32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer dkk, 2001). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa angka kematian ibu tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun ideal dalam melahirkan, terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak melahirkan. Pada Pre Eklampsia Berat (PEB) timbul berbagai manifestasi klinik dan komplikasi yang dapat menyebabkan syok dan kematian sehingga diperlukan perawatan di Rumah Sakit. Apabila kehamilan lebih dari 36 minggu dan maturitas paru ditetapkan dilakukan induksi persalinan atau persalinan dengan Sectio Caesarea (Bobak, Lawdermilk, Jensen, 2004). Sectio Caesarea (SC) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer dkk, 2004). Di Indonesia angka kejadian SC sekitar 30% di tahun 2002. Di RSCM 1

Presus Lp Sc Peb

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer dkk, 2001). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa angka kematian ibu tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun ideal dalam melahirkan, terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak melahirkan.

Pada Pre Eklampsia Berat (PEB) timbul berbagai manifestasi klinik dan komplikasi yang dapat menyebabkan syok dan kematian sehingga diperlukan perawatan di Rumah Sakit. Apabila kehamilan lebih dari 36 minggu dan maturitas paru ditetapkan dilakukan induksi persalinan atau persalinan dengan Sectio Caesarea (Bobak, Lawdermilk, Jensen, 2004). Sectio Caesarea (SC) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer dkk, 2004). Di Indonesia angka kejadian SC sekitar 30% di tahun 2002. Di RSCM Jakarta, sebagai rumah sakit pusat rujukan mempunyai angka kejadian rata-rata 41,2 % dengan 18 % diantaranya adalah kasus seksio sesarea elektif. Di RSUP Malalayang, tahun 2001 terdapat 489 kasus, tahun 2002 ada 556 kasus dan tahun 2003 terdapat 493 kasus (Karkata, 2007).Angka kejadian SC di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto kabupaten banyumas cukup tinggi, tahun 2007 sebanyak 771 kasus, 2008 sebanyak 774 kasus, 2009 terdapat sebanyak 517 kasus (Profil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, 2009). Ada beberapa indikasi dalam persalinan dengan SC antara lain Letak sungsang, SC berulang, kehamil prematuritas, kehamilan dengan resiko tinggi, kehamilan ganda, kehamilan dengan pre eklampsia dan eklampsia (Manuaba, 2001). Peningkatan angka persalinan caesar beberapa tahun belakangan tidak dijelaskan dengan manfaat yang jelas untuk bayi dan ibu. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada ibu dan pelayanan kesehatan mengenai risiko kanan dan kirinya masih bengkak, penglihatannya masih kabur, kadangkadang pusing dan dada terasa sesak dan luka bekas operasi masih nyeri. Selama persalinan dan sampai sekarang keluarga sangat mendukung karena kelahiran anaknya sudah sangat lama dinanti. Perempuan itu juga mengatakan yang dia butuhkan sekarang adalah perawatan agar luka diperut bekas operasi bisa cepat sembuh dan saya bisa beraktivitas dengan normal.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan secara komperhensif pada ibu post SC dengan indikasi PEB.2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui pengertian SC dan PEB

b. Mampu mengetahui faktor resiko pre-eklamsi

c. Mampu mengetahui etiologi

d. Mampu mengetahui patosiologi

e. Mampu mengetahui patway

f. Mampu mengetahui manifestasi klinis

g. Mampu mengetahui komplikasi

h. Mampu mengetahui penatalaksaan

i. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang

j. Mampu mengetahuikonsep dasar nifas

k. Mampu mengetahui proses keperawatanl. Mampu mengetahui Asuhan keperawatan post SC dengan indikasi PEB.

BAB IIKONSEP DASAR

A. DefinisiSectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2005 )Sectio Sesarea adalah pembedahan melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Standar Asuhan Keperawatan, RSDK).

Sectio Sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intac). (Wiknjosastro, 2005)Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan protein uria dan dapat juga diserta dengan udema. Hipertensi di sini adalah tekanan darah 140/90 mmHgatau lebih, atau sutu kenaikan tekanan sistolik sebesar 30mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa), atau kenaikan tekanan darah diastolic sebesar 15 mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa). Protein uria dalam preeklamsia adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urin yang di ambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Edema biasa terjadi pada kehamilan normal, sehingga edema bukanlah tanda pre-eklampsia yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga mulai terjadi pada tangan dan wajah, serta Kenaikan berat badan yangmendadk sebanyak 1 kg atay kebih dalam seminggu (atau 3 kg dalam sebulan) adalah indikasi pre-eklampsia (kenaikan berat badan normal sekitar 0,5 kg per minggu). (Anonim, 2007).Sedangkan PEB (Pre-eklampsia berat) adalah pre-eklampsia yang berlabihan yang terjadi secara mendadak. Wanita dapat dengan cepat mengalami eklampsia. Hal ini merupakan kedaruratan obstertik dan penatalaksanaannya harus segera dimulai.

Pre-eklamsi berat terjadi apabila :

a. Tekanan darah 160/110 atau lebih.diukur 2x dengan antara sekurang-kurangnya 6 jam dan pasien istirahat.

b. Proteinuria 5 gr atau lebih/24 jam.

c. Olyguri 400 cc atau lebih/ 24 jam.

d. Gangguan cerebral /penglihatan

e. Oedema paru / cyanosis

f. Sakit kepala hebat

g. Mengantuk

h. Konfensi mental

i. Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur, kilatan cahaya)

j. Nyeri epigastrium

k. Mual dan muntah (Musalli, 2007).Seksio Caesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut & dinding rahim dng syarat dinidng rahim dalam keada an utuh serta berat janin diatas 500 gram. Indikasi sectio caesaria adalah sectio caesarea antara lain : Ibu / janin : Distosia (ketidakseimbangan sepalopelvik, kegagalan induksi persalinan, kerja rahim yang abnormal). Ibu : Penyakit pada ibu (Eklapmsia, DM, Penyakit jantung, Ca servik), pembedahan sebelumnya, sumbatan pada jalan lahir. Janin : Gangguan pada janin, Prolaps tali, Mal presentasi. Plasenta : Plasenta previa,Abrupsion plasenta ( Mochtar, 2005).Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 8 minggu. (Mochtar, 2005)

B. Faktor Risiko Preeklampsia

Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;

1) Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.

2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia Perkembangan preklamsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.

3) Kegemukan

(Rochimhadi, 2005).C. Etiologi

Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut penyakit teori; namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori iskemia plasenta.

Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini.Adapun teori-teori tersebut adalah ;a. Peran Prostasiklin dan TromboksanPada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma.b. Peran Faktor ImunologisPreeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria. c. Peran Faktor GenetikPreeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu yang menderita preeklampsia. d. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterusDefisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah.e. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan (Anonim, 2007).D. Patofisiologi

Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan perubahan ke organ antara lain:

1. OtakMengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus pada mata.2. GinjalTerjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.3. URIDimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.4. Rahim

Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan partus prematur.5. Paru

Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian .

6. HeparPenurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus ( Wahdi, 2009).E. PathwayRemaja, primipara muda, pendapatan, riwayat HT,Pre/eklamsia

Kehamilan muda/aterm

Pre eklamsia / Impending eklamsia /eklamsia

Penyebab tdk jelas

Diduga kerusakan sel endotel vaskuler

Vasokostriktor ,vasodilator

TD , + protein hilang + transudasi

Kejang/penurunan kesadaran (Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

perawatan &pengobatan (MRS/Observasi ketat)

Terminasi kehamilan

Pervaginam Seksio caesaria

Sist. Urologi

Sist.pencernaan

Sist.kardiovaskuler

Sist. saraf

Dialisis mual-muntah banyak+peristaltik usus Kehilangan darah & cairan diskontinuitas

Jaringan/luka

Oliguria muntah berlebihan ileus peristaltik pendarahan ekstra dan intra operasi

Kehilangan cairan distensi abdomenvol cairan dan elektrolit nyeri

dan elektrolit

dalam sirkulasi turun

(resiko terjadi syok hipovolemik

(gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit)

dan resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan)

nyeri/kembung/flatus/muntah

muntah

flatus

Insufisiensi akut eritosit keluardari sist sirkulasi

Sel-sel jaringan tidak mendapat makanan O2

Hb anemia

Syok hipovolemik

O2 dalam darah

Sesak+transpor O2 ke organ turun (resiko pola napas tidak efektif)

LanjutaF. Manifestasi Klinis1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau distolik 110 mmHg. 2. Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup.

3. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)

4. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.

5. Edema paru dan sianosis

6. Trobositopenia.

7. Pertumbuhan janin terlambat.

G. Komplikasi1. Infeksi Puerperalis Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda. 2. Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.

3. Luka kandung kemih 4. Embolisme paru - paru Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik. H. Penatalaksanaan Medis Post SC

1. Pemberian cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. 2. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh. 3. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasib) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadarc) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

4. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.5. Pemberian obat-obatana) Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi

b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu

4) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C

6. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti Perawatan rutin. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.I. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah lengkap

Nilai Hb,SDM ,SDP ,Albumin ,

Hematokrit ,Trobosit .

2. Serum elektrolit

Nilai kalium,kalsium .

( Suyono, 2002).

Sumber lain mengatakan Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 mlBerat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otakUSG ; untuk mengetahui keadaan janin NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin ( Surjadi, 1999)3. Diagnosis banding

a. Hipertensi kronik

Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulit untuk membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal demikian, tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.

b. Proteinuria

Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga terdapat proteinuria .Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus lama juga dapat menyebabkan proteinuria.Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria positif palsu

c. Kejang dan koma

Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsi, malaria serebral, trauma kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun), kelainan metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air, histeria dan lain-lain.J. Konsep Dasar Nifas

Proses adaptasi ibu selama masa nifas menurut Suherni (2010), adalah:

1. Adaptasi Psikologis

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dalam menjalani proses adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:

a. Fase taking in

Fase taking in, yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini ibu berfokus terutama pada dirinya sendiri.

b. Fase taking hold

Fase taking hold, yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.

c. Fase letting go

Fase letting go, yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap memenuhi kebutuhan bayinya.

2. Adaptasi Fisiologis

a. Perubahan system reproduksi

1) Perubahan uterus

Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah dua hari pasca post partum, setinggi sekitar umbilikus, setelah dua minggu masuk panggul, setelah empat minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).

2) Lokhea

Lokhea yaitu cairan sekret yang keluar dari vacum uteri, lochea mempunyai beberapa jenis, yaitu:

a) Lokhea rubra: ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel cairan ini keluar selama 2 hari post partum.

b) Lokhea sanguinolenta: warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada hari ke 3-7 post partum.

c) Lokhea serosa: berwarna kunin dan caiaran ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 post partum.

d) Lokhea alba: cairan putih yang terjadinya setelah 2 minggu post partum.

e) Lokhea purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f) Lokheotosis: lokhea tidak lancar keluarnya.

1) Laktasi

Umumnya produksi ASI (Air Susu Ibu) baru terjadi pada hari ke dua atau ketiga pasca persalian. Pada hari pertama keluar colostrums, cairan kuning yang lebih kental dari pada air susu, mengandung banyak protein, albumin, globulin, dan benda-benda colostrum.

b. Perubahan Tanda-Tanda Vital dalam Masa Nifas

1) Suhu badan

Sekitar 4 hari pasca persalinan suhu ibu mungkin naik sedikt antara 37,2C-37,5C. Kemungkinan disebabkan oleh aktivitas payudara.

2) Denyut nadi

Denyut nadi akan melambat yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam kondisi istirahat penuh. Ini terjadi pada mingu post partum.

3) Tekanan darah

Tekanan darah