi dianggap sebagai salah satu jalan

keluar dari krisis jangka pendek yang mengandung konsekwensi logis berupa

32

Fahri Hamzah, Negara, Pasar Dan Rakyat, h.255. 33

Abdurrahman Al Maliki, Politik Ekonomi Islam, h. 4. 34

Mudrajad Kuncoro, Indikator Ekonomi, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Yogyakarta, 2015), h.22.

Page 29: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

12

tergerusnya kewenangan pemerintah mengatur segala dinamika

pengelolaaanya dan konsekwensi-konsekwensi lain terutama untuk

kepentingan jangka panjang.35

Spirit Pancasila yang menjadi nafas pengambilan kebijakan, yang

dalam sila kelimanya menyebutkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pengertian keadilan sosial tidaklah dapat dipahami sebagai sebuah pengertian

keadilan semata, akan tetapi keadilan berkenaan pula dengan pemenuhan

kebutuhan masyarakat secara merata oleh negara. Seperti dikemukakan oleh

Arnold Hertjee, bahwa peningkatan kehidupan ekonomi seorang individu dan

anggota masyarakat tidak hanya tergantung pada peranan pasar dan

keberadaan organisasi-organisasi ekonomi swasta saja, akan tetapi

bergantung pula pada peranan negara.36Oleh karena itu kehadiran negara

dalam kegiatan ekonomi sangatlah penting dan relevan dalam tujuan

pencapaian tujuan negara, yakni tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian kehadiran negara melalui BUMN tidaklah

sepenuhnya diarahkan kepada pencarian keuntungan semata, akan tetapi yang

lebih utama adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui fungsi

pelayanan kepada masyarakat. Peran negara melalui BUMN akan lebih jelas

terlihat melalui berbagai fungsi negara dalam konsep hukum kesejahteraan,

yakni negara tidak hanya berfungsi sebagai penyedia kesejahteraan dan

sebagai pengusaha maupun bertindak sebagai wasit.37Peran ini dalam semua

tujuan mencapai kesejahteraan termasuk upaya pengentasan kemiskinan dan

memperbaiki distribusi pendapatan harusnya pemerintah berani mengambil

resiko apapun demi rakyatnya termasuk berani mengatur kepemilikan

35

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, h. 13. 36

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, h. Xiii. 37

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, h. Xiv.

Page 30: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

13

aset.38Konsekwensinya pemerintah harus tegas menghadapi berbagai

kepentingan yang mereduksi otoritasnya mengatur sumber kekayaan negara.

Privatisasi BUMN dianggap sebagai faktor dalam upaya

meningkatkan penerimaan negara, mengurangi utang pemerintah dan

memperkecil anggaran pengeluaran pemerintah sebagai pemecahan yang

bersifat jangka pendek. Namun demikian penjualan aset negara melalui

privatisasi itu akan dapat mengorbankan future income.39 Oleh karena itu,

meskipun negara mendapatkan suntikan sumber dana secara cepat dari hasil

privatisasi itu, akan tetapi negara akan kehilangan sumber dana jangka

panjang dan bahkan kehilangan nilai sosial dari aktivitas BUMN. Istilah

privatisasi dalam beberapa literatur disamakan dengan istilah swastanisasi.

Secara khusus pada karya ilmiah ini Penulis memilih obyek kajian

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan yang di

dalamnya menyangkut posisi Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai

BUMN di bidang ini yang keberadaan dan kegunaannya sangat strategis

dalam seluruh dinamika kehidupan bangsa kita. Namun dari posisi yang

strategis ini ada wacana dari beberapa pihak agar pemerintah melakukan

privatisasi PLN. Dalam beberapa literatur yang ditulis setelah krisis ekonomi

1998, dicantumkan secara jelas bahwa privatisasi PLN merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari paket kebijakan ekonomi Konsesus Washington

yang diadopsi oleh pemerintah Indonesia.40

Pada tahun 2002 pemerintah mengeluarkan UU No. 20/2002

Tentang Ketenagalistrikan. UU tersebut menggantikan UU yang berlaku

sebelumnya yaitu UU No. 15/1985. Inti dari UU No. 20/2002 adalah

38

Michel P. Todaro, Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga,

(Jakarta, Erlangga, 2004), h. 265. 39

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, h. 113. 40

Ikhsan abadi, Neo Liberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, h.163.

Page 31: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

14

privatisasi (liberalisasi) usaha di sektor ketenagalistrikan. Hanya saja,

Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan UU tersebut karena dianggap

bertentangan dengan konstitusi, yaitu UUD 1945 pasal 33. Namun pada

tahun 2006 pemerintah kembali mengeluarkan Rancangan UU tentang

ketenagalistrikan baru yang isinya tidak jauh berbeda dengan UU Nomor

20/2002 yang telah dibatalkan.41Finalnya adalah ditetapkannya UU No.

30/2009 Tentang Ketenagalistrikan, yang secara substansi tetap mengurangi

peran pemerintah dalam mengelola ketenagalistrikan, karena dalam pasal 11

Undang-Undang tersebut menyebutkan terbukanya peluang swasta dalam

penyediaan listrik untuk kepentingan umum, artinya listrik yang memiliki

peran strategis dalam kehidupan ini ada porsi tertentu yang diberikan kepada

swasta dalam pengelolaannya.

Menurut pemerintah persoalan yang paling penting bagi Perusahaan

Listrik Negara (PLN) adalah bagaimana menggenjot penyediaan tenaga

listrik yang memadai, mencukupi, dan dengan harga yang wajar, serta di lain

pihak pemerintah tidak dibebani beban yang terlalu besar dari sektor ini. Dan

masih menurut pemerintah hal ini bisa dilakukan dengan cara memberi

kesempatan partisipasi pihak pemerintah (swasta) dalam usaha penyediaan

tenaga listrik, dengan kata lain melakukan privatisasi. Harapannya dengan

penyertaan pihak swasta akan tercipta efisiensi dan kompetisi yang sehat

yang menguntungkan semua pihak.42

Dalam pembahasan ini Penulis memfokuskan pembahasan langkah

kebijakan pemerintah melakukan privatisasi secara umum dan secara khusus

pada PLN, serta efek-efek ekonomis yang ditimbulkan dari dinamika

pelaksanaan kebijakan tersebut. Selanjutnya Penulis menganalisis langkah-

41

Ikhsan Abadi, Neoliberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, h. 150. 42

Ikhsan Abadi, Neoliberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, h. 150.

Page 32: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

15

langkah dan efek-efek tersebut dari sudut pandang maqâshid asy-syarî‘ah,

dimana menurut hemat Penulis fungsi listrik minimal menempati kategori

sekunder (hajiyyat) dalam kebutuhan hidup manusia atau kategori primer

(dharuriyyat) karena dinamika ekonomi masyarakat era modern ini teritegrasi

dalam sistem kelistrikan. Efek-efek yang timbul akibat pelaksanaan

kebijakan privatisasi itu menjadi sumber pemikiran pokok tepat tidaknya

kebijakan tersebut, walaupun bukan satu-satunya sumber pemikiran, karena

efek yang timbul hanya bisa dirasakan jangka pendek sedang kebutuhan akan

listrik adalah kebutuhan terus-menerus berkelanjutan.

Sisi maqâshid asy-syarî‘ah bisa diarahkan sebagai pisau analisis

poin normatif yang seyogyanya dilakukan pemerintah dalam menetapkan

kebijakan ketenagalistrikan. Karena sebuah kebijakan tentu

mempertimbangkan efek jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Maqâshid asy-syarî‘ah bersifat filosofis sebagai sumber pemikiran utama

untuk menetapkan kebijakan yang mengoptimalisasi manfaat dan menekan

madharat.

Ketika berbicara aturan main, maka peran pemerintah lebih dominan

sebagai regulator, namun pemerintah juga pada kondisi tertentu sebagai

pelaku ekonomi itu sendiri. Prinsip keadilan yang lebih ingin diperankan oleh

pemerintah pada setiap dinamika ekonomi mengalami tuntutan perubahan

kebijakan yang harus diwujudkan dengan penuh keberanian tanpa merasa ada

tekanan dari pihak manapun. Karena sesungguhnya itulah peran inti

pemerintah untuk menjaga netralitas dari berbagai kepentingan untuk

sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Sedemikian strategisnya fungsi listrik dalam kehidupan hingga

Penulis merasa penting membahas kebijakan privatisasi yang terkait

dengannya. Maqȃshid asy-syarȋʻah bisa jadi bukan jadi alasan yang

Page 33: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

16

mendasari pengambilan kebijakan pemerintah untuk meninjau berbagai

kebijakannya, akan tetapi Penulis merasa sangat perlu menegaskan bahwa

sebagian prinsip Islam bisa menjadi kontrol bagi kekuasaan legislatif dan

eksekutif untuk secara bersama menyadari kemaslahatan rakyat banyak dan

itu juga yang dikehendaki Pembuat Syariah menurunkan aturan-aturanNya.

Untuk itu tema terkait dengan ketenagalistrikan sebagai salah satu

sektor yang teramat strategis, penting untuk dikaji kembali posisi

kesesuaiannya dengan sumber hukum di Indonesia maupun prinsip-prinsip

Islam sebagai acuan meraih maslahat melalui dinamika kehidupan berbangsa

dan bernegara. Penulis merasa sangat urgen untuk melakukan penelitian ini.

Maka tesis ini hadir dengan judul Privatisasi BUMN dalam Perpektif

Maqȃshid asy-Syariʻah (Studi Kasus UU No. 30/2009 Tentang

Ketenagalistrikan) sebagai upaya untuk andil memberikan sumbangsih spirit

dan pemikiran dalam bidang ekonomi dan keuangan.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan

penelitiandapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Realitas pelaksanaan privatisasi BUMN di Indonesia

b. Perdebatan privatisasi BUMN tataran teori dan praksis

c. Konsep maqâshid asy-syarî‘ah secara umum

d. Korelasi maqâshid asy-syarî‘ah dengan penetapan kebijakan privatisasi

BUMN

Page 34: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

17

e. Prinsip umum dalam UUD 1945 terkait pengelolaan sumber daya alam

dan sistem perekonomian Indonesia

f. Undang-undang No. 30/2009 Tentang Ketenagalistrikan dasar pemikiran

privatisasi ketenagalistrikan pada PLN

g. Maqâshid asy-syarî‘ah pada kebijakan privatisasi ketenagalistrikan dan

dampak-dampaknya.

2. Pembatasan Masalah

Melihat latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan, maka Penulis membatasi penelitian yang mengerucut pada:

a. Realitas pelaksanaan privatisasi BUMN secara umum dan substansi

privatisasi ketenagalistrikan pada PLN yang terkandung dalam UU

No.30/2009.

b. Maqâshid asy-syarî‘ah pada kebijakan privatisasi ketenagalistrikan dan

efek-efek pelaksanaannya.

3. Perumusan Masalah

Sebagaimana latar belakang yang telah Penulis paparkan, maka inti

dari penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah pelaksanaan privatisasi BUMN secara umum dan

substansi privatisasi ketenagalistrikan pada PLN yang terkandung

dalam UU No. 30/2009 Tentang Ketenagalistrikan?

b. Bagaimanakah analisis maqâshid asy-syarî‘ah pada kebijakan

privatisasi ketenagalistrikan dan efek-efek pelaksanaannya?

Page 35: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

18

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan privatisasi BUMN di Indonesia secara

umum dan perdebatan pro dan kontranya.

2. Untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan privatisasi BUMN

secara umum dan substansi privatisasi ketenagalistrikan pada PLN yang

terkandung dalam UU No. 30/2009 secara khusus dengan maqâshid asy-

syarî‘ah sebagai bingkai nilai-nilai Islami.

Bila tujuan-tujuan di atas tercapai maka manfaat-manfaat yang bisa

diambil dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai pengembangan khazanah keilmuan dalam bidang ekonomi

Islam khususnya ekonomi makro Islam yang berpatokan pada landasan

nilai agama terutama untuk negara Indonesia yang berdasarkan pada

Pancasila dan UUD 1945.

b. Sebagai kontribusi pemikiran bagi masyarakat Indonesia tentang

gambaran ideal kebijakan yang perlu disesuaikan dengan sumber

prinsip kehidupan bangsa yaitu Islam dan UUD 1945 dimana

Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan memiliki landasan

filosofis.

D. Kajian Pustaka

Penulis menelaah beberapa penelitian yang telah dilakukan yang

berkaitan erat dengan tema yang Penulis angkat. Penelitian-penelitian yang

berhasil Penulis telaah diantaranya:

Page 36: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

19

Rahmat Hidayat, Shariah Maqasid Implementasi Pada Kinerja

Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia (Tesis, UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2016).43Tesis ini melakukan pengujian hubungan kausalitas antara

konsep maqâshid asy-syarî‘ah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah

yang meliputi tiga aspek yaitu tahdhibal-fard (mendidik individu), iqamad

al-‘adl (membangun keadilan), jalb al-maslahah (menciptakan kepentingan

umum). Tesis ini berbasis studi lapangan yang terkait dengan praktek

pengelolaan keuangan pada beberapa perbankan syariah di Indonesia.

Dengan demikian tesis ini membahas sisi mikro ekonomi, berbeda dengan

tesis yang akan Penulis kembangkan yang membahas makro ekonomi.

Itang, Politik Ekonomi Islam Indonesia Era Reformasi, (Disertasi,

Bidang Ekonomi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 44Penelitian

yang menerapkan metode deskriptif kualitatif ini menggambarkan sistem

perekonomian Indonesia era reformasi yang secara substansial bercorak

Pancasilais Islamis dengan mendasarkan landasan gerak pada pasal 33, pasal

27 dan pasal 34 UUD 1945. Pada era reformasi menurut Itang terjadi suatu

perubahan tatanan ekonomi yang lebih baik, dan sistem ekonominya menuju

arah demokratisasi, artinya sistem ekonomi yang menitikberatkan pada

kepentingan rakyat. Karya ilmiah ini tentu sangat mendukung deskripsi

penelitian Penulis yang bertujuan memotret kebijakan pemerintah era kini

dengan alat tinjau teori ekonomi Islam dan landasan dari UUD 1945,

terutama kebijakan privatisasi BUMN yang marak sebelum maupun sesudah

era reformasi.

43

Rahmat Hidayat, Syariat Maqasid Implementasi Pada Kinerja Keuangan

Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Cinta Buku Media, 2016),Cet; I, Tesis

(Diterbitkan). 44

Itang, Politik Ekonomi Islam Indonesia Era Reformasi, (Jakarta, UIN Syarif

Hidayatullah, 2010), Disertasi (tidak diterbitkan).

Page 37: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

20

Tajuddin Pogo, Distribusi Kekayaan Individu Dalam Ekonomi

Islam, (Disertasi, Bidang Ilmu Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2010).45Disertasi ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif menjelaskan secara analitis terkait teori ekonomi Islam dalam

bidang redistribusi pendapatan dan kekayaan. Maksud karya tersebut terfokus

pada redistribusi kekayaan individu dan aplikasinya untuk menciptakan

pemerataan kesejahteraan, bukan terkait pengelolaan kepemilikan umum oleh

negara, akan tetapi tetap dibutuhkan sebuah kekokohan posisi pemerintah

sebagai regulator dan fasilitator. Selain itu konten disertasi ini juga

menyebutkan secara luas pengaruh ideologi ekonomi liberalisme kapitalisme

yang menitikberatkan pada hak milik individual. Tentu saja pengaruhnya

sampai pada kebijakan pemerintah yang memprivatisasi BUMN yang

konsekwensinya pemerintah melepas sebagian kepemilikan publik untuk

dikelola swasta.

Muhandis Natadiwirya, Strategi Pengembangan Hutan Tanaman

Industri Dalam Perspektif Ekonomi Islam, (Disertasi Bidang Ekonomi Islam,

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008).46Disertasi yang menerapkan

deskriptif kualitatif ini sarat dengan analisis kebijakan pemerintah khususnya

terkait kebijakan pengembangan hutan tanaman industri dengan pisau analisis

teori ekonomi Islam dan ilmu organisasi pemerintahan. Prinsip-prinsip

ekonomi Islam dielaborasi sedemikan rupa terkait kepemilikan publik yang

mana obyek penelitian disertasinya adalah bagian yang disebut tanah

produktif yang terkait erat dengan hajat hidup orang banyak. Tentu karya

45

Tajuddin Pogo, Distribusi Kekayaan Individu Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta,

UIN Syarif Hidayatullah, 2010), Disertasi (tidak diterbitkan) 46

Muhandis Natadiwirya, Strategi Pengembangan Hutan Tanaman Industri Dalam

Perspektif Ekonomi Islam, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2003). Disertasi (tidak

diterbitkan).

Page 38: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

21

ilmiah ini sangat mendukung penelitian Penulis yang sama-sama membahas

kebijakan pengelolaan kepemilikan publik oleh pemerintah.

Dari beberapa kajian terdahulu yang disebutkan di atas, yang

membedakan dengan penelitian Penulis terletak pada aplikasi prinsip-prinsip

pengelolaan kepemilikan publik yang UUD 1945 menyebutkannya lebih

detail dari sebelum karya-karya ilmiah di atas ditulis, yang kemudian Penulis

mengelaborasikannya dan membobotinya dengan prinsip-prinsip kekuasaan

negara dalam Islam terhadap kepemilikan publik. Obyek penelitian Penulis

adalah kebijakan pemerintah dalam privatisasi BUMN secara umum.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan model penelitian ekonomi Islam dengan

pendekatan kualitatif sehingga metode kualitatif dengan penekanan studi

dokumen ketenagalitrikan di Indonesia. Melalui studi dokumen berupa

undang-undang ini Penulis mengaitkan kesesuaian sumber hukum

ketenagalistrikan yang lebih tinggi dengan sumber hukum di bawahnya.

Penulis memaparkan konten tesis dan semua analisis secara deskriptif

sebagaimana Lexy J. Moleong menerangkan bahwa penelitian kualitatif

bersifat deskriptif dan menerapkan metode kualitatif dan menerapkan

metode kualitatif.47

Dalam penelitian kualitatif diterapkan model logika

47

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1997), h.4.

Page 39: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

22

reflektif, yang di dalamnya proses berpikir membuat abstraksi dan proses

berfikir membuat penjabaran berlangsung cepat.48

2. Sumber Data

Sumber primer yang terkait dengan kajian dalam tesis ini yang

membahas maqâshid asy-syarî‘ah korelasinya dalam kegiatan ekonomi

diperoleh dari beberapa buku diantaranya dari Abu Ishaq asy-Syatibi yang

berjudul al-Muwâfaqât fȋ Ushûl al-Syarî‘ah, buku Muhammad Abu

Zahrah berjudul Ushûl al-Fiqh, Visi Islam dalam Pembangunan Ekonomi

Menurut Maqashid Syari‘ah karangan M. Umer Chapra, Konsep

Maqashid Syari‘ah Menurut al-Syatibi karangan Asafri Jaya Bakri,

Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam karangan Oni Syahroni. Sedangkan

terkait privatisasi BUMN khususnya privatisasi PLN diperoleh dari buku

Neo Liberalisme Dalam Timbangan Ekonom Islam karangan Ikhsan

Abadi, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia karya Soeharsono Saghir,

sedangkan yang berkaitan dengan konsep umum Islam terkait hak negara

mengelola kepemilikan publik dipeoleh dari buku Hak Menguasai Negara

Dalam Privatisasi BUMN karangan Aminuddin Ilmar, Fiqih Islam Wa

’Adilatuhu karya Wahbah Az Zuhaili.

Adapun sumber sekunder diperoleh dari buku-buku dan jurnal

pendukung terkait pollitik ekonomi Islam, teori dan praktek ekonomi

Islam, konsep negara, pasar dan rakyat dan lain sebagainya.

48

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Pendekatan Positivistik

Fenomenologik, Dan Realisme Metafisik, Telaah Studi Teks Dan Penelitian Agama,

(Yogyakarta: Raka Sarasin, 1996), h.6.

Page 40: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

23

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan informasi dan data

dilakukan melalui studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian

yang dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka, baik berupa

buku, jurnal, ensiklopedi dan sumber lainnya yang relevan dengan topik

yang dikaji.49

4. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, lalu diklasifikasikan sesuai dengan

kebutuhan, kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif

analisis.50Melalui metode ini Penulis berupaya secara sistematis dan

objektif menyajikan data-data berdasarkan kerangka teori yang telah

ditetapkan.51

Data yang berkaitan secara langsung dengan yang diteliti

dideskripsikan dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis isi

(content analysis), yaitu menganalisis data menurut isinya; suatu upaya

untuk menelaah maksud dari isi sesuatu bentuk informasi yang termuat

dalam dokumen.52

Sedang dalam menganalisis data, Penulis menggunakan metode

induktif (usaha penemuan jawaban dengan menganalisis berbagai data

49

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, (Jakarta: Rajawali, 1986), h.15. 50

Analisis deskriptif merupakan prosedur statistik untuk menguji generalisasi hasil

penelitian yang didasarkan atas satu variable. Lihat dalam Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi

Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h.136.

52

Lihat Earl Babbie, The Practice of Social Research, (California: Wadswort

Publishing, 1980), h. 267.

Page 41: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

24

untuk diambil sebuah kesimpulan). Data-data yang dihimpun dari literatur,

baik primer maupun sekunder akan dijadikan bahan analisis terhadap

masalah ini. Hal ini berarti setelah mengumpulkan data-data yang bersifat

umum, selanjutnya dilakukan analisis dengan berbagai pendekatan kepada

hal-hal yang khusus.53

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan, dan agar pembahasan dapat

dilakukan secara komprehensif serta sistematis, penelitian ini disusun dalam

lima bab, dengan tiga bagian: bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian

penutup.

Bab pendahuluan berada pada bab pertama yang berisi tentang latar

belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, kajian pustaka yang relevan dan sistematika penulisan.

Pada bab kedua dipaparkan mengenai tinjauan umum tentang

privatisasi BUMN yakni uraian mengenai definisi, sejarah, latar belakang

munculnya kebijakan privatisasi BUMN, keuntungan dan kerugiannya, juga

memaparkan intisari privatisasi pada UU No. 30/2009 Tentang

Ketenagalistrikan.

Bab ketiga membahas tentang maqȃshid asy-syari‘ah secara umum,

pengertian, pandangan ulama tentang maqȃshid asy-syari‘ah, kedudukan dan

fungsi maqȃshid asy-syari‘ah, kemaslahatan sebagai maqȃshid asy-syari‘ah,

kulliyatul khams dan tingkatan kemaslahatan, kaidah-kaidah untuk

mengetahui maqȃshid asy-syari‘ah serta kemaslahatan pada bidang ekonomi.

53

Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Dan Teknik,

(Bandung: Tarsito, 1985), h.42.

Page 42: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

25

Bab keempat memuat kontekstualisasi maqȃshid asy-syari‘ah pada

privatisasi ketenagalistrikan yang tercantum dalam UU No.30/2009 Tentang

Ketenagalistrikan, urgensi sumber daya listrik, kalkulasi privatisasi

ketenagalistrikan, kekuasaan negara dalam Islam pada pengelolaan sumber

daya strategis, hifzhul mâl pada pengelolaan ketenagalistrikan.

Bab kelima adalah penutup yang memuat beberapa kesimpulan dan

saran. Di halaman terakhir akan disertakan daftar pustaka dan lampiran yang

dibutuhkan.

Page 43: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

26

Page 44: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

173

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengelaborasi tema tulisan privatisasi di bidang

ketenagalistrikan yang Penulis kaitkan dengan dengan maqȃshid

asy-syarȋʻah maka Penulis menyimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Ditinjau dari sisi ekonomi dan keuangan realitas kebijakan privatisasi

adalah kebijakan beresiko tinggi. Hemat Penulis privatisasi adalah pilihan

terakhir untuk menjadikannya solusi atas rendahnya kinerja BUMN dan

problematika perekonomian lain. Langkah prioritas adalah melakukan

restrukturisasi, profitisasi baru privatisasi BUMN. Pro kontra terkait

privatisasi BUMN masing-masing pihak yang berbeda pandangan

memiliki argumen mendasar. Pihak yang setuju dengan adanya privatisasi

menyampaikan alasan-alasan perlunya dilakukan privatisasi untuk

peningkatan efisiensi kerja, kinerja, produktivitas perusahaan yang

diprivatisasi, untuk mendorong perkembangan pasar modal, dan untuk

meningkatkan pendapatan baru bagi pemerintah. Sedangkan pihak yang

tidak setuju pelaksanaan privatisasi memiliki alasan diantaranya bahwa

perusahaan yang diprivatisasi dalam realitasnya justru yang sehat dan

efisien, selain itu pemerintah akan kehilangan future income dari

perusahaan tadi. Dan alasan yang lebih jauh dari yang menolak privatisasi

adalah jika privatisasi itu akhirnya jatuh ke negara asing yang bermakna

hak atas segala informasi dan bagian dari modal menjadi bagian dari

perusahaan asing. Bukan hanya labanya tidak masuk kas negara dan jatuh

Page 45: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

174

ke pemilik baru yang ada di luar negeri, namun ketika merepatriasi

labanya dapat menguras devisa.

Sedikitnya ada tiga hal pokok (menurut Salamuddin Daeng,

pengamat Ekonomi Politik) yang perlu dicermati yang menjadi misi

neoliberlisme dari UU No.30/2009 tentang Ketenagalistrikan: pertama,

undang-undang tersebut mengandung semangat komersialisasi listrik,

yakni bisnis ketenagalistrikan dijalankan dengan prinsip usaha yang ketat,

dalam arti harus menguntungkan, kedua, undang-undang tersebut

mengandung misi liberalisasi, artinya penyelenggaraan ketenagalistrikan

dapat dilakukan secara terpisah-pisah, ketiga, undang-undang tersebut

mengandung semangat privatisasi sekaligus penjarahan kekayaan negara

oleh oligarki nasional, semua pihak dapat melakukan bisnis

ketenagalistrikan dalam seluruh rantai yang terpisah-pisah.

2. Dilihat dari sisi maqȃshid asy-syarȋʻah, kebijakan privatisasi

ketenagalistrikan tidaklah tepat dijalankan. Maqȃshid asy-syarȋʻah

sebagai salah satu sumber hukum khususnya dalam masalah yang tidak

dijelaskan dalam nash, juga sebagai indikator produk ijtihad sejauh mana

memenuhi aspek maslahat dan hajat manusia. Ketenagalistrikan obyeknya

adalah milik umum dan harus terjaga mashlahat dan kemanfaatannya.

Ditinjau dari sisi tersebut maka kebijakan privatisasi tidak terlihat bisa

mereduksi kerugian dan mengoptimalkan keuntungan, yang terjadi justru

beban harga lstrik yang meningkat untuk masyarakat banyak. Bidang

ketenagalistrikan sebagai sumber daya strategis dan terkategori milik

umum tentu tidak bisa diserahkan oleh pemerintah kepada pihak yang

memiliki potensi mengancam kemanfaatannya untuk mengendalikannya.

Pemerintah, apapun alasannya wewenang mengendalikan

ketenagalistrikan tetap harus ada padanya, solusi atas kerugian di PLN

Page 46: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

175

bukan dengan memprivatisasinya baik dengan blunding ataupun

unblunding akan tetapi mengatasi sumber masalahnya.

B. SARAN

1. Dalam mengambil kebijakan terkhusus kebijakan yang terkait erat dengan

kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini bidang ketengalistrikan,

pemerintah sewajibnya mengedepankan spirit dari UUD 1945 yang terkait

perekonomian. Jika merujuk dengan sempurna pada spirit itu tentu akan

selaras dengan prinsip maqȃshid asy-syarȋʻah yang mengedepankan

terjaminnya kesejahteraan publik.

Selain itu pemerintah sebaiknya mengedepankan kepentingan jangka

panjang masyarakat secara umum terkhusus masalah ketenagalistrikan

dalam mengambil kebijakannya dan tidak terjebak dalam kasus jangka

pendek yang membutuhkan solusi namun mengorbankan kepentingan

jangka panjang. Dalam hal ini pemerintah harus menjamin tarif dasar

listrik yang terjangkau untuk masyarakat umum.

2. Umat Islam dalam hal ini yang direpresentasikan para pakar ekonomi

syari’ah yang tergabung dalam lembaga semisal Majelis Ulama Indonesia

hendaknya secara pro aktif menyodorkan nilai-nilai umum yang bisa

diadopsi dari prinsip ekonomi Islam kepada pemerintah agar selaras

antara spirit berekonomi dan beragama.

Page 47: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

179

DAFTAR PUSTAKA

A, Chaniago, Gagalnya Pembangunan: Membaca Ulang Keruntuhan Orde Baru, Jakarta:

LP3ES, 2012.

Abadi, Al-Fairuz, Bashâ’ir Dhawit Tamyîz, Beirût, Dârul Fikr, jilid 4, t.th.

Abadi, Ikhsan, Neo Liberalisme Dalam Timbangan Ekonomi Islam, Jakarta: Salam Media,

2015.

Al-Afjan, Muhammad Abu, Min Atsar Fuqaha’ al-Andalus Fatawa al-Imam asy-Syatibi,

Tunis, Matbaʻah al-Kawakib, 1985.

Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (w. 241 H), Musnad Ahmad, Damaskus: Muassasah ar-

Risalah, Vol, 38, 2001.

Asra, Abuzar, Pembangunan Dan Kemiskinan Dari Perspektif Islam, Jakarta: Jurnal

Ekonomika Vol.1 No.1, CISFED, 2013.

Babbie, Earl, The Practice of Social Research, California: Wadswort Publishing, 1980.

Budiarjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik , Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Bakri , Asafri Jaya, Konsep Maqâshid Syarî‘ah Menurut al-Syatibi, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, Cet; I,1996.

Al-Basri, Abu al-Hasan, al-Mu’tamad fî Ushul al-Fiqh, Beirut, Dar al-Kutubal-Islamiyyâh,

1983.

Al-Biqâʻi, Najmud-Durar, al-Maktabah asy-Syâmilah, jilid 2 t.t, t.th.

Booth, Anne dan P. McCawley, Kebijaksanaan Fiskal Dalam Ekonomi Orde Baru, Jakarta:

LP3ES, 1982.

Al-Bûtî, Dhawâbit al-Mashlahah, t.t, t.p, t.th

Chapra, M. Umer, Visi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi, Solo: Alhamra,Cet; I, 2011.

Ad-Daraini , Fathi, al-Manahij al-Usuliyyah fî Ijtihad bi ar-Ra’yi fî at-Tasyriʻ, Damsyik, Dar

al-Hadits,1975.

Darmono, Djoko, Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa, Sejarah Pertambangan dan Energi

Indonesia, Departemen ESDM, 2009.

Fazlurrahman, Islam, alih bahasa Ahsin Muhammad, Bandung, Pustaka, 1984.

Friedmann, W, The State and The Rule of Law in a Mixed Economy, London: Steven And

Son.

Page 48: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

180

Al-Ghazali, Abu Hamid, Al-Mustashfâ,(Kairo, al-Maktabah al-Tijariyyah al-Kubra; vol 1,

1937.

H, Crouch, The Army and Politics in Indonesia, Singapore: Equinox Publishing, 2007.

Hallaq, Wael B, The Frimacy of The Qur’an in Syatibi Legal Theory, dalam Wael B. Hallaq

dan Donald P. Little (ed) Islamic Studies Presented to Charles J. Adams, Leiden,

EJ-Brill, 1991.

Hamzah, Fahri, Negara, BUMN dan Kesejahteraan Rakyat, Jakarta: Yayasan FAHAM

Indonesia,Cet; II 2012.

Harsono, Kerja Sama antara Perusahaan Negara, Swasta dan Koperasi dalam Rangka

Menyukseskan Pembangunan Ekonomi di Indonesia, Pidato pengukuhan dan

penerimaan jabatan Guru Besar, Universitas Brawijaya

Hasan , Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia

Indonesia, 2002.

Hidayat , Rahmat, Syariat Maqasid Implementasi Pada Kinerja Keuangan Perbankan

Syariah di Indonesia, (Jakarta: Cinta Buku Media,Cet; I, 2016.

HS , Salim, Hukum Pertambangan di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

https://m.hukumonline.com, UU Ketenagalistrikan Kembali Diuji ke MK, Kementrian

ESDM: Itu Hak Warga Negara.

Ibnu ʻÂsyûr, at-Tahrir wat Tanwîr, t.t, t.p, jilid 11, t.th.

Ilmar, Aminuddin, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, Jakarta, Kencana

Prenada Media, Cet; I,2012.

Al-Ishfahânî, Muʻjam Mufradât alfâdz al-Qur’an, Beirut, Dârul Fikr, t.th.

Isjwara, F, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Bina Cipta, 1997.

Itang, Politik Ekonomi Islam Indonesia Era Reformasi, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah,

2010.

Janwari , Yadi, Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet; I, 2016.

Al-Jauziyyah , Ibnu Qayyim, Iʻlamul Muwaqqiʻîn, Kairo, an-Nahdhah al-Jadîdah, juz III.

Khallâf, ʻAbdul Wahhâb, ʻIlm Usûlul-Fiqh, Kairo, Maktabah ad-Daʻwah al-Islâmiyyah,

1968.

Kementerian Agama, Mâqasidusy-Syari’ah; Memahami Tujuan Utama Syariah, Jakarta,

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an , 2013.

Page 49: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

181

Kementerian Agama Republik Indonesia, Pembangunan Ekonomi Umat, Tafsir al-Qur’an

Tematik, Jakarta, Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.

Keputusan sidang Majma’ Fikih Internasional OKI no,167 dalam konferensinya yang ke-11

di Kuala Lumpur dari tanggal 9-14 Juli 2007.

Kuncoro, Mudrajad, Indikator Ekonomi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta, 2015.

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052, Undang-Undang No.30/2009 Tentang

Ketenagalistrikan.

M, Pangestu dan A. D. Habir, Trends and Prospects in Privatization and Deregulation in

Indonesia, ASEAN Economic Bulletin, Vol. 5, No. 3, 1989.

Al-Maliki, Abdurrahman, Politik Ekonomi Islam, Bogor, Al-Azhar Press, 2009.

Mardjana, I Ketut, Korporatisasi dan Privatisasi: Sebagai Alternatif Pembenahan BUMN,

Jurnal Keuangan dan Moneter, Jakarta, 1994.

Al-Marbawiy, Muhammad Idrîs, Qâmûs al-Marbawiy, Beirut, Dârul Fikr, juz II.

Masʻud, Muhammad Khalid, Islamic Legal Philosophy, Islamabad, Islamic Research

Institute, 1977.

Moeljono, Djokosantoso, Reinvensi BUMN, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004.

Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Pendekatan Positivistik Fenomenologik,

Dan Realisme Metafisik, Telaah Studi Teks Dan Penelitian Agama, Yogyakarta:

Raka Sarasin, 1996.

Muhammad, Qutb Ibrahim, Bagaiman Rasulullah Mengelola Ekonomi, Keuangan dan

Sistem Administrasi, Jakarta, Gaung Persada Press, 2007.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,Jakarta, UI Press, 1984.

Natadiwirya, Muhandis , Strategi Pengembangan Hutan Tanaman Industri Dalam Perspektif

Ekonomi Islam, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2003.

P, McCawley, Some Consequences of the Pertamina Crisis in Indonesia, Journal of

Southeast Asian Studies, Vol. 9, No. 1.

Pogo, Tajuddin, Distribusi Kekayaan Individu Dalam Ekonomi Islam, Jakarta, UIN Syarif

Hidayatullah, 2010.

Prasetya, Rudhi dan Neil Hamilton, The Regulation of Indonesian State Enterprises, Malaya

Law Review, Vol.16, No.2, Desember 1974.

Page 50: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

182

Al-Qarâdhawiy , Yûsuf, Dirasat fî Maqâshid asy-Syariʻah Baina al-Maqâshid al-Kulliyah

wa an-Nushish al-Juz’iyyah.

Al-Qarȃdhawi , Yûsuf, Fiqih Maqâshid Syarî‘ah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, Cet; III, 2005.

Al-Qarȃdhawi, Yûsuf, al-Ijtihâd fisy-Syarîʻahal-Islâmiyyah, Kuwait Dârul-Qalam,1999.

Al-Qarȃdhawi, Yûsuf, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, Jakarta, Robbani

Press, 2004.

Al-Qardhâwiy, Yûsuf, Riʻayatul Biʻah fî Syarîʻatil Islâm, Kairo, Dârusy –Syurûq, 2001.

Rahmad, Muhammmad dan Ahmad Erani Yustika, Di Bawah Bendera Pasar, Malang:

Empatdua Kelompok Intrans Publishing, 2017.

Risalah Sidang BPUPKI-PPKI 28 Mei -22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik

Indonesia, 1995.

Risuni, al-Ijtihad an-Nash al-Waqiʻ al-Mashlahah, Damaskus, Dar al-Fikr, 2002.

Robinson, Indonesia: The Rise Capital, Jakarta-Kuala Lumpur: Equinox Publishing, 2009.

Redwood, John, Populer Capitalism, London, Routledge, 1989.

Ruru, Bacelius, Arah Kebijakan BUMN: Menghadapi Era AFTA 2003 dan APEC 2020,

Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol. 3, No. 1, Jakarta, 1996

Ar-Râzî, Mafâtîhul Ghaib, jilid 3, al-Maktabah asy-Syâmilah.

Sachs, Ignancy, Searching for New Development Strategies Challenges of Social Summit,

dalam Economic and Political Weekly,Volume XXX, 1995.

Sahroni, Oni, dan Adiwarman A. Karim,Maqâshid Bisnis dan Keuangan Islam, Jakarta, Raja

Grafindo Persada, 2016.

Sagir , Soeharsono Sagir, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, Cet. I, 2009.

Al-Sayis, Ali, Nasyʻah al-Fiqh al-Ijtihadi wa Atwaruh, (Kairo, Majmaʻ al Buhus al-

Islâmiyyah, 1970.

As-Saʻadi, Asʻad, Mabahis al-ʻIllah fî al-Qiyas ʻind al- Usuliyyîn, Beirut, Daral-Basyaʻir al-

Islâmiyyah, 1986.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta: Rajawali, 1986.

Surahmad , Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Dan Teknik, Bandung:

Tarsito, 1985.

Page 51: PRIVATISASI BUMN DALAM PERSPEKTIF

183

Asy-Syatibi , Abu Ishaq, al-Muwâfaqât fî Ushûl al-Syarî‘ah, Kairo: Dar al-Bab, Cet; II, tt.

Syaltout, Mahmoud, Islam: ʻAqidah wa Syariʻah, Kairo, Dar al-Qalam, 1996.

Todaro, Michel P., Economic Development, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga),

Jakarta: Penerbit Erlangga, jilid II, edisi ke 7, 2000.

Wahyuni, Erma, Tomo HS, Hessel Nogi S. Tangkisilan, Kebijakan dan Manajemen

PrivatisasiBUMN/BUMD, Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik

Indonesia.

Y, Sungkar, Indonesia’s State Enterprises: from State Leadership to International

Concencus, Journal of Indonesian Social Sciences and Humanities, Vol. 1.

Zahrah , Muhammad Abu, Usul al-Fiqh, Mesir, Dar al-Fikr al-ʻA rabi, 1958.

Zaidan , ʻAbdul Karîm , as-Sunan al-Ilâhiyah, fil Umam wal Jamâʻât wal Afrâd, Syria,

Mu’assasah ar-Risâlah, 1993.

Az-Zamakhsyari, al-Kasysyaf, Mesir, Musthafâ al- Bâbi al-Halabî, jilid 5, 1966.

Al-ʻÂlim , Yûsuf Hâmid, al-Maqâshid al-ʻÂmmah lisy-Syarîʻah, Kairo, Dârul Hadîts, t.t.

ʻÂsyûr, Ibnu, Muhammad at-Thahir, Maqȃshidusy Syarȋʻah Islâmiyyah, Urdun, Dârun

Nafâ’is, 2001.