56
PRESENTASI KASUS GRAVIDA 4 PARA 1 ABORTUS 2 USIA 36 TAHUN UMUR KEHAMILAN 39+1 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERIN DENGAN PRESENTASI BOKONG DAN DEFLEKSI KEPALA Pembimbing : dr. Daliman, Sp.OG Disusun Oleh : Saddam Husein Saputra G1A212138 Rifqi Maziyansyah G1A212139 Ester Morjaan G1A212140 Argarini Dian Pratama G4A013084 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI 1

Presus Presbo Dan Defleksi Kepala Print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

presbo

Citation preview

PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS

GRAVIDA 4 PARA 1 ABORTUS 2 USIA 36 TAHUN UMUR KEHAMILAN 39+1 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERIN DENGAN PRESENTASI BOKONG DAN DEFLEKSI KEPALA

Pembimbing :

dr. Daliman, Sp.OGDisusun Oleh :

Saddam Husein SaputraG1A212138

Rifqi Maziyansyah

G1A212139

Ester Morjaan

G1A212140

Argarini Dian PratamaG4A013084

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

PURWOKERTO2014HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :GRAVIDA 4 PARA 1 ABORTUS 2 USIA 36 TAHUN UMUR KEHAMILAN 39+1 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERIN DENGAN PRESENTASI BOKONG DAN DEFLEKSI KEPALADiajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian

di bagian obstetri dan ginekologi program profesi dokter

di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo PurwokertoDisusun Oleh :

Saddam Husein SaputraG1A212138

Rifqi Maziyansyah

G1A212139

Ester Morjaan

G1A212140

Argarini Dian PratamaG4A013084

Purwokerto, Mei 2014Mengetahui,

Dokter Pembimbing,

dr. Daliman, Sp.OG

BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangLetak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Kejadian letak sungsang sekitar 3-4%, tetapi mempunyai angka morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi. Di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya kejadian persalinan letak sungsang sebanyak 5% (Nugroho, 2008). Prevalensi sanagat tergantung pada usia persalinan, sekitar 20% pada minggu ke-28 dan 16% pada minggu ke-32 dan 3-4% pada cukup bulan sekitar 3-4%. Permasalahan utamanya ialah tidak terdiagnosisnya lebih awal persentasi bokong ini (Sarwono,2007).Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Frekuensi dari letak sungsang ditemukan kira-kira 4,4% di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan 4,6% di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu (Cuningham, 2005).

Mortalitas perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal yaitu 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong yaitu hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan congenital (Chuningham, 2005)B. Tujuan Penulisan

1. Menganalisis kasus kehamilan dengan persalinan dengan letak sungsang sehingga diharapkan mampu mendiagnosis secara dini.2. Mengetahui penanganan kehamilan dan persalinan pada presentasi bokong dengan defleksi kepalaBAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. PRESENTASI BOKONG

1. Definisi Presentasi Bokong

Presentasi bokong adalah letak janin yang memanjang dengan kepala terletak difundus uteri dan bokong menempati bagian bawah kavum uteri. Presentasi bokong merupakan suatu bentuk kelainan presentasi pada janin dimana bagian terbawah janin berada di bawah cavum uteri sedangkan bagian teratas janin terletak di fundus. Bentuk kelainan ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi (Cunningham et al, 2006.) 2. Etiologi Presentasi Bokong

Terjadinya presentasi bokong sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor presdisposisi terjadinya presentasi bokong :

a. Sudut ibu1. Keadaan rahim.

a. Rahim arkuatus b. Septum pada rahimc. Uterus dupleksd. Mioma bersama kehamilan2. Keadaan placenta

Letak plasenta juga mempengaruhi posisi janin dalam uterus. Normalnya letak plasenta dalam uterus adalah di fundus uteri. Ketika plasenta terletak di luar fundus, misalnya di kornus fundus, ruang fundus menjadi lebih sempit sehingga kepala janin menempati ruang sempit tersebut dan terjadilah letak sungsang. Beberapa kelainan placenta yang mempengaruhi letak sungsang:

a. Plasenta letak rendahb. Plasenta previa (Oxorn et al, 2010)3. Keadaan jalan lahir

a. Kesempitan panggul

b. Deformitas tulang panggul

c. Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran posisi kepalab. Sudut janin1. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat2. Hidrocefalus dan anenchefalus3. Hidramnion/oligohidramnion4. Prematuritas (janin kecil)5. Gemelli (kehamilan ganda)(Kotaska, 2009).

3. Klasifikasi Presentasi BokongDikenal beberapa jenis presentasi bokong seperti frank breech, complete breech, dan incomplete breech. a. Frank Breech. Frank Breech disebut juga sebagai presentasi bokong murni dengan kedua tungkai terangkat ketas. Pada presentasi bokong murni terjadi akibat ektensi kedua kaki sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan hanya didapat bokong pada cavum uteri. Kejadian sekitar 50-70% (Cunningham, 2006).b. Complete Breech.Complete breech disebut juga presentasi bokong dan kaki sempurna. Tungkai atas dan tungkai bawah janin pada presentasi ini sama-sama fleksi sehingga yang terdapat di bawah cavum uteri adalah bokong dan kaki. Kejadian sekitar 5-10% (Cunningham, 2006).

c. Incomplete Breech.Incomplete breech disebut juga presentasi bokong dan kaki tidak sempurna. Presentasi ini merupakan presentasi dimana hanya ada satu atau kedua tungkai atas ekstensi. Sehingga yang terdapat di bawah cavum uteri adalah satu atau kedua lutut. Kejadian sekitar 10-30%.(Cunningham, 2006).

Secara klinis letak sungsang juga dibagi menjadi letak sungsang dengan komplikasi dan tanpa komplikasi. Letak sungsang tanpa komplikasi merupakan letak sungsang yang tidak disertai dengan komplikasi di luar kelainan presentasi dan prematuritas. Sedangkan letak sungsang dengan komplikasi merupakan letak sungsang yang disertai dengan komplikasi seperti gemelli, plasenta previa, prolaps tali pusat, dan lain-lain (Saifudin, 2002)

Gambar 2.1. Macam-macam presentasi pada presentasi bokong, Frank Breech (presentasi bokong sempurna), Complete breech (presentasi bokong kaki sempurna), dan Incomplete breech (presentasi bokong kaki tidak sempurna).4. Penegakan Diagnosis Letak Bokong.Penegakkan diagnosis presentasi bokong pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan.a. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan pada multigravida sering menyatakan bahwa kehamilannya lain daripada sebelumnya, merasa kurang nyaman dibawah iga dan merasa ada benda asing yang bergerak-gerak pada sekitar epigastrium. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan presentasi bokong. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya, namun biasanya ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah rahim (Cunningham et al, 2006).b. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan abdomen dengan perasat Leopold. Pada Leopold I ditemukan kepala janin yang keras, bulat dan dapat diraba dengan balotemen sudah menempati bagian fundus uteri. Perasat Leopold II menenujukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada satu sisi yang lain. Pada perasat Leoplod III, bila engagement belum terjadi diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati pintu atas panggul, bokong janin masih dapat digerakkan diatas panggul. Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah dekat umbilikus, sedangkan bila telah terjadi engagement kepala janin, suara jantung terdengar paling keras dibawah umbilikus. Leopold IV menunjukkan bokong yang kaku berada dibawah simpisis (Cunningham et al, 2006).

2. Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam pada kehamilan presentasi bokong apabila didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Pemeriksaan dalam pada presentasi bokong, kedua tuberositas iskiadika, sakrum maupun anus biasanya teraba, dan setelah penurunan lebih lanjut, genitalia eksterna dapat dikenali. Pada partus lama, bokong dapat sangat membengkak sehingga menyebabkan kesulitan untuk membedakan muka dengan bokong, anus bisa dikira mulut dan tuberositas dapat disangka tulang pipi. Namun, pemeriksaan yang cermat, kesalahan tersebut dapat dihindari karena jari tangan pemeriksa akan menghadapi tahanan otot pada anus, sedangkan rahang yang lebih keras dan kurang kenyal ketika diraba akan terasa pada mulut. Selanjutnya, ketika jari tangan dikeluarkan dari anus kadang-kadang jari tersebbut berlumuran mekoneum. Mulut dan kedua tonjolan tulang pipi akan membentuk bangunan segitiga, sedangkan tuberositas iskiadika dan anus akan membentuk satu garis lurus. Akan tetapi, petunjuk yang lebih tepat bisa diperoleh berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus spinosus, yang dapat menegakkan diagnosis tentang posisi dan macamnya. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, letak salah satu atau kedua kaki lebih rendah daripada bokong, pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi. (Cunningham et al, 2006).c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam, sehingga harus dipertimbangkan untuk melakukannya. Pemeriksaan USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan bila mungkin, untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. Apabila persalinan direncanakan dengan seksio sesarea, pemeriksaan sinar X tidak diindikasikan. Namun, bila dipertimbangkan untuk melahirkan pervaginam, tipe presentasi bokong merupakan hal yang penting diperhatikan. Paparan radiasi dapat sangat dikurangi dengan menggunakan pelvimetri CT Scan (Cunningham et al, 2006).

Gambar 2.2. Gambaran sinar X pada presentasi sungsangd. Penyulit Letak presentasi bokong

Pada presentasi bokong persisten, peningkatan frekuensi penyulit berikut ini dapat diperkirakan (Cunningham et al, 2006) :

1. Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit

2. Berat lahir rendah pada pelahiran preterm, pertumbuhan terhambat, atau keduanya

3. Prolaps tali pusat

4. Plasenta previa

5. Anomali janin, neonatus dan bayi

6. Anomali dan tumor uterus

7. Janin multipel

8. Intervensi operatif, terutama seksio sesarea

5. Diagnosis Banding

Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan tuberosis ischii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan (Cuningham, 2005)6. Penanganan Letak presentasi bokongPenanganan letak sungsang dilakukan mulai dari kunjungan antenatal. Tujuannya adalah untuk memastikan adanya komplikasi yang menyertai letak sungsang serta untuk melihat adanya kontra indikasi untuk dilakukan intervensi. Ketika usia kandungan masih di bawah 30 minggu intervensi tidak diperlukan karena posisi janin masih bisa kembali ke presentasi kepala sendiri. Namun jika usia kandungan di atas 32-36 minggu intervensi seperti versi luar, partus percobaan, maupun section caesarean perlu diinformasikan pada ibu (A. V, 2007).

Persalinan letak sungsang bisa dilakukan secara pervaginam maupun perabdominal. Persalinan pervaginam bisa secara spontan bracht, manual aid, maupun ekstraksi sungsang. Persalinan manual aid bisa dengan cara klasik, Mueller, dan Lovset. Sedangkan persalinan ekstraksi sungsang dengan cara ekstraksi kaki dan ekstraksi bokong (Pernoll, 2001).

Keberhasilan dari persalinan letak sungsang dapat diperkirakan dengan menggunakan skor Zatuchni-Andross. Skor Zatuchni-Andross menilai prognosis persalinan letak sungsang menggunakan parameter paritas, usia kehamilan, tisaran berat janin, riwayat letak sungsang, station, serta pembukaan serviks. (Kotaska, 2009).Tabel 2.1. Skor Zatuchni-Andross untuk memperkirakan keberhasilan persalinan letak sungsangIndeks012

ParitasPrimiMulti-

Umur Hamil> 39 mg38 mg< 37 mg

TBJ> 3639 gr3629-3176 gr< 3175 gr

Partus sungsang sebelumnya (>2,5mg)012

2 cm3 cm>4 cm

Penurunan-3-2-1/lebih rendah

Arti nilai :

3 : persalinan perabdominam

4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya BB janin, bila nilai tetap, dapat dilahirkan pervaginam

>5 : dilahirkan pervaginama. Penanganan dalam kehamilan.

Pada umur kehamilan 28-30 minggu dicari penyebab presentasi bokong yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi). Versi luar merupakan manipulasi janin secara abdominal untuk merubah presentasi janin menjadi presentasi kepala. Manipulasi ini membantu mengurangi angka kelahiran bayi pada presentasi bukan kepala. (Wiknjosastro, 2005: POGI, 2006). Syarat melakukan versi luar adalah ketuban masih intak dan dilatasi serviks masih kurang dari 5 cm, ketuban masih ada, dan bokong belum turun atau masuk ke pintu atas panggul. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan terlebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari panggul, usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya. Setelah bokong keluar dari panggul bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain mendorong ke bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi tubuh bertambah (Cunningham, 2006; Wiknjosastro,2005)

Selanjutnya kedua tangan bekerjasama untuk melaksanakan putaran janin untuk menjadi presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi berhasil denyut jantung harus selalu diawasi. Setelah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan dorongan yang ringan tanpa melakukan paksaan. Versi luar tidak bisa dilakukan jika air ketubannya sedikit (Wiknjosastro, 2005).

Kontraindikasi untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, dan plasenta previa. Keberhasilan versi luar 35-86% (rata-rata 58%). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas, cairan amnion yang cukup, usia kehamilan, frank breech, presentasi bahu. Versi luar harus dipastikan prediksi keberhasilannya dengan menggunakan Newman Score (Pernoll, 2001). Penilaiannya Newman Score dengan menilai paritas, dilatasi serviks, tisaran berat janin, letak plasenta, dan station. Berikut adalah penilaian dari skor Newman. Jika skornya 2 ke bawah maka kemungkinan besar versi luar tidak akan memberikan hasil optimal, namun jika skor 9 ke atas maka kemungkinan besar versi luar akan memberikan hasil optimal (Michel, 2011). Teknik melakukan versi luar sebagai berikut:

1. Versi Luar harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas tindakan SC emergensi dan dilakukan atas persetujuan penderita setelah mendapatkan informasi yang memadai dari dokter.

2. Memastikan jenis presentasinya benar-benar letak sungsang, jumlah cairan amnion cukup, tidak ada kelainan congenital, serta tidak ada lilitan tali pusat.

3. Sebelum melakukan tindakan VL, harus dilakukan pemeriksaan kardiotokografi (non-stress test) untuk memantau keadaan janin.

4. Pasang intravenous line sambil dilakukan pengambilan darah darah untuk pemeriksaan darah lengkap (persiapan bilamana harus segera dilakukan tindakan sectio caesar).

5. Pengosongan vesika urinaria dan pemberian tokolitik.

6. Tahap versi luar:

Tahap mobilisasi: mengeluarkan bagian terendah janin dari panggul. Ibu berbaring telentang atau posisi Trendelenburg ringan dengan posisi tungkai dalam keadaan fleksi pada sendi paha dan lutut.Perut ibu diberi bedak (talcum) atau jelly. Penolong berdiri disamping kanan dan menghadap kearah kaki ibu. Dengan kedua telapak tangan diatas simfisis menghadap kebagian kepala ibu, bokong anak dibawa keluar dari panggul.

Tahap eksenterasi: membawa bagian terendah ke fossa iliaca. Setelah diluar panggul, bokong ditempatkan pada salah satu dari fossa iliaca agar radius putaran tidak terlalu jauh.

Tahap rotasi: memutar janin ke kutub yang dikehendaki. Pada waktu akan melakukan rotasi, penolong menghadap kearah muka ibu. Satu tangan memegang bokong (bagian terendah) dan tangan lain memegang kepala, dengan gerakan bersamaan dilakukan rotasi sehingga janin berada presentasi yang dikehendaki. Pemutaran dilakukan kearah dimana tahanannya paling rendah (kearah perut janin) atau presentasi yang paling dekat (bila versi luar dilakukan pada presentasi lintang atau oblique). Setelah tahap rotasi, dilakukan pemeriksaan NST ulang, bila kondisi janin baik maka dilanjutkan dengan tahap fiksasi.

Tahap fiksasi: mempertahankan presentasi janin agar tidak kembali presentasi semula (pemasangan gurita) (Cuningham, 2005).b. Penanganan selama persalinan.

1. Persalinan pervaginam Persalinan pervaginam pada presentasi bokong memerlukan tenaga penolong yang memiliki ketrampilan dan pengalaman dalam prosedur maupun proses pelahiran pervaginam presentasi bokong, kriteria pelahiran pervaginam presentasi bokong sebagai berikut:

a. Kriteria janin1. Presentasi bokong (pada beberapa kasus diperbolehkan pada presentasi bokong kaki sempurna dan tidak sempurna)2. Usia kehamilan 34 minggu3. Taksiran berat janin 2000-35004. Kepala janin fleksib. Kriteria ibu1. Tidak ada disporposional kepala panggul2. Tidak ada kontraindikasi pervaginam3. Tidak ada indikasi untuk sectio secarea bagi ibu atau janinc. Keadaan khusus1. Fetus nonviabel2. Kelainan kongenital janin letal (Pernoll. 2001).Prinsip dasar persalinan pervaginam presentasi bokong yaitu persalinan spontan, manual aid, dan ekstraksi presentasi bokong (Saifudin, 2002; Wiknjosastro, 2005). Persalinan dengan tindakan juga memiliki resiko bagi ibu dan janin. Resiko untuk ibu antara lain laserasi jalan lahir, infeksi, partus lama, perdarahan post partum, dan ketuban pecah dini. Sedangkan resiko untuk janin antara lain luksasi dan fraktur ekstremitas inferior, trauma abdomen, luksasi dan fraktur ekstremitas superior, fraktur vertebrae cervical, after coming head, dan perdarahan intracranial (Cuningham, 2005).

a. Persalinan spontan bracht.

Persalinan spontan bracht adalah sejenis persalinan letak sungsang yang dilakukan murni dari kekuatan mengejan ibu sendiri. Keuntungan persalinan spontan presentasi bokong:

1. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi

2. Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janinKerugian persalinan spontan presentasi bokong yaitu terjadinya kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaki, lengan menjungkit atau menunjuk.

b. Manual aid (partial breech extraction).Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Indikasi manual aid yaitu jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala dan memang dari awal sudah dirncanakan untuk manual aid. Persalinan manual aid terdiri dari klasik, Mueller, lovset dan Bickenbach. Tahapan manual aid antara lain (Kotaska, 2009):

1. Tahap pertama adalah lahirnya bokong sampai pusat yang dilahirkan dengan kekuatan ibu.

2. Tahap kedua adalah lahirnya bahu dan lengan oleh penolong dengan cara atau teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara klasik (Deventer), Mueller, Lovset, dan Bickenbach.

Teknik Klasik (Deventer)

a. Prinsip : melahirkan lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang berada dibawah simpisis.b. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan penolong pada pergelangan kaki kemudian kaki dielevasi ke atas sejauh mungkin mendekati perut ibu.

c. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.d. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam kebawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan (Kotaska, 2009).

Gambar 2.3. teknik klasik (Deventer) (Wiknjosastro,2005)

e. Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan presentasi bokong tetapi kerugiannya lengan janin relatif tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk kedalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.

Teknik Mueller.

1. Prinsipnya melahirkan bahu dan lengan depan terlebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.

2. Bokong dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca, dan jari lain mencengkeram bagian depan.

3. Tarik janin curam kebawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah symphisis kemudian lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.

4. Setelah lengan depan lahir, badan janin tarik ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk kedalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi (Kotaska, 2009).

Gambar 2.4. Teknik Mueller (Wiknjosastro, 2005)Teknik Lovset.

Prinsip : putar badan janin 180 derajat bolak-balik sambil traksi curam ke bawah sehingga bahu belakang lahir di bawah symphisis (Kotaska, 2009). Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua presentasi bokong, minimal bahaya infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada presentasi bokong dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.

Gambar 2.5. Teknik Lovset (Wiknjosastro, 2005)

Teknik Bickhenbach

Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.3. Tahap ketiga adalah lahirnya kepala, dapat dengan cara Mauriceau (Veit-Smellie), Prague terbalik.

Teknik Mauriceau (Veit-Smellie)

Perasat Mauriceau dilakukan untuk melahirkan kepala pada letak sungsang. Cara Mauriceau dilakukan dengan teknik (Kotaska, 2009). :

a. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahirb. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.c. Badan janin disandarkan pada telapak tangan dan lengan bawah penolong. Lengan bawah penolong ditunggangi oleh kedua tungkai janin seolah-olah janin menunggang kuda.

d. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggunge. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam kebawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristellerf. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggungg. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.

Gambar 2.6. Teknik Mauriceau (Veit-Smellie)

Teknik Prague terbalik

Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada dibelakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis, satu tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan (Kotaska, 2009).

Gambar 2.7. Teknik Prague terbalik

c. Ekstraksi presentasi bokongJanin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong (Kotaska, 2009).

1. Teknik ekstraksi kaki

a. Tangan dimasukkan kedalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi

b. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah

c. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut

d. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir

e. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir.

f. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam ke bawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama sperti pada manual aid.

Gambar 2.9. Teknik ekstraksi kaki2. Teknik ekstraksi bokong Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada didasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang searah sebagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid (Kotaska, 2009).

Gambar 2.10. Teknik ekstraksi bokong

2. Persalinan per abdominal (Sectio caesarea)

Persalinan per abdominal atau sectio caesarea pada letak sungsang dilakukan bila :

a. Kriteria janin1. Kepala janin defleksi2. Ketuban pecah dini3. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida4. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)5. Riwayat persalinan yang lalu : riwayat persalinan buruk, nilai sosial janin tinggi6. Umur kehamilan dan TBJ :a. Prematur (umur kehamilan 25-34 minggu atau TBJ=2000 gram)b. Post date (umur kehamilan 42 minggu atau TBJ >3500 gram)7. Fetal distress8. Presentasi bokong kaki sempurna atau tidak sempurna denga umur kehamilan > 25 minggu tanpa kelainan kongenital letalb. Kriteria ibu1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvik atau skor Zatuchi Andros 3)

2. Primigravida tua

3. Infertilitas atau riwayat obstetri jelek

4. Komplikasi kehamilan dan persalinan seperti hipertensi dalam persalinan (Sastrawinata, 2004).7. Komplikasia. Komplikasi pada ibu 1. Perdarahan

2. Robekan jalan lahir

3. Infeksi

b. Komplikasi pada bayi1. Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :

a. Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)

b. Perdarahan atau edema jaringan otak

c. Kerusakan medula oblongata

d. Kerusakan persendian tulang leher

e. Kematian bayi karena asfiksia berat.

2. Trauma persalinan

a. Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas

b. Kerusakan alat vital: limpa, hati, paru-paru atau jantung

c. Dislokasi fraktur persendian tulang leher: fraktur tulang dasar, kepala; fraktur tulang kepala; kerusakan pada mata, hidung atau telinga; kerusakan pada jaringan otak.

3. Infeksi, dapat terjadi karena;

a. Persalinan berlangsung lama

b. Ketuban pecah pada pembukaan kecil

(Prawirohardjo, 2008)8. Prognosis Letak Presentasi bokong

a. Bagi ibu

Frekuensi kelahiran dengan tindakan lebih tinggi pada presentasi bokong, termasuk didalamnya seksio sesarea. Hal ini menyebabkan morbiditas maternal yang lebih tinggi dan mortalitas yang sedikit lebih tinggi pada kehamilan yang dipersulit dengan presentasi bokong persisten. Disamping itu, kemungkinan robekan pada perineum lebih besar karena dilakukan tindakan, ketuban lebih cepat pecah, dan partus lebih lama yang menyebabkan mudah terkena infeksi.

b. Bagi anak

Prognosis bayi pada presentasi bokong jauh lebih buruk daripada presentasi puncak kepala. Faktor penyebab utama kematian perinatal ini alah pelahiran prematur, kelainan kongenital, serta trauma lahir. Pada setiap tahap kehamilan, mereka menemukan bahwa kematian antepartum, intrapartum serta kematian neonatal secara bermakna lebih tinggi pada npresentasi bokong. Organ tubuh yang paling sering mengalami perlukaan pada pelahiran pervaginam presentasi bokong berdasarkan urutan frekuensinya adalah otak, medula spinalis, hati, kelenjar adrenal, dan limpa ( Cunningham et al, 2006).

9. Defleksi Kepala

a. Definisi

Presentasi dengan defleksi/ekstensi dan os parietal merupakan bagian yang terendah (Chuningham, 2005)

b. Jenis defleksi kepala

1. Presentasi parietalis anterior (asynclitismus anterior atau Naegele'sobliquity)

Kepala masuk ke PAP dengan suture sagitalis dekat ke promontorium dan ospariaetal anterior paling bawah. Mekanisme persalinan: Os parietal posterior tersangkut di promontorium os parietal anteriordapat turun. Kemudian os parietal posterior akan lepas, hal ini terjadi bila kepala mengalami moulage berat masih mungkin lahir spontan.

2. Presentasi parietalis posterior (asynclitismus posterior atau Litzman'sobliquity)Kepala masuk PAP dengan sutura sagitalis dekat ke simfisis dan os parietalposterior paling rendah. Mekanisme persalinan: Os parietal anterior sangkut di simfisis, os parietal posterior tidak dapat turun, tidak mungkin lahir spontan.c. Prognosis

Presentasi parietalis anterior dapat lahir spontan, presentasi parietalis posterior tidak dapat lahir spontan.

BAB III

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS

Nama

: Ny. R

No. CM

: 73-63-72

Umur

: 36 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Grendeng, RT 02/02, PWT Utara, Banyumas

Masuk Poli : 05 April 2014 pukul 11.30

Ruang rawat: FlamboyanB. ANAMNESA

Autoanamnesa Tanggal 05 April 2014

1. Keluhan utama

: kenceng-kenceng2. Keluhan Tambahan

: Lemes, pusing3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien baru datang ke Poli Kebidanan RSMS dengan membawa surat rujukan dari Klinik IDI Banyumas dengan keluhan kenceng kenceng sejak jam 11.30 tanggal 05 April 2014, belum keluar lendir darah, pengeluaran air (-).4. Riwayat Menstruasi

Pasien mengalami menstruasi pertama saat berusia 15 tahun. Menstruasi terjadi 28 hari sekali, selama 7 hari, ganti pembalut 2 kali per hari.

5. Riwayat Menikah

Pasien menikah 1x selama 15 tahun.

6. Riwayat Obstetri

Gravida 4 Para 1 Abortus 2.7. Riwayat PersalinanAnak I : perempuan/13 tahun/Bidan /2,9 kg

Anak II : Ab/8minggu/kuret (+)Anak III : Ab/12minggu/kuret (+)Anak IV: Hamil ini8. Riwayat ANC (Antenatal Care)Pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan desa dan puskesmas.

9. Riwayat KB

Pasien pernah menggunakan KB suntik.

10. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal.

b. Riwayat penyakit kencing manis disangkal

c. Riwayat penyakit asma disangkal

d. Riwayat alergi disangkal

11. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal

b. Riwayat penyakit kencing manis disangkal

c. Riwayat penyakit asma disangkal

d. Riwayat alergi disangkal

12. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien sebagai ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai pekerja swasta.

Kesan : Sosial ekonomi menengah ke atas

13. Riwayat Gizi

Selama hamil gizi tercukupi dengan baik, makan teratur 2-3 kali sehari.C. PEMERIKSAAN FISIK 05 APRIL 20141. Status Generalis

a. Keadaan umum

: tampak sakit sedang

b. Kesadaran

: Compos mentisc. Vital sign Tekanan darah

: 120/80 mmHg Nadi

: 88 x/menit Pernapasan

: 20 x/menit Suhu badan

: 36 Cd. Tinggi badan

: 156 cm

e. Berat badan

: 54 kg

f. Status Gizi (BMI)

: 22,2 (normal)g. Mata

: Konjungtiva palpebra mata kanan dan kiri tidak anemis, tidak ada sklera ikterik pada mata kanan dan kiri.h. Telinga

: Tidak ada ottorhea.i. Hidung

: Tidak keluar secret

j. Mulut

: Mukosa bibir tidak sianosis k. Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroidThorax

Paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada gerakan nafas yang tertinggal), tidak ada retraksi spatium intercostalis.

Palpasi: Gerakan dada simetris, vocal fremitus kanan sama dengan kiriPerkusi

: Sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi: Suara dasar nafas vesikuler, tidak terdapat ronkhi basah kasar di parahiler dan ronkhi basah halus di basal pada kedua lapang paru, tidak ditemukan wheezing.JantungInspeksi

: Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada sebelah kiri atas.Palpasi: Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 2 jari medial LMC sinistraPerkusi: Batas jantung kanan atas SIC II LPSD

Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD

Batas jantung kiri atas SIC II LPSS

Batas jantung kiri bawah SIC V LMCS

Auskultasi: S1>S2 reguler, tidak ditemukan suara tambahan jantungAbdomen

Inspeksi: Cembung gravid, striae (+)

Auskultasi : Bising usus (+) normal, DJJ 148x/menitPerkusi : Pekak JaninPalpasi: TFU : 33 cm,Leopold 1: Teraba bagian janin tunggal bulat keras sudah masuk panggul

Leopold 2: Teraba tahanan memanjang disebelah kanan

Leopold 3: Teraba bagian janin tunggal bulat lunak

Leopold 4: Divergen

Status GenitaliaStatus Genitalia Eksterna

Mons pubis: Distribusi rambut pubis merata Labia mayora: Massa (-), hiperemis (-) Labia minora: Massa (-), hiperemis (-) Introitus vagina: terlihat tali pusat menjulur, Fluksus (+), fluor albus (-), massa (-), hiperemis (-), pembesaran kelenjar bartholini (-) Orifisium uretra eksterna: Dalam batas normalVaginal Toucher

Dinding vagina: teraba licin, nyeri tekan (-), massa (-), ruggae vaginales (+) Portio: terdapat pembukaan 7 cm, kulit ketuban (+), kepala berada di HI, teraba bagian kecil di samping kepala Ostium uteri eksternum: terbuka Corpus uteri: Sulit dinilai Adnexa sinistra: Massa (-), ovarium tidak teraba, nyeri tekan (-) Adnexa dekstra: Massa (-), ovarium tidak teraba, nyeri tekan (-)D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 05 April 2014

Darah Lengkap

PemeriksaanHasilNilai Rujukan

Darah Lengkap

Hemoglobin10,3 g/dL (L)12 - 16 gr/dl

Leukosit9820/uL4.800 10.800/L

Hematokrit34% (L)37 - 47%

Eritrosit4.8 x 106/uL4.2 5.4 juta/L

Trombosit243.000 /uL150.000 -400.000/L

MCV70,9 fL (L)80 96 fL

MCH21,3 pg (L)27 32 pg

MCHC30,0 % (L)33 37 gr/dL

RDW15,9 % (H)11,5 14,5 %

MPV9,7 fL7,2-11,1

Hitung Jenis

Basofil0,3 %0 1 %

Eosinofil0,6% (L)1 3 %

Batang2,0 %2 6 %

Segmen72,5 %50 70 %

Limfosit17,7 %20 40 %

Monosit6,9 %2 -8 %

Kimia Klinik

GDS40 mg/dL 39 minggu0

Taksiran Berat Janin30132

Pernah letak sungsangTidak0

Pembukaan servik3 cm1

Station-30

Jumlah Skor4

Hasil skor menunjukan bila hasil perhitungan dari Zatuchni Andros mendapatkan hasil 4 yang masih terdapat kemungkinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal dengan kembali dipantai taksiran berat janin nya, tetapi pada pasien ini didaptkan kepala yang defleksi sehingga hal tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan kesulitan apa bila dilakukan persalinan pervaginam, ditambah dengan usia pasien yang sudah 36 tahun dan riwayat obstetri yang tidak terlalu bagus maka dilakukan upaya persalinan dengan SC.

Pemilihan dilakukannya SC terhadap pasien ini juga telah sesuai dengan kriteria dari Benson, Benson (2003) juga mengemukakan bila terdapat hal - hal yang menguntungkan dan hal yang tidak menguntungkan dan perlu dipikirkan untuk masa depan persalinan pada letak sungsang.

Hal yang menguntungkan :

1. Umur kehamilan antara 36 - 38 minggu

2. Taksiran berat janin antara 2500 - 3175 gram3. Bagian bawah janin pada permulaan persalinan setinggi station -1 atau lebih

4. Serviks lembut dan tipis

5. Panggul ginekoidtau antropoid tidak sempit

6. Terdapat riwayat sungsang sebelumnya dengan berat 3175 gram atau letak kepala lebih dari 3650 gram.

Hal yang tidak menguntungkan :

1. Umur kehamilan >38 minggu

2. Taksian berat janin lebih dari 3175 gram

3. Bagian bawah janin setinggi station -2 atau kurang

4. Serviks kaku atau tebal dan pembukaan kurang dari atau sama dengan 3 cm

5. Letak aki atau bokong kaki

6. Panggul android atau patipeloid

7. Belum pernah melahirkan pervaginam atau ada riwayat kesukaran persalinan

8. Kepala janin hiperekstensi atau defleksi.

Diet yang diberikan untuk pasien Post Partum adalah diit TKTP. Kebutuhan energi sebesar 2415.34 kkal, protein sebesar 119 gram, lemak sebesar 48 gram, dan karbohidrat sebesar 392 gram. Tujuan pemberian diet ini adalah untuk memberikan makanan yang adekuat untuk membantu memenuhi kebutuhan zat gizi. Dan mempercepat proses penyembuhan lukaBAB V

KESIMPULAN1. Para 2 Abortus 2 usia 36 tahun post SC atas indikasi presentasi bokong dan defleksi kepala H+2

2. Usia pasien ini berada pada usia resiko tinggi kehamilan, yaitu pasien sudah berusia >30 tahun, kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.

3. Persalinan letak sungsang dengan defleksi kepala patut untuntuk dirjuk ke pelayanan kesehatan yang lebih besar dan tersedia fasilitas untuk dapat dilakukanya persalinan perabdominal. Hal ini dikarenakan dapat terjadinya kesulitan persalinan apabila dilakukan persalinan pervaginam dikarenakan kemungkinan adanya keterlambatanya pengeluaran kepala (after coming head) pada persalinan letak sungsang dengan defleksi kepala.

DAFTAR PUSTAKAAndros, Zatuchni G. I . 2002 . Prognostic index for vaginal delivery in breech presentation at term. Obstetric Gynecologic; 98 : 237 - 242.

Benson, R , C, 2003 . Current Obstetric & Gynecologic Diagnostic & Treatment . Los Altos : Lange Medical Publication.

Cunningham, F.G. et al. 2006. Obstetri Williams, edisi 22 volume 1. Jakarta: EGC

Cunningham, F.G et all. 2007. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics. 22nd edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.

Gabbe : Obstretics Normal and Problem Pregnancies,4th ed.,Copyright 2002 Churchil Livingstone, Inc.

Kotaska, A., Menticoglou, S., dan Gagnon, R. 2009. Vaginal delivery of Breech Presentation. JOGC. No. 226: 557:566

Michel, S. et al. 2011. Evaluation of a decision protocol for type of delivery of infants in breech presentation at term. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 158: 194-198.

Saifuddin, A.B., 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin A. B. 2002. Persalinan Sungsang. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.Sastrawinata, S, 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi; Obstetri Patologi. EGC; Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang dalam Ilmu Kebidanan, edisi keenam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta.

Siswosudarmo, R. Dan Emilia, Ova. 2008. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia

Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Letak Sungsang dalam Ilmu Kebidanan, edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta.

Oxorn, Harry dan Forte, W.R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan, Jakarta: Yayasan Essentia Medica

Pernoll, M.L. 2001. Benson&Pernolls Handbook of Obstetrics&Gynecology. Tenth Edition. USA: McGraw-Hill.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wirakusumah, F.F. et al. 2011. Obstetri Fisiologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: EGC4