78
SKRIPSI PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN Oleh: INDAH KARTIKA SARI 061011253 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN INDAH KARTIKA SARI

PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

SKRIPSI

PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING

SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI

PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN

LIMOUSIN DI KECAMATAN

TIKUNG KABUPATEN

LAMONGAN

Oleh:

INDAH KARTIKA SARI

061011253

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 2: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING

SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI

PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN

LIMOUSIN DI KECAMATAN

TIKUNG KABUPATEN

LAMONGAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakutas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Oleh:

INDAH KARTIKA SARI

061011253

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(Dr. Lucia Tri Suwanti, drh., MP.) (Dr. Suherni Susilowati, drh., M.Kes.)

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 3: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul :

PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN

PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO)

DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG

KABUPATEN LAMONGAN

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Surabaya, 15 Juni 2014

Indah Kartika Sari

NIM 061011253

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 4: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

iii

Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian

Tanggal: 9 Juni 2014

KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN

Ketua : Dr. Kusnoto, drh., M.Si.

Sekretaris : Dr. Soeharsono, drh., M.Si.

Anggota : Agus Sunarso, drh., M.Sc.

Pembimbing I : Dr. Lucia Tri Suwanti, drh., MP.

Pembimbing II : Dr. Suherni Susilowati, drh., M.Kes.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 5: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

iv

Telah diuji pada

Tanggal: 23 Juni 2014

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Kusnoto, drh., M.Si.

Anggota : Dr. Soeharsono, drh., M.Si.

Agus Sunarso, drh., M.Sc.

Dr. Lucia Tri Suwanti, drh., MP.

Dr. Suherni Susilowati, drh., M.Kes.

Surabaya, 23 Juni 2014

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga

Dekan,

Prof. Hj. Romziah Sidik, drh., Ph.D.

NIP. 195312161978062001

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 6: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

v

PREVALENCE AND DEGREES OF WORMS TRACT INFECTION

IN CATTLE DIGESTION ONGOLE CROSSBREED

AND LIMOUSIN IN SUB-DISTRICT OF

TIKUNG LAMONGAN REGENCY

Indah Kartika Sari

ABSTRACT

This study aims to determine the prevalence and degree of gastrointestinal worm

infection in cattle Ongole Crossbreed and Limousin in Sub-district of Tikung,

Lamongan Regency. The research was conducted in February 2014 with 100

samples of stool examination in the laboratory of Helmintology Airlangga

University Department of Parasitology, were examined by native, sedimentation,

floatation techniques, and count the number of worm eggs per gram of feces. On

examination it was found some kind of worm eggs, which are: Oesophagustomum

spp., Bunostomum spp., Mecistocirrus spp., Trichostrongylus spp., Trichuris spp.,

and Moniezia benedini. The results of this study showed prevalence of

gastrointestinal worms was 59%. In the calculation of worm eggs per gram feces

obtained the number of worms that infect the eggs ranges from 0-500 EPG, so

mean of degree infection was light.

Key words: prevalence and degrees of worms, Ongole Crossbreed and Limousin,

cattle, Lamongan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 7: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah, penciptaku, pelindungku, dan cahaya hatiku. Satu-

satunya Dzat yang paling mulia, yang menundukkan hatiku senantiasa berada

dijalan-Nya. Kepada-Nyalah dan satu-satu-Nyalah penulis menjadikan-Nya tujuan

hidup dalam segala urusan. Shalawat dan salam kepada Nabi mulia Muhammad

SAW sebagai pembawa cahaya agung pedoman bagi seluruh umat manusia.

Alhamdulillah, atas rahmat dan kehendak Allah pulalah penulis dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan judul Prevalensi dan

Derajat Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Peranakan Ongole

(PO) dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan.

Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

setiap langkah penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini,

semoga keberkahan dan rahmat tercurah kepada mereka semua. Dengan

kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Romziah

Sidik B., drh., Ph.D., atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Dr. Lucia Tri Suwanti, MP., drh. dan Dr. Suherni Susilowati, M.Kes., drh.,

selaku dosen pembimbing skripsi atas ilmu, nasehat, dan semangat yang diberikan

kepada penulis.

Dr. Kusnoto, drh., MSi., selaku ketua penguji, Dr. Soeharsono, drh., M.Si.,

selaku sekretaris penguji dan Agus Sunarso, drh., M.Sc selaku anggota penguji

atas ilmu, koreksi, dan waktu yang diberikan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 8: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

vii

M. Gandul Atik Yuliani, drh., M.Si., selaku dosen wali atas bimbingan

akademik selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga atas wawasan keilmuan selama mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan atas ijin

yang diberikan untuk melaksanakan penelitian di Kecamatan Tikung Kabupaten

Lamongan dan atas bantuannya dalam pengambilan sampel di lapangan.

Terimakasih yang terdalam kepada Abahku dan Ibuku atas cinta dan

keteladanannya serta atas kasih sayang dan doanya. Terimakasih kepada yang

tersayang seluruh keluarga besarku; saudara-saudaraku, kakek dan nenekku atas

cinta, motivasi dan doanya.

Teman-teman penelitian Itsna, Marisa, dan Pipit atas semangat dan

kerjasamanya, serta Mas Yoga atas bantuannya di Laboratorium Departemen

Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Sahabat-sahabat

tersayang Yeni, Cita, Ririn, Alim, Bastian, Vina, Ika, Mbak Cita, Dek Rinda, Mas

Faris, dan Mbak Hesty atas bantuan, semangat, doa, motivasi, dan inspirasinya.

Tidak lupa juga kepada semua teman-teman di Fakultas Kedokteran Hewan

sebagai rekan dalam menimba ilmu.

Surabaya, 2 Juni 2014

Penulis

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 9: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ........................................................... ii

HALAMAN IDENTITAS ................................................................. iii

ABSTRACT ...................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG .......................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 4

1.3. Landasan Teori .................................................................... 5

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................ 6

1.5. Manfaat Penelitian .............................................................. 6

1.6. Hipotesis. ............................................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 8

2.1. Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong ................... 8

2.1.1. Etiologi Cacing Saluran Pencernaan ...................... 8

2.1.2. Morfologi Cacing Saluran Pencernaan. ................. 8

2.1.3. Siklus Hidup Cacing Saluran Pencernaan .. ........... 11

2.1.3.1. Siklus Hidup Cacing Trematoda… ........... 11

2.1.3.2. Siklus Hidup Cacing Nematoda. ............... 12

2.1.3.3. Siklus Hidup Cacing Cestoda.................... 14

2.1.4. Patogenesa Cacing Saluran Pencernaan ................. 15

2.1.5. Diagnosa Cacing Saluran Pencernaan .................... 17

2.1.6. Pengendalian Cacing Saluran Pencernaan ............ 18

2.1.6.1. Pencegahan Cacing Saluran Pencernaan.. . 18

2.1.6.2 Pengobatan Cacing Saluran Pencernaan . . 19

2.2. Tinjauan geografis .............................................................. 21

2.3. Gambaran Umum Sapi Potong ........................................... 21

2.4. Menentukan Umur Sapi. ..................................................... 22

BAB 3 MATERI DAN METODE ................................................. 24

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 24

3.2. Jenis dan rancangan penelitian ........................................... 24

3.3. Materi Penelitian ................................................................ 24

3.3.1. Sampel Penelitian ..................................................... 24

3.3.2. Bahan dan perlatan Penelitian .................................. 25

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 10: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

ix

3.4. Metode Penelitian............................................................... 25

3.4.1. Pengambilan Sampel ................................................ 25

3.4.2. Pemeriksaan Sampel ................................................ 26

3.4.2.1. Metode Sederhana (Natif). .......................... 26

3.4.2.2. Metode Sedimentasi ................................... 26

3.4.2.3. Metode Pengapungan .................................. 27

3.4.2.4. Penghitungan TCPGT ................................. 28

3.4.2.5. Standar Keparahan Helminthiasis

Berdasarkan TCPGT ................................... 29

3.5. Analisis Data ...................................................................... 30

3.6. Skema Alir Penelitian ........................................................ 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................... 32

BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................ 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................... 49

6.1. Kesimpulan ........................................................................ 49

6.2. Saran .................................................................................. 50

RINGKASAN .................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 54

LAMPIRAN ....................................................................................... 59

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 11: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Sampel Feses yang Digunakan dalam

Penelitian………………………………………………... 25

4.1 Jenis Telur Cacing yang Menginfeksi Sapi PO di

Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan……………… 32

4.2 Jenis Telur Cacing yang Menginfeksi Sapi Limousin di

Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan…………….. 33

4.3 Prevalensi Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi PO dan

Limousin di Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan… 38

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 12: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Telur Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi

(Sumber: Soulsby: 1986)………………………………… 10

2.2 Penentuan Umur Sapi Dilihat dari Susunan Gigi

(Sumber: Sudarmono dan Sugeng, 2008)……………….. 23

3.1 Skema Alir Penelitian………………………………….. 31

4.1 Telur Oesophagustomum spp.

(Metode Apung; perbesaran 400×)……………………… 35

4.2 Telur Bunostomum spp.

(Metode Apung; perbesaran 400×)……………………… 35

4.3 Telur Mecistocirrus spp.

(Metode Apung; perbesaran 400×)……………………… 36

4.4 Telur Trichostrogylus spp.

(Metode Apung; perbesaran 400×)……………………… 36

4.5 Telur Trichuris spp.

(Metode Apung; perbesaran 400×)……………………… 37

4.6 Telur Moniezia benedini

(Metode Apung; perbesaran 400×)……………………… 37

4.7 Analisis Regresi Pohon………………………………….. 40

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 13: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data dan Hasil Pemeriksaan Sampel Cacing Saluran

Pencernaan pada Sapi PO dan Limousin di Kecamatan

Tikung Kabupaten Lamongan……………………………....

2. Keadaan Ternak di Kecamatan Tikung, Kabupaten

Lamongan…………………………………………………...

3. Peta Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan…………….

4. Alat yang Digunakan pada Penelitian………………………. 64

59

62

63

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 14: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

xiii

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

% = persentase

°C = derajat celcius

cm = centimeter

dkk. = dan kawan kawan

EPG = Egg Per Gram

et al. = et alii

Ha = hektar

kg = kilogram

km = kilometer

m = meter

µm = mikrometer

ml = mililiter

mm = milimeter

PCV = Packed Cell Volume

PO = Peranakan Ongole

sp. = spesies

spp. = spesiesis

TCPGT = Telur Cacing Per Gram Tinja

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 15: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan mata pencaharian penduduknya

sebagian besar pada sektor pertanian, salah satunya adalah usaha pembibitan dan

penggemukan sapi potong (Arbi, 2009). Menurut Priyanto (2011), kebutuhan akan

daging sapi di Indonesia menunjukkan trend yang meningkat setiap tahun.

Peningkatan kebutuhan sapi potong tersebut disebabkan tuntutan masyarakat

terhadap pemenuhan kebutuhan daging sapi sebagai sumber protein hewani

(Yusuf, 2010). Sementara itu laju peningkatan kebutuhan tersebut belum

diimbangi dengan peningkatan produksi sapi potong (Subagyo, 2009). Direktorat

Jenderal Peternakan menyebutkan bahwa pada tahun 2007 peningkatan populasi

sapi potong hanya sebesar 4,23%. Kondisi tersebut menyebabkan jumlah pasokan

sapi potong terhadap produksi daging nasional rendah, sehingga terjadi

kesenjangan yang signifikan antara permintaan dan produksi daging sapi

(Mersyah 2005; Santi 2008). Dalam menangani permintaan daging yang terus

meningkat pemerintah mengambil langkah kebijaksanaan, yaitu meningkatkan

produksi daging sapi dalam negeri (Bambang, 2002).

Kabupaten Lamongan merupakan salah satu sentra unggulan pengembangan

ternak sapi potong di Jawa Timur. Secara umum budidaya ternak sapi potong di

Kabupaten Lamongan dikembangkan dengan pembibitan dan penggemukan.

Salah satu Kecamatan di Kabupaten Lamongan yang memiliki populasi besar

adalah Kecamatan Tikung. Populasi di Kecamatan Tikung mencapai 7.945 ekor,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 16: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

2

dari total populasi di Kabupaten Lamongan 117.788 ekor pada bulan April 2013,

dengan jumlah produksi daging sapi rata-rata per tahun 235.577 kg (Dinas

Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan 2013).

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari usaha tersebut adalah pakan dan

pengendalian penyakit. Penyakit yang menjadi masalah menahun di negara tropis

seperti Indonesia salah satunya adalah penyakit cacing saluran pencernaan. Jenis

cacing yang sering menginfeksi adalah cacing dari kelas Trematoda, Cestoda dan

Nematoda (Raza et al., 2012). Setiyono (2007) menyatakan bahwa angka

prevalensi cacing saluran pencernaan pada sapi potong di Kabupaten Jombang

adalah 59,3%. Menurut Yulianto (2007), penyebaran infeksi cacing terjadi cukup

tinggi pada daerah tropis yang lembab dan panas, sehingga mendukung

kelangsungan hidup cacing tersebut. Menurut Raza et al. (2012), manajemen

pemeliharaan ternak terutama sanitasi kandang dan kebersihan kandang yang

kurang baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prevalensi penyakit

cacingan. Selain itu, menurut Raza et al. (2012) sejumlah faktor intrinsik yang

juga mempengaruhi infeksi cacingan, diantaranya adalah umur, jenis kelamin, dan

bangsa sapi. Sapi muda terutama yang berumur satu sampai tiga bulan rentan

terinfeksi cacing Toxocara vitulorum, karena kolostrum dari induk tidak

memberikan perlindungan untuk melawan infeksi terhadap cacing tersebut

(Koesdarto dkk., 2007). Reaksi daya tahan tubuh terhadap infeksi cacing pada

sapi dewasa lebih baik daripada sapi muda. Selain itu, jenis crossbreed dari Bos

indicus lebih resisten terhadap paparan cacing terutama dibandingkan jenis sapi

purebreed yang berada di kondisi daerah tropis (Alencar et al., 2009). Di

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 17: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

3

Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan jenis sapi crossbreed yang telah

banyak dipelihara penduduk adalah sapi PO dan sapi Limousin. Sebagian besar

penduduk di Kecamatan Tikung masih memelihara sapi dengan cara tradisional,

kandang sapi potong berada di belakang rumah dengan bangunan semi permanen

dan tidak terdapat saluran pembuangan feses dan urin ternak, sehingga sanitasi

kandang tidak terjaga. Kecamatan Tikung secara geografis sebagian besar

wilayahnya dikelilingi oleh waduk, yang merupakan dataran rendah dan sering

terlanda banjir ketika musim hujan, yang mana air merupakan media

perkembangbiakan yang baik bagi cacing saluran pencernaan dan media transport

telur cacing.

Kerugian-kerugian akibat penyakit cacing saluran pencernaan, antara lain

penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, jerohan, penurunan

produktivitas ternak, penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya

penularan pada manusia atau zoonosis (Gasbarre et al., 2001). Penyakit cacing

saluran pencernaan pada hewan merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi

produktivitas ternak dan umumnya tidak menimbulkan kematian, tetapi bersifat

menahun yang dapat mengakibatkan kekurusan, lemah dan turunnya daya

produksi. Infeksi cacing ringan sampai sedang tidak selalu menampakkan gejala

klinis yang nyata, sedangkan infeksi berat dari cacing dewasa dapat menyebabkan

gangguan pencernaan dan terhambatnya pertumbuhan pada hewan ternak muda

(Subekti dkk, 2011). Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan pencegahan dan

pemberantasan sebagai usaha pengendalian penyakit cacing saluran pencernaan

untuk menghindari kerugian yang lebih besar (Mustika dan Riza, 2004).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 18: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

4

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang

prevalensi dan derajat infeksi penyakit cacing saluran pencernaan pada sapi

potong PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Dengan

mengetahui jenis cacing yang menginfeksi maka segera dapat dilakukan

pengobatan dengan jenis obat antiparasit yang tepat, sehingga pengobatannya

menjadi lebih efektif. Data kejadian penyakit cacing yang diperoleh diharapkan

bisa dimanfaatkan dalam usaha pemberantasan penyakit cacing, dalam rangka

pengembangan peternakan sapi potong dan mengurangi kerugian yang

ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1) Jenis telur cacing apa yang menginfeksi saluran pencernaan sapi PO

dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan?

2) Berapakah prevalensi infeksi cacing saluran pencernaan sapi PO dan

Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan?

3) Apakah jenis kelamin berpengaruh terhadap infeksi cacing saluran

pencernaan pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung

Kabupaten Lamongan?

4) Apakah umur berpengaruh terhadap infeksi cacing saluran

pencernaan pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung

Kabupaten Lamongan?

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 19: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

5

5) Apakah ras berpengaruh terhadap infeksi cacing saluran pencernaan

pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten

Lamongan?

1.3 Landasan Teori

Kejadian penyakit cacing ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya kondisi lingkungan, manajemen pakan, dan iklim setempat. Menurut

Andrade et al. (2001) infeksi cacing dapat dipengaruhi oleh sanitasi dan kondisi

lingkungan yang kurang baik. Penularan penyakit yang disebabkan parasit ini

mencakup tiga faktor yaitu sumber infeksi, cara penularan dan adanya hewan

yang peka yang dapat bertindak sebagai hewan karier sehingga dapat merupakan

sumber infeksi (Brown, 1983). Menurut Galloway (1974) penyebaran penyakit

cacing dipengaruhi oleh musim, keadaan lingkungan, tata laksana dan pakan.

Sedangkan menurut Tizard (1988) menyatakan bahwa infeksi cacing dipengaruhi

oleh faktor dari dalam tubuh inang yaitu umur, jenis kelamin dan bangsa sapi.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menekan atau mengurangi jumlah

infeksi cacing pada sapi potong yaitu dengan memperhatikan lingkungan sekitar

kandang, sehingga pakan dan minuman yang diberikan terhindar dari pencemaran

feses atau kontaminasi kotoran yang mengandung larva infektif (Soulsby, 1986).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 20: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

6

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1) Mengetahui jenis cacing saluran pencernaan sapi PO dan Limousin di

Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan.

2) Menghitung prevalensi infeksi cacing saluran pencernaan sapi PO dan

Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan.

3) Menganalisis pengaruh jenis kelamin terhadap infeksi cacing saluran

pencernaan pada sapi PO dan sapi Limousin di Kecamatan Tikung

Kabupaten Lamongan.

4) Menganalisis pengaruh umur terhadap infeksi cacing saluran

pencernaan pada sapi PO dan sapi Limousin di Kecamatan Tikung

Kabupaten Lamongan.

5) Menganalisis pengaruh ras terhadap infeksi cacing saluran pencernaan

pada sapi PO dan sapi Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten

Lamongan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

prevalensi dan derajat infeksi cacing saluran pencernaan serta jenis telur cacing

yang menginfeksi sapi PO dan Limousin di Kecamaatan Tikung Kabupaten

Lamongan, sehingga bermanfaat bagi usaha pencegahan, pemberantasan dan

pengobatan penyakit cacing. Penelitian ini diharapkan juga menjadi informasi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 21: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

7

pengetahuan dan bahan pustaka bagi para mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan

dan semua pihak yang berkepentingan.

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1) Jenis kelamin berpengaruh terhadap infeksi cacing saluran pencernaan

pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten

Lamongan.

2) Umur berpengaruh terhadap infeksi cacing saluran pencernaan pada

sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan.

3) Jenis ras berpengaruh terhadap infeksi cacing saluran pencernaan pada

sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 22: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Cacing Saluran Pencernaan

2.1.1 Etiologi Cacing Saluran Pencernaan

Soulsby (1986) menyebutkan jenis cacing saluran pencernaan yang sering

menyerang tenak sapi berasal dari kelas Nematoda, Cestoda, dan Trematoda. Jenis

cacing yang berasal dari kelas Nematoda antara lain Bunostomum spp., Trichuris

spp., Strongyloides papillosus, Toxocara vitulorum, Gaigeria spp.,

Oesophagostomum spp. Trichostrongylus spp., Cooperia spp, dan Mecistocirrus

digitatus. Jenis cacing yang berasal dari kelas Cestoda adalah Moniezia benedini.

Sedangkan jenis cacing yang berasal dari kelas Trematoda antara lain Fasciola

spp., Paramphistomum cervi, Cotylophoron cotylophorum, Eurytrema

pancreaticum dan Gastrothylax crumenifer (Soulsby, 1986 ; Tarmuji, 1988).

2.1.2 Morfologi Telur Cacing Saluran Pencernaan

Telur Fasciola sp. berbentuk ovoid dan dilengkapi dengan operculum.

Ukuran telur 120–160 x 63–90 µm. Telur Oesophagustomum spp. mempunyai

lapisan atau selaput tipis. Bentuk permukaan telur elips. Telur yang dikeluarkan

sudah mengandung 8-16 sel dan berukuran 73-89 x 34-45 µm. Telur Bunostomum

spp. mempunyai ukuran telur 79-97 x 47-50 µm. Telur berbentuk bulat lonjong

dengan ujung tumpul dan berisi sel embrio. Warna telur lebih gelap dari genus

lain sehingga lebih mudah dibedakan dari telur cacing lainnya. Telur Gaigeria

pachyscelis berukuran besar yaitu 105-129 x 50-55 µm. Bentuk telur tumpul pada

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 23: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

9

kedua ujungnya. Telur Trichostrongylus spp. disebut juga telur lambung. Ukuran

telur 79-101 x 39-47 µm. Telur berbentuk oval dengan salah satu ujungnya

terlihat lancip. Telur Mecistocirrus spp. berukuran 95-120 x 56-60 µm. Telur ini

berwarna lebih gelap dari Haemonchus. Banyak ditemukan di Indonesia pada

ternak ruminansia besar. Telur Trichuris spp. berwarna coklat berbentuk seperti

buah lemon dengan kedua ujungnya mempunyai sumbat transparan. Panjang telur

70-80 x 30-42 µm. Telur Strongyloides papillosus memiliki panjang 40–60 × 20–

26 µm, saat dikeluarkan sudah mengandung larva dengan dinding telur yang tipis.

Telur Toxocara vitulorum berbentuk sub globular dikelilingi lapisan albumin yang

tebal dan ukurannya 75-95 x 60-75 µm. Telur Paramphistomum cervi mempunyai

operculum dan panjang 147 – 176 µm. Telur Cotylophoron cotylophorum

mempunyai ukuran panjang 123–135 × 61–68 µm. Telur Cooperia punctata yang

berbentuk elips berukuran 67–85 µm. Telur Moniezia sp. berbentuk segitiga untuk

Moniezia expansa dan berbentuk segi empat untuk Moniezia benedini dan

mengandung pyriform aparantus serta mempunyai ukuran 56–57 µm (Subekti

dkk, 2010).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 24: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

10

2.1.3 Siklus Hidup Cacing Saluran Pencernaan

2.1.3.1 Siklus Hidup Cacing Trematoda

Siklus hidup dari cacing Trematoda membutuhkan induk semang antara.

Telur yang dikeluarkan bersama tinja induk semang pada keadaan lingkungan

yang sesuai akan dikeluarkan menjadi larva mirasidium. Temperatur yang paling

baik untuk penetasan telur adalah 22°C – 26°C, sedangkan dibawah 10°C telur

Fasciola sp. tidak menetas tapi dapat bertahan lama serta dapat menetas kembali

apabila keadaan lingkungan baik (Koesdarto dkk., 2007; Hall, 1977). Di atas suhu

Gambar 2.1 Telur Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi, (A) Parampistomum

cervi., (B) Strogyloides papillosus., (C) Trichuris spp., (D)

Moniezia benedini., (E) Fasciola sp., (F) Trichostrogylus spp., (G)

Bunostomum spp., (H) Oesophagustomum spp. dan (I) Cotyloporon

cotyloporum. (Soulsby, 1986).

A

B

C

D

E

F

G H I

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 25: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

11

26°C telur Fasciola sp. menetas dalam waktu dua sampai tiga hari. Selanjutnya

mirasidium berenang mencari siput air sebagai inang perantara. Sebagai inang

perantara cacing Fasciola sp. adalah jenis siput dari genus lymnea, sedangkan

cacing famili paramphistomatidae sebagai inang perantara adalah genus Bulinus,

Indoplanorbis, Planorbis, Cleopatra (Subekti dkk., 2010). Mirasidium

mengadakan penetrasi pada tubuh siput dan berkembang menjadi sporokista

selama 12 jam untuk famili Paramphistomatidae. Tiap sporokista berkembang

menjadi lima sampai delapan redia, selanjutya redia berkembang menjadi serkaria

yang memiliki ekor yang lebih panjang dari badannya. Serkaria keluar dari tubuh

siput apabila ada rangsangan sinar dan berenang dalam air. Apabila serkaria tidak

segera mendapatkan inang definitif maka serkaria akan menempel pada rumput.

Serkaria memiliki kelenjar untuk membentuk dinding kista dan ekor serkaria

dilepaskan untuk membentuk metaserkaria. Infeksi terjadi bila induk semang

definitif memakan rumput atau minum air tercemar oleh serkaria atau

metaserkaria (Subekti dkk., 2010; Koesdarto dkk., 2007).

2.1.3.2 Siklus Hidup Cacing Nematoda

Siklus hidup cacing Nematoda terdiri dari telur, empat stadium larva, dan

dewasa (Levine, 1990). Habitat cacing Nematoda dewasa di dalam saluran

gastrointestinal inang definitif. Telur yang diproduksi oleh cacing betina dewasa

keluar bersama tinja. Telur berembrio akan menetas di luar tubuh inang menjadi

stadium larva stadium 1 (L1) yang berkembang dan ekdisis menjadi larva stadium

2 (L2). Selanjutnya larva stadium 2 (L2) mengalami ekdisis menjadi larva stadium

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 26: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

12

3 (L3) namun kutikulanya tidak dilepas setelah ekdisis sebelumnya sehingga larva

stadium 3 (L3) memiliki kutikula rangkap (Soulsby 1982, Levine 1990). Larva

infektif dapat masuk ke tubuh ruminanisia melalui beberapa cara diantaranya

yaitu lewat pakan, minum, atau penetrasi kulit. Pada genus Haemonchus,

Mecistocirrus, Trichostrongylus, Trichuris, Oesophagostomum dan Toxocara

vitulorum larva infektif ini masuk ke dalam tubuh hewan melalui pakan dan

minum (Subekti dkk., 2011). Pada genus Haemonchus dan Mecistocirrus setelah

larva stadium 3 (L3) masuk dalam saluran pencernaan kemudian melepaskan

selubungnya dan migrasi ke abomasum. Di dalam abomasum larva stadium 3 (L3)

mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi larva stadium 4 (L4) dalam waktu

2 hari setelah infeksi, selanjutnya larva berpredileksi pada lamina propria selaput

lendir abomasum. Pada cacing Trichostrongylus, larva stadium 3 (L3) masuk ke

dalam saluran pencernaan dengan menembus mukosa usus halus kemudian

berdiam diri selama 7 hari dan mengalami pergantian kulit menjadi larva stadium

4 (L4), selanjutnya larva keluar dari mukosa usus halus ke lumen usus dan

menjadi dewasa. Pada cacing Trichuris, setelah larva stadium 3 (L3) masuk

bersama pakan selanjutnya larva akan menetas di dalam usus. Kemudian larva

menuju sekum dan menempel pada bagian mukosa sekum untuk berkembang

menjadi dewasa. Pada cacing Oesophagostomum, larva stadium 3 (L3) menembus

mukosa usus halus dan usus besar sampai pada lapisan muskularis usus dan

membentuk kapsul, larva stadium 3 (L3) akan menjadi larva stadium 4 (L4) dan

hidup dalam kista dan akan menaglami demineralisasi, sedang sebagian keluar

dari kista masuk ke dalam lumen sekum dan kolon berkembang menjadi larva

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 27: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

13

stadium 5 (L5), selanjutnya berkembang dan menempel pada mukosa sekum serta

kolon menjadi dewasa. Cacing Toxocara vitulorum telur infektif mengandung

larva stadium 2 (L2). Pada kondisi optimal diluar tubuh host stadium infektif dapat

dicapai 3-6 hari. Bila telur infektif termakan bersama pakan atau minum, setelah

sampai di usus larva stadium 2 (L2) masuk dinding usus halus dan tinggal di usus

sampai menjadi larva stadium 4 (L4), kemudian menuju mukosa dan lumen usus,

larva stadium 5 (L5) dicapai pada minggu keenam kemudian akan menjadi cacing

dewasa dan menghasilkan telur setelah 74 hari infeksi (Subekti dkk., 2010).

Cacing Gaigeria pachyscelis, penularannya hanya melalui kulit. Selanjutnya larva

mencapai paru-paru melalui sistem pembuluh darah dan megalami eksidisis yang

ketiga, pada paru-paru larva akan tinggal selama ± 13 hari. Selanjutnya Larva

stadium 4 (L4) migrasi ke bronki, trakhea, dan faring kemudian ditelan mencapai

saluran pencernaan, selanjutnya terjadi eksidisis ke-4 dan berkembang menjadi

dewasa ± 10 minggu pasca infeksi. Pada genus Bunostomum larva infektif masuk

ke tubuh inang definitif selain secara per oral (melalui pakan dan minum) juga

melalui penetrasi kulit. Melalui kedua cara infeksi tersebut, kemudian larva

mengadakan lung migration, di dalam jaringan paru-paru terjadi moulting atau

pengelupasan kulit ketiga kemudian larva menuju bronki dan trakea. Selanjutnya

larva stadium 4 (L4) yang sudah mempunyai bukal kapsul mencapai saluran

pencernaan (usus halus) setelah 11 hari dan terus tumbuh menjadi cacing dewasa.

(Subekti dkk., 2010).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 28: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

14

2.1.3.3 Siklus Hidup Cacing Cestoda

Siklus hidup dari parasit cacing Cestoda membutuhkan induk semang

antara, apabila telur termakan induk semang antara maka oncosfer dan embriofor

akan hancur oleh aktivitas enzim saluran pencernaan induk semang antara,

oncosfer menembus dinding usus menuju pembuluh darah dan ikut aliran darah ke

tempat predileksi. Sapi akan terinfeksi bila memakan rumput yang terdapat mites

(tungau) yang mengandung sistiserkoid yang infektif (Koesdarto dkk., 2007).

Moniezia expansa, siklus hidup cacing ini memerlukan induk semang perantara

berbagai jenis tungau dari famili Oribatidae dengan genus Galumna, Oribatula,

Teloribates, Protoscheoribates, Scheloribates, Scutovertex dan Zigoribatula

(Subekti dkk., 2010). Telur ditularkan bersama tinja induk semang satu persatu

atau dalam keadaan berkelompok dalam segmen yang terlihat seperti butiran

beras. Apabila segmen mature termakan oleh famili Oribatidae maka dindingnya

akan sobek dan telur akan keluar, lalu oncosfer akan tumbuh membesar setelah 4

bulan akan membentuk sisterkoid (Urquhart et al., 1988). Infeksi terjadi pada

hewan bila memakan rumput yang terdapat tungau yang terinfeksi oleh sisterkoid.

2.1.4 Patogenesa Cacing Saluran Pencernaan

Infeksi dari kelas Trematoda merupakan parasit yang sangat penting pada

ternak sapi karena dapat menyebabkan kondisi tubuh ternak menurun dan

merupakan predisposisi terhadap penyakit lain (Hariyanto dkk., 1986). Kejadian

infeksi ini dapat berlangsung akut maupun kronis tergantung derajat infeksinya

(Soulsby, 1986). Infeksi dari Fasciola sp. berjalan kronis. Akibat adanya cacing

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 29: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

15

dewasa dalam jumlah banyak akan menyebabakan kerusakan epitel saluran

empedu dan jaringan hati sehingga akan terjadi foki nekrotik serta diikuti dengan

pembentukan jaringan fibrosa yang berlebihan. Adanya jaringan fibrosa

menyebabkan perubahan salauran empedu sehingga akan mengalami pengapuran

(Coles, 1986 ; Urquhart et al., 1988). Selain itu cacing dewasa akan menyebabkan

hewan kekurangan darah. Infeksi dari Paramphistomum spp. dapat menyebabkan

reaksi keradangan, penebalan dan pada mukosa usus tampak hemoragi. Cacing

dewasa kurang patogen tetapi dalam jumlah besar bisa menyebabkan pelepasan

papilla rumen (Kusumamihardja, 1985; Koesdarto dkk., 2007).

Akibat infeksi cacing Nematoda pada saluran pencernaan sapi banyak

sekali menimbulkan kerusakan pada dinding abomasum dan usus halus, selain itu

kerusakan juga dapat disebabkan dari perjalanan daur hidup larva ke organ lain.

Adaya penebusan larva cacing kedalam mukosa usus halus menimbulkan iritasi

dan peradangan dinding mukosa usus halus yang disertai dengan adanya lesi,

ulsera, perdarahan dan diare, bahkan apabila semakin parah bisa terjadi ruptura

(Subekti dkk., 2010). Soulsby (1986) menyatakan bahwa infeksi dari Ostertagia

spp. ditandai nodul pada permukaan mukosa abomasum. Infeksi dari cacing

Trichostrogylus spp. dan Nematodirus walaupun tidak menghisap darah tetapi

dapat menimbulkan luka dan disertai perdarahan sebagai akibat penembusan larva

ke dalam mukosa usus halus. Cacing dari genus Cooperia, Nonustomum dan

Strongyloides selain menghisap darah juga bentuk larvanya dapat menembus

mukosa sehingga menimbulkan reaksi keradangan yang disetai perdarahan pada

hewan akan mengalami anemia. Infeksi Bonustomum yang berat hewan selain

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 30: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

16

menderita anemia juga hipoproteinemia yang akhirnya menimbulkan oedema

dibawah kulit, pada kasus yang kronis bisa menyebabkan bottle jaw. Cacing

dewasa dari genus Mecistocirrus yang hidup di lumen abomasum dan di

duodenum akan merusak mukosa dengan cara memasukkan dorsal lansetnya

untuk menghisap darah. Cacing ini juga mengeluarkan zat anti pembekuan darah

ke dalam luka yang ditimbulkan sehingga mukosa tersebut menjadi teriritasi.

Cacing tersebut menghisap darah induk semang dalam jumlah yang cukup besar

(Subekti dkk., 2010). Infeksi cacing dari genus Trichuris akan menimbulkan

radang mukosa sekum, nekrose, haemoragi, oedema mukosa sekum pada

sejumlah cacing dewasa. Cacing dari genus Oesophagustomum apabila

menginfeksi pada ternak akan terjadi reaksi keradangan lokal dikelilingi larva

sehingga terjadi penggumpalan sel eosinofil, limfosit, makrofag, dan sel raksasa

mengelilingi larva sehingga terbentuk nodul, kemudian pada pusat nodul terjadi

pengejuan dan pengapuran serta diluarnya terbentuk kapsul dari fibroblas. Larva

dapat bertahan dalam nodul kurang lebih tiga bulan dan apabila nodul sudah

megalami pengejuan dan pengapuran maka larva akan mati (Soulsby, 1986).

Cacing dewasa dari genus Chabertia hidupnya menempel pada membran mukosa

dari kolon dengan menggunakan bukal kapsul, cacing ini menghisap pembuluh

darah sehingga menyebabkan pecahnya pembuluh darah (Soulsby, 1986).

Infeksi cacing Moniezia sp. dapat menimbulkan iritasi pada usus sehingga

terjadi gangguan pencernaan (Kusumamihardja, 1993). Infeksi ringan

menyebabakan gangguan pencernaan dan pertumbuhan, sedangkan infeksi berat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 31: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

17

berhubungan erat dengan tungau yang ada di padang rumput (Soulsby, 1986;

Koesdarto dkk., 2007).

2.1.5 Diagnosa Cacing Saluran Pencernaan

Parasitisme baru memperlihatkan gejala klinis bila keseimbangan

hubungan antara hospes dengan parasit terganggu, yang mungkin disebabkan oleh

kepekaan hospes yang menurun dan atau oleh peningkatan jumlah parasit yang

patogen di dalam tubuh hospes. Sehingga, perlu adanya pemeriksaan laboratorium

untuk memastikan diagnosa. Pemeriksaan yang biasanya dilakukan adalah

pemeriksaan feses (Subronto, 2007). Sedangkan menurut Soulsby (1986) untuk

melakukan diagnosis ternak sapi terhadap kemungkinan terkena infeksi cacing

saluran pencernaan dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis yang tampak

seperti menurunnya nafsu makan, diare, anemia, bulu kotor, dan suram,

menurunnya berat badan dan lambatnya pertumbuhan pada sapi muda. Cara yang

lebih tepat dan sering digunakan untuk diagnosis adalah dengan melakukan

pemeriksaan secara mikroskopis terhadap adanya telur cacing pada tinja sapi.

Telur cacing Nematoda akan keluar dari tubuh hewan bersama feses, sehingga

dengan pemeriksaan feses akan mudah diketahui apakah hewan tersebut terinfeksi

cacing (Kosasih, 2001).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 32: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

18

2.1.6 Pengendalian Cacing Saluran Pencernaan

2.1.6.1 Pencegahan Cacing Saaluran Pencernaan

Pencegahan dilakukan untuk menekan jumlah infeksi parasit cacing pada

saluran pencernaan hewan ternak sapi dapat dilakukan dengan beberapa tindakan.

Sapi-sapi yang dikandangkan hendaknya diberi pakan dan minum yang bebas dari

kontaminasi tinja atau kotoran yang mengandung larva infektif dari cacing

(Soulsby, 1986). Kandang harus tetap bersih dan dijaga agar tetap kering, kotoran

kandang yang berasal dari sapi hendaknya dibuang sesering mungkin (Levine,

1990). Menghindari kepadatan ternak yang berlebihan, sapi muda dan sapi dewasa

hendaknya dipisahkan karena sapi yang lebih tua sering kali merupakan sumber

infeksi bagi sapi (Levine, 1990).

Beberapa tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit nematodosis

secara umum menurut Subekti dkk. (2011), yaitu: (1) mengurangi sumber infeksi

dengan tindakan terapi; (2) pengawasan sanitasi air, makanan, keadaan tempat

tinggal dan sampah; dan (3) pemberantasan inang perantara dan vektor.

Parasit gastrointestinal pada umumnya masuk kedalam tubuh hospes

definitif melalui pakan yang tercemar larva. Pedet yang baru lahir dapat tertular

oleh larva yang terdapat di dalam kolostrum atau menempel pada puting. Selain

itu, penularan dengan menembus kulit pada hewan muda juga banyak terjadi

(Subronto, 2007).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 33: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

19

2.1.6.2 Pengobatan Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong

Menurut Sasnita dkk (1991) dan Koesdarto dkk (2007) selain melakukan

tindakan pencegahan, pengobatan juga dilakukan dalam menanggulangi lebih

lanjut adanya infeksi parasit cacing. Dalam menentukan obat yang digunakan

harus mempunyai toksisitas terhadap semua jenis cacing dan semua stadium tetapi

tidak membahayakan bagi hewan dan manusia, cara pemberianya mudah,

harganya murah serta mudah didapat.

Pengendalian penyakit cacing pada ternak umumnya dilakukan dengan

menggunakan obat cacing, diantaranya adalah benzimidazol, levamisol, dan

ivermectin (Haryuningtyas dan Beriajaya 2002, dikutip Mustika dan Ahmad,

2004).

Anthelmintik dapat digunakan untuk mencegah bahaya banyaknya telur

cacing mencapai tanah sehingga mengurangi infeksi pada ternak yang peka

(Williamson dan Payne, 1993). Beberapa anthelmintika yang dapat digunakan

adalah avermectin, mebendazole, thiabendazole, methyridine, cuper sulfat dan

hexacholorophene.

Avermectin pada saraf tepi memperkuat peranan GABA (Gama Amino

Butiric Acid) dalam proses transmisi sehingga cacing mati dalam keadaan

paralisis. Dosis yang efektif terhadap larva dan Nematoda saluran pencernaan sapi

adalah 50-200 mg/kg BB (Soulsby, 1986).

Cuper sulfat efektif terhadap cacing Cestoda terutama Moniezia spp.

dengan dosis 10-100 ml (larutan 1%) atau campuran cuper sulfat dan nicotine

sulfate diberikan rata- rata 1,8 gram tiap ekor hewan infektif. Hexacholorophene

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 34: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

20

efektif terhadap cacing Trematoda. Pada cacing Fasciola spp. pemberian dosis 15

mg/kg BB diberikan secara per oral efektif untuk cacing dewasa dan dosis 40

mg/kg BB dapat membunuh cacing muda umur empat minggu. Sedangkan pada

Paramphistomum spp., Cotylophoron spp., Gastrothylax spp., dan Gigantocotyl

spp. diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB. Mebendazole efektif untuk cacing

dewasa dan cacing yang belum masak (immature) dan mempunyai efektifitas 85-

90 % terhadap Oesophagostomum spp. dan Chabertia spp. serta 60-80 % terhadap

Trichuris spp. Dosis pemakaiannya adalah dosis 12,5 mg/ kg BB. Methyridine

diberikan dengan dosis 200 mg/kg BB sangat efektif terhadap larva dan cacing

dewasa dari genus Trichostrongylus Nematodirus, Oesophagostomum, Chabertia,

Strongyloides, Trichuris dan Cooperia. Pemberikan melalui suntikan di bawah

kuliut dengan dosis tunggal dan dianjurkan tidak terlalu dekat dengan persendian

(Koesdarto dkk., 2007). Thiabendazole merupakan serbuk berwarna putih, tidak

berbau, tidak berasa, dan tidak larut dalam air. Merupakan obat cacing yang

mempunyai spektrum yang luas, dapat membunuh cacing dewasa, stadium larva

dan stadium telur. Dosis yang diberikan adalah 50 mg/kg BB per oral, efektif

terhadap genus Trichostrongylus, Haemonchus, Oesophagostomum, Chabertia,

Bunostonum, Strongyloides dan Cooperia (Koesdarto dkk., 2007).

2.2 Tinjauan Geografis

Secara geografis, infeksi penyakit cacing dapat terjadi terus-menerus di

daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas dengan curah hujan rata-rata

2500 mm per tahun, tetapi populasi cacing terbanyak di negara-negara tropis yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 35: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

21

mempunyai suhu dan kelembaban optimal bagi kelangsungan hidup, pertumbuhan

larva dan penularan cacing. Kondisi tanah juga memegang penting, apabila tanah

terlalu kering, larva tidak dapat berkembang (Williamson and Payne, 1993).

Kecamatan Tikung berada di wilayah Kabupaten Lamongan, memiliki

topografi tanah datar sampai berombak dan berada di ketinggian 23-30 meter

diatas permukaan laut, dengan luas wilayah ± 52,99 Km². Di Kecamatan Tikung

juga terdapat waduk yang dinamakan Waduk Twiri dan Waduk Simbatan. Curah

hujan rata-rata 210 mm pertahun dan suhu 27 – 32 ºC. Jumlah penduduk pasa

bulan Desember 2012 ± 41.483 jiwa (Badan Pusat Statistik & Kantor Penelitian

dan Pengembangan Daerah Kabupaten Lamongan, 2013).

2.3 Gambaran Umum Sapi Potong

Sapi potong yang diternakkan di Kabupaten Lamongan sebagian besar

adalah jenis sapi Peranakan Ongole dan jenis impor yaitu : Simental, Brahman,

dan Limousin (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan,

2013).

Sapi peranakan Ongole merupakan persilangan antara sapi Ongole dengan

sapi lokal terutama dengan kelompok sapi Jawa yang menghasilkan sapi yang

secara grading up mirip dengan sapi Ongole atau lebih populer disebut dengan

istilah PO (Sosroamidjojo dkk., 1990). Ciri – ciri yang dimiliki yaitu badan besar,

panjang, leher pendek dan kaki panjang. Warna bulu biasanya putih, padas sapi

jantan sebagian mempunyai warna kelabu dan gelap pada bagian kepala dan leher.

Kepala panjang, telingan agak panjang dan menggantung. Tanduk pendek dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 36: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

22

tumpul, tumbuh ke samping dan belakang dengan pangkal tebal (Bambang, 2002).

Gelambir besar, menggantung dan berlipat-lipat meluas sampai pusar, sedangkan

Preputium agak menggantung (Sugeng, 2000).

Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang dikembangkan di

Perancis. Ukuran tubuhnya besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging

tebal. Bulunya berwarna merah, sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna

pada bagian lutut ke bawah berwarna terang (Sarwono dan Arianto, 2001). Bobot

lahir pedet Peranakan Limousin yaitu 26,8 kg lebih besar dibandingkan dengan

pedet PO yaitu 23,7 kg (Rahman, 1999).

2.4 Menentukan Umur Sapi

Penentuan yang paling pasti untuk mengetahui umur sapi adalah dengan

cara melihat catatan kelahiran tersebut, namun di daerah hal ini tidak pernah

dilakukan oleh peternak sehingga penentuan umur biasa dilihat dengan cara

melihat pertumbuhan gigi sapi itu sendiri (Nazar dan Surjoatmodjo, 2007). Untuk

mengetahui umur sapi dapat menggunakan pendekatan pergantian gigi. Pada

prinsipnya taksiran umur dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan

pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi sapi. Pertumbuhan gigi sapi sendiri

terbagi tiga periode yakni periode gigi susu, periode penggantian gigi susu

menjadi gigi tetap serta periode keausan gigi tetap. 1) Tanduk kelihatan sekitar

dua cm, mempunyai umur lima bulan. 2) Sapi yang memiliki gigi susu semua

berjumlah empat pasang pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar satu tahun.

3) Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah mempunyai usia

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 37: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

23

sekitar satu – dua tahun. 4) Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang

bawah mempunyai usia sekitar dua – tiga tahun. 5) Sapi yang memiliki gigi tetap

tiga pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar tiga - empat tahun. 6)

Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah mempunyai usia

sekitar empat tahun. 7) Sapi yang memiliki gigi tetap sudah aus semua pada

rahang bawah mempunyai usia lebih dari empat tahun.

Gambar 2.2 Penentuan Umur Sapi Dilihat dari Susunan Gigi. Sumber : Sudarmono

dan Sugeng (2008).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 38: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

24

BAB 3 MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Jawa

Timur. Pemeriksaan sampel berupa feses sapi segar dilakukan di laboratorium

Helmintologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014.

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian prevalensi dan derajat infeksi cacing saluran pencernaan sapi

PO dan sapi Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan ini

dilaksanakan dengan metode survei.

3.3 Materi Penelitian

3.3.1 Sampel Penelitian

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi PO dan sapi

Limousin dengan batasan umur antara 0 bulan – 1 tahun, 1 tahun - 2 tahun, dan

lebih dari dua tahun. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 ekor. Sampel

sebanyak 100 terbagi dalam enam kategori yaitu sapi PO dan sapi Limousin

berumur 0–1 tahun masing-masing sebanyak 15 ekor, sapi PO dan sapi Limousin

berumur 1 tahun - 2 tahun masing-masing sebanyak 20 ekor, dan sapi PO dan sapi

Limousin berumur lebih dari dua tahun masing-masing sebanyak 15 ekor. Berikut

sampel feses yang digunakan dalam penelitian pada Tabel 3.1

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 39: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

25

Tabel 3.1 Sampel Feses yang Digunakan pada Penelitian

Jenis

Sapi

Jantan Betina Total

0-1

Tahun

1-2

Tahun

>2

Tahun

0-1

Tahun

1-2

Tahun

>2

Tahun

PO 6 7 0 9 13 15 50

Limousin 10 20 8 5 0 7 50

Keterangan : Total sampel feses 100 sampel.

3.3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan penelitian berupa feses sapi dalam keadaan segar, larutan gula

jenuh, aquades, dan larutan formalin 10 %.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah kantong plastik, kertas

label, gelas plastik, pengaduk, saringan, tabung sentrifus, rak tabung, sentrifus,

pipet pasteur, obyek glass, cover glass, mikroskop.

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel feses diambil dari desa yang memiliki populasi sapi dalam jumlah

besar, kemudian dipilih secara acak dengan memperhatikan jenis kelamin, umur

dan ras sapi, sehingga didapatkan keseluruhan sampel adalah 100 sampel.

Sampel feses segar yang baru keluar dari anus, diambil secukupnya (± 10

gram) lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi formalin 10 % sebagai

pengawetnya. Setelah itu, pada setiap kantong plastik diberi label atau penanda

nomor sampel yang disesuaikan dengan pendataan sampel. Sampel feses dibawa

ke labolatorium untuk diperiksa (Mumpuni dkk., 2007).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 40: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

26

3.4.2 Pemeriksaan Sampel

Sampel yang telah terkumpul diperiksa di laboratorium Helmintologi

Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode sederhana (natif),

metode sedimentasi sederhana (simple sedimentation method) dan metode apung.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila dalam salah satu metode tersebut

ditemukan telur cacing (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2.1 Metode Sederhana (Natif)

Mengambil sebanyak satu gram feses dengan menggunakan ujung gelas

pengaduk yang kecil lalu memasukan ke dalam gelas plastik. Menambahkan air

±10 ml dan diaduk sampai tercampur, kemudian menyaring larutan feses tersebut

dan meneteskannya pada gelas obyek serta menutupnya dengan cover glass.

Kemudian dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 X

(Obyektif 10 X) (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2.2 Metode Sedimentasi

Prinsip metode ini adalah berdasarkan pada perbedaan densitas antara

pelarut, elemen-elemen parasit (telur cacing, larva) yang relatif lebih berat dan

partikel sisa-sisa makanan pada umumnya lebih ringan (Mumpuni dkk., 2007).

Setelah dilakukan pemusingan (sentrifugasi) elemen-elemen parasit (telur cacing,

larva) diharapkan akan mengendap di bagian bawah. Kemudian supernatan di

buang sehingga memudahkan untuk mendapatkan telur cacing.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 41: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

27

Feses sebanyak satu gram dimasukkan ke dalam gelas plastik lalu

ditambahkan air 10 ml. Feses dan air diaduk sampai rata kemudian disaring, hasil

saringan dimasukkan ke tabung sentrifus selanjutnya disentrifus selama 2-5 menit

dengan kecepatan 1500 rpm. Supernatan dibuang, sedangkan endapannya

ditambahkan air lagi seperti tahap sebelumnya kemudian disentrifus lagi selama

2-5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Proses ini diulang sampai supernatan

jernih. Setelah jernih, supernatan dibuang dan disisakan sedikit, endapannya

diaduk dan diambil sedikit dengan pipet Pasteur kemudian diletakkan di gelas

obyek tutup dengan cover glass dan diperiksa di bawah mikroskop dengan

pembesaran 100 X (Obyektif 10 X) (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2.3 Metode Apung

Prinsip metode pengapungan yaitu dengan menambahkan larutan yang

memiliki berat jenis lebih besar daripada air dan feses. Larutan yang digunakan

pada metode ini adalah larutan gula jenuh. Pemeriksaan telur cacing Nematoda

dengan cara pengapungan merupakan metoda yang paling praktis dan mudah

dikerjakan, yaitu dengan cara melarutkan feses dalam larutan gula jenuh yang

mempunyai berat jenis lebih tinggi dari berat jenis air (BJ gula jenuh=1,2; BJ

air=1) (Kosasih, 2001).

Feses sebanyak satu gram dimasukkan ke dalam gelas plastik lalu

ditambahkan air 10 ml. Feses dan air diaduk sampai rata kemudian disaring, hasil

saringan dimasukkan ke tabung sentrifugasi selanjutnya disentrifus selama 2-5

menit dengan kecepatan 1500 rpm. Supernatan dibuang, sedangkan endapannya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 42: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

28

ditambahkan air lagi seperti tahap sebelumnya kemudian disentrifus lagi selama

2-5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Proses ini diulang sampai supernatan

jernih. Setelah jernih, supernatan dibuang dan disisakan sedikit, tambahkan

larutan gula jenuh sampai 1 cm dari mulut tabung, lalu disentrifugasi dengan cara

yang sama. Setelah disentrifuse, tabung sentrifugasi diletakkan di rak tabung dan

pelan-pelan ditetesi dengan larutan gula jenuh sampai cairan terlihat cembung

pada mulut tabung sentrifugasi lalu letakkan cover glass pada permukaan tabung

sentrifugasi selama 5 menit. Cover glass diangkat dan diletakkan di atas gelas

obyek dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 X (Obyektif 10

X) (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2.4 Penghitungan TCPGT

Sampel feses yang positif terinfeksi cacing Nematoda saluran pencernaan

dilanjutkan dengan penghitungan Telur Cacing Per Gram Tinja (TCPGT)

menggunakan metode McMaster untuk mengetahui derajat infeksi (Mumpuni

dkk., 2007).

Prinsip metode McMaster ini sama dengan metode pengapungan yaitu

mengapungkan telur cacing namun berbeda pada alat yang digunakan. Alat yang

digunakan adalah berupa kamar penghitung McMaster. Alat ini terdiri dari dua

lempeng kaca dan kedua lempeng ditempatkan beberapa pengganjal yang direkat

dengan baik membentuk kamar-kamar didalamnya. Setiap kamar terdapat daerah

bergaris yang luasnya sedemikian rupa sehingga isi ruangan di bawah daerah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 43: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

29

bergaris adalah 0,5 ml. Rumus perhitungan jumlah telur cacing per gram tinja

dengan metode McMaster adalah sebagai berikut:

3.4.2.5 Standar keparahan helminthiasis berdasarkan TCPGT

Hasil pemeriksaan TCPGT dapat diketahui jumlah telur cacing per gram

tinja dan derajat keparahan infeksi kecacingan. Berdasarkan keterangan standar

infeksi, maka infeksi dapat dibedakan yaitu infeksi ringan jika jumlah telur 1-499

butir per gram, infeksi sedang ditunjukkan jika jumlah telur 500 - 5000 butir per

gram dan infeksi berat ditunjukkan jika telur yang dihasilkan lebih dari 5000 butir

per gram feses ternak (Nofyan dkk., 2010 yang dikutip dari Thienpont et al.,

1995).

Jumlah telur cacing per gram feses ternak tidak selalu dapat menunjukkan

tingkat infeksi yang sebenarnya. Hal ini mengacu pada kenyataan bahwa hanya

cacing dewasa saja yang dapat menghasilkan telur, sedangkan larva cacing belum

menghasilkan telur. Larva kemudian menjadi dewasa secara seksual, dan ada yang

Keterangan : n = jumlah telur cacing

N = jumlah kamar hitung

60 = banyak pengenceran (ml)

(Mumpuni dkk., 2007)

TCPGT =

n

N

× 60

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 44: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

30

menjadi cacing jantan yang juga patut diperhitungkan untuk menentukan tingkat

infeksi pada hewan ternak (Nofyan dkk., 2010).

3.5 Analisis Data

Untuk mengetahui prevalensi dan derajat infeksi cacing saluran

pencernaan pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten

Lamongan dihitung menggunakan rumus prevalensi.

Prevalensi =

Analisis statistik dengan menggunakan regresi pohon menggunakan

program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows rel.16.0.

Jumlah sampel terinfeksi

Jumlah populasi teresiko x 100%

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 45: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

31

3.6 Skema Alir Penelitian

Pengambilan Sampel

Penomeran Sampel dan Pengelompokan

Sampel

Pemeriksaan Sampel secara kualitatif

Natif

Sedimentasi

Apung

Positif Negatif

Identifikasi jenis

telur cacing

Penghitungan TCPGT

metode Mc.Master

Analisis data

(perhitungan prevalensi)

Gambar 3.1 Skema Alir Penelitian.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 46: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

332

32

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil pemeriksaan laboratorium dengan metode natif, sedimentasi dan

apung terhadap 50 sampel feses sapi PO dan 50 sampel feses sapi Limousin yang

diambil dari Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, diperoleh 59 sampel feses

positif mengandung telur cacing. Hal ini menunjukkan prevalensi dan derajat

infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan

Tikung, Kabupaten Lamongan sebesar 59%. Jenis telur cacing yang menginfeksi

sapi tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2

Tabel 4.1 Jenis Telur Cacing yang Menginfeksi Sapi PO di Kecamatan Tikung,

Kabupaten Lamongan

Jenis cacing

Jantan Betina

0-1

Tahun

1-2

Tahun

>2

Tahun

0-1

Tahun

1-2

Tahun

>2

Tahun

Oesophagustomum spp. 4(8%) 1(2%) 0(0%) 5(10%) 4(8%) 4(8%)

Bunostomum spp. 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%) 2(4%) 0(0%)

Mecistocirrus spp. 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%) 0(0%) 1(2%)

Oesophagustomum spp.

+ Bunostomum spp. 0(0%) 0(0%) 0(0%) 1 (2%) 0(0%) 0(0%)

Oesophagustomum spp.

+

Mecistocirrus spp.

0(0%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%) 1(2%) 0(0%)

Oesophagustmum spp.

+ Trichostrogylus spp. 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%) 1(2%) 1(2%)

Oesophagustomum spp.

+

Trichuris spp.

0(0%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%) 1(2%) 0(0%)

Oesophagustomum spp.

+ Moniezia benedini 1(2%) 0(0%) 0(0%) 0 (0%) 0(0%) 0(0%)

Keterangan : Sampel yang positif sebanyak 27 sampel dari total yang diperiksa

50 sampel sapi PO.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 47: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

33

Tabel 4.2 Jenis Telur Cacing yang Menginfeksi Sapi Limousin di Kecamatan

Tikung, Kabupaten Lamongan

Jenis cacing

Jantan Betina

0-1

Tahun

1-2

Tahun

>2

Tahun

0-1

Tahun

1-2

Tahun

>2

Tahun

Oesophagustomum spp. 7(14%) 10(20%) 1(2%) 5(10%) 0(0%) 1(2%)

Bunostomum spp. 1(2%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)

Trichuris spp. 0(0%) 1(2%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)

Oesophagustomum spp.

+ Bunostomum spp. 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 1(2%)

Oesophagustomum spp.

+ Mecistocirrus spp. 0(0%) 1(2%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)

Mecistocirrus spp. +

Bunostomum spp. 0(0%) 0(0%) 1(2%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)

Oesophagustomum spp.

+ Trichostrogylus spp.

+ Moniezia benedini

1(2%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)

Oesophagustomum spp.

+ Trichuris spp. +

Moniezia benedini

0(0%) 0(0%) 1(2%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)

Oesophagustomum spp.

+ Mecistocirrus spp. +

Trichuris spp. +

Moniezia benedini

1(2%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)

Keterangan : Sampel positif sebanyak 32 sampel dari total yang diperiksa 50

sampel sapi Limousin.

Hasil pemeriksaan didapatkan jenis telur cacing dari kelas Nematoda dan

Cestoda. Jenis telur cacing yang berasal dari kelas Nematoda antara lain

Oesophagustomum spp., Bunostomum spp., Mecistocirrus spp., Trichostrogylus

spp., dan Trichuris spp., sedangkan dari kelas Cestoda ditemukan telur Moniezia

benedini.

Kejadian infeksi tunggal ditemukan telur cacing Oesophagustomum spp.

sebanyak 18 (36%) sampel positif pada sapi PO dan sebanyak 24 (48%) sampel

positif pada sapi Limousin, telur Bunostomum spp. sebanyak dua (4%) sampel

positif pada sapi PO dan sebanyak satu (2%) sampel positif pada sapi Limousin,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 48: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

34

telur Mecistocirrus spp. sebanyak satu (2%) sampel positif pada sapi PO, dan telur

Trichuris spp. sebanyak satu (2%) sampel positif pada sapi Limousin.

Kejadian infeksi campuran pada sapi PO ditemukan telur cacing

Oesophagustomum spp. dan Bunostomum spp. sebanyak satu (2%) sampel positif,

Oesophagustomum spp. dan Mecistocirrus spp. sebanyak satu (2%) sampel

positif, Oesophagustomum spp. dan Trichostrogylus spp. sebanyak dua (4%)

sampel positif, Oesophagustomum spp. dan Trichuris spp. sebanyak satu (2%)

sampel positif, dan Oesophagustomum spp. dan Moniezia benedini sebanyak satu

(2%) sampel positif. Kejadian infeksi campuran pada sapi Limousin ditemukan

telur cacing Oesophagustomum spp. dan Bunostomum spp. sebanyak satu (2%)

sampel positif, Oesophagustomum spp. dan Mecistocirrus spp. sebanyak satu

(2%) sampel positif, Bunostomum spp. dan Mecistocirrus spp. sebanyak satu (2%)

sampel positif, Oesophagustomum spp., Trichostrogylus spp., dan Moniezia

benedini sebanyak satu (2%) sampel positif, Oesophagustomum spp., Trichuris

spp., dan Moniezia benedini sebanyak satu (2%) sampel positif, dan

Oesophagustomum spp., Mecistocirrus spp., Trichuris spp., dan Moniezia

benedini sebanyak satu (2%) sampel positif.

Identifikasi telur cacing dilakukan dengan melihat morfologi yaitu bentuk

telur dan ukuran telur cacing. Pengukuran telur cacing dilakukan menggunakan

program Optilab Imageraster.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 49: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

35

Telur Oesophagustomum spp. yang ditemukan pada sapi PO berjumlah 24

sampel, sedangkan pada sapi Limousin ditemukan sebanyak 29 sampel. Telur

Oesophagustomum spp. yang ditemukan mempunyai ukuran 78,7×43,3 µm. Telur

Oesophagustomum spp. mempunyai lapisan atau selaput tipis dan berbentuk oval.

Telur Bunostomum spp. yang ditemukan pada sapi PO dan Limousin

masing-masing berjumlah tiga sampel. Telur Bunostomum spp. yang ditemukan

mempunyai ukuran lebih besar dari telur Oesophagustomum spp., yaitu 89,5×48,5

µm. Telur Bunostomum spp. berbentuk bulat lonjong dengan ujung tumpul.

A B

C D

E F Gambar 4.1 Telur Oesophagustomum spp. (Perbesaran 400X dengan metode apung).

Gambar 4.2 Telur Bunostomum spp. (Perbesaran 400X dengan metode apung).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 50: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

36

Telur Mecistocirrus spp. yang ditemukan pada sapi PO berjumlah dua

sampel, sedangkan pada sapi Limousin berjumlah tiga sampel. Telur

Mecistocirrus spp. yang ditemukan berukuran 121,1×61,0 µm dengan embrio

berwarna gelap.

Telur Trichostrogylus spp. yang ditemukan pada sapi PO berjumlah dua

sampel, sedangkan pada sapi Limousin berjumlah satu sampel. Telur

Trichostrogylus spp. yang ditemukan berukuran 99,0×46,7 µm, telur berbentuk

lonjong dengan salah satu ujungnya lancip.

Gambar 4.4 Telur Trichostrogylus spp. (Perbesaran 400X dengan metode apung).

Gambar 4.3 Telur Mecistocirrus spp. (Perbesaran 400X dengan metode apung).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 51: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

37

Telur Trichuris spp. yang ditemukan pada sapi PO berjumlah satu sampel,

sedangkan pada sapi Limousin berjumlah tiga sampel. Telur Trichuris spp. yang

ditemukan berukuran 72,7×37,0 µm, telur berwarna coklat berbentuk seperti buah

lemon dengan kedua ujungnya mempunyai sumbat transparan.

Telur yang ditemukan pada kelas Cestoda adalah Moniezia benedini yang

berukuran 63,8×60,0 µm, telur berbentuk segiempat dan mengandung piriform

apparatus yang tumbuh baik. Telur Moniezia benedini yang ditemukan pada sapi

PO berjumlah satu sampel, sedangkan pada sapi Limousin berjumlah tiga sampel.

Gambar 4.5 Telur Trichuris spp. (Perbesaran 400X dengan metode apung).

Gambar 4.6 Telur Moniezia benedini (Perbesaran 400X dengan metode apung).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 52: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

38

Pada pemeriksaan 100 sampel feses sapi PO dan Limousin yang diperiksa,

didapatkan 59 (59%) sampel positif terinfeksi cacing suluran pencernaan.

Perhitungan prevalensi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan Limousin di

Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Prevalensi Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Peranakan Ongole

(PO) dan Limousin di Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan

Jenis Jantan Betina Total

0 – 1

Tahun

1 – 2

Tahun

>2

Tahun

0 – 1

Tahun

1 – 2

Tahun

>2

Tahun

PO 5 1 0 6 9 6 27

Limousin 10 12 3 5 0 2 32

Prevalensi 15% 13% 3% 11% 9% 8% 59%

Keterangan : Total sampel feses 100 sampel sapi Peranakan Ongole (PO) dan

Limousin

Prevalensi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan Limousin di

Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan sebesar 59% dengan 59 sampel yang

positif dari 50 sampel yang diperiksa. Prevalensi cacing saluran pencernaan pada

pedet jantan sebesar 15% dengan jumlah sampel positif 15 sampel. Prevalensi

cacing saluran pencernaan pada pedet betina sebesar 11% dengan jumlah sampel

positif 11 sampel. Prevalensi cacing saluran pencernaan pada sapi jantan umur 1-2

tahun sebesar 13% dengan jumlah sampel positif 13 sampel. Prevalensi cacing

saluran pencernaan pada sapi betina umur 1-2 tahun sebesar 9% dengan jumlah

sampel positif sembilan sampel. Prevalensi cacing saluran pencernaan pada sapi

jantan umur lebih dari dua tahun sebesar 3% dengan jumlah sampel positif tiga

sampel. Prevalensi cacing saluran pencernaan pada sapi betina umur lebih dari

dua tahun sebesar 8% dengan jumlah sampel positif delapan sampel.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 53: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

39

Perbedaan derajat infeksi dari sapi PO dan Limousin dapat diketahui

dengan melakukan perhitungan rata-rata (mean) Telur Cacing Per Gram Tinja

(TCPGT) dengan metode McMaster pada sampel feses sapi PO dan Limousin.

Pada hasil analisis regresi pohon tidak ditemukan pengaruh rata-rata TCPGT,

sehingga dapat disimpulkan bahwa derajat infeksi cacing saluran pencernaan pada

sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan tergolong

ringan yaitu berkisar 0-500 EPG. Hasil perhitungan TCPGT dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel sapi yang positif berjumlah 59

sampel dari total sampel feses 100 sampel, sehingga angka prevalensi sebesar

59%. Sampel sapi yang positif dipengaruhi oleh umur, sapi yang berumur 0-1

tahun memiliki angka prevalensi yang lebih besar (86,7%) dibandingkan dengan

sapi yang berumur 1-2 tahun dan lebih dari dua tahun (47,1%). Sapi yang berumur

0-1 tahun dipengaruhi oleh ras. Sapi Limousin memiliki angka prevalensi lebih

besar (100%) dibandingkan dengan sapi Peranakan Ongole (PO) (73,3%).

Tingkat prevalensi pada sapi yang berumur 1-2 tahun dan lebih dari dua

tahun diklasifikasikan kembali menjadi sapi umur 1-2 tahun dan umur lebih dari

dua tahun. Sapi yang berumur 1-2 tahun memiliki angka prevalensi lebih besar

(55%) dibandingkan sapi yang berumur lebih dari dua tahun (36,7%).

Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.7 analisis regresi pohon.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 54: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

40

Gambar 4.7 Analisis Regresi Pohon

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 55: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

41

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan derajat infeksi

(TCPGT) sapi PO dan Limousin yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin,

umur dan ras. Berdasarkan hasil penelitian dari 100 sampel yang berasal dari

sampel feses sapi PO dan Limousin yang diambil dari Kecamatan Tikung

Kabupaten Lamongan didapatkan sebanyak 27 sampel positif pada sapi PO dan

sebanyak 32 sampel positif pada sapi Limousin.

Pada hasil pemeriksaan ditemukan lima jenis telur cacing yang sesuai ciri-

ciri berasal dari kelas Nematoda dan satu jenis dari kelas Cestoda. Jenis telur

cacing yang berhasil diidentifikasi adalah Oesophagustomum spp., Bunostomum

spp., Mecistocirrus spp., Trichostrongylus spp., dan Trichuris spp., dari kelas

Nematoda, Moniezia benedini dari kelas Cestoda. Telur Oesophagustomum spp.

yang ditemukan berukuran 78,7×43,3 µm dan berbentuk oval. Telur Bunostomum

spp. yang ditemukan berukuran 89,5×48,5 µm, telur Bunostomum spp. berukuran

lebih besar dari telur Oesophagustomum spp. dan tampak tumpul. Telur

Mecistocirrus spp. yang ditemukan berukuran 121,1×61,0 µm. Telur

Trichostrogylus spp. yang ditemukan berukuran 99,0×46,7 µm dan salah satu

ujungnya lancip. Telur Trichuris spp. yang ditemukan berukuran 72,7×37,0 µm

dan berbentuk seperti buah lemon. Telur Moniezia benedini yang ditemukan

berukuran 63,8×60,0 µm dan berbentuk segiempat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Subekti (2010), yang menyatakan bahwa Telur Oesophagustomum

spp. mempunyai lapisan atau selaput tipis. Bentuk permukaan telur elips. Telur

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 56: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

42

yang dikeluarkan sudah mengandung 8-16 sel dan berukuran 73-89 x 34-45 µm.

Telur Bunostomum spp. mempunyai ukuran telur 79-97 x 47-50 µm. Bentuk bulat

lonjong dengan ujung tumpul dan berisi sel embrio. Telur Mecistocirrus spp.

berukuran 95-120 x 56-60 µm. Telur ini berwarna lebih gelap dari Haemonchus.

Telur Trichostrongylus spp. berukuran 79-101 x 39-47 µm, telur berbentuk oval

dan bersegmen pada waktu dikeluarkan bersama feses. Telur Trichuris spp.

berwarna coklat berbentuk seperti tong dengan kedua ujungnya mempunyai

sumbat transparan, telur berukuran 70-80 x 30-42 µm. Telur Moniezia benedini

berbentuk segiempat dan mengandung pyriform aparantus serta mempunyai

ukuran 56 – 57 µm.

Telur cacing yang paling banyak ditemukan pada pemeriksaan feses sapi

PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan berasal dari kelas

Nematoda, hal ini bisa disebabkan karena siklus hidup cacing Nematoda pada

umumnya cepat, terutama pada suhu yang sesuai dan tidak memerlukan induk

semang perantara dalam siklus hidupnya (Subekti dkk., 2007). Infeksi cacing

terbesar pada hasil penelitian ini adalah infeksi cacing Oesophagustomum spp.,

hal ini sangat wajar dikarenakan cacing Oesophagustomum spp. banyak terdapat

di negara-negara Asia seperti Indonesia yang beriklim tropis dan prevalensinya

akan tinggi pada musim penghujan (Koesdarto dkk., 2007). Hasil tersebut sesuai

dengan beberapa penelitian di daerah Jawa Timur yaitu Bojonegoro dan

Lamongan yang dilakukan oleh Pertiwi (2012) dan Khozin (2012) bahwa infeksi

cacing terbesar pada hasil penelitian adalah infeksi cacing Oesophagustomum

spp., sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum tanah di daerah Jawa

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 57: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

43

Timur sudah terkontaminasi oleh telur Oesophagustomum spp. Hasil penelitian

Dargantes et al. (1998) juga menunjukkan banyaknya infeksi Oesophagustomum

spp. di Philipina yang merupakan negara tropis. Infeksi dari cacing ini perlu

diwaspadai karena dapat menyebabkan keradangan pada saluran pencernaan yang

bisa berakibat fatal pada ternak (Levine, 1990). Parasit cacing yang terdapat

dalam saluran pencernaaan akan menghisap zat gizi, menghisap darah atau cairan

tubuh dan bahkan memakan jaringan tubuh. Parasit cacing akan menurunkan

bobot badan dan menghambat pertumbuhan badan, serta menurunkan daya tahan

tubuh ternak terhadap penyakit lain. Sebagian besar Nematoda dapat

menyebabkan sumbatan (obstruksi) saluran dalam usus (Imbang, 2003).

Infeksi terbesar selanjutnya dari kelas Nematoda adalah infeksi dari

Bunostomum spp. dan Mecistocirrus spp. yang masing-masing menginfeksi 5

sampel. Cacing Bunostomum spp. menginfeksi usus halus ruminansia, larva

infektif akan masuk dalam tubuh induk semang melalui pakan, minum dan

penetrasi melalui kulit serta menyebabkan edema dibawah kulit intermandibula

yang disebut dengan bottle jaw (Subekti dkk., 2011). Cacing Mecistocirrus spp.

sering menginfeksi abomasum sapi, kerbau, zebu, lambung babi dan pernah

dilaporkan pada manusia di Amerika Tengah (Soulsby, 1986; Roberts, 1990).

Menurut Dunn (1978) Mecistocirrus spp. banyak dijumpai di abomasum sapi dan

kerbau di daerah tropis.

Infeksi paling sedikit dari kelas Nematoda adalah infeksi dari

Trichostrongylus spp. dan Trichuris spp. yang masing-masing menginfeksi 3

sampel. Cacing Trichostrogylus spp. perkembangannya sangat sesuai di negara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 58: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

44

tropis seperti Indonesia. Infeksi cacing ini berbahaya pada ternak karena larvanya

dapat menembus usus halus sehingga menimbulkan reaksi keradangan yang

disertai perdarahan dan anemia (Koesdarto dkk., 2007). Adanya infeksi dari

cacing Trichuris spp. juga perlu diwaspadai karena infeksi cacing Trichuris spp.

dewasa dapat menimbulkan radang mukosa sekum, nekrosis, haemoragi dan

edema mukosa sekum dewasa (Soulsby, 1986). Telur cacing Trichuris spp. juga

merupakan telur yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan

diperkirakan dapat hidup beberapa tahun (Levine, 1990).

Pada kelas Cestoda, didapatkan infeksi cacing Moniezia benedini

sebanyak empat sampel positif. Infeksi dari Moniezia benedini dapat dikarenakan

ternak memakan rumput yang terdapat mites (tungau) yang mengandung

sistiserkoid yang infektif (Koesdarto dkk., 2007), hal ini menunjukkan bahwa

kondisi lingkungan di Kecamatan Tikung cocok untuk perkembangan mites yang

merupakan inang antara dari cacing Moniezia benedini.

Kejadian infeksi campuran juga ditemukan pada sapi PO dan Limousin.

Pada sapi PO ditemukan telur cacing Oesophagustomum spp. dan Bunostomum

spp. sebanyak satu (2%) sampel positif, Oesophagustomum spp. dan

Mecistocirrus spp. sebanyak satu (2%) sampel positif, Oesophagustomum spp.

dan Trichostrogylus spp. sebanyak dua (4%) sampel positif, Oesophagustomum

spp. dan Trichuris spp. sebanyak satu (2%) sampel positif, dan Oesophagustomum

spp. dan Moniezia benedini sebanyak satu (2%) sampel positif. Kejadian infeksi

campuran pada sapi Limousin ditemukan telur cacing Oesophagustomum spp. dan

Bunostomum spp. sebanyak satu (2%) sampel positif, Oesophagustomum spp. dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 59: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

45

Mecistocirrus spp. sebanyak satu (2%) sampel positif, Bunostomum spp. dan

Mecistocirrus spp. sebanyak satu (2%) sampel positif, Oesophagustomum spp.,

Trichostrogylus spp., dan Moniezia benedini sebanyak satu (2%) sampel positif,

Oesophagustomum spp., Trichuris spp., dan Moniezia benedini sebanyak satu

(2%) sampel positif, dan Oesophagustomum spp., Mecistocirrus spp., Trichuris

spp., dan Moniezia benedini sebanyak satu (2%) sampel positif. Menurut Levine

(1990), infeksi campuran atau tunggal sering terjadi pada sapi, sehingga sulit

untuk mengetahui pengaruh khusus yang ditimbulkan. Infeksi yang terjadi

biasanya dilakukan oleh bermacam-macam jenis cacing yang terjadi baik pada

abomasum, usus dan organ lain, sehingga pengaruhnya berupa kombinasi atau

campuran dari parasit yang ada.

Berdasarkan analisis regresi pohon dari hasil pemeriksaan 100 sampel

feses, diperoleh 59 sampel positif terinfeksi telur cacing saluran pencernaan

dengan angka prevalensi 59%. Angka ini bisa dikatakan tinggi jika dibandingan

dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Khozin (2012) di Kabupaten

Lamongan yang menunjukkan angka prevalensi sebesar 47%. Pengambilan

sampel untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Januari yang termasuk pada

musim penghujan. Pada musim penghujan, air waduk di Kecamatan Tikung,

Kabupaten Lamongan sering meluap dan membanjiri wilayah Kecamatan Tikung,

sehingga tanah kandang dalam kondisi yang lembab dan becek, oleh karena itu

wajar bila ditemukan infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan

Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Daerah yang lembab

merupakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan berbagai jenis cacing,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 60: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

46

sehingga sangat memungkinkan berbagai jenis cacing untuk melanjutkan siklus

hidupnya ( Purwantan dkk., 2006).

Prevalensi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan Limousin

berdasarkan umur sapi menunjukkan bahwa sapi yang berumur 0-1 tahun

memiliki prevalensi lebih tinggi (87,6%) bila dibandingkan dengan sapi umur 1-2

tahun dan lebih dari dua tahun (47,1%) dan sapi yang berumur 1-2 tahun memiliki

prevalensi lebih tinggi (55%) daripada sapi yang berumur lebih dari dua tahun

(36,7%). Koesdarto dkk. (2007) mengatakan bahwa umur sapi berpengaruh pada

infeksi cacing. Sapi muda terutama yang berumur satu sampai tiga bulan rentan

terinfeksi cacing, karena kolostrum dari induk tidak memberikan perlindungan

untuk melawan infeksi terhadap cacing tersebut. Levine (1990) juga mengatakan

bahwa reaksi daya tahan tubuh terhadap infeksi cacing pada sapi dewasa lebih

baik daripada sapi muda. Pedet lebih peka terhadap infeksi daripada hewan

dewasa, biasanya sapi dewasa merupakan sumber infeksi bagi yang muda, hal ini

mungkin karena adanya kekebalan yang terbentuk pada hewan sebagai infeksi

yang dialami pada waktu muda. Hasil penelitian Susanto (2003) dan Setiyono

(2007) yang menyatakan bahwa faktor umur berpengaruh nyata terhadap infeksi

cacing pada sapi potong.

Sapi yang berumur 0-1 tahun dipengaruhi oleh faktor ras, sapi yang

berumur 0-1 tahun pada sapi Limousin memiliki prevalensi cacing lebih tinggi

(100%) apabila dibandingkan dengan sapi PO (73,3%), namun faktor ras belum

tentu mempengaruhi kejadian infeksi cacing saluran pencernaan apabila dilihat

dari sistem manejemen kandang yang berbeda antara sapi PO dan Limousin di

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 61: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

47

Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan. Manejemen kandang di Kecamatan

Tikung, Kabupaten Lamongan pada sapi PO lebih baik daripada sapi Limousin.

Sapi PO dipelihara dengan sistem peternakan dalam satu kandang dengan tipe

kandang yang sudah permanen yaitu dinding tembok terbuka, lantai kandang yang

telah diplester, tempat pakan dan minum berbentuk cor bata yang sudah

permanen, beratap asbes, dan sanitasi teratur serta terdapat saluran pembuangan

feses dan urin. Sedangkan sapi Limousin sebagian besar dipelihara dengan cara

tradisional oleh para petani peternak yaitu dinding berasal dari kayu atau bambu,

lantai yang sebagian besar masih tanah, tempat pakan dan minum dari kayu atau

bambu, dan sanitasi yang belum teratur serta belum terdapat saluran pembuangan

feses dan urin. Hal ini sesuai menurut Andrade et al. (2001) bahwa infeksi cacing

dapat dipengaruhi oleh sanitasi dan kondisi lingkungan yang kurang baik.

Berdasarkan analisis regresi pohon faktor jenis kelamin sama sekali tidak

berpengaruh terhadap kejadian infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi. Pada

tabel 4.1 dan 4.2 diketahui bahwa, sapi PO yang berjenis kelamin betina lebih

banyak terinfeksi (21 sampel) daripada yang berjenis kelamin jantan (6 sampel),

sedangkan pada sapi Limousin yang berjenis kelamin jantan lebih banyak

terinfeksi (25 sampel) daripada sapi yang berjenis kelamin betina (7 sampel).

Sampai sejauh ini masih belum bisa dipastikan pengaruh jenis kelamin terhadap

infeksi cacing. Infeksi cacing saluran pencernaan lebih tinggi pada host betina

dibandingkan jantan dilaporkan oleh sebagian besar peneliti (Komoin et al., 1999;

Valcarcel and Romero, 1999; Farooq, 2009). Sedangkan Gulland and Fox (1992)

melaporkan bahwa prevalensi dan derajat infeksi lebih tinggi pada host jantan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 62: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

48

daripada betina. Para peneliti tersebut mengungkapkan bahwa pengaruh jenis

kelamin terhadap infeksi cacing saluran pencernaan adalah karena faktor stres

proses reproduksi yaitu saat host betina bunting dan melahirkan, sedangkan

infeksi cacing pada host jantan dapat lebih tinggi dari pada host betina yaitu

terjadi ketika diluar periode bunting dan melahirkan.

Hasil perhitungan TCPGT juga tidak menunjukkan pengaruh terhadap

kejadian infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi, sehingga kejadian infeksi

cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung,

Kabupaten Lamongan tergolong derajat infeksi yang ringan dengan rentangan 0-

500 EPG. Berdasarkan hasil perhitungan TCPGT ini perlu diadakan pengendalian

atau pengobatan pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung, Kabupaten

Lamongan bila hasil telur cacing per gram tinja mencapai 300-600 EPG

(Levine,1990). Menurut Soulsby (1986), hasil perhitungan derajat infeksi

digolongkan dalam tiga tingkatan, yaitu: derajat infeksi ringan bila TCPGT

berkisar antara 0 sampai 500, derajat infeksi sedang bila TCPGT antara 501

sampai 1000 dan derajat infeksi berat bila TCPGT lebih dari 1000 (Soulsby,

1986).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 63: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 100 sampel feses sapi PO dan

Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1) Angka prevalensi cacing saluran pencernaan pada PO dan Limousin di

Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan sebesar 59%.

2) Jenis telur cacing yang ditemukan pada pemeriksaan sampel feses sapi

PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan berasal

dari kelas Nematoda yaitu Oesophagustomum spp., Bunostomum spp.,

Mecistocirrus spp., Trihcostrogylus spp., dan Trichuris spp., serta

berasal dari kelas Cestoda ditemukan jenis telur cacing Moniezia

benedini.

3) Derajat infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan Limousin

di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan tergolong ringan yaitu

dengan rata-rata 0-500 EPG.

4) Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa umur dan ras berpengaruh

terhadap kejadian infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan

Limousin di Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, sedangkan

jenis kelamin dan perhitungan TCPGT tidak berpengaruh terhadap

kejadian infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan Limousin

di Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 64: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

50

6.2 Saran

1) Program pemberian obat cacing dilaksanakan secara berkala dan

berkesinambungan sebagai upaya pencegahan kasus infeksi cacing

saluran pencernaan.

2) Perlu diadakan program penyuluhan untuk memberikan pengarahan

kepada peternak terhadap perbaikan manajemen pemeliharaan ternak,

terkait perkandangan ternak, antara lain sanitasi kandang.

3) Pengambilan hijauan hendaknya tidak dilakukan terlalu pagi maupun

sore, karena kemungkinan kontaminasi telur dan larva cacing pada

pakan hijauan lebih tinggi.

4) Pembuatan kandang ternak sebaiknya permanen dan disediakan saluran

pembuangan kotoran ternak yang baik.

5) Perlu diperhatikan ketinggian kandang ternak agar tidak tergenang air

hujan maupun air luapan waduk.

6) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh hormonal,

karena banyaknya hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh jenis

kelamin sapi yang berbeda dari para peneliti.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 65: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

51

RINGKASAN

Indah Kartika Sari. Penyakit yang menjadi masalah yang menahun di

negara tropis seperti Indonesia salah satunya adalah penyakit cacing saluran

pencernaan. Iklim tropis yang lembab dan panas merupakan lingkungan yang

ideal untuk perkembangbiakan cacing yang ditularkan melalui tanah. Manajemen

pemeliharaan ternak terutama sanitasi kandang dan kebersihan kandang yang

kurang layak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prevalensi

penyakit cacingan, selain itu, sejumlah faktor intrinsik yang juga mempengaruhi

infeksi cacingan diantaranya adalah umur, jenis kelamin, dan bangsa sapi.

Seleksi hewan ternak yang secara genetis lebih resisten terhadap infeksi

penyakit dapat digunakan sebagai langkah strategis penanggulangan penyakit.

Menurut Alencar et al. (2009) jenis crossbreed lebih resisten terhadap paparan

cacing dibandingkan jenis sapi purebreed yang berada di kondisi daerah tropis. Di

Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan jenis sapi crossbreed yang telah

banyak dipelihara penduduk adalah sapi Peranakan Ongole (PO) dan Limousin.

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Tikung masih memelihara sapi dengan

cara tradisional, kandang sapi potong berada di belakang rumah dengan bangunan

semi permanen dan tidak terdapat saluran pembuangan feses dan urin ternak,

sehingga sanitasi kandang tidak terjaga. Kecamatan Tikung secara geografis

sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh waduk, yang merupakan dataran

rendah dan sering terlanda banjir ketika musim hujan, yang mana air merupakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 66: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

52

media perkembangbiakan yang baik bagi cacing saluran pencernaan dan media

transport telur cacing.

Penyakit cacing saluran pencernaan pada hewan merupakan penyakit yang

dapat mempengaruhi produktivitas ternak dan umumnya tidak menimbulkan

kematian, tetapi bersifat menahun yang dapat mengakibatkan kekurusan, lemah

dan turunnya daya produksi. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan sebagai

usaha pengendalian penyakit cacing saluran pencernaan untuk menghindari

kerugian yang lebih besar. Mengamati kondisi tersebut, maka penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan derajat infeksi cacing saluran

pencernaan pada sapi PO dan Limousin berdasarkan pengaruh jenis kelamin,

umur, dan ras, serta jenis cacing saluran pencernaan apa saja yang terdapat pada

feses sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan Jawa

Timur.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2014 dengan pengambilan

sebanyak 100 sampel feses sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung,

Kabupaten Lamongan. Sampel feses diperiksa dengan menggunakan metode natif,

metode sedimentasi dan metode apung. Pada sampel feses yang positif terinfeksi

cacing saluran pencernaan, dilakukan identifikasi terhadap jenis telur cacing dan

perhitungan Telur Cacing Per Gram Tinja (TCPGT) menggunakan metode

McMacter. Analisis data prevalensi dan derajat infeksi untuk mengetahui adanya

pengaruh jenis kelamin pada infeksi cacing saluran pencernaan menggunakan

analisis statistik regresi pohon.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 67: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

53

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi cacing saluran pencernaan pada

sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan sebesar 59%.

Ditemukan beberapa jenis telur cacing, antara lain: Oesophagustomum spp.,

Mecistocirrus spp., Bunostomum spp., Trichostrongylus spp., Trichuris spp., dan

Moniezia benedini. Hasil perhitungan TCPGT diperoleh rata-rata banyaknya telur

cacing yang menginfeksi sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung, Kabupaten

Lamongan berkisar antara 0-500 EPG yang tergolong infeksi ringan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 68: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

54

DAFTAR PUSTAKA

Alencar, M.M., A.C.S. Chagas, R. Giglioti, H.N Oliveira, M.C.S Oliveira. 2009.

Gastrointestinal nematode infection in beef cattle of different genetic

groups in Brazil. Veterinary Parasitology. 166. 249–254.

Andrade, C., T. Alava, I.A. De Palacio, P. Del Poggio, C. Jamoletti, M. Gulletta

and A. Montresor. 2001. Prevalence and Intensity of Soil-transmitted

Helminthiasis in the City of Portoviejo (Ecuador). Rio de Janeiro. 96(8):

1075-1079.

Arbi, P. 2009. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi

Potong [skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.

Bambang, M.A. 2002. Beternak Sapi Potong. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Brown, H.W. 1983. Dasar Parasitologi Klinis. Edisi ketiga.P.T. Gramedia Jakarta.

165-222.

Coles, E.H. 1986. Veterinary Clinical Pathology. 4th Ed. W. B. Saunders

Company. Philadelphia. 405-418.

Dargantes, A., D. Van Aken., J. Varcruysse., J. Lagapa., D.J. Shaw. 1998.

Epidemiology of Mecistocirrus digitatus and other Gastrointestinal

Nematode Infections in Mindanao, Philippines. Veterinary Parasitology.

Vol. 74. 29-41.

Departemen Pertanian. 2010. Petunjuk Teknis Penanggulangan Gangguan

Reproduksi dan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan. Direktorat

Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan. 2013. Data

Jumlah Populasi Ternak Bulan April 2013. Lamongan.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal

Peternakan, Jakarta.

Dunn, A.M. 1978. Veterinary Helminthology. William Heinemann Medical

Books. London. 2nd. Ed. P. 25 – 30.

Farooq, Z. 2009. Prevalence of Gastro-Intestinal Helminths in Some Ruminant

Species and Documentation of Ethnoveterinary Practices in Cholistan

[Disertation Doktor]. University of Agriculture Faisalabad. Pakistan. 13-

183.

Galloway, J.H. 1974. Farm Animal Health and Disease Control. Lea and Febiger.

Philadelphia. 131-135.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 69: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

55

Gasbarre, L.C., E.A.Leighton, W.L. Stout. 2001. Gastrointestinal Nematodes of

Cattle in Thenortheastern US: Result of a Producer Survey. Veterinary

Parasitology. 101. 29-44.

Gulland, F.M.D and M. Fox. 1992. Epidemiology of Nematode Infections of Soay

Sheep (Ovis aries L.) on St. Kilda. Parasitol. 105(3): 481-492.

Hall, H.T.B. 1977. Disease and Parasites of Livestock in the Tropic. Longman

Group lTD. London. 192-203.

Hariyanto,A., A. Yazid, S. Sembiring. 1986. Kasus Fasciolosis pada Sapi dan

Kerbau si Sumatera Utara Berdasarkan Uji Sieving Technique With The

Glass Bears Layer. Balai Penyelidikan Penyakit Hewan Wilayah I Medan.

1-5.

Imbang, D. 2003. Ilmu Kesehatan Ternak. Fakultas Peternakan Perikanan.

Universitas Muhammadiyah. Malang.

Kecamatan Tikung. 2013. Kecamatan Tikung Dalam Angka. Badan Pusat

Statistik Kabupaten Lamongan dan Kantor Penelitian dan Pengembangan

Kabupaten Lamongan.

Khozin, F.A. 2012. Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi

Potong Peranakan Ongole (PO) dan Brahman di Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga. Surabaya.

Koesdarto, S., S. Subekti, S. Mumpuni, H. Puspitawati dan Kusnoto. 2007. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Nematoda Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga. Surabaya.

Komoin O.C., J. Zinsstag, V.S. Pandey, F. Fofana, and A.Depo. 1999.

Epidemiology of Parasites of Sheep in Southern Forest Zone of Cote

D'ivoire. Journal Revue d'Élevage et de Medecine Veterinaire des Pays

Tropicaux. 52 (1): 39-46.

Kosasih, Z. 2001. Metode Uji Apung Sebagai Teknik Pemeriksaan Telur Cacing

Nematoda dalam Tinja Hewan Ruminansia Kecil. Balai Penelitian

Veteriner. 2-3.

Kusumamiharja, S. 1993. Parasit dan Parasitosis pada Hewan Ternak dan Hewan

Piaraan di Indonesia. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut

Pertanian Bogor. 137-9.

Levine, N.D. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. 124-288; 383-396.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 70: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

56

Mersyah, R. 2005. Desain Sistem Budi Daya Sapi Potong Berkelanjutan Untuk

Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Bengkulu

Selatan. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Mumpuni, S., S. Subekti, S. Koesdarto, H. Puspitawati dan Kusnoto. 2007.

Penuntun Praktikum Ilmu Penyakit Helminth Veteriner. Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Mustika, I. dan Z. A. Riza. 2004. Peluang Pemanfaatan Jamur Nematofagus untuk

Mengendalikan Nematoda Parasit pada Tanaman dan Ternak. Jurnal

Litbang Pertanian, 23(4): 115.

Nazar, S.D. dan M. Suryoatmodjo. 2007. Pengantar Ilmu Peternakan. Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Pertiwi, P.H. 2012. Prevalensi dan derajat infeksi cacing saluran pencernaan pada

sapi Peranakan Ongole (PO) di daerah aliran sungai (das) bengawan solo

Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Priyanto, D. 2011. Strategi Pengembangan Ternak Sapid an Kerbau dalam

Mendukung PSDSTahun 2014. Jurnal Penelitihan dan Pengembangan

Pertanian. Balai Penelitihan Ternak, Bogor. 30(3): 108-116.

Purwantan, P., Ismaya N.R., Burhan. 2006. Penyakit Cacing Hati (Fasciolasis)

Pada Sapi Bali di Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (RPH) Kota

Makassar. Jurnal Agrisistem, 2(2).

Rahajoe, L. 1993. Pengaruh Umur, Jenis Kelamin dan Sistem Pemeliharaan

Terhadap Infeksi Cacing Saluran Pencernaan Sapi Potong di Kabupaten

Malang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Surabaya.

Rahman, A.S., J. Bestari, R.H. Matondang, Y. Sani dan H. Panjaitan. 1999.

Penentuan Sistem Breeding Sapi Potong Program IB di Propinsi Sumatera

Barat. Balai Penelitian veteriner. Bogor. 114.

Raza, M.A., H.A. Bachaya, M.S. Akhtar, H.M. Arshad, S. Murtaza, M.M. Ayaz,

M. Najeem and A. Basit. 2012. Point Prevalence of Gastrointestinal

Helminthiasis in Buffaloes (Bubalus Bubalis) at The Vicinity of Jatoi,

Punjab, Pakistan. Sci. Int. (Lahore), 24(4): 465-469.

Santi, W.P. 2008. Respons Penggemukan Sapi PO dan Persilangannya sebagai

Hasil IB terhadap Pcmberian Jerami Padi Fermentasi dan Konsentrat di

Kabupaten Blora. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Santosa, U. 2008. Mengelola Sapi Secara Profesional. Cetakan 1. Penerbit

Penebar Swadaya. Jakarta.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 71: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

57

Sarwono, B. dan H.B. Arianto 2001. Penggemukan Sapi Potong secara Cepat. PT

Penebar Swadaya. Cimanggis. Depok. 8-21.

Setiyono, H. 2007. Prevalensi Helmintiasis pada saluran pencernann Sapi Potong

di Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Sostroamidjojo, M. Samad dan Soehadji. 1990. Peternakan Umum. Penerbit CV

Yasaguna. Anggota IKAPI. Jakarta.

Soulsby, E.J.L. 1986. Helmint, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal.

7th Ed. The English Languange Book Socienty and Baillire Tindall.

London. 143-256.

Subagyo, L. 2009. Potret Komoditas Daging Sapi. Econ. Rev. 217: 32−43.

Subekti, S. , S. Koesdarto, S. Mumpuni, H. Puspitawati dan Kusnoto. 2001. Diktat

Kuliah Ilmu Penyakit Nematoda. Departemen Pendidikan Nasional.

Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Subekti, S., S. M. Mumpuni, dan Kusnoto. 2007. Ilmu Penyakit Nematoda

Veteriner. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Subekti, S., S. Mumpuni., S. Koesdarto. H. Puspitawati dan Kusnoto. 2010. Buku

Ajar Helmintologi Veteriner. Airlangga University Press. Surabaya.

Subekti, S., S. Mumpuni., S. Koesdarto. H. Puspitawati dan Kusnoto. 2011. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Helmints. Airlangga University Press. Surabaya.

Subronto, 2007. Ilmu Penyakit Ternak II.Gajah Mada Univercity Press.

Yogyakarta.

Sudarmono, A.S. dan Y.B. Sugeng. 2008. Edisi Revisi Sapi Potong. Penebar

Swadaya. Semarang. 143-144.

Sugeng, B. 1991. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. 61-63.

Susanto, A. 2003. Prevalensi Infeksi Cacing Toxocara vitulorum Pada Anak Sapi

Perah dan Sapi Potong di Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Tarmuji, D.D., Siswansyah dan G. Adiwinata. 1988. Parasit-Parasit Cacing

Gastrointestinal pada Sapi-Sapi di Kabupaten Tapin dan Tabalong,

Kalimantan Selatan dalam Penyakit Hewan. Balitvet, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. 20 (35).

Tizard, I., 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Airlangga University Press.

Surabaya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 72: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

58

Urquhart, M.G., J. Armour, J.L. Duncan, A.M. Dunn and F.W. Jenning. 1988.

Veterinary Parasitology. English Language Book Society. Longman.

Usri, N. 2001. Manajemen Peternakan Sapi Potong serta Kaitannya dengan

Pencemaran Lingkungan dan Kesehatan Ternak. Media Kedokteran

Hewan. 17. 1-4.

Valcarcel, F. and C.G. Romero. 1999. Prevalence and Seasonal Pattern of Caprine

Trichostrongyles in A Dry Area Central Spain. Zentralbl Veterinarmed B;

46 (10) (Abstr.): 673-81.

Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 32-40.

Yulianto, E. 2007. Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Kejadian Penyakit

Cacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Rowosari 01 Kecamatan

Tembalang Kota Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. [Skripsi]. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang.

Yusuf. 2010. Kompetensi Peternak dalam Pengelolaan Sapi Potong di Kabupaten

Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor. 148: 20.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 73: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

59

Lampiran 1. Data dan Hasil Pemeriksaan Sampel Cacing Saluran Pencernaan

pada Sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten

Lamongan.

No. Ras Umur Jenis Kelamin Hasil TCPGT Obat Cacing

Jantan Betina Pernah Tidak

1 PO 1-2 th * + 90 *

2 PO 1-2 th * + 90 *

3 PO 1-2 th * + 60 *

4 PO 1-2 th * - 0 *

5 PO 1-2 th * + 180 *

6 PO 1-2 th * + 150 *

7 PO >2 th * + 150 *

8 PO >2 th * - 0 *

9 PO >2 th * + 90 *

10 PO >2 th * + 60 *

11 PO >2 th * - 0 *

12 PO >2 th * + 90 *

13 PO >2 th * + 150 *

14 PO >2 th * - 0 *

15 PO >2 th * - 0 *

16 PO >2 th * - 0 *

17 PO >2 th * - 0 *

18 PO >2 th * + 150 *

19 PO >2 th * - 0 *

20 PO >2 th * - 0 *

21 PO >2 th * - 0 *

22 PO 0-1 th * + 150 *

23 PO 0-1 th * + 90 *

24 PO 1-2 th * + 150 *

25 PO 1-2 th * + 90 *

26 PO 1-2 th * - 0 *

27 PO 1-2 th * + 90 *

28 PO 1-2 th * + 90 *

29 PO 1-2 th * - 0 *

30 PO 1-2 th * + 150 *

31 PO 1-2 th * - 0 *

32 PO 1-2 th * - 0 *

33 PO 1-2 th * - 0 *

34 PO 0-1 th * + 900 *

35 PO 1-2 th * - 0 *

36 PO 0-1 th * + 300 *

37 PO 0-1 th * + 240 *

38 PO 1-2 th * - 0 *

39 PO 1-2 th * - 0 *

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 74: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

60

40 PO 0-1 th * + 150 *

41 PO 0-1 th * - 0 *

42 PO 0-1 th * + 210 *

43 PO 0-1 th * + 960 *

44 PO 0-1 th * + 600 *

45 PO 0-1 th * - 0 *

46 PO 0-1 th * + 240 *

47 PO 0-1 th * - 0 *

48 PO 0-1 th * + 300 *

49 PO 0-1 th * - 0 *

50 PO 1-2 th * - 0 *

51 Limousin 1-2 th * + 90 *

52 Limousin 1-2 th * + 60 *

53 Limousin >2 th * - 0 *

54 Limousin 0-1 th * + 240 *

55 Limousin 0-1 th * + 150 *

56 Limousin 0-1 th * + 60 *

57 Limousin 0-1 th * + 600 *

58 Limousin 0-1 th * + 300 *

59 Limousin 0-1 th * + 540 *

60 Limousin 1-2 th * - 0 *

61 Limousin 0-1 th * + 150 *

62 Limousin 0-1 th * + 90 *

63 Limousin 0-1 th * + 240 *

64 Limousin >2 th * + 60 *

65 Limousin >2 th * + 300 *

66 Limousin 1-2 th * - 0 *

67 Limousin >2 th * - 0 *

68 Limousin 0-1 th * + 240 *

69 Limousin 0-1 th * + 240 *

70 Limousin >2 th * - 0 *

71 Limousin >2 th * - 0 *

72 Limousin 1-2 th * + 90 *

73 Limousin 1-2 th * + 150 *

74 Limousin 1-2 th * + 210 *

75 Limousin 1-2 th * + 300 *

76 Limousin 1-2 th * - 0 *

77 Limousin 1-2 th * + 300 *

78 Limousin 1-2 th * - 0 *

79 Limousin >2 th * + 210 *

80 Limousin >2 th * - 0 *

81 Limousin >2th * - 0 *

82 Limousin >2 th * - 0 *

83 Limousin >2 th * + 90 *

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 75: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

61

84 Limousin >2 th * - 0 *

85 Limousin >2 th * - 0 *

86 Limousin >2 th * + 90 *

87 Limousin >2 th * - 0 *

88 Limousin 1-2 th * + 90 *

89 Limousin 1-2 th * - 0 *

90 Limousin 1-2 th * - 0 *

91 Limousin 1-2 th * + 150 *

92 Limousin 0-1 th * + 300 *

93 Limousin 0-1 th * + 210 *

94 Limousin 0-1 th * + 90 *

95 Limousin 1-2 th * - 0 *

96 Limousin 0-1 th * + 150 *

97 Limousin 1-2 th * - 0 *

98 Limousin 1-2 th * + 540 *

99 Limousin 1-2 th * + 300 *

100 Limousin 1-2 th * + 600 *

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 76: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

62

Lampiran 2. Keadaan Ternak di Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan.

Sapi PO di salah satu kandang di Kecamatan Tikung

Kabupaten Lamongan.

Sapi Limousin di salah satu kandang di Kecamatan

Tikung Kabupaten Lamongan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 77: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

63

Lampiran 3. Peta Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan.

Peta Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI

Page 78: PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING …repository.unair.ac.id/21623/2/...2015-sariindahk-35690-1.FULLTEXT.pdf · kerendahan hati penulis sampaikan salam dan ucapan terimakasih kepada:

64

Lampiran 4. Alat yang Digunakan pada Penelitian.

A

G

Mikroskop

Sentrifus McMaster

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

INDAH KARTIKA SARI