23
BAB I PENDAHULUAN Di era globalisasi ini tingkat moralitas bagi anak di Indonesia masih sangat tinggi 40/1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang pemeliharaan dan perawatan serta hygieni diri / perorangan dan lingkungan masih kurang. Kejang demam merupakan penyakit yang mempunyai komplikasi yang sangat berbahaya, seperti kerusakan sel otak, cedera, anoksia. Oleh karena itu perlu perawatan yang intensif yang meliputi perawatan secara medik, terapeutik, supportif yang dapat segera dilaksanakan. Maka diperlukan kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan dan keluarga dalam mencegah terjadinya bahaya tersebut, dengan cara memberi penyuluhan dan pemahaman tentang arti pentingnya kebersihan baik diri, keluarga dan lingkungan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejang demam ini sebagai laporan asuhan kebidanan pada anak. Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas, kemudian disusul dengan infeksi saluran 1

Presus Kejang Demam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anak

Citation preview

Page 1: Presus Kejang Demam

BAB I

PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini tingkat moralitas bagi anak di Indonesia masih

sangat tinggi 40/1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan

dan pemahaman orang tua tentang pemeliharaan dan perawatan serta hygieni diri /

perorangan dan lingkungan masih kurang.

Kejang demam merupakan penyakit yang mempunyai komplikasi yang

sangat berbahaya, seperti kerusakan sel otak, cedera, anoksia. Oleh karena itu

perlu perawatan yang intensif yang meliputi perawatan secara medik, terapeutik,

supportif yang dapat segera dilaksanakan. Maka diperlukan kerja sama yang baik

antara tenaga kesehatan dan keluarga dalam mencegah terjadinya bahaya tersebut,

dengan cara memberi penyuluhan dan pemahaman tentang arti pentingnya

kebersihan baik diri, keluarga dan lingkungan. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk mengangkat kasus kejang demam ini sebagai laporan asuhan kebidanan

pada anak.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering

dijumpai pada anak. Kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh yang

disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi

saluran pernapasan bagian atas, kemudian disusul dengan infeksi saluran

pencernaan. Insiden terjadinya kejang demam terutama pada anak umur 6 bulan

sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah

menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-

laki dari pada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena para wanita didapatkan

maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki.

Hal inilah yang menjadi latar belakang penulisan laporan kasus ini.

Penulis berharap agar karya tulis ini dapat berguna bagi semua pihak yang

memerlukan, khususnya sesama rekan tenaga kesehatan guna menambah

pengetahuan, kemampuan mengatasi kejang demam, yang mencakup apa kejang

demam, bagaimana cara penanganannya, dan komplikasi yang terjadi jika kejang

demam tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.

1

Page 2: Presus Kejang Demam

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. F

Umur : 4 tahun

JenisKelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Candimulyo, RT 013/002, Magelang

Tanggal Masuk IGD : 15-11-2015, pukul 01.00 WIB

Tanggal Masuk Bangsal : 15-11-2015, pukul 02.00 WIB

ANAMNESA

Anamnesa dilakukan secara alloanamnesis terhadap pasien pada tanggal

15-11-2015, pagi menjelang siang di Bangsal Flamboyan RST Dr. Soedjono.

a. Keluhan Utama

Pasien datang ke IGD RST Dr. Soedjono, kejang 1 jam SMRS

kurang lebih selama 1 menit.

b. Keluhan Tambahan

Demam, batuk, dan pilek

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Berdasarkan alloanamnesis dari ibu pasien, pasien mengalami kejang sejak

1 jam SMRS selama kurang lebih 1 menit. Kejang dengan kedua lengan anak

menekuk dan kedua kaki lurus. Saat kejang mata melirik ke atas. Kejang hanya 1x

selama 24 jam. Keluhan disertai demam sejak 18 jam SMRS, batuk dan pilek

sejak 1 hari sebelumnya. Pasien sadar setelah mengalami kejang. Suhu sebelum

kejang ibu tidak mengetahui. Pasien sempat berobat ke bidan untuk mengatasi

demamnya dan suhu sempat turun. Diare disangkal, sesak disangkal, riwayat sakit

telinga disangkal. BAB dan BAK normal. Tidak ada riwayat trauma/kontak

dengan luka yang kotor.

2

Page 3: Presus Kejang Demam

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Saat usia 2,5 tahun pasien pernah mengalami hal yang serupa. Sifat kejang

sama seperti apa yang dirasakan sekarang. Durasi saat itu sekitar 5 menit. Suhu

sebelum kejang saat itu 40oC. Kejang hanya 1x selama 24 jam.

RIWAYAT PENGOBATAN

Diberikan obat penurun panas syrup paracetamol

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat epilepsi (-), riwayat kejang demam (+) pada ayah pasien.

PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis

Keadaan Umum :Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

N : 90x/menit

RR : 32x/menit

S : 38,3o C, saat masuk IGD 40,1 o C

BB : 15 Kg

Kepala

Bentuk : Normocephal

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata

Palpebra : Edema –/–

Konjungtiva : Anemis–/–

Sklera : Ikterik–/–

Pupil : Bulat, isokor

RefleksCahaya : +/+

Cekung: -/-

Telinga

Bentuk : Normal/Normal

Liang : Lapang

Mukosa:Tidak hiperemis

Serumen : –/–

MembranTimpani:Intak/Intak

3

Page 4: Presus Kejang Demam

 

Hidung

Bentuk : Normal

Deviasi Septum :–

Sekret : –/–

Concha : Hipertrofi–/–, hiperemis–/–, oedem–/–

 

Mulut

Bibir : kering

Lidah : Tidak kotor

Tonsil : T1–T2tenang

Mukosa Faring: Hiperemis (-)

Leher

KGB : Tidak terdapat pembesaran

Kel. Thyroid : Tidak terdapat pembesaran

 

Thoraks

Paru

- Inspeksi : Hemithorax kanan-kiri simetris dalam keadaan statis dan dinamis

- Palpasi : Fremitus taktil dan vocal kanan sama dengan kiri- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki–/–, wheezing –/–

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ I–BJ II reguler, murmur (–), gallop (–)

 Abdomen

4

Page 5: Presus Kejang Demam

Inspeksi : Datar, simetris

Auskultasi : Bising usus(+) normal

Palpasi : Supel

Perkusi : Timpani

Ekstremitas

Atas

Akral : Hangat

Sianosis : (–)

Perfusi : Baik

Edema : (–)

Bawah

Akral : Hangat

Sianosis : (-)

Perfusi : Baik

Edema : (-)

Status Neurologis:

PCS: E4V5M6 = 15

Meningeal Sign:

Kaku kuduk: (-)

Brudzinsky I – IV: (-)

Laseque: (-)

Kernig:(-)

Refleks Patologis:

Babinsky: (-)

Refleks Fisiologis:

Tricep: +2

Biceps brachialis: +2

Patella: +2

Achilles: +2

5

Page 6: Presus Kejang Demam

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 15-11-2015, jam 11.00 WIB

Parameter Result Unit RangeWBC 14.5 X 10^3/UL 4.0-10.0LYM % 49.7 % 20.0-40.0MID% 5.6 % 1.0-15.0GRAN% 44.7 % 50.0-70.0LYM# 2.9 X 10^3/UL 0.6-4.1MID# 1.3 X 10^3/UL 0.1-1.8GRAN# 2.7 X 10^3/UL 2.0-7.8RBC 4.60 x10^6/UL 3.50-5.50HGB 12.1 g/dl 11.0-15.0HCT 34.4 % 36.0-48.0MCV 74.8 fl 80.0-99.0MCH 24.7 pg 26.0-32.0MCHC 40.4 g/dl 32.0-36.0RDW_CV 14,8 % 11.5-14.5RDW_SD 33.1 fl 39.0-46.0PLT 227 X 10^3/UL 150-450MPV 6.4 fl 7.4-10.4PDW 10.4 fl 10.0-14.0PCT 0.15 % 0.2-0.5

DIAGNOSIS KERJA

Kejang Demam Simpleks ec ISPA

DIAGNOSIS BANDING

Kejang intrakranial:

1. Meningitis2. Ensefalitis

Kejang ekstrakranial:

1. Kejang Demam

PLAN TERAPI

Inf D5 1/2 NS 1200ml/24 jam.

Norages 150 mg k/p

Lapixim 3x500 mg

Lapifed DM 3x1/4 cth

6

Page 7: Presus Kejang Demam

Sanmol 175 mg

Stesolid 0,3 mg

Puyer 3x1

PLAN -

FOLLOW UP

Hari/Tanggal/

Jam

Hasil Pemeriksaan Instruksi Dokter

16/11/2015 S : kejang (-), demam (+), batuk (+),

pilek (+). BAB dan BAK normal.

O: KU/KS : tampaksakitsedang / CM

VS :

N : 120x/menit

R : 32 x/menit

S : 38 oC

Kepala : normochepal

Mata : CA –/–, SI –/–

Hidung: rinorhe (-)

Thorax : Simetris, statis&dinamis,

retraksi (-)

Pulmo : Suaranafasvesikuler +/+,

Rh -/- , Wh -/-

Cor : SI>S2 regular, murmur (–),

gallop (–)

Abdomen: BU (+) normal, nyeritekan

(–)

Ekstremitas : akralhangat

edem

A : kejang demam simpleks ec ISPA

Therapy:

Inf D5 1/2 NS 1200

ml/24 jam.

Lapifed DM 3x1/4 cth

Lapixim 3x500 mg

Norages 150mg k/p

Sanmol 175 mg

Stesolid 0,3 mg

Puyer 3x1

17/11/2015 S : demam (+), batuk (+), pilek (+), mual

(-), muntah (-), belum BAB 1 hari,

BAK normal, kejang (-)

Therapy:

Inf D5 1/2 NS 1200

ml/24 jam.

7

+ ++ +

– –– –

Page 8: Presus Kejang Demam

O: KU/KS : tampaksakitsedang / CM

VS :

N : 100x/menit

R : 32 x/menit

S : 37,8 oC

Kepala : normochepal

Mata : CA –/–, SI –/–

Hidung: rinorhe (-)

Thorax : Simetris, statis&dinamis,

retraksi (-)

Pulmo : Suaranafasvesikuler +/+,

Rh -/- , Wh -/-

Cor : SI>S2 regular, murmur (–),

gallop (–)

Abdomen: BU (+) normal, nyeritekan

(–)

Ekstremitas :

akralhangat

edem

A : Kejang Demam Simpleks ec ISPA

Lapifed DM 3x1/4 cth

Lapixim 3x500 mg

Norages 150 mg k/p

Sanmol 175 mg

Stesolid 0,3 mg

Puyer 3x1

18/11/2015 S : demam (+), batuk (+), pilek (+), mual

(-), muntah (-),BAB dan BAK

normal, kejang (-).

O: KU/KS : tampak sakit sedang / CM

VS :

N : 96x/menit

R : 24 x/menit

S : 37o C

Kepala : normochepal

Mata : CA –/–, SI –/–

Hidung: rinorhe (-)

Thorax : Simetris, statis & dinamis,

Therapy:

Inf D5 1/2 NS 1200

ml/24 jam.

Lapifed DM 3x1/4 cth

Lapixim 3x500 mg

Norages 150 mg k/p

Sanmol 175 mg

Stesolid 0,3 mg

Puyer 3x1

8

– –– –

+ ++ +

Page 9: Presus Kejang Demam

retraksi (-)

Pulmo : Suaranafasvesikuler +/+,

Rh -/- , Wh -/-

Cor : SI>S2 regular, murmur (–),

gallop (–)

Abdomen: BU (+) normal, nyeritekan

(–)

Ekstremitas : akralhangat

edem

A : kejang demam simpleks ec ISPA

9

– –– –

+ ++ +

Page 10: Presus Kejang Demam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi

Kejang demam (febrile convulsion) adalah kejang yang  terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rectal lebih dari 380 ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam

merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada

golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5

tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan yang dilakukan pada binatang, suhu

yang tinggi menyebabkan terjadinya kejang.

 

B.     Etiologi

Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:

1.      Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,

gastroentritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.

2.      Efek produk toksik pada mikroorganisme

3.      Respon alaergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.

4.      Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.

5.      Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus ) yang ringan, yang tidak diketahui atau

enselofali toksik sepintas.

Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50) faktor presipitasi kejang

demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam

mendadak tinggi karena infeksi pernapasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh

virus daripada bakterial.

 

C.     Patologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi

yang didapat dari metabolisme. Bahan baku metabolisme otak yang terpenting adalah

glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke

otak melalui sistem kardiovaskuler. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sumber energi

otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi yang dipecah menjadi karbondioksida dan

air.

10

Page 11: Presus Kejang Demam

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkn kenaikan metabolisme

basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak umur 3 tahun

sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewaa yang

hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari

membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion

natrium melalui membrane tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapt meluas keseluruh sel maupun membran

sel disekitarnya dengan bantuan yang disebut “neurotransimitter” dan terjadi kejang. Tiap

anak memiliki ambang kejang yang berbeda dan tergangtung tinggi rendahnya ambang

kejang seseorang. Anak akan menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang

kejang yang rendah, kejang akan terjadi pada suhu 380C sedangkan anak dengan ambang

kejang yang tinggi, kejan akan terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat

disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan

ambang kejangg yang rendah. Dalam penanggulannya perlu memperhatikan pada tingkat

suhu beberapa pasien menderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak

meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)

biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot

skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapia, asidosis laktat disebabkab oleh

metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu

tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkaynya aktifitas otot dan selanjutnya

mneyebabkan metabolisme otak meningkat.

Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan

neuron otak selama berlangsungnya kejan lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran

darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permehabilitas kapiler dan timbul

odema otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak. Kerusakan pada daerah medial

lobus temporalis setelah mendapatkan serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi

“matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Karena itu

kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak

sehingga terjadi epilepsi.

 

D.    Manifestasi klinik (Tanda gejala)

11

Page 12: Presus Kejang Demam

Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa kronik

atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak

memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak

terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung

lama atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi yang

menetap. Kejang demam terkait dengan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu

tubuh mencapai 390C atau lebih, ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh lamanya

beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap >15 menit menunjukkan

penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik, selain itu juga dapat terjadi mata terbalik

keatas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan berulang.

 

 

E.     Komplikasi

Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung 15 menit yaitu:

1.      Kerusakan otak yang terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif

sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor yang mengakibatkan ion kalsium

dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron secara irrevesible.

2.      Retardasi mental dapat terjadi karena deficit neurologis ada demam neonatus.

 

F.      Penatalaksanaan Medis

Dalam penanggulangan kejang demam sederhana adapun penatalaksanaan medisnya

sebagai berikut:

1.      Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang

Obat piliha utama adalah Diazepam yang diberikan secara intravena. Keampuhan

diazepam ini yang diberikan secara intravena tidak perlu dipersoalkan lagi karena

keberhasilan untuk menkan kejag sekitar 80% - 90%. Efek terapeutiknya sangat cepat, kira-

kira 30 detik sampai 5 menit dan efek toksiknya yang serius hampir tidak dijumpai apabila

diberikan secara perlahan dan dosisnya tidak melebihi 50 mg per suntikan. Dosisnya

diberikan sesuai dengan berat badan, biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0.3 mg/kg BB/

kali maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang

lebih besar. Diazepam dapat diberikan secara berulang pada kejang tetapi tidak dianjurkan

untuk digunakan pada dosis yang tinggi.

2.      Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya.

12

Page 13: Presus Kejang Demam

3.      Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila

telah memungkinkan dapat diberikan paracetamol 10mg/kg BB/kali kombinasi diazepam 0,3

mg/ kg BB.

4.      Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama kurang dari 10

menit, dengan IV : D5 ¼ NS, D5 1/5, RL

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien An. F, perempuan (4 tahun) datang ke IGD RST Soedjono berdasarkan

alloanamnesis dari ibu pasien, pasien mengalami kejang sejak 1 jam SMRS selama kurang

lebih 1 menit. Kejang dengan kedua lengan anak flexi dan kedua tungkai ekstensi. Saat

kejang mata melirik ke atas. Kejang hanya 1x selama 24 jam. Keluhan disertai demam sejak

18 jam SMRS, batuk dan pilek sejak 1 hari sebelumnya. Pasien sadar setelah mengalami

kejang. Suhu sebelum kejang ibu tidak mengetahui. Pasien sempat berobat ke bidan untuk

mengatasi demamnya dan suhu sempat turun. Diare disangkal, sesak disangkal, riwayat sakit

telinga disangkal. BAB dan BAK normal. Tidak ada riwayat trauma/kontak dengan luka yang

kotor.

Untuk menegakkan diagnosis penyakit pada pasien tersebut, dilakukan anamnesis secara

menyeluruh yang meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi, dan riwayat sosial. Dari anamnesis lebih lanjut setelah

anamnesis keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang, diketahui bahwa ayah pasien saat kecil

memiliki riwayat kejang demam, dan saat pasien umur 2,5 pernah demam dengan suhu 40oC.

Pasien tidak memiliki riwayat mondok sebelumnya dan riwayat menderita demam berdarah

dengue (DBD).

Langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dilakukan

pertama adalah pemeriksaan tanda vital suhu 40,1oC per aksilar, nadi 90 kali per menit, frekuensi

nafas 32 kali per menit. Frekuensi nadi, dan frekuensi nafas berada dalam batas normal. Suhu

tubuh yang meningkat menunjukkan demam. Pemeriksaan fisik pada kepala didapatkan

normocephal, pada mata didapatkan konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-), udem palpebra (-),

pada hidung didapatkan nafas cuping hidung (-), discharge (-), pada mulut didapatkan mukosa

basah (-), sianosis (-) faring dan tonsil tidak hiperemis, pembesaran tonsil (-), pada leher tidak

didapatkan pembesaran kelenjar getah bening, pada thoraks didapatkan retraksi (-), pada jantung

didapatkan bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, dan bising (-), pada pulmo didapatkan

suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-), pada abdomen didapatkan dinding abdomen dan

13

Page 14: Presus Kejang Demam

dinding abdomen sejajar, bising usus (+) normal, suara perkusi timpani, konsistensi saat palpasi

supel, serta tidak teraba hepar dan lien. Pada ekstremitas pasien tidak didapatkan akral dingin,

udem, dan anemis. Capillary refill time (CRT) kembali kurang dari dua detik dan arteri dorsalis

pedis teraba kuat.

Untuk lebih mengarahkan diagnosis pada pasien ini, kemudian dilakukan pemeriksaan

penunjang untuk lab darah. Hasil lab darah hematologi rutin pada tanggal 15 Novemeber 2015

pukul 11.00 WIB di Laboratorium Patologi Klinik RST menunjukkan kadar Hb (12,1 g/ dl),

kadar Hct (34,4%), kadar leukosit (14,5 ribu/ µl), kadar trombosit (227 ribu/ µl).

Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan

pada pasien mengarahkan diagnosis banding bahwa pasien mengalami febris konvulsif, ISPA

dengan manifestasi kejang disertai demam dan batuk. Pasien An. A didiagnosis mengalami febris

konvulsif karena mengalami kejang selama 1 menit yang di sertai demam dan geajala ISPA

berupa batuk.

Terapi awal yang diberikan pada tanggal 15 November 2015 sesuai hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium adalah Inf D5 1/2 NS 1200 ml/24 jam, Lapifed

DM 3x1/4 cth, Lapixim 3x500 mg, Norages 150 mg k/p, sanmol 175 mg + stesolid 0,3 mg

( puyer 3x1)

Cairan parenteral berupa D5 1/2 NS diberikan sebagai terapi suportif. Sanmol dan

stesolid diberikan untuk menurunkan demam pasien dan mencegah kemungkinan terjadinya

kejang berulang. Antibiotik lapixim diberikan indikasi ispa.

14

Page 15: Presus Kejang Demam

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu KesehatanAnak.

Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta.

Behrman, Kliegmen dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, penerbit Buku Kodektoren

EGC, Jakarta.

Mansjoer Arif dkk, Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ke 3 Jilid I, FKUI.

15