Prinsip Desain Ekologis (Anom) - Copy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekologiarsitektur

Citation preview

EKOLOGI ARSITEKTUR

EKOLOGI ARSITEKTUR

EKOLOGI ARSITEKTURVIII Prinsip-Prinsip/Proses Disain yang Ekologis

Pemberian materi kuliah ini mencakup 5 (lima) aspek bahasan, yaitu:

1. Solusi-solusi disain yang tumbuh dari tempat itu sendiri2. Perhitungan-perhitungan ekologis yang menginformasikan disain

3. Disain bersama alam4. Setiap orang adalah disainer/perancang5. Membuat alam dapat nampak

1. Pemecahan-pemecahan disain yang tumbuh dari tempat itu sendiri (Solutions Grow from Place) Prinsip keberlanjutan dalam budaya tradisional Membawa prinsip keberlanjutan kedalam rumah Menghargai pengetahuan lokal Menanggapi kompleksitas yang ada

Merancang untuk tempat/tapaka. Prinsip keberlanjutan dalam budaya tradisional

Prinsip-prinsip menghargai dan menghormati alam pada masyarakat tradisional sangat kuat, dilatar belakangi oleh pola berpikir bahwa alam memberi mereka kehidupan, sehingga untuk tetap dapat survive mereka mempunyai keharusan mempertahankan alam dan lingkungan.

Usaha mempertahankan alam dilakukan dengan membuat aturan-aturan yang sifatnya sangat mengikat disertai dengan sanksi-sanksi bagi mereka yang melanggar Umumnya mereka sangat paham dengan historis tempat mereka seperti latar belakang berdirinya permukiman mereka, sejarah peradaban, perilaku alam dan lingkungan, maupun karakteristik lingkungan fisiknya seperti misalnya karakteristik iklim, pergerakan air, atau tinggi rendahnya tempat mereka, dan sebagainya Letak dan geografi lingkungan fisik mereka, seperti terletak pada daerah pegunungan, pesisir, dekat sungai, pertanian, hutan, dan sebagainya, akan dapat menginformasikan perikehidupan dan karakteristik sekalian individu dari mereka Batas-batas wilayah fisik mereka yang hidup secara berkelompok, biasanya menggunakan unsur-unsur alam fisik seperti, sungai, jalan, ataupun daerah kosong. Pola pengelolaan wilayah fisik maupun non fisiknya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kondisi fisik dan budaya mereka.Contoh dari kecakapan masyarakat tradisional dalam menerapkan prinsip keberlanjutan adalah masyarakat tradisional Desa Tenganan Pegringsingan dalam mempertahankan lingkungan alam fisik dengan membuat aturan-aturan yang tegas dalam tebang-pilih pohon termasuk aturan perkawinan sebagai satu usaha lain dalam menekan populasi penduduk. Contoh lainnya adalah kecapakan masyarakat tradisional Bali dalam mengatur air untuk mengairi sawahnya melalui sistim Subak, sehingga tumbuh komunitas-komunitas yang saling menolong atau sustainable community.b. Membawa prinsip keberlanjutan ke rumah

Secara prinsip, pengetahuan yang diperlukan untuk membangun komunitas yang berkesinambungan dapat dengan mudah dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari kita. Hal ini dapat dilakukan dengan memberlakukan perawatan untuk air, energi, sampah dan tanah yang sama dengan kebun kita, pendidikan anak, maupun uang kita. Bila pengetahuan itu dapat dilaksanakan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari maka kehidupan komunitas yang berkelanjutan sangat mungkin dapat terwujud.

Penanganan masalah-masalah lingkungan fisik dengan menumbuhkan kesadaran dan aksi bersama melalui partisipasi aktif dari komunitasnya jelas akan berdampak positif dalam penanganan masalah yang lebih mikro. Pola-pola penanganan lingkungan ekologis yang tumbuh pada budaya tradisional tersebut dapat dikembangkan kemudian sebagai pedoman atau ketentuan yang bersifat kritis dalam upaya memperoleh kondisi ataupun kehidupan yang sejahtera/ well being. Sebaliknya, itu akan gagal, apabila pengembangkan dari keberlanjutan tersebut ditentukan oleh kekuatan luar yang lepas dari budaya tradisional.

Setiap kejadian yang akan atau telah membawa konskuensi kerusakan lingkungan ekologis, pada perputaran siklusnya akan membawa malapetaka pada komunitas manusia. Sebagai satu contoh adalah pembuangan sampah ke sungai, dimana sampah ini pada akhirnya yang akan menuju ke hilir/laut. Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan begitu luas, mulai dari banjir, lingkungan tidak sehat karena tercemar, maupun terjadinya kehancuran biota laut serta coral reef, maka pada proses berikutnya berakibat pada terjadinya erosi pantai. Erosi yang dasyat tentu akan menghancurkan eksistensi daerah pesisir sebagai daerah permukiman. Membawa prinsip keberlanjutan ke rumah akan membangun budaya keberlanjutan yang disesuaikan dengan spesifikasi tempatya, misalnya penanganan sampah tersebut dengan cara menimbun atau membakar sebagai cara yang berbeda tapi secara prinsip adalah sama. Produk budaya keberlanjutan dalam budaya tradisional adalah penghargaan dan kebijaksanaan pada segala sesuatu yang bersifat ekologis dan telah menjadi warisan bagi generasi berikut. c. Menghargai pengetahuan lokal Pengetahuan lokal dapat diperoleh dengan sangat baik melalui proses kontinuitas perkembangan budayanya. Misalnya pengaturan pola tanam pada tanah pertanian masyarakat sebagai usaha lain untuk mempertahankan kualitas tanah pertaniannya, atau cara-cara memelihara dan menggunakan binatang untuk usaha pertanian maupun ekonominya. Pada dasarnya pengetahuan ini berguna dalam memberikan informasi-informasi yang spesifik tentang iklim, tumbuh-tumbuhan, aliran air, binatang dan lainya yang membuat tekstur tempat tersebut. Aktivitas dari komunitas yang dapat diamati secara langsung berdasarkan profesinya masing-masing seperti para pembangun, peternak, petani, pedagang, dan lain-lain merupakan rekaman yang penting dalam memberikan solusi pada disain. Kumpulan-kumpulan histori dari orang-orang yang pernah tinggal ditempat itu akan memberikan gambaran yang kuat tentang batasan-batasan beserta kemungkinan-kemungkinannya dalam disain. Keberlanjutan ditanamkan dalam proses-proses yang terjadi sejak dahulu kala dan itu tidak selalu jelas dalam penampakan. Disain yang ekologis tidak hanya sekedar menutupi tempat yang diperoleh melalui hati dan pikiran penduduk, tapi aplikasi disain; sebagai kebutuhan yang dapat dipenuhi atas potensi lansekap dan kemampuan yang terwujud dalam sebuah komunitas.

Sehingga disain yang ekologis akan dapat berjalan dengan baik kalau didukung oleh orang-orang yang mempunyai komitmen dan pengetahuan lokal yang tumbuh ditempat itu. Pengetahuan lokal adalah prasyarat dalam usaha menjaga/memelihara kebudayaan masyarakat dan berbagai biologis baik pada lingkungan masyarakatnya maupun wilayah yang lebih luas. Sebaliknya, tanpa pengetahuan lokal, tempat sebagai wilayah aktivitas budaya akan terkikis.d. Menanggapi kompleksitas yang ada

Pengetahuan yang bersifat ekologis dan tingkat perhatian yang dibutuhkan untuk melakukan monitoring dan kontrol secara langsung mempunyai keterbatasan dalam pengamatan. Eyes to acres ratio atau perbandingan sejauh mata memandang biasanya dipakai sebagai perbandingan didalam pengelolaan areal pertanian yang baik sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang baik juga. Perbandingan ini juga berlaku untuk proses disain yang ekologis karena secara prinsip mempunyai tujuan yang sama.

Untuk skala yang lebih besar, itu akan menjadi sulit dan berat untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan dalam type-type tanah, perubahan-perubahan tanaman yang berkelompok dan liar serta variasi-variasi pada topografi maupun iklim mikro.

Skala yang lebih luas tersebut, akan memerlukan usaha penyederhanaan kompleksitas melalui management sistim komplek agar wilayah yang dimaksud tetap dapat dimonitor maupun dikontrol. Pada dasarnya, management ini mengatur dan meningkatkan peran serta masyarakat (community participatory) dalam melakukan monitoring dan kontrol terhadap wilayahnya, sehingga informasi-informasi penting yang dibutuhkan tetap dapat diperoleh. Kompleksitas yang ada akan memerlukan partisipasi pada semua tingkat untuk mengambil keputusan secara bersama-sama. Pemahaman sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan bekerja dengan semua jenis ekosistim dan kemudian didistribusikan kepada yang mengetahui semua ekosistim itu dengan baik.

Sedangkan untuk meningkatkan eyes to acres ratio, yang berujung timbulnya kompleksitas, maka kita mesti membutuhkan perubahan pola pikir dalam pengetahuan dan disain. Yang diperlukan sekarang ini adalah kita mesti perlu mempertimbangkan disain-disain kita akan batas-batas ekosistim dan pemahaman manusia. Hal ini akan memberi keuntungan pada lahirnya bentuk-bentuk yang tepat dari pengetahuan lokal, yang pada gilirannya dapat memberi informasi pada proses perancangan termasuk menyediakan tingkat kepekaan yang tinggi serta ketepatannya.e. Merancang untuk tempat/tapak

Dengan ditetapkannya konsep pembangunan yang berkelanjutan oleh PBB, maka akan sungguh menggelikan kalau seseorang mesti merancang dan membangun bangunan dengan jalan tidak merefleksikan iklim lokal, material, bentuk-bentuk tanah maupun adat istiadat setempat. Rancangan tempat manusia saat sekarang telah terbatas untuk sumber-sumber lokal, kemampuannya maupun jalan mengerjakan sesuatu. Bangunan-bangunan cenderung mengikuti pola yang diadaptasikan secara baik dengan kondisi setempat. Rancangan dengan dan untuk tempat merupakan sesuatu aturan yang ketat tanpa perkecualian. Contoh-contoh arsitektur yang telah mempertimbangkan kondisi iklim setempat telah dibuktikan oleh kecakapan arsitektur domestik lokal. Seperti dusun-dusun di daerah gurun yang menggunakan dinding batu atau tanah tebal, jendela-jendela yang kecil dalam usaha mempertahankan suhu dingin didalam ruang. Sedangkan komposisi massa kluster yang saling memberikan perlindungan menjadi cirinya. Untuk daerah tropis (kering dan lembab) umumnya menggunakan lantai panggung untuk aliran udara yang sejuk dari bawah lantai dan menghindari permukaan tanah yang basah. Dinding menggunakan anyaman, sudut atap yang curam dengan bahan dari alang-alang/ daun palem/bambu, sehingga aliran air hujan diatap dapat jatuh dengan cepat dan aliran udara kedalam ruang untuk kenyamanan dapat tercapai. Begitu pula di Eropa maupun Amerika Utara yang menggunakan atap yang curam, oversteck atap yang lebar sebagai proteksi terhadap salju, balok-balok kayu untuk dinding/ lantai sebagai material utamanya sebagai usaha mempertahankan temperatur dalam ruang. Bangunan-bangunan standar modern pada abad 20 yang lebih mengikuti trend tanpa adaptasi terhadap tempat telah membawa konskwensi pada penggunaan energi dan material yang boros, menghancurkan setting lansekapnya, serta mengikis perbedaan-perbedaan secara lokal maupun regional. Kekayaan tempat dan budaya telah dibuldoser oleh langgam arsitektur ini. Dalam konteks destruksi ini, tugas disain yang ekologis adalah untuk membuat kembali pemecahan-pemecahan rancangan yang mengadaptasi tempat secara teliti. Pelajaran atau teori disain setempat maupun melalui kecakapan penggunaan teknologi baru yang ramah lingkungan merupakan langkah disain yang sangat penting. Disain yang ekologis dimulai dari faktor-faktor kekhususan tempat, yaitu: iklim, topografi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, binatang, material, dan faktor lainnya. Tugas selanjutnya, bagaimana faktor-faktor ini diintegrasikan menjadi persyaratan-persyaratan disain sebagai usaha menghormati kesehatan tempat tersebut. Disain bekerja pada saat interaksi/hubungan baru dalam lingkungan fisik yang dapat memelihara struktur ekologi yang relevan. Mengenal kekhususan tempat dapat dimulai dengan merumuskan problem yang ada; apa yang dapat dikerjakan dengan pengintegrasian ekologis di tempat ini, bagaimana kita menyediakan energi di daerah ini, bagaimana menyediakan air tanpa mempengaruhi siklus hidrologis, dan bagaimana kita menyediakan perlindungan/shelter tanpa merusak hutan-hutan. Secara konsep, disain yang ekologis adalah jelas bertentangan dengan regionalisme dalam disain (menyamakan persoalan dalam wilayah tertentu). Disain yang ekologis menelusuri untuk memperbaiki fungsi-fungsi lansekap yang sehat secara perlahan-lahan sehingga proses aslinya memungkinkan terwujud kembali. Sedangkan solusinya akan jelas berbeda dari tempat satu dengan tempat lainnya, yang inti persoalannya terletak pada bagaimana kita mendengarkan/ merasakan keinginan dari tempat tersebut. Proses disain yang ekologis mengharuskan kita untuk secara teliti memperhatikan masalah yang menyangkut energi, karakteristik tanah dan iklim, maupun seluk-beluk habitat/tempat. Mempertahankan integrasi proses-proses ekologis akan menjadi batasan-batasan yang kuat dalam disain, dan batasan ini harus dipenuhi secara lokal, regional, maupun global. Dengan mengerjakan ini, kita dapat membuat sistim-sistim yang menghubungkan begitu dekat dengan proses regenerasi miliknya alam yang mereka bangun untuk berpartisipasi aktif didalamnya. Kita dapat belajar dari binatang Onta dalam mempertahankan suhu tubuhnya terhadap iklim yang sangat tidak bersahabat pada saat siang dan malam, atau burung Onta dalam menjaga kestabilan suhu tubuhnya. Pada bangunan, untuk merespon iklim dapat dilakukan dengan konsep dinding/ atap memakai bahan yang dapat ditembus atau permeable. Konsep yang lain adalah dengan dinding doubel (building envelope) untuk merespon sinar matahari dan angin, penggunaan jendela dengan triple glazing untuk memantulkan sinar matahari secara effektif, serta menggunakan batu atau beton (thermal mass) untuk memberikan kehangatan pada malam hari. Dapat disimpulkan bahwa memahami iklim lokal/mikro secara detail adalah sebagai salah satu kunci yang penting untuk disain arsitektur yang merespon tempat.

2. Perhitungan-perhitungan ekologis yang menginformasikan disain (Ecological Accounting Informs Design) Perhitungan-perhitungan ekologi Analisis siklus hidup atau life cycle analysis Mengikuti aliran-aliran

a. Perhitungan-perhitungan ekologi Sangat akrab kita mengenal perhitungan-perhitungan ekonomi bangunan dalam rangka mengetahui dana yang mesti disediakan, tapi sayang kita telah gagal mempertimbangkan secara parallel untuk perhitungan-perhitungan disain yang berhubungan dengan kesehatan ekosistim. Perhitungan ekosistim mencakup luas tanah yang terbuang; kilowatt-jam energi, gallon air, jumlah tanah yang terkikis, dan semua dampak-dampak lingkungan lainnya terhadap sebuah disain. Prosedur-prosedur perhitungan ekologi menyediakan sebuah cara untuk mengetahui variable-variabel ekologi yang saling terkait.

Dalam beberapa dekade yang lalu, expert dibidang ekologi telah memproduksi studi-studi penggunaan energi dan material secara detail melalui ekosistim. Perhitungan ekologi ini memerlukan kita untuk melakukan yang sama pada produk-produk arsitektur (bangunan, lansekap, dan seluruh komunitasnya). Wes Jackson (Sim Van der Ryn 1996:83) mengatakan bahwa Keberlanjutan (sustainability) akan terjadi bila kita dapat menjadi penghitung-penghitung ekologi yang lebih baik pada tataran tingkat komunitas. Daur-ulang material bangunan dan berpaling pada cahaya matahari merupakan hal yang esensial dimasa datang, sehingga perhitungan ekologi menjadi suatu bidang yang sangat penting dan menarik. Perhitungan ekologi secara hati-hati menyediakan ukuran dampak-dampak lingkungan secara akurat pada disain sehingga memungkinkan dampak-dampak ini menjadi informasi penting pada proses disain.

Benturan-benturan dapat terjadi dalam perhitungan ekonomi dengan ekologi, seperti; meminimalkan biaya pada konstruksi dapat berdampak pada biaya lingkungan dan sosial yang sangat besar. Contohnya dalam konteks pemanasan global, penipisan lapisan ozon, maupun hujan asam yang diakibatkan oleh polusi udara menimbulkan kerusakan habitat, dan penyakit bagi seluruh makhluk hidup. Kerusakan-kerusakan ini baiasanya tidak dicantumkan dalam perhitungan biaya secara ekonomi. Kalau tidak ada usaha-usaha yang intesif untuk menekan polusi udara sebagai efek rumah kaca, maka dipertengahan abad 21, temperature udara akan meningkat sekitar 5-10oF. Hal ini akan membawa kehancuran pertanian, maupun perubahan musin yang membawa bahaya besar terutama di Asia Tenggara. Pertemuan Rio de Jeneiro maupun Kyoto sebagai misi PBB, yang dihadiri oleh sebagian besar negara-negara kecuali US dan Canada, sepakat untuk mengurangi emisi gas/ polusi udara sebagai usaha mengurangi serta memperbaiki kerusakan lingkungan yang ada. Kalau saja dampak-dampak lingkungan dipakai sebagai dasar untuk merefleksikan harga-harga produk, produk-produk disain yang ramah lingkungan akan memperoleh berbagai macam insentif. Dengan memperoleh insentif, harga produk pada akhirnya menjadi lebih murah/tidak lebih mahal. Produksi yang ramah lingkungan (eco product) mesti dijadikan persyaratan dalam sistim penyaluran dan kebutuhan produk atau supply and demand. Untuk mendukung gerak laju produk yang ramah lingkungan, diperlukan sebuah sistim perdagangan yang mendorong kesadaran dan tanggung jawab masyarakat pada semua tingkatan (stakeholders) untuk menggunakan produk tersebut. Terjadinya celah/gap antara perhitungan ekonomi dengan ekologi menjadikan tantangan bagi para perancang ekologis; saat mengambil keputusan disain diawal proses untuk mengurangi dampak-dampak lingkungan dengan perhitungan dapat meyimpan biaya pemeliharaan, maka pada saat penentuan jenis-jenis utilitas termsuk harganya akan memberikan biaya yang sangat besar sehingga akan memberikan kerumitan pada saat mengambil keputusan akhir. Contoh; penggunaan sistim penghawaan pasif pada bangunan di daerah iklim tropis-lembab (Indonesia) yang solusi disainnya mesti banyak bukaan pada dinding dan atap. Banyak bukaan akan memberi resiko seperti ruang menjadi kotor/berdebu, mudah bocor, dan mudah cendawan/fungi hidup sehingga ruang dalam menjadi tidak sehat. Contoh lain; bangunan yang tidak menggunakan boiler sebagai pemanas ruangan di daerah sub tropis (Eropa), konskwensinya semua celah bidang bangunan mesti ditutup rapat atau dengan dinding rangkap (building envelope) serta dengan jendela kaca yang dicoating (double or triple glazing).

Perhitungan ekologi diawali dengan penentuan nilai secara hati-hati. Tipe nilai yang dimaksud mencakup tipe dan kualitas energi, air, material, racun, sampah, tanah yang digunakan dalam disain. Pada bangunan kantor; energi, material, racun, dan harus dilakukan penelitian secara cermat, dan unsur-unsur ini sangat penting dalam produk disain. Akurasi perhitungan dengan berbagai tingkat ketelitian pada dampak lingkungan dari sebuah disain, dapat disimpan dan tidak ditampilkan dalam gambar disain. Sebagai gambaran dalam memahami perhitungan ekologi, kita dapat membandingkan 2(dua) proses; pembakaran (combustion) dan photosintesis (photosynthesis). Pada sistim mekanis, proses pembakaran jelas akan memerlukan bahan bakar (listrik, batu bara, minyak diesel, premium), dan udara (N2, O2) yang emisi pembakarannya menghasilkan gas panas yang tidak berguna, seperti: carbon dioksida yang diikuti oleh nitrogen oksida, sulfur oksida, dan ozone (CO2, SO, NO). Gas-gas ini yang dihasilkan dari bangunan, industri, dan transportasi secara signifikan memberi dampak yang negative bagi lingkungan seperti, peningkatan temperature global, penipisan ozon, hujan asam, dan lain-lain. Sedangkan proses photosintesis sebagai proses alami bersumber dari matahari, air, dan carbon dioksida, yang mana produk akhirnya berupa gula dan oksigen serta bebas polusi. Kiranya proses photosintesis ini dapat menjadi konsep dalam proses disain dan inspirasi bagi dunia industri konstruksi maupun material.

Semua proses harus mematuhi peraturan-peraturan perhitungan energi dan material, yang di beberapa negara telah menjadi peraturan nasional maupun antar negara seperti di negara-negara Eropa (Europe Commissions on Environment). Peraturan dalam perhitungan ekologi berusaha mengkualifikasi kekayaan alam; hutan, air, minyak, tambang, dan lainnya sebagai kekayaan ekonomi sebuah Negara. Contoh kasus adalah Negara Indonesia yang dilakukan oleh sebuah Lembaga dunia dibidang sumber alam pada th. 1971-1984, menyatakan bahwa meskipun GNPnya 7.1% per tahun, tapi karena perhitungan kehilangan sumber-sumber alam, penipisan cadangan minyak, hutan, maupun tanahnya maka dikatagorikan hanya 4%. (Sim Van der Ryn 1996: 90) Perhitungan ekologi sebagai kerangka acuan kerja untuk menilai dampak-dampak lingkungan pada tingkat proses industri, produksi, bangunan, masyarakat, maupun negara. Hal itu memungkinkan kita untuk memikirkan lebih hati-hati tentang hubungan antara ekologi dengan disain. Perhitungan ekologi menjadi kunci peralatan analitis disain ekologi, sebagai pengujian untuk keberlangsungan/sustainability.b. Analisis siklus hidup atau life-cycle analysis Setiap obyek mempunyai sejarahnya masing-masing. Sebagai contoh meja kayu, berasal dari hutan kayu yang mungkin jaraknya ribuan kilometer dari tempat logginnya, dari sini kemudian dibawa ke pabrik pembuatan meja. Disiana meja tersebut kemudian diserut, diamplas, dan terakhir dipolitur/dicat, dari pabrik dikirim ke produsen selanjutnya dikirim lagi ke toko penjualan yang sampai akhirnya dibawa ke rumah. Disini meja jelas membutuhkan material, energi, air, lahan yang digunakan produksi maupun distribusinya, yang tentunya perlu dituntut perhitunan ekologinya. Memperhatikan dampak-dampak lingkungan, maka kita mesti melakukan pengujian dengan melihat sejarah dari setiap obyek yang kita gunakan.

Pemerintah Jerman secara serius mempertimbangkan proposal yang diajukan oleh Hamburg based Environmental Protection Encouragement Agency (EPEA), dimana produk industri dibagi dalam 3(tiga) katagori: produk konsumsi, pelayanan/service, dan produksi yang tidak diperdagangkan. Produk konsumsi harus dapat ditekan sepenuhnya secara bilogis dan dibuang setelah penggunaan. Produk pelayanan seperti, kendaraan, televisi, mesti dapt didaur ulang oleh pabriknya setelah afkir. American Institute of Architects (AIA) telah mempromosikan perhatian mereka yang besar pada material, energi, maupun hal yang berkaitan dengan racun (toxicity) sebagai isu utama diantara mereka. Dalam evaluasinya, mereka membuat list/daftar pertanyaan sebagai pengenalan untuk pedoman sumber dasar lingkungan antara lain:

Berapa banyak energi yang dibutuhkan terbentuknya material itu sendiri selama hidupnya?

Berapa banyak energi yang dibutuhkan untuk proses pembuatan material dan produk yang terkait?

Berapa banyak energi yang digunakan untuk transportasinya dari sumber asal sampai ke proyek site?

Adakah sumber energi yang dapat diperbaharui dalam prose pembuatannya?

Adakah alternative pilihan energi yang lebih efisien dalam penggunaannya? Adakah sumber lokal untuk pengadaan material?

Dapatkah material itu didaur ulang atau digunakan kembali saat akhir usianya untuk struktur?

Apakah sulit atau mudah material tersebut di daur ulang?

Apakah sistim-sistim konstruksi yang berbeda memberikan peluang lebih baik untuk perbaikan sumber saat berakhirnya umur bangunan? Berapa biaya pemeliharaan material yang diperlukan selama umurnya dalam struktur bangunan? Berapa energi secara intensif untuk keperluan pemeliharaan?

Adakah sampah ang dikeluarkan oleh produk material selama pemeliharaan?

Apakah membutuhkan lapisan atau perbaikan yang dapat memberikan kesehatan atau resiko yang aman?

Adakah material mengeluarkan gas selama instalasi, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas udara ruang dalam?

Adakah memproduksi sampah-sampah padat, cair, maupun gas yang sangat berbahaya secara signifikan bagi lingkungan selama proses pabrikasi? Berapa jumlah sampah yang dihasilkan selama proses produksi sampai instalasi dibandingkan dengan material-material alternative? Pertanyaan-pertanyaan ini membantu kita untuk menguji sebuah bangunan dengan cara yang baru. Selanjutnya tahapan yang kedua kita dapat menanyakan energi yang dibutuhkan dari bahan mentah, proses, manufaktur, dan transport. Ada sebuah studi saat ini yang menghasilkan estimasi-estimasi kuantitatif berkenaan dengan tingkat penggunaan energi dari berbagai material bangunan. Hal ini sangat penting dalam memberikan informasi secara jelas terhadap isu-isu disain. Estimasi kuantitatif dari beberapa material pokok bangunan adalah sebagai berikut: Kayu merupakan penggunaan energi yang paling rendah: 630 killowat-hours/ton

Bata: 4 x kayu (630 killiowat-hours/ton)

Beton: 5 x kayu

Plastik: 6 x kayu

Kaca: 14 x kayu

Baja: 24 x kayu

Aluminium: 126 x kayuc. Mengikuti aliran-aliran Yang dimaksud dengan mengikuti aliran-aliran ini adalah sebagai usaha untuk mengetahui sumber aliran dari distribusi listrik, air, makanan, dan lain-lainnya yang dibutuhkan untuk memelihara bangunan-bangunan, sehingga kita akan lebih sensitif terhadap sistim-sistim yang mendukung kehidupan kita. Adapun aliran tersebut, sebagai berikut:

Listrik; mengetahui sumber distribusi listrik/tempat, perusahan, jaringan, kapasitas, bahan bakar Sampah; proses dari produksi sampah maisng-masing rumah tangga, kemudian diambil dengan truk pengangkut, dibawa ke lokasi penampungan, kemudian diproses lebih lanjut (dibakar, ditanam, diolah menjadi biogas, dan sebagainya)

Daur ulang; jenis-jenis material yang didaur ulang (plastik, botol kaleng, atau kertas, dll), proses nya apakah melalui peleburan atau diproses kedalam produk yang baru. Pembuangan kotoran; sistim jaringan, produksi kotoran setiap orang/hari, arah aliran, maupun penampungan atau pembuangan akhir.

Air; sumber air, alirannya, tempat penampungan/reservoir, besar cadangan dan debitnya, perawatan, perpipaan, wilayah pelayanan, kualitas air yang dikonsumsi, dan lain-lain.

Hasil pengamatan maupun perhitungan dari pergerakan sumber-sumber ini adalah untuk membuat kita berpikir lebih hati-hati berkenaan dengan pola konsumsi kita dan implementasi disain. Perhitungan-perhitungan ekologi mendorong kita untuk mengajukan pertanyaan yang tersusun dan menemukan jawaban secara detail. Disain yang meminimalkan dampak lingkungan dan memenuhi batasan-batasan ekonomi, tidak dapat dibangun kalau alat uji yang dipakai belum jelas dan komprehensif dalam menguji dampak-dampak yang ada. Menetapkan perhitungan secara eksplisit untuk energi, air, material, dan variable pokok lainnya memberikan pedoman secara kritis untuk proses disain ekologi.3. Disain dengan alam (Design with Nature) Persahabatan dengan alam

Sampah sama dengan makanan

Lansekap yang aktif

Disain sendiri

Nuansa eko

Biodiversity

b. Persahabatan dengan alam Disain dengan alam adalah sebuah strategi untuk mengurangi dampak-dampak berbahaya secara signifikan dengan menghadirkan persyaratan-persyaratan kesehatan di setiap level. Filosofi disain ini mempersembahkan tidak sekedar sebuah perubahan dalam bahasa dan epistimologi, tapi sebuah jalan yang dibuat dengan menggunakan lansekap yang ada. Merancang dengan alam memberikan pernyataan bahwa dalam jangka panjang, solusi-solusi yang paling ramah lingkungan membuat pemakaian pola-pola kesehatan kita sendiri secara sangat aktif. Pola-pola tersebut yang diasah oleh waktu dan hidup, tidak dapat mudah dihitung satu per satu. Tidak ada akhir untuk pekerjaan mencerdaskan mereka atau untuk menerjemahkan mereka kedalam disain-disain yang efektif dan akurat secara budaya. Merancang dengan alam menganjurkan sebuah persahabatan dengan alam secara terus menerus, sehingga hal itu mendapatkan manfaat yang besar bagi manusia dan ekosistim. Kita ada di dalam alam, alam ada pada kita. Kita menghadapi sesuatu yang ambigu/kemenduaan dalam berbagai wawasan, disain-disain sebagai pola, diri kita sebagai perancang-perancang alam dan disain-disainnya alam. Ini menganjurkan bahwa disain ekologi adalah sebuah hasil dari keikutsertaan kita secara konstruktif bersama alam. Itu merefleksikan keberpihakan yang mendasar dari alam, menemukan mereka kedalam suasana yang baru untuk disain. Disain yang ekologis dinyatakan sebagai kebenaran dalam evolusi bersama antara alam dan budaya. Itu merupakan wujud perjanjian antara komunitas manusia dengan makhluk hidup lainnya. Tidak ada istilah disain merusak seluruh tatanan alam. Disisi yang sebaliknya, melanggar perjanjian telah terjadi pada setiap level, memusnahkan seluruh spesies, bahkan sampai terganggunya iklim. Disain dengan alam menjadi jalan bagi kita dan memberikan keharmonisan alam buatan secara potensial. Keharmonisan ini harus menghormati setiap tingkat keutuhan disain secara evolusi. Disain yang begitu menghormati keharmonisan adalah sebagai langkah aktif kita untuk tujuan ekologi disain itu sendiri. Bukan sekedar meniru alam dalam rasa yang abstraksi tapi berpartisipasi dalam liku-liku kehidupan yaitu sebagai jalan yang memberikan kesehatan. Alam bukan sebuah model tapi sebuah matriks yang dalam disain menemukan sebuah identitas dan sebuah pertalian yang mendistribusikan pada kesehatan secara menyeluruh.c. Sampah sama dengan makanan

Di alam, sampah sama dengan makanan, contoh kayu yang sudah busuk telah menjadi makanan bagi jamur/cendawan dan melindungi binatang selama ratusan tahun. Sinar matahari dikumpulkan oleh biji-bijian yang menjadi makanan sapi kemudian tahinya menjadi pupuk yang menyuburkan tanah, begitu pula dalam sistim tumpang sari dimana kotoran ternak jatuh kebawah menjadi makanan ikan dibawahnya. Pada komunitas, masyarakat hutan menjaga kesehatannya ber abad-abad karena setiap proses pertumbuhannya dihubungkan dengan sebuah proses pembusukan. Hal ini berbanding terbalik dengan proses ekonomi yang linier, kita mengubah sejumlah material yang mentah dengan mengeluarkan sampah berupa emisi yang berbahaya. Kita sedang menurunkan material dan membuat material semakin hari semakin sedikit ketersediaannya dimasa datang. Cadangan minyak mentah dibakar dan dibuang-buang. Kondisi ini kita sedang menggubah secara mendalam siklus-siklus nitrisi yang memperpanjang semua kehidupan. Semua ini karena kita telah tidak mendisain produk dan proses yang mana sampah dapat diintegrasikan kedalam ekonomi. Bila komunitas organisme yang hidup begitu dekat dalam sebuah kelompok, tidak akan dapat hidup secara ajeg kalau mereka tidak dapat memproses sampah dan mengolah nutrisinya. Tanpa adanya kontinuitas dalam pembersihan maupun daur ulang, racun/toxin berakumulasi secara cepat, makanan menjadi hilang, yang pada akhirnya membunuh komunitas itu sendiri. Dengan contoh yang sama, jaringan pekerjaan bisnis dalam kelompok yang begitu dekat, tidak dapat memanfaatkan aliran sampah dan mendaur ulang material mereka, maka jaringan itu akan kolaps. Ada 2(dua) langkah penting untuk menutup proses industri, yaitu langkah pertama adalah memproses sampah yang pada akhirnya menjadi sumber atau menggantikan kebutuhan untuk bahan mentah. Langkah kedua adalah menghindari sampah berubah menjadi unsur polusi yang berbahaya. Sampah, dengan disain sama dengan makanan. Apakah itu dengan dengan mendaur ulang kedalam ekosistim industri atau memasukkan ekosistim alami kedalam bentuk-bentuk yang tidak beracun pada tingkatan-tingkatan yang dapat dimengerti dengan sebaik-baiknya. Strategi untuk mengubah sampah kedalam makanan adalah sesuatu yang sangat mendasar bila kita menintegrasikan kegiatan-kegiatan manusia secara penuh kedalam siklusnya alam. Dengan menggubah sistim linier, proses yang memproduksi polusi kedalam siklus yang saling terkait, kita dapat mengurangi secara signifikan segala dampak yang kita buat dan bangun. d. Lansekap yang aktif Unsur utama mendukung lansekap yang aktif biasanya adalah pergerakan air, sedangkan manusia sebagai unsur pengisi ruang tidak dapat dikatagorikan sebagai unsur lansekap yang aktif. Konsep mengontrol atau mengelola air sebagai unsur kehidupan telah dikembangkan oleh para ahli pada ribuan tahun yang silam, yang mana konsep-konsep ini terangkum dalam ajaran Confusian, Taoist, maupun sistim Subak yang diterapkan di pulau Bali. Yang menarik untuk disimak adalah perbedaan prinsip antara konsep Confusian dan Taoist, yang mana Confusian menggunakan konsep pergerakan air dengan pola garis lurus, sedangkan Taoist cenderung berliku-liku diatas lansekapnya dengan mengikuti kecendrungan sifatnya. Sehingga Taoist menganggap bahwa tanah yang dialiri oleh pergerakan air adalah sebagai lansekap yang aktif, yang menyediakan fungsi-fungsi ekologis dan secara simultan memenuhi kebutuhan manusia dan komunitas kehidupan yang lebih luas. Sebaliknya, teknik confusion mesti lebih banyak merespon lansekap kita, membuat proyek pengairan yang luas, menghancurkan tanah-tanah basah, dan memaksakan sistim pertanian yang tidak sesuai dengan kapasitas tanah, serta menggali seluruh daerah diluar kewajaran. Metode-metode kontrol genangan air secara ekologis saat ini sedang mengalami kebangkitan kembali. Metode ini mendasarkan pada lansekap yang sehat, dimana vegetasi berfungsi menormalkan pergerakan air, erosi diminimalisir, serta air diijinkan bergerak sesuai dengan alirannya. Tujuannya adalah memperbaiki ekosistim sehingga metode ini memungkinkan untuk mengontrol kehilangan air dalam jangka panjang. Melalui disain sistim-sistim yang alami ini memberikan fasilitas-fasilitas tambahan seperti areal rekreasi, jalan kecil, habitat hidup yang alami dan terbuka. Sistim-sistim tanah basah/wetland sytems, saat ini, sedang menjadi ciri pembangunan yang mengedepankan aspek ekologis. Sistim ini memelihara genetika dan berbagai komunitas, menyediakan makanan dan tempat untuk migrasinya burung-burung dan binatang-binatang kecil lainnya. Areal dari wetland ini merupakan ruang bagi organisme yang hidup di air. Disamping dapat mengurangi genangan air, membersihkan air, membentuk lahan dari tanah sediment, mengatur pengisian air kembali, juga dapat membantu kestabilan iklim mikro maupun makro. Kemampuan vegetasi pada wetland untuk menormalkan iklim mikro dilaksanakan dengan baik. Sebagai contoh satu pohon dapat menyediakan efek dingin yang sama dengan mesin pendingin pada ukuran ruang 10x10 yang berkerja selama 20 jam per hari. (Sim Van der Ryn, 1996:117) Lansekap yang aktif tidak dimaksudkan sebagai sesuatu yang sangat alami, atau sesuatu yang dapat dikontrol dalam ketentuan proyek-proyek air secara konvensional dan sistim-sistim pertanian. Lansekap aktif adalah sebagai sebuah taman yang baik, dapat berkomunikasi dengan alam, pengendalian genangan air secara ekologis, padang rumput pertanian pada sebuah lansekap yang menampakkan akan bersatunya dengan alam. e. Disain sendiri

Disain sendiri dimaksudkan sebagai sistim-sistim yang memainkan fungsi-fungsi yang bermanfaat tanpa perintah-perintah secara eksplisit. Mereka mengembangkan hubungan-hubungan mereka sendiri, mencari solusi dan menciptakan struktur sendiri. Dan mereka melakukan semuanya ini melalui jalan yang saling mendukung tanpa unit pemrosesan yang terpusat. Karena tingkah laku yang baru dimungkinkan muncul, sistim disain sendiri ini membaurkan ide/gagasan pengendalian yang kita hargai kemudian melakukan secara saling terkait dan tanpa ketegangan. Proses disain sendiri menjadi lebih kuat bila mereka ditempatkan dengan berbagai aneka ragam elemen/unsur. Tergantung keadaan, keanekaragaman mungkin ada pada tingkat spesies-spesies, ekosistim, budaya, bisnis, ataupun teknologi. Keanekaragaman mengijinkan terjadinya adaptasi dari bermacam-macam ganguan luar maupun kesempatan-kesempatan yang ada. Sebagai contoh, berbagai budaya membantu untuk menjamin pemananen yang singkat karena hasil panen akan menyeleksi sendiri di bawah tekanan. Setiap elemen/unsur dalam sistim disain sendiri adalah sebuah sumber pengetahuan, dan oleh karena itu bantuan yang mungkin untuk sebuah pemecahan/solusi yang muncul. Dalam sistim pembenihan yang baik, komponen-komponen dapat berjalan dengan baik bahkan saat mereka dihadapkan dengan kondisi-kondisi yang berubah. Mereka dapat menjaga keutuhan sebagai individual-individu saat sedang memulai interaksif. Nuansa eko

Nuansa eko dimaksudkan sebagai nuansa dari dua atau lebih situasi atau tempat dengan kondisi lingkungan alam yang berbeda secara kontradiktif. Tempat ini sebagai gambaran aktivitas hidupnya seperti untuk makan, berkumpul, bermain, dan lain-lain. Nuansa eko juga diartikan sebagai sebuah overlapping dari perbedaan tempat yang bercampur baur sehingga menimbulkan sebuah spektrum warna. Nuansa ini sesuatu yang sangat mudah ditembus, namun tetap sebagai pembatas untuk pergerakan sumber -sumber penghasilan, energi, aktivitas, maupun komunikasi. Dalam kondisi alam, sisi nuansa eko sebuah teluk terletak pada pertemuan antara tanah dengan air/laut yang ditandai dengan riakan air payau/rawa. Didalam rawa, air laut bertemu dengan air sungai yang menyediakan kandungan garam yang tepat untuk tempat bertelur dan menetas berbagai spesies makhluk laut. Bahan gizi yang dibawa dari sungai diambil oleh bakteri yang hidup di air laut, bakteri tesebut kemudian dimakan oleh makhluk yang lebih besar, dan mahluk inipun kemudian menjadi makanan ikan kecil dan kodok dan akhirnya merekapun menjadi santapan burung laut. Sehingga daerah rawa ini dpat dilakatkan sebagai daerah yang aktif dan sangat subur.

Para disainer/ arsitek saat ini sedang merancang hal tersebut, kendati sebelumnya sempat melupakan nuansa eko tersebut dengan menempatkan bangunan sebagai pembatas, ruang-ruang kosong yang dibuat steril, tempat parkir, batas-batas jalan bypass dengan berbagai pembangunan yang muncul. Dengan kondisi itu, kota-kota modern telah menampilkan batas-batas yang tegas, kaku, keras sehingga tidak membentuk nuansa eko tersebut.

Nuansa eko yang diolah mempromosikan terjadinya kontak antar manusia atau manusia dengan alam. Beberapa contoh dapat disebutkan:

Permukiman petani dengan kebun serta daerah pertaniannya yang menyatu dengan lama sekelilingnya memberikan sebuah/lebih nuansa eko. Lokasi kampus yang dekat dengan daerah permukiman penduduk sehingga terjadi interaksi yang simbiosis antara fungsi satu dengan lainnya. Penataan desa-desa tradisional Bali dengan menyediakan daerah perkebunan atau pertanian sebagai daerah kosong atau karang suwung yang berfungsi sebagai batas wilayah desa telah memberikan nuansa eko yang sangat jelas.g. Biodiversity Yang dimaksud dengan biodiversity berdasarkan pendapat ahli biologi E.O Wilson, adalah aneka ragam unsur organisme dalam semua tingkatan, mulai dari genetika yang mempunyai spesies yang sama sampai kesatuan famili, termasuk pula aneka ragam ekosistim yang merupakan komuniti organisme, baik dalam tempat maupun kondisi tertentu. Mereka menjaga hidupnya melalui pola hubungan atau koneksitas. (Sim Van der Ryn, 1996: 134) Aneka ragam kehidupan ini mencakup 10-50 juta spesies, setiap kepemilikannya berasal dari ribuan sampai jutaan plasma. Namun saat ini kita telah kehilangan aneka ragam kehidupan secara cepat, dimana diperkirakan setelah berlalunya evolusi sekitar satu spesies per juta telah hilang dari planet kita. Dengan demikian, disain ekologis pada tingkat yang khusus adalah disain untuk biodiversity. Bila disain kita gagal mempertimbangkan makhluk hidup sebagai teman kita, maka kita sendiri telah gagal. Philosopher Bryan Norton menyatakan bahwa nilai biodiversity adalah nilai dari segala sesuatu yang ada. Mulai dari sekarang sampai berakhirnya dunia, biodiversity dapat disimpulkan sebagai nilai tingkat pendapatan penduduk/Gross National Product (GNP) suatu Negara. Hal ini disebabkan karena kehidupan dan perekonomian kita sangat teragntung dari biodiversity. Mereka adalah suatu yang sangat menakjubkan dari kompleksitas yang ada di dunia, sangat holistic, dinamis, bergerak bersama dalam lansekap yang luas, dalam seluruh ekosistim yang ada, tidak dapat diperkecil lagi untuk pertimbangan spesies ke spesies. Masalah-masalah yang terkait dengan kestabilan ekosistim menjadi terakumulasi saat kita menyadari bahwa populasi adalah merupakan subyek dari berbagai pengaruh-pengaruh secara acak, masing-masing cenderung menurun ketahanan hdupnya. Beberapa pengaruh ini diidentifikasikan oleh R. Edward Grumbine, sebagai berikut:1) Ketidakpastian genetik atau perubahan secara acak dalam genetika yang dapat merubah keberadaan dan kemampuan- kemampuan reproduksi individu-individu.2) Ketidakpastian tempat hidup yang disebabkan oleh kejadian-kejadian yang tidak tentu pada keberadaan dan kemampuan reproduksi individu-individu dalam populasi.

3) Ketidakpastian lingkungan karena perubahan-perubahan pada; iklim yang tidak dapat diprediksi, perubahan cuaca, distribusi makanan, kompetitor-kompetitor baru, pemangsa, dan sebagainya4) Ketidakpastian adanya bencana besar dari penomena alam seperti badai, kebakaran, kemarau panjang, dan sebagainya yang terjadi pada kurun waktu yang tidak tentu.

Biodeversity tidak hanya menyatakan berbagai macam spesies, tapi juga berbagai macam ekosistim yang pada akhirnya meliputi tempat mereka sendiri. Itu dapat dipelihara dengan 3 (tiga) tingkatan: memelihara populasi-populasi spesies setempat yang hidup, melindungi perwakilan-perwakilan tipe-tipe ekosistim setempat dalam jajaran tingkat yang berhasil, serta menghormati seluruh proses-proses ekologis termasuk siklus hidrologis maupun pola-pola pergerakannya. Penjagaan dari ancaman-ancaman pengkerdilan tempat hidup, pembangunan jalan, penambangan, praktek-praktek logging yang bersifat menghancurkan, dan perubahan iklim global, akan membutuhkan jenis rancangan ekologis yang penuh ketelitian. Disiplin ilmu ekologi lansekap dan biologi konservasi sedang memberi pedoman-pedoman rancangan yang kuat untuk memelihara biodiversity bahkan dalam konteks intervasi manusia secara besar-besaran. Sebagai contoh; sebuah konsep dimana blok bangunan dasar adalah sebuah inti persediaan/cadangan yang tidak digunakan untuk semua pemakai, setiap cadangan ini dikelilingi oleh daerah penyangga dengan meningkatkan tata guna lahan secara intensive disekelilingnya. Konsep ini telah diadopsi sebagai pedoman oleh UNESCO dalam program manusia dan lingkungan bio, telah mengembangkan sebuah global sistim pada hampir 300 persediaan/cadangan lingkungan bio. Kita mesti menekankan kembali bahwa antara aneka biologis dan aneka budaya mempunyai hubungan yang sangat dalam, meski sistim-sistim pengetahuan tradisional yang mengadaptasi tempat telah mulai lenyap secara cepat. Aneka biologis dan budaya mesti berjalan beriringan, karena evolusi budaya, bentuk dan tempat hidup telah mengkonservasi aneka biologis yang ada di planet kita. Dengan demikian, disiain untuk biodiversity akan memerlukan kita untuk menghentikan kebebasan budaya yang tunggal dalam pikiran kita dan melihat dengan jelas penanaman kita akan dunia yang hidup. Pekerjaan berat sedang mulai menanti untuk menerjemahkan kesadaran ini kedalam startegi disain yang efektif pada tingkatan skala ruang kecil, kota, maupun benua.4. Setiap orang adalah perancang (Everyone is A Designer)Dengarkan setiap suara orang dalam proses disain. Tidak ada orang yang hanya sebagai peserta saja atau perancang saja. Setiap orang adalah peserta-disainer. Hormati pengetahuan khusus yang dibawa setiap orang. Oleh karena itu, orang mesti bekerja sama untuk menyehatkan/menyembuhkan tempat mereka, juga mereka menyembuhkan mereka sendiri. Menanamkan kecakapan rancangan Disain komunitas

a. Menanamkan kecakapan rancangan

Kita semua adalah disainer. Kita membuat keputusan secara konsekuen yang membentuk masa depan kita sendiri dan lain-lain. Kita memilih realitas kita sehari-hari; dimana dan bagaimana kita hidup, menggunakan waktu dan energi kita. Bagaimana kita menilai dan peduli tentang sesuatu, bagaimana kita mendapatkan dan membelanjakan. Semua pilihan itu berkaitan dengan dimensi rancangan.

Dalam konteks kedudukan kita sebagai salah satu spesies, disain menjadi sebuah intuisi. Itu dapat ditanamkan dalam budaya, dipahami melalui partisipasi sehari-hari dalam keluarga dan masyarakat. Pengetahuan lokal dan material telah memberikan masyarakat segala sesuatu untuk merancang, membangun, dan menjaga tempat mereka. Setiap anggota masyarakat telah mengetahui pola disain dengan tepat dan dapat meniru semuanya. Setiap orang dapat membangun tembok yang dapat berdiri, membuat lay out terasering sawah yang tahan terhadap erosi/longsor, atau membuat penutup atap yang tidak tembus air hujan. Orang yang hidup dengan disain mereka secara langsung, kadang-kadang mempunyai pengalaman yang berhasil atau gagal sehingga mereka kemudian mempelajarinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang belajar jadi disainer melalui praktek langsung.

Pada dekade yang lalu, berbagai macam perangkat disain profesional telah menggantikan proses disain intuitif, sehingga banyak orang dapat secara kompeten membangun rumah mereka sendiri, sumber air, maupun ladang pertaniannya. Hal ini membuat kesulitan dalam mengintegrasikan aspek-aspek rancangan, dan sebagai konskwensinya, implikasi-implikasi disain ekologis telah dikeluarkan/dihilangkan dari kesadaran kita. Disain ekologis mensyaratkan proses partisipasi secara mendalam yang mana bahasa disiplin teknis dan rintangan-rintangan digantikan dengan kumpulan pemahmanan problem rancangan. Disain ekologis ini merubah ketentuan lama tentang bagaimana memperhitungakan pengetahuan yanga ada dan siapa yang memahami hal tersebut. Dengan demikian, disain ini juga menekankan bahwa keberlangsungan adalah sebuah proses budaya ketimbang sebagai seorang ahli dan akan memperoleh kompetensi dasar dalam pembentukan dunia kita. Sayang sekali, pada kasus arsitektur, praktek pendidikan arsitektur konvensional masih sangat kuat mengikuti mithos dengan memprioritaskan bahwa karakter seorang arsitek adalah melawan ketidak bersahabatan alam. Disain arsitektur tidak diajarkan sebagai sebuah proses yang kolaboratif dimana pemilik dan pengguna mesti ada dalam kontek tersebut. Bahkan itu diajarkan sebagai proses yang murni yang tidak terkontaminasi oleh batasan dan kebutuhan dunia yang nyata, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dianggap sebagai mode untuk mendekati pendidikan disain, sebagai bentuk terapi pribadi, dan sebagi artis yang berjuang dalam mengekspesikan dirinya. Arsitektur masih dianggap sebagai pengerajin/pemahat pada waktu di ruang studio. Mahasiswa arsitektur yang dilatih untuk pekerjaan-pekerjaan arsitek juga diberikan latihanlatihan disain. Para arsitek penuh perhatiannya pada bentuk dan gaya yang cenderung mengikuti gaya Yunani/Greek, Roman, Ghotic, Renaissance. Mahasiswa mempelajari gaya-gaya ini dengan membuat gambar-gambar contoh dalam cat air maupun pensil secara teliti yang merupakan kekaguman masa lalu. Penaggung jawab studio telah membuat program atau ringkasan-ringkasan untuk proyek bangunan yang terimajinasi dimana kemudian mahasiswa mesti merancangnya. Mereka bekerja secara individu dan kemudian dievaluasi atau direview oleh panelis atau para arsitek, akhirnya diberikan hadiah untuk disain yang terbaik. Untuk memperoleh peluang-peluang atau kredit, pengajaran secara interdisipliner melalui berbagai sinthesa dapat terwujud bila budaya dalam disain tumbuh diluar sistim studio dengan menyediakan waktu secara ketat dalam menguji problem-problem secara mendalam. Mahasiswa belajar melalui studi-studi kasus kendati hal ini jarang didasari pada tempat dan komunitas yang pasti. Dalam kenyataannya, studio telah menyediakan sebuah tempat yang penting untuk mengajari disain ekologis. Itu dapat menjadi tempat dimana mahasiswa dikenalkan pada problem dan orang secara riil, sebuah tempat interaksi yang sangat bermanfaat dengan disiplin-disiplin lainnya baik didalam maupun diluar Universitas. Hal itu sangat memungkinkan mahasiswa dapat belajar disain sebagai sebuah kerja kelompok dan kegiatan interdisipliner. Steward Brand, pembuat the Whole Earth Catalog dan seorang pengamat arsitektur dan bangunan menyarankan bahwa problem dengan pendidikan disain arsitektur adalah pelaku-pelaku dan informasi yang riil mesti dibuka untuk disampaikan dalam pengajaran. Studio-studio sebagai riset/tempat penelitian atau klinik disain dapat untuk segera membangun sebuah dasar pengetahuan secara kumulatif yang sedang miskin dalam bidang-bidang disain seperti arsitektur. Pekerjaan studio disain banyak terbuang pada latihan-latihan yang jarang dilaksanakan diluar ruang studio. Karena rancangan mahasiswa tidak pernah diimplentasikan dan selalu dipisahkan dari perhatian dunia nyata, sehingga mereka menjadi menderita karena miskin pengalaman. Di dalam bidang hukum dan kedokteran, pekerjaan yang menyangkut bidang yang diawasi (pengawas bangunan) adalah bagian dari pendidikan, dan antara teori akademis dan praktek saling memperkuat dan melengkapi. Bidang kerja adalah jalan untuk memfokuskan perhatian kita akan berbagai isu yang wajar menuntut perhatian yang lebih. Sehingga dengan jalan melaksanakan sebuah disain nyata kita mulai dapat mengerti dengan baik akan bidang kita. Beberapa pendekatan untuk memperoleh peluang secara cepat melalui kerja sama antara universitas dan disain professional, adalah: Studi kasus dan evaluasi purna huni, dengan memakai kriteria yang sederhana, yang mana team dapat melaksanakan evaluasi studi kasus tentang bagaimana lingkungan dan bangunan pada kenyataannya berjalan sebagai wadah penampung kegiatan.

Kompetisi-kompetisi disain, yang mendorong kesadaran masyarakat dan para professional akan ide-ide baru.

Penyelenggaraan workshop dalam bidang disain yang melibatkan masyarakat dalam persoalan disain yang dihadapi masyarakat dan meningkatkan pemahaman mereka akan stategi-strategi rancangan yang baru. Kemungkinan-kemungkinan lain untuk menciptakan disiplin disain ekologis yang baru dalam institusi akademis yang ada, yaitu dengan membuat Pusat Disain Ekologis yang mampu memaparkan secara eksplisit masalah-masalah sosial dan lingkungan secara luas yang sedang kita hadapi. Melalui proyek rancangan yang siap dilaksanakan, mahasiswa dapat belajar untuk bekerja dengan masyarakat luas dan membutuhkan latar belakang kecakapan ekologis untuk merespon kompleksitas masalah yang ada. Pusat Disain Ekologis mesti menangani: Disain bangunan tanpa menggunakan sumber energi luar yang dapat mendaur ulang semua limbah yang dihasilkan dari pemakai, konstruksi bangunan yang menggunakan material setempat, menggunakan material yang ramah lingkungan.

Pembangunan dengan membuat pedoman-pedoman untuk bahan-bahan bangunan.

Inventarisasi pergerakan/aliran-aliran sumber kampus.

Restorasi penurunan ekosistim disekitar/dekat kampus.

Rancangan yang menggunakan sumber-sumber alam yang rendah

Survey ekonomi dibidang pergerakan sumber-sumber dan keuangan dalam ekonomi daerah

Disain untuk saluran limbah kampusb. Disain komunitas Intelegensia disain memerlukan pendidikan yang dapat menembus keluar dunia (bidang) kita sebagai jawaban atas tantangan-tantangan yang dihasilkan oleh dunia yang nyata, ekologi serta komunitas. Ketiga hal tersebut; dunia riil, ekologi dan komunitas merupakan daftar perhatian rancangan kita dalam setiap proses disain. Disain memerlukan sebuah pengakuan, meski disain tidak netral, sering dibentuk oleh kekuatan politik dan ekonomi. Untuk hal tesebut, diperlukan metode, produk-produk, dan peralatan disain untuk semua komunitas. Kecakapan rancangan ekologis menyediakan pedoman dasar untuk membentuk keputusan disain pada semua skala tingkatan; mestikah Kota berinvestasi pada mesin pengolah limbah konvensional yang mahal, atau mesti mempertimbangkan sistim wetland? Kayu apa mesti kita gunakan untuk rumah kita, atau jenis peraturan yang bagaimana yang mesti digunakan untuk mengatur pertumbuhan kota? Semua pertanyaan ini sangat penting bagi professional didalam mengambil keputusan, tapi pilihan terakhir dalam setiap proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan seluruh aspek budaya dan lingkungan ekologis. Pada skala masyarakat, disain ekologis adalah sebuah pengalaman yang demokratis. Membakar kayu sebagai kasus, dimana pembakaran ini jelas membawa dampak yang negatif bagi kualitas udara, semakin banyak kayu yang dibakar semakin berbahaya kualitas udara. Dalam kasus ini, sebagian orang munngkin berkeinginan untuk melarang pembakaran kayu ini, tapi sebagaian memandang ini adalah salah satu hak-hak individu. Untuk mengatasi kasus ini, diperlukan langkah-langkah strategis, salah satunya melalui disain ekologis/teknologi yang memungkinkan menekan polusi udara secara signifikan. Yang paling penting, masyarakat mesti belajar untuk mengkomunikasikan dan bekerja sama dengan menempatkan sebuah keteladanan untuk usaha-usaha kedepan. Suara masyarakat pada umumnya akan menampakkan cerita kelangsungan hidup dan pembaharuan, yang menandakan bahwa disain akan menciptakan nilai rasa dalam konteks (lingkungan sekelilingnya) masyarakat secara keseluruhan. Kerumitan dan ketelitian disain ekologis membutuhkan seperangkat informasi yang teliti khususnya pengalaman-pengalaman tempat. Disamping itu, model pemikiran integrative dan aksi yang dibutuhkan untuk disain ekologis yang efektif adalah diperuntukan bagi seluruh penduduk dalam semua tingkat umur. Sedangkan karier untuk masa datang akan membutuhkan pemikiran yang holistic, pemecahan masalah, dan etika.

Setiap orang dapat berpartisipasi dalam proses disain. Partisipasi dengan berbagai kerumitan pengetahuan secara teoritis, kemampuan pribadi, dan komunikasi merupakan inti budaya keberlanjutan. Disamping itu, untuk memperkuat dan memudahkan dalam proses disain yaitu dengan menetapkan indikator-indikator dimana komuniti dapat dengan mudah un tuk meresponnya. Pengetahuan local dapat dikombinasikan denagn beberapa dasar-dasar perhitungan ekologis untuk menyediakan sebuah detail tempat yang cukup kaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti dibawah ini: Bagaimana jenis/tipe tanah secara umum? Seberapa sehat tanah didaerah ini? Apakah ada spesies yang berbahaya; seperti ular atau binatang melata lain, serangga yang membahayakan, binatang buas, dan sebagainya? Apakah ada data tentang efek industri lokal terhadap kesehatan?

Berapa banyak minyak premium, solar, gas alam, listrik, dan minyak kayu baker yang digunakan? Berapa banyak makanan yang diproduksi secara local? Apa jenis-jenisnya? Bagaimana makanan ini digunakan secara local?

Berapa banyak uang yang dikeluarkan oleh masyarakat? Apakah ada utilitas pembuangan sampah?

Dalam proses perencanaan keberlanjutan sebuah komunitas/ masyarakat, setiap orang adalah disainer/perancang. Setiap orang membuat keputusan-keputusan tentang transportasi, bangunan-bangunan, air, energi, makanan, dan sampah. Karena keputusan-keputusan disain ini mempunyai implikasi yang sangat kuat untuk kesehatan seluruh masyarakat, itu mesti dibuat sebaik mungkin dalam jalan partisipasi. Ini dimaksudkan tidak membuat setiap orang menjadi ahli pembangun atau ahli teknik ekologis yang kompeten. Namun kita dapat memiliki semua dasar-dasar pengetahuan disain yang memungkinkan kita berpartisipasi didalam pembentukan tempat kita.5. Membuat alam dapat nampak (Make Nature Visible)Pelenyapan lingkungan alami mengabaikan kebutuhan kita dan potensi kita untuk belajar. Membuat siklus dan proses alami yang dapat nampak membawa kembali lingkungan dirancang untuk hidup. Disain yang efektif membantu menginformasikan kita akan tempat kita didalam alam. Dalam tempat yang tidak alami, kita mungkin membangun imajinasi-imajinasi yang tidak alami, seperti miskinnya ruang untuk tempat tumbuhnya pohon-pohon kelapa sebagai identitas daerah tropis atau pohon pinus pada daerah subtropis. Seorang pengamat ekologis mengatakan bahwa sepanjang satu abad kita telah menghancurkan tidak hanya lansekap yang orisinil, tapi kita sudah mendekati akan hilangnya kemampuan kolektif un tuk mengingat bagaimana itu sebelumnya. Disain yang bodoh telah menempatkan sebuah perangkap yang sangat kompleks akan asal sebuah tempat. Banyak dari kita yang hidup di kota dimana proses secara ekologis dan teknologis disembunyikan dari kesadaran kita sehari-hari. Lingkungan yang didisain tidak menampakkan kepada kita teknologi mendukung kita dan pada giliranya itu berhubungan dengan dunia alami. Hari-hari kerja kita dipergunakan didalam gedung modern yang ditutup dari material-material yang ada dan sering kita tidak dapat membuka jendela-jendela. Disain yang ada memberikan kita sedikit isyarat berkenaan dengan orientasi, iklim, kedudukan matahari, atau perubahan-perubahan musim. Apa yang dapat kita pelajari dari keadaan lingkungan yang ada sekarang. Hidup dan bekerja dalam tempat dengan lingkungan saat ini menjadi biasa, itu tidak mengkhawatirkan bahwa kita menghilangkan beberapa sensivitas kita menuju alam. Ada sedikit hasil rancangan yang memberi peluang-peluang yang mendorong kita menjadi peduli untuk lingkungan di sekeliling kita.Jurusan Arsitektur FT. UNUD

23